1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1 PENDAHULUAN. Latar Belakang"

Transkripsi

1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian-penelitian telah dilakukan untuk mengkaji pengaruh manajemen lingkungan terhadap kinerja finansial yang merupakan ketertarikan yang alami. Stanwick dan Stanwick (2000), Zhao (2006), Schneider (2008), Moneva dan Ortas (2009), Bae (2009), Wingard dan Vorster (2001) memilih indikatorindikator finansial seperti ROR (Return on Revenue), ROA (Return on Asset), OPR (Operating Revenue), ROE (Return on Equity), ROC (Return on Capital), EVA (Economic Value Added), biaya hutang, penjualan, dan nilai saham. Pada indikator lingkungan dan K3 (LK3), para peneliti ini memilih baik indikator langsung lingkungan spesifik seperti konsentrasi polutan, beban pencemaran dan indikator lingkungan tidak langsung yang bersifat umum seperti tingkat keterbukaan lingkungan, tanggung jawab lingkungan, CSR dan efektivitas penerapan Sistem Manajemen Lingkungan. Hasil yang diperoleh bervariasi antara satu penelitian dengan penelitian lain. Beberapa penelitian menemukan pengaruh positif kinerja lingkungan terhadap kinerja finansial (Stanwick dan Stanwick 2000, Schneider 2008), sebaliknya peneliti lain mendapatkan hasil kinerja lingkungan menurunkan indikator ekonomi organisasi (Zhao 2006) seperti anggapan banyak pihak bahwa mengelola lingkungan dan K3 hanya memberikan beban pada perusahaan. Namun, diantaranya penelitian juga membuktikan hasil yang netral atau tidak adanya pengaruh antara kedua variabel. Dengan kata lain, kinerja lingkungan dan K3 belum pasti mengurangi atau meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan. Kelompok peneliti lain mengamati pengaruh indikator lingkungan dan K3 tidak langsung sebagai bagian dari konstruk besar CSR dimana elemen LK3 hanya merupakan bagian yang mengkontribusi pengaruh keseluruhan. Velde et al. (2005), Moneva dan Ortas (2009), Mc Peak dan Dai (2011) membuktikan bahwa CSR atau isu lingkungan dan K3 yang terdapat didalamnya memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan. Penggunaan variabel tidak langsung belum menjelaskan pengaruh spesifik lingkungan atau K3 karena aspek ini hanya merupakan bagian dari sekumpulan faktor-faktor yang disebut sebagai CSR. Para peneliti juga memberikan perhatian pada faktor-faktor yang dapat memberikan kinerja yang berkesinambungan (sustainable performance) dalam kaitannya dengan keunggulan kompetitif. Penelitian dan tulisan tentang nilai pemegang saham (shareholder value) dan nilai pemangku kepentingan (stakeholder value) dibuat oleh Laszlo et al (2005), Loebakka dan Lewis (2009), Schaltegger dan Figge (2000), York (2009), Reinhardt (2000), Porter dan van der Linde (1995), Epstein dan Young (1999), Funk (2003), Hoffman (2000) dan Srivastava et al (1998). Para peneliti menegaskan pengembangan keunggulan kompetitif yang merupakan kinerja intangible perusahaan dicapai melalui interaksi perusahaan dengan para pemangku kepentingan untuk meningkatkan nilai pemegang saham (Laszlo et al 2005, Schaltegger dan Figge 2000). Reinhardt

2 2 (2000) menegaskan bahwa tujuan didirikannya perusahaan untuk menciptakan, mengendalikan dan mendistribusikan ulang nilai (value). Oleh karena itu, kebijakan lingkungan dan K3 harus cocok dengan strategi peningkatan nilai atau mengurangi faktor resiko. Pendekatan pragmatis dengan mendorong penerapan lingkungan dan peningkatan nilai memberikan kesempatan perusahaan untuk meninggalkan pesaing dan peraturan pemerintah (York 2009). Menurut Loebakka dan Lewis (2009), Pemangku kepentingan perusahaan adalah setiap orang yang dapat mempengaruhi keluaran perusahaan atau setiap orang yang dapat dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan. Kedua peneliti mengutip Freeman et al (2004) yang mengatakan bahwa teori pemangku kepentingan merupakan penghubung utama antara praktek bisnis, kinerja dan etika. Teori Pemangku kepentingan menyebutkan bahwa pihak-pihak yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan selain pemegang saham, yaitu karyawan, pelanggan, pemasok, investor, komunitas, pemerintah, kelompok politik, asosiasi perdagangan, dan serikat pekerja (Hoffman 2000). Dalam kaitan ini, Epstein dan Young (1999) menyebutkan bahwa perusahaan yang berkesinambungan (sustainable business) adalah perusahaan yang tumbuh dan memiliki pendapatan finansial tinggi melalui faktor ekonomi, sosial dan kebutuhan para pemangku kepentingan termasuk karyawan, pelanggan, masyarakat, penegak hukum, dan pihak-pihak terkait lainnya. Tiga dimensi utama pembangunan berkelanjutan adalah ekonomi, sosial dan lingkungan yang sering disebut tiga pondasi utama. Epstein dan Young (1999) meringkas bahwa: 1) Eksekutif puncak menekankan kewajiban etis dan akuntabilitas termasuk tanggung jawab sosial, transparansi dan pengikatan konstruktif dengan pemangku kepentingan luar, 2) melakukan inisiatif pemenuhan melebihi ketentuan peraturan yang berlaku, 3) komunitas finansial yang mulai mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai kinerja finansial menyeluruh. Srivastava et al. (1998) ikut mengembangkan konsep pemasaran berdasarkan nilai pemegang saham (Shareholder value) pada sektor lingkungan yang mendorong pengamatan terhadap indikator intangible. Seperti disampaikan oleh Fernandez (2002) bahwa ukuran-ukuran finansial berorientasi masa lalu sedangkan besaran non finansial memberikan prediksi kinerja perusahaan di masa depan. Penelitian-penelitian mulai melihat manfaat intangible dari masalahmasalah lingkungan dan K3 sebagai sarana untuk mencapai keunggulan kompetitif. Seperti didefinisikan oleh CIMA (2004), pemasaran berbasis nilai adalah suatu proses manajemen yang menghubungkan secara efektif strategi, pengukuran dan proses operasional yang berakhir pada penciptaan nilai pemegang saham. Han (2000) mengamati manfaat-manfaat ini sebagai bagian dari pengaruh aspek manajemen mutu dan TQM yang lebih dulu berkembang daripada aspek lingkungan dan K3. Terkait dengan ini, Young (2000) menemukan bahwa kepuasan pelanggan terhadap kinerja LK3 memberikan keuntungan finansial dalam jangka panjang. Dalam upaya melihat pengaruh aspek lingkungan dan K3, GEMI (2004) dan Funk (2003) membuat model tentang peningkatan aset intangible dan aset tangible yang berasal dari manajemen internal yang baik termasuk dalam memenuhi tuntutan aspek keselamatan, kesehatan dan lingkungan. Croft Kan (2005) mengusulkan istilah legitimasi, reputasi, dan CSR

3 3 dalam konstruk keunggulan kompetitif ini yang ditambahkan oleh Peters (2007) berupa kepuasan pelanggan. Di dalam kedua fokus penelitian tersebut, para peneliti lain tertarik mengkaji strategi dan pilihan strategi pimpinan organisasi dalam menanggapi tuntutan eksternal dan internal dengan sumber daya internal yang dimiliki. Jauh sebelum penerapan SML dan SMK3 diminati oleh perusahaan, Prakash (1997) meneliti alasan korporat yang menunjukkan perilaku mencintai lingkungan dan menerapkan beyond compliance serta menemukan bahwa penyebabnya terletak pada preferensi pemimpinnya. Penelitian-penelitian yang mengikuti fokus ini antara lain Lee (2003), Wallace (2004) dan Moon (2005). Lorton (2006) dan Loebakka (2008) mengamati strategi dari sudut pandang Ansoff dan Mc Donnel (1990) yang memfokuskan kajian pada interelasi antara agresitivitas, tanggapan dan postur perusahaan ketika mengalami turbulensi yang disebabkan isu lingkungan dan K3. Kedua peneliti mengamati karakter proaktif dan reaktif yang menjadi bentuk tanggapan organisasi. Tema pilihan pendekatan strategi ini banyak dilakukan oleh para peneliti sesudahnya seperti Mitra et al (2008), Hong (2009), Fraj-Andres (2009), Menguc (2010), Clemens dan Bakstran (2010), Betts (2011) dan Kim (2012). Dengan latar belakang uraian di atas, penelitian yang mengkaji strategi perusahaan untuk meningkatkan kinerja LK3 dalam upaya mencapai keunggulan kompetitif tinggi dan keuntungan ekonomi tinggi akan melengkapi penelitianpenelitian sebelumnya. Penelitian ini mengusulkan suatu model penerapan manajemen lingkungan dan K3 yang mempengaruhi pencapaian kinerja LK3 perusahaan berdasarkan strategi yang dipilih. Selain itu, penelitian ini menggabungkan aspek lingkungan dan K3 yang belum menjadi fokus oleh penelitian-penelitian sebelumnya. Masalah Manajemen Kecelakaan kerja dan pencemaran lingkungan merupakan resiko yang harus dihadapi oleh perusahaan. Data menunjukkan jumlah kecelakaan kerja meningkat pada tahun 2011 sebesar kasus atau rata-rata 414 kasus perhari dibandingkan tahun 2010 sebesar dan tahun 2009 sebesar kasus. Rincian kecelakaan kerja tahun 2010 adalah 1965 meninggal dunia, 31 cacat total, 3662 cacat fungsi, 2313 cacat sebagian dan berhasil sembuh total (Pusat Data Tenaga Kerja 2013). Sedangkan kasus pencemaran lingkungan mencapai rata-rata 70 kasus setiap tahun dan diperkirakan meningkat dari tahun ke tahun hingga 50 sampai 70 persen dibandingkan tahun 2012 ( 2012). Dalam skala global terjadi berbagai macam kecelakaan besar yang langsung menyebabkan kerusakan lingkungan maupun korban jiwa seperti di Bhopal (1984), Chernobyl (1987), Exxon Valdez (1990), Piper Alpha (1989), dan British Petroleum di Teluk Meksiko (2009). Dalam jangka panjang, kecelakaankecelakaan tersebut menyebabkan dampak negatif pada kesehatan masyarakat luas dan karyawan perusahaan itu sendiri. Kasus Bhopal dan Chernobyl menunjukkan bahwa dampak kesehatan pada penduduk sekitar hingga hari ini

4 4 masih menjadi beban yang harus ditanggung semua pihak. Selain itu, terjadinya kasus-kasus kecelakaan besar tersebut menunjukkan fakta bahwa manajemen yang baik melalui standarisasi aktivitas, penerapan prosedur dengan konsisten, kepedulian dan kompetensi karyawan serta komitmen manajemen diperlukan supaya masalah yang sama tidak terjadi. Beberapa kasus tersebut harus diselesaikan di pengadilan dengan belasan kasus berakhir pada pemberian hukuman pada perusahaan dalam bentuk pidana dan penalti perdata. Ini belum termasuk penyelesaian melalui mediasi atau penyelesaian di luar pengadilan dimana perusahaan menyetujui untuk melakukan perbaikan yang ditentukan pihak penegak peraturan terhadap media lingkungan yang tercemar. Sebagai contoh, perusahaan tambang emas dalam kasus Buyat telah menyetujui pembayaran dana sebesar US$ 350 juta diluar dana tambahan jika terbukti adanya pencemaran lingkungan. PT Adei Plantation Industri yang terlibat kebakaran hutan di Pelalawan, Riau membayar ganti rugi Rp 9.6 miliar, PT Palur Raya (pabrik kimia) di Surakarta membayar ganti rugi Rp 1.1 miliar dan MT Natuna Sea (pelayaran) yang terlibat pencemaran minyak di laut membayar ganti rugi US$ 2.6 juta ( 2012). Kejadian ini merupakan beberapa contoh dari daftar panjang penyelesaian masalah pencemaran dan kecelakaan kerja. Kerugian lain yang ditanggung perusahaan adalah penghentian operasi sementara atau permanen. Ini berarti hilangnya kesempatan bisnis dan kerusakan citra dan reputasi perusahaan. Dalam perannya melindungi lingkungan dan masyarakat, pemerintah di berbagai negara terus menerus menerbitkan peraturan-peraturan baru yang semakin ketat dan meningkatkan penegakan hukum terhadap pelanggaran atau kelalaian yang dilakukan perusahaan (Yusof 2008). Undang-undang Pengelolaan Lingkungan Hidup telah bermetamorfosis dari konsep pengawasan seperti terdapat di dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 menjadi konsep pencegahan dan pembangunan berkelanjutan dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun Sejalan dengan perubahan konsep ini dan mengikuti perkembangan pembangunan, Pemerintah Indonesia telah menerbitkan 50 buah lebih peraturan lingkungan baru dan 15 buah menggantikan peraturan lama. Dalam sektor Kecelakaan dan kesehatan Kerja (K3), perusahaan harus mengikuti 5 Undang-undang, 50 peraturan pemerintah mengenai keselamatan dan 12 mengenai kesehatan. Hal ini menunjukkan dinamika perubahan dan pertumbuhan peraturan yang terjadi dan akan terus berlangsung di masa depan dimana organisasi harus mampu mengikuti dan mematuhinya. Peraturan tentang lingkungan dan K3 berkembang bersama dan saling melengkapi yang didorong oleh kenyataan bahwa sumber dan resiko dapat terjadi dalam suatu peristiwa kecelakaan yang sama seperti disebutkan di atas. Kesamaan sumber resiko, peristiwa kecelakaan dan pengendaliannya mendorong perusahaan untuk melihat aspek lingkungan dan K3 sebagai satu kesatuan. Namun, dalam kenyataannya di Indonesia belum dapat dipastikan integrasi kedua aspek teknis tersebut telah diterapkan dalam perencanaan dan penerapan pengelolaan lingkungan dan K3. Dinamika yang sama juga berlangsung dalam tataran internasional ketika berbagai badan dunia, kelompok negara regional dan/atau usahawan-usahawan

5 5 menetapkan berbagai jenis kesepakatan lingkungan dan keselamatan kerja: Protokol Montreal untuk perlindungan lapisan ozon, Protokol Kyoto untuk perubahan iklim, Konvensi Basel terkait pengangkutan limbah bahan berbahaya dan beracun lintas negara, dan Keputusan International Labour Organization (ILO) Nomor 178 tentang Chemical Management. Standar Sistem Manajemen Lingkungan International Standardization Organization (ISO) dan Sistem Manajemen K3 Occupational Health & Safety Assessment Series (OHSAS) merupakan contoh kesepakatan yang diterima dengan sangat baik oleh dunia internasional dan menjadi pendorong signifikan bagi upaya-upaya penerapan perlindungan lingkungan dan proteksi keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Standar ISO diterbitkan pertama kali pada tahun 1996 dan OHSAS diterbitkan pertama kali pada tahun Dalam rantai pasok produk, pemasok harus mengikuti ketentuan Contractor Safety Management Sistem (CSMS) yang berisi proses seleksi dan evaluasi pemasok berdasarkan kriteria lingkungan dan keselamatan kerja. Perusahaan harus mampu mengikuti ketentuan-ketentuan yang diterima oleh pasar seperti standar internasonal atau ketentuan-ketentuan spesifik diwajibkan oleh pembelinya. Dalam perspektif perusahaan, terlihat bahwa perusahaan melakukan manajemen resiko yang menggabungkan antara aspek lingkungan (SML) dan aspek K3 (SMK3). Standardisasi Masyarakat internasional mendorong diterbitkannya standar-standar internasional baik pada spesifikasi produk dan proses manajemen suatu organisasi untuk memastikan pemenuhan spesifikasi teknis dan konsistensi pemenuhan spesifikasi serta kinerja perusahaan. Standar internasional dikembangkan oleh badan-badan standardisasi internasional (British Standard Institution, International Standardization Organization, International Labour Organization, Occupational Safety Health Association) untuk digunakan diseluruh dunia. Adopsi standar internasional oleh suatu negara dapat menghasilkan standar nasional yang setara dan secara substansial mirip dengan standar internasional yang dijadikan sumber. Beberapa standar ISO yang sangat dikenal dan diterapkan secara luas adalah standar sistem manajemen yang memberikan suatu model untuk diikuti ketika menyusun dan mengoperasikan suatu sistem manajemen. Semua standar ISO merupakan hasil dari konsensus para ahli di seluruh dunia. Oleh karena itu, melalui penerapan standar sistem manajemen, organisasi memperoleh manfaat dari pengalaman manajemen global dan praktek-praktek terbaik. Standar-standar ini dapat diterapkan pada organisasi, besar atau kecil, apapun jenis produk atau jasa serta sektor kegiatannya. Sistem manajemen yang efektif memberikan manfaat-manfaat meliputi: penggunaan sumber daya yang lebih efektif, manajemen resiko lebih baik, peningkatan kepuasan pelanggan karena konsistensi dalam memberikan jasa dan produk yang dijanjikan. Tabel 1 menunjukkan 5 jenis standar sistem manajemen terkait jumlah perusahaan tersertifikasi dan jumlah negara yang mengadopsinya.

6 6 Standarisasi dalam manajemen lingkungan dan K3 mencapai jumlah pencapaian terbaik melalui sertifikasi ISO yang mencapai perusahaan di 150 negara. Jumlah ini masih bertambah karena perusahaan yang mengajukan sertifikasi bertambah termasuk pada sektor-sektor industri lainnya. Banyak perusahaan menerapkan CSR berdasarkan kerangka ISO tetapi karena standar tersebut ditetapkan sebagai pedoman atau bukan sebagai standar sertifikasi sistem manajemen maka tidak ada kebutuhan perusahaan untuk melakukan sertifikasi penerapan ISO Tabel 1 Standar Internasional pada Sistem Manajemen No Standar sistem manajemen 1 ISO 9001 Quality Management System 2 ISO Environmental Management System Jumlah perusahaan tersertifikasi Jumlah negara Keterangan > Terbitan 1 tahun 1987 Terbitan 2 tahun 1994 Terbitan 3 tahun 2000 Terbitan 4 tahun Terbitan 1 tahun 1996 Terbitan 2 tahun OHSAS Occupational Health Safety Assessment Series Tidak ada informasi Terbitan 1 tahun 1999 Terbitan 2 tahun ISO Corporate Social Responsibity 5 ISO Food safety management system 0 0 Terbitan 1 tahun Terbitan 1 tahun 2005 Terbitan 2 tahun 2013 Sumber: (2014) Good Corporate Governance Para pemangku kepentingan lain seperti masyarakat, karyawan, investor, perbankan, asuransi, lembaga swadaya masyarakat memberikan perhatian yang sama terhadap praktek lingkungan dan K3 perusahaan, tetapi dengan cara dan dampak yang berbeda bagi perusahaan. Masyarakat yang tinggal di sekitar kegiatan menuntut untuk terbebas dari gangguan bagi sumber daya dan kenyamanan kehidupannya yang disebabkan oleh pencemaran (air, udara, tanah, flora, fauna, kebisingan, kebauan, getaran) dan resiko keselamatan jiwa.

7 7 Karyawan melalui mekanisme hubungan industrial menuntut tempat kerja yang aman dan sehat. Pemilik modal, bank dan asuransi memasukkan kinerja lingkungan dan K3 (LK3) dalam evaluasi finansial dan pengambilan keputusannya. Terkait dengan hal ini, pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) sangat diperlukan untuk membangun kepercayaan masyarakat dan dunia internasional. Menurut OECD, Good Corporate Governance adalah sistem yang dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan. Corporate governance mengatur pembagian tugas, hak dan kewajiban pihakpihak yang berkepentingan terhadap kehidupan perusahaan, termasuk pemegang saham, dewan pengurus, para manajer, dan semua anggota stakeholders nonpemegang saham. Dengan pembagian tugas, hak, dan kewajiban serta ketentuan dan prosedur pengambilan keputusan penting, maka perusahaan mempunyai pegangan cara menentukan sasaran usaha (corporate objectives) dan strategi untuk mencapai sasaran tersebut. Tabel 2 menunjukkan jenis dan jumlah perusahaan yang menerapkan GCG pada 20 sektor industri dengan jumlah total 58 buah. Tabel 2 Perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance No Jenis Perusahaan Jumlah perusahaan 1 Perbankan 20 2 Tambang 12 3 Konstruksi 3 4 Manufaktur 4 5 Elektronik 2 6 Transportasi 3 7 Farmasi 3 8 Telekomunikasi 3 9 Media informasi 3 10 Energi 1 11 Jasa 3 12 Retail 1 Sumber: (2014) GCG menggunakan lima prinsip yang dijadikan pedoman bagi para pelaku bisnis yaitu transparency, accountability, responsibility, independency dan fairness yang diakronimkan menjadi TARIF. Ada dua prinsip yang terkait dengan kebutuhan perusahaan dalam mengelola isu LK3-nya untuk menanggapi tuntutan pihak-pihak eksternal, yaitu prinsip responsibility dan fairness. Responsibility (tanggungjawab) adalah kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku meliputi masalah pajak, hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan lingkungan hidup an memelihara lingkungan bisnis yang konusif bersama masyarakat. Perusahaan diharapkan mempunyai peran untuk bertanggung jawab kepada shareholder dan stakeholders lainnya. Fairness (kesetaraan) adalah perlakuan yang adil dalam memenuhi hak stakeholder sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku termasuk peraturan tentang

8 8 lingkungan dan K3. Kesetaraan dapat menjadi faktor pendorong yang dapat memonitor an memberikan jaminan perlakuan yang adil di antara beragam kepentingan dalam perusahaan. Realitas lingkungan eksternal yang dinamis, kompleks dan penuh tuntutan seperti disebutkan di atas seharusnya mendorong perusahaan untuk menempatkan masalah-masalah lingkungan dan keselamatan kerja sebagai bagian dari strategi perusahaan. Perusahaan kemudian menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001, PROPER (Program Peringkat Kinerja Industri), Sistem Manajemen K3, OHSAS 18001, dan CSMS, baik sistem tersebut berdiri sendiri atau terintegrasi satu dengan lainnya. Namun demikian, pengelolaan LK3 berbagai perusahaan di Indonesia umumnya bersifat reaktif dan bukan proaktif terhadap tuntutan para pemangku kepentingan. Benford Jr (2008) menulis bahwa perusahaan secara alami bersifat reaktif terhadap kebutuhan untuk menerapkan manajemen keselamatan dan Farooqi (2011) merujuk pada perusahaan konstruksi menyebutkan bahwa selalu ada konflik antara keselamatan dan produksi serta biaya dimana konflik ini selalu dimenangkan oleh produksi karena memberikan keluaran yang pasti, cepat dan manfaat yang jelas. Menguc et al. (2010) membuktikan bahwa strategi proaktif dipengaruhi oleh intensitas peraturan pemerintah dan sensitivitas pelanggan terhadap masalah lingkungan. Berry dan Rondinelly (1998) menyebutkan sebelumnya bahwa manajemen lingkungan proaktif didorong oleh pemerintah, pelanggan, karyawan dan pesaing. Tetapi, perusahaan-perusahaan di Indonesia melihat penerapan manajemen lingkungan dan K3 semata-mata sebagai kewajiban dan menimbulkan biaya tambahan yang tidak terhindarkan. Jika tidak ada ketentuan dalam peraturan tersebut, maka tidak ada kebutuhan bagi perusahaan untuk mengelola resiko LK3. Oleh karena itu, dalam perspektif internal, strategi reaktif atau proaktif juga tergantung pada besaran komitmen manajemen puncak terhadap masalah LK3. Seperti yang ditemukan oleh Croft Kan (2006) bahwa manajemen yang tidak melihat manfaat di luar keuntungan finansial tidak memiliki keinginan untuk memilih tanggapan proaktif yang terwujud dengan mengelola resiko LK3 di atas ketentuan minimal peraturan pemerintah. Manajemen proaktif mampu melihat manfaat intangible dari penerapan manajemen LK3. Manajemen LK3 Manajemen lingkungan dan K3 dirancang dan diterapkan dengan mengikuti panduan penerapan pada AMDAL (ANDAL, RKL/RPL, UKL/UPL), PROPER, SMK3, SML ISO dan OHSAS Jumlah perusahaan di Indonesia yang memiliki resiko lingkungan dan keselamatan kerja mencapai lebih dari ( 2014) tetapi hanya 978 perusahaan pada tahun 2011 dan 1317 perusahaan pada tahun 2012 yang mengikuti PROPER (Laporan PROPER Periode ). Jumlah perusahaan yang memiliki dokumen AMDAL yang berhasil dikumpulkan adalah 1354 buah tetapi jumlah sebenarnya lebih banyak karena data tersebut tersebar pada BLH propinsi, BLH Kabupaten dan lembaga pemerintah lain di seluruh Indonesia. Sedangkan jumlah perusahaan

9 yang telah memperoleh sertifikat ISO dan atau OHSAS hanya sekitar 514 buah. Hal ini berarti bahwa jumlah perusahaan yang menerapkan sistem manajemen ini masih kecil dibandingkan jumlah keseluruhan perusahaan yang menimbulkan resiko lingkungan dan K3. Tabel 3 menggambarkan jenis dan jumlah industri yang beroperasi dalam 35 sektor, menerapkan AMDAL, terlibat dalam PROPER, memiliki sertifikasi ISO atau OHSAS serta terdaftar dalam Bursa Efek Jakarta. Pengelompokkan sektor ini berdasarkan UK Standard Industrial Classification of Economic Activities Code (2003) yang dapat digunakan sebagai panduan untuk menentukan besaran resiko LK3 dan rujukan oleh badan sertifikasi sistem manajemen. Misalnya, industri minyak dan gas (EAC 2) mengoperasikan proses khas dan memiliki potensi resiko tumpahan minyak dalam skala besar yang dapat menyebabkan kondisi darurat pada tingkat nasional, sedangkan industri tekstil (EAC 4) mengoperasikan proses produksi manufaktur dan menimbulkan potensi resiko dalam lingkup terbatas di sekitar perusahaan. Kondisi lingkungan eksternal dan internal pada sektor industri mendorong tanggapan yang berbeda-beda. Misalnya, jumlah dan intensitas resiko yang ditemui karyawan perusahaan setiap hari pada sektor minyak dan gas yang lebih tinggi daripada sektor industri lain telah mendorong implementasi manajemen lingkungan dan K3 yang lebih ketat. Dalam sektor lingkungan, semua perusahaan mengelola dampak lingkungan berdasarkan pendekatan AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) karena perusahaan harus memiliki dokumen ini supaya dapat memperoleh izin operasi. Manajemen lingkungan dengan pendekatan AMDAL terdiri dari tiga komponen, yaitu Analisa dampak lingkungan (ANDAL) yang merupakan analisa resiko, Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL atau UKL) yang berfungsi sebagai praktek pengendalian operasi di lapangan, dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL atau UPL) yang merupakan kegiatan memeriksa dan memantau besaran dampak perusahaan. Pendekatan ini mengabaikan elemen-elemen lain dalam organisasi seperti SDM, produksi, pemeliharaan dan lain-lain karena memfokuskan pada area akibat dari kegiatan perusahaan, bukan pada area penyebab dampak lingkungan pada proses produksinya. Sebagian kecil dari perusahaan tersebut mengikuti PROPER yang meminta perusahaan memenuhi baku mutu dan persyaratan manajemen yang ditetapkan oleh KLH. Implementasi manajemen lingkungan perusahaan terbagi menjadi dua, yaitu pertama, perusahaan yang bertahan pada tingkat kepatuhan semata sehingga tanggapan perusahaan berupa pemenuhan AMDAL dan ditambahkan peraturanperaturan baru yang diterbitkan pemerintah setelah perusahaan menerima persetujuan AMDAL. Kedua, perusahaan yang mencari hasil di atas kepatuhan (beyond compliance) sehingga menerapkan praktek manajemen lingkungan pada area sumber penyebab resiko dengan 4R, memenuhi tuntutan pihak eksternal diluar persyaratan hukum dengan CSR dan penghematan energi. Oleh karena itu, implementasi manajemen lingkungan perusahaan beragam dari di bawah minimal bagi perusahaan yang menerapkan lebih longgar dari persyaratan-persyaratan dalam dokumen lingkungan, tepat sesuai dengan dokumen lingkungan, serta melebihi kepatuhan terhadap dokumen lingkungan dan peraturan lingkungan yang diterbitkan kemudian. 9

10 10 Fenomena yang sedikit berbeda ditemui pada implementasi manajemen K3. Pada awalnya, implementasi didorong oleh standar teknis atau pedoman penerapan spesifik pada sektor industri seperti NOSA pada sektor pertambangan, ISRS pada sektor minyak dan gas, BSC pada petrokimia. Sektor-sektor industri lain tidak memiliki pedoman penerapan yang bisa digunakan sebagai acuan bekerja dengan aman. Sejalan dengan hal ini, Pemerintah Indonesia menerbitkan peraturan-peraturan yang mewajibkan perusahaan untuk memperoleh izin-izin operasional unit-unit operasinya (bejana tekan, alat angkat, alat angkut, kelistrikan), membentuk organisasi K3 dan pelaporan Kinerja K3 secara periodik pada pemerintah. Bentuk penerapan manajemen K3 ini juga bersifat parsial pada aspek peralatan dan sebagian kecil aspek personil dan belum memasukkan elemen-elemen lain dalam perusahaan. Kebutuhan terhadap penerapan manajemen K3 yang lebih komprehensif mendorong ILO untuk menerbitkan Standar ILO Guide 2001 yang menjadi acuan negara-negara dalam menetapkan standar atau pedoman nasional masing-masing. Pemerintah Indonesia menerbitkan PERMENAKER No 05/MEN/1996 dan Peraturan Pemerintah Nomor 50/2012 tentang Sistem Manajemen K3 (SMK3). Implementasi MLK3 yang merujuk pada Standar SML ISO 14001: 2004 dan OHSAS 18001: 2007 memiliki elemen-elemen yang lebih komprehensif karena mencakup semua fungsi dalam organisasi. Elemen analisa resiko yang menjadi penciri AMDAL dicakup pada tahapan perencanaan dengan mengaitkan pada seluruh fungsi-fungsi lain dalam sistem atau organisasi. Pada bagian ini, elemen sasaran fungsi, dokumentasi, tindakan perbaikan dan audit ditambahkan yang menjadi kekuatan dan efektivitas dari sistem manajemen. Sistem manajemen ini memasukkan elemen manusia yang umumnya dikelola oleh fungsi departemen sumber daya manusia. Dengan kata lain, pendekatan sistem manajemen memberikan mendayagunakan semua elemen organisasi untuk mencapai kinerja LK3 yang tinggi. Pendekatan Perusahaan Pengelolaan resiko dianggap menambahkan biaya operasi yang dapat mengurangi keuntungan usaha dan belum pasti memberikan manfaat lain seperti peningkatan keunggulan kompetitif perusahaan. Penelitian Zhao (2006) mendukung anggapan ini karena hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Sistem Manajemen Lingkungan tidak mempengaruhi pendapatan operasi tetapi menurunkan return on revenue dan return on asset. Pada sisi yang lain, banyak perusahaan membutuhkan untuk memasukkan isu lingkungan ke dalam isu bisnis tetapi sedikit atau tidak ada informasi mengenai hal ini (Mitra et al 2008) Namun demikian, beberapa perusahaan sudah mulai menerapkan strategi lingkungan hijau dan pengutamaan keselamatan dalam proses bisnisnya. Perusahaan-perusahaan tersebut mengintegrasikan aspek lingkungan dan K3 dalam proses utama dan membuktikan proksi bahwa pengelolaan resiko yang baik sama dengan manajemen bisnis yang baik. Perusahaan berkategori hijau atau emas menurut skema PROPER adalah perusahaan yang dikenal sebagai

11 11 perusahaan papan atas yang mampu menunjukkan kinerja di atas persyaratan minimal peraturan (beyond compliance). Pencapaian beyond compliance membutuhkan komitmen manajemen puncak yang diwujudkan dalam prosesproses pengendalian resiko dan pengelolaan sumber daya manusia yang baik. Farooqi (2011) menyebut sebagai total safety management. Pengelolaan resiko dilakukan dengan menerapkan pendekatan proaktif melalui reduksi pada sumber (eliminasi, substitusi, optimasi proses), 3R (reuse, recycle, dan recovery), dan engineering. Tabel 3 Sektor Industri dan Bentuk Manajemen Lingkungan dan K3 EAC Sektor Jumlah Perusahaan Manajemen LK3 AMDAL PROPER SMK3 SML dan atau OHSAS 1 Pertanian, (81) Kehutanan 2 Pertambangan/ Minyak & Gas 3 Makanan Tekstil Kulit dan produk kulit Kayu dan produk kayu 7 Pulp dan kertas 8 Penerbitan Percetakan Pengolahan minyak 11 Nuklir Kimia dan produk kimia 13 Farmasi Karet dan produk karet 15 Mineral non logam 16 Beton dan semen 17 Logam dasar Permesinan dan peralatan 19 Listrik, elektronik, optik Bangunan dan kapal 21 Pesawat terbang 22 Kendaraan dan alat transpor 23 Manufaktur yang belum Jumlah BEJ

12 12 Tabel 3 Sektor Industri dan Bentuk Manajemen Lingkungan dan K3 Manajemen LK3 EAC Sektor Jumlah Perusahaan AMDAL PROPER SMK3 SML dan atau OHSAS disebut ditempat lain 24 Daur ulang Pasokan listrik Gas Pasokan air Kontraktor Jumlah BEJ 29 Semua jenis manufaktur lain, distribusi 30 Hotel Transpor, penyimpanan, telekomunikasi 32 Finansial Komputer Jasa engineering 35 Jasa-jasa lain Sumber: Laporan Hasil PROPER (2011) Perusahaan-perusahaan pada saat ini juga mulai mengintegrasikan manajemen lingkungan dan manajemen K3 disebabkan oleh kesamaan konsep, unsur-unsur dan sistematika manajemennya yang mendasarkan pada PDCA (Plan Do Check Act). Kesamaan ini mencakup kesamaan dalam sumber dan sifat resiko, personil yang menangani dan pendekatan manajemen berdasarkan resiko. Kebutuhan integrasi aspek lingkungan dan K3 juga didorong oleh penerbitan Sistem Manajemen K3 menurut OHSAS yang mengikuti langsung kerangka dan isi Sistem Manajemen Lingkungan ISO Pilihan strategi lingkungan dan K3 serta pilihan integrasi keduanya diharapkan dapat meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan dengan terpenuhinya tuntutan para pemangku kepentingan. Selain itu, perusahaan ingin mendapatkan manfaat finansial dengan berkurangnya timbulan limbah dan insiden kecelakaan kerja. Fenomena ini perlu dikaji lebih jauh untuk melihat seberapa jauh perusahaan-perusahaan tersebut menempatkan manajemen resikonya sebagai bagian dari strategi bisnisnya. Pendekatan proaktif dengan menempatkan aspek LK3 dalam proses bisnis dan strategi utama mungkin meningkatkan kepuasan pelanggan, penguatan reputasi dan citra, jaminan keberlangsungan operasi, pengurangan biaya operasi dan peningkatan penjualan.

13 Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN xviiii xx xx 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 12 Tujuan Penelitian 14 Manfaat Penelitian 15 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah 15 Kebaruan

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN MENURUT ISO 14001

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN MENURUT ISO 14001 SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN MENURUT ISO 14001 Materi yang terdapat dalam halaman ini adalah materi yang disampaikan dalam Pelatihan Audit Lingkungan yang diadakan atas kerja sama antara Departemen Biologi

Lebih terperinci

PT BRANTAS ABIPRAYA (PERSERO)

PT BRANTAS ABIPRAYA (PERSERO) PT BRANTAS ABIPRAYA (PERSERO) Sistem suatu kondisi harmonis dan interaksi yang teratur Manajemen suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Lingkungan Menurut ISO 14001

Sistem Manajemen Lingkungan Menurut ISO 14001 Materi yang terdapat dalam halaman ini adalah materi yang disampaikan dalam Pelatihan Audit Lingkungan yang diadakan atas kerja sama antara Departemen Biologi FMIPA IPB bekerja sama dengan Bagian PKSDM

Lebih terperinci

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 12Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal Tahun 2016 telah berlaku ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Good Corporate Governance Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee Inggris pada tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Runtuhnya sistem ekonomi komunis menjelang akhir abad ke-20,

BAB I PENDAHULUAN. Runtuhnya sistem ekonomi komunis menjelang akhir abad ke-20, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Runtuhnya sistem ekonomi komunis menjelang akhir abad ke-20, menjadikan sistem ekonomi kapitalis sebagai satu-satunya sistem ekonomi yang paling dominan di seluruh

Lebih terperinci

PENERAPAN STANDAR ISO 9001 DAN ISO SECARA BERSAMAAN

PENERAPAN STANDAR ISO 9001 DAN ISO SECARA BERSAMAAN PENERAPAN STANDAR ISO 9001 DAN ISO 14001 SECARA BERSAMAAN Sumito Abstrak ISO seri 9000 tentang sistem manajemen mutu pertama kali diterbitkan oleh organisasi standardisasi internasional (ISO) pada tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat banyaknya perusahaan menjadi semakin berkembang, maka pada saat itu pula kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan sekitarnya dapat terjadi, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) merupakan bagian penting dari strategi bisnis berkelanjutan

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN P T Darma Henwa Tbk PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PT Darma Henwa Tbk DAFTAR ISI Kata Pengantar 3 BAB I PENGANTAR. 4 1. Mengenal Good Corporate Governance (GCG) 4 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saham dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan untuk memperoleh profit tentunya harus didukung

BAB I PENDAHULUAN. saham dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan untuk memperoleh profit tentunya harus didukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang merupakan tempat terjadinya kegiatan operasional dan berkumpulnya semua faktor pendukung kegiatan operasional.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta memaksimalkan kekayaan pemegang saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) semakin banyak dibahas di kalangan bisnis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rendahnya penerapan corporate governance merupakan salah satu hal yang memperparah terjadinya krisis di Indonesia pada pertangahan tahun 1997. Hal ini ditandai

Lebih terperinci

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 09Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

Kebijakan tentang rantai pasokan yang berkelanjutan

Kebijakan tentang rantai pasokan yang berkelanjutan 1/5 Keberlanjutan merupakan inti dari strategi dan kegiatan operasional usaha Valmet. Valmet mendorong pelaksanaan pembangunan yang dan berupaya menangani masalah keberlanjutan di seluruh rantai nilainya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Kontribusi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Kontribusi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjaga eksistensinya di dunia bisnis, perusahaan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Kontribusi dan harmonisasi

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

ISO Nur Hadi Wijaya

ISO Nur Hadi Wijaya ISO 14000 Nur Hadi Wijaya Isu-isu Lingkungan Global Air Pollution Ozone Depletion Global Warming Water & Soil Contamination Degradation of Biodiversity Global Climate Change Environment effect - Global

Lebih terperinci

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Tujuan perusahaan adalah mencapai laba yang sebesar-besarnya dan memakmurkan pemilik perusahaan atau para

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 216 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Responsibility (selanjutnya disingkat CSR) ini menjadi trend global seiring

BAB I PENDAHULUAN. Responsibility (selanjutnya disingkat CSR) ini menjadi trend global seiring BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran akan pentingnya mempraktikkan Corporate Social Responsibility (selanjutnya disingkat CSR) ini menjadi trend global seiring dengan maraknya kepedulian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicetuskannya konsep social responsibility yang merupakan kelanjutan konsep

BAB I PENDAHULUAN. dicetuskannya konsep social responsibility yang merupakan kelanjutan konsep BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep tentang tanggung jawab sosial perusahaan lahir dan makin berkembang menjadi isu penting dalam menjamin kelangsungan hidup dunia usaha sejak dicetuskannya konsep

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Signal Theory Teori sinyal atau signal theory menjelaskan mengenai bagaimana manajemen mampu memberikan sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan yang akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Good Corporate Governance 2.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Istilah corporate governance pertama sekali diperkenalkan oleh Cadbury Comitee

Lebih terperinci

B. Latar Belakang Penyusunan Pedoman Perilaku Perusahaan (Code of Conduct)

B. Latar Belakang Penyusunan Pedoman Perilaku Perusahaan (Code of Conduct) Bab I Pendahuluan A. Pengertian Umum Pedoman Perilaku Perusahaan atau Code of Conduct adalah norma tertulis yang menjadi panduan standar perilaku dan komitmen seluruh karyawan PT. Perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Permasalahan lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang harus kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Permasalahan lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang harus kita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang harus kita pikirkan bersama mengingat dampak yang buruk dari pengelolaan lingkungan. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mulai populernya istilah tata kelola perusahaan yang baik atau yang lebih dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS 1 SNI Standar Nasional Indonesia Dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) SNI SNI 19-14001 14001-1997: 1997: Sistem manajemen

Lebih terperinci

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, KEPUTUSAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 163/KA/XII/2009 TENTANG PENETAPAN STANDAR BATAN TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN DAN PANDUAN PENGGUNAAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN KEPALA BADAN TENAGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan lingkungan atau Corporate Social Responbility (CSR) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan lingkungan atau Corporate Social Responbility (CSR) sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejak DPR dan pemerintah sepakat memasukan tanggung jawab sosial dan lingkungan atau Corporate Social Responbility (CSR) sebagai suatu kewajiban dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Magisster Akuntasi www.mercubuana.ac.id The System and Structure of GCG Dosen Pengampu : Mochammad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahan dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER) merupakan salah satu program Kementerian Lingkungan Hidup yang berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan mengeruk keuntungan semata. Kontribusinya terhadap komunitas hanya

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan mengeruk keuntungan semata. Kontribusinya terhadap komunitas hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Revolusi industri pada dekade 19-an, telah mengakibatkan adanya ledakan industri. Di era itu, perusahaan memandang dirinya sebagai organisasi yang bertujuan mengeruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini, persaingan dalam dunia bisnis sudah semakin ketat. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini, persaingan dalam dunia bisnis sudah semakin ketat. Hal ini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, persaingan dalam dunia bisnis sudah semakin ketat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) semakin

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dimulai tahun 2015 ini. Secara

BAB I. Pendahuluan. disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dimulai tahun 2015 ini. Secara BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Implementasi perjanjian ASEAN Free Trade Area (AFTA) atau biasa disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dimulai tahun 2015 ini. Secara umum perjanjian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan ilmu ekonomi yang semakin pesat, persaingan antar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan ilmu ekonomi yang semakin pesat, persaingan antar BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam perkembangan ilmu ekonomi yang semakin pesat, persaingan antar perusahaan semakin kompetitif karena harus dapat mengelola fungsi fungsi perusahaan secara efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga setiap keputusan yang dibuat oleh institusi dan setiap tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga setiap keputusan yang dibuat oleh institusi dan setiap tindakan yang digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama setengah abad terakhir ini, dunia bisnis telah menjadi institusi paling berkuasa. Setiap institusi yang paling dominan di masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan profitability adalah hal yang sangat disukai oleh para investor dan stakeholders perusahaan apapun. Namun kedua hal tersebut dapat menjadi bumerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis saat ini mengalami kemajuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis saat ini mengalami kemajuan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat serta persaingan yang begitu ketat. Saat perusahaan semakin berkembang, maka tingkat

Lebih terperinci

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Pengendalian Dampak 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 2. Analisis Mengenai Dampak (AMDAL) 3. Pengelolaan Kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi banyak perusahaan di Indonesia yang tidak memperhatikan dan

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi banyak perusahaan di Indonesia yang tidak memperhatikan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya tujuan perusahaan adalah memproduksi produk atau jasanya secara maksimal dan mendapatkan keuntungan yang sebanyakbanyaknya. Tetapi banyak perusahaan

Lebih terperinci

Sistem manajemen lingkungan Panduan umum tentang prinsip, sistem dan teknik pendukung

Sistem manajemen lingkungan Panduan umum tentang prinsip, sistem dan teknik pendukung Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen lingkungan Panduan umum tentang prinsip, sistem dan teknik pendukung ICS 13.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata... Pendahuluan...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam laporan tahunan perusahaan (annual report). Informasi tambahan itu dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam laporan tahunan perusahaan (annual report). Informasi tambahan itu dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman, sektor bisnis juga semakin berkembang. Tetapi, sebagian besar perusahaan di Indonesia masih fokus untuk mengungkapkan laporan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara A. Dasar Pemikiran Sejak satu dasawarsa terakhir masyarakat semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dapat memantau perkembangan perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dapat memantau perkembangan perusahaan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya tujuan utama yang ingin dicapai oleh semua perusahaan adalah bagaimana perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang sebesarbesarnya. Karena keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatasi kerusakan lingkungan. Di antaranya konsumen, stakeholder,

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatasi kerusakan lingkungan. Di antaranya konsumen, stakeholder, 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan di Indonesia kini semakin parah. Ini merupakan dampak dari pengelolaan lingkungan yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Kurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara-negara didunia pada era globalisasi dan pasar bebas saat ini, dituntut untuk menerapkan sistem pengelolaan bisnis yang berbasis prinsip tata kelola perusahaan

Lebih terperinci

Sumber: ISO Environmental Management System Self-Assesment Checklist, GEMI (1996)

Sumber: ISO Environmental Management System Self-Assesment Checklist, GEMI (1996) Sumber: ISO 14001 Environmental Management System Self-Assesment Checklist, GEMI (1996) DAFTAR ISI Pengantar Prinsip-Prinsip Standar ISO 14001 Cara Menggunakan Cheklist Interpretasi Penilaian Standar ISO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate social responsibility sejak beberapa tahun belakangan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders) tapi juga untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) didefinisikan sebagai suatu konsep UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) didefinisikan sebagai suatu konsep UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) didefinisikan sebagai suatu konsep bahwa organisasi, memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance ini diharapkan ada regulasi serta aturan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance ini diharapkan ada regulasi serta aturan mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate governance saat ini merupakan kebutuhan vital bagi seluruh pelaku bisnis dan menjadi tuntutan bagi masyarakat dengan adanya corporate governance ini diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi dan keterbukaan pasar membuat perusahaan harus secara serius dan terbuka memperhatikan pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan di bidang manufaktur dan jasa sangat ketat. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan di bidang manufaktur dan jasa sangat ketat. Hal ini 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan antar perusahaan di bidang manufaktur dan jasa sangat ketat. Hal ini dilihat dari banyaknya perusahaan-perusahaan yang mencoba merebut pasar yang ada di

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya selalu berusaha untuk memaksimalkan laba untuk mempertahankan keberlangsungannya. Dalam upaya memaksimalkan laba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dunia usaha yang semakin berkembang dengan pesatnya pada setiap perusahaan baik yang bergerak dibidang jasa, perdagangan, maupun manufaktur selalu berhadapan dengan

Lebih terperinci

N, 2015 PENGARUH PENGUNGKAPAN AKUNTANSI LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN

N, 2015 PENGARUH PENGUNGKAPAN AKUNTANSI LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia sebagai makhluk sosial haruslah berinteraksi dengan manusia lain maupun dengan alam. Dan juga dengan semakin berkembangnya kegiatan

Lebih terperinci

Materi 14 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA. deden08m.com 1

Materi 14 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA. deden08m.com 1 Materi 14 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA deden08m.com 1 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA: Posisi Perusahaan dalam Industri (1) Rencana bisnis yang efektif harus mendefinisikan secara jelas di mana posisi perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat memberikan dampak

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat memberikan dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi Negara tersebut. Salah satu dampak positif dari pekembangan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) memiliki lebih kurang 17.500 pulau, dengan total panjang garis pantai mencapai 95.181 km

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanaan pengendalian internal di suatu perusahaan dapat dilakukan secara langsung oleh anggota perusahaan dan dapat pula dilakukan oleh suatu departemen

Lebih terperinci

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS JAKARTA 2017 PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

Lebih terperinci

PERBEDAAN AMDAL DAN ANDAL

PERBEDAAN AMDAL DAN ANDAL PERBEDAAN AMDAL DAN ANDAL 1. Pengertian Untuk dapat mengetahui perbedaan antara Amdal dan Andal, maka kita dapat merujuk pada Pasal 5 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012

Lebih terperinci

Globalisasi perekonomian menimbulkan pencemaran dan memunculkan kepedulian terhadap lingkungan. ISO mengembangkan standar spesifik lingkungan bagi

Globalisasi perekonomian menimbulkan pencemaran dan memunculkan kepedulian terhadap lingkungan. ISO mengembangkan standar spesifik lingkungan bagi AUDIT LINGKUNGAN Globalisasi perekonomian menimbulkan pencemaran dan memunculkan kepedulian terhadap lingkungan. ISO mengembangkan standar spesifik lingkungan bagi industri dan jasar AMDAL sebagai salah

Lebih terperinci

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era pertumbuhan perusahaan yang semakin tinggi membuat kesadaran akan penerapan tanggung jawab sosial menjadi penting seiring dengan semakin maraknya kepedulian

Lebih terperinci

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK.

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK. KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK. PENDAHULUAN Tata kelola perusahaan yang baik merupakan suatu persyaratan dalam pengembangan global dari kegiatan usaha perusahaan dan peningkatan citra perusahaan. PT Duta

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG)

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG) PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG) PENDAHULUAN A. Latar Belakang : 1. Perusahaan asuransi bergerak dalam bidang usaha yang menjanjikan perlindungan kepada pihak tertanggung

Lebih terperinci

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR),

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR), belakangan ini patut untuk dirayakan. Corporate Social Responsibility (CSR) memang sedang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak penghasilan yang. suka manajemen perusahaan melakukan tindakan pajak agresif.

BAB I PENDAHULUAN. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak penghasilan yang. suka manajemen perusahaan melakukan tindakan pajak agresif. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat timbal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh masyarakat khususnya perusahaan-perusahaan yang bergerak di

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh masyarakat khususnya perusahaan-perusahaan yang bergerak di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan lingkungan di Indonesia saat ini sangat penting diperhatikan oleh seluruh masyarakat khususnya perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi lingkungan sekitar perusahaan yang sehat dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi lingkungan sekitar perusahaan yang sehat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, tetapi setiap orang dapat berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Satuan Pengawasan Intern Satuan pengawasan intern pada hakekatnya sebagai perpanjangan rentang kendali dari tugas manajemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan meningkat dalam hampir dua dekade belakangan ini, terlebih setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan meningkat dalam hampir dua dekade belakangan ini, terlebih setelah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perhatian terhadap praktek Good Corporate Governance (GCG) pada perusahaan meningkat dalam hampir dua dekade belakangan ini, terlebih setelah pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998 membuat perekonomian nasional menjadi buruk. Pada pertengahan tahun 1998, bursa ditinggalkan oleh

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI Yth. Direksi Manajer Investasi di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI Dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal... Peraturan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Stakeholder Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergeraknya kegiatan bisnis yang dilakukan. Penunjang tersebut berguna

BAB I PENDAHULUAN. bergeraknya kegiatan bisnis yang dilakukan. Penunjang tersebut berguna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berjalannya kegiatan usaha dari perusahaan di suatu negara akan melibatkan pihak-pihak atau lingkungan sekitarnya sebagai penunjang bergeraknya kegiatan bisnis

Lebih terperinci

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas I. Ruang Lingkup: Seluruh ketentuan Sustainability Framework ini berlaku tanpa pengecualian bagi: Seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri yang semakin maju menimbulkan berbagai dampak bagi lingkungan dan masyarakat, termasuk di dalamnya adalah efek negatif. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam akuntansi konvensional, pusat perhatian perusahaan hanya terbatas kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan kontribusinya bagi perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama manajemen perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya ialah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama manajemen perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya ialah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan utama manajemen perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya ialah meningkatkan nilai perusahaan yang dapat diukur dengan menggunakan Economic Value Added (EVA)

Lebih terperinci

perusahaan PT. Toba Pulp Lestari? perusahaan PT. Toba Pulp Lestari?

perusahaan PT. Toba Pulp Lestari? perusahaan PT. Toba Pulp Lestari? Pedoman Wawancara 1. Bagaimana pendapat bapak terhadap program tanggung jawab sosial perusahaan PT. Toba Pulp Lestari? 2. Bagaimana mekanisme PT. Toba Pulp Lestari dalam memberikan bantuan tanggung jawab

Lebih terperinci

ETIKA BISNIS & TANGGUNG JAWAB SOSIAL

ETIKA BISNIS & TANGGUNG JAWAB SOSIAL ETIKA BISNIS & TANGGUNG JAWAB SOSIAL By Nina Triolita, SE, MM. Pengantar Bisnis Pertemuan Ke 6 TUJUAN PEMBELAJARAN Menjelaskan tentang Etika Bisnis Menjelaskan tentang akibat dari bisnis yang tidak etis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ruang lingkup perusahaan, terdapat serangkaian sumber daya yang tak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ruang lingkup perusahaan, terdapat serangkaian sumber daya yang tak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam ruang lingkup perusahaan, terdapat serangkaian sumber daya yang tak berwujud (intangible resources) yang mempengaruhi nilai perusahaan. Nilai perusahaan

Lebih terperinci

KRITERIA PENILAIAN SNI AWARD 2018

KRITERIA PENILAIAN SNI AWARD 2018 KRITERIA PENILAIAN SNI AWARD 2018 KATEGORI ORGANISASI MENENGAH DAN BESAR JASA Pusat Pendidikan dan Pemasyarakatan Standardisasi Badan Standardisasi Nasional Gedung BPPT I Lantai 11 Jl. MH Thamrin No. 8

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya mengalami krisis ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1997 dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dalam suatu periode tertentu dengan menggunakan seluruh modal yang dimiliki. Profitabilitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Mangkunegara di dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai berikut Kinerja adalah hasil kerja

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk Perseroan meyakini bahwa pembentukan dan penerapan Pedoman Tata Kelola Perusahan Yang Baik ( Pedoman GCG ) secara konsisten dan berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah suatu entitas yang di dalamnya terdapat sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKSI PT. ABM INVESTAMA TBK TENTANG Good Corporate Governance Charter No.002/ABM-BOC-CIR/I/2013

KEPUTUSAN DIREKSI PT. ABM INVESTAMA TBK TENTANG Good Corporate Governance Charter No.002/ABM-BOC-CIR/I/2013 KEPUTUSAN DIREKSI PT. ABM INVESTAMA TBK TENTANG Good Corporate Governance Charter No.002/ABM-BOC-CIR/I/2013 Merujuk pada prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance), tujuan, visi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna. Perseroan Terbatas (PT) mempunyai tanggung jawab sosial terhadap

BAB I PENDAHULUAN. berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna. Perseroan Terbatas (PT) mempunyai tanggung jawab sosial terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap perusahaan dalam mewujudkan peran aktif perusahaan dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan industri keuangan salah satu industri yang berkembang secara pesat dan memiliki kompleksitas

Lebih terperinci