BAB I PENDAHULUAN. pada laki-laki sudah mulai mampu menghasilkan sperma (Proverawati &

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja sangat pesat, baik fisik maupun psikologis. Pada perempuan sudah mulai terjadinya menstruasi dan pada laki-laki sudah mulai mampu menghasilkan sperma (Proverawati & Misaroh, 2009, p.2). Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Menstruasi terjadi karena sel telur yang di keluarkan oleh salah satu ovarium tidak mengalami pembuahan (Proverawati & Misaroh, 2009, p.35). Dismenorea menurut Prawirohardjo (2007, p.229) adalah rasa tidak enak di perut bagian bawah sebelum dan selama haid dan seringkali rasa mual, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari untuk beberapa jam atau beberapa hari. Bagi sebagian wanita, adakalanya menstruasi bak momok yang kehadiranya membuat rasa cemas manakala timbul rasa nyeri yang hebat saat menstruasi tiba (Proverawati & Misaroh, 2009, p.82). Angka kejadian nyeri menstruasi didunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan disetiap negara mengalami nyeri menstruasi. Di 1

2 2 Amerika angka prosentasenya sekitar 60 % dan di Swedia sekitar 72 %. Sementara di Indonesia angkanya di perkirakan 55% perempuan usia reproduktif yang menderita karena nyeri saat menstruasi. Angka kejadian dismenore di Indonesia pada tahun 2010 sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% Dismenorea primer dan 9,36% Dismenorea sekunder (Info Sehat, 2011, p.3). Walaupun pada umumnya tidak berbahaya, namun acapkali dirasa mengganggu bagi wanita yang mengalaminya. Derajat nyeri dan kadar gangguan pada setiap wanita tidak sama. Ada yang masih dapat bekerja meskipun dengan sewaktu-waktu menahan rasa nyerinya, ada pula yang tidak dapat beraktifitas karena sangat nyerinya (Proverawati & Misaroh, 2009, p. 83). Perlu dijelaskan pada penderita bahwa dismenorea adalah gangguan yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita. Informasi mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, olahraga, juga psikoterapi sangat berguna (Prawirohardjo, 2007, p.231). Penanganan atau pengobatan Dismenorea ini cukup bervariasi mulai dari cara sederhana dengan menggunakan kompres air hangat di bagian perut, menggunakan obat-obatan analgesik, cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan obat-obatan hormonal, obat-obatan nonsteroid anti prostaglandin sesuai dengan resep dokter (Prawirohardjo, 2007, p.231). Dismenorea juga dapat dikurangi atau dicegah dengan olahraga teratur, meningkatkan konsumsi vitamin E, vitamin B6, atau minyak ikan, dan hindari konsumsi alkohol, kopi, makanan berlemak, es krim, dan juga coklat

3 3 karena dapat meningkatkan kadar esterogen yang nantinya dapat memicu lepasnya prostaglandin (Proverawati & Misaroh, 2009, p.90). Gambaran dismenorea yang telah dilakukan oleh Devi, yang dilakukan pada tahun 2010 di Madrasah Tsanawiyah (MTs) NU Mranggen Demak dengan hasil, terdapat 36 siswi (78,3%) dari 46 responden ber kurang Dismenorea, seperti pengertian, waktu terjadinya, faktor penyebabnya, tanda dan gejala, serta upaya penanganan dari dismenorea. Hasil studi pendahuluan Dismenorea pada remaja putri di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Semarang kelas X dari 15 siswi putri didapatkan sebanyak 11 siswi be kurang dismenorea, sebanyak 3 siswi cukup mengetahui dismenorea dan hanya 1 siswi yang mempunyai baik. Hal itu terjadi karena tidak adanya pendidikan kesehatan reproduksi secara khusus dismenorea, karena meskipun ada mata pelajaran biologi tetapi hanya membahas anatomi tumbuhan dan hewan beserta fungsinya. Dari data tersebut, maka pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan reproduksi dismenorea sangat penting untuk dilakukan agar mereka dapat menanganinya dengan baik sehingga aktivitas mereka tidak terganggu saat menstruasi karena dismenorea. Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu. Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan masyarakat, kelompok, atau

4 4 individu dapat memperoleh kesehatan yang lebih baik (Notoatmodjo, 2003, p.35). Pendidikan kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat. Upaya pemberian informasi melalui penyuluhan diharapkan dapat meningkatkan masyarakat kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2007, p.176). Hal itu dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Susanti, (2011) pengaruh penyuluhan terhadap remaja Pengetahuan Dismenorea di MTs NU Mranggen Demak, dengan hasil Pengetahuan sebelum penyuluhan mempunyai skor rata-rata 10,84 dan rata-rata sesudah penyuluhan mengalami peningkatan menjadi 17,84, sehingga ada perbedaan yang bermakna rata-rata dismenorea sebelum dan sesudah penyuluhan. Dalam interaksi sosialnya, pembentukan sikap seseorang dipengaruhi karena berbagai faktor antara lain pengalaman pribadi, media massa, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, lembaga pandidikan dan lembaga agama, pengaruh faktor emosional yang ada dalam diri seseorang,, pikiran dan keyakinan (Azwar, 2011, p.30). Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri MAN 1 Semarang Tentang Dismenorea Sebelum Dilakukan Penyuluhan Tentang Dismenorea

5 5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut adakah perbedaan dan sikap remaja putri di MAN 1 Semarang dismenorea sebelum dan sesudah penyuluhan dismenorea? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui perbedaan dan sikap remaja putri di MAN 1 Semarang dismenorea sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan dismenorea. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan remaja putri dismenorea sebelum penyuluhan. b. Mendeskripsikan sikap remaja putri dismenorea sebelum penyuluhan. c. Mendeskripsikan remaja putri dismenorea sesudah penyuluhan. d. Mendeskripsikan sikap remaja putri dismenorea sesudah penyuluhan. e. Menganalisis perbedaan remaja putri dismenorea sebelum dan sesudah penyuluhan

6 6 f. Menganalisis perbedaan sikap remaja putri dismenorea sebelum dan sesudah penyuluhan D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Bagi tenaga kesehatan Diharapkan tenaga kesehatan Puskesmas dapat memberikan pendidikan kesehatan reproduksi remaja khususnya dismenorea pada remaja putri di sekolah baik tingkat pertama maupun tingkat atas. b. Bagi Masyarakat Dapat mendorong masyarakat khususnya remaja putri untuk meningkatkan dismenorea. c. Bagi Peneliti Menerapkan ilmu yang telah didapat dibangku kuliah dan mendapatkan pengalaman dalam melakukan penelitian. d. Bagi institusi Dapat memberikan informasi dan sebagai bahan acuan pada penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Teori a. Untuk Pembangunan IPTEK Sebagai bahan ajar dalam perkuliahan

7 7 b. Untuk Metode Penelitian Dapat digunakan sebagai bahan acuan penelitian lebih lanjut. 3. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 keaslian penelitian No Judul, Nama, Tahun 1 Defi Nafiroh Gambaran dismenorea pada siswa MTs NU Mranggen Demak Murti susanti Pengaruh penyuluhan terhadap remaja dysmenorrhea pada siswi di MTs NU Mranggen Demak Perbedaan Tingkat Dismenorea Pada Remaja Putri Antara yang Rutin Melakukan Olahraga Dengan yang Jarang Melakukan Olahraga di SMA Negeri 1 Ambarawa, Vira Fatmasari Anggraeni, 2009 Sasaran 46 siswi remaja putri di MTs NU Mranggen Demak yang sudah menstruasi 53 siswi MTs NU Mranggen Demak yang sudah menstruasi 178 siswi SMA Negeri 1 Ambarawa yang sudah menstruasi yang diteliti : tingkat siswa putri dismenorea bebas :penyuluhan dysmenorrhea terikat : remaja dismenorea bebas : rutin dengan jarang melakukan olahraga terikat : tingkat dismenorea pada remaja putri Metode Deskriptif Praeksperimen Praeksperimen Hasil Dari 46 responden siswi MTs NU Mranggen Demak 36 siswi (78,3%) ber kurang, 10 siswi (21,7%) ber baik Pengetahuan sebelum penyuluhan mempunyai skor rata-rata 10,84 dan sesudah penyuluhan mengalami peningkatan rata-rata menjadi 17,84. Ada perbedaan yang bermakna dysmenorrhea sebelum dan sesudah penyuluhan Ada perbedaan tingkat Dismenorea pada remaja putri antara yang rutin melakukan olahraga dengan yang jarang melakukan olahraga Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel bebas yaitu di tambahkan dengan sikap remaja putri dismenorea.