Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Bagian Atas Usia Anak Di Puskesmas Ciputat Timur Februari 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Bagian Atas Usia Anak Di Puskesmas Ciputat Timur Februari 2015"

Transkripsi

1 Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Bagian Atas Usia Anak Di Puskesmas Ciputat Timur Februari 2015 Laporan Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Disusun oleh: Muhammad Azmi Awaluddin NIM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016/ 1437 H

2 ii Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat, 17 Oktober 2016 Muhammad Azmi Awaluddin

3 iii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Bagian Atas Usia Anak Di Puskesmas Ciputat Timur Februari 2015 Laporan Penelitian Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) Oleh: Muhammad Azmi Awaluddin NIM: Pembimbing 1 Pembimbing 2 dr.alyya Siddiqa, Sp.FK NIP dr. Nurmila Sari, M Kes NIP PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2016 M

4 iv LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Bagian Atas Usia Anak Di Puskesmas Ciputat Timur Februari 2015 yang diajukan oleh Muhammad Azmi Awaluddin (NIM: ), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada hari senin, 17 Oktober Laporan Penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Ciputat, 17 Oktober 2016 DEWAN PENGUJI Ketua Sidang Pembimbing 1 dr.alyya Siddiqa, Sp.FK NIP Pembimbing 2 dr.alyya Siddiqa, Sp.FK NIP Penguji 1 dr. Nurmila Sari, M Kes NIP Penguji 2 dr. Cut Warnaini, MPH NIP dr. Riva Auda, M.Kes, Sp.A NIP Dekan FKIK UIN PIMPINAN FAKULTAS Kaprodi PSKPD Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M. Kes NIP dr. Achmad Zaki, M. Epid, Sp. OT NIP

5 v KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang atas ridho, rahmat, dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Bagian Atas Usia Anak Di Puskesmas Ciputat Timur Februari 2015 sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan jenjang program sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa penelitian ini dapat terwujud karena adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan penghargaan, rasa hormat, dan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, SpOT, selaku Ketua Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. dr. Alyya Siddiqa, Sp.FK selaku dosen pembimbing 1 yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dan membimbing penelitian sejak awal hingga terselesaikannya penelitian ini. 4. dr. Nurmila Sari, M.Kes selaku dosen pembimbing 2 yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dan membimbing penelitian sejak awal hingga terselesaikannya penelitian ini. 5. dr. Riva Auda, M.Kes, Sp.A selaku dosen penguji yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk menguji, mengarahkan serta memberi masukan untuk penelitian ini. 6. dr. Cut Warnaini, MPH selaku dosen penguji yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk menguji, mengarahkan serta memberi masukan untuk penelitian ini.

6 vi 7. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku dosen penanggung jawab riset mahasiswa Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Kedua orangtua penulis, Awaluddin bin OK Gani dan Zuliani Hamzah, yang selalu mendoakan, memberi semangat dan motivasi, serta memberikan dukungan baik moral maupun material, serta Nuansa Chalid dan Raisa Zuhra sebagai kakak dan adik yang selalu mendoakan dan menjadi motivasi terselesaikannya penelitian ini. 9. Para dosen dan staf Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 10. Teman-teman seperjuangan riset, Hana Fitri Hendarti, Carina Putri yang sudah duluan sidang, dan Muhammad Kafabillah bersama-sama saya saling memberi semangat hingga selesai dan selalu membantu dalam melewati berbagai hal dalam penelitian ini. 11. Teman-teman serumah Rohman Sungkono, Imam Al-Kautsar, Azharan Alwi, Damar Mughni yang selalu mengingatkan untuk semangat 12. Teman-teman sejawat Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan 2013 tercinta yang ikut memberi dukungan dalam penelitian ini. 13. Teman-teman Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan angkatan 2013 yang menyemangati saya dan bersedia membantu 14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga penelitian ini dapat memberi banyak manfaat bagi kita semua. Ciputat, 17 Oktober 2016 Muhammad Azmi Awaluddin

7 vii ABSTRAK Muhammad Azmi Awaluddin. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Pola Ketepatan Terapi Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Bagian Atas Usia Anak Di Puskesmas Ciputat Timur Februari Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang umum di masyarakat. Penatalaksanaan pada ISPA dapat berbeda (setiap pasiennya), sesuai dengan bagian tubuh yang terinfeksi. Penatalaksanaan pada ISPA pada umumnya tidak memerlukan antibiotik. Pemberian antibiotik harus sesuai dengan gejala/tanda dan harus dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium atau penunjang lainnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persentase obat yang digunakan pada ISPA bagian atas dan ketepatan terapinya di Puskesmas Ciputat Timur Februari Penelitian ini menggunakan desain deskriptif cross sectional dengan metode totally sampling dengan besar minimum adalah 86 sampel. Dari 174 sampel didapatkan ketepatan terapi dengan 40,8%. Pemberian antibiotik pada pasien ISPA bagian atas mencapai 63% dengan antibiotik terbanyak yang diberikan adalah amoksisilin dengan 55%. Pemberian antibiotik di Puskesmas Ciputat Timur Februari 2015 yang berdasarkan gejala/tanda dan diagnosis masih belum sesuai dengan pedoman yang ditetapkan. Kata kunci: ISPA bagian atas, Obat antibiotik, Tepat Terapi, Kode diagnosis

8 viii ABSTRACT Muhammad Azmi Awaluddin. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Pattern On Right Antibiotics Given For Upper Tract Infection (URI) In Pediatric Patients At Ciputat Timur Primary Health Care February 2015 Upper respiratory tract infection is a common disease in society. URI therapy could be different on each person, according which part of the infection located. Commonly URI treatment d not need antibiotics. Antibiotics should be given according to signs or symtoms and proven by laboratory result. This research appropiately to identify medication for URI and its therapy in Ciputat Timur Primary Health Care. This research was a descriptive and cross sectional study. It used the totally sampling method. From 174 samples, there s 40,8% was appropriate in using antibiotics. Amoxicillin was the most often drug administrated to URI patients with 55%, and total antibiotics used is 63%. The administration of antibiotics in Ciputat Timur Primary Health Care was based on symptom and diagnosis of URI. However, there were unappropiate administration which was not suitable with the guidelines. Keywords: upper respiratory tract infection (URI), antibiotics, right treatment, diagnoses code.

9 ix DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv DAFTAR SINGKATAN... xv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian Buat Peneliti Buat Institusi Buat Perguruan Tinggi Buat Masyarakat... 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penggunaan Obat Antibiotik Pengertian ISPA Bagian Atas Prevalensi ISPA... 5

10 x Klasifikasi ISPA Bagian Atas Common cold Sinusitis Laringitis Faringitis dan Tonsilitis Kerangka Teori Kerangka Konsep Defenisi Operasional BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Waktu Penelitian Tempat Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Target Populasi Terjangkau Sampel Penelitian Kriteria Sampel Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi Manajemen Data Instrumen Penelitian Cara Kerja Alur Penelitian Pengolahan, Analisa Data, Penyajian Data BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Distribusi Pasien Berdasarkan Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Diagnosis dan Gejala... 23

11 xi 4.2 Gambaran Pola Tatalaksana Keterbatasan Peneliti BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 36

12 xii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Infeksi Pada Saluran Napas... 6 Gambar 2.2 Gradasi Pembesaran Tonsil Gambar 2.3 Kriteria Centor Dalam Algoritma... 12

13 xiii DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Kondisi Yang Dapat Menyebabkan Sinusitis... 8 Tabel 2.2 Kriteria Konvensional Untuk Diagnosis Sinusitis... 9 Tabel 4.1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Kelompok Umur Pada Pusk esmas Ciputat Timur Februari Tabel 4.2 Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Puskes mas Ciputat Timur Februari Tabel 4.3 Karakteristik Pasien Berdasarkan Diagnosis ISPA Bagian Atas Puskesmas Ciputat Timur Februari Tabel 4.4 Karakteristik Gejala dan Tanda Pada Pasien ISPA Bagian Atas 25 Tabel 4.5 Gambaran Pemberian Antibiotik Pada Pasien ISPA Bagian Atas. 26 Tabel 4.6 Gambaran Pemberian Antibiotik Berdasarkan Diagnosis Tabel 4.7 Ketepatan Terapi Pada Penyakit ISPA Bagian Atas Tabel 4.8 Klasifikasi Terapi Pada Faringitis dan Tonsilitis Berdasarkan Kriteria Centor... 30

14 xiv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Izin Meneliti Lampiran 2. Riwayat Hidup Penulis... 37

15 xv DAFTAR SINGKATAN ISPA Riskesdas : Infeksi Saluran Pernapasan Akut : Riset Kesehatan Dasar

16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dokter memiliki peran vital dalam melakukan pelayanan kesehatan khususnya dalam penatalaksanaan. Penatalaksanaan yang mencakup pemilihan obat tentu sangat penting untuk kesembuhan pasien. Pemilihan obat tersebut didasarkan keluhan, gejala dan tanda yang dikenali oleh dokter serta pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien. Pengobatan sebagai ilmu dan seni juga dipengaruhi oleh pengalaman, budaya dan agama, keinginan pasien serta pengetahuan terbaru yang dimiliki oleh dokter sehingga banyak perbedaan pemberian obat antar pasiennya. 1 ISPA yaitu Infeksi Saluran Pernapasan Akut merupakan penyakit yang umum diderita oleh masyarakat. Banyaknya masyarakat yang menderita ISPA membuat terapi pada ISPA perlu diperhatikan. Dari istilahnya ISPA mempunyai tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran pernapasan dan akut. Infeksi merupakan invasi dan pembiakan mikroorganisme di jaringan tubuh. Saluran pernapasan merupakan organ tubuh mulai dari hidung, faring, laring sampai ke paru. Di saluran tersebut terdapat epiglotis yang merupakan pembatas anatomis pembagian saluran napas atas dan bawah, sehingga ISPA dibagi 2 menjadi ISPA bagian atas dan bagian bawah. Akut adalah timbul secara mendadak, pola perjalanan yang singkat dan relatif berat. 2 Infeksi pada saluran napas dapat berbeda disetiap pasiennya, karena dapat menginfeksi anggota tubuh yang berbeda. Sehingga penatalaksanaan pada ISPA dapat beragam dan berbeda di setiap pasiennya. Di Indonesia period prevalance ISPA pada Riskesdas 2013 mencapai 25,0%, dan ini tidak jauh berbeda dari hasil Riskesdas 2007 yang bernilai 25,5%. Provinsi dengan angka ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%). Selain itu angka kejadian tertinggi ISPA menurut kelompok umur adalah umur 1-4 tahun (25,8%), umur dibawah 1 tahun (22,0%) dan umur 5-14 tahun (15,4%). 3 Di provinsi Banten sendiri pada tahun 2010 ISPA berada pada puncak dari 10 penyakit dengan angka kejadian yang tinggi, yaitu angka kejadian. 4 1

17 2 Period prevalence tertinggi yang dihitung dalam sebulan terakhir pada tahun 2013 di Provinsi Banten ialah Kabupaten Pandeglang (32,1%), Kabupaten Tangerang (29,1%) dan kota Serang (28,7%). Period prevalence ISPA pada Kota Tangerang Selatan adalah (21,2%). 4 Penyebab terbesar dari infeksi saluran napas bagian atas merupakan virus yaitu; virus influenza tipe A atau B, coronavirus, rhinovirus, coxackie virus tipe A, Ebstein-Barr virus. Streptococcus beta hemolitik grup a dan staphylococcus aureus merupakan mikroba yang penting dan sering ditemukan pada infeksi saluran napas akut bagian atas. 5.6 Beberapa penyakit pada ISPA bagian atas merupakan penyakit self-limited yang akan sembuh sendirinya. 7 Beberapa diantaranya dapat diberikan antibiotik jika terdapat tanda-tanda infeksi bakteri dan harus dipastikan dengan pemeriksaan kultur. 7 Pemilihan antibiotik yang sesuai, sangat penting untuk kesembuhan pasien dan menghindarkan resistensi obat dan efek samping serta meminimalisasi biaya yang dikeluarkan pasien. 7 Pemakaian antibiotik tidak sesuai ketentuan akan menyebabkan tidak efektifnya kemampuan antibiotik dalam membunuh kuman penyebab. 8 Pada penelitian yang dilakukan di Puskesmas Sukasada II tahun 2014 didapatkan 95 (65,9%) pasien ISPA usia balita dan usia kanak-kanak dari jumlah 114 pasien dari segala kelompok umur. 9 Pada penelitian tersebut peneliti berkesimpulan bahwa hampir secara menyeluruh pengobatan dengan antibiotik pada pasien ISPA di puskesmas tersebut tidak sesuai dengan pedoman pengobatan dasar puskesmas Ketidaksesuaian tersebut meliputi jenis antibiotik yang diberikan serta kesesuaian pada indikasi pemberiannya. 9 Atas dasar latar belakang ini, peneliti ingin melihat pola pemberian obat antibiotik dan ketepatan terapi pada pasien Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) Bagian Atas usia anak di Puskesmas Ciputat Timur, Tangerang Selatan.

18 3 1.2 Rumusan Masalah 1. Obat antibiotik apakah yang sering diberikan pada pasien infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) bagian atas pada usia anak di Puskesmas Ciputat Timur Februari 2015? 2. Berapa persentase ketepatan terapi pemberian antibiotik pada pasien infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) bagian atas pada usia anak di Puskesmas Ciputat Timur Februari 2015? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Mengetahui pola terapi pada pasien infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) bagian atas pada usia anak di Puskesmas Ciputat Timur Februari Tujuan Khusus 1. Mengetahui obat antibiotik yang digunakan pada pasien infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) bagian atas pada usia anak di Puskesmas Ciputat Timur Februari 2015 dan persentasenya 2. Mengetahui ketepatan pemberian obat antibiotik pada infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) bagian atas pada usia anak di Puskesmas Ciputat Timur Februari 2015 berdasarkan indikasinya dan persentasenya 3. Mengetahui distribusi pasien infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) bagian atas pada usia anak di Puskesmas Ciputat Timur Februari 2015 berdasarkan jenis kelamin dan usia 4. Mengetahui distribusi pasien infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) bagian atas pada usia anak di Puskesmas Ciputat Timur Februari 2015 berdasarkan gejala dan diagnosisnya

19 4 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat buat peneliti 1. Meningkatkan keilmuan peneliti dalam bidang farmakologi terlebih dalam obat antibiotik. 2. Keterampilan dalam penulisan karya ilmiah dan melakukan penelitian dilapangan 3. Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Manfaat buat instansi terkait 1. Menambah informasi baru mengenai pola pemberian antibiotik di Puskesmas Ciputat Timur 2. Sebagai bahan evaluasi bagi Puskesmas Ciputat Timur dalam pemberian obat antibiotik pada pasien ISPA usia anak Manfaat buat Perguruan Tinggi Menambah referensi penelitian dalam bidang kedokteran di FKIK UIN Manfaat buat Masyarakat Menjadi informasi bagi masyarakat tentang mengenai penggunaan antibiotik yang benar sehingga mencegah pemakaian antibiotik yang tidak benar.

20 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penggunaan Obat Antibiotik Penggunaan obat antibiotik harus sesuai dengan gejala/tanda yang ada pada pasien, dan pemeriksaan laboratorium. Pemberian obat dapat dikatakan rasional bila memenuhi kriteria tepat obat, tepat indikasi pemberian, tepat diagnosis penyakitnya, tepat dosis, tepat interval pemberian, tepat lama pemberian, tepat cara pemberian, dan tepat informasi. 10 Penggunaan obat yang tidak tepat, khususnya pada penggunaan antibiotik dapat berdampak pada resistensi kuman tertentu dan juga dapat berdampak meningkatnya biaya pengobatan. Pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan dan harga yang paling murah adalah pengobatan yang paling rasional Pengertian ISPA Bagian Atas Menurut Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indoneisa, ISPA adalah Infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura). 11 Saluran napas terbagi 2 epiglottis sebagai pembatasnya. Saluran napas bagian atas umumnya berhubungan dengan nasofaring dan laring sedangkan bagian bawah ialah saluran trakea hingga paru 12, maka jika terdapat infeksi pada saluran napas bagian atas dikatakan sebagai ISPA bagian atas (ISPA). Common cold, tonsillitis, faringitis, epiglottitis, sinusitis dan rhinitis merupakan bagian dari ISPA bagian atas Prevalensi ISPA Umumnya, anak berumur pra-sekolah mempunyai 2-6 episode terkena

21 6 ISPA bagian atas dalam setahun dan usia dewasa memiliki 2-5 episode pertahunnya. 6 Pada penelitian yang dilakukan di Uganda 37% anak usia dibawah 2 tahun dari 300 ibu pernah mengalami ISPA bagian atas. Di Indonesia, prevalensi ISPA tetap tinggi setiap tahunnya, dan 21,6% kasusnya terjadi di daerah perkotaan. 13 ISPA bagian atas dapat dikategorikan sebagai penyakit yang epidemik dan pandemik, yaitu dipercaya anak sekolah yang terkena ISPA bagian atas dapat menularkan ke anggota keluarganya. Disebut pandemik karena banyak dari kasus influenza virus yang baru, berasal dari hewan yang dapat bertransmisi dan menginfeksi manusia seperti kasus flu burung Klasifikasi ISPA Bagian Atas Infeksi Saluran Pernapasam Akut (ISPA) bagian atas dapat diklasifikasikan menjadi common-cold, faringitis, tonsillitis, epiglottitis, sinusitis dan rhinitis yang kesemuanya terjadi di saluran napas bagian atas yang dibatasi oleh 5, 14 epligotis.

22 7 Gambar 2.1 Infeksi pada saluran pernapasan dibagi menjadi atas dan bawah. common-cold, faringitis, tonsillitis, epiglottitis, sinusitis dan rhinitis merupakan bagian infeksi pada saluran pernapasan atas. Sumber: Common Cold and Other Upper Respiratory Tract Infections, Common Cold Common cold atau selesma adalah penyakit infeksi saluran napas atas yang menular melalui droplet di udara, yang dapat sembuh sendiri dan dapat disebabkan oleh lebih dari 100 virus. 14 Rhinovirus dan coronavirus merupakan etiologi terbesar pada penyakit ini hingga persen dari seluruh kasus. Masa inkubasinya 1-4 hari dan berakhir dalam 2-3 minggu. Pasien common cold biasanya mengeluhkan rasa panas di belakang hidung pada awalnya, lalu diikuti oleh hidung tersumbat, rinore dan bersin yang berulang. 14 Kejadian kasus ini dapat dipengaruhi oleh paparan debu yang berulang dan penurunan daya tahan tubuh penderita. Diagnosis dapat ditegakkan jika pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya demam dan rongga hidung tampak sempit dan mengeluarkan sekret serta mukosa udem dan hiperemis. Pemeriksaan penunjang tidak diperlukan. Perlu dipertimbangkan diagnosis lainnya, apakah ini merupakan influenza, rhinitis alergi atau vasomotor yang merupakan diagnosis bandingnya. Perbedaan common cold dengan influenza adalah onset influenza bersifat tiba-tiba dan dalam beberapa jam saja dan common cold lebih sering terjadi ketika sedang musim dingin. 15 Gejala dan tanda lainnya terlihat serupa. Tatalaksana yang diberikan bersifat simptomatik, yaitu obat dekongestan dan jika pasien terdapat demam diberikan antipiretik. Pasien juga diedukasi untuk menjaga tubuh selalu dalam keadaan optimal, menutup mulut ketika bersin dan rajin untuk mencuci tangan untuk mencegahnya. Jika pasien sudah terkena maka istirahat yang cukup dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat. 14

23 Sinusitis Sinusitis adalah peradangan pada sinus yang dapat terjadi akibat alergi atau infeksi virus, bakteri atau jamur. 17 Penyebab utama sinusitis ialah ostium sinus yang tersumbat, atau rambut-rambut ciliary tidak bekerja dengan baik hingga menyebabkan tertahannya sekresi mucus di rongga sinus lalu menyebabkan peradangan sinus. Beberapa keadaan juga dapat menyebabkan sinusitis seperti yang tertera pada tabel Gejala pada sinusitis ialah nyeri tekan dan pembengkakan pada sinus yang terkena. Pada sinusitis maksilaris akan terasa nyeri pada daerah di bawah mata, sakit gigi dan sakit kepala. Jika sinus frontalis yang terkena akan terasa nyeri di dahi. Pada sinusitis etmoidalis biasanya terdapat nyeri di antara mata, di dahi dan juga bisa di pinggiran hidung jika ditekan. Radang pada sinus sfenoidalis lokasinya tidak dapat ditentukan, bisa dirasakan di puncak kepala atau kadang menyebabkan sakit telinga atau leher. 17 Tabel 2.1 Kondisi yang dapat menyebabkan sinusitis Sumber: The diagnosis and management of sinusitis: A practice parameter update, 2005 Diagnosis sinusitis dapat ditegakkan jika ditemukan 2 gejala mayor atau 1 gejala mayor dengan 2 gejala minor pada kriteria konvensional yang

24 9 tertera pada tabel 2.2. Diagnosis juga dapat ditegakkan dengan rontgen pada area sinus yang terjadi peradangan. Untuk menentukan luas dan beratnya sinusitis menggunakan CT scan. 18 Tabel 2.2 Kriteria konvensional untuk diagnosis sinusitis sumber: Clinical Practice Guideline for Acute Bacterial Rhinosinusitis in Children and Adults, 2012 Pada terapi sinusitis dapat diberikan antibiotik amoksisilin ataupun kotrimoksazol. Diberikan juga dekongestan untuk mengurangi penyumbatan serta analgesik untuk mengurangi nyeri. Amoksisilin dapat diberikan jika pasien tidak memiliki resiko resistensi antibiotik. Jika terdapat resiko resistensi maka dapat diberikan terapi antimikroba lini kedua seperti doksisiklin atau sefiksim plus klindamisin Laringitis Laringitis adalah peradangan pada laring yang sering diderita oleh anak usia 3 bulan hingga 3 tahun. Penyebab utamanya oleh virus parainfluenza, adenovirus, virus influenza tipe A dan B, RSV dan campak. Laringits juga dapat diakibatkan oleh penggunaan suara yang berlebihan, pajanan terhadapat polutan, refluks gastroesofageal, bronchitis dan pneumonia. 14 Keluhan utama pada laringitis ialah suara serak atau suara hilang

25 10 (afonia). Gejala nyeri tenggorokan, batuk kering, bersin-bersin, hidung tersumbat dan demam juga dapat terjadi. 14 Faktor resiko yang dapat menyebabkan laryngitis ialah, perubahan suhu mendadak, malnutrisi, daya tahan tubuh rendah dan rhinitis alergi. 14 Penegakan diagnosis dapat melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan mukosa laring hiperemis dan membengkak di sekitar pita suara. Suara stridor dapat ditemukan jika terjadi obstruksi jalan napas akibat udem laring. Foto ronsen jaringan lunak leher AP lateral dilakukan untuk melihat pembengkakan pada subglotis (Steeple sign). 14 Rekomendasi terkuat pada terapi laringitis akut adalah tidak diperlukan pemberian antibiotik, didasarkan pada penelitian reviu sistematik dan uji acak terapi laringitis yang menunjukkan tidak efektifnya terapi antibiotik. 7,19 Obat analgesik diberikan untuk meredakan nyeri tenggorokan, dan dekongestan seperti efedrin atau pseudoefedrin bila hidung tersumbat Faringitis dan Tonsilitis Faringitis dan tonsillitis adalah peradangan pada faring dan tonsil. Kedua bagian tubuh tersebut terletak berdekatan, sehingga kadang dapat terjadi keduanya sekaligus. Prevalensi anak dengan tonsilitis 70 persennya disebabkan oleh infeksi virus. 7 Setiap tahunnya sekitar 40 juta orang di dunia mengunjungi tempat pelayanan kesehatan diakibatkan faringitis. 14 Keluhan yang terjadi biasanya lemas, anoreksia, demam, suara serak. Pada tonsillitis bisa terdapat keluhan sulit menelan, atalgia dan mulut berbau (foetor ex ore). 14 Faktor yang dapat menyebabkan biasanya faktor usia (anak), penurunan daya tahan tubuh dan higienitas rongga mulut kurang baik. 14 Pada pemeriksaan fisik, faringitis akibat bakteri dapat ditemukan adanya faring hiperemis dengan eksudat pada permukaannya dan kadang ditemukan kelenjar limfa pada leher bagian depan membengkak. Pada tonsillitis akibat bakteri ditemukan tonsil membengkak atau udem, hiperemis

26 11 dan juga terdapat detritus. 14 Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan ialah kultur apus tenggorokan dan tes cepat antigen. 20 Berdasarkan rasio tonsil dan orofaring (gambar 2.2), pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi: - T0: Tonsil tidak terlihat atau sudah diangkat - T1: <25% volume tonsil dibandingkan volume orofaring atau batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar anterior uvula - T2: 25-50% volume tonsil dibandingkan volume orofaring atau batas medial tonsil melewati ¼ jarak pilar anterior-uvula sampai ½ jarak pilar anterior uvula - T3: 50-75% volume tonsil dibandingkan volume orofaring atau batas medial tonsil melewati ½ jarak pilar anterior-uvula sampai ¾ jarak pilar anterior uvula - T4: >75% volume tonsil dibandingkan volume orofaring atau batas medial tonsil melewati ¾ jarak pilar anterior-uvula Gambar 2.2 Gradasi pembesaran tonsil, Pada gambar a(t0) tonsil tidak terlihat. Gambar b(t1)-d(t3) terlihat adanya pembesaran tonsil dengan skala kecil ssampai menengah. Pada gambar e(t4), tonsil membesar dan menutupi orofaring. Sumber: Rhinologic and sleep apnea, 2007

27 12 Tonsilektomi diindikasikan pada gradasi pembesaran tonsil yang dapat menyebabkan obstruksi saluran napas, gangguan tidur dan disfagia berat. 14 Terapi pada faringitis dan tonsillitis dapat menggunakan kriteria Centor dengan 4 gejala yang bernilai 1 poin disetiap gejalanya. Jika pasien merupakan anak dibawah 14 tahun ditambahkan 1 poin, dan jika berumur diatas 45 tahun poin dikurang 1. Pasein dengan skor 4 atau lebih, diberikan antibiotik tanpa dilakukan cek laboratorium. Pasien dengan skor 2-3, dilakukan kultur apus tenggorokan atau dilakukan tes cepat antigen. Jika skor 0-1 maka tidak diindikasikan untuk dilakukan uji laboratorium. 20 Gambar 2.3 Kriteria Centor dalam algoritma. Pemberian antibiotik dapat diberikan jika skor melebihi atau sama dengan 4. Skor 2-3 dilakukan kultur apus tenggorokan atau dilakukan tes cepat antigen. Jika skor 1 atau 0 maka tidak diindikasikan untuk dilakukantes lab. Sumber: Diagnosis and treatment of streptococcal pharyngitis. American Family Physician, 2009

28 13 Antibiotik yang direkomendasikan ialah penisilin G benzatin yang diberikan dengan dosis sekali, atau juga amoksisilin 10 mg per berat badan dan diberikan selama 10 hari. Antibiotik lain seperti eritromisin, azitromisin dan sefadroksil dapat diberikan jika pasien menderita alergi penisilin. 20

29 Kerangka Teori Pasien ISPA bagian atas Demam Batuk Pilek Nyeri Detritus pada sinus Tonsil/ Faring Hiperemis Diagnosis Commond Cold/Flu Laringitis Sinusitis Tonsilitis Faringitis Berdasarkan Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas dan Panduan Praktik Klinik Tatalaksana Obat Simptomatik Obat Kausatif Tepat Diagnosis Tepat Indikasi Tepat Penilaian Kondisi Pasien Tepat Penyerahan Obat Tepat Cara Pemberian Tepat Lama Pemberian Tepat Obat Tepat Dosis dan interval Tepat Informasi

30 Kerangka Konsep Pasien ISPA bagian atas Keluhan, gejala/tanda Commond Cold/Flu Laringitis Sinusitis Tonsilitis Faringitis Berdasarkan Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas dan Panduan Praktik Klinik Tatalaksana Obat Simptomatik Obat Kausatif Antibiotik Antivirus Tepat Diagnosis Tepat Indikasi

31 Definisi Operasional Untuk melihat dan menilai variabel-variabel yang akan diukur, digunakan definisi operasional dari masing-masing variabel yaitu: No Variabel Definisi Operasional 1 Pasien ISPA bagian atas 2. Obat antibiotik Seseorang yang didiagnosa menderita tonsillitis, faringitis, laryngitis dan ISPA bagian atas Obat-obatan yang digunakan untuk melawan infeksi bakteri Cara Ukur Alat Ukur Skala Sesuai yang tertulis di buku registrasi poli anak (kode I003 Faringitis, I004 Tonsilitis, I005 Laringitis, I006 ISPA atas) dan data rekam medis puskesmas Baca sesuai yang tertulis di rekam medis Rekam medis dan buku registrasi poli anak Rekam medis dan buku registrasi poli anak Kategorik Kategorik 3. Tepat Diagnosis Ketepatan pada penegakkan diagnosis sesuai gejala yang tertulis pada rekam medis pasien Studi Pustaka Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas Tahun 2007, Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Kategorik 4. Tepat Indikasi Ketepatan pemberian obat berdasarkan pada diagnosis dan gejala yang tertera pada rekam medis pasien Studi Pustaka Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Kategorik

32 17 No Variabel Definisi Operasional 5. Commond cold Penyakit yang tidak memiliki gejala spesifik pada kode diagnosis I006 Cara Ukur Alat Ukur Skala Dengan cara melihat keluhan dan gejala/tanda pada rekam medis pasien Rekam medis dan buku registrasi poli anak Kategorik 6. Faringitis Penyakit yang didiagnosis sebagai faringitis oleh dokter dan didapatkan gejala faring hiperemis pada kode diagnosis I Tonsilitis Penyakit yang didiagnosis sebagai tonsillitis oleh dokter dan didapatkan gejala pembesaran tonsil atau detritus pada kode diagnosis I Laringitis Penyakit yang didiagnosis sebagai laringitis oleh dokter Dengan cara melihat keluhan dan gejala/tanda pada rekam medis pasien Dengan cara melihat keluhan dan gejala/tanda pada rekam medis pasien Dengan cara melihat keluhan dan gejala/tanda pada rekam medis pasien Rekam medis dan buku registrasi poli anak Rekam medis dan buku registrasi poli anak Rekam medis dan buku registrasi poli anak Kategorik Kategorik Kategorik 9. Sinusitis Penyakit yang didiagnosis sebagai sinusitis oleh dokter Dengan cara melihat keluhan dan gejala/tanda pada rekam medis pasien Rekam medis dan buku registrasi poli anak Kesehatan Primer Kategorik

33 Pasien Anak Pasien yang berumur dibawah 18 tahun dan terdapat pada buku registrasi poli anak Puskesmas Ciputat Timur Melihat kolom umur pada buku registrasi poli anak Rekam medis dan buku registrasi poli anak Kategorik

34 19 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan desain penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan potong lintang (cross sectional). Data yang diambil ialah data sekunder yaitu melihat buku registrasi poli anak dan rekam medik pasien. 3.2 Waktu dan tempat penelitian Waktu penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Februari - Juli Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Puskesmas Ciputat Timur Jl. Anggur I No. 3, Kel. Rempoa, Kec. Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan. 3.3 Populasi dan sampel penelitian Populasi Target Populasi target pada penelitian ini adalah pasien anak penderita Infeksi Saluran Napas Akut (ISPA) bagian atas di Puskesmas Ciputat Timur Populasi Terjangkau Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pasien anak penderita Infeksi Saluran Napas Akut (ISPA) bagian atas yang terdata pada buku registrasi Puskesmas Ciputat Timur di bulan Februari Sampel Penelitian Sampel penelitian ini adalah pasien anak penderita Infeksi Saluran Napas Akut (ISPA) bagian atas yang terdata pada buku regitrasi Puskesmas Ciputat Timur di bulan Februari Sampel diambil secara totally sampling. Besar sampel yang memenuhi kriteria inklusi adalah 174 sampel.

35 Kriteria sampel Kriteria Inklusi Pasien yang terdaftar di registrasi poli anak bulan Februari 2015 Diagnosis dalam rekam medik ISPA bagian atas: Faringitis = I003 Tonsilitis = I004 Laringitis = I005 ISPA atas = I006 Memiliki identitas lengkap (nama, usia, jenis kelamin,) dalam rekam medis dan buku registrasi pasien Tercatat nama obat dalam rekam medis Tercatat keluhan penyakit pada rekam medis Kriteria Eksklusi Pasien yang tidak mempunyai nomor registrasi Rekam medis yang tidak dapat terbaca 3.5 Managemen Data Instrumen penelitian Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder berupa buku registrasi poli anak dan data rekam medik bulan Februari tahun 2015 yang diperoleh dari Puskesmas Ciputat Timur Cara Kerja Sebelum dilakukannya penelitian ke puskesmas, peneliti terlebih dahulu membuat surat dari kampus perihal izin melakukan penilitian di puskesmas yang ditujukan ke Dinas Kesehatan Tangerang Selatan. Setelah itu, surat izin yang didapat diberikan ke Kepala Puskesmas Ciputat Timur dan tembusan ke Kantor Walikota Tangerang Selatan. Selanjutnya, pengambilan data dilakukan dengan melihat buku registrasi poli anak pada

36 21 bulan Februari 2015 dan juga rekam medik pasien satu persatu. Dari buku registrasi dan rekam medik dikumpulkan data berupa diagnosis, keluhan dan obat yang didapat dan data yang termasuk kriteria eksklusi tidak diambil sebagai sampel. Setelah itu dilakukan analisa data sesuai literatur yang ada, dan diolah serta dianalisa untuk diambil hasil dan kesimpulan dari penelitian tersebut Alur Penelitian Mengajukan izin penelitian ke Dinas Kesehatan Tangerang Selatan Memberikan surat izin ke Puskesmas Ciputat Timur Mengambil sampel pada buku registrasi dan rekam medik pasien Gejala Diagnosis Obat Sampel sudah memenuhi kriteria inklusi dan tidak terdapat kriteria eksklusi? Ya Tidak Pengolahan data dan analisa Sampel tidak diikutsertakan dalam penelitian Pembuatan Laporan

37 Pengolahan, Analisa data, dan Penyajian data Data yang telah didapat dikumpulkan pada software Microsoft Excel. Data diurutkan sesuai urutan nomer registrasi lalu dianalisa dengan melihat pemberian obat antibiotik dan disesuaikan dengan indikasi pemberian antibiotik pada Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas Tahun 2007 dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor HK.0202/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer serta juga disesuaikan pada literatur-literatur yang ada. Kemudian data disajikan dalam bentuk teks dan tabel. Hasil penelitian dibuat dalam bentuk makalah laporan penelitian yang seterusnya akan dipresentasikan di hadapan staf pengajar Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN.

38 23 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang diambil dari buku registrasi poli anak dan rekam medik didapatkan 174 sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi. Kriteria diagnosis dan pilihan penatalaksanaan didasarkan pada Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas Tahun 2007, Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer hasil dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor HK.0202/MENKES/514/2015 dan juga disesuaikan dengan beberapa literatur lain yang menunjang. 4.1 Distribusi pasien berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, dan diagnosis ISPA bagian atas dan gejala. Berikut ini adalah distribusi pasien berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, diagnosis pasien dan gejala/ tanda pada pasien. Tabel 4.1 Karakteristik pasien berdasarkan kelompok umur pada Puskesmas Ciputat Timur Februari 2015 No Kelompok Umur Jumlah Persentase 1 <1 tahun % tahun % tahun % TOTAL % Berdasarkan kelompok umur (pada tabel 4.1) usia balita 1-5 tahun memiliki persentase kasus tertinggi yaitu 55.75%. Penelitian serupa dilakukan Hermawan dkk (2014) pada seluruh kelompok umur. Pada penelitian tersebut usia balita 1-5 tahun juga memiliki persentase kasus ISPA yang tertinggi yaitu 67 kasus (46,5%) dari 177 sampel. 9 Pada RISKESDAS 2013, persentase period prevalence ISPA pada kelompok umur 1-4 juga merupakan yang tertinggi dari semua kelompok umur yaitu 25,8%. 3 Daniel Goh (1999) mengatakan anak dibawah 5 tahun rawan untuk terkena

39 24 ISPA bagian atas sebanyak 3 sampai 8 kali pertahunnya. Umumnya ISPA tersebut bersifat minor dan self-limiting. 21 Kasus ISPA pada anak mempunyai beberapa faktor. Diantaranya usia anak, status gizi, berat lahir, suplementasi vitamin A. 13 Pada penelitian yang dilakukan oleh Kholisah dkk (2009) berkesimpulan bahwa faktor ISPA pada anak balita ialah pajanan asap rokok dan dan riwayat imunisasi karena secara statistik keduanya memiliki nilai yang signifikan sebagai faktor pada kasus ISPA anak balita. 13 Tabel 4.2 Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin pada Puskesmas Ciputat Timur Februari 2015 No Jenis Kelamin Jumlah Persentase 1 Laki-laki % 2 Perempuan % TOTAL % Berdasarkan tabel 4.2 diatas, didapatkan proporsi pasien anak laki-laki penderita ISPA bagian atas yang datang ke Puskesmas Ciputat Timur lebih banyak dibandingkan perempuan yaitu 90 dari 174 kasus atau 52.72%. Penelitian oleh Hermawan dkk (2014) memiliki proporsi yang hampir sama pada kasus ISPA anak laki-laki yaitu 76 kasus (52,8%) dari 144 kasus. 9 9 Penelitian tentang prevalensi ISPA di daerah Pulo Gadung Jakarta oleh Kholisah dkk (2009) memiliki proporsi yang tidak jauh berbeda yaitu laki-laki 53 (51,5% ) dari 103 kasus ISPA pada balita. Kholisah berkesimpulan bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi prevalensi pada kasus ISPA. 13 Karakteristik diagnosis (tabel 4.3) didapatkan berdasarkan pada diagnosis dan gejala pada rekam medis pasien. Pada rekam medis pasien dengan kode I006 yang memiliki gejala atau tanda yang spesifik, peneliti menggolongkan diagnosis tersebut berdasarkan pada Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas Tahun 2007 dan Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Contohnya, pada pasien dengan kode I006, bila ditemukan gejala/tanda yang

40 25 mengarah ke faringitis maka peneliti mengkategorikan pasien tersebut ke faringitis. Diagnosis common cold/flu didapatkan dari rekam medis pasien dengan kode I006 (ISPA) yang memiliki gejala tidak spesifik. Tabel 4.3 Karakteristik pasien berdasarkan diagnosis ISPA bagian atas pada Puskesmas Ciputat Timur Februari 2015 No Diagnosis Jumlah Persentase 1 Common Cold/Flu % 2 Faringitis % 3 Laringitis % 4 Sinusitis % 5 Tonsilitis % TOTAL % Berdasarkan tabel 4.3 diatas, Common cold/flu merupakan kasus tertinggi yaitu 131 dari 174 kasus dengan persentase 75.29%. Berbeda dengan hasil penelitian Hermawan dkk (2014) di Puskesmas Sukasada II pada bulan Mei-Juni 2014, peneliti tersebut mendapatkan faringitis sebagai diagnosis terbanyak dengan angka kasus 60 dari 144 kasus yang ada. 9 Tabel 4.4 Karakteristik gejala dan tanda pada pasien ISPA bagian atas No Gejala/Tanda Jumlah Persentase 1 Batuk % 2 Pilek % 3 Demam % 4 Flu % 5 Detritus % 6 Pembesaran Tonsil % 7 Faring/Tonsil Hiperemis % 8 Lainnya %

41 26 Gejala dan tanda pada tabel 4.4 berdasarkan yang tercantum pada rekam medis yang jelas. Berdasarkan karakteristik gejala (pada tabel 4.4) batuk memiliki persentase gejala paling besar yaitu 162 (93,10%) dari 174 kasus dan demam menjadi gejala kedua paling sering yaitu 122 (70,11%) dari 174 kasus. Dari 162 gejala batuk, terdapat 7 yang merupakan gejala batuk berdahak. Graham W (2011) menuliskan bahwa batuk merupakan masalah terbesar pada anak. Pada anak usia balita 2 dari 3 anak akan datang ke dokter minimum sekali dalam setahun dengan diagnosis ISPA. Dari 4 anak yang didiagnosis sebagai ISPA, 3 diantaranya mempunyai gejala batuk. 22 Demam merupakan gejala yang identik dengan adanya infeksi. Adanya infeksi dari mikroorganisme akan mengeluarkan pirogen endogen yang akan bekerja di hipotalamus membentuk prostaglandin dengan enzim siklooksigenase. Prostaglandinlah yang akan menaikkan set point suhu tubuh dan menyebabkan demam. 13 Gejala lain yang ditemukan ialah mual, muntah, mencret, mata merah, sakit kepala, sakit perut, sakit tenggorokan, sulit menelan, sariawan, pusing, nyeri telinga dan gatal. 4.2 Gambaran pola tatalaksana Tabel 4.5 Gambaran pemberian antibiotik pada pasien ISPA bagian Atas No 1 Diagnosis Common Cold/Flu Tidak diberikan antibiotik Diberikan antibiotik Kasus Persentase Kasus Persentase 50 38% 81 62% 2 Faringitis 7 35% 13 65% 3 Laringitis 3 100% 0 0% 4 Sinusitis 0 100% 2 100% 5 Tonsilitis 4 22% 14 78% TOTAL 64 37% %

42 27 Berdasarkan tabel 4.5 diatas, dapat kita simpulkan lebih dari setengah pasien dengan ISPA bagian atas diberikan antibiotik dan hanya 64 kasus (37%) yang tidak diberikan. Hasil yang serupa juga didapatkan oleh Hermawan dkk (2014) bahwa hanya 9 kasus dari 144 kasus ISPA bagian atas yang tidak diberikan antibiotik. 9 Pada penyakit yang diberikan antibiotik (tabel 4.6), amoksisilin menjadi obat yang paling sering diberikan yaitu 96 (55%) dari 174 kasus. Hal ini berbeda dengan yang didapatkan oleh Hermawan dkk (2014), pada penelitiannya penoksimetil penisilin (penisilin V) diberikan sebanyak 31 (21,5%) kali dari 144 kasus, dan kotrimoksazol berada di posisi pertama yaitu sebanyak 78 kali (54,2%) dari 144 kasus. 9 Tabel 4.6 Gambaran pemberian antibiotik berdasarkan diagnosis No 1 Diagnosis Common Cold/Flu Amoksisilin Sefiksim Sefadroksil Kasus % Kasus % Kasus % 70 53% 1 1% 10 8% 2 Faringitis 12 60% 0 0% 1 5% 3 Laringitis 0 0% 0 0% 0 0% 4 Sinusitis 1 50% 0 0% 1 50% 5 Tonsilitis 13 72% 1 6% 0 0% TOTAL 96 55% 2 1% 12 7% Terapi commond cold menurut Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer hanya diberikan terapi simptomatik berupa dekongestan, antipiretik, analgetik dan juga diistirahatkan yang cukup. 14 Hal ini karena pada umumnya penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya dalam 1 sampai 2 minggu. Pemberian antibiotik tidak mengurangi gejala pada commond cold/flu dan tidak direkomendasikan pemberiannya pada pasien anak maupun dewasa Pada penelitian ini didapatkan 91 kasus (62%) kasus common cold diberikan antibiotik.

43 28 Hal ini tidak sesuai dengan panduan oleh Kemenkes dan merupakan terapi yang tidak tepat. Pada penyakit laringitis, etiologi terbesar ialah virus influenzae (tipe A dan B) dan parainfluenza. Terapi yang diberikan bersifat simptomatik antara lain dekongestan, antipiretik, analgetik, serta menghindari iritan yang dapat membuat tenggorokan nyeri serta mengistirahatkan pita suara. 14 Antibiotik sangat tidak direkomendasikan untuk diberikan. 7 Antibiotik diberikan hanya jika terdapat bakteri penyebab pada kultur. Antibiotik yang dapat diberikan adalah golongan penisilin. 14 Pada penelitian ini didapatkan 3 kasus dan ketiganya tidak diberikan antibiotik. Hal ini sangat baik karena telah sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh Kemenkes, dan mempunyai persentase tepat terapi 100%. Pada penelitian ini, sinusitis diterapi dengan amoksisilin 1 kasus (50%) dan sefadroksil 1 kasus (50%). Menurut Pedoman pengobatan dasar di Puskesmas tahun 2007 pada terapi sinusitis diberikan dekongestan dan antibiotik amoksisilin ataupun kotrimoksazol. 17 Pada penelitian Kaminszczik I (1986) tentang terapi akut dan kronik sinusitis pada 30 orang yang diberikan sefadroksil, dikatakan bahwa terapi sefadroksil pada sinusitis 90% hasilnya sangat baik ketika dikonfirmasi dengan pemeriksaan radiologi. 25 Antibiotik harus diberikan jika dalam 10 hari sinusitis belum membaik ataupun mengalami pemburukan, menandakan bahwa itu merupakan sinusitis akibat bakteri. 7 Maka dari itu dapat dikatakan terapi pada sinusitis keduanya telah tepat terapi dengan persentase 100%. Terapi faringitis diberikan jika terdapat tanda infeksi bakteri berupa faring atau tonsil hiperemis dan terdapat eksudat dipermukannya Jika terdapat tanda tersebut, maka dapat diberikan antibiotik Penisilin G Benzatin U/KgBB/IM dosis tunggal, atau Amoksisilin 10 mg per berat badan. Dosis dibagi 3 kali sehari selama 10 hari. 14 Pada penelitian ini didapatkan 10 kasus faringitis dengan gejala faring hiperemis dan 7 diantaranya diberikan antibiotik amoksisilin. Pada 10 kasus faringitis tanpa gejala infeksi bakteri, 3 diantaranya tidak diberikan antibiotik. Pada faringitis, sangat direkomendasikan terapi dengan golongan penisilin jika pasiennya tidak terdapat alergi terhadap penisilin. 202 Maka pada penelitian ini didapatkan 10 kasus

44 29 yang diterapi sesuai panduan dengan persentase 50%. Terapi tonsilitis diberikan jika terdapat tanda infeksi bakteri berupa tonsil hiperemis dan jika terdapat tanda detritus Jika terdapat tanda tersebut, maka dapat diberikan antibiotik Penisilin G Benzatin U/KgBB/IM dosis tunggal, atau Amoksisilin 10 mg perberat badan dosis dibagi 3 kali sehari selama 10 hari atau juga dapat diberikan kortikosteroid deksametason. 14 Pada penelitian ini didapatkan 2 kasus tonsillitis dengan tanda detritus pada tonsil dan keduanya diberikan antibiotik amoksisilin. Pada 16 kasus tonsilitis tanpa gejala infeksi bakteri dan detritus, 4 diantarnya tidak diberikan antibiotik. Maka pada penelitian ini didapatkan 6 kasus yang diterapi sesuai panduan dengan persentase 33,33%. Permasalahan pada kriteria tepat atau tidak tepatnya pada penelitian ini ialah terdapatnya diagnosis pasien yang tidak sesuai dengan gejala atau kemungkinan penulisan gejala pada rekam medis tidak lengkap. Peneliti menggolongkan tepat atau tidak tepatnya terapi berdasarkan dengan gejala dan obat antibiotik yang diberikan dan menyesuaikannya pada Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas Tahun 2007, Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer hasil dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor HK.0202/MENKES/514/2015 dan juga disesuaikan dengan beberapa literatur lain. Dari analisa diatas dapat dilihat ketepatan terapi pada penelitian ini pada tabel 4.6. Tabel 4.7 Ketepatan terapi pada penyakit ISPA atas No Diagnosis Tepat Tidak tepat % terapi terapi % 1 Common Cold/Flu % % 2 faringitis % % 3 laringitis % % 4 Sinusitis % % 5 tonsilitis % % Total % %

45 30 Tabel 4.8 Klasifikasi terapi pada tonsilitis dan faringitis berdasarkan kriteria Centor Kriteria Centor Faringitis Diberikan antibiotik Tidak diberikan antibiotik Tonsilitis Diberikan antibiotik Tidak diberikan antibiotik Skor Skor Skor Skor Skor Jika kita menggunakan Kriteria Centor untuk menentukan terapi pada pasien tonsilitis dan faringitis maka hanya ada 2 kasus (10%) yang tepat diberikan antibiotik secara langsung. Pada kriteria Centor penilaian menggunakan 4 gejala/tanda, yaitu setiap nilainya bernilai 1. Gejala/tanda tersebut ialah: 1. Tidak terdapatnya batuk, 2. Pembengkakan pada nodus di leher bagian depan, 3. Demam, 4. Tonsil/Faring hiperemis dan eksudat, 5. Jika pasien berumur dibawah 14 tahun makan poin ditambah 1 dan jika berumur diatas 45 maka poin dikurang 1. Setelah itu dihitung poinnya, jika poin =4 atau lebih, maka diberikan terapi antibiotik yang sesuai. Jika poin 2-3 maka perlu dilakukan kultur apus tenggorokan atau dilakukan rapid antigen detection test (RADT) dan jika hasil positif bakteri maka diberikan antibiotik. Jika skor dibawah 1 maka tidak diindikasikan untuk melakukan tes laboratorium. Terapi dengan menggunakan kriteria Centor telah berhasil menurunkan terapi yang tidak sesuai indikasi dan menurunkan jumlah biaya yang dikeluarkan. 20 Pada penelitian Emalia Damayanti (2014) tentang ketepatan skoring kriteria Centor untuk mengidentifikasi faringitis streptococcus grup A, peneliti berkesimpulan bahwa dapat dipastikan diagnosis faringitis dengan skor dibawah 4 tidak diperlukan antibiotik. Pada diagnosis dengan skor 4 memiliki subjek dengan

46 31 hasil negatife pada 95% subjeknya jika dilakukan tes cepat antigen ataupun kultur apus tenggorokan. 26 Dari hasil penelitian yang kita dapat, dapat dilihat bahwa 59,2% kasus pada penelitian ini masih belum tepat terapi dan pemberian antibiotik tidak berdasarkan indikasinya. Peneliti Hermawan dkk (2014) mendapatkan hasil yang serupa dan menyimpulkan pada penelitiannya bahwa pemberian antibiotik pada Puskesmas 9, 17 Sukasada II terapinya belum sesuai pedoman pengobatan dasar puskesmas Keterbatasan Penelitian Penelitian ini berdasarkan data sekunder dari rekam medis yaitu kode diagnosis, gejala dan tanda serta nama obat. Tidak semua rekam medis tersebut, memiliki data gejala dan tanda yang sesuai kriteria diagnosis. Dengan demikian sebagian data disesuaikan dengan defenisi operasional yang dibuat oleh peneliti yang berdasarkan literatur. Data gejala dan tanda dilihat di rekam medis dan tidak dapat dibuktikan secara klinis oleh peneliti.

47 32 BAB 5 Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan 1. Obat yang paling sering digunakan pada pasien ISPA bagian atas usia anak di Puskesmas Ciputat Timur bulan Februari 2015, yaitu obat amoksisilin sebesar 96 kasus (55%) dari 174 total kasus 2. Jumlah kasus tepat terapi sebesar 69 kasus (40,2%) pada pasien ISPA bagian atas usia anak di Puskesmas Ciputat Timur bulan Februari Jumlah pasien ISPA bagian atas usia anak laki-laki lebih banyak dari perempuan yaitu 90 (51,72%) dari 174 kasus 4. Kelompok umur balita 1-5 tahun merupakan kelompok umur dengan jumlah terbesar pada kasus ISPA bagian atas dengan 97 kasus (55,75%) dari 174 kasus 5. Common cold/flu merupakan kasus tersering yang terjadi dengan jumlah 131 (75,29%) kasus dari total 174 kasus. Dan batuk merupakan gejala tersering yang dikeluhkan sebesar 162 (93,1%) dari 174 kasus. 5.2 Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menilai tingkat keberhasilan terapi antibiotik pada ISPA bagian atas dengan melihat kesembuhan pasien. 2. Bagi instansi yang terkait (Puskesmas Ciputat Timur) perlu adanya pedoman dalam terapi ISPA bagian atas terkhusus dalam pemberian antibiotik dan melakukan pemeriksaan penunjang yang sesuai, sehingga pelayanan pengobatan dapat lebih baik lagi 3. Bagi instansi yang terkait (Puskesmas Ciputat Timur) pada penulisan gejala tiap pasien perlu ditulis dengan lengkap. Sehingga memudahkan ketika evaluasi pada terapi tiap pasiennya

48 33 Daftar Pustaka 1. Williams, Hohn R. Panduan Etika Medis, Disertai Kasus-kasus Etika Pelayanan Medis Sehari-hari, (29). Yogyakarta:FK UMY, Dorland, W.A Newman. Kamus Saku Kedokteran Dorland Ed.29. Jakarta : EGC, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Pokok-pokok Hasil Riskesdas Provinsi Banten 2013, Rohilla A, Sharma V, Kumar S. Upper respiratory tract infections: An Overview. International Journal of Current Pharmaceutical Research, 2013: 3(13), Teng CL, Shajahan Y, Khoo EM, Nurjahan I, Leong KC, Yap TG. The management of upper respiratory tract infections. The Medical Journal of Malaysia, 2009:56(2), Zoorob R, Sidani M, Fremont RD, Kihlberg C. Antibiotic Use in Acute Upper Respiratory Tract Infections. Am Fam Physician, 2012:86(9), Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Panduan Peringatan Hari Kesehatan Sedunia 7 April 2011, Gunakan Antibiotik Secara Tepat Untuk Mencegah Kekebalan Kuman, Hermawan, H., & Kartika Sari, K. A. Pola Pemberian Antibiotik Pada Pasien Ispa Bagian Atas Di Puskesmas Sukasada II Pada Bulan Mei Juni E-Jurnal Medika Udayana, 2013:3(10),1 11. Retrieved from Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Modul Penggunaan Obat Rasional, 8 10, Diakses pada tanggal 6 Juli Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut, Faiz Omar, Moffat D, Anatomy at a Glance. Jakarta: Erlangga, 2004

49 Nasution K, dkk. Infeksi Saluran Napas Akut pada Balita di Daerah Urban Jakarta, Sari Pediatri 2009:11(4), Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.ed:1, Roxas M, & Jurenka J. Colds and influenza: A review of diagnosis and conventional, botanical, and nutritional considerations. Alternative Medicine Review, 2007:12(1), Borish L, Natahan, Robert A, dkk. The diagnosis and management of sinusitis: A practice parameter update. Journal of Allergy and Clinical Immunology, 2005:116(6), Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas, Chow AW, Benninger MS, Brook I, Brozek JL, Goldstein EJC. Clinical Practice Guideline for Acute Bacterial Rhinosinusitis in Children and Adults. Clinical Infectious Diseases, 2012:54(8), e72 e Schwartz SR, Cohen SM, Dailey SH, Rosenfeld RM, Deutsch ES, Gillespie MB, Patel MM. Clinical practice guideline: Hoarseness (Dysphonia). Otolaryngology - Head and Neck Surgery, 2009:141 (3) 20. Choby BA. Diagnosis and treatment of streptococcal pharyngitis. American Family Physician, 2009:79(5), Goh DYT, Shek, LPC, Wah LB. Acute respiratory tract infections in children : outpatient management. Kesehatan Internasional, August 1999, Worrall G. Diagnosing ARIs Series Acute cough in adults. Canadian Family Physician, 2011:57, Fashner J, Ericson K, Werner S, Hersh AL, Jackson MA, Hicks L. Treatment of the common cold in children and adults. Pediatrics, 2013:132(6), Simasek M, Blandino DA. Treatment of the common cold. American Family Physician, 2007:75(4). 25. Kaminszczik, I. Treatment of acute and chronic sinusitis with cefadroxil, abstract. (1986).

50 Damayanti E, Iriani Y. Ketepatan Skoring McIsaac untuk Mengidentifi kasi Faringitis Group A Streptococcus pada Anak, Sari Pediatri 2014:15(5), Kenny T. Common Cold and Other Upper Respiratory Tract Infections, patient.info 2015: Kountakis SE, Onerci M. Rhinologic and sleep apnea surgical techniques. New York: Spronger, 2007

51 36 LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Izin Meneliti

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap tahunnya ± 40 juta

Lebih terperinci

POLA PEMBERIAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ISPA BAGIAN ATAS DI PUSKESMAS SUKASADA II PADA BULAN MEI JUNI 2014

POLA PEMBERIAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ISPA BAGIAN ATAS DI PUSKESMAS SUKASADA II PADA BULAN MEI JUNI 2014 POLA PEMBERIAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ISPA BAGIAN ATAS DI PUSKESMAS SUKASADA II PADA BULAN MEI JUNI 014 Hermawan 1, Komang Ayu Kartika Sari 1. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

FARINGITIS AKUT. Finny Fitry Yani Sub Bagian Respirologi Anak Bagian IKA RS M Djamil- FK Unand

FARINGITIS AKUT. Finny Fitry Yani Sub Bagian Respirologi Anak Bagian IKA RS M Djamil- FK Unand FARINGITIS AKUT Finny Fitry Yani Sub Bagian Respirologi Anak Bagian IKA RS M Djamil- FK Unand 1 PENDAHULUAN 2 1.DEFINISI Peradangan akut membran mukosa faring dan struktur lain di sekitarnya. Jarang terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013 ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013 Data WHO 2013 dan Riskesdas 2007 menunjukkan jumlah penderita

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yaitu jenis pendekatan penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Pneumonia Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT REGULER

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT REGULER LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT REGULER Waspadai Penyakit Infeksi Pada Musim Kemarau Oleh : Dra.LilisSuryani.,M.Kes (NIK: 173013/NIDN 0510026801) FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun...

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun... Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun di Instalasi Rawat Jalan Puskesmas Sumbersari Periode 1 Januari-31 Maret 2014 (Study of Antibiotics Use on ARI Patients in Under

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Telaah Pustaka 2.1.1. ISPA a. Definisi ISPA adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar

Lebih terperinci

Informasi penyakit ISPA

Informasi penyakit ISPA Informasi penyakit ISPA ISPA ISPA merupakan penyakit infeksi akut yang melibatkan salah satu atau lebih dari organ saluran pernapasan, hidung, sinus, faring dan laring. ISPA mencakup: tonsilitis (amandel),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang ISPA (Inspeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah telinga, hidung, dan tenggorokan merupakan masalah yang sering terjadi pada anak anak, misal otitis media akut (OMA) merupakan penyakit kedua tersering pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan anak merupakan suatu hal yang penting karena. mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan anak merupakan suatu hal yang penting karena. mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan anak merupakan suatu hal yang penting karena mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Bayi dan anak biasanya rentan terhadap penyakit infeksi salah

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK TAHUN 2013 SKRIPSI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK TAHUN 2013 SKRIPSI EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK TAHUN 2013 SKRIPSI Oleh : RIRIN DYAH AYU APRILIA K 100080057 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B RHINOVIRUS: Bila Anda sedang pilek, boleh jadi Rhinovirus penyebabnya. Rhinovirus (RV) menjadi penyebab utama dari terjadinya kasus-kasus flu (common cold) dengan presentase 30-40%. Rhinovirus merupakan

Lebih terperinci

INFEKSI LARING FARING (FARINGITIS AKUT)

INFEKSI LARING FARING (FARINGITIS AKUT) INFEKSI LARING FARING (FARINGITIS AKUT) Disusun Oleh : Drg. Hj. Minasari Nasution FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 DAFTAR ISI Pendahuluan... 1 Pengertian Infeksi Faring Laring

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada balita rawat inap di RSUD Kab Bangka Tengah periode 2015 ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, yang disebabkan oleh agen infeksius yang dapat menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi yang menyerang saluran nafas mulai dari hidung sampai alveoli termasuk organ di sekitarnya seperti sinus, rongga

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013. 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian pulmonologi Ilmu

Lebih terperinci

Tonsilofaringitis Akut

Tonsilofaringitis Akut Tonsilofaringitis Akut Faringitis merupaka salah satu penyakit yang sering terjadi pada anak. Keterlibatan tonsil pada faringitis tidak menyebabkan perubahan derajat beratnya penyakit. Tonsilofaringitis

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Anak Preschool dengan ISPA A. Definisi Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi pada tonsil atau yang biasanya dikenal masyarakat amandel merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak- anak usia 5 sampai 11 tahun. Data rekam medis RSUD

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri. Infeksi ini diawali dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri. Infeksi ini diawali dengan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) 2.1.1 Definisi ISPA Infeksi saluran pernapasan akut yang lebih dikenal dengan ISPA biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri. Infeksi

Lebih terperinci

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus PENDAHULUAN Survei Kesehatan Rumah Tangga Dep.Kes RI (SKRT 1986,1992 dan 1995) secara konsisten memperlihatkan kelompok penyakit pernapasan yaitu pneumonia, tuberkulosis dan bronkitis, asma dan emfisema

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua

BAB I PENDAHULUAN. Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua penyakit tenggorokan berulang. Kegagalan atau ketidaksesuaian terapi antibiotik pada penderita tonsilitis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan atas atau yang selanjutnya disingkat dengan ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria, dan campak. Infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu permasalahan kesehatan utama di Indonesia yang mempengaruhi tingginya angka mortalitas dan morbiditas.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK Yumeina Gagarani 1,M S Anam 2,Nahwa Arkhaesi 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum,

Lebih terperinci

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 1) EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENGOBATAN BRONKITIS KRONIK PASIEN RAWAT JALAN DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JUNI 2013-JUNI 2014 2) 1) Abraham Sanni 1), Fatimawali 1),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) 1. Defenisi Istilah ISPA yang merupakan singkatan dari infeksi saluran pernapasan akut diperkenalkan pada tahun 1984. Istilah ini merupakan

Lebih terperinci

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu. Virus Influenza menempati ranking pertama untuk penyakit infeksi. Pada tahun 1918 1919 perkiraan sekitar 21 juta orang meninggal terkena suatu pandemik influenza. Influenza terbagi 3 berdasarkan typenya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dokter yang umumnya dimulai dari penerimaan resep, pengkajian resep, penyiapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dokter yang umumnya dimulai dari penerimaan resep, pengkajian resep, penyiapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kefarmasian di puskesmas terdiri dari pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik (Kementerian Kesehatan RI, 2014 b ). Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Infeksi ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah yang bersifat akut, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Antibiotik Antibiotik atau anti mikroba adalah obat yang digunakan sebagai obat pembasmi mikroba, khususnya yang merugikan manusia. Antibiotik yaitu zat yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007

PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007 POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PNEUMONIA BALITA PADA RAWAT JALAN PUSKESMAS I PURWAREJA KLAMPOK KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2004 Indri Hapsari dan Ika Wahyu Budi Astuti

Lebih terperinci

Prosentase Penggunaan Amoksisilin secara Rasional untuk Swamedikasi Salesma

Prosentase Penggunaan Amoksisilin secara Rasional untuk Swamedikasi Salesma JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA, September 2007, hlm. 67-75 ISSN 1693-1831 Vol. 5, No. 2 Prosentase Penggunaan Amoksisilin secara untuk Swamedikasi Salesma REHANA*, SRI SUTJI SUSILAWATI, ISKANDAR SOBRI

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS 2007 Oleh Departemen Kesehatan RI

PEDOMAN PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS 2007 Oleh Departemen Kesehatan RI PEDOMAN PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS 2007 Oleh Departemen Kesehatan RI FARINGITIS AKUT Laporan Penyakit : 1302 ICD X : J.00-J.01 Faringitis adalah Inflamasi atau infeksi dari membran mukosa faring (dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian / lebih dari saluran nafas mulai hidung alveoli termasuk adneksanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ISPA DI BEBERAPA PUSKESMAS KOTA SAMARINDA

PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ISPA DI BEBERAPA PUSKESMAS KOTA SAMARINDA PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ISPA DI BEBERAPA PUSKESMAS KOTA SAMARINDA Rizki Khairunnisa*, Hajrah, Rolan Rusli Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah BAB 1 PENDAHULUAN Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, identifikasi kerangka kerja konseptual, pertanyaan penelitian, variabel penelitian,

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KUNJUNGAN RUMAH ISPA PUSKESMAS DTP CIGASONG

KERANGKA ACUAN KUNJUNGAN RUMAH ISPA PUSKESMAS DTP CIGASONG KERANGKA ACUAN KUNJUNGAN RUMAH PUSKESMAS DTP CIGASONG A. Pendahuluan Infeksi Saluran Pernapasan Akut () merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Insidens menurut kelompok umur Balita diperkirakan

Lebih terperinci

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3 INTISARI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA DAN PNEUMONIA SERTA TB PARU STUDI DESKRIPTIF PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUANG DAHLIA (PARU) DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013 Lisa Ariani 1 ; Erna

Lebih terperinci

Peresepan Antibiotik pada Pasien Anak Rawat Jalan di BLUD RS Ratu Zalecha Martapura: Prevalensi dan Pola Peresepan Obat

Peresepan Antibiotik pada Pasien Anak Rawat Jalan di BLUD RS Ratu Zalecha Martapura: Prevalensi dan Pola Peresepan Obat Peresepan Antibiotik pada Pasien Anak Rawat Jalan di BLUD RS Ratu Zalecha Martapura: Prevalensi dan Pola Peresepan Obat (Antibiotic prescription of children outpatient in BLUD RS Ratu Zalecha Martapura:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal 4.1 Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal 30 Mei-29 Juni tahun 2013. Dengan menggunakan tehnik accidental sampling,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan menggunakan data

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan menggunakan data 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan menggunakan data sekunder berupa rekam medik yang diambil dari Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi yang mengenai saluran pernapasan. Istilah ini diadaptasi dari istilah bahasa inggris Acute Respiratory

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. paparan asap rokok dengan frekuensi kejadian ISPA pada balita. Lama

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. paparan asap rokok dengan frekuensi kejadian ISPA pada balita. Lama BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mempelajari hubungan antara lama paparan asap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang disebabkan oleh bakteri terutama Streptococcus pneumoniae,

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang disebabkan oleh bakteri terutama Streptococcus pneumoniae, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit inflamasi yang mengenai parenkim paru. 1 Penyakit ini sebagian besar disebabkan oleh suatu mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indikator derajat kesehatan masyarakat di Indonesia salah satunya di lihat dari angka kematian dan kesakitan balita. Masa balita merupakan kelompok yang rawan akan

Lebih terperinci

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2) 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISPA merupakan Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)

Lebih terperinci

F. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian.

F. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kematian yang tersering pada anak-anak di negara yang sedang berkembang dan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pneumonia merupakan penyakit yang banyak membunuh anak usia di bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun 2004, sekitar

Lebih terperinci

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah satu penyakit THT, Sinusitis adalah peradangan pada membran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Umum Tentang Rokok a. Pengertian Merokok merupakan kebiasaan yang memiliki daya merusak cukup besar terhadap kesehatan. Hubungan antara merokok dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli), dengan gejala batuk pilek yang disertai nafas sesak atau nafas cepat. Penyakit

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) Topik : Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Sasaran : 1. Umum : Keluarga pasien ISPA 2. Khusus: Pasien ISPA Hari/Tanggal : Jumat, 24 Januari 2014 Waktu : Pukul 9.30 10.00

Lebih terperinci

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik Jangan Sembarangan Minum Antibiotik Beragamnya penyakit infeksi membuat kebanyakan orang segera berobat ke dokter meski hanya penyakit ringan. Rasanya tidak puas jika dokter tidak memberi obat apapun dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Farmasi dalam kaitannya dengan Pharmaceutical Care harus memastikan bahwa

I. PENDAHULUAN. Farmasi dalam kaitannya dengan Pharmaceutical Care harus memastikan bahwa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pharmaceutical Care adalah salah satu elemen penting dalam pelayanan kesehatan dan selalu berhubungan dengan elemen lain dalam bidang kesehatan. Farmasi dalam kaitannya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Gambaran umum Penelitian ini dilakukan di desa Kebondalem Kabupaten Batang dengan batas wilayah barat berbatasan dengan desa Yosorejo, sebelah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling sering mengenai bayi dan anak. Bayi yang masih sangat muda akan sangat mudah tertular, penularan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bayi dibawah lima tahun adalah kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit (Probowo, 2012). Salah satu penyakit

Lebih terperinci

Sistem pernapasan adalah sistem tubuh manusia yang menghasilkan energi yang diperlukan untuk proses kehidupan.

Sistem pernapasan adalah sistem tubuh manusia yang menghasilkan energi yang diperlukan untuk proses kehidupan. Sistem pernapasan adalah sistem tubuh manusia yang menghasilkan energi yang diperlukan untuk proses kehidupan. Energi ini dihasilkan oleh dipatahkannya molekul glukosa dalam semua sel hidup tubuh manusia.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan menggunakan 53 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional menggunakan desain deskriptif kualitatif. Pengambilan data secara retrospektif pada bulan Januari

Lebih terperinci

ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN Yuyun Wigati 1 ; Noor Aisyah 2 ; Hj. Rahmi Annissa 3 Infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit ISPA merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) khususnya Pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian bayi dan Balita. Pneumonia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Influenza (flu) adalah penyakit pernapasan menular yang disebabkan oleh virus influenza yang dapat menyebabkan penyakit ringan sampai penyakit berat (Abelson, 2009).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua yaitu, infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua yaitu, infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi pada saluran pernapasan merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Infeksi saluran napas berdasarkan pada lokasi infeksinya terbagi menjadi dua yaitu,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia. ISPA dapat diklasifikasikan menjadi infeksi saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang. menular serta dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang. menular serta dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid (enteric fever) merupakan penyakit infeksi akut pada saluran cerna yang disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella enterica serotipe Typhi. Bila

Lebih terperinci

ABSTRAK. Zurayidah 1 ;Erna Prihandiwati 2 ;Erwin Fakhrani 3

ABSTRAK. Zurayidah 1 ;Erna Prihandiwati 2 ;Erwin Fakhrani 3 ABSTRAK KETEPATAN DOSIS PERESEPAN AMOXICILLIN SIRUP KERING PADA BALITA TERDIAGNOSA INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DI PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN Zurayidah 1 ;Erna Prihandiwati 2 ;Erwin

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting di dalam kehidupan. Seseorang yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatannya kembali. Pilihan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran napas akut dalam bahasa Indonesia juga dikenal sebagai ISPA atau URI (Upper Respiratory Infection) dalam bahasa Inggris, adalah penyakit infeksi akut

Lebih terperinci

Tonsilitis. No. Documen : No. Revisi : Tgl. Terbit :

Tonsilitis. No. Documen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Pengertian Kode Penyakit SOP Peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu: tonsil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ISPA adalah proses infeksi akut berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 0 Desa Lenek Kec. Aikmel EVALUASI LAYANAN KLINIS PUSKESMAS LENEK 06 GASTROENTERITIS AKUT. Konsistensi

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X DEMAK TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X DEMAK TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X DEMAK TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI Oleh : RIRIN DYAH AYU APRILIA K 100080057 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi saluran pernafasan hanya

Lebih terperinci

INTISARI KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN

INTISARI KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN INTISARI KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN PADA PASIEN BALITA PENDERITA ISPA DI PUSKSMAS BASIRIH BARU BANJARMASIN Nurul Mardhatillah 1 ; Aditya MPP 2 ; Akhmad Fakhriadi 3 Infeksi saluran

Lebih terperinci

Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013

Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013 Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013 Advisedly, Tarigan A, Masykur-Berawi M. Faculty of Medicine Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini berupa deskriptif non eksperimental dengan menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran Pernapasan Akut 2.1.1 Pengertian ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah istilah yang berasal dari bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGOBATAN PADA PENDERITA ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) DI PUSKESMAS TRUCUK 1 KLATEN TAHUN 2010

GAMBARAN PENGOBATAN PADA PENDERITA ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) DI PUSKESMAS TRUCUK 1 KLATEN TAHUN 2010 GAMBARAN PENGOBATAN PADA PENDERITA ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) DI PUSKESMAS TRUCUK 1 KLATEN TAHUN 2010 Roy Yani Dewi Hapsari, Sunyoto, Farida Rahmawati INTISARI Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam divisi Pulmonologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian ini adalah Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan teknologi, sekarang ini juga banyak sekali masalah-masalah kesehatan yang bermunculan di masyarakat. Dari hari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis dapat bersifat acute maupun chronic ( Manurung, 2008). Bronchitis adalah suatu peradangan

Lebih terperinci

PENDERITA TONSILITIS DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO JANUARI 2010-DESEMBER 2012

PENDERITA TONSILITIS DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO JANUARI 2010-DESEMBER 2012 PENDERITA TONSILITIS DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO JANUARI 2010-DESEMBER 2012 1 Andre Ch. T. Palandeng 2 R. E. C. Tumbel 2 Julied Dehoop 1 Kandidat Skrispi Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan bangsa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan bangsa Indonesia yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual Dari hasil tinjauan kepustakaan serta kerangka teori tersebut serta masalah penelitian yang telah dirumuskan tersebut, maka dikembangkan suatu kerangka

Lebih terperinci