INTERFERENSI LEKSIKAL BAHASA MELAYU SALUAN TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA LISAN PADA ANAK USIA 9-10 TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INTERFERENSI LEKSIKAL BAHASA MELAYU SALUAN TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA LISAN PADA ANAK USIA 9-10 TAHUN"

Transkripsi

1 1

2 INTERFERENSI LEKSIKAL BAHASA MELAYU SALUAN TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA LISAN PADA ANAK USIA 9-10 TAHUN Dian Arini Lapai Sance A Lamusu Supriyadi UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA Jl. Jenderal Sudirman No. 06 Kota Gorontalo ABSTRAK Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan interferensi bahasa Melayu Saluan terhadap penggunaan bahasa Indonesia lisan pada anak 9-10 tahun di desa Longkoga Barat Kecamatan Bualemo Kabupaten Banggai sedangkan tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk dan faktor-faktor penyebab terjadinya interfernsi bahasa Melayu Saluan terhadap penggunaan bahasa Indonesia anak 9-10 tahun di desa Longkoga Barat Kecamatan Bualemo Kabupaten Banggai. Metode yang digunakan untuk menganalis interferensi bahasa Melayu Saluan pada penggunaan bahasa Indonesia anak 9-10 tahun yaitu adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik yang digunakan yaitu teknik catat dan teknik rekaman. Analisis yang data dilakukan dengan cara mentranskripsi hasil rekaman, mengklasifikasikan data yang berhubungan dengan masalah penelitian, yakni interferensi leksikal bahasa Melayu Saluan terhadap penggunaan bahasa Indonesia lisan pada anak usia 9-10 tahun di lingkungan keluarga, membahas dan menganalisis data penelitian, dan menyimpulkan. Melalui analisis dan pembahasan interferensi leksikal terbagi atas lima kelas kata yaitu kelas kata verba, kelas kata adjektiva, kelas kata nomina, kelas kata pronomina, kelas kata numeralia. Interferensi kelima kelasa kata tersebut hadir di awal, di tengah dan di akhir kalimat bahasa Indonesia. Kata kunci: Interferensi, Melayu Saluan, Bahasa Indonesia, Usia 9-10 Tahun. 2

3 Bahasa merupakan alat komunikasi bersifat universal. Artinya, hampir tidak ada seorang manusia di dunia yang tidak mampu berkomunikasi melalui bahasa. Bahasa adalah bunyi-bunyi yang keluar dari alat ucap manusia, memiliki pesan atau makna. Berkaitan dengan bahasa, Alisjahbana (dalam Pateda dan Pulubuhu, 2005: 9), mengatakan bahasa adalah ucapan pikiran dan perasaan manusia dengan teratur dengan memakai alat bunyi. Alat ucap yang mengeluarkan bunyi tidak hanya sekadar mengeluarkan bunyi, akan tetapi bunyi-bunyi tersebut memiliki makna dalam berbahasa. Bahasa Indonesia (selanjutnya disingkat BI) merupakan bahasa Nasional, dijadikan sebagai bahasa pemersatu bangsa. Dikatakan sebagai pemersatu bangsa karena bahasa Indonesia mampu menyatukan masyarakat Indonesia yang memiliki latar budaya berbeda. BI digunakan sebagai media baik di lingkungan formal, non formal maupun informal. BI yang baik dan benar adalah BI yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku dan sesuai dengan kaidah BI yang berlaku, sedangkan BI yang baik adalah BI yang digunakan sesuai norma kemasyarakatan yang berlaku, contohnya di pasar, di lingkungan keluarga, dan lain sebagainya. Di lain pihak, masyarakat Indonesia juga menggunakan bahasa daerah yang berbeda-beda antara daerah satu dengan daerah lainnya. Bahasa daerah dijadikan sebagai bahasa penghubung oleh masyarakat penuturnya, yang bertujuan agar masyarakat tersebut bisa saling berkomunikasi dan dapat menjaga kelestarian bahasa yang ada. Dalam berkomunikasi dengan menggunaan bahasa daerah, tidak saja dituturkan oleh orang dewasa, melainkan juga anak-anak. Saat anak berusia 9-10 tahun, anak tesebut telah mampu bertutur dengan menggunakan dua bahasa, misalnya bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Penggunaan bahasa yang lebih dari satu dapat menyebabkan penggunaan kosakata yang beragam. Dikatakan penggunaan kosakata beragam karena anak bergaul dan beriteraksi dengan sesamanya baik di formal, non formal maupun di lingkungan keluarga (informal). 3

4 Dalam berkomunikasi dengan menggunaan bahasa daerah, tidak saja dituturkan oleh orang dewasa, melainkan juga anak-anak. Saat anak berusia 9-10 tahun, anak tesebut telah mampu bertutur dengan menggunakan dua bahasa, misalnya bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Penggunaan bahasa yang lebih dari satu dapat menyebabkan penggunaan kosakata yang beragam. Dikatakan penggunaan kosakata beragam karena anak bergaul dan beriteraksi dengan sesamanya baik di formal, non formal maupun di lingkungan keluarga (informal). Lingkungan keluarga bagi anak usia 9-10 tahun merupakan wadah pembelajaran bahasa daerah secara efektif dan efisien. Selain itu, bahasa yang digunakan anak usia 9-10 tahun sama dengan bahasa yang digunakan oleh orang dewasa. Dalam perkembangannya, anak juga mempelajari bahasa lain selain bahasa daerah, misalnya BI. Kedua bahasa itu kadangkala digunakan secara bersamaan dalam berkomunikasi dan tidak mendapat kendala bagi petutur untuk merespon tuturan yang menggunakan dua bahasa itu. Walaupun pada dasarnya terjadi penyalahgunaan bahasa sebenarnya. Penyalagunaan bahasa disebut sebagai interferensi. Menurut Weinreich (dalam Aslinda dan Yahya, 2007: 66), interferensi merupakan penyimpanganpenyimpangan dari norma-norma suatu bahasa yang terjadi dalam tuturan para dwibahasawan sebagai akibat dari pengenalan mereka lebih dari satu bahasa, yaitu sebagai hasil dari kontak bahasa. Interferensi bahasa anak usia 9-10 tahun dapat menyebabkan penyimpangan berkelanjutan sampai mereka berada pada lingkungan formal (sekolah). Dikatakan demikian karena anak diperkenalkan tentang bahasa dimulai dari lingkungan keluarga. Selain lingkungan keluarga, lingkungan tempat bermain anak pun menjadi penguat terbentuknya interferensi bahasa anak. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian berkaitan dengan interferensi BMS pada anak usia 9-10 tahun. 4

5 Sehubungan dengan itu masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah interferensi leksikal BMS terhadap penggunaan BI lisan pada anak usia 9-10 tahun di lingkungan keluarga di Desa Longkoga Barat Kecamatan Bualemo Kabupaten Banggai? (2) Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya interferensi leksikal BMS terhadap penggunaan BI lisan pada usia 9-10 tahun di Desa Longkoga Barat Kecamatan Bualemo Kabupaten Banggai? Tujuan penelitian ini adalah memperoleh (1) Interferensi leksikal BMS terhadap penggunaan BI lisan pada anak usia 9-10 tahun di lingkungan keluarga di Desa Longkoga Barat Kecamatan Bualemo Kabupaten Banggai. (2) Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya interferensi leksikal BMS terhadap penggunaan BI lisan pada usia 9-10 tahun di Desa Longkoga Barat Kecamatan Bualemo Kabupaten Banggai. Manfaat dari penelitian ini terbagi atas manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis dapat memberikan sumbangsih pemikiran terhadap pengembangan ilmu pengetahuan di bidang bahsa khusunya interferensi pada tataran leksikal. Manfaat praktis penelitian ini penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa yang berada pada tingkatan pendidikan sekolah dasar agar dapat meningkatkan pemahaman dalam menggunakan BI, sebagai bahan ajar untuk meningkatkan dan memperbaiki BI lisan pada anak khususnya anak yang berada pada tingkatan pendidikan dasar, dan untuk lebih meningkatkan perhatian pada penggunaan bahasa Indonesia lisan khususnya pada anak usia 9-10 tahun, karena BI sangat penting ditanamkan sejak anak mulai memasuki masa-masa sekolah. METODE Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Melalui penggunaan metode ini, telah dideskripsikan bentuk inteferensi dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya interferensi bahasa Melayu Saluan terhadap penggunaan bahasa Indonesia pada anak usia 9-10 tahun. data ini di ambil tanggal 04 Juli 2013 sampai dengan tanggal 04 September. Meskipun demikian, tidak semua 5

6 data dijadikan sebagai objek penelitian atau rekaman yang mengandung interfrensi bahasa Melayu Saluan saja yang dipilih dan dikumpulkan dan selanjutnya dianalisis sesuai rumusan masalah penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian adalah teknik rekaman dan teknik catat. Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan data, maka teknik analisis data interferensi bahasa Melayu Saluan terhadap penggunaan bahasa Indonesia lisan pada anak 9-10 tahun yaitu sebagai berikut, (1) mentranskripsi hasil rekaman, (2) mengklasifikasikan data yang berhubungan dengan masalah penelitian, yakni interferensi leksikal BMS terhadap penggunaan BI lisan pada anak usia 9-10 tahun di lingkungan keluarga. (3) membahas dan menganalisis data penelitian, (4) Menyimpulkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data yang terkumpul dari penelitian ini, maka data yang ada dapat diklasifikasin menjadi beberapa karakteristiknya. Dilihat dari interferensi leksikal, maka leksikal dibagi menjadi lima kelas kata yaitu (1) Kelas kata verba, (2) Kelas kata adjektiva (3) Kelas kata nomina (4) Kelas kata pronomina (5) Kelas kata numeralia. 1. Bentuk Interferensi leksikal a) Kelas Kata Verba Verba atau kata kerja biasanya dibatasi dengan kata-kata yang menyatakan tindakan. Verba merupakan kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau keadaan. Pada bagian ini, dideskripsikan penggunaan BI lisan yang mengalami interferensi BMS pada tataran kelas kata verba. Adapun hasil penelitian tentang kelas kata verba tersebut sebagai berikut. P1 : La, jangan ambe yang di pinggir itu. La, jangan ambil yang di pinggir itu (P1Tt1) 6

7 Mt1 : Ini? ini? (P1 Tt2) P1 pada Tt1 La, jangan ambe yang di pinggir itu, dituturkan oleh P1 (Rahma, anak yang beusia 10 tahun) kepada Mt1 (Lila, anak yang berusia 10 tahun). Kalimat yang diujarkan P1 merupakan kalimat BI yang dituturkan secara spontan, mengandung interferensi leksikal pada kelas kata verba. Interferensi leksikal kelas kata verba tampak jelas pada kalimat tersebut yaitu pada kata ambe. Kata ambe merupakan kata kerja atau verba yang berasal dari BMS. Dapat dilihat dengan jelas bahwa kata ambe hadir di tengah kalimat BI, yang dituturkan P1 sehingga menyebabkan kalimat tersebut mengalami interferensi leksikal pada kelas kata verba. BI yang benar dari kata ambe yakni kata ambil. Apabila kata ambe digantikan dengan kata ambil, maka kalimat tersebut akan berubah menjadi La, jangan ambil yang dipinggir itu. Keseluruhan kata tersebut merupakan kata baku yang digunakan ketika berbahasa Indonesia. P1 : Tidak perlu. Panjat pohon, dan jatong, enak kan? Tidak perlu. Panjat pohon dan jatuh, enak kan? (P2 Tt13) Mt1 : So gila apa, buta ngana? sudah gila atau buta kau? (P2 Tt14) Pada Tt13, Tidak perlu. Panjat pohon, dan jatong, enak kan? Merupakan kalimat yang dituturkan oleh P1 (Andini, anak yang berusia 10 tahun) kepada Mt1 (Rara, anak yang berusia 10 tahun). Kalimat tersebut merupakan kalimat penggabungan antara BMS dan BI yang dituturkan secara spontan. Interferensi BMS tampak jelas pada kelas kata verba terjadi pada kata jatong. Kata jatong bukanlah kata yang berasal dari BI, akan tetapi kata jatong merupakan kata yang berasal dari BMS yang sering digunakan oleh masyarakat Saluan. Berdasarkan data, jelas kata jatong yang berarti jatuh berada dalam kalimat BI yang di ujarkan P1 sehingga menyebabkan kalimat tersebut mengalami interferensi leksikal kelas kata verba. Sengaja atau tidak, penggabungan BMS dan BI dalam satu tuturan turut mempengaruhi tercapainya BI lisan yang baik. Oleh sebab itu, anak usia 9-10 tahun memiliki kendala juga untuk memilah penggunaan BMS dan BI pada tempatnya. Di satu sisi, penggunaan kata-kata yang sifatnya pinjaman dari BMS ke dalam BI 7

8 diakibatkan karena keterbiasaan anak bertutur dengan mencampuradukan kedua bahasa itu. Bagi anak, penyimpangan adalah satu jalan penggunaan bahasa yang komunikatif. Hal tersebut dapat dilihat pada data berikut. b) Kelas Kata Adjektiva Adjektiva dikenal sebagai kata yang mengungkapkan kualitas atau keadaan suatu benda. Alwi et al (2003:171), berpendapat bahwa adjektiva adalah kata yang memberikan keterangan. Pada pembahasan ini, akan dideskripsikan penggunaan BI lisan yang mengalami interferensi BMS pada tataran leksikal kelas kata adjektiva. Adapun hasil penelitian tentang kelas kata adjektiva tersebut sebagai berikut. P1 : Ada, tapi tinggal sadikit. Ada, tapi tinggal sedikit (P1 Tt11) Mt1 : Oh, so kurang juga orang yang ada bagini. Oh, sudah kurang juga orang yang ada begini. (P1 Tt12) Percakapan 1 pada Tt11 dituturkan oleh P1 (Rahma, anak usia 10 tahun) dalam bentuk kalimat Ada, tapi tinggal sadikit kepada Mt1 (Lila, anak yang berusia 10 tahun). Tuturan tersebut menandakan bahwa P1 mengomunikasikan sesuatu kepada Mt1 dengan menggunakan BI, namun kalimat tersebut memiliki interferensi pada akhir kalimat. Kata sadikit merupakan kata yang terdapat dalam BMS yang merujuk pada kata sedikit dalam BI. Dalam BI tidak mengenal kata sadikit melainkan kata sedikit yang berarti tidak banyak. Kalimat yang dituturkan oleh P1 merupakan kalimat BI yang dituturkan secara spontan. Interferensi leksikal kelas kata adjektiva tampak pada kata sadikit dengan pemahaman P1 bahwa kata sadikit merupakan kata dalam BI. Dalam tuturan juga sebetulnya antara kata sadikit dan kata sedikit tidak terlalu tampak penyimpangannya, sebab kedua kata tersebut mirip. Perbedaannya hanya terletak pada penggunaan fonem /a/ pada kata sadikit dan /e/ pada kata sedikit. Untuk melihat lebih lanjut interferensi leksikal kelas kata adjektiva dapat dilihat pada data berikut. Mt1 P1 : Tidak sama. Kalau itu capat melekat di kuku. Tidak sama. Kalau itu cepat melekat di kuku. (P1 Tt20) : Oh, warna apa? Oh, warna apa? (P1 Tt21) 8

9 Berdasarkan data tersebut, Mt1 melakukan interferensi pada kata capat yang terdapat dalam kalimat Tidak sama. Kalau itu capat melekat di kuku. Kata capat merupakan kata yang terdapat dalam BMS bukan terdapat dalam BI. Maksud Mt1 menuturkan kata capat merujuk pada kata cepat dalam BI, yang berarti dalam waktu singkat. Antara kata capat dalam BMS dan kata cepat dalam BI memiliki kemiripan kata. Perubahannya terletak pada perbedaan fonem /a/ dan fonem /e/. Kasus ini sama dengan contoh sebelumnya pada kata sadikit. Tampaknya, dalam BMS penggunaan fonem /e/ dalam BI selalu diucapkan /a/ dalam BMS. Di lain kasus, interferensi juga terjadi seperti tampak pada data berikut. c) Kelas Kata Nomina Nomina sering juga disebut kata benda, dapat dilihat dari dua segi, yakni segi semantik dan segi sintaksis (Moelino dan Dardjowidjojo, 1997: 152). Dari segi semantik kita dapat mengatakan bahwa nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Pada pembahasan ini, akan dideskripsikan penggunaan bahasa Indonesia lisan yang mengalami interferensi BMS pada tataran leksikal yakni pada kelas kata nomina. Adapun hasil penelitian tentang kelas kata nomina tersebut sebagai berikut. Mt1 : Di skola, di sebelah mana? Di sekolah di sebelah mana? (P1 Tt14) P1 : Di pinggir ruang guru. Yang tacampur dengan bunga putri malu. Di dekat ruang guru. Yang bercampur dengan bunga putri malu. (P1Tt15) Percakapan 1 pada tuturan 14 pada kalimat Di skola, di sebelah mana? Menandakan bahwa kalimat tersebut mengalami interferensi. Interferensi yang dimaksud adalah interferensi leksikal kelas kata nomina. Interferensi Leksikal kelas kata nomina terdapat pada kata skola. Kata skola merupakan kata dalam BMS yang sepadan dengan kata sekolah dalam BI. Dalam BI yang benar dari kata skola yaitu sekolah. Sehingga, kalimat yang benar seharusnya menjadi kalimat Di sekolah, di sebelah mana? Keseluruhan kata dalam kalimat tersebut merupakan kata baku yang digunakan ketika berbahasa 9

10 Indonesia. lain yang menunjukkan adanya interferensi leksikal kelas kata nomina tertuang pada data selanjutnya Mt1 : Calana yang agak sempit. Celana yang agak sempit. (P2 Tt8) P1 : Bagimana so talalo basar. Bagaimana sudah terlalu besar. (P2 Tt9) Beranjak dari data tersebut, tuturan pada kalimat Calana yang agak sempit menandakan bahwa kalimat tersebut memiliki interferensi. Interferensi terletak pada kata calana. Kalimat tersebut dituturkan oleh Mt1 (Rara, anak yang berusia 10 tahun) kepada P1 (Andini, anak yang berusia 10 tahun). Interferensi kata calana yang bermaksud untuk menyebutkan nomina celana dalam BI merupakan interferensi leksikal kelas kata nomina. Kata calana tidak terdapat dalam BI. Kata calana hanya terdapat dalam BMS. P1 bermaksud menyebutkan nomina celana, namun keterbiasaan menyebut celana menjadi calana, sehingga pemahamannya antara kata celana dan kata calana sama saja. BI yang benar dari kata calana yaitu celana. Apabila kata calana digantikan dengan kata celana, maka kalimat tersebut akan berubah menjadi Celana yang agak sempit. Keseluruhan kata tersebut merupakan kata baku yang digunakan ketika berbahasa Indonesia. Interferensi leksikal kelas kata nomina terlihat juga pada data berikut. d) Kelas Kata Pronomina Pronomina merupakan kata ganti yang dapat menggantikan bagian kalimat, kalimat, atau kata. Menurut Chaer (2008: 87), pronomina lazim disebut kata ganti karena tugasnya memang menggantikan nomina yang ada. Pada pembahasan ini, akan dideskripsikan penggunaan bahasa Indonesia lisan yang mengalami interferensi BMS pada tataran leksikal yakni pada kelas kata pronomina. Adapun hasil penelitian tentang kelas kata pronomina adalah sebagai berikut. P1 : Te mungkin ada yang warna hijau. Sa suka warna biru. Tidak mungkin ada yang warna hijau. Saya suka warna biru. (P1 Tt25) 10

11 Mt1 : Ibii te juga ada yang warna biru. Ih, tidak ada juga yang warna biru. (P1 Tt26) Percakapan 1 pada tuturan 25, Sa suka warna biru. Kalimat tersebut dituturkan oleh P1 (Rahma, anak yang beusia 10 tahun) kepada Mt1 (Lila, anak yang berusia 10 tahun). kalimat yang dituturkan oleh P1 merupakan kalimat bahasa Indonesia yang mengandung interferensi bahasa Melayu Saluan. Interferensi Leksikal kelas kata pronomina nampak jelas pada kalimat tersebut yaitu pada kata sa yang hadir di awa kalimat. Kata sa bukanlah kata yang berasal dari bahasa Indonesia, akan tetapi kata sa merupakan kata yang berasal dari bahasa Melayu Saluan yang digunakan oleh masyarakat Saluan. Bahasa Indonesia yang benar dari kata sa yaitu saya. Apabila kata sa digantikan dengan kata saya, maka kalimat tersebut akan berubah menjadi Saya suka warna biru. Keseluruhan kata tersebut merupakan kata baku yang digunakan ketika berbahasa Indonesia. P1 : Komiu tidak makan? (P5 Tt20) Mt1 : So makan. (P5 Tt21) Percakapan 5 pada tuturan 20, Komiu tidak makan? yang dituturkan oleh P1 (Tiwi, anak yang beusia 10 tahun) kepada Mt1 (Rara, anak yang berusia 10 tahun) termasuk kalimat yang mengandung interferensi. Interferensi yang terjadi pada kalimat tersebut adalah interferensi leksikal kelas kata pronominal. Tampak jelas pada kata komiu. Kata komiu bukanlah kata yang berasal dari BI, akan tetapi kata komiu merupakan kata yang berasal dari BMS yang digunakan oleh masyarakat Saluan. Dapat dilihat bahwa kata komiu hadir di awal kalimat BI. Tuturan P1 tersebut menyebabkan kalimat (P5 Tt20) mengalami interferensi leksikal pada kelas kata pronomina. Dalam BMS kata komiu sama dengan kata dalam BI yakni kata kalian. Apabila kata komiu digantikan dengan kata kalian, maka kalimat menjadi Kalian tidak makan? 11

12 e) Kelas Kata Numeralia Numeralia atau kata bilangan adalah kata-kata yang menyatakan bilangan, jumlah, nomor, urutan dan himpunan (Chaer, 2008:93). Menurut bentuk dan fungsinya biasanya dibicarakan adanya kata bilangan utama, bilangan genap, bilangan ganjil, bilangan bulat, bilangan pecahan, bilangan tingkat, dan kata bantu bilangan. Pada pembahasan ini, akan dideskripsikan penggunaan BI lisan yang mengalami interferensi BMS pada tataran leksikal yakni pada kelas kata numeralia. Adapun hasil penelitian tentang kelas kata numeralia tersebut diuraikan berikut ini. P1 : Yang ini saribu. Kalo yang ini mahal. Yang gambar prinses mungkin so abis. Yang ini seribu. Kalau yang ini mahal. Yang gambar prinses mungkin sudah habis.(p4 Tt13) : Eh, te ada uang. Eh tidak ada uang. (P4 Tt14) Mt1 Percakapan 4 pada tuturan 13, Yang ini saribu?. Kalimat tersebut dituturkan oleh P1 (Rahma, anak yang berusia 10 tahun) kepada Mt1 (Tiwi, anak yang berusia 10 tahun). Interferensi leksikal kelas kata numeralia tampak jelas pada kalimat tersebut yaitu pada kata saribu. Kata saribu bukanlah kata yang berasal dari BI, akan tetapi kata saribu merupakan kata yang berasal dari BMS yang sering digunakan oleh masyarakat Saluan. Dapat dilihat dengan jelas bahwa kata saribu hadir di akhir kalimat BI, yang diujarkan P1 sehingga menyebabkan kalimat tersebut mengalami interferensi leksikal pada kelas kata numeralia. BI yang benar dari kata saribu yaitu seribu. Apabila kata saribu digantikan dengan kata seribu, maka kalimat tersebut akan berubah menjadi Yang ini seribu? Keseluruhan kata tersebut merupakan kata baku yang digunakan ketika berbahasa Indonesia. Mt1 P1 : Yee, sambarang skali nga ini. saya dapat juara anam. Yah, sembarang sekali kau ini. Saya dapat juara enam (P4 Tt28) : Anam dari Hongkong. Nga kira sa te tau nga juara barapa? Enam dari Hongkong. Kau kira saya tidak tau kau juara berapa? (P4 Tt29) 12

13 Berdasarkan data tersebut, kalimat Saya dapat juara anam dan kalimat Anam dari Hongkong yang dituturkan oleh Mt1 dan P1 merupakan kalimat interferensi. Interferensi leksikal kelas kata numeralia tampak pada kata anam. Antara P1 dan Mt1 sama-sama melakukan interferensi leksikal kelas kata numeralia sebagaimana tampak pada data percakapan. BI yang benar dari kata anam yaitu enam. Apabila kata anam digantikan dengan kata enam, maka kalimat Mt1 menjadi Saya dapat juara enam. Demikian juga jika kata anam diganti dengan kata enam pada tuturan P1, akan menjadi Enam dari Hongkong. Keseluruhan kata tersebut merupakan kata baku dalam BI. Peluang interferensi pada bagian selanjutnya terpadat pada tuturan P1 seperti tampak berikut. 2. Faktor-faktor penyebab terjadinya interferensi leksikal apada anak 9-10 tahun di lingkungan keluarga Faktor penyebab terjadinya interferensi leksikal bahasa Melayu Saluan terhadap penggunaan BI lisan pada anak usia 9-10 tahun yaitu faktor lingkungan, faktor kebisaan dan faktor mampu menggunakan BMS dan BI. Faktor lingkungan sangat mempengaruhi penggunaan bahasa anak usia 9-10 tahun. Lingkungan adalah tempat untuk berinteraksi bagi mereka. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan keluarga yang di dalamnya terjalin komunikasi dengan orang tua, teman sebaya anak. Lingkungan yang bersifat naturalistik atau bersifat alamiah merupakan lingkungan yang memberikan kebebasan bagi seorang anak untuk menggunakan bahasa yang ingin digunakan, baik BMS maupun BI. Faktor kebiasaan adalah faktor kedua terjadinya interferensi leksikal BMS terhadap penggunaan BI. Penggunaan bahasa yang lebih dari satu, akan menjadikan kebiasaan hingga dapat menimbulkan kekacauan penggunaan suatu bahasa yang dilakukan oleh anak tersebut baik di lingkungan informal bahkan di lingkungan formal, yakni sering menggunakan BMS, sehingga kebiasaan dalam menggunakan BMS terbawa hingga pada situasi formal, yakni pembelajaran di kelas. Faktor mampu menggunakan BMS dan BI adalah faktor terakhir yang menyebabkan interferensi BMS terhadap penggunaan BI. Adanya 13

14 faktor kemampuan penutur menggunakan bahasa lebih dari satu menyebabkan penutur akan menggunakan kedua bahasa yang dikuasai ketika berkomunikasi. SIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan maka peneliti menyimpulkan bahwa dalam penelitian ini terdapat lima kelas kata yaitu kelas kata verba, kelas kata adjektiva, kelas kata pronomina, kelas kata nomina, kelas kata numeralia. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya interferensi Melayu Saluan yaitu faktor lingkungan dan faktor kebiasaan. a) Kelas kata verba yaitu ambe, so, jatong, dibeken, jang, bulum, amper, sampe, carita, blakang, nae, katawa, dialin, brenti, mahaik, intamo, minsule, bilako, paya, sabantar, turus, pangge, pigi, pete, ikot, ilang, bale. b) Bentuk kelas kata adjektiva yaitu, sadikit, capat, ijo, pamalas, jao, suak, maidek, takot, bangkaknya, alus, lekos, matongot, ponga, barat, manganto, manangis, majoko, itom. c) Bentuk kelas kata nomina yaitu skolah, calana, rambut kariting, apu, momot, lante, idong, manuk, balan, kartas, biwi, bonua, me, bitis besar, dedeng, jonga, lepak, ubak, leper, piso, tolor, mian, parampuan, pakit. d) Bentuk kelas kata pronominal yaitu sa, komiu, torang, nga, de. e) Bentuk kelas kata numeralia yaitu saribu, anam opat, seblas, lapan, saratus, anamlas, ampat puluh lapan. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dapat disarankan kepada pihak-pihak sebagai berikut 1) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru di sekolah sebagai pembinaan dalam proses pembelajaran agar tidak terjadi interferensi yang disebabkan oleh penggunaan bahasa. 14

15 2) Penetian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dalam menggunakan bahasa Indonesia. 3) Penelitian ini diharapkan akan menjadi perhatian untuk kedepannya, sehingga peristiwa interferensi dapat dikendalikan. 4) Adanya penelitian ini diharapkan dapat diterima oleh semua pihak dan menjadikan penelitian ini sebagai penambah wawsan dan pengetahuan akan pentingnya bahasa Indonesia untuk digunakan dalam berinteraksi baik dalam situasi formal maupun nonformal. DAFTAR RUJUKAN Alwi, Hasan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Aslinda dan Leni Syak Yahya Pengantar Sosiolinguistik. Refika Aditama Chaer, Abdul Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul dan Agustina Leonie Sosilinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. Moeliono, Anton M dan Soejono Dardjawidjojo Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Soetjiningsih, Christiana Hari Perkembangan Anak Sejak Pembuahan sampai dengan Kanak-kanak Akhir. Jakarta: Prenada Media Group. Sumarsono dan Partana. P Sosiolinguistik. Yogyakarta. Sabda. Pateda, Mansoer Sosiolinguistik. Gorontalo: Viladan. 15

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi bersifat universal. Artinya, hampir tidak

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi bersifat universal. Artinya, hampir tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi bersifat universal. Artinya, hampir tidak ada seorang manusia di dunia yang tidak mampu berkomunikasi melalui bahasa. Bahasa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sangat penting, yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Di samping bahasa Indonesia, terdapat juga bahasa daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai kesopanan, sehingga mudah dipahami oleh lawan bicara.

BAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai kesopanan, sehingga mudah dipahami oleh lawan bicara. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia hidup tidak akan lepas dari bahasa. Bahasa adalah alat komunikasi yang paling mudah cara penyampaiannya. Untuk menyampaikan komunikasi, atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian yang relevan sebelumnya berkaitan dengan interferensi leksikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian yang relevan sebelumnya berkaitan dengan interferensi leksikal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Penelitian yang relevan sebelumnya berkaitan dengan interferensi leksikal bahasa Melayu Saluan terhadap penggunaan bahasa Indonesia lisan pada

Lebih terperinci

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Wisuda Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh NURMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau lebih yang disebut masyarakat bilingual (dwibahasawan). Interferensi merupakan perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi antar sesama, baik dalam kehidupan sehari-hari di keluarga maupun di lingkungan masyarakat tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang sangat dibutuhkan manusia dalam menyampaikan suatu maksud

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang sangat dibutuhkan manusia dalam menyampaikan suatu maksud BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa, masyarakat, dan budaya adalah tiga entitas yang erat berhubungan. Ketiadaan yang satu menyebabkan ketiadaan yang lainnya. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena interferensi bahasa sangat lumrah terjadi pada masyarakat yang menggunakan dua bahasa atau yang juga disebut dwibahasa. Fenomena tersebut dalam sosiolinguistik

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

INTERFERENSI BAHASA PERTAMA DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS IX MTs PIDUA MERANJAT

INTERFERENSI BAHASA PERTAMA DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS IX MTs PIDUA MERANJAT INTERFERENSI BAHASA PERTAMA DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS IX MTs PIDUA MERANJAT Yeyen Yusniar Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UNISKI Kayuagung Abstrak: ujuan dalam penelitian ini adalah untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sepuluh. Menurut Kridalaksana kelas kata terbagi sepuluh macam sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. sepuluh. Menurut Kridalaksana kelas kata terbagi sepuluh macam sebagai 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata unsur terpenting di dalam bahasa. Tanpa kata mungkin tidak ada bahasa, sebab itulah kata yang merupakan perwujudan bahasa (Chaer,2011:86). Kelas kata dalam bahasa

Lebih terperinci

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Wahyu Dwi Putra Krisanjaya Lilianan Muliastuti Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pembentukan

Lebih terperinci

INTERFERENSI KOSAKATA BAHASA JAWA TERHADAP BAHASA INDONESIA PADA MASYARAKAT DI NAGARI LUBUK BUNTA, KECAMATAN SILAUT, KABUPATEN PESISIR SELATAN.

INTERFERENSI KOSAKATA BAHASA JAWA TERHADAP BAHASA INDONESIA PADA MASYARAKAT DI NAGARI LUBUK BUNTA, KECAMATAN SILAUT, KABUPATEN PESISIR SELATAN. INTERFERENSI KOSAKATA BAHASA JAWA TERHADAP BAHASA INDONESIA PADA MASYARAKAT DI NAGARI LUBUK BUNTA, KECAMATAN SILAUT, KABUPATEN PESISIR SELATAN. Upik Puspita Rini 1), Marsis 2), Syofiani 2) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedudukan bahasa Indonesia saat ini semakin mantap sebagai wahana komunikasi, baik dalam hubungan sosial maupun dalam hubungan formal. Pemakaian bahasa Indonesia mulai

Lebih terperinci

RAGAM BAHASA REMAJA PUTERI DALAM PERCAKAPAN INFORMAL DI KAMPUS UPI TASIKMALAYA Oleh: Enung Rukiah ABSTRAK

RAGAM BAHASA REMAJA PUTERI DALAM PERCAKAPAN INFORMAL DI KAMPUS UPI TASIKMALAYA Oleh: Enung Rukiah ABSTRAK RAGAM BAHASA REMAJA PUTERI DALAM PERCAKAPAN INFORMAL DI KAMPUS UPI TASIKMALAYA Oleh: Enung Rukiah ABSTRAK Ragam bahasa remaja putri dalam percakapan informal di Kampus UPI Tasikmalaya cukup bervariasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi tersebut, manusia memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan.

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini diuraikan mengenai: (1) latar belakang, (2) fokus penelitian, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) penegasan istilah. Berikut diuraikan penjelasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR Nur Hafsah Yunus MS 1, Chuduriah Sahabuddin 2, Muh. Syaeba 3 Universitas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas VII SMPN 2

BAB V PENUTUP. bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas VII SMPN 2 54 BAB V PENUTUP A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang interferensi gramatikal bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas VII SMPN 2 Bambanglipuro, Bantul, Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian keadaan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami poetra dan poetri

BAB I PENDAHULUAN. ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami poetra dan poetri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan. Betapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengantar Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah menjadi suatu wilayah yang kompleks masyarakatnya. Keadaan ini terjadi karena sekarang semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, digunakan baik sebagai bahasa pengantar sehari-hari ataupun bahasa pengantar di lingkungan formal seperti bahasa pengantar sekolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan maksud yang tersimpan di dalam pikirannya kepada orang lain. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan

Lebih terperinci

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

PEMILIHAN KATA BAHASA INDONESIA SEBAGAI SARANA PENGUASAAN BAHAN AJAR

PEMILIHAN KATA BAHASA INDONESIA SEBAGAI SARANA PENGUASAAN BAHAN AJAR PEMILIHAN KATA BAHASA INDONESIA SEBAGAI SARANA PENGUASAAN BAHAN AJAR Sutarsih Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah Email: sutabinde1@yahoo.com Abstrak Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki peran sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Penelitian yang mengangkat masalah Pemertahanan Bahasa Bali belum ada yang melakukan di daerah Gorontalo, namun peneliti menemukan di internet

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam lisan maupun tulisan. Tanpa bahasa, seseorang tidak dapat berinteraksi dengan

Lebih terperinci

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat

Lebih terperinci

PENERAPAN MAKSIM TUTUR DALAM TINDAK TUTUR CERAMAH PENGAJIAN RUTIN HARI MINGGU MALAM SENIN DI MASJID BAITURROHMAN BULAN JANUARI JUNI TAHUN 2014

PENERAPAN MAKSIM TUTUR DALAM TINDAK TUTUR CERAMAH PENGAJIAN RUTIN HARI MINGGU MALAM SENIN DI MASJID BAITURROHMAN BULAN JANUARI JUNI TAHUN 2014 PENERAPAN MAKSIM TUTUR DALAM TINDAK TUTUR CERAMAH PENGAJIAN RUTIN HARI MINGGU MALAM SENIN DI MASJID BAITURROHMAN BULAN JANUARI JUNI TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat produktif dan dinamis. Selain itu perkembangan bahasa juga dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. bersifat produktif dan dinamis. Selain itu perkembangan bahasa juga dipengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa selalu mengalami perkembangan dan perubahan dalam kurun waktu tertentu. Perkembangan dan perubahan bahasa terjadi karena bahasa yang bersifat produktif dan dinamis.

Lebih terperinci

Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat

Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat Program PPM KOMPETITIF Sumber Dana DIPA Universitas Andalas Besar Anggaran Rp 4.750.000 Tim Pelaksana Leni Syafyahya dan Efri Yades Fakultas Sastra Lokasi Kota Padang, Sumatera Barat PENINGKATAN KEMAMPUAN

Lebih terperinci

Gorontalo untuk berkomunikasi. Selain bahasa Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Gorontalo untuk berkomunikasi. Selain bahasa Gorontalo, Provinsi Gorontalo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa daerah Gorontalo adalah bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat Gorontalo untuk berkomunikasi. Selain bahasa Gorontalo, Provinsi Gorontalo memiliki dua

Lebih terperinci

Oleh: Dibimbing oleh : 1. Dr. Endang Waryanti, M.Pd 2. Dra. Sumiyarsi SRI RAHAYU SETIYA NINGSIH NPM:

Oleh: Dibimbing oleh : 1. Dr. Endang Waryanti, M.Pd 2. Dra. Sumiyarsi SRI RAHAYU SETIYA NINGSIH NPM: JURNAL BAHASA SEDERHANA ANAK USIA 2.0-3.0 TAHUN DAN USIA 3.0-4.0 TAHUN DI DESA TIRULOR KECAMATAN GURAH KABUPATEN KEDIRI TAHUN 2016 SIMPLE LANGUAGE OF CHILDREN AGES 2.0-3.0 AGE AND YEARS IN THE VILLAGE

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA

PEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- 78 PEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA Favorita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

RAGAM BAHASA PEDAGANG KAKI LIMA DI TERMINAL PURABAYA SURABAYA: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK. Ratna Dewi Kartikasari Universitas Muhammadiyah Jakarta

RAGAM BAHASA PEDAGANG KAKI LIMA DI TERMINAL PURABAYA SURABAYA: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK. Ratna Dewi Kartikasari Universitas Muhammadiyah Jakarta RAGAM BAHASA PEDAGANG KAKI LIMA DI TERMINAL PURABAYA SURABAYA: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Ratna Dewi Kartikasari Universitas Muhammadiyah Jakarta ABSTRAK Penelitian ini mengaji tentang ragam bahasa Pedagang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. Chaer dan Leonie (2010:14 15) mengungkapkan bahwa dalam komunikasi, bahasa berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiolinguistik

BAB II KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiolinguistik BAB II KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori Konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiolinguistik dan teori tradisional. Teori sosiolinguistik yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya di muka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga

BAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga 320 BAB VII KESIMPULAN Kosakata bahasa Prancis yang masuk dan diserap ke dalam bahasa Indonesia secara difusi dikenal dan digunakan dari masa kolonial Eropa di Indonesia hingga saat ini. Kosakata bahasa

Lebih terperinci

ARTIKEL VARIASI BAHASA OLEH MAHASISWA DI KOST JAMBORE, KOST BAHAGIA DAN KOST DUA SUSUN OLEH SINTIA PATTIWAEL NIM :

ARTIKEL VARIASI BAHASA OLEH MAHASISWA DI KOST JAMBORE, KOST BAHAGIA DAN KOST DUA SUSUN OLEH SINTIA PATTIWAEL NIM : ARTIKEL VARIASI BAHASA OLEH MAHASISWA DI KOST JAMBORE, KOST BAHAGIA DAN KOST DUA SUSUN OLEH SINTIA PATTIWAEL NIM : 311 410 112 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki status sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang kebanggaan

Lebih terperinci

BAB I. dibedakan dari pembelajaran bahasa (language learning). Pembelajaran

BAB I. dibedakan dari pembelajaran bahasa (language learning). Pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seseorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa

Lebih terperinci

Interferensi Kosakata Bahasa Banjar dalam Penggunaan Bahasa Indonesia Mahasiswa STKIP PGRI Banjarmasin. Ida Komalasari dan Dana Aswadi

Interferensi Kosakata Bahasa Banjar dalam Penggunaan Bahasa Indonesia Mahasiswa STKIP PGRI Banjarmasin. Ida Komalasari dan Dana Aswadi 157 Interferensi Kosakata Bahasa Banjar dalam Penggunaan Bahasa Indonesia Mahasiswa STKIP PGRI Banjarmasin Ida Komalasari dan Dana Aswadi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI

Lebih terperinci

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS BAHASA BATAK ANGKOLA DALAM KARANGAN BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS 5 SDN 105010 SIGAMA KECAMATAN PADANG BOLAK TAPANULI SELATAN Fitriani Lubis Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan peranannya sangat penting sehingga melalui bahasa dapat dilihat tinggi rendahnya kebudayaan bangsa tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alih kode..., Dewi Nuryanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Alih kode..., Dewi Nuryanti, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemahaman berbahasa setiap orang berbeda di setiap budaya. Berkumpulnya berbagai budaya di suatu tempat, seperti ibukota negara, menyebabkan bertemunya berbagai budaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SMP Negeri 2 Polanharjo merupakan sekolahan yang letaknya di pinggiran Kabupaten Klaten tepatnya di Jalan Raya Tegalgondo-Janti km 3, Sidowayah, Polanharjo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, baik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, baik secara sosial, budaya, maupun linguistik. Berdasarkan aspek linguistik, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Penelitian kualitatif dipilih karena penelitian ini digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizqi Aji Pratama, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizqi Aji Pratama, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia (BI) di SMA dan MA dilaksanakan dengan mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang di dalamnya berisi keterampilan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Bahasa juga merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari dan menjadi jembatan dalam bersosialisasi dengan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sikap bahasa merupakan sebagian dari sosiolinguistik yang mengkaji tentang bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sikap bahasa merupakan sebagian dari sosiolinguistik yang mengkaji tentang bahasa. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sikap bahasa merupakan sebagian dari sosiolinguistik yang mengkaji tentang bahasa. Jadi sikap bahasa tidak bisa lepas dari sosiolinguistik. Kebebasan memilih dan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK LINGUISTIK : BAHASA. Linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.

BAB 3 OBJEK LINGUISTIK : BAHASA. Linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. BAB 3 OBJEK LINGUISTIK : BAHASA Linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. 1. Pengertian Bahasa Kridalaksana (1983) : bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang dipergunakan dalam masyarakat. Bahasa memiliki peran dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang dipergunakan dalam masyarakat. Bahasa memiliki peran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat pemakai bahasa secara sadar atau tidak sadar menggunakan bahasa yang dipergunakan dalam masyarakat. Bahasa memiliki peran dan kedudukan yang sangat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian dengan judul Pemerolehan Bahasa Melayu Jambi pada Sasha Anak Usia Tiga Tahun; Suatu Kajian Psikolinguistik menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

PEMILIHAN KODE MASYARAKAT PESANTREN DI PESANTREN AL-AZIZ BANJARPATOMAN DAMPIT

PEMILIHAN KODE MASYARAKAT PESANTREN DI PESANTREN AL-AZIZ BANJARPATOMAN DAMPIT PEMILIHAN KODE MASYARAKAT PESANTREN DI PESANTREN AL-AZIZ BANJARPATOMAN DAMPIT Oleh Abdul Hamid 1 Anang Santoso 2 Roekhan² E-mail: hiliyahhamid@gmail.com Universitas Negeri Malang Jalan Semarang Nomor 5

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semangat kebangsaan dan semangat perjuangan dalam mengantarkan rakyat

BAB I PENDAHULUAN. semangat kebangsaan dan semangat perjuangan dalam mengantarkan rakyat 1 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki peran yang sangat menentukan dalam perkembangan kehidupan bangsa Indonesia. Dalam masa perjuangan kemerdekaan, bahasa Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi antara sesamanya, manusia menggunakan bahasa untuk menyampaikan informasi, gagasan, pendapat serta untuk mengekspresikan diri dan perasaan. Bahasa

Lebih terperinci

INTERFERENSI BAHASA SUNDA DALAM PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA APARAT DESA KELURAHAN UNDRUSBINANGUN

INTERFERENSI BAHASA SUNDA DALAM PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA APARAT DESA KELURAHAN UNDRUSBINANGUN INTERFERENSI BAHASA SUNDA DALAM PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA APARAT DESA KELURAHAN UNDRUSBINANGUN Hera Wahdah Humaira Dosen PBSI FKIP Universitas Muhammadiyah Sukabumi hera_humaira87@yahoo.co.id Asep Firdaus

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat pemakainya dalam berkomunikasi. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan sistem, yaitu seperangkat

Lebih terperinci

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE 4.1 Pengantar Bagian ini akan membicarakan analisis unsur-unsur bahasa Inggris yang masuk ke dalam campur kode dan membahas hasilnya. Analisis

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Berdasarkan observasi penulis saat melakukan kegiatan PPL. Anak terlihat cenderung pasif melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. 1 PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. Dalam interaksi sosial masyarakat Jawa, lebih cenderung menggunakan komunikasi

Lebih terperinci

Oktorita Kissanti Rahayu

Oktorita Kissanti Rahayu PEMAKAIAN KONJUNGSI PADA BAHASA PERCAKAPAN ANAK USIA 7-9 TAHUN DI DESA PABELAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

KATA SAJA DALAM BAHASA INDONESIA

KATA SAJA DALAM BAHASA INDONESIA KATA SAJA DALAM BAHASA INDONESIA B.B.Dwijatmoko b.b.dwijatmoko@gmail.com Universitas Sanata Dharma 1. PENDAHULUAN Sebagai alat komunikasi, bahasa Indonesia mempunyai satuan-satuan yang lengkap untuk menyampakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas komunikasi tidak lepas dari kehidupan manusia sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas komunikasi tidak lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas komunikasi tidak lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Manusia dalam mempertahankan hidupnya manusia tidak dapat hidup tanpa orang lain. Interaksi mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan,

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apa yang akan terjadi saat seseorang pertama kali belajar bahasa asing? Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan, ia

Lebih terperinci

ROSI SUSANTI NIM

ROSI SUSANTI NIM INTERFERENSI SUB DIALEK MELAYU MANTANG TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA MASYARAKAT KAMPUNG CENUT KABUPATEN BINTAN ARTIKEL E-JOURNAL ROSI SUSANTI NIM 120388201236 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun kelompok. Bahasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Biau. Kabupaten Buol. Adapun penelitian sejenis yang pernah diteliti antara lain:

BAB II LANDASAN TEORI. Biau. Kabupaten Buol. Adapun penelitian sejenis yang pernah diteliti antara lain: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Penelitian tentang alih kode dan campur kode, sudah banyak diteliti oleh para peneliti sebelumnya. Namun sejauh ini belum ada yang melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu tidak akan pernah luput dari komunikasi antarsesama, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu tidak akan pernah luput dari komunikasi antarsesama, baik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu tidak akan pernah luput dari komunikasi antarsesama, baik dalam kehidupan sehari-hari di keluarga maupun lingkungan masyarakat tempat mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setia Rini, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setia Rini, 2014 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini peneliti memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan proses penyusunan kegiatan penelitian yang dilakukan, diantaranya: latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu identitas sebuah bangsa demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendiri bangsa Indonesia menyadari betul akan ancaman perpecahan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. pendiri bangsa Indonesia menyadari betul akan ancaman perpecahan bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang sangat beragam suku, adat istiadat, ras, agama, dan bahasa. Para pendiri

Lebih terperinci

JURNAL. Javanese Language Interferance in Language Essay of Fifth Grader in MI Yaa Bunayya Dandong Srengat Blitar

JURNAL. Javanese Language Interferance in Language Essay of Fifth Grader in MI Yaa Bunayya Dandong Srengat Blitar JURNAL INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V MI YAA BUNAYYA DANDONG SRENGAT KABUPATEN BLITAR TAHUN AJARAN 2015-2016 Javanese Language Interferance in Language Essay of

Lebih terperinci

INTERERENSI FONOLOGIS DAN MORFOLOGIS BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SD SE-KECAMATAN KRAMAT, KABUPATEN TEGAL

INTERERENSI FONOLOGIS DAN MORFOLOGIS BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SD SE-KECAMATAN KRAMAT, KABUPATEN TEGAL INTERERENSI FONOLOGIS DAN MORFOLOGIS BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SD SE-KECAMATAN KRAMAT, KABUPATEN TEGAL Leli Triana Masuad Edy Santoso Universitas Pancasakti Tegal

Lebih terperinci

CAMPUR KODE TUTURAN GURU PLAYGROUP BUAH HATI DESA TIRIPAN KECAMATAN BERBEK KABUPATEN NGANJUK SKRIPSI

CAMPUR KODE TUTURAN GURU PLAYGROUP BUAH HATI DESA TIRIPAN KECAMATAN BERBEK KABUPATEN NGANJUK SKRIPSI CAMPUR KODE TUTURAN GURU PLAYGROUP BUAH HATI DESA TIRIPAN KECAMATAN BERBEK KABUPATEN NGANJUK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1) Program Studi Bahasa

Lebih terperinci

PEMILIHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN TEGAL DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI ALTERATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK.

PEMILIHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN TEGAL DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI ALTERATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK. PEMILIHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN TEGAL DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI ALTERATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK Leli Triana ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bahasa Indonesia dan bahasa daerah merupakan unsur budaya Indonesia yang hidup. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia pada umumnya memiliki keterampilan menggunakan dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa nasional dan bahasa

Lebih terperinci

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang Oleh: Murliaty 1, Erizal Gani 2, Andria Catri Tamsin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

INTERFERENSI BAHASA MELAYU JAMBI KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS VIIIA DI SMP N 20 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2016/2017. Rohyati Kartikaputri

INTERFERENSI BAHASA MELAYU JAMBI KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS VIIIA DI SMP N 20 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2016/2017. Rohyati Kartikaputri INTERFERENSI BAHASA MELAYU JAMBI KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS VIIIA DI SMP N 20 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2016/2017 Rohyati Kartikaputri This reserach is descriptive qualitative. The purpose

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini memakai pendekatan sosiolinguistik. Sosiolinguistik adalah ilmu bahasa yang berkaitan dengan keadaan sosial masyarakat sekitar pengguna

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata kunci: dialektologi, sikap, bahasa, minang, rantau

Abstraksi. Kata kunci: dialektologi, sikap, bahasa, minang, rantau Kajian Dialektologi dan Sikap Bahasa Minang Pada Pedagang Rantau di Jakarta 1 Erni Hastuti, 2 Teddy Oswari 1 Fakultas Sastra dan Bahasa, Universitas Gunadarma 2 Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOSA KATA BAHASA INDONESIA OLEH DWI DALAM KONTEKS SEKOLAH

PEMBELAJARAN KOSA KATA BAHASA INDONESIA OLEH DWI DALAM KONTEKS SEKOLAH PEMBELAJARAN KOSA KATA BAHASA INDONESIA OLEH DWI DALAM KONTEKS SEKOLAH Dalam kehidupan setiap orang tidak terlepas dari bahasa yang digunakan Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tutur/ pendengar/ pembaca). Saat kita berinteraksi/berkomunikasi dengan orang

BAB I PENDAHULUAN. tutur/ pendengar/ pembaca). Saat kita berinteraksi/berkomunikasi dengan orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik berperan

Lebih terperinci