ANALISIS GENDER TOKOH UTAMA PEREMPUAN NOVEL MATARAISA KARYA ABIDAH EL-KHALIEQY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS GENDER TOKOH UTAMA PEREMPUAN NOVEL MATARAISA KARYA ABIDAH EL-KHALIEQY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA SKRIPSI"

Transkripsi

1 ANALISIS GENDER TOKOH UTAMA PEREMPUAN NOVEL MATARAISA KARYA ABIDAH EL-KHALIEQY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA SKRIPSI Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh IzzatulYazidah PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2014 i

2 ii

3

4 iv

5 MOTO DAN PERSEMBAHAN MOTO Kebodohan merupakan tanda kematian jiwa, terbunuhnya kehidupan, dan membusuknya umur. Oleh karena itu, tuntutlah ilmu, galilah pengetahuan, raihlah berbagai manfaat, maka semua kesedihan, kepedihan dan kecemasan akan berganti dengan kebahagiaan. (Dr. Aidh Al-Qarni) PERSEMBAHAN Karya sederhana ini kuperembahkan untuk: 1. Abi dan Ummi (Haris dan Umi Sholihah) tercinta terima kasih atas pengorbanan, cinta, dan kesabaran yang tidak terbalaskan, 2. Kakak dan Adikku (Indah Mahir, Fuad Makmun, dan Sukma Anugrah) terima kasih atas doa dan dukungannya, 3. Sahabat dan orang tersayang terima kasih atas dukungan dan kebersamannya. v

6 PRAKATA Puji dan syukur sepatutnya disampaikan ke hadirat Illahi Rabbi, karena berkat rahmat dan karunianya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Gender Tokoh Utama Perempuan Novel Mataraisa Karya Abidah El- Khalieqy dan Pembelajarannya di Kelas XI SMA. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo. Peneliti menyadari dalam menyusun skripsi ini banyak mengalami kesulitan dan hambatan. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan peneliti. Akan tetapi, atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, peneliti dapat mengatasi kesulitan-kesulitan dan hambatan tersebut, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan perhatian dan dorongan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skirpsi ini; 2. Dekan Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti menempuh pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan; 3. Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan perhatian dan dorongan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini; 4. Ibu Dra. Hj. Kadaryati, M. Hum. Selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, dukungan, dan arahan dengan penuh perhatian dan kesabaran, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini; vi

7 vii

8 ABSTRAK Yazidah, Izzatul Analisis Gender Tokoh Utama Perempuan Novel Mataraisa Karya Abidah El-Khalieqy dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. FKIP. Universitas Muhammadiyah Purworejo. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Mendeskripsikan struktur novel Mataraisa karya Abidah El-Khalieqy, (2) Mendeskripsikan permasalahan gender yang terkandung dalam novel Mataraisa karya Abidah El-Khalieqy, (3) Mendeskripsikan skenario pembelajaran aspek gender novel Mataraisa karya Abidah El-Khalieqy. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Objek penelitian adalah novel Mataraisa karya Abidah El-Khalieqy. Fokus penelitian adalah analisis gender tokoh utama novel Mataraisa dan skenario pembelajarannya di kelas XI SMA. Sumber data diperoleh dari Novel Mataraisa. Instrumen yang digunakan adalah kartu pencatat dan alat tulisnya. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan studi kepustakaan. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis isi. Teknik penyajian hasil analisis data menggunakan teknik penyajian informal. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa (1) struktur novel Mataraisa saling berjalinan erat dari segi religiusnya; (2) analisis gender tokoh utama perempuan novel Mataraisa, yaitu (a) identifikasi tokoh perempuan dan kedudukannya di masyarakat antara lain: Raisa Fairuza sebagai penulis terkenal, Ummi Lubna Falakhy sebagai istri yang diperoleh Fuad Hifdzi sebagai hadiah setelah memenangkan balap zebra, Ummi Duhita Quari sebagai istri kedua dari Fuad Hifdzi dan harus selalu mengalah dengan kakak madunya, Rita sebagai perempuan yang hamil kemudian ditinggal pacarnya, Bi Julipat sebagai pembantu rumah tangga, (b) kekerasan emosional yang dialami tokoh utama perempuan dalam novel Mataraisa dilakukan oleh ayah kandungnya sendiri dan oleh Ko-Mir, (c) Perempuan sebagai subjek aktif, yaitu Raisa sebagai penulis terkenal ia selalu memberikan pencerahan dengan menyadarkan para kaum hawa untuk menyadari posisi mereka yang selama ini ditindas oleh laki-laki, (d) prasangka gender mengakibatkan stereotip pada perempuan karena masyarakat pada umumnya menganggap bahwa gender adalah takdir Allah Swt. yang diberikan kepada lakilaki dan perempuan, (e) Islam berpandangan bahwa laki-laki dan perempuan itu adalah sama sebagai mitra sejajar, keduanya memiliki kelebihan masing-masing, dan tidak ada penguasa dan yang dikuasai. (3) Skenario pembelajaran analisis gender novel Mataraisa terdiri atas kegiatan pendahuluan (guru membuka dan mengondisikan siswa); kegiatan inti, yaitu eksplorasi (siswa diberi kesempatan memahami materi pembelajaran), elaborasi (siswa diberi kesempatan untuk melakukan penemuan), dan konfirmasi (guru memberikan umpan balik untuk mengetahui sebarapa jauh pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang telah diberikan oleh guru); kegiatan penutup (guru mengakhiri pembelajaran). Kata kunci: struktural, gender, skenario pembelajaran. viii

9 DAFTAR ISI JUDUL... i PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii PENGESAHAN... iii PERNYATAAN... iv MOTO DAN PERSEMBAHAN... v PRAKATA... vi ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Penegasan Istilah... 5 C. Identifikasi Masalah... 7 D. Batasan Masalah... 8 E. Rumusan Masalah... 9 F. Tujuan dan Manfaat... 9 G. Sistematika penulisan skripsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS A. Tinjauan Pustaka B. Kajian Teoretis Pengertian Novel Kajian Struktural a. Tema b. Alur c. Tokoh dan Penokohan d. Latar e. Sudut Pandang Kritik Sastra Feminis dan Analisis Gender a. Kritik Sastra Feminis ) Sejarah Kritik Sastra Feminis ) Ragam Kritik Sastra Feminis b. Analisis Gender ) Pengertian Gender dan Analisis Gender ) Perbedaan Gender malahirkan ketidakadilan ) Analisis Gender dan Tafsir Agama Pembelajaran Sastra di SMA a. Pembelajaran Sastra di SMA b. Metode Pembelajaran Sastra di SMA c. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Sastra di SMA ) Tujuan Pembelajaran Sastra di SMA ix

10 2) Fungsi Pembelajaran Sastra di SMA d. Pemilihan Bahan Pembelajaran Sastra di SMA e. Langkah-langkah Pembelajaran Sastra di SMA f. Skenario Pembelajaran Analisis Gender Novel Mataraisa karya Abidah El-Khalieqy Di Kelas XI SMA BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian B. Objek Penelitian C. Fokus Penelitian D. Sumber Data E. Instrumen Penelitian F. Teknik Pengumpulan Data G. Teknik Analisis Data H. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA A. Penyajian Data B. Pembahasan Data Struktur Novel Mataraisa Analisis Gender Novel Mataraisa Skenario Pembelajaran Analisis Gender Novel Mataraisa sebagai Pembelajaran di Kelas XI SMA BAB V : PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL Tabel 1: Pedoman Penilaian Tabel 2: Struktur Novel Mataraisa Tabel 3: Analisis Gender Novel Mataraisa Tabel 4: Sajian dan Skenario Pembelajaran Novel Mataraisa di Kelas XI SMA xi

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Sinopsis Lampiran 2: Biografi Pengarang Lampiran 3: Kartu Pencatat Data Lampiran 4: Silabus Lampiran 5: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 6: Surat Keputusan Lampiran 7: Kartu Bimbingan Skripsi xii

13 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini terbagi ke dalam beberapa subbab, yaitu latar belakang masalah, penegasan istiah, identifiksai masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan skripsi. A. Latar Belakang Masalah Wacana mengenai perempuan masih menjadi perbincangan di masyarakat hingga kini, entah itu mengenai keaktifan atau kepasifan peran dan posisi perempuan di masyarakat. Bahkan, belakangan ini, wacana-wacana tersebut tampak makin marak. Keaktifan atau kepasifan peran dan citra perempuan dalam masyarakat pada saat ini, tidak terlepas dari apa yang disebut dengan gerakan feminisme. Djajanegara (2003:1-4) mengemukakan bahwa ada beberapa pendapat mengenai munculnya feminisme di Amerika. Ketika rakyat Amerika memproklamasikan kemerdekaannya pada 1776, Deklarasi Kemerdekaan (declaration of independence) Amerika mencantumkan kalimat all man are created equal (semua manusia/laki-laki diciptakan sejajar). Dalam bahasa Inggris, kata man selain bermakna manusia, bisa juga berarti laki-laki (dalam bentuk jamak). Feminisme berbeda dengan emansipasi. Emansipasi cenderung menekankan pada partisipasi perempuan dalam pembangunan tanpa mempersoalkan ketidakadilan gender, sedangkan feminisme sudah mempersoalkan hak serta kepentingan perempuan yang selama ini tidak adil. Menurut feminis, 1

14 2 penyebab utama inferioritas perempuan adalah adanya nilai-nilai tradisional dan anggapan bahwa seorang perempuan harus pandai mengurus rumah tangga dan domestisitasnya. Maka, agar mampu mandiri, petama-tama perempuan harus diberi kesempatan mendapat pendidikan yang memungkinkan mereka mengasah daya pikirnya. Dengan demikian, mereka akan sanggup mengembangkan diri dirinya lebih lanjut, yaitu mencapai kemandirian ekonomis yang pada gilirannya akan memberinya kekuasaan (Djajanegara, 2003: 5). Inti tujuan feminisme adalah meningkatkan kedudukan dan derajad perempuan agar sama atau sejajar dengan kedudukan serta derajat laki-laki. Perjuangan serta usaha feminisme untuk mencapai tujuan ini mencakup berbagai cara. Salah satunya adalah memperoleh hak dan peluang yang sama dengan yang dimiliki oleh laki-laki. Cara lain adalah dengan membebaskan perempuan dari lingkup domestik atau lingkungan keluarga dan rumah tangga. Konsep penting yang harus dipahami dalam membahas masalah perempuan ialah konsep seks dan gender. Pengertian seks dan jenis kelamin merupakan penyifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis. Jenis kelamin ini secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis. Sementara itu, konsep gender merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki ataupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural (Fakih,2013: 3). Ekspresi feminisme dapat dilakukan dengan berbagai hal, baik melalui sikap penulisan artikel, puisi, novel, maupun melalui berbagai media lain yang

15 3 memungkinkan transformasi gagasan dan pandangan sebagai bentuk kritik feminis terhadap situasi dan pandangan sosial masyarakat. Dalam penelitian yang akan peneliti lakukan, ekspresi feminisme dilakukan melalui karya sastra, yaitu novel. Karya sastra sebagai hasil cipta manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun ajaran hidup. Orang dapat mengetahui nilai hidup, susunan adat istiadat, suatu keyakinan, dan pandangan hidup orang lain atau masyarakat melalui karya sastra. Karya sastra merupakan sebuah fenomena bentuk sosial sehingga yang terlihat dalam karya sastra sebuah identitas masyarakat yang bergerak, baik yang berkaitan dengan pola struktur, fungsi maupun aktivitas dan kondisi sosial budaya sebagai latar belakang kehidupan masyarakat. Novel merupakan salah satu ragam prosa, disamping cerpen dan roman. Di dalamnya terdapat peristiwa yang dialami oleh tokohnya secara sistematik dan terstruktur. Di antara genre karya sastra, yaitu puisi, prosa, drama, genre prosalah, khususnya novel yang dianggap paling dominan dalam menampilkan unsur-unsur sosial. Alasan yang dapat dikemukan, diantaranya (a) novel menampilkan unsur-unsur yang paling lengkap, memiliki media yang paling luas, menyajikan masalah-masalah kemasyarakatan yang paling luas, ( b) bahasa novel cenderung bahasa sehari-hari. Seorang pengarang berusaha semaksimal mungkin mengarahkan pembaca kepada gambaran realita kehidupan lewat cerita yang ada dalam novel, (Ratna, 2013: ). Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia, pengarang berusaha mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita

16 4 kehidupan. Peran yang dijalani masyarakat (tokoh) dalam fiksi seperti pada novel berserta tindakannya sangat dipengaruhi oleh sosiokultural masyarakat. Terlebih peran itu dijalani oleh seorang perempuan. Dahulu sebagian besar masih ada yang berpendapat bahwa tugas seorang perempuan itu cukup pada lingkup domestik. Oleh karena itu, akan terasa aneh jika ada seorang perempuan yang meninggalkan rumah untuk bekerja, atau bersosialisasi. Begitu pula pada masa sekarang sebagian masyarakat akan merasakan hal yang aneh atau tidak wajar apabila melihat laki-laki memasak di dapur sambil menggendong bayinya. Berdasarkan gambaran di atas, ternyata secara tidak sadar masyarakat telah mempraktekkan gender. Mana yang pantas dilakukan perempuan dan mana yang tidak pantas dilakukannya. Gerakan feminisme ternyata menembus juga pada kehidupan sastra. Pada novel Mataraisa karya Abidah El-Khalieqy yang akan dibahas pada penelitian ini merupakan sebagian contoh karya yang menyoroti tentang feminisme. Karya tersebut telah mencoba mendudukkan tokoh perempuan sebagai tokoh yang menembus feminisme. Peneliti menganalisis novel Mataraisa dengan menggunakan kajian feminisme. Peneliti tertarik untuk mengetahui kehidupan perempuan masa kini yang intelek, haus akan pengetahuan dan pendidikan, rajin berkarya di luar lingkungan domestik, berani merespon segala ketidakadilan yang dialami kaum perempuan. Tokoh utama perempuan dalam novel ini tidak seperti perempuan kebanyakan yang seringkali berada di ranah domestik, ia adalah seorang perempuan yang bergelut di ranah publik.

17 5 Pemilihan novel Mataraisa didasari oleh ketertarikan peneliti pada novel tersebut karena novel tersebut sangat kental dengan feminismenya. Novel tersebut menggambarkan sosok perempuan intelek, mengajak para perempuan untuk melawan ketertindasan melalui tulisan-tulisannya, berani mengungkapkan pandangannya tentang perempuan, dan melawan siapa saja yang merendahkan martabat perempuan. Novel Mataraisa di dalam pembelajarannya di kelas XI SMA, diharapkan dapat menambah khasanah tentang kesetaraan perempuan dan dapat mengambil nilai-nilai positif, sebagai tempat bersosialisasi, sekolah adalah institusi utama tempat konstruksi gender dipraktikkan. Saat ini, sekolah mulai menggalakkan persamaan gender. Selain itu, pembelajaran novel Mataraisa di kelas XI SMA juga dapat menambah atau meningkatkan apresiasi sastra. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk menganalisis novel Mataraisa karya Abidah El-Khalieqy berkaitan dengan tokoh perempuan dalam masalah gender. Hubungannya dengan pembelajarannya di kelas XI SMA, hasil analisis novel Mataraisa karya Abidah El-Khalieqy diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif bahan pembelajaran di kelas XI SMA untuk membentuk sikap positif pada siswa kelas XI SMA. B. Penegasan Istilah Untuk menghindari terjadinya kesalahan pengertian antara peneliti dan pembaca mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam judul skripsi, peneliti perlu menjelaskan arti istilah yang dipaparkan di bawah ini.

18 6 1. Analisis adalah mengurai atau memisahkan bagian-bagian dari keseluruhannya (Nurgiyantoro, 2010: 30). 2. gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural (Sugihastuti, 2007:10). 3. Tokoh utama merupakan tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan, (Nurgiyantoro, 2010: 177). 4. Perempuan adalah orang (manusia) yang dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui; wanita, (Sugihastuti, 2007: 186). 5. Novel atau karya fiksi adalah karya naratif yang menyaran pada suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, suatu yang tidak ada dan sungguh-sungguh sehingga ia tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata, (Nurgiyantoro, 2010: 2). 6. Mataraisa adalah novel karya Abidah El-Khalieqy yang diterbitkan oleh Araska Yogyakarta. 7. Skenario adalah urutan cerita yang disusun secara terperinci oleh seseorang agar suatu peristiwa terjadi sesuai apa yang diinginkan, (Set, 2011: 26). 8. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, ( Rusman, 2012: 3). 9. Kelas XI SMA adalah tingkat kelas paling tinggi pada jenjang pendidikan menengah atas.

19 7 Berdasarkan pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Analisis Gender Tokoh Utama Perempuan Novel Mataraisa Karya Abidah El-Khalieqy dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA adalah suatu proses pembelajaran yang dilakukan oleh seseorang guru yang bertujuan untuk memberikan contoh bentuk-bentuk kecerdasan perempuan masa kini. C. Identifikasi Masalah Perkembangan novel Indonesia cukup pesat. Hal itu terbukti dengan banyaknya novel-novel yang telah diterbitkan. Novel-novel tersebut memiliki bermacam-macam tema dan isi, antara lain dengan masalah-masalah sosial yang pada umumnya terjadi dalam masyarakat, termasuk yang berhubungan dengan perempuan. Sosok perempuan sangat menarik untuk dibicarakan. Perempuan di wilayah publik cenderung dimanfaatkan oleh kaum laki-laki. Perempuan telah menjelma menjadi bahan eksploitasi bisnis dan seks. Dengan kata lain, saat ini telah hilang sifat feminis yang dibanggakan dan disanjung bukan saja oleh kaum perempuan, tetapi juga kaum laki-laki. Novel Mataraisa merupakan salah satu karya Abidah El-Khalieqy yang diterbitkan oleh Araska. Novel ini mengangkat masalah sosial terutama masalah kesetaraan gender kehidupan. Abidah dalam novel ini mengungkapkan bagaimana pandangan masyarakat terhadap perempuan terutama para ulama agama. Kedudukan perempuan yang masih harus menggeluti dunia domestiknya. Akan tetapi, Abidah mampu menggambarkan bagaimana seorang perempuan masa kini melalui tokoh utama perempuan dengan kecerdasannya dalam novel Mataraisa.

20 8 Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan mengenai gender penting untuk dianalisis dengan alasan sebagai berikut. 1. Novel Mataraisa karya Abidah sangat kental dengan gambaran tokoh perempuan masa kini yang memiliki kecerdasan luar biasa. 2. Novel Mataraisa karya Abidah belum dianalisis secara khusus dengan pendekatan sastra feminis yang kompleks untuk dikaji. 3. Novel Mataraisa karya Abidah mengungkapkan kesetaraan gender dan pandangan masyarakat tentang perempuan. 4. Novel Mataraisa karya Abidah mengungkap permasalahan gender dalam hubungannya dengan pemahaman dan tafsir agama. Pembelajaran sastra adalah suatu pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepekaan terhadap nilai-nilai indrawi, nilai efektif, keagamaan, sosial, baik secara sendiri-sendiri maupun gabungan dari seluruhnya sebagaimana tercermin dalam karya sastra. Tujuan Pembelajaran sastra adalah untuk mengaitkan kemampuan siswa mengekspresikan karya sastra siswa diharapkan memiliki pengetahuan yang memadai tentang sastra dan sikap positif terhadap karya sastra. Pengajaran sastra dapat juga memberi sumbangan besar untuk memecahkan masalah nyata yang cukup sulit dipecahkan di dalam masyarakat jika dilakukan dengan cara yang tepat. D. Batasan Masalah Untuk mencegah adanya kekaburan masalah dan untuk mengarahkan penelitian ini agar lebih intensif dan efisien dengan tujuan yang ingin dicapai,

21 9 diperlukan pembatasan masalah. Penelitian kualitatif menghendaki ditetapkan adanya batas dalam penelitian atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian. Penetapan fokus sebagai pokok masalah penelitian penting artinya dalam usaha menemukan batas penelitian (Moleong, 2007:12). Berdasarkan paparan di atas, novel Mataraisa dianalisis dengan tinjauan sastra feminis untuk mengetahui masalah-masalah kesetaraan gender. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah analisis gender tokoh utama perempuan yang terdapat dalam novel Mataraisa karya Abidah El-Khalieqy dan skenario pembelajarannya di kelas XI SMA. E. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini disajikan dalam kalimat pertanyaan berikut ini. 1. Bagaimanakah analisis struktural novel Mataraisa karya Abidah El- Khalieqy? 2. Bagaimanakah permasalahan gender yang terkandung dalam novel Mataraisa karya Abidah El-Khalieqy? 3. Bagaimanakah skenario pembelajaran novel Mataraisa karya Abidah El- Khalieqy di kelas XI SMA? F. Tujuan dan Manfaat penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: a. mendeskripsikan struktur novel Mataraisa karya Abidah El-Khalieqy.

22 10 b. mendeskripsikan permasalahan gender yang terkandung dalam novel Mataraisa karya Abidah El-Khalieqy. c. mendeskripsikan skenario pembelajaran aspek gender novel Mataraisa karya Abidah El-Khalieqy. 2. Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan berhasil dengan baik dan dapat mencapai tujuan penelitian secara optimal, mampu menghasilkan yang sistematis dan bermanfaat secara umum. Adapun manfaat yang diharapkan sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai studi analisis terhadap sastra di Indonesia, terutama dalam bidang penelitian novel Indonesia yang memanfaatkan teori sastra feminis. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Penelitian ini diharapkan dapat mempermudah peserta didik dalam memecahkan permasalahan dan meneladani perilaku positif pada tokoh perempuan dalam novel Mataraisa. b. Bagi Guru Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan kepada para pendidik dalam memiliki bahan ajar dan memberikan alternatif strategi pembelajaran sastra yang efektif untuk menumbuhkan rasa cinta peserta didik pada karya sastra, khususnya novel.

23 11 c. Bagi Sekolah Novel Matarais memiliki nilai sastra yang tinggi, sehingga layak digunakan dalam pembelajaran sastra di sekolah. d. Bagi Peneliti Berikutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam mengembangkan penelitian berikutnya yang sejenis dengan penelitian ini untuk lebih kritis dan lebih luas lagi ruang lingkup penelitiannya. G. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika penulisan skripsi ini terbagi ke dalam tiga bagian, yakni bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Berikut ini diuraikan ketiga bagian tersebut. Pada bagian awal terdiri atas sepuluh bagian. Sepuluh bagian tersebut, yaitu halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan penguji, pernyataan, moto dan persembahan, prakata, abstrak, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran. Bagian isi terbagi ke dalam lima bab. Bab I adalah pendahuluan, berisi latar belakang masalah, penegasan istilah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika skripsi. Bab II berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Dalam tinjauan pustaka peneliti mengemukakan penelitian terdahulu. Dalam kajian teori, peneliti memaparkan teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan skripsi

24 12 ini, meliputi pengertian novel, kajian struktural, kritik sastra feminis dan analisis gender, dan pembelajaran sastra di kelas XI SMA. Bab III berisi metode penelitian. Metode penelitian ini meliputi objek penelitian, data dan sumber data, fokus penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis data. Bab IV berisi penyajian dan pembahasan data. Dalam bab ini, peneliti menyajikan data penelitian yang diambil dari novel Mataraisa karya Abidah El-Khalieqy tentang permasalahan gender, dan kesesuaian permasalahan gender dalam novel tersebut sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA. Bab V berisi penutup yang berisi simpulan dan saran. Simpulan merupakan kristalisasi pembahasan, sedangkan saran berisi rekomendasi dari peneliti yang diilhami oleh hasil penelitian ini. Pada bagian akhir skripsi, disertakan lampiran-lampiran. Lampiranlampiran tersebut merupakan lampiran yang mendukung penelitian ini, yang meliputi: sinopsis novel Mataraisa karya Abidah El-Khalieqy, biografi pengarang, kartu pencatat data, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Surat Keputusan, serta kartu bimbingan skripsi.

25 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KAJIAN TEORETIS Bab ini terdiri atas tinjauan pustaka, kajian teoretis. Tinjauan pustaka merupakan kajian penelitian terdahulu. kajian teori merupakan teori-teori yang menjadi landasan dalam penelitian ini. A. Tinjauan Pustaka Penelitian melalui pendekatan feminis banyak dilakukan. Maka, penulis wajib memaparkan tinjauan pustaka sebagai kajian secara kritis. Tinjauan pustaka ini berfungsi untuk membantu dan sebagai contoh dalam menentukan persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Tinjauan pustaka dengan pendekatan feminis misalnya dikkaji oleh Saputra (2013) dan Handayani (2012). Skripsi Saputra (2013) berjudul Bias Gender dan Perjuangan Tokoh Utama Perempuan dalam Novel De Wints karya Afifah Afra Sebuah Kajian Feminisme dan Skenario Pembelajarannya di SMA. Saputra dalam skripsinya mengangkat permasalahan mengenai wujud ketidakadilan gender, perjuangan tokoh utama perempuan, dan kemungkinan pembelajarannya di SMA. Bersadarkan permasalahan tersebut, Saputra mengemukakan hasil pembahasan permasalahan, yakni ketidakadilan yang terjadi pada tokoh perempuan terdiri atas ketidakadilan stereotip dan kekerasan terhadap tokoh perempuan, perjuangan tokoh perempuan dalam memperjuangkan haknya melakukan penolakan terhadap perjodohan yang diinginkan orang tuanya, pembelajaran novel De Wints karya Afifah Afra di SMA mengutamakan kemampuan dasar 13

26 14 yang mencakup kemampuan proses berpikir, sikap, dan keterampilan siswa dalam proses pembelajaran. Adapun persamaan skripsi Saputra dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah sama-sama menggunakan teori feminisme gender. Perbedaannya, yaitu terletak pada objek yang diteliti. Objek penelitian yang dilakukan Saputra, yaitu Novel De Wints karya Afifah Afra, sedangkan objek penelitian ini, yaitu novel Mataraisa karya Abidah El-Khalieqy. Selain kelebihan dan kelemahan, dalam tinjauan pustaka ini peneliti menguraikan kelebihan yang terdapat pada kedua penelitian tersebut. Kelebihan penelitian yang dilakukan oleh Saputra, yaitu ia membahas mengenai kekerasan yang dialami tokoh perempuan secara lebih rinci yang berupa perempuan milik siapa saja, perempuan merupakan makhluk lemah, perempuan memiliki kesempatan pendidikan yang sangat terbatas, perempuan sebagai pemuas nafsu, dan perempuan dinilai dapat dibeli dengan uang. Sementara penelitian yang akan penulis lakukan memiliki kelebihan yaitu lebih dilengkapi dengan pemahaman masyarakat tentang seks dan gender, serta pandangan agama yang membebaskan dan transformasi perempuan. Handayani (2012) menulis skripsi yang berjudul Pencitraan Tokoh Wanita dalam Novel Cintrong Paju-Pat Karya Suparta Brata. Handayani dalam skripsinya mengangkat permasalahan mengenai struktur pembangun novel, citra tokoh utama perempuan, dan perjuangan tokoh utama perempuan. Berdasarkan permasalahan tersebut, Handayani mengemukakan hasil pembahasan permasalahan, yaitu struktur novel Cintrong Paju-pat karya Suparta

27 15 Brata yang berupa tema, tokoh dan penokohan, alur, dan latar; feminisme dalam penelitian ini difokuskan pada citra perempuan yang meliputi citra diri perempuan dan sosial; dari aspek gender bukan memperjuangkan kedudukan laki-laki dan perempuan, melainkan memperjuangkan mendapatkan pekerjaan. Adapun persamaan skripsi Handayani dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah sama-sama membahas tentang perjuangan tokoh utama perempuan. Perbedaan skripsi Handayani dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, yaitu terletak pada objek yang akan diteliti dan perjuangan tokoh perempuan. Objek Penelitian Handayani, yaitu novel Cintrong Pajupat karya Suparta Brata, sedangkan objek dalam penelitian ini, yaitu novel Mataraisa karya Abidah El-Khalieqy. Perjuangan tokoh perempuan dalam penelitian Saputra, yaitu perjuangan tokoh perempuan untuk mendapatkan pekerjaan, sedangkan dalam penelitian ini, tokoh perempuan memperjuangkan kedudukan dan hak yang sama antara laki-laki dan perempuan. Adapun kelebihan penelitian yang dilakukan oleh Handayani, yaitu citra wanita yang dibahas lebih spesifik. Hal yang dibahas dalam penelitian Handayani antara lain citra perilaku, yaitu menggambarkan tokoh berdasarkan perilaku sehari-hari; citra psikis, yaitu menggambarkan citra diri berdasar kejiwaannya, mandiri dan tanggung jawab; citra sosialnya menunjukkan penggambaran perempuan dalam masyarakat. Kelebihan dalam penelitian ini, yaitu lebih dilengkapi dengan pemahaman masyarakat mengenai seks dan gender, peran agama dalam subordinasi perempuan, serta skenario pembelajarannya di SMA.

28 16 Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang berjudul Analisis Gender Tokoh Utama Perempuan Novel Mataraisa Karya Abidah El-Khalieqy dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA dapat dipertanggungjawabkan keaslian dan keorisinilannya, karena sepengetahuan penulis, di Indonesia, khususnya di Universitas Muhammadiyah Purworejo belum ada yang meneliti novel Mataraisa karya Abidah El- Khalieqy dengan analisis gender dan menggunakan tinjauan sastra feminis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi hasil penelitian terdahulu khususnya dari sudut pandang feminis. B. Kajian Teoretis Dalam kajian teori ini, peneliti akan menguraikan pengertian novel; kajian struktural; kritik sastra feminis yang terdiri atas sejarah kritik sastra feminis; analisis gender yang terdiri atas pengertian gender dan analisis gender, perbedaan gender melahirkan ketidakadilan, analisis gender dan tafsir agama; pembelajaran sastra di SMA, yang terdiri atas Tujuan dan manfaat pembelajaran sastra, pemilihan bahan pembelajaran sastra, metode pembelajaran sastra, langkah-langkah pembelajaran sastra, dan skenario pembelajaran novel Mataraisa karya Abidah El-Khalieqy di kelas XI SMA. 1. Pengertian novel Istilah novel dalam bahasa Inggris adalah novel yang kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia Novel. Novel berasal dari bahasa Itali Novella yang dalam bahasa Jerman adalah Novelled. Novel sama dengan karya fiksi. Karya fiksi menyaran pada suatu karya yang menceri-

29 17 takan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga ia tidak perlu dicari kebenarannya di dunia nyata (Nurgiyantoro, 2010:2). Novel bersifat realistis. Novel berkembang dari dokumen-dokumen, dan secara stilistik mementingkan pentingnya detail dan bersifat mimesis. Novel biasanya mengungkapkan sesuatu yang baru dengan pengucapan yang baru pula. Sebuah novel pasti memiliki unsur-unsur pembangun. Unsur-unsur tersebut, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud. Unsur yang dimaksud adalah peristiwa, cerita, plot, penokohan, latar, sudut pandang, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2010: 23). Adapun unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Meskipun demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap totalitas bangun cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu, unsur ekstrinsik sebuah novel haruslah tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting (Nurgiyantoro, 2010: 23-24). Unsur ekstrinsik antara lain keadaan subjektivitas pengarang; psikologi baik yang berupa psikologi pengarang, psikologi pembaca, maupun penerapan prinsip psikologi dalam karya.

30 18 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah novel di samping unsur intrinsik, unsur ekstrinsik juga penting kedudukannya. Tanpa unsur-unsur tersebut, karya sastra atau novel tidak akan menjadi satu kesatuan yang utuh. 2. Kajian Struktural Pendekatan strukrural dipelopori oleh kaum formalis Rusia dan strukturalisme Praha. Ia mendapat pengaruh langsung dari teori Saussure. Studi linguistik tidak lagi ditekankan pada hubungan antarunsurnya. Masalah unsur dan hubungan antarunsurnya merupakan hal yang sangat penting dalam pendekatan ini. tanpa hubungan antarunsur, kebulatan makna dalam sebuah novel tidak akan terungkap (Endraswara, 2013; Nurgiyantoro, 2010; Pradopo, 2013). Dalam strukturalisme, konsep fungsi memegang peranan penting. Artinya, unsur-unsur sebagai ciri khas teori tersebut dapat berperan secara maksimal semata-mata dengan adanya fungsi, yaitu dalam rangka menunjukkan antarhubungan unsur-unsur yang terlibat. Oleh karena itu, dikatakan bahwa struktur lebih dari sekedar unsur-unsur dan totalitasnya, karya sastra lebih dari pemahaman bahasa sebagai medium, karya sastra lebih dari sekedar penjumlahan bentuk dan isinya (Ratna, 2013: 76). Dalam penelitian ini, peneliti akan mengacu pada teori struktural Nurgiyantoro. Nurgiyantoro (2010: 23) menyatakan bahwa unsur intrinsik merupakan unsur pembangun karya sastra. Unsur yang dimaksud, yaitu tema,

31 19 latar, tokoh dan penokohan, alur, sudut pandang. Berikut disajikan mengenai uraian pengertian unsur intrinsik tersebut. a. Tema tema adalah gagasan dasar umum, inti cerita dalam sebuah novel. Sebagai suatu yang mendasari penciptaan karya sastra, tema bersifat umum dan luas (Nurgiyantoro, 2010: 70; Nurhayati, 2012: 10). Waluyo (2011: 7) menyatakan bahwa tema merupakan gagasan pokok suatu karya fiksi. Tema cerita dapat diketahui melalui judul atau petunjuk setelah judul dan proses pembacaan berulang. Nurgiyantoro (2010: 77) menyatakan bahwa tema terdiri atas tema tradisional dan tema nontradisional. Tema tradisional, yaitu tema yang hanya masalah itu-itu saja, sedangkan tema nontradisional atau tema modern yaitu tema yang mengangkat sesuatu yang tidak lazim. Tema nontradisional mungkin tidak sesuai dengan harapan pembaca, bersifat melawan arus dan mengejutkan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tema merupakan gagasan pokok suatu karya sastra yang ingin disampaikan oleh penulis atau pengarang kepada para pembaca. Tema digunakan sebagai dasar dan acuan penceritaan sebuah karya sastra. Tema juga digunakan sebagai tujuan utama cerita. b. Alur Alur adalah penampilan peristiwa demi peristiwa yang disusun dalam urutan waktu tertentu dan menunjukkan hubungan sebab-akibat

32 20 (Nurgiyantoro, 2010: 113; Waluyo, 2011: 9). Peristiwa dalam alur ditunjukkan dengan perilaku tokoh utama dalam cerita. Peristiwa dalam alur ini berkembang sesuai dengan pergerakan tokoh utama. Dalam memahami alur, diperlukan daya kritis, kepekaan pikiran dan perasaan, serta sikap dan tanggapan yang serius. Usaha untuk memahami alur tersebut berkaitan dengan kegiatan mempertimbangkan atau menilai struktur alur sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro, 2010: 116). Tahapan alur menurut Lubis (dalam Nurgiyantoro, 2010: 149) terdiri atas lima tahapan, yaitu: 1) tahap penyituasan Tahap penyituasian merupakan Tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh cerita. Tahap ini merupakan pembukaan cerita, pemberian informasi awal, berfungsi untuk melandastumpui cerita yang dikisahkan pada tahap pemunculan konflik. 2) tahap pemunculan konflik Masalah dan peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan dalam tahap ini. Tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu akan dikembangkan menjadi konflik pada tahap berikutnya. 3) Tahap peningkatan konflik Konflik yang telah dimunculkan akan berkembang pada tahap ini. 4) Tahap klimaks Konflik yang terjadi pada tokoh mencapai intensitas puncak.

33 21 5) Tahap penyelesaian Konflik yang telah mencapai klimaks dalam tahap ini diberikan penyelesaian dan ketegangan dikendorkan. Pengarang memiliki kebebasan dalam memilih plot sesuai yang diinginkannya. Nurgiyantoro (2012: 130) mengemukakan bahwa dalam rangka mengembangkan plot atau alur pengarang memiliki kebebasan dalam, berkreativitas sesuai kaidah pengeplotan yang telah dipertimbangkan. Kaidah pemplotan tersebut, antara lain plausibilitas (plausibility), kejutan (surprise), tegangan (suspense), dam kesatu-paduan yang akan diuraikan sebagai berikut. 1) Plausibilitas Plausibilitas menyaran pada pengertian suatu hal yang dapat dipercaya sesuai dengan logika. Sebuah plot harus memenuhi plausibel untuk meyakinkan pembaca. Tanpa adanya plaubilitas, pembaca tidak akan yakin dengan cerita, bahkan pembaca akan meragukannya. 2) Surprise atau kejutan Suatu cerita akan lebih menarik apabila alurnya atau plotnya mampu memberikan kejutan atau sesuatu yang bersifat mengejutkan. Pengarang memberikan kejutan jika sesuatu dikisah-kan menyimpang atau tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pembaca. 3) Suspense atau tegangan Sebuah cerita akan bernilai tinggi apabila memiliki suspense atau tegangan, sehingga mampu membangkitkan rasa ingin tahu pembaca akan peristiwa-peristiwa yang terjadi selanjutnya. Suspense merupakan sesuatu

34 22 yang kurang pasti mengenai kelanjutan sebuah cerita, sehingga memancing pembaca untuk terus melanjutkan cerita bersangkutan. 4) Kesatupaduan Kesatupaduan menyaran pada pengertian bahwa berbagai unsur yang ditampilkan, khususnya peristiwa-peristiwa fungsional, kaitan, acuan, yang mengandung konflik berkaitan antara yang satu dengan yang lain. masalah kausalitas ada pertautan makna secara logis merupakan suatu hal yang tidak dapat dihilangkan begitu saja. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa alur adalah urutan peristiwa dalam sebuah karya sastra yang disajikan secara kronologis. Hubungan antarperistiwa saling berkaitan dalam sebuah karya sastra dan harus bersifat sebab-akibat, yaitu peristiwa yang satu mengakibatkan peristiwa berikutnya. c. Tokoh dan Penokohan Tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur penting dalam sebuah karya fiksi. Tokoh menunjuk pada pelaku atau orangnya, sedangkan penokohan menunjuk pada gambaran jelas tentang tokoh atau pelaku yang ada dalam sebuah cerita (Nurhayati, 2012: 15). Penokohan sering juga disamakan artinya dengan perwatakan dan karakterisasi tokoh yang bersangkutan. Sementara itu, Nurgiyantoro (2010: ) menyatakan bahwa tokoh dalam karya fiksi dibedakan ke dalam beberapa jenis, antara lain: tokoh utama dan tokoh tambahan, tokoh protagonis dan tokoh antagonis, tokoh sederhana, tokoh statis, tokoh tipikal.

35 23 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tokoh berbeda dengan penokohan. Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah karya sastra, sedangkan penokohan adalah perwatakan atau karakter yang dimiliki oleh pelaku dalam sebuah karya sastra. d. Latar Latar atau setting menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan tempat terjadinya sebuah peristiwa (Nurhayati, 2012: 17). Nurgiyantoro (2010: 217) menyatakan bahwa latar memberikan pijakan cerita secara jelas dan konkret. Latar dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (1) latar tempat, yaitu latar yang menyaran pada tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, (2) latar waktu, yaitu latar yang berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan, dan (3) latar sosial, yaitu latar yang menyaran pada hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial di masyarakat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa latar merupakan suatu yang melandastumpui penceritaan sebuah karya sastra. Latar ini menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial terjadinya peristiwa-peristiwa dalam karya sastra. e. Sudut Pandang Waluyo (2011: 25) menyatakan bahwa sudut pandang yaitu teknik seorang pengarang dalam mengisahkan peristiwa-peritiwa yang terjadi dalam

36 24 sebuah karya fiksi. Penyudutpandangan dalam sebuah karya fiksi ditentukan oleh pengarang itu sendiri berdasarkan kesukaannya. macam-macam sudut pandang antara lain: (1) sudut pandang orang ketiga atau Dia. Penceritaan dengan sudut pandang orang ketiga ini, narator adalah orang yang berada di luar cerita, menampilkan tokoh dengan menyebut nama atau kata gantinya. (2) sudut pandang orang pertama Aku. Dalam sudut pandang ini, Aku mengisahkan peristiwa yang dialaminya, hubungannya dengan suatu yang berada di luar dirinya. (3) sudut pandang campuran. Penggunaan sudut pandang campuran ini, berupa penggunaan sudut pandang persona ketiga Dia maha tahu atau Dia sebagai pengamat, persona pertama dengan teknik Aku sebagai tokoh utama dan tambahan atau saksi, bahkan dapat berupa campuran antara persona pertama dan ketiga antara Aku dan Dia sekaligus, (Nurgiyantoro, 2010: ). Akhirnya, peneliti menyimpulkan bahwa penyudutpandangan merupakan cara atau teknik seorang pengarang dalam menuangkan ide-idenya. Sudut pandang ini penting untuk mendapatkan gambaran tentang kesatuan cerita. Dengan demikian, ada tiga sudut pandang, yaitu sudut pandang persona ketiga, sudut pandang persona pertama, dan sudut pandang campuran. 3. Kritik Sastra Feminis dan Analisis Gender a. Kritik Sastra Feminis 1) Sejarah Kritik Sastra Feminis Sugihastuti (2013: 5) menyatakan bahwa kritik sastra feminis adalah pengritik memandang sastra dengan kesadaran khusus, kesadaran

37 25 bahwa ada jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan kita. Jenis kelamin inilah yang membedakan semuanya, juga membedakan diri pengarang, pembaca, perwatakan, dan faktor luar yang mempengaruhi situasi mengarang. Ada beberapa pendapat tentang asal mula munculnya feminisme di Amerika Serikat (Selanjutnya secara ringkas disebut: Amerika). Pendapat pertama berkaitan dengan aspek politis. Waktu rakyat Amerika memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1776, Deklarasi Kemerdekaan Amerika antara lain mencantumkan bahwa All Men are created equal ( semua laki-laki diciptakan sama ), tanpa menyebut-nyebut perempuan. Para feminis merasa bahwa Pemerintah Amerika tidak mengindahkan kepentingan-kepentingan perempuan. Maka dalam konvensi di Seneca Falls pada tahun 1848, yang dianggap sebagai awal timbulnya gerakan perempuan secara terorganisasi dan yang dianggap pula sebagai Women s Great Rebillion (Pemberontakan Besar Kaum Perempuan), para tokoh feminis memproklamasikan versi lain dari Deklarasi Kemerdekaan Amerika yang berbunyi : All men and women are created aqual ( semua laki-laki dan perempuan diciptakan sama ) (Dajajanegara, 2003: 1). Menurut para feminis, nilai-nilai tradisional dan anggapan bahwa perempuan harus menjaga kemurnian dan kesalehan mereka, bersikap pasif dan pasrah, rajin mengurus keluarga dan rumah tangga, serta memelihara domestisitas, adalah penyebab utama inferioritas di kalangan perempuan (Djajanegara, 2003: 5). Perjuangan serta usaha para feminis mencakup berbagai

38 26 cara, Salah satunya adalah memperoleh hak dan peluang yang sama dengan laki-laki, misalnya dalam bidang pendidikan ataupun lapangan pekerjaan. Berkaitan dengan itu, maka muncullah istilah equal rigt s movement (gerakan persamaan hak). Cara lain adalah dengan membebaskan perempuan dari ikatan lingkungan domestik (Djajanegara, 2003: 3). Jadi, Feminisme muncul dilatarbelakangi oleh ketidakadilan gender atau ketimpangan gender yang terjadi dalam masyarakat. Ketimpangan gender tersebut membuat kaum perempuan seolah-olah direndahkan dan dipandang hanya dengan sebelah mata saja. Itulah yang menyebabkan munculnya gerakan feminisme untuk memperjuangkan agar perempuan memiliki kedudukan dan hak yang sama dengan laki-laki. 2) Ragam Kritik Sastra Feminis Djajanegara (2003: 27) menyatakan bahwa kritik sastra berawal dari hasrat para feminis untuk mengkaji karya penulis-penulis wanita di masa silam dan untuk menunjukkan citra wanita dalam karya penulis pria yang menampilkan wanita sebagai makhluk yang dengan berbagai cara ditekan, disalahtafsirkan, serta disepelekan oleh tradisi patriarkal yang dominan. Boleh dikatakan hasrat yang pertama didasari oleh perasaan cinta dan setia kawan terhadap penulis-penulis wanita dari zaman dulu, dan kedua didasari oleh perasaan prihatin dan amarah. Kedua hasrat tersebut menimbulkan beberapa ragam kritik sastra feminis. Kritik sastra feminis yang paling banyak dipakai adalah kritik

39 27 ideologis. Kritik sastra feminis ini melibatkan wanita, khususnya kaum feminis sebagai pembaca, (Djajanegara, 2003: 28). Kritik sastra feminis ragam lain adalah kritik yang mengkaji penulispenulis wanita. Dalam ragam ini termasuk tentang penelitian sejarah karya sastra wanita, gaya penulisan, tema, genre, dan struktur tulisan wanita, disebut juga dengan gynocritic (Djajanegara, 2003: 29). Kritik sastra feminis-sosialis meneliti tokoh-tokoh wanita dari sudut pandang sosialis. Kritik sastra feminis-sosialis yaitu kelas-kelas masyarakat pengritik feminis mencoba mengungkapkan bahwa wanita merupakan kaum yang tertindas (Djajanegara, 2003: 30). Kritik sastra feminis-psikoanalitik diterapkan pada tulisan-tulisan wanita. Para feminis percaya bahwa pembaca wanita biasanya mengidentifikasikan dirinya dengan atau menempatkan dirinya pada si tokoh wanita tersebut pada umumnya merupakan cermin penciptanya (Djajanegara,2003: 31). Kritik sastra feminis-lesbian yaitu hanya meneliti penulis dan tokoh wanita saja. Tujuan kritik sastra feminis-lesbian adalah pertama-tama mngembangkan suatu definisi yang cermat tentang makna lesbian. Kemudian menentukan apakah definisi ini dapat diterapkan pada penulis atau teks karyanya (Djajanegara, 2003: 37) Ragam kritik sastra feminis yang terakhir adalah kritik sastra feminisras. Kaum feminis rasa tau feminis-etnik di Amerika menganggap dirinya berbeda dengan kaum feminis kulit putih (Djajanegara, 2003: 36).

40 28 Akhirnya, peneliti menyimpulkan bahwa kritik sastra feminis berawal dari hasrat para feminis, yaitu hasrat rasa cinta dan setia kawan terhadap penulis wanita terdahulu dan hasrat perasaan prihatin terhadap kedudukan dan kondisi kaum perempuan. Kedua hasrat inilah yang menimbulkan berbagai ragam cara mengritik sastra dari segi feminisme. Akan tetapi, kritik sastra feminisme yang paling banyak digunakan. 4. Analisis Gender a. Pengertian Gender dan Analisis Gender Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan teori analisis gender yang dikembangkan oleh Fakih dalam bukunya Analisis Gender & Transformasi Sosial. Fakih (2013:7) menyatakan bahwa masih terdapat ketidakjelasan, kesalahpahaman tentang apa yang dimaksud dengan konsep gender dan kaitannya dengan usaha emansipasi kaum perempuan. Setidaktidaknya ada beberapa penyebab terjadinya ketidakjelasan tersebut. Kata gender dalam bahasa Indonesia dipinjam dari bahasa Inggris. Untuk memahami konsep gender harus dibedakan kata gender dengan sex (jenis kelamin). Pengertian jenis kelamin merupakan penyifatan atau pembagian jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Dengan demikian, secara biologis sifat yang melekat pada diri laki-laki dan perempuan tersebut tidak dapat dipertukarkan. Secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai ketentuan Tuhan atau kodrat. Berbeda dengan jenis kelamin, gender merupakan sifat yang melekat pada diri laki-laki atau

41 29 perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Gender dapat dipertukarkan antara laki-laki dan perempuan. Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu, terbentuknya perbedaan-perbedaan gender disebabkan oleh banyak hal, diantaranya dibentuk, disosialisasikan, diperkuat melalui ajaran keagamaan ataupun Negara. Melalui proses panjang, sosialisasi gender tersebut akhirnya dianggap sebagai ketentuan Tuhan, seolah-olah bersifat biologis yang tidak bisa diubah lagi, sehingga perbedaan-perbedaan gender dianggap dan dipahami sebagai kodrat laki-laki dan kodrat perempuan (Fakih, 2013: 9). Gender melekat dan mempengaruhi penampilan setiap orang, sehingga nantinya akan muncul semacam sikap otoriter pada penampilan pesona-pesona tersebut. Saat ini adalah saat ketika sex dan gender menyatu, yaitu melalui pandangan masyarakat yang mencoba memadupadankan cara bertindak dengan kodrat biologis. Kelamin merupakan penggolongan biologis yang didasarkan pada sifat reproduksi potensial. Gender membangun sifat biologis; dari yang tadinya bersifat alami, kemudian melebihlebihkannya, (Sugihastuti, 2010: 5-6). Sementara itu, Sugihastuti (2010: 10) juga menyatakan bahwa dengan cara apapun orang mengaitkan gender dengan fakta biologis, tetap saja konsep ini tidak begitu saja dari dalam tubuh manusia. Gender merupakan dampak proses dikotomis yang dibuahkan dari peniadaan

42 30 persamaan dan perbedaan. Jika benar-benar ada perbedaan biologis, kemunculannya terlampau sering dilebih-lebihkan. Akhirnya, peneliti menyimpulkan bahwa antara gender dan sex (jenis kelamin) jelas berbeda. Gender menyaran pada sifat yang dimiliki atau dominan pada laki-laki dan perempuan. Akan tetapi, penyifatan itu sama sekali bukan kodrat Tuhan, karena sifat tersebut dapat dipertukarkan. Sementara sex (jenis kelamin) merupakan sifat biologis yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan. Sifat biologis ini tidak dapat dipertukarkan. b. Perbedaan Gender Melahirkan Ketidakadilan Perbedaan gender sesunguhnya tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak menimbulkan ketidakadilan. Akan tetapi, yang terjadi personalan, ternyata perbedaan gender telah melahirkan ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki maupun kaum perempuan. Untuk memahami bagaimana perbedaan gender menyebabkan ketidakadilan gender, dapat dilihat melalui berbagai manifestasi ketidakadilan yang ada. Fakih (2013: 12) menjelaskan bahwa ketidakadilan gender termanifestasikan dalam bentuk ketidakadilan, yaitu: 1) gender dan Marginalisasi Perempuan Proses marginalisasi yang mengakibatkan kemiskinan, banyak sekali terjadi dalam masyarakat dan negara yang menimpa kaum lakilaki dan perempuan, yang disebabkan oleh berbagai kejadian, seperti penggusuran, bencana alam. Namun ada salah satu bentuk kemiskinan atas satu jenis kelamin tertentu disebabkan oleh gender.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 2008:8).Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis, yang mengandung keindahan. Karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu

Lebih terperinci

BIAS GENDER DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA PEREMPUAN DALAM NOVEL DE WINST KARYA AFIFAH AFRA SEBUAH KAJIAN FEMINISME DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

BIAS GENDER DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA PEREMPUAN DALAM NOVEL DE WINST KARYA AFIFAH AFRA SEBUAH KAJIAN FEMINISME DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA BIAS GENDER DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA PEREMPUAN DALAM NOVEL DE WINST KARYA AFIFAH AFRA SEBUAH KAJIAN FEMINISME DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Canadian Aditya Saputra NIM 082110088 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesastraan mengenal prosa sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui berbagai kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai lingkungan fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya.

Lebih terperinci

KAJIAN FEMINIS CITRA AQIDAH WANITA TOKOH UTAMA DALAM NOVEL GADIS PENGHAFAL AYAT KARYA M. SHOIM HARIS DAN RELEVANSI PEMBELAJARANNYA DI SMA

KAJIAN FEMINIS CITRA AQIDAH WANITA TOKOH UTAMA DALAM NOVEL GADIS PENGHAFAL AYAT KARYA M. SHOIM HARIS DAN RELEVANSI PEMBELAJARANNYA DI SMA KAJIAN FEMINIS CITRA AQIDAH WANITA TOKOH UTAMA DALAM NOVEL GADIS PENGHAFAL AYAT KARYA M. SHOIM HARIS DAN RELEVANSI PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Fauzia Ika Rosiani Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus informasi dan teknologi yang canggih yang menuntut masyarakat untuk lebih berperan aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Nikmawati yang berjudul Perlawanan Tokoh Terhadap Diskriminasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam masyarakat. Kehidupan sosial, kehidupan individu, hingga keadaan psikologi tokoh tergambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA.

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA. NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA. Oleh : Gilang Ratnasari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP-Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra hadir sebagai wujud nyata hasil imajinasi dari seorang penulis. Penciptaan suatu karya sastra bermula dari pengalaman batin pengarang yang dikontruksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari perubahan sosial yang melatarbelakanginya (Ratna, 2007: 81). Hal

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari perubahan sosial yang melatarbelakanginya (Ratna, 2007: 81). Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah sistem semiotik terbuka, karya dengan demikian tidak memiliki kualitas estetis intrinsik secara tetap, melainkan selalu berubah tergantung dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan baru. Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud atau hasil dari daya imajinasi seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pengalaman pribadi atau dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terjadinya ketidakadilan gender kiranya dapat dipicu oleh masih kuatnya

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terjadinya ketidakadilan gender kiranya dapat dipicu oleh masih kuatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan tentang perempuan pada saat ini masih menjadi perbincangan yang aktual dan tidak ada habisnya. Permasalahan berkaitan dengan perempuan seperti yang

Lebih terperinci

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Indayani Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoneisa Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS GENDER TOKOH UTAMA PEREMPUAN NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA

ANALISIS GENDER TOKOH UTAMA PEREMPUAN NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA ANALISIS GENDER TOKOH UTAMA PEREMPUAN NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA SKRIPSI Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sejenis Penelitian lain yang membahas tentang Citra Perempuan adalah penelitian yang pertama dilakukan oleh Fitri Yuliastuti (2005) dalam penelitian yang berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hidup berbudaya dan berkomunikasi. Salah satu cara manusia untuk berkomunikasi yaitu melalui sastra. Sastra merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai karya sastra, novel muncul sebagai sebuah representasi atau pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut (Ratna, 2009, hlm.182-183) Polarisasi laki-laki berada lebih tinggi dari perempuan sudah terbentuk dengan sendirinya sejak awal. Anak laki-laki, lebihlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir melalui pengarang-pengarang yang cerdas di kalangan masyarakat.sastra muncul karena pengaruh dari zaman ke zaman, mulai dari sastra lama kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang harus dimiliki untuk mencapai kesuksesan. Setiap manusia harus dapat membiasakan diri melihat setiap masalah yang muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

CITRA DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA WANITA NOVEL DAUN PUTRI MALU KARYA MAGDALENA SITORUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

CITRA DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA WANITA NOVEL DAUN PUTRI MALU KARYA MAGDALENA SITORUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA CITRA DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA WANITA NOVEL DAUN PUTRI MALU KARYA MAGDALENA SITORUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Resma Anggraini Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Resmaanggraini89@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada diri pembaca. Karya juga merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, yang berkaitan dengan memperjuangkan kepentingan hidup manusia. Sastra merupakan media bagi manusia untuk berkekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra dianalisis. Dalam analisis itu karya sastra diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata sastra diambil dari bahasa latin dan juga sansekerta yang secara harafiah keduanya diartikan sebagai tulisan. Sastra merupakan seni dan karya yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA Oleh: Intani Nurkasanah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang dituangkan dalam bahasa. Kegiatan sastra merupakan suatu kegiatan yang memiliki unsur-unsur seperti pikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah hasil ciptaan manusia yang mengandung nilai keindahan yang estetik. Sebuah karya sastra menjadi cermin kehidupan yang terjadi pada

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data, hasil analisis, dan pembahasan dapat disimpulkan dari cerpen Indonesia pengarang perempuan dekade 1970-2000-an beberapa hal berikut. Struktur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan memaparkan beberapa penelitian sebelumnya,konsep dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama-tama penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan aspek penting dalam penelitian. Konsep berfungsi untuk menghindari kegiatan penelitian dari subjektifitas peneliti serta mengendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra adalah rekaan, sebagai terjemahan fiksi secara etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura. Dalam novel baik pengarang

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Umi Fatonah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata

BAB II LANDASAN TEORI. suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata BAB II LANDASAN TEORI Seperti yang telah disebutkan dalam bab pendahuluan bahwa sastra adalah suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata lain, kegiatan sastra itu merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI

IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI Oleh: Ariyadi Kusuma Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA NOVEL ELANG DAN BIDADARI KARYA PUPUT SEKAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA

TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA NOVEL ELANG DAN BIDADARI KARYA PUPUT SEKAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA NOVEL ELANG DAN BIDADARI KARYA PUPUT SEKAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA Oleh: Wahyuningsih Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai-nilai ajaran hidup. Orang

BAB I PENDAHULUAN. sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai-nilai ajaran hidup. Orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra sebagai hasil cipta manusia selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai-nilai ajaran hidup. Orang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan perasaan yang dimilikinya. Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang mengambil kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deskripsi atau pemerian merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik 68 BAB IV KESIMPULAN Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik (ekonomi) merupakan konsep kesetaraan gender. Perempuan tidak selalu berada dalam urusan-urusan domestik yang menyudutkannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menggambarkan jiwa masyarakat. Karya sastra sebagai interpretasi kehidupan, melukiskan perilaku kehidupan manusia yang terjadi dalam masyarakat. Segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra diciptakan untuk dinikmati, dihayati, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Luxemburg (1989:6) mengatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni yang merekam kembali alam kehidupan, akan tetapi yang memperbincangkan kembali lewat suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu bentuk seni yang diciptakan melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan karya sastra merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA Oleh: Tati Mulyani Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan akan menentukan kelangsungan hidup manusia. Seorang manusia tidak cukup dengan tumbuh

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok digilib.uns.ac.id BAB V PENUTUP A. Simpulan Fokus kajian dalam penelitian ini adalah menemukan benang merah hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok Sawitri terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unsur intrinsik novel, khususnya latar dan objek penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan menjadi salah satu objek pembahasan yang menarik di dalam karya sastra. Perempuan bahkan terkadang menjadi ikon nilai komersil penjualan karya sastra. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali Modern dari waktu ke waktu menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam bentuk puisi, cerita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya, dengan kata-kata agar tertangkap oleh pembaca (Noor, 2005:31). Salah

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya, dengan kata-kata agar tertangkap oleh pembaca (Noor, 2005:31). Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra berusaha mengkongkretkan ide-ide, imaji, gagasan, konsep dan sebagainya, dengan kata-kata agar tertangkap oleh pembaca (Noor, 2005:31). Salah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. 7 BAB II LANDASAN TEORI E. Pengertian Psikologi Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci