BAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. rekomendasi kebijakan. Kesimpulan penelitian yang disajikan merupakan hasil
|
|
- Yandi Tanuwidjaja
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Bagian ini akan menyajikan uraian kesimpulan, implikasi teoritik dan rekomendasi kebijakan. Kesimpulan penelitian yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, dan implikasi teoritik yang disajikan diambil dari kesimpulan penelitian, serta rekomendasi kebijakan disajikan untuk menjadi masukan bagi pemerintah daerah untuk pengembangan pelaksanaan pembangunan daerah. 8.1 Kesimpulan Kemitraan pemerintah-swasta dalam pelaksanaan program Gerbangmastra yang berlangsung sejak tahun 2007, secara empiris menjadi salah satu solusi bagi percepatan pembangunan daerah di Kabupaten Kolaka. Kemitraan pembangunan tersebut merupakan hasil kesepakatan bersama antara Pemerintah Kabupaten Kolaka dengan pihak swasta (para investor tambang) yang dibangun melalui proses komunikasi pembangunan yang intensif. Kemitraan pemerintah-swasta tersebut dimaksudkan untuk mendorong keberpihakan swasta sebagai investor tambang terhadap upaya-upaya pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Kolaka sebagai wujud tanggung bersama. Kemitraan pemerintahswasta juga menjadi solusi untuk membantu keterbatasan sumber daya Pemerintah Kabupaten Kolaka untuk melaksanakan program-program pembangunan daerah berbasis pedesaan. Dukungan kewenangan pemerintahan yang luas dalam era otonomi daerah sangat memungkinkan pemerintah daerah 325
2 326 untuk mengembangkan model pembangunan yang lebih efisien dan efektif dalam mencapai tujuan pembangunan. Kemitraan pemerintah-swasta dalam pelaksanaan program Gerbangmastra dilaksanakan melalui kerjasama operasional kegiatan-kegiatan program dan alokasi kontribusi sumber daya masing-masing mitra. Kerjasama operasional direalisasikan melalui kegiatan pembangunan: infrastruktur dan prasarana pedesaan; sosial; ekonomi produktif; produksi pertanian; dan produksi peternakan. Dukungan alokasi sumber daya masing-masing mitra meliputi: kontribusi sumber daya swasta berupa bantuan teknis, bantuan material, peralatan, tenaga ahli, dan bantuan barang/modal. Dukungan sumber daya pemerintah daerah berupa pendanaan program melalui APBD, personil, teknis, peralatan, dan dukungan administrasi. Mekanisme kerjasama operasional dan kontribusi sumber daya difasilitasi dan dikoordinasikan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Bappeda Kabupaten Kolaka. Pelaksanaan program Gerbangmastra sejak 2007 dengan capaian hasil-hasil pembangunan yang sejalan dengan realitas kebutuhan pembangunan di Kabupaten Kolaka, meskipun masih perlu dikembangkan hingga mencapai keadaan yang diharapkan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Kolaka. Pencapaian pelaksanaan program Gerbangmastra dilihat dari realisasi produktifitas kerja program, pencapaian sasaran program dan kepuasan masyarakat atas hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Pencapaian keberhasilan pelaksanaan program Gerbangmastra sebagai wujud kerja terpadu seluruh komponen pembangunan yang ada di Kabupaten Kolaka, baik unsur pemerintah daerah, pihak swasta, dan
3 327 masyarakat, yang dilakukan melalui pola kemitraan pemerintah dengan swasta dan partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerbangmastra terlihat dari keterlibatan dalam berkontribusi, keterlibatan dalam pengorganisasian kegiatan program, dan keterlibatan dalam kegiatan pemberdayaan. Partisipasi masyarakat masih perlu ditingkatkan melalui penyuluhan pembangunan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan pembangunan. Keberhasilan pelaksanaan program Gerbangmastra di Kabupaten Kolaka dipengaruhi oleh pelaksanaan kemitraan pemerintah-swasta yang didukung oleh partisipasi masyarakat. Setiap peningkatan pelaksanaan kemitraan pemerintahswasta yang didukung oleh partisipasi masyarakat, maka dapat meningkatkan keberhasilan pelaksanaan program Gerbangmastra. Kontribusi pelaksanaan kemitraan pemerintah-swasta yang didukung oleh partisipasi masyarakat terhadap keberhasilan pelaksanaan program Gerbangmastra sebesar 50%. Keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan daerah di era otonomi daerah ditentukan kemampuan dan kreativitas pemerintah daerah di dalam merumuskan model pembangunan daerah sesuai kewenangannya, melalui pendekatan komunikasi pembangunan dengan seluruh komponen pembangunan di daerah baik pemerintah daerah, swasta maupun masyarakat. Model pembangunan yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan program pembangunan daerah adalah penerapan pola kemitraan pemerintah-swasta.
4 Implikasi Teoritik Keberadaan swasta yang berinvestasi dalam sektor pertambangan di Kabupaten Kolaka merupakan potensi strategis yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah di dalam mendukung pelaksanaan pembangunan daerah. Pemerintah Kabupaten Kolaka sejak tahun 2007 melakukan kemitraan dengan swasta (investor tambang) dalam melaksanakan program Gerbangmastra untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Kemitraan pembangunan daerah tersebut diwujudkan melalui kerjasama operasional pelaksanaan kegiatan-kegiatan program yang direncanakan bersama berdasarkan skala prioritas kebutuhan pembangunan, dimana masing-masing mitra mengalokasikan sumber daya dalam mendukung kegiatan program. Pencapaian keberhasilan pelaksanaan program Gerbangmastra sebagai model pembangunan daerah berbasis pedesaan hasil prakarsa dan inisiatif lokal dalam era desentralisasi dan otonomi daerah dipengaruhi oleh pelaksanaan kemitraan pemerintah-swasta yang didukung oleh partisipasi masyarakat. Model kemitraan pemerintah-swasta dalam pelaksanaan program Gerbangmastra di Kabupaten Kolaka adalah wujud keberpihakan swasta sebagai bagian yang tak terpisahkan dari tanggung jawabnya untuk turut serta dalam pekerjaaan membangun dan memberdayakan masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan pembangunan daerah berbasis pedesaan selama ini selalu mengandalkan kemampuan sumber daya dan organisasi pemerintah daerah. Dalam pelaksanaan program Gerbangmastra di Kabupaten Kolaka, pelaksanaan pembangunan pedesaan tidak hanya mengandalkan kemampuan sumber daya dan
5 329 organisasi pemerintah daerah, akan tetapi melibatkan organisasi (struktur) dan sumber daya swasta (investor tambang) yang didukung oleh partisipasi masyarakat. Kombinasi kerjasama antara dua lembaga yang berbeda orientasi antara pemerintah daerah dengan swasta (investor tambang) melalui pola kemitraan pemerintah-swasta dalam pelaksanaan pembangunan daerah berbasis pedesaan sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat, sejauh ini belum pernah dilakukan oleh pemerintah daerah lain dalam pelaksanaan pembangunan pedesaan. Hal ini didasarkan pada perbedaan karakteristik dan orientasi kedua organisasi kemitraan ini, dimana pemerintah daerah sebagai organisasi publik yang memiliki orientasi sosial, sedangkan swasta merupakan organisasi privat yang berorientasi keuntungan (komersial). Kesadaran baru mengenai perlunya dikembangkan kemitraan antara pemerintah dengan swasta dalam pelaksanaan pembangunan pada era persaingan global, bahwa tidak mungkin lagi pemerintah dan swasta berjalan sendiri-sendiri. Kemampuan sumberdaya pemerintah daerah dalam hal pembiayaan pembangunan yang terbatas sementara permasalahan pembangunan yang kompleks memerlukan penanganan yang komprehensif dan memadai, sehingga pemerintah daerah perlu melakukan kemitraan dengan swasta untuk pelaksanaan program pembangunan daerah dengan tetap memaksimalkan partisipasi masyarakat sebagai salah satu faktor penting dalam pembangunan. Kemitraan pemerintah-swasta dalam pelaksanaan program Gerbangmastra dipandang sebagai nilai baru dalam pembangunan daerah yang berbasis pedesaan serta memberikan pandangan bahwa pembangunan dan pemberdayaan masyarakat bukan lagi semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dalam arti
6 330 formal, akan tetapi menjadi tanggung jawab bersama swasta dan swasta. Sinergitas ketiga aktor pembangunan dalam pelaksanaan pembangunan daerah sangat menentukan pencapaian tujuan pembangunan sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Teori struktural-fungsional dan teori pertukaran sosial (pertukaran aktor) sebagai dasar dalam memahami keterkaitan antar aktor pembangunan baik pemerintah daerah, swasta dan masyarakat sebagai struktur-struktur sosial yang saling berhubungan dalam pengelolaan kegiatan pembangunan. Namun demikian, kedua teori ini dipandang masih mengalami kelemahan dalam menjelaskan hasil penelitian secara makro. Teori struktural fungsional pada level makro hanya menjelaskan struktur-struktur yang ada di dalam suatu sistem sosial dengan fungsi masing-masing. Pada level mikro teori ini mencari unsur-unsur mendasar yang berpengaruh di dalam suatu sistem sosial, mengklasifikasi fungsi setiap unsur, dan menerangkan bagaimana fungsi unsur-unsur tersebut bekerja di dalam sistem sosial, tanpa menjelaskan bagaimana setiap struktur yang lebih besar saling berinteraksi membentuk fungsi-fungsi baru yang bersifat makro dari fungsi dasar yang dimiliki oleh struktur tersebut yang dapat mengakomodir kepentingan seluruh sistem yang ada. Dalam Pelaksanaan program Gerbangmastra melibatkan struktur atau lembaga yang lebih besar dan kompleks, diantaranya pemerintah daerah, pihak swasta, dan masyarakat. Lembaga-lembaga tersebut masing-masing memiliki fungsi sendiri-sendiri kemudian saling berhubungan dan membentuk struktur baru berupa kemitraan pemerintah-swasta dengan fungsi baru yaitu melaksanakan pembangunan masyarakat secara bersama-sama untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
7 331 Teori pertukaran sosial secara mikro menganalisis hubungan transaksi antar individu dengan menentukan keseimbangan antara pengorbanan dan keuntungan.transaksi-transaksi pertukaran akan terjadi hanya apabila kedua pihak dapat memperoleh keuntungan dari pertukaran tersebut, dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dapat dengan baik sekali dijamin apabila individuindividu dibiarkan untuk mengejar kepentingan pribadinya melalui pertukaranpertukaran yang dinegosiasikan secara pribadi. Ciri khas teori pertukaran adalah adanya hubungan sosial menurut biaya (cost) atau hukuman (punishment) dan penghargaan/imbalan (reward). Teori ini tidak menjelaskan bagaimana secara makro pertukaran terjadi diantara struktur-struktur yang lebih besar yang berbedabeda fungsi dan orientasi dengan membentuk fungsi baru melalui proses keseimbangan untuk mencapai manfaat bersama. Demikian halnya dengan pelaksanaan program Gerbangmastra yang melibatkan lembaga yang lebih besar dan kompleks, yaitu pemerintah daerah dan swasta. Lembaga-lembaga tersebut masing-masing memiliki fungsi sendiri-sendiri yang saling berinteraksi dan bersepakat membentuk kemitraan pemerintah-swasta dengan menentukan keseimbangan berupa kerjasama operasional pelaksanaan program Gerbangmastra dengan saling memberikan kontribusi sumber daya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, bahwa kajian teori struktural fungsional dan teori pertukaran sosial dalam penelitian ini tidak relevan lagi dengan kajian kemitraan pemerintah-swasta pada pelaksanaan program Gerbangmastra di Kabupaten Kolaka karena karakter dan prinsip kedua teori tersebut yang relatif berjalan tanpa dinamika dan cenderung stagnan. Sementara dalam era desentralisasi dan
8 332 otonomi daerah, pelaksanaan pembangunan daerah membutuhkan dinamika, kemampuan dan kecepatan dari para aktor pembangunan baik pemerintah daerah, swasta dan masyarakat. 8.3 Rekomendasi Kebijakan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kemitraan pemerintahswasta dalam pelaksanaan program Gerbangmastra menjadi solusi percepatan pembangunan. Pelaksanaan program Gerbangmastra sejak 2007 dengan capaian hasil-hasil pembangunan yang cukup signifikan dengan realitas kebutuhan pembangunan di Kabupaten Kolaka, meskipun masih perlu dikembangkan hingga mencapai keadaan yang diharapkan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pelaksanaan program Gerbangmastra di Kabupaten Kolaka dipengaruhi oleh pelaksanaan kemitraan pemerintah-swasta yang didukung partisipasi masyarakat. Secara empiris, pelaksanaan kemitraan pemerintah-swasta dan partisipasi masyarakat perlu ditingkatkan untuk meningkatkan keberhasilan pelaksanaan program Gerbangmastra. Pemerintah Kabupaten Kolaka perlu melakukan evaluasi dan upaya perbaikan melalui peningkatan komunikasi pembangunan untuk lebih memperkuat kemitraan pembangunan dengan swasta serta memaksimalkan partisipasi masyarakat melalui penyuluhan pembangunan secara berkelanjutan. Mengingat kompleksnya masalah pembangunan di Kabupaten Kolaka, maka sebaiknya pemerintah daerah perlu melakukan pemetaan skala prioritas kegiatan pembangunan. Hal ini penting dilakukan untuk mengefektifkan pencapaian tujuan program pembangunan secara sistematis berdasarkan skala
9 333 prioritas kebutuhan dan untuk mengoptimalkan penggunaan anggaran pembangunan serta menjadi alat untuk mendorong kesadaran masyarakat dalam mendukung pelaksanaan pembangunan. Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Sejahtera (Gerbangmastra) merupakan program unggulan Pemerintah Kabupaten Kolaka berbasis pedesaan, bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang secara yuridis formal didasarkan pada Peraturan Bupati Kolaka Nomor 334 tahun Oleh karena upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan jangka panjang pembangunan daerah, maka seyogyanya Pemerintah Kabupaten Kolaka perlu mempertimbangkan peningkatan status dasar hukum program Gerbangmastra menjadi Peraturan Daerah agar memberikan kepastian dan ketetapan arah pembangunan daerah kedepan dan untuk menghindari dinamika politik pemerintahan di daerah. Berdasarkan keseluruhan uraian dan analisis mengenai penelitian ini, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih mengandung kelemahan-kelemahan yang masih perlu dilakukan perbaikan-perbaikan sehingga dapat menghasilkan karya ilmiah yang lebih baik. Adapun kelemahan-kelemahan yang dirasakan antara lain: pendalaman obyek penelitian yang dirasakan masih kurang komprehensif, hal ini dikarenakan kondisi psikologi masyarakat sebagai sasaran penelitian (responden/informan) baik secara langsung maupun tidak langsung sangat mempengaruhi tingkat obyektivitas hasil penelitian di lapangan; serta penggunaan metode penelitian di dalam memahami serta mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian di lapangan dirasakan belum maksimal, oleh karena kompleksnya permasalahan pembangunan di lokasi
10 334 penelitian sehingga permasalahan penelitian yang dirumuskan dalam penelitian ini belum menjangkau permasalahan pembangunan secara keseluruhan; Meskipun demikian, penelitian ini dapat menghasilkan suatu perspektif baru bahwa pelaksanaan kemitraan pemerintah-swasta dalam upaya pembangunan daerah berbasis pedesaan sebagai prakarsa dan inisiatif lokal merupakan inovasi yang masih jarang di lakukan pemerintah daerah lain terutama dalam era otonomi daerah. Oleh karena itu, model kemitraan pembangunan ini perlu diterapkan oleh pemerintah daerah yang lain didalam mengembangkan pembangunan masyarakat pedesaaan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pedesaan adalah bagian integral dari pembangunan daerah dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Idealnya, program-program
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN DAN PENETAPAN CAPAIAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara pemerintah pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah
Lebih terperinciMENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1
MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun
Lebih terperinciAgriekonomika, ISSN Volume 2, Nomor 1 MODEL KEMITRAAN PEMBANGUNAN PEDESAAN DI KABUPATEN KOLAKA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
MODEL KEMITRAAN PEMBANGUNAN PEDESAAN DI KABUPATEN KOLAKA PROVINSI SULAWESI TENGGARA La Ode Mustafa Muchtar, Nunung Prajarto dan Subejo Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan urusan pemerintah yang lebih efisien, lebih memberdayakan semua daerahnya. Dalam QS.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang pelaksanaan otonomi daerah dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintah yang lebih
Lebih terperinciBAB VI P E N U T U P
244 BAB VI P E N U T U P A. Kesimpulan Menyimak hasil penelitian dan setelah melalui langkah analisis berkenaan dengan Problematika Penyelenggaraan Supervisi Pendidikan Islam pada Madrasah di Era Otonomi
Lebih terperinciBAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,
Lebih terperinciRencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
BAB V. PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (Pemilukada)
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. serta implikasi yang berkaitan dengan kajian yang telah dilakukan.
356 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Bab ini menguraikan kesimpulan hasil penelitian, beberapa rekomendasi, serta implikasi yang berkaitan dengan kajian yang telah dilakukan. A. Kesimpulan
Lebih terperinciVI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN
VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN Paradigma pembangunan saat ini lebih mengedepankan proses partisipatif dan terdesentralisasi, oleh karena itu dalam menyusun
Lebih terperinciGUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN KHUSUS TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL
GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN KHUSUS TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciBAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN. Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 bahwa
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN Penyelenggaraan tugas umum Pemerintahan telah diuraikan pada Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 bahwa penyelenggaraan tugas umum Pemerintahan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN A. Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan membuktikan secara empiris mengenai pengaruh positif pendapatan asli daerah, dana alokasi umum,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Dokumen anggaran daerah disebut juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Dokumen anggaran daerah disebut juga Anggaran Pendapatan dan
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era perdagangan bebas atau globalisasi, setiap negara terus melakukan upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang mampu menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR TAHUN 2013 TANGGAL BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur
Lebih terperinci3.4 Penentuan Isu-isu Strategis
Negeri atas tugas pokok dan fungsinya dengan memperhatikan visi, misi, dan arah kebijakan Pemerintah Republik Indonesia untuk lima tahun ke depan, serta kondisi obyektif dan dinamika lingkungan strategis,
Lebih terperinciMengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
SALINAN Menimbang PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN DAN PENETAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 28 TAHUN 2012 T E N T A N G
KONS EP 31-3-2012 BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 28 TAHUN 2012 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL, KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN POLA HUBUNGAN
Lebih terperinciPUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB DADAN ANUGRAH S.SOS, MSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
2. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal merupakan langkah strategis bangsa Indonesia untuk menyongsong era globalisasi ekonomi dengan memperkuat basis perokonomian daerah. Otonomi yang diberikan kepada
Lebih terperinci6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM
48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perubahan kepemimpinan nasional dari Orde Baru menuju Orde Reformasi, pola hubungan antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Pusat mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 22 tahun 1999 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia yang didasari oleh Undang- Undang Nomor 22 tahun 1999 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
Lebih terperinciVI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA
VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA Penurunan daya saing sektor industri agro Indonesia pada tahun 1995-2000, khususnya dibandingkan dengan Thailand dan China, perlu diantisipasi
Lebih terperinciBUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dari Orde Baru ke Orde Reformasi telah membuat beberapa perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tonggak perubahan yang bergerak sejak tahun 1998 dengan pergantian pemerintahan dari Orde Baru ke Orde Reformasi telah membuat beberapa perubahan dalam aspek
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA
PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola kehidupan sosial, politik dan ekonomi di Indonesia. Desentralisasi keuangan dan otonomi daerah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan antar daerah. Pelaksanaan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah merupakan kerangka dasar otonomi daerah yang salah satunya mengamanatkan dilaksanakannya perencanaan pembangunan
Lebih terperinciLaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Tahun 2012
Halaman : i Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara merupakan bentuk pertanggungjawaban atas pengelolaan sumberdaya sesuai dengan kewenangan atau mandat
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.
SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai jenis pembelanjaan. Seperti halnya pengeluaran-pengeluaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu perekonomian sangat dibutuhkan peran serta pemerintah untuk melakukan berbagai jenis pembelanjaan. Seperti halnya pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai,
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KONSOLIDASI USAHATANI SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KONSOLIDASI USAHATANI SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN Oleh : Mewa Ariani Kedi Suradisastra Sri Wahyuni Tonny S. Wahyudi PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI
Lebih terperinciBUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO
BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciRechtsVinding Online
SISTEM KESEHATAN DAERAH : ISU DAN TANTANGAN BIDANG KESEHATAN DI INDONESIA Oleh : Dona Budi Kharisma * Naskah diterima: 15 Februari 2018; disetujui: 23 Februari 2018 Saat ini, sektor kesehatan di Indonesia
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk
Lebih terperinciBAB 6 PENUTUP. A. Simpulan
BAB 6 PENUTUP A. Simpulan Kebijakan pengembangan kawasan industri merupakan kewenangan pemerintah daerah Kabupaten Karawang dalam menciptakan pusat-pusat pertumbuah ekonomi daerah yang menyediakan lahan
Lebih terperinciLD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM
I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL 1. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 47 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengelolaan pemerintah daerah baik ditingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota, memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No 22 tahun 1999 dan UU
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wilayah
8 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wilayah Pengembangan wilayah merupakan tindakan yang dilakukan pemerintah untuk mencapai suatu tujuan yang menguntungkan wilayah tersebut dengan meningkatkan pemanfaatan
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Pada bagian perumusan isu strategi berdasarkan tugas dan fungsi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan mengemukakan beberapa isu strategis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi membuka peluang masyarakat untuk dapat meningkatkan peran sertanya dalam pengelolaan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui efektivitas dampak kesejahteraan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui efektivitas dampak kesejahteraan investasi yang dilakukan pemerintah daerah dengan mengeluarkan kebijakan pembangunan
Lebih terperinciX. KESIMPULAN DAN SARAN. identifikasi kemiskinan dan program strategi pemberdayaan masyarakat miskin
X. KESIMPULAN DAN SARAN 10.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil kajian mengenai analisis identifikasi kemiskinan dan program strategi pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan berbasis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan pemerintah daerah, baik di tingkat propinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya Undang-Undang (UU)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah. didalamnya menetapkan kebijakan tentang desa dimana penyelenggaraan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah didalamnya menetapkan kebijakan tentang desa dimana penyelenggaraan Pemerintahan Desa merupakan
Lebih terperinciVIII. DUKUNGAN ANGGARAN DAN KELEMBAGAAN DALAM PENGEMBANGAN SEKTOR SEKTOR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA
VIII. DUKUNGAN ANGGARAN DAN KELEMBAGAAN DALAM PENGEMBANGAN SEKTOR SEKTOR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA 8.1. Alokasi Anggaran Pembangunan Terhadap Pengembangan Sektor Perekonomian Dalam mendorong kemajuan perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah Daerah diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas berbantuan sesuai dengan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan strategis organisasi adalah suatu rencana jangka panjang yang bersifat menyeluruh, memberikan rumusan ke mana organisasi akan diarahkan, dan bagaimana pemberdayaan
Lebih terperinciBAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN Sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014, pencapaian tujuan pembangunan nasional diprioritaskan untuk terwujudnya Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang berorientasi pertumbuhan di masa lalu telah menumbuhkan suatu kesenjangan yang besar, dimana laju pertumbuhan ekonomi tidak seimbang dengan peningkatan
Lebih terperinciPerencanaan dan Perjanjian Kerja
BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kerja 2.1 Rencana Strategis Renstra Bappeda Litbang disusun adalah dalam rangka mewujudkan visi dan misi daerah sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan UU nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah memisahkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen pemerintah daerah di Indonesia memasuki era baru seiring dengan diberilakukannya otonomi daerah. Otonomi daerah berlaku di Indonesia berdasarkan UU
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Lebih terperinciBAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM
BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak berupa tantangan dan peluang baru bagi proses pembangunan daerah di setiap negara, termasuk Indonesia.
Lebih terperinciGUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA
GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM KHUSUS GERAKAN BANGKIT, MANDIRI DAN SEJAHTERA HARAPAN SELURUH RAKYAT PAPUA PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengelolaan Pemerintah Daerah di Indonesia sejak tahun 2001 memasuki era baru yaitu dengan dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah ini ditandai dengan
Lebih terperinciWeakness, Opportunity and Threath). Dengan hasil pada masing-masing
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN Pada bagian identifikasi permasalah berdasarkan tugas dan fungsi Kantor
Lebih terperinciIII. KERANGKA PENDEKATAN STUDI DAN HIPOTESIS
III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Pemikiran Pada dasarnya negara Republik Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD Dengan dilantiknya Dr. H. Irianto Lambrie dan H. Udin Hianggio, B.Sc sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Utara periode jabatan
Lebih terperinciB. Maksud dan Tujuan Maksud
RINGKASAN EKSEKUTIF STUDI IDENTIFIKASI PERMASALAHAN OTONOMI DAERAH DAN PENANGANANNYA DI KOTA BANDUNG (Kantor Litbang dengan Pusat Kajian dan Diklat Aparatur I LAN-RI ) Tahun 2002 A. Latar belakang Hakekat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola setiap sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BLITAR RENCANA KERJA ( RENJA )
Pemerintah Kabupaten Blitar PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR RENCANA KERJA ( RENJA ) DINAS PERTERNAKAN KABUPATEN BLITAR TAHUN 2017 Jl. Cokroaminoto No. 22 Telp. (0342) 801136 BLITAR 1 KATA PENGANTAR Puji syukur
Lebih terperinciANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH. (Studi Kasus Kabupaten Klaten Tahun Anggaran )
ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Kasus Kabupaten Klaten Tahun Anggaran 2003-2007) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan ditentukan oleh pemerintah pusat, perencanaan dan kebijakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orde baru tumbang pada tahun 1988, karena sistem pemerintahan Orde Baru yang sentralistik dianggap tidak baik dan tidak sesuai lagi, karena rencana pembangunan ditentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Untuk memelihara kesinambungan dan peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, maka pelaksanaan
Lebih terperinciBAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,
BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja adalah dokumen rencana yang memuat program dan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai sasaran pembangunan, dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. angka pengangguran dapat dicapai bila seluruh komponen masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran rencana pembangunan nasional adalah pembangunan disegala bidang dan mencakup seluruh sektor ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SURABAYA
SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2003 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA STRATEGI DAERAH (RENSTRADA)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan pemerintah daerah, baik di tingkat propinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Reformasi tahun 1998 telah membuat perubahan politik dan administrasi, bentuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi merupakan suatu langkah yang telah dilakukan oleh pemerintah, salah satunya pada bidang pemerintahan daerah dan pengelolaan keuangan. Reformasi tahun
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari uraian program dan kegiatan DAK pada Dinas Kehutanan Pasaman
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari uraian program dan kegiatan DAK pada Dinas Kehutanan Pasaman Barat maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Implementasi program dan kegiatan DAK pada Dinas
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan reformasi sektor publik yang begitu dinamis saat ini tidak dapat dilepaskan dari tuntutan masyarakat yang melihat secara kritis buruknya kinerja
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG SALINAN NOMOR : 3 TAHUN 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciImplementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Agropolitan Sendang Kabupaten Tulungagung
Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Agropolitan Sendang Kabupaten Tulungagung Ardhana Januar Mahardhani Mahasiswa Magister Kebijakan Publik, FISIP, Universitas Airlangga, Surabaya Abstract Implementasi
Lebih terperinciANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004
ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004 (Penelitian Naturalistis Fenomenologis di SMK Negeri 1 Ambal) TESIS Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta
Lebih terperinciBAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM
BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciDaftar Isi. KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii
Daftar Isi KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii BAB. I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Dasar Hukum... I-1 1.2. Gambaran Umum Wilayah... I-2 1.2.1. Kondisi Geografis Daerah... I-2 1.2.2. Topografi...
Lebih terperinciLaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Tahun 2013
Halaman : i RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara merupakan bentuk pertanggungjawaban atas pengelolaan sumber daya sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Investasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi (BKPM, 2004). Investasi merupakan salah satu motor penggerak serta penopang pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanaan otonomi daerah, seorang kepala daerah dalam mengimplementasikan pola kepemimpinannya seharusnya tidak hanya berorientasi pada tuntutan untuk
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa usaha mikro, kecil dan
Lebih terperinciPENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN
PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN Oleh : NAMA : HASIS SARTONO, S.Kom NIP : 19782911 200312 1 010
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG
BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Masalah Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom yang terbentuk pada akhir tahun 2008 berdasarkan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terus menjadi topik yang diperbincangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam
Lebih terperinciBAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan
Lebih terperinci