ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA PETERNAKAN BERBASIS SISTEM AGRIBISNIS DI JAWA TENGAH DISERTASI
|
|
- Vera Sudjarwadi
- 9 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA PETERNAKAN BERBASIS SISTEM AGRIBISNIS DI JAWA TENGAH DISERTASI Oleh : TITIK EKOWATI 08/276234/SPN/00359 PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012 i
2 ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA PETERNAKAN BERBASIS SISTEM AGRIBISNIS DI JAWA TENGAH Disertasi untuk memperoleh Derajat Doktor dalam Ilmu Pertanian Minat Ekonomi Pertanian Universitas Gadjah Mada Dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Program Pasca Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Pada tanggal : 21 September 2012 Oleh : TITIK EKOWATI 08/276234/SPN/00359 Lahir di Yogyakarta ii
3 RINGKASAN ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG DAN OPTIMALISASI USAHA PETERNAKAN BERBASIS SISTEM AGRIBISNIS DI JAWA TENGAH I. PENDAHULUAN Usaha ternak sapi potong merupakan salah satu bentuk kegiatan usaha yang banyak ditekuni masyarakat di Jawa Tengah. Makna yang terkandung dalam usaha tersebut adalah bagaimana usaha ternak sapi potong dijalankan oleh peternak guna mendapatkan hasil yang lebih baik, baik dari sisi pendapatan maupun skala usaha. Kebijakan pengembangan usaha ternak sapi potong pada dasarnya mempunyai korelasi dan hubungan sinergis dengan usaha pertanian khususnya tanaman pangan, mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan bahan baku (pakan) dari usaha ternak. Salah satu kebijakan dalam pengembangan pertanian lahan kering adalah pola usahatani terpadu (integrated farming system), mengingat pola tersebut selain memberikan manfaat ekonomi, juga memberikan keuntungan dalam konservasi lahan dan meningkatkan produktivitas lahan. Dengan adanya pembangunan subsektor peternakan, maka akan mendorong dan mencerminkan adanya potensi pengembangan dari komoditas ternak dan terciptanya peluang penanaman modal. Langkah yang dapat ditempuh antara lain dengan mendekatkan aspek komoditas pada sistem agribisnis. Program Pengembangan Agribisnis (PPA) diarahkan pada pengembangan usaha komoditas yang memiliki nilai komersial yang ditangani oleh rakyat banyak. 1
4 Pembangunan pertanian (dalam arti luas) dengan pendekatan agribisnis merupakan usaha rakyat dengan memperhatikan kelengkapan empat fungsi agribisnis (subsistem sarana produksi, subsistem budidaya, subsistem pasca panen dan subsistem pemasaran). Konsep ini mempunyai arti, bahwa pembangunan pertanian harus berorientasi pasar dan tidak lagi sekedar berproduksi. Sehingga pembangunan usaha peternakan rakyat dengan pendekatan agribisnis, mempunyai pengertian bahwa sebenarnya tidak ada hambatan lain dalam pembangunan tersebut kecuali jika salah satu system agribisnis belum ada dalam perekonomian tersebut (Sudaryanto, 1993 dan Baharsyah, 1997) Dalam dua dasawarsa terakhir permintaan produk peternakan, khususnya daging sapi, terus meningkat. Rata-rata laju peningkatan konsumsi daging sapi antara Tahun mencapai 5,43% dibandingkan dengan laju peningkatan produksi sapi potong sebesar 3,69%, maka dalam jangka panjang diperkirakan akan terjadi kekurangan produksi akibat adanya pengurasan ternak sapi yang berlebihan (Priyanto, 2005). Mengingat adanya kesenjangan produksi, konsumsi dan populasi, maka pengembangan ternak sapi potong di daerah perlu mendapat perhatian. Beberapa sumberdaya lokal yang ada dan dapat dipergunakan sebagai indikator pengembangan sapi potong antara lain : 1. Ketersediaan biomasa yang berasal dari limbah pertanian maupun perkebunan 2. Tersedianya hijauan pakan yang cukup untuk kebutuhan ternak 3. Tersedianya sumberdaya genetik ternak lokal yang sudah beradaptasi di lingkungan tropis (Diwyanto et al., 2005). 2
5 II. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang penelitian, maka tujuan yang penelitian adalah : 1. Menganalisis pengaruh aktivitas subsistem agribisnis terhadap penerapan agribisnis usaha ternak sapi potong. 2. a. Menganalisis produksi usaha ternak sapi potong dan faktor yang mempengaruhi nya b. Menganalisis pendapatan peternak sapi potong dan faktor yang mempengaruhinya c. Menganalisis konsumsi pangan rumahtangga peternak sapi potong dan faktor yang mempengaruhinya d. Menganalisis modal usaha sapi potong dan faktor yang mempengaruhinya. 3. Menganalisis usaha ternak sapi potong secara optimal berdasarkan sumberdaya yang tersedia pada peternak sapi potong. III. LANDASAN TEORI 3.1. Konsep Agribisnis Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri atas beberapa subsistem yang tergabung dalam rangkaian interaksi dan interdependensi secara regular, serta terorganisir sebagai suatu totalitas. Kegiatan agribisnis merupakan suatu sistem aktivitas yang dimulai dari hulu sampai hilir. Berdasarkan aktivitas tersebut, maka kondisi aktual penerapan agribisnis yang terdiri atas 4 (empat) subsistem yang merupakan obyek atau komponen dari sistem agribisnis, yaitu : 1) subsistem penyediaan sarana produksi, 2) 3
6 subsistem proses produksi (usahatani/ternak), 3) subsistem penanganan pasca panen dan 4) subsistem pemasaran. Keempat subsistem tersebut merupakan suatu runtut kegiatan yang berkesinambungan mulai dari hulu sampai hilir, sehingga dapat dikatakan keberhasilan dari sistem agribisnis sangat tergantung dari kemajuan yang dicapai dari setiap subsistem sebagai simpulnya Pendekatan Rumahtangga Tani Rumahtangga petani dapat dipandang sebagai suatu kesatuan aktivitas usaha yang terdiri atas aktivitas produksi, aktivitas konsumsi dan aktivitas jasa tenaga kerja. Semua aktivitas tersebut merupakan satu kesatuan sehingga rumahtangga petani tidak dapat dipandang sebagai konsumen murni karena ada sebagian hasil produksi yang dikonsumsi dan sebagian dijual sebagai bahan modal. Begitu pula dalam penggunaan tenaga kerja, petani-peternak, tenaga kerja dapat berasal dari dalam keluarga ataupun dari luar keluarga. Dengan demikian rumahtangga petani dapat dikatakan sebagai produsen dan konsumen (Sawit, 1994). Nakajima (1970) menyatakan bahwa rumahtangga petani berkaitan dengan beberapa aktivitas yakni : (a) rumahtangga petani memperoleh pendapatan dari penggunaan lahan, tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga untuk berproduksi pada usahataninya sendiri, disebut dengan istilah rumahtangga petani, (b) rumahtangga petani memperoleh pendapatan dari penggunaan tenaga kerja sendiri sebagai upah, disebut dengan rumahtangga tenaga kerja, (c) rumahtangga petani dan rumahtangga kerja mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan utilitas, (d) 4
7 rumahtangga petani memaksimumkan utilitas melalui pengalokasian waktu dengan bekerja dan menikmati waktu luang untuk mengkonsumsi hasil produksi usahatani sendiri serta barang-barang lain yang dibeli di pasar. Model rumahtangga petani oleh Nakajima yang dikembangkan oleh Sing et al. (1986) dianggap meningkatkan kesejahteraan melalui maksimisasi kepuasan yang diperoleh dari beragam komoditi. Pada kondisi ini waktu santai dianggap sebagai bentuk konsumsi. Oleh karena itu, rumahtangga tidak hanya mengkonsumsi komoditi fisik, tetapi juga waktu. Model rumahtangga pertanian menurut Sing et al. (1986) dinyatakan sebagai fungsi kepuasan dalam bentuk: U = U (X a, X m, X 1 ), untuk a, m, 1 = 1, n.. (1) Fungsi kepuasan memiliki sifat meningkat seiring dengan bertambahnya konsumsi atas komoditi, namun dengan tingkat perubahan yang menurun. Berdasarkan persamaan (1) diketahui bahwa kepuasan rumahtangga (U) diperoleh dari mengkonsumsi komoditi yang diproduksi sendiri (X a ), komoditi yang dibeli di pasar (X m ) dan waktu santai (X 1 ). Kendala yang dihadapi rumahtangga untuk memaksimalkan fungsi kepuasan yaitu pendapatan potensial, sumberdaya waktu dan fungsi produksi. Pendapatan potensial merupakan kendala yang bersifat endogen, secara matematis dinyatakan dalam persamaan: p m X m = Y* =p a (Q a -X a ) w(l-f) V(Z) + E (2) Persamaan (2) menjelaskan keseimbangan anggaran rumahtangga yaitu pengeluaran (p m X m ) sama dengan pendapatan potensial (Y*). Pm, pa dan W merupakan harga komoditi pasar, harga komoditi sendiri dan tingkat upah. Qa, L, F, V dan Z adalah 5
8 jumlah produksi rumahtangga, tenaga kerjam tenaga kerja keluarga, tenaga kerja luar keluarga, harga input produksi variabel non kerja dan input produksi variabel non kerja (input produksi lain). Pa dalam model Sing et al. (1986) sama dengan Px pada model Nakajima (1970) Produksi Kendala fungsi produksi merupakan kendala dalam model rumahtangga (Singh et al., 1986) dimana bentuk implisit fungsi produksi dinyatakan pada persamaan: G(Q a :L,Z). (.3) Rumahtangga dianggap menghasilkan satu komoditi (Q a ) atas penggunaan input (L) dan (Z) dalam proses produksi. Fungsi produksi model Cobb Douglas dapat digunakan sebagai alat analisis penelitian dengan pendekatan ekonometrika (Debertin, 1986; Nicholson, 1999). Secara matematis fungsi produksi model Cobb Douglas dapat diformulasikan sebagai berikut : Y = A (Xi) αi (Zj) βj... (4) m n Ln Y = Ln A + α 1 ln X 1 + β j Ln Z j. (5) i-1 j=1 Keterangan : Y = produk A = intercept X i = faktor produksi variabel Zj = faktor produksi tetap α, β = koefisien regresi α, β = koefisien regresi 6
9 3.4. Alokasi Waktu Singh et al. (1986) menyatakan bahwa sumberdaya waktu merupakan kendala dalam rumahtangga tani. Waktu yang dialokasikan untuk santai dan bekerja sama dengan total sumberdaya yang dimiliki rumahtangga (T= L + X 1 ). Sedangkan fungsi produksi dalam model rumahtangga tani tergantung pada penggunaan input L, yaitu tenaga kerja dalam keluarga (G(Q a ; L; Z)) Pendapatan Usahatani dan Fungsi Keuntungan Mubyarto (1989) menyatakan bahwa pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya usaha yang telah dikeluarkan. Penerimaan adalah seluruh nilai dari hasil produksi baik yang diterima, dikonsumsi sendiri, diberikan kepada orang lain sebagai upah maupun yang digunakan dalam proses selanjutnya. Menurut Soekartawi (2001) pendapatan kotor dihitung dalam bentuk nilai produksi baik yang dijual maupun tidak dijual yang merupakan penerimaan dari kegiatan usaha. Penerimaan usaha dihitung dari jumlah produksi dikalikan dengan harga per satuan produk. Nilai jual produksi yang diperhitungkan dengan harga yang diterima petani merupakan gambaran keuntungan nyata yang akan diterima petani (Sharma dan Sharma, 1981). Dengan demikian untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahaternak sapi potong dapat dianalisis dengan fungsi keuntungan Konsumsi Keputusan mengkonsumsi barang dan jasa juga termasuk dalam model rumahtangga tani menurut Singh et al. (1986). Setelah rumahtangga membentuk 7
10 pendapatan potensialnya, maka kesejahteraan akan dicapai melalui maksimisasi fungsi kepuasan. Apabila pa adalah harga output usahatani, pm adalah harga barang yang dijual di pasar, Y* adalah pendapatan potensial, maka maksimisasi fungsi kepuasan dengan syarat pendapatan potensial membentuk persamaan permintaan rumahtangga atas komoditi yang dikonsumsi, yakni : Xi(p a, p m, Y*), untuk i= a, m... (6) 3.7. Modal Modal usahatani dalam arti mikro adalah faktor produksi modal yang disediakan, diolah dan dikontrol di dalam suatu usahatani agribisnis maupun usahatani sederhana. Rumahtangga tani berbeda dengan perusahaan pada umumnya. Rumahtangga tani dipandang sebagai sebuah perusahaan komplek, yang terdiri atas berbagai aktivitas produksi, konsumsi dan suplai tenaga kerja. Semua aktivitas tersebut tidak dipisah satu sama lain, sehingga rumahtangga tidak dapat dipandang sebagai konsumen murni. Aktivitas produksi yang berupa hasil produksi tidak semua dikonsumsi melainkan ada yang dijual atau dijadikan sebagai bahan modal atau faktor produksi Hipotesis Penelitian 1) Penerapan agribisnis usaha ternak sapi potong dipengaruhi oleh subsistem sarana produksi ternak, subsistem proses produksi (usahatani/ternak), subsistem pasca panen dan penanganan produk ternak, subsistem pemasaran produk hasil ternak, dan lembaga pendukung agribisnis pada usaha ternak sapi potong. 8
11 2a) Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usaha ternak sapi potong adalah jumlah induk, curahan waktu kerja, service per conception, jumlah hijauan pakan, jumlah pakan tambahan, jumlah obat, pengalaman beternak, penerapan agribisnis dan bangsa ternak. 2b) Pendapatan peternak sapi potong dipengaruhi oleh harga induk, jumlah sapi potong, harga ternak sapi potong, harga hijauan pakan ternak, harga pakan tambahan, upah tenaga kerja, penerapan agribisnis dan bangsa ternak sapi potong. 2c) Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah jumlah anggota keluarga, harga beras, harga jagung, harga gula pasir, harga ikan, harga daging, harga susu, harga tembakau, harga minyak tanah, usia suami, usia istri dan pendapatan total rumahtangga petani-peternak sapi potong. 2d) Faktor-faktor yang mempengaruhi modal usaha sapi potong adalah jumlah induk sapi potong, produksi ternak, curahan waktu kerja, harga ternak sapi potong, konsumsi pangan, pendapatan total rumahtangga petani-peternak, harga pakan hijauan, harga pakan tambahan dan penerapan agribsinis dan bangsa ternak. 3) Usaha ternak sapi potong dikembangkan secara optimal berdasarkan sumberdaya yang tersedia pada peternak, yang meliputi penyediaan induk ternak, lahan dan tenaga kerja. IV. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Jawa Tengah pada bulan Maret sampai Juni Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survey. Purposive sampling 9
12 ditetapkan untuk penentuan lokasi penelitian yaitu berdasarkan potensi yang ditunjukkan dari jumlah ternak terbanyak dan nilai LQ (Location Quotient) yang lebih besar dari satu (LQ>1), maka ditentukan lima (5) kabupaten sebagai lokasi penelitian yang berpotensi untuk pengembangan Sapi Potong, yaitu Kabupaten Rembang, Blora, Grobogan, Boyolali dan Wonogiri. Metode penentuan responden didasarkan atas quota sampling dengan 20 responden setiap kabupaten. Metode analisis yang digunakan adalah metode desktiptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif, yang secara parsial dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi peternak sapi potong di daerah penelitian, meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, mata pencaharian dan kepemilikan ternak. 2) Hipotesisi 1 : Penerapan agribisnis usaha ternak sapi potong dianalisis dengan metode Path Analysis. 3) Hipotesis 2a digunakan uji t terhadap koefisien regresi dengan model fungsi produksi Cobb Douglass dengan metode 2 SLS. 4) Hipotesis 2b digunakan uji t terhadap koefisien regresi dengan model fungsi pendapatan dengan metode 2 SLS 5) Hipotesis 2c : digunakan uji t terhadap koefisien regresi dengan model fungsi konsumsi dengan metode 2 SLS 6) Hipotesis 2d : digunakan uji t terhadap koefisien regresi dengan model fungsi modal dengan metode 2 SLS. 10
13 7) Tujuan 3 Menganalisis usaha ternak sapi potong secara optimal berdasarkan sumberdaya yang tersedia pada peternak sapi potong dianalisis dengan Linear Programming. V. HASIL PENELITIAN 5.1. Penerapan Subsistem Agribisnis Penerapan agribisnis usaha ternak sapi potong dipengaruhi oleh subsistem sarana produksi ternak, subsistem proses produksi (usahatani/ternak), subsistem pasca panen, subsistem pemasaran produk hasil ternak, dan lembaga pendukung agribisnis pada usaha ternak sapi potong. Berdasarkan analisis deskriptif subsistem agribisnis usaha ternak sapi potong, maka diketahui bahwa ditinjau dari score pelaksanaan subsistem setiap agribisnis berkisar antara sedang dan baik. Selanjutnya dari nilai score tersebut dianalisis dengan indeks penerapan subsistem agribisnis. Hasil analisis Indeks Penerapan agribisnis sapi potong menunjukkan kisaran nilai 0,626-0,721 dan masuk pada kriteria cukup. Penerapan setiap subsistem agribisnis yang dilakukan peternak masih pada kriteria cukup memberikan makna bahwa sebenarnya peternak sudah mengaplikasikan berbagai kegiatan yang berkaitn dengan konsep agribsisnis. Namun penerapan yang dilakukan masih dalam kriteria sedang. Hal tersebut beralasan mengingat berbagai keterbatasan yang dihadapi peternak, seperti misalnya aksesibilitas, sarana pendukung dan juga sumberdaya. Lain halnya bila setiap subsisten telah diaplikasikan dengan baik dan tepat, 11
14 maka akan memberikan hasil yang efisien. Dengan demikian dapat mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong dari pendekatan agribisnis ini. Analisis aktivitas menggambarkan hubungan antara variabel subsistem agribisnis terhadap penerapan agribisnis. Hasil penerapan agribisnis sapi potong diwujudkan dalam populasi sapi potong dan pendapatan peternak. Hasil uji konstruk sebuah model yang dianalisis dengan Path Analyisis ditunjukkan dari nilai uji Chi-Square=30,893; RMSEA=0,018; Probabilitas=0,370 dan TL1=0,993. Syarat sebuah konstruk agar mewakili model adalah konstruk yang memiliki nilai Chi-Square rendah, memiliki probabilitas lebih dari 0.05; nilai TL1 mendekati 1 dan nilai RMSEA lebih rendah dari dari persayaratan tersebut maka model Path analysis yang dibangun merupakan model yang layak untuk menganalisis penerapan subsistem agribisnis. Gambar 1. Hasil Analisis Path Aktivitas Subsistem Agribisnis Sapi Potong 12
15 Berdasarkan Gambar 1. (Hasil Analisis Path) Aktivitas Subsistem Agribisnis Sapi Potong) diketahui bahwa terdapat beberapa variabel subsistem agribisnis berpengaruh terhadap variabel subsistem agribisnis yang lain dan variabel subsistem agribisnis berpengaruh terhadap penerapan agribisnis. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa terdapat beberapa variabel yang berpengaruh significant terhadap variabel lain, yakni : Subsistem ketersediaan sarana produksi (X 1 ) berpengaruh terhadap induk sapi potong (X 11 ); Subsistem ketersediaan sarana produksi (X 1 ) berpengaruh terhadap subsistem proses produksi (on-farm agribisnis) (X 2 ); Subsistem proses produksi (X 2 ) berpengaruh terhadap teknologi dalam proses produksi (X 22 ); Subsistem proses produksi (X 2 ) berpengaruh terhadap subsistem pasca panen (X 3 ); Subsistem pasca panen (X 3 ) berpengaruh terhadap modal usaha (X 31 ); Subistem pasca panen (X 3 ) berpengaruh terhadap penerapan agribisnis (Y) yang pada akhirnya dapat mempengaruhi peningkatan populasi dan pendapatan peternak; Subsistem pasca panen (X 3 ) berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan peternak (Y 11 ); Subsistem pemasaran (X 4 ) berpengaruh terhadap ketersediaan sarana produksi (X 1 ); Subsistem pemasaran (X 4 ) berpengaruh terhadap penjualan produk agribisnis (X 42 ); Subsistem Lembaga Penunjang Agribisnis (X 5 ) berpengaruh terhadap subsistem pemasaran (X 4 ); Subsistem Lembaga Penunjang Agribisnis (X 5 ) berpengaruh terhadap ketersediaan sarana produksi ternak (X 1 ); Subsistem Lembaga Penunjang Agribisnis (X 5 ) berpengaruh terhadap pasca panen (X 3 ). 13
16 Dari hasil analisis distribusi frekuensi penerapan subsistem agribisnis, indeks penerapan agribisnis dan analisis Path maka secara simultan Penerapan agribisnis usaha ternak sapi potong dipengaruhi oleh subsistem sarana produksi ternak, subsistem proses produksi (usahatani/ternak), subsistem pasca panen dan pengolahan produk ternak, subsistem pemasaran produk hasil ternak, dan lembaga pendukung agribisnis pada usaha ternak sapi potong. Sedangkan dari aktivitas subsistem, maka subsistem pasca panen berpengaruh secara tidak langsung terhadap penerapan agribisnis dan peningkatan populasi ternak Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Sapi Potong Hasil analisis menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel independent mempengaruhi variabel produksi dengan nilai Prob. F. hitung 0,0000, R 2 0, dan adj R 2 0, Sedangkan dari analisis parsial diketahui bahwa faktor yang dapat meningkatkan produksi sapi potong adalah : jumlah induk; curahan waktu kerja; service per conception; jumlah pakan hijauan; jumlah pakan tambahan; pengalaman beternak dan penerapan agribisnis. Peternak mengelola usaha ternaknya dengan skala rata-rata 4,94 ekor atau 4,07 Unit Ternak (AU) dapat memberikan hasil sebesar Rp ,713,- per tahun Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Sapi Potong Berdasarkan analisis diketahui bahwa secara bersama-sama variabel independent mempengaruhi variabel pendapatan dengan Prob. F-hitung , R 2 0, dan adj R 2 0, Sedangkan secara parsial variabel yang dapat meningkatkan pendapatan 14
17 adalah harga induk, jumlah sapi potong, harga pakan hijauan, upah tenaga kerja dan bangsa ternak 5.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Rumah Tangga Peternak Hasil analisis menunjukkan bahwa secara bersama-sama semua variabel independen berpengaruh terhadap konsumsi rumah tangga peternak dengan Prob. F-hitung 0,0000, R 2 0, dan adj R 2 0, Sedangkan secara parsial variabel yang dapat meningkatkan konsumsi pangan meliputi jumlah anggota keluarga, harga beras, harga ikan, harga daging, harga minyak, usia suami, usia istri dan pendapatan rumahtangga petani-peternak Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Hasil analisis regresi mengacu dari kriteria statistik dilihat dari nilai koefisien determinasi (R 2 ) dan uji t-statistik. Persamaan modal memiliki nilai R 2 = dan adjusted R 2 = yang lebih besar dari 0,5 dan Prob. F-hitung 0,0000. Hal ini menunjukkan bahwa variabel penjelas mampu menjelaskan variabel endogen. Sedangkan secara parsial variabel yang dapat meningkatkan modal adalah jumlah induk, jumlah produksi ternak, curahan waktu kerja, pendapatan rumahtangga, konsumsi pangan dan penerapan agribisnis. 15
18 Simulasi Pengaruh Perubahan Harga Input dan Output terhadap Produksi, Pendapatan, Konsumsi dan Modal Usaha Ternak Sapi Potong Hasil simulasi menunjukkan bahwa : 1) perubahan kenaikan harga input sebesar 10% ternyata tidak menyebabkan perubahan pendapatan usaha ternak sapi potong. Hal ini dapat terjadi karena perubahan kenaikan harga input masih lebih rendah dibandingkan dengan perubahan kenaikan harga output, sehingga tidak menyebabkan perubahan pendapatan. 2) perubahan kenaikan harga barang konsumsi menyebabkan penurunan konsumsi pangan sebesar 44,7%. Hal ini dapat dimengerti karena dengan semakin mahalnya harga konsumsi pangan maka kemampuan keluarga peternak terhadap konsumsi juga akan menurun. Disamping itu, perubahan kenaikan harga input menyebabkan adanya peningkatan modal usaha ternak sapi potong. Hal ini dapat terjadi karena dengan bertambahnya harga input maka kebutuhan modal untuk membeli input akan semakin meningkat. 3) Hasil simulasi kenaikan harga output terhadap pendapatan dan modal menyebabkan kenaikan masing-masing 61,797% dan 2,019%. Hal ini terjadi karena adanya kenaikan harga output berarti penerimaan hasil usaha semakin meningkat sehingga pendapatan akan bertambah, sedangkan kenaikan harga input tidak menenyebabkan perubahan pendapatan. Disamping itu, adanya kenaikan harga output maka modal juga akan bertambah, hal ini dapat terjadi karena kenaikan pendapatan dapat menyebabkan penyisihan modal juga akan bertambah Optimasi Hasil analisis optimasi menunjukkan bahwa sumberdaya induk sapi potong, lahan, tenaga kerja menunjukkan hasil solusi optimal dengan ketersediaan masing- 16
19 masing sebesar 1,445 sapi lokal, 0,295 sapi non lokal, 89,415 HOK dan pendapatan yang diperoleh sebesar Rp ,-. Sumberdaya yang tersedia tersebut habis terpakai untuk usaha tani dan usaha ternak. Simulasi terhadap Kondisi Optimal Model analisis optimasi alokasi sumberdaya rumahtangga petani-peternak menunjukkan hasil yang valid dan tercapai kondisi optimal. Oleh karena itu, untuk mengetahui adanya perubahan baik pada fungsi tujuan maupun kendala maka dilakukan simulasi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar terjadi perubahan pada pola usahatani-ternak dan pendapatan rumahtangga petani-peternak agar tetap pada kondisi optimal, apabila terjadi perubahan kendala sumberdaya ternak, harga input dan harga output. Simulasi 1 dilakukan terhadap kenaikan harga input 10%, penurunan harga output 15% dan peningkatan jumlah induk 2 UT ternak lokal dan 1 UT ternak non lokal.. Tabel 1. Hasil Simulasi Perubahan Kendala Sumberdaya Ternak pada Rumahtangga Petani-Peternak di daerah Penelitian Sumberdaya Kondisi Optimal Hasil Simulasi 1 Persentase Perubahan (%) Sapi Lokal ,75 Sapi non lokal 0, ,50 Lahan usaha 0,48 0,48 Tetap Tenaga kerja 89,415 89,415 Tetap Pendapatan , ,00 9,36 Sumber : Analisis Data Primer. 17
20 Hasil simulasi menunjukkan bahwa adanya penambahan jumlah induk hasil solusi optimal berubah dari 1,445 menjadi 2 untuk sapi local dan 0,295 UT menjadi 1 UT sapi non lokal. Kenaikan harga input dan penurunan harga output yang dimbangi dengan kenaikan jumlah induk memberikan hasil solusi optimal pendapatan yang berubah, yakni ada peningkatan pendapatan. Simulasi 1 menunjukkan kemampuan peternak untuk mengelola usahanya jika terjadi kenaikan skala usaha induk, harga input dan penurunan harga output. Oleh karena itu, simulasi dilanjutkan dengan simulasi 2 yaitu kenaikan skala usaha induk lokal dari 1,445 ekor menjadi 3 ekor dan induk non lokal dari 0,295 ekor menjadi 2 ekor, harga input naik 10% dan harga jual ternak turun menjadi 15%. Hasil simulasi 2 secara rinci disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Simulasi 2 Perubahan Kendala Sumberdaya Ternak pada Rumahtangga Petani-Peternak di daerah Penelitian Sumberdaya Kondisi Optimal Hasil Simulasi2 Persentase Perubahan (%) Sapi Lokal 1, ,83 Sapi non lokal 0, ,25 Lahan usaha 0,48 0,48 Tetap Tenaga kerja 89,415 89,415 Tetap Pendapatan , ,00 34,48 Sumber : Analisis Data Primer. Simulasi 2 memberikan kenaikan pendapatan sebesar 34,48% dari Rp ,- menjadi Rp ,- dengan adanya kenaikan skala induk menjadi 3 ekor dan 2 ekor dan kenaikan harga input 10% dan harga jual output turun 15%, dengan 18
21 sumberdaya lahan dan tenaga kerja tidak berubah. Hasil simulasi 2 menunjukkan bahwa peternak masih mempunyai kemampuan mengembangkan usaha ternak dengan menambah induk lokal menjadi 3 ekor dan non lokal menjadi 2 ekor. Sedangkan sumberdaya lahan dan tenaga kerja tetap. VI. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian Analisis Usaha Ternak Sapi Potong dan Optimalisasi Usaha dalam Rangka Pengembangan Peternakan Berbasis Sistem Agribisnis dapat disimpulkan bahwa : 1) Penerapan subsistem agribisnis berada pada kriteria sedang dan baik, sedangkan hasil analisis Indeks Penerapan agribisnis sapi potong berada pada kriteria cukup. Hasil estimasi variabel endogen dan variabel eksogen menunjukkan bahwa kegiatan subsistem agribisnis pengaruhnya rendah terhadap tingkat penerapan agribisnis. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa : Subsistem ketersediaan sarana produksi (X 1 ) berpengaruh terhadap induk sapi potong (X 11 ); Subsistem ketersediaan sarana produksi (X 1 ) berpengaruh terhadap subsistem proses produksi (on-farm agribisnis) (X 2 ); Subsistem proses produksi (X 2 ) berpengaruh terhadap teknologi dalam proses produksi (X 22 ); Subsistem proses produksi (X 2 ) berpengaruh terhadap subsistem pasca panen (X 3 ); Subsistem pasca panen (X 3 ) berpengaruh terhadap modal usaha (X 31 ); Subistem pasca panen (X 3 ) berpengaruh terhadap penerapan agribisnis (Y) yang pada akhirnya dapat mempengaruhi peningkatan populasi dan pendapatan 19
22 peternak; Subsistem pasca panen (X 3 ) berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan peternak (Y 11 ); Subsistem pemasaran (X 4 ) berpengaruh terhadap ketersediaan sarana produksi (X 1 ); Subsistem pemasaran (X 4 ) berpengaruh terhadap penjualan produk agribisnis (X 42 ); Subsistem Lembaga Penunjang Agribisnis (X 5 ) berpengaruh terhadap subsistem pemasaran (X 4 ); Subsistem Lembaga Penunjang Agribisnis (X 5 ) berpengaruh terhadap ketersediaan sarana produksi ternak (X 1 ); Subsistem Lembaga Penunjang Agribisnis (X 5 ) berpengaruh terhadap pasca panen (X 3 ). 2.a. Usahaternak sapi potong dapat memberikan hasil yang menguntungkan. 2.b. Produksi ternak dipengaruhi oleh jumlah induk; curahan waktu kerja; service per conception; jumlah pakan hijauan; jumlah pakan tambahan; pengalaman beternak dan penerapan agribisnis. 2.c. Pendapatan usaha ternak sapi potong dipengaruhi oleh harga induk, jumlah sapi potong, harga pakan hijauan, upah tenaga kerja dan bangsa ternak. 2.d. Konsumsi pangan dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga, harga beras, harga ikan, harga daging, harga minyak, usia suami, usia istri dan pendapatan rumahtangga petani-peternak. 2.e. Modal usaha ternak sapi potong dipengaruhi oleh jumlah induk sapi potong, produksi ternak, curahan waktu kerja, pendapatan total rumahtangga, konsumsi pangan dan penerapan agribisnis. 20
23 2.f. Hasil simulasi menunjukkan bahwa kenaikan dari a) 10% harga input tidak meningkatkan atau menurunkan pendapatan usaha sapi potong, b) 15% harga bahan konsumsi pangan mengakibatkan penurunan 44.7% konsumsi pangan dan c) 10% harga sapi potong meningkatkan 61.79% pendapatan dan 2.019% modal. 3a. Kondisi optimal usaha ternak sapi potong dicapai pada kombinasi sapi lokal sebanyak 1,445 ekor dan sapi unggul 0,295 ekor. Sedangkan luas lahan optimal usahatani tanaman pangan adalah 0,48 ha dan tenaga kerja 89,415 3b. Peternak telah mengalokasikan sumberdaya lahan, ternak dan tenaga kerja secara optimal. 3c. Hasil simulasi perubahan kendala sumberdaya ternak, harga input dan penurunan harga output adalah meningkatkan jumlah skala usaha dan meningkatkan pendapatan IMPLIKASI KEBIJAKAN 1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan agribisnis masih dilakukan pada kriteria cukup sampai sedang, sedangkan indeks penerapan agribisnis pada kategori cukup. Oleh karena itu untuk dapat meningkatkan penerapan agribisnis, perlu upaya baik dari pemerintah ataupun lembaga lain dalam pemberdayaan peternak. Hal yang dapat dilakukan antara lain : a. Pelatihan dan pendampingan aspek teknologi pakan ternak. b. Peningkatan peran Lembaga Pendukung Agribisnis baik Lembaga Keuangan, Kelompok tani-ternak, Pasar Ternak, Koperasi, Lembaga Penelitian dan Pos Keswan yang mudah diakses peternak guna mendekatkan diri pada peternak mengingat Lembaga Pendukung ini berpengaruh terhadap pemasaran, 21
24 ketersediaan sarana produksi dan pasca panen. Disamping itu, lembaga yang sangat penting adalah lembaga sarana produksi baik pakan ternak maupun lembaga perbibitan sapi potong. c. Aksesibilitas peternak pada Lembaga Pendukung agribisnis berkaitan dengan pemasaran d. Peningkatan ketrampilan inseminator agar calving interval lebih singkat. e. Penerapan agribisnis peternak perlu ditingkatkan untuk memperbaiki penampilan agribisnis peternakan. Pengembangan teknologi yang berkaitan dengan teknologi produksi adalah langkah perbaikan untuk kualitas bibit ternak, penggunaan input faktor, pakan tambahan, peralatan, dukungan ketrampilan bagi peternak untuk dapat mengelola agribisnis peternakan dan memperbaiki penerapan subsistem agribisnis. 2a. Pendapatan peternak sapi potong yang diperoleh sebesar Rp ,713,- per tahun, atau dalam satu bulan dapat memperoleh pendapatan Rp ,5,-. Jika dilihat dari nilai yang diperoleh pendapatan ini sangat kecil namun bila disimak dari usaha yang dilakukan, usaha sapi potong dapat memberikan manfaat yang berarti bagi peternak rakyat, karena bila peternak membutuhkan uang yang mendadak maka peternak akan menjual ternak untuk menutup kebutuhan yang diperlukan. Mengacu dari kondisi ini dapat disampaikan bahwa usaha ternak rakyat sapi potong perlu dikelola dengan lebih baik melalui peningkatan ketrampilan dan penerapan agribisnis hulu. Jika hal tersebut dikelola secara baik dengan berorientasi usaha atau agribisnis maka sangat dimungkinkan dapat memberikan peluang pengembangan 22
25 bagi subsektor peternakan dan juga dapat merupakan kesempatan kerja bagi masyarakat pedesaan. 2b. Faktor yang berpengaruh terhadap produksi adalah jumlah induk; curahan waktu kerja; service per conception; jumlah pakan hijauan; jumlah pakan tambahan; pengalaman beternak dan penerapan agribisnis. Berkaitan dengan hal itu, maka upaya untuk mengadakan induk ternak agar produksi ternak sapi potong tetap terjaga baik melalui program pemerintah maupun kemampuan peternak melalui alokasi modal sapi potong perlu dipertahankan. Disamping itu, kebijakan melarang penyembelihan ternak betina produktif merupakan upaya untuk menjaga kestabilan populasi dan juga menjaga keberlanjutan usahaternak sapi potong. Hal ini berkaitan dengan koefisien dari induk ternak yang nilainya paling besar diantara variabel-variabel yang mempengaruhi produksi sapi potong. Peningkatan populasi ternak selain bersumber dari induk ternak juga dari berapa kali ternak berhasil bunting atau service per conception. Penurunan angka S/C merupakan suatu langkah agar jarak ternak beranak menjadi lebih singkat sehingga keberlanjutan populasi ternak dapat terjaga. Oleh karena perlu adanya peningkatan ketrampilan bagi tenaga kesehatan ternak yang berkaitan dengan reproduksi ternak dan juga menjaga kualitas semen untuk inseminasi buatan. 2c. Pendapatan peternak dipengaruhi oleh harga induk, jumlah sapi potong, harga pakan hijauan, upah tenaga kerja dan bangsa ternak berpengaruh terhadap pendapatan usaha sapi potong. Oleh karena itu, perlu adanya fasilitasi pengadaan pakan ternak 23
26 melalui koperasi ternak sehingga akses peternak lebih mudah dan diharapkan harga juga lebih terjangkau sehingga kebutuhan pakan ternak lain dapat dibeli peternak. 2d. Variabel yang meningkatkan terhadap konsumsi pangan meliputi jumlah anggota keluarga, harga beras, harga ikan, harga daging, harga minyak, usia suami, usia istri dan pendapatan keluarga. Oleh karena itu, kebijakan stabilitas harga barang konsumsi perlu dilakukan agar supaya rumahtangga petani-peternak tetap bertahan dengan pengeluaran untuk konsumsi mengingat fluktuasi harga konsumsi sering berfluktuasi kearah yang lebih tinggi. Disamping itu, deversifikasi konsumsi juga perlu dilakukan mengingat terdapat komoditas pangan lain selain beras dan juga pemanfaatan energy alternative untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga perlu diperhatikan, seperti pemanfaatan gas bio. 2.e. Variabel yang dapat meningkatkan penggunaan modal usaha ternak sapi potong adalah jumlah induk sapi potong, produksi ternak, curahan waktu kerja, pendapatan rumahtangga, konsumsi pangan dan penerapan agribisnis. Oleh karena itu, aksesibilitas peternak terhadap permodalan perlu dilakukan. Disamping itu, terlihat pula bahwa penerapan agribisnis dapat meningkatkan permodalan, dimana dalam penerapan agribisnis terdapat subsitem lembaga penunjang agribisnis yang antara lain adalah lembaga keuangan. Berdasarkan hal inilah akses permodalan peternak dapat ditingkatkan. 3. Kondisi optimal usaha ternak sapi potong induk anak tercapai pada induk lokal 1,445 UT dan induk non lokal 0,295. Mengacu dari kondisi tersebut, maka upaya pengembangan usaha ternak sapi potong khususnya pengadaan induk menjadi 24
27 sangat penting. Program pemerintah yang telah dijalankan melalui pemberian insentif kepada peternak untuk ternak betina produktif perlu dipertahankan, selain itu, kredit usaha ternak juga perlu diteruskan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mempertahankan ternak betina dan meningkatkan populasi sapi potong. Kondisi ini sesuai dengan hasil analisis produksi ternak, dimana koefisien induk adalah paling tinggi sehingga pengembangan sapi potong masih dapat dilakukan dengan pengadaan induk sapi. 4. Sumberdaya lahan, induk ternak sapi dan tenaga kerja menjadi faktor pembatas atau kendala utama dalam memperoleh pendapatan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pendapatan rumahtangga tani maka perlu memperhatikan dan mengutamakan pada peningkatan pemanfaatan lahan dan peningkatan jumlah induk ternak sapi. Berkaitan dengan pengembangan pertanian tanaman pangan maka salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah peningkatan produktivitas. Oleh karena itu, upaya pengenalan teknologi untuk meningkatkan produktivitas merupakan solusi yang dapat dilakukan. 5. Peningkatan jumlah induk sapi potong dapat meningkatkan pendapatan rumahtangga petani-peternak. Oleh karena itu, rumahtangga petani-peternak dapat mengembangkan usaha ternak dengan menambah jumlah ternak, khususnya induk sapi. 25
28 SUMMARY BEEF CATTLE FARM ANALYSIS AND ITS OPTIMALIZATION OF THE LIVESTOCK BASED ON THE AGRIBUSINESS SYSTEM IN CENTRAL JAVA I. INTRODUCTION Beef cattle farm is an activity which was done by community in Central Java. Regulation on beef cattle development basically has a synergic correlation with agriculture, especially food crops. This is because agricultural waste which substantially becomes forages for livestock. One of regulations for dry farming development is integrated farming system, considering that this mechanism can yields benefits such as land conservation and raise land productivity beside economic value. It has close relationship with animal husbandry development which is purposed to bring into reality a developed, efficient, and solid livestock, thus the products resulted can meet the demand of regional, national, even global markets. By the development on animal husbandry subsector, it will motivate and reflect the development potential of livestock commodity and create capital investment. One example taken is by making it closer between the commodity aspect and agribusiness system. Agribusiness Development Program (PPA) is directed to develop commodity which has commercial value carried by public. In general definition, agricultural development with agribusiness system is a public work with considering four elements of agribusiness system (production facility, cultivation, processing, and marketing subsystems). It means that agricultural 26
29 development must be market-oriented and not just produced anymore. Thus, it can be concluded that within the development of public animal-husbandry with agribusiness system, there is no other challenge except if one of these subsystems of agribusiness was not existed in this economic (Sudaryanto, 1993 and Baharsyah 1997). In the last two decades, the demand of animal-husbandry products especially beef has grown significantly. This phenomenon almost happened in every developing country due to several factors, such as economic growth, population growth, improved education and nutritional awareness, urbanization, and globalization that influence behavior and consumption pattern (Diwyanto and Priyanti, 2006). On average, the growth rate of beef consumption over period is 5.43% compared to the rate of beef cattle production of 3.69%, which means that there will be a lack of production predicted due to excessive consumption (Priyanto, 2005). Concerned with the discrepancy of production, consumption, and population, the development of beef cattle farming in local areas must be paid more attention. Livestock development in an area reflects the potential resource of the area, such as nutrition availability, farmers, and other supported system. Several local resources existing can be utilized as indicator of beef cattle development; 4. Biomass availability from agricultural waste and plantation 5. The availability of forage for livestock 6. The availability of genetic resource for local livestock which has been adapted to tropical environment (Dwiyanto et al., 2005). 27
30 II. OBJECTIVES OF RESEARCH According to the background of research, this research has several objectives as follow: 1. Analyze the correlation of agribusiness subsystems activity towards agribusiness implementation on beef cattle farming. 2 a) Analyze beef cattle production and its influencing factors. b) Analyze farmer s income and its influencing factors. c) Analyze food consumption of farm s household and its influencing factors. d) Analyze the capital of beef cattle farming and its influencing factors. 3. Analyze the development of beef cattle farming optimally based on the existing resources available to the farmer. III. THEORETICAL FRAMEWORK 3.1. Agribusiness Concept Agribusiness is a system consisted of several subsystems which is integrated regularly into a series of interaction and interdependence and organized as a totality. Agribusiness activity is an activity system that started from the upper to the lower end process. Based on this activity, then the actual condition for agribusiness implementation which is consisted of 4 (four) subsystems as the object or component from an agribusiness system are: 1) supply of production facility (down stream agribusiness), 2) production process (on-farm agribusiness), 3) post-harvest management, and 4) marketing (upstream agribusiness). These four subsystems is a 28
31 series started from down-stream to the up-stream agribusiness. Thus, it can be concluded that the success of an agribusiness system is very depend on the development achieved by every subsystem Household-Farm Approach Household-farm can be interpreted as a business unit consisted of activities such as production, consumption, and labor use. All of these activities are in one unity, therefore household-farm cannot be considered as a real consumer because part of its product are consumed and sold to earn capital. So with the labor use, farmer farming, labor can come from family or non-family. Thus, household-farm can be defined as producer and consumer (Sawit, 1994). Nakajima (1970) stated that household-farm is correlated to several activities such as: (a) household-farm that earn income from land use, labor use from family or non-family to operate their own farm, it is called with household-farm, (b) householdfarm that earn income from their own labor use as wage, it is called with householdlabor, (c) household-farm and household-labor has a same purpose to maximize utility, (d) household-farm maximize utility by allocating time for working and enjoy their spare time to consume their self-produced crop and other commodities bought from the market. Models of farm household stated by Nakajima which developed by Singh et al. (1986) considered to improve their welfare through the maximization of satisfaction they derive from the consumption of various commodities. Singh et al. (1986) expressed satisfaction as function of the form: 29
32 U = U (X a, X m, X 1 ), for a, m, 1 = 1, n.. (1) Satisfaction function tends to increase consumption of these commodities with the decreasing rate of change. Based on equation (1), it is known that satisfaction of households (U) can be obtained from the consumption of domestically produced commodities (X a ), commodities purchased from the market (X m ) and leisure (X 1 ). Constraints faced by household for the purpose of maximizing satisfaction function are the income potential, resources time and production function. Income potential is the endogenous constraint, as expressed mathematically in the following equation: p m X m = Y* =p a (Q a -X a ) w(l-f) V(Z) + E (2) Equation (2) describes the balancing of the household budget expenditures p m X m that equal to the potential income (Y*). Pm, Pa and W are the price of commodity market, commodity price and wage rate respectively. While, Qa, L, M, V and Z are the number of household production, family labor outside the family, the price of non labor variable inputs and variable non labor inputs respectively (referred to other production inputs). Pa in the model of Singh et al. (1986) is same with the Px on Nakajima model (1970) Production Production is an activity or process to change input of production factor into an output (Debertin, 1986). Whereas, production function is a function that showing output with production factors (input) (Mubyarto, 1989; Nicholson, 1999; Salvatore, 2001; Pindyck and Rubenfield, 2005). 30
33 Constraints of the production function is the third constraint in the model household by Singht et al. (1986), where the implicit form of production function is expressed in equation : (G(A: L, Z)) (3) Implicit production function has the same meaning as the economic theory of production normally. Household considered to produce a single commodity (Q a ), which relies on the use of two types of labor input in the family (L) and other inputs (Z) used in the production process. Cobb Douglas production function is one that is often used in agricultural production function analysis that systematically can be formed: Y = A (Xi) αi (Zj) βj... (4) m n Ln Y = Ln A + α 1 ln X 1 + β j Ln Z j. (5) i-1 j=1 Description: Y = output A = intercept Xi = variables factors of production Zj = fixed factors of production α, β = coefficient of regression The production function is commonly used in estimating the factors of production which will be analyzed. The specialty of this model is estimated coefficients of variables that directly represents the value of production elasticity of production factors. 31
34 3.4. Time Allocation Singh et al. (1986) stated that the resources of time is one of the constraints in the model of farm household, in which leisure and work are the same as the total of resources time owned by the household (T= L + X 1 ). Furthermore, the production function constraint in farm household model depending on the use of input L is family labor (G(Q a : L, Z)) Farm Income and Profit Functions Mubyarto (1989) stated that income is the difference between revenue and operational cost. Revenue is all values from production output, whether it is received, self-consumed, paid to other people as wage, or utilize in the next process. According to Soekartawi (2001) gross income is estimated in the form of production value either it is sold or not, that is revenue from business activity. Business revenue is estimated from total production multiplied by the unit price of product. Selling price of production which is estimated with the price received by farmer is an illustration of the real profit received by farmer (Sharma and Sharma, 1981). Thus, factors that influence the income from beef cattle farming can be analyzed using profit function. According to Nurmanaf (1988), total family income can be derived from one or more diverse sources of income. Source of income comes from agriculture and outside agriculture. 32
35 3.6. Consumption and Capital Singh et al. (1986) stated that the decision to consume goods and service are also included in the model farm household. After forming household potential income, then welfare can be achieved through maximization of utility function. Maximization of utility functions provided potential form household demand equation for commodity consumption is presented as fallows : Xi(p a, p m, Y*), untuk i= a, m... (6) 3.7. Farm Capital Farming capital in micro definition is capital for production factor that served, managed, and controlled both in an agribusiness and simple farming. Farm household is different with the enterprise commonly. The farm household can be seen as a complex enterprise, which is consisting of production activity, consumption and labor supply. All these activities cannot be separated, so the household cannot be seen as a real consumption. The some of production result is consumed while another can be used for capital or production factors Hypotheses 1) Agribusiness implementation on beef cattle farming is influenced by subsystems of production facility, production process (on-farm), post-harvest, marketing, and supporting agribusiness institutions for beef cattle farming. 2a) Factors that influence beef cattle production are number of breed, outflow of working time, service per conception, amount of forages, amount of feed 33
36 supplement, years of breed, agribusiness implementation and dummy variable (race of beef cattle). 2b) Farmer s income was influenced by price of breed, numbers of beef cattle, price of beef cattle, price of forages, price of feed supplement, labor cost, agribusiness implementation and dummy variable (race of beef cattle). 2c) Factors that influence food consumption are total of family members, price of rice, price of corn, price of sugar, price of fish, price of meat, price of milk, price of tobacco, price of oil, husband age, wife age and total income of farm household. 2d) Factors that influence capital for beef cattle farm are number of breed, production, outflow of working time, beef cattle price, food consumption, price of forages, price of feed supplement, total income of farm household, agribusiness implementation and race of beef cattle. 3) Beef cattle farming has been optimally developed based on resources available to the farmer, namely breed cattle, land and labor. IV. RESEARCH METHOD The research was taken in Central Java Province since March to June, This research was taken using survey method. Purposive sampling was selected to locate research location which is based on the potential showed by the largest number of cattle and LQ (Location Quotient) value (LQ>1). So, there were 5 (five) locations selected for research location that have potential for beef cattle farming, i.e. Rembang, Blora, 34
37 Grobogan, Boyolali and Wonogiri regencies. Method for determining respondent was quota sampling with 20 respondents for each regency. Based on the research objectives, analysis method selected for this research is descriptive qualitative and descriptive quantitative methods, which partially can be described as follows: 1) Descriptive analysis is selected to describe the condition of beef cattle farmer in the research location, including age, level of education, livestock experience, livelihood and livestock ownership. 2) Hypothesis 1 : it is analyzed using Path Analysis method. 3) Hypothesis 2a: it is analyzed using t test of regression coefficient model with Cobb Douglass production function with type 2 SLS method. 4) Hypothesis 2b: it is analyzed using t test of regression coefficient model with income function with type 2 SLS method. 5) Hypothesis 2c: it is analyzed using t test of regression coefficient model with consumption function of food with type 2 SLS method. 6) Hypothesis 2d: it is analyzed using t test of regression coefficient model with capital function of food with type 2 SLS method. 7) To answer objective 3: Analyze development of beef cattle farm optimally based on the existing resources available to the farmer is analyzed by Linear Programming. 35
38 V. RESULTS 5.1. Implementation of Agribusiness Subsystems Agribusiness implementation on beef cattle husbandry was influenced by subsystems of production facility, production process (farming / animal husbandry), post-harvest, marketing, and supporting agribusiness institutions for beef cattle farming. Based on descriptive analysis on agribusiness subsystems of beef cattle farming, it was suggested from its score that subsystem implementation of each agribusiness is ranged from moderate and good. Moreover, this score then analyzed using index of agribusiness subsystem implementation. The analysis result on agribusiness implementation index of beef cattle farming showed value of 0,626-0,721 and it is categorized into adequate. Every agribusiness subsystem implemented by the farmer which was still in adequate criteria means that actually farmer had applied various activities that correlated to agribusiness concept. However, its implementation was not completely perfect yet. It was well founded considering that there were many challenges faced by the farmer such as accessibility, facility, and resource. The condition was different if every subsystem had been applied perfectly and correctly, where this was brings an efficient result. Therefore, it can influence the income of beef cattle farmer (according to this agribusiness method). Activity analysis illustrated the correlation between variables of agribusiness subsystem towards agribusiness implementation. The result of beef cattle agribusiness implemented was realized into beef cattle population and farmer s income. 36
39 The result of construct test towards model analyzed using Path Analysis was showed from Chi-Square tests = 30,893; RMSEA = 0,018; Probability = 0,370 and TL1 = 0,993. In order to represent the model, a construct must have several conditions as follows; it must have low Chi-Square value, have probability of more than 0.05; its TL1 value must be close to 1 and its RMSEA value must be lower than From these conditions, then the model of Path Analysis constructed was a proper model for analyzing the implementation of agribusiness subsystems. Picture 1 : Result of Path Analysis Based on Picture 1 (Result of Path Analysis towards Activity of Beef Cattle Agribusiness Subsystem), it was suggested that there are several variables of agribusiness subsystem which correlates to agribusiness subsystem variable and agribusiness subsystem variable is correlated to agribusiness implementation. 37
ABSTRAK. Kata Kunci : Ekonomi Makro, Return IHSG, Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar
ABSTRAK Pasar modal memiliki tujuan sebagai penunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas ekonomi nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
Lebih terperinciPengembangan pertanian organik (kasus penerapan pupuk organik pada padi sawah di kecamatan arga makmur; Kabupaten Bengkulu Utara, Propinsi Bengkulu)
Universitas Indonesia Library >> UI - Tesis (Membership) Pengembangan pertanian organik (kasus penerapan pupuk organik pada padi sawah di kecamatan arga makmur; Kabupaten Bengkulu Utara, Propinsi Bengkulu)
Lebih terperinciSTRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN GROBOGAN SEBAGAI SENTRA PRODUKSI SAPI POTONG SKRIPSI DREVIAN MEITA HARDYASTUTI
STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN GROBOGAN SEBAGAI SENTRA PRODUKSI SAPI POTONG SKRIPSI DREVIAN MEITA HARDYASTUTI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciESKALASI HARGA KONTRAK KONSTRUKSI MENGGUNAKAN LEADING ECONOMIC INDICATORS STUDI KASUS PROYEK JALAN LAYANG DAN JEMBATAN PASTEUR-CIKAPAYANG-SURAPATI
ESKALASI HARGA KONTRAK KONSTRUKSI MENGGUNAKAN LEADING ECONOMIC INDICATORS STUDI KASUS PROYEK JALAN LAYANG DAN JEMBATAN PASTEUR-CIKAPAYANG-SURAPATI TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN
Lebih terperinciAnalisis Pemasaran Karet Rakyat di Kabupaten Sijunjung. Oleh : Lismarwati. (Di bawah bimbingan Yonariza dan Rusda Khairati) RINGKASAN
Analisis Pemasaran Karet Rakyat di Kabupaten Sijunjung Oleh : Lismarwati (Di bawah bimbingan Yonariza dan Rusda Khairati) RINGKASAN Karet merupakan komoditi perkebunan yang sangat penting peranannya di
Lebih terperinciSKRIPSI PENGARUH KREDIT PERTANIAN TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI KELAPA SAWIT DI KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA OLEH. Mardiana Lumbanraja
SKRIPSI PENGARUH KREDIT PERTANIAN TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI KELAPA SAWIT DI KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA OLEH Mardiana Lumbanraja 110523003 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
Lebih terperinciKeywords: Cost of Promotion, income level. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT O LAUNDRY is a company which is engaged in laundering clothes dry and cleaner. O LAUNDRY Gegerkalong located in Bandung. The purpose of this research is to investigate the implementation of promotional
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: internal and international migration, labor market, Indonesian economy
ABSTRACT SAFRIDA. The Impact of Migration Policy on Labor Market and Indonesian Economy (BONAR M. SINAGA as Chairman, HERMANTO SIREGAR and HARIANTO as Members of the Advisory Committee) The problem of
Lebih terperinciABSTRACT. iii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT This research has a background of the emergence of inter-brand competition phenomenon, primarily for the category of notebook in Indonesia. This research specially discusses equity strength of
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: Customer satisfaction, service quality. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT This research was titled: "Effect of Service Quality on Consumer Satisfaction Primajasa In Transportation Company (Transportation Services BSM-Soetta)", the purpose of this study is to determine
Lebih terperinciHousehold Production Theory
Household Production Theory Oleh: Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc Departemen IKK - IPB Outline: Pendahuluan: Alokasi Waktu Work and Leisure: How the Household Spends its Time Utility Function Time and Income Constraints
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
i ABSTRAK Penurunan kinerja merupakan masalah yang ingin dihindari oleh perusahan mengingat karena dampaknya yang cukup besar bagi perusahaan. Dampak tersebut berupa terhambatnya target yang seharusnya
Lebih terperinciPENGEMBANGAN LABORATORIUM LAPANGAN INOVASI PERTANIAN (LLIP) KAWASAN PERBATASAN RI-RDTL PROVINSI NTT
RENCANA DESIMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP) PENGEMBANGAN LABORATORIUM LAPANGAN INOVASI PERTANIAN (LLIP) KAWASAN PERBATASAN RI-RDTL PROVINSI NTT. Peneliti Utama Y Ngongo BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN
Lebih terperinciANALISIS INVESTASI USAHATANI PEMBIBITAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SLEMAN TESIS
ANALISIS INVESTASI USAHATANI PEMBIBITAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SLEMAN TESIS untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2 Program Studi Ilmu Peternakan Kelompok Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian
Lebih terperinciTeori Produksi. Course: Pengantar Ekonomi.
Teori Produksi Course: Pengantar Ekonomi Firms Firms demand factors of production in input markets and supply goods and services in output markets. Firm objectives: How much output to supply (quantity
Lebih terperinciSKRIPSI ANALISIS PERANAN PEMBERIAN KREDIT OLEH CU.BUDI MURNI TERHADAP USAHA PETANI KELAPA SAWIT DI KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA OLEH
SKRIPSI ANALISIS PERANAN PEMBERIAN KREDIT OLEH CU.BUDI MURNI TERHADAP USAHA PETANI KELAPA SAWIT DI KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA OLEH Denni Prancis Situmorang 100523032 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : brand awareness, brand attachment, brand loyalty, perceived quality, compulsive buying. viii. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini berjudul Pengaruh Fenomena Merek (Brand Awareness, Brand Attachment, Brand Loyalty, dan Perceived Quality) terhadap Compulsive Buying. Latar belakang dari penelitian ini adalah terjadinya
Lebih terperinciABSTRAK. Kata-kata kunci: biaya pemasaran dan penjualan. viii. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Dalam kegiatan operasional perusahaan, penggunaan biaya sangat berperan penting untuk kegiatan tersebut. Tanpa adanya biaya tersebut, maka perusahaan akan sangat sulit menjalankan usahanya. Salah
Lebih terperinciKata-kata kunci : Informasi akuntansi penuh, harga jual, biaya produksi, cost plus pricing, full costing.
ABSTRAK Salah satu tolak ukur kemajuan perusahaan adalah tercapainya tingkat keuntungan yang optimal, besar kecilnya keuntungan tersebut berdasarkan harga jual produk. Harga jual merupakan salah satu faktor
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI
e-j. Agrotekbis 2 (3) : 332-336, Juni 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI Analysis of income and feasibility farming
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : Pertanian, Nilai Perusahaan, Keputusan Manajer, Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen.
ABSTRAK Indonesia adalah Negara dimana penduduknya mayoritas bekerja dibidang pertanian. Indonesia juga kaya akan sumber daya alam sehingga tidak heran bahwa Indonesia menjadi salah satu Negara pengekspor
Lebih terperinciANALISIS KOMPARASI PENGARUH PEMBERIAN INSENTIF TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN OLAHAN TERIGU DI KABUPATEN BANTUL SKRIPSI
perpustakaan.uns.ac.id ANALISIS KOMPARASI PENGARUH PEMBERIAN INSENTIF TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN OLAHAN TERIGU DI KABUPATEN BANTUL SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh
Lebih terperinciANALISIS KESEMPATAN KERJA SEKTORAL DI PROPINSI SUMATERA UTARA
ANALISIS KESEMPATAN KERJA SEKTORAL DI PROPINSI SUMATERA UTARA TESIS Oleh : AZWIR SINAGA 017018016 / IEP PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2005 RINGKASAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA SEKTORAL
Lebih terperinciABSTRAK. Kata-kata kunci : iklan, dan minat beli. vii. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Pada era globalisasi saat ini persaingan yang terjadi di pasar semakin luas. Salah satunya terjadi di pasar produk makanan ringan. Persaingan dalam konteks pemasaran produk merupakan keadaan dimana
Lebih terperinciANALISIS EKONOMI RUMAHTANGGA PETERNAK SAPI DI KECAMATAN SINONSAYANG KABUPATEN MINAHASA
Jurnal Agribisnis dan Pembangunan Masyarakat (AGROPEM) ISSN: 2089-6670 Vol. 1, No. 1, Januari 2012 : hal. 1 9 ANALISIS EKONOMI RUMAHTANGGA PETERNAK SAPI DI KECAMATAN SINONSAYANG KABUPATEN MINAHASA Femi
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI MELON DI KABUPATEN NGAWI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI MELON DI KABUPATEN NGAWI TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan
Lebih terperinciPROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP SERTA FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT PETANI UNTUK MENGGUNAKAN SUMBER PEMBIAYAAN FORMAL USAHA TANI DI KABUPATEN ASAHAN TESIS Oleh SITI AISYAH NIM. 107039008 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciRINGKASAN NOVAN AKBAR PRATAMA. E
RINGKASAN NOVAN AKBAR PRATAMA. E34102075. Analisis Karakteristik Pelaku Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga Sebagai Salah Satu Upaya konservasi. Dibimbing oleh Ir. Edhi Sandra, M.Si. Semakin meningkatnya
Lebih terperinciHubungan Faktor Sosial Ekonomi dan Fisik Wilayah dengan Pendapatan Petani Tanaman Pangan di Kabupaten Jombang
Hubungan Faktor Sosial Ekonomi dan Fisik Wilayah dengan Pendapatan Petani Tanaman Pangan di Kabupaten Jombang HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN FISIK WILAYAH DENGAN PENDAPATAN PETANI TANAMAN PANGAN DI
Lebih terperinciPendapatan Regional dan Pengeluaran
Pendapatan Regional dan Pengeluaran 10.1 Pendapatan Regional Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor/lapangan usaha yang melakukan
Lebih terperinciRINGKASAN DAN SUMMARY LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING
Bidang Ilmu: Sosial - Ekonomi RINGKASAN DAN SUMMARY LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING MODEL PEMBENTUKAN KESADARAN KOLEKTIF TERHADAP MANAJEMEN LINGKUNGAN PENGUSAHA KECIL TAHU TEMPE DI SOLO No Kontrak: 089/SP2H/PP/DP2M/III/2010
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Proyeksi Permintaan, Optimasi, Integer Linear Programming.
ABSTRAK Saat ini terdapat banyak UMKM yang berkembang di Yogyakarta. Salah satunya adalah usaha Phia Deva yang memproduksi penganan phia dengan berbagai macam varian rasa. Phia Deva adalah industri kecil
Lebih terperinciANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG (Studi Kasus: Desa Ara Condong, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat)
ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG (Studi Kasus: Desa Ara Condong, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat) M. Iqbal Azhar Hasibuan* ), Meneth Ginting** ), Emalisa** ) * ) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERKEBUNAN INTI RAKYAT (PIR) KELAPA SAWIT YANG BERDAYASAING DI KABUPATEN PASAMAN BARAT
PENGEMBANGAN PERKEBUNAN INTI RAKYAT (PIR) KELAPA SAWIT YANG BERDAYASAING DI KABUPATEN PASAMAN BARAT DISERTASI IMAN ARMAN 06301005 Pembimbing I : Prof. Dr. H. Sjafrizal, SE. MA Pembimbing II : Dr. Ir. Endry
Lebih terperinciFactory Overhead is generally defined as indirect materials, indirect labor, and all other factory costs that cannot be conveniently identified with
FACTORY OVERHEAD FACTORY BURDEN, PRODUCTION OVERHEAD, MANUFACTURING EXPENSE, MANUFACTURING OVERHEAD, FACTORY EXPENSE & INDIRECT MANUFACTURING /PRODUCTION COST Factory Overhead is generally defined as indirect
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009
LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009 UJI ADAPTASI POPULASI-POPULASI JAGUNG BERSARI BEBAS HASIL PERAKITAN LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA Peneliti
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT
ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT ( Studi Kasus : Desa Kampung Dalam, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu ) Cindi Melani
Lebih terperinciABSTRACT SITI ROMELAH. Intensive farming practices system by continuously applied agrochemicals,
ABSTRACT SOIL QUALITY ANALYSIS AND ECONOMIC BENEFITS IN THE COW- PALM OIL INTEGRATED SYSTEM TO ACHIEVE SUSTAINABLE AGRICULTURE (CASE STUDY: KARYA MAKMUR VILLAGE, SUBDISTRICT PENAWAR AJI, TULANG BAWANG
Lebih terperinciANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013
ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013 SKRIPSI Oleh : SERLI NIM. 111021024 FAKULTAS KESEHATAN
Lebih terperinciPENGARUH SEMANGAT KERJA PEMILIK DAN PEKERJA TERHADAP KEWIRAUSAHAAN MORO ARTOS DI SALATIGA SKRIPSI
PENGARUH SEMANGAT KERJA PEMILIK DAN PEKERJA TERHADAP KEWIRAUSAHAAN MORO ARTOS DI SALATIGA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk melengkapi syarat - syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program
Lebih terperinciDAMPAK KENAIKAN HARGA DAGING SAPI TERHADAP KONSUMSI DAGING SAPI DI KOTA MEDAN
DAMPAK KENAIKAN HARGA DAGING SAPI TERHADAP KONSUMSI DAGING SAPI DI KOTA MEDAN Irma Yusnita Hasibuan* ), Salmiah** ), Sinar Indra Kesuma** ) * ) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciKeywords: Information Systems Salaries and Wages, Salaries and Wages Accuracy
ABSTRACT Payroll and remuneration systems is one of the largest and most important component in the accounting information system. Payroll and wage system must be designed to comply with government regulations
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : Kualitas Produk, Harga, Promosi dan Keputusan Pembelian. vii. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Globalisasi telah memberikan perubahan terhadap cara perusahaan untuk berkompetisi. Perkembangan industri yang begitu pesat, perdagangan bisa terjadi lintas negara serta membuka pasar tenaga kerja
Lebih terperinciABSTRAK PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DAIHATSU SIRION PADA PT ASTRA DAIHATSU MOTOR BANDAR LAMPUNG. Oleh.
ABSTRAK PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DAIHATSU SIRION PADA PT ASTRA DAIHATSU MOTOR BANDAR LAMPUNG Oleh M Rizki Ramadhan Salah satu produk dalam bidang otomotif yang dalam hal ini
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: Blackberry, quality, features, design, branding, trends, purchasing decisions. viii. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT Blackberry smartphone is one product that has a difference with products from other companies. Taking into account the elements of product attributes such as product quality, product features,
Lebih terperinciANALISIS PENERIMAAN RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TESIS. Oleh: DESY EFENDI NIM
ANALISIS PENERIMAAN RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TESIS Oleh: DESY EFENDI NIM. 1520511010 Pembimbing Dr.Hefrizal Handra,M.Soc.Sc PROGRAM STUDI MAGISTER PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Lebih terperinciMelihat hasil penelitian seperti di atas maka ada beberapa saran yang diberikan untuk peningkatan komitmen organsiasi di PT Telkom Tbk Kantor Divre V
RINGKASAN Karyawan dan perusahaan merupakan dua pihak yang saling membutuhkan dan masing-masing mempunyai tujuan. Untuk mengusahakan integrasi antara tujuan perusahaan dan tujuan karyawan, perlu diketahui
Lebih terperinciPARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI
PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN
Lebih terperinciSKRIPSI ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA OLEH DAVID SAHPUTRA SARAGIH
SKRIPSI ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA OLEH DAVID SAHPUTRA SARAGIH 120501103 PROGRAM STUDI STRATA-1 EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: Environmental Management Accounting, Product Quality, Environmental Performance, Financial Performance.
ABSTRACT In era of modern economy, industrial or manufacturing which involves production process are major factor cause environmental degradation. Therefore, the companies has responsibility to improve
Lebih terperinciKata Kunci : kualitas pelayanan elektronik, kepuasan pelanggan, electronic ticket
ABSTRAK Perkembangan teknologi dan penggunaan internet memberikan pengaruh yang cukup besar bagi sistem pemerintahan suatu negara. Penggunaan internet menjadi kesempatan bagi pemerintah untuk meningkatkan
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: Capital budgeting, investment decision making, productivity. vii. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT The condition of old production machine caused productivity reduction to textile companies in Bandung for the last years. The risk of business shutting and severance of work relation in large
Lebih terperinciPERSEPSI PETANI TERHADAP PROGRAM GERAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN BERBASIS KORPORASI (GP3K) DI DESA JATI KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR
PERSEPSI PETANI TERHADAP PROGRAM GERAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN BERBASIS KORPORASI (GP3K) DI DESA JATI KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Lebih terperinciKORELASI NILAI INTERNATIONAL ROUGHNESS INDEX (IRI) HASIL PENGUKURAN ALAT MERLIN DAN BUMP INTEGRATOR
KORELASI NILAI INTERNATIONAL ROUGHNESS INDEX (IRI) HASIL PENGUKURAN ALAT MERLIN DAN BUMP INTEGRATOR ABSTRAK KORELASI NILAI INTERNATIONAL ROUGHNESS INDEX (IRI) HASIL PENGUKURAN ALAT MERLIN DAN BUMP INTEGRATOR
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PANGSA PENGELUARAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PANGSA PENGELUARAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Oleh MALINDA APTIKA RACHMAH PROGRAM STUDI S1 AGRIBISNIS FAKULTAS PETERNAKAN
Lebih terperinciSKRIPSI ANALISIS PENGARUH REALISASI KREDIT TERHADAP PRODUKSI TOMAT
SKRIPSI ANALISIS PENGARUH REALISASI KREDIT TERHADAP PRODUKSI TOMAT studi kasus : Credit Union La Erlatih Latih Desa Cinta Rakyat Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo OLEH CHRISTINE SERA BRAHMANA 110501136
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANGERANG
CHAPTER XII POPULATION EXPENDITURE AND CONSUMPTION Penjelasan Teknis Technical Notes 1. Data pengeluaran dan konsumsi penduduk menurut kelompok barang diperoleh dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman. 1.1 Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah Maksud dan Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian.
ABSTRAK Dalam situasi dan kondisi perekonomian Indonesia yang belum stabil, serta adanya dampak kebijakan pemerintah dalam menaikan harga bahan bakar minyak, sehingga perusahaan harus mempertahankan kelangsungan
Lebih terperinciDEVELOPMENT OF MAXIMUM ENTROPY ESTIMATOR FOR CALIBRATING TRIP DISTRIBUTION MODELS
DEVELOPMENT OF MAXIMUM ENTROPY ESTIMATOR FOR CALIBRATING TRIP DISTRIBUTION MODELS f T ( i T 3 8 8. 4 1 3 W I D SUMMARY DEVELOPMENT OF MAXIMUM ENTROPY (ME) ESTIMATOR FOR CALIBRATING TRIP DISTRIBUTION MODELS,
Lebih terperinciPENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI TERHADAP
PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI TERHADAP KEPUTUSAN PETANI PADI ORGANIK DALAM MENJALIN KEMITRAAN DENGAN PERUSAHAAN BERAS PADI MULYA DI KECAMATAN SAMBIREJO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Oleh : Rita Tutik
Lebih terperinciBIAYA& PENERIMAAN USAHA. Sapi Perah
1 BIAYA& PENERIMAAN USAHA Sapi Perah PETERNAKAN Aktivitas biologis yang dikendalikan (manage) oleh manusia, dimana ternak sebagai obyek & SDA (lahan, air) sebagai media/basis ekologis, serta aspek modal,
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG PUTIH GORENG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU
e-j. Agrotekbis 2 (5) : 500-504, Oktober 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG PUTIH GORENG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU Analysis of Revenue and Feasibility
Lebih terperinciKONSERVASI PEMANFAATAN AIR SITU CEDE - TASIKMALAYA DALAM RANGKA RESTORASI FUNGSI TESIS
KONSERVASI PEMANFAATAN AIR SITU CEDE - TASIKMALAYA DALAM RANGKA RESTORASI FUNGSI TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh : LULU
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANGERANG
CHAPTER XII POPULATION EXPENDITURE AND CONSUMPTION Penjelasan Teknis Technical Notes 1. Data pengeluaran dan konsumsi penduduk menurut kelompok barang diperoleh dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENYULUHAN DAN POS KESEHATAN HEWAN WILAYAH CISARUA KABUPATEN BOGOR
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENYULUHAN DAN POS KESEHATAN HEWAN WILAYAH CISARUA KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ERLI YUNEKANTARI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN
Lebih terperinciANALISIS PEMASARAN DOMBA DI PETERNAKAN RAKYAT KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI
ANALISIS PEMASARAN DOMBA DI PETERNAKAN RAKYAT KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Oleh : Sri Wulansih H 0509064 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 i ANALISIS PEMASARN
Lebih terperinciINTISARI. Kata kunci: Kualitas Jasa, Bukti Fisik, Keandalan, Daya Tanggap, Jaminan, Empati, Kepuasan Konsumen. Universitas Kristen Maranatha
INTISARI Jasa merupakan setiap tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan sesuatu. Dalam industri jasa,
Lebih terperinciMODEL PEMBENTUKAN KESADARAN KOLEKTIF TERHADAP MANAJEMEN LINGKUNGAN PENGUSAHA KECIL TAHU TEMPE DI SOLO
SOSIAL-EKONOMI LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING MODEL PEMBENTUKAN KESADARAN KOLEKTIF TERHADAP MANAJEMEN LINGKUNGAN PENGUSAHA KECIL TAHU TEMPE DI SOLO Oleh : M. Nasir, SE, M.M. Drs. Fatkhurohman, M.M.
Lebih terperinciFactory Overhead is generally defined as indirect materials, indirect labor, and all other factory costs that cannot be conveniently identified with
FACTORY OVERHEAD FACTORY BURDEN, PRODUCTION OVERHEAD, MANUFACTURING EXPENSE, MANUFACTURING OVERHEAD, FACTORY EXPENSE & INDIRECT MANUFACTURING /PRODUCTION COST Factory Overhead is generally defined as indirect
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI KOTA BOGOR PERIODE
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI KOTA BOGOR PERIODE 1990-2011 Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords : facilities, decission to stay. viii
ABSTRACT This research is motivated by the rapid growth of the hotel, so each hotel race to attract customers. One of the way to attract customers is through the facilities offered by the hotel is geared
Lebih terperinciPENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA
PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI) Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Strata Satu
Lebih terperinciABSTRACT. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT In Choosing a product to buy, consumer have some separate criteria as according to characteristic of itself consumer. One of criterion which at most used is prices. Price is one of inseparable
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh Kurniawan Adiputra NIM PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
POLA KEMITRAAN PETANI DENGAN TAMAN NASIONAL MERU BETIRI (TNMB) DAN KONTRIBUSI KEGIATAN USAHATANI DI ZONA REHABILITASI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI DESA WONOASRI KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI
Lebih terperinciUniversitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Dalam memilih suatu produk yang akan dibeli, konsumen memiliki beberapa kriteria tersendiri sesuai dengan karakteristik dari konsumen itu sendiri. Salah satu kriteria yang paling banyak digunakan
Lebih terperinciABSTRACT. Key Words: Total Quality Management, financial performance, return on assets, champion. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT In an increasingly competitive business environment, every company is required to be able to participate in the competition, including manufacturing companies. Customer satisfaction and product
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI USAHATANI KENTANG DI KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO
71 Buana Sains Vol 11 No 1: 71-76, 2011 KAJIAN EKONOMI USAHATANI KENTANG DI KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO Ana Arifatus Sa diyah dan Rikawanto Eko Muljawan PS. Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : penilaian kinerja, kompensasi, produktivitas kerja. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh Penilaian kinerja dan Kompensasi terhadap Produktivitas kerja (Studi Pada PT Sinar Sakti Matra Nusantara). Populasi dalam penelitian
Lebih terperinciABSTRAK ANALISIS KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN PADA SAPI BALI DI KABUPATEN KARANGASEM
ABSTRAK ANALISIS KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN PADA SAPI BALI DI KABUPATEN KARANGASEM Ternak sapi merupakan potensi terbesar yang dimiliki oleh Kabupaten Karangasemkarena populasinya terbanyak di Bali.
Lebih terperinciMODEL PROYEKSI INFLASI REGIONAL JAWA TENGAH
MODEL PROYEKSI INFLASI REGIONAL JAWA TENGAH TESIS untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2 Program Studi Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan C4B008004 PROGRAM PASCASARJANA
Lebih terperinciMukson, E. Prasetyo, B. M. Setiawan dan H. Setiyawan Laboratorium Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN PETERNAKAN DI JAWA TENGAH (The Analysis of Factors to Influence Agriculture Development in Central Java) Mukson, E. Prasetyo, B. M. Setiawan dan H.
Lebih terperinciTESIS. Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung
KAJIAN PEMBAHARUAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN IRIGASI DITINJAU DARI SUDUT PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DAN PENDAPATAN PETANI MENGGUNAKAN PATH ANALYSIS DAN METHOD OF SUCCESSIVE INTERVAL (STUDI KASUS : D.I
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT KEBUTURAN ANGKUTAN TAKSI KOTA BANDUNG DENG.4N TEKNIK STATED PREFERENCE
ANALISIS TINGKAT KEBUTURAN ANGKUTAN TAKSI KOTA BANDUNG DENG.4N TEKNIK STATED PREFERENCE T 388.413 214 KUR ABSTRAK Penyediaan angkutan umum yang baik tidak terlepas dari kondisi sosial-ekonomi masyarakatnya.
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH SKRIPSI. Oleh : ZAENUL LAILY
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH SKRIPSI Oleh : ZAENUL LAILY PROGRAM STUDI S-1 AGRIBISNIS FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciAbstrak. Pengaruh Gaji dan Bonus Terhadap Kinerja Karywan Hotel Garuda Plaza Medan. Oleh: SADLIFAHROZI
Abstrak Pengaruh Gaji dan Bonus Terhadap Kinerja Karywan Hotel Garuda Plaza Medan. Oleh: SADLIFAHROZI Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset utama yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan suatu
Lebih terperinciGrace Margaretha Ginting
TINJAUAN HUKUM ATAS PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) DENGAN PERTAMINA DALAM KONTRAK CODOLite (DI SPBU 14201101 SIMPANG LIMUN MEDAN ) TESIS Oleh Grace Margaretha
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: advertising, direct marketing, events and ecperience, public relations, personal selling, sales promotion. Brand Awareness.
ABSTRACT Indonesia is a developing country, which at the time of current conditions among competing companies fighting over the attention of consumers so that their products much liked and bought. No exception
Lebih terperinciMODEL PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP BERKELANJUTAN DI SULAWESI SELATAN
MODEL PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP BERKELANJUTAN DI SULAWESI SELATAN Abstrak Penelitian model pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di Provinsi Sulawesi Selatan dilaksanakan di tiga kabupaten yakni
Lebih terperinciSKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian. Oleh : PRIMA NOVITA BASUKI
ANALISIS SOSIAL EKONOMI PETANI PENDERES : STUDI KASUS DI DUSUN KARANGLO DESA BARUKAN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG PENDERES FARMER SOCIAL ECONOMIC ANALYSIS : STUDY CASE AT URBAN AREA KARANGLO VILLAGE
Lebih terperinciwater quantity and quality; the domestic needs of the population; management of potential sources of water.
ISSN 0215-1790 MGI Vol. 30, No. 2, September 2016 (196-206) 2016 Fakultas Geografi UGM Saat ini masyarakat di beberapa daerah di Indonesia mengalami kekurangan air akibat kekeringan/krisis air yang disebabkan
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI DI KABUPATEN BOJONEGORO
ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI DI KABUPATEN BOJONEGORO DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DIAJUKAN
Lebih terperinciABSTRAK Y = 3, ,092 0, ,140
ABSTRAK Kondisi dunia pariwisata saat ini telah berkembang dengan sangat cepat sehingga kepariwisataan dapat digunakan sebagai lahan bisnis yang menguntungkan, selain itu kepariwisataan telah turut mendorong
Lebih terperinciPOTENSI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK JANGKRIK DI KELURAHAN RANGKAPANJAYA BARU, KECAMATAN PANCORAN MAS, KOTA DEPOK SKRIPSI REINA SANTI SIREGAR
POTENSI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK JANGKRIK DI KELURAHAN RANGKAPANJAYA BARU, KECAMATAN PANCORAN MAS, KOTA DEPOK SKRIPSI REINA SANTI SIREGAR PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT
Lebih terperinciKONVERSI LAHAN SAWAH KE NON PERTANIAN DALAM PERKEMBANGAN KOTA NGANJUK DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN DAN PENDAPATAN PETANI
KONVERSI LAHAN SAWAH KE NON PERTANIAN DALAM PERKEMBANGAN KOTA NGANJUK DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN DAN PENDAPATAN PETANI T 711.14 WIC Berbagai kepentingan penggunaan lahan menyebabkan
Lebih terperinciPROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MURIA KUDUS TAHUN 2014
1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN MASYARAKAT PADA PELAYANAN BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN DEMAK Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
Lebih terperinciPENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN
M. Handayani, dkk Pendapatan Tenaga Kerja... PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN FAMILY LABOUR INCOME ON CATTLE FARMING IN TOROH SUBDISTRICT
Lebih terperinciABSTRACT. Key words: Just In Time, Productivity, Profit, output, input, profit margin on sales. iii. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT Company claimed to process delivery and business on schedule in order not to disappoint all consumer. Therefore, company have to earn to improve productivity by applying Just In Time system. Yardstick
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH
ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH (Capsiccum Annum L.) DENGAN CABAI RAWIT (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun) Agri Mandasari
Lebih terperinciABSTRACT. Keyword : work stress, work performance, labor conflict, workload, working time, leadership influence. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT The purpose of this study was to determine the effect of work stress on work performance of employees in PT Pos Indonesia Bandung, next is to determine whether the stress of work consisting of
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : Logo, citra perusahaan, identitas merek, manajemen merek.
ABSTRAK Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana logo baru XL memberikan pengaruh terhadap citra perusahaan XL berdasarkan persepsi masyarakat kota Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan
Lebih terperinci