Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Diet Dengan Kepatuhan Diet Penderita Hipertensi di Puskesmas Padang Bulan
|
|
- Indra Hartono
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol. 9 Suplemen (Desember 7) Hubungan Pengetahuan Tentang Diet Dengan Kepatuhan Diet Penderita Hipertensi di Puskesmas Padang Bulan Eva Sartika Dasopang *, Rina Gusti Rahayu. Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien, Medan, Sumatera Utara ABSTRACT: Hypertension or known as high blood disease or a condition where a person s blood pressure is above the normal limit. The purpose of this study was to determine the relationship level of knowledge about diet with compliance diet of hypertensive patients. This research uses explanatory research method with cross sectional approach. The location of the research was conducted at public health center padang bulan Medan in July 7. Samples were taken as many as respondents using total sampling. Data collection tools in this study using questionnaires. Data analysis using frequency distribution and chi-square. Pursuant to result of research indicate that level of knowledge of respondent about hypertension diet in Padang BulanPuskesmas including good category counted 98 responden (98%) while category less good counted respondent. Based on chi-square obtained p-value of. (p<.5) so that there is a correlation between the level of knowledge about diet with dietary compliance of hypertensive patients in public healt center Padang Bulan From the results of research that has been done, there is a correlation between the level of knowledge about diet and the compliance of diet of hypertensive patients in Public health center Padang Bulan Keyword: Level of knowledge, public health center, obedience, hypertension diet Corresponding Author: Eva Sartika Dasopang Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien, Medan, Sumatera Utara evasartikadasopang@yahoo. com ABSTRAK: Hipertensi atau dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi atau suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada diatas batas normal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang diet dengan diet penderita hipertensi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian explanatory research dengan pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian dilaksanakan di Puskesmas Padang Bulan Medan pada bulan Juli 7. Sampel diambil sebanyak responden dengan menggunakan quota sampling. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan distribusi frekuensi dan chi-square. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang diet hipertensi di Puskesmas Padang Bulan Medan termasuk kategori baik sebanyak 98 responden (98%) sedangkan kategori kurang baik sebanyak responden. Berdasarkan chi-square diperoleh p-value sebesar, (p<.5) sehingga terdapat hubungan tingkat pengetahuan tentang diet dengan Dari hasil penelitian didapat adanya hubungan tingkat pengetahuan tentang diet dengan diet penderita hipertensi di Puskesmas Padang Bulan Kata kunci: pengetahuan, puskesmas,, diet hipertens Access this article website: jstf.ffarmasi.unand.ac.id QR Code: PENDAHULUAN Hipertensi atau dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi atau suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada diatas batas normal yaitu mmhg untuk sistolik dan 8 mmhg untuk diastolik. Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung, gagal ginjal, dan penyakit pembuluh darah perifer. Dari seluruh penderita hipertensi, 9-95% hipertensi esensial atau hipertensi primer, yang penyebabnya tidak diketahui. Jika tidak dilakukan penanggulangan hipertensi dengan baik keadaan ini cenderung akan meningkat (Doenges, et. al., ). Tiap tahunnya, 7 juta orang di seluruh dunia meninggal akibat hipertensi. Problem kesehatan global terkait hipertensi dirasakan mencemaskan dan menyebabkan biaya kesehatan tinggi. Tahun saja hampir miliar penduduk dunia menderita hipertensi. Jumlah ini diperkirakan akan melonjak menjadi,5 miliar pada 5. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 7 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia sangat tinggi, yaitu 3,7% artinya hampir dari 3 penduduk usia 8 tahun ke atas menderita hipertensi (Departemen Kesehatan RI, 8). Cara yang paling baik dalam menghindari komplikasi hipertensi adalah dengan mengatur diet / pola makan seperti rendah garam, rendah kolesterol dan lemak jenuh, meningkatkan komsumsi buah dan sayuran, tidak mengkonsumsi alkohol dan rokok. Permasalahan saat ini masih s
2 ditemukan pasien hipertensi yang tidak patuh terhadap dietnya. Kepatuhan pasien ditentukan oleh beberapa hal antara lain persepsi tentang kesehatan, pengalaman mengobati sendiri, pengalaman dari terapi sebelumnya, lingkungan (teman dan keluarga), adanya efek samping obat, keadaan ekonomi, dan interaksi dengan tenaga kesehatan (Niven, ). Kepatuhan merupakan hal yang mendasar dan harus ada dalam program pengobatan yang efektif dan tepat waktu, didalam pencapaian dalam pengobatan hipertensi diberlakukan partisipasi aktif pasien didalam merawat kesehatannya, mencari informasi tentang penanganan penyakit dari dokter, melakukan program diet, dan perubahan gaya hidup (Gardner, et. al., 7). Diet bagi penderita hipertensi adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah dan mempertahannya menuju normal. Disamping itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah. Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk menghindari dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah (Kurniawan, ). Berdasarkan kejadian diatas penulis tertarik melakukan penelitan tentang Hubungan Pengetahuan tentang Diet dengan Kepatuhan Diet Penderita Hipertensi di Puskesmas Padang Bulan. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan pendekatan cross sectional dengan pengukuran variabel dependen dan variabel independen yang dilakukan pada waktu yang sama yang bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pengaruh dari variabelvariabel karakteristik penderita hipertensi, pengetahuan penderita, dan sikap penderita dengan variabel dependen yaitu diet penderita hipertensi di Puskesmas Padang Bulan. Tempat penelitian ini dilakukan di Puskesmas Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Penelitian ini dimulai pada bulan Juli - Agustus 7. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi yang menjalani pengobatan di Puskesmas Padang Bulan. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu pasien hipertensi, umur 45 tahun, bukan ibu hamil, dan bersedia menjadi responden. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah quota sampling, yaitu teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak orang pasien hipertensi yang masih menjalani pengobatan di Puskesmas Padang Bulan. Setelah semua data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data secara univariat dan bivariat. Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis data untuk variabel demografi (umur, jenis kelamin, pendidikan dan wilayah), pengetahuan, sikap dan diet menggunakan statistik deskriptif dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase. Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan lebih dari dua variabel menggunakan uji chi square, perbedaan dinyatakan bermakna jika p,5. Analisa bivariat berfungsi untuk mengetahui hubungan antara demografi, pengetahuan dan sikap dengan diet hipertensi. HASIL DAN DISKUSI Responden dalam penelitian ini adalah pasien penderita penyakit hipertensi yang tinggal di wilayah Puskesmas Padang Bulan selama tahun 7 dan masih menjalani pengobatan. Dari hasil penelitian pada responden dapat digambarkan karakteristik berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, dan wilayah. Distribusi responden berdasarkan karakteristik dapat dilihat pada Tabel. Dari hasil penelitian diketahui bahwa umur responden terbanyak terdapat pada kelompok lanjut usia (6-74) sebanyak 55 responden (55%), hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin besar resiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 4 tahun mempunyai resiko terkena hipertensi. Tekanan darah meningkat karena terjadi perubahan alami pada jantung dan berkurangnya elastisitas dari arteri, sehingga insidensi hipertensi lebih tinggi terjadi pada usia lanjut (Sugiharto, et. al., 7). Untuk kategori jenis kelamin sebanyak 4 responden (4%) berjenis kelamin laki-laki sedangkan sebanyak 58 responden (58%) berjenis kelamin perempuan. Hal ini disebabkan karena pada perempuan yang akan memasuki masa menopause akan terjadi ketidakseimbangan hormon, dimana hormon progesteron lebih tinggi dari pada hormon estrogen. Selain itu, perempuan juga memiliki tingkat stress yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki sehingga perempuan memiliki resiko lebih tinggi menderita hipertensi (Prihandana, et. al., ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok pendidikan paling banyak adalah pendidikan Akademi/Sarjana sebanyak 35 responden (35%) dan kelompok pendidikan paling sedikit adalah kelompok tidak tamat SD sebanyak 7 responden (7%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok wilayah paling banyak adalah kelurahan padang bulan sebanyak 49 responden (49%) dan kelompok wilayah yang paling sedikit adalah kelurahan petisah hulu sebanyak 8 responden (8%). Distribusi responden berdasarkan kategori pengetahuan, sikap dan dapat dilihat pada table. Pengetahuan responden dapat dilihat dari apa yang diketahui oleh responden tentang penyakit hipertensi dan diet hipertensi. Dari hasil ukur menyatakan bahwa responden yang mendapatkan skor 6- dinyatakan baik sedangkan skor -5 dinyatakan kurang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari responden sebanyak 98 responden (98%) memiliki pengetahuan yang baik, sedangkan sebanyak s Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol. 9 Suplemen (Desember 7)
3 Tabel. Distribusi responden berdasarkan karakteristik No. Karakteristik Responden Jumlah %. Umur (Tahun) (Usia Pertengahan) 36 36% (Lanjut Usia) 55 55% (Lanjut Usia Tua) 9 9% Jumlah %. Jenis Kelamin. Laki-laki 4 4%. Perempuan 58 58% Jumlah % 3. Pendidikan. Tidak tamat SD 7 7%. SD 6 6% 3. SMP 5 5% 4. SMA 7 7% 5. Akademi/Sarjana 35 35% Jumlah % 4. Wilayah. titi rantai %. merdeka % 3. padang bulan 49 49% 4. darat % 5. babura % 6. petisah hulu 8 8% Jumlah % Tabel. Distribusi responden berdasarkan kategori pengetahuan, sikap dan No Kategori Jumlah Persentase (%) Pengetahuan. Baik. Kurang baik 6 4,3 Total % Sikap. Baik. Kurang baik 3 9,35 Total % 3 Kepatuhan. Baik. Kurang baik 37 6,6 Total % responden memiliki pengetahuan yang kurang baik. Hal ini terjadi dikarenakan sebagian besar dari responden mempunya usia 6-74 tahun (55%) sehingga semakin tua umur seseorang semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang diperoleh dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya terutama terpaparnya informasi dari pendidikan informal dari petugas kesehatan mengenai penyakitnya (Mardiyati, et. al., 9). Hasil penelitian menujukkan bahwa seluruh responden dinyatakan memiliki sikap yang baik terhadap pengobatan diet hipertensi. Hal ini dilihat dari hasil ukur bahwa responden yang mendapatkan skor 6- dinyatakan baik sedangkan skor -5 dinyatakan kurang baik. sikap responden dilatarbelakangi oleh perilaku responden sendiri sendiri. Riwayat penyakit yang diderita akan menjadikan suatu pengalaman hidup yang berguna bagi dirinya untuk bagaimana harus bertindak denga baik. Pengalaman-pengalaman inilah yang akan menjadi suatu kondisi yang berpengaruh pada perilakunya [9]. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari responden sebanyak 97 responden (97%) memiliki yang baik, sedangkan sebanyak responden memiliki yang kurang baik. Hal ini dilihat dari hasil ukur bahwa responden yang mendapatkan skor 6- dinyatakan baik sedangkan skor -5 dinyatakan kurang baik. Kepatuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengetahuan. Semakin tinggi pengetahuan, maka seseorang akan patuh dalam mejalankan diet hipertensi, sedangkan semakin rendah pengetahuan maka sseorang cenderung tidak patuh dalam menjalankan diet hipertensi (Kusumastuti, et. al., 4). Gambaran hubungan umur dengan Medan dapat dilihat pada tabel 3. Responden yang berusia pertengahan memiliki ketidakpatuhan sebanyak Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol. 9 Suplemen (Desember 7) s3
4 %, sedangkan yang memiliki adalah sebesar 34%. Pada responden yang lanjut usia memiliki ketidakpatuhan % sedangkan yang memiliki adalah sebesar 54%. Pada responden lanjut usia tua memiliki 9%. Berdasarkan uji chi square didapatkan hasil p,59 (>.5) dan setelah dilakukan olahan data, umur tidak memengaruhi diet penderita hipertensi. Setelah dilakukan penyebaran kuesioner diperoleh bahwa mayoritas responden lanjut usia hasil tertinggi diet penderita hipertesi yang baik didominasi oleh lanjut usia (6-74 tahun) yaitu sebanyak 54 responden (54%) dimana responden dengan kelompok lanjut usia fungsi organnya mulai menurun sehingga diperlukan pola diet yang baik dan teratur. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan diet penderita hipertensi (Wuri, et. al., 8). Tabel 3. Gambaran hubungan umur dengan diet penderita hipertensi di Puskesmas Padang Bulan Usia Pertengahan (45-59) Baik 34 (34%) Tidak Baik Total 36 (36%) Umur Lanjut Usia (6-74) 54 (54%) 55 (55%) Lanjut Usia Tua (75-9) 9 (9%) 9 (9%),59 Gambaran hubungan jenis kelamin dengan diet penderita hipertensi di Puskesmas Padang Bulan Medan dapat dilihat pada tabel 4. Responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 4% memiliki yang baik sedangkan sebanyak % memiliki tidak baik. Pada responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 56% memiliki yang baik sedangkan sebanyak % memiliki yang tidak baik. Berdasarkan uji chi square didapat hasil p,757 (>.5) bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi tingkat diet penderita hipertensi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan diet penderita hipertensi (Wuri, et. al., 8). Gambaran hubungan pendidikan dengan Medan dapat dilihat pada tabel 5. Responden yang tidak tamat SD memiliki sebesar 7%. Pada responden yang tamat SD memiliki sebesar 5% sedangkan yang tidak patuh sebesar %. Pada responden yang tamat SMP memiliki sebesar 4% sedangkan yang tidak patuh sebesar %. Pada responden yang tamat SMA memiliki sebesar 7%. Pada responden Sarjana/Akademik memiliki sebesar 34% sedangkan yang tidak patuh sebesar %. Berdasarkan uji chi square didapat hasil p,86 (>.5) bahwa pendidikan tidak mempengaruhi tingkat diet penderita hipertensi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan diet penderita hipertensi. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan penderita hipertensi bukanlah faktor utama penentu diet penderita hipertensi (Wuri, et. al., 8). Tabel 4. Gambaran hubungan jenis kelamin dengan Laki-laki Baik 4 (4%) Tidak Baik Total 4 (4%) Jenis kelamin Perempuan 56 (56%) 58 (58%),757 Gambaran hubungan wilayah dengan Medan dapat dilihat pada tabel 6. Responden kelurahan titi rantai memiliki sebesar % sedangkan yang tidak patuh sebesar %. Pada kelurahan merdeka memiliki sebesar %. Pada kelurahan padang bulan memiliki sebesar 47% sedangkan yang tidak patuh sebesar %. Pada kelurahan darat memiliki sebesar %. Pada kelurahan Babura memiliki sebesar %. Pada kelurahan petisah hulu memiliki sebesar 8%. Berdasarkan uji chi square didapat hasil p,765 (>.5) bahwa wilayah tidak mempengaruhi tingkat diet penderita hipertensi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara wilayah dengan diet penderita hipertensi. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa wilayah penderita hipertensi bukanlah faktor utama penentu diet penderita hipertensi (Wuri, et. al., 8). Gambaran hubungan pengetahuan dengan diet penderita hipertensi di Puskesmas Padang Bulan Medan dapat dilihat pada tabel 7. Responden yang berpengetahuan baik memiliki ketidakpatuhan sebesar % dan yang memiliki sebesar 97%. Pada responden yang berpengetahuan kurang baik memiliki ketidakpatuhan %. Berdasarkan uji chi square didapat hasil p, (<.5) bahwa pengetahuan mempengaruhi tingkat diet penderita hipertensi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan diet penderita hipertensi. Karena semakin tinggi tingkat pengetahuan s4 Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol. 9 Suplemen (Desember 7)
5 Tabel 5. Gambaran hubungan pendidikan dengan Baik 7 (7%) Tidak Baik Total 7 (7%) Pendidikan Tidak tamat SD SD SMP SMA Sarjana/ Akademi 5 (5%) 6 (6%) 4 (4%) 5 (5%) 7 (7%) 7 (7%) 34 (34%) 35 (35%),86 Tabel 6. Gambaran hubungan wilayah dengan Titi rantai Merdeka Padang Bulan Wilayah Darat Babura Petisah hulu Baik (%) 47 (47%) (%) 8 (8%) Tidak Baik,765 Total 49 (49%) (%) 8 (8%) Tabel 7. Gambaran hubungan pengetahuan dengan maka semakin baik pasien terhadap pola diet hipertensi (Wuri, et. al., 8). Pengetahuan yang baik akan mendorong seseorang untuk berperilaku yang tepat khususnya dalam pencegahan hipertensi dengan diet, dimana perilaku biasanya dipengaruhi oleh respon individu terhadap stimulus, tergantung bagaimana reaksi individu untuk merespon terhadap suatu stimulus yang ada pada suatu tindakan atau perilaku (Notoatmojo S, et. al., 3) KESIMPULAN Baik Baik 97 (97%) Tidak Baik Total 98 (98%) Pengetahuan Kurang baik, Sebanyak (98%) responden di Puskesmas Padang Bulan mempunyai pengetahuan yang baik tentang diet hipertensi. Sebanyak (97%) responden di Puskesmas Padang Bulan patuh dalam melaksanakan diet hipertensi. Terdapat adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang diet dengan DAFTAR PUSTAKA. Agoes, A, dkk. (3). Hubungan Pengetahuan tentang Faktor Resiko Hipertensi dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Dinoyo. Malang.. Departemen Kesehatan RI. (8). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 8. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 3. Doenges, Marilyn E. (). Rencana Asuhan Keperawatan. Ed. 3. Jakarta: EGC. 4. Gardner, F.Samuel. (7). Smart Treatment for High Blood Pressure. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. 5. Kurniawan. (). Gizi seimbang untuk mencegah hipertensi. Seminar Hipertensi Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran YARSI. Jakarta. 6. Kusumastuti, Devita Indra. (4). Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet Hipertensi pada Lansia yang Mengalami Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta. Skripsi Program Studi S- Keperawatan Kusuma Husada Surakarta. 7. Mardiyati, Y. (9). Hubungan Pengetahuan Penderita Hipertensi dengan Sikap Menjalani Diet Hipertensi di Puskesmas Ngawen Kabupaten Gunung Kidul Provinsi D.I.Y. Universitas Muhamadiyah Surakarta. 8. Niven, N. (). Psikologi Kesehatan. Jakarta: EGC. 9. Notoatmojo, S. (3). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.. Prihandana, Sadar. (). Studi Fenomenologi: Pengalaman Kepatuhan Perawatan Mandiri pada Pasien Hipertensi di Poliklinik RSI Siti Hajar Kota Tegal, Tesis, UI. Depok. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol. 9 Suplemen (Desember 7) s5
6 . Sugiharto, Aris. (7). Faktor-Faktor Resiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat, Tesis, Universitas Diponegoro. Semarang.. Wuri, Nirawati Renika, dkk. (8). Hubungan Pengetahuan tentang Diet dengan Kepatuhan Diet Penderita Hipertensi di Klinik 4 Jam Mardi Mulya Semarang. Semarang: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang. s6 Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol. 9 Suplemen (Desember 7)
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang. Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif,
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG 7 Anik Eka Purwanti *, Tri Nur Hidayati**,Agustin Syamsianah*** ABSTRAK Latar belakang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN DIIT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIANTAN HILIR PONTIANAK
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN DIIT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIANTAN HILIR PONTIANAK EKO DWI PURNOMO NIM. I31112087 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau yang dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang mencapai lebih dari 140/90 mmhg. Penyakit
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR
HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR. R. D. KANDOU MANADO Yosprinto T. Sarampang 1), Heedy
Lebih terperinciINTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3
INTISARI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PENDERITA HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI CUKA KABUPATEN TANAH LAUT M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd.,
Lebih terperinciHUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD
HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Fitri Maulidia 1 ; Yugo Susanto 2 ; Roseyana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, membuat usia harapan hidup manusia relatif bertambah panjang. Menurut United Nations: World Population
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut The Seventh Report of The Joint National Committe on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun 2003, hipertensi adalah peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg pada dua kali pengukuran selang waktu lima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi terbanyak keempat setelah China, India,
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi
HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK, RIWAYAT KELUARGA DAN UMUR DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI DESA TARABITAN KECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASA UTARA Gloria J. Tular*, Budi T. Ratag*, Grace D. Kandou**
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kulon Progo yang memiliki 8 dukuh, yaitu Dhisil, Giyoso, Kidulan,
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Salamrejo. Desa Salamrejo merupakan salah satu dari 8 desa di Kecamatan Sentolo,
Lebih terperinciTedy Candra Lesmana. Susi Damayanti
TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Diabetes mellitus DAN DETEKSI DINI DENGAN MINAT DETEKSI DINI PADA MASYARAKAT DI DESA DRONO KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN KLATEN 1 Tedy Candra Lesmana 2 Susi Damayanti 1,2 Dosen
Lebih terperinciHERNAWAN TRI SAPUTRO J
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG HIPERTENSI DENGAN SIKAP KEPATUHAN DALAM MENJALANKAN DIIT HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS ANDONG KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau yang juga dikenal sebagai tekanan darah tinggi, adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami peningkatan tekanan. Tekanan
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA
Jurnal ISSN Farmasetis : Cetak 2252-9721 Volume 2 No 1, Hal 13-18, Mei 2013 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA Itsna Diah Kusumaningrum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit degeneratif tersebut antara
Lebih terperinciJurnal Kesehatan Masyarakat
KEMAS (1) (2013) -105 Jurnal Kesehatan Masyarakat http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas KEPATUHAN DIIT PASIEN HIPERTENSI Arista Novian Klinik Mitra Keluarga Semarang, Indonesia Info Artikel Sejarah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan meningkatnya konstraksi pembuluh darah arteri sehingga terjadi resistensi aliran
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN
ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN, Ana Ulfah Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin Email: perdana_182@yahoo.co.id ABSTRAK Menurut WHO (World Health Organization)
Lebih terperinciINTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PERILAKU PENGOBATAN DENGAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD DR.
1 INTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PERILAKU PENGOBATAN DENGAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN Jamalianti S 1 ; Riza Alfian 2 ; Hilda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir 1 miliar atau sekitar seperempat dari seluruh populasi orang dewasa di dunia menyandang tekanan darah tinggi, dan jumlah ini cenderung terus meningkat.
Lebih terperinciPHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN
HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN KONTRASEPSI PIL DAN RIWAYAT KELUARGA DENGAN HIPERTENSI PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANIKI BAWAH KECAMATAN MAPANGET KOTA MANADO Ceidy Silva Tamunu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada populasi umum, pria lebih banyak yang menderita penyakit ini dari pada wanita (pria 39 % dan wanita
Lebih terperinciKEPATUHAN LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DALAM PEMENUHAN DIET HIPERTENSI
Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi dalam Pemenuhan Diet Hipertensi (Agrina, Sunarti Swastika Rini dan Riyan Hairitama) KEPATUHAN LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DALAM PEMENUHAN DIET HIPERTENSI Agrina 1,
Lebih terperinciKORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU
KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU Yeni Mulyani 1, Zaenal Arifin 2, Marwansyah 3 ABSTRAK Penyakit degeneratif
Lebih terperinciPENGARUH PENDAMPINGAN PERILAKU DIET HIPERTENSI TERHADAP DI KAMPUNG SANGGRAHAN ABSTRAK
PENGARUH PENDAMPINGAN PERILAKU DIET HIPERTENSI TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI DI KAMPUNG SANGGRAHAN Ayu Rosiana 1, Ns. Happy Indri Hapsari, M.Kep 2, bc. Yeti Nurhayati, M.Kes 2. ABSTRAK
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga di dunia setiap tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : VRIASTUTI 201210201214 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmhg. Pada populasi
Lebih terperinciHubungan Tingkat Kepatuhan Diet terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Desa Nambangan
Hubungan Tingkat Kepatuhan Diet terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Desa Nambangan Kristiana Puji Purwandari 1 *, Yohanes Wahyu Nugroho 2 1,2 Akademi Keperawatan Giri Satria Husada Wonogiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan
Lebih terperinci82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes
GAYA HIDUP PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATES KABUPATEN KULON PROGO Ana Ratnawati Sri Hendarsih Anindya Intan Pratiwi ABSTRAK Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan berbagai penyakit degeneratif sangatlah pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang mengiringi proses penuaan. Penyakit degeneratif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di dunia. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolic
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hipertensi merupakan peningkatan dari tekanan darah systolik diatas standar. Hipertensi termasuk penyakit dengan angka kejadian (angka prevalensi) yang cukup tinggi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN
PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN Diza Fathamira Hamzah Staff Pengajar Program Studi Farmasi
Lebih terperinciKata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, INDEKS MASSA TUBUH DAN KONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT TK.III R. W. MONGISIDI MANADO Pretisya A. N. Koloay*, Afnal Asrifuddin*, Budi T. Ratag*
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT DIABETES MELLITUS
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT DIABETES MELLITUS (Studi Pada Pasien Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dokter Soekardjo Tasikmalaya) Andina Dea Priatna 1) Nur Lina dan Siti Novianti
Lebih terperinciUnnes Journal of Public Health
UJPH 4 (3) (2015) Unnes Journal of Public Health http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PENGOBATAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA ASAM URAT DENGAN KEPATUHAN DIET RENDAH PURIN DI GAWANAN TIMUR KECAMATAN COLOMADU KARANGANYAR
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA ASAM URAT DENGAN KEPATUHAN DIET RENDAH PURIN DI GAWANAN TIMUR KECAMATAN COLOMADU KARANGANYAR Rizka Dwi Ariani 1), Sunardi 2), Rufaida Nur Fitriana 3) 1,2,3 Prodi
Lebih terperinciPENGARUH KONSUMSI LEMAK TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH KONSUMSI LEMAK TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan ancaman serius dan tantangan utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Global
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi termasuk masalah yang besar dan serius karena sering tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG
AISYAH: JURNAL ILMU KESEHATAN 2 (1) 2017, 23 30 Available online at http://ejournal.stikesaisyah.ac.id/index.php/eja FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN
Lebih terperinciINTISARI. Kata Kunci : Hipertensi, Pelayanan Komunikasi, Informasi Dan Edukasi.
INTISARI GAMBARAN PELAYANAN KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN Halimatus Sa diah 2 ; Ratih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa
Lebih terperinciKARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN PASIEN DENGAN MOTIVASI MELAKUKAN KONTROL TEKANAN DARAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SRAGI I PEKALONGAN
KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN PASIEN DENGAN MOTIVASI MELAKUKAN KONTROL TEKANAN DARAH DI WILAYAH KERJA Abstract PUSKESMAS SRAGI I PEKALONGAN Mubin,MF. 1, Samiasih,A. 2 Hermawanti T 3 1,2,3 Fakultas Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insidens dan prevalensi PTM (Penyakit Tidak Menular) diperkirakan terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan tantangan utama masalah kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Presentase penduduk lansia Indonesia telah mencapai angka diatas 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur usia tua atau lansia. Derajat kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA
HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Rabiatunnisa 1610104257 PROGRAM STUDI BIDAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap penyakit memiliki pengaruh terhadap individu dan lingkungan. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh penyakit pada sistem otot
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di RSUD RAA Soewondo Pati dan dilakukan. pada 1Maret 2016 sampai dengan bulan 1 April 2016.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia. Hipertensi merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Meningkatnya arus globalisasi disegala bidang dengan perkembangan tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan gaya hidup pada masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pengetahuan diet dan perilaku membaca informasi nilai gizi makanan kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DAN AKTIFITAS FISIK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN POLIKLINIK UMUM DI PUSKESMAS RANOTANA WERU KOTA MANADO Giroth Linda Julia*, Angela F. C. Kalesaran*, Sekplin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik konsisten di atas 140/90 mmhg. Diagnosis hipertensi tidak berdasarkan pada peningkatan tekanan darah
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah
Lebih terperinciPENELITIAN. HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU PENDERITA HIPERTENSI DALAM PENCEGAHAN STROKE di PUSKESMAS PONOROGO UTARA KABUPATEN PONOROGO
PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU PENDERITA HIPERTENSI DALAM PENCEGAHAN STROKE di PUSKESMAS PONOROGO UTARA KABUPATEN PONOROGO Oleh : Khoirul Musthofa 10611807 PRODI D III KEPERAWATAN FAKULTAS
Lebih terperinci2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PENDERITA HIPERTENSI
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PENDERITA HIPERTENSI Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Keperawatan pada Fakultas Ilmu Kesehatan
Lebih terperinciPromotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL 1) Rustam I. Laboko 1) Dinas Kesehatan Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah ABSTRAK Penyakit
Lebih terperinciJurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn :
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN TEKANAN DARAH DI RT 05 DESA KALISAPU KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015 Seventina Nurul Hidayah Program Studi D III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Jl.Mataram no.09
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara
Lebih terperinciHUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG
HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG Nunung Nurjanah * Tiara Dewi Septiani** Keperawatan Anak, Program Studi Ilmu Keperawatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di Negara Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh tenaga kesehatan
Lebih terperinciKata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat
HUBUNGAN ANTARA UMUR, JENIS KELAMIN DAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR ASAM URAT DARAHPADA MASYARAKAT YANG DATANG BERKUNJUNG DI PUSKESMAS PANIKI BAWAH KOTA MANADO Jilly Priskila Lioso*, Ricky C. Sondakh*,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit degeneratif tersebut
Lebih terperinciHUBUNGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM MENGKONSUMSI OBAT CAPTOPRIL TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN
INTISARI HUBUNGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM MENGKONSUMSI OBAT CAPTOPRIL TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN Reni Sulastri 1 ; Ratih Pratiwi Sari 2 ; Maria
Lebih terperinciSKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MEROKOK DENGAN PROFIL TEKANAN DARAH. di RT 03 RW1 Dusun Semambu Desa Paringan Jenangan Ponorogo
SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MEROKOK DENGAN PROFIL TEKANAN DARAH di RT 03 RW1 Dusun Semambu Desa Paringan Jenangan Ponorogo Oleh : SUNANDAR NIM : 13631371 PROGRAM STUDI S I KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit degeneratif, yang salah satunya adalah
Lebih terperinciAbstrak. Anih Kurnia, M.Kep., Ners Program Studi D III Keperawatan STIKes BTH Tasikmalaya
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPATUHAN PENDERITA HIPERTENSI DALAM PERAWATAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA Anih Kurnia, M.Kep., Ners Program Studi D III Keperawatan
Lebih terperinciABSTRAK PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA HIPERTENSI PRIMER TERHADAP HIPERTENSI
ABSTRAK PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA HIPERTENSI PRIMER TERHADAP HIPERTENSI Havez, 2012. Pembimbing I : H. Edwin Setiabudi, dr, SpPD-KKV. Pembimbing II : Donny Pangemanan, drg, SKM. Hipertensi
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 1 Gumarang, 2 Gita 1,2 Akademi Keperawatan Prima Jambi Korespondensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan berbagai perubahan pola penyakit, yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Peningkatan
Lebih terperinciHubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014
386 Artikel Penelitian Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014 Selvia Emilya 1, Yuniar Lestari 2, Asterina 3 Abstrak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya transisi epidemologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatkan perubahan penyakit dari penyakit infeksi
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI Iwan Permana, Anita Nurhayati Iwantatat73@gmail.com
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kronik didefinisikan sebagai kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan jangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya arus globalisasi di segala bidang berupa perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada pola hidup masyarakat.
Lebih terperinciBAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi dikenal sebagai tekanan darah tinggi. Hipertensi adalah kondisi peningkatan persisten tekanan darah pada pembuluh darah vaskular. Tekanan yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kabo (2010) hipertensi adalah suatu penyakit kronis dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh Report of the Joint National Committe
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi kognitif merupakan bagian dari fungsi kortikal luhur, dimana pengetahuan fungsi kognitif luhur mengaitkan tingkah laku manusia dengan sistem saraf. Fungsi
Lebih terperinci