BAB 2 STUDI LITERATUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 STUDI LITERATUR"

Transkripsi

1 12 BAB 2 STUDI LITERATUR 2.1 Efisiensi Pasar Modal Konsep efisiensi pasar modal merupakan salah satu teori terpenting dalam bidang riset keuangan, yang diajukan oleh Fama (1970). Efisiensi dalam teori ini didefinisikan sebagai kecepatan dan ketepatan dimana pasar modal menyertakan informasi yang relevan ke dalam harga sekuritas. Pada pasar yang efisien, harga sekuritas sudah mencerminkan seluruh informasi publik yang ada mengenai produk perusahaan, keuntungan perusahaan, kualitas manajemen dan prospek di masa depan, serta informasi terbaru mengenai perusahaan yang tersebar ke publik, dimana harga akan secara cepat menyesuaikan untuk mencerminkan dampak dari informasi terbaru tersebut (Megginson, 1997). Berdasarkan jenis informasinya, efficient market hypothesis terbagi ke dalam tiga bentuk (Fama, 1970). Yakni weak form, semi-strong form, dan strong form. Pada weak form, harga sekuritas sudah mencerminkan seluruh informasi historis yang ada. Pada semi-strong form, harga sekuritas sudah mencerminkan seluruh informasi publik yang ada. Dan pada strong form, harga sekuritas sudah mencerminkan seluruh informasi yang ada, termasuk inside information. Semakin cepat informasi datang di pasar dan semakin cepat informasi tersebut tercermin di harga sekuritas, maka semakin efisien pasar tersebut. Efisiensi di suatu pasar akan terjadi apabila tidak terdapat biaya transaksi (transaction cost), tidak terdapat biaya untuk memperoleh informasi, dan harga di masa lalu bersifat independen dengan harga pada saat ini (Megginson, 1997). Walaupun efficient market hypothesis belum tentu berlaku di pasar modal, namun teori ini sudah merubah pandangan tentang bagaimana pasar modal itu bekerja (Megginson, 1997). Kompetisi yang ketat diantara para investor untuk memperoleh keuntungan abnormal akan memastikan bahwa harga sekuritas akan secara akurat mencerminkan seluruh informasi yang relevan sehingga harga sekuritas di pasar dapat dipercaya. Dengan pasar yang efisien, maka investor tidak perlu khawatir akan dimanfaatkan oleh investor lain dengan informasi yang lebih banyak, perusahaan dapat menerbitkan sekuritas baru tanpa harus khawatir bahwa

2 13 harga yang ditetapkan terlalu rendah, dan bahkan pemerintah dapat menggunakan pasar modal sebagai salah satu alternatif investasinya Efisiensi pasar bentuk lemah (Weak form efficient market) Hipotesis efisiensi pasar bentuk lemah menyatakan bahwa harga sekuritas, dalam hal ini saham, sudah mencerminkan seluruh informasi historis yang ada (Fama, 1970). Sehingga tidak ada manfaatnya untuk mempelajari pola pergerakan harga saham berdasarkan data historis guna memprediksikan harga saham di masa mendatang. Efisiensi pasar bentuk lemah ini secara populer dikenal sebagai teori random-walk. Apabila efisiensi pasar bentuk lemah ini benar, maka hipotesis ini menjadi kontradiktif dengan analisis teknikal. Sehingga, dengan tidak ada manfaatnya mempelajari harga dan perubahan harga historis saham, maka analisis teknikal pun secara otomatis tidak akan berguna (Bodie, Kane, dan Marcus, 2007). Jadi apabila suatu pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah, maka investor tidak akan mampu memperoleh keuntungan abnormal secara konsisten dengan hanya mengamati harga historis dari sekuritas yang bersangkutan Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (Semi-strong form efficient market) Hipotesis efisiensi pasar bentuk setengah kuat menyatakan bahwa harga sekuritas, dalam hal ini saham, sudah mencerminkan seluruh informasi publik yang ada, termasuk didalamnya informasi historis (Fama, 1970). Beberapa contoh informasi publik diantaranya laporan keuangan perusahaan, pengumuman pembagian dividen, pengumuman merger maupun akuisisi, pengumuman akan adanya stock split, dan berbagai informasi perusahaan lainnya yang dipublikasi. Sehingga usaha untuk mendapatkan dan menganalisis informasi perusahaan yang tersedia di publik, tidak akan dapat secara konsisten menghasilkan keuntungan abnormal. Pada dasarnya hipotesis ini mengatakan bahwa begitu informasi perusahaan tersedia di publik, maka informasi tersebut akan diserap oleh pasar dan langsung tercermin dalam harga saham. Meskipun penyesuaian harga tidak terjadi secara langsung, namun dalam waktu singkat, informasi tersebut akan diserap oleh pasar. Jadi apabila suatu pasar dikatakan efisien dalam bentuk

3 14 setengah kuat, maka investor tidak akan mampu untuk memperoleh keuntungan abnormal secara konsisten dengan hanya mengandalkan analisis fundamental (Bodie, Kane, dan Marcus, 2007) Efisiensi pasar bentuk kuat (Strong form efficient market) Hipotesis efisiensi pasar bentuk kuat menyatakan bahwa harga sekuritas, dalam hal ini adalah saham, sudah mencerminkan seluruh informasi yang ada, termasuk didalamnya informasi historis, informasi publik, dan inside information (Fama, 1970). Sehingga informasi apapun yang ada, baik informasi yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan, tidak dapat digunakan untuk menghasilkan keuntungan abnormal secara konsisten. Secara keseluruhan, ilustrasi tingkatan (bentuk) hipotesis efisiensi pasar dapat terlihat pada gambar 2.1 dibawah ini. Gambar 2.1 Tingkatan (bentuk) efisiensi pasar modal Strong form all information Semi-strong form public information Weak form market data Sumber: Jones (2007) 2.2 Implikasi Pasar yang Efisien Berdasarkan konsep hipotesis efisiensi pasar yang telah dijelaskan di bagian sebelumnya, apabila suatu pasar modal itu dikatakan sudah efisien, yakni dimana harga-harga sekuritasnya mengikuti pola random-walk, maka tidak akan mungkin bagi investor untuk memprediksikan secara tepat pergerakan harga saham di masa mendatang. Dengan kata lain, investor tidak akan dapat secara konsisten untuk mengalahkan pasar dengan cara membeli maupun menjual

4 15 sekuritas yang dihargai secara keliru oleh pasar (mispriced). Konsekuensinya adalah bahwa dalam pasar yang efisien, passive management akan lebih baik dilakukan daripada active management. Secara umum yang dimaksud dengan active management dalam konteks ini adalah analisis teknikal dan analisis fundamental Analisis teknikal Analisis teknikal pada dasarnya adalah mencari suatu pola pergerakan harga saham yang berulang-ulang dan dapat diprediksi (Bodie, Kane, dan Marcus, 2007). Analis teknikal sering juga disebut chartist karena mereka mempelajari grafik dari harga-harga saham di masa lalu dengan harapan dapat menemukan pola agar dapat memperoleh keuntungan dengan melakukan jual beli saham pada saat yang tepat. Berdasarkan efficient market hypothesis, maka analisis teknikal tidak akan berguna. Harga dan volume saham di masa lalu adalah merupakan informasi publik yang dapat diakses dengan biaya yang rendah. Sehingga hasil analisis informasi historis sudah tercermin pada harga saham saat ini. Karena investor berkompetisi untuk memanfaatkan pengetahuan historisnya mengenai saham untuk mendapatkan pengembalian abnormal, maka mereka akan mendorong harga saham ke tingkat dimana expected return-nya akan mengkompensasi risiko dari saham tersebut (Bodie, Kane, dan Marcus, 2007). Pada tingkat tersebut, harga saham sudah mencerminkan nilai fundamentalnya, dimana tidak seorang investor pun dapat memperoleh pengembalian abnormal Analisis fundamental Analisis fundamental menggunakan informasi-informasi seperti prospek keuntungan dan pembagian dividen perusahaan kedepannya, ekspektasi dari tingkat suku bunga ke depan, dan berbagai evaluasi risiko perusahaan lainnya untuk menilai harga wajar saham (Bodie, Kane, dan Marcus, 2007). Harapannya adalah untuk memperoleh analisis mengenai kinerja perusahaan ke depannya yang tidak tercermin pada harga saham di pasar.

5 16 Menurut Jones (2007), sebuah sekuritas atau pasar secara keseluruhan mempunyai nilai fundamental atau nilai wajar sebagaimana yang diestimasi oleh investor. Investor melakukan analisis fundamental dengan cara mendiskontokan seluruh ekspektasi penerimaan kas yang akan diperolehnya untuk setiap lembar saham yang dipegangnya. Apabila hasil nilai perhitungannya melebihi harga saham di pasar, maka analisis fundamental menyarankan agar membeli saham tersebut. Atau dengan kata lain saham tersebut dinilai terlalu rendah oleh pasar (undervalued). Dan apabila hasil perhitungannya ternyata lebih rendah dari harga saham di pasar, maka sebaiknya investor menjual saham tersebut. Karena saham tersebut dinilai terlalu tinggi oleh oleh pasar (overvalued). Berdasarkan konsep efficient market hypothesis, maka analisis fundamental relatif hanya menambah sedikit nilai analisis atau bahkan tidak sama sekali terhadap pergerakan harga saham. Karena para analis hanya menggunakan seluruh informasi publik yang ada, maka hasil analisis satu analis tidak akan jauh berbeda dengan hasil analisis analis lainnya. Hanya analis dengan analisis yang unik saja yang akan berhasil. Analisis fundamental tidak hanya mengidentifikasi perusahaan yang berkinerja dan mempunyai prospek ke depan yang baik (Bodie, Kane, dan Marcus, 2007). Menemukan perusahaan yang berkinerja baik namun seluruh investor di pasar juga menganggap perusahaan tersebut berkinerja baik pula, maka tidak akan ada gunanya. Sehingga caranya adalah untuk tidak mengidentifikasi perusahaan yang berkinerja baik. Melainkan dengan mengidentifikasi perusahaan yang lebih baik daripada yang diperkirakan investor lainnya. Maka, perusahaan yang berkinerja buruk pun akan bisa menguntungkan apabila ternyata tidak seburuk yang diestimasikan oleh harga sahamnya di pasar Active versus passive portfolio management Berdasarkan konsep efficient market hypothesis, maka active management tidak ada gunanya dan hanya menghabiskan uang (Bodie, Kane, dan Marcus, 2007). Sehingga akan lebih berguna di pasar yang efisien untuk menggunakan passive management yang tidak berupaya untuk mengalahkan pasar. Passive strategy bertujuan untuk menyusun portofolio yang terdiversifikasi tanpa upaya

6 17 untuk mengidentifikasi saham-saham yang undervalued maupun yang overvalued (Bodie, Kane, dan Marcus, 2007). Passive management dicirikan oleh strategi buy-and-hold. Karena efficient market hypothesis menyatakan bahwa harga fundamental saham sudah tercermin di harga saham di pasar, maka tidak ada gunanya untuk melakukan aktivitas jual-beli secara aktif, karena hanya akan menghabiskan uang untuk biaya transaksi. 2.3 Anomali Pasar Efisien Hipotesis efisiensi pasar menyatakan bahwa harga sekuritas sudah mencerminkan seluruh informasi yang ada sehingga tidak ada peluang bagi investor untuk memperoleh pengembalian abnormal secara konsisten (Fama, 1970). Sehingga seharusnya pergerakan harga saham tidak dapat diprediksi, tidak berpola dan bersifat random-walk. Namun pada kenyataannya, pasar tidak selalu menunjukkan efisiensi. Yakni berdasarkan berbagai penelitian, ditemukan kesimpulan yang tidak konsisten dengan konsep efisiensi pasar. Para periset melihat inkonsistensi hasil tersebut bukan sebagai penolakan terhadap EMH, melainkan sebagai anomali pasar efisien. Beberapa contoh dari anomali tersebut diantaranya Monday Effect, Intraday Effect, January Effect, Size Effect, dan Market Overreaction Monday effect Salah satu pola pengembalian saham yang telah banyak diteliti adalah perbedaan pengembalian dari berbagai hari dalam waktu satu minggu, dimana terdapat kecenderungan pengembalian di hari Senin yang lebih rendah dibandingkan empat hari perdagangan lainnya. Dalam penelitiannya, Gibbons dan Hess (1981) menggunakan sampel saham perusahaan yang terdaftar di New York Stock Exchange (NYSE) dari tahun 1962 sampai 1978 dan mereka berdua menemukan bahwa pengembalian yang sudah dianualisasikan di hari Senin sebesar -33,5%. Selanjutnya mereka membagi sampelnya ke dalam dua periode yakni 1962 sampai 1970 dan 1970 sampai 1978, dan menemukan pengembalian di hari Senin yang juga negatif. Gibbons dan Hess (1981) juga menemukan bahwa di hari Rabu dan Jumat terdapat pengembalian positif yang cukup besar.

7 Intraday effect Anomali pasar ini relatif baru diteliti, yakni menjelaskan pola perbedaan pengembalian saham dalam hitungan menit dalam sesi perdagangan aktif di pasar modal. Harris (1986) dalam penelitiannya menggunakan sampel selama 14 bulan dari bulan Desember 1981 sampai Januari Hasil penemuannya mendukung fenomena monday effect dimana ditemukan pengembalian hari Senin yang negatif dan pengembalian 4 hari perdagangan lainnya yang positif. Ia meneliti lebih jauh mengenai pengembalian hari Senin yang negatif dan menyimpulkan bahwa pengembalian yang negatif itu tidak terjadi dalam sepanjang hari. Melainkan, setengahnya terjadi diantara penutupan perdagangan hari Jumat sampai pembukaan perdagangan hari Senin. Dan sisanya, sebagian besar terjadi pada 45 menit pertama perdagangan hari Senin. Setelah perdagangan 45 menit pertama, besarnya pengembalian di hari Senin mulai mendekati pengembalian di hari-hari lainnya yang bernilai positif. Dan disetiap harinya, ia menemukan bahwa harga akan mengalami kenaikan pada 30 menit terakhir sesi perdagangan January effect Berbagai riset keuangan telah menemukan suatu anomali pasar dimana pengembalian saham di bulan Januari relatif lebih tinggi dibandingkan pengembalian di bulan-bulan lainnya (Elton, Gruber, Brown, dan Goetzmann, 2007). Fenomena inilah yang sering disebut sebagai january effect. Umumnya january effect terjadi pada saham-saham berskala kecil. Fama (1991) dalam penelitiannya membagi sampel ke dalam 2 periode, yakni 1941 sampai 1981 dan 1982 sampai Januari Pada periode sampel yang pertama, rata-rata pengembalian saham berskala kecil pada bulan Januari sebesar 8,06% dan ratarata pengembalian saham berskala besar juga di bulan Januari sebesar 1,342%. Keduanya menunjukkan pengembalian pada bulan Januari yang lebih tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Bagaimanapun pengembalian untuk saham-saham berskala kecil relatif lebih tinggi daripada yang berskala besar, sehingga sebagian besar pengembalian yang lebih tinggi di bulan Januari terkait dengan saham-saham berskala kecil. Sedangkan pada periode sampel yang kedua, hasilnya juga menuju kepada kesimpulan yang sama dimana saham-saham

8 19 berskala kecil mempunyai rata-rata pengembalian di bulan Januari sebesar 5.32% dan saham-saham berskala besar sebesar 3.2% Size effect Size effect merupakan salah satu anomali pasar yang menyatakan bahwa perusahan yang berskala kecil akan memperoleh tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang berskala besar. Dalam penelitiannya dengan periode penelitian 1936 sampai 1977, Banz (1981) menyimpulkan bahwa dengan memegang saham perusahaan berskala kecil akan menghasilkan excess return. Lebih lanjut, perbedaan tingkat pengembalian antara membeli saham perusahaan berskala kecil dibandingkan dengan saham perusahaan berskala besar adalah sebesar 19,8%. Beberapa penelitian lain menyimpulkan bahwa sebagian besar size effect terjadi di bulan Januari. Keim (1983) menemukan bahwa perbedaan tingkat pengembalian di bulan Januari akibat size effect hampir sebesar perbedaan selama setengah tahun. Namun umumnya biaya transaksi untuk saham-saham perusahaan berskala kecil juga relatif lebih besar dibandingkan dengan saham-saham perusahaan berskala besar, sehingga dapat mengurangi bahkan menghilangkan keuntungan yang dapat diperoleh dengan memegang saham-saham perusahan kecil. Sehingga ketika biaya transaksi dipertimbangkan, adanya anomali size effect ini belum tentu dapat dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan abnormal. 2.4 Market Overreaction Hipotesis market overreaction menyatakan bahwa saham-saham yang pada awalnya memberikan tingkat pengembalian yang rendah (losers), di periode berikutnya akan memberikan pengembalian yang tinggi dan saham-saham yang awalnya memberikan tingkat pengembalian yang tinggi (winners), di periode berikutnya akan memberikan pengembalian yang rendah (DeBondt dan Thaler, 1985). Ini dapat terjadi karena secara tidak sadar pasar telah menilai kelompok saham losers secara terlalu rendah (undervaluation) dan menilai kelompok saham winners terlalu tinggi (overvaluation). Dan pada akhirnya akan terjadi koreksi harga sehingga saham-saham losers akan memberikan tingkat pengembalian yang

9 20 lebih tinggi. Sebagai tambahan, hipotesis market overreaction ini menyatakan bahwa semakin besar perubahan harga yang terjadi, maka akan diikuti dengan semakin besar pula koreksi harga yang dicerminkan oleh pembalikan harga, atau seringkali disebut magnitude effect. Berikut ini akan dibahas penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai fenomena market overreaction, baik di luar Indonesia khususnya di Amerika Serikat maupun di Indonesia Penelitian DeBondt dan Thaler Penelitian mengenai fenomena market overreaction di pasar modal, pertama kali dilakukan oleh DeBondt dan Thaler (1985). Mereka menguji overreaction pada New York Stock Exchange (NYSE) dengan membentuk 2 formasi portofolio. Pertama, yakni portofolio yang terdiri dari saham-saham yang mempunyai pengembalian abnormal yang bernilai positif, yang disebut portofolio winners. Dan yang kedua portofolio yang terdiri dari saham-saham yang mempunyai pengembalian abnormal yang bernilai negatif, yang disebut portofolio losers. Dari hasil penelitiannya, mereka menemukan bahwa saham yang pada awal periodenya memberikan tingkat pengembalian yang positif (winners) maupun yang negatif (losers) akan mengalami pembalikan harga (price reversal) pada periode selanjutnya. Dengan menggunakan periode pembentukan portofolio losers dan winners selama 3 tahun dengan pengujian selama 3 tahun berikutnya, hasil pengujiannya konsisten dengan hipotesis market overreaction. Yakni portofolio losers yang sejumlah 35 saham, mempunyai tingkat pengembalian yang secara rata-rata 19,6% lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pengembalian pasar, 36 bulan setelah pembentukan portofolio. Portofolio winners, sebaliknya, mempunyai tingkat pengembalian sekitar 5% lebih rendah dibandingkan dengan tingkat pengembalian pasar, sehingga perbedaan tingkat pengembalian kedua portofolio tersebut adalah sebesar 24,6%.

10 Penelitian Zarowin Penelitian ini menguji kembali penelitian yang telah dilakukan oleh DeBondt dan Thaler (1985), yang menyimpulkan bahwa terdapat kecenderungan saham-saham losers mempunyai kinerja yang lebih baik dibandingkan sahamsaham winners dalam periode 3 tahun penelitian. Penelitian yang dilakukan Zarowin (1990) ini menunjukkan bahwa kinerja superior saham-saham losers terhadap saham-saham winners dalam 3 tahun periode penelitian bukan terjadi akibat reaksi berlebihan para investor, tetapi karena perbedaan ukuran perusahaan antara saham losers dan winners dimana saham-saham losers umumnya berukuran lebih kecil dibandingkan dengan saham winners. Tanpa mengontrol ukuran perusahaan, saham-saham losers berkinerja lebih baik dibandingkan dengan saham-saham winners, dan baik ukuran risiko (beta) maupun january effect tidak dapat menjelaskannya. Apabila ukuran perusahaan antara saham losers dan saham winners sama, ditemukan bahwa terdapat perbedaan tingkat pengembalian hanya di bulan Januari. Ketika saham-saham losers dalam periode formasi (3 tahun sebelumnya) ukurannya lebih kecil daripada saham-saham winners, saham-saham losers berkinerja lebih baik. Dan ketika saham-saham winners dalam periode formasi ukurannya lebih kecil daripada saham-saham losers, saham-saham winners berkinerja lebih baik. Sehingga Zarowin (1990) menyimpulkan bahwa yang menyebabkan perbedaan tingkat pengembalian antara saham winners dan losers adalah karena disebabkan oleh perbedaan ukuran perusahaan dan pola musiman, dan bukannya akibat reaksi berlebihan dari investor Penelitian Atkins dan Dyl Dalam penelitiannya, Atkins dan Dyl (1990) menguji perilaku saham setelah mengalami perubahan harga yang relatif besar dalam satu hari perdagangan di New York Stock Exchange (NYSE). Mereka memilih 3 saham yang mengalami peningkatan harga tertinggi dan 3 saham yang mengalami penurunan harga tertinggi dalam satu hari perdagangan selama periode Januari 1975 hingga Desember 1984.

11 22 Hasil pengujiannya menunjukkan bahwa saham-saham yang pada awalnya mengalami penurunan harga terbesar dalam periode penelitian (losers), akan memberikan tingkat pengembalian abnormal yang positif dan signifikan pada periode selanjutnya yang mengindikasikan terjadinya overreaction. Dan untuk saham-saham yang awalnya mengalami peningkatan harga terbesar (winners), akan memberikan tingkat pengembalian yang negatif pada periode selanjutnya yang juga mengindikasikan terjadinya overreaction namun dengan besaran yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan saham-saham losers. Hasil penelitian ini terbukti sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menemukan adanya overreaction di pasar dengan besaran yang lebih besar pada saham-saham losers. Namun ketika mempertimbangkan ukuran perusahaan dan bid-ask spread yang mencerminkan biaya transaksi minimum, investor tidak dapat memanfaatkan adanya pembalikan harga ini untuk kemudian memperoleh pengembalian abnormal. Yakni pasar akan efisien ketika ukuran perusahaan dan bid-ask spread diperhitungkan. Hasil temuan lainnya adalah bahwa pembalikan harga yang terjadi tidak disebabkan oleh pergeseran harga dari bid ke ask Penelitian Akhigbe, Gosnell, dan Harikumar Akhigbe, Gosnell, dan Harikumar (1998) melakukan penelitian untuk menguji adanya fenomena overreaction di pasar dengan menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di NYSE yang mengalami persentase kenaikan dan penurunan pengembalian terbesar dalam satu hari perdagangan aktif selama tahun Mereka menyimpulkan bahwa terjadi pembalikan harga segera setelah terjadinya peristiwa kenaikan atau penurunan pengembalian terbesar dalam waktu satu hari perdagangan. Hasil temuan mereka juga mengindikasikan bahwa pengembalian abnormal yang diterima pada saat terjadinya pembalikan harga, secara rata-rata, lebih rendah dari pada bid-ask spread yang diperlukan untuk melakukan transaksi, yang juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Atkins dan Dyl (1990).

12 Penelitian Larson dan Madura Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, Larson dan Madura (2003) hanya meneliti perilaku saham-saham yang mengalami peristiwa penurunan persentase harga tertinggi dalam waktu satu hari perdagangan di pasar modal Amerika. Dengan menggunakan sampel peneltian dari tahun 1988 sampai 1998, mereka memilih saham-saham yang mengalami persentase penurunan harga minimal 10% dalam satu hari perdagangan. Larson dan Madura menemukan pembalikan harga yang signifikan pada saham-saham losers ketika terjadi informed maupun uninformed events Penelitian Ma, Tang, dan Hasan Dalam penelitiannya, Ma, Tang, dan Hasan (2005) menguji fenomena market overreaction pada saham-saham yang mengalami perubahan persentase harga tertinggi dalam satu hari. Yakni saham yang mengalami peningkatan persentase harga terbesar, dan saham yang mengalami penurunan persentase harga terbesar dalam satu hari. Sampel terdiri dari saham-saham NASDAQ (National Association of Securities Dealers Automated Quotations) dan NYSE selama tahun 1996 dan Pengujian dilakukan secara terpisah antara saham NASDAQ dan NYSE untuk melihat bagaimana perbedaan karakteristik pasar dapat mempengaruhi besarnya overreaction. Hasil pengujiannya menunjukkan bahwa tidak ditemukan market overreaction, baik pada saham winners maupun losers pada saham-saham NYSE. Tetapi pada saham-saham NASDAQ, ditemukan bukti empiris yang kuat bahwa terjadi market overreaction baik pada saham-saham winners maupun losers yang ditandai pembalikan harga selama 2 hari berturut-turut. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa dengan semakin besarnya perubahan harga, akan diikuti dengan semakin besar pula pembalikan harga pada sampel saham NASDAQ, baik winners maupun losers. Analisis regresi juga menunjukkan dengan semakin besarnya ukuran perusahaan akan menyebabkan pembalikan harga yang semakin kecil hanya pada sampel losers.

13 Penelitian Yuba Penelitian yang dilakukan Yuba (2006) ingin menguji apakah perilaku harga saham dapat diprediksi pergerakannya setelah mengalami perubahan ekstrem harga dalam waktu mingguan. Secara spesifik, dilakukan pengujian apakah terdapat pembalikan harga setelah mengalami peningkatan atau penurunan ekstrem harga. Peningkatan atau penurunan ekstrem harga didefinisikan apabila terjadi persentase perubahan harga lebih besar atau sama dengan 50% dalam seminggu. Sampel penelitian terdiri dari saham-saham NASDAQ, NYSE, dan AMEX (American Stock Exchange) selama periode 1983 hingga Hasil pengujiannya, ditemukan pola pembalikan harga baik untuk saham winners maupun losers. Pengembalian abnormal untuk saham winners bernilai negatif dan meningkat secara bertahap setelah mengalami peningkatan harga ekstrem, dan mencapai puncaknya pada minggu kelimapuluh yakni sebesar -20,33% yang diukur dengan menggunakan metode market-adjusted buy-andhold return. Sedangkan pengembalian abnormal untuk saham losers bernilai positif di minggu-minggu pertama, yakni sebesar 9,31% di minggu pertama. Besarnya pengembalian abnormal yang diakumulasikan besarnya terus menurun hingga mencapai -2,54% di minggu kelimapuluh. Dengan adanya pembalikan harga setelah saham winners mengalami perubahan harga ekstrem mengindikasikan bahwa terdapat market overreaction yang kemudian dikoreksi secara bertahap. Sedangkan hasil pada saham losers mengindikasikan bahwa terdapat market overreaction dalam jangka pendek, dan underreaction pada jangka waktu menengah. Sebagai tambahan, Yuba (2006) juga menguji hubungan antara perubahan harga ekstrem dengan pembalikan harga dan menemukan hubungan bahwa dengan semakin besarnya perubahan harga maka juga akan diikuti dengan semakin besar pula pembalikan harga. Kemudian juga ditemukan bahwa dengan semakin besarnya ukuran perusahaan, maka akan diikuti dengan semakin besarnya pembalikan harga. Hasil ini tentu saja berlawanan dengan argumentasi bahwa perusahaan berskala besar akan lebih efisien dibanding perusahaan berskala kecil sehingga tidak akan menunjukkan perilaku pembalikan harga yang besar.

14 Penelitian di Indonesia Salah satu penelitian yang relatif awal dilakukan di Indonesia untuk menguji apakah pasar bereaksi secara berlebihan dilakukan oleh Susiyanto (1997). Ia menggunakan metodologi yang sama dengan yang digunakan oleh DeBondt dan Thaler (1985). Hasil kesimpulan dari penelitiannya adalah bahwa terdapat fenomena market overreaction di Bursa Efek Indonesia, namun hanya untuk saham-saham winners yang ditunjukkan oleh pengembalian abnormal yang negatif dan signifikan selama periode pengujian. Dengan menggunakan data mingguan selama periode Januari 1994 hingga Desember 1996, Susiyanto menginterpretasikan bahwa pasar modal Indonesia bereaksi secara berlebihan apabila terdapat berita bagus dimana harga saham-saham winners akan melebihi nilai fundamentalnya. Berkebalikan dengan penelitian yang dilakukan Susiyanto (1997) yang menyimpulkan bahwa telah terjadi market overreaction di pasar modal Indonesia hanya pada saham-saham winners, Iswandari (2001) seperti dikutip oleh Susanti (2003) dalam penelitiannya, menyimpulkan bahwa telah terjadi market overreaction hanya pada saham-saham losers. Sehingga ia menyimpulkan bahwa investor dan pasar merespons secara berlebihan apabila terdapat berita buruk karena harga-harga saham losers akan lebih rendah dari nilai fundamentalnya. Dalam penelitiannya, Manurung dan Permana (2005) menguji adanya overreaction di pasar dengan menggunakan sampel saham-saham yang termasuk dalam perhitungan Indeks LQ-45 dengan periode pengujian 3 bulan, 6 bulan, dan 1 tahun dengan mengikuti metodologi seperti penelitian DeBondt dan Thaler (1985) serta Dissainake (1997). Berdasarkan hasil penelitiannya, mereka menyimpulkan bahwa tidak terdapat fenomena market overreaction pada sahamsaham LQ-45 selama periode penelitian Februari 2002 hingga Mei 2005, baik pada periode pengujian 3 bulan, 6 bulan, maupun 1 tahun. Mengikuti metodologi yang digunakan oleh Atkins dan Dyl (1990), Susanti (2003) juga menemukan fenomena market overreaction dalam jangka pendek yang ditandai dengan pembalikan harga, namun hanya terjadi pada sahamsaham losers saja. Pembalikan harga saham ditemukan pada hari kesatu, kedua, kelima, dan keenambelas setelah mengalami peristiwa penurunan ekstrem harga.

15 26 Namun setelah membandingkan nilai kumulatif pengembalian abnormalnya yang dapat diperoleh dengan menerapkan simple trading rule dengan bid-ask spread, pengujiannya menunjukkan hasil yang tidak signifikan dimana investor tidak dapat memperoleh pengembalian abnormal. Susanti (2003) juga menyimpulkan bahwa variabel bid-ask spread secara signifikan berpengaruh terhadap terjadinya pembalikan harga. 2.5 Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka akan diajukan 3 hipotesis yang selanjutnya akan diuji. Pengujian dilakukan secara terpisah antara kelompok saham winners dan losers Hipotesis pertama Hipotesis pertama penelitian ini adalah untuk menguji apakah fenomena market overreaction terjadi di Bursa Efek Indonesia yang ditandai dengan pembalikan harga setelah mengalami perubahan persentase harga tertinggi. Hipotesis terdiri dari 2 subhipotesis, yakni satu untuk saham winners dan satu lagi untuk saham losers. Untuk saham winners subhipotesisnya adalah: H.1.1 : Saham-saham winners akan mengalami pembalikan harga (price reversal). Dan untuk saham losers, subhipotesisnya adalah: H.1.2 : Saham-saham losers akan mengalami pembalikan harga (price reversal) Hipotesis kedua Hipotesis kedua ingin menguji keabsahan magnitude effect, yakni apakah besarnya perubahan persentase harga berhubungan dengan dan berpengaruh terhadap besarnya pembalikan harga yang akan terjadi. Hubungan dan pengaruh yang diharapkan adalah negatif, baik untuk saham winners maupun losers, dimana dengan semakin besarnya perubahan persentase harga akan diikuti dengan semakin besarnya pula pembalikan harga (karena pembalikan harga arahnya berlawanan dengan perubahan persentase harga). Hipotesis ini terdiri dari 2

16 27 subhipotesis, yakni untuk saham winners dan losers. Untuk saham winners subhipotesisnya adalah: H.2.1: Besarnya perubahan persentase harga berhubungan dengan dan mempengaruhi secara negatif terhadap besarnya pembalikan harga untuk kelompok saham winners. Dan untuk saham losers, subhipotesisnya adalah: H.2.2 : Besarnya perubahan persentase harga berhubungan dengan dan mempengaruhi secara negatif terhadap besarnya pembalikan harga untuk kelompok saham losers Hipotesis ketiga Hipotesis terakhir atau ketiga ingin menguji apakah besarnya ukuran perusahaan berhubungan dengan dan berpengaruh terhadap besarnya pembalikan harga yang akan terjadi. Untuk saham winners diharapkan hubungan dan pengaruh yang positif yang mengindikasikan dengan semakin besarnya ukuran perusahaan akan menyebabkan pembalikan harga yang semakin kecil (karena pembalikan harganya bernilai negatif). Untuk saham losers diharapkan hubungan dan pengaruh yang negatif yang mengindikasikan dengan semakin besarnya ukuran perusahaan akan menyebabkan pembalikan harga yang semakin kecil (karena pembalikan harga harganya bernilai positif). Hipotesis ini terdiri dari 2 subhipotesis. Untuk saham winners, subhipotesisnya adalah: H.3.1 : Besarnya ukuran perusahaan berhubungan dengan dan mempengaruhi secara positif terhadap besarnya pembalikan harga untuk kelompok saham winners. Subhipotesis untuk saham losers adalah: H.3.2 : Besarnya ukuran perusahaan berhubungan dengan dan mempengaruhi secara negatif terhadap besarnya pembalikan harga untuk kelompok saham losers.

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis market overreaction..., Indra Prakoso, FE UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis market overreaction..., Indra Prakoso, FE UI, 2009 Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali jumlah pendapatan yang diterima tidak sama dengan jumlah pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa. Terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Hanafi (2008), pasar modal adalah pasar keuangan di mana

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Hanafi (2008), pasar modal adalah pasar keuangan di mana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Hanafi (2008), pasar modal adalah pasar keuangan di mana diperdagangkan instrumen keuangan jangka panjang. Pasar modal yang beroperasi di Indonesia adalah Bursa

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 77 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini membahas salah satu anomali pasar efisien, yakni market overreaction dengan mengamati perilaku pembalikan harga pada saham-saham yang mengalami

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a) Pengertian Pasar Modal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a) Pengertian Pasar Modal BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pasar Modal a) Pengertian Pasar Modal Seperti halnya pasar pada umumnya, pasar modal merupakan tempat bertemu antara penjual dan pembeli. Pasar modal merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Efficient Market Hypothesis merupakan salah satu pilar penting dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Efficient Market Hypothesis merupakan salah satu pilar penting dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Efficient Market Hypothesis Efficient Market Hypothesis merupakan salah satu pilar penting dalam perkembangan teori keuangan dan merupakan salah satu kerangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini, isu tentang investasi mulai marak di Indonesia.Ahli-ahli investasi sering tampil dalam seminar maupun acara TV.Banyak produk yang menjadi objek dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pasti pasar modal telah tumbuh dan berkembang menjadi bagian penting dalam pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. pasti pasar modal telah tumbuh dan berkembang menjadi bagian penting dalam pertumbuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak mengarah pada penelitian tentang hipotesis pasar efisien (efficient market

BAB I PENDAHULUAN. banyak mengarah pada penelitian tentang hipotesis pasar efisien (efficient market BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan pasar modal Indonesia sejak kurun waktu satu dekade lalu banyak mengarah pada penelitian tentang hipotesis pasar efisien (efficient market hypotesisia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, berapa lama kenaikan tersebut bertahan, hingga nilai akhir dari

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, berapa lama kenaikan tersebut bertahan, hingga nilai akhir dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan pola harga saham dalam jangka pendek menjadi salah satu obyek yang penting untuk diprediksi dan dianalisis. Keberhasilan dan ketepatan memprediksi harga

Lebih terperinci

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 11.

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 11. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 11 http://www.deden08m.com KONSEP PASAR MODAL EFISIEN 3/42 Dalam konteks keuangan, konsep pasar yang efisien lebih ditekankan pada aspek informasi, artinya pasar yang

Lebih terperinci

MATERI 7 EFISIENSI PASAR. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.

MATERI 7 EFISIENSI PASAR. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. MATERI 7 EFISIENSI PASAR Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OVERVIEW Konsep efisiensi pasar membahas tentang bagaimana pasar merespon informasi yang mempengaruhi pergerakan harga sekuritas menuju ke arah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana yang bersumber dari masyarakat ke dalam berbagai sektor usaha. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dana yang bersumber dari masyarakat ke dalam berbagai sektor usaha. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu sarana investasi yang mengakumulasikan dana yang bersumber dari masyarakat ke dalam berbagai sektor usaha. Dalam penanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya dari kondisi pasar modalnya apakah efisien atau tidak. Efisiensi

BAB I PENDAHULUAN. satunya dari kondisi pasar modalnya apakah efisien atau tidak. Efisiensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kondisi perekonomian suatu negara yang sehat dapat dilihat salah satunya dari kondisi pasar modalnya apakah efisien atau tidak. Efisiensi pasar modal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan investor serta mendapatkan kehidupan yang layak di

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan investor serta mendapatkan kehidupan yang layak di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan suatu komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investor melakukan investasi dengan harapan mendapatkan keuntungan pada masa yang akan datang. Dengan melakukan investasi, berarti investor mengalihkan dana yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Efisiensi Pasar Modal Pasar efisien adalah pasar dimana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia (Tandelilin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang lebih besar. Hal ini erat kaitannya dengan informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang lebih besar. Hal ini erat kaitannya dengan informasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Tandelilin (2001), investasi merupakan sebuah komitmen yang dilakukan saat ini atas dana maupun sumberdaya lain dengan mengharapkan keuntungan dimasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam satu dekade terakhir, terjadi pertumbuhan yang pesat pada pasar modal di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya perusahaan-perusahaan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini pasar yang efisien masih menjadi perdebatan yang menarik di

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini pasar yang efisien masih menjadi perdebatan yang menarik di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sampai saat ini pasar yang efisien masih menjadi perdebatan yang menarik di bidang keuangan, banyak peneliti yang memberikan bukti empiris yang mendukung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara perlahan namun pasti pasar modal Indonesia tumbuh menjadi bagian

I. PENDAHULUAN. Secara perlahan namun pasti pasar modal Indonesia tumbuh menjadi bagian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara perlahan namun pasti pasar modal Indonesia tumbuh menjadi bagian penting dalam perkembangan perekonomian Indonesia. Di negara-negara maju pasar modal sejak lama

Lebih terperinci

MATERI 7 EFISIENSI PASAR

MATERI 7 EFISIENSI PASAR MATERI 7 EFISIENSI PASAR PASAR MODAL YANG EFISIEN HIPOTESIS PASAR EFISIEN PENGUJIAN HIPOTESIS PASAR EFISIEN - Pengujian Prediktabilitas Return - Event Studies - Pengujian Private Information IMPLIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut dan harus mampu bersaing untuk mempertahankan atau

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut dan harus mampu bersaing untuk mempertahankan atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan dunia usaha saat ini dirasakan semakin sulit. Setiap perusahaan dituntut dan harus mampu bersaing untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan kinerjanya

Lebih terperinci

EFISIENSI PASAR EFISIENSI PASAR

EFISIENSI PASAR EFISIENSI PASAR Materi 11 EFISIENSI PASAR Prof. Dr. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. EFISIENSI PASAR PASAR MODAL YANG EFISIEN HIPOTESIS PASAR EFISIEN PENGUJIAN HIPOTESIS PASAR EFISIEN - Pengujian Prediktabilitas Return - Event

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum mempunyai kesamaan yaitu adanya tingkat keuntungan yang disyaratkan

BAB I PENDAHULUAN. umum mempunyai kesamaan yaitu adanya tingkat keuntungan yang disyaratkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Salah satu bagian penting dari fungsi operasi perusahaan adalah melakukan investasi dan memanfaatkan modal tersebut guna memperoleh pendapatan. Investasi adalah komitmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjual belikan, baik dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjual belikan, baik dalam bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi atau

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian yang berkaitan dengan fenomena market overreaction di Bursa Efek Indonesia ini, yang menjadi objeknya adalah seluruh saham yang pernah

Lebih terperinci

MATERI 7 EFISIENSI PASAR

MATERI 7 EFISIENSI PASAR MATERI 7 EFISIENSI PASAR Prof. DR. H. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OVERVIEW Konsep efisiensi pasar membahas tentang bagaimana pasar merespon informasi yang mempengaruhi pergerakan harga sekuritas menuju ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan hal yang penting bagi investor dalam menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan hal yang penting bagi investor dalam menetapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi merupakan hal yang penting bagi investor dalam menetapkan keputusannya untuk berinvestasi. Hipotesis pasar modal efisien menyatakan bahwa pasar yang

Lebih terperinci

Kondisi Pasar yang Efisien

Kondisi Pasar yang Efisien Efisiensi Pasar Pasar yang Efisien Bagaimana respon pasar terhadap informasi baru? Mungkinkah dengan menggunakan informasi sekarang kita bisa memutuskan investasi yang profitable dan yang unprofitable?

Lebih terperinci

Efisiensi Pasar Modal.

Efisiensi Pasar Modal. Efisiensi Pasar Modal ririkyunita@yahoo.co.id KONSEP PASAR MODAL EFISIEN Dalam konteks keuangan, konsep pasar yang efisien lebih ditekankan pada aspek informasi, artinya pasar yang efisien adalah pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba atas usaha yang dijalankannya dan menjaga kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba atas usaha yang dijalankannya dan menjaga kelangsungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya setiap perusahaan didirikan bertujuan untuk memperoleh laba atas usaha yang dijalankannya dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Kendala yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Risk Averse Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian atau resiko. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperolehnya dari investasi yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. B. Implikasi Teoritis

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. B. Implikasi Teoritis BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh, maka dapat diambil beberapa kesimpulan: 1. Fenomena day of the week effect dan monday effect terbukti pada periode tahun 2011 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi yang tepat agar keuntungan tersebut bisa diraih (Manurung, 2004). Ada

BAB I PENDAHULUAN. strategi yang tepat agar keuntungan tersebut bisa diraih (Manurung, 2004). Ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini peluang untuk mendapatkan keuntungan investasi di pasar modal semakin terbuka lebar bagi masyarakat luas, sehingga perlu memiliki strategi yang tepat agar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pasar yang efisien adalah pasar di mana harga semua sekuritas yang

BAB II LANDASAN TEORI. Pasar yang efisien adalah pasar di mana harga semua sekuritas yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Efisiensi Pasar Pasar yang efisien adalah pasar di mana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia (Tandelilin, 2010:219). No one

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. menjadi n lembar saham, dimana harga per lembar saham baru setelah stock split

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. menjadi n lembar saham, dimana harga per lembar saham baru setelah stock split BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian pemecahan saham (stock split) Menurut Jogiyanto (2000 : 415), stock split adalah memecah selembar saham menjadi n lembar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mendukung efficient market hypothesis, meskipun masih ada pelaku pasar

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mendukung efficient market hypothesis, meskipun masih ada pelaku pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hipotesis pasar yang efisien sampai saat ini masih menjadi perdebatan, baik di kalangan akademisi maupun peneliti di bidang keuangan. Terdapat banyak bukti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. investasi saham adalah strategi buy and hold. Strategi ini berkenaan dengan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. investasi saham adalah strategi buy and hold. Strategi ini berkenaan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu strategi investasi pasif yang sering digunakan dalam melakukan investasi saham adalah strategi buy and hold. Strategi ini berkenaan dengan keputusan untuk

Lebih terperinci

Kondisi sbg syarat terpenuhi pasar efisien (Tandelilin, 2001) :

Kondisi sbg syarat terpenuhi pasar efisien (Tandelilin, 2001) : Efisiensi pasar Pasar efisien bagaimana suatu pasar bereaksi terhadap informasi untuk mencapai harga keseimbangan yang baru merupakan hal yang penting. Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal di Indonesia mengalami perkembangan serta kemajuan yang sangat pesat sejak tahun 1989 setelah pemerintah mengambil keputusan dalam bidang keuangan akhir

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pasar Efisien (Efficient Market Hypothesis) Pasar dapat dikatakan efisien apabila harga sekuritas mencapai harga keseimbangan yang baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi guna mendapatkan return yang maksimal tanpa melupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi guna mendapatkan return yang maksimal tanpa melupakan faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investor pada dasarnya akan menempuh beberapa strategi dalam berinvestasi guna mendapatkan return yang maksimal tanpa melupakan faktor risiko investasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah dikedepankannya hipotesis pasar efisien (Efficient Market

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah dikedepankannya hipotesis pasar efisien (Efficient Market BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu terobosan penting dalam perkembangan teori keuangan perusahaan adalah dikedepankannya hipotesis pasar efisien (Efficient Market Hypothesis) oleh Fama pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang (Tandelilin, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang (Tandelilin, 2001). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya dunia bisnis dan kegiatan investasi dari tahun ke tahun merupakan salah satu indikator kemajuan pertumbuhan ekonomi yang memacu investor untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pasar modal, banyak sekali informasi yang dapat diperoleh investor baik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pasar modal, banyak sekali informasi yang dapat diperoleh investor baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pasar modal, banyak sekali yang dapat diperoleh investor baik yang tersedia di publik maupun pribadi (privat). Salah satu yang ada adalah pengumuman stock split

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep pasar modal yang efisien telah menjadi suatu topik perdebatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Konsep pasar modal yang efisien telah menjadi suatu topik perdebatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep pasar modal yang efisien telah menjadi suatu topik perdebatan yang menarik dan cukup kontroversial di bidang keuangan. Istilah tentang pasar yang efisien bisa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Price limit..., Eko Prasetyo, FE UI, 2009.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Price limit..., Eko Prasetyo, FE UI, 2009. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemulihan ekonomi di Indonesia pasca krisis finansial telah menunjukkan tanda-tanda yang signifikan. Beberapa indikator adalah tingkat inflasi yang berada pada posisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pasar modal, ada berbagai instrumen keuangan yang bisa diperjualbelikan, seperti obligasi, saham, reksadana, instrumen derivatif dan instrumen lainnya. Dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI Penelitian ditujukan untuk mengetahui keberadaan anomali Day of The Week Effect pada pasar modal Indonesia. Lebih lanjut lagi akan dilihat pola dari anomali selama periode observasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasionalnya. Untuk perusahaan yang sudah go public dana tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. operasionalnya. Untuk perusahaan yang sudah go public dana tersebut salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan pada dasarnya membutuhkan pembiayaan untuk kegiatan operasionalnya. Untuk perusahaan yang sudah go public dana tersebut salah satunya dapat diperoleh dari

Lebih terperinci

Vol. 5 Oktober 2013 ISSN:

Vol. 5 Oktober 2013 ISSN: Vol. 5 Oktober 2013 ISSN: 1858-2559 EFEK BID-ASK, FIRM SIZE DAN LIKUIDITAS DALAM FENOMENA PRICE REVERSAL SAHAM WINNER DAN LOSER KELOMPOK ENTITAS INDEKS LQ-45 PERIODE 2009-2011 DI BURSA EFEK INDONESIA RISMAEKA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 8 BAB II LANDASAN TEORI, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Efficient Market Hypothesis (EMH) Konsep pasar efisien membahas bagaimana pasar merespon informasi dan mempengaruhi harga sekuritas. Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaannya. Bagi perusahaan yang sudah go public, nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaannya. Bagi perusahaan yang sudah go public, nilai perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya setiap perusahaan bertujuan memaksimumkan nilai perusahaannya. Bagi perusahaan yang sudah go public, nilai perusahaan tercermin dari harga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep mengenai Efficient Market Hypothesis (EMH) telah menjadi salah satu topik yang sering dibicarakan dalam dunia keuangan. Apabila pasar modal telah efisien maka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Efisiensi Pasar (Efficiency Maket Hypotesis)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Efisiensi Pasar (Efficiency Maket Hypotesis) BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Teori Efisiensi Pasar (Efficiency Maket Hypotesis) Pasar efisien adalah jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kontroversi mengenai pasar yang efisien masih mewarnai dunia investasi di pasar modal. Dibuktikan dengan beragamnya hasil penelitian mengenai konsep EMH (Efficient Market

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Menurut Tandelilin (2001:47) return merupakan salah satu faktor yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Menurut Tandelilin (2001:47) return merupakan salah satu faktor yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Return Pasar Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogiyanto, 2003:107). Menurut Tandelilin (2001:47) return merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Pasar Modal Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Adapun beberapa alasan dilakukannya penelitian kembali berkaitan dengan topik ini adalah mengacu pada beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan. Berikut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. diakibatkan adanya informasi yang masuk ke pasar. Semakin cepat informasi baru yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. diakibatkan adanya informasi yang masuk ke pasar. Semakin cepat informasi baru yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pasar Efisien (Efficient Market Hypothesis) Pasar dikatakan efisien apabila harga sekuritas mencapai harga keseimbangan baru yang diakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investor yang berinvestasi pada saham-saham value stock percaya bahwa saham

BAB I PENDAHULUAN. Investor yang berinvestasi pada saham-saham value stock percaya bahwa saham BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Value dan growth merupakan dua jenis strategi investasi yang berlawanan. Investor yang berinvestasi pada saham-saham value stock percaya bahwa saham tersebut undervalued.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI, STUDI LITERATUR TERDAHULU DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI, STUDI LITERATUR TERDAHULU DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II LANDASAN TEORI, STUDI LITERATUR TERDAHULU DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Landasan Teori II.1.1. Konsep Random Walk dan Efficient Market Hypothesis (EMH) Konsep Random Walk pertama kali diangkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dengan

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dengan biaya yang lebih murah. Di samping itu, para investor juga menggunakan pasar modal sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. surat berharga. Pasar akan memproses informasi yang relevan kemudian pasar

BAB I PENDAHULUAN. surat berharga. Pasar akan memproses informasi yang relevan kemudian pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam pasar yang efisien, informasi yang masuk ke pasar akan tercermin pada hargaharga surat berharga. Pasar akan memproses informasi yang relevan kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menghadapi kendala dalam masalah terbatasnya dana modal untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang menghadapi kendala dalam masalah terbatasnya dana modal untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alternatif memperoleh sumber dana yang dibutuhkan oleh perusahaan yang menghadapi kendala dalam masalah terbatasnya dana modal untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas jangka panjang dan relatif lebih berisiko ketimbang sekuritas yang

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas jangka panjang dan relatif lebih berisiko ketimbang sekuritas yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal adalah segmentasi dari pasar keuangan yang mencakup sekuritas jangka panjang dan relatif lebih berisiko ketimbang sekuritas yang terdapat dipasar uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laporan yang memberikan informasi mengenai laba (earnings) yang dicapai

BAB I PENDAHULUAN. laporan yang memberikan informasi mengenai laba (earnings) yang dicapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi keuangan yang diberikan oleh perusahaan kepada publik terutama para investor dan kreditur. Salah satu unsur dalam

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS BAB II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS A. Efficient Market Hypothesis (EMH) Efisiensi pasar menggambarkan hubungan antar hargaharga saham dengan informasi di pasar. Terdapat dua pengertian efisiensi pasar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar untuk memenuhi kebutuhan finansialnya dan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar untuk memenuhi kebutuhan finansialnya dan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara garis besar untuk memenuhi kebutuhan finansialnya dan kegiatan operasionalnya, perusahaan memerlukan dana yang bisa dioperasikan sebaik mungkin. Dana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan harga saham selalu menjadi obyek yang menarik untuk diprediksi dan dianalisis.keberhasilan dan ketepatan memprediksi perkembangan harga saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang maupun jangka pendek menawarkan kelebihan dan kekurangan. melakukan jual beli saham di pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang maupun jangka pendek menawarkan kelebihan dan kekurangan. melakukan jual beli saham di pasar modal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini masyarakat mulai memikirkan pentingnya melakukan investasi. Meningkatnya kebutuhan hidup dan perlunya jaminan hari tua membuat masyarakat mulai selektif memilih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis day..., Dwita Amelia Fitriani, FE UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis day..., Dwita Amelia Fitriani, FE UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Efficient Market Hypothesis menyatakan bahwa harga suatu saham telah mencerminkan semua informasi yang tersedia di dalam pasar. Berdasarkan Teori Efficient

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu investasi. Return bisa positif dan juga negatif, jika positif berarti

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu investasi. Return bisa positif dan juga negatif, jika positif berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Return merupakan hasil (keuntungan atau kerugian) yang diperoleh dari suatu investasi. Return bisa positif dan juga negatif, jika positif berarti mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Rahayu (2006) melakukan penelitian dengan judul Reaksi Pasar Terhadap

BAB II URAIAN TEORITIS. Rahayu (2006) melakukan penelitian dengan judul Reaksi Pasar Terhadap 37 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Rahayu (2006) melakukan penelitian dengan judul Reaksi Pasar Terhadap Peristiwa Stock Split yang Terjadi di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. permintaan atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 tahun. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal adalah tempat bertemunya antara penawaran dan permintaan atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 tahun. (samsul, 2006 : 43). Hukum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Likuiditas (liquidity) mengacu pada ketersediaan sumber daya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Likuiditas (liquidity) mengacu pada ketersediaan sumber daya 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1.Likuiditas Saham Likuiditas (liquidity) mengacu pada ketersediaan sumber daya perusahaan untuk memenuhi kebutuhan kas jangka pendek (Wild et al,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Panagiotis (2010) meneliti tentang dampak terorisme terhadap harga saham perbankan di negara Yunani. Ada tiga peristiwa bom yang diteliti oleh Panagiotis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ekonomi karena pasar modal adalah tempat penyaluran dana dari (lenders)

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ekonomi karena pasar modal adalah tempat penyaluran dana dari (lenders) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berhasilnya pembangunan di suatu negara pada saat ini tidak dapat dipisahkan dari masalah aktivitas serta pertumbuhan investasi. Semakin tinggi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pula minat masyarakat untuk berinvestasi, pasar modal menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pula minat masyarakat untuk berinvestasi, pasar modal menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia perekonomian dan investasi semakin meningkatkan pula minat masyarakat untuk berinvestasi, pasar modal menjadi salah satu sarana yang sering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pada penelitan ini, peneliti merujuk pada penelitian sebelumnya yang bermanfaat untuk dijadikan sebagai pembanding. Penelitian yang dijadikan rujukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Saham Salah satu instrumen pasar keuangan yang paling dominan diperdagangkan adalah saham. Saham dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu motivasi investor melakukan investasi di pasar modal adalah untuk UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu motivasi investor melakukan investasi di pasar modal adalah untuk UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu motivasi investor melakukan investasi di pasar modal adalah untuk memperoleh return, untuk mendapat return yang optimal (sesuai dengan kompensasi resiko

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Perdagangan di Bursa Efek Indonesia. investor atau untuk membentuk portofolionya sendiri.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Perdagangan di Bursa Efek Indonesia. investor atau untuk membentuk portofolionya sendiri. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sistem Perdagangan di Bursa Efek Indonesia Sistem perdagangan yang digunakan di Bursa Efek Indonesia adalah order driven market system dan sistem lelang kontinyu (continues auction

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik karena bisa memberikan return (pengembalian) yang besar secara cepat,

BAB I PENDAHULUAN. menarik karena bisa memberikan return (pengembalian) yang besar secara cepat, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal di Indonesia telah menjadi salah satu sarana investasi yang menarik karena bisa memberikan return (pengembalian) yang besar secara cepat, namun potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang yang melakukan penelitian yang mendukung teori efisiensi pasar, bahwa

BAB I PENDAHULUAN. orang yang melakukan penelitian yang mendukung teori efisiensi pasar, bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdebatan tentang teori pasar yang efisien sampai sekarang masih banyak menimbulkan tanda tanya bagi para peneliti keuangan. Ada sebagian orang yang melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kinerja perusahaan. Pasar juga bisa bereaksi terhadap informasi atas

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kinerja perusahaan. Pasar juga bisa bereaksi terhadap informasi atas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Reaksi pasar yang ditunjukkan dengan perubahan harga saham tidak hanya disebabkan oleh kinerja perusahaan. Pasar juga bisa bereaksi terhadap informasi atas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. atau terdaftar di Bursa Efek Indoensia. Data-data perusahaan yang akan diteliti

BAB III METODE PENELITIAN. atau terdaftar di Bursa Efek Indoensia. Data-data perusahaan yang akan diteliti 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian ini mengunakan populasi dari perusahaan yang sudah go public atau terdaftar di Bursa Efek Indoensia. Data-data perusahaan yang akan diteliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan portfolio (portfolio management), dapat dibagi menjadi 2 cara,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan portfolio (portfolio management), dapat dibagi menjadi 2 cara, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pengelolaan portfolio (portfolio management), dapat dibagi menjadi 2 cara, manajemen pasif (passive management) dan manajemen aktif (active management) (Elton dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harga pasar. Salah-satu karakteristik utama pasar modal yang efisien

BAB I PENDAHULUAN. harga pasar. Salah-satu karakteristik utama pasar modal yang efisien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pasar modal yang efisien semua sekuritas diperjualbelikan pada harga pasar. Salah-satu karakteristik utama pasar modal yang efisien adalah bahwa informasi tersedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak diperjualbelikan dengan tujuan mendapatkan return dan capital gain,

BAB I PENDAHULUAN. banyak diperjualbelikan dengan tujuan mendapatkan return dan capital gain, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal (capital market) adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Signaling Theory Brigham dan Houston (2011) menyatakan bahwa signal merupakan suatu keputusan atas tindakan manajemen perusahaan sehingga dapat memberikan esensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. invetasi keuangan jangka panjang seperti, saham, obligasi, instrumen-instrumen

BAB I PENDAHULUAN. invetasi keuangan jangka panjang seperti, saham, obligasi, instrumen-instrumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan tempat untuk memperjualbelikan berbagai invetasi keuangan jangka panjang seperti, saham, obligasi, instrumen-instrumen derivatif, dan lainnya.

Lebih terperinci

Rismaeka Purnamasari Latjuba 1 Rowland Bismark Fernando Pasaribu 2. Abstrak

Rismaeka Purnamasari Latjuba 1 Rowland Bismark Fernando Pasaribu 2. Abstrak EFEK BID-ASK, FIRM SIZE DAN LIKUIDITAS DALAM FENOMENA PRICE REVERSAL SAHAM WINNER DAN LOSER KELOMPOK ENTITAS INDEKS LQ 45 PERIODE - DI BURSA EFEK INDONESIA Rismaeka Purnamasari Latjuba 1 Rowland Bismark

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya abnormal return adalah efek akhir pekan. Kebutuhan akan likuiditas suatu

BAB I PENDAHULUAN. adanya abnormal return adalah efek akhir pekan. Kebutuhan akan likuiditas suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Return saham dipengaruhi oleh keadaan lingkungan atau peristiwaperistiwa tertentu di luar pasar saham. Salah satu peristiwa yang menyebabkan adanya abnormal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di Bursa Efek Indonesia bulan Mei Berdasarkan penelitian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di Bursa Efek Indonesia bulan Mei Berdasarkan penelitian yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Pratama (2011), peneliti menganalisis data yang telah dikumpulkan berupa return dan abnormal return pada sampel saham LQ 45 yang terdaftar di Bursa

Lebih terperinci

harga saham sebelumnya. Unsur return yang satu ini dimungkinkan menjadi lebih

harga saham sebelumnya. Unsur return yang satu ini dimungkinkan menjadi lebih BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pada bab ini dijelaskan mengenai kajian pustaka yang merupakan landasan teori yang merupakan dasarbagi pengembangan hipotesis. Pada bagian awal akan dibahas

Lebih terperinci

Lanjutan Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu. Judul Penelitian Variabel Analisis Data. sample t- (Initial Public

Lanjutan Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu. Judul Penelitian Variabel Analisis Data. sample t- (Initial Public No Peneliti/ Tahun 9 Meidiaswati (2008) Lanjutan Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Metode Judul Penelitian Variabel Analisis Data Kinerja Jangka Abnormal Return One Panjang pada IPO sample t- (Initial

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. investor institusi, akan mampu memperoleh return tidak normal (abnormal

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. investor institusi, akan mampu memperoleh return tidak normal (abnormal BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Efisiensi Pasar Modal Konsep pasar efisien pertama kali dikemukakan dan dipopulerkan oleh Fama (1970). Suatu pasar dikatakan efisien

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Laba sebagai Indikator Kinerja Perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Laba sebagai Indikator Kinerja Perusahaan BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Laba sebagai Indikator Kinerja Perusahaan Menurut PSAK no. 1, tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja,

Lebih terperinci