PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF
|
|
- Glenna Sanjaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF Deputi Menteri PPN/Kepala BAPPENAS Bidang SDM dan Kebudayaan Disampaikan Dalam Tematic Education Dialogue on ECD Jakarta, 10 Januari 2012
2 I. PENDAHULUAN II. III. IV. DAFTAR ISI PENGERTIAN, TUJUAN, SASARAN, DAN POKOK-POKOK PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK- INTEGRATIF ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI, JENIS PELAYANAN SERTA INDIKATOR CAPAIAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF V. MEKANISME KOORDINASI PERENCANAAN, PELAKSANAAN MONITORING DAN EVALUASI VI. LANGKAH-LANGKAH IMPLEMENTASI PEDOMAN UMUM VII. PENUTUP 2
3 BAB I. PENDAHULUAN 3
4 A. Latar Belakang (1) Perlunya pengembangan anak usia dini yang dilakukan secara holistik-integratif: Untuk memenuhi kebutuhan esensial anak secara utuh dan terpadu. Melalui pelayanan yang sistematik dan terencana. Mencakup lingkungan mikro, meso, exo dan makro. 4
5 A. Latar Belakang (2) Kelemahan dari sisi kelembagaan: kualitas pengelolaan yang belum profesional. keterbatasan jumlah lembaga penyelenggara. distribusi dan kualitas tenaga. fasilitas pelayanan yang kurang memadai. pemahaman para pemangku kepentingan baik pengambil kebijakan, penyelenggara, masyarakat akan pentingnya pengembangan anak usia dini yang holistik integratif juga masih terbatas. 5
6 Sebagai acuan untuk: B. Tujuan Penyusunan mengkoordinasikan dan mengintegrasikan penyelenggaraan pengembangan anak usia dini yang holistik-integratif oleh pemerintah pusat dan daerah, masyarakat serta lembaga penyelenggara sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masingmasing; merumuskan Pedoman/Petunjuk/Panduan Teknis masing-masing kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pengembangan anak usia dini holistik-integratif. 6
7 C. Sasaran Pengguna Penanggungjawab dan mitra pengembangan anak usia dini, baik di tingkat pusat maupun daerah, serta masyarakat, termasuk lembaga penyelenggara pengembangan anak usia dini. Pusat: Kantor Menko Kesra, Bappenas, Depkes, Depdiknas, Depdagri, Depag, Depsos, KNPP, BKKBN, dan BPS serta mitra yang bergerak dalam pengembangan anak usia dini. Daerah: Dinas/Kantor Wilayah/Instansi/SKPD Provinsi, Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab dalam bidang kesehatan dan gizi, pendidikan, pengasuhan dan perlindungan anak usia dini/ kesejahteraan sosial, BKKBN, data dan statistik serta perangkatnya di lapangan. 7
8 D. Landasan Hukum Pedoman ini mengacu pada semua peraturan perundangundangan yang mengatur tentang hak-hak anak dan undang-undang lain yang berkaitan. 8
9 LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN Pencermatan referensi peraturan perundang-undangan yang terkait; Hasil Studi Kebijakan Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-integratif; Strategi Nasional Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-integratif; Pedoman/Panduan dari K/L terkait. Konsultasi dengan K/L penanggung jawab pengembangan anak usia dini. Pencermatan hasil kunjungan lapangan di beberapa provinsi dan hasil studi banding di Philipina. Penyusunan draft Pedoman Umum Pengembangan Anak Usia Dini di bidang Kesehatan dan Gizi, Pendidikan serta Pengasuhan dan Perlindungan. Pematangan draft Pedoman umum melalui lokakarya Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif. Finalisasi Pedoman Umum Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif. 9
10 BAB II. PENGERTIAN, TUJUAN, SASARAN DAN POKOK- POKOK PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK- INTEGRATIF 10
11 A. Pengertian Anak Usia dini mencakup janin dalam kandungan sampai dengan usia 6 tahun. Pengelompokan anak usia dini: janin dalam kandungan sampai lahir; bayi usia 0 28 hari; anak usia 1 24 bulan; anak usia 2 6 tahun Pengembangan anak usia dini holistik integratif adalah pengembangan anak usia dini yang dilakukan berdasarkan pemahaman untuk memenuhi kebutuhan esensial anak yang beragam dan saling berkait secara simultan dan sistematis. 11
12 Tujuan B. Tujuan dan Sasaran Agar seluruh kebutuhan esensial anak usia dini dapat terpenuhi, sehingga anak dapat tumbuh kembang secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan usianya. Sasaran Sasaran langsung: anak usia dini sejak janin dalam kandungan sampai dengan usia 6 tahun. Sasaran tidak langsung: orang tua, keluarga, kader, tenaga kesehatan dan gizi, pendidik, pengasuh, masyarakat, organisasi sosial masyarakat, para pengambil kebijakan, berbagai provider dan stakeholder lainnya yang relevan dengan terpenuhinya kebutuhan esensial anak usia dini. 12
13 C. POKOK-POKOK YANG MENDASARI (1) 1. Ekologi Tumbuh Kembang Anak Usia Dini: Sumber: Bronfebrenner (1979) 13
14 C. POKOK-POKOK YANG MENDASARI (2) 2. Masa Emas Tumbuh kembang Anak: Pertumbuhan dan Perkembangan anak sejak dalam rahim sampai usia 6 tahun sangat menentukan derajat kesehatan, intelegensia, kematangan emosional dan spiritual, serta produktivitas manusia di masa berikutnya. Berdasarkan pengamatan teknis, periode kritis pembentukan kemampuan anak dalam kurun waktu dua tahun pertama secara biologis berada pada tahap yang sangat prima untuk mengembangkan struktur syaraf atau keterampilan yang dipengaruhi oleh stimulus yang tepat. 14
15 Kehamilan Gambar 12. Perkembangan Otak Manusia: Pembentukan Sinaps-Sinaps Bahasa Sensing Pathways (penglihatan, pendengaran) Fungsi Kognitif lebih tinggi Bulan Tahun Usia Sumber: C. Nelson, From Neurons to Neighborhoods, 2000
16 MANFAAT SOSIAL DAN EKONOMI
17 Perkembangan Otak Peluang dan Investasi Pembentukan Jaringan dan Perkembangan Otak
18 C. POKOK-POKOK YANG MENDASARI (3) 3.Pengaruh Asupan Gizi, Pola Asuh, dan Stimulasi Dini: Asupan Gizi Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kurangnya asupan zat gizi makro dan mikro merupakan penyebab utama terjadinya gangguan tumbuh kembang anak. Pola Asuh Pengasuhan penuh kasih sayang merupakan hak setiap anak yang sekurang-kurangnya dipenuhi oleh satu orang dewasa. Stimulasi Dini Pemberian rangsangan perkembangan pada anak usia dini sangat penting untuk melejitkan semua aspek perkembangan yang mencakup perkembangan visual, pendengaran, fisik-motorik, bahasa dan komunikasi, sosial-emosional, moral-spiritual, dan kemampuan kognitif yang lebih tinggi dengan mengedepankan kebebasan memilih, merangsang kreativitas, dan penumbuhan karakter. 18
19 4. Manfaat dan Pendekatan: Manfaat C. POKOK-POKOK YANG MENDASARI (4) Berbagai evaluasi ilmiah menunjukkan bahwa pelayanan anak usia dini memberikan manfaat yang positif. Hasil studi mengungkapkan bahwa investasi yang diberikan pada kelompok penduduk yang berusia dini akan memberikan hasil berlipat ganda di kemudian hari. Pendekatan Mengingat anak merupakan suatu totalitas yang utuh, maka pengembangannya harus dilakukan secara holistik (utuh dan menyeluruh) dan tidak tersekat-sekat oleh ego sektoral. 19
20 BAB III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI, JENIS PELAYANAN, SERTA INDIKATOR CAPAIAN 20
21 A. Arah Kebijakan 1. Peningkatan akses, pemerataan, serta kelengkapan jenis pelayanan pengembangan anak usia dini. 2. Peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan pengembangan anak usia dini. 3. Peningkatan koordinasi dan kerjasama lintas sektor, serta kemitraan antar institusi pemerintah, lembaga penyelenggara layanan, dan organisasi terkait, baik lokal, nasional, maupun internasional. 4. Penguatan kelembagaan dan dasar hukum, serta pelibatan masyarakat termasuk dunia usaha dan media masa dalam penyelenggaran pelayanan Pengembangan Anak usia Dini. 21
22 B. Strategi (1) 1. Meningkatkan pemahaman remaja dan calon pengantin, orang tua, keluarga, dan pengasuh pengganti dalam melakukan pengasuhan anak secara optimal. 2. Menyelenggarakan pelayanan pengembangan anak usia dini yang merata dan terjangkau. 3. Meningkatkan kualitas pelayanan pengembangan anak usia dini. 4. Melakukan internalisasi nilai-nilai agama dan budaya. 22
23 B. Strategi (2) 5. Memberdayakan masyarakat dan dunia usaha. 6. Meningkatkan komitmen, koordinasi dan kerjasama antar institusi pemerintah, lembaga penyelenggara layanan, dan organisasi terkait. 7. Memperkuat dan harmonisasi landasan hukum penyelenggaraan layanan pengembangan anak usia dini holistik-integratif. 23
24 C. Kebutuhan Esensial & Jenis Pelayanan Anak Usia Dini 1. Kebutuhan Esensial Anak Usia Dini: - kebutuhan fisik-biomedis (asuh) - kebutuhan emosi/kasih sayang (asih) - kebutuhan stimulasi (asah) 2. Jenis Pelayanan: Meliputi pelayanan untuk: (a) Anak; (b) Ibu; dan (c) Keluarga. 24
25 D.KEGIATAN PENDUKUNG 1. Peningkatan kemampuan SDM pengembangan anak usia dini. 2. Peningkatan Pemahaman masyarakat 3. Peningkatan pemahaman dan kemampuan lembaga penyelenggara pelayanan 4. Peningkatan peran dan kemitraan dengan dunia usaha yang mempekerjakan ibu/bapak anak usia dini. 5. Peningkatan peran dan kemitraaan dengan media masa 6. Peningkatan Manajemen Kelembagaan dan Program Instansi Pemerintah. 25
26 E. INDIKATOR CAPAIAN (1) 1. Pelayanan untuk janin dalam kandungan sampai bayi lahir: a. Status gizi ibu dan cakupan gizi mikro terutama zat besi. b. Cakupan K-4 dan cakupan penyuluhan Ibu hamil. c. Cakupan imunisasi ibu hamil. d. Persentase pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. 2. Pelayanan bayi usia 0-28 hari a. Cakupan menyusu dini. b. Cakupan ASI eksklusif. c. Status gizi ibu dan cakupan gizi mikro. d. Kunjungan Neonatal. e. Cakupan Imunisasi. f. Cakupan anak yang memperoleh stimulasi. g. Presentase bayi yang memiliki akte kelahiran. 26
27 E. INDIKATOR CAPAIAN (2) 3. Pelayanan Bayi Usia 1-24 bulan a. Cakupan ASI eksklusif b. Persentase bayi usia 6-24 bulan yang mendapat ASI c. Cakupan MP-ASI untuk keluarga miskin d. Status gizi balita e. Cakupan vitamin A f. SKDN g. Cakupan anak yang memperoleh stimulasi h. Cakupan ibu/keluarga yang mendapat penyuluhan i. Cakupan DDTK j. Cakupan imunisasi k. Persentase balita sakit yang dilayani l. Presentase balita gizi buruk yang dirawat m. Cakupan keluarga yang mengakses air bersih dan sanitasi yang layak. n. Cakupan keluarga yang menggunakan kelambu (khusus daerah endemik malaria). 27
28 E. INDIKATOR CAPAIAN (3) 4. Pelayanan Anak Usia 2-6 tahun: a. Status gizi balita b. Cakupan vitamin A c. SKDN d. Cakupan anak yang memperoleh stimulasi e. Cakupan keluarga yang mendapat penyuluhan f. Cakupan DDTK g. Cakupan Imunisasi h. Persentase balita sakit yang dilayani i. Presentase balita gizi buruk yang dirawat j. Cakupan keluarga yang mengakses air bersih dan jamban k. Cakupan keluarga yang menggunakan kelambu di daerah endemik malaria l. Ketersediaan sanitasi dasar di satuan pelayanan. m. Angka partisipasi pendidikan anak usia dini. 28
29 E. INDIKATOR CAPAIAN (4) 5. Pelayanan Pengasuhan dan Perlindungan a. Cakupan keluarga yang mendapat penyuluhan b. Cakupan keluarga miskin yang mendapat bantuan (program PKH) c. Cakupan anak usia dini yang dilayani di TPA dan KB d. Cakupan balita terlantar yang dilayani di PSAB e. Cakupan anak usia dini berkebutuhan khusus di lembaga pengesuhan dan perlindungan. 29
30 E. INDIKATOR CAPAIAN (5) 6. Pelayanan untuk Ibu: a. Ibu hamil sehat, yang diindikasikan dari status gizi ibu dan cakupan gizi mikro yang diberikan. b. Cakupan imunisasi ibu hamil c. Cakupan penyuluhan bagi ibu hamil d. Ibu bersalin normal, memperoleh pelayanan PONED atau PONEK, dapat melakukan inisiasi dini, dengan indikasi presentase pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. e. Ibu nifas sehat, menyusui secara benar, memanfaatkan KMS dan KIA f. Ibu menyusui sehat, menyusui eksklusif. 7. Pelayanan untuk keluarga a. Cakupan keluarga yang mendapat penyuluhan. b. Cakupan keluarga miskin yang mendapat PKH. 30
31 E. INDIKATOR CAPAIAN (6) 8. Pelayanan untuk Remaja & Calon Pengantin a. Cakupan remaja yang memperoleh penyuluhan. b. Cakupan calon pengantin yang memperoleh layanan konseling dan penyuluhan. 9. Peningkatan kemampuan SDM 10.Peningkatan Pemahaman Masyarakat 11.Peningkatan pemahaman dan kemampuan lembaga penyelenggara dan pelayanan 12.Peningkatan peran dan kemitraan dengan dunia usaha 13.Peningkatan peran dan kemitraan dengan media masa 14.Peningkatan manajemen kelembagaan dan program instansi/jajaran pemerintah. 31
32 BAB IV. PENYELENGGARAAN PELAYANAN PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK- INTEGRATIF 32
33 A. PRINSIP-PRINSIP PENYELENGGARAAN PELAYANAN PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF 1. Pelayanan yang holistik 2. Pelayanan yang berkesinambungan 3. Pelayanan yang tidak diskriminatif 4. Perluasan distribusi pelayanan antarkelompok masyarakat 5. Partisipasi masyarakat 6. Berbasis budaya yang konstruktif 7. Good governance 33
34 B. KELEMBAGAAN (1) 1. Struktur Organisasi Perencanaan dan Pembinaan a. Tk Pusat: Koordinator Kantor Menko Kesra. b. Tk Propinsi: Koordinator dan inisiator penyelenggaraan program: Asda Bidang Kesra. c. Tk Kab/kota: Koordinator dan inisiator penyelenggaraan program: Asda Bidang Kesra. d. Tk Kec: Penanggungjawab perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan: Camat. e. Tk Desa/Kelurahan: Penanggungjawab perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan: Kepala Desa/Lurah. 34
35 2. Lembaga Penyelenggara: a. Posyandu b. Bina Keluarga Balita c. Pos PAUD/Taman Posyandu d. Kelompok Bermain e. Taman Penitipan Anak f. Taman Kanak-Kanak g. Raudatul Athfal h. Bustanul Athfal B. KELEMBAGAAN (2) i. Taman Pendidikan Alqur an/taman Kanak-Kanak Al- Qur an, Bina Iman Anak, Sekolah Minggu j. Satuan layanan anak usia dini lainnya yang sejenis 35
36 C. TIPOLOGI/BENTUK PELAYANAN 1. Layanan Tidak Lengkap dan Fragmented. 2. Layanan Lengkap dan Fragmented. 3. Layanan Lengkap dan Terintegrasi. 4. Layanan Belum Lengkap tetapi berada pada satu lokasi. 5. Layanan Lengkap, Terintegrasi pada satu tempat.
37 TIPE PELAYANAN YANG DIHARAPKAN TIPE PELAYANAN LENGKAP TERINTEGRASI TIPE PELAYANAN LENGKAP TERINTEGRASI SATU ATAP 37
38 TIPE PELAYANAN LENGKAP TERINTEGRASI (1) 2 Layanan Bermain sambil Belajar dan Asuhan (Kelompok Bermain) 3 Layanan Kesehatan dan Gizi (Posyandu) 1 <1-5 tahun 3 bulan-6 tahun 3-4 tahun 5-6 tahun Konsultasi/ Bimbingan Keluarga (BKB/LK3/ sejenis) 5 Layanan Pendidikan Prasekolah (TK/RA/BA/ sejenis) 3-6 tahun Layanan Pendidikan Agama (TPA/TKQ, Sekolah Minggu, BIA/sejenis) 4 Layanan Asuhan dan Perlindungan (TPA/sejenis) 38
39 TIPE PELAYANAN LENGKAP TERINTEGRASI (2) Pengertian: penyelenggaraan pelayanan pengembangan anak usia dini dengan jenis pelayanan yang lengkap dan utuh mencakup pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan, gizi, pendidikan, pengasuhan serta perlindungan yang dilaksanakan secara terintegrasi oleh berbagai pihak penyelenggara, di berbagai lokasi. 39
40 TIPE PELAYANAN LENGKAP TERINTEGRASI SATU ATAP (1) Layanan Bermain sambil Belajar dan Asuhan (3-4 tahun) Layanan Kesehatan dan Gizi (<1-6 tahun) Layanan Konsultasi dan Bimbingan Keluarga MANAJEMEN/ KOORDINATOR Layanan Asuhan dan Perlindungan (3 bulan 6 tahun) Layanan Pendidikan Prasekolah (5 6 tahun) Layanan Pendidikan Agama (3 6 tahun) 40
41 TIPE PELAYANAN LENGKAP TERINTEGRASI SATU ATAP (2) Pengertian: penyelenggaraan pelayanan pengembangan anak usia dini dengan jenis layanan yang lengkap dan utuh mencakup pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan, gizi, pendidikan, pengasuhan, serta perlindungan yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa lembaga penyelenggara di satu lokasi 41
42 1. Sumber Daya Manusia: D. SUMBER DAYA (1) a. Pemerintah Pusat dan Daerah: diperlukan SDM yang memahami perihal anak usia dini khususnya dan anak pada umumnya. b. Legislatif Pusat dan Daerah: terutama pada Komisi yang menangani bidang kesehatan dan gizi, pendidikan, pengasuhan dan perlindungan anak, perlu mempunyai komitmen dan memahami mengenai pentingnya pengembangan anak usia dini. c. Lembaga penyelenggara: diperlukan SDM yang memahami, memiliki latar belakang pendidikan/ pelatihan/pengalaman penyelenggaraan/pelayanan anak usia dini. Kemampuan mengelola dan melakukan rujukan di antara penyelenggara. 42
43 2. Sumber Dana: D. SUMBER DAYA (2) Pendanaan untuk pelayanan pengembangan anak usia dini holistik-integratif berasal dari: a. UPT Pemerintah Pusat, sumber dana dari APBN. b. UPT Pemerintah Daerah, sumber dana dari APBD, dana non reguler (sesuai peruntukan) dari sumber APBN dan donasi/kemitraan. c. Lembaga Penyelenggara milik masyarakat, sumber dana dari Lembaga yang bersangkutan, orangtua, dan dapat saja dari bantuan APBN, APBD, APB Desa, atau donatur. 43
44 SARANA DAN PRASARANA PRASARANA Bangunan tempat pelayanan, sesuai dengan fungsi setiap jenis pelayanan, ruang rawat, ruang periksa, kamar tidur, sesuai standar minimum masing-masing pelayanan Lahan bermain (play-ground) Taman bermain Perpustakaan SARANA Sarana bermain seperti APE, alat bermain di dalam dan luar ruangan Sarana belajar seperti kurikulum, buku, materi bahan ajar, KKA, peralatan, furnitur, Sarana kesehatan seperti anhopometer kit, buku KIA, DDTK, KMS, Sarana pembekalan kesehatan seperti vaksin, obat, suplementasi gizi mikro. 44
45 BAB V. MEKANISME KOORDINASI PERENCANAAN, PELAKSANAAN MONITORING DAN EVALUASI A. Mekanisme Koordinasi dan Integrasi 1. Mekanisme Koordinasi Mekanisme koordinasi dimulai sejak tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, hingga tahap pemantauan dan evaluasi. 2. Mekanisme Integrasi Lembaga Pelayanan Mencakup mekanisme integrasi pada pelayanan Tipe Lengkap Terintegrasi dan mekanisme pengintegrasian pelayanan Lengkap Terpadu Satu Atap. 45
46 B. MEKANISME KOORDINASI MONITORING DAN EVALUASI Mengatur mekanisme koordinasi monitoring dan evaluasi dari tingkat pusat dan daerah dan tingkat penyelenggara layanan. C. MEKANISME PELAPORAN Mengatur mekanisme pelaporan dari tingkat lembaga penyelenggara hingga tingkat pusat. D. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Mengatur tujuan, sasaran, dan ruang lingkup pembinaan dan pengawasan yang dilakukan. 46
47 E. PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Pusat Pemda Provinsi dan Kb/Kota Kecamatan Desa/Kelurahan Masyarakat Lembaga Sosial Kemasyarakatan Dunia usaha Media Massa Lembaga Penyelenggara 47
48 BAB VI. LANGKAH IMPLEMENTASI PEDUM PAUD A. Sosialisasi B. Konsolidasi dan Pengaturan Pelaksanaan C. Penyelenggaraan Kegiatan D. Pembinaan, Pengawasan, Pemantauan, dan Evaluasi 48
49 VII. PENUTUP Pembangunan SDM memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai kemajuan dan kemakmuran suatu bangsa. Agar semua kebutuhan esensial anak dapat dipenuhi, maka diperlukan pendekatan holistik-integratif dalam pengembangan anak usia dini. Penyelenggaraan pelayanan anak usia dini dapat memilih bentuk/ tipologi pelayanan Lengkap dan Terintegrasi atau Pelayanan Lengkap dan Terintegrasi Satu Atap. Mengingat penyelenggaraan pengembangan anak usia dini dilaksanakan oleh berbagai pihak, maka diperlukan kejelasan peran keluarga, pemerintah, masyarakat, lembaga sosial kemasyarakatan, dunia usaha, media massa, dan lembaga penyelenggara. 49
50 TERIMA KASIH 50
Jakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, DR. Sudibyo Alimoeso, MA
1 SAMBUTAN Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan SDM seutuhnya dimana untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berkualitas harus dimulai sejak usia dini. Berbagai studi menunjukkan bahwa periode
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF PROVINSI JAWA TIMUR
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber
Lebih terperinciBUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF
SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang
Lebih terperinciPENYELENGGARAAN PAUD HOLISTIK INTEGRATIF. Oleh : Dr. Sri Sutarsi, M.Si
PENYELENGGARAAN PAUD HOLISTIK INTEGRATIF Oleh : Dr. Sri Sutarsi, M.Si LATAR BELAKANG Untuk menyiapkan SDM berkualitas harus diawali sejak usia dini, bahkan sejak masa konsepsi dalam kandungan Pemenuhan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sumber
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber
Lebih terperinciPROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM PENGINTEGRASIAN BINA KELUARGA BALITA HOLISTIK - INTEGRATIF KABUPATEN SIAK
PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM PENGINTEGRASIAN BINA KELUARGA BALITA HOLISTIK - INTEGRATIF KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang :
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 1 32 TAHUN 2012
BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 1 32 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAaN PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.
No.289, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN
Lebih terperinciBUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa Pos Pelayanan
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada suatu kriteria-kriteria
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN IBU, ANAK DAN KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BAB I PENDAHULUAN
PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN IBU, ANAK DAN KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS PEKAUMAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Puskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2013
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF PROVINSI
Lebih terperinciSekilas tentang POKJANAL POSYANDU Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Kemenkes RI, 2011
Sekilas tentang POKJANAL POSYANDU Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Kemenkes RI, 2011 TUJUAN POKJANAL/POKJA POSYANDU adalah untuk mengkoordinasikan berbagai upaya pembinaan yang berkaitan dengan peningkatan
Lebih terperinciPENINGKATAN KUALITAS POS PAUD MELALUI PENGEMBANGAN PROGRAM HOLISTIK INTEGRATIF (Penelitian Tindakan Pada Pos PAUD Se-Kalurahan Penggaron Kidul)
PENINGKATAN KUALITAS POS PAUD MELALUI PENGEMBANGAN PROGRAM HOLISTIK INTEGRATIF (Penelitian Tindakan Pada Pos PAUD Se-Kalurahan Penggaron Kidul) Arri Handayani, Muniroh Munawar, Anita Chandra D.S., Dwi
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 NOMOR 32 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG REVITALISASI POSYANDU
BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 NOMOR 32 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG REVITALISASI POSYANDU BAGIAN HUKUM SETDA KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 2 BUPATI BANDUNG PROVINSI
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 272 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN SERDANG
Lebih terperinciBUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT
BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN
Lebih terperinciBIDANG PENDIDIKAN. Ida Rindaningsih, M.Pd
BIDANG PENDIDIKAN Ida Rindaningsih, M.Pd BIDANG PENDIDIKAN Keaksaraan Fungsional Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan SD Advokasi Hukum KEAKSARAAN FUNGSIONAL KEAKSARAAN FUNGSIONAL sebuah usaha pendidikan
Lebih terperinciMATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011
MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 PRIORITAS 3 Tema Prioritas Penanggung Jawab Bekerjasama dengan PROGRAM AKSI BIDANG KESEHATAN Penitikberatan pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan preventif, tidak
Lebih terperinciQANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA
QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang : a. bahwa kesehatan
Lebih terperinciBUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciTANTANGAN PROGRAM GIZI DI INDONESIA. Doddy Izwardy Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan
TANTANGAN PROGRAM GIZI DI INDONESIA Doddy Izwardy Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan Mengapa Terjadi Kurang Gizi di Indonesia? Hanya 36% balita 6-23 bulan yang mengkonsumsi asupan makanan berkecukupan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Definisi Posyandu Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat serta yang dibimbing petugas terkait (Depkes, 2006.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN, DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain: 1. Program parenting education yang dilaksanakan
Lebih terperinciini dia... Urusan Kesehatan Ibu dan Anak di Negeri Kita
ini dia... Urusan Kesehatan Ibu dan Anak di Negeri Kita INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) merupakan indikator gabungan yang memperlihatkan kualitas manusia secara komprehensif dari segi ekonomi pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komitmen pemerintah untuk mensejahterakan rakyat nyata dalam peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari penetapan perbaikan status gizi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kepadatan penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat dalam hal kepadatan penduduk,
Lebih terperinciWALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN
WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan
Lebih terperinciTangani PAUD Secara Holistik-Integratif! Monday, 04 November :18
Mempersiapkan generasi emas Indonesia adalah kebijakan Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Semua komponen diharapkan terlibat dan bekerja sama menyukseskan gerakan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciURAIAN PROGRAM PUSKESMAS
URAIAN PROGRAM PUSKESMAS Program Puskesmas Uraian 1 Manajemen Pelayanan Kesehatan Sistem kesehatan Nasional (SKN) sebagai acuan pelayanan kesehatan Penerapan fungsi manajemen di puskesmas Upaya pelayanan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang :
Lebih terperinciDr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK
Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Millennium Development Goals (MDGs) Komitmen Negara terhadap rakyat Indonesia dan global Komitmen Indonesia kepada masyarakat Suatu kesepakatan dan kemitraan global
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 KESIMPULAN 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung adalah asupan energi, asupan protein, ASI eksklusif, MP-ASI, ISPA, umur balita, pemantauan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Pos Pelayanan Terpadu atau yang sering disebut dengan Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2015 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2015 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTAENG,
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK
QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA
Lebih terperinciBUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 5 TAHUN 2011
BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGARAAN KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM). Ketersediaan pangan yang cukup belum dapat digunakan sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan dan gizi terkait sangat erat dengan upaya peningkatan sumber daya manusia (SDM). Ketersediaan pangan yang cukup belum dapat digunakan sebagai jaminan akan terhindar
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah unit fungsional pelayanan kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kota atau kabupaten yang melaksanakan
Lebih terperinciBAB IV P E N U T U P
BAB IV P E N U T U P 4.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari Analisa Data Secara Integratif Untuk Menghasilkan Database Kecamatan dan Atlas adalah sebagai berikut: 1. Gambaran umum sejauh mana pencapain
Lebih terperinciKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) I. Pendahuluan II. III. IV. Pangan dan Gizi Sebagai Investasi Pembangunan Analisis Situasi Pangan dan Gizi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat secara operasional.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POSYANDU 2.1.1. Defenisi Posyandu Posyandu merupakan strategi jangka panjang pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI KABUPATEN ACEH TIMUR
PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI KABUPATEN ACEH TIMUR DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciBAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD
BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Berdasarkan visi dan misi pembangunan jangka menengah, maka ditetapkan tujuan dan sasaran pembangunan pada masing-masing
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN HARAPAN MASYARAKAT/ SASARAN PROGRAM No.
PUSKESMA IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN HARAPAN MASYARAKAT/ SASARAN PROGRAM Revisi Halaman 1. Pengertian Identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat / sasaran program adalah Kegiatan mencari, menemukan,
Lebih terperincipenting dalam menentukan arah serta mutu pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Kemampuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak akan asuh, asih,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan secara etimologis berasal dari kata kembang yang artinya maju, menjadi lebih baik. Perkembangan secara termitologis adalah proses kualitatif yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan Ibu dan Anak. Ibu dan Anak merupakan kelompok yang paling
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. 4.1 Kesimpulan
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari Analisa Data Secara Integratif Untuk Menghasilkan Database Kecamatan dan Atlas adalah sebagai berikut: 1. Gambaran umum sejauh mana pencapain dari 7
Lebih terperinciBAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS
BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) 1. Pengertian Posyandu Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) adalah pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat memperoleh pelayanan Keluarga
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ANALISIS PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2014 Nama : Umur : Tahun Pendidikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk upaya
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk upaya kesehatan melalui puskesmas
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci-3- Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN dan BUPATI HULU SUNGAI SELATAN MEMUTUSKAN :
BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 T E N T A N G KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN CIREBON
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyukseskan program kabinet SBY jilid 2, khususnya dalam hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam rangka menyukseskan program kabinet SBY jilid 2, khususnya dalam hal ini departemen kesehatan RI mencanangkan program Meningkatkan Kesehatan Masyarakat, maka
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga pembentukan, penyelenggaraan dan pemanfaatannya memerlukan peran serta aktif masyarakat dalam bentuk
Lebih terperinciBAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS
BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,
Lebih terperinciPENGUATAN KADER POSYANDU DALAM UPAYA DETEKSI DINI KESEHATAN IBU, BAYI DAN BALITA DI WILAYAH KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2013
PENGUATAN KADER POSYANDU DALAM UPAYA DETEKSI DINI KESEHATAN IBU, BAYI DAN BALITA DI WILAYAH KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2013 Dwi Noerjoedianto, Andy Amir, Nurhusna, Herwansyah Staf Pengajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia
Lebih terperinciTUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas
Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi
Lebih terperinciFilosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret
Filosofi Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat UKM_Maret 2006 1 MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS Tujuan Pembangunan Millenium (MDG) yg meliputi : 1 Menghapuskan kemiskinan & kelaparan.
Lebih terperinciKeluarga Sadar Gizi (KADARZI)
Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Apa latarbelakang perlunya KADARZI? Apa itu KADARZI? Mengapa sasarannya keluarga? Beberapa contoh perilaku SADAR GIZI Mewujudkan keluarga cerdas dan mandiri Mengapa perlu
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran umum Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKKB dan PP)
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran umum Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKKB dan PP) 1. Profil BKKB dan PP Kota Bandar Lampung Upaya pemerintah dalam hal mengendalikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seribu hari pertama kehidupan bayi merupakan periode emas karena terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna mendukung pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MALANG
PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK (KIBBLA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a.
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. b. c. Mengingat :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia menuju era globalisasi. Suatu era yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk membangun dan meningkatkan sumber daya manusia menuju era globalisasi. Suatu era yang ditandai dengan dinamika kehidupan
Lebih terperinciRINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN
Lampiran III Peraturan Daerah Nomor Tanggal : : 15 29 December 2016 PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi ( P4K ) Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan RI mencanangkan P4K dengan stiker yang merupakan upaya terobosan dalam percepatan
Lebih terperinciMATRIK REALISASI CAPAIAN LAKIP TAHUN 2014 DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN
MATRIK REALISASI CAPAIAN LAKIP TAHUN 2014 DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN NO Jumlah sasaran 1.064.573 bayi& balita, balita & bayi yang datang ke posyandu 759.918. a) Penambahan sarana & prasarana posyandu
Lebih terperinciBUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMANDAU, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 26 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK (KIBBLA) SERTA PENANGANAN KEGAWATDARURATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia yang berkualitas dalam pembangunan Bangsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas dalam pembangunan Bangsa Indonesia dapat mewujudkan bangsa yang maju, mandiri, sejahtera lahir dan bathin, serta mewujudkan
Lebih terperinciKata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI)
kesehatan ibu dan anak, penyediaan SDM yang berkulitas dan penyediaan sarana dan prasarana dalam upaya percepatan penurunan AKI di Kabupaten Bangka Tengah. Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal,
Lebih terperinciPENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN
Satuan Kerja Perangkat Daerah : DINAS KESEHATAN Tahun Anggaran : 2015 PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1 Peningkatan Mutu Aktivitas Perkantoran Terselenggaranya
Lebih terperinciKEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG
KEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG PEMENUHAN HAK KESEHATAN REPRODUKSI DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA
Lebih terperinciBUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN
Lebih terperinciPERANAN PAUD DALAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA Disajikan pada pelatihan Tutor PAUD di Bekasi Oleh Babang Robandi PLS-FIP UPI
PERANAN PAUD DALAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA Disajikan pada pelatihan Tutor PAUD di Bekasi Oleh Babang Robandi PLS-FIP UPI I. KONSEP PAUD Anak Usia Dini Adalah Anak Yang Berusia 0 6 Tahun Dan Bukan
Lebih terperinciPERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI No SASARAN STRATEGIS No 1 Meningkatnya pelayanan kesehatan 1 Penurunan Angka 17 pada ibu, neonatus, bayi, balita
Lebih terperinciBidang Perlindungan Anak tertuang dalam Bab 2 Pembangunan Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama.
Bidang Perlindungan Anak tertuang dalam Bab 2 Pembangunan Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama. Permasalahan dan Isu Strategis Ada tiga isu strategis di Bidang Perlindungan Anak yang mendapatkan perhatian
Lebih terperinciBAB II ANALISIS DATA SEKTORAL MDGs KABUPATEN POLEWALI MANDAR 2009
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 29 21 BAB II ANALISIS DATA SEKTORAL MDGs KABUPATEN POLEWALI MANDAR 29 2.1 Gambaran Umum Kabupaten Polewali Mandar Kabupaten Polewali Mandar dengan luas wilayah 2.22,3
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 2.1.1 Definisi Buku KIA Buku KIA adalah buku yang berisi catatan kesehatan ibu mulai dari hamil, bersalin, nifas, dan catatan kesehatan anak
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN
PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran
Lebih terperinci