DEMOKRATISASI PENDIDIKAN SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DEMOKRATISASI PENDIDIKAN SKRIPSI"

Transkripsi

1 DEMOKRATISASI PENDIDIKAN Analisis Tentang Fenomena Pendidikan Anak Orang Miskin Di Desa Karangkepoh Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun 2006 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Disusun Oleh: SITI YULAIKAH NIM: JURUSAN T ARBI YAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2006

2 DEPARTEMEM AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) , Fax Salatiga Website : w w w.stai n salatiu a.ae.id administrasi@ stainsalatiga.ac.id DEKLARASI Bismillah irralt man irrah im Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini lidak bcrisi matcri yang pernah ditulis oleh orang lain atau pemah «> diterbitkan. Deniikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali infonnasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Apabila di kemudian hari temyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang munaqosyah skripsi. Deniikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi. Salatiga, Agustus 2006 Peneliti S1TI YU LA IK A fa NIM :

3 Drs. H.M. Zulfa, M.Ag Dosen STAIN Salatiga NOTA PEMBIMBING Lamp. : 3 eksemplar Hal : Naskah Skripsi Sdr. Siti Yulaikah Salatiga, Agustus 2006 Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di - SALATIGA Assalamu alaikum Wr. Wb. Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi Saudari: Nama : Siti Yulaikah NIM : Jurusan Progdi Judul : Tarbiyah : PAI : DEMOKRATISASI PENDIDIKAN ANALISIS TENTANG FENOMENA PENDIDIKAN ANAK ORANG MISKIN DI DESA KARANG KEPOH KECAMATAN KARANGGEDE, KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2006 Sudah dapat diajukan dalam sidang munaqasah. Demikian surat ini, harap menjadikan perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Drs. H.M. Zulfa. M.Ag NIP in

4 DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA Jl. StadionNo. 2 Salatiga (0298) P E N C E S A H A N SKRIPSI Saudari : Siti Yulaikah dengan Nomor Induk Mahasiswa : yang beijudul DEMOKRATISASI PENDIDIKAN ANALISIS TENTANG FENOMENA PENDIDIKAN ANAK ORANG MISKIN DI DESA KARANG KEPOH KECAMATAN KARANGGEDE, KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2006 telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Rabu, 6 September 2006 yang bertepatan dengan tanggal 13 Sya ban 1427 H. Dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Saijana dalam Ilmu Tarbiyah. Salatiga, 6 September 2006 M 13Sya'banl427H Panitia Ujian NIP IV

5 MOTTO i>.\* ia\ Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantarmau dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (AI Mujadilah : 11 > v

6 ERSEMBAHAN Kupersembah/zan /&epaaa: 1. B a p a k /Ib u tercintayang telah memberi do a restu 2. B apak Bedjo, selaku kepala Desa Karang Kepoh 3. K a ka k dan a d ik-ad u kku d i rumahyang memberi semangat dalam penulisan in i 4. Teman-teman karang taruna di Desa Karang Kepoh khususnya m bak H a n ik 5. Teman-teman seiman, senasib dan sepenanggungan 6. P A 1 A n g ka ta n 2001 khususnya Dun, m bak N u ru l vi

7 KATA PENGANTAR Dengan rasa nyukur kehadlmt Allah SWT atas rahmatnya yang telah dilimpahkan kepada penulis serta dengan usaha sungguh-sungguh maka penulis dapat menjelaskan skripsi ini. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana dalam ilmu tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam, pada Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga tahun Dalam rangka penyelesaian skripsi ini penulis tidak dapat berhasil tanpa bantuan dari beberapa pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Ketua STAIN Salatiga 2. Bapak Pembimbing dan Asisten Pembimbing 3. Bapak Kepala Desa Karang Kepoh 4. Segenap pengajar dan staf Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga yang telah memberi bekal pengetahuan 5. Segenap keluarga yang memberi bantuan dan dorongan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. ' Salatiga, Agustus 2006 Penulis Siti Yulaikah vii

8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DEKLARASI... NOTA PEMBIMBING... PENGESAHAN... MOTTO... PERSEMBAIIAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... * BAB I PENDAHULUAN ii iii iv v vi vii viii A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Penjelasan Istilah... 4 C. Pokok Masalah... 7 D. Tujuan Penelitian... 7 E. Manfaat Penelitian... 8 F. Mclodologi Penelitian... 8 G. Teknik Analisis Data II. Sistcmatikan Penulisan Skripsi BAB II LANDASAN TEORI \ A. Demokratisasi Pendidikan pada Umumnya B. Demokratisasi Pendidikan di Indonesia VIII

9 C. Kondisi Sekolah di Indonesia BAB III DESKRIPSI PENDIDIKAN ANAK ORANG MISKIN DI DESA KARANG KEPOH A. Latar Belakang Pendidikan Anak Orang Miskin di Desa Karang Kepoh B. Kondisi Pendidikan Anak Orang Miskin di Desa Karang Kepoh BAB IV MODEL ALTERNATIF PENDIDIKAN ANAK ORANG MISKIN DI DESA KARANG KEPOH A. Mengacu pada Pendidikan Formal B. Bagi anak yang tidak mampu melanjutkan sekolah sebagai altematifnya dengan mengikuti kursus-kursus ketrampilan 48 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-saran C. Penutup DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN IX

10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada akhir-akhir ini demokrasi sering dipahami dalam konteks yang salah, sehingga kebebasan berdemokrasi sering diartikan dengan kebebasan berdemontrasi, sehingga yang teijadi adalah pemaksaan kehendak dengan tekanan kekerasan dari kelompok tertentu terhadap seseorang atau kelompok lain. Padahal demokrasi yang sejati memerlukan warga negara yang baik. Demokrasi tidak hanya memerlukan hukum, lembaga, atau peraturan yang mantap, akan tetapi yang lebih penting dalam masyarakat demokrasi adalah memiliki kebesaran hati, mau bekeijasama dengan kelompok lain untuk mencapai tujuan demi kesejahteraan bersama, atau mampu mengombinasikan semangat untuk menegakkan pendiriannya dengan suatu kesadaran bahwa seseorang tidak dapat mewujudkan semua yang diinginkannya. Demokrasi pada dasamya ialah penghormatan pada nilai-nilai kemanusiaan, tanpa penerapan nilai demokrasi, perkembangan kreativitas tidak mungkin menjadi sumber bagi peningkatan hidup manusia. Demokrasi dalam pendidikan ialah suatu ide lebih luas yang didasarkan atas kepercayaan bahwa di dalam diri manusia dari segala strata sosial terdapat berbagai potensi yang siap untuk dikembangkan.' 1 1 Firdaus M. Yunus, Pendidikan Berbasis Realitas Sosial, Logung Pustaka, Yogyakarta, 2004, him. 92 1

11 2 J Demokrasi di sekolah dan dalam masyarakat harus didukung secara berkelanjutan agar pendidikan nasional dapat diselenggarakan secara demokratis untuk semua warga Indonesia, demokratisasi pendidikan merupakan upaya yang memungkinkan warga negara memperoleh layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan kemajuan jaman. Di Indonesia hal jelas sekali tercermin pada undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 1 yang berbunyi : Setiap warga negara mempunyai hak yang sama memperoleh pendidikan yang bermutu.2 Penerapan pendidikan demokratis sangat penting bagi bangsa Indonesia karena pendidikan demokratis akan menumbuhkan semangat kebersamaan di sekolah. Dengan demikian pemaksaan dalam proses pembelajaran tidak boleh di toleransi. Berkaitan dengan proses pembelajaran {Learning Process), sekolah demokratis harus dapat memberikan keseimbangan hak belajar kepada siswa meskipun dalam banyak hal harus menerapkan berbagai metode untuk menggali kemampuan siswa-siswi. Melalui Instruksi Presiden (In Pres) nomor 1 tahun 1994 tentang wajib belajar pendidikan sekolah dasar, pemerintahan membuat terobosan besar dalam sejarah pendidikan Indonesia, yakni mewajibkan masyarakat sekolah minimal hingga tingkat SLTP. Konsekuensi kebijakan yang dikenal dengan istilah wajib belajar sembilan tahun ini pemerintah menanggung semua biaya 2 Departemen dan Kebudayaan, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor, 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

12 3 dalam penyelenggaraan sekolah, ini merupakan salah satu strategi kebijakan dalam pembangunan pendidikan. Akan tetapi setelah sekian lama digambar-gambarkan bukannya gratis, biaya sekolah malah makin melambung, jumlahnya banyak dan beragam, bahkan jauh lebih besar dibandingkan sebelum kebijakan wajib belajar sembilan tahun ini digulirkan. Biaya SPP yang dihapus diganti dengan berbagai jenis pemungutan barn, bahkan ada jenis biaya yang aneh seperti pensiun guru atau kenang-kenangan. Beragam biaya inilah yang mengganjal masyarakat untuk terns menyekolahkan anaknya. Malah porsi terbesar pengeluaran keluarga dihabiskan untuk membayar kewajiban yang dibebankan oleh sekolah, untuk itu mereka kerap mengorbankan kebutuhan primer lainnya seperti makan, baik kualitas maupun kuantitasnya untuk memenuhi biaya sekolah.3 Menurut data dari Depdiknas tahun 2000 tentang sejumlah orang yang tak bisa sekolah, sedikitpun 72 juta anak Indonesia tidak mampu merasakan bangku sekolah, terdiri dari 4,3 juta siswa SLTP dan 2,9 juta siswa SD dan SLTA. Mengapa mereka tak bisa sekolah? jawabannya sangat jelas, tidak punya uang. Siapa yang tak punya uang? semua yang harus hidup miskin. Kemiskinan apapun sebabnya membuat akses pada sekolah jadi kian sempit. Ada upaya untuk mengatasi itu semua yaitu mereka yang bergerak untuk melakukan pendidikan altematif atau yang punya keinginan baik mengasuh sejumlah anak jalanan agar tahu huruf dan merasakan sekolah. Kegiatan ini 3 H.A.R. Tilar, Mendagangkan Sekolah Sludi Kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah di DK1 Jakarta, Indonesia Corruption Watah, Jakarta, 2004, him

13 4 yang patut dihargai meski soalnya lagi-lagi pada kekuatan negara, yang malas untuk mengurus pendidikan.4 Dari uraian-uraian dan konsep tersebut, penulis terdorong untuk meneliti, seberapa jauh kebenaran konsep di muka dengan melakukan penelitian di Desa Karangkepoh dengan mengambil judul : DEMOKRATISASI PENDIDIKAN Analisis Tentang Fenomena Pendidikan Anak Orang Miskin di Desa Karangkepoh Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun 2006 B. Penjelasan Istilah Untuk menghindari kemungkinan teijadinya penafsiran yang berbeda dengan maksud utama penulis dalam penggunaan kata pada judul penelitian ini, perlu penjelasan beberapa istilah sebagai berikut: 1. Demokratisasi Pendidikan ^ - Demokrasi dalam dalam pemikiran Yunani berarti bentuk politik dimana rakyat sendiri memiliki dan menjalankan seluruh kekuasaan politik.5 - Pendidikan secara umum dapat dipahami sebagaimana dikutip Hanif Dzakiri. Inti pendidikan adalah membawa masyarakat kerucut (Sub Mergad Society) kepada masyarakat terbuka (Open Society) yang kritis 4 Eka Prasetyo, Orang Miskin Di Larang Sekolah, Resist Book, Yogyakarta, 2004, him Firdaus M. Yunus, op. cit, him 84

14 5 dan kreatif, dalam mampeijuangkan hak-hak mereka untuk menegakkan keadilan. Demokratisasi pendidikan yang penulis maksud adalah pemberian kesempatan yang sama kepada setiap warga negara untuk memperoleh layanan pendidikan (Horizontal Maupun Vertikal). y 2. Analisis Kata analisis berasal dari kata analisa yang berarti penyelidikan suatu peristiwa (harapan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui sebab-sebabnya bagaimana duduk perkaranya dan sebagainya.' 3. Fenomena Pendidikan Kata fenomena berarti gejala.678 Sedangkan fenomena pendidikan yang penulis maksud adalah gejala-gejala yang ada dalam dunia pendidikan. 4. Anak Orang Miskin Miskin berarti tidak berharta benda serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah).9 Maka anak orang miskin yang dimaksud anak atau keturunan orang yang dalam kehidupannya berpenghasilan sangat rendah. 6 Muh Hanif Dzakiri, Paulo Freire, Islam Dan Pembebasan, Djmabatan Jakarta, 2000, hlm.8 7 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta, 1976, him W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta, 1982, him Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1991, him. 660

15 6 Selanjutnya untuk melengkapi pengertian operasional dari variabel yang digunakan dalam judul penelitian ini, diuraikan pula definisi operasional dari variabel tersebut sebagaimana berikut ini : a. Demokratisasi Pendidikan Untuk mengukur adanya demokratisasi pendidikan ditentukan indikator barikut in i: 1) Setiap anak harus mendapat kesempatan yang sama untuk menikmati pendidikan sekolah. Maksudnya semua warga negara atau anak didik mampunyai hak yang sama untuk memperoleh layanan pendidikan, konsekuensi kebijakan ini dikenal dengan istilah wajib belajar sembilan tahun yang berdasarkan instruksi presiden (In Pres) Nomor 1 Tahun 1994 tentang wajib belajar sembilan tahun. Misalnya anak orang miskin, mereka berhak mendapatkan layanan pendidikan. 2) Setiap anak mendapat kesempatan yang sama untuk mencapai tingkat pendidikan sekolah setinggi-tingginya. Bahwa semua warga negara atau anak didik berhak memperoleh pendidikan tanpa melihat aspek fisik. Misalnya orang yang cacat, mereka berhak untuk mencapai tingkat pendidikan sekolah setinggi-tingginya. b. Fenomena Pendidikan Anak Orang Miskin Untuk mengukur fenomena pendidikan anak orang miskin menggunakan indikator berikut in i:

16 7 1) Uang saku harian rendah atau tidak tentu bahkan tak ada uang saku. 2) Peralatan sekolah atau buku-buku paket kurang lengkap 3) Administrasi pendidikan masih sulit dijangkau 4) Kurang terpenuhi kebutuhan sekolah (seperti iuran-iuran, SPP, dan lain-lain) 5) Cara berpakaian masih sangat sederhana C. PokokMasalah Sebagai basic question atau pokok masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pelaksanaan demokratisasi pendidikan di Desa Karangkepoh? 2. Bagaimana deskripsi pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh? 3. Bagaimana altematif yang memungkinkan dapat dikembangkan dalam pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh? D. Tujuan Penelitian Sebagaimana konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan demokratisasi pendidikan di Desa Karangkepoh. 2. Untuk mengetahui kesesuaian konsep demokratisasi pendidikan tentang pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh. 3. Mencari altematif pemecahan dalam pengembangan pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh.

17 8 E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan masukan terutama pemerintah, para pakar pendidikan dan semua unsur yang mendukung terlaksananya pendidikan khususnya dalam bidang perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pelayanan pendidikan dengan memperhatikan aspek geografis, status sosial, ekonomi dan jender. F. Metodologi Penelitian Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih agar permasalahan dapat di deskripsikan secara mendalam. Penelitian ini dapat dikategorikan ke dalam jenis naturalistik fenomenologi dimana data yang dikumpulkan menggunakan latar alami (Natural Setting) sebagai sumber data langsung.10 Dengan pendekatan ini diharapkan dapat mendeskripsikan data secara holistik, mengenai konsep demokratisasi pendidikan tentang fenomena pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh. Pendekatan kualitatif fenomenologi ini dilakukan dengan mengamati fenomena-fenomena dunia konseptual subyek yang diamati melalui tindakan dan pemikirannya guna memahami subyek dari sudut pandang subyek itu sendiri, dengan tidak mengabaikan membuat penafsiran dengan membuat skema konseptual. 10 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosda Karya Offset, Bandung, 2000, him. 3

18 9 Pendekatan fenomenologi disebut verstehen apabila mengemukakan hubungan diantara gejala-gejala sosial yang dapat diuji bukan pemahaman empatik semata.11 Dengan metode verstehen ini peneliti dapat memahami secara emic konsep. Pandangan-pandangan dan gagasan-gagasan terhadap demokratisasi pendidikan tetang fenomena pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Februari Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Karangkepoh, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali + 25 kilometer dari ibu kota Kabupaten Boyolali. Desa Karangkepoh ini dipilih karena banyak orang miskin yang belum mendapatkan kesempatan memperoleh layanan pendidikan 4. Subyek penelitian Pemilihan subyek penelitian ini menggimakan metode Snowball yakni mulai dengan memilih informasi kunci seperti anak orang miskin di Desa Karangkepoh, kemudian menggelinding ke informasi lain berdasarkan referensi dari informasi kunci, begitu seterusnya sampai pada batas jenuh, artinya jika sudah tidak ditemukan lagi informasi barn tentang persoalan pendidikan anak orang miskin Ibid., him. 9

19 10 5. Tahapan kegiatan Secara umum penelitian kualitatif dilakukan malalui tahapan sebagai berikut : 1) pra lapangan, 2) kegiatan, 3) analisis intensify2 kegiatan penelitian ini juga akan dilakukan dengan tahapan sebagaimana tersebut di atas. Pertama pra- lapangan meliputi : penyusunan persiapan memilih lokasi penelitian, mengurus perijinan, menjajaki dan menilai keadaan lokasi, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan menjajaki etika masyarakat Desa Karangkepoh, sebagian kegiatan ini sudah dilakukan dalam rangka studi awal tentang lokasi. Kedua, tahap kegiatan lapangan meliputi memahami latar penelitian, persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data. Tahap ketiga, berupa analisis intensif yakni mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga menghasilkan temuan penelitian. Pentahapan kegiatan ini akan dilakukan secara fleksibel dengan melihat perkembangan data penelitian di lapangan. 6. Instrument Penelitian Untuk dapat memahami makna dan penafsiran dari fenomena pendidikan anak orang miskin, dibutuhkan keterlibatan dan penghayatan langsung peneliti terhadap informan di lapangan. Oleh karena itu instrument dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrument kunci. Keuntungan peneliti sebagai instrument karena manusia memiliki Ibid., him. 85

20 11 ciri-ciri responsive, mudah menyesuaikan diri (adabtable), menekankan pada keutuhan (holistik), mudah memproses data dengan cepat, serta dapat memanfaatkan kesempatan untuk menyelidiki respons yang tidak lazim. 7. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data secara holistik intregative relevan dengan focus, maka teknik pengumpulan data yang akan dipakai meliputi : a) wawancara mendalam ; b) observasi partisipan dan c) studi dokumentasi. a. Wawancara mendalam merupakan teknik utama dalam penelitian ini. Teknik ini dipakai untuk menangkap makna secara mendasar dalam interaksi spesifik. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur artinya pedoman wawancara yang hanya memuat garis besamya yang akan ditanyakan,1314 atau tanpa daftar pertanyaan yang ketat. Dengan teknik ini diharapkan wawancara dapat dilakukan secara personal sehingga dimungkinkan memperoleh informasi sebanyak mungkin. Selain itu melalui wawancara tidak terstruktur juga memungkinkan dicatat respons afektif yang tampak selama wawancara berlangsung. Dengan wawancara mendalam diharapkan dapat diperoleh data mengenai pendidikan anak orang miskin dan hambatanhambatannya ditinjau dari perspektif demokratisasi pendidikan. b. Observasi Partisipan Observasi partisipan ialah observasi yang dilakukan dengan cara keterlibatan observer dalam kegiatan-kegiatan observasi (orang- 13 Ibid., him Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1998, him. 231.

21 12 orang yang diobservasi).13 Teknik ini digunakan untuk melengkapi dan menguji hasil wawancara yang diberikan oleh informan. Observasi deskriptif secara luas dengan melukiskan secara umum situasi pendidikan masyarakat Desa Karangkepoh, berikutnya dilakukan observasi terfokus untuk menemukan kategori-kategori dan pola pendidikan di masyarakat. Pada akhimya diadakan penyempitan dengan melakukan observasi selektif (selektive observations) dengan mencari kebenaran konsepkonsep. Semua hasil pengamatan dicatat sebagai rekaman pengamatan lapangan (field note) yang nantinya akan dilakukan refleksi. c. Studi Dokumentasi Metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.1516 Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data dari sumber-sumber non insani. Penggunaan studi dokumentasi ini didasarkan pada beberapa dasar antara lain : 1) dokumentasi merupakan sumber informasi yang stabil, akurat, dan dapat dianalisis kembali; 2) dokumentasi merupakan sumber informasi yang secara kontektual relevan dan memadahi; 3) dokumentasi merupakan pemyataan legal yang dapat memenuhi akuntabilitas; 4) sumber ini bersifat non reaktif, sehingga tidak sukar ditemukan dengan teknik kajian isi. Studi dokumentasi dalam penelitian ini akan dipakai untuk mencari data. Data yang berhubungan dengan peta pendidikan masyarakat Desa Karangkepoh. 15H. M. Zulfa, Azas-Azas Metodologi Penelitian, Salatiga, 1996, him Suharsini Arikunto, op. cit, him. 206.

22 13 G. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema.17 Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menelaah data, menata, membagi menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesis, mencari pola dan mencari makna dari kondisi situasi masyarakat Desa Karangkepoh. Langkah berikutnya adalah mengorganisasikan data ke dalam kategori-kategori yang ditentukan. Masing-masing kategori dibuat dalam bentuk preposisi untuk selanjutnya disimpulkan sebagai temuan penelitian mengenai fenomena pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh. H. Sistematikan Penulisan Skripsi Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan membahas masalah yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Adapun pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I : Dalam bab ini berisikan tentang pendahuluan meliputi : Latar Belakang Masalah, Penjelasan Istilah, Pokok Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian Serta Sistematika Penulisan Skripsi. BAB II : Dalam bab ini berisikan tentang landasan teori meliputi ; demokratisasi pendidikan pada umumnya. Demokratisasi pendidikan di Indonesia serta kondisi sekolah di Indonesia. 17 Lexy Moleong, op. c it, him. 103

23 f 14 BAB III : Deskripsi pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh yang berisikan latar belakang pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh dan kondisi pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh. * BAB IV : Model alternatif pendidikan anak orang miskin di Desa Karangkepoh A. Mengaeu pada pendidikan formal - Jenjang dasar melalui paket A dan SMP terbuka - Jenjang menengah di paket B - Jenjang tinggi melalui ekstensi B. Bagi anak didik yang tidak mampu melanjutkan sekolah sebagai altematifnya dengan mengikuti kursus-kursus ketrampilan. BAB V : Merupakan bagian akhir penulisan yang tercakup di dalamnya kesimpulan saran-saran dan penutup.

24 BAB II LANDASAN TEORI A. Demokratisasi Pendidikan pada Umumnya,v\ Revolusi demokrasi pecah hampir bersamaan ' waktunya/ dengan munculnya revolusi mdustri. Hal ini barangkali bukan kcbetulq,xkarena adanya revolusi industri telah menimbulkan berbagai perubahan, baivdalam lingkungan keluarga, hubungan keija, kehioupan individu. Kesemua itu inemerlukan tatanan sosial baru yang barus dikembangkan befdasarkan nilainilai demokrasi. Demokrasi kata orang sering dikonotasikan sebagai suatu kebebasah. Dijaminnya kebebasan berbicara, berpendapat, berpikir, berkehendak, dan berperilaku, tanpa ada yang memaksa dan terpaksa, menekan dan tertekan dan lain-lain, merupakan ciri dari suatu masyarakat yang demokratis.1sehingga apapun yang bersifat bebas seolah-olah identik dengan demokrasi itu sendiri. Ciri utama kehidupan yang demokratis adalah kebebasan dalam mengeluarkan pendapat, yang dengan sendirinya mengakui kesepakatan umum bahwa demokrasi hanya berkcmbang jika dalam masyarakat tumbuh kebiasaan-kebiasaan bahwa perbedaan tidak mengakibatkan permusuhan dan perbedaan tetap sanggup mengikat semua dalam komitmen bersama mengabdi kepada kepentingan orang banyak, kepentingan bangsa dan negara.12 1Ismail SM dan Abdul Mukti, PenditHkun Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta, 2000, him. 54 2H. Rudini, At as Nama Demokrasi Indonesia, PT. Bayu Indra Grafika, Yogyakarta, 1994, him

25 Demokrasi pada dasarnya :ui:il:ili suatii pioses m a.syaiakat dan negaia yang berperan di dalamnya untuk membangun kultur dan sistem kehidupan guna mencipt ikan kesejahleraan, mcncgakkan koadilan bails sceata sosiul, ekonomi maupun politik. Den pan kata lain berbicara tentang demokrasi adalah berbieara tentang menlalilas bangsa. Demokrasi dapat tercipta bila masv; rakat membangun kesadaran sendiri tentang pentingnya demokrasi dalam kehidupan herbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Sebaliknva negara sebagai instrumen politik dan ekonomi harus memiliki political will untuk mendukung lerwujudnya demokrasi. Hal ini dapat uilakukan dalam berbagai aspek kehidupan mamisia. Masyarakat yang selaras dengan tradisi demokrasi biasanya akan menggempur semua kekuatan yang cenderung memproduksi perbedaanperbedaan sosial dan kelus-kelas. Dengan kata lain masyarakat demukratis berusaha menjalin kehidupan bersama, dimana setiap laki-laki maupun perempuan memiliki martabat sebagai manusia yang bebas. Martabat sebagai manusia bebas ini menyebabkan manusia berhak memilih keyakiran dan pendirian yang tidak bisa diubah seeara paksa oleh siapapun. Masyaraka* demokrasi menginginkan pemerintahan yang demokrasi pula. Pemerintahan demokrasi biasanya akan bersandar pada kekurangan vang bersumber pada kemampuan dan pengetahuan warga masyarakat. Oleh sebab itu, setiap pemerintahan demokrasi akan memberikan kesempatan seluasluasnya bagi wa ganya untuk memperoleh pendidikan. Sebab dengan semakin

26 17 banyaknya warga yang memperoleh pendidikan dan semakin tinggi tingkat pendidikan yang diperoleh, semakin kuat pemer ntahan demokrasi. ^ D a \a m pcmerintahar. demokrasi setiap orang harus diperlakukan sama untuk mcndapatkan pendidikan, karena kesempatan untuk dapat menikmati pendidikan, baik laki-laki maupun perempuan bagi setiap orang muda usia sekolah yang dapat dididik harus mendapat kesempatan untuk dididik^dalam ajaran Islam mengajarkan agar anak perempuan dan laki-laki diberi kesempatan yang sama untuk memperoleh pelayanan pendidikan sesuai dengan ptensi, bakat, dan minat masing-masing. Nabi secara tegas mewajibkan setiap muslim laki-laki dan perempuan menuntut ilmu. (jvlw >J KlLvktAJ Menuntut ilmu (belajar) adalah wajib bagi setiap muslim lakilaki dan perempuan (HR. Bukhari dan Muslim) ^ Demokrasi dan pendidikan mempunyai hubungan yang saling mcnunjang, karena pendidikan yang sifatnya demokratis akan menempatkan anak sebagai pusat perhatian, melalui pendidikan anak-anak ditempatkan sebagai manusia yang dimanusiakan. Pendidikan hanya memberikan layanan yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan optimal anak sekolah harus dikembalikan menjadi milik si anak lagi, anak harus dianggap, dinilai, didampingi dan diajar sebagai anak bukan sebagai orang tua mini, atau prajurit mini, melainkan sebagai anak yang diberikan kesempatan untuk bebas sesuai 'Firdiiu: M Yunus, Pendidikan Bcrbasis Rcalitas Sosial, Logung Pustaka, Yogyakarta, 2004, him S8 ( Yumltidiu I'M, Penf>asultan Anak dalam Kc/uarga Islam, l.cmbaga Kajian Agama dan Jcndcr, Jakarta, 1999, him 29

27 18 dengan kapasitas sebagai anak. Dengan demikian proses demokrasi bisa berjalan dengan baik. Siswa di sekolah harus merasakan bahwa sekolah bagi mereka sungguh merupakan surga kecil yang menggembirakan, di sekolah siswa harus dihargai, dipahami dan tidak dibodoh-bodohkan maupun diejek-ejek. Khususnya anak dari masyarakat miskin, biasanya anak >dari masyarakat sering dibodoh-bodohi, dipojokkan, diejek, dihina atau dibiarkan semaunya. Peran guru di sini penting sekali untuk menvembuhkan rasa sakit akibat ketakutan yang menimpa anak masyarakat miskin. Pendidikan demokratis harus memiliki tujuan menghasilkan manusia i yang mampu beremansipasi dalam kehidupan masyarakat dan mampu mempengaruhi pengambilan kebijakan publik. Dengan kata lain pendidikan harus mempu menanamkan kesadaran dan membekali pengetahuan warga dalam masyarakat demokratis. Untuk itu, dalam diri setiap peserta didik harus ditanam dan dikembangkan sikap politik, meskipun sekolah bukan lembaga politik, namun memiliki dampak yang signifikan atas proses politik lewat tafiggung jawab sckolahd alam membekali peserta didik dengan pengetahuan dasar tentang kehidupan sosial, ekor.omi dan politik, serta mengembangkan daya kritis dan kejujuran dalam berkomunikasi dengan masyarakat. Lebih dari itu sekolah memiliki tanggung jawab melengkapi peserta didik dengan kemampuan memerankan fungsinya sebagai anak bangsa di lingkungan masyarakat yang demokratis.

28 19 Sejalan dengan itu, pendidikan demokratis mutlak diperlukar.. *) Pendidikan demokratis bertujuan mempersiapkan warga inasyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, untuk itu hams memperhatikan tiga hal sebagai awal dari kesadaran dalam berdemokrasi. Pertama, demokrasi adalah bentuk kehidupan bermasyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat itu ;>endiri. Kedua, demokratis adalah suatu learning process yang tidak dapat begitu saja meniru dari masyarakat lain. Ketiga, kelangsungan demokrasi tergantung pada keberhasilan mentransformasikan nitai-nilai demokrasi, persamaan hak dan keadilan, serta loyal terhadap sistem politik» yang bersifat demokratis.5 8. Demokratisasi Pendidikan di Indonesia k Pengalaman bangsa Indonesia, khususnya pada periode reformasi sekarang ini, bahwa proses transisi dan konsolidasi demokrasi tidak akan dapat dilalui dengan baik hanya dengan mengandalkan agenda political crafting semata. Lebih-lebih bila modal atau kontrol sosial dimasukkan dalam > kerangka perhitungan, maka political crafting tidak akan berbicara banyak berkaitan dengan perubahan sikap dari para pelaku politik. Dalam konteks ini v modal atau kontrol sosial menjadi penting untuk melengkapi penciptaan kiatkiat politik yang inemungkinkan demokrasi berkemban karena modal atau kontrol sosial merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan berfungsi tidakr.ya demokrasi dalam suatu masyarakat. Agak disayangkan modal atau kontrol sosial inilah yang selama ini tidak muncul dalam perbincangan tentang 5Firdaus M. Yunus, op. cit, him. 90

29 20 pengembangan demokrasi, baik dalam masa transisi ini, atau pada sebelumnya, perbincangan demokrasi selalu terfokus pada struktur politik, hukum atau perundang-undangan yang sesuai. Sementara hal-hal lain yang berkaitan dengan budaya, pendidikan tidak banyak tersentuh. Padahal masyarakat Indonesia akan menuju ke arah masyarakat industri. Masyarakat industri adalah masyarakat terbuka, keterbukaan tersebut ( -t pcrlu ditunjang oleh kemajuan iptek dan kemudahan-kemudahan berkomunikasi. Keterbukaan masyarakat merupakan suatu proses yang tidak dapat dibendung sejalan dengan menderunya proses demokrasi yang melanda kehidupan manusia dewasa ini. Demokrasi cepat atau lam oat akan muncul dan terus berlangsung. ' Demokratisasi yang sedang bergulir di Indonesia saat ini merupakan ^ suatu tantangan sekaligus peluang yang perlu disikapi secara sadar oleh seluruh komponen penegak demokrasi seperti birokrasi pemerintah, partai, politik, kelompok gerakan, kalangan pers dan masyarakat pada umumnya. Sebagai tantangan karena agenda demokratisasi cukup banyak seperti dalam bidang politik, ekonmi, hukum, pendidikan dan sosial budaya. Sedangkan sebagai peluang menjadi Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang dapat menerapkan prinsip dan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan6 Demokrasi pada dasamya ialah penghormatan pada nilai-nilai kemanusiaan, tanpa penerapan nilai demokrasi, perkembangan kreatifitas tidak 6A. Ubaidillah, Pendidikan Kewargsfitn, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, IAIN Jakarta Pei s, Jakarta, 2000, him. 202

30 21 mungkin menjadi sumber bagi peningkatan hidup manusia. Demokratisasi sebagai proses pendidikan mempunyai dampak yang sangat besar dalam f prases perencanaan dan manajemen pendidikan. Di dalam bidang ini dituntut suatu peralihan dari perencanaan dan manajemen pendidikan yang birokratis ke arah perencanaan manajemen terbuka dan fleksibel. Perubahan orientasi perencanaan manajemen pendidikan dari pendekatan birokratis dan sentralistis ke pendekatar. yang demokrtis akan mengubah pola metodologi dan perencanaan manajemen pendidikan. Dalam proses perencanaan dan manajemen yang berdasarcar. prinsip-prinsip demokratis dan peningkatan mutu pendidikan, maka proses perencanaan akan dititik beratkan berdasarkan manajemen sumber-sumber pendidikan. Iniiah proses perencanaan dan manajemen pendidikan yang humanistik yang» menjadi manusia Indonesia, sebagai titik tolaknya. Demokrasi pendidikan pada dasamya dapat dilihat dalam dua sudut pandang, pertama, demokrasi secara horisontal, bahwa setiap anak harus mendapat kesempatan yang sama untuk menikniati pendidikan di sekolah. Di Indonesia hal ini jelas sekali tercermin pada UIJD 1945 pasal 31 ayat 1 yaitu tiap-tiap warga negara mendapat pengajaran. Kedua demokrasi secara vertikal, bahwa setiap anak mendapatkan kesempatan yang sama untuk mencapai tingkat pendidikan sekolah setinggi-tingginya, sesuai dengan kemampuannya. Dengan aemikian demokratisasi pendidikan merupakan upaya yang memungkinkan warga negara memperoleh layanan pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kemajuan zaman. Karena dengan pendidikan, akan menambah dan mengembangkan potensi yang telah ada pada anak secara

31 c 22 optimal, sehingga ia mampu melaksanakan tugas-tugas sebagai khalifah di muka bumi dalam rangka memakmurkan kehidupan di muka bumi., Dalam A1 Qur'an Allah berfirman : Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang heriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Al Mujadilah : I l f Berdasarkan pemaparan ayat di atas terlihat betapa Al Qur'an telah mengingatkan setiap muslim dalam mendidik anak agar senantiasa memperhatikan aspek iman dan moral agama sebagai landasan sikap dan perilaku serta aspek ilmu dan teknologi secara seimbang, tanpa membedakan laki-laki atau perempuan.8 Demokrasi di sekolah dan dalam masyarakat harus didukung secara berkelanjutan agar pendidikan nasional dapat diselenggaakan secara demokratis untuk semua warga fr^gara Indonesia. Maka, pemerintah tidak boleh mengcsampingkan antara sekolah negeri dengan sekolah swasta, atau antara pendidikan di pusat kota dengan pendidikan di pelosok desa. Pelaksanaan pendidikan harus mengikuti tuntutan lokal, nasional maupun transnasional, sehingga pendidikan nasional dapat menuju kepada kemandirian, keunggulan untuk meraih kemajuan dan kemakmuran berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam Paneasila. ' Yayasan Penyelenggara Penteijemah/Pentafsir A1 Qur'an, Al Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta, 1971, him Fuaduddin TM, op. cit, him. 17

32 23 Terlaksananya demokrasi dalam pendidikan guru dan murid, merupakan subjek utama bagi proses demokratisasi, pendidikan di sekolah. karena sekolah sebagai sarana dalam mengembangkan sika,p demokrasi, maka kebebasan berbicara, kebebasan mengungkapkan gagasan, kemampuan hidup bersama dan keterlibatan sisv/a dalam berbagai kegiatna perlu diperhatikan oleh sekolah (terutama sekali dengan diberlakunya Undang-undang Sistem pendidikan Nasional pasal 13 ayat 1 yr.ng memberikan kebebasan mendapatkan pendidikan agama kepada setiap peserta didik sesuai dengan agama yang dianut dan diajarkan oleh pendidik yang seagama). Tidak dapat diingkari bahwa mewujudkan sekolah demokratis tidaklah mudah. Ada beberapa alasan tentang sulitnya membangun sistem demokrasi di sekolah. Pertama, filsafat dan anggapan dasar pendidikan yang masih menganggap anak didik sebagai tabularasa, yaitu kertas kosong yang hams diisi oleh pendidik. Kedua, metode pengajaran yang masih tertumpu pada konsep banking system. Ketiga, bahan pelajaran yang masih banyak berasal dari buku atau beberapa praktikum bidar.g sains, kurang menggali dari persoalan masvarakat. Keempat, sikap guru yang indoktrinatif. Kelirna suasana sekolah yang multikultural. Keenam, kurikulum ditentukan oleh pemenntah pusat yang tidak memungkinkan siswa, gum, sekolah, orang tua dan masyarakat untuk membicarakannya. Ketujuh, kegiatan be1ajar siswa yang berpusat di lingkungan sekolah, tidak memanfaatkan masyarakat di luar sekolah sebagai tempat belajar anak didik.9 1 9Firdaus M. Yusuf, op. cit, him. 95

33 24 Pendidikan demokratis pada dasarnya su< ah merjadi keniscayaan yang harus disikapi secara positif oleh semua kompoi ten yang terlibat di dalamnya, terutama pemerintah, para pakar pendidikan dan semua unsur yang mengandung terlaksananya pendidikan. ICarena bagaimanapun sebagai sebuah sistem, pendidikan harus melibatkan semua pihak. Dengan demikian, penoidikan demokratis aka.i melahirkan geneasi masa depan yang cerdas. Di sini perlu dipahami bahwa pendidikan demokrasi tidak terpaku pada pola tertentu, dalam pengertian bahwa prinsip deinc krasi perlu ditanamkan sedini mungkin, seperti kebebasan berdialog, membangun tradisi ilmiah. Tanpa memperhatikan unsur-unsur tersebut jangan harap bahwa institusi pendidikan bisa menghasilkan generasi yang mandiri, cerdas dan demokratis. C. ivondisi Sekolah di Indonesia > Salah satu tujuan negara yang diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Para pendiri negara memahamt betul, untuk bisa mewujudkan cita-cita tersebut pendidikan menjadi prioritas utama. Namun, sektor pendidikan yang merupakan a I at untuk mencapai cita-cita itu saat ini terus mengalami keterpurukan. Berbagai tnasalah yang bermunculan terus rnenggerogoti, mulai dari bangunan sekolah yang kondisinya menyedihkan hingga permasalahan yang sifatnya akademis seperti kurikulum. Lebih parah lagi, beragam permasalahan itu cenderung dibiarkan.10 f l0h. A.R. Tilar, Mendagangkan Sekolah, Studi Kebijakan Manajemen llerbasis Sekolah di DKI Jakarta, Indonesia Corruption Watch, Jakarta, 2004, him. 3

34 Mengumpulnya pennasalahan pendidikan, dari pendanaan, besarnya campur tangan pemerintah hingga ketidak jelasan tujuan, sangat besar pengaruhnya terhadap sekolah. sekolah yang seharusnya menjadi alat untuk mencerdaskan, memben keterampilan, bahkim untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, tidak lebih dari tempat indoktrinasi. Sekolah hanya menjadi pewarisan dan pelestarian nilai-nilai resmi yang sedang berlaku dan direstui oleh pemerintah. Tak aneh jika terjadi penyeragaman mulai dari pakaian > hingga mata pelajaran. Di sisi lain, selain kondisi bangunan dan alat penunjang kegiatan belajar mengajar yang tidak layak, mutu kepala sekolah dan guru pun tergolong buruk. Pada tingkat SD misalnya, menurut Direktur Tenaga Kependidikan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Depdiknas, 50 persen guru di Indonesia tidak memenuhi standar kualifikasi untuk mengajar sebagaimana yang dipersyaratkan oleh pemerintah." serta ketersediaan buku pelajaran di sekolah tak kalah buruk, prosentasenya cuma sebanyak 20 persen. Artinya, satu set buku digunakan untuk lima siswa sehingga dalam penggunaannya akan sangat menyulitkan siswa. Selain itu, pemerintah sendiri sebenamya telah memprogramkan ketersediaan satu buku (teks wajib) untuk satu siswa. Masalah drop out lebih parah iagi. Ratusan ribu anak mesti bergulat di jalan karena tak mampu melanjutkan sekolah. Poda tahun 2000/2001, dari sekitar 25 juta siswa SD, 670 ribu putus sekolah. selain itu dari angka tersebut

35 26 hanya 72,12 persen yang mampu melanjutkan ke jenjang sekolah lanjutan. Beidasarkan penyelidikan tentang anak-anak putus sekolah yang hasilnya dilaporkan oleh UNESCO antara lain menyimpulkan bahvva putus sekolah > lebih banyak terjadi pada sekolah-sekolah di desa dari pada di kota. Faktor utama yang menvebabkan anak putus sekolah adalah kemiskinan atau ketidak mampuan orang tua untuk membiayai anak-anakr.ya.12 Yang dimaksud dengan putus sekolah adalah anak tidak dapat menamatkan pendidikan formal yang diikutinyai di sekolah. ataupun tidak dapat menikmati pendidikan formal dalam waktu yang lama. Dari gambaian ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak yang putus sekolah maupun yang tidak berkesempatari belajar di sekolah tejradi di daerah pedesaan karena kemiskinan orang tua. Tetapi ada ' yang berasumsi bahwa keadaan anak usia sekolah yang tidak tertampung atuapun yang putus sekolah terdapat juga di DKI Jakarta. Alasannya, dari f p^nduduk kota Jakarta yang beijumlah 5 juta orang sebagiannya adalah golongan yang berpenghasilan rendah. Pada umumnya golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah di Jakarta bertempat tinggal di daerah perkampungan ataupun di daerah pinggiran kota. Laporan pemerintah DKI Jakarta menunjukkan bahwa dewasa ini di ibu kota masih terdapat paf ng sedikit dari rumah tangga tidak mampu, yang belum berkesempatan ^ untuk belajar pada sekolah-sekolah formal. '\Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers, Kemiskinan don Kebutuhan Pokok, CV Rajawali, Jakarta, 1982, him. 297

36 s 27 Sebenamya bantuan untuk pendidikan memang jumlahnya cukup besar, apalagi terdapai andil berbagai lembaga intemasional. Cotitohnya, seperti bantuan dari International Bank for Reconstruction and Development I (IBRD) yang memberikan bantuan operasional terhadap sejumlah lembaga pendidikan. Hal yang sama dilakukan oleh pemerintah Belanda, yang memberikan hibah untuk membangun sekolah-sekolah yang hancurkarena kerusuhan. Ini belum terhitung bantuan dari berbagai perusahaan besar yang mengucurkan dana pada sejumlah sekolah maupun siswa yang tidak mampu. Seperti halnya yang dilakukan Perusahaan Penerbangan Singapura Airlines f (S A), yang memberikan bantuan biaya pendidikan sebesar Rp. 10 milyar bagi pelajar Indonesia di tingkat SD, SLTP, SLTA hingga perguruan tinggi. Dana itu dibagi untuk masa 7 tahun dan dialokasikan pada pelajar. Tapi bagaimana dampak bantuan-bantuan itu? Apakah bantuan ini memang mengangkat banyak orang miskin sehingga mampu menikmati pendidikan? Atau bantuan ini tclah berhasil mendirikan sekolah yang kokoh, baik dalam ^ bantunan maupun metodologi pengajaran? Semua harapan ini jauh dari maksud semula. Sekolah nyatanya masih belum bisa menjangkau kebutuhan riil mayoritas warga miskin.1 Anehnya ketergantungan masyarakat terhadap sekolah semakin bertambah. Padahal sekolah bukan satu-satunya institusi tempat peserta didik belajar. Karena ada dua tempat lainnya yang juga memiliki fungsi sama yaitu keluarga dan lingkungan. Namun prakteknya, hanya sekolah yang direpresentasikan sebagai tempat berlangsungya pendidikan. Bahkan, him. 18 Eko Prasetyo, Orang Miskin DUarang Sekolah, Resist Book, Yogyakarta, 2004,

37 28 masyarakat yang menganggap telah menyelesaikan kewajiban mendidik setelah menyekolahkan anaknya. Kewajibannya dianggap tinggal menyelesaikan urusan admird strati f atau fmansial dengan sekolah.14 Sekolah dianggap sebagai tempat ajaib yang mampu memproduksi ; mmnusia super. Posisinya ditemptkan hampir setara dengan agama. Anak yang tidak sekolah dianggap sama dengan orang yang tidak beragama, yang kelak akan hidup sengsara. Apalagi di era yang serba formalistik seperti sekarang, tuntutan dunia keija lebih memprioritaskan mereka yang secara formal mengenyam kursi sekolah. semakin tinggi jenjang yang ditempuh sernakin tinggi pula posisi yang ditawarkan. Hampir semua orang di negeri ini berpikiran bahwa belajar itu sekolah. orang dikatakan sedang belajar, ya pada saat bersekolah. Selain di sekolah, dikatakan belum belajar. Makanya orang menyebut kaum terpelajar itu, ya mereka yang pemah memkmati bangku sekolah. Tingginya permintaan pada sekolah membuat nilai jual institusi ini semakin mahal. Walau pemerintah menggulirkan program wajib belajar sembilan tahun yang mestinya diiringl dengan pembebasan biaya sekolah minimal pada tingkat SLTPN, kenyataannya biaya sekolah semakin berlambah mahal. Pada akhimya sekolah diposisikan sebagai komoditi bagi para pelaksananya untuk mengeruk kentungan sebesar-bcsarnya. Sebagai komoditi, mereka yang bisa memberi uang banyak akan mendapat pelayanan ijrbaik, sedangkan mereka yang tidak memiliki uang, jangan berharap bisa kolah. ) 14H.A.R. Tilar, op. cit, him. IS

38 c Disisi lain, pihak sekolah tidak mau kompromi bila orang tua siswa belum mampu memenuhi kewajibannya. Biasanya sangsi ditimpakan pada siswa, misalnya, dengan cara mengucilkan atau menegur di depan kelas. Tapi cara yang paling umum dipakai adalah dengan menahan hak-hak siswa, seperti y rapat atau ijazah. Walaupun menganggap sekolah penting tapi karena biaya sangat mahal, orang tua siswa berpikir dua kali untuk inelanjutkan sekolah anaknya. Mereka menganggap semakin tinggi level pendidikan semakin besar biaya yang harus ditanggung sehingga lebih memilih nendorong anaknya untuk bekerja atau kawin.13 Lain ada lagi sementara dalam masyarakat yang beranggapan bahwa yang paling penting ialah sekolah. jenis sekolah tidak menjaai soal. Pokoknya mereka atau anak mereka bisa masuk sekolah. belajar di sekolah atau lembaga pendidikan tinggi yang kurang sesuai dengan mmat dan bakat anak dipandang rnasih lebih baik daripada belajar pada suatu ki rsus atau lembaga pendidikan non-formal lainnya, sekalipun program pendidikan di lembaga terakbir ini mungkin lebih sesuai dengan minat dan bakat sang siswa. Karena jumlah golongan yang berpendirian sepeitf ini cukup besar. maka tumbuhlah dengan ama> pesatnya dalam masyarakat kita lembaga-lembaga pendidikan formal yang tidak cukup memperhatikan kebutuhan khusus masyarakat yang cilayaninya. Mereka menyajikan program-program standar yang sudah ada tanpa pemah memikirkan, apakah program-program tadi masih sesuai dengan "ibid., him. 95

39 '3 0 kebutuhan nyata yang ada. Hasilnya ialah orang-orar.g yang tamat sekolah, berijazah, tetapi tidak memahami masalah zaman.16 Sebenarnya dimanapun negara yang pendidikannya maju, tidak ada pendidikan yang murah. Pendidikan itu mahal. Dulu maupun sekarang, tugas pendidikan tetap saja sania. Mencerdaskan dan inendewasakan anak didik. Dulu maupun sekarang tugas pejabat pendidikan sama, membuat pendidikan murah dan bila menampung semua vvarga. Negara ini bisa merdeka jika rakyat makin dapat akses dan kesempatan yang sama. Terutama kesempatan untuk menikmati pendidikan. Tepat jika kemudien mereka mendcrong agar pendidikan itu bisa murah. Apa keistimewaan pendidikan yang murah. Ada banyak jika mau disebutkan, diantaranya pendidikan murah dapat membikin banyak orang bergembira. Perasaan senang ini merupakan tugas utama sekolah sebab dengan kegembiraan dapat merigerjakan apa saja. Orang tua adalah pihak yang paling diuntungkan andai kata pendidikan itu murah. Masak tiap tahun ajaran baru, ada banyak penduduk negeri ini yang mengeluh soal biaya sekolah. yang mahal, yang tidak transparan hingga cemas kalau nanti dikorup. Agak menggelikan jika pendidikan kemudian mensejajarkan diri dengan bisnis real estate yang selalu saja mengalami keraikan seiring dengan harga tanah yang membumbung. Pendidikan itu adalah kebutuhan yang membikin seseorang disebut sebagai makhluk berakal. Karenanya pendidikan adalah kebutuhan pokok dan primer. Jika bangsaini memangpunyatujuan untuk melindungi rakyat maka pendidikan murah adalah bukti keberadaan negara. Tetapi jika pendidikan mahal maka tidal: saja negara menghina rakyat 16Mochtar Buchori, Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia, PT. Tiara Wacana, Yogyakarta, 1994, him. 18

40 31 tetapi juga mcnganiaya rakyatnya seniri. Yang selanjutnya pendidikan murah juga menggalang kepedulian masyarakat pada soal pendidikan. Masyarakat tidak bisa tidak akan memiliki kepedulian dengan pendidikan yang murah. Kepedulian yang bisa berwujud banyak aktivias. akan tetapi yang paling penting, kepedulian ini dipacu oleh keikut oertaan banyak pihak dalam lembaga pendidikan. Murah karenanya mcmerlukan uluran bantuan, sokongan, dan kebijakan dari berbagai pihak. Dengan ongkos yang murah maka kualitas bisa ditingkatkan jika ada kebijakan maupun dukungan pihakpihak di luar sekolah. selair itu pendidikan murah akan mengakhiri pengangguran. Sebab sekolah akan dinikmati oleh semua penduduk usia p.oduktif, Bersamaan dengan pendidikan murah maka sekolah dibuka pada semua jalur dan ini membikin pendidikan akan memiliki pengetahuan yang jauh lebih baik. Pendidikan akan mengakibatkan tampilnya generasi yang jauh lebih cerdas dan ini sekaligus akan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Merekalah yang akan mampu memasuki dunia kerja, tidak sebatas sebagai tenaga buruh tetapi juga tenaga ahli yang iviumpuni. Kuba rnerupakan contoh bagaimana pemerintah yang menggratiskan sekolah pada akhimya akan memperoleh kualitas penduduk yang jauh lebih baik. Malaysia juga rnerupakan contoh dari bagaimana pendidikan lebih diutamakan dan penduduk kini secara kualitas jauh di atas Indonesia. Kalau mau disebutkan tentu ada banyak hikmah dan keuntungan jika pendidikan itu murah. Catatan tebal yang hams digoreskan saat ini adalah bagaimana mengubah dan menyulap pikiran komersiil pada sejumlah orang yang mengelola pendidikan. Kita tidak hanya butuh pengorbanan gum, yang

41 32 digaji rendah tapi tetap mau mengajar. Kita tidak hanya butuh murid nekad, yang meskipun orang tuanya miskin tetapi tetap beijuang untuk sekolah. kita tidak hanya butuh orang tua pemctfrani, meski dibebani biaya mahal tapi tetap meinaklumi. Akan tetapi yang kita perlukan saat ini adalah pejabat yang bemyali, berotak encer, dengan sikap keberpihakan yang lugas. Pejabat pendidikan yang bukan ikut kemana arah kebijakan tetapi pejabat yang memiliki keberanian untuk tahu kalau pendidikan adalah solusi penting untuk menyelesaikan banyak soal yang menimpa bangsa ini. Pejabat itu bisa menteri, kalangan parlemen, kalangan Diknas dan bahkan mungkin presiden. Kepada merekalah tanggung jawab jawab dan mandat utama untu < urusan 17 ^ pendidikan. Merosotnya kualitas pendidikan tak bisa dipisahkan dari kebijakan negara pada sektor pendidikan. Menyamakan lembaga pendidikan dengan lembaga keuangan jelas merupakan keputusan yang keliru. Literalisasi pendidikan pada hakekatnya telah memasung akses siswa yang tidak mampu l untuk menikmati sekolah. Padahal sejak bangsa ini ditimpa krisis jumlah mereka yang berada d' garis kemiskinan makin membumbung. Apalagi pemerintah juga kian sering mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang anti orang miskin, seperti kebijakan penggusuran. Karenanya ada kebutuhan untuk melakukan perombakan pada kebijakan yang menyangkut pendidikan dan ini bisa dikerjakan jika pemenntah juga mengeluarkan kebijakan yang berpihak C pada kaum miskin. 17Eko Prasetyo, op. c it, him. 214 Y

42 33 Komersialisasi pendidikan mutlak hams dihentikan karena hanya memunculkan sekelompok orang yang menggu lakan pendidikan sebagai alat untuk mendapatkan keuntungan. Dengan pendidikan yang berorientasi populis maka persoalan menyangkut akses bisa disclesaikan secara berangsur-angsur. Akan tetapi jika pendidikan hanya diserahkan urusannya pada segelintir orang yang bermotif laba, musibah pasti muncul : pendidikan kian mengasingkan > diri dari kebutuhan riil rakyat. Karenanya ada kebutuhan besar untuk memmuskan ideologi pendidikan yang tidak berhamba pada laba. Jika pendidikan memberikan jaminan pada pembeiian biaya yang murah dan ini ditunjukkan dari kebijakan negara, raaka pendidikan akan dapat tnenampung warga miskin yang jumlahnya terns membumbung. Pengentasan kemiskinan I tak bisa diselesaikan dengan kebijakan ekonomi semata tetapi juga melalui keputusan untuk membiku pendidikan menjadi kian murah. C

43 BAB III DESKRIPSI PENDIDIKAN ANAK ORANG MISKIN DI DESA KARANG KEPOH A. Latar Belakang Pendidikan Anak Orang Miskin di Desa Karang Kepoh i Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merup'akan kebutuhan mutlak yang hams dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok mrnusia dapat hidup berkembang sejaian dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan mereka. ) Semakin tinggi cita-cita manusia semakin menuntut kepada peningkatan mutu pendidikan sebagai sarana mencapai cita-cita tersebut. akan tetapi di balik itu, karena semakin tinggi cita-cita yang hendak diraih, maka semakin kompleks jiwa manusia itu, karena didorong oleh tuntutan hidup (rising demands) yang meningkat pula. Itulah sebabnya pendidikan beserta lembaga-lembaganya hams menjalani cermin dari cita-cita kelompok manusia C di satu pihak dan pada waktu bersamaan, pendidikan sekaligus menjadi lembaga yang mampu mengubah dan meningkatkan cita-cita hidup kelompok manusia sehingga tidak terbeiakang dan statis. Untuk memajukan kehidupan mereka itulah, maka pendidikan menjadi > sarana utama yang perlu dikelola, secara sistematis dan konsisten beidasarkan berbagai pandangan teoretikal dan praktikal sepanjang waktu sesuai dengan lingkungan hidup manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk yang dinamis, 34

44 35 dan bercita-cita ingin meraih kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam arti > yang luas, baik labiriah maupun batiniah, duniawi dan ukhrawi. Namun cita- cita demikian tak mungkin dicapai jika manusia itu sendiri tidak berusaha keras meningkatkan kemampuannya seoptimal mungkin melalui proses pendidikan. Karena proses kependidikan adalah suatu kegiatan secara bertahap beidasarkan pen ncanaan yang matang untuk mencapai tujuan atau cita-cita tersebut. Di sisi lain masalah kemiskinan sekarang ini masih nieiupakan penyakit kronis, terutama di negara-negara berkembang. Di Indonesia, masalah kemiskinan telah tcrasa sejak jaman kolonial Belanda. Pemerintah kolonial pada waktu itu menyadari bahwa dari waktu ke waktu masyarakat pqdesaan terutama di Jawa, menjadi semakin miskin. Kesejahteraan masyarakat pedesaan semakin rendah. Pemilikan tanah semakin menyempit sementara penduduk bertambah dengan cepat. Kemiskinan pada dasamya dapat di'oedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan kronis (chronic poverty) atau kemiskinan struktrual yang teijadi terus menerus dan kemiskinan sementara (transient peoverty) yang ditandai dengan menurunnya pendapatan masyarakat secara sementara sebagai akibat dari perubahan siklus ekonomi dari kondisi normal menjadi kondisi krisis dan bencana alam. Masyarakat miskin umumnya lemah dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti pangan dan gizi pendidikan dan kesehatan,» kemampuan berusaha dan mempunyai akses yang terbatas kepada kegiatan sosial ekonomi sehingga menumbuhkan perilaku miskin.

45 36 Dengan semakin bertambahnya junilah penduduk khususnya di Desa Karang Kepoh tentu saja dapat menimbulkan berbagai masalah sosial, diantaranya akan terjadi perlombaan dan saingan dalam menggunakan fasilitas dan jasa yang tersedia seperti pendidikan, pelayanan kesehatan dan fasilitas lainnya. Pada umumnya golongan kaya lebih unggul daripada golongan masyarakat berpenghasilan rendah dalam menggunakan fasilitas yang tersedia. Sehingga dapat menimbulkan keresahan bagi golongan yang tidak mampu elconominya. Dalam bidang pendidikan pun, pada setiap tahun ajaran baru sering timbul keresahan orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya. Diantara masalah-masalah yang menimbulkan keresahan orang tua pada tiap tahun ajaran baru a dal ah : 1. Adanya keresahan orang tua kalau anaknya tidak mendapat tempat di sekolah. 2. Adanya keresaham orang tua kalau anaknya tidak diterima pada sekolah pilihannya. 3. Adanya kecurigaan orang tua kalau terjadi tindakap yang melanggar peraturan, seperti adanya pungutan-pungutan yang dilakukan oleh guru sekolah sehingga menambah beban orang tua. 4. Adanya keresahan orang tua kalau anaknya tidak dapat meneruskan sekolahnya kalau putus sekolah karena biaya pendidikan yang begitu mahal.

46 37 Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa yang melatar belakangi pendidikan anak orang miskin di Desa Karang Kepoh, diantaranya sebagai berikut: r 1 ^ Keadaan Ekonomi Keluarga Keadaan ekonomi keluarga memang cukup dominan dalam memberikan kontribusi terhadap belajar anak secara ekstemal sosial memberi konsekuensi tidak terpenuhinya keperluan kebutuhan pendidikan secara maksimal. Secara internal psikologi memberikan dampak kur,ang maksimalnya pengembangan potensi, karena adanya dualisme pemikiran ^ antara belajar dan bekeija untuk mengurangi beban orang tuanya. Memang tidaklah semua, namun hal yang luar biasa pada hal yang demikian ini hanyalah sebagian kecil yang memang mempunyai motivasi yang kuat dari dirinya dan dukungan dari orang tua. Kemampuan dalam memberikan sarana dan memenuhi kebutuhan belajar anak, orang tua atau keluarga pada akhimya akan tersudut pada kemampuan mengantarkan anak pada jenjang sekolah. Memberikan kebutuhan akan seragam, memberikan peialatan tubs dan biaya-biaya kegiatan yang lain misal untuk mengikuti kegiatan ekstra yang juga memerlukan biaya ekstra. Pada suatu titik tertentu setelah merasakan begitu beratnya mencari biaya bagi anak pada jenjang tertentu, maika timbullah gambaran dan bayangan akan berat dan tingginya biaya yang akan diperlukan bagi penyelenggaraan sekolah pada jenjang yang lebih tinggi. Terlalu banyak anak yang tidak dapat melanjutkan sekolah karena terbentur pada biaya, dan banyak anak yang telah terputus motivasi )

47 38 belajamya karena terlalu berat dan susahnya memperoleh sarana yang diperlukan bagi kelanjutan sekolah. Tidak jarang ditemukan anak-anak usia sekolah yang harus atau dengan terpaksa ikut bekeija mencari nafkah, dan masih banyak lagi sektor-sektor riil yang lain yang mampu mengidentifikasikan akan hubungan antara kekayaan dengan kesempatan memperoleh pendidikan adalah sangat erat Hal inilah kadang-kadang dengan sendirinya menimbulkan kepasrahan atas keadaan, himpitan ekonomi dengan disusul melonjaknya harga-harga kebutuhan hidup telah memaksa untuk melakukan prioritas kebutuhan yang lebih dari hal yang dapat dipandang untuk melanjutkan nafas-nafas hidupnya. Pandangan yang sudah cenderung terdeterminis itu maka motivasi yang berhasil ditunjukkan akan mencapai titik yang tidak akan maksimal dikarenakan adanya tuntutan dan bayangan yang sudah cenderung membebani, meskipun hal yang ditakuti itu belumlah nyata dan dirasakan. Motivasi dari keluarga sangatlah besar peranannya. Karena faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dal am belajar. Dalam hal ini sekolah juga memegang wewenang dan berhak pada pendidikan formal anak. Sekolah harus mampu memberikan motivasi belajar yang lebih tinggi terhadap semua siswa sehingga kompetisi berprestasi terjadi diantara siswa. Hal tersebut akan memberikan bantuan bagi keluarga yang memberikan motivasi belajar terhadap anaknya. Di sinilah terjadi

48 Y 39 kerjasama di dalam mendidik anak. Sekolah mcnumbuhkan motivasi belajar formal pada anak, dalam arti mendorong prestasi terhadap pelajaran-pelajaran di sekolah. Keluarga disamping memberikan motivasi bidang informil juga harus memenuhi dan mencukupi semua sarana dan prasarana terhadap kebutuhan belajar anak. 2. Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk Desa Karang Kepoh mayoritas petani dan buruh tani, untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut: TABELI MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DESA KARANG KEPOH No Mata Pencaharian Jumlah 1 Petani tersendiri orang - Petani pemilik tanah Petani penggarap tanah Buruh tani Pengrajin/industri kecil 40 orang 3 Buruh Industri 70 orang 4 Pengakutan 3 orang 5 Buruh bangunan 150 orang 6 PNS 33 orang 7 TNI 1 orang 8 POLRI 2 orang 9 Pensiunan 30 orang 10 Petemak 936 orang Pada1dasamya akti vitas orang tua bekerja bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Namun dengan peran orang tua yang

49 40 berpenghasilan masih rendah, mereka teiap berusaha supaya anaknya mendapat pelayanan pendidikan, bahkan a da orang tua yang tak seganscgan, dengan meminjam uang kesana-kemari untuk biaya sekolah. Bagainianapun, ada pandangan yang terlanjur menjadi takdir bahwa pendidikan adalah tangga uri?qk naik ke kelas sosial yang lebih baik. Kebutuhan untuk sekolah seperti keperluan untuk makan dan minum. Tiap tahun ajaran barn, dengan segenap daya upaya, para orang tua menyingsingkan lengan untuk mencari biaya agar anaknya bisa sekolah. Terdapat banyak kisah yang mengharukan bagaimana keija keras orang tua yang ingin memenuhi kebutuhan pendidikan. Tiap orang tua menyimpang kisah yang menakjubkan bagaimana mengentaskan anaknya agar menjadi orang berhasil melalui sekolah. 3. Pendidikan Orang tua Masih Rendah Tingkat pendidikan para orang tua di desa karang kepoh pada umumnya masih rendah. Ini dapat dilihat pada tabel berikut. TABEL II JUMLAH PENDUDUK MENURUT PENDIDIKAN No Jenis Pendidikan Jumlah 1 Belum sekolah 236 orang 2 Tidak tanat SD! 650 orang 3 Tamat SD/sederajat 52 orang 4 Tamat SLTP/sederajat 140 orang 5 Tamat SLTA/sederajat 259 orang 6 Tamat Akademi/Sederajat 15 orang 7 Tamat perguruan tinggi/sederajat 35 orang 8 Beta huruf 74 orang

50 41 Dengan pendidikan yang masih rendah, namun para orang tua berfikir agar anaknya dapat menikinati pendidikan, mereka berpandangan > bahwa anaknya bisa memperoleh pendidikan. Karena selania seseorang betnl-betul ingin belajar, betul-betul mendapatkar. pendidikan, maka kesempatan untuk keperluan ini selalu dapat diperoleh. Kalau tidak lewat sekolah, ya lewat kesempatan-kesempatan lain, kursus-kursus, kelompok belajar, mengikuti acara-acara ceramah dan diskusi. Karena orang tua merupakan pendidikan serta penentu kehidupan anak pertama kali, maxa dapat dilihat betapa pentingnva peranan orang tua dalam pendidikan anak. Maka semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, akan semakin meningkatkan kesadaran orang tua terhadap tanggung jawabnya sebagai orang tua untuk mendidik anak, tetapi apabila tingkat, pen oorang tua maka kesadaran orang tua untuk mendidik anaknya juga rendah. Jadi pendidikan orang tua pun sangat mempengaruhi pendidikan anaknya. B. Kondisi Pendidikan Anak Orang Miskin di Desa Karang Kepoh Berdasarkan latar belakang pendidikan anak orang miskin yang telah diuraikan, pada akhir dan awal iahun ajaran menunjukkan bahwa faktor sosial ekonomi memang cukup menentukan sebagai penyebab utama putus sekolah dan mengecilnya arus siswa memasuki sekolah yang lebih tinggi. Biaya dan harga sosial yang harus dibayar oleh para orang tua untuk menyekolahkan anaknya memang sangat besar. Keinginan membayur harga yang setingginya

51 42 untuk menyekolahkan anaknya itu cukup kuat. Walaupun disadari pula bahwa kesudahan pendidikan anaknya itu kadang-kadang tidak inenentu. Banyaknya biaya yang dibebankan kepada orang tua murid, mereka kerap mengorbankan kebutuhan primer lainnya seperti makan, baik kualitas maupun kuantitasnya untuk memenuhi biaya sekolah. Ada beberapa aneka potongan yang dibebankan oleh sekolah seperti biaya ujian, bangunan sekolah, ' seragam sekolah, seragani olah raga, wisata belajar {study tour), kegiatan ekstrakurikuler, daftar ulang, raport siswa, dan lain-lain. f ( Dengan demikian kesempatan yang tersedia untuk mendapatkan pendidikan lebih lama hanya diikuti oleh siswa-siswa yang berasal dari golongan ekonomi yang lebih baik. Mereka yang menganggap semakin tinggi level pendidikan semakin besar biaya yang harus ditanggang. Kendala keterbatasan ekonomi memang merupakan hambatan klasik dalam pendidikan. Tidak sedikit orang tua yang masih bergelut dengan susahnya memenuhi kebutuhan primer (makan, pakaian dan perumahan). Dengan masalah lemahnya ekonomi, anak tidak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang yang tinggi. Karena anak usia sekolah terpaksa dituntut untuk membantu orang tua mencari nafkah. > Dengan keadaan ekonomi yang masih berpenghasilan rendah, maka pendidikan anak orang miskin belum bisa dipenuhi secara maksimal. Para orang tua untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya masih cukup minim. Sehingga anaknya tidak mendapaikan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dalam pendidikan. Masih banyak anak orang miskin yang

52 43 kondisinya memperihatinkan, mereka bersekolah dengan penampilan apa adanya, ket ersediaan buku pelajaran tak kalah buruk, biaya pendidikan mereka teijadi penunggakan, apaiagi uang saku mereka tidak mendapatkan sama sekali. C Termasuk seragam sekolaht idak bisa menikmati yang barn, mereka memakai seragam bekas dari kakak-kakak mereka atau dari tetangga. Cara berpakaian mereka sangat sederhana. Selain itu peralatan sekolahpun masih belum lengkap, bahkan alat tulispun kadang hanya memiliki beberapa saja. Permasalahan dalam pendidikan ibarat benang kusut, sulit dicari ujung pangkalnya. Banyak yang menganggap minimnya dana sebagai permasalahan utama. Jika menganalogikan pendidikan sebagai kendaraan roda dua, anggaran adalah bensinnya, peijalanan membangun pendidikan sangat jauh; sedangkan anggaran yang disediakan terlalu sedikit. Dengan anggaran pendidikan yang masih sedikit dan keadaan ekonomi yang cukup, maka fasilitas belajar belum bisa terpenuhi seperti ruang belajar, meja kursi, penerangan, alat-alat tubs, buku-buku yang dibutuhkan anak. Padahal kelengkapan sarana belajar itu sangat penting, karena dengan sarana belajar yang lengkap akan menunjang konscntrasi siswa dalam belajar, sehingga hasil belajar yang diinginkan akan tercapai. Pendidikan anak orang miskin di Desa Karang Kepoh masih cukup tergolong mempnhatinkan. Dengan^. enghasi lan orang tua yang masih rendah, mereka tidak bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, rata-

53 44 rata hanya sampai tamat SD dan tamat SMP, itupun orang tua sudah berusaha semaksimal mugkin untuk memenuhi kebutuhan sekolah anaknya. Oleh karena itu anak-anak miskin di Desa Karang Kepoh yang melanjutkan pendidikan lebih tinggi tidak terlalu banyak. Semua ini merupakan pertanda dan akibat meningkatnya kebutuiian akan pendidikan formal yang belum seimbang dengan kesempatan yang ada. Sehingga pendidikan formal merupakan suatu kebutuhan yang mahal. Maka anak-anak orang miskin tidak bisa mendapat kesempatan untuk menikmati pendidikan di sekolah dalam waktu yang agak lama. Walaupun anak-anak orang miskin bisa bersekolah, itupun dengan mendapatkan sekolah yang biasa bukan sekolah yang favorit dan harus membuat atau meminta surat keterangan miskin atau tidak mampu dari kelurahan, tapi walaupun sudah ada surat keterangan dari keluarahan <ian anak bisa bersekolah namun anak belum bisa mendapatkan atau memperoleh kelengkapan dalam bersekolah, seperti alat-alat tulis, buku-buku pelajaran, seragam sekolah dan lain sebagainya. C j

54 BAB IV MODEL ALTERNATE PENDIDIKAN ANAK ORANG MISKIN > D1 DESA KARANG KEPOH Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sa'dar agar manusia dapat mengebangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Untuk itu seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia. Gerakan reformasi secara umum t menufitut diterapkannya prinsip demokrasi, desentralisasi, keadilan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam kehidupan berbangsa dan bemegara. Dalam hubungannya dengan pendidikan, prinsip-prinsip tersebut akan memberikan dampak yang niendasar pada kandungan, proses, dan manajemen sistem pendidikan. v Selain itu, ilmu pengetahuan dan teknologi berkcmbang pesat dan ^ memunculkan tuntutan barn dalam segala aspek kehidupan, termasuk sistem pendidikan, pembaharvan sistem pendidikan nasional dilakukan untuk inemperbaharui visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem.pendidikan sebaga pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk membcrdayakan scmua warga 45

55 47 c. Terbuka dalam proses proses belajar mengajar tidak selalu diselenggarakan di ruang kelas secara tata muka, melainkan dapat juga melalui media seperti radio, kaset, model dan gambar-gambar d. Terbuka dalam keluar masuk sekolah sesuai dengan waktu yang ^ tersedia oleh siswa. e. Terbuka dalam mengelola sekolah-sekolah dikelola oleh pegawai negeri dan orang-orang lain yang diperlukannya, seperti warga dan pimpinan masyarakat, orang tua siswa dari pamong pemerintah setempat. > 2. Jenjang Menengah Melalui Paket B Untuk dalam rar.gka membantu anak-anak yang tidak sepenuhnya dapat mengikuti pendidikan sekolah atau membantu siswa yang tidak melanjutkan ke sekolah negeri, maka mereka memasuki dengan melalui paket B untuk jenjang menengah. Pendidikan menengah diselenggarakan» untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebili lanjut dalam dunia keija atau pendidikan tinggi. 3. Jenjang tinggi melalui ekstensi a*au UT Dalam rangka meningkatkan daya tarn pun g perguruan tinggi maka pemeriniali mendirikan Universitas Terbuka (UT). Dengan adanya UT memberikan kesempa..a lebih bauyak kepada guru-guru yang telah

56 48 bekeija di sekolah untuk meningkatkan kemampuan profesional maupun kualitas formalnya. Dalam kenyataannya, jumlah mahasiswa yang berminat memasuki UT cukup banyak. Karena administrasinya masih dapat dijangkau, dibandingkan universitas negeri. Dengan demikian bagi anak yang tidak mampu atau diterima di universitas negeri, mereka dapat melanjutkan sekolah dengan melalui UT. Sehingga anak-anak mempunyai kesempatan untuk memperoleh pelayanan pendidikan. Bw Bagi anak yang tidak mampu m rianjntkan sekolah sebagai atternatifnya Untuk memberdayakan. mendorong untuk berpartisipasl menegakkan demokrasi. serta meningkatkan rasa percaya dan kemandirian penduduk miskin dalam konteks pendidikan sosial yang dilaksanakan melalui pendidikan non formal, peiiu mendapatkan priori tas utama. Prioritas utama ditempuh guna mengaiasi kebodohan, ketcrbelakangan dam ketertinggalan kefaidupan sosial ekonoeninya. Pendidikan non formal dalam magka pendidikan pendidikan sosial bagi orang miskin sdaku kepala kduarga (individu) dan anggota raasyarakat tidak teriepas dari konsep learning society,; adult education, experience learning*. Semen tara dari sudut ekonomi terbentuk human resources development, and in service training.1 Pendek kata, pendidikan non formal diarahkan untuk pendidikan luar sekolah. kursus 1 T J o fa y a S a p ria e n g L M irv trm i Pem hent m pum d m Pemgemtmmm K rm h k immm. H u m a n io ra Utama Press (H13P)l Bandung. 1997,Hm. 93

57 49 Bagi masyarakat pedesaan, terutama penduduk miskin, pendidikan luar sekolah dan orang dewasa, belajar pengalaman ialah sejenis pendidikan keterampilan pendduuk agar mempunyai akses terhadap penambahan pengalaman hidup dan pengalaman sebagai dasar pendidikan, kesempatan kena, latihan keterampilan dan pemupukan profesi. Selain itu menjadi dasar» bagi perubnhan struktur sosial ekonominya, informasi benipa pengalaman, pengetahuan dan keterampilin yang mexiumbuhkan nilai dan sikap efektif penduduk miskin merupakan dasar bagi aktivitas hidup dan penibahan kehidupan, baik struktur sosial ekonominya. li forraasi berupa pengalaman, pengetahuan dan keterampilan yang menumbt hkan nilai dan sikap efektif penduduk miskin merapdkan dasar bags aktiviias hidup dan perubahan kehidupan, baik struktur sial-ekonomi maupun sosial budaya. Derg in perkataan lain, in formas: memfliki makna penting bagi peningkatan aset sum her days mamrsia yang drbutukan untuk memacu produktivitas keija, kemandirian dan [xrruhahan kehidupan sosial. Tujuaai pendidikan luar sekolah alau keerampilan ini secaia filosofis lehsh menekankan pada praktek daripada teori.. Rarenanya, bagi penduduk miskin manifestasi pendidikan seperti ini akan terasa Hla dilakukan da lam bentuk substansi kereladanan, bimbingan, pernbi naan, penyuhihan praktek, peragaan, dan pclatihan-pelatihan guna mcnumbubkan pengetahuan dan keterampilannya. Asumsi dasarnya ialah bahwa mereka hidup mempunyai hak dan kevajihan guna mcrahah kehidupan kefuarga. pekerjaaru masyarakat dan negaranya.

58 50 Proses pendidikan keterampilan, termasuk pendidikan luar sekolah bagi keterampilan orang dewasa penduduk miskin disesuaikan dengan prinsipprinsip dan tahapan belajar yang ingin dicapai serta metode yang ingin diterapkan. Materi atau substansi pendidikan keterampilan diinformasikan. diperagakan. dipraktekkan dan dicontohkan di hadapan peserta pendidikan keterampilan yang beraneka ragam itu hcndaknya memperhatikan kondisi. tingkat kemampuan, jenis materi yang dibutufakan, dan sarana prasarana sebagai insiraroen pendukung. Matpri yang termuat dalam kunkulum atau program atau kebijakan teknis atau bentuk lainnya, harus rclevan dengan tujuan. metode dan proses yang drtempoh. Begvtu pula pemilihan model pendckatan yang dibutuhkannya. Kegiatan pendidikan keterampilan bendaknya disesuaikan dengan kondisi peserta (misalnya petarri. peugrajm, pedagang, peitukangan dan sebagainya) agar lerstraktur niaupun non struktu melalui pelatihan. bimbingan keterampilan, petnbinaan dan pengarahan oleh fasdita or dari instansi dan dim s fungsional pemertnfahan di wilayabnya. \ Dengan alu-matif-abcmatif yang telah dhnaivan. maka anak orang miskin akan mcmperoleh pendidikan, kaiena mcrcka berbak alas kesempatan yang seluas-luasnya untak mengivuti pendidikan agar memperoleh pengetahuan. kemampuan dan keterampilan. Bagi anak-anak orang miskin, di Desa Karang Kepoh unluk mengemhangkan ketrampilan. mereka mengjkuti kursus-ktirsus seperti kursus compeler. kursus menjahit, kursus bahasa Inggris, dan lain sebagainya- Karena

59 51 dengan biaya administrais yang masih bisa dijangkau dan dengan waktu pendek rata-rata antara 4 bulan sampai 6 bulan sudah bisa mendapatkan sertifikat ketrampilan tersebut. ^ Dengan memiliki ketrampilan tersebut, ini merapakan jalan keluar atau altemadf pendkiikan bagi anak orang miskm di Desa Karang Kepoh.

60 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis menguraikan hasil penelitian, menganalisa, maka penulis menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Pelaksanaan demokratisasi pendidikan di Desa Karang Kepoh khususnya pendidikan anak orang miskin belum dilaksanakan secara optimal. Ini terlihat pada kondisi pendidikan anak orang miskin yang belum terpenuhinya fasilitas-fasilitas pendidikan dan sarana belajar. 2. Konsep demokratisasi pendidikan tentang pendidikan anak orang miskin di Desa Karang Kepoh tidak hanya terbatas pada pemberian kesempatan belajar tetapi juga mencukupi fasilitas pendidikan sesuai jenis dan jenjang pendidikan. 3. Untuk altematif pemecahan dan pengembangan pendidikan anak orang miskin di Desa Karang Kepoh, mengacu pada pendidikan formal dapat melalui paket A dan SMP terbuka untuk jenjang dasar, paket B untuk jenjang menengah, ekstensi atau UT untuk jenjang tinggi, bagi anak didik yang tidak mampu melanjutkan sekolah sebagai altematifnya dengan mengikuti kursus-kursus ketrampilan. 52

61 53 B. Saran Berdasarkan penelitian di atas, penulis perlu kemukakan bahwa : 1. Bagi anak orang miskin jangan putus ada dalam belajar walau kondisi ekonomi orang tua kurang mencukupi. 2. Bagi orang tua hendaknya dengan melihat pentingnya pendidikan untuk mencapai kesuksesan anak-anaknya, maka orang tua haras berasaha untuk mencukupi keperluan belajar anaknya dengan bekerja keras. Sehingga anaknya bisa memperoleh pendidikan 3. Untuk masyarakat, hendaknya masyarakat dan aparatur pemerintahannya ikut menciptakan suasana yang kondusif bagi kelangsungan dan perkembangan pendidikan para pelajar di Desa Karang Kepoh. 4. Pemerintah diharapkan mendukung pelaksanaan pendidikan dalam rangka perluasan, pemerataan kesempatan dalam memperoleh pendidikan khususnya anak orang miskin di Desa Karang Kepoh. C. Penutup Sebagai ungkapan akhir dan keselurahan isi skripsi ini, penulis sangat bersyukur kepada Allah yang telah diijinkan kepada penulis dengan rahmatnya dapat menyelesaikan skripsi ini, tetapi usaha peneliti tidak lepas dari bantuan semua pihak yang telah rela dengan susah payah memberikan bantuannya, maka dari itu peneliti tidak membalas budi jasa dan hanya bisa mendo akan agar amal baik yang telah dicurahkan pada diri peneliti diterima di sisi Allah SWT.

62 54 Selanjutnya peneliti hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih. Namun demikian bagi diri peneliti adalah wajar apabila terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu sudilah memberi kritik dan saran yang sifatnya membangun, ini akan peneliti terima dengan hati terbuka. oleh karena itu sebagai akhir kata semoga skripsi ini yang singkat dan sederhana mendapat ridho dari Allah SWT dan bermanfaat. Amiin

63 i PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BOYOLALI KECAMATAN KARANGGEDE DESA KARANGKEPOH SURAT KETERANGAN Nomor I Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Desa Karangkepoh, menerangkan bahwa: Nama Tempat, Tgl Lahir Universitas/PJ Fakultas Jurusan NIM SITI YULAIKAH Boyolali, 04 Maret 1983 STAIN Salatiga Tarbiyah Pendidikan Agama Islam (PAI) Alamat : Tretes, RT 04/04, Karangkepoh, Karanggede, Boyolali Akan melakukan kegiatan penelitian / research, guna menyusun skipsi yang berjudul DEMOKRAl IS ASI PENDIDIKAN ANALISIS TENTANG FENOMENA PENDIDIKAN ANAK ORANG MISKIN DESA KARANGKEPOH KECAMATAN KARANGGEDE, dari tanggal 26 Januari 2006 sampai dengan 26 Februari 2006 di Desa Karangkepoh, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali. Demikian harap maklum dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

64 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT. Rineka Cipta, Jakarta, Buchori, Mochtar, Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia, PT. Tiara Wacana, Yogyakarta, Departemen dan Kebudayaan, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor, 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, Dzakiri, Muh Hanif dan Paulo Freire, Islam Dan Pembebasan, Djmabatan Jakarta, Fuadudin TM, Pengasuh Anak dalam Keluarga Islam, Lembaga Kajian Agama dan Jender, Jakarta, Ismail SM dan Abdul Mukti, Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta, Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosda Karya Offset, Bandung, Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta, Prasetyo, Eka, Orang Miskin D ilarang Sekolah, Resist Book, Yogyakarta, Rudini, Atas Nama Demokrasi Indonesia, PT. Bayu Indra Grafika, Yogyakarta, Sumardi, Mulyanto dan Hans Dieter Evers, Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok, CV. Rajawali, Jakarta, Supriatna, Tjohya, Birokrasi Pemberdayaan dan Pengentasan Kemiskinan, Humaniora Utama Press (HUP), Bandung, Tilar, H.A.R., Mendagangkan Sekolah Studi Kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah di DKI Jakarta, Indonesia Corruption Watah, Jakarta, 2004.

65 Ubaidillah A., Pendidikan Kewargaan, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, IAIN Jakarta Pers, Jakarta, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir A1 Qur'an, A l Qur an dan Terjemahnya, Jakarta, Yunus, Firdaus M., Pendidikan Berbasis Realitas Sosial, Logung Pustaka, Yogyakarta, Zulfa, H. M., Azas-Azas Metodologi Penelitian, Salatiga, 1996.

66 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nam a < Tempat/Tanggal Lahir. Alamat : Siti Yulaikah : Boyolali, 04 Maret 1983 : Tretes, RT 04/04, Karangkepoh, Kec. Karanggede Kab. Boyolali Pendidikan A : - SD N I Karangkepoh, lulus tahun MTs Ma arif Karang Kepoh, lulus tahun MAN 3 Boyolali, lulus tahun STAIN Salatiga Jurusan Tarbiyah 1 )

STUDI DESKRIPTIF PENDIDIKAN KARAKTER DI PANTI ASUHAN ALHIKMAH POLAMAN MIJEN SEMARANG SKRIPSI

STUDI DESKRIPTIF PENDIDIKAN KARAKTER DI PANTI ASUHAN ALHIKMAH POLAMAN MIJEN SEMARANG SKRIPSI STUDI DESKRIPTIF PENDIDIKAN KARAKTER DI PANTI ASUHAN ALHIKMAH POLAMAN MIJEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memeperoleh Gelar Sarjana dalam Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN AKHLAQ TERHADAP PEMBENTUKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA MTS NU SALATIGA TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN AKHLAQ TERHADAP PEMBENTUKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA MTS NU SALATIGA TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN AKHLAQ TERHADAP PEMBENTUKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA MTS NU SALATIGA TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan dan perubahan suatu bangsa. Pendidikan yang mampu memfasilitasi perubahan adalah pendidikan

Lebih terperinci

Oleh: AJI ABDUL MAJID NIM:

Oleh: AJI ABDUL MAJID NIM: PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DAN RELEVANSINYA DENGAN PENCAPAIAN KURIKULUM 2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

BAB III METODE PENELITIAN. yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif- Kualitatif, Bogdan dan Taylor mendefinisikan Metodologi Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

Lebih terperinci

PERANAN ORANG TUA DALAM MEMBINA KECERDASAN SPIRITUAL ANAK DALAM KELUARGA DI KELURAHAN SUGIHWARAS KECAMATAN PEKALONGAN TIMUR KOTA PEKALONGAN

PERANAN ORANG TUA DALAM MEMBINA KECERDASAN SPIRITUAL ANAK DALAM KELUARGA DI KELURAHAN SUGIHWARAS KECAMATAN PEKALONGAN TIMUR KOTA PEKALONGAN PERANAN ORANG TUA DALAM MEMBINA KECERDASAN SPIRITUAL ANAK DALAM KELUARGA DI KELURAHAN SUGIHWARAS KECAMATAN PEKALONGAN TIMUR KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna

Lebih terperinci

Oleh: NUR AZIZ NIM :

Oleh: NUR AZIZ NIM : PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA PEMBELAJARAN MAPEL AQIDAH AKHLAK ( STUDI PADA KELAS VII SEMESTER II SMP NUDIA SEMARANG TAHUN AJARAN 2010/2011)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini, membawa banyak perubahan dalam setiap aspek kehidupan individu. Kemajuan ini secara tidak langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan masyarakat yang begitu cepat sebagai dampak dari kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi, membawa akibat positif dan sekaligus akibat

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PADA PEMILIH PEMULA. (Studi Kasus Pada Pemilih Pemula di Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Kebak

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PADA PEMILIH PEMULA. (Studi Kasus Pada Pemilih Pemula di Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Kebak IMPLEMENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PADA PEMILIH PEMULA (Studi Kasus Pada Pemilih Pemula di Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Kebak Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar Tahun 2013) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan kemajuan peradaban. Kemajuan suatu bangsa salah satunya dapat dilihat dari lembaga-lembaga pendidikannya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. SIMPULAN

BAB V PENUTUP A. SIMPULAN 101 BAB V PENUTUP A. SIMPULAN Memperoleh pendidikan pada dasarnya merupakan suatu hak bagi tiap individu. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang ditakdirkan untuk memperoleh pendidikan. Perolehan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis, dimana seluruh segi kehidupan bangsa dan negara di atur di dalamnya. Dalam pembukaan Undang Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan mempunyai pemerintahan sendiri, pendidikan agama telah diprogramkan untuk diberikan di sekolah-sekolah

Lebih terperinci

PENDEKATAN RASIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KELAS XI SMA N 2 MRANGGEN DEMAK

PENDEKATAN RASIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KELAS XI SMA N 2 MRANGGEN DEMAK PENDEKATAN RASIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KELAS XI SMA N 2 MRANGGEN DEMAK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SDN 2 BINADE KECAMATAN NGRAYUN PONOROGO SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SDN 2 BINADE KECAMATAN NGRAYUN PONOROGO SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SDN 2 BINADE KECAMATAN NGRAYUN PONOROGO SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan merupakan fondasi utama dalam perkembangan peradaban. Sejak adanya manusia maka sejak itu pula pendidikan ada. Perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN PAI DI RUMAH PINTAR TRESNO ASIH SEMARANG SKRIPSI

MODEL PEMBELAJARAN PAI DI RUMAH PINTAR TRESNO ASIH SEMARANG SKRIPSI MODEL PEMBELAJARAN PAI DI RUMAH PINTAR TRESNO ASIH SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Tarbiyah Oleh : SUKRON MAKMUN NIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang suci, yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw, sebagai rahmat untuk semesta alam. Setiap makhluk hidup mempunyai hak untuk menikmati kehidupan,

Lebih terperinci

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber. Pada kenyataannya, pendidikan bukanlah suatu upaya yang sederhana, melainkan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang, persiapan yang matang, dukungan sumber daya manusia dan sumber

BAB I PENDAHULUAN. panjang, persiapan yang matang, dukungan sumber daya manusia dan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu upaya dan usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka menengah dan jangka panjang. Pendidikan juga penting bagi terciptanya kemajuan dan kemakmuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengolahan datanya peneliti mengolah dengan mendeskripsikan data-data

BAB III METODE PENELITIAN. pengolahan datanya peneliti mengolah dengan mendeskripsikan data-data 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena dalam proses pengolahan datanya peneliti mengolah dengan mendeskripsikan data-data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan di bidang pendidikan yang dialami bangsa Indonesia pada saat ini adalah berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pembentukan watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin mengglobal dan kompetitif memunculkan tantangan-tantangan

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin mengglobal dan kompetitif memunculkan tantangan-tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kondisi bangsa Indonesia yang sudah pada tingkat mengkhawatirkan seperti sekarang ini tentu tidak lepas dari kualitas sumber daya manusianya. Didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Pembatasan Masalah, (4) Tujuan Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Penegasan Isilah. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merealisir hal tersebut Menteri Agama dan Menteri P dan K. mengeluarkan keputusan bersama untuk melaksanakan pendidikan agama

BAB I PENDAHULUAN. merealisir hal tersebut Menteri Agama dan Menteri P dan K. mengeluarkan keputusan bersama untuk melaksanakan pendidikan agama BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan mempunyai pemerintahan sendiri, pendidikan agama telah diprogramkan untuk diberikan di sekolah-sekolah

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK MATERI IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW (Studi Tindakan Kelas di MTs

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti. 1 Oleh karena itu,

BAB III METODE PENELITIAN. yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti. 1 Oleh karena itu, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus, sehingga peneliti berupaya memberikan pandangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian membutuhkan data yang obyektif, pembahasan penelitian dibahas secara teoritis dan empiris. Pembahasan teoritis bersumber pada kepustakaan yang merupakan karangan ahli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia telah ditetapkan melalui Masterplan Pendidikan Riau 2020, di mana sektor pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam keadaan yang demikian, ia telah memiliki kemampuan bawaan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam keadaan yang demikian, ia telah memiliki kemampuan bawaan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah fisik maupun psikis. Walaupun dalam keadaan yang demikian, ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat laten. Potensi bawaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara dunia ketiga atau negara berkembang, termasuk Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Siap Membangun 1

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Siap Membangun 1 BAB I PENDAHULUAN Remaja Siap Membangun 1 2 Remaja Siap Membangun MENYIAPKAN SDM SIAP BEKERJA Dalam banyak hal, dibandingkan banyak negara berkembang lainnya, Indonesia termasuk salah satu negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Tengah di PalangkaRaya ini memiliki

Lebih terperinci

POLA KEPEMIMPINAN PENGASUH PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN FORMAL DI PONDOK PESANTREN DARUL AMANAH KABUNAN SUKOREJO KENDAL

POLA KEPEMIMPINAN PENGASUH PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN FORMAL DI PONDOK PESANTREN DARUL AMANAH KABUNAN SUKOREJO KENDAL POLA KEPEMIMPINAN PENGASUH PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN FORMAL DI PONDOK PESANTREN DARUL AMANAH KABUNAN SUKOREJO KENDAL SKRIPSI Disusun Untuk Syarat Dalam Memperoleh Gelar Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah pelita dan harapan bagi suatu masyarakat, bangsa, dan negara yang kelak akan menjadi motor penggerak kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dalam menghadapi perkembangan zaman dengan berbagai perubahan dan persaingan mutu, maka diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam menghadapi setiap

Lebih terperinci

GURU PROFESIONAL, DAN GET CONNECTED [1] Oleh: Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol. A. Pendahuluan.

GURU PROFESIONAL, DAN GET CONNECTED [1] Oleh: Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol. A. Pendahuluan. GURU PROFESIONAL, DAN GET CONNECTED [1] Oleh: Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol A. Pendahuluan. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya.

I. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya. Jadi bukan ditentukan oleh canggihnya peralatan atau megahnya gedung, juga tidak tergantung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan yang sering terjadi di kalangan remaja dewasa ini adalah permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri, menghargai orang lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dewasa ini pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting demi kelangsungan kehidupan. Baik kelangsungan kehidupan seseorang hingga kelangsungan suatu bangsa.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ini hanya menggambarkan, meringkas, berbagai kondisi, situasi atau berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. ini hanya menggambarkan, meringkas, berbagai kondisi, situasi atau berbagai 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif yang mana jenis penelitian ini hanya menggambarkan, meringkas, berbagai kondisi, situasi atau berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif, sebagaimana yang dikatakan Bogdan dan Taylor yang dirujuk oleh Lexy J. Moleong, bahwasanya metode kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DAKWAH DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU BAITUS SALAM KOTA SEMARANG JAWA TENGAH TAHUN

BAB I PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DAKWAH DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU BAITUS SALAM KOTA SEMARANG JAWA TENGAH TAHUN 1 BAB I PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DAKWAH DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU BAITUS SALAM KOTA SEMARANG JAWA TENGAH TAHUN 2012-2013 A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF KONSEP PENDIDIKAN PEREMPUAN MENURUT RADEN AJENG KARTINI DAN PENDIDIKAN ISLAM

STUDI KOMPARATIF KONSEP PENDIDIKAN PEREMPUAN MENURUT RADEN AJENG KARTINI DAN PENDIDIKAN ISLAM STUDI KOMPARATIF KONSEP PENDIDIKAN PEREMPUAN MENURUT RADEN AJENG KARTINI DAN PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Oleh: RIMA RAHMAWATI ASH-SHIDDIEQY NIM: 243 00 2075 Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015 SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015 Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Di hari yang membahagiakan ini, ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

STUDI TENTANG MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DAN PERANANNYA DALAM MENINGKATAN MUTU GURU DI MTS NEGERI JEKETRO KABUPATEN GROBOGAN

STUDI TENTANG MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DAN PERANANNYA DALAM MENINGKATAN MUTU GURU DI MTS NEGERI JEKETRO KABUPATEN GROBOGAN STUDI TENTANG MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DAN PERANANNYA DALAM MENINGKATAN MUTU GURU DI MTS NEGERI JEKETRO KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aspek kehidupan yang harus dan pasti dijalani oleh semua manusia di muka bumi sejak kelahiran, selama masa pertumbuhan dan perkembangannya sampai mencapai kedewasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan bangsa. Sejarah menunjukan bahwa kunci keberhasilan pembangunan Negaranegara maju adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa ini pada era eaufklarung (pencerahan). Pendidikan bertujua n untuk

BAB I PENDAHULUAN. bangsa ini pada era eaufklarung (pencerahan). Pendidikan bertujua n untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah media mencerdaskan kehidupan bangsa dan membawa bangsa ini pada era eaufklarung (pencerahan). Pendidikan bertujua n untuk membangun tatanan

Lebih terperinci

POLA PENDIDIKAN TERPADU DI SD TERPADU MA'ARIF GUNUNGPRING MUNTILAN MAGELANG

POLA PENDIDIKAN TERPADU DI SD TERPADU MA'ARIF GUNUNGPRING MUNTILAN MAGELANG POLA PENDIDIKAN TERPADU DI SD TERPADU MA'ARIF GUNUNGPRING MUNTILAN MAGELANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I dalam Ilmu Tarbiyah Oleh LAILA FATKHIYATUL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Sesuai dengan judul penelitian ini yakni, Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Perilaku Keagamaan Siswa di SMA Negeri 1 Tulungagung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan untuk pembentukan kualitas siswa dalam segi kognitif, psikomotorik dan afektif. Lebih lanjut, IPA umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa cinta dan kasih sayang, dan masing-masing suami-istri memainkan peran pentingnya untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Berdasarkan jenisnya, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah tumpuan sebuah bangsa menuju persaingan global. Di dalam pendidikan banyak aspek yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain pemerintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kebangkitan nasional tahun 1908, para pemimpin pergerakan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kebangkitan nasional tahun 1908, para pemimpin pergerakan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejak kebangkitan nasional tahun 1908, para pemimpin pergerakan kemerdekaan Indonesia dan para pendiri negara ini sangat sadar akan pentingnya pendidikan. Jika sebelum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya pendidikan merupakan hak dasar bagi setiap warga Negara Indonesia untuk dapat menikmatinya. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia

Lebih terperinci

Oleh : AHMAD ROZIKIN NIM :

Oleh : AHMAD ROZIKIN NIM : MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MATERI AKHLAK TERPUJI MELALUI METODE SOSIODRAMA DI KELAS V MI ISLAMIYAH POLODORO KECAMATAN REBAN KABUPATEN BATANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

BIMBINGAN PUASA WAJIB TERHADAP ANAK USIA SD DALAM KELUARGA DI RT. 10 DESA SAMBA DANUM KEBUPATEN KATINGAN SKRIPSI

BIMBINGAN PUASA WAJIB TERHADAP ANAK USIA SD DALAM KELUARGA DI RT. 10 DESA SAMBA DANUM KEBUPATEN KATINGAN SKRIPSI BIMBINGAN PUASA WAJIB TERHADAP ANAK USIA SD DALAM KELUARGA DI RT. 10 DESA SAMBA DANUM KEBUPATEN KATINGAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Bekalang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan kemampuan individu. Melalui pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah culture transition (transisi kebudayaan) yang bersifat dinamis kearah suatu perubahan secara continue (berkelanjutan), maka pendidikan dianggap

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT AL-FATIHAH

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT AL-FATIHAH NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT AL-FATIHAH SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Dalam Ilmu Tarbiyah Oleh: ANNA FATIHA NIM

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA HURUF AL-QUR AN DENGAN METODE DRILL PADA ANAK PAUD ALAMKU MENGANTI KEDUNG JEPARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA HURUF AL-QUR AN DENGAN METODE DRILL PADA ANAK PAUD ALAMKU MENGANTI KEDUNG JEPARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA HURUF AL-QUR AN DENGAN METODE DRILL PADA ANAK PAUD ALAMKU MENGANTI KEDUNG JEPARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

PENERAPAN KTSP (KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN) DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDIT DARUL FALAH LANGENHARJO SUKOHARJO

PENERAPAN KTSP (KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN) DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDIT DARUL FALAH LANGENHARJO SUKOHARJO PENERAPAN KTSP (KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN) DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDIT DARUL FALAH LANGENHARJO SUKOHARJO Diajukan untuk Memenuhi sebagian Tugas guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK MATERI MEMBIASAKAN AKHLAK TERPUJI MELALUI METODE COOPERATIVE LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK MATERI MEMBIASAKAN AKHLAK TERPUJI MELALUI METODE COOPERATIVE LEARNING UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK MATERI MEMBIASAKAN AKHLAK TERPUJI MELALUI METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW SISWA KELAS I MI MUHAMMADIYAH TANJUNGSARI KECAMATAN TERSONO KABUPATEN BATANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional telah memberikan kesempatan yang seluasluasnya kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu dalam penerimaan siswa,

Lebih terperinci

POLIGAMI TANPA PERSETUJUAN ISTRI (Studi Komparasi Metode Ijtihad antara Hasbullah Bakri dengan Pasal 5 UU NO.1/1974 Jo.

POLIGAMI TANPA PERSETUJUAN ISTRI (Studi Komparasi Metode Ijtihad antara Hasbullah Bakri dengan Pasal 5 UU NO.1/1974 Jo. POLIGAMI TANPA PERSETUJUAN ISTRI (Studi Komparasi Metode Ijtihad antara Hasbullah Bakri dengan Pasal 5 UU NO.1/1974 Jo. Pasal 58 KHI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi siswa di mana pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi siswa di mana pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi siswa di mana pertumbuhan dan perkembangan siswa sangat memerlukan tuntunan, bimbingan, binaan dan dorongan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia adalah makhluk yang paling mulia, karena manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia adalah makhluk yang paling mulia, karena manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Manusia adalah makhluk yang paling mulia, karena manusia diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna. Disamping manusia mempunyai potensi untuk tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFEKTIVITAS SEKOLAH

PENINGKATAN EFEKTIVITAS SEKOLAH PENINGKATAN EFEKTIVITAS SEKOLAH ( Studi pada SD Negeri Sobokerto 1 dan MI Al-Islam Ngesrep 1 ) TESIS Oleh : Nama : Retnaning Winastuti NIM : Q.100030109 Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK ASURANSI PENDIDIKAN DI AJB BUMIPUTERA SAYARI AH CABANG PEKALONGAN TUGAS AKHIR

STRATEGI PEMASARAN PRODUK ASURANSI PENDIDIKAN DI AJB BUMIPUTERA SAYARI AH CABANG PEKALONGAN TUGAS AKHIR STRATEGI PEMASARAN PRODUK ASURANSI PENDIDIKAN DI AJB BUMIPUTERA SAYARI AH CABANG PEKALONGAN TUGAS AKHIR Diajukan Kepada STAIN Pekalongan Dalam Rangka Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam upaya membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, maju atau tidaknya suatu bangsa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ditinjau dari sudut pandang pendekatannya, penelitian yang penulis lakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Ditinjau dari sudut pandang pendekatannya, penelitian yang penulis lakukan 74 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Ditinjau dari sudut pandang pendekatannya, penelitian yang penulis lakukan dalam upaya menyusun skripsi ini adalah termasuk dalam jenis penelitian kualitatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Press, Jakarta, 2007, Hlm. 4. Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2013, Hlm. 189

BAB I PENDAHULUAN. Press, Jakarta, 2007, Hlm. 4. Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2013, Hlm. 189 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk digunakan

Lebih terperinci

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 Topik #10 Wajib Belajar 12 Tahun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Daya Saing Nasional Latar Belakang Program Indonesia

Lebih terperinci

Sulit menciptakan keadilan dan kesetaraan gender jika negara terus menerus memproduksi kebijakan yang bias gender. Genderisasi kebijakan publik telah

Sulit menciptakan keadilan dan kesetaraan gender jika negara terus menerus memproduksi kebijakan yang bias gender. Genderisasi kebijakan publik telah KATA PENGANTAR Pengarusutamaan Gender telah menjadi garis kebijakan pemerintah sejak keluarnya Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000. Instruksi tersebut menggariskan: seluruh departemen maupun lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara historis operasional telah dilaksanakan sejak adanya manusia pertama di muka bumi ini, yaitu sejak Nabi Adam a.s. yang dalam Al-Qur an dinyatakan

Lebih terperinci

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan dasar bagi pengetahuan manusia. Bahasa juga dikatakan sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap manusia dengan yang lain. Sebagai alat

Lebih terperinci

PENGURANGAN JAM KERJA BAGI PEREMPUAN: PROBLEM ATAU SOLUSI PERSPEKTIF PENDIDIKAN OLEH NURLENA RIFAI

PENGURANGAN JAM KERJA BAGI PEREMPUAN: PROBLEM ATAU SOLUSI PERSPEKTIF PENDIDIKAN OLEH NURLENA RIFAI PENGURANGAN JAM KERJA BAGI PEREMPUAN: PROBLEM ATAU SOLUSI PERSPEKTIF PENDIDIKAN OLEH NURLENA RIFAI Disampaikan pada diskusi publik PSGA Ruang Teater Psikologi Ciputat, 22 Desember 2014 MENGAPA PERLU PENGURANGAN

Lebih terperinci

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PADA ACARA PERINGATAN ISRA MI RAJ NABI MUHAMMAD SAW 1435 H / 2014 H TANGGAL 20 JUNI 2014

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PADA ACARA PERINGATAN ISRA MI RAJ NABI MUHAMMAD SAW 1435 H / 2014 H TANGGAL 20 JUNI 2014 KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PADA ACARA PERINGATAN ISRA MI RAJ NABI MUHAMMAD SAW 1435 H / 2014 H TANGGAL 20 JUNI 2014 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua. Yang

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI FULLDAY SCHOOL DALAM MENINGKATKAN. PRESTASI BELAJAR SISWA DI MTs NEGERI SURAKARTA 1 TAHUN PELAJARAN 2012/2013

IMPLEMENTASI FULLDAY SCHOOL DALAM MENINGKATKAN. PRESTASI BELAJAR SISWA DI MTs NEGERI SURAKARTA 1 TAHUN PELAJARAN 2012/2013 IMPLEMENTASI FULLDAY SCHOOL DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MTs NEGERI SURAKARTA 1 TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal penting dalam sebuah kehidupan. Hasbullah mengatakan Pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, untuk mengetahui bagaimana upaya kepala madrasah dalam meningkatkan keprofesionalitas guru, melalui manajemen kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara konseptual, kurikulum adalah suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda bangsannya. Secara pedagogis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan, salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas Sumber

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan 1. Penjelasan Judul Perancangan Pendidikan PAUD saat ini sangatlah penting, sebab merupakan pendidikan dasar yang harus diterima anak-anak. Selain itu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang pundamental dalam pembangunan suatu bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi siswa yang

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb. Selamat malam, Salam sejahtera bagi kita semua. Yang kami hormati ; Bapak-Ibu Tamu Undangan, dan Hadirin yang berbahagia.

Assalamu alaikum Wr. Wb. Selamat malam, Salam sejahtera bagi kita semua. Yang kami hormati ; Bapak-Ibu Tamu Undangan, dan Hadirin yang berbahagia. BUPATI KULON PROGO SAMBUTAN PADA ACARA MALAM TIRAKATAN DALAM RANGKA MENYONGSONG PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE 69 PROKLAMASI KEMERDEKAAN R I DI KABUPATEN KULON PROGO Tanggal, 16 Agustus 2014 Assalamu alaikum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan

Lebih terperinci

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO Membangun kembali fundamental ekonomi yang sehat dan mantap demi meningkatkan pertumbuhan, memperluas pemerataan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil

BAB III METODE PENELITIAN. dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian diskriptitf kualitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Sebagaimana definisi

Lebih terperinci