NILAI BUDAYA DALAM NOVEL SINDEN KARYA PURWADMADI ADMADIPURWA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NILAI BUDAYA DALAM NOVEL SINDEN KARYA PURWADMADI ADMADIPURWA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA"

Transkripsi

1 NILAI BUDAYA DALAM NOVEL SINDEN KARYA PURWADMADI ADMADIPURWA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Hendri Wiyono NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2014

2

3

4 PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: nama : Hendri Wiyono NIM : Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan plagiat, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila terbukti/dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat, saya bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh Universitas Muhammadiyah Purworejo. Purworejo, Agustus 2014 Yang membuat pernyataan, Hendri Wiyono iv

5 v

6 MOTO DAN PERSEMBAHAN ي ا أ ي ه ا ال ذ ين آم ن وا إ ذ ا ق يل ل ك م ت ف سح وا في ال م ج ال س ف اف س ح وا ي ف س ح ا ل ك م و إ ذ ا ق يل ان ش ز وا ف ان ش ز وا ي ر ف ع ا ال ذ ين آم ن وا م ن ك م و ال ذ ين أ وت وا ال ع ل م د ر ج ات ا و بم ا ت ع م ل ون خ بي Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadilah:11) PERSEMBAHAN Ibu, Srikandi tumpuan keluarga demi mengantarkan Aku menjadi sarjana. Ayah rengkuhan dan didikanmu membuat aku menjadi pribadi mandiri. v

7 PRAKATA Alhamdulillahirobbil alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan kesehatan dan petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Nilai Budaya dalam Novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA dapat berjalan lancar. Keberhasilan pelaksanaan penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih setulus-tulusnya kepada: 1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejoyang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan di Universitas Muhammadiyah Purworejo ini. 2. Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo. 3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan perhatian dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Drs. H. Khabib Sholeh, M.Pd. selaku pembimbing I dan Nurhayati, M.Pd.selaku pembimbing II yang telah banyak membimbing, mengarahkan, memotivasi dengan penuh kesabaran dan tidak kenal lelah, serta mengoreksi skripsi ini dengan penuh ketelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. vi

8 5. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat dan berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi dan semangat kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun, penulis berharap kiranya skripsi ini bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, khususnya dalam pembelajaran novel di kelas XI SMA. Purworejo, Agustus 2014 Penulis, Hendri Wiyono vii

9 viii

10 ABSTRAK Hendri Wiyono. Nilai Budaya dalam Novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Purworejo. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) unsur intrinsik novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa; (2) nilai budaya dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa; (3) skenario pembelajaran novel dengan materi unsur intrinsik dan nilai budaya yang terdapat dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa di kelas XI SMA. Objek penelitian ini adalah unsur intrinsik dan nilai budaya dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. Penelitian ini berfokus pada unsur intrinsik dan nilai budaya. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca dan catat. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah peneliti selaku peneliti dengan bantuan kartu pencatat data. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis isi.penyajian hasil analisis dilakukan secara informal. Hasil analisis data disajikan dengan teknik informal. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa (1) Unsur intrinsik novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa meliputi: tema, yaitu perjuangan para seniman dan sebagian masyarakat melawan Partai Komunis; tokoh utama adalah Tumidan Nyai Estu, sedangkan tokoh tambahan adalah Karto (ayah Tumi), Gendon, Rudito, Lurah Ponco, Mangundarma. Penokohan dalam novel ini dilakukan secara analitik dan dramatik; alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur maju; latar tempat yang digunakan adalah emper rumah, kamar tidur, jalan setapak. Latar waktu yang digunakan adalah siang hari, malam hari, sore hari. Latar sosial dalam novel, meliputi seorang Sinden, seorang Lurah; sudut pandang yang digunakan adalah orang ketiga mahatahu; Secara tersirat pengarang menyampaikan kepada pembaca untuk menjaga martabat dengan membersihkan batinnya, berperilaku jujur, santun dalam tindakan sehari-hari. (2) Nilai budaya dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa, yaitu: hubungan manusia dengan masyarakat meliputi: wibawa, gotong royong, musyawarah;hubungan manusia dengan manusia lain meliputi: ramah, simpati, suka menolong, sopan, dan keakraban; hubungan manusia dengan dirinya sendiri meliputi: pandai, suka belajar, tidak mudah putus asa, mandiri. (3) Skenario pembelajaran dengan materi unsurintrinsik dan nilai budaya novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa adalah guru: (a) menugasi siswa 2 minggu sebelum pertemuan KD. 2.4 untuk mencari dan membaca novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa; (b)menyampaikan materi tentang unsurintrinsik dan nilai budaya; (c)menugasi siswa membuat ringkasan cerita serta mengidentifikasi dan menganalisis novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa; (d) menugasi siswa untuk mendiskusikan hasil pekerjaanya secara berkelompok dan mempresentasikan di depan kelas; (e) melakukan evaluasi dengan menggunakan soal-soal; (f) merefleksi hasil kegiatan pembelajaran. Kata Kunci :unsur intrinsik, nilai budaya, skenario pembelajaran. viii

11 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii PERNYATAAN... iv MOTO DAN PERSEMBAHAN... v PRAKATA... vi ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... x DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Penegasan Istilah C. Identifikasi Masalah D. Pembatasan Masalah E. Rumusan Masalah F. Tujuan Penelitian G. Manfaat Penelitian H. Sistematika Skripsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS A. Tinjauan Pustaka B. Kajian Teoretis Hakikat novel a. Pengertian Novel b. Unsur Intrinsik Novel Nilai Budaya Skenario Pembelajaran Sastra di Kelas XI SMA BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian B. Fokus Penelitian C. Subjek Penelitian D. Instrumen Penelitian E. Teknik Pengumpulan Data F. Teknik Analisis Data G. Teknik Penyajian Hasil Analisis...30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyajian Data B. Pembahasan Data ix

12 BAB V PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

13 DAFTAR TABEL Tabel 1: Sintak Model Pembelajaran Tabel 2: Data Tema dalam novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa 32 Tabel 3: Data Latar dalam novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa...32 Tabel 4: Data Sudut Pandang dalam novel Sinden Karya PurwadmadiAdmadipurwa...33 Tabel 5: Data Alur dalam novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa Tabel 6: Data Tokoh dalam novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa...33 Tabel 7: Nilai Budaya dalam novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa...34 Tabel 8:Lembar pengamatan kepribadian...68 Tabel 9:Penilaian laporan peserta didik tentang struktur dan kaidah teks novel...69 Tabel 10: Penilaian soal pilihan ganda Tabel 11:Penilaian soal uraian atau esai...70 Tabel12: Nilai akhir...70 xi

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Silabus Lampiran 2 :Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 3 :Sinopsis Lampiran 4: Riwayat Hidup Pengarang Lampiran 5:Data Unsur Intrinsik novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa Lampiran 6: Data Nilai Budaya novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa Lampiran 7: Kartu bimbingan pembimbing I Lampiran 8:Kartu bimbingan pembimbing II Lampiran9: Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing xii

15 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, penulis memaparkan latar belakang masalah, penegasan istilah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi. A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil pemikiran, khayalan, imajinasi seseorang yang dituangkan ke dalam suatu wadah dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Dengan memanfaatkan suatu bahasa biasanya pengarang menuangkan segala luapan perasaan yang menceritakan tentang kehidupan yang telah pengarang lihat, alami, dan rasakan ke dalam suatu karya sastra. Tidak hanya kisah-kisah fakta yang pengarang tulis, namun karya sastra juga merupakan hasil dari imajinasi seseorang sehingga sifat dari karya sastra itu fiksi. Dalam sebuah karya fiksi, sastra memberikan berbagai warna yang dituangkan dalam permasalahan-permasalahan kemanusiaan dalam kehidupan, sehingga kesan yang ditonjolkan itu bisa dirasakan oleh para pembaca. Dengan mempelajari karya sastra, secara tidak langsung mempelajari pula kehidupan masyarakat, lengkap dengan segala tingkah laku manusia yang tercermin pada sikap dan perilaku tokohnya. Melalui karya sastra kita lebih mengenal manusia dengan segala tingkah lakunya. Cerita yang diungkapkan sastrawan dalam sastra adalah pertentangan-pertentangan yang terjadi pada diri manusia dengan batinnya, antara manusia dengan manusia yang lain, dan antara manusia dengan Tuhan. Dengan adanya pertentangan-pertentangan tersebut, 1

16 2 muncul karakter dasar manusia dalam memberikan tanggapan pada setiap permasalahan yang dihadapi. Pada permasalahan-permasalahan yang dihadirkan pengarang beserta pemecahannya timbul nilai-nilai yang dapat berguna bagi kehidupan masyarakat. Salah satu nilai yang terkandung dalam karya sastra adalah nilai budaya. Nilai budaya yang dimaksud di sini adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan adat istiadat, kebisaaan hidup, maupun keyakinan dan pola pikir masyarakat. Adat istiadat berkaitan dengan tradisi yang berlaku dan dilaksanakan masyarakat pada suatu tempat. Nilai budaya merupakan salah satu nilai penting yang harus dilestarikan sebagai jati diri bangsa namun, nilai budaya yang ada di dalam masyarakat mulai terlupakan akibat masuknya budaya-budaya baru di era globalisasi ini. Salah satu contoh konkret nilai budaya yang mulai terlupakan adalah penggunaan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Sutarjo (2008:12) dalam pengantar Kawruh Basa saha Kasusastran Jawi mengungkapkan bahwa bahasa Jawa sudah tidak digunakan oleh generasi muda sebab tidak terbiasa menggunakan dalam kehidupan sehari-hari karena dirasa sulit dan tidak mengerti. Oleh sebab itu, banyak ungkapan orang Jawa kehilangan kejawaannya dan jati dirinya. Novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa merupakan salah satu bentuk karya sastra yang mengangkat realitas kehidupan masyarakat, lengkap dengan nilai-nilai budayanya. Latar cerita novel Sinden adalah kehidupan masyarakat Jawa di lingkungan Desa Sumberwungu (Gunung Kidul, Yogyakarta),

17 3 sehingga nilai-nilai budaya yang terungkap adalah nilai-nilai budaya Jawa. Permasalahan yang ditampilkan dalam novel ini lebih berkaitan dengan kesenian jawa berupa wayang atau lebih tepatnya pada seorang penyanyi/biduanita yang disebut dengan Sinden. Nilai-nilai yang dirasa sudah mulai ditinggalkan orang, secara sadar atau tidak berusaha tetap dipegang teguh dalam sikap dan tingkah laku tokoh utamanya. Nyai Estu mendengar suara miring itu. Maka ia kukuh mengajarkan nilai moral dan etika kepada anak-anak asuhnya. Nyai Estu menekankan pentingnya moral dan kepribadian. Menyinden bukan sekadar menembang dan menjual suara. Suara yang bagus, bening, luruh dan merdu hanya bisa keluar dari mulut perempuan yang bersih jiwa dan raga, katanya. (Admadipurwa, 2007: 104) Berdasarkan paparan di atas, salah satu peran yang dapat dilakukan dunia pendidikan untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam suatu masyarakat adalah dengan mengenalkan dan mempelajari kebudayaan tersebut kepada peserta didik serta menanamkan nilai budayanya untuk diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Sarana yang dapat digunakan melalui pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat dijadikan sarana untuk mengenalkan dan mempelajari kebudayaan kepada peserta didik. Pembelajaran sastra Indonesia meliputi beberapa bentuk diantaranya: puisi, cerpen, novel dan lain-lain. Berdasarkan kurikulum 2013 yang berlaku di SMA, mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas XI semester 1, yaitu dalam KI 2: memiliki sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia dengan cara mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia dan mengapresiasi sastra Indonesia sebagai

18 4 cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Penulis tertarik untuk mengadakan penelitian ini sebagai salah satu alternatif untuk mengenalkan dan mempelajari kebudayaan kepada peserta didik serta menanamkan nilai budayanya untuk diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari melalui pembelajaran sastra dengan menggunakan novel Sinden sebagai bahan ajar. Penulis memilih mengkaji novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa dengan alasan sebagai berikut. 1. Novel Sinden merupakan novel yang mengangkat nilai-nilai budaya Jawa secara kompleks. 2. Novel Sinden memiliki latar waktu pada tahun 1960-an/gencar-gencarnya PKI berkembang di masyarakat, sehingga novel ini memiliki nilai sejarah perjuangan sebagian kecil masyarakat Indonesia menolak dan melawan PKI. 3. Belum ada penelitian yang mengangkat nilai budaya dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. Sehubungan dengan paparan di atas penulis menetapkan judul Nilai Budaya Dalam Novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA. B. Penegasan Istilah Guna menghindari salah paham tentang istilah yang digunakan dalam judul Penelitian yang berjudul Nilai Budaya dalam Novel Sinden karya

19 5 Purwadmadi Admadipurwa dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA. Berikut penulis jelaskan istilah-istilah yang dipakai dalam judul: 1. Nilai merupakan segala sesuatu yang disenangi, diinginkan, dicita-citakan dan disepakati, sedangkan moral adalah ajaran tentang baik buruknya perbuatan dan kelakuan (Darmadi, 2006: 50). 2. Budaya adalah sesuatu yang hidup, berkembang, dan bergerak menuju titik tertentu (Endraswara, 2006:1). 3. Sinden adalah novel karya Purwadmadi Admadipurwa terbit pertama Maret Dari Penegasan istilah di atas, dapat dipahami maksud judul Nilai Budaya dalam Novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA adalah penyelidikan terhadap nilai budaya dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa yang bermanfaat untuk proses pembelajaran sastra di SMA. C. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat diidentifikasi hal-hal yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Pembelajaran novel dapat dijadikan sebagai media pembelajaran untuk menerapkan nilai-nilai budaya dalam karya sastra di kelas XI SMA. 2. Pembelajaran novel memiliki cakupan yang kompleks karena para peserta didik nantinya diajak untuk memahami, meresapi lalu menerapkan kandungan isi atau nilai tersebut dalam kehidupan nyata.

20 6 3. Novel yang dipilih adalah novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa karena dari segi isinya memuat beberapa nilai yang berkaitan dengan nilai budaya. D. Pembatasan Masalah Dari identifikasi masalah tersebut, maka batasan permasalahan dalam penelitian ini meliputi: 1. unsur intrinsik novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa; 2. nilai budaya yang terkandung dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa; 3. novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa pada skenario pembelajaran di kelas XI SMA. E. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang hendak penulis kaji dalam analisis ini meliputi: 1. Bagaimana unsur intrinsik novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa? 2. Bagaimana nilai budaya yang terdapat dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa? 3. Bagaimanakah skenario pembelajaran novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa di kelas XI SMA? F. Tujuan Penelitian Menurut Arikunto (2006:58) tujuan penelitian merupakan rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini dipaparkan dalam uraian berikut ini.

21 7 1. Mendeskripsikan unsur intrinsik novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. 2. Mendeskripsikan nilai budaya yang terkandung dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. 3. Mendeskripsikan cara menerapkan nilai budaya pada novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa dalam pembelajaran di kelas XI SMA. G. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi teoretis dan segi praktis. 1. Segi Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi dunia pendidikan dalam pemilihan bahan ajar karena memiliki landasan teori yaitu teori sastra dan teori pembelajaran. Oleh karena itu, secara teoretis penelitian ini diharapkan berguna dalam pengembangan ilmu sastra khususnya pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Selain itu, penelitian ini diharapkan menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang karya sastra khususnya nilai budaya pada novel dan penerapannya dalam pembelajaran. 2. Segi Praktis a. Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat bagi pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dan dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk memberikan pengajaran tentang sastra, khusunya tentang nilai budaya yang terkandung pada novel.

22 8 b. Bagi Siswa Pembelajaran tentang nilai budaya dapat membekali siswa untuk kepentingan melanjutkan studi atau ketika di tengah masyarakat. c. Peneliti yang lain Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang tinjauan nilai budaya pada karya sastra (novel). H. Sistematika Skripsi Sistematika skripsi ditujukan untuk memberikan gambaran skripsi yang tersusun. Skripsi terdiri dari lima bab. Sebelum bab pendahuluan, bagian awal atas halaman sampul depan, halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, pernyataan, motto dan persembahan, prakata, daftar isi, dan abstrak. Bab I berisi pendahuluan. Pendahuluan berisi latar belakang masalah, penegasan istilah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi. Bab II berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan pustaka merupakan kajian secara kritis terhadap penelitian terdahulu, sehingga diketahui perbedaanya dengan yang pemulis lakukan. Penelitian tentang nilai budaya telah dilakukan oleh Sumargono (2008) dan Kurniawan (2011). Kajian teoretis membahas teori-teori yang dijadikan landasan penelitian sebelumn melaksanakan penelitian. Bab III berisi metode penelitian. Metode penelitian berisi objek penelitian, fokus penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data dan teknik penyajian hasil analisis data.

23 9 Bab IV berisi penyajian dan pembahasan data. Dalam bab ini, penulis menguraikan data penelitian yang diambil dari novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa yang berupa narasi dan percakapan serta sub-bab pembahasan data yang membahas unsur intrinsik dan nilai budaya dalam novel. Bab V adalah penutup. Pada bab ini penulis menyimpulkan pembahsan data dan memberikan saran-saran yang relevan dengan kesimpulan tersebut. Selain itu, penulis juga melampirkan daftar pustaka, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), sinopsis, riwayat hidup pengarang, data unsur intrinsik, dan nilai budaya novel, kartu bimbingan skripsi, dan surat keputusan dosen pembimbing.

24 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS Berikut ini penulis sajikan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dan kajian teoretis yang berisi teori-teori yang menjadi landasan penelitian ini. A. Tinjauan Pustaka Beberapa penelitian tentang nilai budaya dalam karya sastra antara lain oleh Sumargono (2008) yang berjudul Nilai-nilai Budaya Novel Saraswati Si Gadis Dalam Sunyi Karya A.A Navis. Hasil penelitiannya, meliputi: (1) unsur pembangun novel Saraswati Si Gadis Dalam Sunyi Karya A.A Navis, yaitu: tokoh dan penokohan, tema, alur, gaya bahasa dan sudut pandang: (2) nilai budaya dalam novel Saraswati Si Gadis Dalam Sunyi Karya A.A Navis, meliputi: hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan masyarakat sekitar. Persamaan penelitian Sumargono dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang nilai budaya dalam karya sastra, tetapi penelitian Sumargono belum diaplikasikan dalam skenario pembelajaran sastra. Perbedaan lain adalah objek penelitian Sumargono adalah novel Saraswati Si Gadis Dalam Sunyi karya A.A Navis sedangkan objek penelitian ini adalah novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. Selain Sumargono, penelitian tentang nilai budaya dalam karya sastra juga pernah dilakukan oleh Kurniawan (2011) dalam penelitiannya yang berjudul 10

25 11 Nilai Budaya dalam Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere-Liye. Hasil penelitiannya, meliputi: (1) unsur intrinsik novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere-Liye, meliputi: tokoh dan penokohan, tema, alur, gaya bahasa dan sudut pandang; (2) nilai budaya dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere-Liye, meliputi: hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan masyarakat sekitar. Persamaan penelitian Kurniawan dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang nilai budaya dalam karya sastra. Perbedaanya adalah objek penelitian Kurniawan adalah novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere- Liye sedangkan objek penelitian ini adalah novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. Novel Sinden juga pernah digunakan sebagai objek penelitian oleh beberapa peneliti sebelumnya. Peneliti yang pernah melakukan penelitian menggunakan novel Sinden sebagai objek penelitianya, meliputi: Suwarno (2013) pada penelitiannya yang berjudul Kajian Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan Novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa (Pendekatan Intertekstual dan Nilai Pendidikan). Dalam penelitiannya Suwarno membahas tentang (1) struktur pembangun Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan Novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa; (2) persamaan dan perbedaan unsur pembangun Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan Novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa; (3) nilai-nilai pendidikan

26 12 yang terkandung dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan Novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa penelitian ini bukanlah penelitian yang baru, tetapi merupakan penelitian lanjutan dari penelitianpenelitian terdahulu, sehingga diharapkan dapat melengkapi dan mendukung penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya. B. Kajian Teoretis Kajian teori merupakan penjabaran kerangka teori yang memuat beberapa kumpulan materi terpilih dari berbagai sumber untuk dijadikan sebagai acuan pokok dalam membahas masalah yang diteliti. Sebagai acuan penelitian, berikut penulis paparkan teori mengenai hakikat novel, unsur intrinsik novel, nilai budaya, dan skenario pembelajaran sastra di kelas XI SMA. 1. Hakikat Novel Pengertian Novel Prosa dalam pengertian kesusastraan juga disebut fiksi, teks naratif atau wacana naratif. Bentuk karya fiksi yang berupa prosa adalah novel dan cerpen. Kata novel berasal dari kata Latin novellas yang berarti baru (Tarigan, 1991: 164). Menurut Waluyo (2002: 136) novel adalah wacana yang dibangun oleh beberapa unsur. Unsur-unsur itu membangun suatu kesatuan, kebulatan, dan regulasi membangun sebuah struktur. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa novel adalah bentuk karya fiksi yang dibangun oleh beberapa unsur yang menceritakan tentang kehidupan sehari hari.

27 13 2. Unsur Instrinsik Novel Novel sebagai karya fiksi dibangun oleh unsur-unsur pembangun yaitu dari unsur instrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Kepaduan antar berbagai unsur inilah yang membuat sebuah novel terwujud. Unsur yang dimaksud seperti tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, majas/gaya bahasa, dan amanat. Adapun penjabaran mengenai unsur intrinsik novel adalah sebagai berikut. a. Tema Sudjiman (1988:51) menyatakan bahwa tema adalah sebuah gagasan, ide, atau pikiran yang mendasari karya sastra. Sejalan dengan Sudjiman, Tarigan (2008:80) berpendapat bahwa tema adalah dasar cerita. Berdasarkan beberapa pendapat tentang tema di atas, dapat disimpulkan bahwa tema merupakan suatu gagasan sentral, sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam suatu tulisan atau karya fiksi. Tema disampaikan pengarang melalui unsur-unsur cerita agar dapat di tangkap oleh pembaca. b. Alur (plot) Alur (plot) merupakan unsur fiksi yang penting. Staton (1965: 14) mengemukakan plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Sejalan dengan Staton, Abrams (1981: 137) mengemukakan bahwa alur (plot) merupakan struktur peristiwa-

28 14 peristiwa, yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu. Dalam cerita terdapat tahapan-tahapan yang terbentuk dalam rangkaian peristiwa. Berikut disajikan pendapat Tasrif mengenai tahapan alur yang disarikan oleh Nurgiyantoro (2010: 149) sebagai berikut. 1) Tahap situation (penyituasian) Tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal yang bertfungsi untuk melandasi cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya. 2) Tahap generating circumtances (pemunculan konflik) Pada tahap ini konflik (masalah-masalah) mulai dimunculkan oleh pengarang. Jadi, tahap ini merupakan pemunculan awal konflik cerita dan akan berkembang pada tahap berikutnya. 3) Tahap rising action (peningkatan konflik) Tahap ini merupakan tahap pengembangan konflik yang telah dimunculkan sebelumnya. Peristiwa di dalam cerita semakin mencekam dan menegangkan. 4) Tahap climax (klimaks) Pada tahap ini pertentangan atau konflik yang terjadi mencapai titik puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh-tokoh utama yang berperan sebagai pelaku terjadinya konflik.

29 15 5) Tahap denouement (penyelesaian) Tahap ini merupakan penyelesaian dari konflik yang telah mencapai klimaks. Konflik-konflik tersebut mulai diberi jalan keluar kemudian cerita diakhiri. c. Tokoh dan penokohan Tokoh dalah pelaku yang mengalami peristiwa dan perlakuan dalam berbagai cerita. Sudjiman (1988:16) menyatakan tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Sejalan dengan Sudjiman, Abrams (dalam Nurgiantoro, 2002:165) berpendapat bahwa tokoh atau pelaku cerita adalah orang orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki moral dan kecenderungan tentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Penokohan terlihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam cerita, ada tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terusmenerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita. Sebaliknya, ada tokoh yang hanya muncul sekali atau beberapa kali dalam cerita, antara lain: tokoh utama, tokoh tambahan, tokoh protagonis, tokoh antagonis, tokoh sederhana, dan tokoh bulat. Penokohan adalah teknik menampilkan tokoh. Teknik penampilan tokoh atau penggambaran tokoh menurut Nurgiyantoro (2010: ) terbagi menjadi dua, yaitu:

30 16 1) Teknik analitik, yaitu pelukisan tokoh cerita yang dilakukan dengan memberikan deskripsi atau penjelasan secara langsung. 2) Teknik dramatik, yaitu pengarang tidak secara langsung mendeskripsikan sikap, sifat, tingkah laku, teknik pikiran lain, yang meliputi: teknik cakapan, teknik reaksi tokoh lain, teknik pelukisan latar, dan teknik pelukisan fisik. Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa tokoh merupakan pelaku cerita yang hadir untuk menampilkan suatu karakter tertentu, sedangkan penokohan merupakan gambaran tentang seseorang yang ditampilkan dalam cerita. d. Latar (setting) Latar merupakan peristiwa-peristiwa dalam cerita terjadi pada suatu waktu atau dalam suatu rentan waktu tertentu. Latar (setting) adalah landas tumpu yang menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010:216). Nurgiyantoro (2002: ) membedakan latar menjadi tiga unsur pokok, yaitu : 1) Latar tempat Latar tempat merupakan latar yang menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya sastra, seperti : desa, sungai, jalan, hutan, dan lain-lain.

31 17 2) Latar waktu Latar waktu merupakan latar yang menyarankan pada kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra misalnya: tahun, musim, hari dan jam. 3) Latar sosial Latar sosial merupakan latar yang menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya sastra, misalnya kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandanga hidup, cara berfikir dan bersikap. Latar (setting) dalam cerita bukan semata-mata sebagai kapan dan dimana cerita itu terjadi, melainkan juga tempat pengambilan nilai-nilai yang akan diungkapkan pengarang dalam cerita tersebut. Oleh karena itu, biasanya pengarang tidak akan sembarangan dalam menentukan latar (setting) cerita karena latar sangat berperan dalam mendukung cerita baik itu dalam kaitanya dengan tema, sikap tokoh, dan peristiwa-peristiwa. Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa latar (setting) adalah suatu linjgkungan atau tempat terjadinya peristiwa-peristiwa dalam karya satra, yang meliputi tempat, waktu, dan sosial. e. Sudut Pandang (point of view) Sudut pandang atau pusat pengisahan merupakan titik pandang dari sudut mana cerita itu dikisahkan (Nurgiyantoro, 2005:18). Ada dua metode penceritaan dalam pusat pengaisahan yaitu:

32 18 1) metode akuan, yakni aku bercerita tentang dirinya sendiri (aku kadang oleh pembaca diidentikan dengan pengarangnya), 2) metode diaan, artinya pengarang tidak tampak hadir dalam cerita tetapi dia berkedudukan sebagai yang serba tahu, cerita yang dikisahkan adalah cerita mereka. f. Gaya Bahasa Abrams (1981: ) menjelaskan bahwa gaya bahasa adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa, atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan. Gaya bahasa pada hakikatnya merupakan teknik pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang akan diungkapkan (Nurgiyantoro, 2010: 277). g. Amanat Amanat terdiri dari 2 macam, yaitu tersurat dan tersirat. Amanat bersifat tersurat adalah amanat yang secara langsung disampaikan dalam karya sastra. Sebaliknya, amanat bersifat tersirat adalah amanat yang secara tidak langsung disampaikan oleh penulis, pembaca harus menyimpulkan sendiri amanat bacaan tersebut (Nurgiyantoro, 2010:335). 3. Nilai budaya Orientasi nilai budaya dalam penelitian ini yang berhubungan dengan sitem nilai budaya dalam masyarakat. Koentjaraningrat (1975:32) menjelaskan bahwa sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling abstrak dari adat. Suatu sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi, yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga masyarakat, mengenai hal-hal

33 19 yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Karena itu, suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Sistem-sitem tata kelakuan manusia lain yang tingkatanya lebih konkret, seperti aturan-aturan khusus, hukum dan norma-norma, semuanya juga berpedoman kepada sistem nilai budaya. Sistem nilai-budaya dalam semua kebudayaan di dunia, meliputi: hakikat dari hidup manusia (MH), hakikat dari karya manusia (MK), hakikat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu (MW), hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (MA), hakikat dari hubungan manusia dengan sesamanya (MM). (Kluckhohn dalam Koenjaraningrat, 1975:34-35). Dari lima cabang nilai tersebut, peneliti budaya akan menerapkan ke dalam kancah fenomena di lapangan. Mungkin sekali, hanya sebagian yang ditemukan dan mungkin pula menemukan keseluruhan nilai. Semakin kompleks hidup manusia, tentu aneka nilai itu akan semakin nampak dalam kehidupannya. Dalam kaitanya dengan nilai moral atau budi pekerti kategori budi pekerti dapat dikelompokkan menjadi lima, yatu: (1) budi pekerti yang berhubungan antara manusia dengan Tuhan, misalnya: semedi, menyembah, berkorban, slametan dan sebagainya; (2) budi pekerti yang berhubungan antara manusia dengan manusia, misalkan sikap gotong royong, rukun, membantu, kasih-mengasihi; (3) budi pekerti yang berhubungan antara manusia dengan alam semesta, yaitu sikap tak semena-mena kepada benda mati (batu, air, sungai, gunung); (4) budi pekerti yang berhubungan antara manusia dengan mahkluk lain, misalkan jin, setan, hewan, tumbuhan dan lain-lain; (5) budi

34 20 pekerti yang berhubungan antara manusia dengan diri sendiri (Endraswara, 2002: 83). 4. Skenario Pembelajaran Sastra di kelas XI SMA a. Pembelajaran sastra Pembelajaran sastra merupakan penyajian karya sastra dalam situasi belajar mengajar kelas yang bertujuan untuk menanamkan sikap positif terhadap hasil karya sastra dalam wujud pemahaman transformasi dari tekstual ke faktual. Pembelajaran sastra meliputi salah satu bidang yang luas, karena pengertian sastra mencakup isi yang beraneka ragam, termasuk dalam pembelajaran sastra misalnya: puisi, drama, cerpen, dan novel. Salah satu kelebihan novel sebagai bahan pembelajaran sastra adalah cukup mudah karya sastra tersebut dinikmati sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing dalam memahami cerita sesuai perseorangan. Namun, tingkat kemampuan tiap-tiap individu tidak sama (Rahmanto, 1988:66). b. Manfaat Pembelajaran Sastra Endraswara (2005: 51-59) menyatakan bahwa pembelajaran sastra bermanfaat untuk memberi wawasan kemanusiaan, mendidik jiwa bangsa, dan memberi wawasan budaya kepada peserta didik. Sejalan dengan Endraswara, Moody (dalam Endraswara, 2005: 56-57) menyatakan bahwa pembelajaran pembelajaran sastra dapat membantu pendidikan yang cakupannya meliputi 4 manfaat, yakni: membantu keterampilan berbahasa,

35 21 meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, serta menunjang pembentukan watak. c. Materi Pembelajaran Sastra Depdiknas (2006: 3-4) menyebutkan bahwa bahan pembelajaran/materi pembelajaran adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM), baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Bahan pembelajaran yang disajikan kepada siswa harus sesuai dengan kemampuan siswanya pada suatu tahapan pengajaran tertentu. Guru harus dapat memilih bahan yang tepat dengan tingkat perkembangan siswa. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang saat ini digunakan di semua jenjang pendidikan. Sesuai dengan Undang- undang Sistem Pendidikan Nasional, mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonessia, khususnya pembelajaran sastra di SMA kurikulum 2013 meliputi kompetensi isi, kompetensi dasar, dan indikator kompetensi. Kompetensi Inti (KI) 2: Memiliki sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia dengan cara mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia dan mengapresiasi sastra Indonesia sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Kompetensi dasar 2.4 mengembangkan sikap apresiatif dalam menghayati karya sastra. Berdasarkan paparan KI dan KD di atas sesuai dengan kurikulum 2013 dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sastra di SMA dapat

36 22 menggunakan novel sebagai materi pembelajaran sastra. Novel yang digunakan harus mempunyai nilai estetik dan mengandung nilai-nilai pendidikan yang berguna bagi siswa. Novel yang digunakan sebagai materi pembelajaran di kelas XI SMA adalah novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa dengan penjelasan mengenai nilai budaya. Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan agar bahan pembelajaran yang dipilih tepat, sesuai dengan yang diungkapkan Rahmanto, (1988: 27-31) ada tiga aspek penting yang tidak boleh dilupakan jika kita ingin memilih bahan pembelajaran sastra, yaitu: aspek bahasa, aspek kematangan jiwa (psikologi), dan aspek latar belakang kebudayaan siswa. Novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa syarat akan aspek tersebut. d. Model Pembelajaran Model pembelajaran menurut Suprijono (2010: 46) adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dengan kata lain model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran yang penulis gunakan adalah pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentukbentuk yang lebih dipimpin oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan

37 23 informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas (Suprijono, 2013: 55). Untuk pencapaian hasil yang maksimal, lima unsur dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan (Suprijono, 2009: 58). Lima unsur tersebut adalah positive interpendence (saling ketergantungan positif); personal responsibility (tanggung jawab perseorangan); face to face promotive interaction (interaksi promotif); interpersonal skill (komunikasi antaranggota); dan group processing (Pemrosesan kelompok). Supaya pembelajaran kooperatif berjalan maksimal, sebagai guru wajib memahami sintak model pembelajaran kooperatif. Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari enam fase (Suprijono, 2009: 65).

38 24 Tabel 1. Sintak Model Pembelajaran FASE-FASE Fase 1: Present goals and set Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik Fase 2: Present Information Menyajikan informasi Fase 3: Organize student into learning teams Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar Fase 4: Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar Fase 5: Test on the materials Mengevaluasi Fase 6: Provide recognition Memberikan pengakuan a- tau penghargaan PERILAKU GURU Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompokkelompok mempresentasikan hasil kerjanya Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok e. Langkah-langkah Pembelajaran Langkah-langkah pembelajaran adalah tahap-tahap yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Tahap-tahap tersebut dipilih dan ditentukan masing-masing guru sesuai dengan model dan metode yang digunakan. Menurut Rahmanto (1988: 43), guru hendaknya selalu memberikan variasi dalam menyampaikan pembelajaran, sehingga siswa tidak jenuh dan selalu siap menanggapi berbagai rangsangan. Langkah-langkah pembelajaran menurut Rahmanto (1988: 43) sebagai berikut.

39 25 1) Pelacakan pendahuluan Guru mempelajari terlebih dahulu materi yang akan diajarkan untuk memperoleh pemahaman awal tentang novel yang akan disajikan sebagai bahan ajar agar dapat menentukan aspek-aspek yang perlu mendapat perhatian khusus dan masih perlu dijelaskan. 2) Penentuan sikap praktis yang menentukan informasi yang dapat diberikan oleh guru untuk mempermudah siswa dalam memahami novel yang disajikan, keterangan yang diberikan hendaknya jelas dan seperlunya. 3) Introduksi Pengantar yang diberikan tergantung pada setiap guru dan keadaan siswa. 4) Penyajian Tahap penyajian yaitu menyajikan materi yang telah disiapkan untuk diajarkan kepada siswa. 5) Tugas-tugas praktis Pada tahap ini, siswa diberi tugas-tugas praktis diawali dengan pertanyaan-pertanyaan ringan. f. Evaluasi Sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah (school based management), guru berwenang untuk melakukan inovasi dan improvisasi dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah (Mulyasa, 2003: 14). Sejalan dengan itu, guru dapat mengembangkan berbagai strategi penilaian, asal tetap memperhatikan prinsip berkelanjutan.

40 26 1) Tugas: siswa diminta berdiskusi untuk memahami struktur dan kaidah teks novel. 2) Observasi: mengamati kegiatan peserta didik dalam proses mengumpulkan data, analisis data, dan pembuatan laporan. 3) Portofolio: menilai laporan peserta didik tentang struktur dan kaidah teks novel. 4) Tertulis: menilai kemampuan peserta didik dalam dalam memahami, menerapkan, dan menginterprestasi makna teks novel.

41 27 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturanperaturan yang terdapat dalam penelitian atau yamg menyangkut bagaimana kita mengadakan penelitian. Peneliti harus memilih metode dan langkah-lagkah yang tepat yang sesuai dengan karakteristik objek penelitiannya (Jabrohim, 2012:18). Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif yang hanya meneliti teks itu sendiri. Dengan metode kualitatif penulis berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku tokoh-tokoh cerita dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri. Dalam hal ini diuraikan secara rinci mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan penelitian yang meliputi: objek penelitian, fokus penelitian, sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, teknik penyajian hasil analisis. A. Objek Penelitian Objek penelitian merupakan apa saja yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006:116). Objek penelitian ini difokuskan pada nilai budaya novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa yang diterbitkan oleh Penerbit Navila, Yogyakarta pada tahun 2007 (cetakan pertama). B. Fokus Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran nilai budaya yang terdapat dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa untuk 27

42 28 diaplikasikan dalam skenario pembelajaran di kelas XI SMA. Oleh karena itu, fokus dari penelitian ini adalah unsur intrinsik dan nilai budaya dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa dan skenario pembelajarannya di kelas XI SMA. C. Sumber Data Data adalah bahan berupa fakta atau angka untuk menyusun suatu informasi (Arikunto, 2010:161). Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. Data penelitian ini berupa narasi dan percakapan, data tersebut diambil/dikutip dari sumber data novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa, diterbitkan pada tahun 2007 oleh penerbit Navila Yogyakarta. D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah nota pencatatan data beserta alat tulisnya. Namun, peneliti sendiri juga merupakan instrumen penelitian karena yang melakukan observasi dan menggunakan alat-alat yang berupa checklist atau catatan-catatan, dan alat tulis lainya. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi. Teknik observasi ialah membaca secara kritis dan teliti seluruh wacana dan dialog dalam sebuah teks sastra (Arikunto, 1988:139). Oleh karena itu, dalam penelitian ini novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa dibaca secara kritis dan teliti seluruh wacana dan dialognya. Dari hasil pembacaan yang teliti tersebut penulis

43 29 temukan data-data yang penulis catat dalam kartu pencatat data. Selanjutnya, datadata tersebut dikelompokkan atau diklasifikasikan berdasarkan nilai-nilai budaya. F. Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data, penulis menggunaka metode content analysis (analisis isi). Menurut Arikunto (1988:138) mengatakan, metode content analysis adalah membahas data dengan mengkaji seluruh isi dalam sebuah novel. Dalam penelitian ini, yang dimaksudkan adalah membaca keseluruhan novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa. Pengkajian atau analisis data berdasarkan aspek-aspek nilai budaya. Selanjutnya, hasil analisis diaplikasikan dalam skenario pembelajaran di kelas XI SMA. Berdasarkan uraian di atas, langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Membaca novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. 2. Membaca referensi-referensi yang relevan dengan objek penelitian. 3. Mencatat data yang diperlukan dalam kartu pencatat data. 4. Mengidentifikasi data, yaitu mengelompokkan atau mengklasifikasikan data yang sudah terkumpul sesuai aspek pandangan hidup. 5. Menganalisis data dengan aspek-aspek nilai budaya dalam karya sastra. 6. Menyusun hasil analisis.

44 30 7. Hasil analisis yang telah didapat kemudian disajikan dalambentuk skenario pembelajaran sastra di kelas XI SMA. G. Teknik Penyajian Hasil Analisis Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian deskripsif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang mengumpulkan data dan memberikan penafsiran terhadap hasil tidak menggunakan angka, menekankan pada deskripsi (Arikunto, 2006:12) Dalam penelitian ini data penyajian hasil analisis disajikan dengan teknik penyajian data informal. Berbentuk deskripsi dengan kata-kata. Menurut Sudaryanto (1993: 145), teknik informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa.

45 31 BAB IV PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN DATA Bab ini berisi dua subbab yaitu penyajian data dan pembahasan data hasil penelitian yang terdiri dari unsur intrinsik, nilai budaya, dan skenario pembelajarannya di kelas XI SMA. A. Penyajian Data Sebelum melakukan analisis, penulis terlebih dahulu menyajikan data-data yang relevan. Data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan narasi dan percakapan dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. Penulis menyajikan data unsur intrinsik, nilai budaya, dan skenario pembelajarannya di kelas XI SMA. Di bawah ini merupakan penyajian data tersebut. 1. Unsur intrinsik novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa Data hasil penelitian novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa berkaitan dengan unsur intrinsik disajikan dalam bentuk tabel. Di bawah ini disajikan tabel 2 yang berisi data tema dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa sebagai berikut. 31

46 32 Tabel 2 Data Tema dalam Novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa Nomor data Tema Halaman buku 1 a. Komunis sudah dianut oleh Lurah 71 Sumberwungu 2 b. Warga yang tidak setuju dengan ideologi partai komunis mulai bertindak 72 3 c. Kalangan seniman ingin berjuang melalui sinden 4 d. Masalah kesenian Sumberwungu yang akan dihancurkan Latar terbagi menjadi tiga, yaitu: latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Di bawah ini disajikan tabel 3 yang berisi data dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa sebagai berikut. Tabel 3 Data Latar dalam Novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa Nomor data Latar Halaman buku 3-5 a. Latar tempat 7, 46, b. Latar waktu 18, 44, 159, c. Latar sosial 2, 17 Di dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipuwa pengarang menggunakan sudut pandang narrator observe yaitu sudut pandang orang ketiga mahatahu, tetapi hanya dalam batas-batas tertentu. Sudut pandang ini ditandai adanya penggunaan kata kata ganti orang ketiga, seperti dia, ia, mereka, ataupun nama. Di bawah ini disajikan tabel 4 yang berisi data sudut pandang dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipuwa sebagai berikut.

47 33 Tabel 4 Data Sudut Pandang dalam Novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa Nomor data Sudut pandang Halaman buku narrator observe 11,14 Alur terbagi menjadi lima tahapan, yaitu: tahap situation (tahap penyituasian), tahap generating circumstances (tahap pemunculan konflik), tahap rising action (tahap peningkatan konflik), tahap climax (tahap klimaks), dan tahap denoument (tahap penyelesaian. Di bawah ini disajikan tabel 5 yang berisi data alur novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa sebagai berikut. Tabel 5 Data Alur dalam Novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa Nomor data Alur Halaman buku 14 a. Situation 5 15 b. generating circumstances c. tahap rising action d. climax e. denoument 271 Tokoh dalam cerita terbagi menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Di bawah ini disajikan tabel 6 yang berisi data tokoh dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa sebagai berikut. Tabel 6 Data Tokoh dalam Novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa Nomor Data Tokoh Halaman Buku 19 a. Tokoh Utama 14, b. Tokoh Tambahan 9, 11, 17, 22, 24, 75

48 34 2. Nilai Budaya dalam Novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa Data hasil penelitian novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. Berkaitan dengan nilai budaya yang terdapat dalam novel disajikan dalam bentuk tabel. Di bawah ini disajikan tabel 7 yang berisi data nilai budaya dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. Sebagai berikut. Tabel 7 Nilai Budaya dalam Novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa Nomor Data Nilai Budaya a. Hubungan manusia dengan masyarakat b. Hubungan manusia dengan manusia lain c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri Halaman buku Wibawa 62 Gotong Royong Musyawarah 118 Ramah 182 Simpati 154, 194 Suka menolong 20 Sopan 69,124, 32 Keakraban 18 Pandai 53 Suka belajar 9-10 Tidak mudah putus 27 asa Mandiri Skenario pembelajaran sastra dengan materi unsur intrinsik dan nilai budaya dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa di Kelas XI SMA Pembelajaran novel di kelas XI SMA telah dimuat dalam silabus pada kompetensi dasar tertentu. Berkaitan dengan pembelajaran novel tersebut, penulis menyusun skenario pembelajaran novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa di sekolah terkait dengan strategi belajar mengajar di kelas XI SMA. Di bawah ini adalah pembelajaran novel tersebut.

49 35 a. Kompetensi Inti Memiliki sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia dengan cara mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia dan mengapresiasi sastra Indonesia sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. b. Kompetensi Dasar Mengembangkan sikap apresiatif dalam menghayati karya sastra. c. Indikator 1) mengidentifikasi unsur intrinsik (tema, latar, alur, tokoh dan penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat) novel yang telah dibaca; 2) mengidentifikasi nilai budaya novel yang telah dibaca; 3) mengaitkan unsur intrinsik (tema, latar, alur, tokoh dan penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat) dan nilai budaya novel yang telah dibaca dalam kehidupan sehari-hari. d. Tujuan Pembelajaran 1) Siswa mampu mengidentifikasi unsur intrinsik (tema, latar, alur, tokoh dan penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat). 2) Siswa mampu mengidentifikasi nilai budaya pada novel yang telah dibaca. 3) Siswa mampu mengaitkan unsur intrinsik dan nilai budaya novel yang telah dibaca dalam kehidupan sehari-hari. e. Materi Pembelajaran Materi pembelajaran merupakan sesuatu yang diajarkan dalam kegiatan belajar mengajar. Materi yang disampaikan dalam pembelajaran di kelas XI SMA adalah unsur intrinsik (tema, latar, alur, tokoh dan penokohan, sudut pandang,

50 36 dan amanat) dan nilai budaya yang terdapat dalam novel, serta naskah novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. f. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran yang penulis gunakan adalah pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru. Dalam kegiatan ini guru memberikan penugasan kepada kelompok untuk membaca naskah novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. g. Alokasi waktu Sesuai dengan silabus waktu yang disediakan untuk pembelajaran sastra yaitu 4 jam pelajaran. h. Sumber belajar Sumber belajar yang digunakan, yaitu BSE Bahasa Indonesia kelas XI dan buku penunjang yang dapat digunakan seperti: Teori Pengkajian Fiksi karya Burhan Nurgiyantoro, Budaya Mentalitet dan Pembangunan karya Koenjaraningrat. Siswa juga diijinkan menggunakan internet sebagai referensi untuk menambah wawasan tentang unsur intrinsik dan nilai budaya dalam karya sastra. i. Langkah-langkah pembelajaran Langkah- langkah pembelajaran adalah tahapan yang dilakukan dalam proses belajar mengajar. Kegiatan terstruktur agar pembelajaran tepat sasaran. Langkah-langkah pembelajaran adalah (1) guru menyampaikan tujuan

51 37 pembelajaran dan memotifasi siswa; (2) guru menyajikan informasi; (3) mengorganisasi siswa dalam kelompok; (4) membimbing siswa dalam belajar kelompok; (5) evaluasi; (6) pengarahan. j. Evaluasi pembelajaran Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat penguasaan materi siswa terhadap materi yang dibahas. Evaluasi yang digunakan yaitu tugas, observasi, portofolio, tes tertulis. B. Pembahasan Data Penulis menyajikan data tentang unsur intrinsik, nilai budaya dan skenario pembelajaran di kelas XI SMA. Data berupa narasi dan percakapan dari objek penelitian. Berikut data yang diambil dari penelitian. 1. Unsur Intrinsik Novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa Dalam penelitian ini dibahas unsur intrinsik dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. a. Unsur Intrinsik dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa Unsur intrinsik novel meliputi tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat. Berikut ini disajikan pembahasan untuk setiap unsur tersebut. 1) Tema (theme) Tema adalah gagasan dasar dan makna yang dikandung sebuah oleh cerita. Untuk mendapatkan tema, terlebih dahulu harus diidentifikasi maslah-masalah yang terdapat di dalam cerita yang dapat membantu menemukan tema. Pengertian masalah dengan tema berbeda karena masalah merupakan suatu unsur yang membangun tema sehingga timbul beberapa masalah yang mendukung

52 38 tema. Masalah yang terdapat dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa antara lain: a) Komunis sudah dianut Lurah Sumberwungu Di bawah ini disajikan data (1) yang berisi masalah pemuda berkumpul di halaman balai desa yang terdapat dalam novel Sinden sebagai berikut. Ponco kamu memang sewenang-wenang. Dasar! kata Tarman tegas. Meski kata-katanya belum usai namun semua cukup maklum, yang dimaksud Tarman. Lurah Ponco membeliak mendengar kata-kata keras itu. Lurah Ponco selalu menonak dituduh komunis meski ia selalu berhubungan dengan orang-orang partai (Admadipurwa, 2007:71). Berdasarkan kutipan di atas, penulis menyimpulkan bahwa Lurah Ponco adalah salah satu anggota partai komunis yang berkuasa di desa Sumberwungu. Oleh sebab itu, Tarman selalu menentang Lurah Ponco agar komunis tidak berkembang di Sumberwungu. b) Warga yang tidak setuju dengan ideologi partai komunis mulai bertindak. Hal ini dapat dilihat pada data (2) sebagai berikut. Pak Mantri dan Tarman memang merasa sudah saatnya memusuhi Ponco dan Mangun secara terang-terangan. Sebab kalau tidak, kasihan rakyat yang tak berdosa dan tak tahu papa-apa, jadi korban ambisi mereka. Dan Tarman juga tahu, Ponco dan Mangun tak seberapa berbahaya disbanding dengan ajaran-ajarannya. Pak Mantri, Tarman dan Gendon bertekad membendung pengaruh Ponco. Pak Mantri yang mengupayakan kesejahteraan warga, Tarman yang berusaha mencerdaskan kehidupan rakyat dan Gendon memberikan siraman rokhani (Purwadmadi, 2007: 72). Dari uraian tersebut di atas, penulis menyimpulkan bahwa beberapa warga yang tau akan bahaya ajaran partai yang Ponco anut, mereka menyusun strategi untuk melawan Ponco secara halus. Cara-cara yang mereka gunakan cara yang tidak menimbulkan konflik.

53 39 c) Kalangan seniman ingin berjuang melalui sinden. Nyai Estu merupakan tokoh kesenian di desa Sumberwungu. Ia tidak mau ketinggalan dalam hal perjuangan. Hal ini dapat dilihat pada data (3) sebagai berikut. Estu ingin melahirkan sinden bersuara emas yang kondang. Ia ingin mencetak sinden. Ia ingin Tumi menjadi kembang sinden dan mengalahkan semua sinden yang dipersiapkan orang-orang Poncodriyo. Ia ingin berjuang melalui sinden. Melalui seorang anak dara, Tumi (Purwadmadi, 2007: 89). Dari kutipan di atas, penulis menyimpulkan bahwa Nyai Estu juga mempunyai cara untuk berjuang melawan PKI melalui kesenian. Cara yang Nyai Estu pilih adalah dengan melahirkan sinden baru yang baik yang dapat menjadi panutan warga Sumberwungu. d) Masalah kesenian Sumberwungu yang akan dihancurkan Di bawah ini disajikan data (4) yang berisi masalah kesenian Sumberwungu yang akan dihancurkan yang terdapat dalam novel Sinden sebagai berikut. Murid Ki Dipocarito tidak hanya banyak tersebar di Argalaksa tetapi juga melebar sampai di daerah Surakarta dan Yogyakarta. Apabila Ki Dipocarito dapat berkompromi dan menjalankan misi partai, maka seni pedalangan dan karawitan akan gampang ditekuk bertekuk lutut pada propaganda partai. Demikian juga dengan Nyai Estu Suminar yang memiliki banyak murid sinden (Admadipurwa, 2007:247). Dari kutipan narasi di atas, penulis menyimpulkan bahwa kesenian di Argalaksa begitu besar dan para pemuka kesenian menjadi idola kebanyakan masyarakat. Oleh sebab itu, partai komunis ingin memanfaatkan kesenian perwayangan dan karawitan sebagai sarana kampanye namun, partai komunis mendapat perlawanan dari sebagian seniman yang ada di Sumberwungu seperti Nyai Estu Suminar dan rekan-rekanya.

54 40 Berdasarkan seluruh masalah di atas, penulis menyimpulkan bahwa tema yang terkandung dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa adalah perjuangan para seniman dan sebagian masyarakat melawan partai komunis. Perjuangan para seniman ditampilkan pada tokoh Nyai Estu beserta rekanrekannya sedangkan perjuangan masyarakat ditampilkan pada tokoh Tumi, Karto, guru Tarman, Gendon dan lain-lain. 2) Latar (setting) Latar (setting) adalah landas tumpu yang menyaran pada hubungan tempat, hubungan waktu, dan hubungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Unsur latar dibedakan menjadi tiga, yaitu: a) Latar Tempat Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan. Berikut penulis sajikan latar tempat yang terdapat dalam novel Sinden. (1) Emper rumah Emper merupakan serambi( di samping, di muka, atau di belakang rumah atau bangunan); atap tambahan yang bersambung pada rumah induk (KBBI: 370).. Di dalam novel Sinden menggunakan latar tempat yaitu emper rumah yang dapat dilihat pada data (5) di bawah ini. Karto duduk di lincak, bagian emper rumahnya. Waktu itu Tumi baru saja pulang berlatih nyinden di rumah Nyai Estu, sinden ternama. Tumi cercitacita menjadi sinden (Admadipurwa, 2007:7). Dari kutipan di atas, penulis menyimpulkan latar tempat berada di emper rumah. Emper rumah tanpa pagar ini menjadi tempat nyaman untuk berinteraksi karena sejuk oleh angin yang berhembus setiap saat. Emper rumah juga menjadi

55 41 tempat hilangnya Rudito saat tergeletak karena minuman keras. Hal ini dapat dilihat pada data (6) sebagai berikut. Siang tadi, Karto pergi ke ladang mengairi tanamannya sepeninggalan Tumi berangkat belajar nyinden ke rumah Nyai Estu. Ia membiarkan Rudito, terlelap mabuk di emperan rumahnya. Hingga seperempat malam ia di ladangnya pekedemikian biasanya ia lakukan (Admadipurwa, 2007:58). Dari kutipan narasi di atas, penulis menyimpulkan peristiwa hilangnya Rudito saat ia tergeletak di emper rumah Karto dan ditinggal pergi ke ladang. Sepulang dari ladang, Rudito yang tadinya tergeletak sudah tidak ada dan hanya bercak darah yang tersisa berceceran. (2) Kamar tidur Kamar merupakan ruang yang bersekat(tertutup) dinding yang menjadi bagian rumah atau bangunan (KBBI: 611). Di dalam novel Sinden menggunakan latar tempat kamar tidur dapat dilihat pada data (7) di bawah ini. Tumi tak kuasa menolak. Begitu masuk kamar itu Tumi langsung terperangah. Sebuah kamar yang mewah, tempat tidur lebar berkelambu. Almari besar berisi baju-baju indah. Baunya harum melati dan di pojok ruangan terdapat sebuah songsong (paying kebesaran) yang tertutup dan sebilah tombakdengan landeyan (tangkai) panjang. Pusaka yang menemani selama ini (Admadipurwa, 2007:46). Dari kutipan narasi di atas, penulis menyimpulkan bahwa latar tempat berada di kamar tidur Nyai Estu. Tumi malam itu hedak menginap di rumah Nyai Estu karena latihan sampai larut malam. Ketika Tumi hendak tidur di ruang tamu Nyai Estu memaksa untuk tidur bersamanya karena Tumi sudah dianggap sebagai anak Nyai Estu, bukan sekadar murid.

56 42 (3) Jalan setapak Jalan adalah tempat untuk lalu lintas orang (KBBI: 558). Jalan setapak adalah jalan yang memiliki lebar kurang lebih 50cm. Di dalam novel Sinden menggunakan latar jalan setapak yang dapat dilihat pada data (8) di bawah ini. Tidak tau kenapa orang-orang yang yang lewat jalan itu selalu menapak di tempat orang lain juga menapak sehingga di bagian tersebut rumput tak tumbuh. Seperti kebiasaan orang desa, berjalan selalu beriringan muka belakang bukan berjajar berjalan bersama. Rumputan di kanan kiri jalan setapak malam itu tampak hitam (Admadipurwa, 2007:58). Dari kutipan di atas, penulis menyimpulkan latar tempat berada di jalan setapak. Malam itu Karto menyusul Tumi yang menginap dirumah Nyai Estu. Karto memberi kabar bahwa Rudito hilang, mereka bergegas kembali ke rumah Karto dengan melewati jalan setapak. b) Latar Waktu Selain latar tempat, juga digunakan latar waktu untuk mendukung cerita. Latar waktu yang berkaitan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah cerita. Di bawah ini disajikan data yang berkaitan dengan latar waktu sebagai berikut. (1) Siang hari Kebiasaan Karto sembari melepas lelah setelah petang hari ia habiskan untuk bercocok tanam di kebun ia beristirahat sambil mengayam kipas. Ketika itu Karto mengayam kipas di siang hari. Hal tersebut dapat dilihat pada data (9) sebagai berikut. Siang semakin membumbung. Hari panas namun angin gunung sabar menyejukkannya. Karto selesai menganyam kipas. Dalam duduk siang di emperan rumahnya, Karto seperti membiarkan lamunannya mengembang. Saat sedang menyeruput the pahitnya, Tumi berlarian, tergopoh-gopoh,

57 43 menangis tanpa membawa apapun. Bahkan ia hanya mengenakan kain jarit penutup tubuhnya (Admadipurwa, 2007:18). Dari kutipan di atas, penulis menyimpulkan bahwa latar waktu adalah siang hari. Hal ini dapat dilihat pada penggalan kutipan, Hari panas namun angin gunung sabar menyejukkannya. Karto selesai menganyam kipas. Dalam kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa latar waktu adalah siang hari. (2) Malam hari Hari itu Tumi belajar hingga malam hari meski rekan-rekan yang belajar di tempat Nyai Estu sudah lebih dahulu pulang. Latar waktu malam hari pada novel Sinden dapat dilihat pada data (10) sebagai berikut. Hari berangkat malam. Tinggal Tumi yang masih berada di rumah Nyai Estu. Kawanya, sesama gadis yang belajar sinden kepada Nyai Estu sudah pada pulang sejak sebelum senja. Tumi biasanya menghabiskan malam latihannya berdua dengan Nyai Estu. Tumi menginap, menemani Nyai Estu dan esoknya baru pulang (Admadipurwa, 2007:44). Dari kutipan di atas, penulis menyimpulkan latar waktu adalah malam hari. Sudah menjadi kebiasaan Tumi belajar Nyinden sampai malam hari. (3) Sore hari Tumi, Nyai Estu, dan Tarman terlibat obrolan serius ketika mereka berada di bawah pohon yang berada tak jauh dari sungai. Mereka membicarakan tentang permasalahan yang sedang terjadi selepas Karto ditangkap oleh polisi. Hal tersebut mereka bicarakan sore hari, dapat dilihat pada data (11) sebagai berikut. Hari makin sore dan sinar matahari tak lagi begitu panas. Anak-anak gembala sudah mulai menggiring ternak ke pinggir sungai yang banyak ditumbuhi rumput liar. Penggembala itu melihat Tumid dan Tarman sedang duduk-duduk di bawah asam kranji, tebing kali Sumberwungu (Admadipurwa, 2007:159).

58 44 Dari kutipan di atas, penulis menyimpulkan latar waktu adalah sore hari. Hal ini penulis simpulkan berdasarkan penggalan kutipan Hari makin sore dan sinar matahari tak lagi begitu panas. Latar waktu sore hari juga pengarang gunakan pada bagian selanjutnya ketika Tumi, Tarman dan Nyai Estu beranjak meninggalkan pohon Asam Kranji. Hal ini dapat dilihat pada data (12) sebagai berikut. Gembala meneruskan langkahnya, memburu kerbaunya yang akan makan tanaman di ladang orang. Mereka menatap anak gembala makin menjauh melangkah menuju lereng rumput. Mereka bertiga beranjak meninggalkan kali berbatas rimbun daun-daun pandan. Banyak orang dewasa di Sumberwungu yang mulai gelisah. Hari makin senja, matahari seakan begitu cepat melorot ke kaki langit (Admadipurwa, 2007:163). Uraian di atas berisi latar waktu sore hari. Hal ini dapat dilihat pada penggalan kutipan Hari makin senja, matahari seakan begitu cepat melorot ke kaki langit. Penggalan kutipan tersebut memberikan gambaran bahwa sore hari semakin petang dan hari mulai malam. Berdasarkan seluruh kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa latar waktu terjadinya peristiwa dalam novel Sinden adalah siang hari, malam hari dan sore hari. Latar waktu disajikan secara utuh oleh pengarang sehingga menimbulkan imaginasi pembaca. c) Latar Sosial Latar sosial adalah hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat suatu tempat yang diceritakan dalam cerita. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencangkup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks, misalnya berupa kebiasaan hidup, cara berpikir, dan lain-lain yang

59 45 tergolong latar sosial. Di bawah ini disajikan data-data yang berkaitan dengan latar sosial sebagai berikut. (1) Seorang Sinden Seorang sinden adalah gambaran latar sosial Nyai Renggomanis, biduanita terkenal yang memulai cerita tentang Sinden di Sumberwungu. Pada saat itu putra tunggal Nyai Renggomanis hilang karena ia adalah salah satu tokoh revolusi. Di bawah ini disajikan data (13) yang berkaitan dengan hal tersebut sebagai berikut. Seperti warga desa lainnya, Tuwuh adalah warga kebanyakan. Biasa-biasa saja. Tuwuh tumbuh menjadi pemuda lumrah. Kelebihannya, ia kuliah di Yogya dan sudah hampir selesai studi di universitas terkemuka. Warga menganggapnya sebagai pemuda yang berkecukupan karena warisan dari ibunya lebih dari cukup untuk hidup. Yang paling pokok, Tuwuh dikenal sebagai putra tunggal almarhum Nyai Renggomanis, sinden atau biduanita dalam karawitan Jawa. Ibunya sinden ternama (Admadipurwa, 2007:2). Kutipan tersebut berisis latar sosial Nyai Renggomanis. Renggomanis adalah sinden ternama dan merupakan cikal bakal kelahiran sinden-sinden di Sumberwungu. Nyai Estu merupakan salah satu murid Nyai Renggomanis. (2) Seorang Lurah Seorang lurah adalah gambaran Poncodriyo sebagai lurah yang berkuasa di Sumberwungu. Di bawah ini disajikan data (14) berisi latar sosial sebagai berikut. Tetapi Kartosemedi teguh pada pendiriannya. Ia menempuh semua resiko jika Lurah Sumberwungu akan mempersulit dirinya di kemudian hari. Kartosemedi ingin anak gadisnya itu dapat mencapai cita-cita sebagai sinden sekaligus merantas tradisi kawin cerai yang dialami banyak pesinden (Admadipurwa, 2007:17). Kutipan di atas berisi latar sosial Poncodriyo. Poncodriyo adalah seorang lurah yang terkenal kejam terhadap rakyatnya. Kartosemedi harus berurusan dengan lurah tersebut karena lamaran yang ditujukan kepada anak gadisnya Tumi.

60 46 Pernyataan tersebut dapat dilihat pada penggalan kutipan, Ia menempuh semua resiko jika Lurah Sumberwungu akan mempersulit dirinya di kemudian hari. Dalam penggalan kutipan di atas dijelaskan bahwa tidak mudah ketika harus berurusan dengan Lurah Poncodriyo. 3) Sudut Pandang (point of view) Sudut pandang merupakan krusial dalam mempengaruhi penyajian cerita dan alurnya. Sudut pandang sendiri memiliki pengertian sebagai cara pengarang menempatkan dirinya di dalam cerita. Sudut pandang adalah teknik yang dipilih pengarang untuk menyampaikan cerita. Sudut pandang dibedakan menjadi dua, yaitu orang pertama dan orang ketiga. Dalam novel Sinden pengarang menggunakan sudut pandang narrator observe yaitu sudut pandang orang ketiga mahatahu. Sudut pandang narrator observe ditandai adanya penggunaan kata ganti orang ketiga seperti dia, ia, mereka, ataupun nama. Berikut ini disajikan data (15) yang berkaitan dengan sudut pandang sebagai berikut. Rudito dikenal sebagai pemuda yang serba susah. Kesukaannya, berjudi, mabuk, dan main perempuan. Bahkan sangat doyan mengganggu isteri orang. Semua warga Sumberwungu menngetahui tingkah polah Rudito, namun tidak seorangpun berani melawan. Kekuasaan Poncodriyo sangat besar, bahkan makin tambah besar. Tumi tahu, Rudito makin mengejarnya. Namun, gadis itu tidak ambil peduli (Admadipurwa, 2007:11). Berdasarkan kutipan di atas, penulis menyimpulkan bahwa pengarang mahatahu segala tingkah laku dan karakter tokoh yang ia sebutkan. Pengarang memberikan gambaran secara rinci tentang tokoh Rudito tersebut. Gambaran watak tokoh yang disajikan secara rinci juga dapat dilihat pada data (16) sebagai berikut.

61 47 Tumi tumbuh menjadi gadis remaja yang baik. Ia biasa bekerja di ladang. Ia biasa menyiapkan makan untuk bapaknya. Ia juga menbgurus ayamayam piaraannya. Ia juga mengurus rumahnya yang mungil hingga menjadi bersih dan rapih (Admadipurwa, 2007:14). Kutipan di atas, memberikan gambaran watak tokoh Tumi yang disajikan secara implisit yaitu pembaca terlebih dahulu harus menyimpulkan apa yang disampaikan pengarang melalui sebuah narasi maupun percakapan. Penulis menyimpulkan bahwa tokoh Tumi adalah gadis yang rajin dalam segala pekerjaan rumah. 4) Alur (plot) Alur merupakan rangkaian peristiwa dalam karya sastra yang dihubungkan dengan sebab-akibat. Peristiwa yang satu menyebabkan atau disebabkan peristiwa yang lain. Tahapan-tahapan peristiwa yang ada dalam cerita terbentuk dalam rangkaian peristiwa. Tasrif membagi perkembangan alur secara lebih rinci, tahap situation (penyituasian), tahap generating circumtances (pemunculan konflik), tahap climax (klimaks), dan tahap denouement (penyelesaian). Di dalam novel Sinden kelima tahapan tersebut berlaku secara kronologis. Oleh karena itu alur cerpen ini disebut sebagai alur maju atau progresif. Berikut ini disajikan pembahasan untuk masing-masing tahapan alur sebagai berikut. a) Tahap penyituasian (situation) Awal cerita dimulai dengan hilangnya Tuwuh. Mahasiswa putra tunggal Nyai Renggomanis hilang karena ia adalah aktivis sekaligus pendemo yang kerap memimpin demonstrasi dimana-mana. Hal ini terdapat pada kutipan (17) sebagai berikut.

62 48 Ya, warga desa di Sumberwungu belum pernah merasa sepenting saat ini. Sebuah desa yang lama tenggelam dalam katagori miskin dan layak menerima bantuan pengentasan kemiskinan, kini berubah menjadi desa yang amat diperhatikan. Ketika rasa bangga terhadap Tuwuh itu muncul dari sebagian warga, tiba-tiba mereka harus kembali tenggelam dalam ketakutan. Sebab, hari-hari terakhir ini mereka terkena larangan Kepala Desa untuk tidak memberi keterangan kepada siapa saja yang datang ke Sumberwungu. Terlebih-lebih kepada wartawan. Semua harus membisu dan hanya Pak Kades yang berhak memberi keterangan. Jika dilanggar, mereka akan dicap PKI dan ikut menanggung dosa-dosa Tuwuh, penyair dan pendemo yang hilang itu (Admadipurwa, 2007:5). Dalam uraian di atas, penulis menyimpulkan terhadap pengenalan desa Sumberwungu. Desa bekas tumbuh kembang anggota PKI. Desa yang pernah terkena imbas dari kekejaman partai komunis. Hal tersebut dapat dilihat pada penggalan kutipan, Jika dilanggar, mereka akan dicap PKI dan ikut menanggung dosa-dosa Tuwuh, hal tersebut membuat semua warga takut. Dari kletakutan warga inilah penulis menyimpulkan tentang partai komunis yang kejam dan sampai saat ini masih tetap ditumpas sampai akar-akarnya. b) Tahap pemunculan konflik (generating circumstances) Pada tahap ini konflik-konflik politik yang ada di Sumberwungu mulai muncul. Hal tersebut terlihat muncul ketika Lurah Ponco mulai menggunakan balai desa untuk melatih pemuda bela diri dan setiap saat ada pertemuan-pertemuan dengan anggota partai. Hal ini dapat dilihat pada data (18) sebagai berikut. Kini Poncodriyo sangat bersemangat memimpin desanya. Melakukan banyak kegiatan. Desa Sumberwungu menjadi hidup tetapi juga menyimpan kebencian, dendam, dan pergolakan kepentingan yang sewaktu-waktu bias meledak menjadi perseteruan antar- sesame warga. Tanda-tanda kea rah sana sudah mulai ada (Admadipurwa, 2007:51). Dari kutipan di atas, penulis menyimpulkan bahwa Sumberwungu sudah mulai banyak permasalahan, banyak warga yang bersebrangan ideologi. Lurah

63 49 Ponco sebagai kepala Desa justru yang memfasilitasi dan menjadi pelopor gerakan partai komunis. c) Tahap peningkatan konflik (rising action) Ketika Lurah Ponco sangat bersemangat menjalankan misi partai, hal lain adalah Rudito putra tunggalnya minta dilamarkan Tumi anak Kartosemedi. Lamaran Lurah Ponco ditolak. Rudito mabuk karena frustasi dan mendatangi Kartosemedi. Hal ini dapat dilihat pada data (19) berikut ini. Dari tadi siang lho nganbruknya ditempat saya Bu, sela Tumi. saya juga sudah minta Mas Gendon melapor ke kelurahan, tapi kok ya nggak ada yang mengurusnya. Saya anggap itu kejadian lumrah. Lalu saya tinggal ke tegalan. Baru setelah malam saya pulang lho kok dia nggak ada. Ya sudah mungkin sudah diambil keluarganya. Saya sudah menduga Tumi menginap disini. Saya pun masuk rumah dan siap tidur. Tapi menjelang tengah malam, mendenngar orang merintih di depan rumah. Setelah saya tengok, eee lhadalah, Raden Rudito berlumuran darah. Saya kaget dan panik. Lalu saya lari kemari (Admadipurwa, 2007:56). Dari penggalan percakapan di atas, penulis menyimpulkan bahwa konflik yang diamalami para tokoh semakin miningkat. Rudito berlumuran darah di rumah Kartosemedi karena mabuk. Secara tidak langsung apabila warga tahu maka Karto akan menjadi sasaran amuk warga yang tidak tahu apa-apa. Maka dari itu Karto ke tempat Nyai Estu untuk melapor karena ia masih bulek dari Rudito malam itu juga sebelum memberitahu warga. d) Tahap klimaks (climax) Rudito terkapar di emperan rumah Kartosemedi. Kartosemedi panik dan pergi meninggalkan Rudito dalam keadaan berlumuran darah untuk melapor sekaligus mencari Tumi ke rumah Nyai Estu. Di bawah ini disajikan data (20) yang berkaitan dengan klimaks sebagai berikut.

64 50 Nyai Estu ikut tegang. Berjalan perlahan kea rah Karto yang berjongkok mengamati bekas-bekas bercak darah. Yang lain kemudian mencari tahu. Dan malam itu berubah menjadi sebuah kekacauan. Rudito tidak ditemukan. Rudito hilang (Admadipurwa, 2007:61). Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan tahap klimaks terjadi pada saat hilangnya Rudito. Ketika ditinggal Kartosemedi ke rumah Nyai Estu, Rudito masih terkapar tak berdaya. Sepulang dari rumah Nyai Estu, Rudito sudah tak ada di emperan rumah. e) Tahap penyelesaian (denoument) Tahap penyelesaian dari semua konflik yang dialami oleh para tokoh dalam cerita adalah ketika PKI dinyatakan partai larangan. Semua anggota partai ditangkap bahkan dimusnahkan. Hal ini dapat dilihat pada data (21) berikut ini. Puncaknya dialami langsung oleh Nyai Estu, yaitu ketika kekuasaan Poncodriyo mulai digunakan untuk memaksa warga. Perkara hilangnya Rudito, penangkapan Karto dan raibnya Gendon seakan berlalu begitu saja. Apalagi setelah Ponco, Nyi Suparni, Romo Pus dan Wati ditangkapi oleh tentara. Perkara-perkara lama tak ada lagi yang mengutik-utik. Para pamong desa sampai para dukuhpun diminta berhenti dari jabatan dan digantikan oleh para karetaker. Margonosucitro pun konon telah dikabarkan hilang tak tahu rimbanya. Mungkin dia sudah dihabisi dan dimasukkan ke dalam luweng, sumur gua alam tanpa dasar. Mangun dan Nyi Suparni ditangkap bersama Margonosucitro saat mereka sedang rapat tertutup di kantor partai (Admadipurwa, 2007:271). Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa pemerintah melakukan penangkapan terhadap para pembangkang pengikut partai komunis. Pengurus partai bahkan anggota-anggotanya semua ditangkap bahkan dimusnahkan. 5) Tokoh Di dalam novel Sinden tokoh utamanya adalah Tumi dan Nyai Estu karena tokoh ini sering dimunculkan dalam cerita dan banyak kejadian yang berhubungan dengan dirinya.

65 51 a) Tokoh utama Tokoh utama adalah tokoh yang berhubungan dengan setiap peristiwa dan diutamakan penceritaannya di dalam novel yang bersangkutan. Tokoh utama dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa adalah Tumi dan Nyai Estu. Tokoh ini sering dimunculkan oleh pengarang dalam cerita dan tokoh ini merupakan pemicu konflik cerita. (1) Tumi Karakter tokoh Tumi sebagai gadis desa yang dibesarkan di kalangan petani miskin ia sangat rajin dalam hal mengurus rumah. Hal ini dapat dilihat pada data (22) berikut ini. Tumi tumbuh menjadi gadis remaja yang baik. Ia biasa bekerja di ladang. Ia biasa menyiapkan makan untuk bapaknya. Ia juga menbgurus ayam-ayam piaraannya. Ia juga mengurus rumahnya yang mungil hingga menjadi bersih dan rapih (Admadipurwa, 2007:14). Berdasarkan kutipan di atas, penulis menyimpulkan bahwa tokoh Tumi adalah gadis yang rajin. Pengarang menyajikan karakter tokoh Tumi secara implisit dengan menampilkan keseharian Tumi dalam merawat rumah. (2) Nyai Estu Nyai Estu adalah Sinden ternama sekaligus guru Tumi. Ia digambarkan sebagai tokoh yang amat berwibawa meskipun sosok perempuan namun, Nyai Estu sangat dihormati oleh orang-orang Sumberwungu. Hal ini dapat dilihat pada data (23) berikut ini. Ketegasan sikap Nyai Estu membuat semua orang diam dan menurut. Nyai Estu, meski seorang sinden, seorang janda, tetapi memancarkan kewibawaan sebagai seorang perempuan. Itu karena ia selalu menjaga martabat dengan membersihkan batinnya, berperilaku jujur, santun dalam tindakan sehari-hari (Admadipurwa, 2007:62).

66 52 Kutipan di atas menjelaskan tentang watak tokoh Nyai Estu yang jujur, berwibawa, dan santun dalam segala hal. Kewibawaan tersebut muncul ketika dirinya memberikan solusi terhadap hilangnya Rudito. b) Tokoh Tambahan Tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya di dalam sebuah cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama. Tokoh tambahan dalam novel Sinden adalah Rudito, Kartosemedi, Gendon, Lurah Poncodriyo, Mangundarma. (1) Rudito Rudito adalah putra tunggal penguasa Sumberwungu. Rudito bertindak semena-mena dan tidak baik kelakuannya karena ia tidak mau menjadi penerus Poncodriyo ayahnya menjadi lurah di Sumberwungu. Hal tersebut dapat dilihat pada data (24) berikut ini. Rudito dikenal sebagai pemuda yang serba susah. Kesukaannya, berjudi, mabuk, dan main perempuan. Bahkan sangat doyan mengganggu isteri orang. Semua warga Sumberwungu menngetahui tingkah polah Rudito, namun tidak seorangpun berani melawan. Kekuasaan Poncodriyo sangat besar, bahkan makin tambah besar. Tumi tahu, Rudito makin mengejarnya. Namun, gadis itu tidak ambil peduli (Admadipurwa, 2007:11). Berdasarkan kutipan di atas, penulis menyimpulkan bahwa Rudito berwatak jelek, penjudi, pemabuk, dan suka main perempuan. Hal tersebut pengarang tampilkan secara utuh kelakuan Rudito sehari-hari.

67 53 (2) Kartosemedi Kartosemedi adalah ayah Tumi. Laki-laki tanpa istri ini kesehariannya bercocok tanam di ladang. Meskipun ia seorang petani, namun ia tegas dan pemberani. Hal tersebut dapat dilihat pada data (25) berikut ini. Tetapi Kartosemedi teguh pada pendiriannya. Ia menempuh semua resiko jika Lurah Sumberwungu akan mempersulit dirinya di kemudian hari. Kartosemedi ingin anak gadisnya itu dapat mencapai cita-cita sebagai sinden sekaligus merantas tradisi kawin cerai yang dialami banyak pesinden (Admadipurwa, 2007:17). Berdasarkan kutipan di atas, penulis menyimpulkan bahwa Kartosemedi tegas dan berani. Tampak pada saat ia berani menolak lamaran Lurah Poncodriyo yang terkenal sangat kejam. (3) Gendon Gendon adalah pemuda desa tetangga, tetapi ia sering menjenguk ibunya yang ada di Sumberwungu dan sering berbagi cerita tentang nabi ataupun berbagi tenaga kepada siapapun yang membutuhkan. Hal tersebut dapat dilihat pada data (26) berikut ini. Gendon adalah pemuda desa yang sangat ringan tangan membantu tetangga. Pemuda yang sangat luwes bekerja, bias mengerjakan pekerjaan halus dan kasar. Ia baik kepada siapa saja. Ia juga rajin berguru jauh di desa lain. Di rumahnya ia membangun langgar kecil, setiap magrib ia lantunkan suara adzan (Admadipurwa, 2007:22). Bedasarkan kutipan di atas, penulis menyimpulkan Gendon berwatak baik, ringan tangan, patuh agama, dan pandai. Watak tokoh Gendon ditampilkan secara utuh oleh pengarang.

68 54 (4) Mangundarma Mangundarma adalah pamong desa yang licik. Ia menggunakan segala cara untuk menjadi lurah di Sumberwungu. Salah satu caranya adalah mengadu domba Lurah Ponco denan warganya termasuk Kartosemedi yang menjadi korbannya. Berikut ini penulis sajikan data (27) yang berkaitan dengan watak Mangundarma sebagai berikut. Perangkat desa itu sudah menuangkan sedikit teh ke dalam cangkirnya. Kaki kanannya diangkat ke atas dingklik. Tangan kanannya mengangkat cangkir. Cangkir itu kemudian digoyang-goyangkannya. Air teh yang panas bergerak merata ke seluruh permukaan cangkir. Mangun menggerakkan cangkirnya sambil menatap Karto. Bibirnya tersenyum tipis dan tatapannya tampak sayu. Keseluruhan wajahnya memperlihatkan raut muka mengejek atau malah menghina Karto (Admadipurwa, 2007:75). Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa Mangundarma adalah orang yang amat tak berperikemanusiaan. Ia menyekap Karto untuk dihakimi dituduh menyembunyikan Rudito padahal ia sendiri yang melakukan hal tersebut. (5) Poncodriyo Poncodriyo adalah orang nomor satu di Sumberwungu. Wibawanya dimanfaatkan untuk kegiatan yang justru memanfaatkan rakyat semena-mena demi kepentingan partai. Hal tersebut dapat dilihat pada data (27) berikut ini. Ia sejak muda sudah terlihat bakatnya menjadi pemimpin. Namun, ketika masa tuanya, kepemimpinannya berubah menjadi berperangai keras. Rakyatnya sering dikumpulkan di balai desa dan dilatih fisik dan mentalnya. Kadang mereka diharuskan mendengarkan pidato dari radio transistor. Radio itu satu-satunya di desa Sumberwungu. Sebuah radio berukuran besar mirip rak buku yang batrainya mirip kotak sebesar accu truk. Rakyat suka menunggu dan terlena oleh pidato yang menggelegar itu (Admadipurwa, 2007:24).

69 55 Dari uraian narasi di atas, penulis menyimpulkan bahwa Lurah Ponco berwibawa. Namun, kewibawaannya ia gunakan untuk mendoktrin rakyat untuk mengikuti partai komunis. 6) Amanat (message) Amanat merupakan pesan yang disampaikan pengarang melalui karya sastra. Dalam kartya sastra terdapat dua jenis amanat, yaitu tersirat dan tersurat. Amanat bersifat tersurat adalah amanat secara langsung disampaikan dalam karya sastra. Sebaliknya, amanat bersifat tersirat adalah amanat yang secara tidak langsung disampaikan oleh penulis, pembaca harus menyimpulkan sendiri tema suatu bacaan. Dalam novel Sinden amanat yang disampaikan bersifat tersirat. Artinya, dalam cerita ini pengarang hanya menyampaikan gambaran-gambaran mengenai tokoh utama dan orang-orang disekitarnya. Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa pesan yang akan disampaikan oleh pengarang kepada pembaca untuk menjaga martabat dengan membersihkan batinnya, berperilaku jujur, santun dalam tindakan sehari-hari. 2. Nilai Budaya dalam Novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa a. Hubungan manusia dengan masyarakat 1) Wibawa Wibawa adalah pembawaan untuk dapat menguasai, memengaruhi, dan dihormati orang lain melalui sikap dan tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan penuh daya tarik (KBBI: 1561). Nilai budaya hubungan manusia dengan masyarakat, wibawa dapat dilihat pada data (30) sebagai berikut.

70 56 Ketegasan sikap Nyai Estu membuat semua orang diam dan menurut. Nyai Estu, meski seorang sinden, seorang janda, tetapi memancarkan kewibawaan sebagai seorang perempuan. Itu karena ia selalu menjaga martabat dengan membersihkan batinnya, berperilaku jujur, santun dalam tindakan sehari-hari (Admadipurwa, 2007:62). Dari data tersebut di atas, penulis menyimpulkan bahwa Nyai Estu memiliki kewibawaan yang membuat orang-orang menuruti apa yang ia perintahkan. Hal ini terjadi ketika malam hari Rudito hilang danh warga hendak menghakimi Karto yang dituduh membunuh Rudito. 2) Gotong royong Gotong royong adalah bekerja bersama-sama (tolong-menolong, bantu membantu) (KBBI: 460). Nilai budaya gotong royong dalam novel Sinden dapat dilihat pada data (31) sebagai berikut. Rakyat sering dikerahkan bergotong royong mengerjakan tanah-yanah milik desa. Juga merembet mengerjakan tanah-tanah milik sesama warga. Mereka bekerja didului apel berbaris lalu bernyanyi penuh semangat (Admadipurwa: 24-25). Dari uraian di atas, penulis neyimpulkan bahwa rakyat Sumberwungu memiliki budaya gotong royong yang baik. hal ini terlihat dari semangat mereka pada kutipan di atas. 3) Musyawarah Musyawarah adalah pembahasan bersama dengan maksud mencapai keputusan atas penyelesaian masalah (KBBI: 944). Nilai budaya musyawarah dalam novel Sinden dapat dilihat pada data (32) sebagai berikut. Anak-anak didikmu bisa ikut seleksi, ndak apa-apa. Nah, iyu. Kamu juga dapat dispensasi., lagi. Ini penghormatan besar untukmu, untuk keluarga kita, Estu. Nyai Estu sanggup, ta?

71 57 Saya belum bisa menjawab. Saya pikirkan, dan jawaban kesediaan saya akan saya sampaikan setelah saya berembug dengan anak-anak. Ya, zaman sekarang apa-apa harus dibicarakan. Dimusyawarahkan. Tapi jangan lamalama. Sekali lagi ini perintah negara, kata Margono tandas (Admadipurwa: 118). Dari uraian percakapan di atas, penulis menyimpilkan bahwa Nyai Estu adalah sosok orang yang suka bermusyawarah. Terbukti ketika ia ditawari untuk menjadi juri sebuah kompetisi sinden ia harus bermusyawarah terlebih dahulu dengan anak didiknya. b. Hubungan manusia dengan manusia lain 1) Ramah Ramah adalah baik hati dan menarik budi bahasanya, manis tutur kata dan sikapnya (KBBI: 1136). Budaya ramah dalam novel Sinden dapat dilihat pada data (33) berikut ini. 2) Simpati Pak Pancar sebagai tuan rumahtampak lega dan sangat ramah. Mempersilahkan semuanyauntuk duduk dan berbicara sambil menikmati hidangan yang telah disediakan oleh bu Pancar (Admadipurwa: 182). Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa pak Pancar adalah orang yang ramah. Simpati adalah keikutsertaan merasakan perasaan (senang, susah dsb), ikut serta merasakan perasaan orang lain (KBBI: 1309). Dalam novel Sinden budaya Simpati warga terhadap tetangga dapat dilihat pada data (34) sebagai berikut. Tumi sebenarnya bingung tetapi tidak tahu harus berbuat apa. Setiap orang kini membicarakan hilangnya Rudito dan ditangkapnya Kartosemedi. Berita itu belum mereda, disusul tidak munculnya Gendon yang juga menghilang selepas melapor ke komandan Distrik. Kini, tiap malam banyak tetangga menemani Tumi di rumahnya (Admadipurwa, 2007:154).

72 58 Dari uraian di atas, digambarkan bahwa Tumi yang biasa hidup dengan ayahnya, kini ia sebatang kara karena ayahnya dituduh membunuh Rudito dan ditangkap oleh polisi. Hal ini membuat warga bersimpati untuk menghiburnya dengan cara menemani setiap malam. Hal yang sama juga dapat dilihat pada data (35) sebagai berikut. Para tetangga menganggap keluarga Tumi masih tertimpa musibah. Mereka berbesar hati karena semangat berada di rumah Tumi malam sebagai bentuk simpati yang harus mereka berikan kepada Tumi. Karto lagi apes, atau sedang tertimpa kemalangan. Hidup yang saban hari hanya digunakan untuk pergi ke ladang, kini harus mempunyai banyak urusan dengan penguasa (Admadipurwa, 2007:194). Uraian di atas, memperkuat pernyataan pengarang pada data (34). Pengarang ingin menunjukkan kepada pembaca betapa masyarakat pedesaan memiliki budaya simpati yang tinggi antar-sesama warga yang sedang tertimpa musibah. 3) Suka menolong Dalam novel Sinden budaya masyarakat suka menolong dapat dilihat pada data (36) sebagai berikut. Merasa kasihan Karto menyeret tubuh koboi kampung itu dan melentangkan tubuh lunglainya di lincak bambu. Terpaksa Karto membuka kancing baju anak muda yang meski berwajah ganteng, badannya krempeng dan tak ada potongan laki-laki gagah berurat (Admadipurwa, 2007:20). Dari kutipan di atas, penulis menyimpulkan bahwa nilai budayahubungan manusia dengan manusia lain adalah suka menolong. Meskipun Rudito sudah berniat memperkosa anaknya Tumi, namun Karto tetap menolongnya.

73 59 4) Sopan Sopan ialah hormat dan takzim tertib menurut adat yang baik (KBBI:1330).. Dengan sopan kita akan lebih menghormati orang dan sebaliknya. Budaya sopan dalam novel Sinden dapat dilihat pada data (37) sebagai berikut. He, guru Tarman. Kamu datang tanpa tata krama, tidak kulonuwun, tidak permisi. Kamu itu menantunya adik saya, isterimu itu keponakan saya. Aku ini, pakdemu. Kalau tak saya ijinkan dia tak bisa kawin denganmu, he? Kamu juga tidak saya undang kemari. Datang-datang langsung bertanya sambil berdiri macam begitu. Guru macam apa itu? (Admadipurwa, 2007:69). Dari penggalan dialog diatas, penulis menyimpulkan bahwa sangat berharganya budaya sopan santun. Di atas diceritakan guru Tarman masuk rumah Ponco tanpa permisi hal tersebut membuat pemilik rumah marah. Gambaran sopan terhadap orang lain juga dapat dilihat pada data (38) sebagai berikut. Pemuda yang sedang menjalankan piket administrasi di meja tengah pendapa. Melihat kehadiran Ponco, pemuda ini berniat turun dari dingklik dan akan duduk di lantai. Bagaimana keadaan Mangundarma? tanya Ponco sambil mengisyaratkan agar pemuda itu tidak duduk di lantai (Admadipurwa, 2007:124). Ponco adalah seorang Lurah. Warga beserta semua perangkat desa sangat menghormatinnya. Budaya Jawa yang sangat dijunjung adalah sopan santun kepada orang yang lebih tua terlebih orang yang meiliki pangkat derajat di atasnya. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan di atas. Nilai budaya sopan santun juga ditampilkan pada data (39) sebagai berikut. Gendon naik ke pendapa dengan merunduk lalu dengan laku ndodok, berjalan berjongkok, mendekat ke arah Ponco yang duduk di kursi kayu tengah pendapa memandang dengan mata tajam. Mangundarma tersenyum melihat Gendon yang dating dengan santun itu (Purwadmadi, 2007: 32).

74 60 5) Keakraban Keakraban merpakan keadaan akrab (KBBI: 28). Budaya keakraban kepada sesama dalam novel Sinden dapat dilihat pada data (40) sebagi berikut. Meski tak pernah sengaja, Tumi seakan telah menjadi anak pungutnya. Nyai Estu sudah menganggap Tumi sebagai anaknya. Apalagi, ibu Tumi sekarang menjadi salah satu isteri Dipocarito. Secara nalur, sesama maru adalah saudara. Yang lebih dulu diperistri seorang laki-laki menempati struktur kekerabatan lebih tua. Jadi Nyai Estu merasa lebih tua dan dituakan oleh Minten. Setiap kali bertemu, Minten selalu menyebut Nyai Estu dengan, Mbakyu Estu, sugeng, selamat sejahtera..mbakyu.. sambil tangannya menggenggam tangan Nyai Estu lalu mengecupnya (Admadipurwa, 2007:18). Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan adanya budaya keakraban antara Nyai Estu dan Minten sebagai isteri pertama dan kedua Dipocarito. Selain keakraban juga terdapat budaya saling menghormati. c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri 1) Pandai Pandai adalah cepat menangkap pelajaran dan nengerti sesuatu (KBBI: 1010). Budaya pandai atau belajar ditampilkan pengarang dalam novel Sinden pada data (41) sebagai berikut. Setelah Estu memperlihatkan sesungguhan dan berkali-kali juara nembang (menyanyi tembang Jawa) di sekolah ataupun antar- sekolah Tamansiswa di JawaTengah dan Jawa Timur, Poncosuwito, orang tua Estu membolehkannya meneruskan latihan menjadi sinden (Purwadmadi, 2007: 53). Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa nilai budaya hubungan manusia dengan diri sendiri salah satunya ialah pandai. Dapat dilihat pada tokoh Nyai Estu yang dalam hal menyinden terbukti dari prestasi-prestasinya.

75 61 2) Suka belajar Suka belajar ditampilkan pada tokoh Tumi yang selalu rajin dalam latihan menyinden dengan Nyai Estu. Hal ini dapat dilihat pada data (42) sebagai berikut. Tidak terkecuali Tumi yang rajin belajar kepada Nyai Estu Suminar. Perempuan ini guru yang baik karena disamping mengajarkan lirik, cengkok, suwara, gregel, nges, wirama, wirasa dan wiraga, juga perihal etika hidup dan pilihan hidup berkesenian (Purwadmadi, 2007: 9-10). Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa Tumi rajin belajar menyinden kepada Nyai Estu karena ia ingin menjadi sinden yang baik. Baik secara seni dan baik karena memiliki budi pekerti seperti gurunya, Nyai Estu. 3) Tidak mudah putus asa Tidak mudah putus asa merupakan sifat manusia pantang menyerah. Selalu berusaha untuk mencapai sebuah tujuan. Nilai budaya hubungan manusia dengan diri sendiri tidak mudah putus asa dapat dilihat pada data (43) sebagai berikut. Gendon, dicurigai oleh banyak orang sebagai pemuda yang memaksa anakanak datang padanya untuk diberi dongengan-dongengan tentang Nabi, para wali, dan para pahlawan. Tapi Gendon tidak surut, ia santai menghadapinya dan tetap suka membantu meringankan beban tetangga semampunya (Admadipurwa, 2007:27). Dari kutipan di atas, penulis menyimpulkan bahwa Gendon adalah pemuda yang pantang menyerah. Niat baiknya untuk mengajarkan hal baik kepada anak-anak dinilai warga negatif, ia tetap semangat mengajarkan kebaikan kepada anak-anak. 4) Mandiri Mandiri adalah keadaan dapat berdiri sendiri; tidak bergantung pada orang lain. Dalam novel Sinden nilai budaya mandiri dapat dilihat pada data (44) sebagai berikut.

76 62 Pikiran Tumi selalu bersih. Sejak kecil, sudah hidup terpisah dari ibu. Ketika Mnten hidup bersama Dipocarito, Tumi tetap dalam rengkuhan bapaknya, Kartosemedi. Di dalam bimbingan seorang ayah itu, ia menjadi gadis yang tumbuh mandiri (Admadipurwa, 2007:85). Dari uraian di atas, penulis menyimpilkan bahwa Tumi memiliki sikap mandiri karena didikan dari ayahnya, Karto. Hidup yang ia jalani dari kecil tanpa seorang ibu menuntut dirinya harus belajar menjadi wanita dewasa meskipun ia belum cukup umur. 3. Skenario pembelajaran novel dengan materi unsur intrinsik dan nilai budaya dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa di kelas XI SMA Dalam pembelajaran sastra di SMA, seorang guru harus memmiliki wawasan yang luas. Dengan demikian guru dapat mengajarkan sastra dengan baik dan diharapkan siswa menerima pelajaran dengan baik. Di bawah ini adalah pembelajaran novel tersebut. a. Kompetensi Inti Memiliki sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia dengan cara mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia dan mengapresiasi sastra Indonesia sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Berkaitan dengan pembelajaran sastra khususnya novel yang penulis kaji adalah novel Indonesia yang berjudul Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. Dalam novel ini terdapat nilai-nilai budaya, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran oleh siswa dengan mengambil nilai positif dalam novel tersebut. b. Kompetensi Dasar Mengembangkan sikap apresiatif dalam menghayati karya sastra.

77 63 c. Indikator Merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian pembelajaran. Indikator berfungsi sebagai tanda yang menunjukkan terjadinya perubahan perilaku siswa. Indikator pembelajaran sastra ini, yaitu: 1) mengidentifikasi unsur intrinsik (tema, latar, alur, tokoh dan penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat) novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa; 2) mengidentifikasi nilai budaya novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa; 3) mengaitkan nilai budaya novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa dalam kehidupan sehari-hari. d. Tujuan Pembelajaran 1) Siswa mampu mengidentifikasi unsur intrisik novel Sinden (tema, latar, alur, tokoh dan penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat). 2) Siswa mampu mengidentifikasi nilai budaya pada novel Sinden yang telah dibaca. 3) Siswa mampu menuliskan isi novel Sinden secara ringkas. e. Materi Pembelajaran Dalam pembelajaran sastra, novel dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra. Materi pembelajaran di kelas XI SMA berdasarkan kompetensi inti dan kompetensi dasar adalah unsur intrisik dan nilai budaya dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa sebagai bahan pembelajarannya. f. Metode pembelajaran Metode pembelajaran menggunakan metode ceramah, metode diskusi kelompok, metode tanya jawab, dan metode pemberian tugas.

78 64 1) Metode ceramah a) Pembelajaran tentang nilai budaya dalam novel Sinden dengan strategi ceramah dapat dilakukan dengan memanfaatkan pengalaman guru maupun siswa. b) Guru menyampaikan materi tentang unsur intrinsik dan nilai budaya dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. 2) Metode diskusi kelompok a) Guru mengarahkan siswa dengan mengumpulkan argumen siswa tentang unsur intrinsik dan nilai budaya novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. b) Guru memberikan kesempatan partisipasi siswa untuk mengomentari argumen kelompok lain. 3) Metode tanya jawab Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi tentang unsur intrinsik dan nilai budaya novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. Guru juga memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab sebelum guru menyimpulkan. 4) Metode pemberian tugas Pemberian tugas dalam pembelajaran novel Sinden dilaksanakan sebelum pertemuan pertama. Sebelum pertemuan pertama siswa diminta mencari dan membaca novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. Selanjutnya, pada pertemuan pertama siswa diminta menganalisis unsur intrinsik dan nilai budaya dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. Pada pertemuan kedua, siswa ditugasi untuk berdiskusi dalam sebuah kelompok dan mempresentasikan hasil analisis yang sudah mereka diskusikan.

79 65 g. Langkah-langkah pembelajaran Pembelajaran novel dengan materi unsur intrinsik dan nilai budaya dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa berfokus pada aspek membaca. Sehubungan dengan hal itu penulis memaparkan skenario pembelajaran berupa RPP (terlampir). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di buat berdasarkan silabus. Di bawah ini disajikan langkah-langkah pembelajaran novel dengan materi unsur intrinsik dan nilai budaya dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa di kelas XI SMA dengan model pembelajaran Cooperatif Learning, yaitu: (1) guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotifasi siswa; (2) guru menyajikan informasi; (3) mengorganisasi siswa dalam kelompok; (4) membimbing siswa dalam belajar kelompok; (5) evaluasi; (6) pengarahan. Adapun skenario dalam pembelajaran di dalam kelas adalah sebagai berikut. 1) Pertemuan ke-1 (alokasi waktu 2x45 menit) a) Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan memimpin do`a dan memberikan motifasi kepada peserta didik menggunakan bagian cerita novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa dengan alokasi waktu 15 menit. b) Guru menyampaikan materi atau menerangkan tentang unsur intrinsik novel dan nilai-nilai dan yang terdapat dalam novel dengan alokasi waktu 30 menit Guru pada tahap ini menggunakan metode ceramah untuk menyampaiakan teori tentang unsur intrinsik dan nilai budaya yang terdapat dalam novel. Metode ceramah dapat juga dikatakan sebagai komunikasi lisan untuk berinteraksi kepada siswa tentang pengalaman yang mereka dapatkan sebelumnya.

80 66 c) Pertemuan sebelum KD. 2.4 ini, guru telah menugaskan kepada siswa untuk mencari dan membaca novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. d) Guru menugasi siswa membuat ringkasan cerita (sinopsis) agar lebih mudah memahami cerita. Mengidentifikasi dan menganalisis unsur intrinsik dan nilai budaya yang terdapat dalam novel Sinden dengan alokasi waktu 30 menit e) Guru dan siswa merefleksi kembali hasil pembelajaran dengan unsur intrinsik dan nilai budaya dalam novel dengan metode tanya jawab dengan alokasi waktu 15 menit. 2) Pertemuan ke-2 (alokasi waktu 2 x 45 menit) a) Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan memimpin do`a dan mengingatkan kembali tentang pembelajaran novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa pada pertemuan sebelumnya dengan alokasi waktu 5 menit. b) Guru menugasi kepada siswa untuk mendiskusikan unsur intrinsik dan nilai budaya dalam novel Sinden dengan alokasi waktu 30 menit. Pada kegiatan ini metode yang digunakan adalah metode diskusi dengan pengelompokkan. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok kemudian, masing-masing kelompok mendiskusikan unsur intrinsik dan nilai budaya yang terdapat dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. Dalam kegiatan diskusi ini siswa tidak hanya berpegang pada hasil pemikiran sendiri, tetapi dapat member dan menerima masukan terhadap jawaban atau hasil pemikiran teman. c) Guru menugasi siswa untuk melaporkan hasil diskusi dengan alokasi waktu 20 menit.

81 67 Pada tahap ini masing-masing kelompok menunjuk seorang perwakilan untuk melaporkan hasil diskusinya di depan kelas secara bergantian. Strategi yang digunakan pada tahap ini adalah membaca atau presentasi. d) Guru melakukan evaluasi untuk mengetahui seerapa banyak materi yang dapat diserap siswa dengan alokasi waktu 30 menit. e) Guru dan siswa merefleksi kembali hasil pembelajaran dengan materi unsur intrinsik dan nilai budaya novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa dengan metode tanya jawab dengan alokasi waktu 5 menit. h. Alokasi Waktu Alokasi waktu yang digunakan dalam pembelajaran novel sesuai dengan silabus, yaitu 2 x pertemuan (4x45menit) i. Sumber Belajar Sumber belajar yang digunakan, yaitu BSE Bahasa Indonesia kelas XI dan buku penunjang yang dapat digunakan seperti: Teori Pengkajian Fiksi karya Burhan Nurgiyantoro, Budaya Mentalitet dan Pembangunan karya Koenjaraningrat. Siswa juga diijinkan menggunakan internet sebagai referensi untuk menambah wawasan tentang unsur intrinsik dan nilai budaya dalam karya sastra. j. Evaluasi Pembelajaran Penilaian proses dari hasil belajar siswa di SMA dapat berlangsung melalui kegiatan, baik lisan maupun tulisan. Evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses belajar mengajar. Evaluasi dimaksudkan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dalam memahami dan mendalami materi yang telah dijelaskan guru. Evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran novel Sinden karya

82 68 Purwadmadi Admadipurwa secara tertulis dengan menggunakan tes objektif dan subjektif. 1) Tugas: siswa diminta berdiskusi untuk memahami struktur dan kaidah teks novel. 2) Observasi: mengamati kegiatan peserta didik dalam proses mengumpulkan data, analisis data dan pembuatan laporan. Indikator perkembangan karakter kreatif, komunikatif, dan kerja keras Tabel 8 Lembar pengamatan kepribadian No Nama siswa Kreatif Komunikatif Kerja Keras BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK Keterangan: 1. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas (Skor 0).

83 69 2. MT (mulai tampak) jika menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas tetaqpi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten (Skor 1). 3. MB (mulai berkembang) jika menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten (Skor 2). 4. MK (mulai membudaya) jika menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas secara terus menerus dan ajeg/konsisten (Skor 3). Penilaian : Nilai=Jumlah skor+1 3) Portofolio : menilai laporan peserta didik tentang struktur dan kaidah teks novel. Tugas: membuat laporan tertulis hasil identifikasi dan analisis unsur intrinsik dan nilai budaya novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa menggunakan bahasa yang baik dan benar. Tabel 9 Penilaian laporan peserta didik tentang struktur dan kaidah teks novel No. Kriteria Penilaian Skor Bobot 1. Pilihan kata a. tepat dan sesuai b. kurang tepat dan sesuai c. tidak tepat dan sesuai Kalimat a. mudah dipahami b. sedikit sulit dipahami c. sulit dipahami 3. Ejaan dan tanda baca a. tidak ada yang salah b. sedikit yang salah c. banyak yang salah

84 70 4) Tes tertulis : menilai kemampuan peserta didik dalam memahami, menerapkan, dan menginterpretasi makna teks novel baik. a) Penilaian soal pilihan ganda Tabel 10 Penilaian soal pilihan ganda Kriteria Skor Jawaban benar 1 Jawaban salah 0 b) Penilaian soal uraian atau esai Tabel 11 Penilaian soal uraian atau esai Kriteria Skor Mampu mengidentifikasi unsur intrinsik dan 5 nilai budaya yang terdapat dalam novel dengan tepat Dalam mengidentifikasi unsur intrinsik dan 3 nilai budaya yang terdapat dalam novel kurang tepat Isi salah 1 Tidak diisi 0 Tabel 12 Nilai akhir Bentuk soal/tugas Skor Total Skor kepribadian Tugas portofolio 10 X 1 10 Pilihan ganda 5 X 1 5 Uraian 2 X 5 10 Nilai=(total skor+15)x2 (35 +15)x2 = 100

85 71 Soal pilihan ganda (tes objektif) 1. Gagasan pokok atau ide sentral yang mendasari sebuah cerita dalam karya sastra yang dihadirkan memalui peristiwa-peristiwa, konflik-konflik, dan situasi tertentu dalam karya sastra merupakan pengertian dari a. Latar b. Alur c. Tema d. Sudut pandang 2. Alur yang digunakan dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa adalah.. a. Maju b. Mundur c. Campuran d. Berputar 3. Ketegasan sikap Nyai Estu membuat semua orang diam dan menurut. Nyai Estu, meski seorang sinden, seorang janda, tetapi memancarkan kewibawaan sebagai seorang perempuan. Itu karena ia selalu menjaga martabat dengan membersihkan batinnya, berperilaku jujur, santun dalam tindakan sehari-hari (Admadipurwa, 2007:62). Kutipan di atas menggambarkan nilai budaya hubungan manusia dengan diri masyarakat. a. Mandiri b. Wibawa c. Percaya kepada Tuhan d. Suka menolong

86 72 4. Di bawah ini nilai budaya hubungan manusia dengan diri sendiri, kecuali.. a. Mandiri b. Kepandaian c. Suka belajar d. Percaya kepada Tuhan 5. Pemuda yang sedang menjalankan piket administrasi di meja tengah pendapa. Melihat kehadiran Ponco, pemuda ini berniat turun dari dingklik dan akan duduk di lantai. Bagaimana keadaan Mangundarma? tanya Ponco sambil mengisyaratkan agar pemuda itu tidak duduk di lantai (Admadipurwa, 2007:124). Kutipan di atas adalah contoh nilai budaya.. a. Hubungan manusia dengan diri sendiri b. Hubungan manusia dengan Tuhan c. Hubungan manusia dengan masyarakat d. Hubungan manusia dengan orang lain Soal bentuk uraian (tes esai) 1. Identifikasilah unsur intrinsik (tema, tokoh dan penokohan, serta amanat) novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa! 2. Identifikasiloah nilai budaya yang terdapat dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa! Kunci jawaban : Soal pilihan ganda 1. C 4. D 2. A 5. D 3. A

87 73 Soal uraian(tes subjektif) 1. Hasil identifikasi unsur intrinsik dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa adalah sebagai berikut: a. Tema novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa adalah perjuangan rakyat Sumberwungu melawan PKI. b. Tokoh dan penokohan 1) Tumi : baik, mandiri, pintar, dan suka belajar. 2) Karto (ayah Tumi) : berani, jujur, tegas. 3) Nyai Estu : berwibawa, pintar, nrimo. 4) Gendon : ringan tangan, cerdas. 5) Rudito : pemabuk, penjudi, penggoda perempuan. 6) Lurah Ponco : keras kepala, berwibawa, licik. c. Amanat: secara tersirat pengarang berpesan kepada pembaca agar selalu menjaga pikiran, perkataan dan perbuatan untuk kebaikan diri kita dan orang-orang disekitar kita. Hal ini dicontohkan melalui tokoh Tumi dan Nyai Estu. Mereka selalu menjaga diri dan nilai-nilai budaya yang ada di dalam masyarakat Sumberwungu. 2. Nilai budaya dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa a. Hubungan manusia dengan diri sendiri i. Kepandaian ii. iii. iv. Suka belajar Tidak mudah putus asa mandiri

88 74 b. Hubungan manusia dengan masyarakat i. Wibawa ii. iii. Musyawarah Gotong royong c. Hubungan manusia dengan orang lain i. Suka menolong ii. iii. iv. Sopan santun Keakraban Simpati

89 75 BAB V PENUTUP Bab ini berisi simpulan dan saran. Simpulan berisi ulasan singkat hasil analisis data dari penelitian ini, sedangkan saran berisi masukan penulis yang berkaitan dengan materi penelitian. A. Simpulan Berdasarkan uraian pada analisis dan pembahasan data hasil penelitian, penelitian ini menghasilkan simpulan sebagai berikut. 1. Unsur intrinsik novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa, meliputi: (a) tema, yaitu perjuangan para seniman dan sebagian masyarakat melawan Partai Komunis: (b) tokoh utama adalah Tumi dan Nyai Estu, sedangkan tokoh tambahan adalah Karto (ayah Tumi), Gendon, Rudito, Lurah Ponco, Mngundarma. Penokohan dalam novel ini dilakukan secara analitik dan dramatik; (c) alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur maju; (d) latar tempat yang digunakan adalah Emper rumah, Kamar tidur, Jalan setapak. Latar waktu yang digunakan adalah siang hari, malam hari, sore hari. Latar tempat dan latar waktu dalam novel ini disajikan secara utuh. Sementara latar social dalam novel, meliputi seorang Sinden, seorang Lurah; (e) sudut pandang yang digunakan adalah orang ketiga mahatahu. Pengarang menggunakan kata ganti orang ketiga, seperti ia, dia, mereka ataupun menyebut nama; (g) amanat yang disampaikan dalam novel bersifat tersirat. Secara tersirat pengarang menyampaikan kepada 75

90 76 pembaca untuk menjaga martabat dengan membersihkan batinnya, berperilaku jujur, santun dalam tindakan sehari-hari. 2. Nilai budaya dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa, yaitu (a) Hubungan manusia dengan masyarakat meliputi: wibawa, gotong royong, musyawarah; (b) Hubungan manusia dengan manusia lain meliputi: ramah, simpati, suka menolong, sopan, dan keakraban; (c) Hubungan manusia dengan dirinya sendiri meliputi: pandai, suka belajar, tidak mudah putus asa, mandiri. 3. Skenario pembelajaran dengan materi unsur intrinsik dan nilai budaya novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa adalah sebagai berikut: (a) guru menugasi siswa 2 minggu sebelum pertemuan KD. 2.4 untuk mencari dan membaca novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa; (b) guru menyampaikan materi tentang unsur intrinsik dan nilai budaya; (c) guru menugasi siswa membuat ringkasan cerita serta mengidentifikasi dan menganalisis novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa; (d) guru menugasi siswa untuk mendiskusikan hasil pekerjaanya secara berkelompok dan mempresentasikan di depan kelas; (e) Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan soal-soal; (f) guru merefleksi hasil kegiatan pembelajaran.

91 77 B. Saran Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis memiliki beberapa saran sebagai berikut. 1. Bagi Peneliti Berikutnya Dalam penelitian ini penulis mengkaji unsur intrinsik dan nilai budaya dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. Oleh karena itu, peneliti berikutnya dapat mengembangkan masalah yang sama secara lebih luas ataupun masalah yang berbeda dari novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. 2. Bagi Guru Guru mempunyai peran yang sangat besar di dunia pendidikan, khususnya guru bahasa Indonesia. Dalam pembelajaran sastra diharapkan guru mampu menumbuhkan minat siswa terhadap dunia sastra. Guru juga diharapkan mampu menerapkan skenario pembelajara dalam penelitian ini. 3. Bagi Siswa Siswa diharapkan mampu mengapresiasi dan menganalisis novel. Selain itu, siswa diharapkan mencintai sastra dengan membaca buku-buku sastra khususnya novel. Novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa layak untuk dibaca karena memiliki nilai estetis yang memuat nilai budaya yang dapat membentuk karakter siswa. 4. Bagi Pembaca Pembaca diharapkan dapat menambah wawasan mengenai pendidikan setelah membaca skripsi ini. Untuk memajukan dunia kesusastraan diharapkan

92 78 adanya penelitian serupa, tetapi dengan ruang lingkup yang lebih luas dan lebih baik, khususnya dalam bidang pendidikan.

93 DAFTAR PUSTAKA Admadipurwa, Purwadmadi Sinden. Yogyakarta. Navila. Alwi, Hasan dkk Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Arikunto, Suharsimi Jakarta:Rineka Cipta. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Depdiknas Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Darmadi, Hamid Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung: Alfabeta. Endraswara, Suwardi Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Jabrohim Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Koentjaraningrat Budaya Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta. Gramedia. Mulyasa, E Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, strategi, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nurgiyantoro, Burhan Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Permendiknas Ejaan yang Disempurnakan. Jakarta. Rahmanto Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Sudaryanto Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana UniversityPress. Sudjiman, Panuti Memahami Cerita Rekaan. Jakarta. Pustaka Jaya. Suprijono, Agus Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sutardjo, Imam Kawruh Basa saha Kasusastran Jawi. Surakarta. Jurusan Sastra Daerah-Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS. Staton, Robert Teori Fiksi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. (Terjemahan Sugihastuti dan Rossi Abi Al Irsyad). Tarigan, H. Guntur Pengajaran Kosakata. Bandung. Angkasa.

94 Tim Penyusun Kamus Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa Edisi keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Waluyo, Herman J Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: UPT Penerbitan dan Percetakan UNS.

95 LAMPIRAN 1 SILABUS MATA PELAJARAN: BAHASA DAN SASTRA INDONESIA (PEMINATAN) Satuan Pendidikan : SMA Kelas/Semester : XI/Ganjil Kompetensi Inti : KI 1 : Mematuhi norma-norma bahasa Indonesia serta mensyukuri dan mengapresiasi keberadaan bahasa dan sastra Indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Memiliki sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia dengan cara mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia dan mengapresiasi sastra Indonesia sebagai sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia KI 2 : KI 3 : KI 4 : Memiliki sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia dengan cara mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia dan mengapresiasi sastra Indonesia sebagai sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang bahasa dan sastra Indonesia serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian bahasa dan sastra yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan pengetahuan bahasa dan sastra Indonesia secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan 81

96 Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian 1.3. Mengetahui dan memahami definisi dan karakteristik sastra, jenis-jenis dan struktur sastra, serta memahami sastra sebagai karya seni dan bidang ilmu yang dekat dengan kita 2.4. Mengembangkan sikap apresiatif dalam menghayati karya sastra Membandingkan karakteristik prosa lama dan baru serta mengapresiasinya Fakta Berbagai contoh prosa lama (hikayat, sejarah/tambo, kisah, dongeng fabel, mite legenda, sage, parabel, dongeng jenaka dan cerita berbingkai) Berbagai prosa baru (roman, novel, cerpen, biografi dan prosa populer) Konsep Ciri-ciri, pengertian prosa lama dan prosa baru Struktur cerita prosa (roman, fakta cerita {alur, penokohan, latar}, sarana sastra {pusat pengisahan, konflik}) Prinsip o Karakteristik prosa lama Mengamati: membaca teks tentang karya sastra bahasa Indonesia mencermati uraian yang berkaitan dengan penggunaan unsur instrinsik dan ekstrinsik Mempertanyakan bertanya jawab tentang hal-hal yang berhubungan dengan isi bacaan. Mengeksplorasi: Mencari dari berbagai sumber informasi tentang penggunaan unsur segmental dan suprasegmental dalam bahasa Indonesia. Membaca novel Indonesia dan novel terjemahan Mengasosiasikan: menyimpulkan hal-hal terpenting dalam penggunaan unsur instrinsik dan ekstrinsik dalam karya sastra mendiskusikan tentang penggunaan Menganalisis unsurunsur ekstrinsik dan intrinsik ( alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) novel Indonsia Menganalisis unsurunsur ekstrinsik dan intrinsik ( alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) novel terjemahan Tugas: para siswa diminta berdiskusi untuk memahami penggunaan unsur instrinsik dan ekstrinsik karya sastra secara individual peserta didik diminta menginterpretasikan penggunaan nilai yang terdapat dalam karya 82

97 Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Karakteristik prosa baru Prosedur Karakteristik prosa lama dan prosa baru Jenis prosa lama dan prosa baru nilai yang terdapat dalam karya sastra Mengomunikasikan: menuliskan laporan kerja kelompok tentang penggunaan unsur instrinsik dan ekstrinsik dalam karya sastra membacakan hasil kerja kelompok di depan kelas, siswa lain memberikan tanggapan menginterpretasikan penggunaan nilai dalam karya sastra Menganalisis unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik ( alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) novel Indonsia dan terjemahan Membandingkan unsur ekstrinsik dan intrinsik novel terjemahan dengan novel Indonesia sastra Observasi,: mengamati kegiatan peserta didik dalam proses mengumpulkan data, analisis data dan pembuatan laporan. Portofolio : menilai laporan peserta didik tentang Tes tertulis : menilai kemampuan peserta didik dalam memahami, menerapkan, dan menginterpretasikan penggunaan nilai-nilai dalam karya sastra Membandingkan unsurnekstrinsik dan intrinsik novel terjemahan dengan novel Indonesia. 83

98 84

99 LAMPIRAN 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi waktu : SMA : Bahasa dan Sastra Indonesia : XI/I : Perbandingan prosa lama dan prosa baru : 2x (2x45 menit) 2x pertemuan A. Kompetensi Inti KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan menunjukkan sikap pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam kehidupan sosial secara efektif dengan memiliki sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia serta mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia dan mengapresiasi sastra Indonesia. B. Kompetensi Dasar 2.4 : Mengembangkan sikap apresiatif dalam menghayati karya sastra. C. Indikator 1. Mengidentifikasi Unsur intrinsik novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa 2. Mengidentifikasi nilai budaya novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. 3. Mengaitkan unsur ekstrinsik (nilai budaya) novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa dengan kehidupan sehari-hari. 4. Mengembangkan sikap apresiatif dalam menghayati karya sastra. 84

100 D. Tujuan Pembelajaran Setelah proses menggali informasi melalui berbagai fakta, menanya konsep, berdiskusi atas fakta dan konsep, menginterprestasi mengasosiasi dan mengomunikasikan, siswa dapat : 1. Membaca novel dengan baik dan benar, 2. Mengidentifikasi nilai budaya novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. 3. Mengaitkan unsur ekstrinsik (nilai budaya) novel Sinden) karya Purwadmadi Admadipurwa dengan kehidupan sehari-hari, 4. Menuliskan isi cerita novel dengan ringkas. E. Materi Pembelajaran Dalam pembelajaran sastra, novel dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra. Materi pembelajaran di kelas XI SMA berdasarkan kompetensi inti dan indikator adalah nilai-nilai yang terkandung dalam novel seperti nilai budaya dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa sebagai bahan pembelajarannya. F. Metode Pembelajaran Ceramah Diskusi Kerja kelompok Tanya Jawab, dan Pemberian tugas G. Alokasi Waktu Sesuai dengan silabus, waktu yang disediakan untukpembelajaran novel, yaitu 2x (2x45) menit atau 2x pertemuan 85

101 H. Media, Alat dan Sumber Pembelajaran 1. Media : Internet Lab bahasa 2. Alat/bahan LCD, Tape recorder, laptop Naskah cerita Novel Sinden Buku-buku karya sastra prosa baru Koran, majalah, kliping tentang cerpen, novel dll 3. Sumber Belajar Bahasa Indonesi: Ekspresi Diri dan Akademik Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. I. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1 Kegiatan Deskripsi Alokasi waktu Pendahuluan Guru mengucapkan salam dan mengajak berdoa 5 menit Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Siswa menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan Isi (kegiatan Inti) Apersepsi dan Motivasi. Mengamati Guru menyampaikan materi 80 menit 86

102 Penutup masing-masing siswa mencoba dan mencermati (mencari dan menemukan unsur intrinsik dan ekstrinsik novel dibacanya) dan mencatat atau meringkas apa yang telah ia baca Menanya guru mengajak siswa untuk menggapi penyampaian materi Antar-siswa dalam saling bertanya, konfirmasi tentang hal-hal ditemukan untuk dibahas jika ada perbedaan atas temuan masing-masing. Mendefinisikan atas dasar temuannya Mencoba Guru mengajak siswa untuk membuat ringaksan novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa dan mengidentifikasi serta menganalisis unsure intrinsic dan nilai budaya Guru dan siswa merefleksi kembali hasil kegiatan belajar denan materi unsur ekstrinsik (nilai budaya) dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. Guru menutup pertemuan dengan berdoa dan mengucapkan salam. 5 menit Pertemuan 2 Kegiatan Deskripsi Alokasi waktu Pendahuluan Guru mengucapkan salam dan mengajak berdoa 10 menit Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya kegiatan Inti Mengamati 75 menit Guru mengulas kembali materi sebelumya Kelas dibagi menjadi 6 kelompok Mencoba Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis unsur ekstrinsik ( nilai budaya) yang terdapat dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. 87

103 Penutup Menguraikan nilai budaya dari naskah yang dikajinya untuk bahan bahasan dengan kelompok lain. Menanya Antarsiswa dalam kelompok saling bertanya, konfirmasi tentang hasil identifikasi yang ditemukan untuk dibahas jika ada perbedaan atas temuan masing-masing. Mengomunikasikan Guru menugaskan siswa untuk mempresntasikan hasil pekerjaan melalui perwakilan kelompok. Perwakilan masing-masing kelompok (bisa dipilih dan ditunjuk guru) menyampaikan/menayangkan hasil kesimpulannya. Melaporkan hasil penelitian dan pengembangan (tertulis/lisan) tentang unsur intrinsik dan nilai budaya. Guru dan siswa merefleksi kembali hasil kegiatan belajar denan materi unsur ekstrinsik (nilai budaya) dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. Guru menutup pertemuan dengan berdoa dan mengucapkan salam. 5 menit J. Evaluasi a. Kompetensi Sikap: Observasi Penilaian diri b. Kompetensi Pengetahuan: Tes tertulis Tes lisan 88

104 c. Kompetensi Keterampilan: Tes praktik, Portofolio 89

105 LAMPIRAN 3 SINOPSIS Tumi adalalah seorang gadis desa yang lugu. Kesehariannya hanyalah merawat rumah dan latihan menyinden di tempat Nyai Estu. Sinden kondang yang sudah terkenal di seluruh Sumberwungu. Keseriusan Tumi dalam belajar menyinden membuat Nyai Estu menganggap ia seperti anaknya sendiri. Tumi berparas cantik bak kembang desa yang sedang mekar. Hal ini membuat Rudito, putra tunggal Lurah Sumberwungu menyuruh ayahnya untuk melamarkan Tumi untuk dirinya. Menanggapi hal itu Tumi dan ayahnya, menolak lamaran tersebut dengan pertimbangan kelakuan Rudito yang suka mabuk, main perempuan, dan judi. Penolakan lamaran tersebut membuat Ruditi sakit hati. Seperti hari-hari biasa kemudian Rudito mabuk-mabukan dan kali ini Tumi berniat memperkosa Tumi. Akan tetapi, usaha Rudito gagal justru mengakibatkan dirinya terkapar di halaman rumah Tumi karena kelelahan mengejar Tumi. Adanya Rudito terkapar di halaman rumah Tumi dimanfaatkan Mangundarma untuk menculiknya supaya Rudito seakan-akan dibunuh oleh Karto karena hendak memperkosa Tumi. Mangundarma ingin mengadu-domba Lurah Ponco dan Karto agar ia dapat menjadi Lurah di Sumberwungu. Mangundarma adalah politikus Partai Komunis. 90

106 Para seniman dan sebagian masyarakat yang tau akan hal ini mulai resah. Guru Tarman, Gendon, dan beberapa tokoh lainya mempersiapkan strategi untuk melawan Mangundarma yang ingin menahklukan Sumberwungu dengan ideologi komunisnya itu. Mangundarma dianggap sudah keterlaluan. Selain mengadakan pertunjukkan Ketoprak Tobong setiap malam yang memuat cerita doktrin tentang ideologi komunis yang dipertontonkan warga, kali ini ia membuat fitnah seakan-akan Karto pembunuh. Hal ini dilakukan agar persatuan warga Sumberwungu pecah dan gampang dikuasai oleh partai komunis. Strategi para seniman dan sebagian warga adalah mencetak Sinden-sinden berbakat dengan budi pekerti dan ahlak yang baik agar dapat menjadi contoh warga Sumberwungu. Strategi lain mereka juga menguatkan intelektual masyarakat dengan sekolah yang diampu oleh guru Tarman. Penguatan iman juga tidak luput dari strategi seniman, yaitu dijalankan oleh Gendon yang tekun mengajar mengaji dan menceritakan tokoh-tokoh agama dan nabi-nabi. Sumberwungu benar-benar bergejolak. Saat ketegangan yang ada di masyarakat hamper memuncak, tiba-tiba partai komunis dinyatakan terlarang oleh pemerintah. Para tokoh partai seperti Lurah Ponco, Mangundarmo, dan Nyi Suparni diciduk oleh tentara dan lenyap entah dimana. Sumberwungu kembali tenang, wargapun dapat kembali menikmati pertunjukkan wayang tanpa cerita-cerita doktrin yang mereka sendiri sebenarnya tidak tahu. 91

107 LAMPIRAN 4 Riwayat Hidup Purwadmadi Admadipurwa Purwadmadi Admadipurwa lahir 26 Maret 1960 di Gunung Kidul. Pendidikan terakhir S1 Bahasa dan Sastra FKSS IKIP Negeri Yogyakarta (1979, sekarang FBS-UNY) Pendidikan tambahan berupa pelatihan bidang Jurnalisti, Bahasa Media, dan Periklanan. Pernah menjadi wartawan beberapa media Jogja, Jakarta, dan Bali antara Staf dan pengajar di Padepokan Seni Bagong Kassudiarja Yogyakarta ( ). Menulis artikel dan cerpen di berbagai media. Fiksi yang pernah ditulisnya, diantaranya, Anak (Cerpen, juara 1 Porseni Mahasiswa Nasional III, 1984). Lelaki Tua Jembatan Bantar (Cerpen, Juara 1 Lomba Nasional, 1991). Kisah Perjalanan Si Boing (Cerbung Anak-anak, Majalah Gatotkaca, 1987). Prahasta (Cerbung Anak-anak, Majalah Gatotkaca, 1988). Lembuting Olah Katresnan (Cerbung Bahasa Jawa, Majalah Mekar Sari, 1988). Malam-malam Taraweh (Cerbung Anak-anak, Majalah Suara Muhammadiyah, Yogya Post. 1992). Boing Gugat (Cerbung Anak-anak Harian Yogya Post. 1992). Guru Tarno (Cerpen dalam buku Antologi Cerpen Guru Tarno, Bernas-Biagraf, Yogyakarta, 1994). Rembulan Jingga di Atas Tahta (Cerbung Silat, Harian Yogya Post, ). Gerak Sunyi Empu Tari (Cerita terbaik Lomba Penulisan Cerita Ditjen RTF Deppen, 1996). Sastra Indonesia Yogyakarta, Memangnya Ada? (Esei Sastra, Juara Lomba Esei Dewan Kesenian Propinsi DIY-Pusat Studi Kebudayaan dan Perubahan Sosial UGM : 2000). Larakan (Novel Serial Silat Laskar Sabrang ( Penerbit Aditera, Bandung: Februari 2007) Buku Joget mbagong, di sebalik Tarian Bagong Kassudiarja (Yayasan Bagong Kassudiarja, Yogyakarta: 2006, diterbitkan Departemen Pariwisata dan Kebudayaan). Tulisan lain berupa artikel di buku 92

108 dan berbagai media, scenario sinetron/televisi dan scenario tari untuk karya-karya Bagong Kassudiarja, naskah iklan/copy. Cerpen-cerpennya dimuat di media massa cetak di Jogja, Semarang, Surabaya, dan Jakarta. Mengajar penulisan Naskah Iklan di Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIPOL Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, mengajar Penulisan Features di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIPOL UPN Veteran Yogyakarta dan Mengelola BanyuMili Art & Edu Promo, Yogyakarta. 93

109 LAMPIRAN 5 DATA UNSUR INTRINSIK NOVEL SINDEN KARYA PURWADMADI ADMADIPURWA Tabel 2 Data Tema dalam Novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa Nomor Data Halaman Buku Tema Kutipan 1 71 Ponco kamu memang sewenang-wenang. Dasar! kata Tarman tegas. Meski kata-katanya belum usai namun semua cukup maklum, yang dimaksud Tarman. Lurah Ponco membeliak mendengar kata-kata keras itu. Lurah Ponco selalu menonak dituduh komunis meski ia selalu berhubungan dengan orang-orang partai (Admadipurwa, 2007:71) Pak Mantri dan Tarman memang merasa sudah saatnya memusuhi Ponco dan Mangun secara terangterangan. Sebab kalau tidak, kasihan rakyat yang tak berdosa dan tak tahu papa-apa, jadi korban ambisi mereka. Dan Tarman juga tahu, Ponco dan Mangun tak seberapa berbahaya disbanding dengan ajaranajarannya. Pak Mantri, Tarman dan Gendon bertekad membendung pengaruh Ponco. Pak Mantri yang mengupayakan kesejahteraan warga, Tarman yang berusaha mencerdaskan kehidupan rakyat dan Gendon memberikan siraman rokhani. (Purwadmadi, 2007: 72) 3 89 Estu ingin melahirkan sinden bersuara emas yang kondang. Ia ingin mencetak sinden. Ia ingin Tumi menjadi kembang sinden dan mengalahkan semua sinden yang dipersiapkan orang-orang Poncodriyo. Ia ingin berjuang melalui sinden. Melalui seorang anak dara, Tumi (Purwadmadi, 2007: 89) Murid Ki Dipocarito tidak hanya banyak tersebar di Argalaksa tetapi juga melebar sampai di daerah Surakarta dan Yogyakarta. Apabila Ki Dipocarito dapat berkompromi dan menjalankan misi partai, maka seni pedalangan dan karawitan akan gampang ditekuk bertekuk lutut pada propaganda partai. Demikian 94

110 juga dengan Nyai Estu Suminar yang memiliki banyak murid sinden (Admadipurwa, 2007:247). Nomor Data Halaman Buku Tabel 3 Data Latar dalam Novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa Latar Kutipan 5 7 Latar Tempat Karto duduk di lincak, bagian emper rumahnya. Waktu itu Tumi baru saja pulang berlatih nyinden di rumah Nyai Estu, sinden ternama. Tumi cercita-cita menjadi sinden (Admadipurwa, 2007:7) Siang tadi, Karto pergi ke ladang mengairi tanamannya sepeninggalan Tumi berangkat belajar nyinden ke rumah Nyai Estu. Ia membiarkan Rudito, terlelap mabuk di emperan rumahnya. Hingga seperempat malam ia di ladangnya pekedemikian biasanya ia lakukan (Admadipurwa, 2007:58) Tumi tak kuasa menolak. Begitu masuk kamar itu Tumi langsung terperangah. Sebuah kamar yang mewah, tempat tidur lebar berkelambu. Almari besar berisi baju-baju indah. Baunya harum melati dan di pojok ruangan terdapat sebuah songsong (paying kebesaran) yang tertutup dan sebilah tombakdengan landeyan (tangkai) panjang. Pusaka yang menemani selama ini (Admadipurwa, 2007:46) Tidak tau kenapa orang-orang yang yang lewat jalan itu selalu menapak di tempat orang lain juga menapak sehingga di bagian tersebut rumput tak tumbuh. Seperti kebiasaan orang desa, berjalan selalu beriringan muka belakang bukan berjajar berjalan bersama. Rumputan di kanan kiri jalan setapak malam itu tampak hitam (Admadipurwa, 2007:58). 95

111 9 18 Latar Waktu Siang semakin membumbung. Hari panas namun angin gunung sabar menyejukkannya. Karto selesai menganyam kipas. Dalam duduk siang di emperan rumahnya, Karto seperti membiarkan lamunannya mengembang. Saat sedang menyeruput the pahitnya, Tumi berlarian, tergopoh-gopoh, menangis tanpa membawa apapun. Bahkan ia hanya mengenakan kain jarit penutup tubuhnya (Admadipurwa, 2007:18) Hari berangkat malam. Tinggal Tumi yang masih berada di rumah Nyai Estu. Kawanya, sesama gadis yang belajar sinden kepada Nyai Estu sudah pada pulang sejak sebelum senja. Tumi biasanya menghabiskan malam latihannya berdua dengan Nyai Estu. Tumi menginap, menemani Nyai Estu dan esoknya baru pulang (Admadipurwa, 2007:44) Hari makin sore dan sinar matahari tak lagi begitu panas. Anak-anak gembala sudah mulai menggiring ternak ke pinggir sungai yang banyak ditumbuhi rumput liar. Penggembala itu melihat Tumid dan Tarman sedang duduk-duduk di bawah asam kranji, tebing kali Sumberwungu (Admadipurwa, 2007:159) Gembala meneruskan langkahnya, memburu kerbaunya yang akan makan tanaman di ladang orang. Mereka menatap anak gembala makin menjauh melangkah menuju lereng rumput. Mereka bertiga beranjak meninggalkan kali berbatas rimbun daun-daun pandan. Banyak orang dewasa di Sumberwungu yang mulai gelisah. Hari makin senja, matahari seakan begitu cepat melorot ke kaki langit (Admadipurwa, 2007:163) Seperti warga desa lainnya, Tuwuh adalah warga kebanyakan. Biasa-biasa saja. Tuwuh tumbuh menjadi pemuda lumrah. Kelebihannya, ia kuliah di Yogya dan sudah hamper selesai studi di universitas terkemuka. Warga menganggapnya sebagai pemuda yang berkecukupan karena warisan dari ibunya lebih dari cukup untuk hidup. Yang paling pokok, Tuwuh dikenal sebagai putra tunggal almarhum Nyai Renggomanis, sinden atau biduanita dalam karawitan Jawa. Ibunya sinden ternama (Admadipurwa, 2007:2) Tetapi Kartosemedi teguh pada pendiriannya. Ia menempuh semua resiko jika Lurah Sumberwungu akan mempersulit dirinya di kemudian hari. Kartosemedi ingin anak gadisnya itu dapat mencapai cita-cita 96

112 sebagai sinden sekaligus merantas tradisi kawin cerai yang dialami banyak pesinden (Admadipurwa, 2007:17). Nomor Data Halaman Buku Tabel 4 Data Sudut Pandang dalam Novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa Sudut Pandang Kutipan Rudito dikenal sebagai pemuda yang serba susah. Kesukaannya, berjudi, mabuk, dan main perempuan. Bahkan sangat doyan mengganggu isteri orang. Semua warga Sumberwungu menngetahui tingkah polah Rudito, namun tidak seorangpun berani melawan. Kekuasaan Poncodriyo sangat besar, bahkan makin tambah besar. Tumi tahu, Rudito makin mengejarnya. Namun, gadis itu tidak ambil peduli (Admadipurwa, 2007:11) Tumi tumbuh menjadi gadis remaja yang baik. Ia biasa bekerja di ladang. Ia biasa menyiapkan makan untuk bapaknya. Ia juga menbgurus ayam-ayam piaraannya. Ia juga mengurus rumahnya yang mungil hingga menjadi bersih dan rapih (Admadipurwa, 2007:14). 97

113 Nomor Data Halaman Buku Tabel 5 Data Alur dalam Novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa Alur Kutipan 17 5 Tahap penyituasian (situation) Ya, warga desa di Sumberwungu belum pernah merasa sepenting saat ini. Sebuah desa yang lama tenggelam dalam katagori miskin dan layak menerima bantuan pengentasan kemiskinan, kini berubah menjadi desa yang amat diperhatikan. Ketika rasa bangga terhadap Tuwuh itu muncul dari sebagian warga, tiba-tiba mereka harus kembali tenggelam dalam ketakutan. Sebab, hari-hari terakhir ini mereka terkena larangan Kepala Desa untuk tidak memberi keterangan kepada siapa saja yang datang ke Sumberwungu. Terlebih-lebih kepada wartawan. Semua harus membisu dan hanya Pak Kades yang berhak memberi keterangan. Jika dilanggar, mereka akan dicap PKI dan ikut menanggung dosa-dosa Tuwuh, penyair dan pendemo yang hilang itu (Admadipurwa, 2007:5) Tahap pemunculan konflik (generating circumstances) Kini Poncodriyo sangat bersemangat memimpin desanya. Melakukan banyak kegiatan. Desa Sumberwungu menjadi hidup tetapi juga menyimpan kebencian, dendam, dan pergolakan kepentingan yang sewaktuwaktu bias meledak menjadi perseteruan antar- sesame warga. Tanda-tanda kea rah sana sudah mulai ada (Admadipurwa, 2007:51) Tahap peningkatan konflik (rising action) Dari tadi siang lho nganbruknya ditempat saya Bu, sela Tumi. saya juga sudah minta Mas Gendon melapor ke kelurahan, tapi kok ya nggak ada yang mengurusnya. Saya anggap itu kejadian lumrah. Lalu saya tinggal ke tegalan. Baru setelah malam saya pulang lho kok 98

114 dia nggak ada. Ya sudah mungkin sudah diambil keluarganya. Saya sudah menduga Tumi menginap disini. Saya pun masuk rumah dan siap tidur. Tapi menjelang tengah malam, mendenngar orang merintih di depan rumah. Setelah saya tengok, eee lhadalah, Raden Rudito berlumuran darah. Saya kaget dan panik. Lalu saya lari kemari (Admadipurwa, 2007:56) Tahap klimaks (climax) Nyai Estu ikut tegang. Berjalan perlahan kea rah Karto yang berjongkok mengamati bekas-bekas bercak darah. Yang lain kemudian mencari tahu. Dan malam itu berubah menjadi sebuah kekacauan. Rudito tidak ditemukan. Rudito hilang (Admadipurwa, 2007:61). Tahap penyelesaian (denoument) Puncaknya dialami langsung oleh Nyai Estu, yaitu ketika kekuasaan Poncodriyo mulai digunakan untuk memaksa warga. Perkara hilangnya Rudito, penangkapan Karto dan raibnya Gendon seakan berlalu begitu saja. Apalagi setelah Ponco, Nyi Suparni, Romo Pus dan Wati ditangkapi oleh tentara. Perkara-perkara lama tak ada lagi yang mengutik-utik. Para pamong desa sampai para dukuhpun diminta berhenti dari jabatan dan digantikan oleh para karetaker. Margonosucitro pun konon telah dikabarkan hilang tak tahu rimbanya. Mungkin dia sudah dihabisi dan dimasukkan ke dalam luweng, sumur gua alam tanpa dasar. Mangun dan Nyi Suparni ditangkap bersama Margonosucitro saat mereka sedang rapat tertutup di kantor partai (Admadipurwa, 2007:271). 99

115 Nomor Data Halaman Buku Tabel 6 Data Tokoh dalam Novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa Tokoh Kutipan Tokoh Utama Tumi tumbuh menjadi gadis remaja yang baik. Ia biasa bekerja di ladang. Ia biasa menyiapkan makan untuk bapaknya. Ia juga menbgurus ayam-ayam piaraannya. Ia juga mengurus rumahnya yang mungil hingga menjadi bersih dan rapih (Admadipurwa, 2007:14) Ketegasan sikap Nyai Estu membuat semua orang diam dan menurut. Nyai Estu, meski seorang sinden, seorang janda, tetapi memancarkan kewibawaan sebagai seorang perempuan. Itu karena ia selalu menjaga martabat dengan membersihkan batinnya, berperilaku jujur, santun dalam tindakan sehari-hari (Admadipurwa, 2007:62) Tokoh Tambahan Rudito dikenal sebagai pemuda yang serba susah. Kesukaannya, berjudi, mabuk, dan main perempuan. Bahkan sangat doyan mengganggu isteri orang. Semua warga Sumberwungu menngetahui tingkah polah Rudito, namun tidak seorangpun berani melawan. Kekuasaan Poncodriyo sangat besar, bahkan makin tambah besar. Tumi tahu, Rudito makin mengejarnya. Namun, gadis itu tidak ambil peduli (Admadipurwa, 2007:11) Tetapi Kartosemedi teguh pada pendiriannya. Ia menempuh semua resiko jika Lurah Sumberwungu akan mempersulit dirinya di kemudian hari. Kartosemedi ingin anak gadisnya itu dapat mencapai cita-cita sebagai sinden sekaligus merantas tradisi kawin cerai yang dialami banyak pesinden (Admadipurwa, 2007:17). 100

116 26 22 Gendon adalah pemuda desa yang sangat ringan tangan membantu tetangga. Pemuda yang sangat luwes bekerja, bias mengerjakan pekerjaan halus dan kasar. Ia baik kepada siapa saja. Ia juga rajin berguru jauh di desa lain. Di rumahnya ia membangun langgar kecil, setiap magrib ia lantunkan suara adzan (Admadipurwa, 2007:22) Perangkat desa itu sudah menuangkan sedikit teh ke dalam cangkirnya. Kaki kanannya diangkat ke atas dingklik. Tangan kanannya mengangkat cangkir. Cangkir itu kemudian digoyang-goyangkannya. Air teh yang panas bergerak merata ke seluruh permukaan cangkir. Mangun menggerakkan cangkirnya sambil menatap Karto. Bibirnya tersenyum tipis dan tatapannya tampak sayu. Keseluruhan wajahnya memperlihatkan raut muka mengejek atau malah menghina Karto (Admadipurwa, 2007:75) Ia sejak muda sudah terlihat bakatnya menjadi pemimpin. Namun, ketika masa tuanya, kepemimpinannya berubah menjadi berperangai keras. Rakyatnya sering dikumpulkan dib alai desa dan dilatih fisik dan mentalnya. Kadang mereka diharuskan mendengarkan pidato dari radio transistor. Radio itu satu-satunya di desa Sumberwungu. Sebuah radio berukuran besar mirip rak buku yang batrainya mirip kotak sebesar accu truk. Rakyat suka menunggu dan terlena oleh pidato yang menggelegar itu (Admadipurwa, 2007:24). 101

117 LAMPIRAN 6 DATA NILAI BUDAYA DALAM NOVEL SINDEN KARYA PURWADMADI ADMADIPURWA Tabel 7 Data Nilai Budaya dalam Novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa Nomor Data Halaman Buku Nilai Budaya Kutipan Wibawa Gotong Royong Musyawarah Ketegasan sikap Nyai Estu membuat semua orang diam dan menurut. Nyai Estu, meski seorang sinden, seorang janda, tetapi memancarkan kewibawaan sebagai seorang perempuan. Itu karena ia selalu menjaga martabat dengan membersihkan batinnya, berperilaku jujur, santun dalam tindakan sehari-hari (Admadipurwa, 2007:62). Rakyat sering dikerahkan bergotong royong mengerjakan tanah-yanah milik desa. Juga merembet mengerjakan tanah-tanah milik sesama warga. Mereka bekerja didului apel berbaris lalu bernyanyi penuh semangat (Admadipurwa: 24-25). Anak-anak didikmu bisa ikut seleksi, ndak apa-apa. Nah, iyu. Kamu juga dapat dispensasi., lagi. Ini penghormatan besar untukmu, untuk keluarga kita, Estu. 102

118 Ramah Simpati Nyai Estu sanggup, ta? Saya belum bisa menjawab. Saya pikirkan, dan jawaban kesediaan saya akan saya sampaikan setelah saya berembug dengan anak-anak. Ya, zaman sekarang apa-apa harus dibicarakan. Dimusyawarahkan. Tapi jangan lama-lama. Sekali lagi ini perintah negara, kata Margono tandas (Admadipurwa: 118). Pak Pancar sebagai tuan rumahtampak lega dan sangat ramah. Mempersilahkan semuanyauntuk duduk dan berbicara sambil menikmati hidangan yang telah disediakan oleh bu Pancar (Admadipurwa: 182). Tumi sebenarnya bingung tetapi tidak tahu harus berbuat apa. Setiap orang kini membicarakan hilangnya Rudito dan ditangkapnya Kartosemedi. Berita itu belum mereda, disusul tidak munculnya Gendon yang juga menghilang selepas melapor ke komandan Distrik. Kini, tiap malam banyak tetangga menemani Tumi di rumahnya (Admadipurwa, 2007:154) Para tetangga menganggap keluarga Tumi masih tertimpa musibah. Mereka berbesar hati karena semangat berada di rumah Tumi malam sebagai bentuk simpati yang harus mereka berikan kepada Tumi. Karto lagi apes, atau sedang tertimpa kemalangan. Hidup yang saban hari hanya digunakan untuk pergi ke ladang, kini harus mempunyai banyak urusan dengan penguasa (Admadipurwa, 2007:194) Suka menolong Sopan Merasa kasihan Karto menyeret tubuh koboi kampung itu dan melentangkan tubuh lunglainya di lincak bambu. Terpaksa Karto membuka kancing baju anak muda yang meski berwajah ganteng, badannya krempeng dan tak ada potongan laki-laki gagah berurat (Admadipurwa, 2007:20). 103

119 He, guru Tarman. Kamu datang tanpa tata krama, tidak kulonuwun, tidak permisi. Kamu itu menantunya adik saya, isterimu itu keponakan saya. Aku ini, pakdemu. Kalau tak saya ijinkan dia tak bisa kawin denganmu, he? Kamu juga tidak saya undang kemari. Datang-datang langsung bertanya sambil berdiri macam begitu. Guru macam apa itu? (Admadipurwa, 2007:69) Pemuda yang sedang menjalankan piket administrasi di meja tengah pendapa. Melihat kehadiran Ponco, pemuda ini berniat turun dari dingklik dan akan duduk di lantai. Bagaimana keadaan Mangundarma? tanya Ponco sambil mengisyaratkan agar pemuda itu tidak duduk di lantai (Admadipurwa, 2007:124) Gendon naik ke pendapa dengan merunduk lalu dengan laku ndodok, berjalan berjongkok, mendekat ke arah Ponco yang duduk di kursi kayu tengah pendapa memandang dengan mata tajam. Mangundarma tersenyum melihat Gendon yang dating dengan santun itu (Purwadmadi, 2007: 32) Keakraban Meski tak pernah sengaja, Tumi seakan telah menjadi anak pungutnya. Nyai Estu sudah menganggap Tumi sebagai anaknya. Apalagi, ibu Tumi sekarang menjadi salah satu isteri Dipocarito. Secara nalur, sesama maru adalah saudara. Yang lebih dulu diperistri seorang laki-laki menempati struktur kekerabatan lebih tua. Jadi Nyai Estu merasa lebih tua dan dituakan oleh Minten. Setiap kali bertemu, Minten selalu menyebut Nyai Estu dengan, Mbakyu Estu, sugeng, selamat sejahtera..mbakyu.. sambil tangannya menggenggam tangan Nyai Estu lalu mengecupnya (Admadipurwa, 2007:18) Setelah Estu memperlihatkan sesungguhan dan berkali-kali juara nembang (menyanyi tembang Jawa) di sekolah ataupun antar- sekolah Tamansiswa di JawaTengah dan Jawa Timur, Poncosuwito, orang tua Estu membolehkannya meneruskan latihan menjadi sinden (Purwadmadi, 2007: 53) Suka belajar 104

120 Tidak terkecuali Tumi yang rajin belajar kepada Nyai Estu Suminar. Perempuan ini guru yang baik karena disamping mengajarkan lirik, cengkok, suwara, gregel, nges, wirama, wirasa dan wiraga, juga perihal etika hidup dan pilihan hidup berkesenian (Purwadmadi, 2007: 9-10) Tidak mudah putus asa Mandiri Gendon, dicurigai oleh banyak orang sebagai pemuda yang memaksa anak-anak datang padanya untuk diberi dongengan-dongengan tentang Nabi, para wali, dan para pahlawan. Tapi Gendon tidak surut, ia santai menghadapinya dan tetap suka membantu meringankan beban tetangga semampunya (Admadipurwa, 2007:27). Pikiran Tumi selalu bersih. Sejak kecil, sudah hidup terpisah dari ibu. Ketika Mnten hidup bersama Dipocarito, Tumi tetap dalam rengkuhan bapaknya, Kartosemedi. Di dalam bimbingan seorang ayah itu, ia menjadi gadis yang tumbuh mandiri (Admadipurwa, 2007:85). 105

121 LAMPIRAN 6 DATA NILAI BUDAYA DALAM NOVEL SINDEN KARYA PURWADMADI ADMADIPURWA Tabel 7 Data Nilai Budaya dalam Novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa Nomor Data Halaman Buku Nilai Budaya Kutipan Wibawa Gotong Royong Musyawarah Ketegasan sikap Nyai Estu membuat semua orang diam dan menurut. Nyai Estu, meski seorang sinden, seorang janda, tetapi memancarkan kewibawaan sebagai seorang perempuan. Itu karena ia selalu menjaga martabat dengan membersihkan batinnya, berperilaku jujur, santun dalam tindakan sehari-hari (Admadipurwa, 2007:62). Rakyat sering dikerahkan bergotong royong mengerjakan tanah-yanah milik desa. Juga merembet mengerjakan tanah-tanah milik sesama warga. Mereka bekerja didului apel berbaris lalu bernyanyi penuh semangat (Admadipurwa: 24-25). Anak-anak didikmu bisa ikut seleksi, ndak apa-apa. Nah, iyu. Kamu juga dapat dispensasi., lagi. Ini penghormatan besar untukmu, untuk keluarga kita, Estu. 94

122 Ramah Simpati Nyai Estu sanggup, ta? Saya belum bisa menjawab. Saya pikirkan, dan jawaban kesediaan saya akan saya sampaikan setelah saya berembug dengan anak-anak. Ya, zaman sekarang apa-apa harus dibicarakan. Dimusyawarahkan. Tapi jangan lama-lama. Sekali lagi ini perintah negara, kata Margono tandas (Admadipurwa: 118). Pak Pancar sebagai tuan rumahtampak lega dan sangat ramah. Mempersilahkan semuanyauntuk duduk dan berbicara sambil menikmati hidangan yang telah disediakan oleh bu Pancar (Admadipurwa: 182). Tumi sebenarnya bingung tetapi tidak tahu harus berbuat apa. Setiap orang kini membicarakan hilangnya Rudito dan ditangkapnya Kartosemedi. Berita itu belum mereda, disusul tidak munculnya Gendon yang juga menghilang selepas melapor ke komandan Distrik. Kini, tiap malam banyak tetangga menemani Tumi di rumahnya (Admadipurwa, 2007:154) Para tetangga menganggap keluarga Tumi masih tertimpa musibah. Mereka berbesar hati karena semangat berada di rumah Tumi malam sebagai bentuk simpati yang harus mereka berikan kepada Tumi. Karto lagi apes, atau sedang tertimpa kemalangan. Hidup yang saban hari hanya digunakan untuk pergi ke ladang, kini harus mempunyai banyak urusan dengan penguasa (Admadipurwa, 2007:194) Suka menolong Sopan Merasa kasihan Karto menyeret tubuh koboi kampung itu dan melentangkan tubuh lunglainya di lincak bambu. Terpaksa Karto membuka kancing baju anak muda yang meski berwajah ganteng, badannya krempeng dan tak ada potongan laki-laki gagah berurat (Admadipurwa, 2007:20). 95

123 He, guru Tarman. Kamu datang tanpa tata krama, tidak kulonuwun, tidak permisi. Kamu itu menantunya adik saya, isterimu itu keponakan saya. Aku ini, pakdemu. Kalau tak saya ijinkan dia tak bisa kawin denganmu, he? Kamu juga tidak saya undang kemari. Datang-datang langsung bertanya sambil berdiri macam begitu. Guru macam apa itu? (Admadipurwa, 2007:69) Pemuda yang sedang menjalankan piket administrasi di meja tengah pendapa. Melihat kehadiran Ponco, pemuda ini berniat turun dari dingklik dan akan duduk di lantai. Bagaimana keadaan Mangundarma? tanya Ponco sambil mengisyaratkan agar pemuda itu tidak duduk di lantai (Admadipurwa, 2007:124) Gendon naik ke pendapa dengan merunduk lalu dengan laku ndodok, berjalan berjongkok, mendekat ke arah Ponco yang duduk di kursi kayu tengah pendapa memandang dengan mata tajam. Mangundarma tersenyum melihat Gendon yang dating dengan santun itu (Purwadmadi, 2007: 32) Keakraban Meski tak pernah sengaja, Tumi seakan telah menjadi anak pungutnya. Nyai Estu sudah menganggap Tumi sebagai anaknya. Apalagi, ibu Tumi sekarang menjadi salah satu isteri Dipocarito. Secara nalur, sesama maru adalah saudara. Yang lebih dulu diperistri seorang laki-laki menempati struktur kekerabatan lebih tua. Jadi Nyai Estu merasa lebih tua dan dituakan oleh Minten. Setiap kali bertemu, Minten selalu menyebut Nyai Estu dengan, Mbakyu Estu, sugeng, selamat sejahtera..mbakyu.. sambil tangannya menggenggam tangan Nyai Estu lalu mengecupnya (Admadipurwa, 2007:18) Setelah Estu memperlihatkan sesungguhan dan berkali-kali juara nembang (menyanyi tembang Jawa) di sekolah ataupun antar- sekolah Tamansiswa di JawaTengah dan Jawa Timur, Poncosuwito, orang tua Estu membolehkannya meneruskan latihan menjadi sinden (Purwadmadi, 2007: 53) Suka belajar 96

124 Tidak terkecuali Tumi yang rajin belajar kepada Nyai Estu Suminar. Perempuan ini guru yang baik karena disamping mengajarkan lirik, cengkok, suwara, gregel, nges, wirama, wirasa dan wiraga, juga perihal etika hidup dan pilihan hidup berkesenian (Purwadmadi, 2007: 9-10) Tidak mudah putus asa Mandiri Gendon, dicurigai oleh banyak orang sebagai pemuda yang memaksa anak-anak datang padanya untuk diberi dongengan-dongengan tentang Nabi, para wali, dan para pahlawan. Tapi Gendon tidak surut, ia santai menghadapinya dan tetap suka membantu meringankan beban tetangga semampunya (Admadipurwa, 2007:27). Pikiran Tumi selalu bersih. Sejak kecil, sudah hidup terpisah dari ibu. Ketika Mnten hidup bersama Dipocarito, Tumi tetap dalam rengkuhan bapaknya, Kartosemedi. Di dalam bimbingan seorang ayah itu, ia menjadi gadis yang tumbuh mandiri (Admadipurwa, 2007:85). 97

125

126

127

128

129

NILAI BUDAYA DALAM NOVEL SINDEN KARYA PURWADMADI ADMADIPURWA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI BUDAYA DALAM NOVEL SINDEN KARYA PURWADMADI ADMADIPURWA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI BUDAYA DALAM NOVEL SINDEN KARYA PURWADMADI ADMADIPURWA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Hendri Wiyono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo hendriwiyono11@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Firman Allah SWT. Dalam Surat Al-Mujaadilah [58:11]:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Firman Allah SWT. Dalam Surat Al-Mujaadilah [58:11]: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Firman Allah SWT. Dalam Surat Al-Mujaadilah [58:11]: ي ا أ ي ه ا آم ن وال إ ذ ا ق يل ل ك م ت ف س ح وا ف ي ل م ج ال س ف اف س ح وا ي ف س ح الل ه ل ك م و إ ذ ا ق يل ان

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup secara tepat dimasa akan datang atau dapat juga didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup secara tepat dimasa akan datang atau dapat juga didefinisikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang dikakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan merupakan bentuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA Oleh: Tati Mulyani Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Ady Wicaksono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Adywicaksono77@yahoo.com Abstrak: Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas manusia. Dimana manusia merupakan kekuatan sentral dalam pembangunan, sehingga mutu dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jati diri dan membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. jati diri dan membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha manusia secara sadar untuk pembentukan jati diri dan membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat. Untuk membina kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

NILAI MORAL DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI MORAL DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI MORAL DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Ari Handayani Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi peserta didik melalui kegiatan pengajaran. Menurut Sugiyono (2013:42) pendidikan adalah

Lebih terperinci

NILAI MORAL NOVEL BULAN KARYA TERE LIYE DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION DI KELAS XI SMA

NILAI MORAL NOVEL BULAN KARYA TERE LIYE DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION DI KELAS XI SMA NILAI MORAL NOVEL BULAN KARYA TERE LIYE DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION DI KELAS XI SMA Oleh: Nur Panca Pramudiyanto Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan. Hal ini karena pendidikan kini telah menjadi salah satu kebutuhan yang mendasar bagi manusia.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA SMA Negeri 1 Wonogiri Mata Pelajaran/Tema : Bahasa Indonesia/ Kelas/Semester Waktu : XI / Ganjil : 1 x Pertemuan (2 x 45 menit) Hari : Kamis, 23 Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan di Indonesia telah dijabarkan dalam Undang-Undang. Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan di Indonesia telah dijabarkan dalam Undang-Undang. Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan identitas penting dalam kehidupan manusia. Diakui atau tidak pendidikan telah mengantarkan manusia pada tingkat peradaban yang tinggi. Pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN NILAI-NILAI AKHLAK DALAM MENUNTUT ILMU DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PURBALINGGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PENERAPAN NILAI-NILAI AKHLAK DALAM MENUNTUT ILMU DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PURBALINGGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PENERAPAN NILAI-NILAI AKHLAK DALAM MENUNTUT ILMU DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PURBALINGGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) pada program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Teknologi (IPTEK) merupakan salah satu faktor penunjang yang penting

BAB I PENDAHULUAN. dan Teknologi (IPTEK) merupakan salah satu faktor penunjang yang penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator kemajuan suatu bangsa adalah berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dengan baik. Dewasa ini Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam ajaran agama Islam, umat Islam diperintahkan untuk semangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam ajaran agama Islam, umat Islam diperintahkan untuk semangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam ajaran agama Islam, umat Islam diperintahkan untuk semangat dalam menuntut ilmu, seperti semangatnya ketika sedang berperang. Dalam berperang umat Islam harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia diciptakan dengan sebaik-baik bentuk dan dibekali dengan berbagai potensi untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan adalah laksana eksperimen yang tidak pernah selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. * Seluruh Teks dan terjemah Al-Qur`ān dalam skripsi ini dikutip dari Microsoft Word Menu Add-Ins

BAB I PENDAHULUAN. * Seluruh Teks dan terjemah Al-Qur`ān dalam skripsi ini dikutip dari Microsoft Word Menu Add-Ins BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan zaman di era globalisasi semakin menjadikan tantangan bagi manusia untuk terus mengembangkan kemampuan yang dimiliki dalam berbagai aspek kehidupan.

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI-NILAI MORAL NOVEL RAMAYANA KARYA SUNARDI D.M. DAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS NILAI-NILAI MORAL NOVEL RAMAYANA KARYA SUNARDI D.M. DAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS NILAI-NILAI MORAL NOVEL RAMAYANA KARYA SUNARDI D.M. DAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Yusuf Dwi Wibowo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sejenis Penelitian lain yang membahas tentang Citra Perempuan adalah penelitian yang pertama dilakukan oleh Fitri Yuliastuti (2005) dalam penelitian yang berjudul

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada diri pembaca. Karya juga merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI Ma mur Saadie SASTRA GENRE SASTRA nonimajinatif - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan harian Puisi imajinatif Prosa Fiksi Drama GENRE SASTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI

IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI Oleh: Ariyadi Kusuma Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM CERPEN JALAN LAIN KE ROMA KARYA IDRUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA

NILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM CERPEN JALAN LAIN KE ROMA KARYA IDRUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA NILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM CERPEN JALAN LAIN KE ROMA KARYA IDRUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Ika Yuliastuti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang dialaminya

Lebih terperinci

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN ENCEP KUSUMAH MENU UTAMA PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN UNSUR PROSA FIKSI CERPEN NOVELET NOVEL GENRE SASTRA SASTRA nonimajinatif Puisi - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional merupakan pelaksanaan pendidikan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional merupakan pelaksanaan pendidikan suatu negara 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pendidikan nasional merupakan pelaksanaan pendidikan suatu negara bardasarkan sosio kultural, psikologis, ekonomis, dan politis. Pendidikan tersebut ditujukan

Lebih terperinci

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL SEPENGGAL BULAN UNTUKMU KARYA ZHAENAL FANANI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL SEPENGGAL BULAN UNTUKMU KARYA ZHAENAL FANANI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ASPEK SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL SEPENGGAL BULAN UNTUKMU KARYA ZHAENAL FANANI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Kukuh Iman Ujianto Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradapan manusia yang terus berkembang. Hal ini sejalan dengan pembawaan manusia yang memiliki potensi kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang dituangkan dalam bahasa. Kegiatan sastra merupakan suatu kegiatan yang memiliki unsur-unsur seperti pikiran,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: unsur intrinsik, nilai religius, bahan pembelajaran sastra.

ABSTRAK. Kata kunci: unsur intrinsik, nilai religius, bahan pembelajaran sastra. NILAI RELIGIUS NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA Oleh Leny Dhamayanti Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Dhamayanti_cubby@yahoo.com ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, yang berkaitan dengan memperjuangkan kepentingan hidup manusia. Sastra merupakan media bagi manusia untuk berkekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berfikir secara kritis dan mandiri serta menyeluruh dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berfikir secara kritis dan mandiri serta menyeluruh dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang mampu menciptakan sumber daya manusia yang berfikir secara kritis dan mandiri serta menyeluruh dalam memecahkan masalah. Semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL MOGA BUNDA DISAYANG ALLAH KARYA TERE-LIYE DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL MOGA BUNDA DISAYANG ALLAH KARYA TERE-LIYE DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL MOGA BUNDA DISAYANG ALLAH KARYA TERE-LIYE DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Heni Purwatiningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

NILAI RELIGIUS NOVEL KERLING SI JANDA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

NILAI RELIGIUS NOVEL KERLING SI JANDA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA NILAI RELIGIUS NOVEL KERLING SI JANDA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Diah Retnosari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan

BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang esensial dalam kehidupan. Karena dengan pendidikan, manusia dapat dibedakan dengan makhluk lain yang menempati alam ini. Kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan membaca karya sastra pembaca atau masyarakat umum dapat mengetahui kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksak berbagai ide dan kesimpulan. 1 Matematika tidak lepas dari. sebagaimana yang ada dalam QS. Mujadilah ayat 11 :

BAB I PENDAHULUAN. secara eksak berbagai ide dan kesimpulan. 1 Matematika tidak lepas dari. sebagaimana yang ada dalam QS. Mujadilah ayat 11 : ذ ل ذ ل ذ ل BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah angka-angka dan perhitungan yang merupakan bagian dari hidup manusia. Matematika menolong manusia menafsirkan secara eksak berbagai ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra yang lahir di tengah-tengah masyarakat merupakan hasil imajinasi atau ungkapan jiwa sastrawan, baik tentang kehidupan, peristiwa, maupun pengalaman

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Umi Fatonah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 31 ayat 1 dan 3 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. 31 ayat 1 dan 3 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan

Lebih terperinci

Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia NILAI-NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL SURAT DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN DI SMA Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Ntriwahyu87@gmail.com

Lebih terperinci

TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA NOVEL ELANG DAN BIDADARI KARYA PUPUT SEKAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA

TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA NOVEL ELANG DAN BIDADARI KARYA PUPUT SEKAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA NOVEL ELANG DAN BIDADARI KARYA PUPUT SEKAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA Oleh: Wahyuningsih Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang 1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI MORAL NOVEL HADIAH KECIL DARI TUHAN KARYA ADI RUSTANDI DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS NILAI MORAL NOVEL HADIAH KECIL DARI TUHAN KARYA ADI RUSTANDI DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS NILAI MORAL NOVEL HADIAH KECIL DARI TUHAN KARYA ADI RUSTANDI DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Ika Chandra Deviana Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya tentang hakikat kehidupan dengan

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA Oleh: Intani Nurkasanah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

NILAI MORAL NOVEL KUTITIPKAN AZEL KEPADAMU KARYA ZAYYADI ALWY DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI MORAL NOVEL KUTITIPKAN AZEL KEPADAMU KARYA ZAYYADI ALWY DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI MORAL NOVEL KUTITIPKAN AZEL KEPADAMU KARYA ZAYYADI ALWY DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Febri Rizki Ananda Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan pengungkapan realitas kehidupan masyarakat secara imajiner. Dalam hal ini, pengarang mengemukakan realitas dalam karyanya berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu, pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. individu, pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan. Hal ini karena pendidikan kini telah menjadi salah satu kebutuhan yang mendasar bagi manusia.

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI SOSIOLOGI NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS IX SMA

ANALISIS NILAI SOSIOLOGI NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS IX SMA ANALISIS NILAI SOSIOLOGI NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS IX SMA Oleh: Wisanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian mengenai karakterisasi dalam novel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan dunia pendidikan merupakan salah satu sektor terpenting dalam pembangunan nasional. Melalui pendidikan inilah diharapkan akan lahir manusia Indonesia

Lebih terperinci

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Anifah Restyana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA.

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA. NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA. Oleh : Gilang Ratnasari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP-Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

NILAI MORAL NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI MORAL NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI MORAL NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Meyin Mulyanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTERNOVEL BURLIANKARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBALAJARANNYA DI SMA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTERNOVEL BURLIANKARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBALAJARANNYA DI SMA NILAI PENDIDIKAN KARAKTERNOVEL BURLIANKARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBALAJARANNYA DI SMA Oleh: Dwi Erfiana Kurniawati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia erfiana@ymail.com ABSTRAKPenelitian ini bertujuanuntuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kualitas manusia yang dalam pelaksanaanya merupakan suatu proses yang berkesinambungan pada setiap jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dari sekolah, selain mengembangkan pribadinya. Pemberian

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dari sekolah, selain mengembangkan pribadinya. Pemberian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan yang dihadapi bangsa indonesia adalah masih rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang pendidikan. Rendahnya mutu pendidikan dipengaruhi

Lebih terperinci

PERBEDAAN STRATEGI PEMBELAJARAN LIGHTENING THE LEARNING CLIMATE DAN EKSPOSITORI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PERBEDAAN STRATEGI PEMBELAJARAN LIGHTENING THE LEARNING CLIMATE DAN EKSPOSITORI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA ISSN : 2460 7797 e-issn : 2614-8234 Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/fbc Email : fibonacci@umj.ac.id Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika PERBEDAAN STRATEGI PEMBELAJARAN LIGHTENING THE LEARNING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai suatu bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai, baik tujuan yang dirumuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan cerminan keadaan sosial masyarakat yang dialami pengarang, yang diungkapkan kembali melalui perasaannya ke dalam sebuah tulisan. Dalam tulisan

Lebih terperinci

STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN MEDIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN UNTUK ANAK DIFABEL (TUNAGRAHITA) DI SLB MARSUDI PUTRA I BANTUL

STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN MEDIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN UNTUK ANAK DIFABEL (TUNAGRAHITA) DI SLB MARSUDI PUTRA I BANTUL STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN MEDIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN UNTUK ANAK DIFABEL (TUNAGRAHITA) DI SLB MARSUDI PUTRA I BANTUL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua penelitian ilmiah dimulai dengan perencanaan yang seksama, rinci, dan mengikuti logika yang umum, Tan (dalam Koentjaraningrat, 1977: 24). Pada dasarnya

Lebih terperinci

PERAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBENTUK MORAL SISWA PADA ERA GLOBALISASI DI SMP MUHAMMADIYAH TERPADU MOGA SKRIPSI

PERAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBENTUK MORAL SISWA PADA ERA GLOBALISASI DI SMP MUHAMMADIYAH TERPADU MOGA SKRIPSI PERAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBENTUK MORAL SISWA PADA ERA GLOBALISASI DI SMP MUHAMMADIYAH TERPADU MOGA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PERANAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DALAM PERLINDUNGANNYA TERHADAP DANA SIMPANAN NASABAH BANK

SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PERANAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DALAM PERLINDUNGANNYA TERHADAP DANA SIMPANAN NASABAH BANK SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PERANAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DALAM PERLINDUNGANNYA TERHADAP DANA SIMPANAN NASABAH BANK Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah hasil ciptaan manusia yang mengandung nilai keindahan yang estetik. Sebuah karya sastra menjadi cermin kehidupan yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa, berbudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA

NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA Oleh: Eka Destiani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo Ekadestiani0@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembelajaran sastra merupakan bagian dari pembelajaran bahasa yang harus dilaksanakan oleh guru. Guru harus dapat melaksanakan pembelajaran sastra dengan menarik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia. Pemerintah selalu berupaya untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia. Pemerintah selalu berupaya untuk mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu tolak ukur dalam kemajuan suatu bangsa tak terkecuali bangsa Indonesia. Pemerintah selalu berupaya untuk mewujudkan tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil karya cipta manusia yang mengandung daya imajinasi dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Menurut Wellek dan Warren (1993:14) bahasa

Lebih terperinci