PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR-DASAR TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH FAPERTA UNSOED. Oleh : LABORATORIUM AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR-DASAR TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH FAPERTA UNSOED. Oleh : LABORATORIUM AGRONOMI DAN HORTIKULTURA"

Transkripsi

1 PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR-DASAR TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH Oleh : LABORATORIUM AGRONOMI DAN HORTIKULTURA KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

2 TATA TERTIB PRAKTIKUM 1) a). Praktikan harus hadir di tempat praktikum selambat-lambatnya 5 menit sebelum praktikum dimulai. b). Sebelum dimulai para praktikan harus menempuh pre-test acara praktikum yang akan dilaksanakan. 2) Pada waktu praktikum dimulai atau berlangsung, praktikan harus: a) Menandatangani daftar hadir b) Melakukan praktikum dengan tertib, tidak bersenda gurau c) Bersikap sopan terhadap sesama praktikan, asisten, laboran, serta dosen. d) Mengesahkan hasil praktikum pada asisten praktikum. e) Mengembalikan alat-alat dalam keadaan bersih dan lengkap kepada asisten/laboran/teknisi setelah acara praktikum selesai. f) Mengganti alat-alat yang pecah/rusak/hilang dengan segera. 3) Menyerahkan laporan praktikum 1 minggu setelah acara praktikum selesai 4) Tidak ada inhall praktikum kecuali dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan (sakit) dan harus dilengkapi surat keterangan serta mendapat izin dari kepala laboratorium. 5) Bagi praktikan yang: a) Tidak hadir dalam salah satu atau seluruh acara praktikum, b) Tidak menandatangani daftar hadir, c) Tidak mengikuti pre-test salah satu atau seluruh acara praktikum, d) Bertindak tidak sopan, melakukan tindakan melawan asisten, dosen, laboran/teknisi, e) Tidak mengumpulkan laporan praktikum satu/seluruh acara praktikum, 2

3 f) Mengumpulkan laporan praktikum melewati batas waktu yang ditentukan, Maka nilai praktikum akan ditunda atau dibatalkan praktikumnya, dan wajib mengulang tahun berikutnya. 6) Nilai praktikum merupakan satu kesatuan nilai dengan nilai mata kuliah, maka apabila praktikum tidak lulus maka mata kuliah yang bersangkutan juga tidak lulus. 3

4 ACARA I : PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH A. Latar Belakang Program sertifikasi benih bertujuan memelihara kemurnian dan mutu benih dari varietas unggul, menyediakan secara kontinyu kepada petani. Kegiatan meliputi : 1. Pengujian lapangan 2. Pengujian di Laboratorium 3. Pemeriksaan alat-alat pengolahan benih, cara dan tempat penyimpanan benih Pengujian benih di laboratorium bertujuan untuk mendapatkan keterangan tentang mutu suatu benih yang digunakan untuk keperluan penanaman. Dalam rangka sertifikasi benih, pengujian tersebut diperlakukan guna pengisian label. Tujuan dari pengujian kemurnian adalah untuk mengetahui komposisi dari contoh yang diuji yang akan mencerminkan komposisi kelompok benih dari mana contoh tersebut diambil dengan jenis/kultivar/varietas dan kotoran benih pada contoh tersebut dengan identifikasi yang telah ditetapkan. Pada prinsipnya, pengujian kemurnian benih di laboratorium merupakan kemurnian secara fisik/berdasarkan identitas fisik yang telah ditetapkan dengan jalan memisahkan contoh kerja benih ke dalam komponen-komponen benih murni, biji tanaman/varietas lain, biji gulma dan kotoran benih. Yang termasuk benih murni adalah : - Biji muda, biji belah, biji rusak - Pecahan biji dengan ukuran lebih besar dari setengah ukuran asli - Biji-biji yang terserang penyakit - Biji-biji yang mulai berkecambah 4

5 Yang termasuk biji tanaman varietas lain : - Meliputi biji tanaman pertanian yang tidak termasuk jenis/varietas yang namanya tercantum dalam label. Yang termasuk gulma/rerumputan : - Meliputi biji-biji yang berasal dari tumbuhan yang dianggap sebagai tumbuhan penganggu menurut peraturan (gulma). Yang termasuk kotoran benih : Meliputi biji-biji dan bahan semacam biji dari tanaman pertanian serta rerumputan dan buah-buahan lain seperti yang dijelaskan di bawah ini : a. Bahan semacam biji dari tanaman pertanian Pecahan biji dengan ukuran setengah atau kurang dari ukuran asli. Biji tanpa kulit (pada leguminose, crisoferae, coniferae) dan biji terserang penyakit sehingga bentuknya berubah. b. Bahan-bahan bagian biji Biji rusak tanpa lembaga. Glumes atau floret tanpa lembaga atau endosperm. c. Bahan-bahan lain bukan dari biji Tanah, pasir, batang, jerami, bunga, cendawan dan lain-lain. Benih yang dianalisa pada meja pemurnian adalah contoh kerja yang berasal dari contoh kiriman. Contoh kiriman selalu lebih besar dari contoh kerja. Oleh sebab itu dilakukan sampel dengan pembagi benih. Besarnya contoh kiriman dan contoh kerja tergantung dari jenis tanaman, seperti terlihat dalam tabel 1. 5

6 Tabel 1. Contoh kiriman dan contoh kerja pada berbagai jenis tanaman Jenis tanaman Padi Jagung Cantel Kacang tanah Kedelai Kacang hijau Kubis Wortel B. Tujuan Berat minimum contoh (gram) Kiriman kerja Mahasiswa mampu membedakan benih murni, biji tanaman lain, kotoran benih dan menghitung persentase kemurnian benih C. Alat dan Bahan 1. Benih Padi (20 gram) 2. Meja pemurnian, pinset, petridish, timbangan listrik. D. Prosedur Kerja 1. Ambilah contoh kerja dari benih yang ada dengan jalan pengurangan dengan memakai pembagi benih sehingga diperoleh berat benih yang diinginkan dan timbangan. 2. Sediakan alat-alat yang dipergunakan 3. Periksalah contoh kerja sedikit demi sedikit di atas meja pemurnian dengan teliti (ingat waktu identifikasi biji) dan pisahkan ke dalam komponen-komponen : benih murni, biji tanaman/varietas lain, biji gulma dan kotoran benih. 6 3

7 4. Hitunglah persentase berat komponen-komponen tersebut terhadap berat contoh benih. Persentase benih murni adalah (100% - jumlah persentase komponenkomponen) 5. Isikanlah hasil perhitungan pada tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Contoh tabel lembar kerja praktikum perhitungan kemurnian benih Nomor contoh Berat komponen Persentase kerja BM VL KB BM VL KB Keterangan : 1. BM : Benih Murni 2. VL : Varietas Lain 3. KB : Kotoran Benih 7

8 ACARA II. PENGUJIAN KADAR AIR BENIH A. Latar Belakang Benih merupakan bahan yang bersifat higroskopis yang mempunyai susunan yang kompleks dan heterogen yang diantaranya adalah komponen air. Yang dimaksud kadar air benih, ialah berat air yang dikandung dan yang kemudian hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam prosentase terhadap berat awal contoh benih. Penetapan Kadar Air adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut dandinyatakan dalam prosentase (%) terhadap berat asal contoh benih. Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut. Laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar airnya, penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan (Sutopo, 1984). Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih maka akan semakin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. B. Tujuan Tujuan praktikum ini yaitu untuk menguji kadar air benih dengan memanfaatkan berbagai cara dan alat pengukur. C. Alat dan Bahan 1. Benih padi (20 g) dan Jagung (20 g) 2. Oven 8

9 3. Timbangan 4. Moisture tester D. Prosedur kerja A. Metode praktek a. Siapkan dan cek alat moisture tester, serta contoh benih yang akan diuji b. Benih yang akan diuji diambil dari benih lama dan benih baru c. Setelah alat siap ambil beberapa biji dengan pinset kemudian masukan ke dalam lubang-lubang pengujian pada alat tersebut. d. Putar sekrup penghancur benih sampai benih benar-benar hancur. e. Pilih menu uji sesuai dengan benih yang diuji dengan menekan tombol pilihan biji yang diuji dan baca hasil pengujian pada display alat tersebut. f. Bandingkan hasil uji kadar air dengan kadar air standar masing-masing benih dan simpulkan. B. Metode dasar a. Timbang Berat Awal benih sebanyak 20 gr b. Masukkan dalam kantong lalu oven selama 2x24 jam c. Setelah 2x24 jam ditimbang lagi Berat Akhirnya KA = Berat Awal Berat Akhir % KA = x 100% d. Bandingkan hasil uji kadar air dengan kadar air standar masing-masing benih dan simpulkan 9

10 ACARA III PEMATAHAN DORMANSI I. Skarifikasi dengan air panas A. Latar belakang Banyak macam benih tidak dapat berkecambah meskipun diberikan fasilitas yang secukupnya. Benih demikian ini berada dalam keadaan dormansi. Banyak faktor yang menyebabkan dormansi ini, antara lain adalah kekerasan kulit sehingga air, udara sulit masuknya. Perlakuan dengan air panas dapat melunakkan kulit benih sehingga air, udara mudah masuknya. Keuntungan tambahan dengan perlakuan air panas tersebut adalah mematikan hama dan penyakit yang seed borne. B. Tujuan Mempercepat perkecambahan biji dengan metode skarifikasi benih C. Alat dan Bahan Benih Albasia (20 benih), air panas, cawan petri, pasir, polibag D. Prosedur kerja 1. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Stratifikasi dengan air panas selama 10 menit kemudian dicuci pada air mengalir 3. Tanam 10 biji dari perlakuan untuk dikecambahkan pada media polibag dan 10 biji tanpa perlakuan sebagai kontrol. 4. Pencatatan yang berkecambah tiap 2 hari sekali selama 8 hari. 5. Catat persentase benih yang berkecambah normal. 10

11 II. Pengaruh Skarifikasi terhadap perkecambahan biji A. Latar Belakang Biji-biji yang sudah masak umumnya melalui masa istirahat sebelum benih dapat tumbuh atau berkecambah. Setiap varietas mempunyai masa istirahat yang berbedabeda, bahkan ada yang tidak mengalami masa tersebut, Jika petani menginginkan menumbuhkan varietas-varietas ini sepanjang tahun dan bibit dari tanaman terdahulu, mengalami kerugian yang nyata, karena adanya masa istirahat selama 2-3 minggu. Dormansi benih juga merupakan problem bagi pemulia dimana membutuhkan pengurangan interval waktu antara pertanaman dan analisis biji. Benih dikatakan dormansi apabila benih hidup tidak mampu berkecambah meskipun berada pada lingkungan yang ideal. B. Tujuan Menunjukan kekerasan biji-biji yang ada pada daerah tropika dan bagaimana cara skarifikasi dijalankan. C. Alat dan Bahan Benih melinjo (6 benih), amplas, pasir, polibag D. Prosedur kerja 1. Persiapkan bahan dan alat yang akan digunakan. 2. Bersihkan 6 buah benih melinjo kemudian 2 buah dikupas kulitnya, 2 buah diamplas atau digosok bagian kulit bijinya menggunakan amplas masing masing pada bagian samping, atas dan bawah dan 2 buah yang lain tidak diamplas sebagai kontrol. 3. Benih melinjo yang telah yang telah diberi perlakuan tersebut ditanam dalam polibag dan diamati pertumbuhannya setiap hari selama 7 hari. 4. Catat persentase benih yang berkecambah normal. 11

12 ACARA IV. PERKECAMBAHAN PADA LINGKUNGAN SUBOPTIMAL A. Latar Belakang Perluasan lahan pertanian ke arah yang subur sulit dilakukan karena banyak lahan-lahan ini digunakan untuk perumahan. Oleh karena itu perluasan lahan pertanian terpaksa dialihkan kepada lahan yang bermasalah. Lahan pasang surut adalah alternatif yang paling baik karena masih tersedia lahan yang luas. Pengujian ini sebagai latihan kepada mahasiswa untuk mengetahui pengaruh garam-garam NaCl pada perkecambahan tanaman. B. Tujuan Mempelajari pengaruh garam pada medium terhadap perkecambahan dan serapan air oleh benih. C. Alat dan Bahan Benih padi (20 benih/petridish), Garam NaCl, Aquades, Petridish, Kertas Merang, Pinset, Gunting D. Prosedur Kerja 1. Siapkan larutan garam dengan konsentrasi 0 ppm, 2500 ppm, 5000 ppm. 2. Siapkan petridish dengan diberi alas kertas merang rangkap Kecambahkan 20 benih padi sesuai dengan perlakuan yang telah ditentukan. 4. Pengamatan : a. Lakukan penyemprotan secara merata pada benih padi sesuai perlakuan yang telah ditentukan (jangan sampai tergenang). b. Untuk perkecambahan diamati setiap 2 hari sekali selama 8 hari. c. Hitung persentase perkecambahan dan bandingkan untuk setiap perlakuan. 12

13 Rumus persentase perkecambahan yaitu : % Perkecambahan x 100% 13

14 ACARA V. PENGUJIAN DAYA PERKECAMBAHAN BENIH DAN INDEKS VIGOR PERKECAMBAHAN A. Latar Belakang Mutu benih yang baik merupakan dasar bagi produksi pertanian yang lebih baik. Mutu benih meliputi mutu genetik, fisiologis dan fisik. Salah satu pengujian mutu benih secara fisiologis yaitu dengan pengujian daya kecambah (viabilitas). Daya kecambah benih yaitu kemampuan benih untuk dapat berkecambah normal pada kondisi lingkungan yang serba optimum dalam waktu tertentu yang dinyatakan dalam persen. Sedangkan perkecambahan adalah pemunculan dan perkembangan dari embrio menjadi plumula dan radikula yang menunjukkan akan berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi yang memungkinkan. Pengujian dilakukan di laboratorium untuk mendapatkan lingkungan yang serba optimum dengan menggunakan beberapa metode pengujian. Kecambah/bibit abnormal adalah bibit yang tidak memenuhi syarat sebagai bibit normal. Abnormalitas dapat terjadi pada plumula terbelah, kerdil, akar tumbuh lemah atau tidak tumbuh sama sekali, koleoptil kosong atau tidak keluar seluruhnya. Dapat juga plumula dan akar tumbuh melingkar-lingkar (spiral). Pada Legume abnormalitas berupa tidak ada epikotil, hipokotil pendek, menjadi tebal atau belah, akar terlambat perkembangannya. Dapat juga kotiledon dan epikotil busuk atau rusak. (Lihat ISTA handbook for seedling evaluation atau pada Pedoman Pengujian Benih Laboratoris). Ada beberapa metode untuk mengekspresikan vigor bibit, namun metode yang paling umum ialah dengan menguji kecepatan perkecambahannya. Kecepatan berkecambah dapat dinyatakan dengan indeks vigor yang merefleksikan jumlah benih yang berkecambah pada interval satu hari setelah dikecambahkan. 14

15 Indeks vigor yang dimaksudkan ialah sebagai berikut : Indeks vigor = Indeks vigor = Vigor index (VI) G1 G2 G3 Gn... D1 D2 D3 Dn (1) G D = jumlah kecambah pada hari tertentu = waktu yang berkorespondensi dengan jumlah itu. C.G = 100 A1 A2... An A1T 1 A2T 2... AnTn (2) C.V. = coefficient vigor A = jumlah benih yang berkecambah pada waktu tertentu T = waktu yang berkorespondensi dengan A B. Tujuan Menguji daya berkecambah berbagai benih tanaman, mengidentifikasi kecambah/ bibit normal dan abnormal, dan membiasakan dengan konsep indeks matematis vigor benih. C. Alat dan Bahan Kertas label, kertas merang, benih padi dan kedelai, plastik bening, petridish D. Prosedur Kerja 1. Pengujian Daya Perkecambahan Dengan Kertas Gulung Metode Uji Kertas Digulung dalam plastik (UKDdp) sebagai berikut : a. Kertas direndam air sampai seluruh bagiannya basah, kemudian di pres dengan alat pengepres kertas hingga air tidak mengalir lagi. b. Hamparkan 1 (satu) lembar plastik lalu letakkan tiga lembar kertas merang di atasnya. 15

16 c. Selanjutnya benih sebanyak 20 butir diletakan secara zig zag di atas kertas merang, kemudian ditutup dengan 2-3 lembar kertas merang, lipat bagian bawah kertas dan digulung. Kemudian ditulis tanggal tanam, tanggal panen benih, pada label yang ditempelkan di gulungan kertas. d. Gulungan kertas yang telah diberi ikatan/isolasi agar tidak lepas disusun dalam germinator dengan posisi lipatan di bawah. e. Pengamatan dilakukan 2 (dua) kali yaitu perhitungan pertama 4 (empat) hari setelah tanam dan perhitungan ke dua 8 (delapan) hari setelah tanam. f. Pengamatan dengan menghitung benih normal, abnormal, biji keras, biji segar dan biji mati, kemudian membuat persentasenya. 2. Pengujian Indeks Vigor Perkecambahan a. Kecambahkan benih-benih tersebut di atas sebanyak 20 butir, diulangi 2 kali di dalam cawan petri dengan media kertas filter. b. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 7 hari, hitung benih yang berkecambah (diambil). Sebagai kriteria berkecambah adalah setelah keluar akar sepanjang 5 mm. c. Hitung indeks vigor dan coefficient vigor dengan rumus-rumus di atas. 16

17 ACARA VI. PENGUJIAN TIPE PERKECAMBAHAN A. Latar Belakang Perkecambahan merupakan proses metobolisme biji hingga dapat menghasilkan pertumbuhan dari komponen kecambah (Plumula dan Radikula). Definisi perkecambahan adalah jika sudah dapat dilihat atribut perkecambahannya, yaitu plumula dan radikula. Tipe perkecambahan dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu hipogeal dan epigeal. Perkecambahan hipogeal adalah apabila terjadi teratas (epikotil) sehingga daun lembaga ikut tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon tetap di bawah tanah. Misalnya pada biji kacang kapri (Pisum sativum) (Sutopo, 2002). Sedangkan tipe perkecambahan epigeal adalah dimana munculnya radikel diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah (Sutopo, 2002). B. Tujuan Mengetahui tipe-tipe perkecambahan dan daya vigor tanaman. C. Bahan dan alat Benih jagung (20 benih) dan kedelai (20 benih), polibag, pasir D. Prosedur Kerja 1. Ambillah sampel benih jagung dan kedelai, kecambahkan masing-masing sebanyak 20 biji, dengan media pasir. 2. Diamati setiap hari ke 1, 3, 5, 7, 9 dengan cara mencabut benih yang ditanam. 3. Amati/identifikasi bentuknya, gambarkan (deskripsikan bagiannya) dan bandingkan perkecambahan antar kedua benih. 17

18 ACARA VII : IMBIBISI PADA PERKECAMBAHAN BENIH A. Latar belakang Mendapatkan tanaman yang jagur sangat penting untuk memaksimalkan potensi hasil suatu tanaman. Setelah benih berkualitas tinggi ditanam, berbagai kondisi lingkungan berinteraksi dalam menentukan kemampuan benih untuk berkecambah dan muncul ke permukaan tanah. Salah satu faktor tersebut adalah akses benih dalam mendapatkan air. Air masuk ke dalam biji melalui lubang-lubang alami pada kulit biji dan kemudian berdifusi menuju jaringan-jaringan di dalam biji. Imbibisi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : biji viable atau non-viable, tipe biji, potensial air pada media, kontak antara biji dan air tanah. Imbibisi sangat memerlukan energi, sehingga benih yang hidup akan menyediakan energi lebih banyak dibanding benih mati. Imbibisi air ke dalam biji juga ditentukan oleh komposisi kimia dalam biji dan permeabilitas kulit biji. Oleh karena itu laju imbibisi juga ditentukan oleh jenis benih/tanaman. Kecuali kedua faktor dalam benih tersebut, imbibisi ditentukan pula oleh faktor luar seperti ketersediaan air dalam media tumbuh kontak antara biji dengan air tanah. B. Tujuan Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1. Mendefinisikan istilah imbibisi air dan arti penting imbibisi pada perkecambahan benih 2. Membahas proses-proses fisiologis yang berkaitan dengan imbibisi pada benih 18

19 3. Membedakan komposisi dan permeabilitas benih antar spesies tanaman yang berpengaruh terhadap tingkat imbibisi 4. Mendemontrasikan pemahaman tentang potensial air pada perkecambahan benih 5. Menjelaskan bagaimanan soil water potensial, persinggungan antara benih air tanah (seed-soil contact), dan hambatan hidrolik tanah (soil hydrolic conductivity) mempengaruhi imbibisi. C. Alat dan Bahan Benih: kedelai dan jagung, air destilasi, vaselin, Polyethylene Glycol (PEG), oven pengering pada temperatur C,, timbangan analitik, cawan petri plastik, box perkecambahan dari plastik (10 x 10 x 3 cm), dark germinator pada 25 0 C D. PROSEDUR KERJA Imbibisi pada benih hidup dan mati a. Timbang dua kelompok benih dan catatlah hasil penimbangannya. Kelompok pertama dipanaskan pada suhu C selama 24 jam. Kelompok lain dibiarkan tidak dipanasi. b. Kedua kelompok benih diremdam dalam air destilasi selama satu jam. c. Masing-masing ditimbang kembali dan catat hasil penimbangnya d. Tentukan presentasi peningkatan bobot benih, yang disebabkan oleh tambahan air. Perlakuan Bobot Awal Bobot setelah perendaman Benih mati Benih Hidup % Peningkatan e. Jelaskan mengapa imbibisi air pada benih yang mati tidak terjadi atau tidak sebanyak imbibisi pada benih hidup. (tuliskan dalam lembar Acc) 19

20 Laju imbibisi dua tipe benih Percobaan ini dilakukan untuk menentukan laju imbibisi dua tipe benih yang berbeda yaitu jagung dan kacang tanah. Setiap jenis benih memiliki komposisi kimiawi dan permeabilitas berbeda. Praktikum ini ditujukan untuk membandingkan laju imbibisi dua tipe benih dengan kandungan kimiawi berbeda. Untuk menghilangkan perbedaan permeabilitas kulit biji, maka kedua kelompok benih dibelah menjadi dua bagian sama besar. a. Teralah kadar air benih dan catat hasilnya. b. Pilih/ambil lima benih kacang tanah dan lima benih jagung, kemudian belahlah menjadi dua bagian sama besar. c. Timbanglah kedua kelompok benih tersebut secara terpisah dan catatlah. d. Masukan kedua kelompok benih tersebut ke dalam cawan petri yang telah diisi air destilasi hingga benih benar-benar terendam. e. Setelah 15 menit, ambil benih tersebut dan keringkan air yang menempel pada biji; kemudian ditimbang. Catat hasil penimbangannya. Setelah dicatat, kedua kelompok benih dikembalikan ke dalam cawan petri kembali. f. Ulangi langkah e sampai peremdaman berlangsung selama 60 menit. g. Catat semua hasil pengamatan dalam tabel seperti berikut. Data awal/pengamatan. Spesies Bobot Kadar Bobot Bobot pada pengamatan 15 menit: awal Air kering awal I II III IV Kacang tanah Jagung Data Perhitungan : Spesies Kacang tanah Jagung Rerata absorbsi air per gram berat kering 15 menit 30 menit 45 menit 60 menit 20

21 Rumus Perhitungan: Rata Absorsi (n) : Ket : n = Perendaman Ke- n (15 menit, 30 menit, 45 menit, atau 60 menit) h. Uraikan alasan-alasan apa saja yang dapat menjelaskan hasil percobaan tersebut (tuliskan dalam lembar Acc) Pengaruh kadar air media terhadap imbibisi air Ketersediaan air di lapangan menentukan laju imbibisi air ke dalam benih. Cekaman air menimbulkan hambatan imbibisi dan akhirnya memperkecil perkecambahan. Simulasi kondisi lingkungan benih pada tanah kering seringkali dilakukan dengan menambahkan solute ke dalam air. Polyethylene glycol (PEG) sering digunakan untuk tujuan ini, karena tidak beracun dan sedikit sekali terabsorbsi oleh benih. Walaupun percobaan ini sangat kondusif untuk pekerjaan laboratorium, tingkat imbibisi air pada media PEG dan di lapangan cukup berbeda. Kontak benih dengan air pada media PEG lebih tinggi/besar dibandingkan dengan kontak benih dengan air pada lahan/tanah kering. Kecuali itu, air tanah yang berimbibisi perlu memperoleh penggatian. Walaupun demikian, percobaan imbibisi pada media larutan PEG dapat memberikan gambaran tentang mekanisme biji merespon terhadap potensial air tanah (soil water potensial). a. Siapkan larutan PEG dengan potensial osmotik (ψ W ): 0, dan -20 dengan cara melarutkan PEG masing-masing sebanyak 0 g, dan 32,5 g per 100 ml air destilasi. b. Siapkan tiga (3) kelompok benih, yakni: 1. Kedelai yang hilumnya di olesi vaselin; 2. Kedelai, dan 3. Jagung. 21

22 c. Siapkan sebanyak 2 cawan petri untuk masing-masing kategori benih, (satu cawan petri untuk potensial osmotik 0, dan satu lagi untuk potensial osmotik -20) sehingga dibutuhkan 2 cawan petri. d. Masukan dengan hati-hati 100 ml larutan PEG per cawan petri (sesuai perlakuan) ke dalam cawan petri. (perlakuan A 100 ml PEG -20 terdiri dari 20 benih kedelai vaselin, 20 benih kedelai, 20 benih jagung dan perlakuan B 100 ml 0 terdiri dari 20 benih kedelai vaselin, 20 benih kedelai, 20 benih jagung) e. Sebanyak 20 benih diletakan pada cawan petri (sesuai perlakuan dan kategori). f. Tutuplah permukaan atas cawan petri agar laju evaporasi ditekan serendah mungkin. g. Simpan kesemua cawan petri ke dalam dark germinator pada suhu 25 0 C selama 7 hari. h. Pada hari ke delapan, ambil semua cawan petri dan buka tutupnya, kemudian hitung berapa banyak benih yang berkecambah pada masing-masing kelompok benih. i. Catatlah hasil pengamatan Saudara seperti pada tabel di bawah ini. Bandingkan dan bahaslah hasilnya. Tabel Pengamatan: Kelompok benih Tekanan Osmotik (Bars) % Perkecambahan Kedelai (vaseline) 0-20 Kedelai Jagung 22

23 Luas Persinggungan antara benih dan air tanah a. Siapkan seed boxes kemudian isi dengan pasir steril hingga ¾ bagian dan berilah air destilasi hingga penuh. b. Tambahkan pasir di atasnya hingga mencapai ketebalan 5 cm. c. Siapkan empat (4) set styrofoam kotak. Masing-masing cawan petri dilubangi dengan ukuran lubang berbeda, yaitu 6, 3.5, 2, dan 1 mm. d. Benih kedelai ditempatkan pada setiap lubang dan tutuplah styrofoam kotak tersebut. e. Tempatkan styrofoam kotak tersbut di atas pasir pada seed box yang sudah diseiapkan f. Setelah 7 hari, hitung jumlah benih yang telah berkecambah secara sempurna. g. Bahaslah apakah luas persinggungan antara biji dan air berpengaruh terhadap perkecambahan. 23

24 ACARA VIII. PENGUJIAN PENGARUH FAKTOR CAHAYA TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH A. Tujuan Mempelajari atau mengetahui bagaimana pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih B. Alat dan Bahan Benih kedelai, karton hitam, seedbox, kertas label, pasir, langseng, kompor gas, air. C. Prosedur Kerja : 1. Tanam benih kedelai di polibag dengan dua kali ulangan 2. Berikan perlakuan dengan diberi cahaya dan ditempatkan di ruangan gelap 3. Amati perkecambahan 2 hari sekali selama 8 hari (4x pengamatan) 4. Setelah 8 hari, cabut tanaman dan amati panjang akar dan panjang batangnya. Bandingkan antar perlakuan dan simpulkan 5. Gambar masing-masing pola perkecambahannya dan sebutkan bagian-bagiannya 6. Lakukan hal yang sama seperti di atas, tetapi menggunakan media pasir yang sudah disterilkan dengan cara direbus terlebih dahulu, kemudian dikeringanginkan. 24

25 ACARA IX. KUNJUNGAN LAPANG A. Tujuan 1. Mengetahui proses produksi benih di lapangan 2. Mengetahui Prosesing benih 3. Mengetahui proses sertifikasi benih 4. Mengetahui proses penyimpanan benih 5. Mengetahui proses pemasaran benih B. Bahan dan Alat 1. Bahan d. Data profil perusahaan (company profil) e. Data hasil pengamatan di lapangan dan di laboratorium f. Data hasil presentasi (pemaparan) dan diskusi g. Gambar atau foto yang terkait dengan materi praktikum h. Peta lokasi praktikum lapang 2. Alat i. Alat-alat tulis j. Buku catatan k. Tustel digital l. GPS m. Peta lokasi 25

26 C. Prosedur Kerja 1. Praktikan mengunjungi lokasi praktikum lapang 2. Mendengarkan, diskusi dan mencatat data yang diperoleh pada saat penjelasan oleh perusahaan 3. Melakukan observasi lapangan dan mencatat data yang relevan melalui pengukuran langsung di lapangan 4. Data hasil pengamatan dan pengukuran di tabulasi jika untuk dilakukan analisis 5. Dilakukan pengambilan gambar (foto) untuk pendukung kegiatan (laporan) 26

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di 14 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian,, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di atas permukaan laut, pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

MATERI 3. VIABILITAS, VIGOR DAN UJI TZ

MATERI 3. VIABILITAS, VIGOR DAN UJI TZ MATERI 3. VIABILITAS, VIGOR DAN UJI TZ PENDAHULUAN UJI VIABILITAS Viabilitas adalah kemampuan benih atau daya hidup benih untuk tumbuh secara normal pada kondisi optimum. - Kondisi optimum : kondisi yang

Lebih terperinci

MATERI 1 STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN I. PENDAHULUAN

MATERI 1 STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN I. PENDAHULUAN MATERI 1 STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN I. PENDAHULUAN Teknologi benih adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai cara-cara untuk dapat memperbaiki sifat-sifat genetik dan fisik benih yang mencangkup

Lebih terperinci

MATERI 3. VIABILITAS, VIGOR DAN UJI TZ

MATERI 3. VIABILITAS, VIGOR DAN UJI TZ MATERI 3. VIABILITAS, VIGOR DAN UJI TZ PENDAHULUAN UJI VIABILITAS Viabilitas adalah kemampuan benih atau daya hidup benih untuk tumbuh secara normal pada kondisi optimum. - Kondisi optimum : kondisi yang

Lebih terperinci

PEMATAHAN DORMANSI BENIH

PEMATAHAN DORMANSI BENIH PEMATAHAN DORMANSI BENIH A. Pendahuluan 1. Latar Belakang. Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 13 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 hingga Januari 2011 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Darmaga pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan

Lebih terperinci

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi.

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi. I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit III. keras dengan fisik dan kimiawi. Tinjauan Pustaka Biji terdiri dari embrio, endosperma,

Lebih terperinci

Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)

Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) Standar Nasional Indonesia Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu faktor pembatas produksi benih adalah tejadinya kemunduran benih selama penyimpanan. Kemunduran benih ini dapat menyebabkan berkurangnya benih berkualitas

Lebih terperinci

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan mengamati kecambah benih merbau yang hidup yaitu dengan cara memperhatikan kotiledon yang muncul ke permukaan tanah. Pada tiap perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi larutan PEG (Polyethylene

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi larutan PEG (Polyethylene BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi larutan PEG (Polyethylene Glycol)

Lebih terperinci

Dalam suatu tumbuhan yang mengalami perkecambahan terdapat: Planula : ujung batang yang akan menjadi sepasang daun, daun lembaga kotiledon kotiledon

Dalam suatu tumbuhan yang mengalami perkecambahan terdapat: Planula : ujung batang yang akan menjadi sepasang daun, daun lembaga kotiledon kotiledon PERKECAMBAHAN 1. Pengertian Perkecambahan merupakan proses metabolism biji hingga dapat menghasilkan pertumbuhan dari komponen kecambah (plumula dan radikal). Definisi perkecambahan adalah jika sudah dapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan Oktober 2013 sampai bulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Uji perkecambahan benih padi dengan menggunakan konsentrasi larutan Kalium Nitrat (KNO 3 ) 3%

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Uji perkecambahan benih padi dengan menggunakan konsentrasi larutan Kalium Nitrat (KNO 3 ) 3% BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari hasil pengamatan diperoleh data persentase kecambah normal, kecambah abnormal, benih segar tidak tumbuh, benih mati yang disajikan dalam bentuk Tabel 1 berikut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai II. TINJAUAN PUSTAK A 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai Ukuran benih kacang kedelai berbeda-beda antarvarietas, ada yang kecil, sedang, dan besar. Warna bijinya kebanyakan kuning kecoklatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Benih dan Pemuliaan Tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Benih dan Pemuliaan Tanaman 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan September 2013 sampai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian Universitas Lampung dari Bulan Agustus 2011 sampai dengan Bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian Universitas Lampung dari Bulan Agustus 2011 sampai dengan Bulan 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Bulan Agustus 2011 sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi Tanaman Jagung Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub

Lebih terperinci

PENGUJIAN KADAR AIR BENIH

PENGUJIAN KADAR AIR BENIH PENGUJIAN KADAR AIR BENIH A. Pendahuluan. 1. Latar Belakang. Benih merupakan material yang bersifat higroskopis, memiliki susunan yang kompleks dan heterogen. Air merupakan bagian yang fundamental terdapat

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA TANAM DAN SUHU TERHADAP PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH KEDELAI (Glycine max ) DI LABORATORIUM BPSBTPH KALIMANTAN SELATAN

PENGARUH MEDIA TANAM DAN SUHU TERHADAP PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH KEDELAI (Glycine max ) DI LABORATORIUM BPSBTPH KALIMANTAN SELATAN PENGARUH MEDIA TANAM DAN SUHU TERHADAP PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH KEDELAI (Glycine max ) DI LABORATORIUM BPSBTPH KALIMANTAN SELATAN Siti Saniah dan Muharyono Balai Pengujian dan Sertifikasi Benih

Lebih terperinci

PEMECAHAN DORMANSI DAN UJI TETRAZOLIUM BENIH TOPOGRAFIS

PEMECAHAN DORMANSI DAN UJI TETRAZOLIUM BENIH TOPOGRAFIS PEMECAHAN DORMANSI DAN UJI TETRAZOLIUM BENIH TOPOGRAFIS Dormansi merupakan strategi benih tumbuhan tertentu untuk dapat mengatasi lingkungan suboptimum guna mempertahankan kelanjutan hidup spesiesnya.

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai VARIETAS ANJASMORO KABA SINABUNG No. Galur MANSURIAV395-49-4 MSC 9524-IV-C-7 MSC 9526-IV-C-4 Asal Seleksi massa dari populasi Silang ganda 16 tetua Silang ganda

Lebih terperinci

Pengujian Daya Berkecambah

Pengujian Daya Berkecambah Pengujian Daya Berkecambah Siti Fadhilah, SP., M.Si Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura 2018 Disampaikan dalam Bimbingan Teknis Petugas Pengambilan Contoh dan

Lebih terperinci

Tipe perkecambahan epigeal

Tipe perkecambahan epigeal IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran dan jumlah sel tanaman sedangkan perkembangan tanaman merupakan suatu proses menuju kedewasaan. Parameter pertumbuhan meliputi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. dengan Januari Pengujian viabilitas dilakukan di Laboratorium Pemuliaan

III. BAHAN DAN METODE. dengan Januari Pengujian viabilitas dilakukan di Laboratorium Pemuliaan 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan tegalan Perumahaan Puri Sejahtera, Desa Haji Mena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada Oktober 2013

Lebih terperinci

I. PENGUJIAN BENIH UNTUK SERTIFIKASI BENIH

I. PENGUJIAN BENIH UNTUK SERTIFIKASI BENIH I. PENGUJIAN BENIH UNTUK SERTIFIKASI BENIH Satriyas Ilyas 1.1. Program Sertifikasi Produksi benih memerrlukan jaminan dari pihak ketiga sehingga lahirlah program sertifikasi benih. Sertifikasi benih adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jagung Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, menurut Purwono dan Hartanto (2007), klasifikasi dan sistimatika tanaman

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 8 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2008 hingga Maret 2009 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri Maulana Malik Ibrahim malang. Pada bulan Desember 2011 sampai

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri Maulana Malik Ibrahim malang. Pada bulan Desember 2011 sampai BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim malang. Pada bulan Desember 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Juni tahun 2009. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH KACANG TANAH. Pendahuluan

1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH KACANG TANAH. Pendahuluan Latar belakang. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH KACANG TANAH Pendahuluan Penyimpanan benih merupakan suatu upaya untuk mempertahankan viabilitas selama mungkin sehingga

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE 10 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan Rumah Kaca Instalasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri dari 4 taraf perlakuan. Faktor kedua adalah lama perendaman (L) di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri dari 4 taraf perlakuan. Faktor kedua adalah lama perendaman (L) di dalam BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi larutan PEG 6000 (K) terdiri dari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. dengan Januari Pengujian viabilitas dilakukan di Laboratorium Pemuliaan

III. BAHAN DAN METODE. dengan Januari Pengujian viabilitas dilakukan di Laboratorium Pemuliaan 1 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan tegalan Perumahaan Puri Sejahtera, Desa Haji Mena Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada Oktober 2013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak Kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak Kelompok BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan menggunakan 2 faktor, 16 kombinasi perlakuan dan 3 kali ulangan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dalam penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB. Pelaksanaan percobaan dimulai dari

Lebih terperinci

MATERI 5. UJI MUTU FISIK DAN KADAR AIR BENIH

MATERI 5. UJI MUTU FISIK DAN KADAR AIR BENIH MATERI 5. UJI MUTU FISIK DAN KADAR AIR BENIH PENDAHULUAN Uji mutu Fisik benih merupakan pengujian yang meliputi uji kemurnian, uji bobot 1000 butir benih. Uji kemurnian Benih Pengujian kemurnian benih

Lebih terperinci

Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 HST

Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 HST Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1 Golongan : hibrida Bentuk tanaman : tegak Tinggi tanaman : 110-140 cm Umur tanaman : mulai berbunga 65 HST mulai panen 90 HST Bentuk kanopi : bulat Warna batang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 25 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Kegiatan penelitian dilaksanakan di PPKS Marihat, Pematang Siantar, Sumatera Utara. Penelitian dilakukan selama 5 bulan, dimulai tanggal 1 Maret hingga 24 Juli 2010.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan I dilakukan pada Laboratorium Benih Fakultas Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan I dilakukan pada Laboratorium Benih Fakultas Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini terdiri atas 2 (dua) percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan I dilakukan pada Laboratorium Benih Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial, yang terdiri dari 2 faktor dan 3 kali ulangan. Faktor I : Lokasi biji

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 5x4. Faktor pertama adalah konsentrasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Februari 2012 sampai Mei 2012. Penderaan fisik benih, penyimpanan benih, dan pengujian mutu benih dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Uji cepat viabilitas benih tanaman kehutanan: tusam, mangium, sengon, mahoni dan gmelina

Uji cepat viabilitas benih tanaman kehutanan: tusam, mangium, sengon, mahoni dan gmelina Standar Nasional Indonesia Uji cepat viabilitas benih tanaman kehutanan: tusam, mangium, sengon, mahoni dan gmelina ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata... iii

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat ketiga setelah padi dan jagung. Konsumsi penduduk dunia, khususnya penduduk negara-negara

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian produksi benih dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian produksi benih dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian produksi benih dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung mulai dari bulan Maret sampai Juni 2009. Pengujian viabilitas benih

Lebih terperinci

Pendahuluan. ACARA I Perkecambahan Benih. (eksternal). Faktor Dalam Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :

Pendahuluan. ACARA I Perkecambahan Benih. (eksternal). Faktor Dalam Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain : Pendahuluan Perkecambahan benih dapat diartikan sebagai dimulainya proses pertumbuhan embrio dari benih yang sudah matang (Taiz and Zeiger ). dapat berkecambah bila tersedia faktor-faktor pendukung selama

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. = nilai peubah yang diamati µ = nilai rataan umum

BAHAN DAN METODE. = nilai peubah yang diamati µ = nilai rataan umum 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor, Dramaga-Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan 30 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai bulan Agustus sampai Oktober

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro pada tanggal 27 Maret 2017-23 Mei

Lebih terperinci

LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH UJI DAYA KECAMBAH

LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH UJI DAYA KECAMBAH LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH UJI DAYA KECAMBAH Nama : Amul Heksa Bajafitri NIM : 125040201111131 Kelompok : Jumat 11.00 Asisten : Intan Ratri Prasundari PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan di Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan di Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan di Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Produksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Jengkol Klasifikasi tanaman jengkol dalam ilmu tumbuh-tumbuhan dimasukkan dalam klasifikasi sebagai berikut (Pitojo,1992). Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian 17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Benih, Laboratorium Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Dramaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dalam sektor perkebunan yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Tanaman ini mampu meningkatkan devisa negara melalui sumbangannya

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SORTASI BENIH, UJI VIABILITAS DAN UJI VIGOR BENIH

LAPORAN PRAKTIKUM SORTASI BENIH, UJI VIABILITAS DAN UJI VIGOR BENIH LAPORAN PRAKTIKUM SORTASI BENIH, UJI VIABILITAS DAN UJI VIGOR BENIH Oleh : Golongan A/Kelompok 6B 1. Kizah Musdalifah 161510501012 2. Ulin Nuha Soraya 161510501210 LABORATORIUM TEKNOLOGI BENIH PROGRAM

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Srikaya (Annona squamosa L.). 2.1.1 Klasifikasi tanaman. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan. Klasifikasi tanaman buah srikaya (Radi,1997):

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode 23 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Agustus 2012. Perbanyakan benih dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di KP Leuwikopo. Pengujian benih dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 13 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta mulai bulan Oktober 2015 sampai dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan Oktober 2011 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor dan di Balai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Pelaksanaan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Pelaksanaan 13 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2011 hingga bulan Februari 2012 di Laboratorium Kultur Jaringan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian

Lebih terperinci

1. Kecambah Normal. adalah kecambah yang menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal jika ditanam dalam kondisi optimum.

1. Kecambah Normal. adalah kecambah yang menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal jika ditanam dalam kondisi optimum. 1. Kecambah Normal adalah kecambah yang menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal jika ditanam dalam kondisi optimum. Tiga kategori kecambah yang dapat diklasifikasikan sebagai kecambah

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL J. Agrotek Tropika. ISSN 27-4 24 Jurnal Agrotek Tropika 1():24-251, 21 Vol. 1, No. : 24 251, September 21 PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum

Lebih terperinci

Penelitian ini dilaksanakan di Lahan BPTP Unit Percobaan Natar, Desa Negara

Penelitian ini dilaksanakan di Lahan BPTP Unit Percobaan Natar, Desa Negara III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan BPTP Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dan di Laboratorium Benih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan menggunakan 2 faktor, 12 kombinasi perlakuan dan 3 kali ulangan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Asam Jawa (Tamarindus indica) Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai umur hingga 200 tahun. Akar pohon asam jawa yang dalam, juga membuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan konsumsi pangan juga ikut meningkat. Namun pada kenyataannya, produksi pangan yang dihasilkan

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan dilaksanakan pada bulan Juli

Lebih terperinci

yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu terjadi karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas. (QS. Al-Baqarah : 61)

yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu terjadi karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas. (QS. Al-Baqarah : 61) yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu terjadi karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas. (QS. Al-Baqarah : 61) BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan penelitian Penelitian ini adalah

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Sumber Benih

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Sumber Benih 13 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura, Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor dan Kebun Percobaan

Lebih terperinci

STUDI PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI BENIH DENGAN SKARIFIKASI MEKANIK DAN KIMIAWI

STUDI PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI BENIH DENGAN SKARIFIKASI MEKANIK DAN KIMIAWI STUDI PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI BENIH DENGAN SKARIFIKASI MEKANIK DAN KIMIAWI Zaki Ismail Fahmi (PBT Ahli Pertama) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Dormansi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. saat ini. Kedelai berasal dari Asia, diperkenalkan ke Amerika Utara, Eropa,

II. TINJAUAN PUSTAKA. saat ini. Kedelai berasal dari Asia, diperkenalkan ke Amerika Utara, Eropa, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informasi Umum Tentang Kedelai Kedelai adalah tanaman biji terkemuka yang diproduksi dan dikonsumsi di dunia saat ini. Kedelai berasal dari Asia, diperkenalkan ke Amerika Utara,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai Kedelai termasuk tanaman kacang-kacangan dengan klasifikasi lengkap tanaman kedelai adalah sebagai berikut, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia 57 PEMBAHASAN Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia Hasil pertemuan yang dilakukan pengusaha sumber benih kelapa sawit yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Perkebunan pada tanggal 12 Februari 2010,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei s/d September 2012 di lahan kering Kabupaten Bone Bolango dan bulan Oktober 2012 di Laboratorium Balai Karantina

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA AgroinovasI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen. Menjaga mutu fisik

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari Oktober 2013 sampai dengan Januari

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PASCA PANEN

TEKNOLOGI PASCA PANEN PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PASCA PANEN Oleh : TIM PENGAMPU LABORATORIUM AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2016 DAFTAR ACARA PRAKTIKUM TEKNOLOGI PASCA

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Benih kapas. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI Standar Nasional Indonesia. Benih kapas. Badan Standardisasi Nasional ICS Standar Nasional Indonesia Benih kapas ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Syarat mutu... 4 4 Pemeriksaan

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN PENGAMPLASAN TERHADAP KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH AREN

PENGARUH PERLAKUAN PENGAMPLASAN TERHADAP KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH AREN PENGARUH PERLAKUAN PENGAMPLASAN TERHADAP KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH AREN (Arenga pinnata) Kamaludin Fakultas pertanian Universitas Kapuas Sintang e-mail : kamaludinkamal27@yahoo.co.id Abstrak: Tanaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri atas 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah suhu penyimpanan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan tahap lanjutan dari penelitian yang dilakukan di lahan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan tahap lanjutan dari penelitian yang dilakukan di lahan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan tahap lanjutan dari penelitian yang dilakukan di lahan sawah Desa Pujoharjo, Kecamatan Gading Rejo, Kabupaten Pesawaran, Propinsi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca, Laboratorium Produksi Tanaman, dan Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai

Lebih terperinci

MENGAMATI PERTUMBUHAN BIJI KACANG HIJAU

MENGAMATI PERTUMBUHAN BIJI KACANG HIJAU MENGAMATI PERTUMBUHAN BIJI KACANG HIJAU 05115011 Rodiyah TUGAS TIK UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA 2015 http://narotama.ac.id PERCOBAAN PERTUMBUHAN PERKECAMBAHAN Tujuan : Untuk membandingkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan penelitian bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Penelitian ini

Lebih terperinci

PERCOBAAN I Pengaruh Kondisi Simpan terhadap Daya Simpan Benih Kedelai. Pendahuluan

PERCOBAAN I Pengaruh Kondisi Simpan terhadap Daya Simpan Benih Kedelai. Pendahuluan PERCOBAAN I Pengaruh Kondisi Simpan terhadap Daya Simpan Benih Kedelai Pendahuluan Latar belakang Penyimpanan benih merupakan suatu upaya untuk mempertahankan viabilitas benih sampai benih saat ditanam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Bahan dan Alat Metode Pelaksanaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Bahan dan Alat Metode Pelaksanaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB, Darmaga, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Februari 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung pada bulan Juni November 2014. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas Benih 2.1.1 Viabilitas benih Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri atas 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah suhu penyimpanan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH UJI DAYA PERKECAMBAHAN BENIH DAN KUNJUNGAN UPTD BALAI BENIH PADI DAN PALAWIJA BOJONGSARI

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH UJI DAYA PERKECAMBAHAN BENIH DAN KUNJUNGAN UPTD BALAI BENIH PADI DAN PALAWIJA BOJONGSARI LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH UJI DAYA PERKECAMBAHAN BENIH DAN KUNJUNGAN UPTD BALAI BENIH PADI DAN PALAWIJA BOJONGSARI DISUSUN OLEH: ANGGIE FITRIANI 1304020030 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kandungan karbondioksida mengakibatkan semakin berkurangnya lahan. subur untuk pertanaman padi sawah (Effendi, 2008).

I. PENDAHULUAN. kandungan karbondioksida mengakibatkan semakin berkurangnya lahan. subur untuk pertanaman padi sawah (Effendi, 2008). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk yang semakin bertambah pesat setiap tahunnya justru semakin memperparah permasalahan di bidang pertanian. Bukan hanya dari tingkat kebutuhan beras yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, genus Lycopersicon, spesies Lycopersicon esculentum Mill. Tomat sangat bermanfaat

Lebih terperinci

METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 13 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor pada bulan Desember 2011 sampai Agustus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan menggunakan 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah H

Lebih terperinci