BAB I PENDAHULUAN. Haiti (Liputan 6, 2015) mengemukakan bahwa dari hasil pemeriksaan dan

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena kekerasan terhadap anak semakin banyak terjadi dan kian menjadi topik utama dalam sebuah pemberitaan, baik di media elektronik maupun media cetak. Kepala Polisi Republik Indonesia Jendral Badrodin Haiti (Liputan 6, 2015) mengemukakan bahwa dari hasil pemeriksaan dan penyelidikan mayoritas kasus kekerasan terhadap anak dilakukan oleh orang terdekat korban, anak yang menjadi korban kekerasan ada yang dilakukan oleh keluarganya sendiri, tetangganya, atau orang yang sudah dikenal oleh korban. Tindakan tersebut sangat memprihatinkan ketika kekerasan dilakukan oleh orang-orang terdekat salah satunya yaitu keluarga. Keluarga yang seharusnya menjadi tempat berlindung teraman, justru menjadi lingkaran kekerasan yang sangat menakutkan. Banyaknya kasus kekerasan pada anak menjadi gambaran bahwa lingkungan keluarga belum tentu menjadi lingkungan berlindung yang aman bagi anak. Fisik yang lemah untuk melawan membuat anak sering menjadi korban pelampiasan kemarahan orang tuanya.fisik yang lemah untuk melawan serta masih bergantung kepada orang tua membuat anak sangat rawan menjadi korban kekerasan. Tindak kekerasan yang diterima anak dari orang tua biasanya akan terekam dalam ingatan anak dan akan berdampak pada perkembangan anak. 1

2 2 Anak yang dididik dengan kekerasan akan tumbuh menjadi anak yang bermasalah baik pada perilaku maupun kepribadiannya. Anak yang dididik dengan kekerasan tumbuh menjadi pribadi yang suka melawan sebagai cerminan dari tindakan kekerasan yang sering anak terima dari orang tuanya. Banyaknya kasus kekerasan yang terjadi pada anak disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhinya salah satu faktor terjadinya kekerasan di dalam keluarga adalah karena adanya konflik keluarga (International Development Law Organization, 2008). Anak dari keluarga yang mengalami konflik sering terkena dampak dari permasalahan yang dialami oleh orang tuanya. Anak tidak jarang menjadi pelampiasan kemarahan orang tuanya dan akhirnya melakukan tindak kekerasan yang dapat berpengaruh terhadap anak tersebut baik secara fisik, psikis, maupun mental. Anak yang sering mendapat perlakuan tidak baik dari orang tuanya melampiaskan kekecewaan, kemarahan, dan ketakutannya pada hal-hal negatif di luar rumah. Anak yang sering mendapatkan perlakuan tidak baik di rumah mudah sekali terjerumus dalam pergaulan yang tidak baik. Anak tersebut kurang mendapat dukungan dari keluarga, seperti kurangnya perhatian orang tua terhadap anak, kurangnya kasih sayang orang tua, serta kurangnya pengawasan orang tua terhadap aktivitas anak, sehingga muncul hal-hal negatif yang dilakukan di luar sepengetahuan orang tua. Berdasarkan laporan yang diterima Komnas Perlindungan anak, dalam surat kabar harian Kompas 7 Mei 2014, laporan kekerasan anak pada tahun

3 sebanyak kasus, tahun 2012 sebanyak kasus, pada tahun 2013 melonjak menjadi kasus, bahkan dalam tiga bulan pertama 2014, ada 252 laporan kekerasan pada anak dan kebanyakan dilakukan oleh orangorang yang sangat dekat dengan korban, yaitu keluarga. Dampak dari kekerasan orang tua yang dialami oleh anak baik dari segi perilaku maupun kepribadiannya akan terus melekat pada anak meskipun anak tersebut berada di sekolah. Dampak dari kekerasan orang tua yang dialami oleh anak mengakibatkan anak tersebut menjadi anak yang bermasalah di lingkungan sekolah. Siswa yang mendapatkan kekerasan dari orang tuanya khususnya siswa sekolah dasar yang memiliki fisik yang lemah dan tidak mampu untuk melawan hanya akan memendam perasaannya sendiri sehingga akan berpengaruh pada tingkah laku dan hasil belajarnya ketika di sekolah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di SD N I KKC dan SD N KPC, terdapat beberapa masalah yang dihadapi oleh siswa yang menjadi korban kekerasan sebagai bagian dari pelampiasan kemarahan orang tua akibat masalah atau konflik yang terjadi pada orang tuanya. Kasus yang sering terjadi pada siswa korban kekerasan dalam rumah tangga di sekolah adalah siswa sering tidak berangkat sekolah,terlihat murung di sekolah, anti sosial, siswa merokok, kurang sopan terhadap guru, serta sering bertengkar dengan temannya, bahkan sampai melakukan tindakan kriminal yaitu pencurian.

4 4 Hasil wawancara dengan guru pada dua Sekolah Dasar yaitu SD N KPC dan SD N KKC, selain masalah perilaku, siswa korban kekerasan dalam rumah tangga juga mempunyai masalah dalam urusan akademis. Ratarata siswa tersebut pernah tidak naik kelas dua sampai tiga kali, bahkan ada siswa yang sudah beberapa kali pindah sekolah. Kebiasaan tidak berangkat ke sekolah pun dilakukan tidak hanya satu sampai dua hari saja, namun dilakukan sampai berbulan-bulan. Perilaku tersebut terjadi dikarenakan siswa kurang perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya, kurangnya dukungan orang tua terhadap pendidikan siswa, banyak orang tua yang dengan sengaja melarang siswa untuk bersekolah dan memerintahkan untuk mengamen dipinggir jalan. Guru kelas atau wali kelas dirasa perlu untuk melakukan pendekatan dan bimbingan terhadap siswa bermasalah korban kekerasan dalam rumah tangga jika melihat dampak yang ditimbulkan dari kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dialami oleh siswa. Guru kelas atau wali kelas merupakan seseorang yang berperan besar dalam mendidik dan membimbing siswa, khususnya pada tingkatan sekolah dasar. Guru kelas memiliki tugas untuk menanamkan nilai-nilai moral dan budi pakerti yang baik terhadap siswa. Guru kelas dinilai lebih dekat dengan siswa pada tiap kelas yang dipegang, lebih memahami karakter tiap siswa, sehingga akan lebih mudah bagi guru kelas untuk mengendalikan tingkah laku dari siswa yang bermasalah. Guru kelas memiliki tanggung jawab untuk membentuk karakter, dan mengarahkan siswanya untuk senantiasa berperilaku baik. Kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dialami oleh

5 5 siswa akan berdampak negatif pada siswa, kebanyakan siswa korban kekerasan tersebut menjadi siswa yang bermasalah di sekolah, baik dalam perilaku maupun dalam prestasi akademik, sehingga dalam hal ini guru kelas sangat berperan dalam menangani siswa bermasalah tersebut. Adapun kasus kekerasan anak dalam rumah tangga pernah diteliti oleh David, A. Wolfie dkk (2003) dengan judul The Effects of Children s Exposure to Domestic Violence: A meta-analysis and Critique. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa dampak negatif dari kekerasan anak dalam rumah tangga berhubungan dengan emosi dan perilaku. Anak-anak korban kekerasan dalam rumah tangga cenderung tidak memiliki kompetensi sosial, artinya bahwa anak-anak tersebut tidak dapat beradaptasi dengan baik dengan lingkungan sosialnya, dampak lain yang ditimbulkan yaitu mengenai prestasi siswa di sekolah, anak-anak yang mendapatkan kekerasan di rumah cenderung memiliki prestasi yang rendah di sekolah, serta anak-anak mengalami beberapa masalah dalam kesehatannya. Peran guru dan sekolah dalam menangani siswa bermasalah sangat penting jika melihat banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan akibat kekerasan dalam rumah tangga yang diterima siswa. Permasalahan tersebut menjadi landasan bagi peneliti untuk mengetahui bagaimana penanganan guru dan sekolah terhadap siswa bermasalah korban kekerasan dalam rumah tangga di Sekolah Dasar.

6 6 B. Fokus Penelitian Permasalahan yang terjadi pada siswa bermasalah di Sekolah Dasar sangat beragam. Peneliti mengambil fokus penelitian mengenai studi deskriptif penanganan siswa bermasalah korban kekerasan rumah tangga di sekolah dasar. Fokus penelitian ini adalah penanganan siswa bermasalah yang dilihat dari sudut pandang: 1. Peran guru kelas dalam menangani siswa bermasalah korban kekerasan dalam rumah tangga di kelas. 2. Peran pihak sekolah dalam menangani siswa bermasalah korban kekerasan dalam rumah tangga yang ada di sekolah. C. Rumusan Masalah Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditetapkan, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana peran guru kelas dalam menangani siswa bermasalah korban kekerasan rumah tangga di kelas? 2. Bagaimana peran pihak sekolah dalam menangani siswa bermasalah korban kekerasan dalam rumah tangga di Sekolah Dasar? D. Tujuan Penelitian Secara spesifik, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Upaya guru kelas dalam menangani siswa bermasalah korban kekerasan rumah tangga di kelas. 2. Peran pihak sekolah dalam menangani siswa bermasalah korban kekerasan dalam rumah tangga di Sekolah Dasar.

7 7 E. Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini bermanfaat bagi berbagi pihak sebagai sumber informasi dan menjadi refrensi dalam memahami penanganan siswa bermasalah korban kekerasan rumah tangga yang terjadi di Sekolah Dasar. 2. Secara Praktis Secara praktis penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, antara lain: a. Bagi siswa korban kekerasan rumah tangga Membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh siswa berkaitan dengan tingkah laku dan prsetasi belajarnya. b. Bagi guru 1) Memahami dengan baik karakterisitik siswa bermasalah di sekolah. 2) Memiliki strategi dan pendekatan untuk menangani siswa bermasalah di Sekolah Dasar. c. Bagi orang tua Dapat dijadikan pertimbangan orang tua dalam pola pengasuhan anak sehingga anak tidak mengalami gangguan baik dalam kepribadian maupun dalam prestasi akademik.

8 8 d. Bagi peneliti 1) Sebagai calon guru kelas sangat bermanfaat untuk memahami bahwa terdapat beragam masalah yang terjadi diluar akademik yang dialami oleh siswa. 2) Memahami berbagai karakteristik kepribadian peserta didik di Sekolah Dasar.