BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini"

Transkripsi

1 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini 1. Pengertian Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Menurut Desmita,(2010:103), perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Dalam Dictionary of Psychology karya Chaplin(2000,dalam Desmita, 2010 : 97), dijelaskan bahwa kognisi adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan, termasuk di dalamnya mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan, memperkirakan, menduga dan menilai. Menurut Patmonodewo (2008:27), perkembangan kognitif sering diartikan sebagai kecerdasan atau berfikir. Kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati, jadi merupakan tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Menurut Haditono (2006: 216) perkembangan kognitif mengandung arti proses berpikir dan proses mengamati yang menghasilkan, memperoleh, menyimpan dan memproduksi yang membuat setiap orang mengatur dunia dengan caranya sendiri-sendiri. 6

2 7 Menurut Piaget (dalam John W. Santrock 2009:44), bahwa anakanak membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri; informasi tidak sekedar dituangkan kedalam pikiran mereka dari lingkungan. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan pikiran mereka untuk mencakup gagasan baru, karena informasi tambahan memajukan pemahaman. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian perkembangan kognitif adalah suatu proses dalam berfikir setiap individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu peristiwa yang terjadi dalam lingkungan mereka. 2. Prinsip Perkembangan Anak Usia Dini Dalam Yudha, Saputra.Dkk(2005: 11) prinsip perkembangan adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis sesuai dengan masa pertumbuhannya.perkembangan sangat dipengaruhi oleh faktor internal (biologis, status kesehatan) dan faktor eksternal (lingkungan, makanan, dan aktivitas gerak) yang sesuai dengan masa perkembangannya. Menurut Bredekamp (dalam Hartati, 2005: 12) Untuk mencapai pembelajaran yang efektif, maka pada pelaksanaannya harus memperhatikan beberapa prinsip-prinsip perkembangan yaitu: a. Aspek-aspek perkembangan anak seperti fisik, sosial, emosional dan kognitif satu sama lain saling terkait secara erat. Perkembangan dalam satu ranah berpengaruh dan dipengaruhi oleh perkembangan dalam

3 8 ranah-ranah yang lain. Perkembangan dalam satu ranah dapat membatasi atau mendukung perkembangan yang lain, b. Perkembangan terjadi dalam suatu urutan. Kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan dibangun berdasarkan pada apa yang telah diperoleh terdahulu. Urutan pertumbuhan dan perkembangan yang relatif stabil terjadi pada anak selama masa usia dini. c. Perkembangan berlangsung dengan rentang bervariasi antar anak dan juga antar bidang perkembangan dari masing-masing fungsi. Variasi individual sekurang-kurangnya memiliki dua dimensi, yakni (1) variasi dari rata-rata perkembangan dan (2) keunikan masing-masing anak sebagai individu. Setiap anak merupakan pribadi yang unik dengan pola dan waktu pertumbuhan individual yang berbeda-beda. d. Pengalaman awal memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda terhadap perkembangan anak. Pengalaman-pengalaman awal anak bersifat kumulatif dalam arti bahwa jika suatu pengalaman jarang terjadi, maka pengalaman itu bisa memiliki sedikit pengaruh. Pengalaman awal juga dapat memiliki pengaruh yang tertunda terhadap perkembangan berikutnya. Misalnya, suatu upaya pembentukan perilaku yang bersandar pada ganjaran-ganjaran ekstrinsik (seperti permen atau uang), suatu atrategi yang bisa sangat efektif untuk jangka pendek, dalam kondisi tertentu dapat mengurangi motivasi instrinsik anak dalam jangka waktu yang lama.

4 9 e. Perkembangan berlangsung ke arah kompleksitas, organisasi dan internalisasi yang lebih meningkat. Belajar selama usia dini berlangsung dari pengetahuan nyata ke pengetahuan simbolik. f. Perkembangan dan belajar terjadi dalam dan dipengaruhi oleh konteks sosial dan kultural yang majemuk. Menurut model ekologis, perkembangan anak sangat baik dipahami dalam konteks sosiokultural keluarga, setting pendidikan, dan masyarakat yang lebih luas. Konteks yang bervariasi tersebut saling beriteralasi dan semuanya memiliki pengaruh terhadap perkembangan anak. g. Anak adalah pembelajar aktif, mengambil pengalaman fisik dan sosial serta juga pengetahuan yang ditransmisikan secara kultur untuk membangun pemahaman mereka sendiri tentang lingkungan sekitar mereka. Anak berkontribusi terhadap perkembangan dan belajarnya sendiri disaat mereka berupaya memakai pengalaman sehari-harinya di rumah, sekolah dan di masyarakat. Sejak lahir, anak secara aktif terlibat dalam membangun pemahaman mereka sendiri yang berasal dari pengalaman mereka, dan pemahaman ini diperantarai oleh dan secara jelas terkait dengan konteks sosiokultur. h. Perkembangan dan belajar merupakan hasil dari interaksi kematangan biologis dan lingkungan, yang mencakup baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial tempat anak tinggal. Manusia merupakan produk dari keturunan dan lingkungan, dan kekuatan-kekuatan ini saling berinteraksi.

5 10 i. Perkembangan mengalami percepatan, bila anak memiliki kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan-keterampilan yang baru diperoleh dan juga ketika mereka mengalami tantangan di atas level penguasaannya pada saat itu. j. Bermain merupakan suatu sarana penting bagi perkembangan anak seperti sosial, emosional, kognitif, dan juga merefleksikan perkembangan anak. Aktivitas bermain anak merupakan konteks yang sangat mendukung proses perkembangan. k. Anak mendemonstrasikan mode-mode untuk mengetahui dan belajar yang berbeda, serta cara yang berbeda pula dalam merepresentasikan apa yang mereka tahu. l. Anak berkembang dan belajar terbaik dalam suatu konteks komunitas yang merasa aman dan menghargai, memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiknya, dan dirasa aman secara psikologisnya. Sedangkan dalam (Yusuf, Syamsu.dkk 2011: 4) prinsip-prinsip perkembangan adalah sebagai berikut: a. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (Never Ending Process). Individu secara terus-menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya. b. Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi. Setiap aspek perkembangan individu baik fisik, intelektual, emosi, sosial, maupun moral satu sama lainnya saling mempengaruhi. Pada umumnya terdapat hubungan yang positif antara aspek-aspek tersebut.

6 11 c. Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu. Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap perkembangan merupakan hasil perkembangan tahap sebelumnya, dan merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya. d. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan. Perkembangan fisik dan psikis mencapai kematangannya terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda ( ada yang cepat dan ada yang lambat) e. Setiap fase perkembangan memiliki ciri khas. Prinsip ini dapat dijelaskan dengan contoh: a. sampai usia 2 tahun, anak memusatkan perhatiannya untuk menguasai gerak-gerik fisik dan belajar berbicara; dan b. pada usia 3-6 tahun, perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia sosial ( belajar bergaul dengan orang lain). f. Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan perkembangan. Prinsip ini berarti bahwa dalam menjalani kehidupannya yang normal dan berusia panjang individu akan mengalami masa atau fase perkembangan: masa konsepsi, bayi, kanak-kanak, anak, remaja dan dewasa. 3. Tahapan Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Menurut Piaget (dalam Suparno, 2001: 27) mengelompokkan tahap-tahap perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat tahap: tahap sensorimotor, tahap praoperasi, tahap operasi konkret, dan tahap operasi formal. Tahap sensorimotor lebih ditandai dengan pemikiran anak berdasarkan tindakan inderawinya. Tahap praoperasi diwarnai dengan

7 12 anak mulai menggunakan simbol-simbol untuk menghadirkan suatu benda atau pemikiran, khususnya penggunaan bahasa. Tahap operasi konkret ditandai dengan penggunaan aturan logis yang jelas. Tahap operasi formal dicirikan dengan pemikiran abstrak. a. Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun) Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada waktu bayi lahir sampai sekitar berumur 2 tahun. Pada tahap ini, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamah, mendengar dan lain-lain. Pada tahap ini, anak belum dapat berbicara dengan bahasa. Anak belum mempunyai bahasa simbol untuk mengungkapkan adanya suatu benda yang tidak berada di dekatnya. Intelegensi sensorimotor, meskipun didasarkan pada tindakan anak, hal ini sangat membantu perkembangan anak dalam memecahkan suatu persoalan yang sedang di hadapinya. Misalnya, seoranga anak hendak menggapai suatu benda yang terletak jauh dari dirinya dengan menggerak-gerakkan tangannya. Anak ini mencoba meraih benda tersebut, tetapi tidak berhasil. Akhirnya dalam perkembangan waktu, ia mencoba menggerak-gerakkan tongkat yang ada di dekatnya kearah benda tersebut dan berhasil mengambil benda tersebut. Menurut Piaget, mekanisme perkembangan sensorimotor ini menggunakan proses asimilasi dan akomodasi. Tahap-tahap

8 13 perkembangan kognitif anak dikembangkan dengan perlahan-lahan melalui proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema-skema anak karena adanya masukan, rangsangan, atau kontak dengan pengalaman dan situasi yang baru. b. Tahap Praoperasi (umur 2-7 tahun) Tahap pemikiran praoperasi dicirikan dengan adanya fungsi semiotik, yaitu penggunaan simbol atau tanda untuk menyatakan atau menjelaskan suatu objek yang saat itu berada bersama subjek. Cara berpikir simbolik ini diungkapkan dengan penggunaan bahasa pada masa anak mulai berumur 2 tahun. Selain itu, tahap ini juga dicirikan dengan pemikiran intuitif pada anak. Dengan adanya penggunaan simbol, seorang anak dapat mengungkapkan dan membicarakan suatu hal yang sudah terjadi. Ia juga dapat membicarakan macam-macam benda dalam waktu yang bersamaan. Dengan penggunaan bahasa, seorang anak dapat mengungkapkan suatu hal yang tidak sedang dilihat.ia juga dapat membicarakan sesuatu hal tanpa terikat ruang dan waktu dimana hal tersebut terjadi. Dengan perkembangan ini, sudah jelas bahwa intelegensi anak makin berkembang. c. Tahap Operasi Konkret (umur 7-11 tahun) Tahap operasi konkret dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Anak sudah memperkembangkan operasi-operasi logis. Operasi itu

9 14 bersifat reversibel, artinya dapat dimengerti dalam dua arah, yaitu suatu pemikiran yang dapat dikembalikan kepada awalnya lagi. Selain itu, tahap operasi konkret tetap ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan nyata atau konkret. Anak masih menerapkan logika berpikir pada barang-barang yang konkret, belum bersifat abstrak apalagi hipotesis. Anak masih kesulitan untuk memecahkan persoalan yang mempunyai banyak variabel. Maka itu, meskipun inteligensi pada tahap ini sudah sangat maju, cara berpikir seorang anak tetap masih terbatas karena masih berdasarkan sesuatu yang konkret. d. Tahap Operasi Formal (umur 11 tahun ke atas) Tahap operasi formal merupakan tahap terakhir dalam perkembangan kognitifmenurut Piaget. Ini terjadi pada umur sekitar 11 atau 12 tahun ke atas.pada tahap ini, seorang remaja sudah dapat berpikir logis dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapinya. Asimilasi dan akomodasi terus berperan dalam membentuk skema yang lebih menyeluruh pada pemikiran remaja. Menurut Piaget (dalam Hartati, 2005: 68) menyebutkan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui anak. Dalam hal ini Piaget membagi perkembangan kognitiftersebut menjadi empat tahap, yaitu:

10 15 a. Tahap Sensorimotor ( 0-2 tahun) Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor tentu lain dengan yang dialami seorang anak yang sudah mencapai tahap yang lebih tinggi (operasional kongkret dan operasional formal). Pada tahap sensorimotor anak-anak sangat tergantung pada informasi yang didapat dari panca indera, dan gerakan-gerakan tubuhnya. Perkembangan yang paling penting pada tahap ini adalah perkembangan kesadaran akan keberadaan suatu objek yaitu anak akan menyadari keberadaansuatu objek sekalipun objek tersebut sudah tidak terlihat lagi (tersembunyi). b. Tahap Pra Operasional (2-7 tahun) Anak dapat memanipulasi sejumlah simbol, dan mampu memahami segala sesuatu dalam satu arah. Anak belum dapat membalikkan urutan tindakan dari yang paling belakang ke depan. Misalnya anak mampu menyebutkan urutan angka 1 sampai dengan 10 secara lancar dengan disertai benda atau lambang bilangan, tetapi ketika anak diperintahkan untuk mengulangi ucapan konsep bilangan tersebut tanpa adanya benda atau lambang bilangan, dan urutan angka tersebut dibalik dari 10 sampai dengan 1, anak terlihat bingung dan membutuhkan proses yang lama untuk mengingatnya, maka menurut Piaget kondisi tersebut sebagai proses kematangan yang belum terinternalisasi dalam kemampuan mental anak. Anak masih sulit

11 16 memahami konsep permasalahan, artinya segala sesuatu tetap sama walaupun bentuknya berubah. c. Tahap OperasionalKonkret (7-11 tahun) Pada tahap operasional konkret, anak mampu memahami operasi yang dibutuhkan untuk aktivitas mental termasuk konservasi. Anak mampu menyimpulkan operasi di dalam otaknya, misalnya berhitung tanpa menggunakan jari. Anak masih terikat kuat pada pengalaman praktis (hands on experience). Anak mampu mengingat, mengolah, dan menyimpulkan sesuatu tanpa harus menggunakan benda. Ia akan mengulangi ingatannya sesuai dengan pengalamannya ketika menghitung dengan jari atau simbol-simbol berupa angka. d. Tahap Operasional Formal (11-18 tahun) Pada tahap operasional formal, anak sudah mampu berpikir abstrak. Mereka lebih banyak menggunakan logika ilmiah dalam puncak perkembangannya. Anak remaja mampu membuat, dan menguji hipotesa untuk menganalisis, dan mengevaluasi logika. Menurut Piaget (dalam Mutiah, 2010: 53) dan (dalam Ernawulan, 2005: 36) semua anak memiliki pola perkembangan kognitif yang sama melalui empat tahapan meliputi: a. Sensorimotor (0-2 tahun) Pada tahap ini, anak lebih banyak menggunakan gerak refleks dan inderanya untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Pengalaman berinteraksi dengan lingkungan ini amat penting, untuk proses berfikir ketahap selanjutnya.

12 17 b. Praoperasional (2-7 tahun) Pada tahap ini, anak mulai menunjukkan proses berfikir yang lebih jelas. Anak mulai mengenal beberapa simbol dan tanda termasuk bahasa dan gambar. Anak mulai menunjukkan kemampuan melakukan permainan simbolis. Pada tahap ini anak memperoleh pengalaman tentang matematika melalui berbagai kontak fisik dan eksplorasi terhadap lingkungannya. Anak mampu mengelompokkan benda-benda menurut ciri tertentu. c. Operasional Konkret (7-11 tahun) Pada tahap ini, anak sudah dapat memecahkan persoalanpersoalan sederhana yang bersifat konkret. Ia dapat berfikir reversibel (berkebalikan), anak mampu memahami suatu pertanyaan. d. Operasional Formal (11 tahun ke atas) Menurut Piaget tahap ini di capai anak usia tahun. Pemikiran anak tidak lagi terbatas pada benda-benda dan kejadian yang terjadi di depan matanya karena anak sudah mulai remaja yang tidak lagi terbatas pada pengalaman konkret. Pemikirannya telah terbebas dari kejadian langsung. B. Bermain Eksplorasi Alam Sekitar 1. Pengertian bermain Bermain merupakan kebutuhan manusia sepanjang rentang kehidupan, dalam kultur manapun. Bagi anak-anak menurut para ahli, bermain memiliki fungsi dan manfaat yang sangat penting. Bagi mereka,

13 18 bermain bukan hanya menjadi kesenangan tetapi juga suatu kebutuhan yang mau tidak mau harus terpenuhi. Menurut Hurlock, 1997 ( dalam Musfiroh; 2005: 3 ) bermain dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan demi kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar. Bermain merupakan kegiatan yang memberikan kepuasan bagi diri sendiri, melalui bermain anak memperoleh pembatasan dan memahami kehidupan. Menurut Gallahue, 1989 ( dalam Hartati; 2005: 85) bermain adalah suatu aktivitas yang langsung dan spontan dilakukan oleh seorang anak dengan orang lain atau teman sebayanya dengan menggunakan bendabenda disekitarnya dengan senang, sukarela, dan imajinatif, serta dengan menggunakan perasaannya, tangannya atau seluruh anggota tubuhnya. Dalam bermain, anak melakukan berbagai kegiatan yang berguna untuk mengembangkan dirinya. Anak mengamati, mengukur, membandingkan, bereksplorasi, meneliti dan masih banyak lagi yang dapat dilakukan anak. Situasi seperti ini sering dilakukan tanpa di sadari bahwa ia telah melatih dirinya dalam beberapa kemampuan tertentu sehingga ia memiliki kemampuan baru. Jadi dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperolehkesenangan dan sebagai salah satu cara untuk berinteraksi dengan lingkungan serta sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman anak menggunakan seluruh anggota tubuh demi memperoleh kesenangan.

14 19 2. Ciri-ciri Bermain Bermain memiliki ciri- ciri yang khas, yang membedakannya dengan kegiatan yang lain. Kegiatan bermain menurut beberapa ahli (dalammusfiroh, 2005: 7) memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Bermain selalu menyenangkan (pleasurable) dan menikmatkan atau menggembirakan (enjoyable). Bahkan ketika tidak disertai oleh tandatanda keriangan, bermain tetaplah bernilai positifbagi para pemainnya (Garvey, 1990). Ini berarti, suatu kegiatan dapat dikategorikan bermain apabila anak-anak merasa senang melakukan aktivitas tersebut. b. Bermain tidak bertujuan ekstrinsik, motivasi bermain adalah motivasi intrinsik. Ini berarti, anak bermain bukan karena mereka melaksanakan tugas yang diberikan oleh orang lain, tetapi semata-mata karena anak memang ingin melakukannya. Karena memiliki motivasi intrinsik, anak dapat memulai dan mengakhiri kegiatan bermain kapanpun mereka inginkan. c. Bermain bersifat spontan dan sukarela. Kegiatan bermain dilakukan bukan karena terpaksa, bermain tidak bersifat wajib melainkan dipilih sendiri oleh anak. Sehingga saat bermain ditentukan seketika anak menginginkan dan dilakukan dengan suka hati tanpa ada rasa terpaksa. Anak sendirilah yang menentukan suatu kegiatan yang akan dilakukan, apabila ada unsur keterpaksaan atau ditentukan oleh orang lain maka kegiatan tersebut cenderung menjadi bekarja.

15 20 d. Bermain melibatkan peran aktif semua peserta. Kegiatan bermain terjadi karena adanya keterlibatan semua anak sesuai peran dan giliran masing-masing, sehingga semua ikut merasakan kegiatan yang sedang dilakukan melalui bermain tersebut. e. Barmain bersifat aktif. Dalam kegiatan bermain menuntut keaktifan anak yang bermain, anak-anak yang sedang bermain bersama-sama memikirkan, mengorganisasikan, merencanakan serta berinteraksi dengan lingkungan. f. Bermain bersifat fleksibel. Dalam bermain anak dapat dengan bebas memilih dan beralih ke kegiatan bermainapa saja yang mereka inginkan. Namun, adakalanya anak bebas berpindah-pindah dari satu kegiatan bermain ke kegiatan bermain yang lain dalam waktu yang tidak terlalu lama( Solehuddin, 2000;Tedjasaputra, 2001). Selain ciri-ciri diatas, (dalam Hartati, 2005: 91) bagi anak-anak bermain adalah sarana untuk mengubah kekuatan potensial di dalam dirinya menjadi berbagai kemampuan dan kecakapan. Selain itu, bermain juga dapat menjadi sarana penyaluran energi yang sangat baik bagi anak. Oleh karena itu, kegiatan bermain pada anak memiliki karakteristik atau ciri-ciri sebagai berikut: a. Bermain dilakukan karena kesukarelaan, bukan paksaan, b. Bermain merupakan kegiatan untuk dinikmati, selalu menyenangkan, mengasikan dan menggairahkan,

16 21 c. Bermain dilakukan tanpa iming-iming apapun, kegiatan bermain itu sendiri sudah menyenangkan, d. Bermain lebih mengutamakan aktivitas dari pada tujuan, tujuan dari bermain adalah aktivitas itu sendiri, e. Bermain menuntut partisipan aktif, baik secara fisik maupun psikis, f. Bermain itu bebas, bahkan tidak harus selaras dengan kenyataan. Anak bebas membuat aturan sendiri dan mengoperasikan fantasinya, g. Bermain itu sifatnya spontan, sesuai dengan yang diinginkannya saat itu, h. Makna dan kesenangan bermain sepenuhnya ditentukan si pelaku, yaitu anak itu sendiri yang sedang bermain ( Seri Ayah Bunda: Bermain Dunia Anak, 1994). 3. Pengertian Eksplorasi Ide kreatif sering kali muncul dari eksplorasi atau penjelajahan individu terhadap sesuatu. Eksplorasi dapat memberikan kesempatan bagi anak untukmelihat, memahami, merasakan, dan pada akhirnya membuat sesuatu yang menarik perhatian mereka dengan menggunakan ide kreatifmereka. Kegiatan seperti ini dapat dilakukan dengan cara mengamati dunia sekitar sesuai dengan kenyataan yang ada secara langsung. Pengamatan tersebut bisa berupa lingkungan, diantaranya hutan, bukit, pasir, laut, kolam dan lingkungan alam lainnya. Menurut KBBI: 254 dalam (Rachmawati dkk, 2010: 55) Kegiatan eksplorasi adalah penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh

17 22 pengetahuan lebih banyak, terutama sumber alam yang terdapat ditempat itu. Eksplorasi dapat pula dikatakan sebagai kegiatan untukmemperolehpengalaman baru dan situasi yang baru. Eksplorasi merupakan suatu jenis kegiatan permainan yang dilakukan dengan cara menjelajahi atau mengunjungi suatu tempat untuk mempelajari hal tertentu sambil mencari kesenangan atau sebagai hiburan dan permainan. Nichols(dalamYudha,2005: 28) menguraikan bahwa pembelajaran eksplorasi merupakan strategi mengajar yang lebih memfokuskan pada siswa (child centered). Dalam strategi mengajar eksplorasi ini tugas gerak dirancang untuk memungkinkan anak bergerak bebas seperti yang mereka inginkan, dalam batas keamanan yang selalu terjaga. Strategi mengajar ini mampu mengeksplorasi gerak dengan cara yang lebih umum dengan sedikit sekali arahan dari guru. Strategi ini dapat digunakan untuk memperkenalkan konsep, ide-ide dan respon dari anak mengenai materi yang guru berikan selama proses pembelajaran. Bermain Eksplorasi (dalam Hartati, 2005: 115) adalah nama lain yang juga digunakan untuk menggambarkan bermain fungsional. Bermain digunakan oleh anak untuk mengeksplorasi lingkungannya. Melalui indera dan aktivitas motorik dalam bermain anak mempelajari dunianya. Anak menggali kemampuan fisiknya dalam hubungannya dengan lingkungannya. Anak menyebabkan suatu kejadian, ia memiliki kekuatan atas dirinya sendiri dan melakukan sendiri dalam dunianya, bahkan kekuatan yang berasal dari luar dunianya dan kejadian yang akan terjadi.

18 23 Ia membangun konsep tentang benda alam, perubahannya dan sebab akibat yang ditimbulkannya. Anak melibatkan indera tubuhnya dalam dunianya, mengembangkan koordinasi tangan dan mata, mengenali kekekalan benda dan mengeksplorasi konsep ruang dan waktu. Hubungan antara bermain eksplorasi dengan kemampuan kognitif ini adalah melalui bermain anak dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya. Melalui pengamatan terhadap lingkungan sekitar, anak dapat menilai tentang benda-benda yang ada. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan eksplorasi anak dapat menambah wawasan dan informasi yang lebih luas dan nyata, menumbuhkan rasa ingin tahu yang mendalam, mengenal lingkungan anak dapat mengenal berbagai macam-macam dan jenis-jenis, warna, bentuk, ukuran, rasa dan bunyi. 4. Langkah Bermain Eksplorasi Alam Sekitar Dengan Belajar pada Alam Sekitar atau BALS (Rachmawati :2010: 55), anak dapat mengenal berbagai makhluk, warna, bentuk, bau, rasa, bunyi dan ukuran melalui alam. Permainan sebagai suatu media yang meningkatkan semua aspek perkembangan anak, khususnya perkembangan kognitif anak. Permainan memungkinkan anak mempraktikkan kompetensi-kompetensi dan keterampilan-keterampilanyang diperlukan dengan cara yang santai dan menyenangkan.

19 24 Langkah bermain eksplorasi alam sekitar menurut peneliti, ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Guru menjelaskan cara bermainnya, b. Guru memberikan arahan pada anak apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan serta memperingatkan pada anak tentang alat dan bahan yang akan digunakan c. Guru menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan,botol bekas, biji-bijian( kacang hijau, kedelai, jagung dll), dan mencontohkan cara bermainnya. d. Setiap anak diberikan tugas untuk melakukan eksplorasi secara bersama-sama seperti yang di contohkan untuk mencari benda yang diminta oleh guru, misalkan biji-bijian. Anak mencari biji-bijian yang sudah disediakan sebanyak mungkin, kemudian anak mengelompokkan sesuai dengan bentuk dan ukurannya. e. Setelah terkumpul, anak-anak dapat mengamati, mengevaluasi, dan memanfaatkan biji-bijian tersebut dengan cara membedakan bentuknya, membilang jumlahnya, mengisi botol dengan biji-bijian untuk mengetahui konsep penuh-kosong, berat-ringan dll. 5. Manfaat bermain eksplorasi alam sekitar bagi perkembangan kognitif anak yaitu: Dalam Rachmawati (2010: 56) kegiatan eksplorasi akan memberikan kesempatan pada anak untuk memahami dan memanfaatkan olah jajahannya berupa:

20 25 a. Wawasan informasi yang lebih luas dan lebih nyata, b. Menumbuhkan rasa keingintahuan anak tentang sesuatu yang telah ataupun baru diketahuinya, c. Memperjelas konsep keterampilan yang telah dimilikinya, d. Memperoleh pemahaman penuh tentang kehidupan manusia dengan berbagai situasi dan kondisi yang ada, e. Memperoleh pengetahuan tentang bagaimana memahami lingkungan yang ada disekitar, serta bagaimana memanfaatkannya. Menurut Moeslichatoen (dalam Rachmawati, 2010: 56) menyatakan bahwa semakin banyak perbendaharaan pengetahuan anak tentang dunia nyata semakin cepat perkembangan kognisi mereka terutama dalam kemampuan berpikir dan kemampuan membuat penilaian. Dengan Belajar pada Alam Sekitar atau BALS, anak dapat mengenal berbagai makhluk, warna, bentuk, bau, rasa, bunyi dan ukuran melalui alam. Dalam Yudha (2005:28) manfaat eksplorasi yaitu memungkinkan anak untuk memperoleh peluang kerja mandiri dan menggali kemampuannya sendiri. Selain itu dapat menghasilkan sikap percaya diri yang lebih besar pada diri anak. Menurut Mayke (2005: 59) manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan eksplorasi adalah menambah pengetahuan anak dan mendorong untuk mencari tahu hal-hal yang baru. Manfaat kedua adalah mendukung kepribadian yang positif, misalnya saja inisiatif untuk bertindak, bersikap sportif, bersikap tenang menghadapi masalah yang tidak diharapkan dan

21 26 percaya diri. Manfaat ketiga adalah sebagai alat bantu bagi anak untuk bersosialisasi atau menyesuaikan diri dengan teman-teman. C. Kriteria Keberhasilan 1. Pedoman Penilaian atau Evaluasi Depdiknas (2004: 3) penilaianadalah suatu usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui kegiatan pembelajaran. Menurut Yus Anita(2005: 111) pencatatan penilaian dapat menggunakan skala penilaian berupa memuaskan, berhasil, dan belum berhasil atau dengan lambang ( ) artinya berhasil melakukan beberapa kriteria yang ditentukan, lambang ( ) bisa melakukan separuh dari kriteria yang telah ditentukan dan tanda (x) untuk siswa yang belum dapat memenuhi kriteria yang ditentukan. Menurut Kemendiknas (2010: 5) penilaian di Taman Kanakkanak merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan tingkat pencapaian perkembangan anak dan pengambilan keputusan, pengakuan, atau ketetapan dengan kondisi ( kemampuan anak). Pedoman penilaian Kemendiknas Dirjen Mandas dan Menengah Direktorat Pembina TK (2010: 11) catatan hasil penilaian harian perkembangan anak dicantumkan pada kolom penilaian Rencana Kegiatan Harian (RKH) sebagai berikut :

22 27 a. Anak yang belum berkembang (BB) sesuai dengan indikator seperti dalam RKH atau dalam melaksanakn tugas selalu dibantu guru, maka dalam kolom penilaian ditulis nama anak dan diberi tanda satu bintang ( ). b. Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai indikator seperti yang diharapkan di RKH mendapatkan tanda dua bintang ( ). c. Anak yang berkembang sesuai dengan harapan (BSH) pada indikator dalam RKH mendapat tiga bintang ( ). d. Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator seperti yang diharapkan dalam RKH mendapat tanda empat bintang( ). 2. Indikator Hasil Belajar Kompetensi Dasar merupakan pengembangan potensi-potensi perkembangan pada anak yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan usianya berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikator yang dapat diukur dan diamati. Hasil belajar merupakan cerminan kemampuan anak yang dicapai dari suatu tahapan pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar. Indikator merupakan hasil belajar yang lebih spesifik dan terukur dalam satu kompetensi dasar. Apabila serangkaian indikator dalam suatu kompetensi dasar tercapai, berarti target kompetensi dasar sudah terpenuhi.

23 28 Dalam Kurikulum TK ( Matrik Kelompok B) tahun 2004 terdapat indikator pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar anak dalam aktivitas pembelajaran di sekolah sebagai berikut: Tabel 2.1 Indikator Aspek Perkembangan Kognitif No Indikator Aspek Perkembangan Kognitif 1 Mengelompokkan benda dengan berbagai cara yang diketahui anak. Misalnya: menurut warna, bentuk, dan ukuran menggunakan biji-bijian. 2 Membilang / menyebut urutan bilangan 1-20 menggunakan biji kacang tanah 3 Mengenalberat-ringan, banyak-sedikit, sama-tidak sama menggunakan biji-bijian Sumber. Kurikulum TK 2004 D. Kerangka Pikir Sebagai suatu proses berfikir, mengatasi pengalaman atau masalah baru terhadap situasi yang dihadapi. Tingkah laku kognitif ini merupakan produk atau hasil dari penerapan strategi berfikir, mengatasi masalah-masalah baru secara cepat dan kreatif. Dengan demikian pendidikan seharusnya membantu anak untuk menemukan bakat dan kreativitas yang tersembunyi dalam diri anak. Dari hal tersebut, peneliti melakukan observasi sebelum melakukan penelitian pada kondisi awal pembelajaran di TK tersebut masih monoton dan membosankan bagi anak. Sehingga kemampuan kognitif anak kurang berkembang sesuai tahap perkembangannya, kurangnya pendekatan atau interaksi antara guru dan anak menjadikan pembelajaran kurang menyenangkan. Anak terlihat kurang memperhatikan dan merespon guru saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

24 29 Dengan Belajar pada Alam Sekitar atau BALS (Rachmawati :2010: 55), anak dapat mengenal berbagai makhluk, warna, bentuk, bau, rasa, bunyi dan ukuran melalui alam. Anak juga dapat meniru dan membuat duplikasi alam sesuai imajinasi dan kemampuannya. Melalui bermain eksplorasi alam sekitar anak dapat berinteraksi langsung dengan benda benda yang dapat menarik rasa ingintahunya dan mencari tahu sendiri tentang benda tersebut, dan pembelajaran yang diberikan tidak monoton dan tidak membosankan anak, kegiatan ini akan menuntut siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, sehingga anak merasa senang dan tertarik dengan alam. Bagan Alur Kerangka Pikir Kondisi Awal Kemampuan Kognitif Belum Optimal Perkembangan kognitif siswa melalui kegiatan eksplorasi alam sekitar PERENCANAAN perbaikan dengan kegiatan bermain eksplorasi Refleksi Guru mengajak anak menceritakan kembali apa yang telah dilakukan Observasi Perkembangan kognitif melalui bermain eksplorasi alam sekitar mulai berkembang Siklus I Mengajak anak bereksplorasi atau bermain menggunakan biji-bijian Siklus II Mengajak anak bermain eksplorasi menggunakan bendabenda yang sudah disediakan guru yaitu biji-bijian Observasi Perkembangan kognitif melalui bermain eksplorasi hsilnya berkembang Refleksi Terjadi peningkatan terhadap kemampuan kognitif pada kemampuan anak

25 30 E. Hipotesis Tindakan Hipotesis penelitian tindakan kelas yang diajukan yaitu penerapan metode bermain eksplorasi alam sekitar dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak kelompok B1 RA Al Khairiyah Banjarsari Kidul Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas Semester Genap Tahun Ajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tanpa pertimbangan hasil akhir. Kegaitan tersebut dilakukan dengan sukarela

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tanpa pertimbangan hasil akhir. Kegaitan tersebut dilakukan dengan sukarela BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Bermain Bermain dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan demi kesenangan dan tanpa pertimbangan hasil akhir. Kegaitan tersebut dilakukan dengan sukarela tanpa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Anak Usia Dini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Anak Usia Dini 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemahaman Konsep Anak Usia Dini 1. Pengertian Pemahaman Konsep Menurut Zacks & Tversky (dalam Santrock 2010:352), konsep adalah kategori-kategori yang mengelompokkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak. pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak. pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak 1. Pengertian Motorik Halus Anak Usia Dini Menurut Sumantri (2005: 143) keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Perkembangan anak usia dini merupakan perkembangan yang sangat penting untuk generasi penerus bangsa. Karena anak usia dini merupakan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan upaya mendidik anak, sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa perkembangannya. Undang-undang Nomor 20

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini atau pra sekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini 1. Pengertian Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena disamping

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini 1. Pengertian Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini. Kerjasama merupakan salah satu fitrah manusia sebagai makhluk sosial. Semakin modern seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa ini merupakan masa kritis dimana anak membutuhkan rangsanganrangsangan yang tepat untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa : 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan dalam rangka mencapai kedewasaan subyek didik secara aktif mengembangkan potensipotensi dirinya.

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 9 II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Perkembangan kognitif merupakan salah satu dari bidang perkembangan kemampuan dasar yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan proses yang kompleks, terbentuk dari potensi anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Salah satu kegiatan yang harus diterapkan pada sekolah Taman Kanak-kanak adalah

BAB II KAJIAN TEORI. Salah satu kegiatan yang harus diterapkan pada sekolah Taman Kanak-kanak adalah 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Dasar Bermain Salah satu kegiatan yang harus diterapkan pada sekolah Taman Kanak-kanak adalah bermain, karena dengan cara bermain maka siswa akan lebih menikmati proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan tingkat kecerdasan (inteligensi) yang menandai seseorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan tingkat kecerdasan (inteligensi) yang menandai seseorang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kognitif Pada Anak Usia Dini Kognitif adalah suatu proses yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa,

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. yang sering disebut perkembangan kognitif. Menurut Gagne (dalam Jamaris,

II. KAJIAN PUSTAKA. yang sering disebut perkembangan kognitif. Menurut Gagne (dalam Jamaris, 7 II. KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Perkembangan Kognitif Perkembangan merupakan suatu perubahan yang dialami setiap individu atau siap anak baik perkembangan fisik ataupun psikis anak. Penelitian ini menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kognitif, emosional dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kognitif, emosional dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Teori -Teori Belajar Teori belajar merupakan kegiatan yang ada didalam diri manusia untuk mengubah suatu perilaku dalam diri seseorang. Dalam psikologi dan pendidikan,

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK GEOMETRI PADA ANAK KELOMPOK A DI TK PERTIWI PURO I KARANGMALANG SRAGEN TAHUN PELAJARAN

MENGEMBANGKAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK GEOMETRI PADA ANAK KELOMPOK A DI TK PERTIWI PURO I KARANGMALANG SRAGEN TAHUN PELAJARAN 1 MENGEMBANGKAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK GEOMETRI PADA ANAK KELOMPOK A DI TK PERTIWI PURO I KARANGMALANG SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2013-2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peserta didik sekolah dasar kelas awal, yaitu kelas I, II, dan III berada pada rentang usia dini. Masa usia dini merupakan masa yang pendek, tetapi sangat penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat pesat bagi kehidupan serta organisasi yang merupakan satu kesatuan jasmani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) 1) Mahasiswa FKIP UMN Al Washliyah dan 2) Dosen Kopertis Wilayah I dpk FKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan adalah usaha sadar dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2 PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh: LILIS SUHARYANI A.520085055

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK)

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan wahana untuk mengembangkan potensi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan, bakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UPI Kampus Serang Yeni, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UPI Kampus Serang Yeni, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan individu yang unik dan memiliki karakteristik tersendiri yang sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini merupakan masa keemasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 2.1 Hakikat Sains 2.1.1 Pengertian Sains Pada dasarnya setiap anak dilahirkan dengan bakat untuk menjadi ilmuwan, ia dilahirkan dengan membawa sesuatu keajaiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasmani dan rohani anak di lingkungan keluarga sebelum memasuki. pendidikan dasar. Anak yang dalam pandangan pendidikan modern

BAB I PENDAHULUAN. jasmani dan rohani anak di lingkungan keluarga sebelum memasuki. pendidikan dasar. Anak yang dalam pandangan pendidikan modern BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terkait pada seluruh aspek kehidupan manusia. Pendidikan diarahkan pada perkembangan dan pertumbuhan manusia agar menjadi manusia yang memiliki identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan pendapat Froebel (M. Solehuddin, 2000:33) bahwa Masa anak-anak merupakan fase yang sangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena itu setiap warga negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto

KARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto KARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1 10 DENGAN MENGGUNAKAN KARTU ANGKA. Endah Retnowati

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1 10 DENGAN MENGGUNAKAN KARTU ANGKA. Endah Retnowati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah ISSN 0854-2172 TK Cempaka Indah Ketitangkidul, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Kemandirian Anak Usia Dini 1. Pengertian Kemandirian Anak Usia Dini Menurut Sitti Hartinah (2011:36) perkembangan sosial mengandung makna pencapaian suatu kemampuan

Lebih terperinci

BAB II DASAR PEMIKIRAN.

BAB II DASAR PEMIKIRAN. BAB II DASAR PEMIKIRAN 2.1. Definisi Anak www.sumberdalem.com Setiap orang pernah merasakan masa anak-anak, dimana pada masa itulah rasa ingin tahu yang tinggi muncul dan berkembang. Untuk menjadi pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan satu bentuk pendidikan formal pada pendidikan anak usia dini. Taman Kanak-kanak yang disingkat TK adalah salah satu bentuk satuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang menjelaskan mengenai pengertian perkembangan, pengertian emosi, dan pengertian pendidikan anak usia dini. A. Pengertian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbedabeda. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari sejak lahir. Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak bukanlah orang dewasa mini. Anak memiliki cara tersendiri untuk. lebih bereksplorasi menggunakan kemampuan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. Anak bukanlah orang dewasa mini. Anak memiliki cara tersendiri untuk. lebih bereksplorasi menggunakan kemampuan yang dimiliki. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak-anak dengan berbagai karakter yang berbeda. Setiap anak adalah unik yang memiliki kemampuan berbeda-beda. Anak bukanlah orang dewasa

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM 1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM Eka Guswarni Abstrak Kemampuan membaca awal anak masih rendah. Peningkatan kemampuan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bagi anak usia prasekolah. Sekurang-kurangnya ada tiga alasan utama. yang mendukung pentingnya pendidikan prasekolah.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bagi anak usia prasekolah. Sekurang-kurangnya ada tiga alasan utama. yang mendukung pentingnya pendidikan prasekolah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya pendidikan prasekolah tidak perlu disangsikan lagi. Baik para ahli maupun masyarakat umum lajimnya sudah mengakui akan betapa pentingnya pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 29 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Anak Usia Prasekolah Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia 4-6 tahun. Anak usia prasekolah ini menunjukkan perkembangan motorik, verbal, dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bermain merupakan aktivitas yang penting dilakukan oleh anak-anak. Sebab dengan bermain anak-anak akan bertambah pengalaman dan pengetahuannya. Moeslichatoen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang mandiri. Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, dan teknologi agar bangsa semakin maju dan berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang mandiri. Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, dan teknologi agar bangsa semakin maju dan berkembang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu proses pendidikan yang berlangsung di Indonesia yang terdiri dari pendidikan formal dan non formal. Di samping itu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun pertama yang disebut The Golden Years. Masa keemasan ini dijadikan. ruang dan kesempatan agar mereka memahami mengenai:

BAB I PENDAHULUAN. tahun pertama yang disebut The Golden Years. Masa keemasan ini dijadikan. ruang dan kesempatan agar mereka memahami mengenai: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya anak usia Taman Kanak-kanak (TK) adalah individu yang memiliki potensi dengan pertumbuhan pesat, sehingga pembinaan dan pendidikan dini sangatlah

Lebih terperinci

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI Asep Ardiyanto PGSD FIP Universitas PGRI Semarang ardiyanto.hernanda@gmail.com Abstrak Bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MAZE KATA DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MAZE KATA DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MAZE KATA DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG 1 ARTIKEL Oleh NANDA ERIKA NIM : 2009/51064 JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh. potensinya. Berdasarkan kajian dalam Ernawulan Syaodih dan Mubiar

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh. potensinya. Berdasarkan kajian dalam Ernawulan Syaodih dan Mubiar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan anak pada rentang usia 0-8 tahun. Pada usia tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh potensinya. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. Anak memiliki karakteristik yang khas dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh. Sebagai bagian dari pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia Taman Kanak-kanak memiliki karakteristik yaitu rasa ingin tahu dan antusias

BAB I PENDAHULUAN. usia Taman Kanak-kanak memiliki karakteristik yaitu rasa ingin tahu dan antusias BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia TK memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai karena anak usia TK adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang khas, dikatakan memiliki karakteristik yang khas dikarenakan mempunyai rasa ingin tahu yang

Lebih terperinci

PENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Proses Pembelajaran Matematika 1 Dosen Pengampu: Mohammad Asikin, M.Pd Disusun oleh: 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara luas diketahui bahwa periode anak dibagi menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara luas diketahui bahwa periode anak dibagi menjadi dua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara luas diketahui bahwa periode anak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu masa anak awal dan masa anak akhir. Periode masa anak awal berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil dari perkembangan di usia-usia dini seseorang. Perkembangan anak pada usia pra-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. hasil dari perkembangan di usia-usia dini seseorang. Perkembangan anak pada usia pra-sekolah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan intelektual, spriritual dan sosial emosional seorang manusia merupakan hasil dari perkembangan di usia-usia dini seseorang. Perkembangan anak pada usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini memegang peranan yang sangat penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar pembelajaran yang akan mengembangkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN POHON PINTAR DI TAMAN KANAK-KANAK LUBUK BASUNG. Eva Mirmiyanti ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN POHON PINTAR DI TAMAN KANAK-KANAK LUBUK BASUNG. Eva Mirmiyanti ABSTRAK 1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN POHON PINTAR DI TAMAN KANAK-KANAK LUBUK BASUNG Eva Mirmiyanti ABSTRAK Perkembangan kemampuan membaca anak dengan kartu kata bergambar di TK Aisyiah

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. yang dikutip oleh Winataputra (2003: 2.3) bahwa belajar adalah suatu proses

I. TINJAUAN PUSTAKA. yang dikutip oleh Winataputra (2003: 2.3) bahwa belajar adalah suatu proses I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan perubahan perilaku individu dalam merespon suatu kondisi dan peristiwa yang terjadi di lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Gagne yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penentu kehidupan pada masa mendatang. Seperti yang diungkapkan Dr.Gutama (2004) dalam modul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi, salah satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun. Anak usia tersebut dipandang

Lebih terperinci

HUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU

HUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU HUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU Indriwati 1 ABSTRAK Masalahan pokok dalam artikel ini adalah kreativitas anak yang belum berkembang sesuai harapan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya,

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan 1. Penjelasan Judul Perancangan Pendidikan PAUD saat ini sangatlah penting, sebab merupakan pendidikan dasar yang harus diterima anak-anak. Selain itu untuk

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar 8 II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar ditaman kanak-kanak adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebenarnya tidak dikenal. Sementara itu Chaplin (dalam Rachmawati, 2005: 15)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebenarnya tidak dikenal. Sementara itu Chaplin (dalam Rachmawati, 2005: 15) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kreativitas Menggambar Anak Usia Dini 1. Pengertian Kreativitas Hurlock (1978: 4) mengatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF DENGAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP UKURAN JURNAL. Oleh

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF DENGAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP UKURAN JURNAL. Oleh HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF DENGAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP UKURAN JURNAL Oleh ELVIRA YUNITA (1113054004) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini Pendidikan Anak Usia Dini menjadi wacana yang sering menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem Pendidikan Nasional sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang pasal 28 ayat 2 bahwa setiap anak berhak atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang pasal 28 ayat 2 bahwa setiap anak berhak atas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang pasal 28 ayat 2 bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di zaman globalisasi sekarang ini membutuhkan manusia yang mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI SUMBER BELAJAR LINGKUNGAN PADA KELOMPOK B TK NEGERI MODEL TERPADU MADANI PALU

MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI SUMBER BELAJAR LINGKUNGAN PADA KELOMPOK B TK NEGERI MODEL TERPADU MADANI PALU MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI SUMBER BELAJAR LINGKUNGAN PADA KELOMPOK B TK NEGERI MODEL TERPADU MADANI PALU Susy Lamaka 1 ABSTRAK Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Terdiri beberapa

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN ROLET KATA DI TAMAN KANAK KANAK AISYIYAH KUBANG AGAM

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN ROLET KATA DI TAMAN KANAK KANAK AISYIYAH KUBANG AGAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN ROLET KATA DI TAMAN KANAK KANAK AISYIYAH KUBANG AGAM K A R M I L A ABSTRAK Kemampuan membaca anak kelompok B1 di TK Aisyiyah Kubang Agam masih

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR Ernawulan Syaodih Pendahuluan Perkembangan individu merupakan sesuatu yang kompleks, artinya banyak faktor yang turut berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK MELALUI PERMAINAN DADU ANGKA GAMBAR RUMAH JAMUR TAMAN KANAK-KANAK AL-AZHAR BUKITTINGGI ARTIKEL

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK MELALUI PERMAINAN DADU ANGKA GAMBAR RUMAH JAMUR TAMAN KANAK-KANAK AL-AZHAR BUKITTINGGI ARTIKEL PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK MELALUI PERMAINAN DADU ANGKA GAMBAR RUMAH JAMUR TAMAN KANAK-KANAK AL-AZHAR BUKITTINGGI ARTIKEL Oleh : FITRITA NIM : 94003/2009 JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kanak-kanak adalah pengembangan bahasa. Bahasa memungkinkan anak untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kanak-kanak adalah pengembangan bahasa. Bahasa memungkinkan anak untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini 1. Pengertian Bahasa Salah satu bidang pengembangan dlam pertumbuhan kemampuan dasar di Taman Kanak-kanak adalah pengembangan bahasa. Bahasa memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak. Masa ini disebut sebagai the golden age, yaitu saat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak. Masa ini disebut sebagai the golden age, yaitu saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan usia yang sangat penting dan menentukan bagi perkembangan anak. Masa ini disebut sebagai the golden age, yaitu saat perkembangan otak, sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak dan Taman Kanak-kanak Anak adalah generasi masa depan yang memiliki pribadi unik, zaman yang akan datang adalah milik anak-anak kita. Masa kanak-kanak adalah

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN BERBANTUAN MEDIA ALAM UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA ANAK KELAS B1 PAUD SRIKANDI DI KABUPATEN KEPAHIANG

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN BERBANTUAN MEDIA ALAM UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA ANAK KELAS B1 PAUD SRIKANDI DI KABUPATEN KEPAHIANG KARYA ILMIAH PENERAPAN METODE EKSPERIMEN BERBANTUAN MEDIA ALAM UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA ANAK KELAS B1 PAUD SRIKANDI DI KABUPATEN KEPAHIANG (Penelitian Tindakan Kelas ) OLEH : Susi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fifit Triana Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fifit Triana Dewi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran membaca, menulis dan berhitung pada anak usia dini merupakan hal yang dianggap lebih penting dan paling utama dalam pendidikan anak usia dini oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Pada Program Studi PG-PAUD

ARTIKEL PENELITIAN. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Pada Program Studi PG-PAUD MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI PERMAINAN TOPI RAJA PADA ANAK KELOMPOK B TK PGRI BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014-2015 ARTIKEL PENELITIAN Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PERMAINAN TRADISIONAL CONGKLAK BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI DI TK AISYIYAH BERUK 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PERMAINAN TRADISIONAL CONGKLAK BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI DI TK AISYIYAH BERUK 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PERMAINAN TRADISIONAL CONGKLAK BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI DI TK AISYIYAH BERUK 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan hasil belajar berfikir logis, sistematis, kritis dan kreatif, serta hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. dengan hasil belajar berfikir logis, sistematis, kritis dan kreatif, serta hasil belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan matematika/pengenalan konsep bilangan wajib diberikan kepada semua peserta didik mulai dari usia PAUD, untuk membekali peserta didik dengan hasil belajar

Lebih terperinci

PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM. Azwinar

PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM. Azwinar 2 PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM 3 Azwinar ABSTRAK Perkembangan bahasa anak di Taman Kanak-kanak Syukrillah Agam masih rendah. Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tempat ibadah merupakan salah satu wadah dimana orang-orang berkumpul dengan teman-teman seiman, memuji, dan menyembah Tuhan yang mereka percayai. Di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945, terutama pada alenia ke empat yang salah satu tujuan didirikan Negara Republik

Lebih terperinci

Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011 PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA DINI (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas B Taman Kanak-kanak Al-Kautsar Bandarlampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak khususnya anak usia dini merupakan masa yang paling optimal untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan melakukan apapun untuk

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MELALUI KEGIATAN BERMAIN PERAN PADA ANAK KELOMPOK B 1 RA. KUSUMA MULIA TURUS KECAMATAN GURAH KABUPATEN KEDIRI TAHUN AJARAN 2014 / 2015 SKRIPSI

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO ARTIKEL ILMIAH PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO Oleh FEDRIYENTI NIM. 58667/2010 JURUSAN PENDIDIKAN GURU

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi PG-PAUD

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi PG-PAUD PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL TERJADINYA SIANG DAN MALAM MELALUI METODE EKSPERIMEN KOTAK LAMPU AJAIB PADA ANAK KELOMPOK A TK KUSUMA MULYA I KALIOMBO KOTA KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU PASANGAN PADA ANAK KELOMPOK B TK DAMHIL KOTA GORONTALO

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU PASANGAN PADA ANAK KELOMPOK B TK DAMHIL KOTA GORONTALO MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU PASANGAN PADA ANAK KELOMPOK B TK DAMHIL KOTA GORONTALO Martianty Nalole Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo Abstract:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara, 19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa mempunyai tujuan agar siswa terampil berbahasa yang meliputi keterampilan berbicara, keterampilan menyimak, keterampilan membaca dan keterampilan

Lebih terperinci