STRATEGI PEMBANGUNAN DESA TERPADU : SUATU PILIHAN PARADIGMA PEOPLE CENTERED DEVELOPMENT
|
|
- Devi Hadiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 STRATEGI PEMBANGUNAN DESA TERPADU : SUATU PILIHAN PARADIGMA PEOPLE CENTERED DEVELOPMENT Oleh : Agus Hendrayady Dosen Ilmu Administrasi Negara dan Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji Abstract Development in Indonesia has long begun, since the Soekarno-Hatta proclaimed the republic until the present time which we are familiar with the reform area. But to keep in mind that the development which has been implemented by the government, perceived by the public not to touch or no taxable wearing or in accordance with what is actually desired by the community. Keywords : Development, community, people centered development paradigm. A. Pendahuluan Asumsi orang selama ini tentang pembangunan selalu tentang pembangunan gedung-gedung pencakar langit, menara tinggi yang menunjuk langit, jembatan layang yang bertingkat-tingkat, hingga pembangunan di kota-kota besar, dan lain sebagainya. Disamping pembangunan sebagaimana tersebut, ternyata pembangunan dihadapkan pada permasalahanpermasalahan meningkatnya kesenjangan antara Jawa dan Luar Jawa, antara Kawasan Barat dan Kawasan Timur Indonesia, serta antara Kota dan Desa. Pertumbuhan pembangunan yang tidak seimbang antara Kota Besar/Metropolitan dengan Kota Menengah dan Kota Kecil dengan pemusatan ekonomi di Pulau Jawa-Bali serta pertumbuhan kota-kota menengah dan kecil serta kawasan pedesaan yang berjalan lambat mengakibatkan berbagai kesenjangan tersebut. Di samping itu, kemampuan masing-masing daerah tidak merata dalam kapasitas kelembagaan, sumber daya aparatur, pengelolaan keuangan, dan kapasitas anggota legislatif. Untuk Indonesia, sebagaimana yang diharapkan oleh para founding father adalah pembangunan masyarakat yang adil dan makmur. Yang utama adalah pembangunan masyarakat (manusia), sedangkan pembangunan fisik hanyalah pertanda bahwa sebagian manusianya makmur. Satu hal yang harus menjadi pemikiran bersama, adilkah jika terdapat gedunggedung pencakar langit, menara tinggi yang menunjuk langit, jembatan layang yang bertingkat-tingkat, hingga pembangunan di kota-kota besar, namun sebagian masyarakatnya masih menderita? Hal ini jangan sampai menjadi pembenaran terhadap apa yang disampaikan oleh Selo Sumarjan (dalam Ngusmanto, 2005:13), bahwa pembangunan menurut orang kecil/miskin adalah sebuah malapetaka dan mendamparkan hidup orang kecil. Jelaslah bahwa kasih sayang, kesejahteraan, kebahagiaan dan cinta tidak bisa dibeli, sebagaimana lagu The Beatles : Money can t buy me love. Secara sederhana, Pembangunan, menurut literaturliteratur ekonomi pembangunan, sering didefinisikan sebagai suatu proses yang berkesinambungan dari peningkatan pendapatan riil per kapita melalui peningkatan jumlah dan produktivitas sumber daya. (Afiffuddin, 2010:67). Apakah definisi seperti ini sudah cukup, karena bagaimanapun juga belum memenuhi keinginan sebagaimana penjelasan sebelumnya. Oleh karena itu penulis kutipkan pendapat lain mengenai pembangunan. Pembangunan Menurut Siagian (1995:2-3 & 2005:4), rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana & dilakukan secara sadar yang ditempuh oleh suatu negara, bangsa & pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building). Dari pendapat tersebut jelas bahwa pembangunan haruslah dilakukan secara terencana dan mencakup segala segi kehidupan dan penghidupan bangsa dan negara dengan membuat program-program yang sesuai dengan keinginan masyarakat disesuaikan dengan skala prioritas.
2 358 Namun yang terjadi justru sebaliknya masyarakat hanya menerima apapun program-program pembangunan yang dibuat oleh pemerintah. Untuk bisa membangun lebih baik, masyarakat harus berpendidikan dan bermoral lebih baik. Seperti pada zaman orde baru yang kita kenal dengan Pelita (Pembangunan Lima Tahun) dari yang I (Pertama) hingga terakhir berhenti di angka VII (Tujuh) dimana masih diingat pada saat itu pemerintah mencanangkan akan tinggal landas, namun yang terjadi justru Indonesia tinggal di landasan alias nyungsep tidak bisa terbang. Cita-cita untuk tinggal landas terus hanya tinggal cita-cita dan cerita. Mengapa hal seperti ini bisa terjadi? B. Kegagalan Paradigma Pertumbuhan dan Kesejahteraan Paradigma diartikan secara sederhana sebagai suatu pandangan yang mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan. Dengan menggunakan paradigma maka kita akan terbantukan dalam hal merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoalan-persoalan apa yang mesti dijawab, bagaimana seharusnya untuk menjawab, serta aturanaturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikan informasi yang harus dikumpulkan dalam rangka menjawab persoalan-persoalan tersebut. Bagaimana paradigma dalam pembangunan? Paradigma-paradigma pembangunan yang disusun oleh para teoritisi dan perencana pembangunan tidak bisa dipungkiri lebih berputar kepada pendekatan teoritis dan keilmuan daripada sebuah kajian konseptual yang lebih mengacu kepada praktek. Pendekatan pembangunan mulai yang diwarnai oleh pendekatan ekonomi sejak dedengkot pemikir klasik seperti Adam Smith yang mengajarkan tentang pasar dengan invisible hand nya, David Ricardo dengan perdagangan bebas antar negara dengan keunggulan komparatif, disusul Karl Marx dengan ekonomi terpimpin nya, hingga John Maynard Keyness yang mengusulkan perpaduan antara kebebasan dan pengaturan oleh pemerintah, atau yang lebih kontemporer seperti teori Dorongan Besar (Big Push) hingga Pertumbuhan Seimbang (Balanced Growth) maupun Pendekatan Politik Kulturalis, yakni yang percaya bahwa kemajuan bisa diperoleh dengan injeksi nilai-nilai maju (biasanya mengacu kepada nilai di negara maju sendiri) ataupun Strukturalis yang bisa membuat negara berkembang menjadi maju karena yang terjadi adalah struktur yang tidak benar bukan nilai yang tidak benar. Diakui bahwa pembangunan yang dilaksanakan di Strategi Pembangunan Desa Terpadu : Indonesia selama ini lebih berorientasi pada paradigma pertumbuhan, dengan karakteristik berupa memperluas pengembangan teknologi dan pembangunan infra struktural dalam meningkatkan produksi (prinsip produktivitas), dimana didalam realitanya telah gagal mewujudkan trickle down effect development, justru sebaliknya menimbulkan kesenjangan antara yang kaya dan miskin, ketidakadilan dalam penguasaan dan akses dalam bidang ekonomi atau monopoli dan oligopoli ekonomi serta pemerataan hasil pembangunan atau dengan kata lain timbulnya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang akhirnya mengarah kepada permasalahan politik. Di samping itu kemajuan pertumbuhan ekonomi, belum mampu mencerminkan keadaan sesungguhnya yang terjadi mengenai pemerataan pendapatan, ketimpangan, dan pengangguran. Ketidakmampuan ini jelas tidak sesuai dengan kredo dunia hari ini, yaitu the only sign of life is growth, and the only sign of growth is speed. (Kalau Anda tidak mau hidup ya jangan tumbuh, dan kalau mau tumbuh harus cepat), semenjak globalisasi mendesakkan fakta bahwa there is only two thing left in the world : the quick and the dead. (Jika ingin hidup kita harus serba cepat). Kegagalan tersebut mengilhami timbulnya paradigma kesejahteraan, yang menjanjikan kesejahteraan rakyat dan keadilan, serta cenderung memandang rakyat sebagai objek alamiah melalui charity strategy, pendekatan patronnizing, asuk dan proteksi. (Tjokrowinoto, 1999 : 217). Kemudian Korten dan Alfonso (dalam Tjokrowinoto, 1999 : 217) mengemukakan bahwa paradigma tersebut justru meningkatkan dependensi masyarakat terhadap birokrasi dan menjadi kendala pada pembangunan yang berkelanjutan (sustained development), dan partisipasi yang tumbuh menyertai gaya pembangunan seperti ini, lebih merupakan mobilisasi partisipasi dalam implementasi, bukan partisipasi dalam pengambilan keputusan. Padahal kita ketahui bahwa partisipasi adalah sebuah harga yang sulit untuk ditawar. Dalam kenyataan pelaksanaan pembangunan yang berorientasi pada kesejahteraan tersebut, masih melekat bahwa rakyat dipandang sebagai obyek pembangunan bukan sebagai subyek pembangunan. Keadaan ini menyebabkan masyarakat amat tergantung kepada pemerintah didalam melindungi, menyelamatkan dan mensejahterakan kehidupan mereka. Hal ini tentunya amat memprihatinkan karena akan memperlemah daya juang rakyat di dalam memecahkan permasalahannya, maupun menumbuhkan partisipasi dalam pembangunan yang berkelanjutan itu sendiri. Berdasarkan pengalaman bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan sampai akhir pem-
3 Strategi Pembangunan Desa Terpadu : bangunan jangka panjang (PJP) I, cenderung bersifat normatif dan seragam serta kurang mengungkapkan variasi lokal yang memanifestasikan orisinalitas dan kepentingan atau kehidupan penduduk setempat. Kecenderungan ini akan mengalihkan perhatian dari masalah-masalah riil masyarakat, seperti kemiskinan, ketimpangan, produktivitas yang rendah, terbatasnya kesempatan kerja dan sebagainya. Selain hal tersebut dikemukakan oleh David C. Korten (dalam Kumorotomo, 1992), bahwa program pembangunan komunitas pada skala luas yang dilaksanakan pada negara berkembang tidak lebih dari seperangkat program dan target baru yang dirumuskan dari pusat dengan pelaksana struktur-strukutr birokrasi yang konvensional, akan tidak tanggap terhadap preferensi atau kebutuhan-kebutuhan rakyat setempat. Dampak dari pandangan tersebut pada akhir pembangunan jangka panjang (PJP) I terlihat bahwa setelah selama 25 tahun pemerintah melaksanakan pembangunan desa, ternyata masih terdapat desa (31,5%) tergolong tertinggal di seluruh Indonesia. Desa tertinggal yang berada di perkotaan sebanyak desa (14,7%) dan didaerah pedesaan sebanyak desa (33,4%) (Sumodiningrat, 1998 : 31). Semakin meningkatkan kemiskinan di daerah pedesaan tersebut tentunya perlu dicari jalan keluarnya bagaimana mengurangi kemiskinan di daerah pedesaan. Salah satu strategi yang digunakan adalah pembangunan desa terpadu (integrated rural development), yang memberi tekanan pada aktivitas multi sektoral, perencanaan dari bawah (bottom up planning), partisipasi lokal dan mobilisasi. Hal ini sejalan dengan permasalahan pembangunan desa yang bersifat multi dimensi atau sangat kompleks, yang mencakup budaya, politik, sosial, teknikal, dan dimensi lainnya. Dikatakan oleh Ruttan (dalam Compos, tanpa tahun : 15) bahwa pembangunan desa melibatkan adanya interaksi dalam sejumlah besar antar hubungan aktivitas yang diwujudkan kedalam implementasi program yang terpadu, di dalam mencapai tujuan peningkatan kesejahteraan di daerah pedesaan secara cepat. Dengan kata lain pembangunan desa terpadu berupaya memadukan berbagai sektor pembangunan yang perlu dikembangkan, dengan melihat berbagai dimensi baik kekuatan maupun kelemahannya, seperti budaya, sosial, politik, kelembagaan, potensi, kemampuan, dan lainnya, dengan menumbuhkan kekuatan rakyat melalui partisipasi lokal di dalam membicarakan, merumuskan dan merencanakan yang bersumber dari bawah, atau dengan kata lain rakyat menentukan apa yang diinginkan atau dibutuhkan sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh lokal. 359 C. Paradigma People Centered Development Dalam Pembangunan Desa Penggunaan paradigma pertumbuhan dan kesejahteraan telah menimbulkan dampak yang cukup memprihatinkan, dimana telah menghasilkan adanya distorsi atau krisis lingkungan dengan menipisnya daya dukung alami, meningkatnya ketergantungan rakyat yang luar biasa dengan proyek pembangunan atau kepada birokrasi dan menjadi kendala pada pembangunan berkelanjutan (sustained development), di samping partisipasi yang tumbuh lebih merupakan mobilisasi partisipasi dalam implementasi, bukan partisipasi dalam pengambilan keputusan. Kelemahan-kelemahan dari paradigma tersebut selanjutnya memunculkan paradigma people centered development. Adapun logika yang mendominasi paradigma ini adalah keseimbangan ekologi manusia, dengan didukung sumber pembangunan utamanya adalah informasi dan prakarsa yang kreatif yang tak akan pernah habis, dengan tujuan utamanya adalah perkembangan manusia dengan aktualisasi yang optimal dari potensi manusia. Paradigma ini memberi tempat yang penting bagi prakarsa dan keanekaragaman lokal, dan menekankan pentingnya masyarakat lokal yang mandiri. (Korten dalam Tjokrowinoto, 1999:217). Kemudian manajemen pembangunannya mengubah peranan birokrasi pemerintah dari merencanakan dan melaksanakan pembangunan untuk rakyat, berubah menjadi aktor dalam menciptakan kondisi yang menimbulkan kemandirian rakyat atau dengan kata lain, sebagai katalis dalam mempercepat proses pembangunan yang berpusat kepada kemandirian lokal. (Korten dalam Tjokrowinoto, 1999:214). Pembangunan yang berorientasi dengan menempatkan rakyat sebagai aktor utama, yang memiliki kekuatan di dalam merencanakan, merumuskan dan melaksanakan pembangunan sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya, dalam mewujudkan keterkaitan (interlinkages) yang tepat antara alam, aspek sosio-ekonomis dan kultur dengan melihat saat ini dan di masa datang, tentunya dengan pendekatan pembangunan desa terpadu (integrated rural development) yang menekankan multi sektoral, dengan mengedepankan partisipasi lokal dan perencanaan dari bawah. Hal ini merupakan model pembangunan yang tepat untuk dilaksanakan seiring dengan semakin kuatnya tuntutan daerah akan otonomi yang luas. Mengedepankan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan merupakan reaksi, dimana selama ini partisipasi rakyat hanya sekedar mobilisasi partisipasi dalam implementasi saja, selaras
4 360 dengan model pembangunan top down yang dikembangkan selama ini. Pembangunan desa terpadu yang diarahkan untuk melibatkan secara maksimal rakyat, dalam program pembangunan memerlukan bimbingan melalui kerjasama dengan organisasi lokal, membuat rencana bantuan teknisi lokal, latihan, bantuan keuangan, peraturan dan perwakilan (birokrasi lokal) dengan mengedepankan naluri dalam membimbing mereka. Sejalan dengan konsep pembangunan yang berpusat pada rakyat, menurut pemikiran Korten menekankan perkawinan antara delivered development atau top-down strategy dengan participatory development. Dengan demikian dalam proses pelaksanaan pembangunan desa tidak hanya melibatkan mobilisasi sosial, tetapi juga pelimpahan wewenang (devolution of power). Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana menciptakan suatu institusi dan pola kebijaksanaan yang memungkinkan masyarakat mengerjakan dan mengendalikan inisiatif sendiri. Pemecahannya adalah sebagaimana yang disarankan oleh Korten, yaitu : 1. Perlunya intervensi yang harus terus menerus dilakukan untuk mengembangkan kemampuan masyarakat di dalam pengelolaan sumber daya yang tersedia secara mandiri. 2. Perlunya pengembangan struktur-struktur dan proses organisasional yang berfungsi menurut prinsip-prinsip self organizing system. 3. Pengembangan sistem-sistem produksi dan konsumsi yang terorganisir secara teritorial berdasarkan pemilikan dan penguasaan lokal. (Korten dan Rud Klaus, 1984). Strategi Pembangunan Desa Terpadu : Bertolak dari pemikiran tentang peningkatan kualitas manusia dengan menggunakan istilah paradigmanya Korten, dan mencoba mengadaptasikannya terhadap masalah menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam pembangunan desa, melalui serangkaian program yang disebut perencanaan pembangunan sosial (social development planning) yang terpadu didaerah pedesaan. Program ini mencakup serangkaian kegiatan untuk membangkitkan munculnya usaha-usaha bersama masyarakat, dan menemukan alternatif terbaik bagi peningkatan taraf hidup masyarakat desa setempat. Konsep tersebut muncul dari pemikiran bahwa keterlibatan masyarakat desa dalam gerakan pembangunan desa, belum mendapat peranan yang seimbang dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki. Dengan demikian adanya upaya penumbuhan kemandirian (self-reliance) dapat diartikan, sebagai upaya meningkatkan kemampuan rakyat, dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya alami, untuk mencapai kehidupan yang lebih baik secara mandiri. Dukungan bantuan teknis dari luar harus diberi nilai sebagai stimulans yang bersifat sementara, dan berada dalam jangkauan masyarakat untuk mengenali dan mendapatkannya. Oleh karena itu program pembangunan desa merupakan strategi yang berorientasi pada dua hal pokok : 1. Bahwa pembangunan desa perlu didukung oleh pengenalan teknologi mulai dari yang sederhana sampai yang lebih canggih. 2. Pembangunan desa agar berorientasi kepada kepentingan masyarakat dengan bertumpu pada potensi setempat. Kemudian dalam penerapannya mencakup unsurunsur pokok sebagai satu kesatuan muatan yaitu : 1. Menempatkan individu atau kelompok masyarakat sebagai subjek dan objek. 2. Memberikan bimbingan dan penyuluhan. 3. Menyediakan stimulan yang bersifat teknis dan kebendaan. 4. Meningkatkan ketrampilan dan produktivitas. Kesuksesan pembangunan desa dalam menumbuhkan kemandirian rakyat atau lokal, kiranya perlu diambil langkah-langkah, pertama masyarakat desa itu sendiri perlu melakukan inventarisasi dan identifikasi serta menganalisa melalui pendekatan sosial budaya, ekonomi dan teknologi. Keseluruhan faktor yang berpengaruh tersebut dianalisis dengan menggunakan SWOT (strength, Weakness, Oportunity, and Threat), atau analisa kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman. Pendekatan analisis keadaan masyarakat seperti ini diperlukan, agar dapat diketahui terlebih dahulu kondisikondisi dan gejala-gejala sosial ekonomi yang perlu diperhitungkan, yang dapat berpengaruh kepada kehidupan masyarakat. Dengan demikian masyarakat dapat merumuskan secara obyektif permasalahannya dan dapat secara tepat menentukan prasyarat yang diperlukan, disamping lebih mudah mengamati faktor penghambat dan pendukung terjadinya perubahanperubahan sosial (social change). Banyak model pendekatan dan strategi serta konsep tentang program pembangunan, yang ditujukan untuk mengatasi kesenjangan di daerah pedesaan, salah satu diantaranya pendekatan people-oriented development, yang mencoba menempatkan manusia, sebagai makhluk yang memiliki kreativitas (values creating) yang merencanakan, menentukan dan mengerjakan sesuai dengan keinginan, kebutuhan, dan kemampuan
5 Strategi Pembangunan Desa Terpadu : (potensi) yang mereka miliki, serta mereka pulalah yang memanfaatkan dan menilai keberhasilan pembangunan desa yang dilaksanakan. Hal ini tentunya akan memberikan kontribusi kekuatan bagi pembangunan yang berkelanjutan (sustanaible development). 361 D. Penutup Pembangunan desa terpadu untuk pada masa-masa seperti sekarang ini sesungguhnya dengan konsep yang paling ideal bagi pemerintah baik pusat maupun daerah dengan menggunakan paradigma people-centered development. Hal ini lebih dikarenakan bahwa masyarakat sekarang ini bukanlah seperti zaman dahulu yang hanya nrimo atau manut. Masyarakat sekarang adalah masyarakat yang selalu ingin berpartisipasi dalam pembangunan apalagi dengan slogan dari, oleh dan untuk masyarakat, sehingga pola yang paling tepat adalah apa yang diinginkan oleh masyarakat, yang diusulkan oleh masyarakat sehingga mereka tidak hanya sekedar menunggu saja apa yang ingin dan akan dibuat oleh pemerintah. DAFTAR PUSTAKA Afiffuddin, 2010, Pengantar Administrasi Pembangunan : Konsep, Teori dan Implikasinya di Era Reformasi, Alfabeta, Bandung. Korten, David C., & Rudi Klaus, 1984, People Centered Development, Kunarian Press, West Hatford. Kumorotomo, Wahyudi, 1992, Profil Desa Tertinggal, Bapenas, Jakarta. Ngusmanto, 2005, Bahan Ajar Administrasi Pembangunan Pedesaan Terpadu, Program Magister Ilmu Sosial Untan, Pontianak. Siagian, Sondang P., 1995, Administrasi Pembangunan, PT. Toko Gunung Agung, Jakarta., 2005, Administrasi Pembangunan : Konsep, Dimensi & Strateginya. PT. Bumi Aksara, Jakarta. Sumodiningrat, Gunawan, 1998, Membangun Perekonomian Rakyat, Pustaka Pelajar dan IDEA, Yogyakarta. Tjokrowinoto Moeljarto, 1999, Pembangunan, Dilema dan Tantangan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Pengertian Paradigma. Paradigma I Normal Sc. Anomalies Crisis Revol Paradigma II
1 Pengertian Paradigma Diperkenalkan oleh Thomas Kuhn dalam The Structure of Scientific Revolution (1962), yang menyatakan bahwa ilmu pengetahuan bukan berkembangan secara kumulatif, sebagaimana banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program pengentasan kemiskinan pada masa sekarang lebih berorientasi kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak program pengentasan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era otonomi daerah telah didengungkan keseluruh penjuru pelosok Tanah Air Indonesia. Semua wilayah mulai berbenah diri dan bahu membahu memperbaiki pemerintahan masing-masing
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan menjadi salah satu ukuran terpenting untuk mengetahui tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga. Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang saat ini lebih ditekankan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang saat ini lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah
16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Ekonomi Pembangunan Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi-kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang berorientasi pertumbuhan di masa lalu telah menumbuhkan suatu kesenjangan yang besar, dimana laju pertumbuhan ekonomi tidak seimbang dengan peningkatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi
Lebih terperinciSeminar Nasional & Call For Paper, FEB Unikama Peningkatan Ketahanan Ekonomi Nasional Dalam Rangka Menghadapi Persaingan Global Malang, 17 Mei
MODEL PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS KEMANDIRIAN UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN EKONOMI (Strategi Pemberdayaan Ekonomi Pada Masyarakat Ranupani Kabupaten Lumajang) Candra Wahyu Hidayat Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, perusahaan
Lebih terperinciKerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1
2 Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Program Pengembangan Masyarakat (Community Development), seharusnya disesuaikan dengan persoalan yang terjadi secara spesifik pada suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini membahas secara berurutan tentang latar belakang
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini membahas secara berurutan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan hipotesis. A. Latar Belakang Masalah. Kemiskinan seringkali
Lebih terperinciKOMUNIKASI INTERAKTIF SEBAGAI MODEL SOSIALISASI PROGRAM PEMBANGUNAN BAGI MASYARAKAT PERDESAAN DI ERA OTONOMI. Oleh: Ali Taufik 1
KOMUNIKASI INTERAKTIF SEBAGAI MODEL SOSIALISASI PROGRAM PEMBANGUNAN BAGI MASYARAKAT PERDESAAN DI ERA OTONOMI Oleh: Ali Taufik 1 Abstrak Salah satu masalah pembangunan adalah pemerataan prioritas pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang dilaksanakan secara berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Tujuan utama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memasuki era baru tata pemerintahan sejak tahun 2001 yang ditandai dengan pelaksanaan otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah ini didasarkan pada UU
Lebih terperinciTugas Kajian Keislaman dan Keindonesiaan OPINI TERHADAP SISTEM EKONOMI PASAR Diena Qonita
Tugas Kajian Keislaman dan Keindonesiaan OPINI TERHADAP SISTEM EKONOMI PASAR Diena Qonita Teori Adam Smith, yang menyatakan bahwa pasar memiliki kekuatan tidak terlihat yang akan membawa pasar kepada keseimbangan,
Lebih terperinciDemokratisasi Pembangunan Ekonomi Nasional dan daerah
Demokratisasi Pembangunan Ekonomi Nasional dan daerah Oleh : Marsuki Disampaikan dalam diskusi panel Simpul Demokrasi Kab. Jeneponto Sulsel. Tema: Bisnis, Politik, Demokrasi dan Peluang Investasi Daerah.
Lebih terperinciBAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH
BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Strategi dan Tiga Agenda Utama Strategi pembangunan daerah disusun dengan memperhatikan dua hal yakni permasalahan nyata yang dihadapi oleh Kota Samarinda dan visi
Lebih terperinciTESIS. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Magister. Program Studi Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Tata Negara.
REALISASI PENDAPATAN PAJAK REKLAME DALAM PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 1998 DI KABUPATEN WONOGIRI (Studi Kasus Di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Wonogiri) TESIS Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciVISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN
VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara maju, sehingga selalu berupaya untuk mengembangkan dirinya dari suatu keadaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara yang sedang berkembang menginginkan negaranya untuk menjadi negara maju, sehingga selalu berupaya untuk mengembangkan dirinya dari suatu keadaan dan kondisi
Lebih terperinciWulansari Budiastuti, S.T., M.Si.
Modul ke: Fakultas FIKOM Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Program Studi Periklanan dan Komunikasi Pemasaran. www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Sistem ekonomi demokrasi pancasila Kajian ilmiah tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan
Lebih terperinciBAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 7.1 Kebijakan Umum Perumusan arah kebijakan dan program pembangunan daerah bertujuan untuk menggambarkan keterkaitan antara bidang urusan pemerintahan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sebagai negara agraris dengan berbagai produk unggulan di setiap daerah, maka pembangunan ekonomi berbasis pertanian dan perikanan di Indonesia harus berorientasi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk melaksanakan berbagai kebijakan yang berorientasi pada upaya mempercepat terwujudnya kesejahteraan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,
Lebih terperinciRio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.
Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang
Lebih terperinciKOMPETENSI KEPALA DESA DALAM PENGGUNAAN DANA DESA PADA PROGRAM PADAT KARYA UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
KOMPETENSI KEPALA DESA DALAM PENGGUNAAN DANA DESA PADA PROGRAM PADAT KARYA UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Hasbi Ali Dosen Prodi PPKn FKIP Unsyiah, Aceh, Indonesia. E-mel: asbysagita@yahoo.co.id Abstrak:
Lebih terperinciPEMBANGUNAN MASYARAKAT (D) R. Ahmad Romadhoni Surya Putra, S.Pt., M.Sc., Ph.D. Laboratorium Komunikasi dan Pembangunan Masyarakat
PEMBANGUNAN MASYARAKAT (D) R. Ahmad Romadhoni Surya Putra, S.Pt., M.Sc., Ph.D. Laboratorium Komunikasi dan Pembangunan Masyarakat Kontrak Belajar 1. Kontrak ini berlaku untuk kuliah selama satu semester
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hakekatnya membangun manusia seutuhnya dan seluruhnya masyarakat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari Pembangunan Nasional yang pada hakekatnya membangun manusia seutuhnya dan seluruhnya masyarakat Indonesia. Kegiatan Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional yang dinilai berhasil pada hakikatnya adalah yang dilakukan oleh dan untuk seluruh rakyat. Dengan demikian, dalam upaya mencapai sasaran-sasaran
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Konsep Pembangunan dan Pergeseran Paradigma Pembangunan
TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pembangunan dan Pergeseran Paradigma Pembangunan Istilah pembangunan atau development menurut Siagian (1983) adalah suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 lalu, membawa dampak yang sangat besar terhadap hampir semua lapisan masyarakat. Angka kemiskinan dan pengangguran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputusan politik pemberlakuan otonomi daerah yang dimulai sejak tanggal 1 Januari 2001, telah membawa implikasi yang luas dan serius. Otonomi daerah merupakan fenomena
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Keterbelakangan menurut Chamber (1987) ialah rasa tidak berdaya
PENDAHULUAN Latar Belakang Keterbelakangan menurut Chamber (1987) ialah rasa tidak berdaya secara individu maupun kelompok bila berhadapan dengan penyakit atau kematian, kebingungan dan ketidaktahuan pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang berlangsung secara berkelanjutan dan terdiri dari tahap-tahap yang satu pihak bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Salah satunya adalah terjadinya perubahan sistem pemerintahan
Lebih terperinciMENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT
BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20 Rawamangun, Jakarta 132 13220 Email: amerta.association@gmail.com Fax: 62-21-4719005 MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT
Lebih terperinciMANAJEMEN OTONOMI DAERAH
Majalah Bisnis dan Iptek Vol.8, Soleha, No. 1, Manajemen April 2015, 13-17 Otonomi Daerah 2015 MANAJEMEN OTONOMI DAERAH Lilis Karnita Soleha STIE Pasundan Bandung Email: lilis@stiepas.ac.id Abstract Regional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatkan peranan publik ataupun pembangunan, dapat dikembangkan melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita yang kompleks namun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara yang sedang berkembang tidak lepas dari masalah-masalah yang harus
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memajukan perekonomian suatu negara baik negara maju maupun negara yang sedang berkembang tidak lepas dari masalah-masalah yang harus diselesaikan. Masalah kemiskinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata sebagai sebuah sektor telah mengambil peran penting dalam membangun perekonomian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata sebagai sebuah sektor telah mengambil peran penting dalam membangun perekonomian bangsa-bangsa di dunia. Hal ini terwujud seiring dengan meningkatnya
Lebih terperinciPERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN USAHA KERAJINAN KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN NGAWI SKRIPSI
PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN USAHA KERAJINAN KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN NGAWI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wilayah
8 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wilayah Pengembangan wilayah merupakan tindakan yang dilakukan pemerintah untuk mencapai suatu tujuan yang menguntungkan wilayah tersebut dengan meningkatkan pemanfaatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serangkaian aktivitas yang direncanakan untuk memajukan kondisi kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah karya terstruktur yang mempunyai implikasi luas terhadap kualitas hidup manusia. Hal ini karena konstruksi pembangunan terdiri atas serangkaian
Lebih terperinciOptimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha
Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha I. Pendahuluan Situasi krisis yang berkepanjangan sejak akhir tahun 1997 hingga dewasa ini telah memperlihatkan bahwa pengembangan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara agraris karena dari 186 juta hektar luas daratan Indonesia sekitar 70 persennya lahan tersebut digunakan untuk usaha pertanian. Selain daratan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan
Lebih terperinciTransformasi Paradigma Pembangunan Ekonomi
Oleh: Junaedi A. Pendahuluan Perkembangan pemikiran tentang pembangunan ekonomi selalu berubah seiring dengan perubahan zaman. Dari perubahan pemikiran itu kemudian menimbulkan perubahan paradigma dalam
Lebih terperinciPENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (Suatu Studi pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro)
PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (Suatu Studi pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro) Oleh MELANI DWIYANTI SELAMAT Abstraksi Berkembangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga dapat menunjang kegiatan pembangunan. Laju pertumbuhan ekonomi menggambarkan adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rakyat dapat ditingkatkan kalau kemiskinan dapat dikurangi. Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan negara Indonesia, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain adalah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
Lebih terperinciB. Maksud dan Tujuan Maksud
RINGKASAN EKSEKUTIF STUDI IDENTIFIKASI PERMASALAHAN OTONOMI DAERAH DAN PENANGANANNYA DI KOTA BANDUNG (Kantor Litbang dengan Pusat Kajian dan Diklat Aparatur I LAN-RI ) Tahun 2002 A. Latar belakang Hakekat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam suatu proses pembangunan, selain dipertimbangkan aspek pertumbuhan dan pemerataan, juga dipertimbangkan dampak aktivitas ekonomi terhadap kehidupan sosial masyarakat,
Lebih terperincimereka bekerja di proyek pertambangan migas tersebut.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Perusahaan Exxon Mobil melaksanakan program CSR berfokus pada tiga pilar, yaitu pendidikan, kesehatan, dan pengembangan ekonomi. Salah satu program pilar pengembangan ekonomi
Lebih terperinciPAPARAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PAPARAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Rapat Koordinasi Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan nasional merupakan gambaran umum yang memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies) dalam rangka menyeimbangkan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pelaksanaan kegiatan pembangunan nasional di Indonesia sesungguhnya merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompleksnya persoalan yang dihadapi Negara, maka terjadi pula. perkembangan di dalam penyelenggaraan pemerintahan yang ditandai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi Negara, maka terjadi pula perkembangan di dalam penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Kabinet Bersatu pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menetapkan program pembangunan dengan strategi tiga jalur (triple track strategy) yang berazas pro- growth, pro-employment
Lebih terperinciPEMBANGUNAN WILAYAH PERMUKIMAN DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT studi kasus : kawasan permukiman Kalianak Surabaya
1 PEMBANGUNAN WILAYAH PERMUKIMAN DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT studi kasus : kawasan permukiman Kalianak Surabaya Ir. Wiwik Widyo W., MT. Jurusan Teknik Arsitektur, FTSP - ITATS Jl. Arief Rachman Hakim
Lebih terperinciYth. Bapak Menteri Dalam Negeri,
Yth. Bapak Menteri Dalam Negeri, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta SAMBUTAN GUBERNUR DALAM PEMBUKAAN MUSRENBANG DIY TAHUN 2016 DALAM RANGKA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) TAHUN 2017
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu pulau yang terletak di antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta dua samudera,
Lebih terperinciSISTEM EKONOMI INDONESIA. Ilmu Hubungan Internasional Semester III
SISTEM EKONOMI INDONESIA Ilmu Hubungan Internasional Semester III Suatu sistem ekonomi mencakup nilai-nilai, kebiasaan, adat istiadat, hukum, norma-norma, peraturan-peraturan yang berkenaan dengan pemanfaatan
Lebih terperinciPARADIGMA APARATUR PEMERINTAH DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR
PARADIGMA APARATUR PEMERINTAH DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR Oleh: FIERDA FINANCYANA L2D 001 419 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. angka pengangguran dapat dicapai bila seluruh komponen masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran rencana pembangunan nasional adalah pembangunan disegala bidang dan mencakup seluruh sektor ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan
Lebih terperinciJurnal Paradigma, Vol. 6 No. 1, April 2017 ISSN:
PARTISIPASI MASYARAKAT DESA DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI DI DESA BINUANG KECAMATAN SEPAKU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA Farhanuddin Jamanie Dosen Program Magister Ilmu
Lebih terperinciPENGEMBANGAN EKONOMI RAKYAT MELALUI PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II
PENGEMBANGAN EKONOMI RAKYAT MELALUI PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II PENDAHULUAN Pembangunan nasional merupakan wahana bagi kita untuk membangun kualitas manusia dan kualitas masyarakat Indonesia yang maju
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Friedmann dalam Wrihatnolo, dan Riant (2007:59) menyatakan bahwa konsep
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pemberdayaan Masyarakat Friedmann dalam Wrihatnolo, dan Riant (2007:59) menyatakan bahwa konsep pemberdayaan muncul sebagai konsep alternatif pembangunan yang pada intinya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Ketergantungan Melemahkan Kemandirian. koran Kompas edisi 18 September 2007, bahwa setelah
BAB II KAJIAN TEORI A. Ketergantungan Melemahkan Kemandirian Pengembangan inovasi unggulan pertanian ini tidak sepenuhnya memberikan dampak positif bagi petani. Sebagaimana dikutip dalal cerita dalam koran
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA Negeri 1 Pakem Kelas/Semester : X/1 Mata Pelajaran : Ekonomi Materi Pokok : Masalah ekonomi dalam sistem ekonomi Alokasi Waktu : 3 x 45 menit A. Tujuan
Lebih terperinciPELAKSANAAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BERDASARKAN U.U. NO. 32 TAHUN SANTOSO BUDI N, SH.MH. Dosen Fakultas Hukum UNISRI
PELAKSANAAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BERDASARKAN U.U. NO. 32 TAHUN 2004 SANTOSO BUDI N, SH.MH. Dosen Fakultas Hukum UNISRI Abstract:In order to establish the local autonomy government, the integration
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan otomomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan otomomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan dua hal yang amat penting, pertama adalah
Lebih terperinciVisi, Misi, Tujuan Dan Sasaran
Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Visi Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Visi tersebut harus bersifat dapat dibayangkan (imaginable), diinginkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak terpisahkan dan pada hakikatnya bersinergi terhadap pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan desa memegang peranan yang penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan pada hakikatnya bersinergi terhadap pembangunan daerah dan nasional.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya hubungan dari konsep-konsep yang ada untuk memahami suatu fenomena yang ada.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori Secara umum teori adalah konsep abstrak yang nantinya akan mengidenfikasikan adanya hubungan dari konsep-konsep yang ada untuk memahami suatu fenomena yang ada.
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
20 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada awalnya ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita, dengan asumsi pada saat pertumbuhan dan pendapatan perkapita tinggi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini di Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini di Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional di segala bidang, dimana pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pedesaan sebagai bagian dari pembangunan nasional memfokuskan diri pada masalah kemiskinan di pedesaan. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2006
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memasuki era pemerintahan yang kompetitif tersebut. Kemampuan ini sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya perubahan politik dan administrasi pemerintahan melalui pemberian otonomi luas kepada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di negara Indonesia salah satu institusi yang menunjukkan pelaksanaan sistem demokrasi tidak langsung adalah DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah.
Lebih terperinciBAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tapin tahun 2013-2017 selaras dengan arah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan ditentukan oleh pemerintah pusat, perencanaan dan kebijakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orde baru tumbang pada tahun 1988, karena sistem pemerintahan Orde Baru yang sentralistik dianggap tidak baik dan tidak sesuai lagi, karena rencana pembangunan ditentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam GBHN 1999 dikatakan bahwa Pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat dan telah semakin luas.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat dan telah semakin luas. Penggunaan teknologi yang tidak hanya terbatas pada bidang bisnis dan perdagangan tetapi lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini telah di limpahkan ke masing-masing daerah melalui otonomi daerah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergeseran paradigma dalam sistem pemerintahan Indonesia dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi memberikan implikasi terhadap perubahan sistem manajemen pembangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Apabila kita membicarakan tentang pembangunan daerah maka akan erat
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apabila kita membicarakan tentang pembangunan daerah maka akan erat kaitannya dengan apa yang disebut pendapatan daerah. Pendapatan daerah dalam struktur APBD masih merupakan
Lebih terperinciSISTEM EKONOMI PANCASILA:
BAB II SISTEM EKONOMI PANCASILA: RELEVANSI PLATFORM EKONOMI PANCASILA MENUJU PENGUATAN PERAN EKONOMI RAKYAT Oleh: Dewi Triwahyuni A. Landasan Sistem Ekonomi Indonesia Pancasila sebagai ideologi nasional
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilihat dari demografi, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap daerah di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan ini dapat dilihat dari demografi, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia, aksesibilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu bangsa. Penduduk yang banyak tidak akan menjadi beban suatu negara apabila berkualitas, terlebih
Lebih terperinciProgram Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan
Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan I. PENDAHULUAN Pembangunan harus dipahami sebagai proses multidimensi yang mencakup perubahan orientasi dan organisasi sistem sosial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Permasalahan kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah.
Lebih terperinciArtikel Perencanaan Pembangunan Daerah Karya : Said Zainal Abidin BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
Artikel Perencanaan Pembangunan Daerah Karya : Said Zainal Abidin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Didalam melakukan pembangunan, setiap Pemerintaah Daerah memerlukan perencanaan yang akurat serta diharapkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan yang diperoleh Bangsa Indonesia selama tiga dasawarsa pembangunan ternyata masih menyisakan berbagai ketimpangan, antara lain berupa kesenjangan pendapatan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain seperti tingkat kesehatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara
Lebih terperinci