Kata Kunci: Biodigester, TGS, methane, Biogas.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata Kunci: Biodigester, TGS, methane, Biogas."

Transkripsi

1 UJI KINERJA TAGUCHI GAS SENSOR (TGS) UNTUK MONITORING GAS METHANE PADA PORTABLE BIODIGESTER (Faiz, Suyanto, ST, MT) Jurusan Teknik Fisika FTI ITS Surabaya Kampus ITS Keputih Sukolilo Surabaya Telp: Fax: Abstrak Salah satu potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan menjadi sumber energi alternatif adalah energi biogas dari hasil biodigester. Pada umunya plant biodigester yang ada saat ini masih belum dilengkapi dengan sistem monitoring kandungan gas methane pada biogas, dan dibutuhkan sensor gas yang tepat untuk diimplementasikan pada plant biodigester ini. Untuk itu dilakukan pengujian methane gas sensor untuk monitoring gas methane pada biodigester. Eksperimen awal dilakukan dengan menganalisa gas methane dari sampel hasil biogas dengan menggunakan Shimadzu GC-17A Gas Chromatography. Selanjutnya dilakukan perancangan hardware akuisisi data berbasis Atmega8535 dan perangkat lunak akuisisi data berbasis LabVIEW 8.6. Pengujian gas sensor dilakukan pada TGS2611 dan TGS2612 berupa uji perbandingan data pengukuran sensor dengan data kalibrasi dari Figaro Engineering Inc., uji sensitivitas terhadap gas Butane, uji sensitivitas terhadap gas Methane yang terkandung dalam Biogas, dan uji sensitivitas terhadap pengaruh temperature dan %RH. Pengujian kalibrasi sensor pada 10 sampel titik pengukuran didapatkan ratarata error pengukuran (TGS2611=3.478, TGS2612=3.171) dan rata-rata %error (TGS2611=14.8%, TGS2612=8.477%). Pada pengujian sensor terhadap gas Butane sebanyak 5 sampel pertambahan gas Butane, sensor TGS2612 lebih konduktan dibandingkan sensor TGS2611. Pada pengujian sensitivitas sensor terhadap perubahan temperature dan %RH, terdapat perubahan nilai konduktansi sensor seiring dengan kenaikan temperature dan %RH, dan didapatkan sensor TGS2612 lebih stabil terhadap pengaruh perubahan temperature dan %RH dibandingkan sensor TGS2611. Kata Kunci: Biodigester, TGS, methane, Biogas. I. PENDAHULUAN Salah satu potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan menjadi sumber energi adalah energi biogas. Biogas adalah gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Biogas sebagian besar mengandung gas methane (CH 4 ) dan karbon dioksida (CO 2 ), dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya hydrogen sulfida (H 2 S) dan ammonia (NH 3 ) serta hydrogen (H 2 ), dan nitrogen yang kandungannya sangat kecil. Gas ini berasal dari berbagai macam limbah organik seperti sampah biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerobik digestion. Proses ini merupakan peluang besar untuk menghasilkan energi alternatif sehingga akan mengurangi dampak penggunaan bahan bakar. Bioreaktor yang ada selama ini pada umunya standalone (hanya bisa digunakan di satu tempat saja) dan sistem monitoring untuk biogas masih dalam bentuk indikator volume biogas, sehingga tidak terdapat tolak ukur yang pasti untuk mengetahui indikasi pertumbuhan bakteri pengurai yang terdapat dalam bioreaktor penghasil biogas. Untuk itu dibutuhkan suatu bioreaktor yang dilengkapi dengan sistem monitoring gas methane, dimana parameter pertumbuhan gas methane inilah yang nantinya akan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan bakteri pengurai pada bioreaktor. Perkembangan sensor yang semakin maju menghasilkan adanya suatu sensor yang memiliki kemampuan seperti indera penciuman pada manusia. Saat ini sensor gas yang banyak digunakan untuk mendeteksi suatu gas ataupun monitoring suatu gas adalah sensor gas model TGS (Taguchi Gas Sensor) yang diproduksi oleh Figaro Engineering Inc. Pada aplikasinya terdapat banyak jenis gas sensor model TGS sesuai dengan target gas yang akan diukur dan karakterisik respon dari sensor tersebut. Salah satu sensor gas model TGS yang bisa digunakan untuk mendeteksi dan monitoring gas methane adalah TGS2611, TGS2612 dan TGS6812. Dimana kedua sensor tersebut memiliki karakteristik respon yang berbeda dalam mendeteksi gas methane. Untuk itu diperlukan suatu uji kinerja dari kedua sensor tersebut untuk menentukan gas sensor mana yang tepat untuk aplikasi monitoring gas methane pada portable biodigester. II. DASAR TEORI 1. Biogas Pada prinsipnya teknologi biogas adalah teknologi yang memanfaatkan proses fermentasi (pembusukan) dari bahan organik secara anaerobik (tanpa udara/oksigen) oleh bakteri metanogenesis sehingga dihasilkan gas metana (CH 4 ) yang mudah terbakar sehingga dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi. Bahan organik yang bisa digunakan sebagai bahan baku antara lain adalah sampah organik, limbah kotoran dan potongan potongan sisa tanaman seperti jerami ditambah dengan air yang cukup banyak sebagai campurannya. Reaksi fermentasi terbagi dua tipe dari segi kehadiran oksigen (O 2 ). Semua material organik baik dari hewan maupun tumbuhan dapat didekomposisi dengan kedua jenis reaksi tersebut tetapi hasil akhirnya akan berbeda. Kedua jenis reaksi tersebut adalah : 1. Reaksi aerobik. Reaksi fermentasi terjadi dengan kehadiran oksigen. Hasil akhirnya adalah karbon dioksida, amonia dan sejumlah kecil gas gas. Reaksi ini menghasilkan energi panas yang cukup besar dan ampas sisa reaksi dapat dipakai sebagai pupuk. 2. Reaksi anaerobik. Reaksi fermentasi terjadi tanpa kehadiran oksigen sama sekali. Hasil akhirnya adalah gas methane, karbon dioksida, hidrogen dan sejumlah kecil gas gas. Reaksi ini menghasilkan energi panas yang kecil dan ampas sisa reaksinya juga dapat dipakai sebagai pupuk dengan kandungan nitrogen yang lebih tinggi dibandingkan hasil reaksi aerobik. Pembuatan biogas memanfaatkan reaksi fermentasi anaerobik. Reaksi fermentasi anaerobik terjadi dalam beberapa tahap sesuai dengan jenis mikroba yang terlibat. Berdasarkan cara kerjanya, mikroba yang terlibat dapat dibedakan yaitu bakteri hidrolisis, bakteri penghasil asetat (acetogenic bacteria), bakteri penghasil asam (acidogenic bacteria) dan bakteri penghasil metana (methanogenic bacteria). Berdasarkan suhu kerjanya mikroba tersebut dibagi dua yaitu bakteri mesophilic bekerja optimal pada 1

2 suhu 35 C 40 C dan bakteri thermophilic bekerja optimal pada suhu 55 C 60 C. Pada tahap pertama bakteri hidrolisis akan membongkar molekul kompleks dari polimer organik tak larut semacam karbohidrat dari material bahan baku menjadi molekul yang lebih sederhana dan mudah diuraikan jenis bakteri yang lain. Kemudian acidogenic bacteria (bakteri asam) akan merubah molekul gula dan asam amino menjadi karbondioksida (CO 2 ), hydrogen (H 2 ), dan amonia (NH 3 ). Setelah itu acetogenic bacteria (bakteri asetat) akan merubahnya menjadi asam asetat, amonia, hidrogen dan karbondioksida. Setelah bahan-bahan di atas terdapat dalam jumlah yang cukup, maka methanogenic bacteria (bakteri pembentuk methane) akan bekerja merubah bahan bahan di atas menjadi gas methane (CH 4 ) dan Karbon dioksida (CO 2 ). Daya kerja dari bakteri bakteri tersebut di atas sangat dipengaruhi oleh kondisi dan situasi lingkungan reaksi yang apabila tidak diatur dan distabilkan akan memperlambat atau bahkan menyetop reaksi fermentasi. Pengaturan dan pengendalian reaksi ini dilakukan di dalam sebuah alat yang disebut digester a. Sifat-Sifat Biogas Sifat sifat kimia dan fisika dari biogas berhubungan erat dengan sifat kimia dan fisika dari gas metana sebagai komponen mayoritas. Komposisi kimia dari biogas adalah sebagai berikut : Tabel 1. Kompisisi Biogas Komponen % Vol a. Metana (CH 4 ) b. Karbon dioksida (CO 2 ) c. Nitrogen (N 2 ) 0 0,3 d. Hidrogen (H 2 ) 1 5 e. Hidrogen sulfida (H 2 S) 0 3 f. Oksigen (O 2 ) 0,1 0,5 Sifat sifat kimia dan fisika dari biogas antara lain : Nilai kalori dari 1 m 3 biogas adalah sekitar 6 kwh yang setara dengan ½ liter minyak diesel. Tidak seperti LPG yang bisa dicairkan dengan tekanan tinggi pada suhu normal, biogas hanya dapat dicairkan pada suhu 178 C sehingga kemungkinan untuk menyimpannya dalam sebuah tangki yang praktis sangat sulit. Jalan yang paling baik adalah menyalurkan biogas yang dihasilkan untuk langsung dipakai baik sebagai bahan bakar untuk memasak, penerangan dan lain lain. Daya rambat pembakaran biogas sangat lambat (± 430 mm per detik), namun biogas dengan udara (oksigen) dapat membentuk campuran yang mudah meledak apabila terkena nyala api. Konsentrasi 5% - 20% biogas di udara bebas sudah bisa terbakar. Biogas tidak menghasilkan karbon monoksida apabila dibakar sehingga aman apabila dipakai untuk keperluan rumah tangga. Komponen metana dalam biogas bersifat narkotika pada manusia, apabila dihirup langsung dapat mengakibatkan kesulitan bernapas dan mengakibatkan kematian. b. Reaktor Biogas Proses pembuatan biogas pada prinsipnya adalah menciptakan suatu sistem kedap udara dengan bagian bagian pokok terdiri dari tangki pencerna (digester tank), lubang 2 input bahan baku, lubang output lumpur sisa hasil pencernaan (slurry), dan lubang penyaluran biogas yang terbentuk. Digester mengandung bakteri methane yang akan mengolah limbah biologi atau biomassa menjadi biogas yang selanjutnya akan disalurkan sebagai bahan bakar. Bentuk digester sangat bervariasi dari segi ukuran, konstruksi, bahan pembuatnya maupun teknologi yang digunakan. Namun bagaimanapun rancangan yang digunakan, baik desain sederhana untuk skala pedesaan ataupun desain yang kompleks untuk skala industri, digester harus mampu memenuhi fungsi-fungsi pokoknya yaitu : Mampu menampung seluruh volume limbah bahan baku biogas, air, biogas yang dihasilkan maupun slurry sisa proses pembuatan biogas sesuai dengan kapasitas produksi yang dirancang. Dapat menampung maupun menyimpan biogas hasil proses secara aman. Memiliki mekanisme untuk melakukan pengadukan campuran bahan baku dalam digester secara berkala. Dapat menampung kelebihan volume campuran bahan baku mampu menjaga kestabilan suhu reaksi. Menyediakan mekanisme pembuangan slurry atau lumpur sisa proses pembuatan biogas. Memiliki akses untuk pemeliharaan dan perbaikan. Dari segi konstruksi dasarnya digester terbagi menjadi dua tipe yaitu : Tipe terapung (floating type). Digester jenis ini banyak dikembangkan di India. Tipe ini terdiri dari sumur yang di atasnya diletakkan drum dari besi terbalik yang berfungsi menampung gas yang dihasilkan digester. Bagian sumur biasanya dibangun dengan bahan baku beton. Digester dengan konstruksi seperti berikut ini mampu menampung perubahan volume digester sehubungan dengan jumlah biogas yang ada. Tekanan biogas yang terkumpul akan mendorong naik floating drum, yang dirancang untuk dapat bergerak bebas sepanjang sisi dinding dalam digester. Apabila jumlah biogas di dalam digester menurun karena dikonsumsi, maka tekanan biogas akan turun dan floating drum akan turun juga. Apabila terjadi kasus di mana tekanan gas menjadi berlebihan (over pressure) maka floating drum akan tetap naik sampai melewati sisi dinding dalam yang paling atas dari digester sehingga kelebihan gas akan dilepaskan melalui celah tersebut sampai tekanan menjadi normal kembali. Hal ini merupakan kelebihan dari digester tipe terapung dari segi keselamatan. Kelemahan tipe ini adalah floating drum yang terbuat dari besi mudah berkarat akibat iklim korosif dari reaksi pembuatan biogas sehingga mengurangi usia pakai alat. Gambar 2.1. Digester tipe terapung. Tipe kubah (Fixed Dome Type) Digester tipe ini banyak dikembangkan di Cina. Tipe ini dibangun dengan menggali tanah kemudian membuat bangunan kubah kedap udara dari beton. Gambar 2.2. Digester tipe kubah

3 2. Gas Sensor Model TGS Sudah bertahun-tahun di pasaran terdapat pengindera gas yang beredar, dan salah satu pengindera gas semikonduktor yang sering digunakan adalah gas sensor model TGS merk FIGARO. Bahan detektor gas dari sensor ini adalah metal oksida, khususnya senyawa SnO 2. Ketika kristal metal oksida (SnO 2 ) dihangatkan pada temperatur tertentu, oksigen akan diserap pada permukaan kristal dan oksigen akan bermuatan negatif, proses penyerapan oksigen oleh sensor dapat dilihat dari persamaan kimia berikut ini. 1 O 2 ( SnO ) O ad( SnO ) x 2 x (2.1) CO + O ad SnO2 x CO2 + SnO2 x (2.2) ( ) ( ) Hal ini disebabkan karena permukaan kristal mendonorkan elektron pada oksigen yang terdapat pada lapisan luar, sehingga oksigen akan bermuatan negatif dan muatan positif akan terbentuk pada permukaan luar kristal. Tegangan permukaan yang terbentuk akan menghambat laju aliran elektron seperti tampak pada ilustrasi Gambar dibawah ini. Gambar 2.3. Sensitivitas sensor TGS. (Sumber : General Information for TGS Sensors by Figaro Engineering Inc.) Sesuai dengan persamaan (2.3), hubungan antara Resistansi sensor dan konsetrasi gas adalah linear pada skala logaritmik dengan konsentrasi gas daari beberapa ppm sampai ribuan ppm. Gambar 2.3 diatas menunjukkan hubungan resistansi dan konsentrasi gas. Respon sensor Gambar 2.4 menunjukkan respon sensor pada kondisi terdapat gas dan tidak adanya gas. Resistansi sensor akan menurun ketika terdapat kontak dengan suatu gas, dan ketika tidak ada kontak dengan suatu gas maka resistansi sensor akan kembali ke keadaan awal. (a) Gambar 2.2. (a) Kondisi tidak ada gas, (b) kondisi terjadi kontak dengan gas. (Sumber : General Information for TGS Sensors by Figaro Engineering Inc.) Hubungan antara resistansi sensor dan deoxidizing konsentrasi gas dapat dinyatakan oleh persamaan berikut pada suatu rentang tertentu konsentrasi gas: [ ] α Rs = A C (2.3) (b) Gambar 2.4. Respon sensor TGS. (Sumber : General Information for TGS Sensors by Figaro Engineering Inc.) Pengaruh temperature dan realative humidity Sensitivitas sensor TGS juga dipengaruhi oleh perubahan temperature dan relative humidity. Dimana seiring dengan kenaikan temperature dan relative humidity, resistansi sensor akan semakin menurun.gambar 2.5 menjelaskan bagaimana pengaruh temperature dan relative humidity terhadap resistasi sensor TGS. Rs A [C] α = Resistansi sensor = Konstanta = Konsentrasi Gas = Kemiringan kurva Rs Sensitivitas Gas Ketika sensor gas SnO2 terdapat kontak dengan suatu gas, ada perubahan dalam konduktivitas semikonduktor. Apapun penyebab perubahan tersebut akan termonitor oleh sensor melalui perubahan resistansi, yang digunakan untuk menentukan sensitivitas sensor. Sensitivitas suatu gas sensor didefinisikan sebagai suatu resistansi atau konduktansi yang berubah ketika sensor terkena konsentrasi gas tertentu. [Sumber : Raül Díaz Delgado, 2002] 3 Gambar 2.5. pengaruh temperature dan relative humidity pada sensor TGS. (Sumber: General Information for TGS Sensors by Figaro Engineering Inc.) 3. Akuisisi Data dan Data Logger Data logger merupakan sebuah alat elektronik yang mencatat beberapa parameter seperti suhu, kelembaban, kecepatan dan arah angin, intensitas cahaya, dan parameter lain dari waktu ke waktu. Biasanya data logger dilengkapi dengan mikroprosesor dengan saluran input dan penyimpanan data. Komponen penting yang terdapat dalam data logger adalah sebagai berikut :

4 a. Input Channels Spesifikasi papan perangkat keras akuisisi data meliputi jumlah kanal, laju pencuplikan, resolusi, jangkauan, ketepatan (akurasi), derau dan ketidak-linearan, yang semuanya berpengaruh pada kualitas sinyal yang terdigitisasi (terakuisisi secara digital). Jumlah kanal masukan analog telah ditentukan, baik untuk masukan diferensial maupun ujung-tunggal (single-ended) pada papan akuisisi data yang memiliki kedua macam masukan tersebut. Masukan ujungtunggal merupakan masukan dengan referensi titik pentanahan (ground) yang sama. Masukan-masukan ini digunakan untuk sinyal masukan yang memiliki aras tegangan yang cukup tinggi (lebih besar dari 1 volt), kabel penghubungnya juga cukup pendek (kurang dari 4,5 meter) dan semua sinyal masukan memiliki referensi ground yang sama. Jika sinya-sinyal masukan tersebut tidak memenuhi kriteria ini, maka digunakan masukan diferensial, dengan tipe masukan diferensial ini, masing-masing masukan memiliki referensi ground-nya sendiri-sendiri. Ralat derau, dalam hal ini, dapat dikurangi karena derau common-mode (karena menggunakan referensi ground yang sama pada masukan ujung-tunggal) pada kabel sudah tidak ada. Laju pencuplikan menentukan seberapa sering konversi data dilakukan. Laju pencuplikan yang cepat akan menghasilkan data yang lebih banyak dan akan menghasilkan penyajian-ulang sinyal asli yang lebih baik. Misal-nya, sinyal suara (audio) yang diubah ke sinyal listrik melalui mikrofon memiliki komponen frekuensi hingga mencapai 20 KHz. Untuk mendigitasi sinyal ini secara benar diguna-kan teorema Pencuplikan Nyquist yang mengatakan bahwa kita harus melakukan pencuplikan dengan laju atau frekuensi pencuplikan lebih besar dari dua kali komponen frekuensi maksimum yang ingin dideteksi (diakuisisi). Dengan demikian untuk sinyal audio tersebut diperlukan perangkat keras akuisisi data dengan frekuensi pencuplikan lebih dari 40 khz ( cuplikan tiap detik). b. A/D converter (Analog to Digital Converter) Sinyal-sinyal yang dihasilkan oleh transduser suhu biasanya tidak membutuhkan laju pencuplikan yang tinggi karena suhu tidak akan berubah secara cepat (pada Konsep Akuisisi Data dan Konversi 3 kebanyakan aplikasi). Dengan demikian, perangkat keras akuisisi data dengan laju pencuplikan rendah sudah mencukupi untuk digunakan pada akuisisi data suhu/temperatur. Pemultipleksan merupakan cara yang sering digunakan untuk menambah jumlah kanal masukan ke ADC (papan akuisisi data). ADC yang bersangkutan mencuplik sebuah kanal, kemudian berganti ke kanal berikutnya, kemudian mencuplik kanal tersebut, berganti lagi ke kanal berikutnya dan seterusnya. Karena menggunakan sebuah ADC untuk mencuplik beberapa kanal, maka laju efektif pencuplikan pada masing-masing kanal berbanding terbalik dengan jumlah kanal yang dicuplik. Misalnya sebuah papan akuisisi data mampu mencuplik dengan laju 100 Kcuplik/detik pada 10 kanal, maka masing-masing kanal secara efektif memiliki laju pencuplikan : mikrokontroler yang sering digunakan untuk akusisi data yaitu IC Mikrokontroler ATMEGA Penentuan fungsi pin perlu dilakukan untuk mengetahui input dan output pada IC sehingga ada pin-pin yang memiliki fungsi khusus (seperti ADC) dan pin komunikasi serial tidak terganggu. Input dan output yang dibutuhkan adalah rangkaian Sinyal konditioning, tomboltombol, rangkaian driver Relay dan tampilan LCD. d. Data Output Port (PC Communication Port or RS-232 Port) Sebagian besar data logger berkomunikasi dengan PC melalui port serial, yang memungkinkan data ditransmisikan secara serial (satu setelah yang lain). RS-232 interface telah menjadi standar sebagai antarmuka antara peralatan terminal data, seperti PC, dan peralatan komunikasi data serial menggunakan pertukaran data biner, seperti data logger atau modem. Data dapat dikirim dua arah, dan banyak logger menggunakan 9600 baud sebagai standar kecepatan komunikasi. e. Perangkat Lunak Perangkat lunak (software) akuisisi data dibutuhkan untuk memprogram dan mendownload data secara serial dari data logger. Fungsi-fungsi data logging seperti kecepatan sensor dan scaling, interval log, protokol komunikasi dan format output (Excel, ASCII, alur, dll) diprogram menggunakan perangkat lunak yang terinstall di PC. Salah satu software akuisisi data yang biasa dipakai adalah LabVIEW. LabVIEW bekerja berdasarkan prinsip data flow di mana informasi dalam program LabVIEW, disebut Virtual Instrument (VI), mengalir dari sumber data ke data sink dihubungkan dengan kabel (wires).vi disini sangat kompleks karena dalam satu VI dapat berisi sejumlah internal VI banyak konfigurasi. Pengguna dapat membuat VI yang terdiri dari graphical user interface (GUI) yang disebut front panel dan block diagram. Front panel digunakan untuk membuat berbagai objek grafis mulai dari tombol sederhana sampai grafik kompleks, sedangkan block diagram pada LabVIEW berisi beberapa jenis logika program yang berfungsi untuk memodifikasi aliran data. Gambar 2.7 Front panel dan block diagram pada LabVIEW. Front panel control, indikator dan block diagram tersedia pada palet yang terdapat pada jendela LabVIEW. Palet ini telah dipisahkan isinya ke dalam sub-kategori yang berisi kontrol, indikator, dan VI. Dengan kata lain laju pencuplikan menurun seiring dengan ber-tambahnya kanal yang dimultipleks. c. Mikrokontroler Mikrokontroler mini komputer yang didalam proses pengolahan data sama seperti personal komputer. Perbedaan yang utama adalah besarnya kapasitas memory RAM, serta adanya tempat penyimpanan data yang cukup besar seperti Harddisk. Didalam mikrokontroler terdapat CPU, bus-data, bus-addres, dan port I/O. Keempat elemen tersebut terdapat dalam personal komputer. Contoh 4 Gambar 2.8 Palet pada Front panel dan block diagram.

5 III. METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai metodologi yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut beberapa metode yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari tugas akhir ini yaitu: komponen VISA Serial pada LabVIEW 8.6 dan menyimpannya dalam bentuk log file (*.lvm). 1) Eksperimen biodigester. 2) Perancangan sistem akuisisi data. 3) Pengujian Methane Gas Sensor. 4) Analisa data. 5) Perancangan gas holder. 6) Integrasi Methane Gas Detector pada Portable Biodigester. Langkah-langkah tersebut merupakan prosedur penelitian tugas akhir secara umum. Metodologi secara keseluruhan dijelaskan pada flowchart penelitian gambar 3.1 dan dijabarkan pada sub-bab selanjutnya. Gambar 3.6 Front panel mode real-time pada LabVIEW 8.6 Tampilan front panel mode real-time dapat dilihat pada gambar 3.6. Pada mode rea-time ini terdiri dari 2 tampilan Grafik, dimana grafik kiri untuk menampilkan nilai konsentrasi gas methane yang terukur secara real-time. Sedangkan grafik kanan untuk menampilkan nilai tegangan keluaran sensor secara real-time. Tampilan front panel mode real-time dapat dilihat pada gambar 3.8. Pada tampilan front panel ini terdapat simulasi plant biodigester, simulasi bukaan valve dan monitoring level plant biodigester. Gambar 3.1 Flowchart penelitian. 1. Eksperimen Biodigester Pada tahap dilakukan eksperimen dengan membuat biodigester yang masih konvensional (tanpa sistem monitoring) untuk mengetahui adanya gas methane dari biogas hasil eksperimen biodigester. Pengujian gas methane ini dilakukan dengan 2 metode, yaitu menguji dengan membakar biogas hasil eksperimen, dan cara kedua yaitu dengan menganalisa sampel biogas pada Shimadzu GC-17A Gas Chromatography untuk mengetahui adanya kandungan gas methane pada biogas. 2. Perancangan sistem akuisisi data a. Design minimum sistem Atmega8535 Perangkat akuisisi data yang digunakan pada pengujian ini menggunakan minimum sistem berbasis mikrokontroler Atmega8535. Perangkat lunak yang digunakan berbasis LabVIEW 8.6 untuk akuisisi data yang digambarkan pada gambar 3.3 diagram blok sistem akuisisi data. Gambar 3.8 Front panel tampilan Plant pada LabVIEW 8.6 Setelah melakukan design pada front panel LabVIEW 8.6, maka selanjutnya dilakukan design pada Block Diagram LabVIEW untuk dapat menjalankan program seperti pada front panel yang sudah dibuat. Pada block diagram dilakukan pendefinisian intputan sensor yang masih dalam bentuk tegangan menjadi besaran konsentrasi (dalam ppm) dengan metode interpolasi berdasarkan data hasil kalibrasi. Pada gambar 3.8 berikut ini merupakan design Block Diagram pada LabVIEW. Gambar 3.3 Diagram blok sistem akuisisi data b. Perancangan software Pada software akuisisi data berbasis LabVIEW 8.6 yang kami rancang terdiri dari 3 mode, yaitu mode real-time, mode offline, dan mode tampilan Plant Biodigester. Mode real-time digunakan untuk akuisisi data secara real-time menggunakan komunikasi serial dengan menggunakan Gambar 3.8 Block Diagram software pada LabVIEW 8.6 5

6 c. Kalibrasi Pembacaan Tegangan Setelah melakukan perancangan hardware maupun software akuisisi data, maka dilakukan kalibrasi terhadap pembacaan tegangan pada software akuisisi data. Pembacaan tegangan pada software akuisisi dibandingkan dengan pembacaan tegangan pada Digital Multimeter, dengan tujuan untuk melihat ketepatan dari pembacaan tegangan pada software akuisisi yang telah dirancang. 3. Pengujian Methane Gas Sensor a. Penentuan sensor Sensor yang digunakan adalah TGS2611 dan TGS2612 yang mempunyai sensitifitas tinggi untuk gas methane. Untuk sensor TGS2611 dikhususkan untuk mendeteksi gas methane, dan pada umunya diaplikasikan untuk gas detektor ataupun gas leak detektor. Tabel 3.2 brikut ini menunjukkan spesifikasi sensor TGS2611. Spesifikasi sensor di atas perlu kita perhatikan pada saat melakukan perancangan rangkaian sensor. Dari spesifikasi diatas diketahui bahwa dibutuhkan Vc dan V H sebesar 5.0V ± 0.2V DC/AC, dan I H 56 ± 5mA, sehingga pada rangkaian sensor dibutuhkan Power supply sebesar 5 V dan Current Regulator untuk mengkondisikan arus. Sedangkan untuk sensor TGS2612 pada umunya digunakan untuk mendeteksi gas methane, propane, dan butane pada aplikasi gas leak detektor. Berikut spesifikasi dari sensor TGS2612. Tabel 3.4 Data kalibrasi TGS2611 (Sumber : Figaro engineering, 11 th May, 2010) Dari tabel data kalibrasi vendor dapat kita ketahui bahwa nilai Rs (misalkan pada 5000 ppm methane) adalah sebesar 2.15 kω dan rasio Rs/Ro sebesar 1. Sehingga Ro dapat dihitung sebagai berikut : Pada 5000 ppm Methane R R R S O = 1 = R = 2.15kΩ...(3.1) O S Dari grafik standard dapat diketahui bahwa rasio Rs/Ro untuk clean air pada kondisi suhu 20ºC dan 65%RH adalah sebesar 9, sehingga Rs sensor yang terkalibrasi oleh vendor pada clean air diketahui sebesar kω. Untuk itu gas sensor ini dikalibrasi dengan cara mengukur nilai Rs dari rangkaian pada kondisi clean air. Gambar 3.9 struktur TGS2611, (b) struktur TGS2612 (Sumber : Technical Information for TGS2611 and TGS2612, revised June 2005 by Figaro) b. Perbandingan Data Pengukuran terhadap Data Kalibrasi Figaro Engineering Inc Kalibrasi gas sensor ini dilakukan dengan menggunakan data kalibrasi dan grafik standard yang diperoleh dari Figaro Engineering Inc. Pada grafik terdapat hubungan Rs/Ro terhadap konsentrasi gas dalam ppm untuk methane dan clean air (udara bersih). Dari grafik tersebut dapat kita hitung nilai Ro yaitu nilai resistansi sensor pada 5000 ppm gas methane, sehingga kalibrasi gas sensor ini juga dapat dilakukan pada kondisi clean air. Berikut grafik dan tabel data kalibrasi dari Figaro Engineering Inc. Gambar 3.11 rangkaian sensor TGS2611 dan TGS2612 (Sumber : Technical Information for TGS2611 and TGS2612, revised June 2005 by Figaro) Pengukuran dilakukan pada beberapa titik pengukuran yang mendekati kondisi kalibrasi gas sensor oleh vendor. Disini kami melakukan pengukuran pada 10 titik pengukuran untuk kalibrasi gas sensor pada clean air serta pada temperature dan R H tertentu. Dari nilai V RL yang terukur dapat diperoleh nilai Rs dengan menggunakan persamaan berikut : V V R C RL S = RL....(3.2) VRL Berikut tabel 10 titik pengukuran pada temperature, humidity, dan kondisi lain yang mendekati kondisi data kalibrasi grafik standard, yaitu pada 20 C, 65%R H, V C =5 Volt, V H =5 Volt, dan R L =10kΩ. Selanjutnya nilai Rs dari hasil pengukuran akan dibandingkan dengan nilai Rs sensor pada grafik standard, sehingga bisa ditentukan faktor koreksi dari gas sensor tersebut. Untuk senor TGS2612 proses kalibrasi juga dilakukan seperti metode diatas dengan menggunakan grafik standard dan tabel data kalibrasi sebagai berikut : Gambar 3.10 grafik sensitivitas TGS2611 (Sumber : Figaro engineering, 11 th May, 2010) 6

7 3. Minimum System Atmega DT830B Masda Digital multmeter. 5. Dekko 642 Digital Termo-Hygrometer. 6. Power supply (5 Volt, 1 Ampere). 7. Lighter (butane) Berikut skematik rangkaian dan gambar papan rangkaian yang digunakan untuk uji kinerja gas sensor TGS2611 dan TGS2612. Gambar 3.12 grafik sensitivitas TGS2612 (Sumber : Figaro engineering, 11 th May, 2010) Tabel 3.5 data kalibrasi TGS2612 (Sumber : Figaro engineering, 11 th May, 2010) Untuk tiap titik pengukuran dilakukan prosedur sebagai berikut : 1. Mempersiapkan peralatan. 2. Menghubungkan rangkaian sensor dengan minimum sistem Atmega Menghubungkan minimum sistem Atmega8535 dengan PC melalui Port DB9. 4. Menyiapkan software akusisi data menggunakan LabVIEW Menyiapkan Digital Termo-hygrometer 6. Mengukur Temperature dan %RH pada setiap titik pengukuran. 7. Menjalankan program akuisisi data dan menyalakan power supply agar data pengukuran sensor terbaca dari mulai start-up. 8. Melakukan pengukuran selama 2 menit (120 detik) sampai keluaran sensor stabil dan menyimpan hasil pengukuran dalam LabVIEW Measurement File (*.lvm). 9. Melakukan langkah 1 s/d 8 untuk titik pengukuran lainnya. Menghitung faktor koreksi dari masing-masing sensor dengan membandingkannya terhadap data kalibrasi Figaro Engineering Inc. c. Uji Kinerja Pada tahap uji kinerja sensor ini, akan diuji respon gas sensor pada saat kontak dengan gas dan pengaruh temperature dan %RH (Relative Humidity) terhadap respon gas sensor. Peralatan yang digunakan untuk melakukan uji kinerja gas sensor adalah sebagai berikut: 1. Current regulator, yang terdiri dari komponen berikut: a. LM317 b. Resistor variable 1 kω. c. Kapasitor 0.1 µf 2. Rangkaian sensor, yang terdiri dari komponen berikut: a. Resistor variable 10 kω. b. TGS2611/TGS2612 gas sensor. 7 Gambar 3.13 skematik rangkaian sensor dan rangkaian current regulator. Uji kinerja sensor ini dilakukan dengan beberapa bentuk pengujian, yaitu : Uji respon gas Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui respon sensor pada saat kondisi udara bersih dan kondisi terjadi kontak dengan suatu gas. Disini gas yang digunakan adalah gas butane yang terdapat pada korek gas. Hal ini dikarenakan gas ini bisa diperoleh dengan mudah di pasaran, sedangkan untuk gas methane hanya diperoleh dari biogas hasil eksperimen biodigester dan digunakan untuk pengujian pada Gas Chromatography. Pada grafik berikut, untuk Rs/Ro = 2 jika ditarik garis lurus ke grafik methane dan butane, maka sensor dapat mendeteksi 1000 ppm methane atau 3600 ppm butane. Sehingga kemampuan sensor TGS2611 dalam mendeteksi 1 ppm methane setara dengan kemampuan mendeteksi 3.6 ppm butane. Gambar 3.15 Sensitivitas sensor TGS2611 untuk beberapa gas (Source : Technical Information for TGS2611 by Figaro Engineering Inc.) Sedangkan untuk grafik diatas, pada Rs/Ro = 0.7 jika ditarik garis lurus ke grafik methane dan butane, maka sensor dapat mendeteksi ppm methane atau 3600 ppm butane. Sehingga kemampuan sensor TGS2612 dalam mendeteksi 1 ppm methane setara dengan kemampuan mendeteksi 0.36 ppm butane.

8 Untuk peletakan sensor gas methane ditempatkan pada bagian atas tabung kolektor, dan untuk menghindari adanya kontak antara sensor dan air terdapat sekat berlubang antara bagian tabung kolektor yang terisi air dan tabung kolektor yang terisi gas. Gambar peletakan sensor gas methane dapat dilihat pada gambar 3.19 Gambar 3.16 Sensitivitas sensor TGS2612 untuk beberapa gas (Source : Technical Information for TGS2612 by Figaro Engineering Inc.) Uji sensitivitas terhadap pengaruh temperature dan humidity. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui sensitivitas sensor terhadap perubahan temperature dan humidity. Untuk pengujian ini pengambilan data menggunakan digital multimeter dan digital termohygrometer. Gambar 3.19 Peletakan sensor pada Gas Holder Jika pada tabung kolektor terdapat gas masuk, maka gas akan menekan air naik ke tabung kedua seperti yang terlihat pada gambar Gambar 3.17 pengujian respon sensor terhadap temperature dan humidity 4. Analisa Data Setelah dilakukan beberapa pengujian dari sensor TGS2611 dan TGS2612, didapatkan data-data pengujian baik dalam bentuk tabel maupun grafik. Selanjutnya dari data-data pengujian tersebut dilakukan analisa data dengan menggunakan beberapa perhitungan matematis dan bantuan software OriginPro 8 yang dijelaskan lebih lengkap pada BAB IV. Dari hasil analisa data akan diperoleh beberapa kesimpulan untuk menentukan sensor manakah yang lebih baik untuk diimplementasikan pada plant biodigester ini. 5. Perancangan Gas Holder Gas holder didesain dengan menggunakan 2 buah tabung, dimana tabung pertama digunakan untuk gas kolektor dan diisi dengan sebagian air, dimana tinggi air segaris dengan bagian bawah displacement tank(tabung kedua) dalam keadaan kosong. Sedangkan tabung kedua digunakan sebagai displacement tank jika nantinya terdapat biogas pada tabung pertama dan menekan air naik ke tabung kedua. Design gas holder dapat dilihat pada gambar 3.18 dengan kondisi masih belum ada gas pada tabung kolektor. Gambar 3.20 Gas holder pada saat terdapat gas. 6. Integrasi Methane Gas Detector pada Portable Biodigester Setelah melakukan perancangan gas holder, selanjutnya dilakukan integrasi dari gas holder yang telah dirancang pada plant biodigester dengan menghubungkan pipa gas inlet dengan saluran keluaran gas pada tabung digester. Gambar integrasi gas holder pada plant biodigester dapat dilihat pada gambar 3.21 Gambar 3.21 Integrasi gas holder pada plant biodigester IV. HASIL AN ANALISA 1. Prosedur Pengambilan Data Beberapa langkah yang dilakukan dalam pengambilan data untuk kalibrasi dan uji kinerja sensor TGS2611 dan TGS2612 adalah sebagai berikut : Gambar 3.18 Design Gas Holder 8 Gambar 4.1 Langkah-langkah pengambilan data

9 2. Analisa Data dan Grafik a. Penentuan sensor Pada tahap eksperimen biodigester dilakukan pengujian adanya gas methane dengan 2 metode, yaitu dengan pengujian membakar hasil gas, dan pengujian hasil gas dengan menggunakan Shimadzu GC-17A Gas Chromatography. Untuk pengujian pertama, biogas hasil eksperimen biodigester selama 27 hari dibakar dengan menggunakan korek api, pada pengujian dihasilkan nyala api biru seperti pada gambar 4.2, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada biogas hasil eksperimen ini terdapat gas methane. Gambar 4.4 hasil tes chromatogram untuk sampel pertama Gambar 4.2 Pengujian gas methane dengan cara dibakar Sedangkan untuk pengujian kedua dilakukan dengan menggunakan Shimadzu GC-17A Gas Chromatography untuk 5 buah sampel biogas dari hasil eksperimen. Pada grafik gambar 4.3 contoh hasil pengujian gas methane untuk sampel pertama, untuk data hasil pengujian sampel lain dapat dilihat pada Lampiran A. Tabel 4.1 Data hasil pengujian gas methane Konsentrasi Sampel Area (ppm) b. Kalibrasi Pembacaan Tegangan Pengujian dilakukan dengan membandingkan pembacaan tegangan pada software akuisisi LabVIEW 8.6 dengan pembacaan tegangan pada Digital Multimeter, dengan tujuan untuk melihat ketepatan dari pembacaan tegangan pada software akuisisi yang telah dirancang. Dari pengujian pembacaan tegangan pada software akuisisi data LabVIEW 8.6, diperoleh data sebagai berikut : Gambar 4.3 hasil tes chromatogram untuk methane standard Data grafik diatas merupakan data methane standard dengan asumsi Shimadzu GC-17A sudah terkalibrasi. Dari data grafik dan table pada gambar 4.3 dapat diketahui area methane standard sebesar dengan kandungan 100% methane pada konsentrasi 1000 ppm. Data methane standard ini digunakan sebagai pembanding untuk menentukan besarnya konsentrasi untuk 5 sampel biogas yang diuji dengan asumsi pada pengujian methane standard terdapat 100% gas methane. Sehingga untuk pengujian setiap sampel pertama dapat diketahui dengan perhitungan perbandingan sebagai berikut : nilai area sampel konsentrasi ( ppm) sampel = 1000 ppm Data grafik untuk sampel pertama dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut ini : Gambar 4.5 Kalibrasi pembacaan tegangan Tabel 4.2 Data kalibrasi pembacaan tegangan Sampel 5 Volt 0 Volt

10 c. Perbandingan Pengukuran Sensor TGS2611 dan TGS2612 terhadap Data Kalibrasi Figaro Engineering Inc Sebelum melakukan uji kinerja terhadap sensor TGS2611 dan TGS2612, dilakukan kalibrasi gas sensor dengan menggunakan grafik standard yang diperoleh dari data hasil kalibrasi Figaro Engineering. Kalibrasi dilakukan pada 10 sampel titik pengukuran untuk masing-masing sensor yang mendekati kondisi kalibrasi sensor dari Figaro Engineering, yaitu pada kondisi Temperature 20±5 C dan 65±5 %RH. Pengambilan data pengukuran untuk tiap sampel dilakukan per-detik selama 2 menit (120 data pengukuran tiap sampel) dengan menggunakan akusisi data dan Labview 8.6. Berikut contoh pengambilan data pada sampel titik pengukuran 1 (pada T = 28.1 C dan 58%RH) untuk sensor TGS2611 pada LabVIEW 8.6 secara real-time pada gambar 4.6 dibawah ini. Untuk data grafik titik pengukuran selanjutnya (titik pengukuran 2 s/d titik pengukuran 10) dapat dilihat pada Lampiran B. Gambar 4.6 Grafik Tegangan TGS2611 untuk titik pengukuran 1 pada tampilan Labview 8.6 secara real-time. Setelah dilakukan pengambilan data secara realtime pada LabVIEW 8.6, secara otomatis data pengukuran tersimpan dalam Measurement File LabVIEW (*.lvm) untuk selanjutnya dilakukan analisa grafik dengan bantuan software OriginPro 8 dengan membuka log file yang telah tersimpan dari pengambilan data secara real-time. Tampilan analisa grafik pada OriginPro 8 dapat dilihat pada gambar 4.7. Voltage (Volt) Titik pengukuran 1 pada T=28.1 C dan 58 %RH Voltage Time (s) Gambar 4.7 Grafik Tegangan TGS2611 untuk titik pengukuran 1 pada tampilan OriginPro 8. Pada grafik gambar 4.7 terlihat tren grafik yang naik dari nilai tegangan 0 kemudian stabil pada nilai tegangan tertentu. Hal tersebut dikarenakan pengambilan data untuk tiap sampel dilakukan mulai kondisi start-up (rangkaian sensor baru dinyalakan). Pada grafik juga terlihat bahwa keluaran tegangan sensor mulai stabil setelah ±20 detik dari total 120 detik/2 menit pengambilan data. Dari analisa grafik dapat diketahui nilai rata-rata tegangan keluaran sensor (mean voltage) dan standard deviasi dari pengambilan data untuk setiap sampel titik pengukuran. Data untuk tiap sampel titik pengukuran sensor TGS2611 dapat dilihat pada tabel 4.3. Nilai mean voltage tiap sampel merupakan nilai dari rata-rata tegangan keluaran untuk 120 data pengukuran yang diambil secara real-time dengan 10 bantuan LabVIEW 8.6. Pada tabel 4.3 juga dihitung nilai standard deviasi atau besarnya penyimpangan nilai pengukuran tiap sampel, dan didapatkan nilai rata-rata penyimpangan untuk 10 sampel sebesar Tabel 4.3 Data pengukuran TGS2611 pada Udara Bersih Kondisi pengukuran TP T (ºC) %RH Mean Voltage (Volt) Standard Deviation tiap sampel Rata-rata Dari data pengukuran pada tabel 4.3, dengan menggunakan persamaan (3.2) maka didapatkan nilai resistansi sensor (Rs) TGS2611 untuk tiap sampel pengukuran pada pada kondisi udara bersih (clean air). Selanjutnya nilai resistansi sensor TGS2611 dari hasil pengukuran dibandingkan dengan nilai resistansi sensor TGS2611 yang telah terkalibrasi oleh Figaro Engineering untuk kondisi yang sama pada udara bersih. Sehingga didapatkan nilai error dan %error dari setiap sampel pengukuran seperti yang ditampilkan pada tabel 4.4. Dari data tabel 4.4 dapat ditentukan nilai ratarata error dan standatd deviasi dari total 10 sampel pengukuran dengan bantuan OriginPro 8. Tampilan hasil perhitungan rata-rata error dan standard deviasi dapat dilihat seperti pada gambar 4.8. Tabel 4.4 Hasil perbandingan pengukuran TGS2611 TP Rs pengukuran (kω) Rs Figaro Engineering (kω) Error Gambar 4.8 Hasil pengolahan data sensor TGS2611 pada OriginPro 8. Dari hasil pengolahan data pada OriginPro 8 dapat ditentukan bahwa untuk kalibrasi sensor TGS 2611 pada kondisi udara bersih pada total 10 sampel pengukuran mempunyai nilai standard deviasi (standard ketidakpastian) , rata-rata error 3.478, nilai minimum error 1.77,dan nilai maximum error 7.62.

11 Selanjutnya dilakukan prosedur yang sama untuk pengambilan data setiap sampel titik pengukuran pada sensor TG2612. Berikut contoh pengambilan data pada sampel titik pengukuran 1 (pada T = 28 C dan 60%RH) untuk sensor TGS2612 pada LabVIEW 8.6 secara real-time pada gambar 4.9. pengukuran tiap sampel, dan didapatkan nilai rata-rata penyimpangan untuk 10 sampel sebesar Selanjutnya dengan menggunakan persamaan (3.2) maka didapatkan nilai resistansi sensor (Rs) untuk tiap sampel pengukuran pada pada kondisi udara bersih (clean air). Nilai Rs TGS2612 dari hasil pengukuran dibandingkan dengan nilai Rs TGS2612 yang telah terkalibrasi oleh Figaro Engineering untuk kondisi yang sama pada udara bersih. Sehingga didapatkan nilai error dan %error dari setiap sampel pengukuran seperti yang ditampilkan pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil perbandingan pengukuran TGS2612 TP Rs pengukuran (kω) Rs Figaro Engineering (kω) Error Gambar 4.9 Grafik Tegangan TGS2612 untuk titik pengukuran 1 pada tampilan Labview 8.6 secara real-time Pengambilan data secara real-time pada LabVIEW 8.6 secara otomatis tersimpan dalam Measurement File LabVIEW (*.lvm) untuk selanjutnya dilakukan analisa grafik dan pengolahan data pada OriginPro 8 dengan membuka log file yang telah tersimpan. Tampilan grafik pada OriginPro 8 dapat dilihat pada gambar Titik pengukuran 1 pada T=28ºC dan 60%RH Voltage Voltage (Volt) Dari data tabel 4.6 dapat ditentukan nilai ratarata error dan standatd deviasi dari total 10 sampel pengukuran dengan OriginPro 8. Tampilan hasil perhitungan rata-rata error dan standard deviasi dapat dilihat seperti pada gambar Time (s) Gambar 4.10 Grafik Tegangan TGS2612 untuk titik pengukuran 1 pada tampilan OriginPro 8. Tabel 4.5 Data pengukuran TGS2612 pada udara bersih Kondisi pengukuran TP T (ºC) %RH Mean Voltage (Volt) Standard Deviation Rata-rata Dari grafik pengukuran real-time dapat diketahui nilai rata-rata tegangan keluaran sensor (mean voltage) dan standard deviasi dari pengambilan data untuk setiap sampel titik pengukuran seperti pada tabel 4.5. Nilai mean voltage tiap sampel merupakan nilai dari rata-rata tegangan keluaran untuk 120 data pengukuran yang diambil secara real-time dengan LabVIEW 8.6. Pada tabel 4.5 juga dihitung nilai standard deviasi atau besarnya penyimpangan nilai 11 Gambar 4.11 Hasil pengolahan data sensor TGS2612 pada OriginPro 8. Dari hasil gambar 4.11 dapat ditentukan bahwa untuk kalibrasi sensor TGS 2612 pada kondisi udara bersih pada total 10 sampel pengukuran mempunyai nilai standard deviasi (standard ketidakpastian) , rata-rata error 3.171, nilai minimum error 0.03,dan nilai maximum error d. Uji Respon Sensor terhadap Gas Butane Dilakukan dengan menguji respon masing-masing sensor terhadap adanya kontak dengan gas. Gas yang digunakan untuk pengujian adalah Butane, karena kedua sensor tersebut juga dapat mendeteksi gas Butane. Hubungan Butane dan Methane dalam hal kemampuan masing-masing sensor dalam mendeteksi gas adlah sebagai berikut. LEL butane = 1.8% LEL = ppm 1% LEL butane = 0.018% = 180 ppm...(4.1) LEL methane = 5% LEL = ppm 1% LEL methane = 0.05% = 500 ppm...(4.2) Untuk sensor TGS2612, pada rasio resistansi terntentu menyatakan %LEL yang sama untuk butane dan methane (akan tetapi mempunyai nilai ppm yang berbeda) seperti pada gambar 3.16, karena sensor ini dapat mendeteksi 1 s/d 25%LEL untuk masing-masing gas baik butane maupun methane [DP]. Sehingga untuk sensor TGS2612 penyetaraannya dapat menggunakan hubungan konversi diatas. Maka dapat dinyatakan kemampuan sensor TGS2612

12 dalam mendeteksi setiap 1 ppm gas methane sama dengan 0.36 ppm butane. Sedangkan untuk sensor TGS2611, pada rasio resistansi terntentu tidak menyatakan %LEL yang sama untuk butane dan methane, sehingga penyetaraannya tidak bisa menggunakan hubungan konversi diatas. Penyetaraan untuk sensor TGS2611 terhadap butane dalam mendeteksi methane dapat dilakukan dengan pendekatan grafik seperti pada gambar Sehingga kemampuan senssor TGS2611 dalam mendeteksi setiap 1 ppm gas methane dapat dinyatakan setara dengan 3.6 ppm butane. Pengujian terhadap gas butane dilakukan sebanyak 5 sampel untuk masing-masing sensor. Sampel diambil dengan menguji respon sensor dengan 1, 2, 3, 4 dan 5 kali semprotan gas butane yang berasal dari lighter/korek gas. Contoh pengambilan data respon TGS2611 dan TGS2612 terhadap gas Butane untuk 1 kali semprotan Lighter / korek gas pada LabVIEW 8.6 secara real-time dapat dilihat pada gambar 4.12 dan gambar Untuk data selanjutnya (sampel 2 s/d sampel 5) dapat dilihat pada Lampiran C. Gambar 4.12 Grafik Uji respon sensor TGS2611 dengan 1 kali semprotan gas Butane pada tampilan real-time di LabVIEW 8.6. Gambar 4.13 Grafik Uji respon sensor TGS2612 dengan 1 kali semprotan gas Butane pada tampilan real-time di LabVIEW 8.6. Dari analisa grafik dapat diketahui nilai maksimal tegangan keluaran dari sensor saat pengambilan data yang menyatakan maksimal ppm (part per milion) gas Butane yang dideteksi pada saat diberi semprotan. Berikut tabel data pengukuran untuk kalibrasi TGS2611. Voltage (Volt) 2.0 Uji respon TGS2611 terhadap gas Butane 1x semprotan Voltage Time (s) Voltage (Volt) Uji respon TGS2612 terhadap gas Butane (1x semprotan) Voltage Time (s) (a) (b) Gambar 4.14 Grafik Uji respon sensor dengan 1 kali semprotan gas Butane pada OriginPro 8 (a) TGS2611 (b) TGS Jumlah sempro tan Tabel 4.7 Data pengukuran uji respon sensor terhadap gas Butane Tegangan keluaran Tegangan keluaran TGS2611 TGS2612 Udara Gas Udara Gas bersih Butane Rs bersih Butane (Volt) (Volt) (kω) (Volt) (Volt) Rs (kω) Dari data pengukuran pada tabel 4.7, dapat diketahui perubahan tegangan keluaran sensor setiap penambahan jumlah semprotan gas butane. Untuk sensor TGS2611 kenaikan tegangan keluaran setiap kenaikan jumlah semprotan butane lebih kecil dibandingkan kenaikan tegangan keluaran pada TGS2612. Sehingga dapat dikatakan resolusi pengukuran untuk TGS2612 lebih besar dibandingkan pada TGS2611. Dari data uji respon sensor terhadap gas Butane pada bahasan sebelumnya, maka dapat kita dapatkan nilai ppm Butane yang dapat terbaca oleh sensor. Dengan melihat tabel data kalibrasi TGS2611 dan TGS2612 oleh Figaro Engineering, maka dapat kita ketahui ppm methane yang dapat terbaca oleh sensor. Karena pada saat percobaan kita menggunakan gas Butane, maka kita setarakan kemampuan sensor dalam pembacaan methane dengan kemapuan sensor dalam pembacaan Butane dengan suatu faktor pengali. Untuk sensor TGS2611, pada grafik Rs/Ro terhadap konsentrasi gas dapat diketahui bahwa pada saat Rs/Ro =2 sensor dapat mendeteksi 1000 ppm methane atau 3600 ppm Butane. Sehingga 1 ppm methane yang terdeteksi oleh sensor setara dengan 3.6 ppm Butane. Sedangkan untuk TGS2612, sensor ini dapat mendeteksi 1-25% LEL untuk gas Methane, Propane, dan Butane. Sehingga 1%LEL Methane yang terbaca oleh sensor TGS2612 setara dengan 1%LEL Butane yang terbaca oleh sensor TGS2612. Tabel 4.8 Hasil uji respon TGS2611 terhadap gas Butane Jumlah semprotan Rs/Ro Methane Butane Conductance (ms) < 1ppm < 3.6 ppm < 1ppm < 3.6 ppm < 1ppm < 3.6 ppm < 1ppm < 3.6 ppm < 1ppm < 3.6 ppm Tabel 4.9 Hasil uji respon TGS2612 terhadap gas Butane Jumlah semprota n Rs/Ro Methane (ppm) Butane (ppm) Conductanc e (ms) Dari kedua data tabel diatas dapat kita lihat bahwa sensor TGS2612 memiliki kenaikan konduktasi yang lebih besar dibandingkan TGS2611, seiring dengan kenaikan ppm butane yang disemprotkan. Sehingga sensor TGS2612 lebih konduktan dibandingkan TGS2611, atau dengan kata lain sensor TGS2612 lebih sensitif dalam mendeteksi gas

13 methane dibandingkan sensor TGS2611. Jika dibandingkan dalam bentuk grafik akan tampak seperti gambar G / Conductance (ms) Perbandingan kenaikan konduktansi sensor terhadap kenaikan ppm Butane Semprotan TGS2611 TGS2612 Gambar 4.15 Grafik perbandingan kenaikan konduktansi sensor terhadap kenaikan ppm Butane Dari grafik 4.15 juga dapat dilihat kenaikan konduktasi dari sensor TGS2612 lebih besar dibandingkan sensor TGS2611, sehingga dapat disimpulkan bahwa TGS2612 lebih sensitif dan memiliki resolusi yang lebih besar dibandingkan TGS2611 dalam mendeteksi gas methane. G / Conductance (ms) Conductance vs Butane Concentration (ppm) Butane (ppm) G / Conductance Gambar 4.16 Grafik konduktasi terhadap konsentrasi gas Butane pada TGS2612 e. Uji Respon Sensor terhadap pengaruh Temperature dan Relative humidity Pengujian dilakukan untuk mengetahui sensitivitas sensor TGS2611 dan TGS2612 terhadap perubahan temperature dan relative humidity (%RH). Temperature dan %RH merupakan 2 parameter kondisi lingkungan yang sangat mempengaruhi terhadap pembacaan pada sensor TGS2611 dan TGS2612. Untuk parameter temperature diambil data pengukuran pada range temperature 27 C~29 C dalam setiap kenaikan 0.1 C. Sedangkan untuk parameter %RH diambil data pengukuran pada range 52%RH~69%RH pada setiap kenaikan 1%RH. Berikut tabel data perubahan Rs (resistansi sensor) terhadap perubahan temperature. Data perubahan Rs (resistansi sensor) terhadap perubahan temperature dan %RH dapat dilihat pada pada tabel 4.10 dan tabel Tabel 4.10 Data perubahan Rs (resistansi sensor) terhadap perubahan temperature dan humidity T ( C) TGS2611 Voltage (Volt) Rs (kω) TGS2612 Voltage (Volt) Rs (kω) Dari data tabel 4.10 dapat diketahui bahwa besarnya tegangan keluaran berbanding lurus dengan kenaikan temperature, dan berbanding terbalik terhadap resistansi sensor. Sensitivitas suatu gas sensor didefinisikan sebagai suatu resistansi atau konduktansi yang berubah ketika sensor terkena konsentrasi gas tertentu. [Sumber : Raül Díaz Delgado, 2002]. Sehingga untuk mengetahui pengaruh temperature terhadap sensitivitas sensor TGS2611 dan TGS2612 data pengukuran pada table 4.10 dinyatakan dalam nilai konduktansi dengan persamaan sebagai berikut : Untuk mengetahui sensor yang lebih stabil atau lebih tidak sensitif terhadap pengaruh perubahan temperature dan %RH dari kedua sensor tersebut, maka data perubahan konduktansi sensor ditampilkan dalam perbandingan trend grafik dari kedua sensor. Dari grafik pada Gambar 4.17 dapat diketahui bahwa sensor TGS2612 (warna Merah) lebih tidak sensitif terhadap perubahan temperature dibandingkan dengan sensor TGS2611 (warna Hitam), sehingga dapat disimpulkan bahwa sensor TGS2612 lebih stabil terhadap pengaruh perubahan temperature dibandingkan sensor TGS2611. G / Conductance (ms) Perbandingan sensitivitas sensor TGS2611 dan TGS2612 terhadap perubahan Temperature T (Celcius) TGS2611 TGS2612 Gambar 4.17 Perbandingan perubahan konduktansi sensor terhadap perubahan temperature. Sedangkan untuk perbandingan perubahan konduktansi sensor TGS2611 dan TGS2612 terhadap perubahan %RH dapat dilihat pada grafik Gambar Dari grafik dapat diketahui bahwa sensor TGS2612 (warna Merah) lebih tidak sensitif terhadap perubahan %RH dibandingkan dengan sensor TGS2611 (warna Hitam)

14 Perbandingan sensitivitas sensor TGS2611 dan TGS2612 terhadap perubahan %RH 0.05 G / Conductance (ms) % RH TGS2611 TGS2612 Gambar 4.18 Perbandingan perubahan konduktansi sensor terhadap perubahan %RH. f. Pengujian untuk Biogas pada Gas Holder dengan TGS2612 Pengujian dilakukan pada gas holder untuk mengukur konsentrasi gas methane yang terkandung pada Biogas yang dihasilkan oleh salah satu plant bioreaktor di Sidoarjo. Sensor yang digunakan untuk pengujian adalah tipe TGS2612 karena setelah tahap uji kinerja sensor didapatkan TGS2612 mempunyai kinerja lebih baik dibandingkan TGS2611. Pengujian dilakukan untuk biogas dengan skala penambahan volume udara 200 ml, 400ml, 600ml, 800ml, dan 1000ml pada gas holder. Selanjutnya pada setiap penambahan volume biogas pada gas holder dihitung konsentrasi gas methane yang terkandung dalam ppm (part per million) yang kemudian dikonversi kedalam %LEL dan %Volume. Salah satu contoh hasil pengambilan data pada saat pengujian dapat dilihat pada Gambar 4.19, untuk gambar hasil pengujian pada volume lainnya dapat dilihat pada Lampiran D. Gambar 4.19 Pengujian terhadap biogas pada volume 400ml pada TGS2612 Pada Gambar 4.19 dapat dilihat bahwa untuk 1 menit pertama menunjukkan kondisi pada saat gas holder belum diberi biogas, kemudian 2 menit selanjutnya menunjukkan gas holder diberi biogas sampai pada volume 400 ml. Selanjutnya nilai konsentrasi dalam ppm juga akan ditampilkan pada LabVIEW dan disimpan dalam file *.lvm. Selain dalam satuan ppm, konsentrasi methane juga dapat ditampilkan dalam %LEL dan %Vol dengan menggunakan konversi sebagai berikut. Konversi ppm ke %LEL : Konsentrasi dalam ppm % LEL = 500 Konversi ppm ke %Vol : konsentrasi dalam ppm % Vol = konsentrasi dalam % LEL % Vol = Gambar 4.20 Grafik konsentrasi methane pada volume 400ml biogas pada TGS2612 Pada grafik Gambar 4.20 dapat kita lihat bahwa waktu yang dibutuhkan sensor dari kondisi pertama kali sensor mendeteksi methane sampai sensor melakukan pembacaan nilai konsentrasi methane sebenarnya membutuhkan waktu selama sekitar 30 detik, kemudian pembacaan sensor konstan selama sekitar 60 detik, akan tetapi setelah itu pada grafik terlihat terjadi penurunan nilai konsentrasi pada pembacaan sensor setelah detik ke 160, hal ini disebabkan pada saat pengujian masih terdapat sedikit kebocoran gas pada bagian inlet gas pada gas holder. Dari grafik dapat diperoleh besarnya konstanta waktu (time constant) τ = 20 detik. V. KESIMPULAN a. Kesimpulan Dari hasil pengujian dan analisa data yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Dari hasil pengujian dengan menggunakan Shimadzu GC-17A Gas Chromatography, untuk 5 sampel biogas diperoleh rata-rata area = dan rata-rata konsentrasi gas methane untuk tiap sampel= ppm, dimana area methane standard = dengan konsentrasi 1000 ppm. Dari hasil pengujian didapatkan bahwa biogas yang dihasilkan portable biodigester mengandung gas methane. Pada pengujian perbandingan pengukuran pada udara bersih pada 10 sampel titik pengukuran (pada kondisi 27 C~29 C dan 52%RH~69%RH) terhadap data pengukuran Figaro Engineering Inc. pada udara bersih (pada kondisi 20 C dan 65%RH), untuk sensor TGS2611 didapatkan rata-rata error pengukuran = dan rata-rata %error = 14.8%. Sedangkan untuk TGS2612 didapatkan rata-rata error pengukuran= dan rata-rata %error = 8.477%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembacaan sensor TGS2612 lebih mendekati nilai sebenarnya dibandingkan pada TGS2611. Pada pengujian sensor terhadap gas butane sebanyak 5 sampel pertambahan gas butane, sensor TGS2612 lebih konduktan dibandingkan sensor TGS2611 seiring pertambahan jumlah semprotan butane. Sehingga dapat disimpulkan bahwa resolusi sensor TGS2612 lebih besar dibandingkan sensor TGS2611. Pada pengujian sensitivitas sensor terhadap perubahan temperature, dapat disimpulkan bahwa sensor TGS2612 lebih tidak sensitif atau lebih stabil terhadap pengaruh perubahan temperature dibandingkan sensor TGS2611. Pada pengujian sensitivitas sensor terhadap perubahan %RH, dapat disimpulkan bahwa sensor TGS2612 lebih tidak sensitif atau lebih stabil terhadap pengaruh perubahan %RH dibandingkan sensor TGS2611. Dari semua hasil pengujian didapatkan kesimpulan bahwa sensor TGS2612 lebih tepat untuk diimplementasikan pada plant Portable Biodigester dibandingkan sensor TGS2611. Dengan konstanta waktu (time constant) untuk respon sensor TGS2612 sebesar τ = 20 detik.

15 b. Saran Setelah dilakukan tugas akhir dengan judul Uji Kinerja Taguchi Gas Sensor (TGS) untuk monitoring gas Methane Portable biodigester, ada beberapa saran : Perlu dilakukan kalibrasi sensor dengan menggunakan kalibrator gas methane standard seperti GC (Gas Chromatography). Perlu dilakukan uji kinerja untuk parameter-parameter lain selain temperature dan %RH. VI. DAFTAR PUSTAKA 1. Frederic Sarry, Martine Lumbreras Gas composition determination in an air conditioned system using a sensor array: characterization of three different TGS sensors. France: Universite de Metz. 2. Pascale Massok, Muriel Loesch, Daniel Bertrand Comparison between two Figaro sensors (TGS 813 and TGS 842) for the detection of methane, in terms of selectivity and long-term stability. France. 3. Claude Delpha, Maryam Siadat, Martine Lumbreras Humidity dependence of a TGS gas sensor array in an air-conditioned atmosphere. France. 4. G. Gaggiotti, A. Galdikas, S. Kaciulis, G. Mattogno, A. Setkus Temperature dependencies of sensitivity and surface chemical composition of SnO x gas sensors. Lithuania: Semiconductor Physics Institute. 5. Raül Díaz Delgado Tin Oxide Gas Sensors:An Electrochemical Approach. Barcelona: Universitat de Barcelona. 6. Technical Information for TGS2611, revised June 2005 by Figaro Engineering Inc. 7. Technical Information for TGS2612, revised June 2005 by Figaro Engineering Inc. 8. General Information for TGS Sensors, revised June 2003 by Figaro Engineering Inc. 9. TGS2611 Gas sensitivity characteristics, 11 th May, 2010 Figaro Engineering Inc. 10. TGS2612 Gas sensitivity characteristics, 11 th May, 2010 Figaro Engineering Inc. RIWAYAT HIDUP Nama : Faiz TTL : Sumenep, 10 Agustus 1988 Alamat : Keputih gg 2c/16A Pendidikan: a. SDN Lenteng Timur 1 Sumenep ( ) b. SMP Negeri 1 Lenteng Sumenep ( ) c. SMA Negeri 1 Sumenep ( ) d. S-1 Teknik Fisika ITS (2006- sekarang) 15

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB IV DATA DAN ANALISA BAB IV DATA DAN ANALISA 4.1 Hasil Perancangan Berikut ini adalah hasil perancangan universal gas sensor menggunakan analog gas detector gas MQ-2 dan arduino uno r3 ditampilkan pada LCD 16x2. Gambar 4.1

Lebih terperinci

Oleh: Dosen Pembimbingh: Gaguk Resbiantoro. Dr. Melania Suweni muntini

Oleh: Dosen Pembimbingh: Gaguk Resbiantoro. Dr. Melania Suweni muntini Dosen Pembimbingh: Dr. Melania Suweni muntini Oleh: Gaguk Resbiantoro JURUSAN FISIKA Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh NopemberSurabaya 2011 PENDAHULUAN Latar Belakang

Lebih terperinci

Oleh : Mulyayanti Dosen Pembimbing : Suyanto,ST,MT

Oleh : Mulyayanti Dosen Pembimbing : Suyanto,ST,MT Uji Kinerja Sensor Temperature pada Portable Portable Biodigester Oleh : Mulyayanti 2406 100 086 Dosen Pembimbing : Suyanto,ST,MT JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013 Sejarah Biogas BIOGAS (1770) Ilmuwan di eropa menemukan gas di rawa-rawa. (1875) Avogadro biogas merupakan produk proses anaerobik atau proses fermentasi. (1884) Pasteur penelitian biogas menggunakan kotoran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar dan Laboratorium Pemodelan Jurusan Fisika Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

Potensi Pengaplikasian Sistem Instrumentasi Sebagai Pendeteksi Gas Metana (CH 4 ) yang Terkandung dalam Biogas

Potensi Pengaplikasian Sistem Instrumentasi Sebagai Pendeteksi Gas Metana (CH 4 ) yang Terkandung dalam Biogas Potensi Pengaplikasian Sistem Instrumentasi Sebagai Pendeteksi Gas Metana (CH 4 ) yang Terkandung dalam Biogas Laila Katriani Jurusan Pendidikan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Karangmalang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen minyak dunia. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen minyak dunia. Meskipun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara produsen minyak dunia. Meskipun mempunyai sumber daya minyak melimpah, Indonesia masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN. blok rangkaian penyusun sistem, antara laian pengujian Power supply,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN. blok rangkaian penyusun sistem, antara laian pengujian Power supply, 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN 1.1 Hasil dan Pembahasan Secara umum, hasil pengujian ini untuk mengetahui apakah alat yang dibuat dapat bekerja sesuai dengan perancangan yang telah ditentukan. Pengujian

Lebih terperinci

Sistem Kontrol Produk Gas Metana pada Digester Tipe Fixed Dome

Sistem Kontrol Produk Gas Metana pada Digester Tipe Fixed Dome Sistem Kontrol Produk Gas Metana pada Digester Tipe Fixed Dome Rizqi Rahmawan Jurusan Teknik Elektro - Fakultas Teknik - Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia email : rizqirahm@gmail.com Abstrak Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN Penyusunan naskah tugas akhir ini berdasarkan pada masalah yang bersifat aplikatif, yaitu perencanaan dan realisasi alat agar dapat bekerja sesuai dengan perancangan dengan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM Sistem akuisisi data ekonomis berbasis komputer atau personal computer (PC) yang dibuat terdiri dari beberapa elemen-elemen sebagai berikut : Sensor, yang merupakan komponen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Akuisisi data merupakan sistem yang digunakan untuk mengambil,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Akuisisi data merupakan sistem yang digunakan untuk mengambil, 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akuisisi Data Akuisisi data merupakan sistem yang digunakan untuk mengambil, mengumpulkan dan menyiapkan data yang sedang berjalan, kemudian data tersebut diolah lebih lanjut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015. 44 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015. Perancangan, pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pengaturan Intensitas Sensor Gas dan Temperatur suhu merupakan hal yang sangat penting dalam perancangan perangkat pendeteksi kebocoran Gas LPG, oleh karena itu Perancangan meliputi

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Permasalahan Sistem Transmisi Data Sensor Untuk Peringatan Dini Pada Kebakaran Hutan Dalam perancangan sistem transmisi data sensor untuk peringatan dini

Lebih terperinci

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI Bambang Susilo Retno Damayanti PENDAHULUAN PERMASALAHAN Energi Lingkungan Hidup Pembangunan Pertanian Berkelanjutan PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BIOGAS Dapat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 54 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Dalam bab ini akan dibahas tentang pengujian berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dari sistem mulai dari blok-blok

Lebih terperinci

Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017

Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER 52150802 (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 KONSEP AKUISISI DATA DAN KONVERSI PENGERTIAN Akuisisi data adalah pengukuran sinyal elektrik dari transduser dan peralatan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 2, September 2017

Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 2, September 2017 UJI KINERJA SISTEM PEMANTAUAN VOLUME BIOGAS BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO PADA BIODIGESTER TIPE FLOATING DRUM Test Performance of Monitoring System Based on Arduino Microcontroller in Floating Drum Type

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan pada tugas akhir ini adalah dengan metode eksperimen murni. Pada penelitian ini dilakukan perancangan alat ukur untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN ALAT. Alat Warning System Dan Monitoring Gas SO 2 merupakan detektor gas

BAB IV PERANCANGAN ALAT. Alat Warning System Dan Monitoring Gas SO 2 merupakan detektor gas BAB IV PRANCANGAN ALA 4.1 Deskripsi Sistem Alat Warning System Dan Monitoring Gas SO 2 merupakan detektor gas SO 2 yang memiliki fasilitas sistem pemberitahuan dan pemantauan konsentrasi dan status kondisi

Lebih terperinci

Pemasangan CO 2 dan Suhu dalam Live Cell Chamber

Pemasangan CO 2 dan Suhu dalam Live Cell Chamber 1 Pemasangan CO 2 dan Suhu dalam Live Cell Chamber Septian Ade Himawan., Ir. Nurussa adah, MT., Ir. M. Julius St., MS. Abstrak Abstrak Sel merupakan kumpulan materi paling sederhana dan unit penyusun semua

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengukuran resistivitas dikhususkan pada bahan yang bebentuk silinder. Rancangan alat ukur ini dibuat untuk mengukur tegangan dan arus

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat dan analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukanya pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar dan 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar dan Laboratorium Pemodelan Jurusan Fisika Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Dalam bab ini akan dijelaskan hasil pengujian alat uji emisi kendaraan roda empat berbahan bakar bensin yang dilakukan terhadap hardware dan software yang telah dibuat. Pengujian

Lebih terperinci

Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah

Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah Oleh : Nur Laili 3307100085 Dosen Pembimbing : Susi A. Wilujeng, ST., MT 1 Latar Belakang 2 Salah satu faktor penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SEJARAH BIOGAS Biogas merupakan suatu campuran gas-gas yang dihasilkan dari suatu proses fermentasi bahan organik oleh bakteri dalam keadaan tanpa oksigen (Prihandana & Hendroko

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai bagaimana perancangan fire alarm sistem yang dapat ditampilkan di web server dengan koneksi Wifi melalui IP Address. Perancangan alat ini

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL UJI DAN ANALISA

BAB 4 HASIL UJI DAN ANALISA BAB 4 HASIL UJI DAN ANALISA Serangkaian uji dan analisa dilakukan pada alat, setelah semua perangkat keras (hardware) dan program dikerjakan. Pengujian alat dimaksudkan untuk mengetahui apakah alat dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang cepat dan perkembangan industri yang terus meningkat menyebabkan permintaan energi cukup besar. Eksploitasi sumber energi yang paling banyak

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan perancangan alat, yaitu perancangan perangkat keras dan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras terdiri dari perangkat elektronik dan instalasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Karbon monoksida adalah zat pencemar dengan rumus CO yang merupakan jumlah karbon monoksida yang dihasilkan dari proses pembakaran dalam ruang bakar mesin kendaraan yang dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisa Masalah Dalam perancangan sistem otomatisasi pemakaian listrik pada ruang belajar berbasis mikrokontroler terdapat beberapa masalah yang harus

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN LIMBAH SAYURAN DAN LIMBAH CAIR TAHU PADA PRODUKSI BIOGAS BERBASIS KOTORAN SAPI

ANALISIS PERAN LIMBAH SAYURAN DAN LIMBAH CAIR TAHU PADA PRODUKSI BIOGAS BERBASIS KOTORAN SAPI ANALISIS PERAN LIMBAH SAYURAN DAN LIMBAH CAIR TAHU PADA PRODUKSI BIOGAS BERBASIS KOTORAN SAPI Inechia Ghevanda (1110100044) Dosen Pembimbing: Dr.rer.nat Triwikantoro, M.Si Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Sistem Secara Umum Perancangan sistem yang dilakukan dengan membuat diagram blok yang menjelaskan alur dari sistem yang dibuat pada perancangan dan pembuatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November 2014 di Laboratorium Pemodelan Fisika dan Laboratorium Elektronika Dasar Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai 10 atom karbon yang diperoleh dari minyak bumi. Sebagian diperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai 10 atom karbon yang diperoleh dari minyak bumi. Sebagian diperoleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Premium Premium terutama terdiri atas senyawa-senyawa hidrokarbon dengan 5 sampai 10 atom karbon yang diperoleh dari minyak bumi. Sebagian diperoleh langsung dari hasil penyulingan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Dalam perancangan alat pengukuran tinggi badan dan berat badan berbasis mikrokontroler dan interface ini terdapat beberapa masalah yang harus

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan tentang proses pengujian sistem yang meliputi pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun secara keseluruhan, dan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Blok Alat

Gambar 3.1 Diagram Blok Alat BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen (uji coba). Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah membuat suatu alat yang dapat menghitung biaya pemakaian

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV.1 Deskripsi Perangkat Perangkat yang dirancang dalam tugas akhir ini merupakan sistem instrumentasi pengukuran yang bertujuan untuk merekam data sinyal dari

Lebih terperinci

DT-51 Application Note

DT-51 Application Note DT-5 Application Note AN2 Air Quality Sensor I Oleh: Tim IE & Ario Mardowo (Universitas Katholik Widya Mandala) Kualitas udara yang kita hirup memang tidak terlihat mata. Perbedaan kadar oksigen dan zat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. kelembaban di dalam rumah kaca (greenhouse), dengan memonitor perubahan suhu

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. kelembaban di dalam rumah kaca (greenhouse), dengan memonitor perubahan suhu BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah cara mengatur suhu dan kelembaban di dalam rumah kaca (greenhouse), dengan memonitor

Lebih terperinci

Aditya Ciptadi Dosen Pembimbing 1 : Dr. Muhammad Rivai, ST., MT. Dosen Pembimbing 2 : Suwito, ST., MT.

Aditya Ciptadi Dosen Pembimbing 1 : Dr. Muhammad Rivai, ST., MT. Dosen Pembimbing 2 : Suwito, ST., MT. Aditya Ciptadi 2209 100 103 Dosen Pembimbing 1 : Dr. Muhammad Rivai, ST., MT. Dosen Pembimbing 2 : Suwito, ST., MT. Latar Belakang Identifikasi kadar dan jenis gas merupakan hal yang sangat penting untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

Komputerisasi Alat Ukur V-R Meter untuk Karakterisasi Sensor Gas Terkalibrasi NI DAQ BNC-2110

Komputerisasi Alat Ukur V-R Meter untuk Karakterisasi Sensor Gas Terkalibrasi NI DAQ BNC-2110 JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 01, No. 01, Januari 2013 Komputerisasi Alat Ukur V-R Meter untuk Karakterisasi Sensor Gas Terkalibrasi NI DAQ BNC-2110 Junaidi Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem alat pembuat biogas dari eceng gondok. Perancangan terdiri dari perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak. 3.1.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian, perancangan, dan pembuatan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian, perancangan, dan pembuatan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian, perancangan, dan pembuatan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung (khususnya Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. DIAGRAM ALUR PENELITIAN Metode penelitian merupakan sebuah langkah yang tersusun secara sistematis dan menjadi pedoman untuk menyelesaikan masalah. Metode penelitian merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Universitas Lampung yang dilaksanakan mulai dari bulan Maret 2014.

III. METODE PENELITIAN. Universitas Lampung yang dilaksanakan mulai dari bulan Maret 2014. III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lampung yang dilaksanakan mulai dari bulan Maret 2014. 3.2 Alat

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Permasalahan Dalam perancangan alat pengendali kipas angin menggunnakan mikrokontroler ATMEGA8535 berbasis sensor suhu LM35 terdapat beberapa masalah yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN Pada bab ini dilakukan proses akhir dari pembuatan alat Tugas Akhir, yaitu pengujian alat yang telah selesai dirancang. Tujuan dari proses ini yaitu agar

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH BAB III DESKRIPSI MASALAH 3.1 Perancangan Hardware Perancangan hardware ini meliputi keseluruhan perancangan, artinya dari masukan sampai keluaran dengan menghasilkan energi panas. Dibawah ini adalah diagram

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. Proses instalasi aplikasi merupakan tahapan yang harus dilalui sebelum

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. Proses instalasi aplikasi merupakan tahapan yang harus dilalui sebelum BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 IMPLEMENTASI Proses instalasi aplikasi merupakan tahapan yang harus dilalui sebelum memulai penggunaan Sistem Kontrol Pendeteksian Kebakaran. Berikut beberapa kebutuhan

Lebih terperinci

Petunjuk Penggunaan SENSOR TEGANGAN (GSC )

Petunjuk Penggunaan SENSOR TEGANGAN (GSC ) Petunjuk Penggunaan SENSOR TEGANGAN (GSC 410 04) Jl. PUDAK No. 4 Bandung 40113, Jawa Barat-INDONESIA - Phone +62-22-727 2755 (Hunting) Fax. +62-22-720 7252 - E-mail: contact@pudak.com - Website: www.pudak.com

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN REALISASI BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI

PERANCANGAN DAN REALISASI BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI Perancangan merupakan sebuah proses yang sangat menentukan untuk merealisasikan alat tersebut. Proses perancangan dapat dilakukan dengan cara mempelajari karakteristik

Lebih terperinci

Oleh : Abi Nawang Gustica Pembimbing : 1. Dr. Muhammad Rivai, ST., MT. 2. Ir. Tasripan, MT.

Oleh : Abi Nawang Gustica Pembimbing : 1. Dr. Muhammad Rivai, ST., MT. 2. Ir. Tasripan, MT. Implementasi Sensor Gas pada Kontrol Lengan Robot untuk Mencari Sumber Gas (The Implementation of Gas Sensors on the Robotic Arm Control to Locate Gas Source ) Oleh : Abi Nawang Gustica Pembimbing : 1.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING. HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN. HALAMAN MOTTO.. ABSTRAKSI... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING. HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN. HALAMAN MOTTO.. ABSTRAKSI... DAFTAR ISI... Xii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING. ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii HALAMAN PERSEMBAHAN. iv HALAMAN MOTTO.. v KATA PENGANTAR vii ABSTRAKSI..... viii DAFTAR ISI.... x DAFTAR

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DATA AKUISISI TEMPERATUR 10 KANAL BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA16

RANCANG BANGUN DATA AKUISISI TEMPERATUR 10 KANAL BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA16 Enis F., dkk : Rancang Bangun Data.. RANCANG BANGUN DATA AKUISISI TEMPERATUR 10 KANAL BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR ATMEGA16 Enis Fitriani, Didik Tristianto, Slamet Winardi Program Studi Sistem Komputer,

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN 29 BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN 3.1.Diagram Blok Sistem Power Supply LCD Sensor DHT22 Atmega8 Buzzer Gambar 3.1 Diagram Blok System 3.1.1.Fungsi-fungsi diagram blok 1. Blok Power Supply sebagai pemberi

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Permasalahan Pada saat kita mencuci pakaian baik secara manual maupun menggunakan alat bantu yaitu mesin cuci, dalam proses pengeringan pakaian tersebut belum

Lebih terperinci

SISTEM MONITORING KONDISI AIR CONDITIONING BERDASARKAN PENGGUNAAN ENERGI DAN SUHU RUANG

SISTEM MONITORING KONDISI AIR CONDITIONING BERDASARKAN PENGGUNAAN ENERGI DAN SUHU RUANG SISTEM MONITORING KONDISI AIR CONDITIONING BERDASARKAN PENGGUNAAN ENERGI DAN SUHU RUANG Suhanto 1), Kustori 2) 1),2) Prodi D3 Teknik Listrik Bandar Udara, Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Data acquisition system atau DAS adalah teknik yang dilakukan pada sistem pengukuran yang mempunyai prinsip kerja mengukur/mengambil data, menyimpan sementara

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rangkaian terdiri dari blok mikrokontroler, blok

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rangkaian terdiri dari blok mikrokontroler, blok BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian 4.1.1 Skema Alat Penelitian ini menggunakan rangkaian terdiri dari blok mikrokontroler, blok input/output, blok programmer, blok Sensor C0 2, blok LCD

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1. Blok sistem secara keseluruhan. Sensor tegangan dan sensor arus RTC. Antena Antena. Sensor suhu.

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1. Blok sistem secara keseluruhan. Sensor tegangan dan sensor arus RTC. Antena Antena. Sensor suhu. BAB III PERANCANGAN Pada bab tiga akan diuraikan mengenai perancangan sistem dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada Data Logger Parameter Panel Surya. Dimulai dari uraian cara kerja

Lebih terperinci

ALAT PENDETEKSI OTOMATIS KEBOCORAN GAS LPG BERBASISKAN ATMEGA 8535

ALAT PENDETEKSI OTOMATIS KEBOCORAN GAS LPG BERBASISKAN ATMEGA 8535 ALAT PENDETEKSI OTOMATIS KEBOCORAN GAS LPG BERBASISKAN ATMEGA 8535 Fauziah 1, Muhammad Subali 2 1 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi,Universitas Gunadarma Jl. Margonda

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini akan dijabarkan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang menjadi bagian dari sistem ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran ph makin dibutuhkan, bukan hanya oleh perusahaan berskala besar tetapi juga perusahaan berskala kecil misalnya tambak ikan dan udang milik warga perseorangan.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada tugas akhir ini yaitu berupa hardware dan software. Table 3.1. merupakan alat dan bahan yang digunakan. Tabel 3.1. Alat dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Mikrokontroler ATMEGA Telepon Selular User. Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem

BAB III PERANCANGAN. Mikrokontroler ATMEGA Telepon Selular User. Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem BAB III PERANCANGAN 3.1 Prnsip Kerja Sistem Sistem yang akan dibangun, secara garis besar terdiri dari sub-sub sistem yang dikelompokan ke dalam blok-blok seperti terlihat pada blok diagram pada gambar

Lebih terperinci

SENSOR GAS TGS 2610 UNTUK DETEKSI KEBOCORAN GAS. Dicky Apdilah

SENSOR GAS TGS 2610 UNTUK DETEKSI KEBOCORAN GAS. Dicky Apdilah SENSOR GAS TGS 2610 UNTUK DETEKSI KEBOCORAN GAS Dicky Apdilah dicky@nusa.net.id Abstrak Bila terjadi kebocoran gas maka sensor akan beraksi dan akan mengaktifkan alarm sebagai tanda telah terjadi kebocoran.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras Pada bab ini menjelaskan perangkat keras yang digunakan dalam membuat tugas akhir ini. Perangkat keras yang digunakan terdiri dari modul Arduino

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Bab ini akan membahas tentang pengujian dan analisa system yang telah dirancang. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui respon kerja dan system secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai pembuatan sensor putaran berbasis serat optik dilakukan di Laboratorium Optik dan Fotonik serta Laboratorium Bengkel Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Nama : Timbangan Bayi. 2. Jenis : Timbangan Bayi Digital. 4. Display : LCD Character 16x2. 5. Dimensi : 30cmx20cmx7cm

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Nama : Timbangan Bayi. 2. Jenis : Timbangan Bayi Digital. 4. Display : LCD Character 16x2. 5. Dimensi : 30cmx20cmx7cm 49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Alat 1. Nama : Timbangan Bayi 2. Jenis : Timbangan Bayi Digital 3. Berat : 5 Kg 4. Display : LCD Character 16x2 5. Dimensi : 30cmx20cmx7cm 6. Sensor : Loadcell

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Realisasi Perangkat Keras Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara otomatis menggunakan sensor suhu LM35 ditunjukkan pada gambar berikut : 8 6

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUJIAN ADC Program BASCOM AVR pada mikrokontroler: W=get ADC V=W/1023 V=V*4.25 V=V*10 Lcd V Tujuan dari program ini adalah untuk menguji tampilan hasil konversi dari tegangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di empat lokasi digester biogas skala rumah tangga yang aktif beroperasi di Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Umum Robot merupakan kesatuan kerja dari semua kerja perangkat penyusunnya. Perancangan robot dimulai dengan menggali informasi dari berbagai referensi, temukan ide,

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN ALAT

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN ALAT BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN ALAT III.1. Analisa Permasalahan Perancangan Alat Ukur Kadar Alkohol Pada Minuman Tradisional Dalam melakukan pengujian kadar alkohol pada minuman BPOM tidak bisa mengetahui

Lebih terperinci

APLIKASI TEKNOLOGI GSM/GPRS PADA SISTEM DETEKSI KEBAKARAN BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 ABSTRAK

APLIKASI TEKNOLOGI GSM/GPRS PADA SISTEM DETEKSI KEBAKARAN BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 ABSTRAK APLIKASI TEKNOLOGI GSM/GPRS PADA SISTEM DETEKSI KEBAKARAN BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 Oleh Ade Silvia Handayani Email: ade_silvia_armin@yahoo.co.id; armin.makmun@londonsumatra.com ABSTRAK Informasi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 21 BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 3.1 Gambaran umum Perancangan sistem pada Odometer digital terbagi dua yaitu perancangan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perancangan

Lebih terperinci

Pengembangan dan Evaluasi Sistem Peringatan Dini untuk Kebocoran LPG Rumah Tangga

Pengembangan dan Evaluasi Sistem Peringatan Dini untuk Kebocoran LPG Rumah Tangga Pengembangan dan Evaluasi Sistem Peringatan Dini untuk Kebocoran LPG Rumah Tangga Arif Nurhidayat Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok 16424, Jawa Barat, Indonesia Email: nurhidayat86@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III. Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai. Perancangan Sensor. Pengujian Kesetabilan Laser

BAB III. Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai. Perancangan Sensor. Pengujian Kesetabilan Laser BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Tahapan Penelitian Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai Perancangan Sensor Pengujian Kesetabilan Laser Pengujian variasi diameter

Lebih terperinci

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas Biogas adalah gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PEMBUATAN SISTEM. kadar karbon monoksida yang di deteksi oleh sensor MQ-7 kemudian arduino

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PEMBUATAN SISTEM. kadar karbon monoksida yang di deteksi oleh sensor MQ-7 kemudian arduino BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PEMBUATAN SISTEM 3.1 Perancangan Sistem Dalam bab ini akan dibahas mengenai pembuatan rangkaian dan program. Seperti pengambilan data pada pengujian emisi gas buang dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Kerangka Teori Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan Limbah Cair Industri Tahu Bahan Organik C/N COD BOD Digester Anaerobik

Lebih terperinci

APLIKASI ATMEGA 8535 DALAM PEMBUATAN ALAT UKUR BESAR SUDUT (DERAJAT)

APLIKASI ATMEGA 8535 DALAM PEMBUATAN ALAT UKUR BESAR SUDUT (DERAJAT) APLIKASI ATMEGA 8535 DALAM PEMBUATAN ALAT UKUR BESAR SUDUT (DERAJAT) Ery Safrianti 1, Rahyul Amri 2, Setiadi 3 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Riau Kampus Bina Widya, Jalan Subrantas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat akuisisi data termokopel 8 kanal. 3.1. Gambaran Sistem Alat yang direalisasikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian 13 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan di Laboratorium Digital Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Sistem Identifikasi Kualitas Bahan Bakar Minyak Menggunakan Deret Light Emitting Diode

Sistem Identifikasi Kualitas Bahan Bakar Minyak Menggunakan Deret Light Emitting Diode Sistem Identifikasi Kualitas Bahan Bakar Minyak Menggunakan Deret Light Emitting Diode Nurseno Aqib Fadwi Adi 2209100156 Dosen Pembimbing 1 Dr. Muhammad Rivai, ST., MT. Dosen Pembimbing 2 Ir. Siti Halimah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja sistem, baik secara keseluruhan ataupun kinerja dari bagian-bagian sistem pendukung. Perancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. alat pendeteksi frekuensi detak jantung. Langkah langkah untuk merealisasikan

BAB III METODE PENELITIAN. alat pendeteksi frekuensi detak jantung. Langkah langkah untuk merealisasikan BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini, akan dilakukan beberapa langkah untuk membuat alat pendeteksi frekuensi detak jantung. Langkah langkah untuk merealisasikan alat pendeteksi frekuensi detak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat monitoring tekanan oksigen pada gas sentral dengan sistem digital yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat monitoring tekanan oksigen pada gas sentral dengan sistem digital yang lebih BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang gas medis telah dilakukan oleh Oktavia Istiana (2005) dengan tampilan analog dan Rachmatul Akbar (2015) yang melakukan pembuatan alat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT III.1. Diagram Blok Secara garis besar, diagram blok rangkaian pendeteksi kebakaran dapat ditunjukkan pada Gambar III.1 di bawah ini : Alarm Sensor Asap Mikrokontroler ATmega8535

Lebih terperinci

Bab IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

Bab IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 51 Bab IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA Dalam perancangan perangkat keras dan perangkat lunak suatu sistem yang telah dibuat ini dimungkinkan terjadi kesalahan karena faktor-faktor seperti human error, proses

Lebih terperinci

APLIKASI PENGOLAHAN DATA DARI SENSOR-SENSOR DENGAN KELUARAN SINYAL LEMAH

APLIKASI PENGOLAHAN DATA DARI SENSOR-SENSOR DENGAN KELUARAN SINYAL LEMAH APLIKASI PENGOLAHAN DATA DARI SENSOR-SENSOR DENGAN KELUARAN SINYAL LEMAH Sensor adalah merupakan salah satu komponen penting sebagai pengindera dari sistem. Bagian ini akan mengubah hal-hal yang dideteksi

Lebih terperinci