BAB I PENDAHULUAN. kesatuan ruang dan semua benda, daya, keadaan, dan makluk hidup termasuk
|
|
- Yandi Kusnadi
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan didefinisikan sebagai tempat dimana makluk hidup berada, berdiam dan bertahan hidup. Menurut UU RI nomor 32 tahun 2009, tentang pengelolaan lingkungan hidup dikatakan bahwa lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dan semua benda, daya, keadaan, dan makluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan peri kehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makluk hidup lain. Menurut Emil Salim (1985) dalam bukunya lingkungan hidup dan pembangunan, menyatakan bahwa lingkungan hidup adalah segala benda, daya, kondisi, keadaan, dan pengaruh yang terdapat dalam ruang yang kita tempati dan mempunyai hal-hal yang hidup termasuk kehidupan manusia. Sifat lingkungan hidup ditentukan oleh beberapa faktor, pertama jenis unsur lingkungan hidup, Kedua hubungan atau interaksi antar unsur dalam lingkungan hidup, Ketiga kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup dan Keempat faktor non materil suhu, cahaya dan kebisingan. Dalam menentukan sikap manusia terhadap lingkungan, perlu adanya pemahaman terhadap etika lingkungan. Dengan memahami etika lingkungan, kita tidak hanya mengimbangi hak dan kewajiban terhadap lingkungan, tetapi juga kita dapat membatasi tingkah laku dan berupaya mengendalikan berbagai kegiatan yang dapat merusak lingkungan. Faktor-faktor penyebab perilaku manusia yang tidak sadar akan lingkunganya 1
2 antara lain (1) faktor ketidak tahuan, (2) faktor kemiskinan, (3) faktor kemanusiaan, (4) faktor gaya hidup (Neolaka.A, 2008) Dalam sebuah ecosystem yang terjadi hubungan timbal balik antar elemen di lingkungan, jika terjadi satu perubahan pada satu elemennya maka elemen lainpun turut terpengaruh dan terkena dampak. Misalnya dengan pertambahan penduduk yang melimpah, akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada perumahan dan memperluas daerah permukiman dan selanjutnya meningkatkan derajat pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia itu sendiri, sebagai akibat peningkatan pencemaran tersebut, terjadi pula Upaya penyehatan lingkungan merupakan suatu usaha pencegahan terhadap berbagai kondisi lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit ataupun terjadinya kecelakaan. Dalam hal ini faktor utama yang harus diperhatikan adalah keadaan sanitasi. Sanitasi mempunyai ruang lingkup yang luas, salah satunya adalah sanitasi perumahan yang merupakan bagian dari lingkungan pemukiman. Sanitasi diartikan sebagai alat pengumpulan dan pembuangan tinja serta air buangan masyarakat secara higienis sehingga tidak membahayakan bagi kesehatan seorang maupun masyarakat secara keseluruhan (Depledge, 1997). Sedangkan sanitasi menurut kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai pemeliharaan kesehatan. Menurut WHO, sanitasi adalah upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan, dan daya tahan hidup manusia. 2
3 Buruknya sanitasi lingkungan akan sangat berdampak bagi keberlangsungan lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup ini membutuhkan keterlibatan seluruh lapisan masyarakat tanpa ada pengecualian. Dilihat dari kondisi di lapangan, ditemukan fenomena sikap dan perilaku masyarakat yang cenderung tidak perduli dalam pengelolaan sanitasi untuk menjaga lingkungan tetap bersih. Hal tersebut di landasi karena masih banyaknya masyarakat yang menjalankan pola hidup tidak sehat, seperti mencemari lingkungan dengan limbah rumah tangga. Kelurahan Wolomarang merupakan salah satu kelurahan yang berada di kecamatan Alok Barat, kabupaten Sikka. kelurahan Wolomarang berada di wilayah pesisir kota dan memiliki kepadatan penduduk tertinggi di wilayah kecamatan Alok Barat, yang kebanyakan penduduknya adalah masyarakat asli maupun masyarakat pendatang Suku Bajo yang terkenal sebagai masyarakat nelayan. Salah satu lokasi di kelurahan Wolomarang yaitu kampung Wuring merupakan lokasi khusus dihuni oleh masyarakat Suku Bajo yang sudah dihuni sejak jaman pemerintahan Raja Don Thomas ( ). Masyarakat Suku Bajo ini bermigrasi pindah dari perairan menuju ke pesisir kelurahan Wolomarang, dan oleh Raja Don Thomas, Suku Bajo dan Etnis Tionghoa diberikan hak untuk menempati wilayah Pesisir Kabupaten Sikka (Arsip Sejarah Kabupaten Sikka). Wilayah Wolomarang merupakan tempat yang awalnya adalah pelabuhan pada saat pemerintahan Don Cosmo Semau da Silva dan sangan berpotensi dalam hal perikanan membuat wilayah ini dilirik oleh masyarakat Suku Bajo sebagai salah satu wilayah strategis untuk hunian dan penghidupan. Selain itu Akses yang sangat cepat dari kota menuju Wuring, dan 3
4 letaknya yang relatif dekat yaitu 4,6 Km menjadi pertimbangan lain pemilihan masyarakat dalam memilih Wuring sebagai wilayah tempat bermukim. Tidak ada yang tau pasti dari mana awal mula asal Suku Bajo, ada yang menyebut dari Malaysia, ada juga yang menyebut dari Filipina. Namun karena kebiasaan melaut, mereka lalu menyebar ke banyak wilayah di dunia kususnya di Asia. Di Indonesia, Suku Bajo tersebar di beberapa wilayah yaitu di wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara, dan pulau Jawa. Suku Bajo memiliki masalah cukup serius terutama masalah sosial budaya, seperti masalah kemiskinan dan keterbelakangan yang disebabkan karena tingkat pengetahuan dan keterampilan yang rendah serta kepemilikan faktor-faktor produksi relatif kecil. Kondisi tersebut juga didukung oleh pola pemukiman mereka di pesisir pantai/perairan yang terdiri dari 3 kategori berikut : 1) pemukiman diatas perahu, mereka menjadikan perahu sebagai kediaman utama, kecuali pada musim angin/ombak besar mereka membangun gubuk di pesisir pantai. 2) Pemukiman di perairan, pola ini merupakan perkembangan yang hidup menetap, meskipun peran sampah sebagai alat transportasi utama tetap digunakan. 3) permukiman di darat dan pulau-pulau terpencil (Anwar, 2003 dan Zen, 1993 dalam Suardika, 2015) Suku Bajo kampung Wuring merupakan kelompok yang masuk dalam kategori dua dan tiga dimana sudah memiliki pola kehidupan menetap. Hal yang masih kurang adalah perumahan di wilayah bermukim Suku Bajo di Kampung Wuring ini tidak memiliki fasilitas sanitasi yang baik. Perumahan Suku Bajo di kampung Wuring sebagian besar tidak memiliki fasiitas tempat sampah atau TPS sehingga masyarakat Suku Bajo memilih untuk membuang limbah rumah tangga 4
5 ke wilayah perumahan atau di perairan di bawahnya. Hal ini menurunkan kualitas lingkungan baik dari segi estetika dan juga kesehatan. Kajian penelitian ini, adalah perilaku sanitasi masyarakat Suku Bajo yang berdiam di wilayah pesisir Kampung Wuring Kelurahan Wolomarang. Faktor sanitasi yang dikaji adalah kegiatan MCK, pembuangan limbah padat (sampah), dan air limbah dapur. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan rancangan deskriptif, dimana tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran perilaku sanitasi masyarakat Suku Bajo di pesisir kampung Wuring. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Suku Bajo yang mendiami wilayah Wuring. Tersebar dalam tiga Rukun Warga yaitu Rw VII, Rw VIII dan Rw IX kelurahan Wolomarang, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Pemilihan Suku Bajo didasarkan atas pertimbangan bahwa masyarakat Suku Bajo telah menganggap laut sebagai sahabat hidup namun dalam kenyataanya masyarakat Suku Bajo kampung Wuring justru mencemari lingkungan dengan membuang sampah dan tinja langsung ke perairan pesisir Wuring tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu. Dengan kata lain Suku Bajo menggunakan wilayah perairan sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari (mandi, mencuci, memasak), tetapi juga dijadikan sebagai tempat untuk buang air besar (BAB) dan sampah. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran perilaku dan kebiasaan masyarakat suku Bajo kampung Wuring sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam penelitian selanjutnya terutama dalam hal perencanaan instalasi air limbah rumah tangga komunal. Hal ini karena instalasi pengolahan air 5
6 limbah (IPAL) komunal merupakan salah satu solusi bagi lingkungan pekotaan atau pesisir yang padat (Fanggi et al.,2015). 1.2 Rumusan Masalah Sanitasi lingkungan yang baik akan sangat berdampak pada keberlangsungan lingkungan hidup. Dilihat dari kondisi di lokasi penelitian, ditemukanya fenomena masyarakat pesisir yang melakukan praktek sanitasi tidak sehat, dalam hal MCK, Pembuangan sampah plastik dan juga limbah dapur. Masyarakat pesisir yang menjadi kasus dalam penelitian ini adalah masyarakat Suku Bajo yang bermukim di Kampung Wuring. Berdasarkan latar belakang di atas maka butuh pembelajaran dan kajian yang mendalam dalam hal perilaku masyarakat Suku Bajo kampung Wuring. Research question pada penelitian ini adalah Bagaimana perilaku sanitasi masyarakat Suku Bajo wilayah pesisir kampung Wuring, dan apa penyebab yang melatar belakangi perilaku masyarakat Suku Bajo daerah tersebut dalam menjalankan sanitasi di permukimanya 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan dan perumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan Menggambarkan perilaku sanitasi dalam hal Mandi Cuci Kakus (MCK), pengelolaan sampah padat dan juga limbah dapur pada masyarakat Suku Bajo kampung Wuring serta mengkaji Penyebab dari perilaku sanitasi tersebut di 6
7 masyarakat Suku Bajo kampung Wuring baik dalam hal MCK, persampahan maupun limbah dapur 1.4 Manfaat Penelitian berikut: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai a) Bagi wilayah studi 1) Penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan masukan bagi masyarakat tentang pengelolaan sanitasi permukiman yang baik di wilayah pesisir 2) Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah kabupaten Sikka untuk menetapkan kebijakan lanjutan yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat kususnya dalam pengelolaan sanitasi wilayah pesisir dimasa yang akan datang. b) Bagi peneliti lain Penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan kontribusi untuk peneliti lain dalam penelitian selanjutnya, khususnya mengenai model permukiman yang ramah lingkungan di kawasan pesisir terutama bagi masyarakat Suku Bajo tanpa harus menghilangkan budaya yang sudah ada serta dalam hal perencanaan IPAL komunal di wilayah pesisir Wuring. 7
8 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian dengan judul Kajian Perilaku Sanitasi Masyarakat Suku Bajo di Wilayah Pesisir (Studi Kasus Suku Bajo Kampung Wuring, Kelurahan Wolomarang, Kabupaten Sikka) merupakan hasil pemikiran yang dilandasi pada keadaan permukiman Suku Bajo yang berada di bawah standar permukiman sehat, dengan sarana prasarana sanitasi yang tidak memadai. Tidak adanya upaya masyarakat dalam pengelolah sanitasi untuk memperbaiki lingkungan perumahanya memberikan pemikiran bagi peneliti untuk mengangkat tema mengkaji perilaku sanitasi masyarakat pesisir dalam hal ini objek yang menjadi sasaran peneliti adalah masyarakat Suku Bajo di kampung Wuring, kelurahan Wolomarang kabupaten Sikka. Penelitian tentang kajian perilaku sanitasi masyarakat Suku Bajo di pesisir kampung Wuring sejauh yang peneliti ketahui belum ada yang meneliti dan mengangkat dalam bentuk tesis. Beberapa penelitian yang terkait yang pernah di lakukan antara lain yang dilakukan oleh Ucok Heriadi Ridwan (2009) mengkaji tentang kualitas lingkungan Suku Bajo di pesisir Muna Sulawesi Tenggara. Dalam tulisanya ia membandingkan kualitas lingkungan di desa dan di kota yang dihuni oleh Suku Bajo kabupaten Muna, dan juga menggambarkan pengaruh faktor sosial ekonomi masyarakat Suku Bajo terhadap kualitas lingkungan permukiman di lokasi penelitian, lalu merumuskan rekomendasi yang cocok untuk pembangunan. Namun penelitian tersebut tidak menggambarkan secara mendalam pengaruh perilaku masyarakat Suku Bajo terhadap kualitas lingkungan pesisir, Sedangkan penelitian ini akan lebih 8
9 ditekankan kepada kebiasaan, perilaku sanitasi pada kelompok masyarakat di wilayah pesisir dengan pendekatan ekologi. Penelitian yang lain pernah dilakukan oleh Silviani (2016) berjudul kajian pendekatan konsep ecohealth terhadap kesehatan nelayan pesisir, dalam penelitian ini peneliti mengidentifikasi faktor-faktor potensi kerusakan ecosistem pesisir pantai teluk, mengkaji hubungan kualitas ekosistem teluk palu terhadap aspek kesehatan lingkungan nelayan dalam kaitan pemanfaatan pesisir teluk palu oleh pemangku kepentingan sehingga dapat menjadi dasar pengambilan kebijakan, dan mendeskripsikan pandangan para stakeholder terhadap konsep pendekatan ecohealth bagi kehidupan nelayan pesisir pantai teluk palu. Namun penulis lebih membahas dan mengkaji dengan pendekatan sosial kesehatan serta memberikan gambaran tentang hubungannya dengan penyakit nelayan setempat, penulis tidak mengkaji secara mendalam tentang pelilaku sanitasi masyarakat Suku dalam hal ini Suku Bajo terhadap lingkungan hunianya. Pada penelitian Rustam K. Daud (2012) mengkaji hubungan antara tingkat pendidikan, pendapatan dan perilaku masyarakat terhadap kualitas sanitasi sanitasi di pesisir desa Huangobotu kecamatan kabila, kabupaten Gorontalo. Dalam penelitian tersebut memberikan gambaran hubungan faktor-faktor seperti pendidikan,pendapatan, perilaku, pengadaan sarana prasarana, serta sikap dan tindakan petugas kesehatan terhadap masyarakat dengan kualitas sanitasi tanpa melihat secara mendalam apa yang mempengaruhi aspek perilaku sanitasi. Penelitian ini mengkaji dari segi kesehatan sehingga lebing mengarah kepada perbaikan kualitas kesehatan masyarakat yang tinggal di pesisir pantai. 9
10 Selanjutnya penelitian oleh Tety Juliani Siregar (2010), memberikan gambaran tentang kepedulian masyarakat dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman kumuh di kelurahan Matahalasan kota Tanjungbalai. Penelitian ini sasaranya adalah mengkaji perubahan perilaku masyarakat dalam perbaikan sanitasi lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepedulian masyarakat umum yang berada di suatu wilayah permukiman kumuh Kajian tema, metode dan hasil beberapa beberapa penelitan diatas memberikan gambaran bahwa belum adanya kajian kusus tentang perilaku masyarakat Sukudalam hal ini mengarah ke masyarakat Suku Bajo dalam hal sanitasi di wilayah permukimanya. Penelitian ini mencoba melengkapi hasil-hasil penelitian sebelumnya dan diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran dan rekomendasi kebijakan yang berbasis pemberdayaan bagi masyarkat Suku Bajo. Selain itu, ada juga penelitian oleh Dina Merisa Damanik yang meneliti tentang sanitasi rumah, sekolah dan Personal Higyene dan Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) pada murid sekolah dasar di pulau palue, provinsi Nusa Tenggara Timur yang menganalisi hubungan sanitasi lingkungan rumah dengan infeksi STH pada murid sekolah dasar serta menganalisis hubungan personal Hygiene dengan infeksi STH pada tempat yang sama yaitu di Pulau Palue, Kabupaten Sikka, NTT Analisis perilaku adalah pendekatan yang memfokuskan pada dasar sosial dimana melihat tindakan masyarakat dalam menjalankan perilaku sanitasi yang memenuhi standar. Hasil akhirnya diharapkan dapat memberikan usulan untuk penelitian selanjutnya dalam hal pemodelan permukiman masyarakat Suku Bajo yang sehat namun tetap memberikan keleluasaan bagi mereka untuk 10
11 mempertahankan budayanya, selain itu juga sebagai dasar pertimbangan dalam perencanaan instalasi pengelolaan air limbah komunal di daerah pesisir. Pada bidang pembangunan, penyediaan sarana prasaran merupakan salah satu syarat bagi peningkatan ekonomi wilayah tersebut, dalam hal ini yang akan di kaji adalah sarana dan prasarana sanitasi lingkungan masyarakat Suku Bajo, kampung Wuring, kabupaten Sikka. 11
BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nelayan merupakan kelompok masyarakat yang mata pencahariannya sebagian besar bersumber dari aktivitas menangkap ikan dan mengumpulkan hasil laut lainnya.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang lebih cepat seiring dengan berkembangnya kota Perkembangan ini terutama karena lokasinya
Lebih terperinciPENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah genangan pasang adalah daerah yang selalu tergenang air laut pada waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran rendah di dekat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan sistem sanitasi ( pengelolaan air limbah domestic ) terburuk ketiga di Asia Tenggara setelah Laos dan Myanmar ( ANTARA News, 2006
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
Lebih terperinciPRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN
PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN Kelayakan kawasan hunian salah satunya adalah tersedianya kebutuhan prasarana dan sarana permukiman yang mampu memenuhi kebutuhan penghuni didalamnya untuk melakukan aktivitas,
Lebih terperinciKata kunci : sanitasi lingkungan, pemukiman nelayan, peran serta masyarakat
ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan lingkungan di pemukiman nelayan Bandengan Kabupaten Kendal terkait dengan kondisi sanitasi yang tidak sesuai untuk kondisi standar layak suatu
Lebih terperinciINVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR
INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang mempunyai potensi sumber daya pesisir dan lautan yang berlimpah dan beragam sehingga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penting diperhatikan baik pengelolaan secara administrasi, pengelolaan habitat hidup,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan satu areal dalam lingkungan hidup yang sangat penting diperhatikan baik pengelolaan secara administrasi, pengelolaan habitat hidup, maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara berkembang, pertumbuhan kota di Indonesia terjadi secara pesat. Pertumbuhan kota yang pesat ini dapat disebabkan oleh tingginya pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penduduk dapat ditampung dalam ruang-ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pasar Oeba selain sebagai layanan jasa komersial juga sebagai kawasan permukiman penduduk. Kondisi pasar masih menghadapi beberapa permasalahan antara lain : sampah
Lebih terperinciDampak kesehatan lingkungan rumah susun: studi kasus rumah susun Pulo Gadung Bose Devi
Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Dampak kesehatan lingkungan rumah susun: studi kasus rumah susun Pulo Gadung Bose Devi Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=76899&lokasi=lokal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan
BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar
Lebih terperinciPENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL Ingerid Lidia Moniaga & Fela Warouw Laboratorium Bentang Alam, Program Studi Perencanaan Wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi menurut WHO adalah pengawasan penyediaan air minum masyarakat, pembuangan tinja dan air limbah, pembuangan sampah, vektor penyakit, kondisi perumahan, penyediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga di dunia. Hal ini setara dengan kedudukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga di dunia. Hal ini setara dengan kedudukan Indonesia sebagai negara termiskin ketiga di dunia. Pertambahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit infeksi cacing usus terutama yang. umum di seluruh dunia. Mereka ditularkan melalui telur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi cacing usus terutama yang ditularkan melalui tanah atau disebut soil-transmitted helmint infections merupakan salah satu infeksi paling umum di seluruh
Lebih terperinciKonferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 EVALUASI KETERSEDIAAN PRASARANA DAN SARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN NELAYAN WILAYAH PESISIR KELURAHAN AMPANA KABUPATEN TOJO UNA-UNA
Lebih terperinciGUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG
GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN
Lebih terperinciGAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012
Summary GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012 Afriani Badu. 2012. Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah termasuk permasalahan lingkungan seperti kebersihan lingkungan. Hal ini disebabkan meningkatnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dihuni. Kualitas lingkungan dapat diidentifikasi dengan melihat aspek-spek
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kesejahteraan tercermin dari kualitas lingkungan dan rumah yang dihuni. Kualitas lingkungan dapat diidentifikasi dengan melihat aspek-spek berikut: jaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan 34.623,80 km², kota Bandar Lampung merupakan Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi berdasarkan sumber Badan Pusat Statistik sebesar 1,49% pada tahun 2015 dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan dapat dipelajari. Perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang terhadap rangsangan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Salah satunya adalah lingkungan yang bersih. Sikap dan perilaku hidup sehat
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah aset masa depan dan merupakan modal untuk mencapai hidup yang sejahtera. Banyak faktor yang menunjang agar hidup kita dapat sehat. Salah satunya adalah
Lebih terperinci`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah
1 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memperhatikan arti penting permukiman yang tidak dapat dipisahkan dari ruang yang harus dimanfaatkannya, maka lingkup permukiman meliputi masalah-masalah yang menyangkut
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kelurahan Kapuk merupakan suatu wilayah dimana mengacu pada dokumen Direktori RW Kumuh 2011 dalam Evaluasi RW Kumuh di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011 adalah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
129 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian mengenai Konsep Penataan Kawasan Permukiman Kumuh di kelurahan Kampung Makasar dan Soa-sio, kota Ternate,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota menawarkan berbagai ragam potensi untuk mengakumulasi aset
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota menawarkan berbagai ragam potensi untuk mengakumulasi aset sosial, ekonomi, dan fisik. Kota berpotensi memberikan kondisi kehidupan yang sehat dan aman, gaya hidup
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampai saat ini sepertiga populasi dunia tinggal di negara yang mengalami kesulitan air dan sanitasi yang bervariasi dari mulai sedang hingga sangat tinggi. Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan infrastruktur baik yang merupakan aset pemerintah maupun aset swasta, dilaksanakan dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat, seperti jalan raya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia yang memiliki kurang lebih 17.508 pulau dan sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat pemukim itu sendiri dan sering sekali terbentuk akibat dari proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permukiman informal terbentuk tanpa perencanaan pemerintah dan masyarakat pemukim itu sendiri dan sering sekali terbentuk akibat dari proses urbanisasi besar-besaran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam yang mutlak diperlukan untuk kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya diantaranya adalah air. Selain itu, air merupakan komponen penyusun terbesar
Lebih terperinciINVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR
INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR I. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kelurahan Nunhila memiliki 4 wilayah RW dan 17 wilayah RT, dengan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Limbah domestik merupakan jumlah pencemar terbesar yang masuk ke perairan
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan konsekuensi dari setiap kegiatan manusia yang berkaitan langsung dengan lingkungan, dimana potensi timbulnya pencemaran berjalan tegak lurus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup didefinisikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan permukiman yang dihadapi kota kota besar di Indonesia semakin kompleks. Tingginya tingkat kelahiran dan migrasi penduduk yang tinggi terbentur pada kenyataan
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERSEMBAHAN... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air telah berabad-abad menjadi sumber kehidupan-memberi pengharapan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air telah berabad-abad menjadi sumber kehidupan-memberi pengharapan untuk pengairan, perhubungan, ataupun makanan. Banyak kebudayaan yang tercipta ketika manusia mulai
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Sungai merupakan salah satu bentuk badan air lotik yang bersifat dinamis yang berguna bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Sungai memiliki fungsi ekologis yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi berisi tentang pengkajian dan pemetaan sanitasi awal kondisi sanitasi dari berbagai aspek, yaitu mengenai Persampahan, Limbah Domestik, Drainase
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak abad ke-18, pertumbuhan penduduk di dunia meningkat dengan tajam. Lahan lahan dengan potensi untuk dipergunakan sebagai tempat bermukim pun beragam. Besarnya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
16 BAB II LANDASAN TEORI 1. Permukiman A. Tinjauan Pustaka Secara formal, definisi permukiman di Indonesia tertulis dalam UU No 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Dalam dokumen tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Dampak tersebut harus dikelola dengan tepat, khususnya dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk yang begitu cepat terutama di wilayah perkotaan menimbulkan dampak yang sangat serius terhadap penurunan daya dukung lingkungan. Dampak
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. CATATAN DOSEN PEMBIMBING... iii. LEMBAR PERNYATAAN... iv. MOTTO... v. KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii CATATAN DOSEN PEMBIMBING... iii LEMBAR PERNYATAAN... iv MOTTO... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR TABEL...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya sebagaimana. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peran yang sangat strategis dalam membentuk watak serta kepribadian bangsa. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan dan memiliki potensi kelautan cukup besar, seharusnya mampu mensejahterakan kehidupan masyarakat nelayan
Lebih terperinciBAB III STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN SANITASI
BAB III STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN SANITASI 3.1 Tujuan, dan Pengembangan Air Limbah Domestik Tujuan : Meningkatkan lingkungan yang sehat dan bersih di Kabupaten Wajo melalui pengelolaan air limbah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan corak kehidupan dan mempunyai peranan yang sangat dominan
12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan merupakan kesatuan ruang, dan semua benda yang ada di dalamnya termasuk manusia dan perilakunya. Dalam hal ini manusia banyak menentukan corak kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sehat 2015 adalah lanjutan dari visi pembangunan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sehat 2015 adalah lanjutan dari visi pembangunan kesehatan nasional 2010 yang menggambarkan masyarakat Indonesia di masa depan yang penduduknya hidup dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Standar kelayakan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan sumberdaya air sangat terkait dengan sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Standar kelayakan kebutuhan air bersih adalah
Lebih terperinciPENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh
Lebih terperinci5.1. Area Beresiko Sanitasi
5.1. Area Beresiko Sanitasi Risiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku hidup
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta yang mencakup Jabodetabek merupakan kota terpadat kedua di dunia dengan jumlah penduduk 26.746.000 jiwa (sumber: http://dunia.news.viva.co.id). Kawasan Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu tentang permasalahan lingkungan di perkotaan semakin merebak. Oleh karena itu salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan lingkungan dibutuhkan pembangunan kota
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. informal dan hampir 30% dari pekerja di sektor informal adalah nelayan, dan secara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar nomor 4 di dunia terdiri dari sekitar 17.000 pulau. Terdapat ± 8.090 desa pesisir tersebar di 300 kabupaten/kota pesisir.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang terutama di Indonesia, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meliputi kurang lebih pulau-pulau dan memiliki garis pantai sepanjang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang meliputi kurang lebih 17.508 pulau-pulau dan memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km. Sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terpadu dengan lingkungannya dan diantaranya terjalin suatu hubungan fungsional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup dipandang sebagai satu sistem yang terdiri dari subsistem-sistem. Dalam ekologi juga manusia merupakan salah satu subsistem dalam ekosistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara memastikan keberlanjutan lingkungan hidup, untuk itu setiap negara harus dapat mengurangi
Lebih terperinciIDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA
IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA Vippy Dharmawan 1, Zuraida 2 1+2 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo Nomor 59 Surabaya
Lebih terperinciBAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI
BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Berdasarkan Visi dan Misi yang telah dirumuskan, dan mengacu kepada arahan tehnis operasional dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Banjarbaru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan secara merata diseluruh tanah air dan ditujukan bukan hanya untuk satu golongan, atau
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Padatnya penduduk di wilayah perkotaan berdampak terhadap daerah perkotaan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Padatnya penduduk di wilayah perkotaan berdampak terhadap daerah perkotaan yakni mengakibatkan kebutuhan sarana dan prasarana perkotaan semakin meningkat. Jika
Lebih terperinciBAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI
BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI 4.1 Visi dan Misi AMPL Kabupaten Klaten A. VISI Visi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten : Terpenuhinya air minum dan sanitasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian
Lebih terperinciV. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan
V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan Kapuk, Kelurahan Kamal dan Kelurahan Tegal Alur, dengan luas wilayah 1 053 Ha. Terdiri dari 4 Rukun
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah
46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh :
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI DI KELURAHAN PETEMON KECAMATAN SAWAHAN KOTA SURABAYA (studi mengenai Pengelola Lingkungan) SKRIPSI Diajukan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai potensi sumber daya alam yang beraneka ragam, yang membentang di sepanjang Teluk Lampung dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah mencapai 40,7% (Maran, 2003). Di Indonesia, persentase penduduk kota mencapai 42,4% pada tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyelenggarakan program pembangunan nasional secara berkelanjutan, untuk jenjang tingkat pertama (Menkes, 2004).
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal, pemerintah menyelenggarakan program pembangunan nasional secara berkelanjutan, perencana dan terarah untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemecahan dan pencegahan timbulnya masalah lingkungan. Lingkungan merupakan
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini merupakan pembahasan awal dalam penulisan skripsi yang berjudul Implementasi Kebijakan Pembangunan Lingkungan berbasis karakter Peduli Lingkungan di Kelurahan Tlogomas Kota
Lebih terperinciSTRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan
STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan KELOMPOK KERJA SANITASI TAHUN 2015 DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki
Lebih terperinci- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 0000 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. dengan mengelola sumber daya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat nelayan merupakan salah satu bagian mayarakat Indonesia yang hidup dengan mengelola sumber daya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir,
Lebih terperinciPengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah
MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 1, Nomor 2, Agustus 2016 Artikel Hasil Penelitian, Hal. 35-39 Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan
Lebih terperinciKAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH (KKLD) KABUPATEN WAKATOBI MILAWATI ODE, S.KEL
KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH (KKLD) KABUPATEN WAKATOBI MILAWATI ODE, S.KEL KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH (KKLD) KABUPATEN WAKATOBI PROVINSI SULAWESI TENGGARA Coral Triangle Wilayah Sasaran = Pulau Wangiwangi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa
Lebih terperinciBAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI
BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Berdasarkan Visi dan Misi yang telah dirumuskan, dan mengacu kepada arahan tehnis operasional dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Banjarbaru
Lebih terperinciLAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN
LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN Sub Sektor Air Limbah Program Penyusunan Master Plan Air Limbah Latar Belakang Dokumen masterplan merupakan suatu tahap awal dari perencanaan. Dokumen ini sangat diperlukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit parasit baik yang disebabkan oleh cacing, protozoa, maupun serangga parasitik pada manusia banyak terdapat di negara berkembang dan beriklim tropis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran program dari Dinas Kesehatan adalah berhubungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sasaran program dari Dinas Kesehatan adalah berhubungan dengan masalah kesehatan. Masalah kesehatan lingkungan di negara-negara sedang berkembang adalah
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR Latar Belakang. Dewasa ini tantangan pembangunan, kebijaksanaan dan langkah
13 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Dewasa ini tantangan pembangunan, kebijaksanaan dan langkah pembangunan perlu ditingkatkan seiring dengan perkembangan jaman melalui peningkatan sumber daya manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beberapa faktor penyebab pertumbuhannya adalah memiliki fasilitas kota
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada saat ini penduduk Kota Bandung berkembang semakin pesat. Beberapa faktor penyebab pertumbuhannya adalah memiliki fasilitas kota yang relatif lengkap sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat terdapat berbagai golongan yang menciptakan perbedaan tingkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masyarakat terdapat berbagai golongan yang menciptakan perbedaan tingkatan antara golongan satu dengan golongan yang lain. Adanya golongan yang berlapis-lapis
Lebih terperinci