Pembangunan sumur bor (menurut program akan ada pembangunan unit) Pembangunan sekat kanal (menurut program akan ada pembangunan 1.

Transkripsi

1 Laporan Pemantauan Komitmen Restorasi oleh Simpul Jaringan Kalimantan Tengah Birokrasi dan administrasi bayangi restorasi gambut Kalteng 2018 Pelaksanaan program-program restorasi untuk provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) kemungkinan besar akan terhambat karena masalah administrasi dan birokrasi. Hal ini terungkap dari hasil audiensi Simpul Jaringan Pantau Gambut Kalteng dengan Tim Restorasi Gambut Daerah (TRGD) Kalteng, Badan Restorasi Gambut (BRG), dan instansi-instansi terkait pada Mei dan Juni lalu. Untuk mendukung pelaksanaan restorasi gambut 2 juta hektar seperti tertuang dalam Peraturan Presiden No.1/2016 tentang BRG, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) mengeluarkan peraturan No.61/2017 mengenai tugas pembantuan kepada 7 provinsi, salah satunya adalah Kalteng, untuk mendukung program nasional tersebut. Tugas pembantuan merupakan penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, dalam hal ini program-program restorasi gambut. Sumber dana untuk tugas pembantuan ini adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dengan dasar Peraturan Menteri LHK No.61/2017 tersebut, sebagian kegiatan restorasi 2018 di Kalteng menjadi tugas provinsi dan dilakukan melalui TRGD yang dibentuk atas keputusan Gubernur. TRGD Kalteng melibatkan beberapa instansi terkait dan sebenarnya telah dibentuk pada 23 Mei 2017 namun baru mendapat amanah pelaksanaan kegiatan restorasi pada Pada 2017 lalu, kegiatan restorasi dilakukan secara terpusat oleh Badan Restorasi Gambut (BRG) sementara TRGD Kalteng lebih banyak melakukan koordinasi dan survei pendukung. Dalam pelaksanaan tugas pembantuan restorasi gambut tersebut, terdapat beberapa isu yang membayangi kinerja TRGD Kalteng, yaitu: a. Keterbatasan waktu pelaksanaan anggaran 2018 b. Ketidakselarasan rencana restorasi oleh TRGD dengan rencana restorasi BRG c. Proses pelelangan pihak ketiga yang belum selesai semakin menghambat kebutuhan verifikasi data d. Pergantian kepemimpinan di daerah memerlukan gerak cepat sosialisasi rencana restorasi gambut Menurut keterangan Ahmad Zaini yang merupakan perwakilan TRGD Kalteng dalam audiensi dengan tim Pantau Gambut, dana untuk kegiatan restorasi di Kalteng baru turun pada pertengahan Mei 2018 ini. Jadi, secara praktis, TRGD Kalteng harus melakukan program kerja yang dirancang untuk setahun dalam waktu 7 bulan pasca pencairan dana dari pusat. Untuk tahun 2018 ini, dana kegiatan restorasi mencapai Rp 86,2 milyar. Dari dana tersebut, alokasi terbesar adalah untuk pembangunan sekat kanal (Rp 44,9 milyar) dan pembangunan sumur bor (Rp 17 milyar). Berikut rincian dana dan alokasi per kegiatan terkait program restorasi lahan gambut di Kalteng. Jenis kegiatan Nilai (dalam ribuan Rp) Rapat rutin TRGD Koordinasi dan fasilitasi restorasi gambut Monitoring dan evaluasi pelaksanaan Pengelolaan program dan pendukung kegiatan Pelaksanaan supervisi restorasi gambut di kawasan berizin Penyusunan SID (Survey Identification Design) dan DED (Detail Engineering Design) di 5 KHG

2 Pembangunan sumur bor (menurut program akan ada pembangunan unit) Pembangunan sekat kanal (menurut program akan ada pembangunan unit) Revegetasi gambut terbakar (menurut program berupa 50 ha demplot) Feasibility study analisis mata pencaharian masyarakat gambut Pengembangan kapasitas teknis masyarakat (menurut program akan ada 18 paket program-program revitalisasi mata pencaharian warga) Bantuan ekonomi produktif masyarakat desa gambut (menurut program akan ada 18 paket program-program revitalisasi mata pencaharian warga) Total *sumber: presentasi TRGD Kalteng Kegiatan-kegiatan tersebut akan harus dilakukan selama periode Mei hingga Desember ini agar target pelaksanaan restorasi gambut di Provinsi Kalteng tercapai. Menurut rencana program TRGD, kegiatan-kegiatan tersebut akan difokuskan pada 5 KHG, dengan rincian sesuai tabel berikut: No. Lokasi / KHG Pembangunan Insfrastruktur Pembasahan Gambut (PIPG) Sumur Sekat Sekat Penim- Bor Kanal Kanal bunan 1 KHG Sungai Kahayan - Sungai Kapuas 2 KHG Sungai Kahayan - Sungai Sebangau 3 KHG Sungai Kapuas - Sungai Barito 4 KHG Sungai Katingan - Sungai Sebangau 5 KHG Sungai Lamandau - Sungai Jelai Demplot Revegetasi Model Revitalisasi Primer Sekunder Total *sumber: presentasi TRGD Kalteng Dari pantauan tim Pantau Gambut, rencana kegiatan TRGD Kalteng ini berbeda dengan programprogram yang terdapat dalam Rencana Tindak Tahunan (RTT) untuk Kalteng. Dalam RTT BRG, kegiatan restorasi di Kalteng pada 2018 difokuskan pada 4 KHG, yaitu KHG Sungai Katingan Sungai Mentaya, KHG Sungai Lamandau Sungai Jelai, KHG Sungai Mentaya Sungai Seranau Kiri, dan KHG Sungai Terusan Raya Sungai Kapuas Murung. Di dalam RTT sendiri, kegiatan-kegiatan restorasi telah dibagi berdasarkan unit pengelola restorasi gambut (UPRG), yaitu pemerintah daerah (kabupaten/provinsi), kesatuan pengelolaan hutan (KHP) provinsi - dinas kehutanan, Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (UPT KSDAE KLHK), serta perusahaan pemegang izin usaha hasil hutan kayu dan pemegang hak guna usaha.

3 Selain isu keterbatasan waktu untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan tersebut, TRGD Kalteng juga masih memerlukan verifikasi beberapa data. Sebelumnya, perencanaan kegiatan-kegiatan pada 2018 ini dilakukan pada 2016 dan 2017 berdasarkan analisis atas data-data spasial. Menurut pernyataan Arianto, perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang juga merupakan bagian dari TRGD, data-data yang masih diperlukan tersebut antara lain adalah: a. Data kondisi fisik lapangan untuk mengetahui kelayakan rencana kegiatan Tim restorasi perlu melihat kondisi fisik lahan dan ketersediaan material dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur seperti kanal dan sumur bor serta ada tidaknya bibit-bibit tanaman yang diperlukan dalam rencana kegiatan revegetasi. b. Data rapid rural assessment yang belum lengkap Perencanaan kegiatan restorasi 2018 di Kalteng dilakukan berdasarkan peta indikatif restorasi yang ditetapkan pada 2016 (sumber peta indikatif: tautan di ). Rencana ini masih memerlukan penelusuran lebih lanjut apakah sesuai dengan kondisi di lapangan dan keadaan masyarakat di lahan gambut. c. Verifikasi atas titik rencana kegiatan tidak termasuk wilayah perizinan/konsesi Jika rencana kegiatan berada di wilayah konsesi, maka harus dikeluarkan dari daftar kegiatan karena merupakan tanggung jawab pemegang izin konsesi. Isu terakhir yang perlu menjadi perhatian adalah masih belum jelasnya kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pihak ketiga penyedia jasa karena proses pelelangan yang belum selesai. Pelaksanaan kegiatan oleh pihak ketiga ini antara lain adalah Penyusunan SID (Survey Identification Design) dan DED (Detail Engineering Design). TRGD Kalteng tidak memberikan keterangan lebih lanjut mengenai SID dan DED ini. Dalam tugas pembantuan ini, lelang untuk kegiatan-kegiatan terkait restorasi gambut yang memerlukan jasa pihak ketiga dilakukan melalui Kementerian LHK. Hasil penelusuran Pantau Gambut melalui website KLHK menunjukkan ada dua lelang elektronik (e-tendering) terkait penyusunan SID dan DED infrastruktur pembasahan gambut di Kalteng. Dua paket lelang tersebut ditujukan untuk KHG Sungai Kahayan Sungai Kapuas dan KHG Sungai Kapuas Sungai Barito. Proses lelang telah diselesaikan pada Agustus dan September Pantau Gambut tidak menemukan keterangan lelang penyusunan SID dan DED untuk 3 KHG lain yang menjadi fokus kegiatan TRGD tahun 2018, yaitu KHG Sungai Kahayan - Sungai Sebangau, KHG Sungai Katingan - Sungai Sebangau, dan KHG Sungai Lamandau - Sungai Jelai. Ketiga isu tersebut perlu mendapat perhatian dan solusi agar agenda restorasi gambut di Kalteng dapat berjalan sesuai rencana. Memastikan pelaksanaan dan pencapaian target-target kegiatan restorasi gambut di Kalteng sangat penting sebagai tolak ukur pelaksanaan program nasional restorasi 2 juta hektar lahan gambut di 7 provinsi prioritas yang dicetuskan presiden pasca terjadinya kebakaran hutan dan lahan pada Pasalnya, Kalteng merupakan provinsi dengan luasan target restorasi terbesar kedua setelah Riau. Menurut peta indikatif, restorasi gambut di Kalteng akan meliputi area seluas hektar, yang

4 terdiri dari hektar di kawasan lindung, hektar di kawasan budidaya berizin, dan hektar di kawasan budidaya tidak berizin. Menurut peta indikatif tersebut, total area yang perlu direstorasi pasca kebakaran 2015 adalah 2,49 juta hektar. Untuk mengatasi kemungkinan terhambatnya pelaksanaan kegiatan-kegiatan restorasi di provinsi ini, semua pihak yang terlibat perlu meningkatkan koordinasi antar instansi terkait, mengurai sumbatan-sumbatan dan mempercepat proses-proses yang masih tertunda, serta melakukan sosialisasi dan sinkronisasi program-program yang direncanakan dengan pemerintah daerah yang baru terpilih. Saat ini, TRGD Kalteng terdiri dari komponen-komponen pemerintahan yang dapat mendukung satu sama lain dalam koordinasi dan pelaksanaan program-program restorasi gambut. Menurut keterangan yang disampaikan dalam audiensi dengan Simpul Jaringan Pantau Gambut Kalteng, TRGD Kalteng saat ini diketuai oleh Sekretaris Daerah BRG yang didukung Sekretaris Dinas Kehutanan sebagai Koordinator TRGD sekretaris tim restorasi ini. Selain itu, Sekretaris Daerah instansi-instansi lain memimpin 4 kelompok kerja dan Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) pun menjadi anggota tim. Bidang perencanaan Sekretariat TRGD Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bidang konstruksi Dinas PUPR Kalteng Bidang edukasi Dinas Komunikasi dan Informatika Bidang penelitian dan pengembangan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Bappeda Kalteng Adanya perwakilan dari instansi-instansi Struktur TRGD Kalteng berdasarkan keterangan hasil audiensi strategis merupakan Simpul Jaringan Pantau Gambut Kalteng faktor positif dalam TRGD untuk berkoordinasi antar kelompok kerja maupun dengan instansi struktural yang lebih tinggi di pemerintahan pusat. Namun, sinkronisasi antara kegiatan restorasi gambut yang dilakukan TRGD dan/atau yang direncanakan BRG dalam RTT adalah salah satu hal yang harus diperjelas. Dengan struktur yang ada saat ini, tiap-tiap instansi dan elemen yang terlibat dalam program restorasi ini telah memiliki wewenang tanggung jawab masing-masing. Namun, perlu dipastikan lebih lanjut alur koordinasi dan implementasi program-program agar tidak ada kegiatan yang tumpang tindih ataupun kesalahan informasi atas kegiatan yang sedang dilakukan atau yang sudah terealisasi di lapangan. Selain untuk efisiensi kegiatan di lapangan, koordinasi antar instansi terkait sangat diperlukan dalam penyelesaian proses-proses birokrasi dan administrasi yang masih tertunda, termasuk dalam proses pelelangan untuk kegiatan-kegiatan yang memerlukan jasa pihak ketiga. Poin terakhir yang juga perlu diperhatikan adalah akan terjadinya pergantian pemerintahan di tingkat kabupaten dan kota di Kalteng. Menurut data yang dikompilasi Pantau Gambut, ada 7 kabupaten/kota dengan wilayah di dalam KHG-KHG prioritas restorasi di Kalteng yang mengadakan pemilihan kepala daerah (Pilkada) pada Juni lalu. Wilayah tersebut adalah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau, dan Kabupaten Barito Timur. Dari 7 kabupaten/kota tersebut, hanya 1 pasangan calon terpilih untuk Kabupaten Katingan yang pada saat kampanye menyampaikan program spesifik terkait kebakaran hutan dan lahan. Artinya, TRGD dan instansi-instansi terkait restorasi gambut di

5 Kalteng perlu mensosialisasikan pentingnya perlindungan lahan gambut terutama untuk pencegahan kebakaran kepada pemimpin-pemimpin baru di kabupaten-kabupaten dan kota tersebut. Keterlibatan aktif dari para pemimpin daerah merupakan hal yang penting untuk memastikan pelaksanaan restorasi dan upaya mengurai masalah-masalah yang saat ini ditemukan di Kalteng.