SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH BUKU 3

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH BUKU 3"

Transkripsi

1 SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH BUKU 3 POS POS PERHITUNGAN APBD Pokja IV Evaluasi Pembiayaan & Informasi Keuangan Daerah Tim Evaluasi dan Percepatan Pelaksanaan Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah KMK: 355/KMK.07/2001

2 BUKU 3 POSPOS PERHITUNGAN APBD KATA PENGANTAR Penerapan otonomi daerah seutuhnya membawa konsekuensi logis berupa pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan manajemen keuangan yang sehat. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2001, pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk menetapkan sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah dalam bentuk Peraturan Daerah. Sistem tersebut sangat diperlukan dalam memenuhi kewajjiban pemerintah daerah dalam membuat laporan pertanggungjawaban keuangan daerah yang bersangkutan. Dalam buku2 PosPos Neraca mengenai pedoman akuntansi pospos neraca mencakup pengertian dari masingmasing pos neraca, proses pencatatan dan dokumen terkait, saldo normal (debet atau kredit), jurnal standar yang berkaitan dengan pos tersebut, pengukuran nilai, dan pengungkapan yang diperlukan untuk kejelasan dari pos tersebut. Sebagai kelengkapan sistem yang akan menghasilkan laporan keuangan yang salah satunya adalah Laporan Perhitungan Anggaran, diperlukan pedoman akuntansi yang berkaitan dengan pospos perhitungan anggaran. Pedoman Akuntansi PosPos Perhitungan Anggaran dimaksud mencakup pengertian dari masingmasing pos perhitungan anggaran, proses pencatatan dan dokumen terkait, saldo normal (debet atau kredit), jurnal standar yang berkaitan dengan pos tersebut, pengukuran nilai, dan pengungkapan yang diperlukan untuk kejelasan dari pos tersebut. Dengan adanya Pedoman Akuntansi PosPos Perhitungan Anggaran tersebut maka diharapkan pelaksana manajemen keuangan di daerah akan lebih mengerti mengenai penerapan sistem akuntansi secara menyeluruh dimana terdapat keterkaitan yang erat antara pos neraca dan pos perhitungan anggaran sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan utama yaitu Laporan Perhitungan Anggaran, Neraca dan Laporan Arus Kas. Pedoman Akuntansi PosPos Perhitungan Anggaran juga akan bermanfaat sebagai bimbingan pada tahap awal penerapan sistem dimana pada umumnya penerapan sistem komputerasi masih berjalan secara paralel dengan penerapan secara manual. Buku3 PosPos Perhitungan Anggaran ini merupakan pedoman akuntansi betalian dengan penyiapan laporan perhitungan anggaran diharapkan akan membantu pemerintah daerah di dalam penerapan sistem akuntansi keuangan daerah sehingga untuk waktu yang tidak terlalu lama, pemerintah daerah telah mampu menghasilkan Laporan Pertanggungjawaban Keuangan sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun Jakarta, 9 Januari 2002 Tim Penyusun Tim Pokja Evaluasi Pembiayaan Dan Informasi Keuangan Daerah: Depkeu (DJPKPD, BAKUN, BINTEK), BPKP, dan Depdagri (KMK 355/KMK.07/2001). i

3 BAB I Pedoman Akuntansi APBD BAB I PEDOMAN AKUNTANSI APBD Akuntansi anggaran merupakan teknik pertanggungjawaban dan pengendalian manajemen yang digunakan untuk membantu pengelolaan pendapatan, belanja dan pembiayaan. Anggaran merupakan pedoman bagi segala tindakan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah propinsi/kabupaten/kota meliputi rencana pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam satuan rupiah yang disusun menurut klasifikasi anggaran secara sistematis untuk satu periode akuntansi. Anggaran terdiri dari : (a) anggaran pendapatan (b) anggaran belanja (c) anggaran bagi hasil pendapatan dari pemerintah propinsi ke Kabupaten/Kota/Desa (d) anggaran dana cadangan (e) dan anggaran pembiayaan. Siklus akuntansi yang berkaitan dengan anggaran meliputi : 1. Pengesahan Anggaran dengan Perda APBD 2. Otorisasi Anggaran dengan dokumen Otorisasi Kredit Anggaran (OKA) yaitu dokumen pelaksanaan anggaran yang menunjukkan bagian dari estimasi pendapatan dan appropriasi yang disediakan bagi instansi dan digunakan untuk menarik pendapatan dan memperoleh uang dari Kas Daerah guna membiayai pengeluaran selama periode akuntansi tersebut. 3. Realisasi pelaksanaan anggaran 4. Penutupan perkiraan anggaran pada akhir tahun. Pedoman akuntansi pada bagian ini hanya dibatasi pada saat terbitnya Perda APBD. Akuntansi pada saat terbitnya OKA diuraikan pada bagian pedoman alokasi estimasi pendapatan dan pedoman akuntansi allotment belanja. Selanjutnya, pedoman akuntansi pada saat realisasi anggaran dan akhir tahun diuraikan pada bagian realisasi. 1. Anggaran Pendapatan a. Pengertian Anggaran Pendapatan merupakan rencana pendapatan yang akan diterima oleh Kas Daerah selama satu periode akuntansi. Anggaran pendapatan ini dibukukan dalam perkiraan estimasi pendapatan yang kemudian dijabarkan menjadi alokasi estimasi pendapatan sesuai dengan OKA yang diterbitkan. Depkeu (DJPKPD, BAKUN, BINTEK ), BPKP, dan Depdagri (KMK 355/KMK.07/2001). 1

4 BAB I Pedoman Akuntansi APBD Estimasi Pendapatan adalah perkiraan untuk membukukan anggaran pendapatan yang tercantum dalam APBD. Estimasi Pendapatan terdiri dari: 1) Estimasi Pendapatan Asli Daerah, terdiri dari perkiraanperkiraan buku besar : a) Estimasi Pendapatan Pajak Daerah. Estimasi pendapatan pajak daerah ini, antara lain terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Di Atas Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Di Atas Air Pajak Hotel dan Restoran dan Pajak Reklame. b) Estimasi Pendapatan Retribusi Daerah. Estimasi pendapatan retribusi daerah ini, antara lain terdiri dari Retribusi Pasar, Retribusi Terminal, dst. c) Estimasi Pendapatan Bagian Laba BUMD/N dan Investasi Lainnya d) Estimasi Lainlain PAD 2) Estimasi Pendapatan Dana Perimbangan, terdiri dari perkiraanperkiraan buku besar : a) Estimasi Pendapatan Bagian Daerah dari PBB b) Estimasi Pendapatan Bagian Daerah dari BPHTB c) Estimasi Pendapatan Bagian Daerah dari SDA, antara lain diperoleh dari Sektor Kehutanan, Sektor Pertambangan IHPH dan perikanan. d) Estimasi Pendapatan Dana Alokasi Umum e) Estimasi Pendapatan Dana Alokasi Khusus 3) Estimasi Lainlain Pendapatan Yang Sah: a) Estimasi Pendapatan Hibah b) Estimasi Pendapatan Dana Darurat c) Estimasi Lainlain Pendapatan 4) Estimasi Pembagian Hasil Pajak/Retribusi (Pengurang Estimasi Pendapatan): a) Pembagian Hasil Pajak b) Pembagian Hasil Retribusi Depkeu (DJPKPD, BAKUN, BINTEK ), BPKP, dan Depdagri (KMK 355/KMK.07/2001). 2

5 BAB I Pedoman Akuntansi APBD b. Proses pencatatan dan dokumen terkait Anggaran diakui pada saat disetujui oleh DPRD dan disahkan oleh pemerintah. Estimasi Pendapatan merupakan wewenang yang diberikan oleh DPRD kepada Pemerintah Daerah melalui Perda APBD untuk menghasilkan pendapatan dari sumbersumber tertentu. Perda APBD menetapkan sumber dan target pendapatan yang harus dicapai oleh pemerintah. Dengan demikian dokumen sumber bagi unit pembukuan untuk membukukan Estimasi Pendapatan adalah Perda APBD. Sedangkan bila terjadi perubahan maka dokumen sumber untuk melakukan pembukuan adalah dokumen Revisi APBD. Estimasi pendapatan yang dialokasikan sesuai Otorisasi Kredit Anggaran (OKA) yang diterbitkan, merupakan bagian dari estimasi pendapatan yang ditetapkan kepada suatu instansi untuk direalisasikan. Realisasi Anggaran Pendapatan harus dibukukan sesuai dengan klasifikasi perkiraan buku besar dan pembantu yang telah ditetapkan dalam bagan perkiraan, untuk memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku dan untuk keperluan pengendalian bagi pimpinan. Setiap akhir tahun anggaran dilakukan jurnal penutup atas estimasi pendapatan, estimasi pendapatan yang dialokasikan, juga atas realisasi pendapatannya sehingga akan diperoleh nilai penambahan atau pengurangan Surplus/Defisit Tahun Perolehan yang merupakan bagian Ekuitas Dana Lancar. c. Saldo Normal Saldo normal perkiraan Estimasi Pendapatan adalah saldo debet, hal ini berarti jika terjadi Revisi APBD yang berakibat penambahan maka penambahannya dicatat disebelah debet, sedangkan bila berakibat pengurangan akan dicatat disebelah kredit. d. Jurnal Standar 1) Jurnal untuk mencatat Estimasi Pendapatan pada saat terbitnya Perda APBD adalah sebagai berikut : No. Nama Perkiraan Debet Kredit Perkiraan 9001 Estimasi Pendapatan Pajak Daerah 9002 Estimasi Pendapatan Retribusi Daerah 9003 Est. Pend. Bag Laba BUMN/D & Inv. Lainnya Depkeu (DJPKPD, BAKUN, BINTEK ), BPKP, dan Depdagri (KMK 355/KMK.07/2001). 3

6 BAB I Pedoman Akuntansi APBD 9004 Estimasi Pendapatan dari Lainlain PAD 9011 Estimasi Pend. Bag Daerah dari PBB & BPHTP 9012 Estimasi Pend. Bag Daerah dari PPh 9013 Estimasi Pendapatan Bag Daerah dari SDA 9014 Estimasi Pendapatan Dana Alokasi Umum 9015 Estimasi Pendapatan Dana Alokasi Khusus 9021 Estimasi Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi 9022 Estimasi Pend. Bagi Hasil Lainnya dari Provinsi 9031 Estimasi Pendapatan Hibah 9032 Estimasi Pendapatan Dana Darurat 9033 Estimasi LainLain Pendapatan 6300 Surplus/Defisit Tahun Perolehan Xxx 2) Jurnal untuk mencatat Estimasi Pendapatan yang berhubungan dengan terbitnya Revisi Perda APBD yang berakibat adanya penambahan adalah sebagai berikut : No. Nama Perkiraan Debet Kredit Perkiraan 9001 Estimasi Pendapatan Pajak Daerah Xxx 9002 Estimasi Pendapatan Retribusi Daerah Xxx 9003 Est. Pend. Bag Laba BUMN/D & Inv Lainnya Xxx 9004 Estimasi Pendapatan dari Lainlain PAD Xxx 9011 Estimasi Pend. Bag Daerah dr PBB & BPHTP Xxx 9012 Estimasi Pend. Bag Daerah dr PPh Xxx 9013 Estimasi Pendapatan Bag Daerah dr SDA Xxx 9014 Estimasi Pendapatan Dana Alokasi Umum Xxx 9015 Estimasi Pendapatan Dana Alokasi Khusus Xxx 9021 Estimasi Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi Xxx 9022 Estimasi Pend. Bagi Hasil Lainnya dari Provinsi Xxx 9031 Estimasi Pendapatan Hibah Xxx 9032 Estimasi Pendapatan Dana Darurat Xxx 9033 Estimasi Pendapatan Lainlain Xxx 6300 Surplus/Defisit Tahun Pelaporan Xxx 3) Jurnal untuk mencatat Estimasi Pendapatan yang berhubungan dengan terbitnya Revisi Perda APBD yang berakibat adanya pengurangan anggaran adalah sebagai berikut : No. Nama Perkiraan Debet Kredit Perkiraan 6300 Surplus/Defisit Tahun Perolehan Xxx 9001 Estimasi Pendapatan Pajak Daerah Xxx 9002 Estimasi Pendapatan Retribusi Daerah Xxx 9003 Est. Pend. Bag Laba BUMN/D & Inv Lainnya Xxx 9004 Estimasi Pendapatan dari Lainlain PAD Xxx 9011 Estimasi Pend. Bag Daerah dr PBB & BPHTP Xxx 9012 Estimasi Pend. Bag Daerah dr PPh Xxx 9013 Estimasi Pendapatan Bag Daerah dr SDA Xxx Depkeu (DJPKPD, BAKUN, BINTEK ), BPKP, dan Depdagri (KMK 355/KMK.07/2001). 4

7 BAB I Pedoman Akuntansi APBD 9014 Estimasi Pendapatan Dana Alokasi Umum Xxx 9015 Estimasi Pendapatan Dana Alokasi Khusus Xxx 9021 Estimasi Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi Xxx 9022 Estimasi Pend. Bagi Hasil Lainnya dari Provinsi Xxx 9031 Estimasi Pendapatan Hibah Xxx 9032 Estimasi Pendapatan Dana Darurat Xxx 9033 Estimasi Pendapatan Lainlain Xxx 4) Jurnal untuk mencatat Estimasi Pendapatan yang dialokasikan berdasarkan OKA sebagai berikut: No. Perkiraan Nama Perkiraan Debet Kredit 9101 Estimasi Pendapatan Pajak Daerah yg Dialokasikan (Dinas X) 9102 Estimasi Pendapatan Retribusi Daerah yg Dialokasikan (Dinas X) 9103 Estimasi Pendapatan Bagian Laba BUMN/D & Investasi Lainnya yg Dialokasikan (Dinas X) 9104 Estimasi Pend. Dari Lainlain PAD yg Dialokasikan (Dinas X) 9111 Estimasi Pend. Bagian Daerah dari PBB & BPHTP yg Dialokasikan (Dinas X) 9112 Estimasi Pendapatan Bagian Daerah dari PPh yg Dialokasikan (Dinas X) 9113 Estimasi Pendapatan Bagian Daerah dari SDA yg Dialokasikan (Dinas X) 9114 Estimasi Pendapatan DAU yg Dialokasikan (Dinas X) 9115 Estimasi Pendapatan DAK yg Dialokasikan (Dinas X) 9121 Estimasi Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi Xxx yg Dialokasikan(Dinas X) 9122 Estimasi Pendapatan Bagi Hail Lainnya dari Provinsi yg Dialokasikan ( Dinas X ) 9131 Estimasi Pendapatan Hibah yg Dialokasikan (Dinas X) 9132 Estimasi Pendapatan Dana Darurat yg Dialokasikan (Dinas X) 9133 Estimasi Lainlain Pendapatan yg Dialokasikan (Dinas X) 9201 Alokasi Estimasi Pendapatan Pajak Daerah 9202 Alokasi Estimasi Pendapatan Retribusi Daerah 9203 Alokasi Estimasi Pendapatan Bagian Laba BUMN/D & Investasi Lainnya 9204 Alokasi Est. Pendapatan dari Lainlain PAD 9211 Alokasi Estimasi Pendapatan Bag Daerah dari PBB & BPHTP 9212 Alokasi Est. Pendapatan Bag Daerah dari PPh 9213 Alokasi Est. Pendapatan Bag Daerah dari SDA 9214 Alokasi Estimasi Pendapatan DAU Depkeu (DJPKPD, BAKUN, BINTEK ), BPKP, dan Depdagri (KMK 355/KMK.07/2001). 5

8 BAB I Pedoman Akuntansi APBD 9215 Alokasi Estimasi Pendapatan DAK 9221 Alokasi Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi Xxx 9222 Alokasi Pend.Bagi Hasil Lainnya dari Provinsi 9231 Alokasi Estimasi Pendapatan Hibah 9232 Alokasi Estimasi Pendapatan Dana Darurat 9233 Alokasi Estimasi LainLain Pendapatan 5) Jurnal Penutup. Jurnal untuk mencatat Realisasi Pendapatan berikut jurnal penutupnya dapat dilihat pada butir Pedoman Akuntansi Alokasi Pendapatan. Pada akhir tahun perkiraan estimasi pendapatan ditutup dengan pasangan perkiraan Alokasi Estimasi Pendapatan dengan jurnal penutup pada akhir tahun anggaran sebagai berikut : No. Nama Perkiraan Debet Kredit Perkiraan 9201 Alokasi Estimasi Pendapatan Pajak Daerah 9202 Alokasi Estimasi Pendapatan Retribusi Daerah 9203 Alokasi Est. Pend. Bag Laba BUMN/D & Invest. Lain 9204 Alokasi Estimasi Pendapatan dari Lainlain PAD 9211 Alokasi Estimasi Pendapatan Bagian Daerah dari PBB & BPHTB 9212 Alokasi Estimasi Pend. Bag. Daerah dari PPh 9213 Alokasi Estimasi Pendapatan Bag Daerah dr SDA 9214 Alokasi Estimasi Pendapatan DAU 9215 Alokasi Estimasi Pendapatan DAK 9221 Alokasi Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi Xxx 9222 Alokasi Pend.Bagi Hasil Lainnya dari Provinsi Xxx 9231 Alokasi Estimasi Pendapatan Hibah Xxx 9232 Alokasi Estimasi Pendapatan Dana Darurat Xxx 9233 Alokasi Estimasi Pendapatan Lainlain Xxx 9001 Estimasi Pendapatan Pajak Daerah 9002 Estimasi Pendapatan Retribusi Daerah 9003 Est Pend Bag Laba BUMN/D dan Investasi Lainnya 9004 Estimasi Pendapatan dari Lainlain PAD 9011 Estimasi Pend. Bag Daerah dari PBB & BPHTB 9012 Estimasi Pendapatan Bag Daerah dari PPh 9013 Estimasi Pendapatan Bag Daerah dari SDA 9014 Estimasi Pendapatan DAU 9015 Estimasi Pendapatan DAK 9021 Estimasi Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi Xxx 9022 Estimasi Pend. Bagi Hasil Lainnya dari Provinsi Xxx 9031 Estimasi Pendapatan Hibah Xxx 9032 Estimasi Pendapatan Dana Darurat Xxx 9033 Estimasi LainLain Pendapatan Xxx Depkeu (DJPKPD, BAKUN, BINTEK ), BPKP, dan Depdagri (KMK 355/KMK.07/2001). 6

9 BAB I Pedoman Akuntansi APBD e. Pengukuran Estimasi Pendapatan dinyatakan dalam nilai rupiah, sebesar target pendapatan yang harus dicapai oleh pemerintah propinsi/kabupaten/kota. Sesuai standar akuntansi yang berlaku umum dalam akuntansi pemerintah, Estimasi Pendapatan tidak dinyatakan dalam valuta asing sehingga tidak perlu dilakukan konversi. Seluruh estimasi harus dilakukan dalam nilai rupiah. f. Pengungkapan Besarnya Estimasi Pendapatan diungkapkan pada Laporan Perhitungan APBD sisi anggaran, yang merupakan target yang harus dicapai untuk membiayai kegiatan pemerintahan. Halhal yang perlu diungkapkan terutama adalah rincian sumber pendapatan untuk diperbandingkan dalam persentase pencapaian target dengan realisasi pendapatannya 2. Anggaran Belanja a. Pengertian Anggaran belanja terdiri dari apropriasi yang kemudian dijabarkan menjadi Otorisasi Kredit Anggaran (allotment). Dengan mengacu pada format APBD yang berlaku sesuai ketentuan perundangundangan yang ada saat ini, kelompok anggaran belanja, buku besar dan buku pembantu sebagaimana telah ditetapkan dalam Bagan Perkiraan (Buku I) yang harus dibentuk dan dipelihara meliputi perkiraanperkiraan : 1) Apropriasi Belanja Operasi Terdiri dari : a) Apropriasi Belanja Pegawai, antara lain terdiri dari Gaji dan Tunjangan Lainnya, Honorarium, Uang Lembur, Upah Pegawai Harian Tetap dan Lainlain Belanja Pegawai. b) Apropriasi Belanja Barang dan Jasa, antara lain terdiri dari Belanja Alat Tulis Kantor, Ongkos Kantor (misal ongkos kurir, Depkeu (DJPKPD, BAKUN, BINTEK ), BPKP, dan Depdagri (KMK 355/KMK.07/2001). 7

10 BAB I Pedoman Akuntansi APBD ongkos kirim), Perpustakaan (di luar buku ilmiah, misal majalah), Pakaian Dinas, dan Lainlain Belanja Non Investasi. c) Apropriasi Belanja Pemeliharaan, antara lain terdiri dari Pemeliharaan Gedung Kantor, Pemeliharaan Rumah Dinas, Kendaraan Dinas, Inventaris Kantor dan Lainlain Belanja Pemeliharaan. d) Apropriasi Belanja Perjalanan Dinas, antara lain terdiri dari Belanja Perjalanan Dinas, Perjalanan Dinas Tetap, Perjalanan Pindah, Perjalan Pemulangan Pegawai Pensiun dan Perjalanan Dinas Lainnya. e) Apropriasi Belanja Pinjaman, antara lain terdiri dari Belanja Angsuran Bunga Hutang dan Belanja Lainnya yang Berhubungan dengan Hutang f) Apropriasi Belanja Subsidi g) Apropriasi Belanja Hibah h) Apropriasi Belanja Bantuan Sosial i) Apropriasi Belanja Operasi Lainnya 2) Apropriasi Belanja Modal Terdiri dari : a) Apropriasi Belanja Aset Tetap, terdiri dari Belanja Tanah, Peralatan dan Mesin,Gedung, Bangunan, Jalan, Irigasi, Jalan serta Belanja Aset Tetap Lainnya. b) Apropriasi Belanja Aset Lainnya. 3) Apropriasi Belanja Tak Tersangka Apropriasi Belanja Tak tersangka ini dibentuk untuk tujuan mengatasi bencana alam, sosial dan kegiatan tak terduga lainnya. b. Proses pencatatan dan dokumen terkait Anggaran diakui pada saat disetujui oleh DPRD dan disahkan oleh pemerintah. Apropriasi merupakan anggaran belanja yang disetujui DPRD yang merupakan mandat kepada Gubernur/Bupati/Walikota untuk melakukan pengeluaranpengeluaran sesuai tujuan yang ditetapkan. Otorisasi Kredit Anggaran (Allotment) adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang menunjukkan bagian dari apropriasi yang disediakan bagi instansi atau unitunit pengguna anggaran dan digunakan untuk memperoleh uang dari Kas Umum Negara/Kas Daerah guna membiayai pengeluaranpengeluaran selama periode otorisasi tersebut. Depkeu (DJPKPD, BAKUN, BINTEK ), BPKP, dan Depdagri (KMK 355/KMK.07/2001). 8

11 BAB I Pedoman Akuntansi APBD Realisasi Anggaran Belanja harus dibukukan sesuai dengan klasifikasi belanja yang ditetapkan. Pencatatan realisasi anggaran dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku dan untuk keperluan pengendalian bagi pimpinan dengan cara yang memungkinkan pengukuran kegiatan belanja tersebut. Setiap akhir tahun anggaran dilakukan jurnal penutup atas apropriasi belanja, allotment belanja tiaptiap satker/dinas/pengguna anggaran, dan juga realisasi pendapatannya sehingga akan diperoleh nilai penambahan atau pengurangan terhadap perkiraan surplus/defisit tahun perolehan yang merupakan bagian Ekuitas Dana Lancar. c. Saldo Normal Saldo normal perkiraan Apropriasi Belanja adalah saldo kredit, hal ini berarti jika terjadi Revisi APBD yang berakibat penambahan maka penambahannya dicatat di sebelah kredit, sedangkan bila berakibat pengurangan akan dicatat di sebelah debit. d. Jurnal Standar 1) Jurnal untuk mencatat apropriasi belanja dengan terbitnya Perda APBD adalah sebagai berikut : No. Nama Perkiraan Debet Kredit Perkiraan 6300 Surplus/Defisit Tahun Pelaporan 9301 Apropriasi Belanja Pegawai Xxx 9302 Apropriasi Belanja Barang dan Jasa Xxx 9303 Apropriasi Belanja Pemeliharaan Xxx 9304 Apropriasi Belanja Perjalanan Dinas Xxx 9305 Apropiasi Belanja Pinjaman Xxx 9306 Apropriasi Belanja Subsidi Xxx 9307 Apropriasi Belanja Hibah 9308 Apropriasi Belanja Bantuan Sosial 9309 Apropriasi Belanja Operasi Lainnya 9311 Apropriasi Belanja Aset Tetap 9312 Apropriasi Belanja Aset Lainnya 9321 Apropriasi Belanja Tak Tersangka 2) Jurnal untuk mencatat apropriasi belanja dengan terbitnya Revisi Perda APBD yang berakibat adanya penambahan anggaran adalah sebagai berikut : Depkeu (DJPKPD, BAKUN, BINTEK ), BPKP, dan Depdagri (KMK 355/KMK.07/2001). 9

12 BAB I Pedoman Akuntansi APBD No. Nama Perkiraan Debet Kredit Perkiraan 6300 Surplus/Defisit Tahun Pelaporan 9301 Apropriasi Belanja Pegawai 9302 Apropriasi Belanja Barang dan Jasa 9303 Apropriasi Belanja Pemeliharaan 9304 Apropriasi Belanja Perjalanan Dinas 9305 Apropriasi Belanja Pinjaman 9306 Apropriasi Belanja Subsidi 9307 Apropriasi Belanja Hibah 9308 Apropriasi Belanja Bantuan Sosial 9309 Apropriasi Belanja Operasi Lainnya 9311 Apropriasi Belanja Aset Tetap 9312 Apropriasi Belanja Aset Lainnya 9321 Apropriasi Belanja Tak Tersangka 3) Jurnal untuk mencatat apropriasi belanja dengan terbitnya Revisi Perda APBD yang berakibat terjadinya pengurangan anggaran adalah sebagai berikut : No. Nama Perkiraan Debet Kredit Perkiraan 9301 Apropriasi Belanja Pegawai 9302 Apropriasi Belanja Barang dan Jasa 9303 Apropriasi Belanja Pemeliharaan 9304 Apropriasi Belanja Perjalanan Dinas 9305 Apropriasi Belanja Pinjaman 9306 Apropriasi Belanja Subsidi Xxx 9307 Apropriasi Belanja Hibah 9308 Apropriasi Belanja Bantuan Sosial 9309 Apropriasi Belanja Operasi Lainnya 9311 Apropriasi Belanja Aset Tetap 9312 Apropriasi Belanja Aset Lainnya 9321 Apropriasi Belanja Tak Tersangka 6300 Surplus/Defisit Tahun Pelaporan 4) Jurnal Penutup Jurnal untuk mencatat allotment belanja berikut jurnal penutupnya (lihat Pedoman Akuntansi Allotment Belanja) dan Jurnal untuk mencatat Realisasi Belanja berikut jurnal penutupnya dapat dilihat pada Pedoman Akuntansi Belanja. Jurnal Penutup yang dilakukan pada akhir tahun untuk perkiraan Estimasi Pendapatan adalah sebagai berikut: Depkeu (DJPKPD, BAKUN, BINTEK ), BPKP, dan Depdagri (KMK 355/KMK.07/2001). 10

13 BAB I Pedoman Akuntansi APBD No. Nama Perkiraan Debet K Perkiraan 9301 Apropriasi Belanja Pegawai 9302 Apropriasi Belanja Barang dan Jasa 9303 Apropriasi Belanja Pemeliharaan 9304 Apropriasi Belanja Perjalanan Dinas 9305 Apropriasi Belanja Pinjaman 9306 Apropriasi Belanja Subsidi 9307 Apropriasi Belanja Hibah 9308 Apropriasi Belanja Bantuan Sosial 9309 Apropriasi Belanja Operasi Lainnya 9311 Apropriasi Belanja AT u/ Plyn Publik 9312 Apropriasi Belanja Aset Lainnya 9321 Apropriasi Belanja Tak Tersangka 6300 Surplus/Defisit Tahun Pelaporan e. Pengukuran Apropriasi Belanja dinyatakan dalam nilai rupiah, sebesar jumlah maksimal yang diperkenankan untuk direalisasikan oleh pemerintah. Sesuai standar akuntansi keuangan pemerintah yang berlaku umum, Apropriasi Belanja tidak dinyatakan dalam valuta asing sehingga tidak perlu dilakukan konversi. Seluruh apropriasi belanja dinyatakan dalam nilai rupiah. f. Pengungkapan Besarnya Apropriasi Belanja diungkapkan pada Laporan Perhitungan APBD sisi anggaran, yang merupakan jumlah maksimal yang diperkenankan untuk direalisasikan oleh pemerintah daerah. Halhal penting yang perlu diungkapkan terutama adalah rincian belanja yang diklasifikasikan menurut fungsi, organisasi dan jenis belanja untuk diperbandingkan dalam persentase dengan realisasi belanja. Klasifikasi menurut fungsi adalah klasifikasi yang didasarkan pada fungsifungsi utama pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Klasifikasi menurut organisasi yaitu klasifikasi menurut bagian anggaran atau unitunit yang menguasai anggaran. Klasifikasi menurut jenis belanja meliputi belanja operasi, belanja modal dan belanja tak tersangka yang dirinci sesuai dengan format Depkeu (DJPKPD, BAKUN, BINTEK ), BPKP, dan Depdagri (KMK 355/KMK.07/2001). 11

14 BAB I Pedoman Akuntansi APBD APBD menurut ketentuan yang berlaku (lihat uraian Pengertian di atas). 3. Anggaran Bagi Hasil Pendapatan Ke Kabupaten/Kota/Desa a. Pengertian Anggaran Bagi Hasil Pendapatan ke Kabupaten/Kota/Desa terdiri dari apropriasi yang kemudian dijabarkan menjadi Otorisasi Kredit Anggaran (allotment). Berdasarkan format APBD yang mengacu pada ketentuan perundangundangan ada saat ini, buku besar dan buku pembantu yang perlu dibentuk sesuai bagan perkiraan standar sebagaimana dapat dilihat dalam Buku I meliputi : 1) Apropriasi Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota Perkiraan ini, antara lain terdiri dari: Apropriasi Bagi Hasil Pajak Kendaraaan Bermotor dan Kendaraan Diatas Air Apropriasi Bagi Hasil Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor & Kendaraan Diatas Air Apropriasi Bagi Hasil Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Apropriasi Bagi Hasil Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan ABTP 2) Apropriasi Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota Terdiri dari bagi hasil lainnya di luar pajak dari pemerintah propinsi kepada Kabupaten/Kota; 3) Apropriasi Bagi Hasil Pajak ke Desa Apropriasi ini merupakan anggaran bagi hasil pajak kabupaten/kota yang didistribusikan kepada desadesa diwilayahnya, yang terdiri dari: Apropriasi Bagi Hasil Pajak Hotel Apropriasi Bagi Hasil Pajak Restoran Apropriasi Bagi Hasil Pajak Hiburan Apropriasi Bagi Hasil Pajak Reklame Apropriasi Bagi Hasil Pajak Penerangan Jalan Apropriasi Bagi Hasil Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan galian Golongan C Apropriasi Bagi Hasil Pajak Parkir, dan Apropriasi Bagi Hasil Pajak Daerah Lainnya; Depkeu (DJPKPD, BAKUN, BINTEK ), BPKP, dan Depdagri (KMK 355/KMK.07/2001). 12

15 BAB I Pedoman Akuntansi APBD 4) Apropriasi Bagi Hasil Retribusi ke Desa Apropriasi ini merupakan anggaran bagi hasil retribusi kabupaten/kota yang didistribusikan kepada desadesa penerima di wilayahnya, terdiri dari : Apropriasi Bagi Hasil Retribusi Jasa Umum (RJUm) Pelayanan Kesehatan Apropriasi Bagi Hasil RJUm Pelayanan Persampahan /Kebersihan Apropriasi Bagi Hasil RJUm Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akte Catatan Sipil Apropriasi Bagi Hasil RJUm Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan mayat Apropriasi Bagi Hasil RJUm Pelayanan Parkir di tepi Jalan Umum Apropriasi Bagi Hasil Pelayanan Pasar Apropriasi Bagi Hasil RJUm Pengujian Kend. Bermotor Apropriasi Bagi Hasil RJUm Pemeriksaan Alat Pemadam kebakaran Apropriasi Bagi Hasil RJUm Penggantian Biaya cetak Peta Apropriasi Bagi Hasil RJUm Pengujian kapal perikanan Apropriasi Bagi Hasil Retribusi Jasa Usaha (RJUs) Pemakaian Kekayaan Daerah Apropriasi Bagi Hasil RJUs Pasar Grosir dan/atau Pertokoan Apropriasi Bagi Hasil RJUs Tempat Pelelangan Apropriasi Bagi Hasil RJUs Terminal Apropriasi Bagi Hasil RJUs Tempat Khusus Parkir Apropriasi Bagi Hasil RJUs Penyedotan kakus/kotoran Apropriasi Bagi Hasil RJUs Tempat Penginapan /Pesanggarahan /Villa Apropriasi Bagi Hasil RJUs Rumah Potong Hewan Apropriasi Bagi Hasil RJUs Pelayanan Pelabuhan Kapal Apropriasi Bagi Hasil RJUs Tempat Rekreasi & Olah Raga Apropriasi Bagi Hasil RJUs Penyeberangan di Atas Air Apropriasi Bagi Hasil RJUs Pengelolaan Limbah Cair Apropriasi Bagi Hasil RJUs Penjualan Produk Usaha Apropriasi Bagi Hasil Retribusi Perijinan Tertentu (RPT) Ijin Mendirikan Bangunan Apropriasi Bagi Hasil RPT Ijin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol Apropriasi Bagi Hasil RPT Ijin Gangguan Apropriasi Bagi Hasil RPT Ijin Trayek Apropriasi Bagi Hasil Retribusi Daerah Lainnya.; Depkeu (DJPKPD, BAKUN, BINTEK ), BPKP, dan Depdagri (KMK 355/KMK.07/2001). 13

16 BAB I Pedoman Akuntansi APBD 5) Apropriasi Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota Merupakan anggaran bagi hasil lainnya di luar pajak dari pemerintah propinsi kepada Kabupaten/Kota; b. Proses pencatatan dan dokumen terkait Anggaran diakui pada saat disetujui oleh DPRD dan disahkan oleh pemerintah. Apropriasi merupakan anggaran belanja yang disetujui DPRD yang merupakan mandat kepada Gubernur/Bupati/Walikota untuk melakukan pengeluaranpengeluaran sesuai tujuan yang ditetapkan. Otorisasi Kredit Anggaran (Allotment) adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang menunjukkan bagian dari appropriasi yang disediakan bagi instansi dan digunakan utntuk memperoleh uang dari Kas Umum Negara/Kas Daerah guna membiayai pengeluaranpengeluaran selama periode otorisasi tersebut. Realisasi Anggaran Bagi Hasil Pendapatan ke Kabupaten/Kota/ Desa harus dibukukan sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan, untuk memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku dan juga untuk keperluan pengendalian bagi pimpinan dengan cara yang memungkinkan pengukuran bagi hasil pendapatan tersebut. Setiap akhir tahun anggaran dilakukan jurnal penutup atas apropriasi Bagi Hasil Pendapatan ke Kabupaten/Kota/ Desa, allotment Bagi Hasil Pendapatan ke Kabupaten/Kota/ Desa tiap satker/dinas, juga atas realisasi pendapatannya sehingga akan diperoleh nilai penambahan atau pengurangan terhadap Surplus/Defisit Tahun Perolehan yang merupakan bagian Ekuitas Dana Lancar. c. Saldo Normal Saldo normal perkiraan Apropriasi Bagi Hasil Pendapatan ke Kabupaten/Kota/ Desa adalah saldo kredit, hal ini berarti jika terjadi Revisi APBD yang berakibat penambahan maka penambahannya dicatat di sebelah kredit, sedangkan bila berakibat pengurangan akan dicatat di sebelah debit. Depkeu (DJPKPD, BAKUN, BINTEK ), BPKP, dan Depdagri (KMK 355/KMK.07/2001). 14

17 BAB I Pedoman Akuntansi APBD d. Jurnal Standar 1) Jurnal untuk mencatat Apropriasi Bagi Hasil Pendapatan ke Kabupaten/Kota/ Desa dengan terbitnya Perda APBD adalah sebagai berikut : No. Perkiraan Nama Perkiraan Debet Kredit 6300 Surplus/Defisit Tahun Pelaporan 9330 Apropriasi Bagi Hasil Pendapatan ke Kabupaten /Kota/ Desa Buku Pembantu Apopriasi Bagi Hasil Pendapatan ke Kab./Kota/Desa (dikredit sebesar anggaran) : Apr. Bagi Hasil Pajak Kendaraaan Bermotor & Kendaraan Diatas Air Apr. Bagi Hasil Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor & Kendaraan Diatas Air Apr. Bagi Hasil Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Apr. Bagi Hasil Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan ABTP Apr. Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kab./Kota Apr. Bagi Hasil Pajak Hotel Apr. Bagi Hasil Pajak Restoran Apr. Bagi Hasil Pajak Hiburan Apr. Bagi Hasil Pajak Reklame Apr. Bagi Hasil Pajak Penerangan Jalan Apr. Bagi Hasil Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan galian Golongan C. Apr. Bagi Hasil Pajak Parkir Apr. Bagi Hasil Pajak daerah Lainnya Apr. Bagi Hasil Retribusi Jasa Umum (RJUm) Pelayanan Kesehatan Apr. Bagi Hasil RJUm Pelayanan Persampahan /Kebersihan Apr. Bagi Hasil RJUm Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akte Catatan Sipil Apr. Bagi Hasil RJUm Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan mayat Apr. Bagi Hasil RJUm Pelyn. Parkir di tepi Jalan Umum Apr. Bagi Hasil Pelayanan Pasar Apr. Bagi Hasil RJUm Pengujian Kend. Bermotor Apr. Bagi Hasil RJUm Pemeriks. Alat Pemadam kebakaran Apr. Bagi Hasil RJUm Penggantian Biaya cetak Peta Apr. Bagi Hasil RJUm Pengujian kapal perikanan Apr. Bagi Hasil Retrrebusi Jasa Usaha (RJUs) Pemakaian Kekayaan Daerah Apr. Bagi Hasil RJUs Pasar Grosir dan/atau Depkeu (DJPKPD, BAKUN, BINTEK ), BPKP, dan Depdagri (KMK 355/KMK.07/2001). 15

18 BAB I Pedoman Akuntansi APBD Pertokoan Apr. Bagi Hasil RJUs Tempat Pelelangan Apr. Bagi Hasil RJUs Terminal Apr. Bagi Hasil RJUs Tempat Khusus Parkir Apr. Bagi Hasil RJUs Penyedotan kakus/kotoran Apr. Bagi Hasil RJUs Tempat Penginapan /Pesanggarahan /Villa Apr. Bagi Hasil RJUs Rumah Potong Hewan Apr. Bagi Hasil RJUs Pelayanan Pelabuhan Kapal Apr. Bagi Hasil RJUs Tempat Rekreasi & Olah Raga Apr. Bagi Hasil RJUs Penyebrangan di Atas Air Apr. Bagi Hasil RJUs Pengelolaan Limbah Cair Apr. Bagi Hasil RJUs Penjualan Produk Usaha Apr. Bagi Hasil Retribusi Perijinan Tertentu (RPT) Ijin Mendirikan Bangunan Apr. Bagi Hasil RPT Ijin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol Apr. Bagi Hasil RPT Ijin Gangguan Apr. Bagi Hasil RPT Ijin Trayek Apr. Bagi Hasil Retribusi Daerah Lainnya Apr. Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Desa 2) Jurnal untuk mencatat perkiraan Apropriasi Bagi Hasil Pendapatan ke Kabupaten/Kota/ Desa sehubungan dengan terbitnya Revisi Perda APBD yang berakibat adanya penambahan apropriasi adalah sebagai berikut : No. Perkiraan Nama Perkiraan Debet Kredit 6300 Surplus/Defisit Tahun Pelaporan 9331 Apr. Bagi Hasil Pajak ke Kab./Kota Apr. Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke 9332 Kab./Kota 9333 Apr. Bagi Hasil Pajak ke Desa 9334 Apr. Bagi Hasil Retribusi ke Desa 9335 Apr. Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Desa 3) Jurnal untuk mencatat apropriasi belanja sehubungan dengan terbitnya Revisi Perda APBD yang berakibat adanya pengurangan apropriasi belanja adalah sebagai berikut : No. Perkiraan Nama Perkiraan Debet Kredit 9331 Apr. Bagi Hasil Pajak ke kab./kota Depkeu (DJPKPD, BAKUN, BINTEK ), BPKP, dan Depdagri (KMK 355/KMK.07/2001). 16

19 BAB I Pedoman Akuntansi APBD 9332 Apr. Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kab./Kota 9333 Apr. Bagi Hasil Pajak ke Desa 9334 Apr. Bagi Hasil Retribusi ke Desa 9335 Apr. Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Desa 6300 Surplus/Defisit Tahun Pelaporan 4) Jurnal Penutup Jurnal untuk mencatat allotment Apropriasi Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kab./Kota/Desa berikut jurnal penutupnya dapat lihat pada Pedoman Akuntansi Allotment Apr. Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kab./Kota/Desa. Sedangkan jurnal untuk mencatat realisasi Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kab./Kota/Desa berikut jurnal penutupnya lihat Pedoman Akuntansi Belanja. Selanjutnya, Jurnal Penutup yang dilakukan pada setiap akhir tahun anggaran untuk perkiraan Estimasi Pendapatan adalah sebagai berikut: No. Perkiraan Nama Perkiraan Debet Kredit 9331 Apr. Bagi Hasil Pajakab./Kota 9332 Apr. Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kab./Kota 9333 Apr. Bagi Hasil Pajak ke Desa 9334 Apr. Bagi Hasil Retribusi ke Desa 9335 Apr. Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Desa 6300 Surplus/Defisit Tahun Pelaporan e. Pengukuran Apropriasi Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kab./Kota. dinyatakan dalam nilai rupiah, sebesar jumlah maksimal yang diperkenankan untuk direalisir oleh pemerintah. Apropriasi Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kab./Kota. tidak mungkin dinyatakan dalam valuta asing sehingga tidak perlu dilakukan konversi. f. Pengungkapan Besarnya Apropriasi Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kab./Kota. diungkapkan pada Laporan Perhitungan APBD sisi anggaran, yang merupakan jumlah maksimal yang diperkenankan untuk direalisir pemerintah. Halhal yang perlu diungkapkan terutama adalah rincian bagi hasil pendapatan yang diklasifikasikan menurut jenis bagi hasil untuk diperbandingkan dalam persentase dengan realisasi bagi hasil pendapatan. Depkeu (DJPKPD, BAKUN, BINTEK ), BPKP, dan Depdagri (KMK 355/KMK.07/2001). 17

20 BAB I Pedoman Akuntansi APBD Klasifikasi menurut jenis bagi hasil pendapatan meliputi bagi hasil pendapatan ke Kab./Kota/desa yang dirinci sesuai dengan format APBD menurut ketentuan yang berlaku. 4. Anggaran Pembentukan Dana Cadangan a. Pengertian Pemerintah Daerah dapat membentuk dana cadangan guna membiayai kebutuhan dana yang tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran. Dana cadangan dapat dibentuk dari kontribusi tahunan APBD kecuali dari dana alokasi khusus, pinjaman daerah dan dana darurat. Untuk itu perlu pula disusun pedoman akuntansi penyisihannya yang meliputi Apropriasi Pembentukan Dana Cadangan dan Estimasi Transfer Masuk Dana Cadangan serta Apropriasi Belanja Aset dari Dana Cadangan. Apropriasi Pembentukan Dana Cadangan adalah jumlah maksimal yang disetujui DPRD yang merupakan mandat kepada Gubernur/ Bupati/Walikota untuk melakukan pembentukan dana cadangan sesuai tujuan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah (Perda). Estimasi Transfer Masuk Dana Cadangan adalah target yang ditentukan DPRD untuk menyediakan dana untuk merealisir rencana peruntukan dana cadangan. Apropriasi Belanja Aset dari Dana Cadangan adalah jumlah maksimum dana cadangan pada tahun tersebut yang dapat dibelanjakan sesuai dengan rencana pembentukannya. b. Proses Pencatatan dan Dokumen Terkait Pembentukan dan penggunaan Dana Cadangan harus didasarkan Perda. Proses pencatatan Dana Cadangan sudah dimulai sejak terbitnya Perda APBD untuk mencatat Estimasi Pencairan Dana Cadangan sekaligus untuk mencatat Apropriasi Pembentukan Dana Cadangan dan dilanjutkan dengan pencatatan pada saat terbit Otorisasi Kredit Anggaran. Selanjutnya, pada saat realisasi pembentukannya dalam tahun anggaran berjalan dilakukan pencatatan atas penyisihan kas untuk dana cadangan yang disimpan pada rekening tersendiri. Dan pada saat penggunaannya nanti sesuai yang ditetapkan dalam Perda, Depkeu (DJPKPD, BAKUN, BINTEK ), BPKP, dan Depdagri (KMK 355/KMK.07/2001). 18

21 BAB I Pedoman Akuntansi APBD dilakukan pencatatan atas pengeluaran uang atas beban dana cadangan dengan dokumen sumber berupa SPM. c. Saldo Normal Saldo normal perkiraan Estimasi Pencairan Dana Cadangan adalah saldo debet, ini berarti jika ada pembentukan dana dan Revisi APBD yang berakibat penambahan maka penambahannya dicatat di sebelah debet, sedangkan bila berakibat pengurangan akan dicatat di sebelah kredit. Sedangkan Saldo normal perkiraan Apropriasi Pembentukan Dana Cadangan adalah saldo kredit, hal ini berarti jika terjadi Revisi APBD yang berakibat penambahan maka penambahannya dicatat di sebelah kredit, sedangkan bila berakibat pengurangan akan dicatat di sebelah debet. d. Jurnal Standar 1) Jurnal saat anggaran disetujui DPRD untuk mencatat Apropriasi Pembentukan Dana Cadangan dan Apropriasi pencairan Dana Cadangan untuk digunakan adalah sebagai berikut : No. Nama Perkiraan Debet Kredit Perkiraan 6300 Surplus/Defisit Tahun Pelaporan 9341 Apropriasi Pembentukan Dana Cadangan 9241 Estimasi Pencarian MasukDana Cadangan 6300 Surplus/Defisit Tahun Pelaporan 2) Jurnal saat terbit Otorisasi Kredit Anggaran (lihat butir tentang Pedoman Akuntansi Alokasi Apropriasi): No. Nama Perkiraan Debet Kredit Perkiraan 9441 Alokasi Aprop. Pembentukan Dana Cadangan 9541 Allotment Pembentukan Dana Cadangan Depkeu (DJPKPD, BAKUN, BINTEK ), BPKP, dan Depdagri (KMK 355/KMK.07/2001). 19

22 BAB I Pedoman Akuntansi APBD 3) Jurnal pembentukan Dana Cadangan. Realisasi pembentukan dana cadangan dalam tahun anggaran berjalan dengan melakukan penyisihan uang kas daerah dijurnal sebagai berikut : No. Perkiraan Nama Perkiraan Debet Kredit Dana Cadangan Diinvestasikan dlm Dana Cadangan 6300 Pembentukan Dana Cadangan 0100 Kas di Kas Daerah 4) Jurnal realisasi pencairan Dana Cadangan Realisasi pencairan dana cadangan yaitu pada saat terjadinya transfer masuk dari Dana Cadangan ke kas daerah, dijurnal sebagai berikut : No. Nama Perkiraan Debet Kredit Perkiraan 0100 Kas di Kas Daerah Penerimaan Pencairan Dana Cadangan Diinvestasikan dalam Dana Cadangan Dana Cadangan 5) Jurnal Penutup: Pada setiap akhir tahun anggaran, perkiraan pembentukan dan pencairan dana cadangan dilakukan jurnal penutup sebagai berikut : No. Perkiraan Nama Perkiraan Debet Kredit Allotment Pembentukan Dana Cadangan Pembentukan Dana Cadangan Xxx Apropriasi Pembentukan Dana Cadangan Alokasi Apropriasi Pembentukan Dana Xxx Cadangan 6300 Surplus/Defisit Tahun Pelaporan Xxx Depkeu (DJPKPD, BAKUN, BINTEK ), BPKP, dan Depdagri (KMK 355/KMK.07/2001). 20

23 BAB I Pedoman Akuntansi APBD e. Pengukuran Estimasi Pencairan Dana Cadangan, Apropriasi Pembentukan Dana Cadangan dan Apropriasi Belanja Perolehan Aset dari Dana Cadangan seluruhnya dinyatakan dalam nilai rupiah, sebesar yang telah diamanatkan dalam Perda APBD. f. Pengungkapan Besarnya Apropriasi Pembentukan Dana Cadangan diungkapkan pada Laporan Perhitungan APBD sisi anggaran, yang merupakan target yang harus dicapai untuk membiayai kebutuhan dana yang tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran. Target tersebut diperbandingkan dengan realisasinya dalam persentase. HalHal yang perlu diungkapkan pada catatan laporan keuangan terutama adalah peruntukan dari pembentukan dana cadangan tersebut dan rencana waktu untuk mencapai jumlah yang diinginkan dan juga perlu diungkapkan sebabsebab tidak tercapainya target pembentukan dana yang cukup materiil. Estimasi Pencairan Dana Cadangan diungkapkan pada Laporan Perhitungan APBD sisi anggaran, yang merupakan target yang harus direalisasikan untuk penggunaan dana cadangan. Target tersebut diperbandingkan dengan realisasinya dalam persentase. HalHal yang perlu diungkapkan pada catatan laporan keuangan adalah wujud dari penggunaan Dana Cadangan tersebut, sesuai rencana awal pembentukannya. Bila terjadi penyimpangan yang cukup materiil atas pencapaian targetnya perlu diungkapkan sebabsebabnya pada Catatan Laporan Keuangan atau Nota Perhitungan Anggaran. Apropriasi Belanja Perolehan Aset dari Dana Cadangan dinyatakan dalam nilai rupiah, sebesar jumlah maksimal yang diperkenankan untuk direalisasikan oleh pemerintah. Apropriasi Belanja tidak dinyatakan dalam valuta asing sehingga tidak perlu dilakukan konversi. Bila terjadi penyimpangan yang cukup materiil atas anggaran yang telah ditetapkan perlu diungkapkan sebabsebabnya pada Catatan Laporan Keuangan atau Nota Perhitungan Anggaran. Depkeu (DJPKPD, BAKUN, BINTEK ), BPKP, dan Depdagri (KMK 355/KMK.07/2001). 21

24 BAB II Pedoman Akuntansi Pendapatan BAB I I PEDOMAN AKUNTANSI PENDAPATAN A. PENDAPATAN ASLI DAERAH. Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang diperoleh dan digali dari potensi pendapatan yang ada di daerah. Pendapatan asli daerah ini meliputi perkiraanperkiraan buku besar : Pendapatan Pajak Daerah Pendapatan Retribusi Daerah Pendapatan Bagian Laba BUMD dan Investasi Lainnya Lainlain Pendapatan Asli Daerah 1. Pendapatan Pajak Daerah a. Pengertian Perkiraan Pendapatan Pajak Daerah ini untuk menampung pendapatan yang berasal dari pajak daerah yang ditetapkan sesuai dengan peraturan daerah (Perda) dan dapat dipungut serta disetorkan ke Kas Daerah dalam tahun anggaran yang berjalan. b. Proses pencatatan dan dokumen terkait Pencatatan pada perkiraanperkiraan buku besar pendapatan asli daerah dimulai sejak Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) disetujui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), alokasi anggaran, realisasi sampai dengan penutupan tahun anggaran. Dokumen sumber untuk mencatat transaksi pendapatan meliputi : Otorisasi Kredit Anggaran sebagai dasar pecatatan alokasi pendapatan yang telah disetujui oleh DPRD Surat Tanda Setoran (STS) pada saat realisasi anggaran baik untuk penerimaan pajak maupun non pajak Memo Penyesuaian (MP) sebagai dasar pencatatan koreksi dan jurnal penutup. Pejabatpejabat yang terkait dengan transaksi pendapatan terdiri dari Unit Pelaksana Anggaran, Unit Keuangan, Unit Anggaran dan Unit Pembukuan. Prosedur pencatatan lebih rinci dapat dilihat pada bagan arus (flow chart) Buku IV. Depkeu (DJPKPD, BAKUN, BINTEK ), BPKP, dan Depdagri (KMK 355/KMK.07/2001). 22

25 BAB II Pedoman Akuntansi Pendapatan c. Saldo Normal Saldo normal perkiraan buku besar Pendapatan Asli Daerah adalah saldo kredit. Artinya perkiraan ini akan bertambah dengan adanya transaksi yang mengkreditnya, sebaliknya akan berkurang dengan adanya transaksi yang mendebet perkiraan pendapatan. d. Jurnal Standar Jurnal standar untuk mencatat transaksi Pendapatan Pajak Daerah sejak anggaran disetujui oleh DPRD sampai kepada jurnal penutup adalah sebagai berikut : 1) Pada saat anggaran Pendapatan Pajak Daerah disetujui/disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah : No. Perkiraan Nama Perkiraan Debet Kredit 9001 Estimasi Pendapatan Pajak Daerah 6300 Surplus/defisit tahun pelaporan Jumlah Buku Pembantu Pendapatan Pajak Daerah (didebet sebesar anggaran) : Pajak Kendaraaan Bermotor & Kendaraan Diatas Air Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor & Kendaraan Diatas Air Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan ABTP Pajak Hotel dan Restoran Pajak Hiburan Pajak Reklame Pajak Penerangan Jalan Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan galian Golongan C. Pajak Parkir Pajak daerah Lainnya Jumlah Xxx 2) Alokasi Pendapatan Pajak Daerah Dengan diterbitkannya Otorisasi Kredit Anggaran (OKA) maka anggaran Pendapatan Pajak Daerah dialokasikan kepada dinas terkait dengan jurnal sebagai berikut : Depkeu (DJPKPD, BAKUN, BINTEK ), BPKP, dan Depdagri (KMK 355/KMK.07/2001). 23

26 BAB II Pedoman Akuntansi Pendapatan No. Perkiraan Nama Perkiraan Debet Kredit 9101 Estimasi Pendapatan Pajak Daerah yang dialokasikan (Dinas X) 9201 Alokasi Estimasi Pendapatan Pajak Daerah Xxx Jumlah Xxx 3) Pada saat realisasi Realisasi Pendapatan Pajak Daerah diakui pada saat kas diterima dan dibukukan oleh Bendahara Umum Daerah (Kas Daerah) dalam tahun anggaran berjalan : No. Perkiraan Nama Perkiraan Debet Kredit 0100 Kas di Kas Daerah 8010 Pendapatan Pajak Daerah Jumlah Buku Pembantu Pendapatan Pajak Daerah (dikredit sebesar realisasinya) : Pajak Kendaraaan Bermotor & Kendaraan Diatas Air Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor & Kendaraan Diatas Air Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan ABTP Pajak Hotel Pajak Restoran Pajak Hiburan Pajak Reklame Pajak Penerangan Jalan Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan galian Golongan C. Pajak Parkir Pajak daerah Lainnya 4) Pendapatan Pajak Daerah Pencatatan pengembalian Pendapatan Pajak Daerah yang terjadi baik pada tahun anggaran berjalan maupun periode tahun anggaran berikutnya, seperti adanya restitusi pajak daerah, dijurnal sebagai berikut: Depkeu (DJPKPD, BAKUN, BINTEK ), BPKP, dan Depdagri (KMK 355/KMK.07/2001). 24

27 BAB II Pedoman Akuntansi Pendapatan No. Perkiraan Nama Perkiraan Debet Kredit 8010 Pendapatan Pajak Daerah 0100 Kas di Kas Daerah Buku Pembantu Pengembalian Pendapatan Pajak Daerah (didebet sebesar restitusinya) : Pajak Kendaraaan Bermotor & Kendaraan Diatas Air Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor & Kendaraan Diatas Air Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan ABTP Pajak Hotel Pajak Restoran Pajak Hiburan Pajak Reklame Pajak Penerangan Jalan Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan galian Golongan C. Pajak Parkir Pajak Daerah Lainnya Jumlah Xxx 5) Jurnal Penutup : Jurnal penutup perkiraan Pendapatan Pajak Daerah pada akhir tahun anggaran dilakukan sebagai berikut : a. Bila realisasi pendapatan melampaui estimasi/anggaran : No. Perkiraan Nama Perkiraan Debet Kredit 8010 Pendapatan Pajak Daerah 9101 Estimasi Pendapatan Pajak Daerah yg dialokasikan (Dinas atau unit organisasi setingkat ) 6300 Surplus/Defisit Tahun Pelaporan Alokasi Estimasi Pendapatan Pajak Daerah Estimasi Pendapatan Pajak Daerah Jumlah Xxx b. Bila realisasi pendapatan lebih rendah dari estimasi/anggaran : No. Perkiraan Nama Perkiraan Debet Kredit 8010 Pendapatan Pajak Daerah 6300 Surplus/Defisit Tahun Pelaporan 9101 Estimasi Pend. Pajak Daerah yg dialokasikan Depkeu (DJPKPD, BAKUN, BINTEK ), BPKP, dan Depdagri (KMK 355/KMK.07/2001). 25

28 BAB II Pedoman Akuntansi Pendapatan Alokasi Estimasi Pendapatan Pajak Daerah Estimasi Pendapatan Pajak Daerah Jumlah e. Pengukuran Pendapatan Pajak Daerah dinilai berdasarkan nilai realisasinya yaitu sejumlah uang kas yang diterima oleh Bendahara Umum Daerah (Kas di Kas Daerah) dalam tahun anggaran berjalan. f. Pengungkapan Pendapatan Pajak Daerah disajikan sebesar nilai anggaran dan realisasinya dalam laporan perhitungan APBD. Halhal yang perlu diungkapkan dalam nota perhitungan APBD bertalian dengan Pendapatan Pajak Daerah, antara lain : Rincian jenis Pendapatan Pajak Daerah. Penjelasan sebabsebab tidak tercapainya target penerimaan pajak daerah. Informasi penting lainnya yang dianggap perlu. 2. Pendapatan Retribusi Daerah a. Pengertian Perkiraan Pendapatan Restribusi Daerah ini untuk menampung pendapatan yang berasal dari restribusi daerah yang ditetapkan sesuai dengan peraturan daerah (Perda) dan dapat dipungut serta disetorkan ke Kas Daerah dalam tahun anggaran yang berjalan. b. Proses pencatatan dan dokumen terkait Pencatatan pada perkiraanperkiraan buku besar pendapatan retribusi daerah dimulai sejak Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah disetujui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), alokasi anggaran, realisasi sampai dengan penutupan tahun anggaran. Dokumen sumber untuk mencatat transaksi Pendapatan Restribusi Daerah meliputi : Otorisasi Kredit Anggaran sebagai dasar pencatatan alokasi pendapatan yang telah disetujui oleh DPRD Depkeu (DJPKPD, BAKUN, BINTEK ), BPKP, dan Depdagri (KMK 355/KMK.07/2001). 26

29 BAB II Pedoman Akuntansi Pendapatan Surat Tanda Setoran (STS) pada saat realisasi anggaran baik untuk penerimaan pajak maupun non pajak MP (Memo Penyesuaian) sebagai dasar pencatatan koreksi dan jurnal penutup. Pejabatpejabat yang terkait dengan transaksi pendapatan terdiri dari Unit Pelaksana Anggaran, Unit Keuangan, Unit Anggaran dan Unit Pembukuan. Prosedur pencatatan lebih rinci dapat dilihat pada bagan arus (flow chart) Buku IV. c. Saldo Normal Saldo normal perkiraan buku besar Pendapatan Restribusi Daerah adalah saldo kredit. Artinya perkiraan ini akan bertambah dengan adanya transaksi yang mengkreditnya, sebaliknya akan berkurang dengan adanya transaksi yang mendebetnya. d. Jurnal Standar Jurnal standar untuk mencatat transaksi pendapatan retribusi daerah sejak anggaran disetujui oleh DPRD sampai kepada jurnal penutup adalah sebagai berikut : 1) Pada saat anggaran Pendapatan Retribusi Daerah disetujui/disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah : No. Perkiraan Nama Perkiraan Debet Kredit 9002 Estimasi Pendapatan Retribusi Daerah Surplus/Defisit Tahun Pelaporan Jumlah Buku Pembantu Est. Pendapatan Retribusi Daerah (didebet sebesar anggaran) : Est. Pendpt. Retribusi Jasa Umum (RJUm) Pelayanan Kesehatan Est. Pendpt.. RJUm Pelayanan Persampahan /Kebersihan Est. Pendpt.. RJUm Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akte Catatan Sipil Est. Pendpt.. RJUm Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan mayat Est. Pendpt.. RJUm Pelyn. Parkir di tepi Jalan Umum Est. Pendpt.. RJUm Pelayanan Pasar Est. Pendpt.. RJUm Pengujian Kend. Bermotor Est. Pendpt.. RJUm Pemeriks. Alat Pemadam kebakaran Est. Pendpt.. RJUm Penggantian Biaya cetak Peta Depkeu (DJPKPD, BAKUN, BINTEK ), BPKP, dan Depdagri (KMK 355/KMK.07/2001). 27

30 BAB II Pedoman Akuntansi Pendapatan Est. Pendpt.. RJUm Pengujian kapal perikanan Est. Pendpt.. Retrrebusi Jasa Usaha (RJUs) Pemakaian Kekayaan Daerah Est. Pendpt.. RJUs Pasar Grosir dan/atau Pertokoan Est. Pendpt.. RJUs Tempat Pelelangan Est. Pendpt.. RJUs Terminal Est. Pendpt.. RJUs Tempat Khusus Parkir Est. Pendpt.. RJUs Penyedotan kakus/kotoran Est. Pendpt.. RJUs Tempat Penginapan /Pesanggarahan /Villa Est. Pendpt.. RJUs Rumah Potong Hewan Est. Pendpt.. RJUs Pelayanan Pelabuhan Kapal Est. Pendpt.. RJUs Tempat Rekreasi & Olah Raga Est. Pendpt.. RJUs Penyebrangan di Atas Air Est. Pendpt.. RJUs Pengelolaan Limbah Cair Est. Pendpt.. RJUs Penjualan Produk Usaha Est. Pendpt.. Retribusi Perijinan Tertentu (RPT) Ijin Mendirikan Bangunan Est. Pendpt.. RPT Ijin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol Est. Pendpt.. RPT Ijin Gangguan Est. Pendpt.. RPT Ijin Trayek Est. Pendpt.. Retribusi Daerah Lainnya 2) Alokasi Pendapatan Retribusi Daerah Dengan diterbitkannya Otorisasi Kredit Anggaran (OKA) maka anggaran Pendapatan Retribusi Daerah dialokasikan kepada dinas terkait dengan jurnal sebagai berikut : No. Perkiraan Nama Perkiraan Debet Kredit 9102 Estimasi Pendapatan Retribusi Daerah yang dialokasikan (Dinas /unit organisasi setingkat) 9202 Alokasi Estimasi Pendapatan Retribusi Daerah Jumlah 3) Pada saat realisasi Realisasi pendapatan retribusi daerah diakui pada saat Kas diterima dan dibukukan oleh Bendahara Umum Daerah (Kas di Kas Daerah ) dalam tahun anggaran berjalan: No. Nama Perkiraan Debet Kredit Perkiraan 0100 Kas di Kas Daerah 8020 Pendapatan Retribusi Daerah Depkeu (DJPKPD, BAKUN, BINTEK ), BPKP, dan Depdagri (KMK 355/KMK.07/2001). 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Belanja Modal Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah

Lebih terperinci

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat 1 Desentralisasi Politik dan Administrasi Publik harus diikuti dengan desentralisasi Keuangan. Hal ini sering disebut dengan follow money function. Hubungan

Lebih terperinci

DATA ISIAN SIPD TAHUN 2017 BPPKAD KABUPATEN BANJARNEGARA PERIODE 1 JANUARI SAMPAI DENGAN 8 JUNI 2017

DATA ISIAN SIPD TAHUN 2017 BPPKAD KABUPATEN BANJARNEGARA PERIODE 1 JANUARI SAMPAI DENGAN 8 JUNI 2017 DATA ISIAN SIPD TAHUN 2017 BPPKAD KABUPATEN BANJARNEGARA PERIODE 1 JANUARI SAMPAI DENGAN 8 JUNI 2017 JENIS DATA 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Satuan Data XIX. RINGKASAN APBD I. Pendapatan Daerah - 584244829879

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH BUKU 1 Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Kebijakan Umum Bagan Perkiraan Standar Jurnal Standar Pokja IV Evaluasi Pembiayaan & Informasi Keuangan Daerah Tim Evaluasi Dan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana pengelolaan keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dalam Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan daerah adalah komponen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Halim (2008:96) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Kelompok PAD dipisahkan

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 00 TANGGAL OKTOBER 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS Lampiran I.0 PSAP 0 (i) DAFTAR

Lebih terperinci

APBD KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN ) Target dan Realisasi Pendapatan

APBD KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN ) Target dan Realisasi Pendapatan APBD KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN 2006 1) dan Pendapatan Dalam tahun anggaran 2006, Pendapatan Daerah ditargetkan sebesar Rp.1.028.046.460.462,34 dan dapat direalisasikan sebesar Rp.1.049.104.846.377,00

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN V PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2005 TANGGAL 13 JUNI 2005 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Otonomi Daerah Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. LAMPIRAN V PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 00 TANGGAL 1 JUNI 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN-------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 9 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan daerah adalah komponen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAMPIRAN IV PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2005 TANGGAL 13 JUNI 2005 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN Paragraf-paragraf yang ditulis dengan

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pelaksanaan Otonomi Daerah secara luas, nyata dan bertanggungjawab yang diletakkan pada Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BONTANG TAHUN ANGGARAN 2001

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BONTANG TAHUN ANGGARAN 2001 PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 21 TENTANG PENETAPAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BONTANG TAHUN ANGGARAN 21 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAMPIRAN IV PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 00 TANGGAL 1 JUNI 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN REALISASI ANGGARAN DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN-------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BUPATI DUS BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI DUS BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI DUS BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keuangan Daerah dan APBD Peraturan Menteri Dalam Negeri No 21 tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah mendefinisikan Keuangan Daerah sebagai semua hak dan kewajiban

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara

Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 2013 PERDA KOTA PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 13 HLM, LD No. 23 ABSTRAK : -

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2015 Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu landasan yuridis bagi pengembangan Otonomi Daerah di Indonesia adalah lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Pengganti

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN BV. : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 20 TAHUN 2014 TANGGAL : 30 MEI 2014 KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS A. PENDAHULUAN Tujuan 1. Tujuan Kebijakan Akuntansi Laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belanja Daerah Belanja daerah meliputi semua pengeluaran uang dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA A. UMUM 1. Definisi Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyebutnya dengan belanja, sedangkan Laporan Operasional

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan

LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan LAMPIRAN IV PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 2.a TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan 1. Tujuan Kebijakan Akuntansi laporan arus kas adalah mengatur penyajian

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 09 Tahun 2012 Seri A

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 09 Tahun 2012 Seri A LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 09 Tahun 2012 Seri A PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 8 TAHUN TENTANG PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 8 TAHUN TENTANG PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU,

Lebih terperinci

Daerah (PAD), khususnya penerimaan pajak-pajak daerah (Saragih,

Daerah (PAD), khususnya penerimaan pajak-pajak daerah (Saragih, APBD merupakan suatu gambaran atau tolak ukur penting keberhasilan suatu daerah di dalam meningkatkan potensi perekonomian daerah. Artinya, jika perekonomian daerah mengalami pertumbuhan, maka akan berdampak

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN,

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR : 08 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. LAMPIRAN II.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 00 TANGGAL 1 JUNI 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS www.djpp.d DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keuangan Daerah Faktor keuangan merupakan faktor yang paling dominan dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya. Keadaan keuangan daerah yang menentukan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PASURUAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KOTA PASURUAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KOTA PASURUAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN,

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TANGGAL LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS Lampiran I.0 PSAP 0 (i)

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAMPIRAN II.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 00 TANGGAL JUNI 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN REALISASI ANGGARAN www.djpp.d DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJ0 NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

1. Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun Anggaran Anggaran Setelah

1. Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun Anggaran Anggaran Setelah ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2005 A. PENDAPATAN 1. dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun 2005 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1 Pajak Daerah 5.998.105.680,00 6.354.552.060,00

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa memenuhi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan menggali sumber-sumber daya yang ada di setiap daerah untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan menggali sumber-sumber daya yang ada di setiap daerah untuk 19 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Otonomi Daerah Pembangunan daerah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang dijalankan selama ini. Keberhasilan akan ditentukan dari bagaimana kemampuan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNTUK DESA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNTUK DESA SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNTUK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN REALISASI ANGGARAN KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DESEMBER 00 DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN -----------------------------------------------------------

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah. daerah memberikan konsekuensi terhadap Pemerintah Daerah untuk

I. PENDAHULUAN. Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah. daerah memberikan konsekuensi terhadap Pemerintah Daerah untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat terhadap Pemerintah Daerah sebagai wujud nyata dari pelaksanaan otonomi daerah memberikan konsekuensi

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS PSAP No. 0 Laporan Arus Kas 0 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan

Lebih terperinci

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI PAJAK. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI PAJAK. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI PAJAK Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com DASAR HUKUM Undang-Undang No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Dirubah dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

RINCIAN PENDAPATAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

RINCIAN PENDAPATAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 LAMPIRAN XIV PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 RINCIAN PENDAPATAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 KODE 4 1 PENDAPATAN ASLI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin. jawab pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin. jawab pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan pajak dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut secara logis dinilai wajar karena jumlah peningkatan pajak berbanding lurus

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BENGKULU TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN

Lebih terperinci

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 00 TANGGAL OKTOBER 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS Lampiran I.0 PSAP 0 (i) DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA SURVEI STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA ( REALISASI APBD 2012 ) PERHATIAN

REPUBLIK INDONESIA SURVEI STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA ( REALISASI APBD 2012 ) PERHATIAN RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SURVEI STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA ( REALISASI APBD 2012 ) PERHATIAN 1. Daftar isian ini digunakan untuk mencatat Realisasi Pendapatan Dan Belanja Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2016 PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2016 PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH SALINAN BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2016 BUPATI KUDUS, Menimbang melalui :

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa memenuhi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : 1. 2. 3. 4. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (3),

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DI KOTA

Lebih terperinci

Penjurnalan dalam Akuntansi Pemerintahan

Penjurnalan dalam Akuntansi Pemerintahan Penjurnalan dalam Akuntansi Pemerintahan A. Akuntansi Pendapatan Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada rekening Kas Umum Daerah. Seperti diuraikan di atas bahwa penerimaan pendapatan dapat dilakukan

Lebih terperinci

Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI JOMBANG NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG,

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN ANGGARAN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN ANGGARAN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

RETRIBUSI TERMINAL SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA. Oleh. Zainab Ompu Zainah ABSTRAK

RETRIBUSI TERMINAL SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA. Oleh. Zainab Ompu Zainah ABSTRAK 65 RETRIBUSI TERMINAL SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA Oleh Zainab Ompu Zainah ABSTRAK Keywoods : Terminal, retribusi. PENDAHULUAN Membicarakan Retribusi Terminal sebagai

Lebih terperinci

NOMOR : 15 TAHUN 2013 TANGGAL : 11 DESEMBER 2013

NOMOR : 15 TAHUN 2013 TANGGAL : 11 DESEMBER 2013 BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR : 15 TAHUN 2013 TANGGAL : 11 DESEMBER 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN ANGGARAN 2014 PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAMPIRAN III PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 2.a TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI LAPORAN REALISASI ANGGARAN I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan 1. Tujuan kebijakan akuntansi Laporan Realisasi Anggaran

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 17 TAHUN TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 17 TAHUN TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARANN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 07 Tahun 2012 Seri A PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 07 Tahun 2012 Seri A PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 07 Tahun 2012 Seri A PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variable Penelitian 2.1.1 Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah, pendapatan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dibutuhkan oleh daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah.

BAB I PENDAHULUAN. yang dibutuhkan oleh daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era otonomi daerah yang secara resmi mulai diberlakukan di Indonesia, sejak tanggal 1 Januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi dalam mencari sumber penerimaan

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG,

Lebih terperinci

NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. UMUM Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan komponen laporan keuangan yang berkedudukan menggantikan Nota Perhitungan Anggaran, sebagaimana yang dimaksud dan diatur dalam Peraturan

Lebih terperinci

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

Lebih terperinci

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD A. KERANGKA HUKUM Laporan Keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan. Laporan Keuangan yang disusun harus memenuhi prinsipprinsip yang

Lebih terperinci

BAB I KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN

BAB I KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN BAB I KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN A. UMUM 1. Definisi Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, dikenal 2 istilah pendapatan, yakni Pendapatan-LO dan Pendapatan-LRA. Pendapatan- LO adalah hak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI KARTANEGARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keuangan Daerah Faktor keuangan merupakan faktor yang paling dominan dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya. Keadaan keuangan daerah yang menentukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1.1 Tinjauan Teoretis 1.1.1 Otonomi Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemerintah Daerah Di masa orde baru pengaturan pemerintahan daerah ditetapkan dengan Undang-Undang No. 5 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, tapi belum memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Menurut Halim (2004:15-16) APBD adalah suatu anggaran daerah, dimana memiliki unsur-unsur

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 34 BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan rangkaian siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang pelaksanaannya dimulai dari perencanaan,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD 3.1.1.1. Sumber Pendapatan Daerah Sumber pendapatan daerah terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengawasan Fungsional Pengawasan fungsional merupakan bagian penting dalam praktik pengawasan di Indonesia. Adapun fungsi dari pengawasan fungsional adalah melakukan evaluasi

Lebih terperinci

USULAN SCOPING LAPORAN EITI 2014

USULAN SCOPING LAPORAN EITI 2014 USULAN SCOPING LAPORAN EITI 2014 NEGARA BERKEMBANG KAYA SUMBER DAYA ALAM MELIMPAH v.s. KEMISKINAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN Oleh : Kabid Pengawasan Distamben Banjar Banjarmasin, 15 September 2015 EITI INTERNATIONAL

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan pelaksanaan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan pelaksanaan otonomi daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dan berkelanjutan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Mempercepat

Lebih terperinci