BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR TAHUN 2018 TENTANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR TAHUN 2018 TENTANG"

Transkripsi

1 DRAF PENYAMPAIAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR TAHUN 2018 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Industri Kabupaten Kebumen Tahun ; Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang Undang Dasar Negara Rep ublik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Proinsi Jawa Tengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 42); 3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5671); 6. Peraturan Daerah Proinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Proinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Proinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Proinsi Jawa Tengah Nomor 28);

2 -2-7. Peraturan Daerah Proinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2017 tentang Rencana Pembangunan Industri Proinsi Jawa Tengah Tahun ( Lembaran Daerah Proinsi Jawa Tengah Tahun 2017 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Proinsi Jawa Tengah Nomor 94); 8. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kebumen Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2010 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 36); 9. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 23 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kebumen Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Tahun 2012 Nomor 23, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 96); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KEBUMEN dan BUPATI KEBUMEN MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Kebumen. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 3. Bupati adalah Bupati Kebumen. 4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. 5. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri. 6. Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri. 7. Kawasan Peruntukan Industri adalah adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan industri berdasarkan rencana tata ruang wilayah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3 -3-8. Sentra Industri Kecil dan Menengah adalah lokasi pemusatan kegiatan industri kecil dan industri menengah yang menghasilkan produk sejenis, menggunakan bahan baku sejenis dan/atau mengerjakan proses produksi yang sama. 9. Industri Unggulan Kabupaten adalah Industri yang ditetapkan menjadi Industri unggulan dan utama di Daerah. 10. Rencana Pembangunan Industri Kabupaten Tahun yang selanjutnya disebut RPIK adalah dokumen perencanaan pembangunan industri Kabupaten Kebumen untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2018 sampai dengan tahun BAB II MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP Pasal 2 Maksud ditetapkannya Peraturan Daerah ini adalah: a. pedoman pembangunan industri bagi Perangkat Daerah dan pelaku industri, pengusaha dan/atau institusi terkait; dan b. pedoman bagi peran serta masyarakat dalam pembangunan Industri Unggulan Kabupaten. Pasal 3 Tujuan ditetapkannya Peraturan Daerah ini adalah: a. mewujudkan kebijakan pembangunan industri nasional di Daerah; b. menentukan sasaran, strategi dan rencana aksi pembangunan Industri Unggulan Kabupaten; c. mewujudkan industri Daerah yang mandiri, berdaya saing, maju dan berwawasan lingkungan; d. mewujudkan pemerataan pembangunan industri Daerah guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional; dan e. meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Daerah secara berkeadilan. Pasal 4 Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Daerah ini meliputi: a. kewenangan Pemerintah Daerah; b. Industri Unggulan Kabupaten; c. RPIK ; d. pelaksanaan; dan e. pembinaan, pengawasan dan pelaporan. BAB III KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH Pasal 5 (1) Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya bertanggung jawab atas pencapaian tujuan pembangunan industri Daerah. (2) Pembangunan Industri Daerah dilaksanakan sesuai Kawasan Peruntukan Industri yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah.

4 -4- (3) Kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. perencanaan dan penetapan Kawasan Peruntukan Industri; b. penyediaan infrastruktur Industri; c. pemberian kemudahan data dan informasi pada wilayah Daerah yang diperuntukkan bagi pembangunan/pengembangan Kawasan Peruntukan Industri; d. Pelayanan Terpadu Satu Pintu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; e. pemberian insentif dan kemudahan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; f. penataan kegiatan Industri untuk berlokasi di Kawasan Peruntukan Industri; dan g. pengawasan pelaksanaan pembangunan Kawasan Peruntukan Industri. (4) Pemerintah Daerah dapat membangun/mengembangkan Kawasan Industri pada Kawasan Peruntukan Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a sesuai arahan Pemerintah. Pasal 6 Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya menjamin ketersediaan: a. infrastruktur industri; dan b. infrastruktur penunjang. BAB IV INDUSTRI UNGGULAN KABUPATEN Pasal 7 (1) Industri Unggulan Kabupaten yang dikembangkan untuk menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi daerah berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia 2015 yaitu: a. industri makanan; b. industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak te rmasuk furniture) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya; c. industri tekstil; dan d. industri barang galian bukan logam lainnya. (2) Selain Industri Unggulan Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah dapat mengembangkan Industri lain yang potensial dan merupakan prioritas Daerah. Pasal 8 (1) Pengembangan Industri Unggulan Kabupaten harus memberi manfaat bagi kesejahteraan masyarakat. (2) Pemerintah Daerah menyiapkan sumber daya manusia untuk masyarakat setempat dalam upaya akses kesempatan kerja pada Industri Unggulan Kabupaten. (3) Pemerintah Daerah mendorong kemitraan industri kecil dan menengah dengan industri besar.

5 -5- BAB V SISTEMATIKA Pasal 9 (1) RPIK memiliki sistematika sebagai berikut: a. BAB I : PENDAHULUAN b. BAB II GAMBARAN KONDISI DAERAH TERKAIT PEMBANGUNAN INDUSTRI c. BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH SERTA TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN INDUSTRI DAERAH d. BAB IV : STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN INDUSTRI UNGGULAN KABUPATEN e. BAB V : PENUTUP (2) RPIK berdasarkan sistematika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. (3) Strategi dan program pembangunan Industri Unggulan Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d memuat: a. Strategi Pembangunan Industri Unggulan Kabupaten; dan b. Program Pembangunan Industri Unggulan Kabupaten yang meliputi: 1. Penetapan, Sasaran dan Program Pengembangan Industri Unggulan Kabupaten; 2. Pengembangan Perwilayahan Industri; 3. Pembangunan Sumberdaya Industri; 4. Pembangunan Sarana dan Prasarana Industri; dan 5. Pemberdayaan Industri. (4) Program Pembangunan Industri Unggulan Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat ( 3) huruf b disusun dengan periodisasi , , BAB VI MASA BERLAKU Pasal 10 (1) RPIK ditetapkan untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun. (2) RPIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali setiap 5 (lima) tahun sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

6 -6- BAB VII PELAKSANAAN Pasal 11 (1) Pemerintah Daerah bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) huruf b. (2) Dalam melaksanakan program pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bekerjasama dengan pemangku kepentingan. (3) Penyelenggaraan kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang mengatur tentang kerjasama daerah. BAB VIII PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PELAPORAN Pasal 12 (1) Bupati melakukan pembinaan, pengawasan, monitoring dan ealuasi terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah ini. (2) Bupati membuat laporan kepada Gubernur 1 (satu) kali dalam setahun atas pelaksanaan RPIK yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan penyelenggaraan Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Laporan pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2) paling sedikit meliputi pertumbuhan Industri, kontribusi sektor Industri terhadap Produk Domestik Regional Bruto, penyerapan tenaga kerja sektor Industri, realisasi inestasi sektor Industri dan ekspor produk Industri termasuk permasalahan dan langkah-langkah penyelesaian sektor Industri. BAB IX PEMBIAYAAN Pasal 13 Pembiayaan dalam pelaksanaan RPIK dibebankan pada: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional; b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; dan c. sumber pembiayaan lain yang sah dan tidak mengikat.

7 -7- BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kebumen. Ditetapkan di Kebumen pada tanggal Plt. BUPATI KEBUMEN, Diundangkan di Kebumen pada tanggal Pj.SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KEBUMEN INSPEKTUR, YAZID MAHFUDZ MAHMUD FAUZI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2018 NOMOR

8 -8- PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR TAHUN 2018 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN I. UMUM Salah satu faktor penting dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat adalah pertumbuhan ekonomi yang antara lain dapat didorong oleh pembangunan sektor industri. Keberadaaan sektor industri selama ini telah terbukti mampu sebagai pilar dan motor penggerak utama pembangunan ekonomi karena memiliki kontribusi yang besar baik dalam penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekspor maupun dalam memacu pertumbuhan sektor ekonomi lainnya. Pembangunan industri membutuhkan perencanaan yang menyeluruh dan terpadu. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian telah meletakkan dasar yang kuat bahwa penyusunan rencana pembangunan industri di tingkat daerah menjadi tanggungjawab Pemerintah Daerah. Penyusunan rencana pembangunan industri tersebut juga dapat dimaknai sebagai keseriusan Pemerintah Daerah dalam mewujudkan kemajuan sektor industri yang dicirikan dengan adanya struktur industri yang kuat, dalam, sehat, berkeadilan dan berdaya saing tinggi. Dengan latar belakang di atas, Pemerintah Daerah memandang bahwa Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Industri Kabupaten (RPIK) yang disusun dengan memperhatikan potensi sumber daya industri daerah, Rencana Tata Ruang Wilayah, kegiatan sosial ekonomi dan daya dukung lingkungan menjadi komponen penting yang perlu dibuat dalam upaya mendorong kemajuan sektor Industri di Kabupaten Kebumen dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas.

9 -9- Pasal 6 Huruf a Yang dimaksud dengan infrastruktur industri antara lain jaringan energi dan kelistrikan, jaringan telekomunikasi, jaringan sumber daya air dan jaminan pasokan air baku, sanitasi, dan jaringan transportasi. Huruf b Yang dimaksud dengan infrastruktur penunjang antara lain perumahan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, kesehatan, pemadam kebakaran dan tempat pembuangan sampah. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Yang dimaksud dengan pemangku kepentingan antara lain Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Proinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota yang lain, swasta, Kamar Dagang dan Industri, Perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan dan lembaga kemasyarakatan lainnya. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR

10 -1- LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR TAHUN 2018 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Kebumen merupakan kabupaten yang terletak di bagian selatan Proinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan Kabupaten Purworejo di sebelah timur, Samudra Hindia di sebelah selatan, Kabupaten Cilacap dan Banyumas di sebelah barat, serta Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara di sebelah utara. Kabupaten Kebumen terdiri dari 26 kecamatan yang terbagi menjadi 11 kelurahan dan 449 desa. Secara astronomis Kabupaten Kebumen terletak pada 7 27'-7 50' Lintang Selatan dan ' ' Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Kebumen sebesar ,50 ha atau 1.281,115 km2 dengan kondisi beberapa wilayah merupakan daerah pantai dan perbukitan, sedangkan sebagian besar merupakan dataran rendah. Secara agregat jumlah penduduk Kabupaten Kebumen pada tahun 2016 tercatat jiwa. Jumlah penduduk terbanyak adalah di Kecamatan Kebumen sebanyak jiwa dan jumlah penduduk paling sedikit yaitu di Kecamatan Padureso sebanyak jiwa. Di bidang industri, Kabupaten Kebumen memiliki industri pengolahan yang memiliki peranan dalam pembentukan PDRB. Pada tahun 2017 terlihat peranan sektor-sektor dalam pembentukan PDRB Kabupaten Kebumen dimana sektor pertanian, kehutanan dan perikanan masih memberikan kontribusi yang paling besar (24,422%), diikuti sektor industri pengolahan (20,216%), dan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor (14,018%). Terdapat 3 sektor yang kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Kebumen meningkat yaitu sektor industri pengolahan sebesar 0,486%, sektor Jasa Pendidikan sebesar 0,45% serta sektor Pertambangan dan penggalian sebesar 0,266%. Terkait pembangunan industri di Kabupaten Kebumen, terdapat beberapa permasalahan yang perlu diselesaikan, di antaranya yaitu belum adanya kawasan industri, masih kurangnya kemampuan pengusaha dalam pengembangan usahanya, adanya keterbatasan sarana produksi/peralatan serta keterbatasan akses pemasaran, dan terbatasnya penguasaan teknologi dan informasi. Mengingat keterbatasan yang dimiliki oleh pemerintah daerah, maka diperlukan peranan berbagai pihak untuk mendukung pembangunan industri di Kabupaten Kebumen. Rencana Pembangunan Industri Kabupaten Kebumen Tahun merupakan dokumen perencanaan pembangunan industri untuk periode 20 (dua puluh) tahun. Dokumen ini memuat isi, misi dan tujuan pembangunan industri serta strategi dan program pembangunan industri yang akan dilaksanakan di Kabupaten Kebumen. Dengan adanya dokumen ini diharapkan pembangunan sektor industri di Kabupaten Kebumen dapat

11 -2- dilakukan secara terstruktur, terarah dan terpadu serta sinergis dengan rencana pembangunan industri nasional dan rencana pembangunan industri Proinsi Jawa Tengah. B. Dasar Hukum Penyusunan Rencana Pembangunan Industri Kabupaten Kebumen Tahun dilakukan berdasarkan kepada peraturan perundang-undangan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian; 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun ; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri; 7. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 110/M-Ind/12/2015 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan Industri Proinsi dan Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota; 8. Peraturan Daerah Proinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Proinsi Jawa Tengah Tahun ; 9. Peraturan Daerah Proinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2017 tentang Rencana Pembangunan Industri Proinsi Jawa Tengah Tahun ; 10. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kebumen Tahun Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 23 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kebumen Tahun C. Sistematika Penulisan Sistematika RPIK adalah sebagai berikut: a. BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang; B. Dasar Hukum; C. Sistematikan Penulisan. b. BAB II GAMBARAN KONDISI DAERAH TERKAIT PEMBANGUNAN INDUSTRI A. Kondisi Daerah; B. Sumber Daya Industri; C. Sarana dan Prasarana; D. Pemberdayaan Industri Kecil dan Menengah. c. BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH SERTA TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN INDUSTRI DAERAH A. Visi dan Misi Pembangunan Industri; B. Tujuan Pembangunan Industri; C. Sasaran Pembangunan Industri. d. BAB IV : STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN INDUSTRI UNGGULAN KABUPATEN A. Strategi Pembangunan Industri; B. Program Pembangunan Industri. e. BAB V : PENUTUP

12 -3- BAB II GAMBARAN KONDISI DAERAH TERKAIT PEMBANGUNAN INDUSTRI A. Kondisi Daerah Secara geografis, Kabupaten Kebumen merupakan daerah yang terletak di bagian selatan Proinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan Samudra Indonesia di sebelah Selatan, Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Banyumas di sebelah Barat, Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo di sebelah Utara dan Kabupaten Purworejo di sebelah timur. Secara administratif Kabupaten Kebumen terdiri dari 26 kecamatan dengan 11 kelurahan dan 449 desa. Pada tahun 2016 jumlah Rukun Warga ( RW) sebanyak RW dan dibagi menjadi Rukun Tangga (RT). Wilayah Kabupaten Kebumen pada tahun 2016 mempunyai luas ,50 ha dengan didominasi oleh dataran rendah. Luas wilayah Kabupaten Kebumen berarti atau sekitar 3,7 persen dari luas Proinsi Jawa Tengah. Dari luas wilayah Kabupaten Kebumen, pada tahun 2016 tercatat ,20 ha atau sekitar 31,13% merupakan lahan sawah dan ,30 ha atau 68,87% lahan kering. Menurut kelompok umur, pada tahun 2016 sebagian besar penduduk Kabupaten Kebumen termasuk dalam usia produktif (15-64 tahun) sebanyak jiwa (64,39 persen) dan selebihnya jiwa (25,62 persen) berusia di bawah 15 tahun dan jiwa (9,97 persen) berusia 65 tahun ke atas. Dari penduduk usia produktif terdapat angkatan kerja sebesar 69,93% dan bukan angkatan kerja sebesar 30,07%. Dan dari penduduk angkatan kerja yang bekerja sebanyak 97,91% dan yang 2,09% merupakan pencari kerja. Dari jumlah penduduk yang bekerja, 43,77% diantaranya bekerja di sektor pertanian, 16,74% bekerja industri pengolahan, 16,60% bekerja di sektor perdagangan, hotel dan restoran, 12,83% bekerja di sektor jasa-jasa, serta sisanya di sektor konstruksi, angkutan dan komunikasi, dan sektor lainnya.. Berdasarkan data statistik, penduduk Kabupaten Kebumen pada Tahun 2016 tercatat jiwa dengan komposisi sebagai berikut: Kelompok usia Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Anak-anak Dewasa Lanjut Usia Jumlah Sumber data: Statistik Kab. Kebumen Tahun 2016 Kabupaten Kebumen memiliki industri besar, sedang dan kecil yang tersebar diseluruh wilayah. Berdasarkan data industri, jumlah industri besar, sedang, dan kecil di Kabupaten Kebumen Tahun adalah sebagai berikut: Tahun Besar Sedang Kecil Jumlah Sumber data: Statistik Kab. Kebumen Tahun 2016

13 -4- Dengan serapan tenaga kerja pada masing masing skala industri besar, sedang dan kecil di Kabupaten Kebumen Tahun sebagai berikut: Tahun Besar Sedang Kecil Jumlah Sumber data: Statistik Kab. Kebumen Tahun 2016 Adapun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kebumen menurut Lapangan Usaha Tahun adalah sebagai berikut: Sektor Tahun Pertanian, Kehutanan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas , , , , , , , , , , , ,93 Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 9.587, , ,44 Konstruktsi , , ,57 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor , , ,64 Transportasi dan Pergudangan , , ,51 Penyediaan Akomodasi dan Makan , , ,63 Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan , , , , , , , , , , , ,22 Adm.Pemerintahan, Pertanahan dan Jaminan Sosial Wajib , , ,62 Jasa Pendidikan , , ,39 Jasa kesehatan dan Kegiatan Sosial , , ,35 Jasa Lainnya , , ,51 PDRB , , ,52

14 -5- B. Sumber Daya Industri. Membangun industri tidak terlepas dari sumber daya industri yang tersedia dan terkelola. Kabupaten Kebumen memiliki potensi sumber daya industri meliputi tenaga kerja sektor industri dan Lembaga pendidikan. Perkembangan sumber daya industri tahun 2016 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel Perkembangan Sumber Daya Industri Tahun 2015 No. Sumber Daya Industri Tahun Tenaga kerja sektor industri (orang) 2 Lembaga Pendidikan a. Sekolah Menengah Kejuruan - Jumlah (unit Pendidikan) 57 - Kapasitas (Orang) b. Perguruan Tinggi Swasta dan Negeri - Jumlah (unit Pendidikan) - Kapasitas (Orang) Sumber: Statistik Kabupaten Kebumen C. Sarana dan Prasarana 1. Ketersediaan Infrastruktur Jalan Infrastruktur jalan merupakan faktor utama pendukung kelancaran lalu lintas di darat. Pembangunan transportasi jalan merupakan bagian penting dalam kegiatan pembangunan yang memiliki nilai ekonomi, sosial budaya, dan strategis serta diharapkan mampu memberikan pelayanan yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Jaringan jalan merupakan bagian dari sarana terpenting dalam sistem transportasi. Jangkauan pelayanan jalan di Kabupaten Kebumen saat ini terbatas pada wilayah-wilayah yang secara alami berkembang dengan pesat. Kondisi jalan setiap tahunnya harus terus ditingkatkan baik kuantitasnya maupun kualitasnya untuk mengimbangi pertumbuhan aktiitas ekonomi dan sosial budaya masyarakat. Jaringan jalan yang ada di Kabupaten Kebumen pada Tahun 2016 terdiri dari jalan nasional sepanjang 62,89 km, jalan proinsi sepanjang 29,67 km, dan jalan kabupaten sepanjang 975,15 km. Tabel: Ketersediaan Jalan di Kabupaten Kebumen Tahun 2015 (dalam km) Status Jalan Jalan Jalan Kondisi Negara Proinsi Kabupaten Aspal Kerikil Tanah Jumlah Penyediaan Air Baku Ketersediaan air baku mutlak diperlukan oleh masyarakat untuk menjaga kelangsungan hidup dengan baik. Kekurangan air pada suatu daerah dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit dan juga gangguan pada kesehatan lingkungan. Selama ini kebutuhan air bersih untuk penyediaan air bersih di Kabupaten Kebumen diambil dari air baku yang diolah olah PDAM, dengan kemampuan penyediaan air baku sebesar 300 liter/detik.

15 -6- Sampai dengan tahun 2015, sumber air baku yang dipakai oleh PDAM tersebar di beberapa lokasi antara lain: a. Waduk Sempor dengan olume 120 l/det; b. Sungai Luk Ulo dengan olume 50 l/det; c. Mata Air Mandayana dengan olume 20 l/det; d. Sungai Bedegolan dengan olume 40 l/det; e. Mata Air Kaliwinong dengan olume 20 l/det; f. Mata air Banyumudal (Buayan) dengan olume 30 l/det; dan g. Sungai Kedung Bener dengan olume 20 l/det. Kebutuhan untuk memenuhi pelanggan sebesar 380 liter/detik sehingga masih ada sisa 20 liter/detik. Angka ini mampu menyediakan air sebanyak liter per hari atau liter per minggu. 3. Lahan industri Pembangunan sektor industri didukung dengan ketersediaan kawasan peruntukan industri dan kawasan industri. Kawasan Peruntukan Industri berdasarkan Pasal 36 Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 23 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kebumen Tahun adalah sebagai berikut: (1) Kawasan peruntukan industri terdiri atas: a. kawasan peruntukan industri besar; b. kawasan peruntukan industri menengah; dan c. kawasan peruntukan industri kecil dan mikro. (2) Kawasan peruntukan industri besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi: a. Kecamatan Buayan; b. Kecamatan Petanahan; c. Kecamatan Kebumen; d. Kecamatan Sempor; dan e. Kecamatan Gombong. (3) Kawasan peruntukan industri menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi: a. Kecamatan Petanahan; b. Kecamatan Kebumen; c. Kecamatan Alian; d. Kecamatan Karanggayam; e. Kecamatan Prembun; f. Kecamatan Sempor; dan g. Kecamatan Gombong. (4) Kawasan peruntukan industri kecil dan mikro sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c tersebar di seluruh kecamatan. D. Pemberdayaan Industri Kecil dan Menengah Beberapa sentra Industri Kecil dan Menengah yang berada di Kabupaen Kebumen antara lain: 1. Sentra Batik; 2. Sentra Anyaman Pandan; 3. Sentra Anyaman Bambu; 4. Sentra Sabut Kelapa; 5. Sentra Gula Semut/Gula Kelapa; 6. Sentra Genteng; 7. Sentra Gerabah; 8. Sentra Pande Besi; 9. Sentra Koneksi: Kaos, Peci, Tas; dan 10. Sentra Makanan olahan : Sate Ambal, Lanting, Jipang kacang, satu kacang ijo, dan sale pisang.

16 -7- Unit Pelayanan Teknis Pembinaan Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Kebumen meliputi: 1. PLUT (Pusat Layanan Usaha Terpadu); dan 2. Balai Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Jumlah Tenaga Penyuluh Lapangan di bidang perindustrian: 1. Dinas Perindustrian dan Perdagangan : 3 orang 2. PLUT : 5 orang Pusat-pusat promosi pengembangan Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Kebumen: 1. Gedung PLUT; 2. Show room Dekranasda; 3. Rumah Martha Tilaar; dan 4. Hotel dan Restoran.

17 -8- BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH SERTA TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN INDUSTRI KABUPATEN KEBUMEN A. Visi dan Misi Pembangunan Industri Kabupaten Kebumen Untuk menentukan arah pembangunan industri Kabupaten Kebumen tentunya perlu mempertimbangkan isi pembangunan industri nasional dan isi pembangunan industri proinsi jawa tengah untuk mewujudkan konsistensi kebijakan dan pencapaian tujuan dan sasaran. Visi pembangunan industri nasional sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Industri Nasional Tahun adalah: Indonesia Menjadi Negara Industri Tangguh Dalam rangka mewujudkan isi tersebut, pembangunan industri nasional mengemban 7 misi sebagai berikut: 1. meningkatkan peran industri nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian nasional; 2. memperkuat dan memperdalam struktur industri nasional; 3. meningkatkan industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta industri hijau; 4. menjamin kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau perseorangan yang merugikan masyarakat; 5. membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja; 6. meningkatkan persebaran pembangunan industri ke seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional; dan 7. meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan. Adapun isi pembangunan industri Proinsi Jawa Tengah sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Industri Proinsi Jawa Tengah Tahun adalah: Terwujudnya Industri Jawa Tengah yang Berdaya Saing dan Berkesinambungan Dalam rangka mewujudkan isi tersebut, pembangunan industri Proinsi Jawa Tengah mengemban 4 (empat) misi sebagai berikut: 1. meningkatkan peran industri Jawa Tengah sebagai pilar dan penggerak perekonomian Jawa Tengah; 2. memperkuat dan memperdalam struktur industri Jawa Tengah; 3. membangun dan mengembangkan sumber daya industri; dan 4. menjamin kepastian berusaha dan persaingan yang sehat. Berdasarkan isi dan misi pembangunan Kabupaten Kebumen, maka isi dan misi Pembangunan Industri Kabupaten Kebumen Tahun adalah: Terwujudnya Industri Yang Maju dan Berdaya Saing Menuju Kebumen Sejahtera Adapun misi yang dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia; 2. mengembangkan sentra industri dengan pendekatan klaster; 3. mendayagunakan potensi lokal; 4. meningkatkan peran industri yang berbasis ekonomi kerakyatan; 5. meningkatkan daya dukung sumber daya industri; dan 6. menciptakan iklim usaha yang kondusif.

18 -9- B. Tujuan Pembangunan Industri Kabupaten Kebumen adalah sebagai berikut: 1. mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan berdaya saing; 2. mewujudkan infrastruktur dan daya dukung industri yang memadai; 3. meningkatkan pertumbuhan dan kontribusi sektor industri terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB); 4. mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik yang berkualitas, transparan, akuntabel, dan partisipatif; 5. meningkatkan sumber-sumber penerimaan daerah untuk mendukung kemandirian keuangan daerah melalui peningkatan inestasi; dan 6. meningkatkan jumlah IKM, koperasi, dan sentra-sentra perekonomian rakyat yang produktif dan berbasis ekonomi kerakyatan. C. Sasaran Pembangunan Industri Kabupaten Kebumen Sasaran pembangunan industri Kabupaten Kebumen Tahun adalah sebagai berikut: 1. tercapainya pertumbuhan industri yang cukup tinggi dan berkesinambungan; 2. tersedianya sumberdaya manusia yang berkualitas dan berdaya untuk mendukung pembangunan sektor industri; 3. tersedinya infrastruktur dan daya dukung industri yang memadai; 4. terjadi peningkatan inestasi untuk mendukung kemandirian keuangan daerah; 5. peningkatan penyerapan tenaga kerja yang kompeten di sektor industri; 6. terjadi peningkatan pangsa pasar dalam dan luar negeri dengan mengurangi ketergantungan terhadap impor serta meningkatkan ekspor; dan 7. terciptanya iklim usaha kondusif melalui penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik yang berkualitas, transparan, akuntabel, dan partisipatif. Sedangkan Sasaran pembangunan sektor industri Kabupaten Kebumen secara kuantitatif periode tahun disajikan dalam tabel sebagai berikut: Sasaran Pembangunan Industri Kabupaten Kebumen Secara Kuantitatif Periode Tahun Uraian Satuan Pertumbuhan sektor industri pengolahan % 5,55 6,46 7,05 8,46 Kontribusi sektor industri pengolahan % 19,96 19,93 20,76 22,76 terhadap PDRB Jumlah pekerja di sektor industri pengolahan Orang Nilai inestasi atau penanaman modal (dalam jutaan rupiah) Rupiah

19 -10- BAB IV STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN INDUSTRI KABUPATEN KEBUMEN A. Strategi Pembangunan Industri Untuk mencapai sasaran pembangunan industri di Kabupaten Kebumen dilakukan berbagai program yang berkaitan dengan pengembangan industri unggulan; pengembangan perwilayahan industri; pembangunan sumber daya industri; pembangunan sarana dan prasarana industri dan pemberdayaan Industri Kecil Menengah yang akan dijabarkan pada bagian lain. Adapun strategi pembangunan industri untuk mencapai program-program tersebut sebagai berikut: 1. meningkatkan ketersediaan sumber daya industri baik secara kuantitas maupun kualitas; 2. menumbuh-kembangkan industri unggulan berbasis sumber daya lokal dengan struktur industri yang kuat dan berdaya saing; 3. melakukan keberpihakan dalam rangka membangun kekuatan Industri Kecil Menengah; 4. meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana Industri; 5. meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas sumber daya industri baik SDA maupun SDM; 6. meningkatkan kerjasama antar pemangku kepentingan untuk pengembangan dan pembinaan sektor industri; dan 7. meningkatkaan pelayanan perizinan yang mudah dan cepat. B. Program Pembangunan Industri Program pembangunan Industri Kabupaten Kebumen mengacu Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun terdiri dari: 1. Penetapan, Sasaran dan Program Pengembangan Industri Unggulan Kabupaten Kebumen. Penetapan industri unggulan Kabupaten Kebumen berdasarkan analisis terhadap tiga kriteria pokok berikut ini (1) Kriteria Keunggulan mencakup faktor pemasaran, ketersediaan dan kontinuitas bahan baku, dukungan SDM, dukungan kebijakan dan kelembagaan pemerintah. (2) Kriteria Manfaat; mencakup faktor nilai tambah ekonomi, nilai tambah sosial dan prestise/kekhasan daerah. (3) Kriteria Penerimaan Stakeholders; mencakup faktor kesiapan dan kesediaan masyarakat, pemerintah dan pelaku usaha. Selanjutnya tiga kriteria di atas dijabarkan ke dalam 10 sub-kriteria (faktor) sebagai berikut: a. nilai tambah ekonomis/peningkatan pendapatan daerah; b. nilai tambah sosial/penyerapan tenaga kerja dan peningkatan kesejahteraan; c. ketersediaan dan kontinuitas bahan baku/dukungan sumber daya alam; d. aspek pemasaran/akses dan olume pasar; e. dukungan kebijakan dan kelembagaan pemerintah, f. dukungan sumber daya manusia; g. kekhasan daerah; h. kesiapan dan kesediaan masyarakat; i. kesiapan dan kesediaan pemerintah; dan j. kesiapan dan kesediaan pelaku usaha.

20 -11- Berdasarkan hasil analisis terhadap 10 faktor tersebut, maka industri unggulan di Kabupaten Kebumen yang digunakan sebagai dasar adalah pengembangan industri selama kurun waktu 20 tahun ke depan ( ) adalah fokus pada industri makanan; industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur e) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya; industri tekstil; dan industri bahan galian bukan logam lainnya (genteng dan batu mulia). Sasaran dan Program Pembangunan Industri Unggulan Kabupaten Kebumen Makanan: Olahan Makanan SASARAN Periode Periode Periode a. Terjaminnya pengadaan a. Terjadi peningkatan a. Terwujudnya industri bahan baku. permintaan pasar olahan makanan b. Terwujudnya secara sebagai salah satu peningkatan mutu berkesinambungan. industri khas produk makanan yang b. Terwujudnya Kabupaten Kebumen. higienis dan tahan lama. peningkatan mutu b. Terjadi peningkatan c. Terjadi peningkatan produk makanan yang kemitraan dengan keterampilan SDM dan higienis dan tahan segenap stakeholders kesadaran atas lama. untuk kepentingan keamanan pangan dan c. Tercapainya sanitasi dalam industri olahan makanan. manajemen produksi dan usaha yang lebih baik. pengembangan klaster industri makanan. c. Terjadi peningkatan daya saing industri makanan dibandingkan dengan industri sejenis dari luar daerah. STRATEGI a. Memperkuat keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai dari industri olahan makanan. b. Mengutamakan kuantitas dan kualitas bahan baku makanan. c. Menerapkan proses dan teknologi produksi yang mampu menghasikan produk makanan yang higienis, aman dan memenuhi cita rasa yang dibutuhkan pasar. d. Mengembangkan kompetensi SDM khusus di bidang manajemen mutu, teknik produksi dan kemasan. e. Mengembangkan dan menguatkan peran litbang dan perguruan tinggi dalam rangka meningkatkan jaminan mutu dan keamanan produk serta manajemen usaha. f. Mendorong pembinaan dan fasilitasi dari Perangkat Daerah terkait. RENCANA AKSI Periode Periode a. Memfasilitasi kemitraan a. Menjalin kemitraan dengan penyedia bahan dan integrasi antara baku. sisi hulu dan sisi hilir b. Melakukan koordinasi dengan para dengan Perangkat pengusaha lain untuk Daerah terkait dalam memperkuat klaster hal ketersediaan bahan olahan makanan. baku. Periode a. Meningkatan peran kelembagaan klaster untuk memperkuat kemitraan diantara para pelaku usaha industri makanan dan pelaku usaha industri terkait

21 c. Memberikan pelatihan teknologi produksi terutama teknologi penyimpanan dan pengawetan hasil produk yang aman. d. Meningkatkan pengetahuan para pengusaha tentang pengawetan bahan baku yang aman. e. Meningkatkan kesadaran dari para pelaku olahan makanan tentang sanitasi dan food safety (keamanan pangan). f. Memberikan pelatihan dalam hal inoasi -12- b. Melakukan kampanye secara luas ke masyarakat tentang makanan sehat tradisional. c. Meningkatkan pemasaran produk olahan makanan, baik melalui pameran dan misi dagang. d. Memberikan pelatihan teknologi produksi yang dapat menghasilkan produk yang tahan lama dengan lembaga/balai penelitian dan perguruan tinggi. e. Meningkatkan untuk memanfaatkan pengetahuan para sisa produksi. g. Meningkatkan pengusaha pengawetan tentang bahan kemampuan manajemen layout produksi sehinggaf. baku yang aman. Mendorong pihak akan meminimalkan lembaga keuangan kebutuhan tempat memberi pinjaman produksi. lunak sebagai modal dengan bunga rendah. g. Menjadikan produk olahan makanan khas Kab. Kebumen menjadi salah satu menu makanan pada rapat di instansi pemerintah. h. Meningkatkan kualitas dan desain kemasan produk. Lokasi pengembangan: Tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Kebumen lainnya. b. Melaksanakan bimbingan teknis (technical assistance) untuk pengembangan diersifikasi produk olahan. c. Membuat outlet olahan makanan ditempat strategis. d. Mendorong pengusaha untuk membuka outlet atau cabang di daerah lain. Makanan: Gula kelapa Periode a. Terjaminnya pasokan bahan baku. b. Terwujudnya peningkatan mutu produk gula kelapa yang higienis untuk memenuhi standar ekspor. c. Tercapainya manajemen produksi dan usaha yang lebih SASARAN Periode a. Diperolehnya sertifikasi organik gula kelapa. b. Terdapat desa percontohan untuk pengembangan gula kelapa. c. Terciptanya tata kelola yang baik bagi pengembangan gula kelapa. Periode a. Terjadi peningkatan permintaan pasar secara berkesinambungan. b. Terjadi peningkatan kemitraan dengan segenapstakeholders untuk kepentingan pengembangan klaster industri gula kelapa.

22 baik d. Terjadi peningkatan keterampilan SDM dan kesadaran atas safety code dan sanitasi dalam industri gula kelapa d. Terwujudnya industri gula kelapa menjadi salah satu industri khas Kabupaten Kebumen. c. Terjadi peningkatan daya saing industri gula kelapa dengan industri sejenis dari luar daerah. STRATEGI a. Memperkuat keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai untuk industri gula kelapa. b. Mengutamakan kuantitas dan kualitas gula kelapa. c. Menerapkan proses pemasaran yang modern. d. Mengembangkan kompetensi SDM khusus di pengolahan gula kelapa. e. Mengembangkan dan menguatkan peran litbang dan perguruan tinggi dalam rangka meningkatkan kualitas gula kelapa. f. Meningkatkan kemampuan IKM memenuhi persyaratan akses lembaga keuangan. g. Mendorong pembinaan dan fasilitasi dari Perangkat Daerah terkait. h. Memperkuat kelembagaan/kelompok usaha industri. Periode a. Memanfaatkan lahan tidur di wilayah Kabupaten Kebumen sebagai area penghasil bahan baku kelapa. b. Melakukan peremajaan tanaman kelapa. c. Memberikan pelatihan teknologi produksi pengolahan gula kelapa yang berkualitas memenuhi Standar control union. d. Bekerjasama dengan balai penelitian pemerintah/perguruan tinggi dalam mengembangkan tanaman pohon kelapa yang berkualitas. e. Mendorong realisasi fasilitasi kerjasama antar daerah penghasil bahan baku gula kelapa sebagai pemasok tetap bagi pengusaha gula kelapa. f. Meningkatkan kesadaran dari para pelaku usaha tentang sanitasi dan food safety. RENCANA AKSI Periode a. Melakukan rintisan produk organik berlabel bagi pengrajin gula kelapa dengan pasar internasional. b. Melakukan pendampingan, pendidikan dan pelatihan manajemen mutu secara berkelanjutan dan penyusunan buku panduan dan bantuan teknis dalam rangka meningkatkan kemampuan Good Manufacturing Practice untuk mendapatkan sertifikasi organik. c. Memberikan pelatihan pengemasan produk gula kelapa. d. Menjalin kemitraan dan integrasi antara sisi hulu dan sisi hilir dengan para pengusaha dan Perangkat Daerah lain serta penataan kembali pola kemitraan yang telah ada Periode a. Meningkatkan kualitas dan desain kemasan produk. b. Meningkatkan pemasaran produk gula kelapa, baik melalui pameran dan misi dagang. c. Menfasilitasi terjalinnya kemitraan dengan pasar internasional untuk memperluas pasar. d. Membuat outlet gula kelapa di tempat strategis. e. Mendorong pihak lembaga keuangan memberi pinjaman lunak sebagai modal dengan bunga rendah. f. Meningkatkan peran kelembagaan klaster untuk memperkuat kemitraan diantara para pelaku usaha industri gula kelapa dan pelaku usaha industri terkait lainnya.

23 -14- e. Meningkatkan peran perguruan tinggi dan Perangkat Daerah terkait dalam diersifikasi produk. Lokasi pengembangan: Kecamatan Rowokele, Kecamatan Ayah, Kecamatan Buayan, Kecamatan Petanahan, Kecamatan Karanggayam, Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Sempor. Kerajinan (Industri Kayu, Barang Dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman Dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya. Industri Barang Anyaman dari Bambu dan RotanKBLI C SASARAN Periode a. Terjaminnya ketersediaan bahan baku kerajinan. b. Terwujudnya sistem pembinaan dan pengembangan industri kerajinan melalui pendekatan klaster IKM yang lebih bersinergi kepada setiap pemangku kepentingan. c. Terjadi peningkatan permintaan pasar secara berkesinambungan. Periode a. Peningkatan produktiitas, efisiensi, mutu dan desain yang inoatif dengan kreasi menarik bagi produk industri kerajinan pada sentra industri potensial. b. Terjadi peningkatkan kerjasama antar sektor terkait, dalam rangka perluasan kesempatan kerja dan peningkatan nilai tambah. c. Banyaknya arian desain kerajinan yang sesuai dengan selera pasar. Periode a. Terbentuknya basis usaha industri kerajinan yang tangguh didukung SDA yang baik dan SDM kreatif, terampil yang mampu menghasilkan produk berdaya saing tinggi. b. Terwujudnya brand produk untuk industri kerajinan Kabupaten Kebumen. c. Terjadi peningkatan daya saing industri kerajinan dipasar domestik dan ekspor. STRATEGI a. Memperkuat peran klaster kerajinan dengan melibatkan seluruh stakeholder sesuai fungsi dan peran masing-masing secara bersinergi. b. Menguatkan peran litbang dan perguruan tinggi rangka meningkatkan kemampuan proses/produksi dan desain. c. Meningkatkan penguasaan teknologi proses, serta peningkatan keterampilan SDM. d. Mengutamakan pasokan dan kualitas bahan baku kerajinan. e. Menciptakan brand produk dari industri kerajinan Kabupaten Kebumen. f. Mendorong pembinaan dan fasilitasi Perangkat Daerah terkait. g. Memperkuat kelembagaan/kelompok usaha industri.

24 -15- Periode a. Menfasilitasi terwujudnya ketersedian bahan baku di daerah sekitaran sentra industri kerajinan. b. Melakukan koordinasi dengan Perangkat Daerah terkait untuk menjamin pasokan bahan baku. c. Mengoptimalkan pemanfaatan pusat pelatihan dan pengembangan kerajinan. d. Mendorong pihak lembaga keuangan memberikan kredit pinjaman lunak baik dari segi bunga maupun tenornya. e. Menyelenggarakan diklat terapan dalam rangka meningkatkan kompetensi SDM kerajinan. f. Mendukung pemasaran produk kerajinan, baik melalui pameran dan misi dagang. RENCANA AKSI Periode a. Menjalin kerjasama dengan lembaga Litbang dan Perguruan Tinggi dalam rangka meningkatkan teknologi produksi kerajinan. b. Memfasilitasi pengembangan desain kerajinan yang berbeda dari produk pabrikan. c. Memfasilitasi promosi yang intensif untuk produk industri kerajinan melalui media elektronik, CD, katalog dan brosur. d. Meningkatan peran kelembagaan klaster untuk memperkuat kemitraan diantara para pelaku usaha industri kerajinan dan pelaku usaha industri terkait lainnya. e. Menerapkan teknologi pemanfaatan sisa produksi bahan baku kerajinan. f. Meningkatkan peran perguruan tinggi dan Perangkat Daerah terkait dalam diersifikasi produk. Periode a. Menfasilitasi terbangunnya pusat pelatihan dan pengembangan kerajinan yang memadai. b. Memfasilitasi temu usaha (business gathering) dan/atau kemitraan dengan prospectif buyer. c. Memfasilitasi benchmarking produk, tren dan peluang pasar. d. Meningkatkan promosi bersama guna mendorong tumbuhnya industri kerajinan. e. Memberikan bimbingan dan kemudahan untuk pengurusan HaKI. Lokasi pengembangan: Kecamatan Sempor, Kecamatan Petanahan, Kecamatan Ambal, Kecamatan Kebumen, Kecamatan Karanggayam. Industri Barang Anyaman dari Bukan Bambu dan Rotan: Anyaman Pandan C : Pandan, Periode a. Terjaminnya kesediaan bahan baku kerajinan. b. Terwujudnya sistem pembinaan dan pengembangan industri kerajinan melalui pendekatan klaster IKM SASARAN Periode a. Peningkatan produktiitas, efisiensi, mutu dan desain yang inoatif dengan kreasi menarik bagi produk industri kerajinan No. KBLI Periode a. Terbentuknya basis usaha industri kerajinan yang tangguh didukung SDA yang baik dan SDM kreatif, terampil yang

25 yang lebih bersinergi kepada setiap pemangku kepentingan. c. Terjadi peningkatan permintaan pasar secara berkesinambungan pada sentra industri potensial. b. Terjadi peningkatan kerjasama antar sektor terkait, dalam rangka perluasan kesempatan kerja dan peningkatan nilai tambah. c. Banyaknya arian desain kerajinan yang sesuai dengan selera pasar. mampu menghasilkan produk berdaya saing tinggi. b. Terwujudnya brand produk untuk industri kerajinan Kabupaten Kebumen. c. Terjadi peningkatan daya saing industri kerajinan dipasar domestik dan ekspor. STRATEGI h. Memperkuat peran klaster kerajinan dengan melibatkan seluruh stakeholder sesuai fungsi dan peran masing-masing secara bersinergi. i. Menguatkan peran litbang dan perguruan tinggi rangka meningkatkan kemampuan proses/produksi dan desain. j. Meningkatkan penguasaan teknologi proses, serta peningkatan keterampilan SDM. k. Mengutamakan pasokan dan kualitas bahan baku kerajinan. l. Menciptakan brand produk dari industri kerajinan Kabupaten Kebumen. m. Mendorong pembinaan dan fasilitasi Perangkat Daerah terkait. RENCANA AKSI Periode a. Menfasilitasi terwujudnya ketersedian bahan baku di daerah sekitaran sentra industri kerajinan. b. Melakukan koordinasi dengan dinas terkait untuk menjamin pasokan bahan baku. c. Mengoptimalkan pemanfaatan pusat pelatihan dan pengembangan kerajinan. d. Mendorong pihak lembaga keuangan memberikan kredit pinjaman lunak baik dari segi bunga maupun tenornya. e. Menyelenggarakan diklat terapan dalam rangka meningkatkan kompetensi SDM kerajinan. Periode a. Menjalin kerjasama dengan lembaga Litbang dan Perguruan Tinggi dalam rangka meningkatkan teknologi produksi kerajinan. b. Memfasilitasi pengembangan desain kerajinan yang berbeda dari produk pabrikan. c. Memfasilitasi promosi yang intensif untuk produk industri kerajinan melalui media elektronik, CD, katalog dan brosur. d. Meningkatan peran kelembagaan klaster untuk memperkuat kemitraan diantara para pelaku usaha industri kerajinan dan pelaku usaha industri terkait lainnya. Periode a. Menfasilitasi terbangunnya pusat pelatihan dan pengembangan kerajinan yang memadai. b. Memfasilitasi temu usaha (business gathering) dan/atau kemitraan dengan prospectif buyer. c. Memfasilitasi benchmarking produk, tren dan peluang pasar. d. Meningkatkan promosi bersama guna mendorong tumbuhnya industri kerajinan. e. Memberikan bimbingan dan kemudahan untuk pengurusan HaKI.

26 -17- f. Mendukung pemasaran produk kerajinan, baik melalui pameran dan misi dagang. e. Menerapkan teknologi pemanfaatan sisa produksi bahan baku kerajinan. f. Meningkatkan peran perguruan tinggi dan Perangkat Daerah terkait dalam diersifikasi produk. Lokasi pengembangan: Kecamatan Karanggayam, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Sempor, dan Kecamatan Gombong. Industri Tekstil Industri Batik No. KBLI C Periode a. Tersedianya bahan baku yang berkualitas b. Tersedia dukungan SDM yang kompeten c. Tercapainya manajemen produksi dan usaha yang lebih baik d. Meningkatnya kesadaran untuk pengolahan sisa produksi batik e. Terciptanya desain motif khas Kabupaten Kebumen SASARAN Periode a. Peningkatan pemasaran produk batik b. Terwujud jejaring (networking) pemasaran pasar ekspor c. Terwujudnya jejaring bahan baku kain berkualitas d. Dikenalnya motif batik Kebumen secara luas e. Pemantapan klaster batik Periode a. Peningkatan produktiitas, kualitas dan efisiensi yang berdaya saing ke arah competitie adantage, b. Peningkatan penggunaan batik lokal c. Dikenalnya Batik Kebumen di kancah international d. Meningkatnya akses industri batik ke lembaga pembiayaan STRATEGI a. Meningkatkan kemampuan SDM dan pelaku usaha. b. Menguatkan jejaring penyedia bahan baku. c. Menciptakan motif batik khas Kabupaten Kebumen. d. Meningkatkan kemampuan melakukan inoasi produk. e. Memperkuat kelembagaan untuk kepentingan keberlangsungan kegiatan produksi dan pasar. f. Mendorong kontinuitas pembinaan dan fasilitasi Perangkat Daerah terkait terhadap industri tekstil (batik). RENCANA AKSI Periode a. Menyelenggarakan diklat terapan dalam rangka meningkatkan keterampilan pengrajin batik. Periode a. Meningkatkan promosi batik secara ekslusif pada forum resmi regional, nasional dan internasional untuk memunculkan Periode a. Melakukan kerjasama pemasaran dengan factory outlet, butik dan showroom di daerah lain.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 08 Tahun 2015 Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG USAHA MIKRO DAN KECIL DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.4, 2014 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Perencanaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa usaha mikro, kecil dan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN REJANG LEBONG BUPATI REJANG LEBONG,

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN REJANG LEBONG BUPATI REJANG LEBONG, PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN REJANG LEBONG BUPATI REJANG LEBONG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendorong percepatan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 47 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN BIREUEN

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN BIREUEN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Menimbang: a. bahwa Koperasi dan Usaha Kecil memiliki peran dan

Menimbang: a. bahwa Koperasi dan Usaha Kecil memiliki peran dan GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BEUTUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN 1 (satu) bulan ~ paling lama Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di bidang Industri sebagaimana

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA TASIKMALAYA, : a. bahwa penanaman modal

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI 1 BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI GARUT, : a. bahwa penanaman modal merupakan salah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMEBERIAN INSENTIF DAN PEMEBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KONAWE SELATAN i! DITERBITKAN OLEH BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KOTA KEDIRI PEMERINTAH KOTA KEDIRI SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa Usaha Mikro,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang :

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa penanaman modal merupakan

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 1 TAHUN 2017

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 1 TAHUN 2017 S A L I N A N GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2017-2037 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT LD. 14 2012 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENANAMAN MODAL

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENANAMAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa penanaman modal

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 18 TAHUN 2017

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 18 TAHUN 2017 BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 103 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 103 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 103 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR 1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR Menimbang Mengingat SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 99/M-IND/PER/8/2010 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

6. URUSAN PERINDUSTRIAN

6. URUSAN PERINDUSTRIAN 6. URUSAN PERINDUSTRIAN Pembangunan perindustrian mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan dan merupakan salah satu pilar pertumbuhan ekonomi. Sektor industri memegang peranan penting dalam peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses pembangunan salah satu indikator keberhasilan pembangunan Negara berkembang ditunjukkan oleh terjadinya pertumbuhan ekonomi yang disertai terjadinya perubahan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN/ATAU KEMUDAHAN KEPADA MASYARAKAT DAN/ATAU PENANAM MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 BOKS REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 I. PENDAHULUAN Dinamika daerah yang semakin kompleks tercermin dari adanya perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional, hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa Koperasi dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 08 TAHUN 2017 TENTANG PENGANEKARAGAMAN PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.365, 2015 INDUSTRI. Kawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5806) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 142

Lebih terperinci

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN ALAT BANTU PRODUKSI LOKAL BAGI USAHA BIDANG PEREKONOMIAN

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN ALAT BANTU PRODUKSI LOKAL BAGI USAHA BIDANG PEREKONOMIAN GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN ALAT BANTU PRODUKSI LOKAL BAGI USAHA BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA SALINAN BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa penanaman modal

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI Draf tanggal 25-26 Agustus 2014 RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa didukung adanya kegiatan kegiatan yang. indonesia tidaklah mudah, harus ada sinergi antara pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa didukung adanya kegiatan kegiatan yang. indonesia tidaklah mudah, harus ada sinergi antara pemerintah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan suatu bangsa didukung adanya kegiatan kegiatan yang berkesinambungan dan berlanjut menuju keadaan yang lebih baik. Peran pemerintah sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur yang memiliki luas 1.371,78 Km2, penggunaan wilayah Ponorogo sebagaian besar untuk area ke hutanan yaitu

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2012011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN

Lebih terperinci

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN INDUSTRI KOTA KENDARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN INDUSTRI KOTA KENDARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN INDUSTRI KOTA KENDARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI, Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO SALINAN WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN A. Visi Mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Semarang Tahun

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI Draf tanggal 7-8 Juli 2014 RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa pembangunan koperasi merupakan tugas bersama antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk dalam suatu daerah karena hal tersebut merupakan kejadian

Lebih terperinci

4.2.7 URUSAN PILIHAN PERINDUSTRIAN KONDISI UMUM

4.2.7 URUSAN PILIHAN PERINDUSTRIAN KONDISI UMUM 4.2.7 URUSAN PILIHAN PERINDUSTRIAN 4.2.7.1 KONDISI UMUM Proses pembangunan sering kali dikaitkan dengan proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 5 TAHUN : 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN PRODUK LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO,

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.146, 2015 Sumber Daya Industri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5708). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 Tahun 2015

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERLUASAN KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN KARAWANG

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERLUASAN KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN KARAWANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERLUASAN KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN KARAWANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, bahwa kebijakan

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN,

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menciptakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia memiliki tanah yang subur

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2013, No.40 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENE

2013, No.40 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENE LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.40, 2013 KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. Pelaksanaan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5404) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci