TINGKAT KERUSAKAN JALAN DI KOTA SURAKARTA DAN SEKITARNYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINGKAT KERUSAKAN JALAN DI KOTA SURAKARTA DAN SEKITARNYA"

Transkripsi

1 TINGKAT KERUSAKAN JALAN DI KOTA SURAKARTA DAN SEKITARNYA Imam Hardjono 1, A. Edy. E. S. Sembiring 2 1,2 Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta 1 Ih169@ums.ac.id Abstrak Infrastruktur jaringan jalan memegang peranan penting dalam perkembangan suatu wilayah. Selain berfungsi sebagai transportasi, jalan juga berfungsi sebagai media sosialisasi dan aksesibilitas bagi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menentukan agihan tingkat kerusakan jalan di Kota Surakarta dan sekitarnya dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis. 2. Menganalisis perbedaan tingkat kerusakan jalan di Kota Surakarta dan sekitarnya berdasarkan faktor-faktor wilayah.metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan cara observasi dan pengharkatan beberapa parameter yang digunakan. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Metode analisis yaitu metode pendekatan kuantitatif berupa pengharkatan terhadap parameter. Proses pengolahan data menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis meliputi buffer, IDW, dan overlay intersect.hasil akhir yang diperoleh dalam penelitian ini adalah Peta Tingkat Kerusakan Jalan di Kota Surakarta dan Sekitarnya skala 1: dengan dua tingkat yaitu tingkat kerusakan jalan rendah dan tingkat kerusakan jalan sedang. Panjang jalan dalam tingkat kerusakan rendah adalah 221,62 km (86,88 %). Dan panjang jalan dalam tingkat kerusakan sedang adalah 33,47 km (13,14 %). Kata Kunci: parameter penyebab, tingkat kerusakan jalan. Abstract Road network infrastructure have an important role in the development of a region. In addition to functioning as a transportation, the road also serves as a medium of socialization and accessibility for the community. This study aims to: 1. Determine distribution the extent of damage to roads in Surakarta and surrounding areas by using Geographic Information System. 2. Analyzing the difference in the level of road damage in Surakarta City and its surroundings based on region factors. The method used in this research is by observation and assessment some parameters used. The sampling technique is purposive sampling. Method of calculating the parameters. Data processing using GIS application includes buffer, IDW, and overlay intersect.the final result developed in this research is the Map of Road Damage Level in Surakarta City and Surrounding scale 1: with two level that is low level of road damage and level of road damage. The length of the road in the low damage level is km (86.88%). And the length of road in moderate damage level 33,47 km (13,14%). Keywords: causes the parameter, the extent of road damage. PENDAHULUAN Pelayanan transportasi terutama transportasi darat, merupakan aset pembangunan yang sangat besar. Transportasi darat yang salah satunya yaitu jalan mempunyai peran penting dalam bidang sosial, ekonomi, dan budaya. Selain itu jalan merupakan salah satu faktor pendukung perkembangan wilayah secara menyeluruh. Tersedianya infrastruktur jaringan jalan yang memadai merupakan salah satu modal besar untuk meningkatkan kegiatan masyarakat di suatu daerah, Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 148

2 baik untuk kegiatan yang bersifat sosial maupun perekonomian. Selain sebagai transportasi, jalan juga berfungsi sebagai media sosialisasi dan aksesibilitas bagi masyarakat. Dalam sistem transportasi dan jaringan jalan di Jawa Tengah, Kota Surakarta merupakan simpul pergerakan yang sangat strategis, yaitu pertemuan antara jalur Pantura dan jalur Selatan yang keduanya merupakan jalan Nasional yang berfungsi sebagai jalan Arteri Primer, yaitu jalur Jakarta-Surabaya dan jalur Bandung-Yogyakarta-Surabaya. Selain pertemuan dua buah jalur besar tersebut, dari wilayah hinterland menuju Kota Surakarta dihubungkan oleh jalur jalan Provinsi Jawa Tengah yang berfungsi sebagai jalan Kolektor Primer, yaitu jalur jalan Wonogiri-Sukoharjo-Surakarta dan jalur Semarang-Purwodadi-Surakarta, sehingga jalan di Kota Surakarta memiliki andil dalam jalur lintas perdagangan, pariwisata, dan sektor-sektor lain yang berhubungan/bergantung pada fasilitas jalan di Kota Surakarta dan kota-kota di sekitarnya. Kondisi jalan sangat berpengaruh terhadap aktivitas yang membutuhkan aksesibilitas jalan sebagai perantaranya. Misalnya pada sektor perdagangan dari Jogja menuju Semarang yang membutuhkan akses pengiriman barang melalui jalan di Surakarta. Jika kondisi jalan di Kota Surakarta bagus, maka proses pengiriman barang akan berjalan lancar dengan waktu yang efisien, sedangkan jika kondisi jalan kurang bagus, maka proses pengiriman barang akan sedikit terhambat karena sarana transportasi yang digunakan membutuhkan waktu lebih untuk berhati-hati melintasi jalan yang kondisinya kurang bagus karena kurang terawat. Untuk itu dibutuhkan pemantauan dan pengelolaan mengenai kondisi jalan agar jalan yang mengalami kerusakan dapat dengan mudah teridentifikasi untuk selanjutnya akan dilakukan perbaikan. Banyak jalan provinsi dan jalan kabupaten/kota yang masih perlu diperbaiki. Hal ini menyebabkan daya saing Indonesia masih kalah dengan negara ASEAN lainnya. Berdasarkan data World Economic Forum, daya saing Indonesia meningkat 12 poin, dari peringkat 50 pada tahun 2012 menjadi peringkat 38 pada tahun Posisi Indonesia tepat berada di bawah Thailand (37). Sedangkan beberapa negara ASEAN yang memiliki daya saing lebih baik daripada Indonesia, Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 149

3 yakni Brunei (26), Malaysia (24), dan Singapura (2). Indeks daya saing tersebut diukur terhadap 12 pilar, salah satunya adalah pembinaan jasa konstruksi, yaitu infrastruktur. Terkait daya saing infrastruktur ini, Indonesia menempati peringkat 61 dari 144 negara pada tahun Sementara tahun sebelumnya, peringkat Indonesia dalam infrastruktur pada peringkat 78. Namun hal yang perlu diperhatikan bahwa peringkat infrastruktur di angka 61 sedangkan daya saing di 38, berarti infrastruktur masih belum maksimal mendukung sektor lain. Disinilah perlu penguatan daya saing infrastruktur, karena infrastruktur yang berkualitas, akan mendukung bagi kelancaran kegiatan sektor pembangunan lainnya (bisniskeuangan.kompas.com). Kota Surakarta merupakan kota penghubung antara jalur utara-tengahselatan sehingga keberadaan jalan baik ukuran maupun kualitas menjadi sangat penting. Tentu saja ditemui berbagai kondisi jalan, baik jalan dengan kondisi yang stabil maupun jalan dengan kondisi yang tidak stabil sehingga rentan terhadap kerusakan jalan. Adapun penyebab kerusakan jalan diantaranya karakteristik medan dan keadaan dari lalu lintas. Panjang jalan di Kota Surakarta pada tahun 2012 mencapai 676,56 kilometer dimana kondisi jalan baik sebesar 389,95 km (57,64%), kondisi sedang sebesar 184,57 km (27,28%), kondisi rusak sebesar 93,92 km (13,88%), dan kondisi rusak berat sebesar 8,12 km (1,2%). (Surakarta dalam Angka 2013). Salah satu cara untuk mendukung pengelolaan jalan tersebut yaitu pembuatan peta tingkat kerusakan jalan Kota Surakarta dengan memanfaatkan analisis spasial dalam Sistem Informasi Geografis. Pembuatan peta ini ditujukan untuk memudahkan dalam penentuan intensitas pengelolaan jalan yang harus sering atau jarang dikelola, sehingga antisipasi dan perencanaan pengelolaan jalan dapat dengan mudah disusun. Pentingnya sistem transportasi terutama infrastruktur jaringan jalan dalam kegiatan masyarakat sehingga perlu diadakan penyediaan informasi mengenai kerusakan jalan terhadap berbagai kondisi jalan agar dapat mengembalikan fungsi jalan sebagaimana mestinya. Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 150

4 Pemetaan merupakan suatu usaha untuk menciptakan peta yang dapat memberikan informasi tentang hasil interaksi aktivitas manusia dengan lingkungannya pada suatu wilayah yang digambarkan ke dalam bentuk simbol dan diskalakan sesuai dengan tujuannya. Pemetaan tingkat kerusakan jalan disini dimaksudkan untuk membantu menyediakan data, manipulasi, dan analisis secara cepat dan lebih efisien. Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis berperan dalam analisis untuk pembuatan peta tingkat kerusakan jalan yang kemudian ditentukan tingkat pengelolaan jalannya. Kemampuan SIG tidak sebatas penyimpanan dan keluaran (output), SIG juga mampu menganalisis tingkat kerusakan jalan. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa pertanyaan yang melatarbelakangi penelitian ini, yaitu: (1) Bagaimana agihan tingkat kerusakan jalan di Kota Surakarta dan sekitarnya?; dan (2) Faktor-faktor wilayah apakah yang mempengaruhi perbedaan tingkat kerusakan jalan di daerah penelitian? Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: (1) Menentukan agihan tingkat kerusakan jalan di Kota Surakarta dan sekitarnya dengan menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis; dan (2) Menganalisis perbedaan tingkat kerusakan jalan di Kota Surakarta dan sekitarnya berdasarkan faktor-faktor wilayah. METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei, dengan cara observasi yaitu suatu metode untuk memperoleh data langsung dengan cara-cara pengamatan, pengukuran, dan pencatatan terhadap data-data yang diperlukan sesuai dengan tujuan survei. Pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan, yaitu pada daerah yang dilalui oleh jalur jalan, yang mengalami kerusakan jalan, dan yang memungkinkan mempengaruhi kerusakan jalan. Teknik pengambilan ini disebut purposive sampling. Metode analisis yaitu metode pendekatan kuantitatif berupa pengharkatan terhadap parameter yang digunakan untuk menentukan tingkat kerusakan jalan. Parameter-parameter yang berpengaruh dalam penentuan tingkat kerusakan jalan yaitu kemiringan lereng, Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 151

5 tekstur tanah, curah hujan, volume lalu lintas, lokasi traffic light, dan saluran drainase jalan. Data dalam penelitian ilmiah merupakan hal yang sangat penting, karena data ini yang nantinya akan membantu penulis dalam menganalisis sebuah kasus, sehingga dapat dicocokkan apakah kasus tersebut sesuai dengan data-data yang ada atau tidak. Sumber data dalam penelitian ada dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh dari sumber pertama baik individu ataupun dengan melakukan survei lapangan. Tahap pengumpulan data dalam penelitian ini sebagian besar diperoleh dari data sekunder dengan melakukan kajian literatur yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan atau bahan yang bersifat teoritis yang relevan contohnya laporan penelitian, surat kabar/majalah, atau internet. Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari instansi-instansi terkait. Hasil perolehan data dalam penelitian ini kemudian disimpan dalam suatu wadah yang disebut database, agar data tertata dengan rapi dalam suatu wadah. Data-data tersebut kemudian diolah menggunakan bantuan teknologi SIG yaitu menggunakan perangkat lunak ArcGIS9.3. Pengolahan data diolah melalui beberapa sistem analisis data menggunakan fungsi tools yang terdapat pada ArcGIS9.3. Kegunaan dari tools yaitu membantu dalam mengolah data secara efektif dan efisien. Penentuan tingkat kerusakan jalan diperoleh dari proses pengharkatan. Berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan dalam penentuan tingkat kerusakan jalan terdapat enam parameter yang digunakan, yaitu: kemiringan lereng, tekstur tanah, curah hujan, volume lalu lintas, lokasi traffic light, dan saluran drainase jalan. Masing-masing parameter tersebut memiliki nilai harkat tertentu yang sesuai dengan variabel yang terdapat pada masing-masing parameter. Kemiringan lereng merupakan sudut yang dibentuk oleh bidang lereng dengan bidang horizontal dan dinyatakan dalam besaran persen. Kemiringan lereng Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 152

6 mempengaruhi kestabilan lahan. Lereng yang terjal cenderung kurang stabil. Pada lereng yang terjal sering terjadi longsor dan rawan terhadap erosi. Peta kemiringan lereng merupakan salah satu parameter fisik lahan. Kemiringan lereng dipertimbangkan dengan alasan bahwa semakin besar kemiringan lereng, maka semakin besar pula investasi yang dikeluarkan untuk penanganannya. Hal ini disebabkan faktor pemotongan dan penimbunan (cut and fill) lereng untuk pembuatan jalan, serta pertimbangan stabilitas lereng. Tekstur tanah adalah sifat fisik tanah yang merupakan gambaran deskriptif komposisi ukuran butir partikel-partikel penyusun tanah yang digolongkan ke dalam tiga ukuran utama.peta tekstur tanah merupakan salah satu parameter yang penting digunakan untuk menentukan tingkat kerusakan jalan. Peta tekstur tanah diperoleh dari hasil konversi peta jenis tanah di Kota Surakarta dan sekitarnya. Klasifikasi yang digunakan untuk konversi peta jenis tanah menjadi peta tekstur Data curah hujan pada penelitian ini diperoleh dari peta sebaran hujan Kota Surakarta dan sekitarnya. Pengambilan stasiun curah hujan lebih dari satu stasiun agar mendapatkan variasi curah hujan. Curah hujan cukup berpengaruh pada konstruksi perkerasan jalan. Kondisi jalan dimana curah hujan dengan intensitas hujan yang tinggi akan mengakibatkan jalan mudah rusak. Pengharkatan curah hujan yang sesuai untuk kerusakan jalan Volume lalu lintas menunjukan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan dalam satu satuan waktu (hari, jam, menit). Satuan lalu lintas yang digunakan yaitu Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR). Lalu Lintas Harian Rata-rata merupakan volume lalu lintas rata-rata dalam satu hari pada masing-masing ruas jalan. Tingkat volume jalan sangat berpengaruh terhadap tingkat pelayanan ataupun pemeliharaan jalan. Pada suatu keadaan dengan volume lalu lintas yang rendah, maka kondisi jalan akan lebih baiksehingga akan semakin rendah frekuensi kerusakan jalan. Sedangkan jalan dengan volume lalu lintas yang tinggi, maka kondisi jalan akan mudah rusak sehingga akan tinggi frekuensi kerusakan jalan. Titik lokasi traffic light pada penelitian ini didapat dari interpretasi visual menggunakan citra Google Maps. Pengaruh titik traffic light pada kerusakan jalan Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 153

7 adalah titik traffic light merupakan lokasi dimana sering mendapatkan tekanan dan gaya gesek dari roda kendaraan yang sedang melakukan akselerasi atau deselerasi. Saluran drainase jalan atau dikenal dengan sebutan berem jalan merupakan bagian jalan yang keberadaannya dalam Ruang manfaat jalan (Rumaja) berfungsi sebagai mengalirkan air dari permukaan jalan ataupun bagian luar jalan supaya menjaga konstruksi jalan selalu berada dalam keadaan kering tidak tergenang air. Oleh karena itu ketersediaan saluran drainase jalan merupakan hal yang harus diperhatikan untuk menganalisis tingkat kerusakan jalan. Saluran drainase umumnya berbentuk trapesium atau persegi panjang. Pada daerah perkotaan, dimana pembebasan lahan sangat terbatas, maka saluran drainase dibuat persegi panjang dari konstruksi beton dan ditempatkan di bawah trotoar. Sedangkan di daerah pedesaan dimana pembebasan lahan bukan menjadi masalah, saluran drainase dibuat berbentuk trapesium. Tahap analisis data berupa tumpang susun (overlay) parameter-parameter untuk mendapatkan hasil akhir berupa peta tingkat kerusakan jalan Kota Surakarta dan sekitarnya. Metode analisis yang digunakan yaitu pengharkatan berjenjang atau disebut metode scoring. Pengharkatan dilakukan terhadap parameter-parameter yang berpengaruh terhadap tingkat kerusakan jalan di Kota Surakarta dan sekitarnya. Parameter tersebut meliputi kemiringan lereng, tekstur tanah, curah hujan, volume lalu lintas, lokasi traffic light, dan saluran drainase jalan. Harkat total diperoleh dari hasil penjumlahan harkat pada masing-masing parameter. Harkat Total = Harkat kemiringan lereng + harkat tekstur tanah + harkat curah hujan + harkat volume lalu lintas + harkat lokasi traffic light + harkat ketersediaan saluran drainase jalan Adapun klasifikasi tingkat kerusakan jalan dinyatakan dalam frekuensi yang dibagi menjadi tiga kelas, diantaranya tingkat kerusakan jalan rendah, tingkat kerusakan jalan sedang, dan tingkat kerusakan jalan tinggi. Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 154

8 Tabel 1 Tingkat Kerusakan Jalan Tingkat Kerusakan Jalan Harkat Kriteria Tingkat kerusakan jalan rendah Tingkat kerusakan jalan sedang Tingkat kerusakan jalan tinggi 6 14 Kondisi medan baik dan mendukung terpeliharanya bangunan jalan. Jalan tidak mengalami kelebihan beban kendaraan dan jarang sekali terjadi kerusakan jalan Kondisi medan relatif tetapi beban jalan yang diderita oleh jalan masih cukup berat sehingga sedikit terjadi kerusakan jalan Kondisi medan buruk untuk bangunan jalan sehingga jalan sering rusak karena pengaruh alami serta beban kendaraan yang berlebih. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini ditujukan untuk penentuan kerusakan jalan di Kota Surakarta dan sekitarnya. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kemiringan lereng, tekstur tanah, curah hujan, volume lalu lintas, lokasi traffic light, dan ketersediaan saluran drainase jalan. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari interpretasi citra penginderaan jauh, data sekunder dari beberapa instansi, serta pengukuran dan pengamatan di lapangan. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai tinjauan atas data parameter medan dan informasi kondisi jalan yang berpengaruh terhadap kerusakan jalan di Kota Surakarta dan sekitarnya. Pembahasan dalam bab ini meliputi proses pengolahan data, hasil yang diperoleh, serta analisis tingkat kerusakan jalan di Kota Surakarta dan sekitarnya. Peta Kemiringan Lereng Kota Surakarta dan Sekitarnya Peta kemiringan lereng Kota Surakarta dan Sekitarnya disadap dari empat peta yaitu Peta kemiringan lereng Kota Surakarta yang bersumber dari Bappeda Kota Surakarta, Peta kemiringan lereng Kab. Sukoharjoyang bersumber dari Bappeda Kab. Sukoharjo, Peta kemiringan lereng Kab. Karanganyar yang bersumber dari Bappeda Kab. Karanganyar, dan Peta kemiringan lereng Kab. Boyolali yang bersumber dari Bappeda Kab. Boyolali. Data kemiringan lereng yang Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 155

9 diperoleh masih dalam format raster sehingga perlu dilakukan georeference dan digitasi menggunakan perangkat lunak ArcGIS 9.3 untuk memperoleh data kemiringan lereng dalam format vektor. Kelas kemiringan lereng di daerah penelitian ini terdapat dua kelas yaitu 0-2% dan 2-8%. Kelas kemiringan 0-2% atau disebut datar paling dominan dalam daerah penelitian, yaitu mencakup wilayah seluas 144,86 km 2 atau 84,72%. Dan kelas kemiringan 2-8% atau disebut landai terdapat di bagian utara daerah penelitian yaitu Kec. Jebres di Kota Surakarta, sebelah timur Kec. Banjarsari di Kota Surakarta, dan Kec. Gondangrejo di Kab. Karanganyar.Relief di Kota Surakarta termasuk halus karena tidak terdapat bukit, gunung, dan waduk. Jalan dengan tingkat kerusakan sedang memiliki panjang 33,47 km dengan pembagian sebagai berikut: Kota Surakarta dengan panjang jalan 23,93 km, Kabupaten Sukoharjo dengan panjang 4,4 km, Kabupaten Karanganyar dengan panjang 5,11 km, dan Kabupaten Boyolali dengan panjang 0,03 km. Jalan di sekitar Kota Surakarta adalah jalan arteri yang dimana berfungsi menghubungkan antar pusat kegiatan wilayah Kota Surakarta dan antar pusat kegiatan wilayah lainnya. Contohnya adalah Jalan Slamet Riyadi di Kecamatan Kartasura, Kab. Sukoharjo, Jl. Adi Sucipto di Kecamatan Colomadu, Kab. Karanganyar, Jl. Solo-Wonogiri di Kecamatan Grogol, Kab. Sukoharjo, Jl. Solo-Karanganyar di Kecamatan Jaten, Kab. Karanganyar, dan Jl. Raya Ngawi-Solo di Kecamatan Jaten, Kab, Karanganyar. Kabupaten Boyolali terdapat dua jalan dengan tingkat kerusakan jalan sedang, yaitu Jalan Cendrawasih dan Jalan Embarkasi Haji. Parameter yang paling berpengaruh dalam rusaknya jalan di kabupaten ini adalah tingginya curah hujan di daerah ini dengan curah hujan mm/thn (harkat 5). Ruas jalan yang rentan mengalami kerusakan adalah ruas jalan yang kurang dari 10 meter dari lampu lalu lintas. Kabupaten Karanganyar memiliki satu kecamatan yang berjauhan dengan kecamatan lainnya, yaitu Kecamatan Colomadu di sebelah barat dari kecamatankecamatan lain. Kabupaten ini dipisah oleh wilayah administrasi Kota Surakarta. Di kabupaten ini terdapat tujuh ruas jalan dengan tingkat kerusakan sedang. Ruas Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 156

10 Jl. Adi Sucipto menjadi ruas paling panjang yang memiliki kerusakan sedang dengan panjang jalan 3,74 km. Kondisi curah hujan yang tinggi dan volume lalu lintas tinggi yang menjadi penyebab Jl. Adi Sucipto ini cukup rentan mengalami kerusakan. Dari kegiatan survei lapangan didapat kerusakan jalan retak-retak di jalan ini. Diperlunya perhatian dari pemerintah kabupaten untuk segera menindaklanjuti kerusakan jalan ini untuk kelancaran proses kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat. Jalan lainnya di Kabupaten Karanganyar dengan kerusakan sedang adalah Jl. Cendrawasih, Jl. Sugiono, Jl. Mayor Ahmadi, Jl. Raya Ngawi-Solo, Jl. Solo- Karanganyar, dan Jl. Ring Road. Tingginya volume lalu lintas di jalan tersebut menyebabkan jalan rentan mengalami kerusakan. Tekstur lempung terdapat di Jl. Sugiono dan Jl. Mayor Ahmadi. Tekstur tanah lempung kurang baik untuk bangunan jalan karena tekstur ini mempunyai kondisi kembang kerut tanah yang tinggi yaitu dimana pada musim hujan air cenderung menggenang dan apabila musim kemarau tanah menjadi pecah-pecah. Hal ini menyebabkan aspal jalan menjadi rentan rusak. Kabupaten Sukoharjo terdapat sebelas jalan dengan tingkat kerusakan sedang. Ruas jalan yang dekat dengan lampu lalu lintas (traffic light) menjadi ruas jalan yang rentan terhadap kerusakan, diantaranya Jl. Slamet Riyadi, Jl, Adi Sumarmo, Jl. Solo-Sukoharjo, Jl. Langen Harjo, Jl. Tanjung Anom, Jl. Mangesti Raya, Jl. Solo-Wonogiri, Jl. Ir. Soekarno. Ditambah lagi, jalan ini dilewati oleh banyak kendaraan setiap harinya yang menyebabkan jalan semakin rentan rusak. Jl. Pramuka dan Jl. Alternatif Palur Mojolaban rentan akan kerusakan selain karena volume lalu lintas yang tinggi, di sekitar jalan ini memiliki tekstur tanah lempung. Kota Baru di Surakarta dibangun di Kabupaten Sukoharjo yakni di Kecamatan Grogol. Letak Kecamatan Grogol adalah di sebelah selatan Kota Surakarta dan menjadikan Kota Baru ini menjadi pusat perekonomian baru di luar wilayah administrasi Kota Surakarta. Jalan Solo-Wonogiri menjadi salah satu jalan utama di wilayah Kota Baru dan kondisi jalan masih dalam keadaan yang bagus dan belum mengalami kerusakan. Tentunya dengan pemeliharaan yang baik oleh Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 157

11 pihak terkait jalan akan lebih awet dan kegiatan masyarakat akan semakin meningkat. Jalan di Kota Surakarta dengan tingkat kerusakan sedang cukup banyak dengan total panjang jalan 23,93 km. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh jalan yang rentan mengalami kerusakan adalah ruas jalan yang dekat dengan lampu lalu lintas. Hal ini disebabkan karena kendaraan baik sepeda motor, kendaraan ringan, dan kendaraan berat memperlambat laju kendaraannya pada saat lampu lalu lintas berwarna merah dan akan mempercepat laju kendaraannya pada saat lampu lalu lintas berwarna hijau. Aktivitas memperlambat dan mempercepat laju kendaraan inilah yang mempengaruhi rusaknya jalan. Volume lalu lintas yang cukup tinggi di Kota Surakarta mempengaruhi kondisi kerentanan jalan. Kota Surakarta sendiri memiliki daya tarik kota yang tinggi dimana Kota Surakarta menjadi kota yang berkembang baik dalam perekonomian. Pariwisata di Kota Surakarta juga menjadi daya tarik kota sehingga tingginya wisatawan di Kota Surakarta akan meningkatkan volume lalu lintas sehingga menyebabkan kemacetan pada waktu tertentu misalnya pada kegiatan festival atau pesta rakyat. Kemiringan lereng di Kota Surakarta yaitu kelas kemiringan 0-2% atau disebut datar mendominasi sebagian besar wilayah kota. Kemiringan lereng 2-8% atau disebut landai berada di utara Kota Surakarta yaitu Kecamatan Jebres. Wilayah Kota Surakarta yang datar menjadikan jalan lebih aman dari bahaya longsor jalan atau ambles jalan. Saluran drainase jalan di seluruh jalan di Kota Surakarta maupun jalan di sekitar Kota Surakarta sudah tersedia sehingga yang menjadi perhatian adalah pemeliharaan terhadap saluran drainase dan himbauan terhadap masyarakat untuk tidak membuang sampah ke saluran drainase. Sedimentasi yang menyebabkan pendangkalan saluran drainase juga menjadi perhatian untuk dilakukan pengerukan sedimen agar fungsi saluran drainase sebagaimana mestinya. SIMPULAN Berdasarkan proses dan hasil yang telah diperoleh dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis memudahkan dalam pengolahan data dan analisis data pada penentuan tingkat Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 158

12 kerusakan jalan. Penginderaan Jauh berperan sebagai penyadapan objek jaringan jalan melalui hasil perekaman citra Google Maps. Sistem Informasi Geografis berperan mengolah data jalan serta analisis data menggunakan overlay; dan (2) Berdasarkan proses dan pengolahan data diperoleh hasil bahwa jalan didominasi dengan tingkat kerusakan rendah yaitu dengan panjang jalan 221,62 km. Kondisi medan yang mendukung akan bangunan jalan di Kota Surakarta dan sekitar nyamenjadikan jalan dalam keadaan baik dan layak untuk dipergunakan. Kondisi medan ini diantaranya adalah kemiringan lereng datar, saluran drainase tersedia di kiri kanan jalan. Tetapi terdapat pula jalan dengan tingkat kerusakan sedang yaitu jalan sedikit rentan mengalami kerusakan khususnya pada ruas tertentu. Hal ini disebabkan karena tingginya volume lalu lintas pada sebidang jalan, ruas jalan di dekat lampu lalu lintas, curah hujan tinggi, dan tekstur tanah halus di sebagian wilayah. Pemerintah kabupaten/kota berperan dalam penanganan kerusakan jalan serta pemeliharaan jalan demi kelancaran proses kegiatan perekonomian dan aktivitas sosial ekonomi masyarakat. Peneliti mengharapkan agar penelitian selanjutnya disarankan: (1) Dalam penentuan tingkat kerusakan jalan perlu memperhatikan parameter penentu kerusakan jalan, terutama parameter volume lalu lintas yang merupakan parameter pengaruh yang dominan; (2) Analisis pemangku kepentingan (stakeholder) diperlukan sebagai tindak lanjut dari hasil tingkat kerusakan jalan yang dihasilkan; dan (3) Melakukan perhitungan ulang terhadap data statistik yang diperoleh baik dari Badan Pusat Statistik maupun lembaga lainnya. DAFTAR PUSTAKA AASHTO, Manual on Subsurface Investigations. Washington: American Association of State Highway and Transportation Officials. Anonim Undang-Undang No. 13 Tahun Jakarta: Departemen Perhubungan. Anonim, Dua Belas Titik Rawan Banjir dan Longsor di Jalur Kereta Api. Jakarta: Kantor Berita Antara. Isa, D Klasifikasi Tanah. Bandung: Balai Penelitian Teh dan Kina. Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 159

13 Jamulyo Pengantar Geografi Tanah. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM. Pangluar & Nugroho, Mekanika Tanah. Bandung: Tarsito. Sutikno Geomorfologi Untuk Perencanaan. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM. Strahler Principle of Geomorphology. New York: John Wally and Sons. Santun, R.P.S Evaluasi Sumber Daya Lahan. Bandung Tarsito. Subagyo, P. & Dwikorita, K Petunjuk Praktikum Geologi. Bandung: Laboratorium Geologi Teknik Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung. Thornburry Principles of Geomorphology. New York: John Wally and Sons. USDA Reconnaissance Land Resource Surveys. New York: CSR/ FAO Staff. Verstappen Applied Geomorphologycal Surveys For Environment. Netherland: ITC. Van, Z, Terrain Analysis and Classification Using Aerial Photograph. Netherland: ITC. Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 160

14 Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 161

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN JALAN MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KOTA SURAKARTA DAN SEKITARNYA. Publikasi Karya Ilmiah

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN JALAN MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KOTA SURAKARTA DAN SEKITARNYA. Publikasi Karya Ilmiah ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN JALAN MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KOTA SURAKARTA DAN SEKITARNYA Publikasi Karya Ilmiah Diajukan Oleh: Andhiko Edy Eka Sura Sembiring E100130109 Kepada

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MEDAN UNTUK KETERLINTASAN REL KERETA API ANTARA GUNDIH KARANGSONO KABUPATEN GROBOGAN

IDENTIFIKASI MEDAN UNTUK KETERLINTASAN REL KERETA API ANTARA GUNDIH KARANGSONO KABUPATEN GROBOGAN IDENTIFIKASI MEDAN UNTUK KETERLINTASAN REL KERETA API ANTARA GUNDIH KARANGSONO KABUPATEN GROBOGAN Terrain Identification Train Railway Track Between Gundih-Karangsono Regency Grobogan Imam Hardjono Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN (IPL) DI KABUPATEN WONOSOBO PUBLIKASI KARYA ILMIAH

ANALISIS POTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN (IPL) DI KABUPATEN WONOSOBO PUBLIKASI KARYA ILMIAH ANALISIS POTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN (IPL) DI KABUPATEN WONOSOBO PUBLIKASI KARYA ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Derajat S-1 Program Studi

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KEKERINGAN GEOMORFOLOGI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN PURWOREJO

ANALISIS POTENSI KEKERINGAN GEOMORFOLOGI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN PURWOREJO ANALISIS POTENSI KEKERINGAN GEOMORFOLOGI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN PURWOREJO Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 Pada Jurusan Geografi Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana. BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang sangat rawan bencana. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya berbagai bencana yang melanda berbagai wilayah secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayanan transportasi terutama transportasi darat, merupakan aset pembangunan yang sangat besar. Transportasi darat yang salah satunya yaitu jalan mempunyai peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan menegaskan bahwa air beserta sumber-sumbernya, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya

Lebih terperinci

ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI DAN KOLEKTOR DI KECAMATAN DEPOK DAN KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN

ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI DAN KOLEKTOR DI KECAMATAN DEPOK DAN KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI DAN KOLEKTOR DI KECAMATAN DEPOK DAN KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN Di susun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada jurusan

Lebih terperinci

Sejalan dengan berkembangnya suatu kota atau wilayah dan meningkatnya kebutuhan manusia, infrastruktur jalan sangat diperlukan untuk menunjang proses

Sejalan dengan berkembangnya suatu kota atau wilayah dan meningkatnya kebutuhan manusia, infrastruktur jalan sangat diperlukan untuk menunjang proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem transportasi terutama infrastruktur jaringan jalan merupakan salah satu modal utama dalam perkembangan suatu wilayah. Pada daerah perkotaan, terutama, dibutuhkan

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN PAJANGAN KABUPATEN BANTUL

ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN PAJANGAN KABUPATEN BANTUL ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN PAJANGAN KABUPATEN BANTUL Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam analisis tingkat kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian yaitu dengan menggunakan metode analisis data sekunder yang dilengkapi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana yang tinggi. Salah satu bencana yang banyak melanda daerah-daerah di

BAB I PENDAHULUAN. bencana yang tinggi. Salah satu bencana yang banyak melanda daerah-daerah di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kerawanan bencana yang tinggi. Salah satu bencana yang banyak melanda daerah-daerah di Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini yaitu wilayah rawan longsor di bukit Ganoman Jalan Raya Matesih - Tawangmangu KM 03 + 400 04 + 100 Desa Koripan, Kecamatan Matesih,

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB II KONDISI UMUM LOKASI 6 BAB II KONDISI UMUM LOKASI 2.1 GAMBARAN UMUM Lokasi wilayah studi terletak di wilayah Semarang Barat antara 06 57 18-07 00 54 Lintang Selatan dan 110 20 42-110 23 06 Bujur Timur. Wilayah kajian merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI

KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh : JUMIYATI NIRM: 5.6.16.91.5.15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH Seiring dengan pertumbuhan penduduk di kota Semarang, maka diperlukan sarana jalan raya yang aman dan nyaman. Dengan semakin bertambahnya volume lalu lintas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur merupakan public service obligation, yaitu sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur merupakan public service obligation, yaitu sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur merupakan prasarana publik yang juga merupakan kebutuhan primer masyarakat seperti jalan, jembatan, bandar udara, jalan kereta api, dan lain - lain. Ketersediaan

Lebih terperinci

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE 1 Cindy Tsasil Lasulika, Nawir Sune, Nurfaika Jurusan Pendidikan Fisika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo e-mail:

Lebih terperinci

PEMODELAN SPASIAL TINGKAT KERAWANAN KEMACETAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN KOLEKTOR SEKUNDER KELURAHAN TERBAN KOTA YOGYAKARTA

PEMODELAN SPASIAL TINGKAT KERAWANAN KEMACETAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN KOLEKTOR SEKUNDER KELURAHAN TERBAN KOTA YOGYAKARTA Pemodelan Spasial Tingkat (Muhammad Rizqan Agustiandy Mahardika) 1 PEMODELAN SPASIAL TINGKAT KERAWANAN KEMACETAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN KOLEKTOR SEKUNDER KELURAHAN TERBAN KOTA YOGYAKARTA SPATIAL MODELING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana.

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ilmu tentang bencana semakin berkembang dari tahun ke tahun seiring semakin banyaknya kejadian bencana. Berawal dengan kegiatan penanggulangan bencana mulai berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman yang semakin modern ini pembangunan pesat terjadi pada berbagai bidang yang memberikan kemajuan pada sektor ekonomi, kesehatan, teknologi maupun berbagai

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMILIHAN LOKASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A DI KABUPATEN KLATEN

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMILIHAN LOKASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A DI KABUPATEN KLATEN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMILIHAN LOKASI TERMINAL PENUMPANG TIPE A DI KABUPATEN KLATEN Fuad Rosyadi Prayoga fuad.rosyadi@mail.ugm.ac.id Taufik Hery Purwanto taufik@geo.ugm.ac.id Abstract

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN PAJANGAN KABUPATEN BANTUL

ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN PAJANGAN KABUPATEN BANTUL ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN PAJANGAN KABUPATEN BANTUL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

TINGKAT KERAWANAN LONGSORLAHAN DENGAN METODE WEIGHT OF EVIDENCE DI SUB DAS SECANG KABUPATEN KULONPROGO. Aji Bangkit Subekti

TINGKAT KERAWANAN LONGSORLAHAN DENGAN METODE WEIGHT OF EVIDENCE DI SUB DAS SECANG KABUPATEN KULONPROGO. Aji Bangkit Subekti TINGKAT KERAWANAN LONGSORLAHAN DENGAN METODE WEIGHT OF EVIDENCE DI SUB DAS SECANG KABUPATEN KULONPROGO Aji Bangkit Subekti adjie_2345@yahoo.com Danang Sri Hadmoko danang@gadjahmada.edu Abstract This research

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN PERTANIAN STUDI KASUS: KECAMATAN JATEN, KABUPATEN KARANGANYAR

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN PERTANIAN STUDI KASUS: KECAMATAN JATEN, KABUPATEN KARANGANYAR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN PERTANIAN STUDI KASUS: KECAMATAN JATEN, KABUPATEN KARANGANYAR Yuniar Irkham Fadlli, Soedwiwahjono, Ana Hardiana Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah dipengaruhi oleh sistem transportasi yang ada di wilayah tersebut. Sistem transportasi nasional apabila dikelola dengan baik akan menunjang

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KAWASAN INDUSTRI DI WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI KABUPATEN KARAWANG

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KAWASAN INDUSTRI DI WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI KABUPATEN KARAWANG EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KAWASAN INDUSTRI DI WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI KABUPATEN KARAWANG Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Geografi Fakultas

Lebih terperinci

Perancangan Detail Peningkatan Ruas Jalan Cihampelas Kota Bandung Provinsi Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN

Perancangan Detail Peningkatan Ruas Jalan Cihampelas Kota Bandung Provinsi Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan dan dikembangkan melalui

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR - RC

TUGAS AKHIR - RC TUGAS AKHIR RC09 1380 EVALUASI PARAMETER KOEFISIEN DISTRIBUSI KENDARAAN (C) UNTUK JALAN TIPE 4/2UD UNTUK PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR CARA BINA MARGA (Studi Kasus : Jl. Yogyakarta Magelang Km 21

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Tanah longsor adalah salah satu bencana yang berpotensi menimbulkan korban jiwa masal. Ini merupakan bencana yang sering terjadi di Indonesia. Hal ini

Lebih terperinci

BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI

BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Boyolali 3.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah, terletak antara 110 22'

Lebih terperinci

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. Tipe-Tipe Tanah Longsor 1. Longsoran Translasi Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. 2. Longsoran Rotasi Longsoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Bantul

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Bantul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan lahan saat ini semakin meningkat akibat bertambahnya jumlah penduduk. Bertambahnya jumlah penduduk tidak hanya dari dalam daerah, namun juga luar daerah

Lebih terperinci

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA Oleh 1207055018 Nur Aini 1207055040 Nur Kholifah ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MULAWARMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang relatif tinggi dan tidak dapat ditampung oleh saluran drainase atau sungai, sehingga melimpah

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : MUHAMMAD TAUFIQ

SKRIPSI. Oleh : MUHAMMAD TAUFIQ APLIKASI TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK ESTIMASI KOEFISIEN LIMPASAN PERMUKAAN SUB DAS PADANG JANIAH DAN PADANG KARUAH PADA DAS BATANG KURANJI KECAMATAN PAUH KOTA PADANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Gorontalo merupakan salah satu kota di Indonesia yang rawan terjadi banjir. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi berkisar antara 106 138mm/tahun,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Persiapan. Pengamatan Pendahuluan. Identifikasi Masalah. Alternatif Pendekatan Masalah. Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder

BAB III METODOLOGI. Persiapan. Pengamatan Pendahuluan. Identifikasi Masalah. Alternatif Pendekatan Masalah. Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder III - 1 BAB III METODOLOGI Persiapan Mulai Studi Pustaka Pengamatan Pendahuluan Identifikasi Masalah Alternatif Pendekatan Masalah Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder T Data Cukup Y Analisa Jalan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. menggunakan Analisis Tidak Langsung berdasarkan SNI Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah

PENDAHULUAN. menggunakan Analisis Tidak Langsung berdasarkan SNI Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah PENDAHULUAN 1.1 Judul Penelitian Penelitian ini berjudul Pemetaan Zona Kerentanan Gerakan Tanah menggunakan Analisis Tidak Langsung berdasarkan SNI 13-7124-2005 Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Longsorlahan merupakan perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah atau mineral campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng

Lebih terperinci

ABSTRAK PENDAHULUAN. Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3 PJ dan SIG Fakultas Geografi UGM.

ABSTRAK PENDAHULUAN. Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3 PJ dan SIG Fakultas Geografi UGM. APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK PEMETAAN ZONA RAWAN BANJIR DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI CELENG KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3

Lebih terperinci

TOMI YOGO WASISSO E

TOMI YOGO WASISSO E ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT POTENSI GERAKAN TANAH MENGGUNAKANSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI Disusun Sebagai Salah Satu

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3 1. Data spasial merupakan data grafis yang mengidentifikasi kenampakan

Lebih terperinci

Pendahuluan 10/12/2009

Pendahuluan 10/12/2009 Karen SlametHardjo Pendahuluan Usaha-usaha untuk melakukan pemeliharaan jalan perlu dilakukan agar jalan dapat menyelenggarakan fungsinya dengan baik. Sebelum suatu ruas jalan habis masa pelayanannya,

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana banjir yang terjadi di beberapa wilayah Brebes dirasakan semakin meningkat. Salah satu penyebab terjadinya banjir adalah karena tidak lancarnya aliran

Lebih terperinci

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA HASIL PENELITIAN OLEH: ANITA NAOMI LUMBAN GAOL 061201012/ MANAJEMEN HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di suatu wilayah mengalami peningkatan setiap tahunnya yang dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari kelahiran-kematian, migrasi dan urbanisasi.

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA)

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA) ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA) Nandian Mareta 1 dan Puguh Dwi Raharjo 1 1 UPT. Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Jalan Kebumen-Karangsambung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

Jurnal. Skripsi S-1 Program Studi Geografi

Jurnal. Skripsi S-1 Program Studi Geografi ANALISIS TINGKAT KEMACETAN LALU-LINTAS DENGAN MEMANFAATKAN CITRA SATELIT IKONOS DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI RUAS JALAN AHMAD YANI, JALAN SLAMET RIYADI DAN JALAN OERIP SUMOHARJO KOTA SURAKARTA Jurnal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia dikenal sebagai sebuah negara kepulauan. Secara geografis letak Indonesia terletak pada 06 04' 30"LU - 11 00' 36"LS, yang dikelilingi oleh lautan, sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam yang kompleks sehingga menjadikan Provinsi Lampung sebagai salah satu daerah berpotensi tinggi

Lebih terperinci

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang Studi Kasus: Kota Manado Ingerid L. Moniaga (1), Esli D. Takumansang (2) (1) Laboratorium Bentang Alam, Arsitektur

Lebih terperinci

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa AY 12 TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah ke tempat yang relatif lebih rendah. Longsoran

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Setelah dilakukan penelitian dengan mengumpulkan data skunder dari instansi terkait, dan data primer hasil observasi dan wawancara maka dapat diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdasarkan UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pasal 6 ayat (1), disebutkan bahwa Penataan Ruang di selenggarakan dengan memperhatikan kondisi fisik wilayah

Lebih terperinci

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam tampak semakin meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh proses alam maupun manusia itu sendiri. Kerugian langsung berupa korban jiwa, harta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuannya (Moh.

BAB III METODE PENELITIAN. dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuannya (Moh. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

LOGO Potens i Guna Lahan

LOGO Potens i Guna Lahan LOGO Potensi Guna Lahan AY 11 Contents 1 Land Capability 2 Land Suitability 3 4 Ukuran Guna Lahan Pengantar Proses Perencanaan Guna Lahan Land Capability Pemanfaatan Suatu lahan untuk suatu peruntukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Jawa Barat merupakan salah satu wilayah yang paling sering mengalami kejadian longsoran di Indonesia. Kondisi iklim tropis yang mempengaruhi tingginya curah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Surakarta merupakan pusat Wilayah Pengembangan VIII Propinsi Jawa Tengah, mempunyai peran yang strategis bagi pengembangan wilayah di Propinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian dimulai dari bulan Juli 2010 sampai Januari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang berada pada iklim tropis dengan curah hujan yang tinggi memiliki tingkat kerawanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan Kota Surakarta memiliki pengalaman banjir pada Tahun 2009 yang tersebar di wilayah Solo utara. Cakupan banjir

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui potensi terjadinya banjir di suatu wilayah dengan memanfaatkan sistem informasi geografi

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PERUMAHAN KELAS MENENGAH MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KOTA SURABAYA

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PERUMAHAN KELAS MENENGAH MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KOTA SURABAYA ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PERUMAHAN KELAS MENENGAH MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KOTA SURABAYA Artan Niki Alunita artan_niki@yahoo.com Projo Danoedoro projo.danoedoro@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 141 BT. Letak lintang yang berada di 6 LU 11 LS memberi pengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. 141 BT. Letak lintang yang berada di 6 LU 11 LS memberi pengaruh pada BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Indonesia secara astronomis terletak di 6 LU 11 LS dan 95 BT 141 BT. Letak lintang yang berada di 6 LU 11 LS memberi pengaruh pada kondisi iklim Indonesia yang

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Wilayah cilongok terkena longsor (Antaranews.com, 26 november 2016)

Gambar 1.1 Wilayah cilongok terkena longsor (Antaranews.com, 26 november 2016) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk di Indonesia termasuk kedalam pertumbuhunan yang tinggi. Jumlah penduduk semakin tinggi menyebabkan Indonesia menjadi negara ke empat dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-September 2011, dengan lokasi penelitian untuk pengamatan dan pengambilan data di Kabupaten Bogor, Jawa

Lebih terperinci

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah 2013 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah 2013 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Profil Daerah 1. Letak Geografis Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Karanganyar ± 77.378,64 ha terletak antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh daya beli masyarakat (Pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh daya beli masyarakat (Pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, tertib dan teratur, nyaman dan efisien,

Lebih terperinci

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN SISTEM DRAINASE PERMUKAAN Tujuan pekerjaan drainase permukaan jalan raya adalah : a. Mengalirkan air hujan dari permukaan jalan agar tidak terjadi genangan. b. Mengalirkan air permukaan yang terhambat

Lebih terperinci

EVALUASI PENEMPATAN LOKASI POS PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA SEMARANG

EVALUASI PENEMPATAN LOKASI POS PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA SEMARANG EVALUASI PENEMPATAN LOKASI POS PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA SEMARANG Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program Studi Strata I pada Jurusan Geografi Fakultas Geografi Oleh: DIAH HAFIDHA CHOLIFATUNISA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan

Lebih terperinci

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 3.1. Kendaraan Rencana Kendaraan rencana adalah kendaraan yang merupakan wakil dari kelompoknya. Dalam perencanaan geometrik jalan, ukuran lebar kendaraan rencana

Lebih terperinci

Analisis Kesesuaian Lahan untuk Lokasi Permukiman Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul

Analisis Kesesuaian Lahan untuk Lokasi Permukiman Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul Analisis Kesesuaian Lahan untuk Lokasi Permukiman Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Disusun Oleh : Yetti

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MONITORING DENSIFIKASI BANGUNAN DI DAERAH PERKOTAAN MAGELANG

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MONITORING DENSIFIKASI BANGUNAN DI DAERAH PERKOTAAN MAGELANG PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MONITORING DENSIFIKASI BANGUNAN DI DAERAH PERKOTAAN MAGELANG Vembri Satya Nugraha vembrisatyanugraha@gmail.com Zuharnen zuharnen@ugm.ac.id Abstract This study

Lebih terperinci

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOMORFOLOGI

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOMORFOLOGI PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOMORFOLOGI 1) Ika Meviana; 2) Ulfi Andrian Sari 1)2) Universitas Kanjuruhan Malang Email: 1) imeviana@gmail.com;

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah perkotaan mempunyai sifat yang sangat dinamis, berkembang sangat cepat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Perkembangan daerah perkotaan dapat secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dinamika bentuk dan struktur bumi dijabarkan dalam berbagai teori oleh para ilmuwan, salah satu teori yang berkembang yaitu teori tektonik lempeng. Teori ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saluran drainase adalah salah satu bangunan pelengkap pada ruas jalan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saluran drainase adalah salah satu bangunan pelengkap pada ruas jalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saluran drainase adalah salah satu bangunan pelengkap pada ruas jalan dalam memenuhi salah satu persyaratan teknis prasarana jalan. Saluran drainase jalan raya berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang

BAB I PENDAHULUAN. Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki daerah dengan potensi gerakan massa yang tinggi. Salah satu kecamatan di Banjarnegara,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelongsoran Tanah Kelongsoran tanah merupakan salah satu yang paling sering terjadi pada bidang geoteknik akibat meningkatnya tegangan geser suatu massa tanah atau menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menerapkan ilmu geologi yang telah diberikan di perkuliahan.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menerapkan ilmu geologi yang telah diberikan di perkuliahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geomorfologi adalah salah satu hal yang menjadi dasar dalam ilmu geologi, karena geomorfologi dapat dijadikan panduan dalam pemetaan geologi, selain itu pengamatan

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Longsorlahan Longsorlahan adalah salah satu bentuk dari gerak masa tanah, batuan dan runtuhan batu/tanah yang terjadi seketika bergerak menuju lereng bawah yang dikendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah memiliki peranan penting dalam menunjang pembangunan nasional. Pada masa Orde baru pembangunan nasional dikendalikan oleh pemerintah pusat, sedangkan

Lebih terperinci

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab.

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab. C6 Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab. Lumajang) Zahra Rahma Larasati, Teguh Hariyanto, Akbar Kurniawan Departemen

Lebih terperinci

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN KOTA BEKASI. Dyah Wuri Khairina

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN KOTA BEKASI. Dyah Wuri Khairina APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN KOTA BEKASI Dyah Wuri Khairina dyah.wuri.k@mail.ugm.ac.id Taufik Hery Purwanto taufikhery@mail.ugm.ac.id Abstract

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir tahun 2013 hingga awal tahun 2014 Indonesia dilanda berbagai bencana alam meliputi banjir, tanah longsor, amblesan tanah, erupsi gunung api, dan gempa bumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di bumi terdapat kira-kira 1,3 1,4 milyar km³ air : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah,

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG Oleh : Muhammad 3615100007 Friska Hadi N. 3615100010 Muhammad Luthfi H. 3615100024 Dini Rizki Rokhmawati 3615100026 Klara Hay 3615100704 Jurusan Perencanaan

Lebih terperinci

STUDI PENANGANAN JALAN RUAS BUNDER LEGUNDI AKIBAT PEKEMBANGAN LALU - LINTAS

STUDI PENANGANAN JALAN RUAS BUNDER LEGUNDI AKIBAT PEKEMBANGAN LALU - LINTAS Program Studi MMTITS, Surabaya 3 Pebruari 2007 STUDI PENANGANAN JALAN RUAS BUNDER LEGUNDI AKIBAT PEKEMBANGAN LALU LINTAS Hery Wiriantoro Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan

Lebih terperinci