di daerah sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu diadakan peningkatan Upah Minirnum Regional;

Transkripsi

1 KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERIA RI. NO. KEP-15/MEN/1996 TENTANG PENINGKATAN UPAH MINIMIJM REGIONAL DAERAH SULAWESI UTARA DAN ITUSA TENGGARA TIMUR MENTERI TENAGA KERJA RI. Menimbang : a. b. bahwa Upah Minimum Regional Daerah Sulawesi Utara sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI. No. KEPl2/MEN/1995 tanggal 9 Januari 1995 dan Daerah Nusa Tenggara Timur sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI. No. KEP-13/MENl995 tanggal 9 Januari 1995 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan harga kebutuhan sehari-hari; bahwa untuk rneningkatkan produktivitas kerja dan kesejahteraan pekerja di daerah sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu diadakan peningkatan Upah Minirnum Regional; c. bahwa kebijaksanaan Pemerintah di bidang pengupahan secara bertahap Upah Minimum Regional ditingkatkan, pada akhir Pelita VI minimal sama dengan Kebutuhan Hidup Minimum; d. bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri. Mengingat : l. Keputusan Presiden RI. No. 96lM Tahun 1993 renrang Pembentukan Kabinet Pembarrgunan VI; 2. Keputusan Presiden Rl. No. 104 Tahun 1993 tentang Perubahan atas Keputusan Presiden RI. No. 15 Tahun 1984 tentang Susunan Organisasi Departemen sebagaimana telah Dua puluh kali dirubah, terakhir dengan Keputusan Presiden RI. No. 83 Tahun 1993: 3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI. No. PER-01/ MEN/1996 tenrang Upah Minimum Regional; 49

2 4. Keputusan Menteri renaga Kerja RI. No. KEp-28/ MEN/1994 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Tenaga Kerja; 5. Keputusan Menteri renaga Kerja RI. No. KEP-81/ MEN/1995 tentang Penetapan Kornponen Kebutuhan Hidup Minimum. Memperhatikan : Rekomendasi Gubernur Kepala Daerah TK.l : No. Daeralr No.Rekomendasi Tanggal l. Sulawesi Utara 2. N.T.T t3613 Pem.560/01/ l-199s t996 MEMTJTUSKAN Menetapkan: PERTAMA KEDUA Meningkatkan upah Minimum Regional Daerah sulawesi utara dan Nusa Tenggara Timur. Besarnya Upah Minimum Regional untuk Daerah sebagaimana dirnaksud Amar PERTAMA adalah sebagai berikut : No. Daeralr Lama (Rp) Harian Bulanan Baru (Rp) H-arian Bulanan l. Sulut r N.T.T

3 KETIGA Besarnya Upah Minirnum Regional untuk masing-masing Daerah sesuai Amar KEDUA berlaku : l. Untuk 6 (enam) hari kerja dengan standard waktu kerja 7 (tujuh) sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu; Jam 2. Apabila waktu kerja 5 (lima) hari, dengan standard waktu kerja 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu, maka perhitungan upah sehari adalah 6/5 x Upah Minimum Regional; 3. Upah harian hanya berlaku bagi pekerja dengan status harian lepas yang upahnya dibayar atas dasar kehadiran. KEEMPAT KELIMA Bagi pekerja yang berstatus tetap, harian tetap dan bulanan besarnya upah terendah yang diterima sebesar upah minimum bulanan. l. Upah Minimum Regional adalah upah pokok terendah termasuk tunjangan tetap yang diterima oleh pekerja di wilayah tertentu dalam satu propinsi. 2. Bagi perusahaan yang upah terendahnya lebih kecil dari penetapan ini segera menyesuaikan dengan Ketetapan ini, terhitung mulai tanggal berlakunya Keputusan ini dan bagi perusahaan yang upah terendahnya lebih besar dari Ketetapan ini tidak dibenarkan untuk dikurangi atau diturunkan. 3. Penyesuaian upah diatas Upah Minimum Regional dilaksanakan secara intern perusahaan melalui Peraturan Perusahaan atau Kesepakatan Kerja Bersama. KEENAM KETUJUH Pelaksanaan Upah Minimum Regional di perusahaan kecil d4n tradisional diatur tersendiri sesuai dengan Pasal 12 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Rl. No. PER-01/MEN/1996 tentang Upah Minimum Regional- Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka Ketetapan Upah Minimum Regional Daerah Sulawesi Utara sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI. No. KEP-I2 MEN/1995 tanggal 9 Januari 1995 dan Daerah Nusa Tenggara Timur sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI. No. KEP-13/MEN/1995 unggal 9 Januari 1996 dinyatakan tidak berlaku lagi. 5l

4 KEDELAPAN: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal I April 1996, dengan kerenruan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Keputusan iniakan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya. Ditetapkandi : JAKARTA Pada tanggal : 19 Januari 1996 MENTERI TENAGA KERJA RI. DRS. ABDUL LATTEF l. Para Menteri Kabinet Pembangunan V[ di Jakarta; 2. Ketua Dewan Penelitian pengupahan Nasional di Jakarta: 3. Sekjen, Irjen Dep. Tenaga Kerfa di Jakarta; 4. Dirjen Binawas Dep. Tenaga Kerja di Jakarta: 5. Ketua Komisi VI DPR RI di Jakarta: 6. Gubernur Kepala Daerah Tk.l Seluruh Indonesia; 7. Direktur Utama PT. ASTEK (persero) di Jakarta; 8. Para Direktur di lingkungan Ditjen Binawas Depnaker di Jakarta; 9. Kakanwil Dep. Tenaga Kerja seluruh Indonesia; 10. Kepala Biro Hukum Depnaker di Jakarta: 11. Ketua Umum DPP APINDO di Jakarta; 12. Ketua Umum DPP SPSI di Jakarta; 13. Ketua Komisi Pengupahan dan Jamsos DKD seluruh Indonesia; 14. Ketua DPD APINDO Daerah Tk.l seluruh Indonesia: 15. Ketua DPD SPSI Daerah Tk.I selunrh Indonesia; 16.Perringgal. 52

5 MENTERI TENAGA KERIA REPUBLIK INDOIYESIA Jakarta, 8 Januari 1996 Kepada Yth. Kepala Departemen di- Seluruh Kantor Tenaga Indonesia Wilayah Kerja SURAT EDARAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : SE.04/M IBW fl996 TENTANG LARANGAN DISKRIMINASI BAGI PEKERIA WANITA DALAM PERATURAN PERUSAHAAN ATAU KESEPAKATAN KERJA BERSAMA Sehubungan masih dijumpai materi Peraturan Perusahaan atau Kesepakatan Kerja Bersama yang dapat ditafsirkan adanya diskriminasi antara pekerja wanita dan pria, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : l. Larangan diskriminasi bagi peker.ya wanita yang diatur dalam Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE-04/MEN/1988 yang merupakan penjelasan Undang-Undang No.Ttahun 1984 maka tetap dijadikan acuan. 2. Dalam pembinaan PP dan KKB agar Saudara memberikan arahan dengan maksud untuk menghindari adanya pasal atau materi yang diatur dalam KKB yang dapat ditafsirkan diskriminasi antara pekerja wanita dan pria. Sebagai contoh adanya pasal yang menyatakan larangan pekerja wanita untuk menikah, tunjangan keluarga hanya bagi tenaga pria dan sebagainya. 53

6 Demikian untuk dilaksanakan sebagai mestinya. A.n. MENTERI TENAGA KERJA Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Tembusan Yth. 1. Menteri Tenaga Kerja 2. Arsip Drs. Suwarto NrP