MATA KULIAH PERENCANAAN WILAYAH PROGRAM STUDI S-1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MATA KULIAH PERENCANAAN WILAYAH PROGRAM STUDI S-1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET"

Transkripsi

1 MATA KULIAH PERENCANAAN WILAYAH PROGRAM STUDI S-1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET 1

2 Mata Kuliah: Perencanaan Wilayah 02 Juni 2022 PERENCANAAN WILAYAH BERBASIS INFRASTRUKTUR SARANA DAN PRASARANA Infrastruktur: segala sesuatu yg merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses. Baca: Rajiv R. Thakur. ed. 2020, Urban and Regional Planning and Development 20th Century Forms and 21st Century Transformations. Springer, Champ Switzerland Simon Bell, et al Urban Blue Spaces Planning and Design for Water, Health and Well-Being. Routledge. London Soedwiwahjono PWK FT UNS BPSDM PUPR Perencanaan Pengembangan Infrastruktur dalam Konteks Pengembangan Wilayah Strategis 2. 2

3 REVIEW INFRASTRUKTUR Apa infrastruktur? Tipe atau jenis infrastruktur? Peran infrastruktur? 3

4 REVIEW INFRASTRUKTUR Infrastruktur: segala sesuatu yg merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses. 4

5 ATTRIBUT INFRASTRUKTUR Penjelasan infrastruktur lebih kepada sejumlah deskripsi karakteristik: Fasilitas infrastruktur umumnya disediakan untuk kelompok besar orang Infrastruktur membantu memberikan layanan penting untuk berfungsinya organisasi atau masyarakat Infrastruktur membantu mencapai tujuan ekonomi dan sosial Infrastruktur adalah basis di mana masyarakat berkegiatan 5

6 TIPE INFRASTRUKTUR Infrastruktur sendiri dapat dipilah menjadi tiga bagian besar: Infrastruktur keras (physical hard infrastructure) meliputi jalan raya dan kereta api, bandara, dermaga, pelabuhan, dan saluran irigasi. Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure) yang berkaitan dengan fungsi utilitas umum, seperti ketersediaan air bersih berikut instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur, pasokan listrik, jaringan telekomunikasi (telepon dan internet), dan pasokan energi mulai dari minyak bumi, biodiesel, dan gas berikut pipa distribusinya. Infrastruktur lunak (soft infrastructure) Biasa pula disebut kerangka institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja), norma (khususnya yang telah dikembangkan dan dikodifikasikan menjadi peraturan hukum dan perundang-undangan), serta kualitas pelayanan umum yang disediakan oleh berbagai pihak terkait, khususnya pemerintah. 6

7 TIPE INFRASTRUKTUR Contoh physical hard infrastructure & non-physical hard infrastructure we will narrow down our perception of infrastructure and restrict it to PHYSICAL INFRASTRUCTURE of the following types: Transportation Infrastructure E.g: Roads, Bridges, Airports, Ports, Waterways Water and Sanitation Infrastructure E.g: Water Supply Systems, Sewage treatment systems Energy Infrastructure E.g: Dams, power plants, power distribution and transmission facilities, pipelines Telecommunication Infrastructure Housing, Facilities and Recreation, etc. 7

8 INFRASTRUKTUR FISIK 8

9 INFRASTRUKTUR FISIK 9

10 INFRASTRUKTUR FISIK 10

11 INFRASTRUKTUR FISIK 11

12 PERAN INFRASTRUKTUR The importance of infrastructure is two-fold: Infrastructure is instrumental in promoting economic growth. (Infrastruktur berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi) Infrastructure also plays a role in alleviating poverty (Infrastruktur juga berperan dalam pengentasan kemiskinan) BAGAIMANA BISA? 12

13 Di Indonesia termasuk kebijakan nasional yang bersifat strategis antara lain pengembangan infrastruktur, pengembangan wilayah, dan pengembangan ekonomi. (Contoh bahwa infrastruktur juga berperan dalam peningkatan GDP - pengentasan kemiskinan) 13

14 Di Indonesia Jaringan prasarana wilayah provinsi dan kabupaten/kota yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah untuk melayani kegiatankegiatannya meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, dan sistem jaringan sumber daya air, termasuk seluruh daerah hulu bendungan/waduk dari daerah aliran sungai. 14

15 Untuk apa (apa peran) infrastruktur berikut? INFRASTRUKTUR Fisik 1. Sistem penyediaan air bersih, termasuk dam, reservoir, transmisi, treatment, dan fasilitas distribusi; 2. Sistem manajemen air limbah, termasuk pengumpulan, treatment, pembuangan, dan sistem pemakaian kembali; 3. Fasilitas manajemen limbah padat; 4. Fasilitas transportasi, termasuk jalan raya, jalan rel dan bandar udara. Termasuk di dalamnya adalah lampu, sinyal, dan fasilitas kontrol; 5. Sistem transit publik; 6. Sistem kelistrikan, termasuk produksi dan distribusi; 7. Fasilitas pengolahan gas alam; 8. Fasilitas pengaturan banjir, drainase, dan irigasi; 9. Fasilitas navigasi dan lalu lintas/jalan air; 10.Bangunan publik seperti sekolah, rumah sakit, kantor polisi, fasilitas pemadam kebakaran; 11.Fasilitas perumahan; 12.Taman, tempat bermain, dan fasilitas rekreasi, termasuk stadion. 15

16 MENGAPA PERENCANAAN WILAYAH? Perencanaan wilayah dapat dilihat sebagai respon terhadap masalah tertentu dengan dimensi wilayah

17 WILAYAH Perencanaan wilayah merupakan upaya untuk mengembangkan suatu wilayah. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja 17

18 WILAYAH Wilayah pada umumnya tidak sekedar merujuk suatu area, melainkan merupakan suatu kesatuan ekonomi, politik, sosial, administrasi, alam lingkungan, iklim hingga geografis, sesuai dengan tujuan pembangunan. Wilayah sebagai suatu area geografis, teritorial atau tempat, yang dapat berwujud sebagai suatu negara, negara bagian, provinsi, distrik, dan perdesaan. Murty, 2000 dalam Ernan Rustiadi 2009 hal 26 18

19 WILAYAH Wilayah adalah adalah bentuk istilah teknis klasifikasi spasial dan ada dua tipe wilayah: Wilayah formal, merupakan tempat-tempat yang memiliki kesamaan-kesamaan karakteristik; Wilayah fungsional atau nodal, merupakan konsep wilayah dengan menekankan kesamaan keterkaitan antarkomponen atau lokasi/tempat. Johnston, 1976 dalam Ernan Rustiadi 2009 hal 26 Ernan Rustiadi, Sunsun Saefulhakim, Dyah R Panuju Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia 19

20 PENGEMBANGAN WILAYAH Pengembangan wilayah merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar-wilayah, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. Pengembangan wilayah sangat diperlukan karena kondisi fisik geografis, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat yang sangat berbeda antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya sehingga penerapan kebijakan pengembangan wilayah itu sendiri harus disesuaikan dengan kondisi, potensi, dan isu permasalahan di wilayah bersangkutan. 20

21 ISU KEWILAYAHAN INFRASTRUKTUR Bagaimana isu pengembangan infrastruktur dalam konteks pengembangan wilayah; keterpaduan perencanaan pengembangan wilayah dan infrastruktur wilayah pengembangan? INFRA- STRUKTUR PENGEMBANGAN WILAYAH ISU-ISU DISPARITAS KONEKTIVITAS URBANISASI SUMBER DAYA 21

22 PERAN DAN FUNGSI INFRASTRUKTUR DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH Infrastruktur memiliki peranan positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah, misalnya dalam jangka pendek menciptakan lapangan kerja sektor konstruksi, dan jangka menengah serta panjang akan mendukung peningkatan efisiensi dan produktivitas sektor-sektor terkait. 22

23 LIHAT VIDEO China's Mega Projects Construction Infrastructure The Future Pembangunan Infrastruktur Indonesia Lima Tahun Maju Bersama PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 23

24 ISU PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DALAM KONTEKS PENGEMBANGAN WILAYAH Isu dan tantangan terkait pengembangan infrastruktur dalam konteks pengembangan wilayah: Disparitas antar wilayah relatif yang tinggi Misalnya di Indonesia disparitas antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Tantangan ke depan adalah kebutuhan untuk mengembangkan infrastruktur menuju keseimbangan yang lebih baik bagi pembangunan daerah yang diharapkan dapat mengurangi kesenjangan wilayah. 24

25 DISPARITAS Isu keadilan dalam pembangunan kewilayahan, menjadi perbincangan hangat, terutama terkait dengan masalah kesenjangan wilayah (regional imbalances) DISPARITAS Di Indonesia, isu kesenjangan wilayah misalnya kepada kesenjangan antara desa dan kota, antara Kawasan Timur Indonesia dan Kawasan Barat Indonesia, serta antara Jawa dan luar Jawa. Banyak pakar yang percaya bahwa kesenjangan wilayah merupakan harga wajar yang harus dibayar dalam proses pembangunan. Sederhana saja alasannya, yakni ada keterkaitan antara wilayah satu dengan wilayah yang lain sebagai sebuah sistem. Dengan kata lain ada proses interaksi dan interdependensi antar subsistem 25

26 DISPARITAS PUSAT DAN SUB-SUB PUSAT i j 1 P j1 PUSAT P i P j2 j 5 P j4 j 3 j 4 P j5 P j3 26

27 DISPARITAS Beberapa indikator yang digunakan untuk memperlihatkan bahwa sebuah wilayah dianggap lebih maju dibandingkan dengan wilayah yang lainnya cukup banyak. Hill (1993) misalnya menyebut indikator yang bersifat statis seperti: Indeks Pembangunan Manusia (human development index), Indeks Kualitas Kehidupan secara Fisik (physical quality of life index), maupun laju PDRB (product domestic regional bruto). 27

28 28

29 A primate city (Latin: 'prime', 'first rank' [1] ) is a city that is the largest in its country, province, state, or region, and disproportionately larger than any others in the urban hierarchy. [2] 29

30 Koefisien Gini adalah ukuran yang dikembangkan oleh statistikus Italia, Corrado Gini, dan dipublikasikan pada tahun 1912 dalam karyanya, Variabilità e mutabilità. Koefisien ini biasanya digunakan untuk mengukur kesenjangan pendapatan dan kekayaan. Di seluruh dunia, koefisien bervariasi dari 0.25 (Denmark) hingga 0.70 (Namibia). Koefisien gini memiliki indeks yang memiliki rentang nilai antara 0 sampai dengan 1. Nilai 0 berarti tidak ada kesenjangan ekonomi, atau perekonomian merata pada daerah tersebut. Sementara itu, nilai 1 menunjukkan nilai kesenjangan maksimal. [1] 30

31 ISU PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DALAM KONTEKS PENGEMBANGAN WILAYAH Isu dan tantangan terkait pengembangan infrastruktur dalam konteks pengembangan wilayah: Belum mantapnya konektivitas antar wilayah oleh infrastruktur di darat dan laut, serta pengembangan kota maritim/pantai. Tantangan ke depan adalah meningkatkan konektivitas antar wilayah dan bagaimana untuk meningkatkan indeks daya saing nasional. 31

32 KONEKTIVITAS Misalnya, di Indonesia, penguatan konektivitas nasional merupakan salah satu strategi yang ditempuh dalam rangka percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi. Terdapat tiga prinsip konsep konektivitas: Pertama, memaksimalkan pertumbuhan melalui kesatuan kawasan, tetapi bukan keseragaman (inclusive development) dengan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan. Kedua, memperluas pertumbuhan melalui konektivitas wilayah-wilayah melalui inter-moda supply chain system yang menghubungkan hinterland dan yang tertinggal dengan pusat-pusat pertumbuhan. Ketiga, mencapai pertumbuhan inklusif dengan menghubungkan daerah terpencil dengan infrastruktur dan pelayanan dasar. 32

33 KONEKTIVITAS Menurut Ekonom The World Bank, Sjamsu Rahardja, Indonesia harus memprioritaskan konektivitas antarwilayahnya sebab konektivitas memiliki tiga dimensi penting yakni: pengurangan kemiskinan, pembangunan wilayah, dan peningkatan daya saing. Ia mengatakan, melalui sistem konektivitas yang baik maka pusat pembangunan akan terjadi dengan sendirinya. 33

34 KONEKTIVITAS Sebagaimana diketahui, konektivitas nasional Indonesia merupakan bagian dari konektivitas global. Oleh karena itu, perwujudan penguatan konektivitas nasional perlu mempertimbangkan keterhubungan Indonesia dengan pusat-pusat perekonomian regional dan dunia (global) dalam rangka meningkatkan daya saing nasional. The new method re-evaluates the 12 pillars of competitiveness: Institutions, Infrastructure, Technological Maturity, Macroeconomic Environment, Health, Education and Skills, Goods Market, Labor Market, Financial System, Market Size, Business Dynamics, Innovation Capacity. 34

35 KONEKTIVITAS Maksud dan tujuan Penguatan Konektivitas Menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi utama untuk memaksimalkan pertumbuhan berdasarkan prinsip keterpaduan, bukan keseragaman, melalui inter-modal supply chains systems. 35

36 KONEKTIVITAS Maksud dan tujuan Penguatan Konektivitas Memperluas pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan aksesibilitas dari pusat-pusat pertumbuhan ekonomi ke wilayah belakangnya (hinterland). 36

37 KONEKTIVITAS Maksud dan tujuan Penguatan Konektivitas Menyebarkan manfaat pembangunan secara luas (pertumbuhan yang inklusif dan berkeadilan) melalui peningkatan konektivitas dan pelayanan dasar ke daerah tertinggal, terpencil dan perbatasan dalam rangka pemerataan pembangunan. 37

38 ISU PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DALAM KONTEKS PENGEMBANGAN WILAYAH Isu dan tantangan terkait pengembangan infrastruktur dalam konteks pengembangan wilayah: Urbanisasi yang tinggi yang diikuti persoalan perkotaan seperti urban sprawl dan penurunan kualitas lingkungan, pemenuhan kebutuhan dasar, dan kawasan perdesaan sebagai hinterland belum maksimal dalam memasok produk primer. Tantangan ke depan adalah mengembangkan infrastruktur untuk meningkatkan kualitas hidup dan mengelola urbanisasi. 38

39 URBANISASI Salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian adalah semakin banyaknya penduduk Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan. Peningkatan jumlah penduduk perkotaan ini antara lain disebabkan karena semakin banyaknya penduduk dari daerah perdesaan yang menjadi penduduk kota. Berdasarkan perkiraan pada tahun 2025 jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan akan mencapai 60%. Sebaliknya jumlah penduduk di perdesaan semakin menurun. 39

40 URBANISASI Urbanisasi yang terjadi seperti yang digambarkan di atas, menimbulkan berbagai permasalahan perkotaan, terutama terkait dengan kesejahteraan, kehidupan masyarakat perkotaan, dan kualitas hidup lingkungan. Masalah yang terkait dengan kualitas lingkungan hidup dan pada akhirnya kualitas hidup masyarakat kota, meliputi aspek fisik seperti kualitas udara, air, tanah; kondisi lingkungan perumahannya seperti kekumuhan, kepadatan yang tinggi, lokasi yang tidak memadai serta kualitas dan keselamatan bangunannya; ketersediaan sarana dan prasarana serta pelayanan kota lainnya; 40

41 URBANISASI Aspek sosial budaya dan ekonomi seperti kesenjangan dan ketimpangan kondisi antar golongan atau antar warga, tidak tersedianya wahana atau tempat untuk menyalurkan kebutuhan-kebutuhan sosial budaya, seperti untuk berinteraksi dan mengejawantahkan aspirasi-aspirasi sosial budayanya; serta jaminan perlindungan hukum dan keamanan dalam melaksanakan kehidupannya. Kemiskinan yang akan berdampak pada kemampuan warga untuk membayar pajak yang diperlukan untuk membangun fasilitas dan infrastruktur umum di kawasannya. Kohesi sosial dan kesetaraan merupakan faktor penting dalam kualitas hidup di perkotaan. 41

42 ISU PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DALAM KONTEKS PENGEMBANGAN WILAYAH Isu dan tantangan terkait pengembangan infrastruktur dalam konteks pengembangan wilayah: Pemanfaatan sumber daya yang belum optimal dalam mendukung kedaulatan pangan & penyediaan air, dan kemandirian energi. 42

43 PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR Salah satu sumber daya alama adalah Sumber daya air yang berguna atau potensial bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan seharihari di berbagai sektor kehidupan. Sumber daya air termasuk sumber daya alam yang tidak hidup (abiotik) namun dapat diperbaharui (renewable resources) 43

44 PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR IRIGASI BENDUNGAN/ DAM 44

45 PEMANFAATAN SUMBER DAYA Kelestarian sumber daya alam merupakan hal yang terkait erat dengan pengembangan wilayah sebagai suatu kesatuan ekosistem. Kesenjangan sosial merupakan permasalahan kota yang dapat mengganggu stabilitas keamanan dan kenyamanan. Sumber dari kesenjangan sosial adalah timpangnya kondisi kelompok masyarakat miskin dan masyarakat kaya, yang disebabkan karena tidak adilnya akses bagi pemanfaatan sumber daya yang ada, sehingga menyebabkan semakin terpinggirnya kelompok miskin. 45

46 PEMANFAATAN SUMBER DAYA Permasalahan ketersediaan air bersih merupakan salah satu masalah utama. Ketersediaan air bersih untuk perkotaan, misalnya, ini terkait erat dengan permasalahan pemanfaatan, pemeliharaan, dan kelestarian sumber daya air yang pada umumnya berada di wilayah sekitarnya. Pengembangan kota juga harus memperhatikan daya dukungnya dengan mengendalikan perkembangan fisiknya dan menetapkan daerah daerah cadangan dan reservasi disertai dengan pelaksanaan yang ketat. 46

47 PEMANFAATAN, PEMELIHARAAN, DAN KELESTARIAN SUMBER DAYA 47

48 STRATEGI PENDEKATAN PENGEMBANGAN WILAYAH DENGAN INFRASTRUKTUR Konsep regionalisasi merupakan pendekatan yang dipandang mampu mengatasi persoalan pembangunan infrastruktur yang selama ini cenderung berjalan secara parsial antarsektor, dan belum komprehen sif. Kemudia n pertanyaannya adalah bagaimana konsep dipayungi oleh strategi pengembangan wilayah yang jelas. Sehingga yang terjadi tanpa konsep regionalisasi dalam pelaksanaannya cenderung tidak fokus pada satu wilayah pengembangan yang diprioritaskan. 48

49 STRATEGI PENDEKATAN PENGEMBANGAN WILAYAH DENGAN INFRASTRUKTUR Konsep regionalisasi mengedepankan pembangunan infrastruktur yang didasarkan atas keterpaduan antarsektor dan strategi pengembangan kewilayahan yang efektif sebagai upaya mengurangi, misalnya isu komprehen sif. Kemudia n ketimpangan suatu wilayah. pertanyaannya adalah bagaimana konsep 49

50 STRATEGI PENDEKATAN PENGEMBANGAN WILAYAH DENGAN INFRASTRUKTUR Menurut Adisasmita (2008), regionalisasi kawasan sangat dipengaruhi oleh tujuan pendelineasian wilayah tersebut, yang umumnya untuk kepentingan ekonomi seperti pendapatan, investasi, volume perdagangan, dan kepentingan ekonomi lainnya. komprehen sif. Kemudia n pertanyaannya adalah bagaimana konsep Regionalisasi tentunya akan memberikan dampak (baik positif maupun negatif) bagi manusia, alam, dan kegiatan ekonomi di dalam maupun di luar kawasan. 50

51 STRATEGI PENDEKATAN PENGEMBANGAN WILAYAH DENGAN INFRASTRUKTUR Oleh karena itu nantinya diharapkan efek dari konsep regionalisasi yang efektif ini adalah pertumbuhan ekonomi dalam rangka merapatkan kesenjangan. Pertumbuhan yang diharapkan adalah meningkatnya pendapatan komprehen Kemudia perkapita, menurunnya pertanyaannya adalah bagaimana konsep sif. rasio n gini, meningkatnya keterkaitan ekonomi antar wilayah, meningkatnya iklim investasi, meningkatnya volume perdagangan wilayah, meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang salah satunya ditunjukan dengan meningkatnya IPM, menurunnya tingkat pengangguran dan kemiskinan. 51

52 STRATEGI PENDEKATAN PENGEMBANGAN WILAYAH DENGAN INFRASTRUKTUR Efektifitas konsep regionalisasi salah satunya dipengaruhi oleh keterkaitan antarkawasan di dalam delineasi region yang ditentukan. Keterkaitan antarkawasan ini dimaksudkan untuk memperkuat interaksi komprehen Kemudia pertanyaannya adalah bagaimana konsep sif. n dan membentuk satu jejaring ekonomi yang kuat, sebagaimana tujuan dari konsep regionalisasi ini, yakni meningkatnya aktivitas ekonomi. 52

53 STRATEGI PENDEKATAN PENGEMBANGAN WILAYAH DENGAN INFRASTRUKTUR Level konektivitas akan sangat menentukan besaran (magnitude) dampak regionalisasi dan jangkauan pelayanan perwilayahan (coverage area). komprehen sif. Kemudia n pertanyaannya adalah bagaimana konsep Konektivitas yang dikembangkan dalam skala mikro dengan mengaitkan aktivitas-aktivitas ekonomi kecil yang berlangsung dalam skala mikro tentu akan memberikan magnitude dampak dan coverage yang lebih kecil, dibandingkan dengan mengembangkan konektivitas antara dua entitas ekonomi yang besar. 53

54 STRATEGI PENDEKATAN PENGEMBANGAN WILAYAH DENGAN INFRASTRUKTUR Salah satu upaya menciptakan konektivitas pada regionalisasi kawasan adalah melalui penyediaan infrastruktur pendukung konektivitas. Transportasi (jaringan jalan dan pergerakan), energi, telekomunikasi, sumber daya air, komprehen adalah Kemudia beberapa infrastruktur pendukung konektivitas pertanyaannya adalah bagaimana konsep sif. n dalam regionalisasi kawasan. d massa = M massa = 1 F M 2 konektivitas 1 2 mendorong peningkatan aktivitas ekonomi 54

55 STRATEGI PENDEKATAN PENGEMBANGAN WILAYAH DENGAN INFRASTRUKTUR Shane (2005) memperkenalkan istilah enclave dan armatures dalam suatu region. Enclave yang identik dengan nodes terhubung satu sama lain oleh armatures yang identik dengan garis lurus gaya gravitasi, sehingga keterkaitan antara satu node dengan komprehen node Kemudia lainnya pertanyaannya membentuk adalah bagaimana konsep jejaring yang utuh sif. n seperti bentuk diagram struktur atom. Pembangunan jalan tol sebagai contoh, merupakan salah satu upaya menciptakan keterkaitan pada dua atau lebih entitas ekonomi yang besar, sehingga menimbulkan besaran dampak regionalisasi dan jangkauan pelayanan perwilayahan yang sangat besar pula. Maka penentuan level konektivitas dalam regionalisasi kawasan menjadi sangat penting. Shane, D. G. (2005) Recombinant Urbanism: Conceptual Modelling in Architecture, Urban Design, and City Theory. Chichester, UK: Wiley. 55

56 Enclaves and Armatures Armatures dapat dianalogikan dengan infrastruktur pendukung konektivitas seperti transportasi (darat, laut, udara), energi, telekomunikasi, sumber daya air, sementara enclave dapat dianalogikan dengan infrastruktur pendukung di dalam kantung permukiman maupun kantung produksi, seperti infrastruktur perumahan dan permukiman, pertanian, perikanan, dan lain-lain. 56

57 Enclaves and Armatures ARMATURES infrastruktur pendukung koneksi ENCLAVES infrastruktur internal i komprehen sif. Kemudia n pertanyaannya adalah bagaimana konsep j ENCLAVES ARMATURES W ij = k i l j E j P i d ij -1 E.g. the number of workers who work in area j and live in area i 57

58 Enclaves and Armatures Enclave dan armatures akan membentuk satu jejaring besar yang utuh dan kuat sebagaimana bentuk diagram struktur atom yang secara kongkrit diwujudkan dengan keterpaduan infrastruktur. komprehen sif. Kemudia n Keterpaduan infrastruktur secara utuh diwujudkan melalui upaya menerpadukan infrastruktur di dalam kawasan (mikro), infrastruktur antarkawasan mikro di dalam kawasan skala mezzo, infrastruktur antarkawasan mezzo di dalam wilayah makro, serta infrastruktur antarwilayah makro. pertanyaannya adalah bagaimana konsep 58

59 STRATEGI PENDEKATAN PENGEMBANGAN WILAYAH DENGAN INFRASTRUKTUR Beberapa konsepsi regionalisasi yang bisa menggambarkan penjelasan tersebut dapat ditemui pada teori klasik perkembangan wilayah, seperti kutub pertumbuhan (growth pole theory). komprehen sif. Kemudia n pertanyaannya adalah bagaimana konsep Mendelineasi kawasan pusat pertumbuhan dan wilayah hinterland dengan maksud agar economic flow dapat menetes dari pusat ke wilayah belakangnya. Konsep ini diperkenalkan oleh Francois Perroux (1955), seorang regional economist dari Perancis. 59

60 STRUKTUR WILAYAH GROWTH POLE THEORY Dalam teori ini dinyatakan TEORI bahwa KUTUB pembangunan PERTUMBUHAN kota atau wilayah di mana pun bukan merupakan suatu proses yang terjadi secara serentak, tetapi muncul di tempat-tempat tertentu dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda-beda. Soedwiwahjono PWK FT UNS 60

61 SDGs dan INFRASTRUKTUR Pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) juga ditentukan oleh pengembangan infrastruktur. 61

62 SDGs dan INFRASTRUKTUR 62

63 PERAN DAN FUNGSI INFRASTRUKTUR DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH Infrastruktur memiliki peranan positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah, dengan jangka pendek menciptakan lapangan kerja sektor konstruksi dan jangka menengah dan panjang akan mendukung peningkatan efisiensi dan produktivitas sektor-sektor terkait. 63

64 Infrastructure, Economic Growth and Poverty Reduction Transportation Water and Sanitation Telecommunications Energy Economic Growth Faster access to destinations, increase in productivity Incentives for construction of facilities, infrastructure and residential infrastructure, which in turn promote economic growth Improved access and transfer of data, leading to reduced travel times and increases in productivity Reliable and abundant power enables setting up of industries and residences that create jobs, manufacture products and promote economic growth Poverty Reduction More reliable access to markets so that fresher goods can be sold at lower wastage levels Improved health, reduction in health related spending, potential increase in income savings Increased access to information leading to improved ability to make decisions on issues like selling price of produce etc 24 hour electricity increase the duration of the productive working day, thereby augmenting income, increasing agricultural yields etc. 64

65 PERAN DAN FUNGSI INFRASTRUKTUR DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH Infrastruktur sepertinya menjadi jawaban dari kebutuhan negara yang ingin mendorong pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah, dengan membantu: penanggulangan kemiskinan; meningkatkan kualitas hidup; mendukung tumbuhnya pusat ekonomi; dan meningkatkan mobilitas barang dan jasa; serta merendahkan biaya aktifitas investor. 65

66 PERAN DAN FUNGSI INFRASTRUKTUR DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH Lebih rinci terkait peran infrastruktur terhadap pengembangan wilayah adalah sebagai berikut: Mempengaruhi marginal productivity; Mengurangi biaya produksi; Memberikan dampak terhadap kondisi Demand & Supply; Memberikan dampak yang signifikan terhadap elastisitas pertumbuhan ekonomi (Untuk diketahui, menumbuhkan pertumbuhan ekonomi 1% diperlukan dukungan investasi pada infrastruktur sebesar 1% dari PDRB) 66

67 PERAN DAN FUNGSI INFRASTRUKTUR DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH Infrastruktur memiliki peran juga terhadap peningkatan daya saing wilayah: Meningkatkan derajat keterkaitan wilayah Mempengaruhi Tingkat Harga. Keberadaan sarana dan transportasi akan dapat menurunkan harga. sebagai lokasi investasi (contoh: kawasan industri lebih menarik daripada lahan industri individual). Mempengaruhi minat investor untuk menanamkan modalnya. Wilayah yang memiliki prasarana yang lengkap akan lebih mudah untuk menarik investasi. 67

68 PERAN DAN FUNGSI INFRASTRUKTUR DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH Dalam peningkatan kualitas hidup, infrastruktur memiliki peran sebagai berikut: Mempengaruhi Menciptakan Tingkat Harga. kenyamanan pada lingkungannya; Keberadaan sarana dan transportasi akan dapat menurunkan harga. Meningkatkan kesejahteraan; Memiliki dampak positif terhadap stabilitas makro ekonomi. 68

69 INFRASTRUKTUR DAN PERTUMBUHAN EKONOMI Dalam teori-teori pertumbuhan, infrastruktur secara khusus masuk dalam modal publik dan sering disebut sebagai faktor produksi tidak dibayar yang mendorong secara langsung peningkatan produksi. Di lain sisi infrastruktur juga sering disebut sebagai faktor penambah di mana akan mendorong terjadinya peningkatan produktivitas. Infrastruktur juga sebagai faktor pemicu yang berkontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan individu (Crescenzi dan Pose 2012 dalam Prasetyo) Riccardo Crescenzi, Andrés Rodríguez-Pose Infrastructure and regional growth in the European Union. Papers in Regional Science 2012 RSAI. Published by Blackwell Publishing, 9600 Garsington Road, Oxford OX4 2DQ, UK and 350 Main Street, Malden MA 02148, USA. 69

70 INFRASTRUKTUR DAN PERTUMBUHAN EKONOMI Infrastruktur merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam pembangunan regional, dengan infrastruktur yang lebih baik akan menarik perusahaan baru untuk masuk kedalam suatu wilayah. Infrastruktur yang baik juga merupakan sumber daya saing bagi perusahaan untuk beroperasi pada wilayah tersebut. Hal tersebut akan meningkatkan produktivitas, dan melalui peningkatan akses, akan menurunkan biaya pembelian. infrastruktur sosial berdampak langsung pada kualitas hidup dan modal manusia, sehingga akan berpengaruh pada produksi hanya dalam jangka panjang dan efeknya tidak hanya berdampak pada area yang dibangun infrastruktur sosial tersebu (Capello 2007 dalam Prasetyo) Roberta Capello, A forecasting territorial model of regional growth: the MASST model. The Annals of Regional Science volume 41, pages (2007) 70

71 INFRASTRUKTUR DAN KETIMPANGAN Penanggulangan kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan merupakan inti dari semua masalah pembangunan dan merupakan tujuan utama kebijakan pembangunan di banyak negara. Ketimpangan dalam hal distribusi pendapatan dan aset hanyalah bagian kecil dari masalah ketimpangan yang sebenarnya lebih luas di negara berkembang. Selain ketimpangan pendapatan masih terdapat bentuk-bentuk ketimpangan lainnya, yaitu ketimpangan kekuasaan, prestise, status, gender, kepuasan kerja, kondisi kerja, derajat partisipasi, kebebasan memilih, dan berbagai dimensi lainnya Pengukuran ketimpangan pendapatan secara umum dibagi ke dalam dua ukuran pokok yaitu distribusi pendapatan perseorangan atau distribusi ukuran pendapatan dan distribusi pendapatan fungsional atau pangsa distribusi pendapatan per faktor produksi. 71

72 Pembangunan infrastruktur dalam kondisi yang tepat dapat menimbulkan dampak yang positif pada pendapatan dan kesejahteraan dari rakyat yang miskin dan akan meningkatkan rata-rata pendapatan mereka. Infrastruktur akan menolong individu yang lebih miskin dan wilayah yang terbelakang untuk mengakses aktivitas ekonomi, kemudian dari akses tersebut akan memberikan kesempatan kepada mereka untuk menambah peluang peningkatan produktivitasnya. 72

73 KRISIS DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR Despite the importance of infrastructure for economic and social well-being, we are faced with several problems Infrastructure in developed countries is old, unreliable, inefficient and in need of replacement. The USA is embarking on a major plan relating to infrastructure spending In developing countries, infrastructure is often not available Large portions of urban and rural populations in developing countries have inadequate access to water and sanitation Power supply is non-existent or unreliable and people are faced with frequent power-cuts Quality of road infrastructure is often bad, leading to long travel times and increased vehicle maintenance costs. Width of roads is also often a constraining factor leading to traffic jams and blocks. This is therefore a golden opportunity for engineers with technical as well as managerial and policy level knowledge of these issues, since there is a huge demand for such people to enter the workforce and solve the worlds infrastructure 73

74 Latihan 1. Sebutkan dan jelaskan isu dan tantangan pengembangan infrastruktur! 2. Jelaskan kondisi permasalahan disparitas (kesenjangan) antar wilayah di Indonesia saat ini! 3. Bagaimana strategi untuk mengurangi permasalahan kesenjangan wilayah di Indonesia dengan infrastruktur? 4. Jelaskan konsep regionalisasi dan kaitannya dengan isu dan tantangan pengembangan wilayah! 5. Jelaskan peran infrastruktur terhadap terhadap peningkatan daya saing wilayah! 74

75 75

76 INFRASTRUKTUR BIRU Blue Infrastructure "Blue infrastructure" refers to urban infrastructure relating to water. Blue infrastructure is commonly associated with green infrastructure in urban environments and may be referred to as "blue-green infrastructure" when being viewed in combination. 76

77 OK, dimohon kemudian eksplorasi materi sendiri 77

BAB I PENDAHULUAN. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda

BAB I PENDAHULUAN. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Keberadaan infrastruktur yang memadai sangat diperlukan

Lebih terperinci

Menuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan

Menuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan Menuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan Urbanisasi dan Pentingnya Kota Tingginya laju urbanisasi menyebabkan semakin padatnya perkotaan di Indonesia dan dunia. 2010 2050 >50% penduduk dunia tinggal

Lebih terperinci

ISU-ISU PEMBANGUNAN 10/13/2010 1

ISU-ISU PEMBANGUNAN 10/13/2010 1 ISU-ISU PEMBANGUNAN 10/13/2010 1 ISU PEMBANGUNAN EKONOMI MENINGKATNYA PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN, DAN KETIDAKMERTAAN PENDAPATAN MASYARAKAT MENINGKATNYA KETIDAKMERATAAN PEMILIKAN ASET DAN AKSES SUMBERDAYA

Lebih terperinci

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) Sub Bidang Sumber Daya Air 1. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi WILAYAH, PERWILAYAHAN, DAN PUSAT PERTUMBUHAN : 2. A. METODE PERWILAYAHAN a. Metode Delineasi (Pembatasan) Wilayah Formal

GEOGRAFI. Sesi WILAYAH, PERWILAYAHAN, DAN PUSAT PERTUMBUHAN : 2. A. METODE PERWILAYAHAN a. Metode Delineasi (Pembatasan) Wilayah Formal GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 21 Sesi NGAN WILAYAH, PERWILAYAHAN, DAN PUSAT PERTUMBUHAN : 2 A. METODE PERWILAYAHAN a. Metode Delineasi (Pembatasan) Wilayah Formal Pembatasan wilayah formal

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

KADIN INDONESIA. Bidang Telekomunikasi, Teknologi Informasi & Media

KADIN INDONESIA. Bidang Telekomunikasi, Teknologi Informasi & Media KADIN INDONESIA Bidang Telekomunikasi, Teknologi Informasi & Media Arah Pengembangan Industri Teknologi Informatika Dan Komunikasi (TIK) Di Era Konvergensi Jakarta, 28 th April 2010 Rakhmat Junaidi Perubahan

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN BIRO ADMINISTRASI PEREKONOMIAN DAN SDA SETDA DIY 2018

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN BIRO ADMINISTRASI PEREKONOMIAN DAN SDA SETDA DIY 2018 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN BIRO ADMINISTRASI PEREKONOMIAN DAN SDA SETDA DIY 2018 Disampaikan pada acara Forum Perangkat Kerja Perekonomian, MUSRENBANG 2017 Konsep Pertumbuhan Ekonomi DIY Ke Depan INDIKATOR

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pengembangan Wilayah

2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pengembangan Wilayah 7 2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pengembangan Wilayah Dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SDGs DALAM MEWUJUDKAN KETERPADUAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA BERKELANJUTAN

IMPLEMENTASI SDGs DALAM MEWUJUDKAN KETERPADUAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA BERKELANJUTAN IMPLEMENTASI SDGs DALAM MEWUJUDKAN KETERPADUAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA BERKELANJUTAN Ir. Djoko Kirmanto, Dipl. HE Bali, 4 November 2016 Outline Konsep dan Implementasi Pembangunan Berkelanjutan Perbandingan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

Pembangunan Infrastruktur peranan sektor swasta

Pembangunan Infrastruktur peranan sektor swasta Pembangunan Infrastruktur peranan sektor swasta Jalan Trisakti Trisakti 1: Berdaulat dalam politik Mengedepankan identitas Indonesia sebagai negara kepulauan dalam pelaksanaan diplomasi dan membangun kerjasama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat Visi pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011-2016 tersebut di atas sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

Tujuan Penyediaan Prasarana

Tujuan Penyediaan Prasarana PERTEMUAN III Karakteristik Komponen yang memberi input kepada penduduk meliputi prasarana air minum dan listrik Komponen yang mengambil output dari penduduk meliputi prasarana drainase/ pengendalian banjir,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Ekonomi merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah atas keperluan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

mencerminkan tantangan sekaligus kesempatan. Meningkatnya persaingan antar negara tidak hanya berdampak pada perekonomian negara secara keseluruhan,

mencerminkan tantangan sekaligus kesempatan. Meningkatnya persaingan antar negara tidak hanya berdampak pada perekonomian negara secara keseluruhan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat persaingan antarnegara dari waktu ke waktu semakin tinggi sebagai dampak dari munculnya fenomena globalisasi ekonomi. Globalisasi mencerminkan tantangan sekaligus

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disamping fungsinya sebagai alat pemersatu bangsa. Dalam kaitannya dengan sektorsektor

BAB I PENDAHULUAN. disamping fungsinya sebagai alat pemersatu bangsa. Dalam kaitannya dengan sektorsektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur Transportasi baik transportasi darat, laut maupun udara merupakan sarana yang sangat berperan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan wilayah

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tapin tahun 2013-2017 selaras dengan arah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Lebih terperinci

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago PENJELASAN SUBTEMA IDF Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago 2018 DISPARITAS REGIONAL Dalam Nawacita, salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo adalah membangun Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Perkembangan Kota Branch (1996), mengatakan bahwa perkembangan suatu kota dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS 3.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Berdasarkan Kondisi Saat Ini sebagaimana tercantum dalam BAB II maka dapat diidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE 3.1. SUSTAINABLE ARCHITECTURE Sustainable Architecture (arsitektur berkelanjutan) memiliki tujuan untuk mencapai kesadaran lingkungan dan memanfaatkan sumber

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan yang diperoleh Bangsa Indonesia selama tiga dasawarsa pembangunan ternyata masih menyisakan berbagai ketimpangan, antara lain berupa kesenjangan pendapatan dan

Lebih terperinci

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1 I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBANGUNAN PERKOTAAN DALAM PERSPEKTIF GREEN ECONOMIC DEVELOPMENT

ANALISIS PEMBANGUNAN PERKOTAAN DALAM PERSPEKTIF GREEN ECONOMIC DEVELOPMENT ANALISIS PEMBANGUNAN PERKOTAAN DALAM PERSPEKTIF GREEN ECONOMIC DEVELOPMENT (Studi Pada Pemanfaatan dan Pengendalian Kawasan Budidaya Kota Malang) SKRIPSI Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana Pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara

Lebih terperinci

Perumusan Strategi dan Posisi Indonesia Menghadapi G20 Turki Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan RI Jakarta, 3 Maret 2015

Perumusan Strategi dan Posisi Indonesia Menghadapi G20 Turki Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan RI Jakarta, 3 Maret 2015 Perumusan Strategi dan Posisi Indonesia Menghadapi G20 Turki 2015 Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan RI Jakarta, 3 Maret 2015 Tema Presidensi Turki: Pertumbuhan inklusif yang kuat Inclusiveness

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA Sungailiat, 14 Maret 2017 Oleh: Dr. YAN MEGAWANDI, SH., M.Si. Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung OUTLINE PERIODESASI DOKUMEN PERENCANAAN CAPAIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kemajuan yang diharapkan oleh setiap negara. Pembangunan adalah perubahan yang terjadi pada semua struktur ekonomi dan sosial. Selain itu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi Daerah sebagai wujud dari sistem demokrasi dan desentralisasi merupakan landasan dalam pelaksanaan strategi pembangunan yang berkeadilan, merata, dan inklusif. Kebijakan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN UNDP INDONESIA STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN UNDP INDONESIA Agenda Perserikatan Bangsa-Bangsa 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan Indikator

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN TRANSPORTASI BERKELANJUTAN

KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN TRANSPORTASI BERKELANJUTAN KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN TRANSPORTASI BERKELANJUTAN Pusat Pengelolaan Transportasi Berkelanjutan Jakarta, 14 Desember, 2017 LATAR BELAKANG ISU GLOBAL Tiga Pilar Berkelanjutan MDGs (2000 s/d 2015)

Lebih terperinci

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi BAB V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran 5.1 Visi Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang (clarity of direction). Visi juga menjawab

Lebih terperinci

DIREKTIF PRESIDEN PERCEPATAN DAN PENINGKATAN EKONOMI NASIONAL

DIREKTIF PRESIDEN PERCEPATAN DAN PENINGKATAN EKONOMI NASIONAL DIREKTIF PRESIDEN PERCEPATAN DAN PENINGKATAN EKONOMI NASIONAL TAMPAKSIRING, 19 APRIL 2010 2 AGENDA 1. SIKAP DAN RESPONS TERHADAP CAPAIAN EKONOMI 5 TH TERAKHIR 2. PELUANG KEBANGKITAN DAN PE- NINGKATAN EKONOMI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infrastruktur menurut Grigg (Nurmadimah, 2012:19) adalah semua fasilititas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infrastruktur menurut Grigg (Nurmadimah, 2012:19) adalah semua fasilititas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Infrastruktur Infrastruktur menurut Grigg (Nurmadimah, 2012:19) adalah semua fasilititas fisik yang sering disebut dengan pekerjaan umum. Menurut AGCA (associated General Conctractor

Lebih terperinci

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA 9 LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH

Lebih terperinci

Terwujudnya Kota Mojokerto sebagai Service City yang Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral.

Terwujudnya Kota Mojokerto sebagai Service City yang Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral. Visi Pemerintah 2014-2019 adalah : Terwujudnya Service City yang Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral. Perumusan dan penjelasan terhadap visi di maksud, menghasilkan pokok-pokok visi yang diterjemahkan

Lebih terperinci

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 BAB V VISI, MISI, DAN V - 1 Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 5.1. VISI Dalam rangka mewujudkan pembangunan jangka panjang sebagaimana tercantum di dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bandar Udara Transportasi adalah kegiatan untuk memindahkan, menggerakkan, atau mengalihkan objek, baik itu barang maupun manusia, dari tempat asal ke tempat tujuan (Miro,

Lebih terperinci

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UNTUK PENATAAN RUANG

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UNTUK PENATAAN RUANG DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UNTUK PENATAAN RUANG Setyo S. Moersidik Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Indonesia (smoersidik@yahoo.com) DDL Adalah kemampuan lingkungan hidup untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Fenomena Kesenjangan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH Bengkulu Tengah yang Lebih Maju, Sejahtera, Demokratis, Berkeadilan, Damai dan Agamis 1. Maju, yang diukur dengan : (a) meningkatnya investasi;

Lebih terperinci

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep Tabel 6.1 Strategi dan Kabupaten Sumenep 2016-2021 Visi : Sumenep Makin Sejahtera dengan Pemerintahan yang Mandiri, Agamis, Nasionalis, Transparan, Adil dan Profesional Tujuan Sasaran Strategi Misi I :

Lebih terperinci

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR

EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR Oleh : MANDA MACHYUS L2D 002 419 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

VISI DAN MISI PEMBANGUNAN TAHUN A. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN TAHUN

VISI DAN MISI PEMBANGUNAN TAHUN A. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN TAHUN VISI DAN MISI PEMBANGUNAN TAHUN 2011-2016 A. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN TAHUN 2011-2016 Visi Pembangunan Jangka Menengah secara hirarki adalah suatu kondisi yang akan dicapai dalam rangka merealisir keadaan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infrastruktur Infrastruktur merujuk pada system phisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

INDONESIA NEW URBAN ACTION

INDONESIA NEW URBAN ACTION KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KEMITRAAN HABITAT Partnership for Sustainable Urban Development Aksi Bersama Mewujudkan Pembangunan Wilayah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya penurunan. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. adanya penurunan. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian. Sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang negatif menunjukkan adanya penurunan. Pertumbuhan

Lebih terperinci

Kajian Pustaka Keterkaitan Infrastruktur Publik dan Ekonomi Oleh : Ir. Putu Rudi Setiawan Msc

Kajian Pustaka Keterkaitan Infrastruktur Publik dan Ekonomi Oleh : Ir. Putu Rudi Setiawan Msc Kajian Pustaka Keterkaitan Infrastruktur Publik dan Ekonomi Oleh : Ir. Putu Rudi Setiawan Msc Terdapat beragam pengertian tentang infrastruktur publik. Salah satunya, World Bank (1994) yang mendefinisikan

Lebih terperinci

SKENARIO KEBIJAKAN ENERGI INDONESIA MENUJU TAHUN 2050

SKENARIO KEBIJAKAN ENERGI INDONESIA MENUJU TAHUN 2050 SEMINAR NASIONAL SKENARIO KEBIJAKAN ENERGI INDONESIA MENUJU TAHUN 2050 Periode 40 tahun ke depan bukan merupakan waktu yang panjang bagi penentuan masa depan sebuah negara dan bangsa. Berbagai keputusan

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN PERTANIAN STUDI KASUS: KECAMATAN JATEN, KABUPATEN KARANGANYAR

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN PERTANIAN STUDI KASUS: KECAMATAN JATEN, KABUPATEN KARANGANYAR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN PERTANIAN STUDI KASUS: KECAMATAN JATEN, KABUPATEN KARANGANYAR Yuniar Irkham Fadlli, Soedwiwahjono, Ana Hardiana Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 3.1. Visi Berdasarkan kondisi masyarakat dan modal dasar Kabupaten Solok saat ini, serta tantangan yang dihadapi dalam 20 (dua puluh) tahun mendatang, maka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daya saing daerah menurut definisi yang dibuat UK-DTI adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daya saing daerah menurut definisi yang dibuat UK-DTI adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Daya Saing Daerah Daya saing daerah menurut definisi yang dibuat UK-DTI adalah kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 65.095.787.348 29.550.471.790 13.569.606.845 2.844.103.829 111.059.969.812 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 64.772.302.460

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.583.925.475 29.611.683.617 8.624.554.612 766.706.038 105.586.869.742 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.571.946.166

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh keterbatasan dari daya saing produksi (supply side), serta

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh keterbatasan dari daya saing produksi (supply side), serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil survei Bank Dunia pada tahun 2012 menunjukkan, masalah terbesar kedua di Indonesia yang menghambat kegiatan bisnis dan investasi adalah infrastruktur yang tidak

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 KONDISI DAERAH JAWA TIMUR

Bab I Pendahuluan 1 KONDISI DAERAH JAWA TIMUR Daftar Isi Bab I Pendahuluan 1 I.1 Latar belakang 1 I.2 Maksud dan Tujuan 4 I.3 Landasan Hukum 5 I.4 Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya 8 I.5 Sistematika Penulisan 10 BAGIAN 1 KONDISI DAERAH

Lebih terperinci

Terwujudnya Pemerintahan yang Baik dan Bersih Menuju Masyarakat Maju dan Sejahtera

Terwujudnya Pemerintahan yang Baik dan Bersih Menuju Masyarakat Maju dan Sejahtera BAB - V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi Misi Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kabupaten Bengkulu Tengah merupakan rangkaian kegiatan pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan,

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I BAB 5 I VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pengertian visi secara umum adalah gambaran masa depan atau proyeksi terhadap seluruh hasil yang anda nanti akan lakukan selama waktu yang ditentukan.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT Versi 23 Mei 2017 PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik sesuai dalam UUD 1945 (Ramelan, 1997). Peran pemerintah

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1 2 3 4 1 Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan 1. Jumlah rumah ibadah yang difasilitasi 400 jumlah kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN Bab ini menjelaskan aspek-aspek yang dianalisis dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten dan data (time-series) serta peta

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2007-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB III VISI DAN MISI

BAB III VISI DAN MISI BAB III VISI DAN MISI 3.1 Visi Pembangunan di Jawa Barat pada tahap kedua RPJP Daerah atau RPJM Daerah tahun 2008-2013 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan yang belum terselesaikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan nasional merupakan gambaran umum yang memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies) dalam rangka menyeimbangkan pembangunan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN SDGs. Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS)

KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN SDGs. Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS) KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS) LATAR BELAKANG KONDISI KABUPATEN MAROS PASCA MDGs (RPJMD PERIODE 2010 2015) DATA CAPAIAN INDIKATOR MDGs TAHUN 2010 2015 MENUNJUKAN

Lebih terperinci

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO 1 VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO V I S I Riau Yang Lebih Maju, Berdaya Saing, Berbudaya Melayu, Berintegritas dan Berwawasan Lingkungan Untuk Masyarakat yang Sejahtera serta Berkeadilan

Lebih terperinci

TESIS MAGISTER. Oleh : SETA KARTIKA NIM

TESIS MAGISTER. Oleh : SETA KARTIKA NIM KAJIAN EFEKTIVITAS PENYERAPAN DANA BANTUAN LUAR NEGERI TERHADAP KINERJA PROYEK KONSTRUKSI DAN UPAYA PEMODELAN PENILAIAN EFEKTIVITASNYA Studi Kasus : Bantuan Jepang TESIS MAGISTER Oleh : SETA KARTIKA NIM

Lebih terperinci

Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang

Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang Konsep Wilayah dan Pengembangan Wilayah Dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geogra is beserta

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Sesuai dengan amanat Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kubu Raya Tahun 2009-2029, bahwa RPJMD

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Strategi dan Tiga Agenda Utama Strategi pembangunan daerah disusun dengan memperhatikan dua hal yakni permasalahan nyata yang dihadapi oleh Kota Samarinda dan visi

Lebih terperinci

PENATAAN WILAYAH PERTANIAN INDUSTRIAL Kawasan Pertanian Industrial unggul berkelanjutan

PENATAAN WILAYAH PERTANIAN INDUSTRIAL Kawasan Pertanian Industrial unggul berkelanjutan PENATAAN WILAYAH PERTANIAN INDUSTRIAL Kawasan Pertanian Industrial unggul berkelanjutan Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember www.adamjulian.net Pengembangan Kawasan Pertanian Industrial

Lebih terperinci

KEBIJAKAN EKONOMI INDONESIA

KEBIJAKAN EKONOMI INDONESIA KEBIJAKAN EKONOMI INDONESIA Kuliah SEI pertemuan 11 NANANG HARYONO, S.IP., M.Si DEPARTEMEN ADMINISTRASI FISIP UNIVERSITAS AIRLANGGA 2012 Perencanaan Pembangunan Ekonomi ARTHUR LEWIS dalam buku DEVELOPMENT

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI PEMBANGUNAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

Isu Strategis Kota Surakarta

Isu Strategis Kota Surakarta Isu Strategis Kota Surakarta 2015-2019 (Kompilasi Lintas Bidang) Perwujudan dari pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang telah diserahkan ke Daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional. Sinkronisasi

Lebih terperinci