HUBUNGAN KOMPONEN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS NIKI-NIKI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
|
|
- Widya Makmur
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HUBUNGAN KOMPONEN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS NIKI-NIKI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN ABSTRAK Mery Aferdina Kosat, S.M.J Koamesah, Kresnawati W. Setiono Diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada balita terutama di negara berkembang seperti di Indonesia. Sanitasi lingkungan dan perilaku hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan buang air besar sembarangan, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas, pengelolaan air minum dan makanan yang tidak higienis serta pengelolaan sampah dan limbah cair rumah tangga yang tidak aman merupakan faktor yang dapat menyebabkan kejadian diare terutama pada balita. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan rancangan studi kasus kontrol yang bertujuan untuk mengetahui hubungan komponen sanitasi total berbasis masyarakat dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Niki-Niki Kabupaten Timor Tengah Selatan. Sampel diambil dengan menggunakan teknik consecutive sampling dan diperoleh jumlah sampel sebanyak 90 orang dengan perbandingan antara kelompok kasus 45 orang dan kelompok kontrol 45 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencatat hasil rekam medik responden lalu melakukan wawancara dan observasi langsung dirumahnya. Hasil analisis statistik chi-square diperoleh adanya hubungan yang signifikan antara komponen stop buang air besar sembarangan (p = 0,000 dan OR = 0,051), cuci tangan pakai sabun (p = 0,000 dan OR = 0,037), pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga (p = 0,000 dan OR = 0,098), pengamanan sampah rumah tangga (p = 0,03 dan OR = 0,334) dan pengamanan limbah cair rumah tangga (p = 0,000 dan OR = 0,102) dengan kejadian diare pada balita. Kata Kunci: sanitasi total berbasis masyarakat, diare, balita, puskesmas Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan derajat kesakitan dan kematian yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang. Umumnya penyakit ini dapat menyerang semua kelompok usia namun yang biasanya rentan untuk terkena diare adalah bayi dan balita. (1) Menurut data World Health Organisation di negara berkembang sekitar 17,5-25% kematian pada anak usia dibawah lima tahun diakibatkan oleh diare dan lebih dari 1,5 juta anak meninggal setiap tahun akibat diare tersebut. (2) Di Indonesia, dari Hasil Riset Kesehatan Dasar (2013) insiden diare pada balita yakni 6,7%. (3) Survei Kesehatan Nasional menunjukkan bahwa diare merupakan penyebab kematian nomor dua yaitu sebesar 23,0% pada balita dan nomor tiga yaitu sebesar 11,4% pada bayi. (4) Di Provinsi Nusa Tenggara Timur, berdasarkan profil kesehatan NTT (2010) jumlah penderita diare terutama pada balita sebesar kasus dengan case fatality rate (CFR) sebesar 1,61%. (5) Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten TTS (2014), jumlah penderita diare sebesar 9421 kasus. Di Puskesmas Niki-Niki jumlah kasus diare ditemukan sebanyak 615 kasus. Dilaporkan juga kematian balita akibat diare di kabupaten TTS hanya ditemukan di Puskesmas Niki-Niki yaitu sebanyak dua kasus. (6) Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung menjadi pendorong terjadinya penyakit diare. Dari beberapa faktor yang ada, penyakit ini berhubungan langsung dengan lingkungan dan perilaku perorangan dimana keduanya saling berinteraksi. Apabila faktor lingkungan Universitas Nusa Cendana 139
2 tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi. Faktor lingkungan serta perilaku yang bisa menyebabkan terjadinya diare yakni kebiasaan buang air besar secara sembarangan, kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek, serta pengelolaan air minum dan makanan yang tidak hiegenis. (7) Berbagai penelitian telah dilakukan berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare. Dari penelitian tersebut diperoleh faktor yang paling mempengaruhi kejadian diare di suatu wilayah yakni faktor lingkungan dan perilaku. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Pradirga R, Arsyad D, Wahiduddin (2014) di Makassar diperoleh hubungan yang bermakna antara kebiasaan mencuci tangan dan menggunakan jamban dengan kejadian diare. (7) Penelitian yang dilakukan oleh Agus S, Handoyo dan Widiyanti (2009) di Kebumen juga menunjukan hal yang sama yakni keadaan lingkungan dan pola higiene sanitasi memiliki hubungan bermakna dengan kejadian diare. (8) Namun hasil berbeda diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Hardi A, Masni dan Rahma (2012) di Makassar mengenai faktor risiko diare pada balita didapatkan hanya faktor lingkungan yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian diare sedangkan faktor perilaku tidak. (9) Pada penelitian yang dilakukan oleh Sinthamurniwaty di Semarang, diperoleh justru faktor lingkungan dan perilaku tidak memiliki hubungan bermakna dengan kejadian diare pada balita. (10) Meskipun telah banyak penelitian yang dilakukan berkaitan dengan kejadian diare namun nyatanya kasus diare tidak mengalami penurunan. Berbagai upaya juga telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi kejadian diare yang terjadi di masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan ialah dengan program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM). STBM adalah salah satu program nasional yang bertujuan untuk menurunkan kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan STBM memiliki lima pilar utama yakni bebas buang air besar sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga dan pengelolaan limbah cair rumah tangga. (11) Berdasarkan data Riskesdas (2013) tentang proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi improved berdasarkan kriteria JMP WHO- UNICEF 2006, NTT berada dalam urutan sanitasi terendah bersama Papua dengan angka proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi improved sebesar 30,5%. Dari data Riskesdas (2013) NTT juga menempati urutan kedua tertinggi (setelah Papua) untuk pembuangan akhir tinja tidak ke tangki septik (SPAL, kolam/sawah, langsung ke sungai/danau/laut, langsung ke lubang tanah, atau ke pantai/kebun) dengan persentase sebesar 65,3%. Sedangkan untuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) NTT menempati urutan ketiga terendah setelah Papua dan Aceh dengan persentase sekitar 20% sedangkan proporsi nasional sebesar 32,3%. (3) Berdasarkan profil kesehatan NTT (2010), Kabupaten TTS menempati urutan keenam terendah untuk rumah sehat dengan persentasi sebesar 45% sedangkan untuk PHBS TTS menempati urutan pertama terendah dengan presentasi 24,8%. (5) Observasi langsung dilapangan terkait komponen STBM di wilayah kerja Puskesmas Niki-Niki didapatkan, jika dibandingkan dengan beberapa puskesmas yang ada di Kabupaten TTS misalnya Puskesmas kota SoE, meskipun kasus diarenya menempati urutan tertinggi namun komponen STBM diwilayah tersebut sudah tergolong baik. (6) Dengan memperhatikan data-data tersebut diatas dimana di Kabupaten TTS terutama di Puskesmas Niki-Niki kasus Universitas 140 Nusa Cendana Universitas Nusa Cendana 140
3 diare masih terbilang cukup tinggi dengan ditemukannya kasus kematian balita akibat diare dan data mengenai sanitasi dan PHBS yang rendah di NTT khususnya di Kabupaten TTS dan di Puskesmas Niki- Niki maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut ditinjau dari beberapa aspek yang sangat mempengaruhi kejadian diare yakni komponen sanitasi total masyarakatnya dengan mempertimbangkan penelitianpenelitian sebelumnya yang masih menuai pro dan kontra. Adapun penelitian yang dilakukan yakni hubungan komponen sanitasi total berbasis masyarakat dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Niki-Niki. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Niki-Niki Kabupaten TTS pada Bulan Oktober-November Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode analitik observasional dengan rancangan studi kasus kontrol untuk melihat hubungan antara komponen sanitasi total berbasis masyarakat dengan kejadian diare pada balita dengan melakukan perbandingan antara kelompok kasus (pasien dengan efek atau penyakit tertentu) dengan kelompok kontrol (mereka yang tidak menderita penyakit tertentu atau efek). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita yang berada di wilayah kerja Puskesmas Niki- Niki Kabupaten TTS. Sampel diambil dengan menggunakan teknik consecutive sampling dan diperoleh jumlah sampel sebanyak 90 orang dengan perbandingan antara kelompok kasus 45 orang dan kelompok kontrol 45 orang. Dilakukan analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi setiap variabel dan analisis bivariat untuk melihat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji chi square. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sampel Penelitian Karakteristik dari 90 sampel penelitian di Puskesmas Niki-Niki, menurut usia responden, pekerjaan responden, pendidikan responden, jenis kelamin balita dan usia balita dapat disajikan pada tabel 1 Tabel 1. Karakteristik Sampel Penelitian No Karakteristik Sampel Frekuensi (n) Persentase (%) 1 Umur Responden: tahun 3 3,3% tahun 65 72,2% tahun 22 24,4% 2 Pekerjaan Responden: PNS 4 4,4% Wiraswasta 2 2,2% Karyawan Swasta 3 3,3% Ibu Rumah Tangga 67 74,4% Lain-Lain 14 15,6% 3 Pendidikan Responden: Sarjana 14 15,6% Tamat SLTA 26 28% Tamat SLTP 22 24,4% Tamat SD 19 21,1% Tidak Tamat SD 9 10% Universitas Nusa Cendana 141
4 4 Jenis Kelamin Balita: Laki-Laki 48 53,3% Perempuan 42 46,7% 5 Umur Balita: bulan 51 56,7% bulan 17 18,9% bulan 16 17,8% bulan 6 6,7% Tabel 4.2 menjelaskan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini berumur tahun yaitu sebanyak 65 orang (72,2%) sedangkan kelompok umur tahun sebanyak 3 orang (3,3%) dan kelompok umur tahun sebanyak 22 orang (24,4%). Menurut Wiknjosastro (2001) umur tahun merupakan kelompok yang paling ideal dari aspek kesehatan bila ditinjau dari tugas dan perkembangan manusia. Masa tersebut adalah masa dewasa yang merupakan masa usia reproduksi yang ideal. Oleh sebab usia tahun adalah usia yang cocok untuk bisa memiliki dan merawat bayi serta balita. (12) Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar pekerjaan responden adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 67 orang (74,4%) diikuti dengan lain-lain (petani, guru honor) sebanyak 14 orang (15,6%), PNS sebanyak 4 orang (4,4%), karyawan swasta sebanyak 3 orang (3,3%) dan wiraswasta sebanyak 2 orang (2,2%). Sebagian besar responden bekerja sebagai ibu rumah tangga sehingga mereka mempunyai kesempatan lebih banyak merawat balitanya karena jenis pekerjaan tersebut tidak membutuhkan waktu yang lama untuk meninggalkan balita dirumah. Akan tetapi bila dilihat dari sudut pandang sosial ekonomi keluarga, responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga apabila tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok dan fasilitas yang memadai untuk balitanya terutama dalam hal perlindungan kesehatan maka balita tersebut justru akan mudah terkena penyakit. (12) Ditinjau dari tingkat pendidikan, sebagian besar responden berpendidikan tamat SLTA yaitu sebanyak 26 orang (28%) diikuti dengan tamat SLTP sebanyak 22 orang (24,4%), tamat SD sebanyak 19 orang (21,1%), sarjana sebanyak 15 orang (15,6%) dan tidak tamat SD sebanyak 9 orang (10%). Pendidikan mempengaruhi apa yang akan dilakukan yang tercermin dari pengetahuan, sikap dan perilaku. Pendidikan yang rendah berhubungan dengan derajat kesehatan yang rendah. Angka kesakitan sangat berbeda jumlahnya pada pendidikan rendah dan pekerjaan tidak memadai. Hampir semua penyakit teridentifikasi diantara populasi dengan tingkat pendidikan rendah, dan bila dibandingkan dengan pendidikan tinggi perbedaan itu tampak nyata. Oleh karena itu semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua balita maka maka upaya untuk menjaga kesehatan dan kebersihan juga semakin baik sehingga diharapkan dapat mengurangi angka kesakitan diare pada balita. (10) Tabel diatas menunjukkan bahwa sampel penelitian ini lebih banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 48 orang (53,3%) dibandingkan yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 42 orang (46,7%). Riset Kesehatan Dasar (2013) insiden diare pada balita menurut jenis kelamin hampir sama namun pada laki-laki presentasenya lebih besar yaitu sebanyak 7,1% dibandingkan pada perempuan yaitu sebanyak 6,3%. Menurut jenis kelamin, tidak ada pengaruh yang cukup bermakna antara jenis kelamin balita Universitas 142 Nusa Cendana Universitas Nusa Cendana 142
5 dengan kejadian diare. Diare pada balita bisa terjadi pada jenis kelamin apa saja. (3) Berkaitan dengan umur balita, dapat dilihat bahwa sebagian besar balita berumur bulan yaitu sebanyak 51 orang (56,7%) diikuti kelompok umur sebanyak 17 orang (18,9%), kelompok umur bulan sebanyak 16 orang (17,8%) dan kelompok umur bulan sebanyak 6 orang (6,7%). Semakin muda umur balita semakin besar kemungkinan terkena penyakit infeksi salah satunya penyakit diare. Kemungkinan terkena diare pada anak balita yang berusia semakin muda dikarenakan semakin rendah usia balita daya tahan tubuhnya terhadap infeksi penyakit terutama penyakit diare semakin rendah, terlebih jika status gizinya kurang dan berada dalam lingkungan yang kurang memadai. Selain itu semakin muda umur balita keadaan integritas mukosa usus masih belum baik sehingga mudah untuk terkena diare. Pada balita usia bulan biasanya sudah mendapat makanan tambahan dan menurut perkembangannya, balita tersebut mulai dapat merangkak dan berjalan sendiri sehingga kontak langsung dengan kuman diare bisa saja terjadi. Akibatnya risiko terkena diare semakin mudah terjadi. (10) Analisis Univariat Tabel 2. Gambaran Komponen Sanitasi Total Berbasis Masyarakat No Komponen STBM Frekuensi (n) Persentase (%) 1 Stop BAB Sembarangan: Ya 53 58,9% Tidak 37 41,1% 2 Cuci Tangan Pakai Sabun Ya 27 30% Tidak 63 70% 3 Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga Baik 68 75,6% Tidak 22 24,4% 4 Pengamanan Sampah Rumah Tangga Baik 23 25,6%% Tidak 67 74,4%% 5 Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga Baik 26 28,9% Tidak 64 71,1% Berdasarkan data pada tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa untuk komponen stop buang air besar sembarangan dari 90 responden terdapat 53 responden (58,9%) yang dikategorikan stop buang air besar sembarangan sedangkan 37 responden (41,1%) dikategorikan buang air besar sembarangan. Terkait komponen cuci tangan pakai sabun terdapat 27 responden (30%) yang dikategorikan cuci tangan pakai sabun sedangkan 63 responden (70%) dikategorikan tidak cuci tangan pakai sabun. Untuk komponen pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga terdapat 68 responden (75,6%) yang dikategorikan baik dalam mengelola air minum dan makanan rumah tangga sedangkan 22 responden (24,4%) dikategorikan tidak mengelolanya dengan baik. Mengenai komponen pengamanan sampah rumah Universitas Nusa Cendana 143
6 tangga sebanyak 23 responden (25,6%) dikategorikan baik dalam mengamankan sampah rumah tangga sedangkan 67 responden (74,4%) dikategorikan tidak mengamankan sampahnya dengan baik. Untuk komponen pengamanan limbah cair rumah tangga sebanyak 26 responden (28,9%) dikategorikan baik dalam mengamankan limbah cair rumah tangga sedangkan 64 responden (71,1%) dikategorikan tidak mengamankannya dengan baik. Data yang diperoleh ini didukung oleh data Riskesdas (2013) dimana provinsi Nusa Tenggara Timur untuk akses ke fasilitas sanitasi improved presentasenya hanya sebesar 30,5% dan pembuangan akhir tinja tidak ke tangki septik, kolam / sawah, langsung ke sungai/danau/laut, langsung ke lubang tanah, atau ke pantai/kebun) memiliki persentase sebesar 65,3%. Untuk perilaku hidup bersih sehat termasuk mengenai kebiasaan cuci tangan pakai sabun untuk provinsi NTT presentasinya sebesar 20% sedangkan di kabupaten TTS presentasi perilaku hidup bersih sehat hanya sebesar 24,8%. (3)(5) Dari data diatas, bisa dilihat bahwa komponen sanitasi total berbasis masyarakat untuk stop buang air besar sembarangan dan pengelolaan air minum serta makanan rumah tangga termasuk dalam kategori baik sedangkan komponen pengamanan limbah cair rumah tangga termasuk kategori cukup dan untuk komponen cuci tangan pakai sabun dan pengamanan sampah rumah tangga masih tergolong kurang. Analysys Bivariat Tabel 3. Crosstabulasi Hubungan Stop BAB Sembarangan dengan Kejadian Diare pada Balita Kejadian Diare No Stop BAB sembarangan Diare Tidak Diare n % n % 1. Ya 13 28,9% 40 88,9% 2. Tidak 32 71,1% 5 11,1% P OR 0,000 0,051 Berdasarkan tabel tabulasi silang diatas dapat dilihat bahwa untuk komponen stop BAB sembarangan dari 45 responden yang termasuk dalam kelompok kasus (mengalami diare), 13 responden (28,9%) dikategorikan stop buang air besar sembarangan dan 32 responden (71,1%) dikategorikan buang air besar sembarangan. Sedangkan untuk kelompok kontrol (tidak mengalami diare), 40 responden (88,9%) dikategorikan stop buang air besar sembarangan dan 5 responden (11,1%) dikategorikan buang air besar sembarangan. Hasil dari uji statistik diatas diketahui nilai p value = 0,000 (< 0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan bermakna antara stop BAB sembarangan dengan kejadian diare pada balita. Stop buang air besar sembarangan merupakan faktor protektif terhadap terjadinya diare dengan OR = 0,051. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa kebiasaan buang air besar sembarangan akan meningkatkan risiko timbulnya penyakit diare. Penularan penyakit diare terjadi akibat tinja yang dikeluarkan tidak pada tempatnya mengkontaminasi lingkungan sekitar sehingga apabila seseorang kontak langsung dengan lingkungan yang sudah terkontaminasi maka perpindahan kuman tersebut ke manusia bisa terjadi. Tinja yang dibuang di tempat terbuka juga dapat digunakan oleh lalat untuk bertelur dan Universitas 144 Nusa Cendana Universitas Nusa Cendana 144
7 berkembang biak. Apabila lalat tersebut hinggap pada makanan manusia maka kuman tersebut bisa berpindah. (13) Kebiasaan BAB sembarangan ini juga berkaitan erat dengan ketersediaan jamban dan penggunaan jamban yang tidak memenuhi syarat. Syarat sanitasi dari jamban tersebut berkaitan dengan jenis jamban yang digunakan, jarak jamban ke sumber air serta kondisi jamban tersebut apakah tidak menimbulkan bau, tidak dapat dijangkau oleh serangga, tidak licin, dan mempunyai saluran untuk pembuangan air bekas ke sistem pembuangan air limbah. (4)(13). Hasil penelitian yang diperoleh ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cita RS (2013) dengan desain penelitian cross sectional yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku penggunaan jamban dengan kejadian diare pada balita umur bulan dengan nilai p value = 0,024. Penelitian serupa yang dilakukan Sintamurniwaty (2006) mengenai faktorfaktor risiko kejadian diare akut pada balita dengan desain case control juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara ketersediaan jamban dengan kejadian diare pada balita yakni nilai p value = 0,009. Keluarga yang tidak mempunyai jamban berisiko 2,09 kali lebih besar untuk terkenadiare. (10)(13) Tabel 4. Crosstabulasi Hubungan Cuci Tangan Pakai Sabun dengan Kejadian Diare pada Balita No Kejadian Diare Cuci tangan pakai Diare Tidak Diare sabun n % n % 1. Ya 2 4,4% 25 55,6% 2. Tidak 43 95,6% 20 44,4% P OR 0,000 0,037 Berdasarkan tabel tabulasi silang diatas dapat dilihat bahwa untuk komponen cuci tangan pakai sabun dari 45 responden yang termasuk dalam kelompok kasus (mengalami diare), 2 responden (4,4%) dikategorikan cuci tangan pakai sabun dan 43 responden (95,6%) dikategorikan tidak cuci tangan pakai sabun. Sedangkan untuk kelompok kontrol (tidak mengalami diare) 25 responden (55,6%) dikategorikan cuci tangan pakai sabun dan 20 responden (44,4%) dikategorikan tidak cuci tangan pakai sabun. Dari hasil uji statistik diatas diperoleh nilai p value = 0,000 (<0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan bermakna antara cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada balita. Kebiasaan cuci tangan pakai sabun merupakan faktor protektif terhadap terjadinya diare dengan OR = 0,037. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dikarenakan tangan merupakan pembawa kuman penyebab penyakit. Mencuci tangan dengan sabun terutama sesudah buang air dan sebelum menyiapkan makanan atau makan, telah dibuktikan mempunyai dampak dalam kejadian diare. Kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar merupakan kebiasaan yang dapat membahayakan bayi terutama ketika ibu memasak makanan atau menyuapi balita makan. Hal ini terjadi karena kuman diare yang masih menempel pada tangan yang tidak bersih apabila langsung dipakai untuk mengolah makanan serta minuman maka kuman tersebut bisa berpindah ke tubuh manusia dan menimbulkan penyakit. (12) Universitas Nusa Cendana 145
8 Hasil penelitian diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pradirga R, Arsyad D, Wahiduddin (2006) dengan desain penelitian case control, menunjukkan bahwa kebiasaan tidak cuci tangan meningkatkan risiko 4,339 kali lebih besar untuk terkena diare. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cita RS (2013) dengan desain penelitian cross sectional dimana ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare pada balita umur bulan dengan nilai p value = 0,050. (7)(13) Tabel 5 Crosstabulasi Hubungan Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga dengan Kejadian Diare pada Balita Pengelolaan Air Minum Kejadian Diare No dan Makanan Rumah Diare Tidak Diare Tangga n % n % 1. Baik 26 57,8% 42 93,3% 2. Tidak 19 42,2% 3 6,7% P OR 0,000 0,098 Berdasarkan tabel tabulasi silang diatas dapat dilihat bahwa untuk komponen pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga dari 45 responden yang termasuk dalam kelompok kasus (mengalami diare), 26 responden (57,8%) dikategorikan baik dalam mengelola air minum dan makanan rumah tangga dan 19 responden (42,2%) dikategorikan tidak mengelola air minum dan makanan rumah tangga dengan baik. Sedangkan untuk kelompok kontrol (tidak mengalami diare) 42 responden (93,3%) dikategorikan baik dalam mengelola air minum dan makanan rumah tangga dan 3 responden (6,7%) dikategorikan tidak mengelola air minum dan makanan rumah tangga dengan baik. Hasil dari uji statistik diatas diketahui nilai p value = 0,000 (<0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan bermakna antara pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga dengan kejadian diare pada balita. Pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga yang baik merupakan faktor protektif terhadap terjadinya diare dengan OR = 0,098 Pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga meliputi penggunaan sumber air yang bersih dan tidak terkontaminasi, air minum yang akan diolah jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau, wadah tempat penampungan air tesebut bersih, makanan yang akan diolah masih segar, tidak busuk dan tidak rusak, makanan tersebut diolah dengan alat yang bersih dan makanan yang sudah diolah disimpan ditempat yang aman untuk mengindari kontaminasi. (14) Makanan dan minuman yang tidak diolah dengan baik dapat menyebabkan terjadinya diare karena sebagian besar kuman kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral. Apabila minuman dan makananan yang akan dikonsumsi sudah terkontaminasi kuman diare karena tidak diolah dengan baik maka kemungkinan besar kuman tersebut akan pindah ke tubuh seseorang dan menimbulkan penyakit. (4) Hasil penelitian yang diperoleh ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Umiati (2009) yang menunjukkan bahwa sumber air minum yang dikonsumsi ada hubungan dengan kejadian diare pada balita dimana nilai p value = 0,001. Penelitian yang dilakukan oleh Sintamurniwaty (2006) juga menunjukkan bahwa perilaku mencuci bahan makanan merupakan faktor protektif terhadap terjadinya diare dengan OR = 0,29 dan secara statistik bermakna dengan nilai p value = 0,047. (4)(10) Universitas 146 Nusa Cendana Universitas Nusa Cendana 146
9 Tabel 6 Crosstabulasi Hubungan Pengamanan Sampah Rumah Tangga dengan Kejadian Diare pada Balita No Kejadian Diare Pengamanan Sampah Diare Tidak Diare Rumah Tangga n % n % 1. Baik 7 15,6% 16 35,6% 2. Tidak 38 84,4% 29 64,4% P OR 0,003 0,334 Berdasarkan tabel tabulasi silang diatas dapat dilihat bahwa untuk komponen pengamanan sampah rumah tangga dari 45 responden yang termasuk dalam kelompok kasus (mengalami diare), 7 responden (15,6%) dikategorikan baik dalam mengamankan sampah rumah tangga dan 38 responden (84,4%) dikategorikan tidak mengamankan sampahnya dengan baik. Sedangkan untuk kelompok kontrol (tidak mengalami diare) 16 responden (35,6) dikategorikan baik dalam mengamankan sampah rumah tangga dan 29 responden (64,4%) dikategorikan tidak mengamankan sampahnya dengan baik. Hasil dari uji statistik diatas diketahui nilai p value = 0,030 (<0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan bermakna antara pengamanan sampah rumah tangga dengan kejadian diare pada balita. Pengamanan sampah rumah tangga yang baik merupakan faktor protektif terhadap terjadinya diare dengan OR = 0,334. Hasil yang diperoleh sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa sampah yang berserakan sangat mendukung terjadinya penyebaran virus atau bakteri yang mengakibatkan diare pada anak terutama pada balita. Terlebih jika sampah tersebut banyak dihinggapi lalat maka kemungkinan lalat tersebut bisa berterbangan bebas masuk ke rumah untuk menghinggapi makanan yang ada di rumah. (15) Pengamanan sampah diantaranya ialah membuang sampah pada tempatnya, memilih serta mendaur ulang sampah rumah tangga. Penelitian yang mendukung hasil penelitian yang diperoleh ini ialah penelitian yang dilakukan oleh Budiman (2011) terdapat hubungan yang signifikan antara STBM aspek mengolah sampah dengan benar dengan kejadian penyakit diare pada Balita dengan nilai p value= 0,0001. (15) Tabel 7 Crosstabulasi Hubungan Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga dengan Kejadian Diare pada Balita No Kejadian Diare Pengamanan Limbah Diare Tidak Diare Cair Rumah Tangga n % N % 1. Baik 4 8,9% 22 48,9% 2. Tidak 41 91,1% 23 51,1% P 0, OR Mengenai komponen pengamanan limbah cair rumah tangga dari tabel tabulasi silang diatas menunjukkan dari 45 responden yang termasuk dalam kelompok kasus (mengalami diare) 4 responden (8,9%) dikategorikan baik dalam mengamankan sampah rumah tangga dan 41 responden (91,1%) dikategorikan tidak mengamankan dengan baik. Sedangkan untuk kelompok kontrol (tidak mengalami diare) 22 responden (48,9%) dikategorikan baik dan 23 responden (51%) dikategorikan tidak mengamankan dengan baik. Dari hasil uji statistik diatas diperoleh nilai p value = Universitas Nusa Cendana 147
10 0,000 (<0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan bermakna antara pengamanan limbah cair rumah tangga dengan kejadian diare pada balita. Pengamanan limbah cair rumah tangga yang baik merupakan faktor protektif terhadap terjadinya diare dengan OR = 0,102. Hasil penelitian yang diperoleh didukung oleh teori yang mengatakan pengamanan limbah cair rumah tangga yang tidak aman contohnya tidak adanya septik tank, tidak dibuat penampungan saluran limbah cair rumah tangga serta pembuangan limbah yang disatukan dalam saluran got dan dibiarkan dalam keadaan terbuka menyebabkan lingkungan menjadi tidak bersih. Keadaan ini dapat menjadi media transmisi penyebaran penyakit diare. (15) Penelitian yang mendukung hasil penelitian ini ialah penelitian yang dilakukan oleh Budiman (2011) menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara STBM aspek mengolah limbah cair rumah tangga dengan aman dengan kejadian penyakit diare pada Balita dengan nilai p value = 0,006. (15) KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Niki-Niki Kabupaten TTS terkait komponen sanitasi total berbasis masyarakat dengan kejadian diare pada balita, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Gambaran komponen STBM yang dikategorikan baik yaitu stop buang air besar sembarangan dan pengelolaan air minum serta makanan rumah tangga sedangkan yang dikategorikan tidak yaitu cuci tangan pakai sabun, pengamanan sampah rumah tangga dan pengamanan limbah cair rumah tangga. 2. Ada hubungan yang bermakna antara komponen STBM stop buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, pengamanan sampah rumah tangga dan pengamanan limbah cair rumah tangga dengan kejadian diare pada balita. 3. Komponen STBM stop buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga serta pengamanan sampah dan limbah cair rumah tangga yang baik merupakan faktor protektif terhadap terjadinya diare pada balita. DAFTAR PUSTAKA 1. Agtini, M. Morbiditas dan Mortalitas Diare pada Balita di Indonesia Tahun Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan [Internet]. 2011;2. Available from: download/pusdatin/buletin/buletin diare.pdf 2. World Health Organization. WHO recommendations on the management of diarrhoea and pneumonia in HIVinfected infants and children. Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) [Internet]. 2010; 3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar ; 4. Umiati. Hubungan antara Sanitasi Lingkungan dengan kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009 [Internet]. Universitas Muhammadiyah Surakarta; Dinas Kesehatan Provinsi NTT. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun ; Available from: a/category/1profilkesehatan.html?down Universitas 148 Nusa Cendana Universitas Nusa Cendana 148
11 load=17:profil-kesehatan-nusatenggara-timur-ntt 6. Dinas Kesehatan Kabupaten TTS. Pemantauan Kasus Penyakit Potensial Wabah Minggu 1 sd Minggu 52; Pradirga R, Arsyad D, Wahiduddin. Faktor risiko Kejadian Diare pada Bayi di Kelurahan Pannampu Kecamatan Tallo Kota Makassar [Internet]. Universitas Hasanuddin; Available from: andle/ /10645/rizkypanji PRADIRGAK pdf?sequence= 1 8. Agus S, Handoyo, Widiyanti D. Analisis Faktor-Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Ambal Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan [Internet]. 2009;5(2). Available from:digilib.stikesmuhgombong.ac.id/fi les/disk1/23/jtstikesmuhgo-gdlsafrudinag vol.5n-9.pdf 9. Hardi AR, Masni, Rahma. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Baranglompu Kecamatan Ujung Tanah Tahun 2012 [Internet]. UNHAS; Available from: repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/ /4666/Jurnal Fix Amin RahmanHardi (K ).pdf?sequence=1 10. Shintamurniwaty. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare Akut pada Balita (Studi Kasus di Kabupaten Semarang) [Internet]. Universitas Diponegoro; Dinas kesehatan Provinsi Kepulauan Riau. Perkembangan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Provinsi Kepulauan Riau Tahun Available from: APORAN PERKEMBANGAN STBM.pdf 11. Dinas kesehatan Provinsi Kepulauan Riau. Perkembangan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Provinsi Kepulauan Riau Tahun Available from: LAPORAN PERKEMBANGAN STBM.pdf 12. Hartini. Hubungan antara umur anak balita, pendidikan orang tua, kebiasaan menyuapi makanan di luar rumah, dengan kejadian diaredi kawasan padat penduduk Kalicode Kota Yogyakarta [Internet]. Sebelas Maret Surakarta; Available from: load/188537/mtg4ntm3 13. Cita R. Hubungan Sarana Sanitasi Air Bersih dan Perilaku Ibu Terhadap Kejadian Diare pada Balita Umur bulan di Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013 [Internet]. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jkarta; Available from: stream/ /25807/1/roya SELARAS CITA.pdf 14. Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. 2014; Available from: d_permenkes/pmk No. 3 ttg Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.pdf 15. Budiman., Juhaeriah, Juju., Abdilah, Asep. Hubungan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara. [Internet]. 2011;2(1). Available from: Sanitasi Total.pdf Universitas Nusa Cendana 149
STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015
STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015 Mahmudah FKM Uniska, Banjarmasin, Kalimantan Selatan E-mail: mahmudah936@gmail.com Abstrak Latar belakang: Diare
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan. Faktor penyebab diare yang sangat dominan adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor
Lebih terperinciARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2
ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Diare
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J
PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN DIARE BALITA PADA KELOMPOK MASYARAKAT YANG SUDAH MEMILIKI JAMBAN KELUARGA DENGAN KELOMPOK MASYARAKAT YANG BELUM MEMILIKI JAMBAN KELUARGA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh : Januariska
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang terutama di Indonesia, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat Indonesia ditentukan oleh banyak faktor, tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana prasarana kesehatan saja,
Lebih terperinciHUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare hingga menjadi salah satu penyebab timbulnya kesakitan dan kematian yang terjadi hampir di seluruh dunia serta pada semua kelompok usia dapat diserang oleh diare,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Salah satu penyakit yang berbasis pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia yang terus terjadi di suatu tempat tertentu biasanya daerah pemukiman padat penduduk, termasuk penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,
Lebih terperinciHUBUNGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN CIBABAT KECAMATAN CIMAHI UTARA
Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 HUBUNGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN CIBABAT KECAMATAN CIMAHI UTARA 1 Budiman, 2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
Lebih terperinciSkripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: ERIN AFRIANI J.
HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN SUMBER AIR DAN KEBIASAAN PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT) DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA SAWAHAN KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2008 Skripsi ini Disusun untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama lebih dari tiga dasawarsa, Indonesia telah melaksanakan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Departemen Kesehatan
Lebih terperinciHUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG
Volume, Nomor, Tahun 0, Halaman 535-54 Online di http://ejournals.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Visi Indonesia Sehat 2010 merupakan gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan kehilangan cairan tubuh dalam 24 jam dengan frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari (Word Health Organization, 2009). Gejala ini manifestasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah sindrom penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melambat sampai mencair, serta bertambahnya frekuensi buang air besar dari
Lebih terperinciKata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga
HUBUNGAN SARANA PENYEDIAAN AIR BERSIH DAN JENIS JAMBAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PILOLODAA KECAMATAN KOTA BARAT KOTA GORONTALO TAHUN 2012 Septian Bumulo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup
Lebih terperinci7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISPA merupakan Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari sepuluh kali sehari,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah aset masa depan yang akan melanjutkan pembangunan di suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat dalam kehidupan manusia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari 3 kali sehari dan berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan
Lebih terperinciPERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE
PENELITIAN PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE Andreas A.N*, Titi Astuti**, Siti Fatonah** Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal, ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Sementara United Nations for Children and Funds
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.
7 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas anak di dunia. Diare menjadi penyebab kedua kematian pada anak di bawah lima tahun, sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Visi pembangunan kesehatan yaitu hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat diantaranya memiliki kemampuan hidup sehat, memiliki kemampuan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan penyakit dimana buang air besar dalam bentuk cair sebanyak 3 kali sehari atau lebih dari normal, terkadang
Lebih terperinciKeywords: Diarrhea, Defecate, Kuningan Village
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DIARE DI KELURAHAN KUNINGAN KECAMATAN SEMARANG UTARA TAHUN 2016 (STUDI KASUS DI RT 01 RW III KELURAHAN KUNINGAN) Zulfrianingtias Cahyani Putri*), Supriyono Asfawi**)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan Case Fatility Rate (CFR) yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampai saat ini diare masih menjadi masalah kesehatan di dunia sebagai penyebab mortalitas dan morbiditas. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Luas Puskesmas Pilolodaa Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo yaitu 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai meninggal, hal ini karena manusia memerlukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk
1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk kemajuan suatu bangsa selain pendidikan dan ekonomi sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare sampai saat ini merupakan penyebab kematian di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare hingga saat ini, masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Semua kelompok usia bisa terserang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan
Lebih terperinciPENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR
PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR Hanifati Sharfina, Rudi Fakhriadi, Dian Rosadi Program Studi Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Balita merupakan kelompok umur yang rentan terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi seperti diare. Diare adalah suatu kondisi buang air besar dengan konsistensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan nasional dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, yang pada hakekatnya merupakan upaya penyelenggaraan kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia, dimana setiap tahunnya kejadian kasus diare sekitar 4 miliar, dengan jumlah kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas anak di dunia. Kematian bayi dengan diare di negara berkembang sekitar 18% yang artinya lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang kini sedang menghadapi masalah kebersihan dan kesehatan. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan gaya hidup yang tidak
Lebih terperinciPenyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Diare merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada balita,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga Negara Indonesia, termasuk anak-anak. Setiap orang tua mengharapkan anaknya tumbuh dan berkembang secara sehat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan berpotensial untuk mempengaruhi kesehatan (WHO, 1948)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan menyatakan bahwa kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan
Lebih terperinciPHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea
PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare Merry Tyas Anggraini 1, Dian Aviyanti 1, Djarum Mareta Saputri 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. ABSTRAK Latar Belakang : Perilaku hidup
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan sebagai salah satu
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health Organization (1) pada tahun 1984 mendefinisikan diare sebagai berak cair tiga kali atau lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data nasional Indonesia pada tahun 2014 mencatat jumlah angka kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000 kelahiran hidup. Jumlah ini masih belum
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum penelitian Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang terletak di Jalan Sambiroto Semarang. Letak Geografis & Wilayah Kerja terletak di RT 01 RW I, Kelurahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan titipan illahi dan merupakan suatu investasi bangsa
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan titipan illahi dan merupakan suatu investasi bangsa karena mereka adalah sebagai salah satu penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan sangat tergantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah gangguan buang air besar/bab ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan atau lendir(suraatmaja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau lendir. Diare dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu diare akut dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan konsistensi tinja (menjadi cair) disertai peningkatan frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/ hari) disertai
Lebih terperinciUKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi. Survei morbiditas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air besar tiga kali sehari atau lebih dan dengan perubahan konsistensi tinja dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dan Salmonella para thypi. Demam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dan Salmonella para thypi. Demam thypoid biasanya mengenai saluran
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor kesehatan Indonesia saat ini sedang berada dalam situasi transisi epidemiologi (epidemiological transition)yang harus menanggung beban berlebih (triple burden).
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan masyarakat, dimana kualitas kondisi lingkungan yang buruk akan menimbulkan berbagai gangguan pada kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) khususnya Pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian bayi dan Balita. Pneumonia
Lebih terperinciAnwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1. *Korespondensi penulis: No. Hp : ABSTRAK
HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM MENCUCI TANGAN PAKAI SABUN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 13-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare sampai saat ini merupakan penyebab kematian di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/bulan. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan
Lebih terperinciHUBUNGAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA DAN MAWAR DESA CUKANGKAWUNG TASIKMALAYA PERIODE BULAN APRIL 2015
HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA DAN MAWAR DESA CUKANGKAWUNG TASIKMALAYA PERIODE BULAN APRIL 2015 Oleh : Beti khotipah ABSTRACT Di Negara berkembang dan
Lebih terperinciANALISIS DISTRIBUSI PENYAKIT DIARE DAN FAKTOR RESIKO TAHUN 2011 DENGAN PEMETAAN WILAYAH DI PUSKESMAS KAGOK SEMARANG
ANALISIS DISTRIBUSI PENYAKIT DIARE DAN FAKTOR RESIKO TAHUN 2011 DENGAN PEMETAAN WILAYAH DI PUSKESMAS KAGOK SEMARANG DIMAZ PUJI SANTOSO D22.2010.00929 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan Pembangunan kesehatan pada dasarnya dilaksanakan oleh semua komponen bangsa indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang saat ini masih mengahadapi masalah sanitasi dan perilaku untuk hidup bersih dan sehat. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yangharus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian / lebih dari saluran nafas mulai hidung alveoli termasuk adneksanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia, terutama pada anak-anak, di negara-negara berkembang maupun di negara-negara maju. WHO (2000) memperkirakan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan penyakit yang sangat umum dijumpai di negara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang sangat umum dijumpai di negara berkembang dan dapat menyerang baik anak-anak maupun dewasa. Angka kematian (CFR) saat KLB diare diharapkan
Lebih terperinciHUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI
HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI Ani Murtiana 1, Ari Setiyajati 2, Ahmad Syamsul Bahri 3 Latar Belakang : Penyakit diare sampai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi yang tidak biasa (lebih dari 3 kali sehari), dan perubahan dalam jumlah serta konsistensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas periode pertumbuhan (Golden Age Periode) dimana pada usia ini sangat baik untuk pertumbuhan otak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia melalui WHO (World Health Organitation) pada tahun 1984 menetapkan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2015 yaitu di Filipina 14,6 %, Timor Leste 15,2%, Kamboja 14,6%, Peru 16 %, dan Kolombia 14,6 % (Pinzón-Rondón, 2015).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.Hal ini dikarenakan angka morbiditas dan mortalitas yang masih cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan salah satu penyebab utama masalah kesehatan masyarakat Indonesia,baik ditinjau dari segi angka kesakitan maupun angka kematiannya. Angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara memastikan keberlanjutan lingkungan hidup, untuk itu setiap negara harus dapat mengurangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada anak di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare sampai saat ini masih merupakan penyebab kematian utama pada anak di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG Defi Ratnasari Ari Murdiati*) Frida Cahyaningrum*) *)Akademi kebidanan
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah.
KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN 2014 Nama : Umur : Tingkat Pendidikan : Tidak Tamat Sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih tingginya Angka Kematian Bayi dan Anak yang merupakan indikator
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan Ibu dan Anak sebagai bagian dari tujuan MDG s dikarenakan masih tingginya Angka Kematian Bayi dan Anak yang merupakan indikator kesehatan umum dan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi buang air besar. Diare dapat juga didefinisikan bila buang air besar tiga kali atau lebih dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang, terutama di Indonesia baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013 Nurjanatun Naimah 1, Istichomah 2, Meyliya Qudriani 3 D III Kebidanan Politeknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Survei
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. Gizi merupakan penentu kualitas sumber daya manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini berada jauh dari yang
Lebih terperinciHUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN
HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN Mira Yunita 1, Adriana Palimbo 2, Rina Al-Kahfi 3 1 Mahasiswa, Prodi Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Peningkatan derajat kesehatan dapat terwujud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangsungan Hidup anak ditunjukkan dengan Angka Kematian bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita Indonesia adalah tertinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Negara Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat
Lebih terperinciDaftar pertanyaan yang diambil dari Quesioner Riskesdas No Kode Quesioner Pertanyaan
68 Lampiran Daftar pertanyaan yang diambil dari Quesioner Riskesdas 2007 No Kode Quesioner Pertanyaan Karakteristik Keluarga. RKD07.RT Blok I No.5 Klasifikasi desa/ kelurahan. Perkotaan 2. Pedesaan 2.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah materi essensial didalam kehidupan. Tidak satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik tumbuhan maupun
Lebih terperinciHUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN ANGKA KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEURAXA TAHUN 2016
Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN : 2337-9952 HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN ANGKA KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEURAXA TAHUN 2016 Meri Lidiawati Fakultas
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah dasar fundamental bagi pembangunan manusia. Tanpa memandang status sosial semua orang menjadikan kesehatan sebagai prioritas utama dalam kehidupannya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid atau tifus abdominalis banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat kita, baik diperkotaan maupun di pedesaan. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut
Lebih terperinci