Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian BBLR

Transkripsi

1 Faletehan Health Journal, 4 (5) (2017) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Nurseha 1*, Annisa Zahara Berlannov 1 1 Program Studi Diploma III Kebidanan, STIKes Faletehan Serang Banten, Indonesia *Corresponding Author: seha.hendra110807@gmail.com Abstrak Bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu bayi yang dilahirkan dengan berat lahir kurang dari gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR termasuk dalam salah satu penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian bayi di Banten sebanyak 347 bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, pendidikan, usia, dan paritas dengan kejadian BBLR di RSUD Dr. Dradjat Prawiranegara Serang Tahun Metode penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional Survey dengan teknik pengambilan sampel adalahtotal sampling kepada 96 responden di RSUD Dr. Dradjat Prawiranegara Serang tahun Variabel terikat ialah kejadian BBLR, sedangkan variabel bebas ialah pengetahuan, pendidikan, usia, dan paritas. Hasil yang diperoleh dari analisa univariat didapat 58 orang (60,4%) yang mempunyai pengetahuan baik, 65 orang (67,7%) pendidikan menengah, 57 orang (59,4%) berusia tahun, 42 orang (43,7%) status paritas dengan multipara, dan 61 orang (63,5%) tidak mengalami BBLR. Analisa bivariat diperoleh nilai ρ = 0,000, ρ = 0,017, ρ = 0,001, ρ = 0,000, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan, pendidikan, usia, paritas, dengan kejadian BBLR. Intervensi terbaik peningkatan pengetahuan ibu dan persiapan prakehamilan yang matang untuk mencapai berat badan lahir bayi yang ideal dapat dilakukan dengan baik. Kata kunci: BBLR, Paritas, Pendidikan, Pengetahuan, Usia Abstract Low birth weight (LBW) infant are babies born with less than gram birth weight regardless of gestational age. LBW infant is included in one of the causes of high rates of morbidity and infant mortality in Banten as many as 347 babies. This study aimed to determine the relationship between knowledge, education, age, and parity with the occurrence of LBW infant in dr.dradjat Prawiranegara Hospital Serang year The research method used was Cross Sectional Survey. Sampling technique was total sampling of 96 respondents in dr.dradjat Prawiranegara Hospital. The dependent variable was the occurrence of LBW infant, whereas the independent variables were knowledge, education, age, and parity. The results obtained from the univariate analysis found 58 people (60.4%) with good knowledge, 65 people (67.7%) of secondary education, 57 people (59.4%) aged years, 42 people (43.7%) parity status with multiparas, and 61 people (63.5%) did not experience LBW. Bivariat analysis obtained ρ = 0.000, ρ = 0.017, ρ = 0.001, ρ = 0.000, it can be concluded that there was a significant relationship between knowledge, education, age, parity, with the occurrence of LBW. The best interventions of maternal knowledge improvement and mature pretreatment preparation to achieve ideal infant birth weight can be performed well. Keywords: LBW, Parity, Education, Knowledge, Age. 250

2 Pendahuluan Sejak tahun 1961,WHO telah mengganti istilah premature baby dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari gram pada waktu lahir merupakan bayi prematur, karena morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat badan tetapi juga pada tingkat kematangan (maturitas) bayi tersebut (Prawirohardjo, 2007). Secara umum BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai gram (Proverawati dan Ismawati, 2010). Masalah jangka pendek pada BBLR berisiko terjadi permasalahan pada sistem tubuh, oleh karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Kematian perinatal pada BBLR adalah 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognosis akan lebih buruk bila berat badan semakin rendah, kematian sering disebabkan karena komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan intra kranial, hipoglikemia. Bila hidup akan dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara, tingkat kecerdasan rendah. Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orangtua, dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal (Proverawati dan Ismawati, 2010). Data dari Bank Dunia tahun 2012, infant mortality rate di Indonesia 26 per kelahiran hidup. Sebagian besar kematian anak di Indonesia saat ini terjadi pada masa baru lahir (neonatal), bulan pertama kehidupan. Angka kematian bayi hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 adalah 32 kematian per kelahiran hidup). Menurut Dinkes Provinsi Banten tahun 2016, Angka Kematian Bayi (AKB) di Banten dengan jumlah 1.297, termasuk Kabupaten Serang yang mencapai angka 190 bayi pada tahun Angka tersebut mencakup Angka Kematian Neonatal (AKN) di Banten sebanyak 1.031, diantaranya kematian neonatal karena BBLR sebanyak 347 bayi, asfiksia sebanyak 300 bayi, Tetanus Neonatorum sebanyak 8 bayi,sepsis sebanyak 52 bayi, Kelainan Bawaan sebanyak 114 bayi, dan lain-lain sebanyak 210 bayi. BBLR dapat berakibat jangka panjang terhadap tumbuh kembang anak di masa yang akan datang. Dampak dari bayi lahir dengan berat badan rendah ini adalah pertumbuhannya akan lambat, kecenderungan memiliki penampilan intelektual yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang berat lahirnya normal. Selain itu, BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi (Wiknjosastro, 2009). Penyebab terjadinya BBLR secara umum bersifat multifaktorial, sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan. Namun, penyebab terbanyak terjadinya bayi BBLR adalah kelahiran prematur. Semakin muda usia kehamilan semakin besar resiko jangka pendek dan jangka panjang dapat terjadi. Beberapa faktor lainnya yang dapat mempengaruhi berat badan lahir rendah, antara lain, umur ibu, paritas ibu, pendidikan ibu, pengetahuan ibu, status gizi ibu, kebiasaan ibu, penyakit pada ibu, keadaan sosial ekonomi, faktor plasenta, faktor lingkungan, dan faktor janin seperti radiasi, infeksi janin kronik, kelainan kromosom (Proverawati dan Ismawati, 2010). Berdasarkan hasil penelitian (Ismi, 2011) faktor lain yang dapat menyebabkan kejadian BBLR adalah Indeks Massa Tubuh, pertambahan berat badan, dan Lingkar Lengan Atas. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian (Sagung Adi, dkk 2012) penyebab kejadian BBLR adalah Pada 72 sampel yang didapatkan, faktor risiko janin dengan jenis kelamin laki-laki (61,1%) dan status sosioekonomi rendah (52,8%) memiliki proporsi yang lebih besar pada kejadian BBLR, faktor risiko anemia (p=0,001) dan kelainan plasenta (p=0,049), di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Kehamilan yang terjadi pada usia dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun memiliki kecenderungan tidak terpenuhinya kebutuhan gizi yang adekuat untuk pertumbuhan janin yang akan berdampak pada berat badan lahir bayi. Paritas adalah faktor yang sangat berpengaruh dan perlu diwaspadai maka kemungkinan akan banyak ditemui keadaan kesehatan terganggu seperti 251

3 anemia, kurang gizi, dinding perut dan rahim yang kendor, persalinan lama dan perdarahan persalinan serta bayi lahir dengan BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2009). RSUD Dr. Dradjat Prawiranegara merupakan rumah sakit rujukan di Kabupaten Serang yang memiliki ruang perinatologi atau ruang bayi. Berdasarkan data dari Ruang Perinatologi di RSUD Dr. Dradjat Prawiranegara jumlah bayi yang dilahirkan pada tahun 2016 mencapai bayi, diantaranya 542 (20.21%) bayi sehat, 597 (23.03%) bayi dengan BBLR dan 459 (17.71%) bayi dengan Hiperbilirubin serta 388 (14.97%) bayi dengan asfiksia, sedangkan jumlah kematian bayi pada tahun 2016 di RSUD Dr. Dradjat Prawiranegara mencapai 77 (100%) orang bayi yang diantaranya disebabkan BBLR hingga 26 (33.77%) bayi, asfiksia sebanyak 18 (23.38%) bayi, dan 33 (42.86%) bayi disebabkan lain-lain. Berdasarkan data tersebut, angka kejadian BBLR menjadi penyebab tingginya angka kematian bayi di RSUD dr. Dradjat Prawiranegara pada tahun 2016, sehingga peneliti tertarik untuk mengambil kasus tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RSUD Dr. Dradjat Prawiranegara Serang Banten tahun Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang melahirkan di RSUD Dr. Dradjat Prawiranegara Serang dari 20 Mei hingga 20 Juni Sampel dalam penelitian ini diambil secara total sampling yaitu sebanyak 96 sampel. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari rekam medik pasien dan data primer berupa kuesioner. Responden diminta untuk mengisi kuesioner yang berisi berbagai pertanyaan tentang umur, pendidikan terakhir, paritas, dan pengetahuan ibu tentang BBLR. Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik Chi-Square. Hasil Penelitian Distribusi frekuensi variabel penelitian Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa terdapat 63.5% bayi yang teridentifikasi dengan BBLR, sebagian besar responden mempunyai pengetahuan baik sebanyak 58 orang (60.4%), pendidikan menengah sebanyak 65 orang (67.7%), usia tahun sebanyak 57 orang (59.4%) dan hampir setengah memiliki paritas multipara sebanyak 42 orang (43.7%). Berat badan lahir sangat penting diperhatikan karena berhubungan erat dengan kelangsungan hidup bayi selanjutnya. Bayi berat lahir rendah akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas bayi (Bennu, 2012). Perbedaan rata-rata berat badan lahir pada bayi dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi baik secara langsung atau tidak langsung terhadap berat lahir bayi. Faktor-faktor yang berhubungan langsung dengan berat lahir diantaranya pengetahuan ibu, pendidikan ibu, usia ibu, paritas, dan lain-lain. Tabel. 1 Distribusi Frekuensi Kejadian BBLR,Pengetahuan, Pendidikan, Usia dan Paritas Variabel Frekuensi Presentase (%) BBLR Tidak BBLR Pengetahuan Kurang Baik Pendidikan Dasar (Tidak Sekolah/SD) Menengah (SMP/SMA) Tinggi (Diploma/PT) Usia < 20 Tahun Tahun > 35 Tahun Paritas Primipara Multipara Grandemultipara Total

4 Pendidikan sangat menentukan pengetahuan yang dimiliki seseorang terhadap pentingnya suatu hal. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 58 orang (60,4%) dan pendidikan menengah sebanyak 65 orang (67,7%). Dengan pengetahuan yang baik dan tingginya pendidikan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang sehingga informasi yang diterima ibu dari tenaga kesehatan dapat dicerna dengan baik dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan teori Wiknjosastro (2009) semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan seseorang akan semakin mudah atau terbuka dalam menyerap, memilih, dan beradaptasi dengan segala informasi dan sesuatu yang baru.secara biologis, wanita dianjurkan mengandung pada usia subur (20 35 tahun), karena pada usia subur lebih banyak energi yang dimiliki oleh wanita hamil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil yang berumur antara tahun lebih banyak hingga mencapai 57 orang (59,4%), karena pada umur tersebut wanita biasanya sudah dianggap dewasa, siap untuk menjadi ibu, dan mencapai puncak reproduksi. Dimana umur yang ideal untuk hamil adalah usia tahun. Hal ini sesuai dengan teori Manuaba (2008), bahwa umur tahun merupakan umur reproduktif sehingga organ reproduksi dapat melaksanakan fungsi kehamilan dan persalinan dengan baik. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa status paritas responden dengan multipara sebanyak 42 orang (43,7%). Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali dan kurang dari tiga kali (Wiknjosastro,2009). Jumlah anak yang dilahirkan lebih dari 3 orang dapat menurunkan kesehatan reproduksi dengan risiko, antara lain: keguguran, anemia, perdarahan hebat, melahirkan bayi dengan BBLR, dan dapat menambah beban ekonomi keluarga sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak kurang optimal (BKKBN, 2010). Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian BBLR Penelitian ini mengungkapkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan kurangtentang BBLR dan mengalami kejadian BBLR yaitu sebanyak 23 orang (60,5%). Uji analisa data menggunakan chi-square didapatkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang BBLR dengan kejadian BBLR dengan ρ value = 0,000. Selain itu, dari hasil analisis diperoleh nilai OR (Odds Ratio) = 5,878 yang berarti ibu dengan tingkat pengetahuan kurang tentang BBLR berisiko 5,878 kali untuk mengalami kejadian BBLR dibandingkan dengan ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik tentang BBLR. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Misna, et al (2013), yang mengatakan bahwaibu yang mempunyai pengetahuan kurang tentang ANC dengan kejadian BBLR berpeluang 3,2 kali melahirkan bayi yang BBLR dibandingakan dengan pengetahuan ibu yang baik. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia berasal dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2015). Pengetahuan juga dipengaruhi beberapa faktor antara lain, pendidikan, informasi, pekerjaan, usia, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan dan pengalaman. Pengetahuan berperan besar terhadap seseorang melakukan tindakan artinya tingkat pengetahuan seseorang berpengaruh terhadap pengetahuan baik untuk dirinya maupun orang lain. Tabel 2. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Dengan OR ρ Pengetahuan Ibu BBLR Tidak BBLR Total (95% CI) Value n % n % N % Kurang ,878 Baik (2,368-14,591) 0,00 Total

5 Ibu dengan pengetahuan kurang tentang kehamilannya mayoritas akan acuh tak acuh dengan kondisi kehamilannya sehingga dapat menyebabkan kelahiran BBLR. Sebaliknya ibu dengan pengetahuan baik tentang kehamilannya biasanya akan sangat peduli dengan kondisi kehamilannya, seperti harus istirahat dengan cukup, mengonsumsi vitamin dan obat penambah darah yang menunjang kehamilan, makan makanan yang bergizi, serta pengetahuan akan adanya tanda bahaya kehamilan. Ibu dengan pengetahuan yang gizi baik, kemungkinan akan memberikan gizi yang baik juga untuk bayinya (Proverawati dan Asfuah, 2009). Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian BBLR Sebagian besar responden berpendidikan dasar sebanyak 12 orang (63.2) dan mengalami kejadian BBLR dengan ρ value = 0,017 sehingga dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan kejadian BBLR. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Vitrianingsih, et al (2012) yang mengatakan bahwa ibu dengan pendidikan dasar akan mempunyai peluang 3 kali untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai pendidikan lebih tinggi. Sejalan juga dengan hasil penelitian Fitri & Eka (2014) yang mengatakan bahwa kejadian BBLR lebih banyak pada ibu dengan pendidikan < SMA atau pendidikan rendah terjadi (p value = dengan OR =0.934). Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupundari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorangdengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. (Notoatmodjo, 2012) Pendidikan ibu yang rendah berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki ibu, sehingga ibu terpengaruh dengan kebiasaan hidup yang tidak menunjang gaya hidup seperti makanan yang tidak bergizi (hanya karbohidrat, sedikit sayur, sedikit daging) dan banyaknya pantangan makanan ibu hamil oleh peraturan adat istiadat nenek moyang sehingga jika ibu kurang gizi bayi yang dilahirkan BBLR. Makanan yang tidak bergizi membuat berat badan ibu hamil tidak mengalami peningkatan atau tetap dan mempengaruhi pertumbuhan janin, sehingga bayi yang dilahirkan mempunyai berat badan lahir rendah (Syafrudin, 2009; Saminem, 2009) Tabel 3. Hubungan Antara Pendidikan Ibu Dengan Pendidikan Ibu BBLR Tidak BBLR Total n % n % N % Dasar (Tidak Sekolah/SD) Menengah (SMP/SMA) Tinggi (Diploma/PT) Total ρ Value 0,

6 Tingkat pendidikan ibu sangat mempengaruhi kemampuan penerimaan informasi gizi. Masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah akan lebih baik mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan sehingga sulit menerima informasi baru dibidang gizi. Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik. Sering masalah gizi timbul karena ketidaktahuan atau kurang informasi tentang gizi yang tidak memadai. Faktor tingkat pendidikan turut pula menjadi penyebab mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh (Kaula, dkk, 2012). Hubungan Usia Ibu Dengan Hasil penelitian menyebutkan bahwa sebagian besar responden berusia > 35 tahun dan mengalami kejadian BBLR sebanyak 15 orang (68,2%), dengan ρ value = 0,001, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna antara usia ibu dengan kejadian BBLR. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Misna, et al (2013), yang mengatakan bahwa sebagian besar ibu dengan umur 20 tahun dan 35 tahun pada saat persalinan dapat mengalami kejadian BBLR. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Vitrianingsih, et al (2012), mengatakan bahwa ibu dengan umur 35 tahun akan berpeluang 4 kali untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu dengan umur tahun. Hal ini sejalan dengan teori yang disampaikan Sulistyawati (2009) bahwa pada proses pembuahan kualitas sel telur wanita usia 35 tahun sudah menurun jika dibandingkan dengan sel telur pada wanita dengan usia reproduksi sehat (20-35 tahun). Jika proses pembuahan mengalami gangguan maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan pembuahan pada kehamilan, hal ini kemungkinan menyebabkan IUGR (Intrauterine Growth Retardation) yang berakibat bayi BBLR. Tabel 4. Hubungan Antara Usia Ibu Dengan Usia Ibu BBLR Tidak BBLR Total n % n % N % < 20 Tahun Tahun , > 35 Tahun Total ρ Value 0,001 Tabel 5. Hubungan Antara Paritas Ibu Dengan Paritas Ibu BBLR Tidak BBLR Total n % n % N % Primipara Multipara Grandeprimipara Total ρ Value 0,

7 Semakin muda atau semakin tua usia ibu sangat mempengaruhi kesiapan mental dan kesiapan organ tubuh untuk menerima keadaan yang belum pada waktunya dan menjadikan kematangan organ bukan pada saatnya sehingga berpengaruh terhadap berat badan lahir. Semakin muda umur seorang ibu hamil, akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi ibu hamil karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandungnya. Sedangkan dengan umur yang tua perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang semakin melemah dan diharuskan untuk bekerja secara maksimal maka diperlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilannya (Kristiyanasari, 2010). Hubungan Paritas Ibu Dengan Kejadian BBLR Berdasarkan hasil peneltitian, diketahui bahwa sebagian besar responden dengan paritas grandemultipara dan mengalami kejadian BBLR yaitu sebanyak 16 orang (76,2%) denganρ value = 0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna antara paritas ibu dengan kejadian BBLR. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Misna, et al (2013), yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian BBLR. lebih banyak terjadi pada ibu dengan paritas > 4 kali, sedangkan bayi berat lahir normal lebih banyak dilahirkan pada ibu dengan paritas 4 kali, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin banyak paritas ibu, maka akan semakin berisiko dengan kejadian BBLR. BBLR dengan faktor riwayat paritas yang tinggi terjadi karena sistem reproduksi ibu sudah mengalami penipisan akibat sering melahirkan. Hal ini disebabkan oleh semakin tinggi paritas ibu, sehingga kualitas endometrium akan semakin menurun. Kehamilan yang berulang-ulang akan mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah nutrisi akan berkurang dibandingkan dengan kehamilan sebelumnya (Prawirohadjo, 2010). Paritas yang tinggi akan memberikan risiko tinggi terhadap janin, yaitu menimbulkan bayi yang tidak sehat. Kelahiran anak kedua atau ketiga, umumnya aman bagi seorang wanita, sedangkan kelahiran anak yang lebih dari empat harus diwaspadai, kemungkinan akan terjadi persalinan yang buruk karena terlalu banyak anak, rahim ibu yang semakin lemah yang akan membahayakan janin dan ibu. Semakin sering proses melahirkan maka organ-organ reproduksi akan berubah atau kondisi kesehatannya akan menurun. Simpulan Dari hasil analisa penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan, pendidikan, usia dan paritas ibu dengan kejadian BBLR. Intervensi terbaik peningkatan pengetahuan ibu dan persiapan prakehamilan yang matang untuk mencapai berat badan lahir bayi yang ideal dapat dilakukan dengan baik. Referensi Fitri W &Eka F (2014) Hubungan Karateristik Ibu Hamil Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Penembahan Senopati Bantul Yogyakarta Ismi, T (2011) Faktor Risiko Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Wilayah Kerja Puskesmas Singkawang Timur dan Utara Kota Singkawang Notoatmodjo, S (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Prawirohardjo, S. (2010). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Proverawati & Ismawati. (2010). Berat Badan Lahir Renda (BBLR). Yogyakarta: Nuha Medika Proverawati, A & Asfuah, S. (2009). Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta: Mulia Medika Sagung ASM, Eva C, Yulistini (2012). Faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di RSUP Dr M. Djamil. Padang. Sulistyawati, A. (2009). Asuhan Kebidanan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu 256

8 Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (2012). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Syafrudin, H (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC 257