BAB I PENDAHULUAN. Perdata dalam Teori dan Praktik, (Bandung, Alumni, 1979) h. 111
|
|
- Ridwan Yuwono
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Untuk memudahkan dalam memahami judul skripsi ini maka secara singkat akan diuraikan terlebih dahulu pengertian kata-kata penting dalam judul Eksekusi terhadap Pembagian Harta Bersama (Studi Kasus Perkara Perdata No 0444/Pdt.G/2012/PA.Tnk) yaitu : Eksekusi ialah melaksanakan putusan (vonis) Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. 1 Putusan Pengadilan yang telah ditetapkan adalah putusan yang mempunyai kekuatan eksekutorial yaitu putusan yang bersifat Comdematoir, sedangkan putusan yang bersifat declaratoir dan constitutive tidak memerlukan eksekusi dalam menjalankannya. Eksekusi berarti menjalankan putusan dalam perkara perdata secara paksa sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku karena pihak tereksekusi tidak bersedia melaksanakan secara sukarela. 2 Berdasarkan pengertian diatas, pada prinsipnya eksekusi merupakan realisasi kewajiban yang dikalahkan dalam putusan hakim, untuk memenuhi prestasi yang tercantum dalam amar putusan hakim. Tugas dari hakim adalah untuk menegakkan hukum dan keadilan dengan jalan menafsirkan hukum dan mencari dasar-dasar serta azas-azas yang jadi landasannya melalui perkara-perkara yang di hadapkan kepadanya, sehinnga keputusannya mencerminkan peranan keadilan bangsa dan rakyat Indonesia. 3 1 Mardani, hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Mahkamah Syari ah, Cet 2, (Jakarta, Sinar Grafika, 2010) h Retno Wulan Susantie dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktik, (Bandung, Alumni, 1979) h Badruzzaman Siddik, Perkembangan Peradilan di Indonesia, Cetakan Pertama, (Bandar Lampung, 2000) h. 121
2 2 Harta bersama adalah harta yang didapat suami istri selama perkawinan (harta pencaharian). 4 Berdasarkan pengertian di atas dapat diperjelas bahwa harta bersama adalah kekayaan yang diperoleh secara bersama-sama antara suami dan istri selama dalam perkawinan di luar hadiah atau warisan. Maksudnya, harta yang didapat atas usaha mereka, atau sendiri-sendiri selama masa ikatan perkawinan. 5 Pengadilan Agama merupakan Pengadilan tingkat pertama untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara antara orang-orang yang beragama Islam dibidang perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, wakaf, dan shadaqah berdasarkan hukum Islam. 6 Dalam hal ini tempat yang penulis jadikan sebagai obyek penelitian adalah Pengadilan Agama Tanjung Karang. Berdasarkan uraian di atas, dapat diperjelas bahwa maksud judul tersebut adalah sebuah upaya untuk mengetahui secara mendasar dan mendalam tentang eksekusi terhadap pembagian harta bersama. B. Alasan Memilih judul Adapun yang menjadi motivasi penulis memilih judul tersebut adalah sebagai berikut : 1. Permasalahan yang sering muncul setelah terjadinya perceraian adalah masalah harta bersama atau lebih dikenal dengan harta gono gini. Apabila permasalahan harta bersama tidak dapat diselesaikan antara pihak suami dan istri yang telah bercerai, maka Pengadilan Agama yang akan memutuskannya apabila diminta. Setelah ada keputusan Pengadilan tentang pembagian harta bersama, terkadang salah satu pihak tidak bersedia 4 Hilman hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, Cetakan ketiga, (Bandung, Mandar Maju, 2007) h Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Cetakan 1, Rajawali Pers, (Jakarta, 2013) h M.Yahya Harahap, kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, (Jakarta, Pustaka Kartini, 1989) h. 38
3 3 menyerahkan hartanya, kondisi inilah yang dikemudian dilakukan eksekusi oleh Pengadilan Agama. 2. Judul tersebut susuai dengan jurusan penulisan yaitu jurusan Ahwal Al-Syakhsiyyah Fakultas Syariah, dan sepanjang pengetahuan penulis belum ada yang mengangkat tema pembahasan di atas, serta tersedianya buku-buku primer maupun sekunder yang terdapat di perpustakaan atau di toko-toko buku. C. Latarbelakang Masalah Perkawinan hapus, jiakalau satu pihak meninggal. Bilamana pihak yang lainnya meninggalkan tempat tinggalnya hingga sepuluh tahun lamanya dengan tiada ketentuan nasibnya. Akhirnya perkawinan dapat dihapuskan dengan perceraian. Perceraian ialah pernghapusan perkawinan dengan putusan hakim, atau tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan itu. 7 Putusnya ikatan perkawinan (perceraian) antara suami istri juga berdampak pada harta benda yang mereka miliki. Dalam pernikahan dikenal adanya harta bawaan dan harta bersama. Apabila terjadi perceraian antara suami istri, maka harta bersama yang diperoleh selama perkawinan harus dibagi secara bersama menurut perimbangan yang sama atau menurut prinsip keadilan. Terbentuknya harta bersama dalam perkawinan ialah sejak saat tanggal terjadinya perkawinan. Sampai saat perkawinan pecah baik karena salah satu meninggal atau karena perceraian, maka seluruh harta tersebut menurut hukum menjadi harta bersama. 8 Hukum Islam tidak mengatur tentang harta bersama dan harta bawaan ke dalam ikatan perkawinan, yang ada 7 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Cetakan ke-26, PT Intermasa, (Jakarta, 1994) h M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, Cetakan Pertama, (Jakarta, Pustaka Kartini, 1989) h. 299
4 4 hanya menerangkan tentang adanya hak milik pria atau wanita serta maskawin ketika perkawinan berlangsung. 9 Dalam hubungan perkawinan dapat dipahami, bahwa ada kemungkinan dalam satu perkawinan akan ada harta bawaan dari istri yang terpisah dari harta suami atau sebaliknya, dan masing-masing pihak mengusai dan memiliki hartanya sendiri. Sedangkan harta bersama (harta pencarian) milik bersama maka di kuasai secara bersama, dan harta bawaan istri itu kemudian bertambah dengan mas kawin yang diterimanya dari suaminya ketika berlangsungnya perkawinan, atau masih merupakan hutang jika belum dipenuhi suami ketika perkawinan itu. Hanya suami yang boleh mengurus harta bersama itu. Dia boleh menjualnya, memindah tangankannya dan membebaninya tanpa bantuan istrinya, kecuali istri berdasarkan perjanjian perkawinan tidak mengurangi haknya untuk mengurus hartanya. Harta bersama bubar demi hukum, karena kematian, perkawinan atas izin hakim setelah suami atau isteri tidak ada, perceraian, pisah meja dan ranjang dan karena pemisahan harta. 10 Menurut Pasal 35 UU No. 1 Tahun 1974, maka harta perkawinan itu terdiri dari harta bersama, harta hadiah dan harta warisan. Harta bersama adalah harta yang didapat suami isteri selama perkawinan (harta percarian). Harta bersama ini jika perkawinan putus (cerai mati atau cerai hidup) diatur menurut hukumnya masing-masing (hukum adat, hukum Agama, hukum lainnya). Harta bawaan yaitu harta yang dibawa masing-masing suami isteri ke dalam ikatan perkawinan, mungkin berupa harta hasil jerih payahnya sendiri, dan mungkin juga berupa harta hadiah atau harta warisan yang didapat masing-masing suami isteri sebelum atau sesudah perkawinan. Harta 9 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, menurut Perundangan, Hukum Adat, Hukum Agama, Cetakan Ketiga, (Bandung, Mandar Maju, 2007) h Ibid, hlm 113
5 5 bawaan, harta hadiah, dan harta warisan ini tetap dikuasai masing-masing, jika tidak ditentukan lain. 11 Terpisahnya harta bersama dan harta bawaan selama dalam ikatan perkawinan adalah demi hukum, untuk memudahkan penyelesaian jika kemudian hari terjadi perselisihan atau cerai hidup. Namun pada kenyataannya dalam keluarga-keluarga Indonesia, tidak ada yang mencatat tentang harta perkawinan mereka. Dalam perkawinan yang masih baru pemisahan harta bersama dan harta bawaan masih jelas, tetapi pada keluarga-keluarga yang perkawinannya sudah tua, dimana anak-anak sudah menjelang dewasa, yang mana harta bawaan bapak dan yang mana harta bawaan ibu sudah sulit untuk diketahui dan dirinci sejenisnya. Harta perkawinan itu sudah campur aduk dan sudah berubah jenis atau sudah beralih ketangan orang lain dan mana yang ada merupakan harta bersama kesemuannya, yang dimiliki bersama dan di kuasai bersama suami-istri. Adapun menurut Kompilasi Hukum Islam khususnya pada Pasal 85 menyebutkan bahwa harta kekayaan dalam perkawinan adalah harta yang diperoleh baik sendiri-sendiri atau bersama-sama istri selama dalam ikatan perkawinan berlangsung dan selanjutnya disebut harta bersama, tanpa mempersoalkan terdaftar atas nama siapapun. Pembagian harta bersama menurut ketentuan pasal 37 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan tidak ditetapkan secara tegas berapa bagian masing-masing suami atau istri yang bercerai baik bercerai mati ataupun bercerai hidup. 12 Selain Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan di Indonesia juga berlaku Kompilasi Hukum Islam, yang berkaitan dengan pembagian harta bersama sebagaimana diatur dalam pasal 96 dan 97 Kompilasi Hukum Islam tersebut. Yang menyebutkan bahwa pembagian harta bersama baik cerai hidup maupun cerai mati ini masing- 11 Ibid, hlm M. Yahya Harahap, OP.Cit., hlm. 308
6 6 masing mendapat setengah dari harta bersama tersebut. Selengkapnya pasal 96 Kompilasi Hukum Islam berbunyi : 1. Apabila cerai mati, maka separuh harta bersama menjadi hak pasangan hidup yang lebih lama 2. Pembagian harta bersama bagi seorang suami atau istri yang istri atau suaminya hilang harus ditangguhkan sampai ada kepastian matinya yang hakiki atau mati secara hukum atas dasar keputusan Pengadilan Agama. Sedangkan pasal 97 Kompilasi Hukum Islam menyatakan; Janda atau duda yang bercerai hidup masing berhak seperdua dari harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan. Menurut ketentuan-ketentuan Undang-Undang Perkawinan Pasal 38, disebutkan bahwa sebab-sebab putusnya perkawinan ada tiga yaitu kematian, perceraian dan atas putusan Pengadilan. Putusnya perkawianan karena kematian sering disebut oleh masyarakat dengan istilah cerai mati. Sedangkan putusnya perkawinan karena perceraian ada dua sebutan yaitu cerai gugat dan cerai talaq. Adapun putusnya perkawinan karena atas putusannya pengadilan disebut dengan cerai batal. 13 Putusnya sebuah perkawinan disebabkan karena adanya keputusan dari Pengadilan Agama biasanya menimbulkan masalah baru dalam hal pembagian harta bersama yang diperoleh oleh pasangan suami dan istri ketika perkawinan masih berlangsung. Masalah lain yang sering muncul adalah berkenaan dengan kesedian kedua belah pihak untuk membagi harta bersama tersebut secara sukarela tanpa melalui eksekusi dari Pengadilan. Namun terkadang ada salah satu pihak baik suami atau istri yang tidak mau menyerahkan harta bersama yang telah diputuskan oleh Pengadilan dengan sukarela 13 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, cetakan ke 3, (Bandung, Citra Adiya Bakti, 2000) h. 108
7 7 sehingga Pengadilan melakukasn eksekusi terhadap keputusan tersebut. Eksekusi adalah melaksanakan secara paksa putusan Pengadilan dengan bantuan hukum, guna menjalankan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Pengadilan dalam hal ini Pengadilan Agama Tanjung Karang berwenang menyelesai masalah kepemilikan harta bersama antara suami dan istri melalui proses gugatan, juga memiliki kewenangan untuk melakukan eksekusi terhadap keputusan Pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap dalam hal ini melakukan eksekusi terhadap pembagian harta bersama. Dari uraian diatas, dapat diambil pengertian bahwa pembagian harta bersama karena cerai hidup dapat dilakukan secara langsung antara bekas istri atau suami dengan pembagian masing-masing separuh bagian. Perkara yang menyangkut perceraian dan kemudian berlanjut pembagian harta bersama ini terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Bekaitan dengan pembagian harta bersama akibat perceraian ini penulis ingin meneliti permasalahan tersebut dalam skripsi yang berjudul : Eksekusi Terhadap Pembagian Harta Bersama (Studi Kasus Perkara Perdata No 0444/Pdt.G/2012/PA.Tnk). D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan pokok yang akan diteliti adalah : Bagaimana pelaksanaan eksekusi harta bersama dalam perkara perdata No 0444/Pdt.G/2012/PA.Tnk. E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ilmiah ini adalah: Untuk mengetahui pelaksanaan eksekusi harta bersama yang dilakukan oleh Pengadilan Agama Tanjung Karang.
8 8 Sedangkan kegunaan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Sebagai sumbangan pemikiran dalam pengembangan keilmuan tentang pelaksanaan eksekusi terhadap pembagian harta yang dilakukan oleh Pengadilan Agama Kelas 1A Tanjung Karang khususnya para keluarga yang sedang mengalami proses penyelesaian perceraian yang meninggalkan harta bersama. b. Untuk mendapatkan dan memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) dalam disiplin ilmu syari ah. F. Metode Penelitian Metode merupakan aspek yang penting dalam melakukan penelitian. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Jenis dan Sifat Penelitian a. Jenis penelitian Penelitian ini berjenis lapangan (field research), yaitu metode yang digunakan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan satu unit sosial, individu, kelompok lembaga dan masyarakat. 14 Dalam prosesnya, penelitian ini mengangkat data dan permasalahan yang ada secara langsung, tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dan dilakukan dengan cara sistematis dan mendalam. Dalam hal ini penelitian yang dilakukan di Pengadilan Kelas 1.A Tanjung karang. b. Sifat penelitian Apabila dilihat dari sifatnya, penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriktif analitik, yaitu 1986) h Kartini kartono, Pengantar Metode Research social, (Bandung,
9 9 Penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa mengenai subyek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis. Penelitian yang bersifat deskriptif analitik, yang mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan denagn teori-teori hukum yang menjadi objek penlitian. 15 Dalam hal ini penulis menggambarkan apa adanya mengenai pelaksanaan eksekusi pembagian harta bersama yang dilakukan oleh Pengadilan Agama Tanjung Karang. 2. Populasi penelitian Populasi adalah seluruh obyek (orang, kelompok, penduduk) yang dimaksudkan untuk diselidiki atau diteliti. 16 Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud menjadi populasi disini adalah orang-orang yang ada dalam struktur organisasi di Pengadilan Agama kelas 1.A Tanjung Karang. Sampel yaitu bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bias mewakili populasi Berdasarkan pendapat tersebut, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah panitera/jurusita yang menangani dan memutuskan masalah harta bersama. 3. Pengumpulan data Dalam usaha menghimpun data dari lokasi penelitian, digunakan beberapa metode, yaitu sebagai berikut : a. Metode Observasi 15 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, Cetakan Ketiga, (Jakarta, Sinar Grafika, 2011) h Koentjaranigrat, Metode-Metode Penelitia Masyarakat, Gramedia, (Jakarta, 1985), h. 29
10 10 Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejalagejala psikhis dengan jalan pengamatanndan pencatatan. 17 Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa observasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung kearah penelitian. Adapun teknik observasi menjadi dua bentuk sebagai berikut : 1) Teknik observasi langsung Yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung atau tanpa alat terhadap gejala-gejala subjek yang diselidiki baik pengamat itu dilakukan di dalam situasi sebenarnya maupun dilakukan dalam situasi buatan, yang khusu diadakan. 2) Teknik Observasi tidak langsung Yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan terhadap gejala-gejala subjek yang diselidiki dengan perantara dengan sebuah alat, baik alat yang sudah ada maupun yang sengaja dibuat untuk keperluan yang khusus itu. 18 Metode ini digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembagian harta bersama yang dilakukan oleh Pengadilan Agama Kelas 1A Tanjung Karang. b. Metode Interview Interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi Ibid, hlm Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta, Rineka Cipta, 2013) h Nasution, Metode Research, (Jakarta, Bumi Aksara, 2012, hlm. 113
11 11 Pendapat lain menyatakan bahwa interview adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa interview merupakan salah satu alat untuk memperoleh informasi dengan jalan mengadakan komunikasi langsung antar dua orang atau lebih serta dilakukan secara lisan. Apabila dilihat dari sifat atau teknik pelaksanaannya, maka interview dapat dibagi atas tiga : 1. Interview terpimpin adalah wawancara yang menggunakan pokok-pokk masalah yang teliti. 2. Interview tak terpimpin (bebas) adalah proses wawancara diaman interview tidak sengaja mengarahkan Tanya jawab pada pokok-pokok dari focus penelitian dan interview. 3. Interview bebas terpimpin adalah kombinasi keduanya, pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi. Dalam penelitian ini digunakan Interview bebas terpimpin yaitu pewawancara hanya membuat poko-pokok masalah yang diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi. Metode ini penulis gunakan untuk mewawancarai langsung Hakim mengenai perkara eksekusi harta bersama di Pengadilan Agama Kelas 1A Tanjung Karang. c. Metode Dokumentasi Dokumentasi yaitu mencari data mengenai halhal atau variable yang berupa catatan, transkip,
12 12 buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya. 20 Berdasarkan pndapat diatas dapat dipahami bahwa dokumentasi adalah salah satu cara untuk menghimpun data mengenai hal-hal tertentu, melalui catatan-catatan, dokumen yang disusun oleh organisasi-organisasi. Data-data yang digunakan mengenai hal-hal yang berkenaan dengan kondisi obyektif Pengadilan Agama Kelas 1A Tanjung Karang seperti sejarah, berdirinya, struktur organisasi, visi misi, tugas dan wewenang dan lain sebagainya. 4. Analisa Data Setelah data terhimpun melalui penelitian, analisis dilakukan secara kualitatif, komperhensif, dan lengkap. Analisis kualitatif artinya menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang tidih, dan efektif sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasl analisis. Komperhensif artinya analisis data secara mendalam dari berbagai aspek sesuai dengan ligkup penelitian. Lengkap arti tidak ada bagian yang terlupakan, semuanya sudah masuk dalam analisis. 21 Metode berfikir yang digunakan adalah metode berfikir induktif. Metode berfikir induktif yaitu berfikir dengan berangkat dari fakta-fakta, peristiwa-peristiwa yang konkret dari fakta-fakta atau peristiwa yang khusus itu ditarik generalisasi atau sifat umum. 22 Penulis terlebih dahulu akan mengumpulkan data dari wawancara terhadap hakim Pengadilan Agama Kelas 1A Tanjung Karang mengenai eksekusi terhadap pembagian harta bersama. 20 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta,Rineka Cipta, 1991) h Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2004) h Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach jilid 1, (Yogyakarta, Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1983) h. 80
BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap individu, dalam perkawinan akan terbentuk suatu keluarga yang diharapkan akan tetap bertahan hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan masyarakat diatur oleh hukum termasuk mengenai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia sebagai negara yang berdasarkan hukum maka seluruh aspek kehidupan masyarakat diatur oleh hukum termasuk mengenai perkawinan, perceraian,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Sumardi suryabrata, Penelitian adalah suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak mampu. Walaupun telah jelas janji-janji Allah swt bagi mereka yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan sangat dianjurkan dalam Islam, terutama bagi mereka yang secara lahir dan batin telah siap menjalankannya. Tidak perlu ada rasa takut dalam diri setiap muslim
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. B. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif. Pendekatan
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian lapangan atau field research, yaitu sebuah studi penelitian yang mengambil data autentik secara obyektif atau studi lapangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang merupakan ketentuan yang mengatur pelaksanaan perkawinan yang ada di Indonesia telah memberikan landasan
Lebih terperinciBAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN
BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN 1. Akibat Hukum Terhadap Kedudukan, Hak dan Kewajiban Anak dalam Perkawinan yang Dibatalkan a. Kedudukan,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan bukan angka-angka, akan tetapi berupa kata-kata
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA A. Buku-Buku
DAFTAR PUSTAKA A. Buku-Buku Al-Qur an dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al-Qur an, Asy-Syifa, Semarang, 1992. A. Rahman I Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-hukum Allah (Syariah),
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI
AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI Oleh : DODI HARTANTO No. Mhs : 04410456 Program studi : Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
Lebih terperinciKEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA
KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna
Lebih terperinciTINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)
TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, pengertian perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai seorang suami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hukum acara di peradilan agama diatur oleh UU. No. 7 Tahun yang diubah oleh UU. No. 3 tahun 2006, sebagai pelaku kekuasaan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum acara di peradilan agama diatur oleh UU. No. 7 Tahun 1989 yang diubah oleh UU. No. 3 tahun 2006, sebagai pelaku kekuasaan kehakiman, peradilan agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam pasal 1 UU.No 1 Tahun 1974, dikatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin
BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM HARTA BERSAMA DAN TATA CARA PEMBAGIAN HARTA BERSAMA
BAB II TINJAUAN UMUM HARTA BERSAMA DAN TATA CARA PEMBAGIAN HARTA BERSAMA A. Pengertian Harta Bersama 1. Pengertian Harta Bersama Menurut Hukum Islam Dalam kitab-kitab fiqih tradisional, harta bersama diartikan
Lebih terperinciASPEK YURIDIS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN NURFIANTI / D
ASPEK YURIDIS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN NURFIANTI / D 101 09 512 ABSTRAK Penelitian ini berjudul aspek yuridis harta bersama dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pengadilan Agama sebagai salah satu badan peradilan di Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengadilan Agama sebagai salah satu badan peradilan di Indonesia berdasarkan pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat dilakukan secara sendiri tanpa orang lain. Setiap orang mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kamus bahasa arab, diistilahkan dalam Qadha yang berarti
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peradilan Agama adalah salah satu dari peradilan Negara Indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, berwenang dalam jenis perkara perdata Islam tertentu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengadili, memutuskan dan menyelesaikan perkara untuk menegakkan hukum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peradilan adalah kekuasaan negara dalam menerima, memeriksa, mengadili, memutuskan dan menyelesaikan perkara untuk menegakkan hukum dan keadilan. 1 Kekuasaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan disiplin ilmu yang dibangun oleh peneliti. Sebagai jembatan yang
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan sebuah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam sebuah penelitian. Hal ini dikarenakan, metode penelitian merupakan sebuah sistem kerja yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. permasalahan dan fokus penelitian. Metode kualitatif adalah langkah-langkah
45 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan permasalahan dan fokus penelitian. Metode kualitatif adalah langkah-langkah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang hidup dengan saling berdampingan satu dengan yang lainnya, saling membutuhkan dan saling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup bermasyarakat, karena sebagai individu, manusia tidak dapat menjalani kehidupannya sendiri untuk mencapai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode adalah proses, prinsip dan prosedur yang digunakan untuk mendekati permasalahan dan mencari jawaban, dengan kata lain, metodologi adalah suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang merupakan negara yang terdiri dari berbagai etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia, Indonesia merupakan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami berbagai peristiwa hukum.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam hidupnya akan mengalami berbagai peristiwa hukum. Peristiwa hukum yang pasti dialami oleh manusia adalah kelahiran dan kematian. Sedangkan peristiwa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan prosedur
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan
52 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dan interaksi simbolik. Pendekatan ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Agama harus dikukuhkan oleh Peradilan Umum. Ketentuan ini membuat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebelum diberlakukan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam pasal 63 ayat (2) UU Nomor 1 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang didukung oleh umat beragama mustahil bisa terbentuk rumah tangga tanpa. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok masyarakat, rumah tangga juga merupakan sendi dasar dalam membina dan terwujudnya suatu negara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka
BAB I 10 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prinsip perkawinan adalah untuk selamanya dengan tujuan kebahagiaan dan kasih sayang yang kekal dan abadi, sebagaimana yang terdapat dalam QS An-Nahl ayat
Lebih terperinciTINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)
0 TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh
Lebih terperinciBAB VI ANALISIS DATA. PELAKSANAAN EKSEKUSI HARTA BERSAMA DALAM PERKARA PERDATA NO 0444/Pdt.G/2012/PA.Tnk
BAB VI ANALISIS DATA PELAKSANAAN EKSEKUSI HARTA BERSAMA DALAM PERKARA PERDATA NO 0444/Pdt.G/2012/PA.Tnk Islam tidak mengatur tentang harta bersama dan harta bawaan kedalam ikatan perkawinan, yang ada hanya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN A. Pengertian Hukum Waris Pengertian secara umum tentang Hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai apa yang harus terjadi dengan harta kekayaan seseorang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia yang merdeka di dalam wadah Negara Republik Indonesia sudah berumur lebih dari setengah abad, tetapi setua umur tersebut hukum nasional yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk membentuk suatu keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam perjalanan hidupnya mengalami beberapa peristiwa yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan mempunyai akibat hukum.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta membutuhkan manusia lainnya untuk hidup bersama dan kemudian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial.artinya bahwa manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan saling berinteraksi. Manusia tidak bisa hidup sendiri
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,
III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, dengan jalan menganalisanya. Selain itu juga, diadakan pemeriksaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat di suatu negara. Keluarga yang baik, harmonis, penuh cinta kasih, akan dapat memberi pengaruh yang baik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan berupa kata-kata, narasi atau gambaran. Data
Lebih terperinciBAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk
BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA A. Pengertian Perjanjian Jual Beli Menurut Black s Law Dictionary, perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan
Lebih terperinciLex Administratum, Vol. V/No. 5/Jul/2017. Kata kunci: Penyelesaian sengketa, harta bersama, agunan, perceraian.
PENYELESAIAN SENGKETA HARTA BERSAMA BERSTATUS AGUNAN DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN NEGERI 1 Oleh : Astriani Van Bone 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Lebih terperinciBAB II HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN
18 BAB II HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN A. Pengertian Harta Bersama Dalam Perkawinan Sebagaimana telah dijelaskan, harta bersama dalam perkawinan adalah harta benda yang diperoleh selama perkawinan. Suami
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak dari suami
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Harta Bersama dan Perceraian 1. Harta Bersama Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak dari suami atau isteri mempunyai harta yang dibawa dan diperoleh
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. data yang dikumpulkan untuk menunjang kegiatan studi ini pada umumnya
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Studi ini termasuk dalam kategori penelitian kualitatif. Hal ini dikarenakan data yang dikumpulkan untuk menunjang kegiatan studi ini pada umumnya berbentuk
Lebih terperinciBAB II KEWENANGAN MENGADILI PENGADILAN AGAMA DALAM SENGKETA WARIS ISLAM. A. Jangkauan Kewenangan Mengadili Perkara Warisan.
32 BAB II KEWENANGAN MENGADILI PENGADILAN AGAMA DALAM SENGKETA WARIS ISLAM A. Jangkauan Kewenangan Mengadili Perkara Warisan. Sebagaimana yang tercantum didalam Pasal 49 ayat 1 huruf b UU No. 7 tahun 1989
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
87 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Bogdan & Taylor mendefinisikan metode kualitatif
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM. rakyat bukan dalam pengertian di jalankan oleh rakyat. 1
BAB II TINJAUAN UMUM A. Pengertian Pengalihan Hak Dalam ketentuan pasal 19 UUPA itu jelas bahwa tujuan pendaftaran tanah di indonesia adalah untuk kepentingan pemerintah dalam rangka memberikan jaminan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
56 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Adapun pengertian dari metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang digunakan untuk mendekati permasalahan dan mencari jawaban, dengan kata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan menegaskan arti dan maksud dari istilah-istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini.dengan adanya
Lebih terperinciBAB IV. Agama Surabaya Tentang Pembatalan Putusan Pengadilan Agama Tuban. itu juga termasuk di dalamnya surat-surat berharga dan intelektual.
BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM NO.162/PDT.G/2009/PTA.SBY TENTANG PEMBATALAN PUTUSAN PA TUBAN NO.1254/PDT.G/2008/PA.TBN DALAM PERKARA PERPINDAHAN HARTA BERSAMA MENJADI HARTA ASAL A. Analisis
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 48 Jadi metode penelitian
63 BAB III METODE PENELITIAN Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 48 Jadi metode penelitian merupakan suatu rangkaian
Lebih terperinciBAB IV. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT
BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT A. Dasar Hukum Hakim dalam Penerapan Pencabutan Cerai Gugat Pengadilan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang di Gunakan Secara umum metode penelitian di artikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu. Untuk mendapatkan data
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penilitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) yang
71 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sifat Penelitian Penilitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) yang bersifat deskriptif analisis. Dalam metodologi penelitian, analisis deskriptif
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. secara rinci, yang dijalani dengan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya
39 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah Deskriktif kualitatif, di mana penelitian dilakukan berdasarkan pada fakta atau kejadian fenomena yang ditemui dari lapangan penelitian
Lebih terperinciDitulis oleh Administrator Kamis, 07 Oktober :57 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 28 Oktober :12
KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA Pasal 49 Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama
Lebih terperinciBAB IV. rumah tangga dengan sebaik-baiknya untuk membentuk suatu kehidupan. tangga kedua belah pihak tidak merasa nyaman, tenteram dan mendapaatkan
58 BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERTIMBANGAN HUKUM PENGADILAN AGAMA SIDOARJO DALAM MEMUTUSKAN PERCERAIAN PASANGAN YANG MENIKAH DUA KALI DI KUA DAN KANTOR CATATAN SIPIL NOMOR: 2655/PDT.G/2012/PA.SDA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meminjam (berhutang) kepada bank atau perusahaan lain. akan dapat menganggu tatanan kehidupan ekonomi yang dudah ada.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha tentu tidak selalu dalam keadaan baik, adakalanya usaha dari suatu perusahaan itu tidak dapat lagi memenuhi fungsinya sebagai suatu perusahaan.
Lebih terperinciBAB III PENGERTIAN UMUM TENTANG PENGADILAN AGAMA. peradilan di lingkungan Peradilan Agama yang berkedudukan di ibu kota
37 BAB III PENGERTIAN UMUM TENTANG PENGADILAN AGAMA A. Pengertian Pengadilan Agama Pengadilan Agama (biasa disingkat: PA) merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Agama yang berkedudukan
Lebih terperinciBAB II PERJANJIAN DALAM PERKAWINAN
23 BAB II PERJANJIAN DALAM PERKAWINAN A. Perjanjian Dalam Perkawinan 1. Pengertian Perjanjian Perkawinan Perjanjian perkawinan yaitu, persetujuan yang dibuat oleh kedua calon mempelai pada waktu atau sebelum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. batasan usia dewasa. Berbagai ketentuan dalam peraturan perundang-undangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mewujudkan kepastian hukum mengenai kedewasaan dan kecakapan seseorang dalam melakukan perbuatan hukum dalam rangka pelayanan pertanahan, perlu adanya kejelasan
Lebih terperinciEKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA
EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum dalam Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebuah perkawinan yang dimulai dengan adanya rasa saling cinta dan kasih sayang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah perkawinan yang dimulai dengan adanya rasa saling cinta dan kasih sayang antara kedua belah pihak suami dan istri, akan senantiasa diharapkan berjalan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Penegasan Judul
BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Untuk menghindari kesalahpahaman tentang judul skripsi ini, maka penulis akan menguraikan terlebih dahulu arti dari judul skripsi yang akan dibahas. Judul skripsi ini
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh pemecahan terhadap segala permasalahan. Sedangkan penelitian itu sendiri merupakan rangkaian kegiatan ilmiah
Lebih terperinciBAB III HUTANG PIUTANG SUAMI ATAU ISTRI TANPA SEPENGETAHUAN PASANGANNYA MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA
53 BAB III HUTANG PIUTANG SUAMI ATAU ISTRI TANPA SEPENGETAHUAN PASANGANNYA MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA A. Pengertian Hutang Piutang Pengertian hutang menurut etimologi ialah uang yang dipinjam dari
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. kepada Pengadilan Agama Malang yang Penggugat dan Tergugat sama-sama
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Perkara No 0733/Pdt.G/20013/PA.Mlg adalah perkara tentang pembagian harta gono gini yang diajukan penggugat yaitu mantan istri atau kuasa hukumnya kepada Pengadilan Agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Tentang Peradilan Agama Jo Undang-Undang nomor 3 tahun 2006 tentang
1 BAB I PENDAHULUAN Sebagaimana yang tercantum didalam Pasal 49 ayat 1 huruf b UU No. 7 tahun 1989 Tentang Peradilan Agama Jo Undang-Undang nomor 3 tahun 2006 tentang perubahan Undang-Undang nomor 7 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan dan tata cara. aturan perundang-undangan dalam HIR atau RBG.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945 juga telah ditegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan ketentuan tersebut, maka salah satu prinsip penting dalam
Lebih terperinciKOMPETENSI HAKIM PENGADILAN AGAMA DALAM MENYELESAIKAN PERKARA EKONOMI SYARI AH (Studi Kasus di Pengadilan Agama Surakarta)
KOMPETENSI HAKIM PENGADILAN AGAMA DALAM MENYELESAIKAN PERKARA EKONOMI SYARI AH (Studi Kasus di Pengadilan Agama Surakarta) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari seringkali terjadi gesekan-gesekan yang timbul diantara. antara mereka dalam kehidupan bermasyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada dasarnya manusia adalah mahkluk sosial yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup bermasyarakat. Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari seringkali terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah unsur penting yang menunjang kehidupan manusia. Tanah berfungsi sebagai tempat tinggal dan beraktivitas manusia. Begitu pentingnya tanah, maka setiap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Di dalam Buku III KUH Perdata mengenai hukum perjanjian terdapat dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang bersifat ilmiah melalui prosedur yang telah ditentukan. Penelitian ini merupakan
Lebih terperincib. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan
BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan suatu perbuatan hukum. Perkawinan menimbulkan hak dan kewajiban kepada para pihak yang mengikatkan diri pada suatu perkawinan. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sudah barang tentu perikatan tersebut mengakibatkan timbulnya hakhak
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan suatu perjanjian perikatan antara suamiistri, sudah barang tentu perikatan tersebut mengakibatkan timbulnya hakhak dan kewajiban-kewajiban
Lebih terperinciSEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)
SEKITAR EKSEKUSI (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) A. Tinjauan Umum Eksekusi 1. Pengertian eksekusi Pengertian eksekusi menurut M. Yahya Harahap, adalah pelaksanaan secara paksa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
78 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan
Lebih terperinciLex et Societatis, Vol. III/No. 10/Nov/2015
KEDUDUKAN HARTA BERSAMA SUAMI- ISTERI AKIBAT PERCERAIAN YANG TIDAK MEMPUNYAI KETURUNAN 1 Oleh : Marcella Katuuk 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana aturan hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi oleh pasangan suami istri yang terikat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu perbuatan hukum. Perkawinan menimbulkan hak dan kewajiban kepada para pihak yang mengikatkan diri pada suatu perkawinan. Hak dan kewajiban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (hidup berkelompok) yang biasa kita kenal dengan istilah zoon politicon. 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seperti yang kita ketahui, manusia merupakan mahluk sosial. Hal ini memiliki arti bahwa manusia dalam menjalani kehidupannya, tentu akan membutuhkan bantuan dari manusia
Lebih terperinciPUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten)
PUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat guna Mencapai Derajad Sarjana Hukum
Lebih terperinciBAB I. Eksekusi pada hakekatnya tidak lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang
1 BAB I PENDAHULUAN Eksekusi pada hakekatnya tidak lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang kalah dalam suatu perkara untuk memenuhi prestasi yang tercantum dalam putusan pengadilan oleh karena
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. ganda; kedua, menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti
47 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif karena beberapa pertimbangan, pertama lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung unsur hubungan manusia. harus memenuhi syarat maupun rukun perkawinan, bahwa perkawinan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan masalah yang esensial bagi kehidupan manusia, karena disamping perkawinan sebagai sarana untuk membentuk keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah akad yang bersifat luhur dan suci antara laki-laki dan perempuan yang menjadi sebab sahnya sebagai suami istri dan dihalalkannya hubungan seksual
Lebih terperinciBAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN
BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN 2.1 Pengertian Perkawinan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum adat maupun hukum Islam. Dalam hukum adat, harta bersama. masing-masing pihak baik suami maupun istri adalah merupakan harta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Harta bersama memiliki pengertian yang beragam, baik di dalam hukum adat maupun hukum Islam. Dalam hukum adat, harta bersama diartikan sebagai harta kekayaan yang diperoleh
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Adapun lapangan yang dipilih adalah MTs Al-Hikmah Bandar Lampung
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sifat Penelitian a. Jenis penelitian Dilihat dari jenisnya, penelitian ini termasuk penelitian lapangan ( field research ), yaitu penelitian fakta-fakta atau keadaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Metodologi kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ataupun pengadilan. Karena dalam hal ini nilai kebersamaan dan kekeluargaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam tatanan kehidupan berkeluarga, perkara yang berkaitan dengan warisan sering menimbulkan permasalahan. Dimana permasalahan tersebut sering menyebabkan sengketa
Lebih terperinci