HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD CILACAP

Transkripsi

1 HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD CILACAP Correlation Between Age Of Mother With Low Birth Weight Babies (Lbw) In Cilacap Hospital Sujianti ABSTRAK Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia mencapai 32 kematian per 1000 kelahiran hidup pada 2013, sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara dengan AKB tertinggi di ASEAN. Salah satu penyebab kematian bayi adalah kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebesar 38.85%. BBLR adalah berat badan saat lahir kurang dari gram. Bayi dengan BBLR berpotensi mengalami perkembangan kognitif lebih lambat dibandingkan dengan bayi berat badan lahir normal. Faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR antara lain adalah karakteristik sosial demografi ibu (umur kurang dari 20 tahun dan umur lebih dari 34 tahun, ras kulit hitam, status ekonomi yang kurang, status perkawinan yang tidak sah, tingkat pendidikan yang rendah). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia ibu dengan kejadian BBLR. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan waktu cross sectional terhadap 89 ibu bersalin sebagai kelompok kasus dan 138 ibu bersalin sebagai kelompok kontrol di RSUD Cilacap tahun 2014 dengan teknik purposive sampling. Uji Chi Square dan odds rasio untuk mengetahui hubungan faktor usia dengan kejadian BBLR. Hasil : Dari 89 kasus dan 138 kontrol, diperoleh usia ibu sebagian besar tidak berisiko (20-35 tahun), pada kelompok kasus 60 orang dan 99 orang kelompok kontrol. Nilai P > 0.05, artinya usia ibu tidak berhubungan dengan kejadian BBLR. Kesimpulan : tidak ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian BBLR. Kata kunci : Hubungan, usia ibu, BBLR. ABSTRACT Infant Mortality Rate (IMR) in Indonesia reaches 32 deaths per 1000 live births in 2013, making Indonesia as the country with the highest IMR in ASEAN. One of the causes of infant mortality is the incidence of Low Birth Weight (LBW) which is 38.85%. LBW is the weight at birth less than 2,500 grams. Babies with LBW have the potential to develop cognitive development more slowly than normal babies of normal birth weight. Factors affecting the occurrence of LBW include the social demographic characteristics of mothers (age less than 20 years and age over 34 years, black race, underperforming economic status, unmarried marital status, low level of education). This study aims to determine the associated between maternal age and LBW incidence. The design of this study was descriptive with cross time sectional approach to 89 mothers as case group and 138 as control group at RSUD Cilacap 2014 with purposive sampling technique. Results: Most maternal age were not at risk (20-35 years), in case group 60 people and 99 controls. P value:> 0.05, meaning maternal age is not corelation to the occurrence of LBW. Conclusion : there is no relationship between maternal age and LBW occurrence. Keywords:corellation,maternalage,LBW Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. XI, No. 1. Maret

2 PENDAHULUAN Salah satu indikator yang memberikan gambaran pada keadaan kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB) yang menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak. (Pardede, Lubis & Hiswani, 2014). Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan angka kematian ibu (AKI) dan bayi (AKB) yang tertinggi. AKB di Indonesia mencapai 32 kematian per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2013, sehingga menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan AKB tertinggi di ASEAN. Salah satu penyebab kematian bayi di Indonesia adalah kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebesar 38.85%. (Wendy, 2016). Menurut World Health Organization (WHO), BBLR adalah berat badan saat lahir kurang dari gram. Bayi dengan BBLR berpotensi mengalami perkembangan kognitif lebih lambat dibandingkan dengan bayi berat badan lahir normal (Boulet, dkk 2012). BBLR disebabkan oleh usia kehamilan yang pendek (prematuritas), IUGR (Intra Uterin Growth Restriction) dalam bahasa Indonesia disebut Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT). Kedua penyebab ini dipengaruhi oleh factor risiko seperti faktor ibu, plasenta, janin dan lingkungan. Faktor risiko tersebut menyebabkan kurangnya pemenuhan nutrisi pada janin selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2008). BBLR berisiko 20 kali lebih besar meninggal selama masa pertumbuhan jika dibandingkan dengan bayi dengan berat badan lahir normal. Angka kematian bayi meningkat seiring dengan peningkatan insiden BBLR di suatu negara (OECD dan WHO, 2012). Prevalensi global untuk BBLR adalah 15.5%, yang artinya sekitar 20.6 juta bayi yang lahir setiap tahunnya dan berada di negara berkembang termasuk Indonesia. Insiden paling tinggi terjadi di Asia Tengah dan Asia Selatan (27.1%) dan paling rendah di Eropa (6.4%) (Mahayana, 2015). Sedangkan untuk provinsi Jawa tengah persentase BBLR adalah sebesar 9,7% (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR antara lain adalah karakteristik sosial demografi ibu (umur kurang dari 20 tahun dan umur lebih dari 34 tahun, ras kulit hitam, status ekonomi yang kurang, status perkawinan yang tidak sah, tingkat pendidikan yang rendah). Risiko medis ibu sebelum hamil juga berperan terhadap kejadian BBLR (paritas, berat badan dan tinggi badan, pernah melahirkan BBLR, jarak kelahiran). Status kesehatan reproduksi terhadap BBLR (status gizi ibu, infeksi dan penyakit kehamilan dan komplikasi kehamilan). Status pelayanan antenatal (frekuensi dan kualitas pelayanan antenatal, Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. XI, No. 1. Maret

3 tenaga kesehatan, tempat pemeriksaan kehamilan, usia kehamilan saat pertama kali memeriksakan kehamilannya juga berisiko untuk melahirkan BBLR (Nur R, Arifuddin A, Novilia R, 2016). RSUD Cilacap merupakan salah satu rumah sakit yang melaksanakan berbagai pelayanan kesehatan, salah satunya dalam pelayanan kebidanan. RSUD Cilacap juga merupakan rumah sakit rujukan utama atau primer di Kabupaten Cilacap. Selain itu RSUD Cilacap merupakan rumah sakit tipe B serta Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Data pada tahun 2013 jumlah Bayi Baru Lahir (BBL) sebanyak 2238 bayi dan yang BBLR sebanyak 360 bayi (16,09%). Pada tahun 2014 jumlah BBL adalah sebanyak 1743 bayi dimana 409 bayi (23,47%) adalah BBLR dan pada bulan Januari sampai Agustus 2015 jumlah BBL adalah sebanyak 1259 bayi dimana 150 bayi (11,91%) adalah BBLR. (Kania, 2015) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor usia ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Cilacap tahun subyek kontrol adalah usia ibu bersalin dengan berat badan bayi gram. Pada penelitian ini yang menjadi populasi target adalah semua ibu yang melahirkan BBLR tahun 2014 sebanyak 409. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah purposive sampling dengan kriteria ibu yang melahirkan BBLR pada tahun 2014 dan rekam medis lengkap dengan jumlah sampel setelah menggunakan rumus menjadi 89 orang untuk kasus BBLR dan 138 untuk kasus kontrol. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara melihat buku laporan dan catatan rekam medik dummy table yang diperoleh di RSUD Cilacap tahun 2014 dengan memperhatikan format pada checklist. Data meliputi usia ibu. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji Chi Square. HASIL Hasil penelitian dijelaskan dalam deskripsi di bawah ini. Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi usia ibu bersalin di RSUD Cilacap Tahun METODE Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif korelatif. dengan pendekatan case control. Pada penelitian ini yang menjadi subyek kasus adalah usia ibu bersalin dengan berat bayi < 2500 gram dan Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa dari 89 responden untuk kasus dan 138 untuk kontrol, usia ibu dengan BBLR Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. XI, No. 1. Maret

4 terbanyak adalah usia tidak berisiko sebanyak 60 orang (67.4%) kasus dan 99 orang (71.7%) kasus kontrol. Berdasarkan tabel 4.3 hasil analisis hubungan antara usia ibu dengan kejadian BBLR diperoleh bahwa ada sebanyak 29 (32.6%) usia ibu yang berisiko melahirkan bayi BBLR. Sedangkan diantara usia ibu yang tidak berisiko, ada 60 (67.4%) yang melahirkan BBLR. Hasil uji statistik diperoleh nilai P = maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kejadian BBLR antara usia berisiko dan tidak berisiko (tidak ada hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan kejadian BBLR). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 1.272, artinya usia ibu yang tidak berisiko mempunyai peluang 1.27 kali untuk melahirkan BBLR dibanding usia yang berisiko. PEMBAHASAN Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasanah et all (2011) yang mendapatkan usia ibu tersering melahirkan BBLR ialah usia tahun. Penelitian Purwanto AD & Wahyuni CU (2016) dan penelitian Sulistyorini D & Siswoyo S (2014) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian BBLR. Hasil penelitian di atas bertentangan dengan penelitian Momeni M et all (2017) mengatakan bahwa usia ibu saat melahirkan < 18 dan > 35 tahun berhubungan dengan kejadian BBLR. Sebagian besar penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa BBLR terjadi pada ibu usia muda dan tua. Ada kekurangan kondisi sosial yang terdapat pada ibu bersalin usia muda seperti status sosial ekonomi rendah, rendahnya pendidikan ibu, gizi buruk dan indeks masa tubuh yang rendah. Sedangkan yang berhubungan dengan ibu bersalin usia tua mengarah ke faktor biologis seperti anomali kromosom, pre eklampsia, dan diabetes melitus. Risiko kehamilan pada ibu yang terlalu muda usia biasanya timbul karena mereka belum siap secara psikis maupun fisik. Usia ibu <20 tahun berisiko melahirkan BBLR karena organ reproduksi ibu belum matang secara biologis dan belum berkembang dengan baik. Organ reproduksi yang belum sempurna dapat mengakibatkan berkurangnya suplai aliran darah ke serviks dan uterus. Hal ini dapat mengakibatkan kurangnya nutrisi terhadap janin yang Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. XI, No. 1. Maret

5 sedang tumbuh dan berkembang yang bisa mengarah ke kondisi bayi saat dilahirkan memiliki berat badan kurang dari normal. (Ehiri, 2009). Secara psikis, umumnya remaja belum siap menjadi ibu. Selain tidak ada persiapan, kehamilannya pun tidak dipelihara dengan baik. Risiko fisiknya pun kalah besar karena beberapa organ reproduksi remaja putri seperti rahim belum cukup matang untuk menanggung beban kehamilan (Kusparlina, 2016). Hal yang sama terjadi pada usia ibu >35 tahun ibu rentan mengalami komplikasi dalam kehamilan dan persalinan. Menurut Takziah (2013) usia ibu >35 tahun mudah terkena penyakit dan organ reproduksi mulai berkurang fungsinya karena terjadi perubahan jaringan yang mulai kendor. Penyebab BBLR ada beberapa faktor yaitu faktor ibu, janin, plasenta dan lingkungan. Beberapa faktor tersebut saling berkaitan, tidak bisa dipisahkan yang menyebabkan kejadian BBLR. Penelitian ini menunjukkan usia ibu tidak berhubungan dengan kejadian BBLR. Menurut peneliti hal ini terjadi karena hanya bagian kecil dari faktor ibu yang diteliti sementara banyak faktor yang bisa mempengaruhi kejadian BBLR yaitu faktor janin, plasenta dan lingkungan yang tidak diteliti. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian ini, maka dapat dibuat kesimpulan yaitu tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara faktor usia ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Cilacap Tahun Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis mengajukan saran kepada tenaga kesehatan khususnya bidan melakukan deteksi dini terjadinya kelahiran BBLR tidak hanya dari faktor ibu (usia) tetapi memperhatikan faktor lain yaitu plasenta dan janin. DAFTAR PUSTAKA Alya D Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan BBLR Di RSIA Banda Aceh Tahun Skripsi tidak dipublikasikan Boulet S, dkk. Birth Weight and health And Developmental Outcomes in US Children, Maternal and Child Health Journal, 15, Diunduh di [diakses 24 Oktober 2017] Damanik SM Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir dan Masa Gestasi dalam : Kosim MS et all. Buku Ajar Neonatologi, Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. Depkes 2010, Rencana Operasional Promosi Kesehatan Ibu dan Anak, Pusat Promosi Kesehatan, Departemen Kesehatan RI. Ehiri J Maternal and Child Health : Global Challenges, Programs and Policies. USA : Unibersity of Arizona Hasanah N, Kurniawati T, Kurniati L Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian BBLR Di Ruang BBRT RSUP Dr.Kariadi Semarang : Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. XI, No. 1. Maret

6 Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang. Kania Gambaran Karakteristik Ibu Bersalin Yang Melahirkan BBLR Di BLUD RSUD Cilacap Tahun Karya Tulis Ilmiah tidak dipublikasi Kusparlina EP. Hubungan Antara Umur Dan Status Gizi Berdasarkan Ukuran Lingkar Lengan Atas Dengan Jenis BBLR. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, Vo. 7. No.1 ISSN : Mahayana SAS, Chundrayetti E, Yulistini. Faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian berat badan lahir rendah di RSUP Dr.M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 2015; 4(3) Manuaba 2010, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB, Edisi : 2, Jakarta : EGC Momeni M., Danaei M., Kermani AJN., Bakhshandeh M., Foroodnia S., Mahmoudabadi Z., Amirzadeh R., Safizadeh H (2017). Prevalence and Risk Factors of Low Birth Weight in the Southeast of Iran. International Journal of Preventive Medicine, 2017, 8:12 Nur Rosmala, Arifuddin A, Novilia R. Analisis Faktor risiko kejadian berat badan lahir rendah di RSU Anutapura Palu. Jurnal Preventif, Vol.7 No.1, Maret 2016:1-64 OECD dkk. Health at a Glance : Asia / Pasific, 2012 Pardede, Lubis & Hiswani 2013, Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun , Artikel, Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008 Kementerian Kesehatan RI, Profil Kesehatan Indonesia 2013, Jakarta Proverawati, Ismawati, 2010, Bayi Berat Lahir Rendah, Nuha Medika, Yogyakarta. Purwanto AD, Wahyuni CU Hubungan Antara Umur Keamilan, Kelamilan Ganda, Hipertensi Dan Anemia Dengan Kejadian BBLR. Jurnal Berkala Epidemiolog, vol.4 no.3, September 2016 : Simarmata OS Hubungan Kualitas Pelayanan Antenatal Terhadap Kejadian BBLR Di Indonesia (Analisis Data Sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007 : Tesis. Universitas Indonesia Siswosudarmo, R., 2008, Obstetri Fisiologi, Pustaka Cendekia, Yogyakarta Sulistyawati, 2009, Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan, Salemba Medika, Jakarta Sulistyorini D dan Siswoyo S Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi kejadian BBLR di Puskesmas Perkotaan Kabupaten Banjarnegara. Jurnal Unimus.ac.id diperoleh tanggal 30 November 2017 Takziah M Determinan Epidemiologi Kejadian BBLR pada Daerah Endemis Malaria di Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. Tesis. Surabaya : Universitas Airlangga : Wendy H. Angka Kematian Ibu di Indonesia Tertinggi di ASEAN. dk-insufa.info. -ibu-di-indonesia-tertinggidi-asean. [diunduh 10 Oktober 2017 Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. XI, No. 1. Maret