Pengaruh Pemberian Madu Randu terhadap Kapasitas Vital Paru pada Perokok Aktif (Studi Mengenai Kesehatan Kerja Petugas Kebersihan di UNISBA)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaruh Pemberian Madu Randu terhadap Kapasitas Vital Paru pada Perokok Aktif (Studi Mengenai Kesehatan Kerja Petugas Kebersihan di UNISBA)"

Transkripsi

1 Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Pengaruh Pemberian Madu Randu terhadap Kapasitas Vital Paru pada Perokok Aktif (Studi Mengenai Kesehatan Kerja Petugas Kebersihan di UNISBA) 1) Muhammad Fadhil, 2) R. Rizky Suganda Prawiradilaga, 3) R. Anita Indriyanti 1,2,3) Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung, Jl. Hariangbangga No.20 Bandung ) 2) 3) Abstract: Active smoker is person who smoked and direct cigarette smoking and can result in a hazard to health and there is a lot free radical substances inside the cigarettes itself which could be able to the decrease Lung Vital Capacity. Honey contains high antioxidants substances that could increase Lung Vital Capacity to smokers. This research has a purpose to find out the effect of honey against smoker s Lung Vital Capacity on janitor in Unisba. This research is a quantitative research with experimental method through clinical trial. It is done by giving 20 ml honey to the subject which is 26 man of janitor and the interval of age between 18 to 38 years old. The data is obtained through asking some questions, filling questioner, and spyrometry examination. Paired T test is used to analyze the statistical issue. The data distribution of Lung Vital Capacity is obtained from the result of FVC and FEV1, Shapiro Wilk is the test used to analyze normality of data distribution and the result is normal. The statistical analysis result at the honey effects to Lung Vital Capacity is read from the results of FVC and FEV1 (FVC p=0,480 with decreasing mean, FEV1 p=0,379 with increasing mean). For the measurement results of 26 subjects, the FVC increased 12 people, decreased 13 people, stable 1 people and the FEV1 increased 12 people and decreased 14 people, this result shows that is no significant relationship from honey against increasing smokers Lung Vital Capacity. The conclusion is giving honey could not increase smokers Lung Vital Capacity. Key Words: Lung Vital Capacity, Randu Honey, Active Smoker Abstrak: Perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan dan di dalam asap rokok itu sendiri mengandung radikal bebas dalam jumlah yang sangat banyak, sehingga dapat menurunkan Kapasitas Vital Paru. Madu randu mengandung zat-zat antioksidan yang tingi sehingga dapat meningkatkan Kapasitas Vital Paru pada perokok aktif. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian madu randu terhadap Kapasitas Vital Paru perokok aktif pada petugas kebersihan di Unisba. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksperimental melalui uji klinik. Penelitian ini dilakukan dengan cara pemberian madu sebanyak 20 ml pada subjek yang diperoleh dari Petugas Kebersihan di Unisba yang berjumlah 26 orang dengan rentang usia 18 sampai dengan3 8 tahun. Data diambil dengan wawancara dan pengisian kuesioner oleh peneliti dan pemeriksaan spirometri. Analisis statistik menggunakan uji T berpasangan. Sebaran data pada Kapasitas Vital Paru dilihat dari hasil FVC dan FEV1, didapatkan data yang terdistribusi normal menggunakan uji normalitas Shapiro Wilk. Hasil analisis pengaruh pemberian madu terhadap Kapasitas Vital Paru dilihat dari hasil FVC dan FEV1 (FVC p= 0,480 dengan mean mengalami penurunan; FEV1 p= 0,379 dengan mean mengalami kenaikan). Untuk hasil pengukuran dari 26 subjek, pada FVC yang meningkat 12 orang, menurun 13 orang, tetap 1 orang dan pada FEV1 yang meningkat 12 orang dan menurun 14 orang, hal ini menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari pemberian madu randu terhadap peningkatan Kapasitas Vital Paru. Pada penelitian ini disimpulkan pemberian madu randu tidak dapat meningkatkan Kapasitas Vital Paru pada perokok aktif. Kata Kunci : Kapasitas Vital Paru, Madu Randu, Perokok Aktif 1077

2 1078 Muhammad Fadhil, et al. A. Pendahuluan Masalah yang ditimbulkan rokok belum bisa tertangani secara optimal hingga saat ini. Jumlah perokok di seluruh dunia dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Indonesia menempati peringkat pertama di Asia Tenggara dalam hal prevalensi perokok dewasa per hari. Menurut data Global Adult Tobacco Survey (GATS) tahun 2011, sebanyak 67% laki laki dewasa dan 2,7% wanita dewasa atau sekitar 59,9 juta orang dewasa secara keseluruhan di Indonesia adalah perokok. 1 Global Youth Tobacco Survey (GYTS) menunjukkan bahwa prevalensi perokok pada anak sekolah usia tahun sebanyak 30,4% pernah merokok dan 20,3% dari seluruh pelajar di usia tersebut adalah perokok aktif. Pada rentang usia tersebut, terjadi peningkatan sebanyak 2 kali lipat antara rentang tahun 2006 hingga Rokok merupakan hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa tambahan lainnya. 2 Tiap hisapan rokok mengandung jumlah oksidan yang besar meliputi aldehida, epoksida, peroksida, dan radikal bebas lain, selain mengandung oksidan, asap rokok dapat memicu aktivitas sel-sel antiinflamasi untuk membentuk radikal bebas secara tidak langsung dalam tubuh sehingga jumlah oksidan yang ada dalam tubuh bisa melebihi jumlah antioksidan yang tersedia. 3 Salah satu penyakit akibat rokok yang tersering adalah Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), penyakit ini merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. 4 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit saluran pernafasan akibat terhambatnya aliran udara yang bersifat kronik dan irreversibel. 5 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) saat ini angka prevalensi, morbiditas dan mortalistasnya meningkat dari tahun ke tahun. 6 Saat ini PPOK menempati urutan keempat dalam hal penyebab kematian di seluruh dunia dan WHO memperkirakan pada tahun 2020 PPOK akan menempati peringkat ketiga penyakit dalam menyebabkan kematian. 7 Untuk mendiagnosa PPOK terhadap suatu pasien, gold standard yang digunakan adalah spirometri. Pada pasien PPOK, terjadi hambatan aliran udara pada saat ekspirasi sehingga mempengaruhi hasil spirometri seperti Forced Expiratory Volume in one second (FEV1), Forced Vital Capacity (FVC), dan total volume paruparu, yang mana dari semua pengukuran tersebut akan mempengaruhi Kapasitas Vital Paru (KVP) karena pada spirometri untuk menentukan KVP dapat dilihat dari hasil FVC dan FEV1, namun perubahan hasil spirometri pada PPOK ini tergantung pada umur, jenis kelamin, suku, riwayat merokok, pekerjaan, riwayat penyakit pernafasaan lainnya, dan adanya penyakit komorbid seperti riwayat penyakit jantung, hipetensi, diabetes mellitus, dll. Dari hasil pemeriksaan spirometri ini, derajat PPOK juga dapat dinilai menjadi ringan, sedang, berat, dan sangat berat menurut ratio FEV1/FVC. 7 Perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Asap rokok yang dihisap perokok aktif inilah yang banyak mengandung karbon monoksida, tar dan nikotin. Pada lingkungan tinggi paparan asap rokok dibutuhkan antioksidan tambahan agar keseimbangan sistem pro-oksidan/antioksidan tidak terganggu. 8 Petugas kebersihan merupakan pekerja yang lingkungan kerjanya banyak debu ditambah lagi dengan perilakunya yang kebanyakan perokok, ini mengakibatkan bahaya Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan)

3 Pengaruh Pemberian Madu Randu Terhadap Kapasitas Vital Paru Pada Perokok Aktif 1079 bagi kesehatan tubuh karena banyaknya radikal bebas yang masuk ke tubuh, karenanya dibutuhkanlah antioksidan tambahan untuk melawan radikal bebas tersebut. Madu merupakan makanan alami yang banyak digunakan sebagai obat tradisional sejak zaman dulu. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui manfaat dan kandungan dari madu, salah satu manfaat penting madu yang telah diketahui yaitu sebagai antioksidan, selain itu madu adalah cairan pemanis alami yang diproduksi oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar) atau ekstra floral nektar atau ekskresi serangga. 9,10 Madu tersusun atas beberapa molekul gula seperti glukosa dan fruktosa serta sejumlah mineral dan garam seperti magnesium, kalsium, kalium, natrium, khlor, potasium, sodium, klorin, sulfur, zat besi dan fosfat. Madu juga mengandung vitamin A, B1, B2, B3, B5, B6, C, D, E, K, beta karoten, flavonoid, asam fenolik, asam organik, asam urat, asam nikotinat, antibiotik, hormon dan enzim pencernaan. 11, 12 Kandungan nutrisi dalam madu yang berfungsi sebagai antioksidan untuk melindungi sel normal dan menetralisir radikal bebas adalah vitamin A, C, E, flavonoid, asam organik, asam fenolik dan beta karoten. 12 Salah satu jenis madu disini adalah madu randu, merupakan jenis madu yang diproduksi secara kontinyu di Indonesia. Madu ini termasuk dalam madu monofloral atau madu yang berasal dari satu jenis bunga yaitu bunga randu (Cheiba pentandra). Madu Randu diproduksi oleh industri peternakan lebah madu di perkebunan randu, yang telah diketahui mempunyai khasiat sangat baik bagi kesehatan. 12 Menurut hasil penelitian Amrun dkk, pada tahun 2007 menunjukkan bahwa senyawa antioksidan dapat mengurangi risiko terhadap penyakit kronis yang disebabkan oleh rokok, seperti kanker paru dan penyakit paru obstruksi kronis yang apabila dilakukan pengukuran kapasitas vital paru akan mengalami penurunan. 13,14 Dapat diketahui dari risiko di atas bahwa seorang perokok walaupun belum menunjukkan tanda penyakit kronis, tapi kemungkinan besar sudah mengalami penurunan kapasitas vital paru. B. Metode Penelitian ini bersifat uji eksperimental uji klinis. Data yang diperoleh adalah perubahan nilai Kapasitas Vital Paru perokok aktif sebelum dan sesudah diberikan madu randu. Penelitian ini dilakukan terhadap petugas kebersihan yang berkerja di Universitas Islam Bandung sebanyak 26 orang yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Bahan yang digunakan adalah Madu Randu. Alat penelitian yang digunakan adalah timbangan spirometri dan gelas ukur. Variabel bebas pada penelitian adalah dosis madu. Variabel terikat adalah nilai Kapasitas Vital Paru. Penelitian dilakukan dengan cara memilih subjek dengan metode consecutive sampling, memberikan penjelasan mengenai penelitian kepada subjek, jika subjek menyetujui, subjek diminta untuk membubuhi tanda tangan pada lembar persetujuan, menjelaskan cara mengkonsumsi madu serta melakukan pengukuran awal Kapasitas Vital Paru. Subjek diingatkan setiap hari selama 28 hari untuk meminum 20 ml terhitung sejak menyetujui keikutsertaan. Pengukuran kembali Kapasitas Vital Paru subjek pada hari ke 28 dan menganalisis perolehan data sebelum dan sesudah pemberian madu. Pengukuran Kapasitas Vital Paru dilakukan berdasarkan ketentuan ATS. Analisis data yang digunakan adalah uji normalitas dan uji t berpasangan dengan α=0,05. Penelitian ini dilakukan di Universitas Islam Bandung. Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik

4 1080 Muhammad Fadhil, et al. C. Hasil Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di lingkungan kampus Universitas Islam Bandung, beralamat di Jalan Tamansari No 1 kota Bandung, yang dilakukan dari bulan Mei sampai dengan bulan Juni tahun 2015 dengan subjek penelitian adalah 26 orang petugas kebersihan yang dipekerjakan oleh Koperasi Syariah Karyawan dan Dosen Universitas Islam Bandung yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pada penelitian ini melihat hasil Kapasitas Vital Paru yang dinilai dari hasil pengukuran FVC dan FEV1. Berdasarkan teori yang ada FVC dan FEV1 merupakan volume dinamis paru yang keduanya dapat mempengaruhi dari Kapasitas Vital Paru, oleh karena itu dalam menentukan Kapasitas Vital Paru pada pengukuran menggunakan spirometri dapat dilihat dari hasil pengukuran FVC dan FEV1. Gambaran karakteristik Kapasitas Vital Paru dari subjek penelitian berdasarkan hasil dari FVC dan FEV1 pada 26 orang petugas kebersihan yang dapat dijelaskan pada tabel 1 dan 2. Tabel 1. Gambaran Kapasitas Vital Paru Variabel Mean FVC* FVC** 2.63 FEV1* FEV1** 2.48 Keterangan: *: Sebelum pemberian madu randu **: Sesudah pemberian madu randu Tabel 1 menjelaskan mengenai rata-rata hasil pengukuran FVC sebelum dan sesudah pemberian madu randu pada 26 orang subjek penelitian. Menurut hasil perhitungan, rata-rata pengukuran FVC sebelum diberikan madu randu adalah 2,64 L dan rata-rata pengukuran FVC sesudah diberikan madu randu adalah 2,63 L. Berdasarkan tabel 1 perbedaan rerata dari kedua pengukuran FVC adalah -0,01. Apabila dipersentasikan, tidak ada kenaikan FVC sebelum dan sesudah pemberian madu randu. Pada tabel 1 juga menjelaskan mengenai rata-rata hasil pengukuran FEV1 sebelum dan sesudah pemberian madu randu pada 26 orang subjek penelitian. Menurut hasil perhitungan, rata-rata pengukuran FEV1 sebelum diberikan madu randu adalah 2,42 L dan rata-rata pengukuran FEV1 sesudah diberikan madu randu adalah 2,48 L. Berdasarkan tabel 2 perbedaan rerata dari kedua pengukuran FEV1 adalah 0,06. Apabila dipersentasikan, kenaikan FEV1 sebelum dan sesudah pemberian madu randu adalah 2,25 persen. Pada tabel di atas dapat dilihat untuk FVC dari reratanya ada penurunan dari 2,64 L menjadi 2,63 L dan terdapat perbedaan rerata dari kedua pengukuran FVC sebesar -0,01. Untuk FEV1 dari reratanya terdapat peningkatan dari 2,42 L menjadi 2,48 L dan terdapat perbedaan rerata dari kedua pengukuran FEV1 sebesar 0,06, jika dipersentasikan FEV1 ini terdapat kenaikan sebesar 2,25 persen, jadi terdapat kecenderungan peningkatan FEV1. Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan)

5 Pengaruh Pemberian Madu Randu Terhadap Kapasitas Vital Paru Pada Perokok Aktif 1081 Tabel 2. Perbedaan Kapasitas Vital Paru Perokok Aktif sebelum dan sesudah pemberian madu randu hasil analisis Uji T Berpasangan Pasangan 1 Variabel Mean Sd p-value FVC* FVC** Pasangan 2 FEV1* FEV1** 2.48 Keterangan: *: Sebelum pemberian madu randu **: Sesudah pemberian madu randu Uji t berpasangan dapat dilakukan apabila data Kapasitas Vital Paru dilihat dari FVC dan FEV1 ini terdistribusi normal. Pada penelitian ini data FVC dan FEV1 menurut hasil perhitungan Shapiro-Wilk didapatkan nilai (p>0.05) yang artinya data terdistribusi normal. Pada analisis uji t berpasangan sesuai dengan tabel 2 menjelaskan mengenai rata-rata hasil pengukuran Kapasitas Vital Paru dilihat dari FVC dan FEV1 pada responden, sebelum dan sesudah pemberian madu randu. Menurut hasil perhitungan, rata-rata pengukuran FVC sebelum diberikan madu randu adalah 2.64 dan rata-rata pengukuran FVC sesudah diberikan madu randu adalah Apabila dipersentasikan, tidak ada kenaikan FVC sebelum dan sesudah pemberian madu randu. Secara statistik tidak ditemukan perbedaan FVC yang bermakna (nilai p = 0.480) pada responden tersebut. Untuk FEV1, rata-rata pengukuran FEV1 sebelum diberikan madu randu adalah 2.42 dan rata-rata pengukuran FEV1 sesudah diberikan madu randu adalah Apabila dipresentasikan, tidak ada kenaikan FEV1 sebelum dan sesudah pemberian madu randu. Secara statistik tidak ditemukan perbedaan FEV1 yang bermakna (nilai p = 0.379) pada responden tersebut. D. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata Kapasitas Vital Paru perokok aktif dilihat dari FVC dan FEV1 sebelum pemberian madu randu pada Petugas Kebersihan di Universitas Islam Bandung seperti terlihat pada tabel 1 dan tabel 2 adalah FVC 2,64 L dan FEV1 2,42 L, hal ini berada di bawah normal. Pada penelitian ini, diketahui terdapat penurunan pada fungsi paru berupa FEV1. Hal ini sejalan dengan penelitian Gold et.al pada tahun 2005 di Amerika yang membuktikan terdapat hubungan penuruan fungsi tersebut dengan merokok. Persamaan ini mungkin dikarenakan paparan asap rokok menyebabkan peningkatan jumlah mukus oleh sel goblet trakea, sehingga volume maksimal udara yang dikeluarkan pada satu detik pertama ketika ekspirasi maksimal setelah melakukan inspirasi maksimal menurun. 15 Pada FVC diketahui pada penelitian ini terdapat penurunan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Bajentri et.al pada tahun 2003 di India bahwa terjadi penurunan FVC pada perokok. Merokok selama dua sampai lima tahun memiliki pengaruh pasti dalam penyempitan saluran napas kecil maupun besar. 16 Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik

6 1082 Muhammad Fadhil, et al. Penelitian ini menggunakan kriteria inklusi sebagai kontrol terhadap pasien berupa jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan kondisi kesehatan saat pengukuran. Menurut penelitian Otrowski dkk, pada tahun 2006 di Polandia banyak faktor yang mempengaruhi penilaian fungsi paru. 17 Faktor yang mempengaruhi fungsi paru meliputi faktor biologis meliputi umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, ras, genetik, kecepatan tumbuh kembang. Selanjutnya faktor lingkungan, merokok, alkohol, baju ketat, nutrisi, penyakit yang berkaitan dengan paru dan penyakit ekstra paru. Pada penelitian ini sangat sedikit sekali faktor yang dikendalikan oleh peneliti sehingga berpeluang terjadinya bias pada hasil akhir. Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa asap rokok dapat merusak organ manusia, dilihat dari hasil tes fungsi paru pada perokok aktif yang menurun. Secara biomolekuler hal ini sesuai dengan penelitian Arief dkk. tahun 2002 di Surabaya bahwa asap rokok menyebabkan peningkatan radikal bebas yang mengandung komponen kimia toksik yang akhirnya menyebabkan berbagai penyakit dan kerusakan organ. Hal ini disebabkan karena asap rokok mengandung banyak bahan kimia diantaranya karbonmonoksida, tar dan nikotin serta senyawa radikal bebas lain. 3 Asap rokok menghabiskan antioksidan intraseluler dalam sel melalui mekanisme yang dikaitkan terhadap stres oksidatif, selanjutnya stres oksidatif menyebabkan peroksidasi lipid yang akan menimbulkan kerusakan membran sel. Membran sel membantu pengaturan keluar masuk berbagai zat melalui proses transport pasif dan aktif, dan juga sebagai tempat melekatnya berbagai enzim. Hilangnya integritas membran sel menyebabkan penumpukan kelebihan cairan jaringan dalam sel yang disebut edema yang merupakan fase menuju kematian sel (nekrosis). 3 Penggunaan madu dalam penelitian ini berperan untuk mencegah kerusakan pada organ karena madu diketahui mengandung zat-zat gizi mineral yang dibutuhkan untuk berinteraksi dengan enzim SOD yang merupakan senyawa antioksidan. Selain zat-zat gizi mineral, senyawa antioksidan seperti vitamin C, vitamin E, flavonoid dan beta karoten juga terdapat dalam madu. Hal ini sesuai dengan penelitian Oka dkk. tahun 2010 di Bali yang menjelaskan senyawa antioksidan dalam madu seperti vitamin C, vitamin E, beta karoten dan flavonoid. 12 Menurut penelitian Sumarno dkk. tahun 2007 di Malang, vitamin C merupakan antioksidan yang larut dalam air. Senyawa ini merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh terhadap senyawa oksigen reaktif dalam plasma dan sel. Vitamin C mampu mereduksi radikal superoksida, hidroksil, dan oksigen reaktif lainnya. Merokok memboroskan vitamin C hingga 30%. Perokok mungkin tidak merasakan efek tersebut, tetapi jika tubuh kekurangan vitamin C maka terjadi kekurangan antioksidan. 18 Vitamin E merupakan antioksidan yang sangat aktif dalam mencegah peroksidasi lipid dengan mentransfer atom hidrogen. Jadi, vitamin E menghilangkan radikal peroksil lebih cepat daripada reaksi radikal bebas tersebut dengan protein membran atau asam lemak tak jenuh ganda. Vitamin E melindungi asam lemak tidak jenuh pada membran fosfolipid. Selain dalam bentuk vitamin, antioksidan dalam madu dapat berupa zat non-gizi seperti beta karoten dan flavonoid. 18 Beta karoten merupakan antioksidan tidak larut air yang berpotensi menjaga integritas membran sel terhadap serangan radikal bebas. Pada umumnya penggunaan betakaroten sebagai antioksidan berkombinasi dengan sumber antioksidan lain. Beta karoten merupakan zat yang di dalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A dan berfungsi sebagai antioksidan. Beta karoten diketahui berfungsi sebagai scavenger (pemungut) radikal bebas. Beta karoten melindungi membran lipid dari peroksidasi, dan Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan)

7 Pengaruh Pemberian Madu Randu Terhadap Kapasitas Vital Paru Pada Perokok Aktif 1083 sekaligus menghentikan reaksi rantai dari radikal bebas. 18 Sedangkan flavonoid adalah sekelompok besar senyawa polifenol yang tersebar luas dalam berbagai bahan makanan. Secara in vitro, senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat. Sifat antioksidan flavonoid terutama berperan terhadap radikal hidroksil, anion superoksida dan radikal peroksil. 19 Pengaruh pemberian madu randu terhadap Kapasitas Vital Paru perokok aktif menunjukkan hasil yang tidak bermakna. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Khasanah pada tahun 2008 di Malang yang menemukan adanya peningkatan diameter alveoli paru pada tikus yang dipapar asap rokok secara subakut dan diberikan madu selama 10 minggu. 20 Perbedaan ini terjadi karena pada penelitian ini dilakukan hanya dalam waktu 4 minggu sehingga cukup jauh sekali perbedaan lama waktu pemberiannya yang mengakibatkan hasil akhir jauh dari hipotesis peneliti. Menurut penelitian Oka dkk, pada tahun 2010 di Bali bahwa madu randu memiliki kandungan antioksidan sebesar 69,37%, menunjukkan kandungan antioksidan yang tinggi. 12 Pada penelitian ini hasilnya menunjukkan bahwa madu randu sebagai antioksidan tidak berpengaruh pada peningkatan Kapasitas Vital Paru perokok aktif. Sehingga pada penelitian ini dosisnya mungkin harus ditambah sebesar 80 ml lagi untuk dapat menjadi terapi yang optimum. Pada hasil perhitungan statistik dapat dinilai bahwa FVC dan FEV1 memiliki nilai p>0,05 sehingga H 0 diterima dan H 1 ditolak, artinya pemberian madu randu tidak bermakna terhadap peningkatan Kapasitas Vital Paru dilihat dari FVC dan FEV1. Perlu diperhatikan nilai rerata pada tabel 4.4 yang merupakan hasil dari pengukuran FEV1 menunjukkan peningkatan, sehingga pemberian madu randu dapat mempengaruhi peningkatan FEV1, jadi pada penelitian ini terdapat kecenderungan peningkatan terhadap FEV1. E. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan uji statistik yang telah dilakukan, simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Kapasitas Vital Paru pada perokok aktif sebelum pemberian madu randu dilihat dari hasil FVC dan FEV1. Memiliki rata-rata FVC 2,64 L (N= 4 L) dan FEV1 2,42 L (N= 3,2 L), artinya sebelum perlakuan hasilnya berada di bawah normal. 2) Pemberian madu randu tidak dapat meningkatkan Kapasitas Vital Paru perokok aktif pada petugas kebersihan Unisba. 3) Hasil pengukuran FEV1, hasil dari rata-rata sesudah pemberian madu randu terdapat peningkatan dari 2,42 L menjadi 2,48 L, jadi pada penelitian ini terdapat kecenderungan peningkatan FEV1 sesudah pemberian madu randu. F. Saran 1) Untuk meningkatkan Kapasitas Vital Paru hendaknya diikuti dengan berhenti dalam merokok, peningkatan asupan makanan yang bergizi, dan menciptakan lingkungan yang bersih sehingga menunjang untuk peningkatan kesehatan paru, bukan hanya mengkonsumsi suplemen saja. 2) Penelitian mengenai madu perlu penelitian lebih lanjut dengan waktu yang lebih lama dan dosis ditingkatkan. Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik

8 1084 Muhammad Fadhil, et al. Daftar Pustaka IAKMI, Tobacco Control Support Center. Masalah rokok di Indonesia. GATS; Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan. Arief S. Radikal bebas. Surabaya: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Universitas Airlangga RSU DR Soetomo. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia; 2003 McIvor A, Lowry J. Assesment of COPD. Eur Respir J. 2008;28: Schermer T, Jacobs JE, Chavannes NH, Hartman J, Folgering HT, Bottema BJ, et al. Validity of spyrometry testing in general practice population of patiena with chronic obstructive pulmonary disease (COPD). Thorax. 2003;58: National Heart Lung and Blood Institute. Disease and condition index of COPD : What is COPD.2009 [diunduh januari 2015]. Tersedia dari : http/nhlbi.nih.gov/health/dci/disease/copd/copd_whatis.html Bustan MN. Epidemiologi penyakit tidak menular. Cet. 2. Jakarta: Rineka Cipta Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan antioksidan. Jakarta (Indonesia): Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. No Panitia Teknis 93S, Makanan dan minuman. madu. Jakarta (Indonesia): Badan Standardisasi Nasional. No Yahya, Harun. Keajaiban lebah madu [Internet]. [updated 2011 September 9; diunduh 1 Januari 2015]. Tersedia dari: Parwata, Oka AIM, Ratnayani K, Listya, Ana. Aktivitas antiradikal bebas serta kadar beta karoten pada madu randu (Ceiba pentandra) dan madu kelengkeng (Nephelium longata L.). Jakarta: Jurnal Kimia. 2010; Vol 4 (1): As ari H. Efek pemberian madu terhadap kerusakan sel hepar mencit (Mus musculus) akibat paparan parasetamol. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret; Rohmatussolihat. Antioksidan penyelamat sel sel tubuh manusia. BioTrends. 2009; Vol 4(1). Gold, Diane R. Et al. Effects of Cigarette Smoking on lung Function in Adolescent Boys and Girls. Massachusetts Medical Society. Massachusetts;2005 Bajentri, AL. Et al. Effect of 2-5 Years of Tobacco Smoking on Ventilatory Tests. Department of Physiology, Karnatak Institute of Medical Sciences, Hubli, India; Ostrowski S, Barud W. Factors influencing lung function: are the predicted values for spirometry reliable enough? J Physiol Pharmacol J Pol Physiol Soc Sumarno, Puspita T, Wahyuningsih R. Peran antioksidan pada ekstrak tepung daun kelor (Moringa oleifera) terhadap kadar MDA (Hepar) pada tikus Rattus novergicus strain wistar yang dipapari asap rokok akut. Malang: Program Studi Ilmu Gizi Kesehatan Malang. Ratnayani K, Adhi SD, Gitadewi. Penentuan kadar glukosa dan fruktosa madu randu dan madu kelengkeng. Journal of Chemistry [diunduh 14 Desember Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan)

9 Pengaruh Pemberian Madu Randu Terhadap Kapasitas Vital Paru Pada Perokok Aktif ]. Tersedia dari: Khasanah NU. Pengaruh pemberian madu sebagai antioksidan terhadap diameter alveoli paru tikus (Rattus novergicus) yang dipapar asap rokok secara sub akut. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah; Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi perokok dewasa per hari. Menurut data Global Adult Tobacco Survey

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi perokok dewasa per hari. Menurut data Global Adult Tobacco Survey BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masalah yang ditimbulkan rokok belum bisa tertangani secara optimal hingga saat ini. Jumlah perokok di seluruh dunia dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berubahnya tingkat kesejahteraan, pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang ditandai dengan beralihnya penyebab kematian yang semula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum,

BAB I PENDAHULUAN. atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica, dan spesies

Lebih terperinci

ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA

ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA Siti A. Sarah M, 2011. Pembimbing I : dr.jahja Teguh Widjaja,Sp.P.,FCCP Pembimbing II: dr.sijani

Lebih terperinci

Madu tidak hanya bermanfaat dalam bidang pangan, tapi juga bermanfaat dalam bidang kesehatan dan kecantikan. Karena kandungan madu yang kaya akan

Madu tidak hanya bermanfaat dalam bidang pangan, tapi juga bermanfaat dalam bidang kesehatan dan kecantikan. Karena kandungan madu yang kaya akan Bab I Pendahuluan Sejak zaman dahulu, madu telah menjadi produk penting yang digunakan oleh berbagai suku bangsa sebagai bagian dari bahan makanan dan minuman [1]. Madu merupakan suatu cairan manis dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di Indonesia. Jumlah perokok di seluruh dunia saat ini mencapai 1,2 milyar orang dan 800 juta diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok menimbulkan berbagai masalah, baik di bidang kesehatan maupun sosio-ekonomi. Rokok menimbulkan berbagai masalah kesehatan seperti gangguan respirasi, gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia sering terjadi di masyarakat indonesia. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan

Lebih terperinci

Kata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta

Kata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN ANGKA KEJADIAN BATUK KRONIK PADA ANAK YANG BEROBAT KE SEORANG DOKTER PRAKTEK SWASTA PERIODE SEPTEMBER OKTOBER 2011 Devlin Alfiana, 2011. Pembimbing I :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan ancaman besar bagi kesehatan di dunia (Emmons, 1999). Merokok memberikan implikasi terhadap

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sekarang sedang menanggung beban ganda dalam kesehatan yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sekarang sedang menanggung beban ganda dalam kesehatan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia sekarang sedang menanggung beban ganda dalam kesehatan yang dikarenakan bukan hanya penyakit menular yang menjadi tanggungan negara tetapi dengan

Lebih terperinci

Perbandingan Peningkatan Kadar Glukosa Darah Setelah Pemberian Madu, Gula Putih, Dan Gula Merah Pada Orang Dewasa Muda Yang Berpuasa

Perbandingan Peningkatan Kadar Glukosa Darah Setelah Pemberian Madu, Gula Putih, Dan Gula Merah Pada Orang Dewasa Muda Yang Berpuasa Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Perbandingan Peningkatan Kadar Glukosa Darah Setelah Pemberian Madu, Gula Putih, Dan Gula Merah Pada Orang Dewasa Muda Yang Berpuasa 1 Mufti T, 2 Dananjaya R,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit degeneratif, seperti kardiovaskuler, tekanan darah tinggi, stroke, sirosis hati, katarak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan pola hidup serta terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan pada persoalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok berbahaya bagi kesehatan, menyebabkan banyak penyakit dan mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global World Health Organization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kanker merupakan suatu jenis penyakit berupa pertumbuhan sel yang tidak terkendali secara normal. Penyakit ini dapat menyerang semua bagian organ tubuh dan dapat menyebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibalut dengan kertas atau daun. nipah. Menurut Purnama (1998) dalam Alamsyah (2009), rokok

I. PENDAHULUAN. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibalut dengan kertas atau daun. nipah. Menurut Purnama (1998) dalam Alamsyah (2009), rokok I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rokok adalah gulungan tembakau yang dibalut dengan kertas atau daun nipah. Menurut Purnama (1998) dalam Alamsyah (2009), rokok umumnya terbagi menjadi tiga kelompok yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Spirometri adalah salah satu uji fungsi paru yang dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) (Health Partners, 2011). Uji fungsi paru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran atau polusi merupakan perubahan yang tidak dikehendaki yang meliputi perubahan fisik, kimia, dan biologi. Pencemaran banyak mengarah kepada pembuangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah

I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah konsumen rokok di Indonesia menduduki peringkat ketiga terbesar di dunia setelah Cina dan India. Tidak

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya

Bab I. Pendahuluan. yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya Bab I Pendahuluan Latar Belakang Penelitian Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) didefinisikan sebagai penyakit yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya reversibel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN.  1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekitar satu milyar laki-laki di dunia adalah perokok, 35% diantaranya dari negara maju dan 50% lainnya dari negara berkembang. Rata-rata 435.000 penduduk di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup, yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Makanan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup, yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Makanan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan bahan yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Makanan penting untuk pertumbuhan maupun untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan salah satu ancaman terbesar kesehatan masyarakat dunia. Menurut laporan status global WHO (2016), perilaku merokok telah membunuh sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS) mengartikan Penyakit Paru Obstruktif Kronik disingkat PPOK sebagai penyakit yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi paru dan penurunan kualitas hidup manusia. 2 Penyakit paru

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi paru dan penurunan kualitas hidup manusia. 2 Penyakit paru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Paru merupakan suatu organ respiratorik yang memiliki area permukaan alveolus seluas 40 m 2 untuk pertukaran udara antara O 2 dengan CO 2. 1 Kelainan yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang paling mendasar manusia memerlukan oksigen, air serta sumber bahan makanan yang disediakan alam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini terjadi transisi epidemiologi yakni di satu sisi masih tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain mulai meningkatnya

Lebih terperinci

Uji Fungsi (lung function test) Peak flow meter

Uji Fungsi (lung function test) Peak flow meter Uji Fungsi Paru-paru (lung function test) Peak flow meter Spirometer 2009/1/11 Zullies Ikawati's Lecture Notes 1 Spirometri 2009/1/11 Zullies Ikawati's Lecture Notes 2 Peak flow meter PEF = Peak Expiratory

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan terhadap superoxide yang diubah menjadi hydrogen peroxide. Superoxide

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan terhadap superoxide yang diubah menjadi hydrogen peroxide. Superoxide BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Superoxide Dismutase (SOD) adalah enzim pertama dalam mekanisme pertahanan terhadap superoxide yang diubah menjadi hydrogen peroxide. Superoxide Dismutase tubuh manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Enzim katalase bersifat antioksidan ditemukan pada hampir sebagian besar sel. 1 Enzim ini terutama terletak di dalam organel peroksisom. Katalase ditemukan di semua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan jumlah penderitanya terus meningkat di seluruh dunia seiring dengan bertambahnya jumlah populasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Penyebabnya adalah terjadinya hambatan aliran darah pada arteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latihan fisik secara teratur memberikan banyak manfaat bagi kesehatan termasuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler, osteoporosis, dan penyakit diabetes (Senturk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab penuaan dini adalah merokok. Dimana asap rokok mengandung komponen yang menyebabkan radikal bebas. Radikal bebas dalam jumlah banyak akan menimbulkan

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR FIBRINOGEN PLASMA PADA PEROKOK AKTIF RINGAN DAN BERAT DENGAN NON PEROKOK

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR FIBRINOGEN PLASMA PADA PEROKOK AKTIF RINGAN DAN BERAT DENGAN NON PEROKOK ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR FIBRINOGEN PLASMA PADA PEROKOK AKTIF RINGAN DAN BERAT DENGAN NON PEROKOK Pranata Priyo Prakoso, 2014; Pembimbing I: Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., M.Kes Pembimbing II: Christine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah budaya sosial di seluruh dunia. 1 Data Survei Sosial Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah budaya sosial di seluruh dunia. 1 Data Survei Sosial Ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, perilaku merokok terus meningkat dan telah menjadi sebuah budaya sosial di seluruh dunia. 1 Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan kain tradisional dari Indonesia yang telah diakui oleh

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan kain tradisional dari Indonesia yang telah diakui oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan kain tradisional dari Indonesia yang telah diakui oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun dan saat ini Indonesia merupakan negara nomor 3 (tiga) dengan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun dan saat ini Indonesia merupakan negara nomor 3 (tiga) dengan jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi rokok merupakan epidemi yang mengancam kelangsungan generasi di Indonesia. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun dan saat ini Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia senantiasa dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup tinggi, kontaminasi dalam makanan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK...

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi RINGKASAN... vii SUMMARY... viii

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE 2011-2012 ARTIKEL Diajukan untuk memenuhi tugas akhir Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pengaruh dan Hubungan Merokok Terhadap Kapasitas Vital Paru pada Pria Dewasa

ABSTRAK. Pengaruh dan Hubungan Merokok Terhadap Kapasitas Vital Paru pada Pria Dewasa ABSTRAK Pengaruh dan Hubungan Merokok Terhadap Kapasitas Vital Paru pada Pria Dewasa Arief Nur Putra, 2006. Pembimbing utama : Pinandojo Djojosoewarno, dr. DRS. AIF Merokok faktor utama yang dapat mempercepat

Lebih terperinci

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global, kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok merupakan masalah penting sekarang ini. Rokok bagi

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok merupakan masalah penting sekarang ini. Rokok bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebiasaan merokok merupakan masalah penting sekarang ini. Rokok bagi sebagian orang sudah menjadi kebutuhan hidup yang tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit yang dapat dicegah dan diobati berupa hambatan aliran udara yang progresif, ditandai dengan inflamasi

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA SKOR COPD ASSESSMENT TEST (CAT), INDEKS BRINKMAN DAN FUNGSI PARU

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA SKOR COPD ASSESSMENT TEST (CAT), INDEKS BRINKMAN DAN FUNGSI PARU ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA SKOR COPD ASSESSMENT TEST (CAT), INDEKS BRINKMAN DAN FUNGSI PARU Putri Ratriviandhani, 2016. Pembimbing I : J. Teguh Widjaja, dr., Sp.P., FCCP Pembimbing II : Jo Suherman, dr.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan permasalahan terkait kebiasaan merokok yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah batang rokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan salah satu dari sekian banyaknya masalah kesehatan masyarakat karena dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan kematian. Hampir semua orang tahu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara konsumen rokok terbesar di dunia,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara konsumen rokok terbesar di dunia, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara konsumen rokok terbesar di dunia, sebanyak 31,4% orang dewasa di Indonesia adalah perokok. Konsumsi rokok oleh seseorang individu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan konsumsi rokok keempat di dunia setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan konsumsi rokok keempat di dunia setelah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan konsumsi rokok keempat di dunia setelah China, USA dan Rusia. Jumlah batang rokok yang dikonsumsi di Indonesia terutama rokok kretek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anti nyamuk merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi gigitan nyamuk. Jenis formula

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin majunya zaman, mulai timbul berbagai macam penyakit tidak menular, yang berarti sifatnya kronis, dan tidak menular dari orang ke orang. Empat jenis penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan kurangnya hormon insulin. Kadar glukosa yang tinggi dalam tubuh tidak seluruhnya dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PEBDAHULUAN. kalangan usia <18 tahun dan persentasenya sebesar 51,4%. Sementara itu, insiden

BAB 1 PEBDAHULUAN. kalangan usia <18 tahun dan persentasenya sebesar 51,4%. Sementara itu, insiden BAB 1 PEBDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebiasaan merokok sudah menjadi kebiasaan manusia sejak ratusan tahun yang lalu dan jumlah penggunanya semakin meningkat. Di Amerika perokok baru bertambah 6.300 orang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre Test dan Post Test yang Diinduksi Asap Rokok dan Diberi Ekstrak Kulit Jeruk (Citrus Sinensis) Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang telah membudaya bagi masyarakat di sekitar kita. Di berbagai wilayah perkotaan sampai pedesaan, dari anak anak sampai orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat sudah banyak yang mengetahui bahwa menghisap rokok adalah kebiasaan yang tidak sehat, tetapi sampai sekarang masyarakat Indonesia masih banyak yang merokok,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas fisik adalah kegiatan hidup yang harus dikembangkan dengan harapan dapat memberikan nilai tambah berupa peningkatan kualitas, kesejahteraan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Namun tanpa disadari radikal

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Namun tanpa disadari radikal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini meningkatnya pencemaran lingkungan berdampak negatif pada kesehatan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Namun tanpa disadari radikal bebas secara alami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok telah membunuh 50 persen pemakainya, hampir membunuh enam juta orang setiap tahunnya yang merupakan bekas perokok dan 600.000 diantaranya adalah perokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah mengalami perubahan yang sangat besar. Saat ini orang cenderung memiliki gaya hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) di Indonesia tahun mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada semua umur

BAB I PENDAHULUAN. Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) di Indonesia tahun mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada semua umur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) di Indonesia tahun 2013 mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada semua umur adalah 4,5 %. Prevalensi asma

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MADU FLORAL TERHADAP PROFIL LIPID DARAH TIKUS PUTIH HIPERLIPIDEMIK

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MADU FLORAL TERHADAP PROFIL LIPID DARAH TIKUS PUTIH HIPERLIPIDEMIK AKTIVITAS ATIOKSIDA MADU FLORAL TERHADAP PROFIL LIPID DARAH TIKUS PUTIH HIPERLIPIDEMIK Aditya Marianti, ur Rahayu Utami, Wulan Christijanti Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas egeri

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi 1 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi pelatihan fisik berlebih selama 35 hari berupa latihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 8 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya dengan 80% dari

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 8 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya dengan 80% dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Merokok dapat menyebabkan berbagai macam gangguan kesehatan sehingga menjadi masalah kesehatan dunia. 1 Menurut data dari WHO melalui Global Tobaco Epidemic tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di negara dengan pendapatan tinggi sampai rendah. 1 Menurut World Health Organization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino, karbohidrat, protein, beberapa jenis vitamin serta mineral adalah zat gizi dalam madu yang mudah diserap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gorengan adalah produk makanan yang diolah dengan cara menggoreng

BAB I PENDAHULUAN. Gorengan adalah produk makanan yang diolah dengan cara menggoreng BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gorengan adalah produk makanan yang diolah dengan cara menggoreng dalam minyak. Masyarakat Indonesia sebagian besar menggunakan minyak goreng untuk mengolah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Merokok telah menjadi kebiasaan masyarakat dunia sejak ratusan tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Merokok telah menjadi kebiasaan masyarakat dunia sejak ratusan tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok telah menjadi kebiasaan masyarakat dunia sejak ratusan tahun lalu. Sekitar satu milyar penduduk dunia merupakan perokok aktif dan hampir 80% dari total tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penyakit tidak menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang, mempunyai durasi yang panjang dan umumnya berkembang lambat. Empat jenis

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi penyebab kematian terbanyak diseluruh dunia. Penyakit Tidak Menular (PTM) umumnya dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebiasaan merokok merupakan masalah penting dewasa ini. Rokok oleh sebagian orang sudah menjadi kebutuhan hidup yang tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat dengan diameter kurang dari 10 µm, sulfur dioksida (SO2), ozon troposferik, karbon monoksida (CO),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring bertambahnya usia, daya fungsi makhluk hidup akan menurun secara progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada beberapa faktor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejumlah 20% dari penduduk dunia memiliki kebiasaan merokok dengan perbandingan antara pria dan wanita yaitu 4:1 (Eriksen & Ross, 2012). Data tersebut menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan faktor resiko utama berbagai penyakit tidak menular, bahkan sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok. Merokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan kebiasaan yang dapat merusak kesehatan dan sudah dibuktikan oleh berbagai penelitian mengenai hubungannya dengan berbagai macam penyakit seperti kanker

Lebih terperinci

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU. Dwi Purnamasari Zees

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU. Dwi Purnamasari Zees SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU Dwi Purnamasari Zees Program Studi keperawatan, fakultas ilmu ilmu kesehatan dan keolahragaan, universitas negeri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama digunakan di dunia. Parasetamol merupakan obat yang efektif, sederhana dan dianggap paling aman sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan yang sangat signifikan, banyak sekali aktivitas lingkungan yang menghasilkan radikal bebas sehingga

Lebih terperinci

Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.)

Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.) Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.) OLEH : S. A n d h i J u s u p, d r, M. K e s S e t y o S r i R a h a r j o, d r. M K e s F A K U L T A S K E D O K T E R A

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit yang mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit yang mempunyai karakteristik keterbatasan aliran nafas yang persisten, bersifat progresif dan berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron tidak berpasangan. Radikal bebas memiliki sifat yang reaktif sehingga cenderung bereaksi

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN MASUK 2012 DAN 2014 TENTANG MEROKOK SEBAGAI FAKTOR RISIKO PPOK Oleh : VIDYA CECILIA 120100421 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut, lxxiii BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut, setelah dialokasikan secara acak 50 penderita masuk kedalam kelompok perlakuan dan 50 penderita lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minuman isotonik atau dikenal juga sebagai sport drink kini banyak dijual

BAB I PENDAHULUAN. Minuman isotonik atau dikenal juga sebagai sport drink kini banyak dijual BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Minuman isotonik atau dikenal juga sebagai sport drink kini banyak dijual di pasaran. Menurut Badan Standar Nasional (1998), minuman isotonik merupakan salah satu produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tembakau diperkirakan sudah digunakan sejak 100 tahun sebelum masehi oleh suku Aborigin di Amerika (Geiss 2007). Kemudian ketika, Columbus mendarat di benua Amerika,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh BAB 1 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh adanya hiperglikemia akibat defisiensi sekresi hormon insulin, kurangnya respon tubuh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan cara penggorengan. Minyak kelapa sawit merupakan jenis minyak utama yang digunakan masyarakat

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN PENINGKATAN KAPASITAS VITAL PARU ANTARA PEROKOK DAN NON PEROKOK SETELAH LATIHAN FISIK AEROBIK

ABSTRAK PERBANDINGAN PENINGKATAN KAPASITAS VITAL PARU ANTARA PEROKOK DAN NON PEROKOK SETELAH LATIHAN FISIK AEROBIK ABSTRAK PERBANDINGAN PENINGKATAN KAPASITAS VITAL PARU ANTARA PEROKOK DAN NON PEROKOK SETELAH LATIHAN FISIK AEROBIK Nabila Rinjani, 2016 Pembimbing I : Decky Gunawan, dr., M.Kes., AIFO Pembimbing II : Daniel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Penyakit metabolik dan degeneratif saat ini tidak hanya menyerang usia lanjut,

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Penyakit metabolik dan degeneratif saat ini tidak hanya menyerang usia lanjut, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit penyebab kematian dan kesakitan pada masyarakat saat ini telah mengalami pergeseran yaitu dari penyakit infeksi (penyakit menular) menjadi penyakit metabolik

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN Steffanny H H Katuuk, 1310114, Pembimbing I : Lusiana Darsono,

Lebih terperinci

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta The Relationship Between the Counseling of Smoking Dangers and the Adolescent Knowledge and Attitude Towards the Smoking Dangers in SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada hepar dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain virus, radikal bebas, maupun autoimun. Salah satu yang banyak dikenal masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1 miliar yang terdiri dari 47% pria, 12% wanita dan 41% anak-anak (Wahyono, 2010). Pada tahun 2030, jumlah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre test dan Post test Pemberian Induksi Asap Rokok dan Ekstrak Kulit Jeruk Manis

Lebih terperinci

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi Disusun Oleh : DIMAS SONDANG IRAWAN J 110050028

Lebih terperinci