UJI METODE PENGENDALIAN PANAS TERMAL DENGAN ISOLASI PANAS DI PERMUKAAN BETON PADA PEMBETONAN PONDASI BETON MASSIP GEDUNG APARTEMEN HYAAT
|
|
- Handoko Tedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 UJI METODE PENGENDALIAN PANAS TERMAL DENGAN ISOLASI PANAS DI PERMUKAAN BETON PADA PEMBETONAN PONDASI BETON MASSIP GEDUNG APARTEMEN HYAAT Darmankatni.S Dosen Diploma Teknik Sipil FTSP-ITS ABSTRAK Pengendalian panas termal pada pelaksanaan pengecoran beton massip untuk kontruksi beton seperti poer pondasi bangunan, pada umumnya dilaksanakan dengan metode pengecoran dengan system pendinginan buatan dan untuk tubuh bendung beton dengan sistem papan catur. Kedua metode tersebut mempunyai kendala dari faktor biaya pendinginan beton dengan Water Chiller dan waktu pelaksanaan yang lebih lama,sehing ga kedua metode tersebut tidak dapat dilaksanakan untuk pekerjaan dengan lokasi proyek terbatas dan yang memerlukan waktu pelak sanaan yang relatif singkat. Untuk mengatasi masalah tersebut, dicoba suatu metode alternatif pengendalian panas termal dengan memasang isolasi panas pada permukaaan atas beton dengan lembaran plastik yang diatasnya diurug pasir kering, dan semua permukaan dilindungi dengan tenda untuk menghidari sinar matahari, dan untuk memantau perkembangan suhu selama proses hidrasi beton dipasang alat pengukur suhu (Electronic Thermometer) pada sembilan titik pengamatan didalam beton. Dengan mengevaluasi perbedaan suhu pada grafik hubungan suhu yang terjadi pada titik pengamatan dan waktu proses pendinginan beton selama 8 hari, dihasilkan perbedaan suhu pada bagian top, middle dan bottom dititk A,B,C,D,E,F,G,H,dan I rata-rata dibawah perbedaan suhu yang diijinkan yaitu C sebagai persyaratan beton tidak mengalami crack akibat perbedaan suhu yang tinggi, sehingga metode tersebut layak dipakai sebagai acuan untuk melaksanakan pengecoran beton massip. 1. PENDAHULUAN Untuk berbagai kontruksi yang menggunakan beton berukuran besar dan massip, selama proses pengerasan beton akan mengalami kenaikan suhu yang ditimbulkan oleh pelepasan panas pada saat semen Portlant mengalami proses hidrasi. Makin tinggi jumlah dan kadar semen dalam beton akan makin besar jumlah kalori yang dilepaskan. Panas yang dilepaskan oleh proses hidrasi semen akan menaikkan suhu beton sampai 85 C pada bagian dalam beton massip, sehingga akanterjadi perbedaan suhu yang cukup besar dengan bagian luar permukaan beton. Keadaan ini bila tidak dikendalikan akan menyebabkan terjadinya retakan-retakan pada permukaan beton yang dapat berlanjut kepada retakan didalam beton sehingga dapat mengurangi kemampuan konstruksi beton massip. Ada (dua) metode pengendalian panas termal yang pernah dilaksanakan di Indonesia yaitu dengan metode pendinginan buatan dengan sistem pipa beraliran air dingin yang dipasang didalam beton, dan metode pengecoran sistem papan catur dengan pengecoran berlapis. Untuk metode pendinginan buatan terdapat kendala masalah biaya pendinginan dengan Water Chiller dan pelaksanaan pengecoran pada malam hari, sedangkan untuk metode papan catur kendalanya adalah waktu pelaksanan pengecoran memerlukan waktu yang lebih lama.dari kendala tersebut dicoba suatu alternatif metode pengendalian panas termal dengan memasang isolasi panas di permukaan atas beton dengan lembaran plastik yang diatasnya diurug pasir kering setebal 5 cm, dan semua permukaan beton dilindungi terhadap panas matahari dengan tenda, pada pelaksanaan pengecoran beton massip pondasi gedung Apartemen Hyaat Regency Surabaya. Penelitian ini ditujukan ISBN No B-147
2 Darmankatni.S untuk mengetahui apakah dengan metode pengedalian panas termal dengan isolasi panas pada permukaan beton memenuhi syarat untuk mengendalikan tegangan termal akibat perbedaan suhu..tinjauan PUSTAKA.1.Sifat Thermal Betton Massip Yang membedakan proses pengeringan beton massa dengan beton struktural lainnya adalah sifat termalnya. Apabila Portland Cement bereaksi dengan air, maka terjadilah proses hidrasi dan dalam proses ini dilepaskan panas yang disebut panas hidrasi. Didalam beton massa panas hidrasi tidak mudah terlepas keluar sehingga suhu beton menjadi tinggi. Sehubungan dengan ukuran beton massip besar dan tebal, massa beton memerlukan waktu yang lama sekali untuk menjadi dingin tergantung pada tebalnya beton massip. Perbedaan suhu yang besar (lebih dari C), dapat menimbulkan tegangan termal didalam beton yang berlanjut dengan terjadinya retak termal. Permukaan beton yang berhubungan dengan udara luar mengalami pendinginan akan menyusut (kontraksi) dan susut ini tertahan oleh beton bagian dalam yang masih panas sehingga terjadi retak dipermukaan. T.A. HORISON dalam EARLY AGE THERMAL CRACK CONTROL IN CONCRETE 1981, menyatakan bahwa untuk beton memakai agregat batuan silika, membatasi perbedaan temperatur sampai C cukup untuk mencegah retakan. Faktor-faktor yang berpengaruh atas meningkatnya suhu beton antara lain : Jenis cement, PC type I mempunyai panas hidrasi yang tinggi dibandingkan dengan PC type IV dan V. Jumlah/kadar PC dalam beton, makin besar kadar PC makin besar jumlah panas hidrasi yang dikeluarkan. PC type I akan menghasilkan kenaikan suhu sebesar ± 1 C untuk setiap kg semen dalam beton. Suhu beton pada waktu pengecoran, Di Indonesia suhu udara rata-rata ± 7 C - 34 C dan suhu bahan untuk pembuatan beton (semen,agregat dan air) akan berada disekitar suhu tersebut. Apabila suhu beton pada saat pengecoran sudah tinggi, maka kenaikan suhu beton akan cepat dan suhu tertinggi yang dicapai menjadi tinggi pula. Agar suhu beton dapat diperendah perlu dilakukan pendinginan terlebih dahulu dari semen,agregat dan air. Penggunaan bahan tambahan (admixture), bahan tambahan jenis standar dapat menghambat hidrasi semen, sehingga menghambat pelepasan panas. Bahan tambah jenis water reducer atau superplasticizer dapa mengurangi kadar air beton. Untuk workability dan kekuatan yang sama dengan tanpa bahan tambah, dapat dikurangi bahan kadar semen dalam beton, sehingga panas hidrasipun berkurang. Jenis bahan cetakan/formwork dan isolasi, formwork yang mempuyai nilai isolasasi tinggi akan memakan panas dalam beton, shingga dapat memberikan kenaikan suhu beton yang tinggi pula. Tebal beton, beton adalah konduktor panas yang lemah sehingga lambat melepas panas. Makin tebal beton makin tingi terjadinya kenaikan temperatur pada waktu awal dan selanjutnya kenaikannya rendah... Panas Hidrasi Cement Portland Panas hidrasi yang dihasilkan dalam jangka waktu tertentu sangat dipengaruhi oleh temperatur pada waktu berlangsung hidrasi. Sebagai contoh, panas hidrasi yang dihasilkan oleh PC type I setelah 7 jam seperti tabel 1 berikut : Temperatur Panas Hidrasi C Joule/gram Kalori/gram Sumber : P.T Semen Gresik.3. Metode pengendalian panas termal 1. Metode dengan pendinginan buatan. Metode ini dilaksanakan dengan memasang pipa-pipa didalam beton yang tebal dan dilakukan pendinginan buatan dengan sistem pipa beraliran air dingin. Pendinginan juga diberikan pada campuran beton dengan campuran air pengaduk dengan batu es dan pengecoran dilakukan pada malam hari, untuk menjamin ISBN No B-148
3 Uji Metode Pengendalian Panas Termal Dengan Isolasi Panas Di Permukaan Beton Pada Pembetonan Pondasi Beton Massip Gedung Apartemen Hyaat beton pada waktu dicor suhunya rendah. Metode ini pernah dilaksankan pada pondasi massa gedung tower Bank Dagang Negara Thamrin Jakarta. CHILER PERMUKAANBETON Gambar Metode Pengendalian Panas Thermal Dengan Pengecoran Sistem Papan Gambar 1 Metode Pengendalian Panas Thermal Dengan Pendinginan Buatan. Metode dengan pengecoran sistem papan catur dan pengecoran dilakukan secara berlapis, pada proyek P.L.T.A Tangga. 3. Metode alternatif dengan cara memasang isolasi panas pada permukaan luar beton. Isolasi panas dilakukan setelah selesai dilaksanakan pengecoran, dengan menutup lapisan permukaan beton dengan lembaran plastik tebal yang diatasnya ditimbuni pasir kering setebal 5 cm, dan seluruh permukaan beton dilindungi dari panas matahari dan hujan dengan tenda. LAPISAN PASIR LAPISAN PLASTIK FORM WORK BETON YANG DI COR Gambar 3 Metode Pengendalian Panas Thermal Dengan Isolasi Panas Pada Permukaan Beton ISBN No B-149
4 Darmankatni.S 3. PELAKSANAAN PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah ; 1. Mutu beton pondasi K 35, dan volume 5 M3, dengan campuran memakai : P.C tipe I 39 Kg/M3 Pasir alam Batu pecah Admixture jenis Retarder Waktu pengecoran 48 jam. Metode pemasangan Isolasi pengedali panas termal. Sebelum dilakukan pengecoran, seluruh lokasi pondasi yang akan dicor ditutup dengan tenda dengan tujuan untuk menghindari hujan dan panas matahari langsung. Bagian beton yang telah dicor secara bertahap ditutup dengan lembaran plastik yang tebal dan diatasnya ditmbunipasir kering setebal 5 cm. Lapisan Pasir kering setebal 5 cm yang menutupi permukaan luar beton massif selalu dijaga kekeringannya, dengan tujuan untuk menjaga kesetabilan suhu antara permukaan beton dan bagian dalam beton sehingga tidak terjadi lonjakan suhu pada beton. 3. Metode Pengecoran Sistem pengecoran dilakukan terusmenerus dengan urutan pengecoran sebagai gambar berikut: '91 Jam 13. B + Jam 16. C '91 Jam 13. A + Jam 16. F '9 Jam 13. G '91 Jam 3.55 H + 1 Jam 19. B Jam. C Jam 19. D 1 Jam 19. A Jam. F Jam. E 3 1 Gambar 4b '9 Jam19. Jam. Jam. hujan dan panas matahari langsung. Bagian beton yang telah dicor secara bertahap ditutup dengan lembaran plastik yang tebal dan diatasnya ditmbunipasir kering setebal 5 cm. Lapisan Pasir kering setebal 5 cm yang menutupi permukaan luar beton massif selalu dijaga kekeringannya, dengan tujuan untuk menjaga kesetabilan suhu antara permukaan beton dan bagian dalam beton sehingga tidak terjadi lonjakan suhu pada beton. 4. Pengamatan Panas Termal pada beton massa selama 8 hari : Metode Pengukuran temperatur beton massa pondasi. Temperatur dalam beton massa diukur memakai Electronic Thermometer type Thermocoupel NiCr/NiAl. G H I 1 Urutan Pelaksanaan Pengecoran Tahap II 1 Jam 7. Jam 4. Jam 14. D + E + I Gambar 4a Urutan Pelaksanaan Pengecoran Tahap I ISBN No B-15
5 Uji Metode Pengendalian Panas Termal Dengan Isolasi Panas Di Permukaan Beton Pada Pembetonan Pondasi Beton Massip Gedung Apartemen Hyaat Titik-titik pengamatan dibagi atas 9 segmen lokasi pengamatan temperatur sesuai gambar berikut : I II LAPISAN PASIR KERING IV V VII VIII Data hasil pengamatan temperatur. Pengamatan perkembangan temperatur maximum beton massa dilakukan secara periodik tiap 6 jam pada 9 segmen lokasi ukur, selama 8 hari. Hasil pengamatan suhu puncak yang terjadi dibagian permukaan (top), tengah (middle), dan bawah (bottom) dari tiap-tiap titik pengamatan dalam satuan C ( Derajat Celcius) adalah seperti grafik berikut dibawah ini : III VI I X LANTAI KERJA Gambar 6 Lokasi Alat Ukur Suhu Beton Grafik Hubungan Suhu Puncak & Waktu Suhu (C) ta tb tc td te tf tg th ti tluar ISBN No B-151
6 Darmankatni.S 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dari data hasil pengamatan perkembangan temperatur selama 8 hari, dibuat grafik hubungan perbedaan suhu beton, waktu, dan beda suhu standar yang diijinkan ( C) pada titik pengamatan selama beton mengalami proses hidrasi sebagai berikut : Grafik Hubungan Beda Suhu Vs Waktu untuk Titik A, B, C 5 Beda Suhu (C) 15 5 DT1 DT DT3 DT4 DT5 DT6 DT Grafik Hubungan Beda Suhu Vs Waktu untuk Titik D, E, F 5 Beda Suhu (C) 15 5 DT1 DT DT3 DT4 DT5 DT6 DT Grafik Hubungan Beda Suhu Vs Waktu untuk Titik G, H, I 5 Beda Suhu(C) 15 5 DT1 DT DT3 DT4 DT5 DT6 DT Perkembangan temperatur selama proses hidrasi. Dari Grafik hubungan suhu puncak dan waktu, dapat digambarkan ISBN No B-15
7 Uji Metode Pengendalian Panas Termal Dengan Isolasi Panas Di Permukaan Beton Pada Pembetonan Pondasi Beton Massip Gedung Apartemen Hyaat perkembangan suhu selama proses hidrasi beton sebagai berikut : 1. Pada umur beton antara 1 sampai 14 hari, temperatur beton antara 6 C smapai 46 C dan suhu luar rata-rata 3 C, sehingga besarnya panas hidrasi yang dilepaskan lebih besar dari 8 kalori per gram PC dan perbedaan suhu dengan udara luar sangat besar, sehingga pada umur beton antara 1 sampai 14 hari adalah waktu kritis proses pengendalian panas hidrasi beton.. Pada umur beton antara 14 sampai 1 hari, berkisar ratarata antara 43 C dan 4 C dan merata pada titik-titik pengamatan, sehingga pada umur beton antara 14 sampai 1 hari proses hidrasi semen mendekati normal. 3. Pada umur beton 1 sampai 8 hari berkisar 39 C dan 34 C, sehingga per- kembangan panas hidrasi didalam beton mendekati suhu luar rata-rata 3 C. Evaluasi hubungan perbedaan temperatur selama proses hidrasi. Dari garfik hubungan suhu dan waktu (1), () dan (3), dapat digambarkan bahwa per-kembangan perbedaan suhu selama proses hidrasi sebagai berikut : 1. Pada umur beton antara 1 sampai hari perbedaan suhu yang terjadi antara bagian bottom, middle dan top pada titik- titik pengamatan, berkisar antara 14 C dan C, sehingga dibawah beda suhu kritis pada prose hidrasi sebesar C.. Pada umur beton antara sampai 8 hari, perbedaan suhu yang terjadi pada bagian bottom, middle dan top pada titik-titk pengamatan berkisar antara 7 C dan 1 C, sehingga memenuhi per- syaratan perbedaan suhu kritis. 5. KESIMPULAN Dari hasil analisa dan pembahasan tersebut diatas dapat disimpulkan, metode isolasi panas pada permukaan atas beton dengan lapisan plastik dan pasir dapat dipakai untuk pengendalian panas hidrasi beton pada pengecoran beton massip. 6. DAFTAR PUSTAKA 1. Hassan Baraja, Ir Seminar perkembangan Teknologi Semen dan Beton Masa kini, Surabaya T.A Harrison, Early age Thermal Crack in Concrete, ciria Report, London ISBN No B-153
Low Heat Concrete Sebuah Inovasi untuk Pengecoran Beton Massa di Indonesia
Low Heat Concrete Sebuah Inovasi untuk Pengecoran Beton Massa di Indonesia Oleh Abdurakhman Rasyid Product Development Supervisor - PT.SCG Ready Mix Indonesia Abstrak Secara teknis beton massa didefinisikan
Lebih terperinciBAB VII TINJAUAN KHUSUS. Pada bab ini penulis akan membahas tinjauan khusus sebagaimana yang
BAB VII TINJAUAN KHUSUS 7.1 Pembahasan Tinjauan Khusus Pada bab ini penulis akan membahas tinjauan khusus sebagaimana yang telah di tugaskan oleh pembimbing kerja praktek kepada penulis, adapun pembahasan
Lebih terperinciLantai Jemuran Gabah KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Guna menunjang program pemerintah dalam penyediaan infrastruktur perdesaan, Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibidang konstruksi. Dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling disukai dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum perkembangan teknologi semakin maju disegala bidang, termasuk dibidang konstruksi. Dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling disukai dan paling
Lebih terperinciBAB VII MONITORING SUHU BETON DENGAN ALAT THERMOCOUPLE. beton yang cukup besar (umumnya diatas 1000 m³). Pada Mass Concrete
BAB VII MONITORING SUHU BETON DENGAN ALAT THERMOCOUPLE 7.1 Uraian Umum Struktur dengan volume beton yang besar atau disebut juga dengan Mass Concrete adalah istilah pengecoran beton yang dilakukan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Beton didapat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus, agregat kasar,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Beton didapat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus, agregat kasar, dengan ditambahkan bahan perekat yaitu semen dan air yang akan bereaksi yang menyebabkan terjadinya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Beton merupakan campuran antara semen, agregat, air, dan kadangkadang memakai bahan tambah yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia tambahan, serat sampai bahan bangunan
Lebih terperinciBAB II TEKNOLOGI BAHAN DAN KONSTRUKSI
BAB II TEKNOLOGI BAHAN DAN KONSTRUKSI 2.1. PENGERTIAN BETON BERTULANG Beton bertulang (reinforced concrete) tersusun dari bahan beton dan baja, yang antara keduanya mempunyai ikatan/lekatan (bond) yang
Lebih terperinciSifat Kimiawi Beton Semen Portland (PC) Air Agregat bahan tambah peristiwa kimia PC dengan air hidrasi pasta semen
Sifat Kimiawi Menurut SK-SNI-T15-1991-03, Beton dibuat dengan mencampur (PC), Air dan Agregat, dengan atau tanpa bahan tambah (admixture) dalam perbandingan tertentu. Bahan tambah (admixture) dapat berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beton (concrete). Beton merupakan bahan gabungan dari material-material
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pertumbuhan dan perkembangan industri di Indonesia sangat pesat, hampir sebagian besar material yang digunakan dalam pekerjaan konstruksi adalah beton (concrete).
Lebih terperinciKONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali
KONSTRUKSI PONDASI 9.1 Konstruksi Pondasi Batu Kali atau Rollaag Konstruksi pondasi ini merupakan bagian dari konstruksi bangunan gedung dan sangat penting karena sangat menentukan kekokohan bangunan.
Lebih terperinciBAB VII TINJAUAN KHUSUS. (Mass Concrete)
BAB VII TINJAUAN KHUSUS (Mass Concrete) 7.1 Uraian Umum Mass concrete dalam dunia konstruksi yaitu pekerjaan pengecoran massal dengan jumlah volume pekerjaan beton yang sangat besar. Berdasarkan ACI:207
Lebih terperinciBAB V HASIL PEMBAHASAN
BAB V HASIL PEMBAHASAN A. Umum Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang dilaksanakan di laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil, dalam pelaksanaan eksperimen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen. Adapun faktor yang diteliti adalah penggunaan agregat daur ulang sebagai pengganti dari agregat
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Beton merupakan bahan konstruksi yang sifat kekuatan tekannya khas, dibuat dari perpaduan semen, agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah dengan perbandingan tertentu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Pembuatan beton pada umumnya didapatkan dari pencampuran semen Portland atau semen hidraulik, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland
III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland Composite Cement) Merek Holcim, didapatkan
Lebih terperinciBAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan
BAB I I TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu-batuan yang direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan kasar) dan ditambah dengan
Lebih terperinciHeri Sujatmiko Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi ABSTRAKSI
OPTIMALISASI PENGGUNAAN DUA MEREK SEMEN YANG BERBEDA PENGARUHNYA TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR DAN BIAYA UNTUK PEMBUATAN MORTAR DENGAN BERBAGAI VARIASI PROPORSI CAMPURAN YANG BERBEDA Heri Sujatmiko Jurusan
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI FAKTOR AIR SEMEN DAN TEMPERATUR TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Irzal Agus. (Dosen Fakultas Teknik Unidayan Baubau) ABSTRACT
PENGARUH VARIASI FAKTOR AIR SEMEN DAN TEMPERATUR TERHADAP KUAT TEKAN BETON Irzal Agus (Dosen Fakultas Teknik Unidayan Baubau) ABSTRACT This research is to see the effect of factor variation of semen water
Lebih terperinciBAB I BETON MUTU TINGGI (HIGH STRENGHT CONCRETE)
BAB I BETON MUTU TINGGI (HIGH STRENGHT CONCRETE) 1.1 PENGERTIAN BETON MUTU TINGGI Beton adalah elemen yang digunakan sebagai struktur dalam konstruksi teknik sipil yang dapat dimanfaatkan untuk banyak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Team ilmu sipil dalam websitenya mengartikan pile cap sebagai bagian dari pondasi bangunan yang digunakan untuk mengikat tiang pancang yang sudah terpasang dengan struktur diatasnya
Lebih terperinciCara uji berat isi beton ringan struktural
Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi beton ringan struktural ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1
Lebih terperinciANALISIS KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BELAH BETON DENGAN BAHAN TAMBAH ABU SEKAM PADI DAN BESTMITTEL. Tugas Akhir
ANALISIS KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BELAH BETON DENGAN BAHAN TAMBAH ABU SEKAM PADI DAN BESTMITTEL Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh
Lebih terperinciJurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014
JURNAL PENGARUH PENAMBAHAN MATERIAL HALUS BUKIT PASOLO SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN PASIR TERHADAP KUAT TEKAN BETON dipersiapkan dan disusun oleh PRATIWI DUMBI NIM: 5114 08 051 Jurnal ini telah disetujui
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PENYEBAB KERUSAKAN PADA BETON DAN PENCEGAHANNYA
IDENTIFIKASI PENYEBAB KERUSAKAN PADA BETON DAN PENCEGAHANNYA Andry Gunawan Saputra 1, Rezky Taran 2, Prasetio Sudjarwo 3, Januar Buntoro 4 ABSTRAK: Pada proyek-proyek konstruksi di lapangan saat proses
Lebih terperinciBAB III METODE PELAKSANAAN
BAB III METODE PELAKSANAAN 3.1 Pembersihan Lahan Pada umumnya dalam membangun bangunan, harus ada tanah sebagai tempat dimana bangunan tersebut berada. Tanah yang digunakan harus bersih, tidak ada rerumputan
Lebih terperinciBidang Teknik PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN MUTU BETON
Majalah Ilmiah Unikom, Vol.6, hlm. 61-68 PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN MUTU BETON Bidang Teknik PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN MUTU BETON YATNA SUPRIYATNA Jurusan Teknik Sipil Universitas Komputer Indonesia
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT
LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT 137 DAFTAR PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS, AGREGAT KASAR 1. Analisa Ayak Agregat Halus 2. Analisa Ayak Agregat Kasar 3. Berat Jenis dan Absorbsi Agregat Halus 4. Berat
Lebih terperinci: Pengujian Campuran Beton No. Uji : 10. Materi : Perancangan Campuran Beton Mutu Tinggi Metode BW Shacklock Halaman :
I. REFERENSI 1. Modul Perancangan Campuran Beton tinggi Metode BW Shacklock II. III. TUJUAN Menentukan komposisi masing-masing campuran bahan yang diperlukan dalam merancang beton mutu tinggi fc-45 menggunakan
Lebih terperinciPengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak
Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** *Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan **
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI. penelitian beton ringan dengan campuran EPS di Indonesia. Referensi yang
BAB 3 METODOLOGI 3.1 Langkah Penelitian Penelitian dimulai dengan mengumpulkan referensi tentang penelitian terhadap beton ringan yang menggunakan sebagai bahan campuran. Referensi yang didapat lebih banyak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Paving block merupakan produk bahan bangunan dari semen yang digunakan sebagai salah satu alternatif penutup atau pengerasan permukaan tanah. Paving block dikenal
Lebih terperinciPEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.7, Juni 213 (479-485) ISSN: 2337-6732 PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD Maria M. M. Pade E. J. Kumaat,
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. penambal, adukan encer (grout) dan lain sebagainya. 1. Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Semen Semen merupakan bahan yang bersifat hidrolis yang jika dicampur dengan air akan berubah menjadi bahan yang mempunyai sifat perekat. Penggunaannya antara lain untuk pembuatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini sistem pondasi tiang bor (bored pile) banyak digunakan pada
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini sistem pondasi tiang bor (bored pile) banyak digunakan pada berbagai pondasi bangunan, seperti pada pondasi jembatan, pondasi menara transmisi listrik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu bahan yang umum digunakan untuk konstruksi bangunan. Hampir semua bangunan gedung,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu bahan yang umum digunakan untuk konstruksi bangunan. Hampir semua bangunan gedung, jembatan, jalan, bendungan menggunakan beton. Pada bangunan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen struktural maupun non-struktural.
Lebih terperinciMETODE PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PILE CAP PADA LANTAI BASEMENT
METODE PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PILE CAP PADA LANTAI BASEMENT Wowo Afif Fathurohman 1 Asri Wulan 2 Tri Handayani 3 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Dengan semakin banyaknya pemakaian bahan alternatif untuk beton, maka penelitian yang bertujuan untuk membuka wawasan tentang hal tersebut sangat dibutuhkan, terutama penggunaan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan
III. METODOLOGI PENELITIAN Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan langkah-langkah sistematis yang harus dilakukan diantaranya adalah : A. Populasi Populasi adalah subyek
Lebih terperinciMETODE PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PILE CAP PADA LANTAI BASEMENT ABSTRAK
METODE PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PILE CAP PADA LANTAI BASEMENT 1 Wowo Afif Fathurohman 2 Asri Wulan, ST., MT 3 Tri Handayani, ST., MT 1 Afief_fathuroman@rocketmail.com 2 Asr_wulan@yahoo.com
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton dilakukan di Laboratorium Struktur dan Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam bangunan konstruksi. Beton memiliki berbagai kelebihan, salah satunya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beton merupakan material yang sangat sering digunakan dalam berbagai macam bangunan konstruksi. Beton memiliki berbagai kelebihan, salah satunya adalah beton mempunyai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen Portland, dan air ( PBBI 1971 N.I. 2 ). Seiring dengan penambahan umur, beton akan semakin
Lebih terperinciSemen (Portland) padatan berbentuk bubuk, tanpa memandang proses
Semen (Portland) Semen didefinisikan sebagai campuran antara batu kapur/gamping (bahan utama) dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk, tanpa
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi
PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh : SUNANDAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu unsur yang hampir tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Untuk bangunan rumah misalnya, beton dijadikan elemen penting sebagai konstruksi
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton merupakan campuran dari semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Beton sering
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Menurut Tjokrodimuljo (1996), beton merupakan hasil pencampuran portland cement, air, dan agregat. Terkadang ditambah menggunakan bahan tambah dengan perbandingan tertentu,
Lebih terperinciPERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR
PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan bahan material harus dilakukan sebelum direncanakannya perhitungan campuran beton (mix design). Adapun hasil pemeriksaanpemeriksaan agregat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya era yang lebih maju, menuntut manusia untuk lebih kreatif dalam mengembangkan teknologi yang telah ada. Berbagai macam inovasi telah muncul dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kuat Geser Balok Bentang geser pada balok beton tanpa tulangan geser terjadi di daerah sepanjang kurang lebih tiga kali tinggi efektif balok. Retak akibat tarik diagonal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. portland atau semen hidrolik yang lain, dan air, kadang-kadang dengan bahan tambahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beton adalah batuan yang terjadi sebagai hasil pengerasan suatu campuran tertentu. Beton merupakan satu kesatuan yang homogen. Beton didapatkan dengan cara mencampur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan perumahan menyebabkan kebutuhan akan bahan bangunan meningkat hal ini karena dalam pembangunan tersebut membutuhkan bahan-bahan bangunan berupa batu, kerikil,
Lebih terperinciBAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Metoda pelaksanaan dalam sebuah proyek konstruksi adalah suatu bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk mencapai hasil dan tujuan yang
Lebih terperinciDINDING DINDING BATU BUATAN
DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha
82 LAMPIRAN 83 Tabel 1 Perkiraan Kekuatan Tekan (N/mm) Beton Dengan Faktor Air Semen.5 Dan Jenis Semen Dan Agregat Kasar Yang Biasa Dipakai Di Indonesia Jenis Semen Semen portland tipe 1 atau semen tahan
Lebih terperinciMACAM-MACAM FLOOR HARDENER DENGAN KINERJANYA
MACAM-MACAM FLOOR HARDENER DENGAN KINERJANYA Leonardo Krisnanto Wijono 1, Gerry Febrian Ongko 2, Prasetio Sudjarwo 3, Januar Buntoro 4 ABSTRAK : Perkembangan bangunan industri membutuhkan permukaan lantai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi suatu bangunan terkadang dijumpai terjadinya segregasi. Segregasi merupakan pemisahan antara bahanbahan pembentuk beton dan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang sangat populer hingga saat ini, beton telah dipakai secara luas sebagai bahan konstruksi baik pada konstruki skala
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia teknik sipil, teknologi mengenai beton merupakan hal yang wajib untuk dipahami secara teoritis maupun praktis mengingat bahwa beton merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN PENELITIAN
BAB III PERENCANAAN PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Penelitian mengenai pengaruh perawatan beton terhadap kuat tekan dan absorpsi beton ini bersifat aplikatif dan simulatif, yang mencoba untuk mendekati
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI SUHU TERHADAP KUAT TEKAN BETON
PENGARUH VARIASI SUHU TERHADAP KUAT TEKAN BETON Aiyub.ST Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. B. Aceh Medan Km 280. Buketrata. PO.BOX 90 Lhokseumawe E-mail : Aiyub.ts @ gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinciPENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)
PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200) Asri Mulyadi 1), Fachrul Rozi 2) Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton banyak sekali dipakai untuk bahan bangunan. Bahan tersebut dapat diperoleh dengan mencampurkan semen portland, air dan agregat dan kadangkadang juga diberi bahan
Lebih terperinciAugustinus NRP : Pembimbing : Ny. Winarni Hadipratomo, Ir. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG
STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND KOMPOSIT PADA BERBAGAI UMUR KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI f c = 40 MPa PADA BENDA UJI SILINDER BERDIAMETER 150 mm DAN TINGGI 300 mm Augustinus NRP : 0421024
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN SEMEN PPC DENGAN TAMBAHAN SIKAMENT LN
STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN SEMEN PPC DENGAN TAMBAHAN SIKAMENT LN Sutrianus Arief 1, Chrisna Djaya Mungok 2, Eddy Samsurizal 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Tanjungpura, Pontianak
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Hipotesis. Penentuan Bahan Material. Pengujian Bahan Material. Sesuai. Mix Desain. Sesuai. Pembuatan Benda Uji
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bagan Alur Penelitian Mulai Hipotesis Survei Bahan Studi Literatur Penentuan Bahan Material Pengujian Bahan Material Sesuai Mix Desain Sesuai Pembuatan Benda Uji Perawatan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton diartikan sebagai campuran semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Penggunaan
Lebih terperinciMIX DESIGN Agregat Halus
MIX DESIGN Soal : Rencanakan campuran beton untuk f c 30MPa pada umur 28 hari dengan data : 1. Agregat kasar yang dipakai : batu pecah (alami) 2. Agregat halus yang dipakai : pasir 3. Diameter agregat
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Penjelasan Metodelogi Penelitian Dalam proses pengerjaan pembuatan campuran beton ada beberapa tahap yang perlu di perhatikan adalah : 1. Tahap persiapan Sebelum melakukan penuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Quality control yang kurang baik di lapangan telah menjadi masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Quality control yang kurang baik di lapangan telah menjadi masalah terhadap kualitas beton di dunia konstruksi beton saat ini. Salah satunya adalah saat proses pemadatan
Lebih terperinciMETODE PELAKSANAAN BENDUNGAN
METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN 1. Saluran Bangunan Pelimpah (Spillway) dan peredam energi Gambar 1. Layout Spillway Pekerjaan pembangunan bangunan pelimpah (spillway) adalah sebagai berikut : Pekerjaan Tanah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinding panel merupakan suatu komponen non struktural yaitu dinding yang dibuat dari suatu kesatuan blok dinding parsial, yang kemudian dirangkai menjadi sebuah dinding
Lebih terperinciBAB VII ANALISA PERMASALAHAN PEKERJAAN MASS CONCRETE PADA PONDASI PILE CAP
BAB VII ANALISA PERMASALAHAN PEKERJAAN MASS CONCRETE PADA PONDASI PILE CAP 7.1 Pembahasan Masalah Pada umumnya semua proyek memiliki permasalahan masing-masing, sesuai dengan tingkat kesulitan suatu perencenaan
Lebih terperinciBAB VIII TAHAP PELAKSANAAN
BAB VIII TAHAP PELAKSANAAN 8.1 Umum Dalam bab pelaksanaan ini akan diuraikan mengenai itemitem pekerjaan konstruksi dan pembahasan mengenai pelaksanaan yang berkaitan dengan penggunaan material-material
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton merupakan salah satu faktor yang sangat penting di dalam bidang teknik sipil, Kemajuan pengetahuan tentang teknologi beton memungkinkan untuk dibangunnya struktur-struktur
Lebih terperinciEVALUASI PERBANDINGAN BENDA UJI BERBENTUK HOLLOW- BRICK TERHADAP SILINDER
EVALUASI PERBANDINGAN BENDA UJI BERBENTUK HOLLOW- BRICK TERHADAP SILINDER Janre Henry Mentang Jorry D. Pangouw, Lelyani Kin Khosama, Steenie E. Wallah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENUANGAN ADUKAN BETON READY MIX KE DALAM FORMWORK TERHADAP MUTU BETON NORMAL
STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENUANGAN ADUKAN BETON READY MIX KE DALAM FORMWORK TERHADAP MUTU BETON NORMAL Hardiyanto Eka Putra 1)., Dharma Sardjana 2)., Eddy Samsurizal 2) ABSTRACT In the manufacture
Lebih terperinciPENGARUH PERSENTASE BAHAN RETARDER TERHADAP BIAYA DAN WAKTU PENGERASAN CAMPURAN BETON
PENGARUH PERSENTASE BAHAN RETARDER TERHADAP BIAYA DAN WAKTU PENGERASAN CAMPURAN BETON Anwar Hardy NRP.9821033 Pembimbing : Herianto W., Ir., M.Sc. UNIVERSITAS KRITEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL
Lebih terperinciANALISA PENYEBAB DAN METODE PERBAIKAN YANG TEPAT PADA BETON YANG DISEBABKAN OLEH FAKTOR NON-STRUKTURAL
ANALISA PENYEBAB DAN METODE PERBAIKAN YANG TEPAT PADA BETON YANG DISEBABKAN OLEH FAKTOR NON-STRUKTURAL Daniel Alfredo, Kevinardy Hutomo, Prasetio Sudjarwo, Januar Buntoro ABSTRAK: Saat ini, banyak ditemukan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. tambahan yang membentuk massa padat (SK SNI T ). Beton Normal adalah beton yang mempunyai berat isi kg/m 2
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Beton Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik lain, agregat kasar, agregat halus, dan air, dengan atau tanpa campuran tambahan yang membentuk massa
Lebih terperinciKompetensi Kerja Nasional Indonesia). Salah satunya adalah Metode UJI MATERIAL GEDUNG melalui suatu pelatihan khusus.
Seorang Pelaksana Pekerjaan Gedung memiliki : keahlian dan ketrampilan sebagaimana diterapkan dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia). Salah satunya adalah Metode UJI MATERIAL GEDUNG
Lebih terperinciRevisi SNI T C. Daftar isi
Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iii Pendahuluan... iv 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi...1 4 Singkatan istilah...2 5 Persyaratan...2 6 Penetapan indeks harga satuan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Metode campuran beton yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciPemanfaatan Pasir Telaga Sari dan Styrofoam untuk Pembuatan Batako Ringan
Pemanfaatan Pasir Telaga Sari dan Styrofoam untuk Pembuatan Batako Ringan Sunarno, Nuzulul Fauzan Abadan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Balikpapan Jl. Soekarno-Hatta Km.8 Balikpapan, Telp. (0542)
Lebih terperinciFISIKA TERMAL Bagian I
FISIKA TERMAL Bagian I Temperatur Temperatur adalah sifat fisik dari materi yang secara kuantitatif menyatakan tingkat panas atau dingin. Alat yang digunakan untuk mengukur temperatur adalah termometer.
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Lebih terperinciPENELITIAN PEMANFAATAN SERBUK BEKAS PENGGERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN BATA BETON (BATAKO) UNTUK PEMASANGAN DINDING
WAHANA INOVASI VOLUME 5 No.2 JULI-DES 16 ISSN : 89-8592 PENELITIAN PEMANFAATAN SERBUK BEKAS PENGGERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN BATA BETON (BATAKO) UNTUK PEMASANGAN DINDING Heri Sujatmiko
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Semen Semen merupakan bahan yang bersifat hirolis yang bila dicampur air akan berubah menjadi bahan yang mempunyai sifat perekat. Penggunaannya antara lain meliputi beton, adukan
Lebih terperinciBAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar Lampung dan pengujian sampel dilaksanakan di laboratorium Analisis Bahan dan
Lebih terperinciPEKERJAAN STRUKTUR BAWAH
PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH 1. UMUM A. Lingkup Pekerjaan Pekerjaan ini meliputi : - Pekerjaan galian, - Pekerjaan Pilecap, Tie beam & Kolom. B. Pengukuran Peil (Levelling) Sebagai patokan tinggi peil (level)
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi yang dilakukan adalah dengan cara membuat benda uji di
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi yang dilakukan adalah dengan cara membuat benda uji di Laboraturium Bahan Konstruksi Teknik Universitas Mercu Buana, kemudian menguji kuat tekan pada umur
Lebih terperinciFISIKA TERMAL(1) Yusron Sugiarto
FISIKA TERMAL(1) Yusron Sugiarto MENU HARI INI TEMPERATUR KALOR DAN ENERGI DALAM PERUBAHAN FASE Temperatur adalah sifat fisik dari materi yang secara kuantitatif menyatakan tingkat panas atau dingin. Alat
Lebih terperinciPerencanaan Campuran Beton WINDA TRI WAHYUNINGTYAS
Perencanaan Campuran Beton WINDA TRI WAHYUNINGTYAS Acuan SNI 03-1750-1990, Mutu dan Cara Uji Agregat Beton SNI 15-2049-1994, Semen Portland American Concrete Institute (ACI) Development of the Enviroment
Lebih terperinci9/17/ KALOR 1
9. KALOR 1 1 KALOR SEBAGAI TRANSFER ENERGI Satuan kalor adalah kalori (kal) Definisi kalori: Kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat Celcius. Satuan yang lebih sering
Lebih terperinciTata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan
SNI 7394:2008 Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional SNI 7394:2008 Daftar
Lebih terperinci