BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mineral, 15,3% Lemak, 84,7 % Massa lemak bebas (FFM).
|
|
- Bambang Makmur
- 9 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komposisi Tubuh Manusia Menurut J Brochek, komposisi tubuh: 62,4% Air, 16,4% Protein, 5,9% Mineral, 15,3% Lemak, 84,7 % Massa lemak bebas (FFM). Menurut Gilbert B Forber komposisi tubuh adalah jumlah seluruh dari bagian tubuh. Bagian tubuh terdiri dari adiposa dan massa jaringan bebas lemak. Sementara menurut WHO tubuh manusia dibagi menjadi 4 macam komposisi yang komplek yang terdiri dari: 1.Komposisi atomik. Berat badan merupakan akumulasi sepanjang hidup dari 6 elemen utama yaitu: oksigen, karbon, hidrogen, nitrogen, kalsium, dan fosfor. Kurang dari 2 % berat badan terdiri dari sulfur, kalium, natrium, klorida, magnesium dan 40 elemen lain yang secara normal terdapat dalam jumlah kurang dari 10 gram. 2. Komposisi molekolar. Elemen terbagi dalam komponen molekular yang dikelompokkan dalam 5 kategori besar, yaitu: lemak, protein, glikogen, air, dan mineral. Tingkat molekular ini secara praktis seringkali dibagi atas: lemak dan massa bebas lemak. Komposisi ini menyusun dasar untuk sel yang fungsional. 3. Komposisi selular. Komposisi ini terdiri dari 3 komponen: sel, cairan ekstrasel dan bagian padat ekstrasel. Massa sel dibagi lagi atas lemak(komponen molekular) dan bagian yang aktif secara metabolik yaitu massa sel tubuh. 9
2 10 Sehingga pada akhirnya akan terdiri dari body cell mass, cairan ekstrasel dan solid ekstrasel. 4. Komposisi jaringan dan organ. Sel akan membentuk jaringan dan organ tubuh, seperti jaringan adiposa, otot skelet, tulang, kulit, jantung, dan organ visceral lainnya. Jaringan dan organ tubuh akan membentuk tubuh manusia yang merupakan perpaduan 5 komponen tubuh, yaitu atomik, molekular, selular, jaringan dan organ serta tubuh secara keseluruhan Komposisi tubuh diukur untuk mendapatkan persentase lemak, tulang, air, dan otot dalam tubuh. Pengukuran komposisi tubuh juga ditujukan untuk mendeteksi kebutuhan tubuh terhadap asupan makanan serta mendapatkan informasi yang relevan terhadap upaya pencegahan dan penanganan penyakit. 7 Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Pengukuran antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan yang terjadi biasanya dapat dilihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh, seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh Pemeriksaan antropometri Pemeriksaan antropometris menginformasikan ukuran komposisi tubuh yang boleh jadi merupakan isyarat dini perubahan status gizi. Pemeriksaan ini umumnya ditujukan untuk 1.penapisan status gizi, 2. Survei status gizi, 3. Pemantauan status gizi. Parameter antropometri yang wajib diperiksa ialah tinggi
3 11 dan berat badan, lingkar tubuh, dan tebal lipatan kulit agar mengetahui berat badan ideal. Tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung dan bokong menempel pada dinding, serta pandangan diarahkan kedepan. Kemudian bagian dari alat pengukur tinggi digeser hingga menyentuh vertex kepala. Hasil pengukuran tinggi badan orang tua sebagian besar tidak akurat karena komponen penentu tinggi badan lansia sebenarnya telah berubah, diskus antar vertebra telah menipis, disamping itu mungkin terjadi skoliosis. Dengan demikian hasil pengukuran pada lansia tidak sama dengan pengukuran ketika yang bersangkutan masih muda. Tinggi badan dapat diperkirakan dengan cara mengukur tinggi lutut(tl) menggunakan kaliper, dengan mengukur tinggi tulang fibula(tf). Selain itu dapat pula diukur dengan memperkirakan dengan menggunakan panjang rentang tangan(prt). Panjang rentang tangan ialah jarak antara dua ujung jari tangan kanan dan kiri terpanjang melalui tulang dada. PRT tidak boleh diterapkan dibawah 5 tahun karena tungkai dan batang badan belum berkembang dalam kecepatan sama. Berat badan merupakan parameter antropometris yang paling banyak digunakan karena mudah dimengerti, agar berat badan dapat dijadikan ukuran yang reliabel, sejumlah parameter lain harus dipertimbangkan, seperti tinggi badan, dimensi kerangka tubuh,proporsi lemak, otot,tulang, serta komponen berat patologis (misal edema dan splenomegali). Dalam menentukan status gizi seseorang, ukuran ini harus dikombinasikan dengan parameter antropometris yang lain. Berat badan yang tertimbang ialah berat badan total, terdiri dari atas lean
4 12 body mass (LBM) dan berat lemak. LBM meliputi otot,tulang, dan darah. LBM dihitung dengan formula Katch-McArdle. Berat lemak dihitung dengan rumus : FW = TWB x %BF Ket: FW= fat weight(berat lemak) TBW= total body weight(bb total) BF= body fat(lemak tubuh) Secara sederhana, seorang laki-laki dapat diperdiksi memiliki BB 48,2 kg wanita 45,4 kg jika tinggi badannya 154 cm. Ketika tinggi bertambah 2,54 cm, BB laki-laki akan naik sebanyak 2,7 kg wanita 2,3 kg. Jika berat badan pasien melebihi BB ideal, maka harus dicermati apakah itu kelebihan BB oleh karena overhidrasi atau dilatar belakangi oleh kelebihan lemak. Keterangan tentang kelebihan BB ini diperoleh dari keluarga, pasien sendiri, catatan medis, atau membandingkan BB ketika pasien masuk rumah sakit dengan BB sekarang. Jika ternyata obesitas, tentukan BB yang merefleksikan lean body mass dengan menggunakan rumus obesity-adjusted weight OAW sebagai berikut: OAW = IBW + [(ABW - IBW) x 0,25] Ket: IBW= ideal body weight(berat badan ideal,bbi) ABW=actual body weight(berat badan sekarang)
5 13 Berat badan ideal orang dewasa (diatas 18 tahun), karena acuan baku belum tersedia, ditentukan dengan berbagai Cara menghitung BBI diantaranya dengan menggunakan formula lorentz: BBI (laki-laki) = (TB cm - 100) - (TB cm - 150) / 4 BBI(wanita) = (TB cm - 100) - (TB cm - 150) / 2,5 Berat badan ideal harus dikoreksi dengan perkiraan berat bagian tubuh yang misalnya telah teramputasi, jika pasien telah amputasi atau mengalami kelumpuhan ekstremitas; paraplegia (BBI dikur angi 10-15%) dan tetraplegia(15-20%). Berat badan melebihi 200% tergolong obesitas morbid, diatas 150% termasuk obesitas, dan lebih besar dari 120% tergolong BB berlebih. Sebaliknya jika BB kurang dari 80-90% BBI dianggap malnutrisi ringan, antara 70-80% masuk malnutrisi ringan dan dibawah 70% dianggap malnutrisi berat. Lingkat tubuh juga menyiratkan jumlah kandungan lemak didalam tubuh. Lingkar tubuh yang perlu diukur ialah lingkar lengan atas dan bawah, lingkar pinggang (perut), lingkar pinggul, lingkar paha dan betis, serta lingkar leher. Cadangan lemak tubuh dihitung menggunakan densitometri, cairan tubuh total, kalium tubuh total, dan ambilan gas-gas lembam larut-lipid. Cara-cara ini sulit diterapkan dalam praktik klinis. Cara yang lebih banyak diterapkan ialah cara tidak langsung, yang meliputi pengukuran ketebalan lipatan kulit serta indeks massa tubuh.
6 14 Ketebalan lipatan kulit Pengukuran presentasi lemak tubuh dengan densitometri hanya cocok dilakukan di laboratorium. Alternatif lain adalah dengan mengukur ketebalan lemak bawah kulit. Cara ini tidak sulit dilakukan, lagi pula ketebalan lemak bawah kulit telah terbukti sebagai indikator paling kuat diantara berbagai jenis parameter antropometris yang mencerminkan cadangan lemak tubuh; lebih dari 85% lemak tubuh tersimpan dalam jaringan bawah kulit. Teknik pengukuran ini juga memiliki faktor kesalahan kecil, hanya sekitar 2-3%. Masalah yang kerap tumbul adalah belum tersedianya acuan baku umum. Acuan baku yang ada sekarang amat spesifik untuk usia dan jenis kelamin tertentu. Jika hasil pengukuran terhadap kelompok individu lain diacu ke nilai baku yang sama, maka faktor kesalahan menjadi lebih besar (sekitar 5-10%). Lipatan lemak bawah kulit yang paling banyak dan paling mudah diukur, serta berkorelasi erat dengan lemak tubuh adalah lipatan kulit triceps, biceps, subscapula, supra iliaka, perut, paha, dan dada. Cara pengukurannya dengan kulit dicubit dengan dua jari. Kaliper diletakkan tegak lurus terhadap lipatan kulit yang tercubit, sekitar 1 cm diatas jari. Ulangi beberapa kali sebelum membaca skala Indeks massa tubuh Indeks massa tubuh(imt) ialah formula matematis yang bertalian dengan lemak tubuh orang dewasa, yaitu berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m 2 ). BMI = BB / TB 2
7 15 Klasifikasi Obesitas berbasis etnis Asia Bukan Asia Indeks Massa Tubuh/(IMT (kg/m 2) BB kurang 18,5 18,5 BB normal 18,5-22,9 18,5-24,9 BB berlebih 23,0-24,9 25,0-29,9 Obesitas 25,0-34,9 30,0-39,9 Obesitas Morbid 35,0 40,0 Lingkar Pinggang (cm) Laki-laki 92 cm 102 cm Wanita 82 cm 88 cm Rasio Pinggang-pinggul Laki-laki 1,0 Wanita 0,9 Formula ini cocok diterapkan pada mereka yang berusia antara tahun,mempunyai struktur tulang belakang yang normal, bukan atlet atau binaragawan, juga bukan wanita hamil atau menyusui. Cara ini boleh diterapkan terutama jika pengukuran tebal kulit tidak dapat dilakukan (misalnya pada manula) atau jika nilai bakunya tidak tersedia. Indeks massa tubuh anak tidak dapat menggunakan rumusan ini karena kecepatan pertambahan ukuran linear tubuh (tingga badan dan berat badan) tidak berlangsung dalam kecepatan sama. Nilai IMT untuk anak (5-19 tahun) ditentukan berdasarkan referensi WHO. Sementara itu untuk penentuan IMT berusia kurang dari 5 tahun masih menggunakan formula khusus yang hasilnya ditabulasi oleh ke tabel IMT berdasar usia. Jika tinggi badan tidak dapat diukur secara langsung,terutama pada lansia yang telah renta atau mengalami kelainan tulang belakang (misalnya; kifosis, skoliosis), penentuan tinggi badan boleh menggunakan tinggi lutut (TL) dan panjang rentang tangan (PRT). 7
8 Faktor yang berhubungan dengan IMT - Pola makan Pola makan adalah pengulangan susunan makanan yang terjadi saat makan. Pola makan berkenaan dengan jenis, proporsi dan kombinasi makanan yang dimakan oleh seorang individu. Makanan berminyak dan berlemak seperti gorengan ( food fried) berhubungan positif dengan obesitas umum dan obesitas sentral karena dapat menghasilkan asupan energi tinggi sehingga mampu meningkatkan IMT Aktivitas fisik Aktivitas fisik menggambarkan gerak tubuh yang disebabkan oleh kontraksi otot menghasilkan energi ekspenditur. Untuk kepentingan kesehatan, aktivitas fisik haruslah sedang atau bertenaga serta dilakukan hingga kurang lebih 30 menit setiap harinya dalam seminggu. Untuk penurunan berat badan atau mencegah peningkatan berat badan, dibutuhkan aktivitas fisik sekitar 60 menit dalam sehari. 17 Usia Penelitian yang dilakukan oleh Kantachuvessiri, Sirivichayakul, Kaewkungwal, Tungtrochitr dan Lotrakul menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia yang lebih tua dengan IMT kategori obesitas. Subjek penelitian pada kelompok usia dan tahun memiliki risiko lebih tinggi mengalami obesitas dibandingkan kelompok usia kurang dari 40 tahun. Keadaan
9 17 ini dicurigai oleh karena lambatnya proses metabolisme, berkurangnya aktivitas fisik, dan frekuensi konsumsi pangan yang lebih sering Genetik Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 40% variasi IMT dijelaskan oleh faktor genetik. IMT sangat berhubungan erat dengan generasi pertama keluarga. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa orang tua yang obesitas memiliki keturunan dengan obesitas Jenis kelamin Keadaan IMT dengan kategori kelebihan berat badan lebih banyak terjadi pada laki-laki. Namun, angka kejadian obesitas umum dan obesitas sentral lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki Kadar lemak total Presentasi Lemak Tubuh ( body fat) adalah presentase berat lemak total dalam tubuh terhadap berat badan dan merupakan indicator kesehatan. Kadar Lemak yang berlebihan sangat beresiko terhadap berbagai penyakit Besarnya ditentukan dengan rumus berikut: BF% = TBW LBM / TBW X 100 Ket : BF= Body fat TBW= Total Body weight(bb total) LBM = Lean Body mass
10 18 Selain itu presentasi lemak tubuh dapat pula diprediksi dengan menggunakan ukuran lingkar pinggang, usia, dan jenis kelamin, atau berdasarkan nilai BMI, usia, serta jenis kelamin 7 Prediksi % BF berbasis LP, usia, dan jenis kelamin % BF (Laki)= 0,567 x LP (cm) + 0,101 x U (tahun) -31,8 % BF (Perempuan)= 0,439 x LP (cm) + 0,221 x U (tahun) -9,4 LP = Lingkar pinggang, U= usia (Lean et al,1996) Prediksi % BF berbasis BMI, usia, dan jenis kelamin %BF = 1,2 x BMI + 0,23 x U (tahun) 10,8 x jenis kelamin -5,4 Skor jenis kelamin : Wanita = 0; Laki-Laki = 1 (Deurenberg P et al, 1991) LEMAK TUBUH Tabel nilai kadar lemak total dalam % RENDAH NORMAL TINGGI SANGAT TINGGI WANITA % % % % PRIA % % % % Untuk WANITA : Usia di bawah 30 tahun = 17-23%, Usia di atas 30 tahun = 20 27% Untuk PRIA: Usia di bawah 30 tahun = 14-20%, Usia di atas 30 tahun = 17 23%
11 Faktor yang bepengaruh terhadap kadar lemak total - Konsumsi makanan berlemak Penelitian yang dilakukan terhadap orang spanyol berumur tahun menunjukkan bahwa makanan seperti gorengan ( food fried) berhubungan positif dengan obesitas umum karena dapat menghasilkan asupan dengan energi tinggi yang disimpan sebagai lemak dalam tubuh Aktivitas fisik Pencegahan peningkatan berat badan secara signifikan berkontribusi untuk menurunkan berat badan dalam jangka waktu yang panjang dan mengurangi risiko kesehatan yang berhubungan dengan penyakit kronis. Pencegahannya dapat dilakukan dengan peningkatan aktivitas fisik. Aktivitas fisik secara nyata dapat mengubah efek dari faktor genetik seseorang. Peningkatan aktivits fisik lebih berhubungan dengan lingkar perut dan IMT. 29 Latihan tingkat berat dapat menghindarkan penumpukan lemak yang bertambah seiring dengan umur Usia Usia adalah salah satu faktor risiko yang tidak dapat diubah terhadap kejadian obesitas oleh karena penumpukan lemak. Semakin bertambahnya usia, tingkat kejadian obesitas mengalami peningkatan. Usia yang terus bertambah akan meningkatkan kandungan lemak tubuh, terutama distribusi lemak pusat. 21 Prevalensi obesitas terjadi peningkatan terus menerus hingga usia 44 tahun dan menurun usia tahun. 19
12 20 Penurunan massa otot dan perubahan beberapa jenis hormon yang memicu penumpukan lemak pada bagian perut terjadi pada lansia. Penelitian menunjukkan bahwa, usia tahun seseorang cenderung obesitas dibandingkan dengan umur yang lebih muda. Keadaan ini dicurigai oleh karena lambatnya proses metabolisme, berkurangnya aktivitas fisik, dan frekuensi pangan yang lebih sering Genetik Hasil penelitian yang diperoleh hingga saat ini menunjukkan bahwa sejumlah besar gen, lokus, dan kromosom yang didistribusikan menuju kromosom lain berperan dalam menentukan distribusi lemak tubuh pada manusia. Semua kromosom kecuali kromosom Y berpotensi terlibat dalam etiologi obesitas. Sejumlah gen yang terlibat dalam akumulasi dan distribusi jaringan adiposa di daerah perut telah diidentifikasi. Mutasi gen reseptor adrenergik-b3 (b3 AR) terkait dengan obesitas viseral dan resistensi insulin yang terjadi pada beberapa etnis di Finlandia dan di Jepang. Begitu juga dengan apo-b-100 gene EcoR-1 polymorphism ditemukan pada keadaan resistensi insulin dan obesitas Jenis kelamin. Angka kejadian obesitas umum dan obesitas sentral lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki Tingginya prevalensi obesitas terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki karena adanya perbedaan tingkat aktivitas fisik dan asupan energi pada laki-laki dan perempuan. 23 Lemak viseral pada perut lebih tinggi pada perempuan yang tua daripada laki-laki muda. Jaringan adiposa akan meningkat dengan bertambahnya umur, terutama pada perempuan setelah
13 21 menopause. Perempuan post menopause memiliki presentasi lemak perut, kolesterol total, dan trigliserida yang tinggi. Perempuan mengontrol kelebihan energi sebagai lemak simpanan, sedangkan laki-laki menggunakan kelebihan energinya untuk mensintesis protein Merokok Konsentrasi kortisol mempengaruhi tingkat lemak. Perokok aktif memiliki konsentrasi kortisol plasma lebih tinggi daripada yang tidak merokok. Tingginya konsentrasi kortisol adalah akibat aktivitas sympathentic nervous system yang diinduksi oleh rokok. Peningkatan kortisol didalam tubuh menyebabkan meningkatnya insulin, leptin yang berpengaruh ke sistem reward di otak. 28 Lebih dari bahan kimia yang berbeda yang hadir dalam asap rokok. Banyak dari mereka adalah karsinogenik, atau mampu menyebabkan perubahan dalam bahan genetik dari sel-sel yang dapat menyebabkan kanker. Asap rokok mengandung nikotin, bahan kimia adiktif, dan ter karsinogenik. Selain itu, merokok menghasilkan karbon monoksida, yang memiliki efek mengurangi jumlah oksigen dalam darah. Ketika asap rokok yang dihirup, zat kimia yang terkandung di dalamnya dengan cepat diserap oleh paru-paru dan dilepaskan ke dalam aliran darah. Dari darah, bahan kimia ini masuk ke dalam otak, jantung, ginjal, hati, paru-paru, saluran pencernaan, otot, dan jaringan lemak. Nikotin dalam asap rokok menyebabkan pelepasan dopamin dalam otak yang menyebabkan seseorang menjadi kecanduan rokok. 50 Kadar racun pada rokok
14 22 juga dapat menyebabkan peningkatan cholesterol LDL yang dapat menyebabkan atherosklerosis Alkohol Hubungan tinggi asupan minuman beralkohol dengan IMT tidak konsisten. Tingginya asupan minuman beralkohol menyebabkan penurunan konsentrasi testosteron pada laki-laki dan rendahnya sekresi lipid hormon steroid yang menyebabkan akumulasi lemak 30 Alkohol dapat menyebabkan penambahan berat badan dari kalori yang ada dan akan menyebabkan pula peningkatan kalori yang dimakan yang menyebabkan peningkatan berat badan. Pada minuman beralkohol memiliki jumlah kalori yang lebih tinggi dari makanan berlemak. Penelitian lain juga menunjukkan peningkatan 20% kalori yang dikonsumsi saat makan ketika alkohol dikonsumsi sebelum makan, maka terdapat peningkatan kalori dengan 33% ketika kalori dari alkohol ditambahkan. Sebuah studi lebih dari orang menunjukkan bahwa mengkonsumsi sejumlah peningkatan alkohol dikaitkan dengan obesitas perut pada pria. Penelitian dalam jangka pendek, alkohol merangsang asupan makanan dan juga dapat merangsang nafsu makan dan meningkatkan rasa lapar. 52 Tidak seperti macronutrients seperti karbohidrat, protein dan lemak, pasokan alkohol apa ahli gizi sering menyebut kalori kosong yaitu kalori tanpa nutrisi. Untuk membuat masalah lebih buruk, itu adalah bahan bakar pertama yang digunakan bila dikombinasikan dengan karbohidrat, lemak dan protein, yang menunda proses pembakaran lemak dan memberikan kontribusi untuk
15 23 penyimpanan lemak yang lebih besar. Hal ini juga harus diingat bahwa kalori dalam alkohol kekurangan nutrisi bermanfaat bagi metabolisme yang sehat dan karena itu akan mempercepat penyimpanan lemak. Bahkan alkohol memiliki kalori yang hampir sama dengan kalori pada lemak Hormon Distribusi lemak berbeda antara pria dan wanita. Jika dibandingkan dengan pria, maka wanita premenopause memiliki lebih banyak lemak subcutan, dan lemak tubuhnya cenderung diakumulasi di payudara, pinggul dan paha atas, sedangkan pada pria lemak secara dominasi berakumulasi di depot subkutan abdomen dan viseral. 34 Distribusi lemak tubuh merupakan salah satu karakteristik seks sekunder. Hormon seks merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan deposisi lemak regional. Bukti-bukti menunjukkan hormon seks wanita berhubungan dengan akumulasi lemak subkutan di regio bawah tubuh. Penyimpanan lemak khas wanita ini penting dalam fingsi reproduksi. Obesitas abdominal pada pria ditemukan berhubungan dengan rendahnya kadar testosteron pada pria da terapi hormon testosteron menghasilkan pengurangan lemak abdominal. Distribusi lemak regional pada manusia secara jelas diatur oleh hormon, walaupun faktorfaktor lain ikut berperan penting. Tidak hanya hormon steroid seks saja yang berperan, namun kortikosteroid dari kelenjar adrenal juga memainkan peran yang besar. Hormon peptida seperti insulin dan growth hormone (GH) merupakan faktor penting dalam distribusi jaringan adiposa. 33
16 24 - Stress Keadaan stress berhubungan dengan lemak pada perempuan pre menopause yang mengalami kegemukan. Penelitian lain juga menemukan bahwa reaktivitas stres mengawali penyakit kardiovaskuler sebelum remaja oleh peningkatan total dan obesitas pada anak. Anak dengan peningkatan reaktivitas heart rate pada waktu stres memiliki peningkatan lemak tubuh, IMT, dan lemak perut. 32 Studi lain menunjukkan bahwa stres kronis dikaitkan dengan hypercortisolemia ringan dan aktivasi sympathetic nervous system yang berkepanjangan sehingga selanjutnya dapat mengakibatkan penumpukan lemak viseral Diagnosis - CT scan Computerized tomography (CT) merupakan suatu alat diagnosis yang akurat dan tepat untuk mengukur komposisi jaringan lumak tubuh seperti lemak dan otot. Diketahui pula bahwa CT memiliki kemampuan untuk membedakan antara lemak viseral dengan lemak subkutan yang terdapat didalam tubuh Kelemahan utama CT adalah berbiaya mahal dan memakan waktu lama. Penggunaan CT memerlukan dosis radiasi yang relatif tinggi sehingga membahayakan bagi kesehatan pengguna dari alat ini
17 25 - MRI Magnetic resonance imaging (MRI) merupakan salah satu cara pemeriksaan diagnosis yang menghasilkan gambaran potongan tubuh manusia dengan menggunakan medan magnet. MRI memiliki perbandingan kualitas yang baik dengan CT dalam pengukuran lemak. MRI dan CT memiliki akurasi yang sama saat dibandingkan dengan analisis kimia. Kelemahan MRI adalah menghasilkan suara bising, berbiaya mahal dan memakan waktu dalam penggunaannya Pemeriksaan Tanita metode BIA Bioelectrical Impedence Analysis (BIA) adalah metode yang ki ni umum digunakan untuk memperkirakan komposisi tubuh. Perangkat ini muncul pertama kali di pertengahan tahun Metode ini memiliki kelebihan pada cara penggunaan yang mudah, alat mudah dipindah tempatkan dan biaya yang relatif rendah dibandingkan dengan beberapa metode lain dari analisis komposisi tubuh. BIA menggunakan metode impedensi listrik (sinyal listrik rendah dan aman 50kHz, 500 Micro Amp) atau oposisi aliran terhadap aliran listrik melalui jaringan tubuh kemudian digunakan untuk menghitung perkiraan total air tubuh. 6 Proses ini secara luas dianggap sebagai standar emas dalam komposisi tubuh. Tanita FDA menyediakan kemudahan penggunakan, namun secara klinis akurat solusi, dan membuat penilaian komposisi tubuh diakses baik di lingkungan profesional dan medis serta di rumah. Analisa Tanita digunakan memantau berat badan, persentase lemak tubuh, massa otot.
18 26 Penelitian menunjukkan BIA memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik untuk memprediksi lemak. Penggunaan alat ini relatif lebih mudah, biaya terjangkau dan tidak memakan waktu. Pada pengguna relatif aman karena tidak ada radiasi Hubungan lemak total tubuh dengan timbulnya penyakit Kadar lemak total tubuh menyebabkan Obesitas Obesitas merupakan kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. Faktor genetik diketahui sangat berpengaruh bagi perkembangan penyakit ini. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga mengganggu kesehatan. Keadaan obesitas ini meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler karena keterkaitannya dengan sindroma metabolik yang terdiri dari hiperinsulinemia, diabetes melitus, dislipidemia, hiperurisemia, gangguan fibrinolisis, hiper fibrinogenemia dan hipertensi Kadar lemak total tubuh Menyebabkan Diabetes melitus tipe 2 Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan
19 27 kerusakan jangka panjang, disfungsi beberapa organ tubuh. Faktor resiko diabetes melitus yaitu usia, lebih banyak dan lebih lamanya obesitas, distribusi lemak tubuh, kurangnya aktifitas jasmani dan hiperinsulinemia. Semua faktor ini berinteraksi dengan beberapa faktor genetik yang berhubungan dengan terjadinya diabetes melitus tipe Kadar lemak total tubuh Menyebabkan Hipertensi Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer. Menurut The Seventh Report of the Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1, dan derajat 2. Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi antara faktor faktor risiko tertentu. Faktor risiko yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah adalah: 1. Faktor risiko, seperti diet dan asupan garam, stres, ras, obesitas, merokok, genetik. 2. Sistem saraf simpatis: tonus simpatis dan variasi diurnal. 3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi: endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos dan interstitium juga memberikan kontribusi akhir. 4. Pengaruh sistem setempat yang berperan pada sistem renin angiotensin dan aldosteron. 7-8
20 Kadar lemak total tubuh Menyebabkan Dislipidemia Klasifikasi dislipidemia dapat berdasarkan atas primer yang tidak jelas sebabnya dan sekunder yang mempunyai penyakit dasar seperti sindroma nefrotik, diabetes mellitus, hipotiroidisme. Selain itu dislipidemi dapat juga dibagi berdasarkan profil lipid yang menonjol, seperti hiperkolesterolemi, hipertrigliseridemi, isolated low HDL-cholesterol,dan dislipidemia campuran. Bentuk terakhir ini paling banyak. ditemukan. Lipid normal sebenarnya sulit dipatok pada suatu angka, oleh karena normal seseorang belum tentu normal untuk orang lain yang disertai faktor risiko jantung koroner multipel. 7-8
BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. (1) Obesitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Indeks Massa Tubuh
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Indeks Massa Tubuh 2.1.1 Pengertian Indeks Massa Tubuh Indeks massa tubuh (IMT) adalah metode yang murah, mudah dan sederhana untuk menilai status gizi pada seorang individu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan sumber daya manusia di masa depan sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang digunakan untuk menilai status gizi seorang individu. IMT merupakan metode yang murah dan mudah dalam mengukur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak dalam tubuh. 1 Menurut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak dalam tubuh. 1 Menurut WHO tahun 2005 terdapat 1,6 milyar penduduk dunia mengalami kelebihan berat badan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara
Lebih terperinciPada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita
12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index (BMI), pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar panggul pinggang, skinfold measurement, waist stature rasio,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit utama penyebab kematian pada penduduk Indonesia adalah penyakit sistem sirkulasi darah atau disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi muncul masalah gizi lebih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Obesitas dan Persentase Lemak 2.1.1 Prevalensi Obesitas Secara global, prevalensi obesitas telah meningkat sejak tahun 1980 dan peningkatannya sangat cepat. 11
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan optimal sangatlah penting.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi seseorang menunjukkan seberapa besar kebutuhan fisiologis individu tersebut telah terpenuhi. Keseimbangan antar nutrisi yang masuk dan nutrisi yang dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan pola kesakitan dan kematian dari penyakit infeksi dan malnutrisi ke penyakit tidak menular menunjukan telah terjadinya transisi epidemiologi di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia terkomposis atas jaringan lemak yang. relatif sama, namun perbedaan lokasi deposisi jaringan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh manusia terkomposis atas jaringan lemak yang relatif sama, namun perbedaan lokasi deposisi jaringan cadangan lemak menimbulkan perbedaan besar dalam peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami
BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami perubahan, yaitu dari deposisi lemak subkutan menjadi lemak abdominal dan viseral yang menyebabkan peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang artinya masalah gizi kurang belum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di zaman modern ini. Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit dimana terjadi penimbunan lemak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. OBESITAS. 2.1.1. Pengertian Obesitas. Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular
Lebih terperincidan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan strategi pembangunan kesehatan untuk mewujudkan bangsa yang sehat, di tahun 2011 dicanangkan peningkatan derajat kesehatan sebagai salah satu fokus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fleksibilitas 2.1.1. Definisi fleksibilitas Fleksibilitas mengacu pada kemampuan ruang gerak sendi atau persendian tubuh. Kemampuan gerak sendi ini berbeda di setiap persendian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang belum dapat diselesaikan oleh negara-negara maju. dan berkembang di dunia. Studi pada tahun 2013 dari Institute for
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak tubuh yang berlebihan atau abnormal sehingga menimbulkan risiko bagi kesehatan, antara lain adalah penyakit kardiovaskular,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Daya tahan kardiorespirasi adalah salah satu unsur kebugaran jasmani yang menggambarkan kemampuan pembuluh paru-paru jantung dan darah untuk memberikan jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai laporan terkini mengindikasikan bahwa prevalensi obesitas diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang berkembang telah meningkat dalam
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. umum lipid ada yang larut dalam air dan ada yang larut dalam pelarut non. dan paha seiiring dengan bertambahnya usia 4.
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian Lipid adalah sekelompok senyawa non heterogen yang meliputi asam lemak dan turunannya, lemak netral (trigliserida), fosfolipid serta sterol. Sifat umum
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi Unit Kerja Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menetapkan batasan hipertensi pada anak sesuai dengan batasan menurut NationalHigh Blood Pressure Education
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai
Lebih terperinciEpidemiologi Penilaian Status Gizi: Antropometri
Epidemiologi Penilaian Status Gizi: Antropometri Pendahuluan PSG antropometri BB dan TB: paling sering dipakai, Mudah dan murah Untuk orang dewasa: penilaian indeks massa tubuh untuk menghitung FM dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang kita jumpai banyak orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh merokok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif kronis yang semakin meningkat prevalensinya (Setiawati, 2004). DM mempunyai karakteristik seperti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA A
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Remaja 1 Definisi Remaja Menurut WHO, remaja adalah masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai
Lebih terperinciDefinisi: keadaan yang terjadi apabila perbandingan kuantitas jaringan lemak
Definisi: keadaan yang terjadi apabila perbandingan kuantitas jaringan lemak tubuh dengan berat badan total lebih besar daripada normal, atau terjadi peningkatan energi akibat ambilan makanan yang berlebihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran pola penyakit dari penyakit infeksi dan defisiensi menjadi penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hipertensi a. Pengertian Hipertensi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah merupakan ukuran tekanan yang digunakan oleh aliran darah melalui arteri berdasarkan dua hal yaitu ketika jantung berkontraksi dan ketika jantung beristirahat.
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan metabolisme energi yang dikontrol oleh faktor biologi. 8 Obesitas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Pengertian Obesitas Obesitas adalah suatu kondisi kronis yang ditandai dengan kelebihan lemak tubuh. Ini adalah gangguan kompleks dari pengaturan nafsu makan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia kita mengetahui bahwa yang disebut dengan lanjut usia adalah seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang dewasa mengalami kegemukan. Di Amerika orang meninggal. penduduk menderita kegemukan (Diana, 2004).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modernisasi dan era globalisasi yang mulai memasuki sebagian besar negara-negara berkembang telah memberikan beberapa kemajuan kepada masyarakat dalam hal standar kehidupan
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas adalah akumulasi lemak abnormal atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan energi antara kalori yang dikonsumsi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini. sudah membahayakan (Setiabudi, 2008)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitus 1. Definisi Diabetes Melitus Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini menyebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat meningkatkan dengan cepat prevalensi komplikasi kronis pada lansia. Hal ini disebabkan kondisi hiperglikemia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian lipid Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa organik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. commit to user
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat modern cenderung hidup dengan tingkat stres tinggi karena kesibukan dan tuntutan menciptakan kinerja prima agar dapat bersaing di era globalisasi, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini yang sangat kompleks membuat banyak bermunculan berbagai masalah-masalah kesehatan yang cukup dominan khususnya di negara negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan World Health Organization (WHO) tahun 1995 menyatakan bahwa batasan Berat Badan (BB) normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Departemen Kesehatan RI (2009), penyakit sistem sirkulasi darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati urutan teratas pada tahun 2007
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jantung Koroner 1. Definisi Jantung Koroner Jantung koroner adalah suatu penyakit kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu gangguan fungsi jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan karena adanya penyempitan pembuluh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ketahun dan merupakan penyakit kronis yang memerlukan terapi medis secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa di masyarakat saat ini mulai meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya konsumsi junk food dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. Secara fisiologis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi, atau yang sering disebut dengan hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian yang cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara alamiah lansia itu mengalami kemunduran yaitu pada fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai organ tubuh pada lansia maka akan membuat
Lebih terperinciDiabetes tipe 2 Pelajari gejalanya
Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Menurut WHO menetapkan bahwa tekanan darah seseorang adalah tinggi bila tekanan sistolik (sewaktu bilik jantung mengerut) melewati batas lebih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan satu dari sekian banyak negara berkembang yang memiliki berbagai variasi penyakit menular dan tidak menular. Penyakit jantung merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnyausia harapan hidup penduduk akibatnya jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 KERANGKA TEORI klasifikasi : Angina pektoris tak stabil (APTS) Infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI)
Lebih terperincienergi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan
KESEIMBANGAN ENERGI Jumlah energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu air sebesar 1 kg sebesar
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
25 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Penelitian ini menggunakan contoh mahasiswa mayor Ilmu Gizi tahun ajaran 2009 yang mengikuti mata kuliah Gizi Olahraga. Jumlah contoh awal dalam penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Setiap perempuan akan mengalami proses fisiologis dalam hidupnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perempuan akan mengalami proses fisiologis dalam hidupnya, proses-proses tersebut diantaranya adalah premenopause, menopause dan pascamenopause. Masa premenopause
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan, sosial. dan ekonomi pada berbagai kelompok usia di seluruh
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah kesehatan, sosial dan ekonomi pada berbagai kelompok usia di seluruh dunia. Tahun 2013, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengestimasikan lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sindroma ovarium polikistik (SOPK) adalah sindroma disfungsi ovarium dengan karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Pengertian Rokok Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh kemudian dibungkus dengan kertas rokok berukuran panjang 70 120 mm dengan diameter
Lebih terperinciTUBUH SEHAT IDEAL DARI SEGI KESEHATAN
TUBUH SEHAT IDEAL DARI SEGI KESEHATAN Oleh : Prof. Dr. dr. Azrul Azwar MPH Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI PENDAHULUAN Visi pembangunan bidang kesehatan yaitu Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Dislipidemia 1. Definisi Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Overweight Overweight (kelebihan berat badan atau kegemukan) didefinisikan sebagai berat badan di atas standar. Pengertian lainnya overweight adalah kelebihan berat
Lebih terperinciPERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD
PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi 2.1.1 Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kegemukan bukanlah hal baru dalam masyarakat kita, bahkan 20 tahun yang lalu kegemukan merupakan kebanggaan dan lambang kemakmuran. Bentuk tubuh yang gemuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis, disebut juga penyakit gula merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang ada di dunia (Soegondo, 2008). DM ditandai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang jantung. Organ tersebut memiliki fungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Kelainan pada organ tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan
Lebih terperinciPENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I
PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I EPIDEMIOLOGI WHO DEGENERATIF Puluhan juta ORANG DEATH DEFINISI Penyakit degeneratif penyakit yg timbul akibat kemunduran fungsi sel Penyakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia, setelah menjadi masalah pada negara berpenghasilan tinggi, obesitas mulai meningkat di negara-negara
Lebih terperinciSIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN
135 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Tinggi badan lansia dapat diprediksi dari tinggi lutut, panjang depa, dan tinggi duduk. Panjang depa memberikan nilai korelasi tertinggi pada lansia lakilaki dan perempuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lemak adalah substansi yang tidak larut dalam air dan secara kimia mengandung satu atau lebih asam lemak. Tubuh manusia menggunakan lemak sebagai sumber energi, pelarut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia, baik di negara maju ataupun negara berkembang. Menurut data World Health Organization (WHO) obesitas
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemak. Massa bebas lemak biasa disebut Fat Free Mass (FFM), terdiri dari massa
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komposisi tubuh Tubuh memiliki komposisi yang meliputi massa lemak dan massa bebas lemak. Massa bebas lemak biasa disebut Fat Free Mass (FFM), terdiri dari massa protein (otot
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Lebih terperinci