KELUAR DAN EVAKUASI YANG AMAN UNTUK ORANG DENGAN KETERBATASAN FISIK
|
|
- Yulia Setiabudi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KELUAR DAN EVAKUASI YANG AMAN UNTUK ORANG DENGAN KETERBATASAN FISIK Bebas hambatan dalam akses ke bangunan bagi penyandang cacat telah menarik perhatian yang cukup besar dalam beberapa tahun terakhir. Banyak usaha telah dilakukan untuk meningkatkan aksesibilitas bangunan umum bagi para penyandang cacat. Namun, peningkatan aksesibilitas bangunan juga menyajikan kesempatan untuk menerapkan langkah-langkah evakuasi yang cepat dan aman untuk semua orang dalam situasi darurat. KESULITAN UNTUK BERGERAK DALAM EVAKUASI DARURAT Orang-orang dengan keterbatasan fisik dapat sangat terpengaruh selama evakuasi darurat. Mereka mungkin merasa sulit untuk pindah ke area lain ketika evakuasi terjadi. Hal ini mungkin disebabkan oleh masing-masing kemampuan fisik mereka, seperti kecepatan berjalan mereka saat menggunakan tongkat, atau karena usia mereka. Kesulitan juga datang dari situasi di sekitar mereka, mungkin pintu saat kebakaran yang biasanya terbuka akan menutup dalam keadaan darurat. Orang dengan keterbatasan fisik juga dapat menemukan keramaian dalam keadaan ricuh dapat membuat mereka semakin sulit untuk bergerak. Mereka mungkin membutuhkan pegangan tangan pada koridor, tangga atau pada daerah yang landai sebagai alat tumpuan dan juga sebagai pegangan untuk beristirahat sebelum mereka mencapai titik kumpul. Menaik atau menurun tangga tetap menjadi bagian yang paling sulit dalam evakuasi bagi orang-orang dengan keterbatasan fisik. Pindah turun dari lantai atas atau dari bawah dalam situasi darurat dapat memakan waktu lebih lama bagi orang-orang dengan kemampuan fisik yang kurang dibandingkan orang lain. Orang-orang dengan keterbatasan yang tak telihat dengan kasat mata, seperti kondisi jantung, asma atau kesulitan bernapas, bergantung pada lift untuk menaiki atau menuruni gedung. Dalam keadaan darurat mereka mungkin memiliki kesulitan dalam bergerak naik atau turun tangga ketika lift tidak dapat digunakan selama masa evakuasi. Kombinasi dari pengerahan tenaga fisik yang berlebih dalam evakuasi ditambah dengan rasa stres dan asap saat terjadinya kebakaran dapat menjadi masalah yang signifikan bagi orang-orang dengan keterbatasan fisik yang tak terlihat. LIFTS/ELEVATORS Penggunaan lift untuk evakuasi darurat tidak disarankan karena tenaga listrik yang tidak stabil dapat membuat lift terhenti dan mengakibatkan orang-orang terjebak dan juga lift dapat sewaktu-waktu terbuka dilantai yang penuh api, hal ini sangat berbahaya jika terjadi. Penggunaan lift evakuasi adalah pilihan terbaik untuk evakuasi secara vertikal bagi mereka yang memerlukan bantuan. Dalam bangunan di mana lift evakuasi tidak tersedia dan bangunan tidak dilengkapi dengan peralatan dan fasilitas yang tepat untuk mengevakuasi orang-orang dengan keterbatasan fisik, maka manajemen gedung perlu memberikan pertimbangan untuk membatasi akses bagi beberapa orang ke daerah-daerah dimana keamanan terjamin. Daerah itu akan ditempati oleh mereka yang membutuhkan bantuan untuk bergerak atau dipindahkan ke daerah yang aman, di mana mereka terlindungi oleh api sehingga mereka dapat menunggu penyelamatan oleh pemadam kebakaran. Orang-orang sering gelisah jika ditinggalkan disebuah gedung ketika orang lain telah berevakuasi.
2 TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN Ini adalah kesalahpahaman umum bahwa tanggung jawab manajemen berakhir saat telah memindahkan orang-orang dengan keterbatasan fisik di daerah aman dan menyerahkan sisa tanggung jawab kepada petugas pemadam kebakaran. Memang tidak diragukan lagi petugas pemadam kebakaran akan melakukan apapun yang diperlukan untuk menyelamatkan setiap nyawa, maka dari itu, akan lebih baik jika evakuasi orang-orang dengan keterbatasan fisik dilakukan sebelum petugas pemadam kebakaran tiba di tempat kejadian sehingga mereka dapat bebas berkonsentrasi pada aspek-aspek lain untuk mengatasi insiden tersebut. Ini adalah tanggung jawab pengelola gedung untuk melakukan segala upaya untuk menyelamatkan semua orang. Memastikan evakuasi yang aman, mandiri dan bermartabat dalam keadaan darurat adalah masalah yang kompleks. Diperlukan pertimbangan dalam berbagai faktor, termasuk kegunaan dan desain bangunan, pelatihan staff dan penyediaan peralatan dan fasilitas. Hal ini memerlukan pertimbangan kebutuhan setiap orang yang menggunakan bangunan, orang-orang dari berbagai usia dan ukuran dan juga orang-orang yang mempunyai keterbatasan fisik. Bagi mereka yang bertanggung jawab dalam bagian manajemen gedung dan evakuasi dalam keadaan darurat, harus mengembangkan rencana untuk memastikan bahwa setiap orang dapat dengan aman dan cepat, keluar dari gedung bangunan sebelum kedatangan pemadam kebakaran di lokasi kejadian. KURSI EVAKUASI / EVAC+CHAIR Saat pengguna kursi roda harus dievakuasi naik atau turun tangga, mengevakuasi dengan menggunakan kursi mereka sendiri tergolong tidak aman karena dapat mengakibatkan resiko yang fatal terhadap orang yang membantu dan juga pengguna kursi roda. Kursi evakuasi yang tersedia, secara komersial dirancang untuk memungkinkan para orang-orang dengan keterbatasan fisik, terutama mereka yang kesulitan untuk bergerak, dapat bergerak kebawah, dan dalam beberapa kasus, naik keatas tangga dari ruang bawah tanah. Kursi evakuasi digerakkan secara manual dan mengandalkan gaya gravitasi untuk memindahkan pengguna kebawah tangga. Kursi ini dapat digunakan saat situasi tidak aman untuk menggunakan lift dan juga saat keadaan lebih aman untuk menggunakan kursi evakuasi ketimbang jika meninggalkan orang-orang dengan keterbatasan fisik di tempat aman (refuge area). Kursi ini biasanya memerlukan satu atau dua orang untuk membantu kursi dan pengguna menuruni tangga. Kursi evakuasi dirancang untuk melipat ke dalam sehingga menjadi ukuran yang praktis, sehingga dapat dipasang di dinding atau didekat tangga. Kursi Evakuasi secara internasional diterima sebagai evakuasi di area tangga bagi orang-orang yang mengalami kesulitan meninggalkan gedung ketika lift sedang mengalami kerusakan, di bawah pemeliharaan, mati lampu atau dalam evakuasi darurat karena ancaman kebakaran dan teroris. Penggunaan sebuah kursi evakuasi akan membutuhkan perpindahan dari kursi roda pribadi mereka ke kursi evakuasi. Perpindahan ini dapat menjadi kesulitan bagi beberapa orang tertentu, tergantung pada kondisi fisik mereka, maka dari itu, sebagian dari mereka membutuhkan bantuan lebih agar dapat berganti ke kursi evakuasi. Sebuah papan transfer dapat membantu pengguna kursi roda untuk berpindah ke kursi evakuasi dengan aman. Pemasok kursi evakuasi akan memberikan pelatihan tentang cara beroperasi. Pelatihan ini perlu diberikan kepada sejumlah orang untuk memastikan tingkat tenaga kerja yang terlatih dalam setiap keadaan.
3 Beberapa perangkat evakuasi bertenaga baterai, dan dapat digunakan untuk membawa seseorang ke lantai atas, dari tingkat basement atau parkiran bawah tanah. Perangkat bertenaga juga dapat sangat berguna ketika berhadapan dengan orang yang lebih berat. Perangkat bertenaga baterai harus diisi baterainya secara teratur untuk memastikan perangkat tersebut siap tersedia untuk digunakan bila diperlukan. Perangkat evakuasi bertenaga baterai kadang-kadang dapat memperlambat orang lain yang meninggalkan gedung karena ukurannya yang lebih besar dari kursi evakuasi, tergantung pada lebar tangga. Ada berbagai macam model kursi evakuasi yang dirancang untuk mengatasi tantangan dalam evakuasi tangga. Semua kursi dirancang untuk memindahkan orang-orang dengan keterbatasan fisik menuruni tangga. Dalam beberapa model, kursi dapat digunakan untuk berpindah dari ruang bawah tanah, dan lainnya. Kursi evakuasi dapat bergerak di atas medan yang kasar selama masa evakuasi. YANG PERLU DICARI DI SEBUAH KURSI EVAKUASI 1. Mudah Untuk Diurai Persiapan pada kursi evakuasi untuk penggunaan operasional harus cepat dan sederhana. Seharusnya tidak ada mekanisme yang rumit yang akan menjebak jari operator saat mengoperasikan kursi evakuasi dan juga tidak membuat operator harus menyeimbangkan kursi evakuasi disaat sebelah tangannya melepaskan gesper atau tali ketika kursi ditempati. 2. Berat Yang Ringan Berat adalah factor utama, terutama ketika peralatan evakuasi terletak di berbagai bagian dalam bangunan dan harus di angkat atau diambil dari tempatnya untuk dibawa kepada orang-orang yang membutuhkan. Berat dalam rasio kekuatan produk merupakan bahan pertimbangan yang penting, terutama dengan kenaikan keseluruhan dari BMI (Body Mass Index) diseluruh populasi. 3. Penggunaan Yang Mudah Perangkat harus dirancang untuk memfasilitasi kemudahan untuk berpindah. PRM (Person of Reduced Mobility) mungkin memerlukan bantuan dan hal ini mengharuskan produk untuk stabil, terbuka pada kedua sisi dan memberikan keselamatan kepada penumpang setiap saat. Idealnya, ketika perpindahan dari kursi roda pribadi ke kursi evakuasi terjadi, baik kursi roda atau kursi evakuasi harus mempunyai tinggi yang sama dan harus mendapat dukungan dari operator untuk menstabilkan produk. 4. Ketangkasan Saat Mengendarai Berputar dalam bentuk lingkaran seharusnya menjadi hal yang mudah dan tidak ada tenaga ekstra yang harus dikeluarkan saat mengitari dataran dan sudut yang sulit. 5. Kecepatan Yang Sesuai Sebuah kursi evakuasi harus dapat mencocokkan dengan kemampuan operator. Evac+Chair dengan mudah dapat mencapai satu lantai dalam 15 detik, atau empat lantai dalam satu menit tanpa menghalangi tangga bagi pengguna lain. 6. Kecepatan Yang Terkontrol
4 Pada umumnya, kursi evakuasi bergantung pada mekanisme pengendali sabuk berputar melewati dua tangga atau lebih tanpa mengganggu pengguna tangga yang lain. Konsep ini pertama kali ditemukan oleh Mr David Egen yang merancang dan mendaftarkan Egen Polymatic v-belt sebagai perangkat penahan gesekan. Menggunakan koefisien didalam pergesekan, semakin besar bobot dari penumpang, semakin besar pergesekan itu sendiri. Pergesekan ini meningkat dengan menambahkan beban pada pegangan sang operator. Ketika mengevaluasi pembelian kursi evakuasi Anda, cobalah dahulu sebelum Anda membeli, dan waspadalah terhadap barang imitasi. Mereka mungkin terlihat sama jika dilihat dengan kasat mata, tetapi fungsi dapat bervariasi. Semua produk Evac+Chair yang asli memiliki tanda CE dan nomor barcode yang unik pada label anti rusak berwarna silver yang ditempelkan didalam skid. Barcode tersebut terdiri dari tanggal pasokan, nomor dari Customer Document dan juga kode produk. PERTIMBANGAN SAAT MENGGUNAKAN KURSI EVAKUASI Jika kursi evakuasi akan digunakan, hal-hal berikut harus diperhatikan: Melihat dahulu pada hambatan sepanjang rute evakuasi ke titik kumpul yang mungkin akan menghalangi jalan kursi evakuasi. Seperti, melarikan diri dari ruang bawah tanah, genangan kecil, pinggiran jalan dan juga langkah atau permukaan tanah yang kasar. Mendapatkan model kursi evakuasi yang tepat untuk bangunan tersebut (kesesuaian untuk tangga dan juga untuk mengatasi hambatan sepanjang rute evakuasi menuju ke titik kumpul); Pastikan kursi evakuasi dapat digunakan sebagai alat transportasi diluar gedung ke titik kumpul. Lokasi dan jumlah dari kurasi evakuasi yang diperlukan dapat berbeda-beda, tergantung dari jumlah orang yang diperkirakan akan memerlukan bantuan dan faktor-faktor lain seperti kepadatan distribusi orang di setiap lantai dan seluruh gedung. Disarankan untuk menyediakan minimal satu Evac+Chair dalam setiap daerah perlindungan. Waktu yang dibutuhkan untuk berpindah dari kursi roda pribadi ke kursi evakuasi. Penerimaan penggunaan kursi evakuasi dalam latihan kebakaran; Kebutuhan untuk pelatihan perpindahan dan pengoperasian dari kursi evakuasi; Keengganan untuk menggunakan kursi evakuasi mungkin timbul dari kurangnya kepercayaan terhadap operator atau kursi evakuasi itu sendiri, bisa juga datang dari rasa kekhawatiran tentang memperparah suatu kondisi atau cedera. Kursi evakuasi tidak disesuaikan dengan kebutuh setiap individu, maka dari itu, akan timbul rasa ketidak nyamanan yang mungkin dialami selama masa evakuasi. Dalam kasus seperti itu, pengembangan PERSONAL EMERGENCY EVACUATION PLAN (PEEP) memberikan kesempatan untuk mendiskusikan dan mengevaluasi pilihan yang tersedia. Para pengelola gedung harus melalukan segala upaya untuk menanamkan rasa kepercayaan kepada orang-orang dengan keterbatasan fisik bahwa operator yang mengoperasikan kursi evakuasi telah sepenuhnya terlatih dengan kemampuan yang terjamin. PELATIHAN STAF Kehadiran staff yang terlatih untuk membantu evakuasi dari bangunan dapat menambahkan tingkat keselamatan dan juga mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk evakuasi. Campur tangan petugas dapat memberikan dampak yang besar dalam situasi dimana pengunjung tidak familiar dengan lokasi bangunan, di mana orang memiliki keterbatasan untuk bergerak atau ketika orang yang terlibat dalam kegiatan sangat berkomitmen.
5 Campur tangan petugas yang efektif dapat mengurangi respon dan waktu pengenalan untuk para orangorang dengan keterbatasan fisik sehingga dapat memungkinkan staff untuk membantu mereka dengan aman. Didalam beberapa situasi, campur tangan petugas adalah hal yang benar-benar penting, misalnya saat orang yang menggunakan kursi roda memerlukan bantuan untuk menuruni tangga untuk mendapatkan keselamatan. Staff juga dapat dilatih dalam penggunaan kursi evakuasi, pertolongan pertama dan peralatan pemadam kebakaran. Namun, hanya personel yang mempunyai keinginan dan berkompeten yang didorong untuk menghadiri pelatihan khusus. Sebuah aspek penting dari pelatihan staf adalah untuk memastikan bahwa ada orang-orang yang cukup terlatih untuk diberikan materi pembelajaran. Ini berarti bahwa jumlah staff harus mencukupi untuk menutupi masalah seperti absen karena liburan atau sakit, penggunaan gedung diluar jam kerja, dan juga jika ada tingkat hunian yang melebihi batas normal. Kadang-kadang, dimungkinkan adanya jumlah yang tinggi dari orang-orang yang mempunyai keterbatasan fisik dalam kurun waktu yang sama. Dalam keadaan seperti itu, jumlah dari staff terlatih yang tersedia sangatlah penting. Sebuah keharusan dalam pelatihan staff untuk memberikan istirahat secara berkala dan juga menerapkan sistem untuk memastikan staff turnover tidak menciptakan kekurangan pada jumlah staff. Latihan Evakuasi Kode keamanan kebakaran merekomendasikan bahwa rencana evakuasi darurat dan prosedur evakuasi diuji coba dua kali dalam setahun dan latihan evakuasi penuh dilakukan sekali setiap tahun. Pengujian prosedur dan latihan evakuasi sangat berguna untuk beberapa hal, untuk menunjukan bahwa rencana evakuasi darurat masih berlaku, memberikan penyesuaian dalam prosedur, memastikan staff mengetahui langkah-langkah yang harus diambil dan juga memberikan staff kesempatan untuk berlatih. Pengujian prosdeur dan latihan sangat penting dalam mencerminkan evakuasi yang sebenarnya. Latihan ini dapat dilengkapi dengan memberikan peran kepada orang-orang dengan keterbatasan fisik dalam latihan. Manfaat maksimal yang dapat dicapai dari pengujian dan latihan adalah mendapatkan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meninjau prosedur dan recana evakuasi. Latihan evakuasi dapat dilakukan dengan pemberitahuan atau tanpa pemberitahuan, dan lebih baik jika keduanya dilakukan. Latihan evakuasi yang diumumkan berguna untuk pelatihan, tetapi latihan tanpa permberitahuan terlebih dahulu akan menambah efektivitas dari prosedur yang diuji. Harus diingat bahwan latihan tidak selalu dengan akurat mencerminkan situasi yang dapat timbul dalam keadaan darurat yang nyata, seperti adanya asap, api dan juga orang-orang yang terluka. Tunjangan perlu dibuat dalam rencana darurat untuk keadaan ini. Sangatlah penting bahwa catatan latihan disimpan secara akurat untuk mematuhi undang-undang kesehatan dan keselamatan untuk memastikan prosedur yang diperlukan telah diberlakukan. KESIMPULAN Sebagian besar dari Workplace Safety and Health (Risk Management) mengharuskan para pengelola gedung untuk miliki tanggung jawab untuk melakukan pertimbangan resiko dalam keselamatan dan kesehatan setiap orang, termasuk orang-orang yang mempunyai keterbatasan fisik. Pengelola gedung diwajibkan oleh hukum untuk melengkapi langkah-langkah pencegahan bencana khusus dan juga bantuan evakuasi bagi orang-orang dengan keterbatasan fisik. Kebanyakan bangunan dengan akses pengguna kursi roda wajib memiliki fitur keselamatan kebakaran yang tepat dan strategi perencanaan evakuasi untuk membantu para pekerja dengan kemampuan fisik yang kurang dalam keadaan darurat.
6 Persyaratan keselamatan kebakaran untuk evakuasi orang-orang dengan keterbatasan fisik akan memerlukan pemilik gedung untuk memindahkan mereka ke tempat aman Holding Point/Refuge Area, setelah itu, menggunakan lift evakuasi untuk memindahkan mereka ke tempat yang aman. Didalam bangunan dimana lift evakuasi tidak tersedia dan bangunan tidak dilengkapi dengan kursi evakuasi, pengelola gedung harus memindahkan orang-orang yang memerlukan bantuan ke area yang lebih aman, jauh dari jangkauan api, dan disana mereka harus menunggu kedatangan pemadam kebakaran. Orangorang sering merasa gelisah ketika tertinggal didalam gedung dimana orang lain telah meninggalkan gedung. Artikel disumbangkan oleh PT Elje Perdana ( : ) Untuk informasi lebih lanjut tentang kursi evakuasi, silahkan kunjungi kami: (dalam bahasa Indonesia), (dalam bahasa inggris)
JALAN KELUAR DAN EVAKUASI YANG AMAN UNTUK ORANG DENGAN KETERBATASAN FISIK
JALAN KELUAR DAN EVAKUASI YANG AMAN UNTUK ORANG DENGAN KETERBATASAN FISIK TANGGUNG JAWAB PENGELOLAAN GEDUNG Untuk berusaha semaksimal mendapatkan semua orang ke tempat yang aman di dalam terjadi keadaan
Lebih terperinciPROSEDUR KEADAAN DARURAT
PROSEDUR KEADAAN DARURAT Sustainability Engineering Design Biogas Power Compressed Renewable Methane Kenali Prosedur Keadaan Darurat Kita Marilah Kita pulang dari tempat kerja tanpa cedera atau sakit.
Lebih terperinciEMERGENCY PLANING AND EVACUATION LANGKAH-LANGKAH DALAM MENGHADAPI BAHAYA KEBAKARAN
Materi 8 EMERGENCY PLANING AND EVACUATION LANGKAH-LANGKAH DALAM MENGHADAPI BAHAYA KEBAKARAN Oleh : Agus Triyono, M.Kes 1. Mengatur Rencana Evakuasi Penilaian tata letak ruang (lay out) dari bangunan. Mengatasi
Lebih terperincikondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang memadai. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini telah melakukan evaluasi terhadap kondisi jalur evakuasi darurat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Persiapan Tahap persiapan merupakan tahap kegiatan sebelum memulai pengumpulan data dan pengolahannya. Tahap ini meliputi: 1. Survei pendahuluan lokasi untuk mendapatkan gambaran
Lebih terperinciPERSYARATAN BANGUNAN UNTUK PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN
Materi 7 PERSYARATAN BANGUNAN UNTUK PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN Oleh : Agus Triyono, M.Kes PENGANTAR Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan bangunan untuk penanggulangan bahaya kebakaran
Lebih terperinciPROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)
PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK) KEADAAN DARURAT Keadaan darutat adalah situasi atau kondisi atau kejadian yang tidak normal o Terjadi tiba tiba o Menggangu kegiatan
Lebih terperinciSTANDARD OPERATING PROCHEDURE (SOP) KEDARURATAN DI TEKNIK KELAUTAN ITB
STANDARD OPERATING PROCHEDURE (SOP) KEDARURATAN DI TEKNIK KELAUTAN ITB Berlandasakan pada Surat Keputusan Kepala UPT Keamanan, Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung Nomor
Lebih terperinciAKSISIBILITAS LINGKUNGAN FISIK BAGI PENYANDANG CACAT
AKSISIBILITAS LINGKUNGAN FISIK BAGI PENYANDANG CACAT Upaya Menciptakan Fasilitas Umum Dan Lingkungan Yang Aksesibel demi Kesamaan Kesempatan bagi Penyandang Cacat untuk Hidup Mandiri dan Bermasyarakat
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinci1. Anda saat ini sedang berada dilantai 2 puskesmas Bogor Timur 2. Di gedung ini ada beberapa pintu, pintu keluar adalah disebelah kiri
Contoh 1 : SAFETY BRIEFING Assalamualaikum wr wb 1. Anda saat ini sedang berada dilantai 2 puskesmas Bogor Timur 2. Di gedung ini ada beberapa pintu, pintu keluar adalah disebelah kiri bapak dan ibu 3.
Lebih terperinci128 Universitas Indonesia
BAB 8 PENUTUP 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap audit keselamatan kebakaran di gedung PT. X Jakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bangunan gedung
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN. (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit)
Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit) Pertanyaan : 1. Apakah RSUP H Adam Malik mempunyai
Lebih terperinciPenggunaan APAR dan Kedaruratan
Penggunaan APAR dan Kedaruratan II. 7 Kode Darurat per 2012 Code Blue (Kegawatdaruratan Medis) Code Red (Kebakaran) Code Grey (Gangguan Keamanan) Code Pink (Penculikan Bayi) Code Purple (Evakuasi) Code
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN OBJEK
18 BAB II TINJAUAN OBJEK 2.1. Tinjauan Umum Stasiun Kereta Api Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 dan 43 Tahun 2011, perkeretaapian terdiri dari sarana dan prasarana, sumber daya manusia, norma,
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 1. Egress System merupakan sistem evakuasi diri yang pada kajian ini dikhususkan mengenai sistem evakuasi terhadap bahaya kebakaran dengan objek studi Melinda Hospital.
Lebih terperinciDAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Audit Keselamatan Kebakaran Gedung PT. X Jakarta Tahun 2009 DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA Data Umum Gedung a. Nama bangunan : b. Alamat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
Lebih terperinciLANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II
LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II Ada banyak hal yang termasuk kategori pelanggaran lalu lintas yang diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009. Dan sudah seharusnya masyarakat mengetahui jenis
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai
digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai penerapan emergency preparedness & response yang dapat penulis bahas sebagai berikut : A. Emergency
Lebih terperinciINFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT
INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT Kecelakaan kerja di Indonesia telah menghabiskan uang negara sebesar 280 triliun rupiah (Kemenkes RI 2014). Dalam rangka memberikan
Lebih terperinciTerdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:
Parkir adalah suatu kondisi kendaraan yang berhenti atau tidak bergerak pada tempat tertentu yang telah ditentukan dan bersifat sementara, serta tidak digunakan untuk kepentingan menurunkan penumpang/orang
Lebih terperinciDISABILITAS DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA
DISABILITAS DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA OLEH : ICUN SULHADI, S.PD (PPDI KOTA PADANG) A. PENGANTAR DISABILITAS DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA APA ITU DISABILITAS? Penyandang
Lebih terperinciSecara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban
HOUSEKEEPING Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban Penerapan housekeeping yang baik dapat mendukung terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman. Housekeeping
Lebih terperinciPage 1 of 14 Penjelasan >> PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan peranan penting bagi keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan, karena manusia merupakan aset hidup yang perlu dipelihara
Lebih terperinciPEMBUATAN SOFTWARE SIMULASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DI PT. INDONESIA MARINA SHIPYARD DENGAN MEMANFAATKAN TEKNOLOGI INFORMASI ARENA 5
PEMBUATAN SOFTWARE SIMULASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DI PT. INDONESIA MARINA SHIPYARD DENGAN MEMANFAATKAN TEKNOLOGI INFORMASI ARENA 5 ASEP MOCHAMAD ZULPIKAR 6506040053 LATAR BELAKANG Skenario tanggap darurat
Lebih terperinciPROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN
PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN RUMAH SAKIT HARAPAN JL. SENOPATI NO 11 MAGELANG 2016 KERANGKA ACUAN PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN PENDAHULUAN Rumah Sakit sebagai salah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Terminal Morlok E.K (1988) menyatakan bahwa terminal merupakan lokasi atau tempat bagi para penumpang dan barang yang masuk atau keluar dari suatu sistem yang merupakan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI
IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI Azham Umar Abidin 1, Fahmi R. Putranto 2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Departemen
Lebih terperinciKaryawan organissi taman hiburan adalah public face (orang yang berhadapan. penting bagi karyawan untuk sepenuhny memahami S.O.P
1 4.1.4 S.O.P Wisata Batu Night Spectacular (BNS) Pedoman yang ditunjukkan dalam S.O.P ini akan membantu dalam pelaksanaan fungsi-fungsi tempat kerja dalam cara yang professional dan aman. Karyawan organissi
Lebih terperinciTUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO
TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO 6506 040 032 Latar Belakang PT. Philips Indonesia merupakan pabrik lampu yang dalam proses
Lebih terperinciTabel 5.14 Distribusi Frekuensi Tentang Perberdaan pengetahuan Responden Mengenai Emergency Preparedness Berdasarkan Masa Kerja...
Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Tentang Perberdaan pengetahuan Responden Mengenai Emergency Preparedness Berdasarkan Masa Kerja... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecepatan perubahan skala dan perkembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua manusia itu membutuhkan fasilitas-fasilitas penunjang yang dapat dijadikan sandaran hidup. Area public yang diharuskan dapat membuat seluruh manusia nyaman
Lebih terperinciPranata Pembangunan Pertemuan 1 Pentingnya Tangga kebakaran. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.
Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pentingnya Tangga kebakaran Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars. Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa dapat mengkritisi issue issue yang terkait dengan
Lebih terperinciPage 1 of 5 KODE ETIK AKSES JIS
Page 1 of 5 KODE ETIK AKSES JIS Kode etik akses JIS sudah sesuai untuk semua orang yang mendapat hak istimewa untuk memasuki kampus. Jika tidak bisa memenuhi kriteria yang ada dapat mengakibatkan dibatasi
Lebih terperinciPANDUAN MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK)
PANDUAN MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) BAB I PENGERTIAN Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) adalah suatu kegiatan perencanaan, pendidikan, dan pemantauan terhadap keselamatan dan keamanan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Menurut Direktur Jendral Darat (1998), keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara, sedang berhenti adalah keadaan tidak bergerak suatu
Lebih terperinciProsedur Penanggulangan Darurat Kebakaran dan Bencana Alam
Kebakaran dan bencana alam yang terjadi setiap saat dapat menimbulkan terganggunya kelancaran produktifitas, kerusakan peralatan, lingkungan tempat kerja serta dampak negatif lainnya yang mungkin diderita
Lebih terperinciDisaster Management. Transkrip Minggu 4: Tindakan Pertolongan Pertama dan Penyelamatan Korban Bencana
Disaster Management Transkrip Minggu 4: Tindakan Pertolongan Pertama dan Penyelamatan Korban Bencana Video 1: Pertolongan Pertama Pada Korban Bencana Video 2: Bantuan Hidup Dasar Video 3: Penyelamatan
Lebih terperinciCHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana
126 Lampiran 1 CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT A. Komando dan Kontrol 1. Mengaktifkan kelompok komando insiden rumah sakit. 2. Menentukan pusat komando rumah sakit. 3. Menunjuk penanggungjawab manajemen
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisa yang dilakukan, terdapat beberapa variabel aksesibilitas dan penataan ruang berdasarkan sistem terapi yang perlu diperhatikan
Lebih terperinciKata Pengantar. Daftar Isi
Kata Pengantar Daftar Isi Oiltanking berkomitmen untuk menjalankan semua kegiatan usaha dengan cara yang aman dan efisien. Tujuan kami adalah untuk mencegah semua kecelakaan, cidera dan penyakit akibat
Lebih terperinciUndang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan
Lebih terperinciCRITICAL CARE UNIT. Berfikir kritis bagaimana tanda-tanda shock yang selalu kita hadapi dalam kegawatdaruratan medis di Unit Gawat Darurat
CRITICAL CARE UNIT Berfikir kritis bagaimana tanda-tanda shock yang selalu kita hadapi dalam kegawatdaruratan medis di Unit Gawat Darurat Rabu, 16 Februari 2011 PROSEDUR TETAP MENGOPERASIKAN AMBULANS GAWAT
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Obyek Penelitian
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hotel UNY yang beralamat di Jl Karangmalang Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta. Lokasi Hotel UNY dapat dikatakan sangat strategis
Lebih terperinciSTANDAR USAHA TAMAN REKREASI. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. PRODUK A. Tempat dan Ruang
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 NOMOR 2014 TENTANG STANDAR USAHA TAMAN REKREASI STANDAR USAHA TAMAN REKREASI I. PRODUK A. Tempat dan Ruang B. Fasilitas
Lebih terperinciBAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour
BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik di Malang memiliki dasar konsep dari beberapa penggambaran atau abstraksi yang terdapat pada
Lebih terperincisambil berjalan tulisan jalur evakuasi dan tangga evakuasinya Suatu hari, saat proses perkuliahan berlangsung di gedung FKIK
Tema : Simulasi pengarahan jalur evakuasi jika terjadi keadaan darurat (kebakaran) Judul : Safety Emergency FKIK Produser : Nova Elyanti Sutradara : Ofin Andina Camera : Alviral Muhamad Audio : Widyanfri
Lebih terperinciTanggung Jawab Dasar Pengemudi
Tanggung Jawab Dasar Pengemudi Panduan ini menerangkan kondisi utama yang harus dipenuhi oleh pengemudi yang akan mengoperasikan kendaraan PMI (baik pengemudi yang merupakan karyawan PMI atau pun pegawai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Transportasi Transportasi diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat yang lain, di mana
Lebih terperinciINSTRUMEN OBSERVASI PENILAIAN FUNGSI KESEIMBANGAN (SKALA KESEIMBANGAN BERG) Deskripsi Tes Skor (0-4) 1. Berdiri dari posisi duduk
INSTRUMEN OBSERVASI PENILAIAN FUNGSI KESEIMBANGAN (SKALA KESEIMBANGAN BERG) Deskripsi Tes Skor (0-4) 1. Berdiri dari posisi duduk 2. Berdiri tanpa bantuan 3. Duduk tanpa bersandar dengan kaki bertumpu
Lebih terperinciBAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)
BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diikuti dengan resiko pekerjaan yang tinggi. Resiko kerja yang tinggi disebabkan karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, masalah keselamatan kerja merupakan faktor penting yang harus menjadi perhatian semua pihak. Keberhasilan dalam melaksanakan
Lebih terperinciLampiran 1 DENAH INSTALASI ICU. Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1 DENAH INSTALASI ICU Lampiran 2 PEDOMAN WAWANCARA DENGAN KEPALA INSTALASI SARANA DAN PRASARANA ANALISIS SISTEM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI FASILITAS INTENSIVE CARE UNIT(ICU)RSUP
Lebih terperinci- Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko - Mencegah kecelakaan dan cidera, dan - Memelihara kondisi aman
PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Kebakaran merupakan hal yang sangat tidak diinginkan, tidak mengenal waktu, tempat atau siapapun yang menjadi korbannya. Masalah kebakaran di sana-sini masih banyak terjadi.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa bencana kebakaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pengembangan wilayah. Sistem transportasi yang ada
BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Tranportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian masyarakat dan pengembangan wilayah.
Lebih terperinciBAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
STUDI PENGARUH TATA RUANG TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN DI MALIOBORO MALL, GALERIA MALL DAN AMBARRUKMO PLAZA, YOGYAKARTA 2014 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
Lebih terperinciSISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I
Pertemuan ke-12 Materi Perkuliahan : Sistem penanggulangan bahaya kebakaran 1 (Sistem deteksi kebakaran, fire alarm, fire escape) SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa kebakaran merupakan bencana yang tidak diinginkan yang dapat terjadi di mana saja, kapan saja dan kerap terjadi di hampir setiap wilayah Indonesia. Di Daerah
Lebih terperinciPENERAPAN EMERGENCY RESPONSE PLAN PADA GEDUNG PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN PROYEK PT. TATA. Oleh: Inggi Irawan ( )
PENERAPAN EMERGENCY RESPONSE PLAN PADA GEDUNG PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN PROYEK PT. TATA Oleh: Inggi Irawan (6505 040 0) Latar Belakang TATA adalah suatu perusahaan yang bertindak di bidang konstruksi.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Parkir Kata parkir berasal dari kata park yang berarti taman. Menurut kamus bahasa Indonesia, parkir diartikan sebagai tempat menyimpan. (Menurut Hobbs 1995, dalam Cahyono
Lebih terperinciCONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi
CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi KEBIJAKAN K3 Konstruksi VISI PERUSAHAAN MENJADI BADAN USAHA TERKEMUKA DIBIDANG KONSTRUKSI, yang mengandung arti Menduduki posisi 3 besar dalam pencapaian
Lebih terperinciBAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk
BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan V.1.1. Luas Total Perancangan Total luas bangunan adalah 6400 m 2 Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan
Lebih terperinciPELATIHAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
LS-13 = Pranata Pembangunan PELATIHAN SUPERVISOR PEKERJAAN LANSEKAP/PERTAMANAN (LANDSCAPE SUPERVISOR) 2005 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI
Lebih terperinciBAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Fasilitas Fisik saat ini yang ada pada ruangan motion capture adalah: Meja komputer Kursi komputer Pintu ruangan Kondisi fasilitas fisik yang tidak ergonomis
Lebih terperinciDaftar Periksa Pembinaan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Usaha Kecil dan Menengah dengan Metoda Pelatihan Partisipasi Aktif
Daftar Periksa Pembinaan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Usaha Kecil dan Menengah dengan Metoda Pelatihan Partisipasi Aktif Working Improvement in Small Medium Enterprise (WISE) by PAOT
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dunia ini tidak semua manusia menjalani kehidupan yang diberikan oleh Tuhan dengan kondisi fisik yang normal. Berdasarkan kondisi fisik, manusia dapat digolongkan
Lebih terperinciManual Prosedur Safety Health
Manual Prosedur Safety Health Unit Jaminan Mutu Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang 2016 Manual Prosedur Safety Health Unit Jaminan Mutu Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran merupakan bencana yang dapat disebabkan oleh faktor manusia, faktor teknis maupun faktor alam yang tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya. Kebakaran disebabkan
Lebih terperinciBAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI
BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI Tenaga kerja, material dan perawatan adalah bagian dari industri yang membutuhkan biaya cukup besar. Setiap mesin akan membutuhkan perawatan dan perbaikan meskipun telah dirancang
Lebih terperinciPENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI
PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
Lebih terperinciEVALUASI DESAIN JALUR EVAKUASI PENGGUNA BANGUNAN DALAM KONDISI DARURAT PADA BANGUNAN APARTEMEN X
Jurnal Reka Karsa Jurusan Teknik Arsitektur Itenas Jurnal Online Institut Teknologi Nasional [Februari 2016] EVALUASI DESAIN JALUR EVAKUASI PENGGUNA BANGUNAN DALAM KONDISI DARURAT PADA BANGUNAN APARTEMEN
Lebih terperinciSTANDAR USAHA ANGKUTAN JALAN WISATA. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. I PRODUK A. Mobil Bus Wisata
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA ANGKUTAN JALAN WISATA STANDAR USAHA ANGKUTAN JALAN WISATA I. I PRODUK A. Mobil Bus.
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah
BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari seluruh kegiatan proses produksi.
Lebih terperinciWorking Improvement In Small and Medium Construction (WISCON) by PAOT (Participatory Action Oriented Training)
Daftar Periksa Pembinaan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi Kecil dan Menengah dengan Metode Pelatihan Partisipasi Aktif Working Improvement In Small and Medium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 3 1.3
Lebih terperinciBAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Setelah dilakukan analisis terhadap fasilitas fisik dan lingkungan fisik yang terdapat pada Laboratorium 1 IT, Laboratorium 2 IT, dan Laboratorium 3 IT, ternyata
Lebih terperinciMATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN BENAR NO. KODE : INA.5230.223.23.01.07
Lebih terperinciKOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI
FINAL KNKT-12-05-05-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MOBIL BUS PO YANTI GROUP BA-3653-L TERBAKAR DI NAGARI HULU AIA
Lebih terperinciKata Sambutan Peluncuran situs grahaniaga.co.id Latihan Kebakaran Sosialisasi Panduan Darurat Gempa Bumi K3 Listrik Smoking Room
Kata Sambutan Peluncuran situs grahaniaga.co.id Latihan Kebakaran Sosialisasi Panduan Darurat Gempa Bumi K3 Listrik Smoking Room e-bulletin edisi V 2010 Kata Sambutan Salam Hangat, Dalam kesempatan ini
Lebih terperinciTujuan penggunaan ambulance
pengertian Ambulance adalah kendaraan yang dirancang khusus untuk mengevakuasi/mengangkut orang sakit atau terluka untuk mendapatkan fasilitas medis. Biasanya ambulance adalah kendaraan bermotor. Tujuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Istilah dan Definisi 2.1.1 Bangunan Gedung Wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lalu Lintas Lalu lintas dan angkutan jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas lalu lintas, angkutan jalan, jaringan lalu lintas, prasarana lalu lintas, kendaraan,
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Instalasi Gawat Darurat RSUD.R.Syamsudin, SH dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Pada saat ini,
Lebih terperinciBAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki
BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) merupakan ilmu yang diimplementasikan untuk membuat pekerja yang sedang bekerja di tempat kerja agar tetap sehat dan selamat. Menurut
Lebih terperinciBAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin membuat penulisan ini kurang sempurna, diantaranya yaitu : 1. Penelitian
Lebih terperinciKetika MRT Urai Kemacetan Jakarta
Ketika MRT Urai Kemacetan Jakarta Macet adalah keadaan yang hampir setiap saat dialami masyarakat Jakarta. Sebelumnya, macet hanya dialami, saat jam berangkat kantor atau jam pulang kantor. Namun kini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terjangkau, hal yang terpenting adalah keselamatan, keamanan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia penerbangan tidak hanya bertumpu untuk melayani para penumpang pesawat agar dapat tiba di tempat tujuan dengan cepat dan efisien dengan harga yang terjangkau,
Lebih terperinciPT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI
PROSEDUR NO DOKUMEN : P-AAA-HSE-11 STATUS DOKUMEN : MASTER COPY NO : NOMOR REVISI : 00 TANGGAL EFEKTIF : 01 JULI 2013 DIBUAT OLEH : DIPERIKSA OLEH : DISETUJUI OLEH : HSE MANAJEMEN REPRESENTATIF DIREKTUR
Lebih terperinciBAB VI KONSEP RANCANGAN
BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas
Lebih terperinciBAB VI DATA DAN ANALISIS
BAB VI DATA DAN ANALISIS 4.1 Analisa Kawasan Pemilihan tapak dikawasan Cicadas tidak lepas dari fakta bahwa Kawasan Cicadas termasuk kedalam salah satu kawasan terpadat didunia dimana jumlah penduduk mencapai
Lebih terperinci#7 PENGELOLAAN OPERASI K3
#7 PENGELOLAAN OPERASI K3 Dalam pengelolaan operasi manajemen K3, terdapat beberapa persyaratan yang dapat dijadikan suatu rujukan, yaitu: 1. OHSAS 18001 2. Permenaker 05/MEN/1996 Persyaratan OHSAS 18001
Lebih terperinciKONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 LAMPIRAN BAB 1 ISTILAH DAN DEFINISI
KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 LAMPIRAN BAB 1 ISTILAH DAN DEFINISI 1.1 "Wajib" digunakan dalam Lampiran untuk menunjukkan suatu ketentuan, penerapan yang seragam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar Tradisional dan keramaian pembeli serta pedagang didalamnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar Tradisional dan keramaian pembeli serta pedagang didalamnya merupakan dua hal yang kerap dijumpai, Di Indonesia Pasar tradisional telah mempunyai tempat tersendiri
Lebih terperinci