LEKSIKOLOGI SASTRA DALAM MANTRA PENANAMAN TEMBUNI LITERARY LEXICOLOGY IN THE PLACENTA PLANTING SPELL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LEKSIKOLOGI SASTRA DALAM MANTRA PENANAMAN TEMBUNI LITERARY LEXICOLOGY IN THE PLACENTA PLANTING SPELL"

Transkripsi

1 LEKSIKOLOGI SASTRA DALAM MANTRA PENANAMAN TEMBUNI LITERARY LEXICOLOGY IN THE PLACENTA PLANTING SPELL Casim a, Fikri Hakim b, Titin Setiartin R c, Agi Ahmad Ginanjar d Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Jalan Siliwangi No. 24, Tasikmalaya, Indonesia Pos-el: casim@unsil.ac.id Naskah diterima: ; direvisi: ; disetujui: Abstract Lexicology has a very important role in the study of spells, especially in the study of meaning (style). This paper focuses on: 1) the vocabulary used in the spell how to the placenta planting spell and translation; 2) mantra studies how to the placenta planting spell by examining meaning in language style. This type of research is descriptive qualitative research methods of text analysis. The data obtained are examined using descriptive analysis approach. From the results of a study on how to plant the placenta spells found: 1) the vocabulary used in the spell of how to grow the afterbirth is the Java Language Ngoko-Chromo among: meneng, jabang bayi, siro, beko, marang, bopo, biyung, sedulur, inggih; 2) spells by planting the placenta contained a tautolog-style parallelism assertion language (meneng -meneng, sugih-sugih, wani-wani, siro-siro, sedulursedulur, inggih inggih inggih; alliteration (meneng -meneng, wani-wani, sedulur-sedulur); and inversion (meneng-meneng jabang bayi siro). Keywords: Lexicology literature, spells, vocabulary, meaning Abstrak Leksikologi memiliki peranan yang sangat penting dalam kajian mantra, khususnya pada telaah makna (gaya bahasa). Tulisan ini difokuskan pada: 1) kosakata yang digunakan dalam mantra penanaman tembuni dan terjemahan; 2) kajian mantra penanaman tembuni dengan menelaah makna dalam gaya bahasa. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode analisis teks. Data yang diperoleh dikaji dengan menggunakan pendekatan analisis deskriptif. Dari hasil kajian mengenai mantra penanaman tembuni ditemukan: 1) kosakata yang digunakan dalam mantra penanaman tembuni yaitu berbahasa Jawa Ngoko-Kromo di antaranya meneng, jabang bayi, siro, beko,, marang, bopo, biyung, sedulur, inggih; 2) mantra penanaman tembuni terdapat gaya bahasa penegasan tautologi-pararelisme (meneng-meneng, sugih sugih, wani-wani, siro siro, sedulur-sedulur, inggih inggih inggih), aliterasi di antaranya: menengmeneng; kalimat ketiga wani-wani dan sedulur-sedulur; Inversi/ predikat berada di depan subjek (meneng-meneng jabang bayi siro). Kata kunci: Leksikologi sastra, mantra, kosakata, makna PENDAHULUAN Indonesia memiliki keberagaman budaya, sastra, dan bahasa. Salah satu ragam sastra yang ada di Indonesia yaitu sastra lama. Sastra lama yang berkembang di Indonesia disampaikan secara turun temurun oleh nenek moyang melalui leluri. Sastra lama dibagi menjadi tiga bagian yaitu cerita rakyat, teater rakyat dan puisi rakyat. Sastra lama dibagi dalam tiga ragam besar, yakni puisi rakyat, cerita rakyat, dan teater rakyat. Puisi rakyat termasuk di dalamnya, yaitu syair, pantun, 117

2 Multilingual, Vol. 18, No.2, Desember 2019 gurindam, karmina, dan mantra (Casim, 2017: 116). Mantra adalah kata-kata atau ayat yang apabila diucapkan dapat menimbulkan kuasa gaib atau jampi. Mantra adalah salah satu sastra lisan yang berkembang sejak sebelum tradisi tulis di Indonesia. Mantra tersedia dalam berbagai bahasa daerah di seluruh Indonesia, baik itu bahasa Jawa, Sunda, Minang, Lampung, dan Bali. Mantra pada umumnya seringkali dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Bahkan mantra seringkali dianggap tidak mendidik karena dianggap tidak rasional dan mantra selalu dikaitkan dengan hal magis. Padahal mantra mengandung nilai moral yang bersifat mendidik dan bermanfaat untuk dunia pendidikan. Mantra yang berkembang di masyarakat menunjukkan bahwa mantra acap kali berlaku jujur dalam menunjukkan proyeksi emosi penciptanya atau suatu masyarakat. Fungsi tersebut sesuai dengan konteks sosial budaya masyarakat. Dapat saja fungsi tersebut menjadi fungsi pendidikan dalam hal pemeliharaan kebudayaan, bukan lagi dalam konteks fungsi proyeksi. Penggalian dan pemeliharaan sastra dan budaya daerah bermanfaat bagi dunia pendidikan (Fahmi 2015: 340). Pertunjukan puisi lisan/mantra mempunyai fungsi sendiri-sendiri yang ditentukan oleh masyarakatnya. Fungsi tersebut sesuai dengan konteks sosial budaya masyarakatnya. Fungsifungsi itu meliputi: (1) sebagai sistem proyeksi, (2) sebagai pengesahan budaya, (3) sebagai alat pendidikan, (4) sebagai alat pemaksa berlakunya norma-norma masyarakat dan pengendalian masyarakat. Tuloli dan Danandjaja (dalam Badrun, 2003: 25), yakni: (1) sebagai alat kendali sosial, (2) untuk hiburan, (3) untuk memulai suatu permainan, (4) untuk mengganggu orang lain. Sementara Tuloli berpendapat puisi lisan berfungsi untuk pendidikan dan hiburan. Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh (Amir dan Patriantoro, 2012:83) dengan judul Majas Mantra Nyanghatn pada Upacara Kapokokng Suku Dayak Kantuk. Berdasarkan analisis data, makna yang ditemukan berupa majas perbandingan, majas penegasan, dan majas pertentangan. Majas perbandingan yang ditemukan dari mantra nyanghatn meliputi personifikasi, metafora, alegori, allusion. Majas penegasan yang ditemukan yaitu klimaks, anti klimaks, tautologi, repetisi, dan pleonasme. Majas pertentangan yang ditemukan ada analisis mantra nyanghatn, yaitu antithesis. Berdasarkan penelitian Amir dan Patrianto, penulis tertarik untuk melakukan penelitian leksikologi sastra dalam mantra cara menanam tembuni. Leksikologi sastra dalam mantra menanam tembuni difokuskan pada kosakata dan gaya bahasa, karena setiap mantra memiliki kosakata dan gaya bahasa yang beragam. Kosakata atau leksikon adalah kekayaan kata yang dimiliki suatu bahasa, komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa 118

3 Casim dkk: Leksikologi Sastra Dalam Mantra Penanaman Tembuni termasuk dalam bahasa mantra. Hal ini sejalan dengan pendapat (Chaer, 2007: 2 6) bahwa, Leksikon berasal dari bahasa Yunani yakni, lexikόn atau lexikόs yang berarti kata, ucapan, atau cara bicara. Istilah leksikon lazim digunakan untuk mewadahi konsep kumpulan leksem dari suatu bahasa, baik kumpulan secara keseluruhan, maupun secara sebagian. Dalam teks mantra terdapat ragam leksikon, ragam leksikon dapat berupa kosakata dasar, kosakata pasif-aktif, dan kosakata umum-khusus. Menurut (Tarigan, 2009) jenis kosakata dapat dikategorikan sebagai berikut. 1. Kosakata Dasar Kosakata dasar (basic vocabulary) adalah kata-kata yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa lain. Di bawah ini yang termasuk ke dalam kosakata dasar, yaitu: a. Istilah kekerabatan, misalnya: ayah, anak, nenek, kakek, paman, bibi, mertua, dan sebagainya. b. Nama-nama bagian tubuh, misalnya: kepala, rambut, lidah dan sebagainya. c. Kata ganti (diri, petunjuk), misalnya: saya, kamu, dia, kami, kita, mereka, ini, itu, sana, sini dan sebagainya. d. Kata bilangan, misalnya: satu, dua, sepuluh, seratus, sejuta, dan sebagainya. e. Kata kerja, misalnya: makan, minum, tidur, pergi, dan sebagainya. f. Kata keadaan, misalnya: suka, duka, lapar, haus, dan sebagainya. g. Kosakata benda, misalnya: tanah, udara, air, binatang, matahari, dan sebagainya. 2. Kosakata Aktif dan Kosakata Pasif Kosakata aktif ialah kosakata yang sering dipakai dalam berbicara atau menulis, sedangkan kosakata pasif ialah kosakata yang jarang bahkan tidak pernah dipakai, tetapi biasanya digunakan dalam istilah puitisasi. Berdasarkan pendapat Tarigan, salah satu kosakata dikategorikan pada kosakata dasar dan kosakata aktif-pasif. Keterkaitan dengan teks mantra, bahwa dalam teks mantra tidak lepas dari kosakata dasar dan kosakata aktif-pasif. Maka dari itu, kosakata yang dimaksud dalam penelitian leksikologi sastra dalam mantra cara menanam tembuni difokuskan pada kosatakata dasar dan kosakata aktif-pasif. Kosakata dalam teks mantra cara menanam tembuni tidak dapat lepas dari gaya bahasa. Gaya bahasa atau majas adalah pengungkapan perasaan atau pikiran dengan menggunakan pilihan kata atau kalimat tertentu. Dengan cara itu, kesan dan efek yang ditimbulkan dapat mencapai semaksimal mungkin (Sanga, Felysianus, 2016:70). Sejalan 119

4 Multilingual, Vol. 18, No.2, Desember 2019 dengan pendapat (Keraf, 1984: 113) mendefinisikan gaya bahasa yaitu kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah. Menggunakan kata-kata secara indah ini dilakukan untuk menimbulkan nilai estetis atau kepuitisan dalam suatu karya sastra. Dalam mantra cara menanam tembuni terdapat gaya bahasa. Gaya bahasa yang digunakan dalam mantra cara menanam tembuni diklasifikasikan pada gaya bahasa penegasantautologi-paralisme, inversi dan pleonasme. METODE PENELITIAN Jenis penelitian leksikologi sastra dalam mantra penanaman tembuni yaitu jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif-analitik. Karakteristik penelitian kualitatif, yaitu (1) menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung, (2) sifatnya deskriptif analitik, (3) tekanan penelitian ada pada pros es bukan pada hasil, (4) sifatnya i nduktif, (5) mengutamakan makna (Bodgan, 1982:27 29). Sugiyono (dalam Budrisari, 2014:49) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tiga teknik pengumpulan data, dapat dilihat dalam gambar berikut ini. Observasi Teknik Pengumpulan Data Wawancara Dokumentasi Gambar 1. Teknik Pengumpulan Data Dari gambar 1 di atas, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi. Teknik observasi dilakukan untuk 120

5 Casim dkk: Leksikologi Sastra Dalam Mantra Penanaman Tembuni mencari informasi tentang mantra yang akan diteliti, dan menentukan informan. Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara semi terstruktur. Sedangkan teknik dokumentasi yang digunakan adalah rekaman suara, video, foto, catatan lapangan, dan dokumen. adalah cross-check. Triangulasi merupakan pengumpulan dan pengecekan data menggunakan perspektif berlainan. Misalnya; menggabungkan catatan lapangan hasil pengamatan dan naskah hasil wawancara (disebut metode triangulasi). Teknik validitas data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik triangulasi sumber. Sumber Data Penelitian Sumber data penelitian ini yaitu dari para informan yang lahir, tinggal, dan besar di desa yang diteliti. Sumber penelitian diperoleh dari informan kunci (Kln/46 th /L) yaitu pemilik atau penutur mantra penanaman tembuni. Teknik Validitas Data Teknik validasi data penelitian yang digunakan adalah triangulasi dan informan review. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi data/sumber, triangulasi metode, dan triangulasi teori. Seperti yang diungkapkan oleh Suwartono (2014: 76 77) bahwa triangulasi merupakan cara paling populer ditempuh untuk mengawal kesahihan data penelitian istilah lainnya Teknik Verifikasi Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis struktural dan analisis model interaktif ( interactive model of analysis) yang dikembangkan Miles dan Humberman (dalam Sarmadi, 2009: 65). Analisis model interaktif ini meliputi tiga komponen penting yang selalu bergerak, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Secara lebih jelas, analisis model interaktif tersebut disajikan dalam gambar 2 di bawah ini. 121

6 Multilingual, Vol. 18, No.2, Desember 2019 Pengumpulan Data PenyajianData ReduksiData Penarikan simpulan/verifikasi Gambar 2 Teknik Validitas Data dengan Metode Interaktif Miles dan Humberman (dalam Sarmadi, 2009: 65) PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian dan kajian mengenai Leksikologi Sastra dalam Mantra Penanaman Tembuni dikatahui hal sebagai berikut: 1) Teks mantra diperoleh dari informan kunci (Kln/46 th /L) berbentuk teks lisan (bahasa Jawa) dan ditranskripsikan ke dalam teks tulis. Mantra penanaman tembuni diucapkan setelah proses kelahiran bayi, bayi yang baru lahir memiliki ari-ari dan ari-ari tersebut harus dikubur di dalam tanah dengan membacakan mantra penanaman tembuni. Mantra penanaman tembuni memiliki jenis kosakata dan gaya bahasa, maka dari itu penulis deskripsikan lebih jelas di bawah ini. Teks Mantra Penanaman Tembuni dan Terjemahan Tabel 1 Mantra Penanaman Tembuni Teks Mantra Penanaman Tembuni Terjemahan Meneng-meneng jabang bayi siro, Diam-diam kamu anak bayi yang baru Ojo sugih tangis lan ojo sugih beko. 1 lahir, Siro ojo sugih lelowo lacaturan. 2 Jangan banyak menangis dan jangan banyak Temenan siro ojo wani-wani marang bopo rewel. 1 biyung siro Kamu jangan banyak nakal suka berkelahi. 2 Siro ojo wani guru siro, Beneran kamu jangan berani-berani sama Lan sedulur-sedulur kabeh. 3 bapak ibu kamu, inggih inggih inggih 4 Kau jangan berani sama guru kamu, dan saudara-saudara kamu. 3 iya iya iya 4 122

7 Kosakata dalam Mantra Penanaman Tembuni Kosakata dalam mantra penanaman tembuni yaitu kosakata dasar, sesuai dengan pernyataan Tarigan (2009) ada tujuh penggolongan kosakata dasar di antaranya: 1) Istilah kekerabatan, misalnya: ayah, anak, nenek, kakek, paman, bibi, mertua, dan sebagainya; 2) Nama-nama bagian tubuh, misalnya: kepala, rambut, lidah dan sebagainya; 3) Kata ganti (diri, petunjuk), misalnya: saya, kamu, dia, kami, kita, mereka, ini, itu, sana, sini dan sebagainya; 4) Kata bilangan, misalnya: satu, dua, sepuluh, seratus, sejuta, dan sebagainya; 5) Kata kerja, misalnya: makan, minum, tidur, pergi, dan sebagainya; 6) Kata keadaan, misalnya: suka, duka, lapar, haus, dan sebagainya; dan 7) Kosakata benda, misalnya: tanah, udara, air, binatang, matahari, dan sebagainya. Untuk pengklasifikasian kosakata dasar pada mantra penanaman tembuni dapat dilihat dalam tabel 2 di bawah ini. Tabel 2 Kosakata Dasar Mantra Penanaman Tembuni Teks Mantra Penanaman Tembuni Klasifikasi Kosakata Dasar Meneng-meneng kata kerja Jabang bayi kata ganti Siro kata ganti Ojo kata kerja Sugih Tangis kata keadaan Beko kata keadaan Lelowo kata keadaan Lacaturan kata keadaan Wani-wani kata kerja Marang kata ganti Bopo istilah kekerabatan Biyung istilah kekerabatan Guru kata ganti Sedulur-sedulur kata ganti Kabeh kata ganti Casim dkk: Leksikologi Sastra Dalam Mantra Penanaman Tembuni Berdasarkan tabel 2 di atas terdapat empat jenis kosakata dasar dalam mantra penanaman tembuni di antaranya: 1) kata kerja yaitu[meneng-meneng], [ojo], dan [wani-wani]; 2) kata ganti yaitu [jabang Bayi], [siro], [marang], [Guru], [sedulur-dulur], dan [kabeh]; 3) kata keadaan yaitu [sugih tangis], [beko], [lelowo], dan [lacaturan]; 4) istilah kekerabatan yaitu [Bopo] dan [Biyung]. Selain diklasifikasikan pada kosakata dasar, dalam mantra penanaman tembuni digolongkan pada dua jenis bahasa Jawa. Kosakata yang digunakan dalam mantra penanaman tembuni yaitu bahasa Jawa Kromo. Bahasa Jawa Kromo merupakan tingkatan dalam bahasa Jawa yang temasuk ragam hormat. 123

8 Multilingual, Vol. 18, No.2, Desember 2019 Bahasa Jawa Ngoko merupakan tingkatan bahasa yang terendah dalam bahasa Jawa yang dipakai untuk berbicara dengan orang yang sudah akrab, dengan orang yang lebih rendah kedudukannya, atau dengan orang yang lebih muda (KBBI V, Tabel 3 Kosakata Bahasa Jawa Ngoko dan Kromo Jawa Ngoko Jawa Kromo meneng Menuding siro ojo wani-wani temenan marang Biyung Biyung lan sedulur-sedulur kabeh inggih 2016, Beta 21). Kosakata bahasa Jawa Kromo-Ngoko dalam mantra penanaman tembuni, penulis deskripsikan di bawah ini. Meneng (Diam) Meneng termasuk bahasa Jawa Ngoko, artinya; diam. Dalam KBBI V (2016, Beta 21), diam artinya tidak bersuara (berbicara); tidak bergerak (diam di tempat); dan tidak berbuat (berusaha). Kosakata meneng dalam mantra penanaman tembuni, memiliki makna diam. Bayi yang baru lahir didoakan untuk tidak bersuara (tidak banyak menangis) dan tidak boleh banyak bergerak. Siro (Kamu, Kalian, Mereka) Siro termasuk bahasa Jawa Kromo, artinya; kamu. Dalam KBBI V (2016, Beta 21), kamu artinya yang diajak bicara; yang disapa (dalam ragam akrab atau kasar). Kata siro dalam mantra penanaman tembuni, ditunjukkan kepada anak bayi yang baru lahir bisa diajak bicara atau disapa. Ojo (Jangan) Ojo termasuk bahasa Jawa Ngoko, artinya; jangan. Dalam KBBI V (2016, Beta 21), jangan artinya kata yang menyatakan melarang; tidak boleh, hendaknya tidak usah. Kata ojo dalam mantra penanaman tembuni ditunjukkan kepada bayi yang baru lahir bahwa bayi dilarang nakal, tidak patuh kepada orang tuanya. Temenan(Benaran/ Benar-Benar) Temenan termasuk bahasa Jawa Ngoko; artinya benaran. Dalam KBBI (2016, Beta 21), benaran artinya yang sesungguhnya. Kata benaran dalam mantra penanaman tembuni 124

9 Casim dkk: Leksikologi Sastra Dalam Mantra Penanaman Tembuni dikhususkan kepada bayi yang baru lahir, bahwa bayi tersebut benar-benar harus patuh kepada orang tuanya. Biyung (Ibu) Biyung termasuk bahasa Jawa Ngoko; artinya Ibu, dalam KBBI V (2016, Beta 21), Ibu artinya wanita yang melahirkan seorang anaknya; sapaan untuk seorang wanita. Kata Ibu dalam mantra penanaman tembuni merujuk pada kalimat temenan siro ojo wani-wani marang bopo biyung siroartinya benar kamu jangan berani-berani pada Bapak dan Ibu. Makna yang terkandung dalam kalimat tersebut, terdapat nasihat kepada bayi baru lahir untuk patuh kepada Bapak dan Ibu yang melahirkannya. Wani-Wani (Berani-Berani) Wani-wani termasuk bahasa Jawa Kromo, artinya; berani-berani. Dalam KBBI V (2016, Beta 21), berani artinya mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan; tidak takut. Maka, berani-berani yaitu asal berani; berani yang tidak beralasan. Kata wani-wani dalam mantra penanaman tembuni, bahwa berharap bayi baru lahir agar tumbuh menjadi orang yang berani, tangguh, dan percaya diri. Sedulur-Sedulur (Saudara-Saudara) Sedulur-sedulur merupakan bahasa Jawa Ngoko, artinya saudara-saudara. Dalam KBBI V (2016, Beta 21), saudara artinya orang yang seibu seayah (atau hanya seibu seayah saja); adik atau kakak. Katasedulur dalam mantra penanaman tembuni, maka bayi yang didoakan diharapkan tumbuh menjadi orang yang bermanfaat untuk Ayah, Ibu, Kakak, maupun keluarga. Keluarga dalam konteks sekandung, seagama, sepaham dan sederajat. Inggih (Iya) Inggih merupakan bahasa Jawa Kromo, artinya iya. Dalam KBBI V (2016, Beta 21), iya artinya ya. Kata Inggih merujuk pada kalimat-kalimat yang ada pada tabel 1 di atas, bahwa bayi baru lahir diberi nasihat untuk patuh kepada orang tua, keluarga dan masyarakat. Gaya Bahasa dalam Mantra Penanaman Tembuni Gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau memengaruhi penyimak atau pembaca (Tarigan, 2009, hlm.4). Dalam mantra penanaman tembuni terdapat gaya bahasa penegasan; tautologi-pararelisme, inversi/ predikat berada di depan subjek, pleonasme. Untuk lebih jelas, penulis deskripsikan klasifikasi gaya bahasa penegasan di bawah ini. Tautologi-Pararelisme Dalam mantra penanaman tembuni terdapat gaya bahasa penegasan tautologipararelisme. Gaya bahasa tautologi adanya 125

10 Multilingual, Vol. 18, No.2, Desember 2019 pengulangan sebuah kata dalam kalimat atau mempergunakan kata-kata yang diterangkan atau mendahului. Ojo sugih tangis lan ojo sugih beko. 1 Temenan siroojowani-wani marang bopo biyung siro Siroojo wani guru siro, Lan sedulur-sedulur kabeh. 3 Hasil wawancara (Kln/46 th /L/1) Hasil wawancara (Kln/46 th /L/3) Pada kutipan satu, terdapat pengulangan kata dalam satu kalimat yaitu kata ojo, hal ini menunjukkan bahwa dalam mantra cara menanam tembuni terdapat gaya bahasa penegasan tautologi-pararelisme. Kutipan tiga terdapat pengulangan kata siro, ojo, dan wani. Hal ini, membuktikan bahwa dalam kutipan tiga terdapat gaya bahasa penegasan tautologiparalisme. Aliterasi Aliterasi merupakan gaya bahasa yang terdapat pengulangan bunyi vokal yang sama. Berdasarkan hasil kajian mengenai mantra cara menanam tembuni terdapat gaya bahasa aliterasi. Untuk lebih jelas, dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini. Meneng-meneng jabang bayi siro, Ojo sugih tangis lan ojo sugih beko. 1 Temenan siro ojowani-wani marang bopo biyung siro Siro ojo wani guru siro, Lan sedulur-sedulur kabeh. 3 Berdasarkan hasil wawancara dengan (Kln/46th/L/3), bahwa dalam mantra cara menanam tembuni terdapat gaya bahasa aliterasi. Gaya bahasa aliterasi terdapat pada kalimat pertama, meneng-meneng; kalimat ketiga waniwani dan sedulur-sedulur. Hasil wawancara (Kln/46 th /L/1) Hasil wawancara (Kln/46 th /L/3) Inversi Inversi merupakan gaya bahasa dalam pengungkapan predikat kalimat mendahului subjek, karena lebih diutamakan.dalam mantra cara menanam tembuni terdapat inversi, lebih jelas dapat dilihat dalam kutipan hasil wawancara berikut ini. 126

11 Casim dkk: Leksikologi Sastra Dalam Mantra Penanaman Tembuni Meneng-meneng jabang bayi siro, Ojo sugih tangis lan ojo sugih beko. 1 Hasil wawancara (Kln/46 th /L/1) Hasil wawancara dengan (Kln/46th/L/3), bahwa dalam mantra menanam tembuni terdapat inversi dengan ditunjukkan kata meneng-meneng. Kata meneng-meneng dikategorikan sebagai predikat dan jabang bayi siro dikategorikan sebagai subjek. Maka, dapat disimpulkan bahwa, dalam mantra cara menanam tembuni terdapat predikat yang mendahului subjek. PENUTUP Berdasarkan hasil dan kajian mengenai mantra cara menanam tembuni, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kosakata dan gaya bahasa penegasan. Kosakata yang ada dalam mantra cara menanam tembuni, yaitu berbahasa Jawa Ngoko dan Jawa Kromo.Kosakata dalam bahasa Jawa Ngoko di antaranya: meneng; ojo, temenan, marang, biyung, lan, sedulur-sedulur, dan kabeh; terdapatjawa Kromo di antaranya: siro, wani-wani, biyung, dan inggih. Sedangkan gaya bahasa penegasan dalam mantra cara menanam tembuni di antaranya gaya bahasa penegasan tautologi-paparelisme, aliterasi, dan inversi. DAFTAR PUSTAKA Amir dan Patriantoro, (2012). Majas Mantra Nyanghatn pada Upacara Kapokokng Suku Dayak Kantuk. Regional Conference on Local Knowledge (RCKL). Hlm September Bogdan, Bilken. (1982). Qualitative Research for Education; an Introduction to Theory and Methods. Sydney: Allyn and Bacon, Inc. Budrisari, Friska. (2014). Study Ethnomathematics; Mengungkap Aspek-Aspek Matematika Pada Penentuan Hari Baik Aktivitas Sehari-Hari Masyarakat Adat Kampung Kuta Di Ciamis Jawa Barat. Tesis: UPI Bandung. Casim. (2017). Inventarisasi Tradisi Lisan di Kota dan Kabupaten Tasikmalaya. Prosiding Bahasa dan Sastra Hlm Oktobe Chaer, Abdul. (2007). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Fahmi, Ridzky Firmansyah. (2015). Kajian Mantra Asihan di Daerah Tasikmalaya. [Online] Tersedia: file:///c:/users/areuyservice/downloads/34.%20ridzky%20firmansyah%20fahmi%20%20kajian%2 0mantra%20asihan%20di%20daerah%20tasikmalaya%20(1).pdf. (18 Oktober 2019). Kemendikbud. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V. Jakarta: Kemendikbud, Aplikasi Resmi. 127

12 Sanga, Felysianus. (2016). Leksikologi. PTK Press: NTT. Sarmadi. (2009). Kajian Trukturalisme dan Nilai Edukatif dalam Cerita Rakyat Kabupaten Klaten. Klaten: Tesis UNS. Tarigan, Henry Guntur. (2009). Pengajaran Gaya Bahasa. Angkasa: Bandung. 128

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN KOSAKATA DASAR MENJADI PARAGRAF DESKRIPSI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS I SD NEGERI I KEPOSONG NASKAH PUBLIKASI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN KOSAKATA DASAR MENJADI PARAGRAF DESKRIPSI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS I SD NEGERI I KEPOSONG NASKAH PUBLIKASI PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN KOSAKATA DASAR MENJADI PARAGRAF DESKRIPSI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS I SD NEGERI I KEPOSONG NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil mendengarkan (listening skill),

BAB I PENDAHULUAN. agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil mendengarkan (listening skill), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada prinsipnya tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil mendengarkan (listening skill), terampil berbicara

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PEMBELAJARAN DENGAN TEKNIK BERCERITA MELALUI GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KOSAKATA ANAK DALAM BERBAHASA

KARYA ILMIAH PEMBELAJARAN DENGAN TEKNIK BERCERITA MELALUI GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KOSAKATA ANAK DALAM BERBAHASA KARYA ILMIAH PEMBELAJARAN DENGAN TEKNIK BERCERITA MELALUI GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KOSAKATA ANAK DALAM BERBAHASA (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelompok B PAUD SAKURA Kota Lubuklinggau) Oleh : ROMLAH NPM

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MAJAS DALAM PUISI MENGGUNAKAN MEDIA LAGU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I GUNUNG TALANG

PENGGUNAAN MAJAS DALAM PUISI MENGGUNAKAN MEDIA LAGU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I GUNUNG TALANG Jurnal Pendidikan Rokania Vol. II (No. 2/2017) 200-209 200 PENGGUNAAN MAJAS DALAM PUISI MENGGUNAKAN MEDIA LAGU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I GUNUNG TALANG Oleh Hasmi Novianti Dosen Sekolah Tinggi Keguruan

Lebih terperinci

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN 225 BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini diuraikan tentang kesimpulan dan saran-saran sebagai bab penutup. Kesimpulan yang dimaksud adalah memberikan gambaran yang jelas dari analisis data yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Menurut Felicia (2001), dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi komunikasi menyebabkan generasi mudah kita terjebak dalam koptasi budaya luar. Salah kapra dalam memanfaatkan teknologi membuat generasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, kita mengenal adanya siklus hidup, mulai dari dalam kandungan hingga kepada kematian. Berbagai macam peristiwa yang dilalui merupakan saat-saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada peribahasa yang menyebutkan di mana ada asap, di sana ada api, artinya tidak ada kejadian yang tak beralasan. Hal tersebut merupakan salah satu kearifan nenek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal bahwa tradisi lisan masih hidup di berbagai suku bangsa di Indonesia. Tradisi lisan sering

Lebih terperinci

b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang turut memperkaya kebudayaan nasional.

b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang turut memperkaya kebudayaan nasional. 1.4.2 Manfaat Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya pemakaian kata sapaan dalam bahasa Batak Toba. b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bab III ini mencakup lokasi penelitian, langkah-langkah atau cara-cara

BAB III METODE PENELITIAN. Bab III ini mencakup lokasi penelitian, langkah-langkah atau cara-cara 89 BAB III METODE PENELITIAN A. Pengantar Bab III ini mencakup lokasi penelitian, langkah-langkah atau cara-cara yang ditempuh dalam rangka menjaring data yang berhubungan dengan penelitian serta langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian

BAB V PENUTUP. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian 112 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian Kedaulatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh ruang lingkup kehidupan manusia berkaitan dengan bahasa. Hal

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA Himawatul Azmi Nur dan Prembayun Miji Lestari Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, FBS, Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab kelima ini akan disajikan dua hal, yaitu (1) simpulan, dan (2)

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab kelima ini akan disajikan dua hal, yaitu (1) simpulan, dan (2) BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dalam bab kelima ini akan disajikan dua hal, yaitu (1) simpulan, dan (2) saran. Pada bagian pertama akan disajikan simpulan dari empat permasalahan yang telah dibahas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 41 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Fokusnya adalah penggambaran secara menyeluruh tentang representasi kekuasaan pada tindak tutur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan didefinisikan sebagai cara-cara mendekati objek. Model pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan folklor modern. Pendekatan folklor

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) ABSTRAK

PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) ABSTRAK PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) Oleh : Fitria Dwi Apriliawati pendidikan bahasa dan sastra jawa Fitria_Dwi97@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN MODEL PENELITIAN. dalam penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut.

BAB 3 METODE DAN MODEL PENELITIAN. dalam penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut. 37 BAB 3 METODE DAN MODEL PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Hal-hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut. 3.1.1 Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan yang sangat signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa adanya bahasa, manusia tidak dapat mengungkapkan perasaan, menyampaikan keinginan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, memiliki berbagai suku, ras, bahasa dan kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang. Adanya

Lebih terperinci

Ninda Beny Asfuri, S.Pd, M.Pd ABSTRAK. Kata Kunci : Keterampilan Berbicara, Bahasa Jawa, Role Playing

Ninda Beny Asfuri, S.Pd, M.Pd ABSTRAK. Kata Kunci : Keterampilan Berbicara, Bahasa Jawa, Role Playing PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA KRAMA PADA PESERTA DIDIK KELAS IV SD NEGERI 02 MALANGJIWAN COLOMADU TAHUN AJARAN 2016/2017 Ninda Beny Asfuri, S.Pd, M.Pd

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 5.1.1 Struktur BAB V SIMPULAN DAN SARAN Strutur teks PSTT terdiri atas 35 bait dan 142 larik. Puisi sawér ini terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu pembuka, isi, dan penutup. Dalam teks puisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi. Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini telah dianugerahi oleh Tuhan dengan pancaindera yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORETIS

BAB II LANDASAN TEORETIS DAFTAR ISI PERNYATAAN DAN PENGESAHAN... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah Penelitian... 1 B. Identifikasi Masalah... 8 C. Batasan Masalah Penelitian...

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN PENGGUNAAN EJAAN DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS V SDN TLOGOSARI KULON 05 SEMARANG. Maria Fransiska dan Ikha Listyarini

ANALISIS KEMAMPUAN PENGGUNAAN EJAAN DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS V SDN TLOGOSARI KULON 05 SEMARANG. Maria Fransiska dan Ikha Listyarini ANALISIS KEMAMPUAN PENGGUNAAN EJAAN DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS V SDN TLOGOSARI KULON 05 SEMARANG Maria Fransiska dan Ikha Listyarini Program Studi PGSD Universitas PGRI Semarang frans16.maria@gmail.com;

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI RAKYAT DENGAN MODEL QUANTUM TEACHING

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI RAKYAT DENGAN MODEL QUANTUM TEACHING PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI RAKYAT Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Penelitian Tindakan (PTK) ini berjudul PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI RAKYAT (Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pertukangan Kayu di Desa Lebak Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara

BAB III METODE PENELITIAN. Pertukangan Kayu di Desa Lebak Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian dengan judul Kajian Morfosemantik pada Istilah-istilah Pertukangan Kayu di Desa Lebak Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum masyarakat tersebut mengenal keberaksaraan. Setiap bentuk sastra lisan, baik cerita maupun

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SASTRA SEBAGAI BAHAN AJAR PENGAJARAN BIPA

PEMANFAATAN SASTRA SEBAGAI BAHAN AJAR PENGAJARAN BIPA PEMANFAATAN SASTRA SEBAGAI BAHAN AJAR PENGAJARAN BIPA Teguh Alif Nurhuda 1, Herman J. Waluyo, Suyitno Pascasarjana Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sebelas Maret teguhalifnurhuda@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Judul Skripsi : Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Nama : Eli Rahmat Tahun : 2013 Latar Belakang Menurut Keraf bahasa memiliki empat fungsi, yaitu (1) sebagai alat untuk mengekpresikan diri, (2)

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR

ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR P ISSN 2614-624X E ISSN 2614-6231 DOI: http://dx.doi.org/10.22460/p.v1i2p%25p.193 ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR Risma Despryanti 1, Riska Desyana 2, Amalia Siddiqa Rahayu 3, Yeni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang beragam yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Kekayaan budaya dan tradisi

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan oleh : EMA WIDIYAS

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL LA GRANDE BORNE KARYA NH. DINI

ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL LA GRANDE BORNE KARYA NH. DINI ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL LA GRANDE BORNE KARYA NH. DINI ARTIKEL E-JOURNAL Oleh ALIMUN AKBAR SIREGAR NIM 090388201020 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari media massa dapat memberikan aneka sajian yang dapat dinikmati para pembaca setianya. Dalam satu edisi para pembaca mendapatkan berbagai informasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan

BAB III METODE PENELITIAN. perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan BAB III METODE PENELITIAN A. BENTUK PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

Lebih terperinci

2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING

2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mantra merupakan puisi lisan yang bersifat magis. Magis berarti sesuatu yang dipakai manusia untuk mencapai tujuannya dengan cara-cara yang istimewa. Perilaku magis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metaforis, lokalitas merupakan sebuah wilayah tempat masyarakatnya secara

BAB I PENDAHULUAN. metaforis, lokalitas merupakan sebuah wilayah tempat masyarakatnya secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lokalitas dalam bahasa menunjukan identitas budaya yang dipakai dalam konteks sebuah komunitas bahasa dalam hal ini masyakat Minangkabau. Lokalitas dalam konteks

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi.

BAB III METODE PENELITIAN. Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi. 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dalam Penelitian ini peneliti mengambil lokasi penelitian di Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi. Pemilihan tempat ini karena masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan langkah-langkah untuk mengkaji data. Pada

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan langkah-langkah untuk mengkaji data. Pada BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Jenis Penelitian Metode penelitian merupakan langkah-langkah untuk mengkaji data. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif yaitu metode yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM PUISI KARANGAN SISWA KELAS IX MADRASAH TSANAWIYAH MADANI CERUK IJUK TAHUN AJARAN 2012/2013 ARTIKEL E-JOURNAL

ANALISIS PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM PUISI KARANGAN SISWA KELAS IX MADRASAH TSANAWIYAH MADANI CERUK IJUK TAHUN AJARAN 2012/2013 ARTIKEL E-JOURNAL ANALISIS PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM PUISI KARANGAN SISWA KELAS IX MADRASAH TSANAWIYAH MADANI CERUK IJUK TAHUN AJARAN 2012/2013 ARTIKEL E-JOURNAL Oleh Rinovianti NIM 090388201266 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptifkualitatif. Menurut Sudarwan Danim (2002 : 41) kualitatif adalah untuk menjelaskan

Lebih terperinci

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

PEMAKAIAN PERPADUAN LEKSEM BAHASA INDONESIA DALAM TABLOID NOVA EDISI JULI Jurnal Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

PEMAKAIAN PERPADUAN LEKSEM BAHASA INDONESIA DALAM TABLOID NOVA EDISI JULI Jurnal Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan PEMAKAIAN PERPADUAN LEKSEM BAHASA INDONESIA DALAM TABLOID NOVA EDISI JULI 2012 Jurnal Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

HARAPAN, DOA, DAN SELAMAT

HARAPAN, DOA, DAN SELAMAT HARAPAN, DOA, DAN SELAMAT THEME CULTURAL NOTE EKSPRESSION VOCABULARY MEMBERI HARAPAN, DOA, dan SELAMAT Memahami percakapan Memahami isi bacaan yang berkaitan dengan wisuda Menulis teks tentang ucapan harpaan,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE STORYTELLING (BERCERITA) DENGAN MENGGUNAKAN BONEKA TANGAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI TELOYO 3 TAHUN AJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman kanak-kanak merupakan salah satu sarana pendidikan yang baik dalam perkembangan komunikasi anak sejak usia dini. Usia empat sampai enam tahun merupakan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu ragam kebudayaan di Indonesia yang dapat menunjukan identitas budaya pemiliknya ialah folklor. Menurut Danandjaja (1984:2), folklor didefinisikan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dapat dimanfaatkan oleh peneliti. 1 Pemilihan lokasi atau site selection

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dapat dimanfaatkan oleh peneliti. 1 Pemilihan lokasi atau site selection BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian adalah tempat yang berkaitan dengan sasaran atau permasalahan penelitian dan juga merupakan salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA CERPEN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2016 ARTIKEL E-JOURNAL

ANALISIS GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA CERPEN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2016 ARTIKEL E-JOURNAL ANALISIS GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA CERPEN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2016 ARTIKEL E-JOURNAL Oleh MARIATI NIM 120388201091 JURUSANPENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi diri (Chaer, 2007:33). Oleh karena itu, bahasa merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi diri (Chaer, 2007:33). Oleh karena itu, bahasa merupakan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Chaer,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pandanan Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten. yaitu bulan Oktober sampai bulan Desember 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Pandanan Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten. yaitu bulan Oktober sampai bulan Desember 2012. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian mengenai Pola Asuh Orang Tua terhadap Anak dalam Keluarga pada Bidang Pendidikan, berlokasi di Dusun Pandanan Desa Pandanan Kecamatan Wonosari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dan 89 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dan penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu suatu penelitian yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Ada dua jenis metode penelitian, yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Dengan pertimbangan sebagai berikut : 1. Lokasi penelitian mudah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah Suatu penelitian tidak akan berjalan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu pengamatan (observasi) dan wawancara. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian

Lebih terperinci

POLA GAYA BAHASA DALAM TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA MAARIF LAWANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013. Dianti Setia Dharma 1 Sumadi 2 Titik Harsiati 3

POLA GAYA BAHASA DALAM TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA MAARIF LAWANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013. Dianti Setia Dharma 1 Sumadi 2 Titik Harsiati 3 POLA GAYA BAHASA DALAM TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA MAARIF LAWANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Dianti Setia Dharma 1 Sumadi 2 Titik Harsiati 3 Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang E-mail: dianti_arko@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Menurut David Nunan, Qualitative research is assumes that all knowledge is relative, that there

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dengan objek penelitian novel Pukat Karya Tere Liye. Tidak ada pembatasan khusus tentang tempat penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai dunia alam ataupun dunia sosial. memprioritaskan pada gambaran kejadian-kejadian yang berlangsung pada

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai dunia alam ataupun dunia sosial. memprioritaskan pada gambaran kejadian-kejadian yang berlangsung pada BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian adalah aktivitas menelaah suatu masalah dengan menggunakan metode ilmiah secara terancang dan sistematis untuk menemukan pengetahuan atau hal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Mulyana, 2002: 145) merupakan proses, prinsip, dan prosedur yang kita

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Mulyana, 2002: 145) merupakan proses, prinsip, dan prosedur yang kita 87 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Metodologi sebagaimana dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor (Mulyana, 2002: 145) merupakan proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Metode merupakan suatu hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Baik buruknya hasil suatu penelitian (research) sebagian tergantung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan dipaparkan metodologi penelitian yang mencakup desain penelitian, partisipasi dan tempat penelitian, pengumpulan data, dan analisis data. Adapun pemaparan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma adalah serangkaian keyakinan dasar yang membimbing tindakan. 1 Paradigma dalam penelitian ini adalah konstruktivisme. Menurut Guba dan Lincoln realitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memberikan panduan kepada peneliti tentang urutan-urutan bagaimana penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. memberikan panduan kepada peneliti tentang urutan-urutan bagaimana penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara untuk mengumpulkan data, sedangkan penelitian merupakan aktivitas dan cara berpikir yang menggunakan kerangka ilmiah yang terancang dan sistematis untuk memecahkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian X X X. 4 Analisis Data X X

BAB III METODE PENELITIAN. Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian X X X. 4 Analisis Data X X BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini adalah penelitian karya sastra melalui analisis dokumen berupa studi pustaka yang bersifat kualitatif. Penelitian ini tidak terpancang

Lebih terperinci

MEDIA GAMBAR BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI

MEDIA GAMBAR BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI MEDIA GAMBAR BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI Desyanti Kemalasari N 1 Ening Widaningsih 2 Winti Ananthia 3 ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurang meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Puisi rakyat merupakan salah satu genre folklor lisan. Puisi rakyat memiliki arti sebagai kesusastraan rakyat yang sudah tertentu bentuknya, biasanya terdiri atas beberapa

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK)

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK) KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. NASKAH PUBLIKASI PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V MELALUI METODE TIME TOKEN ARENDS PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SD NEGERI PLOSOKEREP 2 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Diajukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan karya sastra sebagai objek kajiannya sehingga penelitian ini tidak terdapat pembatasan khusus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di Jalan Balayudha kilometer 4,5 Palembang Sumatera Selatan. Alasan

BAB III METODE PENELITIAN. di Jalan Balayudha kilometer 4,5 Palembang Sumatera Selatan. Alasan BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah 1 yang beralamatkan di Jalan Balayudha kilometer 4,5 Palembang Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN A. PENGANTAR Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) merupakan salah satu unsur dalam Tri Darma Perguruan Tinggi. Secara umum, PkM tidak hanya untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi pada penelitian ini bertempat di SDN 3 Nagarawangi, Jl. KH. Lukmanul Hakim No. 6, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya. Lokasi tersebut

Lebih terperinci

Oleh: Dibimbing oleh : 1. Dr. Endang Waryanti, M.Pd 2. Dra. Sumiyarsi SRI RAHAYU SETIYA NINGSIH NPM:

Oleh: Dibimbing oleh : 1. Dr. Endang Waryanti, M.Pd 2. Dra. Sumiyarsi SRI RAHAYU SETIYA NINGSIH NPM: JURNAL BAHASA SEDERHANA ANAK USIA 2.0-3.0 TAHUN DAN USIA 3.0-4.0 TAHUN DI DESA TIRULOR KECAMATAN GURAH KABUPATEN KEDIRI TAHUN 2016 SIMPLE LANGUAGE OF CHILDREN AGES 2.0-3.0 AGE AND YEARS IN THE VILLAGE

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar,

BAB III METODE PENELITIAN. yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode adalah suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian adalah upaya dalam bidang ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 64 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian tradisi lisan merupakan obyek kajian yang cukup kompleks. Kompleksitas kajian tradisi lisan, semisal upacara adat dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang 59 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk membuat deskripsi tentang suatu fenomena atau deskripsi sejumlah

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TUTURAN MAHASISWA DALAM SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI MAHASISWA

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TUTURAN MAHASISWA DALAM SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI MAHASISWA ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TUTURAN MAHASISWA DALAM SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI MAHASISWA Ika Wahyu Prasetya 33, Parto 34, Rusdhianti Wuryaningrum 35 Abstract : his research is motivated by one of the speak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Klaten terutama di tempattempat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Klaten terutama di tempattempat BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Klaten terutama di tempattempat hiburan khusus tempat tongkrongan anak- anak lesbi. Peneliti mengambil lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tabel III. Waktu dan Tempat Penelitian. Agustus September Oktober November Desember Januari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tabel III. Waktu dan Tempat Penelitian. Agustus September Oktober November Desember Januari BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Agustus 2015 hingga Januari 2016. Kegiatan penelitian meliputi langkah persiapan, pengumpulan data, analisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di MAN I Surakarta yang beralamat di Jl. Sumpah Pemuda 25 Kelurahan Kadipiro Kecamatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Metode kualitatif secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa Indonesia. Salah satu ragam bahasa di Indonesia adalah peribahasa. Berbicara mengenai peribahasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu sebuah penelitian yang cenderung dengan pendekatan deskriptif dan berhubungan dengan sifat data yang kualitatif.

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS KETERAMPILAN MENULIS WACANA DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS KETERAMPILAN MENULIS WACANA DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS KETERAMPILAN MENULIS WACANA DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA SISWA KELAS XI LUKIS 1 SMK NEGERI 3 KASIHAN BANTUL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari bahasa. Sebab bahasa merupakan alat bantu bagi manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya. Segala aktivitas

Lebih terperinci

BAHASA PERTAMA SISWA SMAN TITIAN TERAS HAS DALAM KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI

BAHASA PERTAMA SISWA SMAN TITIAN TERAS HAS DALAM KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI Vol. 4 No.2 Desember 2014 ISSN 2089-3973 BAHASA PERTAMA SISWA SMAN TITIAN TERAS HAS DALAM KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI Indah Rahmita Sari FKIP Universitas Batanghari ABSTRACT This article description

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teks sastra adalah teks artistik yang disusun dengan menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu, ada sastra

Lebih terperinci

ANALISIS DAN KOREKSI KESALAHAN PENALARAN PADA PENGGUNAAN BAHASA PAPAN PERINGATAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA SKRIPSI

ANALISIS DAN KOREKSI KESALAHAN PENALARAN PADA PENGGUNAAN BAHASA PAPAN PERINGATAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA SKRIPSI ANALISIS DAN KOREKSI KESALAHAN PENALARAN PADA PENGGUNAAN BAHASA PAPAN PERINGATAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana (S-1) Pada Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 01 Malangjiwan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar. Meskipun SD ini SD inti, tetapi

Lebih terperinci