BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah pelayanan kesehatan yang tidak merata ternyata

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pelayanan kesehatan yang tidak merata ternyata merupakan suatu masalah yang banyak terdapat di banyak negara, khususnya di negara-negara berkembang (Sarwono, 2007, p.17). Umumnya ukuran yang dipakai untuk menilai baik-buruknya keadaan pelayanan kebidanan (maternity care) dalam suatu negara atau daerah adalah kematian maternal (maternal mortality) (Sarwono, 2007, p.7). Menurut definisi WHO Kematian maternal ialah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Penyebab kematian maternal dibedakan dalam 2 golongan, yaitu yang disebabkan oleh komplikasi-komplikasi dalam kehamilan, persalinan, nifas, dan sebabsebab yang lain seperti penyakit jantung, kanker, dan sebagainya (associated causes) (Sarwono, 2007, p.7). Penyebab dari kematian maternal dalam kehamilan juga dapat disebabkan oleh anemia. Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal. Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di negara sedang berkembang daripada negara yang sudah maju, 36% (± 1400 juta 1

2 orang) dari perkiraan populasi 3800 juta orang di negara yang sedang berkembang menderita anemia jenis ini, sedangkan prevelensi di negara maju hanya sekitar 8% (± 100 juta orang) dari perkiraan populasi 1200 juta orang (Arisman, 2004, p.144). Sedangkan perhatian khusus pada kondisi defisiensi zat besi di Indonesia belum terhitung lama, bukan karena kasus-kasusnya baru timbul belakangan ini, tetapi karena tenaga ahli untuk meneliti dan menangani hal ini baru saja dilakukan di Indonesia. Dengan adanya para ahli yang meneliti kasus anemia ini, tampaklah problema (Sediaoetama, 2004, p.67). Penambahan asupan zat besi, baik lewat makanan dan atau pemberian suplemen terbukti mampu mencegah penurunan Hb akibat hemodelusi. Tanpa suplemen, cadangan besi dalam tubuh wanita akan habis pada akhir kehamilan. Untuk menjaga agar stok ini tidak terkuras dan mencegah kekurangan, setiap wanita hamil dianjurkan untuk meminum tablet besi sebanyak 30 mg setiap hari. Takaran ini tidak akan terpenuhi hanya melalui makanan. Oleh sebab itu suplemen sebesar mg dimulai pada minggu ke-12 kehamilan yang diteruskan sampai 3 bulan pasca partum, perlu diberikan setiap hari (Arisman, 2004, p.16). Akan tetapi dalam kenyataan tidak semua ibu hamil yang mendapat tablet zat besi meminumnya secara rutin, hal ini bisa disebabkan karena faktor ketidaktahuan dan informasi pentingnya tablet zat besi untuk kehamilannya. Dampak yang diakibatkan minum tablet zat besi dan 2

3 penyerapan/respon tubuh terhadap tablet besi kurang baik, sehingga tidak terjadi penigkatan kadar Hb sesuai dengan yang diharapkan. Faktor yang berhubungan dengan anemia adanya faktor dari infeksi bakteri, parasit usus, seperti cacing tambang, malaria. Faktor sosial ekonomi yang rendah juga memegang peranan penting kaitannya dengan asupan gizi ibu selama hamil (Sarwono, 2007). Pada tahun 2008 di Indonesia, ibu hamil yang 90 tablet besi sebanyak 48,14% dari ibu hamil di Indonesia (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2010), sedangkan pada tahun 2010 di kota Semarang, ibu hamil yang 90 tablet besi dari 37 puskesmas sebanyak 55,13% dari ibu hamil di kota Semarang, dan dari 55,13% ibu hamil yang 90 tablet besi, yang terkena anemia sebanyak 24,33% (1.742) ibu hamil. Dari 37 puskesmas di kota Semarang terdapat 1 puskesmas yang cakupan anemianya tinggi yaitu Puskesmas Halmahera, Puskesmas Halmahera pada tahun 2008 hanya 11,94% atau 43 ibu hamil yang terkena anemia dari 360 ibu hamil yang di ukur (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2008). Pada tahun 2009 terdapat peningkatan ibu hamil yang terkena anemia yaitu 159 (26,99%) ibu hamil yang terkena anemia dari 589 ibu hamil yang diukur, sedangkan pada tahun 2010 dari 678 ibu hamil yang diukur terdapat 200 (29,50%) ibu hamil yang terkena anemia (Puskesmas Hamahera, 2010). Di Puskesmas Halmahera kota Semarang mempunyai 4 wilayah, diantaranya adalah Kelurahan Karangtempel, Kelurahan Karangturi, 3

4 Kelurahan Rejosari, dan Kelurahan Sarirejo. Dari beberapa wilayah tersebut ada beberapa ibu hamil yang mempunyai Hb rendah (<11 gr) diantaranya Kelurahan Karangtempel dari 50 ibu hamil yang mempunyai Hb rendah sebanyak 12 ibu hamil (24%), Kelurahan Karangturi dari 52 ibu hamil yang mempunyai Hb rendah sebanyak 9 ibu hamil (17,30%), Kelurahan Rejosari dari 60 ibu hamil yang mempunyai Hb rendah sebanyak 17 ibu hamil (28,33%), kelurahan Sarirejo dari 42 ibu hamil yang mempunyai Hb rendah sebanyak 9 ibu hamil (21,42%) (Puskesmas Hamahera, 2011). Karena defisiensi makanan memegang peranan yang sangat penting dalam timbulnya anemia maka dapat difahami bahwa frekuensi itu lebih tinggi lagi di negara yang sedang berkembang, dibandingkan dengan negara-negara yang sudah maju. Menurut penyelidikan Hoo Swie Tjiong frekuensi anemia dalam kehamilan setinggi 18,5%, pseudoanemia 57,9%, dan wanita hamil dengan Hb 12 g/100ml atau lebih, sebanyak 23,6%. Hb rata-rata 12,3 g/100ml dalam trimester I, 11,3 g/100ml dalam trimester II, dan 10,8 g/100ml pada trimester III. Hal ini disebabkan karena pengenceran darah menjadi makin nyata dengan lanjutan umur kehamilan, sehingga frekuensi anemia dalam kehamilan meningkat pula (Sarwono, 2007, p. 450). Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkat frekuensi komplikasi pada kehamilan dan 4

5 persalinan. Resiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi baru lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu perdarahan, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolelir kehilangan darah. Soeparno menyebutkan bahwa dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imaturus/ prematur, gangguan proses persalinan ( inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis ), gangguan pada masa nifas ( subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan sters kurang, produksi ASI rendah ), dan gangguan pada janin ( abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain) (Amirudin dkk, 2004 Anemia Ibu Hamil akses April 2011). Berawal dari fenomena di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang parktik ibu hamil tablet Fe di kelurahan Rejosari kota Semarang. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu: Bagaimana praktik ibu hamil tablet Fe di Kelurahan Rejosari Kota Semarang?. C. Tujuan Penelitian 5

6 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran praktik ibu hamil tablet Fe di Kelurahan Rejosari Kota Semarang. 2. Tujuan Khusus Mendeskripsikan praktik ibu hamil di Kelurahan Rejosari. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat penelitian praktis: a. Bagi Ibu Hamil Diharapkan ibu hamil di kelurahan Rejosari dapat meningkatkan kepatuhannya dalam tablet Fe, sehingga kebutuhan zat besi ibu hamil dapat terpenuhi. b. Bagi Bidan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada Bidan agar dapat meningkatkan pencegahan terjadinya anemia pada ibu hamil. c. Bagi Institusi Pendidikan (Universitas Muhammadiyah Semarang) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan tentang tablet Fe. 2. Manfaat penelitian teoritis: 6

7 a. Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini dapat meningkatkan khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang kebidanan. b. Metodologi Penelitian Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dalam proses belajar metodologi penelitian. E. Keaslian Penelitian Tabel : 1.1 Keaslian Penelitian Judul, No Nama, Tahun 1. Hubungan Frekwensi Antenatal Care (ANC) Dengan Kejadian Anemi Pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Mangkang Kota Semarang. Ika Hidayati 2009 Sasaran yang melakukan kunjungan ANC pada trimester III di Puskesmas Mangkang Variasi yang diteliti Variabel bebas : frekuensi ANC Variabel Terikat : Kejadian Anemia Metode Cross Sectional Hasil Ada hubungan yang bermakna antara frekuensi Antenatal Care (ANC) dengan kejadian anemi pada ibu hamil trimester III 2. Hubungan pengetahuan ibu hamil trimester III tentang zat besi dengan kejadian anemia di Puskesmas Mangkang Kota Semerang. Milani Budiarti, 2009 Trimester III yang periksa kehamilan di Puskesmas Mangkang Variabel bebas: pengetahuan, variabel terikat: kejadian anemi Cross Sectional Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang zat besi dengan kejadian anemia pada ibu trimester III 7

8 3. Hubungan Pengetahuan ibu dan dukungan suami dengan praktik dalam tablet Fe pada trimester I di Puskesmas Bangetayu Semarang Wina Yulita Sari, 2010 trimester I yang mengkonsum si tablet Fe di puskesmas Bangetayu Semarang Variabel bebas: Pengetahuan, dukungan, Variabel Terikat: Praktik dalam tablet Fe. Cross Sectional Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu hamil dengan praktik dalam tablet Fe Tidak ada hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan praktik ibu hamil dalam tablet Fe No Judul, Nama, Tahun Sasaran Variasi yang diteliti Metode Hasil 4. Studi Deskriptif Perilaku Ibu Hamil Mengkonsumsi Tablet Fe di Kelurahan Rejosari.Kota Semarang. Yenta Arizona, 2011 yang di Kelurahan Rejosari Kota Semarang Variabel Bebas: Praktik ibu hamil. Variabel terikat: Tablet Fe Cross Sectional Praktik ibu hamil dalam tablet Fe sudah cukup baik, ibu hamil yang mempunyai praktik tertinggi patuh sebesar 28 orang (53,8%), praktik terendah kurang patuh sebesar 24 orang (46,2%). Terdapat perbedaan dengan penelitian sebelumnya Ika Hidayati (2009) yaitu: variabel bebas frekuensi ANC sedangkan variabel terikat kejadian anemia. Melania Budiarti yaitu variabel bebas pengetahuan sedangkan variabel terikat kejadian anemi. Wina Yulita Sari yaitu: variabel bebas pengetahuan dukungan, variabel terikat praktik dalam tablet Fe. Sedangkan penelitian yang akan di lakukan ialah studi deskriptif perilaku ibu hamil 8

9 tablet Fe, variabel bebas perilaku ibu hamil dan variabel terikat tablet Fe. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah pada variabel bebas Ika Hidayati (2009) yaitu: frekuensi ANC; variabel bebas Milani Budiarti (2009) yaitu pengetahuan; Wina Yulita Sari Variabel bebasnya yaitu pengetahuan dan dukungan;sedangkan penulis variabel bebasnya adalah perilaku. Dan perbedaan pada variabel terikat Ika Hidayati (2009) yaitu: kejadian anemi; Milani Budiarti variabel terikatnya kejadian anemia; Wina Yulita Sari variabel terikatnya praktik dalam tablet Fe; sedangkan penulis variabel terikatnya Tablet fe. 9