PENGANTAR. inilah yang membuat dunia menjadi ramai, dinamis dan selalu berubah.
|
|
- Agus Herman Gunawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGANTAR Konflik selalu menghiasi kehidupan manusia dari jaman ke jaman. Konflik inilah yang membuat dunia menjadi ramai, dinamis dan selalu berubah. Bagaimanapun usaha manusia untuk menghindar dari konflik, konflik tetap akan menjadi bagian dari kehidupan sosial (Sarwoto, 1994). Suatu konflik yang tidak ditangani dengan secara tepat biasanya akan semakin tajam, meluas dan akan semakin banyak menimbulkan kerugian. Oleh karena itu banyak yang mencoba untuk mengurangi dan menekan konflik sedapat mungkin karena tidak menghendaki adanya kerugian Penyikapan terhadap konflik seperti ini sebenarnya kurang tepat karena selain merupakan konsekuensi dari perbedaan individu yang tidak dapat dihindarkan, menurut Deutseh (Mardianto, 2000) konflik sebenarnya merupakan akar perubahan pribadi dan sosial sebab konflik berfungsi sebagai medium untuk menjernihkan permasalahan dan mencapai solusi. Mengingat konflik juga memiliki manfaat, jelas bahwa yang terpenting adalah bagaimana mengelola konflik yang timbul supaya tidak menimbulkan kerugian tetapi justru membawa dapak yang konstruktif bagi individu-individu yang terlibat Pada masa remaja konflik mendapat banyak perhatian dari para ahli. Menurut Collins dan Laursen (Farida, 1996) konflik yang pada remaja disebabkan oleh meningkatnya intensitas konflik interpersonal akibat adanya perubahan yang cepat dalam bentuk perubahan fisik maupun psikis pada masa itu. Menurut Conger
2 (Farida,1996) Menurut Conger (Farida, 1996) pada masa ini ikatan dengan orangtua menjadi longgar dan remaja berusaha mencapai kemandirian yang lebih besar, dalam proses ini kelompok banyak menggantikan fungsi-fungsi yang sebelumnya diperankan oleh orangtua. Mengingat pentingnya kelompok, keterampilan manajemen akan sangat dibutuhkan oleh remaja untuk mempertahankan hubungan dengan kelompok. Keberhasilan remaja dalam melakukan pengelolaan konflik (conflict management) merupakan peningkatan kedewasaan sikap sosial. Banyak faktor yang mempengaruhi seorang remaja dalam dalam melakukan pengelolaan konflik. Menurut Collins & Laursen (Farida, 1996), kemampuan manajemen konflik banyak didukung oleh karakteristik-karakteristik seperti keterbukaan akan pendapat, hubungan yang hangat, serta kebiasaan untuk tidak menyelesaikan masalah sepihak. Sedangkan Bordaman & Horowits (Mardianto, 2000) menyatakan bahwa karakteristik kepribadian berpengaruh terhadap gaya manajemen konflik individu, terutama yang memiliki kecenderungan agresif, kemampuan untuk mengontrol dan menguasai, orientasi kooperatif atau kompetitif, kemampuan berempati, dan kemampuan untuk menemukan alternatif penyelesaian konflik. Keberhasilan seseorang dalam penyelesaian konflik sebenarnya tidak lepas dari religiusitas. Hal ini didukung pendapat Kung (Sadarmanto, 1998) melihat agama sebagai suatu realisasi sosial individu yang hidup dalam ajaran, perilaku, serta ritusritus agama dan dunianya berlangsung melalui tradisi manusia dan masyarakatnya. Realisasi sosio-individu yang hidup menciptakan sistem yang mengatur nilai-nilai dalam kehidupan manusia yang digunakan sebagai kerangka acuan bagi realitas
3 Dister (1998) menjelaskan lebih dalam mengenai keutamaan agama sebagai pendidikan dan pegangan dalam hidup bermasyarakat. Fungsi agama tersebut merupakan wujud religiusitas individu yang berkaitan langsung dengan moral dan sosial individu. Selanjutnya dikatakan bahwa nilai-nilai moral manusia berupa keadilan, kejujuran, kesadaran, keteguhan hati dimiliki tiap-tiap individu dan interaksi dengan Tuhan akan menuntut manusia untuk menerapkan nilai-nilai yang benar. Hal ini berlaku pada saat individu melakukan interaksi dengan sesama manusia (Dister,1988). Agama Islam mengatur umatnya untuk dapat mengaktualisasikan prinsip berupa Habluminallah dan Habluminnannas yaitu kemampuan untuk menjalin hubungan penghambaan secara vertikal kepada Allah dan kemampuan membina hubungan sesama manusia dengan baik. Manajemen konflik merupakan salah satu wujud aplikasi dari habluminannas, yaitu kemampuan membina hubungan antara individu dengan baik yang dilandaskan atas dasar manusia sabagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain dengan mendorong individu untuk selalu menghadirkan kebaikan dan kasih sayang di antara sesama manusia (rahmatan lil alamin). Dengan mendekatkan diri pada Tuhan seseorang akan senantiasa merasa tentram, tenang, penuh pertimbangan dan perhitungan yang matang, iklas, sabar, dan lapang dada (Adz-Dzaky, 2002) Bentuk penghayatan dan pengamalan nilai-nilai keagamaan dari masingmasing agama berbeda-beda. Bagi umat muslim, bentuk penghayatan dan pengamalan nilai-nilai keagamaan tersebut diantaranya berupa sholat, dzikir,
4 membaca Al Quran, berpuasa dan ritual lainnya. Kualitas dan kuantitas pengalaman nilai-nilai keagamaan yang dilakukan seseorang menunjukan tingkat religiusitas dari individu tersebut. Semakin sering dan intensif mengaplikasikan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari maka semakin tinggi tingkat religiusitasnya. Individu dengan religiusitas yang tinggi dianggap memiliki pedoman untuk untuk merespon hidup dan mempunyai daya tahan yang lebih baik dalam mengelola permasalahan yang dihadapi (Prihastuti & Theresiawati, 2003). Lebih lanjut Rahmat (2003) mengatakan bahwa jika penghayatan dan pelaksanaan terhadap nilai-nilai agama tersebut meningkat maka akan memunculkan perasaan bahagia, senang, puas, merasa aman yang pada akhirnya akan mengacu pada ketenangan batin. Tingkat religiusitas yang tinggi bisa diasumsikan dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengatasi ketegangan-ketegangan akibat permasalahan yang dirasakan berat dan menekan. Istilah manajemen berasal dari bahasa Italia Maneggiare (Haney dalam Mardianto, 2000) yang berarti melatih kuda-kuda atau secara harfiah to handle yang berarti mengendalikan, sedangkan dalam kamus Inggris Indonesia (Echols dan Shadily, 2000) management berarti pengelolaan dan istilah manager berarti tindakan membimbing atau memimpin, sedangkan dalam bahasa Cina, manajemen adalah kuan lee yang berasal dari dua kata yaitu kuan khung (mengawasi orang kerja) dan lee chai (mengurusi uang) (Mardianto, 2000). Sehingga manajemem dapat didefinisikan sebagai mengawasi/mengatur orang bekerja dan mengurusi administrasi dengan baik. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1997) manajemen adalah proses penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai
5 tujuan. Manajemen merupakan proses penting yang menggerakkan organisasi karena tanpa manajemen yang efektif tidak akan ada usaha yang berhasil cukup lama. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen sebuah tindakan yang berhubungan dengan usaha tertentu dan penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan. Setelah memahami pengertian manajemen, selanjutnya adalah pengertian konflik. Menurut kamus bahasa Indonesia (1997), konflik berati percekcokan, pertentangan, atau perselisihan. Konflik juga berarti adanya oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-orang atau kelompok-kelompok. Setiap hubungan antar pribadi mengandung unsur-unsur konflik, pertentangan pendapat, atau perbedaan kepentingan. Menurut Johnson (Supratiknya, 1995) konflik adalah situasi dimana tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat atau mengganggu tindakan pihak lain. Kendati unsur konflik selalu terdapat setiap bentuk hubungan antar pribadi, pada umumnya masyarakat memandang konflik sebagai keadaan yang harus dihindarkan karena konflik dianggap sebagai faktor yang merusak hubungan. Menurut defenisi konflik di atas dapat disimpulkan bahwa konflik adalah segala macam interaksi pertentangan antara dua pihak atau lebih. Konflik dapat timbul pada berbagai situasi sosial, baik terjadi dalam diri individu, antar individu, kelompok, organisasi, maupun negara. Pendapat Deutch yang dikutip oleh Pernt dan Ladd (Indati, 1996) menyatakan bahwa proses untuk mendapatkan kesesuaian pada individu yang mengalami konflik disebut dengan pengelolaan konflik atau bisa disebut dengan manajemen konflik.
6 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen konflik adalah cara yang digunakan individu untuk menghadapi pertentangan atau perselisihan antara dirinya dengan orang lain yang terjadi di dalam kehidupan. Gottman dan Korkoff (Mardianto, 2000) menyebutkan bahwa secara garis besar ada dua manajemen konflik, yaitu : 1. Manajemen konflik destruktif yang meliputi conflict engagement (menyerang dan lepas control), withdrawal (menarik diri) dari situasi tertentu yang kadangkadang sangat menakutkan hingga menjauhkan diri ketika menghadapi konflik dengan cara menggunakan mekanisme pertahan diri, dan compliance (menyerah dan tidak membela diri). 2. Manajemen konflik konstruktif yaitu positive problem solving yang terdiri dari kompromi dan negosiasi. Kompromi adalah suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. Sikap dasar untuk melaksanakan kompromi adalah bahwa salah satu pihak bersedia untuk merasakan dan memahami keadaan pihak lainnya dan sebaliknya sedangkan negosiasi yaitu suatu cara untuk menetapkan keputusan yang dapat disepakati dan diterima oleh dua pihak dan menyetujui apa dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan di masa mendatang. Gessel dkk (Yususf, 2001) mengemukakan bahwa remaja 14 tahun seringkali mudah marah, mudah terangsang, dan emosinya mudah meledak dan kurang bisa mengendalikan perasaannya. Hal ini merupakan bentuk permasalahan yang akarnya bisa saja sepele tapi memakan korban akibat tidak adanya penyelesaian yang baik
7 terhadap masalah. Remaja lebih memilih adu otot daripada duduk bersama dan membicarakan masalah yang terjadi. Dister (1988) menjelaskan lebih dalam mengenai keutamaan agama sebagai pendidikan dan pegangan dalam hidup bermasyarakat. Funsi agama tersebut merupakan wujud religiusitas individu yang berkaitan langsung dengan moral dan nilai sosial individu. Selanjutunya dikatakan bahwa nilai-nilai moral manusia berupa keadilan, kejujuran, kesadaran, keteguhan hati dimiliki tiap-tiap individu dan interaksi dengan Tuhan akan menuntut manusia untuk menerapkan nilai-nilai yang benar. Hal ini berlaku pada saat individu melakukan interaksi dengan sesama manusia (Dister, 1988). Secara bahasa ada tiga istilah yang masing-masing kata tersebut memiliki perbedaan arti yakni religi, religiusitas dan religius. Slim (Rasmanah, 2003) mendefenisikan istilah tersebut dari bahasa Inggris. Religi berasal dari kata religion sebagai bentuk dari kata benda yang berarti agama atau kepercayaan akan adanya sesuatu kekuatan kodrati diatas manusia. Religiusitas berasal dari kata religiosity yang berarti keshalihan, pengabdian yang besar pada agama. Religiusitas berasal dari religious yang berkenaan dengan religi atau sifat religi yang melekat pada diri seseorang. Religiusitas berasal dari bahasa latin relegare yang berarti mengikat secara erat atau ikatan kebersamaan (Mansen, dalam Kaye & Raghavan, 2000). Religiusitas adalah sebuah ekspresi spiritual seseorang yang berkaitan dengan sistem keyakinan, nilai, hukum yang berlaku dan ritual (Kaye & Raghavan, 2000).
8 Secara bahasa ada tiga istilah yang masing-masing kata tersebut memiliki perbedaan arti yakni religi, religiusitas dan religius. Slim (Rasmanah, 2003) mendefenisikan istilah tersebut dari bahasa Inggris. Religi berasal dari kata religion sebagai bentuk dari kata benda yang berarti agama atau kepercayaan akan adanya sesuatu kekuatan kodrati diatas manusia. Religiusitas berasal dari kata religiosity yang berarti keshalihan, pengabdian yang besar pada agama. Religiusitas berasal dari religious yang berkenaan dengan religi atau sifat religi yang melekat pada diri seseorang. Religiusitas berasal dari bahasa latin relegare yang berarti mengikat secara erat atau ikatan kebersamaan (Mansen, dalam Kaye & Raghavan, 2000). Religiusitas adalah sebuah ekspresi spiritual seseorang yang berkaitan dengan sistem keyakinan, nilai, hukum yang berlaku dan ritual (Kaye & Raghavan, 2000). Defenisi lain mengatakan bahwa religiusitas merupakan sebuah proses untuk mencari sebuah jalan kebenaran yang berhubungan dengan sesuatu yang sakral (Chatters, 2000). Menurut Majid (1992) religiusitas adalah tingkah laku manusia yang sepenuhnya dibentuk oleh kepercayaan kepada kegaiban atau alam gaib, yaitu kenyataan-kenyataan supra-empiris. Manusia melakukan tindakan empiris sebagaimana layaknya tetapi manusia yang memiliki religiusitas meletakan harga dan makna tindakan empirisnya dibawah supra-empiris. Dari beberapa definisi yang diungkapakan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa religiusitas merupakan suatu bentuk hubungan manusia dengan penciptanya melalui ajaran agama yang sudah terinternalisasi dalam diri seseorang dan tercermin dalam sikap dan perilakunya sehari-hari.
9 Menurut Glck (Rahmat, 2003) bahwa ada lima aspek atau dimensi religiusitas yaitu : a. Dimensi Ideologi, yaitu dimensi dari keberagamaan yang berkaitan dengan apa yang harus dipercayai, misalnya kepercayaan adanya Tuhan, malaikat, surga, dsb. Kepercayaan atau doktrin agama adalah dimensi yang paling mendasar. b. Dimensi Peribadatan, yaitu dimensi keberagaman uan berkaitan dengan sejumlah perilaku, dimana perilaku tersebut sudah ditetapakan oleh agama, seperti tata cara ibadah, pembaptisan, pengakuan dosa, berpuasa, shalat atau menjalankan ritual-ritual khusus pada hari-hari suci. c. Dimensi Penghayatan, yaitu dimensi yang berkaitan dengan perasaan keagamaan yang dialami oleh penganut agama atau seberapa jauh seseorang dapat menghayati pengalaman dalam ritual agama yang dilakukannya, misalnya kekhusyukan ketika melakukan sholat. d. Dimensi Pengetahuan, yaitu berkaitan dengan pemahaman dan pengetahuan seseorang terhadap ajaran-ajaran agama yang dianutnya. e. Dimensi Pengamalann, yaitu berkaitan dengan akibat dari ajaran-ajaran agama yang dianutnya yang diaplikasikan melalui sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Ada hubungan positif antara religiusitas dengan manajemen konflik pada remaja.
10 Metode Penelitian Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah pelajar SMU Negeri 2 Ngaglik, Sleman. Yang memilki ciri atau sifat-sifat populasi yaitu berusia tahun, siswasiswa kelas I, II dan masih aktif sebagai pelajar di SMU Negeri 2 Ngaglik tersebut. Metode Pengumpulan Data Ada dua macam skala yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu skala religiusitas dan skala manajemen konflik. 1. Skala manajemen konflik Skala ini bertujuan untuk mengungkap seberapa sering subjek menggunakan tiap-tiap cara pengelolaan konflik dalam menghadapi perselisihan atau konflik. Skala ini disusun oleh peneliti yang mengacu pada aspek-aspek manajemen konflikmenurut Gottman dan Korkoff (Mardianto, 2000) yaitu: a. Conflict engagement (menyerang dan lepas control) b. Withdrawal (menarik diri) dari situasi tertentu yang kadang-kadang sangat menakutkan hingga menjauhkan diri ketika menghadapi konflik dengan cara menggunakan mekanisme pertahan diri c. Compliance (menyerah dan tidak membela diri). d. Positive problem solving yang terdiri dari kompromi dan negosiasi. Kompromi adalah suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada Tabel 1 Blue print skala manajemen konflik No Aspek Favourable Unfavourable Jumlah 1 positive problem solving 1,3,5,7,9 12,14,16,18,20 10
11 2 conflict engagement 21,23,25,27,29 32,34,36,38, Withdrawal 31,33,35,37,39 2,4,6,8, Compliance 11,13,15,17,19 22,24,26,28,30 10 Jumlah Penilaian pada skala ini dilakukan dengan menjumlahkan skor yang diperoleh pada setiap aitem yang dijawab. Skala manajemen konflik ini terdiri dari 4 alternatif jawaban dengan menggunakan skala sikap model Likert yaitu : sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS). Pemberian skor bergerak dari angka 1 sampai dengan angka 4, pada pernyataan favorable nilai tertinggi 4 adalah untuk jawaban sangat sesuai (SS), 3 untuk jawaban sesuai (S), 2 untuk jawaban tidak sesuai (TS), dan 1 untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS). Sebaliknya untuk pertanyaan unfavorable, nilai 4 untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS), 3 untuk jawaban tidak sesuai (TS), 2 untuk jawaban sesuai (S), dan 1 untuk jawaban sangat sesuai (SS). Semakin tinggi total skor yang diperoleh subyek pada skala manajemen konflik, maka tingkat manajemen konflik subjek semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah total skor yang diperoleh subjek pada skala manajemen konflik, maka semakin rendah tingkat manajemen konflik subyek. Pada skala manajemen konflik tersebut dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terlebih dahulu. Uji validitas skala adalah sejauh mana skala tersebut menghasilkan data yang akurat (tepat) dan cermat sesuai dengan fungsi ukurnya. Suatu tes atau intrument pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sebaliknya tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan
12 sebagai tes yang memilki validitas yang rendah (Azwar, 2003). Sedangkan Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur tingkat keajegan alat ukur yang pada dasarnya menunjukan sejauh mana suatu pengukuran dapat memberi hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran ulang pada subjek yang sama (Azwar, 2003). 2. Skala Religius Skala ini bertujuan untuk mengungkap tingkat religiusitas subjek. Skala ini disusun oleh peneliti yang mengacu pada dimensi-dimensi religiusitas yang dikemukakan oleh Glock dan Stark (dalam Rakhmat, 2003). Adapun dimensi-dimensi religiusitas tersebut adalah: 1. Dimensi keyakinan, yaitu dimensi dari keberagamaan yang berkaitan dengan apa yang harus dipercayai, misalnya kepercayaan adanya Tuhan, malaikat, surga, dsb. Kepercayaan atau doktrin agama adalah dimensi yang paling mendasar. 2. Dimensi Peribadatan, yaitu dimensi keberagaman uan berkaitan dengan sejumlah perilaku, dimana perilaku tersebut sudah ditetapakan oleh agama, seperti tata cara ibadah, pembaptisan, pengakuan dosa, berpuasa, shalat atau menjalankan ritual-ritual khusus pada hari-hari suci. 3. Dimensi Penghayatan, yaitu dimensi yang berkaitan dengan perasaan keagamaan yang dialami oleh penganut agama atau seberapa jauh seseorang dapat menghayati pengalaman dalam ritual agama yang dilakukannya, misalnya kekhusyukan ketika melakukan sholat.
13 4. Dimensi Pengamalan, yaitu berkaitan dengan akibat dari ajaran-ajaran agama yang dianutnya yang diaplikasikan melalui sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Tabel 2 Blue print skala religiusitas No Dimensi Favourable Unfavourable Jumlah 1 Keyakinan 1,11,26,27,31,38,39 10,12,17, Peribadatan 9,13,19,33,40 25,36, Penghayatan 8,14,18,24,28,32 2,7,15,23, Pengamalan 3,6,20,22,30,34 4,5,16,21,35 11 Jumlah Penilaian pada skala ini dilakukan dengan menjumlahkan skor yang diperoleh pada setiap aitem yang dijawab. Skala religiusitas ini terdiri dari 4 alternatif jawaban dengan menggunakan skala sikap model Likert yaitu : sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS). Pemberian skor bergerak dari angka 1 sampai dengan angka 4, pada pernyataan favorable nilai tertinggi 4 adalah untuk jawaban sangat sesuai (SS), 3 untuk jawaban sesuai (S), 2 untuk jawaban tidak sesuai (TS), dan 1 untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS). Sebaliknya untuk pertanyaan unfavorable, nilai 4 untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS), 3 untuk jawaban tidak sesuai (TS), 2 untuk jawaban sesuai (S), dan 1 untuk jawaban sangat sesuai (SS). Semakin tinggi total skor yang diperoleh subyek pada skala religiusitas, maka tingkat religiusitas subjek semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah total skor yang diperoleh subjek pada skala religiusitas, maka semakin rendah tingkat religiusitas subyek. Pada skala religiusitas tersebut dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terlebih dahulu. Uji validitas skala adalah sejauh mana skala tersebut menghasilkan
14 data yang akurat (tepat) dan cermat sesuai dengan fungsi ukurnya. Suatu tes atau intrumen pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sebaliknya tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memilki validitas yang rendah (Azwar, 2003). Sedangkan Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur tingkat keajegan alat ukur yang pada dasarnya menunjukan sejauh mana suatu pengukuran dapat memberi hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran ulang pada subjek yang sama (Azwar, 2003). Metode Analisis Data Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian korelasional yaitu ingin mengatahui hubungan antara religiusitas dengan manajemen konflik pada remaja. Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan metode statistik uji korelasi Product Moment dari Pearson yang akan diproses dengan menggunakan program SPSS for windows release Hasil Penleitian Deskripsi Subyek Penelitian Jumlah subyek yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 69 subyek, berusia antara tahun. Pengambilan data dilakukan di SMU 2 Ngaglik Sleman Yokyagyakarta. Deskripsi subyek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel Deskripsi Subyek Penelitian Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin
15 No Faktor Kategori n 1 Kelas a. I b. II Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan Uji Normalitas Hasil uji normalitas terhadap 69 subjek penelitian dihitung dengan menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov test. Kaidah statistik untuk uji normalitas adalah bila p>0.05. Dari uji normalitas yang dilakukan, dihasilkan variabel manajemen konflik koefisien K-SZ = 0,725 ; p = 0, 670, variabel religiusitas koefisien K-SZ = 0,881 ; p = 0,419. Hasil uji normalitas pada semua variabel adalah normal karena setiap variabel sudah memenuhi kaidah uji normalitas yaitu p > 0,05. Uji Linieritas Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui kerelasi antara variabel manajemen konflik dengan religiusitas. Syarat dari uji linieritas ini adalah bila p < 0,05. Dari uji linieritas yang dilakukan, menunjukan bahwa korelasi antara manajemen konflik dengan religiusitas adalah linier dengan nilai F = 26,865; p = 0,000. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel tergantung dengan variabel bebas. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan analisis product moment dari Person, korelasi antara religiusitas dengan manajemen konflik menunjukan bahwa r = 0,503 ; p = 0,000 (p < 0,01). Kaidah uji statistik
16 terhadap p adalah bila p < 0,05 berarti signifikan dan p < 0,01 berarti sangat signifikan. Dari hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan manajemen konflik. Semakin tinggi tingkat religiusitas yang dimiliki responden maka semakin tinggi kemampuan manajemen konflik yang dimilki responden. Sebaliknya, semakin rendah tingkat religiusitas yang dimiliki responden maka semakin rendah kemampuan manajemen konflik yang dimiliki responden. Hasil analisis data ini menunjukkan bahwa hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti diterima. Pembahasan Hasil analisis data menunjukan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan manajemen konflik (r = 0,503 dengan p = 0,000). Hal ini berarti semakin tinggi tingkat religiusitas yang dimiliki, maka semakin tinggi kemampuan manajemen konflik yang dimiliki oleh remaja. Sebaliknya, semakin rendah tingkat religiusitas yang dimiliki maka semakin rendah kemampuan manajemen konflik yang dimiliki oleh remaja. Ini berarti bahwa religiusitas dan manajemen konflik memilki hubungan yang positif. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa individu dengan religiusitas yang tinggi dianggap memiliki pedoman untuk merespon hidup dan mempunyai daya tahan yang lebih baik dalam mengelola permasalahan yang dihadapi (Prihastuti & Theresiawati, (2003). Religiusitas individu merupakan wujud individu menjalin hubungan vertikal dengan Allah SWT (habluminallah) yaitu, manusia mentaati perintah Allah
17 dan menjauhkan larangan-nya untuk mencapai kemuliaan akhirat. Di sisi lain manajemen konflik individu merupakan hubungan secara horizontal dengan individu lain (habluminannas) untuk menjadikan manusia menerapkan nilai-nilai moral dengan saling menasehati, memahami dan membantu sesama untuk mencapai kemuliaan hidup di dunia. Walaupun secara konsep dibedakan antara hubungan manusia dengan Tuhannya dan hubungan horizontal manusia dengan manusia lain, kedua hubungan di atas saling berkaitan dan tidak dapat berjalan sendiri-sendiri. Untuk dapat menjalin hubungan dengan Tuhan, manusia dapat melakukan penghayatan di dalam hati dan belajar ilmu Tuhan dengan bantuan orang lain karena ilmu yang dimiliki manusia belum sempurna dalam mempelajari agama. Glock dan Stark (Ancok dan Suroso, 1995) berpendapat dimana religiusitas atau keberagamaan tidak hanya tampak dalam suatu aktivitas semata, tetapi merupakan suatu simbol, sistem keyakinan, sistem nilai dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan. Oleh karena itu ketika kita menghadapi masalah baik dengan temannya maupun orang lain, remaja mampu mengelola konflik yang dihadapinya secara konstruktif dengan cara mengekspresikan perasaan atau pendapat yang berhubungan dengan konflik secara jelas tetapi tetap memperhatikan perasaan orang lain hingga mencapai kesepakatan dan jalan keluar yang baik sesuai dengan nilai-nilai agama. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa religiusitasadalah salah satu faktor yang mempengaruhi remaja dalam mengelola konflik. Pada remaja yang memiliki tingkat religiusitas yang tinggi, maka remaja cendrung menggunakan
18 manajemen konflik konstruktif ketika mengalami konflik. Sebaliknya remaja dengan tingkat religiusitas yang rendah akan cenderung menggunakan manajemen konflik destruktif saat menglami konflik. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa manajemen konflik yang dilakukan subyek penelitian mayoritas berada pada tingkat yang tinggi yaitu 66,67%. Sementara itu 60,87% subyek memiliki religiusitas yang sangat tinggi. Sumbangan efektif dari religiusitas terhadap manajemen konflik pada remaja sebesar 25,3%. Hal itu berati bahwa sisanya sebesar 74,7% adalah kontribusi dari faktor lain. Faktor lain yang memberikan sumbangan bagi manjemen konflik sebesar 74,7% bisa berasal dari dalm maupun dari luar subyek itu sendiri antara lain : tipe kepribadian subyek, keluarga, linkungan, umur, dan lain-lain. PENUTUP Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif antara religiusitas dengan manajemen konflik pada remaja. Semakin tinggi tingkat religiusitas maka semakin tinggi tingkat manajemn konflik pada remaja. Sebaliknya, semakin rendah religiusitas maka semakin rendah juga manajemen konflik pada remaja. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut : 1. Bagi Subjek Penelitian Bagi subyek penelitian disarankan untuk tetap meningkatkan religiusitas yang memberikan sumbangan terhadap penggunaan manajemen konflik terutama
19 penggunaan manajemen konflik konstruktif bila menghadapi masalah dengan teman sebaya. Remaja diharapkan lebih menggunakan manajemen konflik konstruktif daripada manajemen destruktif karena manajemen konflik desdruktif hanya memberikan kerugian pada pihak-pihak yang bertikai. Untuk religiusitas hendaknya tetap dipertahankan dengan cara banyak mengikuti kegiatan keagamaan diluar rumah secara rutin. 2. Bagi Penelitian Selanjutunya Bagi penelitian selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tema yang sama, disarankan unutk mempertimbangkan variabel-variabel lain yang berhubungan dengan manajemen konflik pada remaja, sehingga dapat ditentukan faktor-faktor yang paling berperan dan mempunyai sumbangan yang paling besar terhadap manajemen konflik dikalangan remaja.
20 DAFTAR PUSTAKA Adz-Dzaky, H Konseling & Psikoterapi Islam : Penerapan Metode Sufistik. Yogyakarta. Fajar Pustaka Baru. Ancok, D dan Suroso, F. N Psikologi Islami. Cetakan Keempat. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar Azwar, S Reliabilitas dan Validitas. Yokyakarta : Pustaka Pelajar Chatters, L. M Religion & Health : Influence of Religiosity for Alcohol Use Among Protestants. Journal Science Study Religion. 32 : Darwati, T.E., 2003, Hubungan Antara Kemasakan Sosial Dengan Kompetensi Interpersonal Pada Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UII. Dister, N.S Psikologi Agama. Yogyakarta : Kanisius Echols, J.M, and Shadily, H Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta :Penerbit P.T. Gramedia. Farida, I. A Manajemen Konflik pada Remaja yang Tinggal Bersama Orangtua dan Remaja Panti di Malang. Skripsi (tidak diterbitkan). Jogjakarta. Fakultas Psikolgi, UGM. Indati, A Konflik Pada Anak; Pengaruh Lingkungan Dan Tahap Perkembangannya. Laporan penelitian (tidak diterbitkan). Jogjakarta. Fakultas Psikologi, UGM. Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya. Penerbit: Kartika. Kaye, J., & Raghavan, S. K Spirituality in Disability and Illness : The Psychology of Religion and Coping. Theory, Research, Practice. New York : Guilford Madjid, R Islam Kemoderenan dan Ke-Indonesiaan. Bandung : Mizan Pustaka
21 Mardianto, A. dkk Penggunaan Manajemen Konflik Ditinjau Dari Status Keikutsertaan Dalam Mengikuti Kegiatan Pencinta Alam Di Universitas Gajah Mada. Jurnal Psikologi, No. 2 Prihastuti, & Theresiawati, E. N., Hubungan Antara Tingkat Religiusitas dengan Metode Active Coping PTSD Dimana Tingkat PTSD merupakan Variabel Kontrol pada Pengungsi Remaja Asal Sampit sebagai Santri Pondok Pesantren Darusalam Ketapang Sampang Madura. Insan, Jurnal Psikologi. Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Vol Rasmanah, M Hubungan Religiusitas dan Pola Asuh Islami Dengan Kecerdasan Emosional pada Remaja. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM Rakhmat, J Psikologi Agama : Sebuah Pengantar. Bandung. Mizan Pustaka.. Supratiknya, A Komunikasi Antara Pribadi, Tinjauan Psikologis. Jogjakarta. Penerbit: Kanisius (anggota IKAPI). Wuragil, Z Tawuran Pelajar Versus Masyarakat. Hhtp:// Yusuf, S. dan Dahlan, M Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung. Penerbit: PT. Remaja Rosdakarya offset Tawuran Pelajar Kembali Merenggut Korban. Hhtp:// Sisiwa SMA dan SMK di Ungaran Tawuran. Suara
HAKEKAT RELEGIUSITAS Oleh Drs.H.Ahmad Thontowi
HAKEKAT RELEGIUSITAS Oleh Drs.H.Ahmad Thontowi 1. Pengertian Religiusitas Secara bahasa ada tiga istilah yang masing-masing kata tersebut memilki perbedaan arti yakni religi, religiusitas dan religius.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. (C). Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel (D). Metode. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan unsur penting dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggung jawabkan hasilnya.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif sebagai upaya
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif sebagai upaya untuk mengetahui hubungan antar dua variabel penelitian. Penelitian kuantitatif lebih
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, metode
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. sebagai upaya penggambaran proses perjalanan dalam penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
106 BAB III METODE PENELITIAN Suatu penelitian dapat dipertanggung jawabkan bila sesuai dengan kaidah dan koridor yang ditentukan. Salah satunya adalah metode penelitian yang digunakan. Metode penelitian
Lebih terperinciPERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI RELIGIUSITAS
PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI RELIGIUSITAS SKRIPSI DIAN SAVITRI 99.40.3019 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2005 PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Asumsi dari penelitian kuantitatif ialah fakta-fakta dari objek penelitian
35 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena dalam penelitian ini lebih menekankan pada data yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
36 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu: 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga 2. Variabel Tergantung : Harga Diri B. Definisi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini terdapat variabel-variabel sebagai berikut yaitu. variabel bebas dan variabel terikat.
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Identifikasi variabel yang akan ditentukan penulis adalah mengenai Hubungan antara religiusitas dengan perilaku altruisme
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Disebut kuantitatif karena menekankan analisisnya pada data-data numerical
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dan kualitatif. Disebut kuantitatif karena menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan
30 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan dengan permasalahan yang diteliti, untuk menjelaskan hubungan antara religiusitas dengan sikap terhadap
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun
BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam
Lebih terperinciKEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANTARA REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA
KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANTARA REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA Virgia Ningrum Fatnar, Choirul Anam Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan virgia_nfatnar@yahoo.com
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi
BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguraikan mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi Operasional Penelitian, (D). Subjek
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Azwar (2007; 59) menjelaskan, setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa fenomena atau gejala utama dan pada fenomena
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
41 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah salah satu unsur penting dalam suatu penelitian ilmiah, karena ketepatan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada akan menentukan hasil
Lebih terperinciBAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan kuantitatif, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Tergantung : Kinerja Karyawan
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini antara lain : 1. Variabel Tergantung : Kinerja Karyawan 2. Variabel Bebas
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Wira Maritim Surabaya adalah sekolah swasta di Surabaya
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Subjek SMK Wira Maritim Surabaya adalah sekolah swasta di Surabaya barat, tepatnya di Jalan Manukan Wasono. SMK ini berjumlah dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Kebermaknaan Hidup sebagai variabel tunggal. hidup, dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah
23 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah atau prosedur kerja sehingga
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini menggunkan metode pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuatitatif yaitu penelitian yang sistematis, jelas, terencana sejak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
58 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah :
31 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Untuk membuktikan secara empiris hipotesis pada Bab II tersebut, maka variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Tergantung
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
29 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini menggunakan pendekatan korelasional
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian. Penyusunan desain penelitian merupakan tahap perencanaan penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Alsa (2011 : 18) desain atau rancangan penelitian dipakai untuk menunjuk pada rencana peneliti tentang bagaimana ia akan melaksanakan penelitian.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEBAHAGIAAN PADA SISWA SISWI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEBAHAGIAAN PADA SISWA SISWI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Kerlinger (2000:483) rancangan penelitian merupakan rencana dan stuktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti memperoleh
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Defenisi Operasional Variabel Penelitian, (C) Populasi, Sampel, Teknik
BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi: (A) Identifikasi Variabel Penelitian, (B) Defenisi Operasional Variabel
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2009 : 96).
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel disebut juga sebagai objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada realitas populasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk
35 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya dengan kemandirian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang diteliti yaitu komunikasi
BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang diteliti yaitu komunikasi interpersonal dan keharmonisan keluarga. Untuk jenis penelitian kuantitatif ini, maka
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Tergantung : Gaya Manajemen Konflik 2. Variabel Bebas : Kompetensi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode penelitan yang digunakan
42 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metodologi dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode penelitan yang digunakan untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. operasional, variable penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, metode
BAB III METODE PENELITIAN Pada bagian ini akan menguraikan mengenai identifikasi variable penelitian, defenisi operasional, variable penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, metode pengumpulan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu gaya
1 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitain Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu gaya kepemimpinan dan motivasi kerja. Untuk kepentingan penelitian ini, maka gaya kepemimpinan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. mengetahui ada tidaknya hubungan Kontrol diri (variabel bebas) dan Perilaku
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Sugiyono (2009)
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Sugiyono (2009) penelitian korelasional merupakan jenis penelitian yang sifatnya menanyakan hubungan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam melakukan penelitian, metode penelitian sangat erat kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan. B. Definisi Operasional pada Wanita Pasca Melahirkan
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2009) adalah metode berlandaskan pada filsafat positivism,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah fakta-fakta dari objek penelitian realitas dan variabel-variabel
BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Hal ini dikarenakan peneliti lebih menekankan pada data yang dapat dihitung untuk mendapatkan penafsiran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis
19 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2002) desain penelitian merupakan serangkaian proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini merupakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identitas Variabel Variabel merupakan suatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda, menurut (Sugioyo, 2001), variabel
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian
28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yang menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif korelasional yang melihat hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat, penelitian kuantitatif
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. interpretasi data dan kesimpulan berdasarkan angka-angka yang
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif yang mempunyai tata cara, yaitu pengambilan keputusan, interpretasi data dan kesimpulan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaanperbedaan
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian komparasi. Menurut Dra. Aswani Sudjud (dalam Arikunto, 2006: 267) mengatakan jika penelitian komparasi
Lebih terperinciBAB III METODEOLOGI DAN PENELITIAN. hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis
BAB III METODEOLOGI DAN PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data dan pengambilan keputusan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena melalui proses tersebut dapat ditentukan apakah hasil dari suatu penelitian dapat dipertanggungjawabkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan skala dan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan skala dan wawancara sebagai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Kenakalan Remaja
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Kenakalan Remaja 2. Variabel Bebas : a.persepsi Keharmonisan Keluarga : b. Konsep Diri B. Definisi Operasional
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan. Dalam
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dan mengkorelasikan variabel tanpa melakukan treatmen selama
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif korelasional, di sini penulis hanya bermaksud untuk mengumpulkan data dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yang bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. yang banyak menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya.
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Menurut Arikunto (2010) penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah : B. Definisi Operasional
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Variabel Tergantung : Prokrastinasi 2. Variabel Bebas : Kecemasan B. Definisi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada 30 November sampai 15 Desember 2016.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek pada penelitian ini adalah guru SMK yang mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di kecamatan Pesanggrahan. Dilaksanakan pada 30 November sampai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Usman, 1996: 16).
46 BAB III METODE PENELITIAN Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam memperlajari peraturan-peraturan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Tergantung : Konformitas 2. Variabel Bebas : Nilai Budaya Jawa B. Definisi Operasional 1. Konformitas Konformitas merupakan tendensi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 1996). Dalam
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan.
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan. Dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Obyek Penelitian ini adalah sense of humor dan penyesuaian diri pada remaja
BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisikan pertanyaan penelitian, hipotesis penelitian, variabel penelitian, responden penelitian, alat ukur penelitian, prosedur penelitian, dan metode analisis data.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Korelasional bivariat kuantitatif, karena penelitian ini melibatkan satu
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah jenis penelitian Korelasional bivariat kuantitatif, karena penelitian ini melibatkan satu variabel bebas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian kuantitatif.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. korelasional dengan melibatkan variabel penelitian sebagai berikut:
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian Untuk menjawab tujuan dan hipotesis penelitian yang diajukan, maka penelitian ini akan menggunakan pendekatan kuantitatif dan desain
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang dipergunakan guna menjawab permasalahan yang diselidiki
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Tergantung : Perilaku konsumtif
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini akan menggunakan desain penelitian korelasional dengan melibatkan variabel-variabel berikut: 1. Variabel Tergantung : Perilaku
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan suatu penelitian, khususnya penelitian kuantitatif, perlu secara jelas diketahui variabel-variabel apa saja yang akan diukur dan instrumen seperti apa yang akan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. nikah, peneliti menggunakan tipe penelitian eksplanatori dengan metode
50 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Pada penelitian hubungan virginitas dengan intensitas melakukan seks pra nikah, peneliti menggunakan tipe penelitian eksplanatori dengan metode kuantitatif.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional. Variabel Variabel adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
65 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. 1) Variabel Terikat (Dependent): Konflik Kerja (Y)
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Korelasi (hubungan) dalam penelitian ini, digunakan untuk melihat hubungan antar variabel yang digunakan.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka
BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka proses
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai
BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas metode yang digunakan dalam menjawab permasalahan serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai pendekatan penelitian,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang terdiri dari satu variabel
51 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang terdiri dari satu variabel tergantung dan dua variabel bebas. Variabel-variabel tersebut adalah: 1. Variabel
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang dikemukakan Sugiyono (2012) pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan keguanaan tertentu. Pendekatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel dari penelitian ini adalah : 1. Variabel terikat adalah : konsep diri 2. Variabel bebas adalah : keharmonisan keluarga B.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan sebuah cara untuk menyelesaikan penelitian sesuai dengan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan yang hendak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. 1. Variabel Dependen : Kesejahteraan Psikologis. B. Definisi Operasional
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel 1. Variabel Dependen : Kesejahteraan Psikologis 2. Variabel Independen : Tuntutan Pekerjaan B. Definisi Operasional 1. Kesejahteraan Psikologis Kesejahteraan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik korelasional seorang
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Sebelum dilakukan uji hipotesis, dilakukan uji asumsi data hasil penelitian tersebut. Setelah dilakukan uji asumsi berupa uji normalitas dan linieritas selanjutnya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu variabel tergantung. Variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu:
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Pendekatan pendekatan kuantitatif menekankan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2002, p. 12)
BAB IV METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan angka,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian yang Digunakan
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Creswell ( dalam Alsa, 2003, h. 13) menjelaskan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. karena analisisnya menggunakan data-data numerikal yang kemudian
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini dikategorikan sebagai jenis penelitian kuantitatif karena analisisnya menggunakan data-data numerikal yang kemudian diolah dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Devinisi Operasional Penelitian, (C) Subjek Penelitian, Populasi dan Sampel (D)
87 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi: (A) Identifikasi Variabel Penelitian,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda ( Turmudi, 2008).
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. signifikansi hubungan antara variabel yang diteliti. 45
44 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical atau angka
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan Survei (metode survei). Kasiram (2008) dalam bukunya Metodologi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Rancangan penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif, maksud dari metode penelitian ini adalah penelitian yang identik dengan pendekatan deduktif
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya. Siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya kelas XI
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. antara komunikasi interpersonal anak-orangtua (X) dengan manajemen konflik
9 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara komunikasi interpersonal anak-orangtua (X) dengan manajemen konflik pada remaja
Lebih terperinci