OLEH ANNISA AYU FITRI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OLEH ANNISA AYU FITRI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, OBJEKTIVITAS, INTEGRITAS DAN KOMPETENSI APARAT PENGAWAS INTERN PEMERINTAH TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN (STUDI KASUS PADA INSPEKTORAT KOTA PADANG) OLEH ANNISA AYU FITRI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan JURUSAN AKUNTANSI POLITEKNIK NEGERI PADANG PADANG OKTOBER 2015

2 Annisa Ayu Fitri No. Alumni BIODATA a). Tempat/Tanggal Lahir : Padang, 20 Maret 1994 b). Nama Orang Tua : Abdul Yarmi, S.T. dan Dra. Yusnidar, M.M. c). Jurusan : Akuntansi d). Program Studi : D.IV Akuntansi e). No.BP : f). Tanggal Lulus : 10 September 2015 g). Predikat Lulus : Sangat Memuaskan h). IPK : 3,31 i). Lama Studi : 4 tahun 0 bulan j). Alamat Orang Tua : Jl. By Pass Km. 10 Komplek Villaku Indah I Blok A No. 5 Balai Baru, Kec. Kuranji, Kel. Gunung Sarik, Kota Padang, Sumatera Barat ANALISIS PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, OBJEKTIVITAS, INTEGRITAS DAN KOMPETENSI APARAT PENGAWAS INTERN PEMERINTAH TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN STUDI KASUS PADA INSPEKTORAT KOTA PADANG Tugas Akhir Oleh : Annisa Ayu Fitri Pembimbing 1. Sukartini, SE., M.Kom., Ak Pembimbing 2. Yossi Septriani, SE., M.Acc., Ak ABSTRAK Tugas akhir penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Populasi penelitian ini adalah Inspektorat Kota Padang. Unit analisisnya adalah seluruh aparat pengawas intern pemerintah yang melakukan pemeriksaan di lingkungan Pemerintah Kota Padang. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang diantar langsung oleh penulis. Teknik Analisis yang digunakan adalah pengujian hipotesis dengan analisis regresi berganda dengan menggunakan software SPSS versi 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan secara parsial pengalaman kerja, independensi dan integritas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Untuk objektivitas dan kompetensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan SKPD oleh aparat pengawas intern pemerintah. Kata Kunci: Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas, Kompetensi dan Kualitas Hasil Pemeriksaan. Tugas akhir ini telah dipertahankan di depan sidang penguji dan dinyatakan lulus pada tanggal 10 September Abstrak telah disetujui oleh penguji. Tanda Tangan Nama Terang Zahara, SE., M.Ak., Ak Elfitri Santi, SE., M.Kom., Ak Desi Handayani SE., M.Ak., Ak Sukartini, SE., M.Kom., Ak Mengetahui : Ketua Jurusan Sukartini, SE., M.Kom., Ak Nip Tanda Tangan Alumnus telah mendaftar : Petugas Nomor Alumnus : Nama : Tanda Tangan :

3 HALAMAN PENGESAHAN Saya menyatakan bahwa Tugas Akhir berjudul Analisis Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas dan Kompetensi Aparat Pengawas Intern Pemerintah Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Studi Kasus pada Inspektorat Kota Padang telah melalui proses bimbingan yang layak dan menurut pendapat saya telah memenuhi syarat untuk diajukan guna mendapatkan gelar Sarjana Sains Terapan (S.ST) Pembimbing 1 Sukartini, SE., M.Kom., Ak. Nip Saya menyatakan bahwa Tugas Akhir berjudul Analisis Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas dan Kompetensi Aparat Pengawas Intern Pemerintah Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Studi Kasus pada Inspektorat Kota Padang telah ditulis menurut standar penulisan karya ilmiah dan menurut pendapat saya telah memenuhi syarat untuk diajukan guna mendapatkan gelar Sarjana Sains Terapan (S.ST) Pembimbing 2 Yossi Septriani, SE., M.Acc., Ak. Nip Tugas Akhir ini diajukan kepada jurusan Akuntansi dan telah memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sains Terapan (S.ST) Ketua Jurusan Sukartini, SE., M.Kom., Ak. Nip

4 BERITA ACARA SIDANG TUGAS AKHIR Tugas Akhir yang berjudul Analisis Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas dan Kompetensi Aparat Pengawas Intern Pemerintah Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Studi Kasus pada Inspektorat Kota Padang telah dipertanggungjawabkan/disidangkan di depan tim penguji dan dinyatakan LULUS pada hari Kamis tanggal 10 September Ketua Tim Penguji Sekretaris Zahara, SE., M.Ak., Ak. Elfitri Santi, SE., M.Kom., Ak. Nip Nip Anggota Pendamping Desi Handayani, SE., M.Ak., Ak. Sukartini, SE., M.Kom., Ak. Nip

5 POLITEKNIK NEGERI PADANG PERNYATAAN TENTANG HAK CIPTA DAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR Hak Cipta 2015 Annisa Ayu Fitri ANALISIS PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, OBJEKTIVITAS, INTEGRITAS DAN KOMPETENSI APARAT PENGAWAS INTERN PEMERINTAH TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN (Studi Kasus pada Inspektorat Kota Padang) Tidak diperkenankan memproduksi sebagian atau seluruh isi tugas akhir ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari pemegang hak cipta. Penggunaan tugas akhir ini diatur sebagai berikut : 1. Pengutipan oleh penulis lain dalam tulisannya harus mencantumkan tugas akhir ini sebagai sumber referensi. 2. Perpustakaan Politeknik Negeri Padang dan Ruang referensi Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Padang mempunyai hak untuk menyimpan salinan tugas akhir ini baik dalam bentuk hard copy maupun soft copy. 3. Jika diperlukan, Perpustakaan Politeknik Negeri Padang dan Ruang referensi Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Padang mempunyai hak untuk memperbanyak tugas akhir ini demi kepentingan akademis. Padang, September 2015 Dinyatakan oleh Annisa Ayu Fitri

6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBARAN PENGESAHAN BERITA ACARA SIDANG PERNYATAAN HAK CIPTA HALAMAN DEDIKASI UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang... Batasan Masalah... Rumusan Masalah... Tujuan Penelitian... Manfaat Penelitian... Sistematika Penelitian... i iii iv v BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis Pengertian Auditor... Pengalaman Kerja... Independensi... Objektivitas... Integritas... Kompetensi... Kualitas Hasil Pemeriksaan Review Penelitian Terdahulu... Kerangka Pemikiran... Hipotesis Penelitian... BAB III METODE PENELITIAN Jenis Penelitian... Jenis dan Sumber Data... Populasi Dan Sampel Penelitian... Teknik Pengumpulan Data... Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel... Metode Analisis Statistik Deskriptif Uji Kualitas Data Uji Validitas... Uji Reliabilitas Uji Asumsi Klasik i

7 Uji Normalitas... Uji Multikolinearitas... Uji Heteroskedastisitas Alat Analisis Data Analisis Regresi Linear Berganda Uji Adjusted R Uji Hipotesis Uji F Uji t BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Inspektorat Kota Padang Tentang Inspektorat Kota Padang Dasar Hukum Pembentukan Inspektorat Kota Padang Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Struktur Organisasi Analisis Hasil Penelitian Metode Analisis Deskriptif Data Statistik Deskriptif Uji Kualitas Data Uji Validitas Uji Reliabilitas Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji Multikolinearitas Uji Heteroskedastisitas Alat Analisis Data Analisis Regresi Berganda Hasil Uji Adjusted R Uji Hipotesis Uji F Uji T Hasil Analisis Data Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Pengaruh Objektivitas Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Pengaruh Integritas Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan... BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR REFERENSI LAMPIRAN ii

8 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 3.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tinjauan Penelitian Terdahulu... Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... Jumlah Pegawai Inspektorat Kota Padang... Statistik Deskriptif... Validitas Instrumen Pengalaman Kerja (X1)... Validitas Instrumen Independensi (X2)... Validitas Instrumen Objektivitas (X3)... Validitas Instrumen Integritas (X4)... Validitas Instrumen Kompetensi (X5)... Validitas Instrumen Kualitas Hasil Pemeriksaan (Y)... Hasil Uji Reliabilitas... One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test... Coefficients a... Regresi Linear Berganda... Model Summary b... ANOVA a iii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Kerangka Penelitian... Bagan Struktur Inspektorat Kota Padang... Hasil Grafik Scatterplot iv

10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Kuesioner Penelitian Hasil Kuesioner Ms. Excel Hasil Kuesioner Skala Ordinal ditransformasi ke Skala Interval Hasil Olahan Data SPSS Versi 20 Surat Rekomendasi Melakukan Penelitian v

11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, adil dan transparan harus disikapi dengan serius dan sistematis untuk menegakkan good governance di lingkungan pemerintahan daerah. Pemerintah harus melakukan peningkatan kinerja dalam segala aspek pengelolaan keuangan daerah. Salah satu langkah yang harus dilakukan pemerintah daerah adalah dengan meningkatkan kinerja auditor pemerintah dalam pelaksanaan audit internal maupun eksternal dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui peningkatan kinerja pengawas keuangan daerah ini diharapkan kegiatan audit di lingkungan instansi pemerintah dapat berjalan lebih maksimal, agar dapat meminimalisir terjadinya kesalahan yang berdampak pada kerugian negara, dapat semakin berkurang. Diharapkan dengan ada perbaikan yang berkelanjutan dalam bidang pengawasan maka kualitas pengawasan yang dilakukan inspektorat daerah akan semakin baik. Sehingga akan meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan pada inspektorat dalam pengawasan pengelolaan keuangan daerah. Banyak kasus temuan ketidakefektifan dalam pengelolaan keuangan daerah yang didapati oleh inspektorat. Penyebab utama terjadinya kasus ketidakefektifan pengelolaan keuangan daerah di Indonesia adalah masalah ketidakefektifan penggunaan APBD. Banyaknya penyelewengan terhadap anggaran di daerah juga tidak bisa dilepaskan dari lemahnya fungsi pengawasan. 1

12 Seharusnya anggaran itu dilaksanakan dan bagaimana anggaran itu dipertanggungjawabkan. Karena pengawasan juga bisa dilakukan oleh tingkat provinsi. Selaku institusi pengendalian internal, sebelum terjadinya penyimpangan, inspektorat semestinya sudah bisa mendeteksi sehingga bisa mencegah hal itu terjadi. Pengawasan berfungsi membantu agar sasaran yang ditetapkan organisasi dapat tercapai, di samping itu pengawasan berfungsi mendeteksi secara dini terjadinya penyimpangan pelaksanaan, penyalahgunaan wewenang, pemborosan dan kebocoran. Pengawasan merupakan suatu tindakan mencari keterangan tentang apa yang dilaksanakan dalam suatu instansi yang diperiksa, membandingkan hasil dengan kriteria yang ditetapkan, serta menyetujui atau menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan perbaikan. Bagi pengguna laporan hasil pemeriksaan, tentunya menginginkan aparat pengawasan yang jujur dan bertanggungjawab dalam menjalankan tugas dan fungsinya sesuai ketentuan dan norma yang berlaku. Norma dan ketentuan yang berlaku bagi auditor pemerintah terdiri dari Kode Etik dan Standar Audit Inspektorat. Kode etik dimaksudkan untuk menjaga perilaku auditor pemerintah dalam melaksanakan tugasnya, sedangkan Standar Audit dimaksudkan untuk menjaga mutu hasil audit yang dilaksanakan inspektorat. Dengan adanya aturan tersebut, maka masyarakat atau pengguna laporan dapat menilai sejauhmana auditor pemerintah telah bekerja sesuai dengan aturan-aturan yang ada. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/04/M.PAN/03/2008 tentang Kode Etik Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) bahwa salah satu tujuannya adalah mencegah terjadinya prilaku yang 2

13 tidak etis, agar terlaksananya pengendalian audit sehingga terwujud auditor pemerintah yang dapat dipercaya dengan kinerja yang optimal dalam pelaksanaan audit. Prinsip-prinsip perilaku yang berlaku bagi auditor pemerintah antara lain integritas, objektivitas dan kompetensi. Integritas diperlukan agar auditor pemerintah dapat bertindak jujur dan tegas dalam melaksanakan audit. Objektivitas diperlukan agar auditor pemerintah dapat bertindak adil tanpa dipengaruhi oleh tekanan atau permintaan pihak tertentu yang berkepentingan atas hasil audit. Kompetensi auditor pemerintah didukung oleh pengetahuan, dan kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas. Selanjutnya pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 mengenai Standar Audit Kinerja APIP, dipergunakan sebagai acuan bagi seluruh APIP dalam melaksanakan audit. Standar umum dalam standar audit tersebut antara lain mengatur tentang independensi dan objektivitas APIP. Disebutkan dalam standar umum tersebut bahwa dalam semua hal yang berkaitan dengan audit, APIP harus independen dan para auditornya harus objektif dalam pelaksanaan tugasnya. Hal ini mengandung arti bahwa independensi serta objektivitas APIP diperlukan agar kualitas hasil pekerjaan meningkat. Pemilihan Inspektorat Kota Padang ini karena inspektorat tersebut telah melakukan langkah peningkatan audit, pengawasan dan pembinaan di lingkungan Pemerintah Kota Padang, sejak sering adanya temuan kasus-kasus penyimpangan dan penyelewengan yang terungkap, kemudian sampai ditindaklanjuti ke ranah hukum. Kemudian pada tahun 2010 hasil pemeriksaan regular Inspektorat dilingkungan Pemerintah Kota Padang ditemukan sebanyak 280 kasus dengan total kerugian daerah sebesar 472 juta rupiah lebih. Dari 280 kasus yang 3

14 ditemukan tersebut, berhasil ditindak lanjuti dan selesai 190 kasus dan sisanya 90 kasus dari beberapa SKPD harus diselesaikan dalam kurun waktu yang ditentukan. Selanjutnya pada tahun 2013 berdasarkan hasil pemeriksaan sesuai dengan klasifikasinya ditemukan sebanyak 101 temuan ketidakpatuhan terhadap peraturan, 93 temuan kelemahan sistem pengendalian intern, dan sebanyak 26 temuan 3E (Ekonomis, Efektif dan Efisien). Hasil itu menunjukkan adanya trend yang menurun dan nihil indikasi pidana. ( Maka, penelitian ini dilakukan pada Inspektorat Kota Padang, yang mempunyai tugas pokok melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan dan pembinaan atas penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah yang sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Padang No. 17 Tahun 2008, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah No. 15 Tahun Inspektorat Kota Padang selaku unsur pengawas penyelenggaraan pemerintah daerah yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota Padang. Inspektorat melakukan pengawasan internal diseluruh 49 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), termasuk 11 kecamatan dan 104 kelurahan yang ada di Kota Padang. Hasilnya Pemerintahan Kota Padang di tahun 2014 mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian. ( Kemudian tahun 2015 Inspektorat Kota Padang dari hasil pemeriksaan, ditemukan kasus tiga oknum Aparatur Sipil Negara (ASN) indisipliner berjabatan kasi (kepala seksi) di Kelurahan Banda Buek Kecamatan Lubuk Kilangan. Pemeriksaan oleh inspektorat sangat dilakukan dengan kehati-hatian, agar tidak ada prosedur manapun yang dilanggar selama melakukan pemeriksaan dan hasilnya akan diberikan ke Walikota Padang. Tentu tidak mudah menjaga independensi, objektivitas serta integritas pengawas penyelenggaraan pemerintah daerah. Pengalaman kerja dan kompetensi 4

15 yang melekat pada diri pengawas dan auditor bukan jaminan bahwa akan meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya. Menurut Alim dkk., (2007) dalam Tarigan (2011) kerjasama dengan obyek pemeriksaan yang terlalu lama dan berulang bisa menimbulkan kerawanan atas independensi yang dimiliki auditor pemerintah. Belum lagi berbagai fasilitas yang disediakan obyek pemeriksaan selama penugasan dapat mempengaruhi objektivitas auditor pemerintah. Bukan tidak mungkin auditor pemerintah menjadi tidak jujur dalam mengungkapkan fakta yang menunjukkan rendahnya integritas terhadap pemeriksaan. Dengan demikian, auditor pemerintah memegang peranan yang sangat penting dalam proses pelaksanaan kegiatan organisasi/satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti fenomena ini dalam Tugas Akhir yang berjudul Analisis Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas dan Kompetensi Aparat Pengawas Intern Pemerintah Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan, Studi Kasus Pada Inspektorat Kota Padang. 1.2 BATASAN MASALAH Agar pembahasan tidak terlalu meluas, penulis perlu memberikan batasan masalah dalam penelitian ini pada Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) di Inspektorat Kota Padang. APIP adalah pegawai negeri sipil di Inspektorat Kota Padang yang melakukan pengawasan/pemeriksaan secara langsung ke masingmasing SKPD. APIP pada penelitian ini adalah Inspektur Pembantu, Pejabat Pengawas Urusan Pemerintah Daerah (P2UPD) dan Auditor. 5

16 1.3 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh secara parsial antara variabel pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas, dan kompetensi APIP terhadap kualitas hasil pemeriksaan oleh APIP Inspektorat Kota Padang? 2. Bagaimana pengaruh secara simultan antara variabel pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas, dan kompetensi APIP terhadap kualitas hasil pemeriksaan oleh APIP Inspektorat Kota Padang? 1.4 TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut; 1. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara variabel yang terdiri dari pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi APIP terhadap kualitas hasil pemeriksaan APIP Inspektorat Kota Padang. 2. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel yang terdiri dari pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi APIP terhadap kualitas hasil pemeriksaan APIP Inspektorat Kota Padang. 6

17 1.5 MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai berikut: a. Dari segi keilmuan Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi APIP terhadap peningkatan kualitas hasil pemeriksaan dan juga sebagai bahan acuan untuk peneliti selanjutnya. b. Dari segi praktikal Dapat digunakan sebagai masukan bagi pihak auditor inspektorat dan memberikan kontribusi kepada auditor inspektorat sebagai pengawas keuangan daerah dalam menjalankan perannya sebagai pengawas keuangan daerah. c. Dari segi kebijakan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan sebuah kebijakan dengan melihat pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi APIP terhadap peningkatan kualitas hasil pemeriksaan agar bermanfaat bagi auditor pemerintah dalam menjalankan perannya sebagai pengawas keuangan daerah. 1.6 SISTEMATIKA PENELITIAN Penulis membagi tulisan ini menjadi lima bab yang saling terkait, sebagai berikut: 7

18 BAB 1 Pendahuluan Bab ini merupakan pendahuluan yang didalamnya menguraikan mengenai latar belakang masalah, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian. BAB 2 Tinjauan Pustaka Bab ini merupakan kerangka teori yang menguraikan tentang teori-teori yang mendukung penulisan ini, seperti pengertian auditor, pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas, kompetensi dan kualitas hasil pemeriksaan. Pada bab ini juga berisi tentang penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesa penelitian. BAB 3 Metode Penelitian Bab ini menguraikan jenis penelitian, jenis dan sumber data, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, definisi operasional dan skala pengukuran variabel, metode analisis, uji kualitas data, uji asumsi klasik, alat analisis data, dan uji hipotesis. BAB 4 Hasil Penelitian Bagian pertama bab ini berisi tentang gambaran umum Inspektorat Kota Padang. Bagian kedua berisi analisis hasil penelitian atas kuesioner yang digunakan. Bagian ketiga berisi hasil analisis data mengenai pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi APIP terhadap kualitas hasil pemeriksaan. BAB 5 Penutup Bab ini merupakan bab terakhir dalam penelitian ini, dimana pada bab ini peneliti akan membuat kesimpulan dan memberikan saran berdasarkan hasil temuan dilapangan. 8

19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TEORITIS Pengertian Auditor Auditor secara umum adalah seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam melakukan audit atas laporan keuangan dan kegiatan suatu organisasi. Secara umum fungsi auditor dalam sebuah organisasi/lembaga adalah mengawasi atau menjamin pelaksanaan kegiatan agar sesuasi dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam organisasi. Penerapan fungsi auditor tidak terlepas dari tugas dan wewenang yang telah ditetapkan. Fungsi auditor dalam suatu organisasi guna menelaah dan menilai kegiatan organisasi untuk memberikan saran-saran kepada manajemen agar tanggungjawabnya dapat dilaksanakan secara efektif. Tujuan pelaksanaan audit adalah membantu para anggota organisasi agar mereka dapat melaksanakan tanggungjawabnya secara efektif. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 menyatakan bahwa auditor pemerintah adalah pegawai negeri sipil (PNS) yang mempunyai jabatan fungsional auditor dan atau pihak lain yang diberi tugas, wewenang, tanggungjawab dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang melaksanakan pengawasan pada instansi pemerintah untuk dan atas nama APIP. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/220/M.PAN/7/2008 tentang Jabatan Fungsional Auditor 9

20 Pemerintah bahwa pasal 4 ayat (1) bahwa tugas pokok auditor pemerintah adalah melaksanakan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan teknis, pengendalian, dan evaluasi pengawasan. Auditor pemerintah dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada pimpinan instansi pengawasan yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya dalam ayat (2) berbunyi bahwa a uditor pemerintah yang melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus mendapat penugasan dari pimpinan instansi pengawasan masing-masing. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, ada beberapa kewenangan auditor pemerintah yakni: a. Memperoleh keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh unit yang diawasi dan pihak yang terkait, b. Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik Negara, di tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan Negara, serta pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening koran, pertanggungjawaban dan daftar lainnya yang terkait dengan penugasan, c. Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi yang diperlukan dalam penugasan pengawasan, d. Memeriksa secara fisik setiap asset yang berada dalam pengurusan pejabat instansi yang diawasi, 10

21 2.1.2 Pengalaman Kerja Pengalaman kerja bagi seorang auditor dimulai dengan pendidikan formal, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit. Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup. Pengalaman sangatlah penting diperlukan dalam rangka kewajiban seorang pemeriksa terhadap tugasnya untuk memenuhi Standar Umum audit. Marinus (1997) dalam Herliansyah (2006) menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas ( job). Purnamasari (2005) dalam Asih (2006) memberikan kesimpulan bahwa seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal diantaranya: 1) mendeteksi kesalahan, 2) memahami kesalahan dan 3) mencari penyebab munculnya kesalahan. Menurut Dr. I Wayan Suartana (2006) dalam Tarigan (2011), berdasarkan penelitian bahwa pengalaman audit dapat mengurangi efek kekinian pada pertimbangan auditor. Hal itu sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa auditor yang lebih berpengalaman tidak sensitif terhadap tipe bukti tertentu, dalam hal ini bukti yang bersifat negatif atau positif. Pengalaman auditor mampu untuk memetakan informasi sehingga tidak terjebak oleh urutan informasi yang diterimanya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pengetahuan auditor melalui pengalaman audit, diskusi mengenai audit, seminar-seminar, pengawasan dan review pekerjaan oleh auditor pengawasan, program pelatihan, tindak lanjut, program pemeriksaan dan penggunaan pedoman audit. Pengetahuan auditor khususnya pengetahuan tentang kekeliruan 11

22 semakin berkembang dengan banyaknya pengalaman kerja. Namun hal tersebut tidak untuk semua aspek pengetahuan tentang kekeliruan dalam suatu lingkungan audit yang lazim. Hasil penelitian Herliansyah dan Ilyas (2006) dalam Tarigan (2011) menunjukkan bahwa pengalaman mengurangi dampak informasi tidak relevan terhadap judgment auditor. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Budi dkk, (2004) bahwa pengalaman kerja tidak mempunyai pengaruh terhadap komitmen profesional maupun pengambilan keputusan etis. Penelitian lain memberikan bukti bahwa pengalaman auditor mempunyai dampak yang signifikan terhadap kinerja, walaupun hubungannya tidak langsung. Penelitian yang dilakukan Choo dan Trotman (1991) dalam Tarigan (2011) menunjukkan bahwa auditor yang berpengalaman lebih banyak menemukan item-item yang tidak umum (atypical) dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman, tetapi jika tidak menemukan item-item yang umum, tidak ada bedanya antara auditor berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman. Sementara Abdolmohammadi dan Wright (1987) dalam Tarigan (2011) yang menyatakan bahwa pengalaman mungkin penting bagi keputusan yang kompleks, tetapi tidak untuk keputusan yang sifatnya rutin dan terstruktur. Pengaruh pengalaman akan signifikan ketika tugas yang dilakukan semakin kompleks Independensi Auditor yang independen adalah auditor yang tidak memihak atau tidak dapat diduga memihak, sehingga tidak merugikan pihak manapun (Pusdiklatwas 12

23 BPKP, 2005). Terdapat tiga aspek independensi seorang auditor, yaitu sebagai berikut: 1. Independence in fact (independensi dalam fakta) Artinya auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi, keterkaitan yang erat dengan objektivitas. 2. Independence in appearance (independensi dalam penampilan) Artinya pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. 3. Independence in competence (independensi dari sudut keahliannya) Independensi dari sudut pandang keahlian terkait erat dengan kecakapan profesional auditor. Menurut Arens (2004) dalam Tarigan (2011) menyatakan nilai auditing sangat bergantung pada persepsi publik akan independensi yang dimiliki auditor. Sikap independen meliputi independen dalam fakta ( in fact) dan independen dalam penampilan ( in appearance). Hasil penelitian Trisnaningsih (2007) dalam Tarigan (2011) mengindikasikan bahwa auditor yang hanya memahami good governance tetapi dalam pelaksanaan pemeriksaan tidak menegakkan independensinya maka tidak akan berpengaruh terhadap kinerjanya. Menurut Alim dkk, (2007) menemukan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Auditor harus dapat mengumpulkan setiap informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan audit di mana hal tersebut harus didukung dengan sikap independen. Beberapa penelitian mengenai independensi sebelumnya menunjukan bahwa ada banyak faktor-faktor yang berpengaruh terhadap independensi, tetapi dalam penelitian ini faktor yang ingin dipelajari adalah faktor yang terkait dalam 13

24 pemeriksaan. Faktor ini dikelompokkan dalam penyusunan program audit, pelaksanaan pekerjaan dan pelaporan Objektivitas Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain. Pusdiklatwas BPKP (2005) dalam Tarigan (2011), menyatakan objektivitas sebagai bebasnya seseorang dari pengaruh pandangan subjektif pihak-pihak lain yang berkepentingan, sehingga dapat mengemukakan pendapat menurut apa adanya. Unsur perilaku yang dapat menunjang objektivitas antara lain sebagai berikut: 1) Dapat diandalkan dan dipercaya, 2) Tidak merangkap sebagai kepanitiaan lain dan atau pekerjaan-pekerjaan lain yang merupakan tugas operasional objek yang diperiksa, 3) Tidak berangkat tugas dengan niat untuk mencari-cari kesalahan orang lain, 4) Dapat mempertahankan kriteria dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang resmi, 5) Dalam bertindak maupun mengambil keputusan didasarkan atas pemikiran yang logis. Hubungan keuangan dengan klien dapat mempengaruhi objektivitas dan dapat mengakibatkan pihak ketiga berkesimpulan bahwa objektivitas auditor 14

25 tidak dapat dipertahankan. Dengan adanya kepentingan keuangan, seorang auditor jelas berkepentingan dengan laporan hasil pemeriksaan yang diterbitkan. Standar Umum dalam Standar Audit APIP menyatakan bahwa dengan prinsip objektivitas mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur dan tidak mengkompromikan kualitas. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat objektivitas auditor maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya Integritas Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur itu diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal (Pusdiklatwas BPKP, 2005). Menurut Alim dkk, (2007) menyatakan bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik dan hasil penelitiannya menemukan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Auditor sebagai ujung tombak pelaksanaan tugas audit harus senantiasa meningkatkan pengetahuan yang telah dimiliki agar penerapan pengetahuan dapat maksimal dalam praktiknya. Begitu juga menurut Sunarto (2003) menyatakan bahwa integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan prinsip. Dengan integritas yang tinggi, maka auditor dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya (Pusdiklatwas BPKP, 2005). 15

26 2.1.6 Kompetensi Seorang auditor memiliki peran sebagai pengontrol dan penjaga kepentingan publik terkait dengan bidang keuangan. Dalam melaksanakan peran audit, mereka bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, guna mendukung peran yang cukup mulia itu, seorang auditor harus didukung dengan kompetensi yang memadai akan teknik-teknik audit serta kompetensi lain yang mendukung. Kompetensi semacam itu dapat diperoleh melalui baik jenjang pendidikan secara formal maupun informal, serta pengalaman dalam praktik audit. Karena dalam melakukan peran audit, seorang auditor harus mengumpulkan serta mengevaluasi bukti-bukti yang digunakan untuk mendukung judgment yang diberikannya. Bukti-bukti yang dikumpulkan ini harus memadai guna meyakinkan auditor dalam memberikan opini. Sementara, tanggung jawab penyusunan dan penyajian laporan keuangan berada di pihak manajemen perusahaan. Untuk menilai kewajaran penyajian, agar laporan keuangan menjadi lebih reliabel dan kredibel, pihak manajemen memerlukan jasa pihak ketiga yang independen yaitu auditor. Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar menurut Rai ( 2008) dalam Tarigan (2011). Dalam melakukan audit, seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus di bidangnya. Kompetensi berkaitan dengan keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium menurut Suraida (2005). Hasil penelitian 16

27 yang dilakukan oleh Murtanto (1998) dalam Suraida (2005) menunjukkan bahwa komponen kompetensi untuk auditor di Indonesia terdiri atas: 1. Kompetensi pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam suatu kompetensi. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta prosedur-prosedur dan pengalaman. 2. Bahwa pengalaman akan memberikan hasil dalam menghimpun dan memberikan kemajuan bagi pengetahuan menurut Kanfer dan Ackerman (1989) dalam Suraida (2005). 3. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas kemampuan bekerjasama dengan orang lain menurut Gibbin.s dan Larocque.s (1990) dalam Suraida (2005) juga menunjukkan bahwa kepercayaan, komunikasi, kemampuan untuk bekerjasama adalah unsur penting bagi kompetensi audit Kualitas Hasil Pemeriksaan Para peneliti mempunyai kesamaan pendapat mengenai pengukuran audit. Pengukuran kualitas audit tersebut membutuhkan kombinasi antara hasil dan proses. Pengukuran hasil lebih banyak digunakan karena pengukuran proses tidak dapat diobservasi secara langsung. Kualitas hasil pemeriksaan adalah pelaporan tentang kelemahan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab, merahasiakan pengungkapan informasi yang dilarang, pendistribusian laporan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut dari rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 17

28 Agar pengawasan auditor pemerintah dalam melaksanakan pemeriksaan dapat memberi manfaat bagi pimpinan dan unit kerja maka diharuskan kepada para auditor pemerintah memahami tugas dan kewenangannya serta dalam melaksanakan tugas pemeriksaan mempedomani Standar Audit dan Kode Etik APIP. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor Per/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Umum Audit Kinerja dan Audit Investigatif meliputi standar-standar yang terkait dengan karakteristik organisasi dan individu-individu yang melakukan kegiatan audit. Standar pelaksanaan pekerjaan audit kinerja mendeskripsikan sifat kegiatan audit kinerja dan menyediakan kerangka kerja untuk melaksanakan dan mengelola pekerjaan audit kinerja yang dilakukan oleh auditor. Standar pelaksanaan audit kinerja mengatur tentang perencanaan yang mengatur penetapan sasaran, ruang lingkup, metodologi, dan alokasi sumber daya. Kemudian supervisi untuk mengatur tindakan yang terus-menerus selama pekerjaan audit, mulai dari perencanaan hingga diterbitkannya laporan audit. Supervisi harus diarahkan baik pada substansi maupun metodologi audit dengan tujuan antara lain untuk mengetahui: (1) kesesuaian pelaksanaan audit dengan standar audit (2) kelengkapan bukti yang terkandung dalam kertas kerja audit untuk mendukung kesimpulan dan rekomendasi sesuai dengan jenis audit (3) kelengkapan dan akurasi laporan audit yang mencakup terutama pada kesimpulan audit dan rekomendasi sesuai dengan jenis audit. Semua pekerjaan anggota tim audit harus direviu oleh ketua tim; semua pekerjaan ketua tim audit harus direviu oleh atasan langsungnya sebelum laporan audit dibuat. Reviu oleh atasan pada aktivitas audit kinerja harus dilakukan secara periodik agar menjamin bahwa perkembangan audit 18

29 kinerja masih efisien, efektif, mendalam, obyektif, dan sesuai dengan ketentuan. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa: 1. Tim audit memahami tujuan dan rencana audit; 2. Audit dilaksanakan sesuai dengan standar audit; 3. Prosedur audit telah diikuti; 4. Kertas kerja audit memuat bukti-bukti yang mendukung temuan dan rekomendasi; 5. Tujuan audit telah dicapai. Dalam standar pemeriksaan keuangan negara menyatakan definisi kualitas hasil pemeriksaan yaitu laporan hasil pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan, dan ketidakpatutan, harus dilengkapi tanggapan dari pimpinan atau pejabat yang bertanggungjawab pada entitas yang diperiksa mengenai temuan dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang direncanakan. Cara yang paling efektif untuk menjamin bahwa suatu laporan hasil pemeriksaan telah dibuat secara wajar, lengkap, dan objektif adalah dengan mendapatkan review dan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa. Tanggapan atau pendapat dari pejabat yang bertanggung jawab tidak hanya mencakup kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, atau tidak ketidakpatutan yang dilaporkan oleh pemeriksa, tetapi juga tindakan perbaikan yang direncanakan. Pemeriksaan harus memuat komentar tersebut dalam laporan hasil pemeriksaannya. 19

30 2.2 REVIEW PENELITIAN TERDAHULU Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan dibeberapa daerah di Indonesia. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan Analisis Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas dan Kompetensi APIP Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan diantaranya yaitu: Sukriah dkk, (2009), mengenai Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas dan Kompetensi terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan. Penelitian ini adalah Inspektorat sepulau Lombok. Hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa pengalaman kerja, objektivitas dan kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Kemudian untuk Independensi dan Integritas tidak berpengaruh positif. Sedangkan secara simultan, kelima variabel tersebut berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan dengan kemampuan menjelaskan terhadap variabel dependen sebesar 58%. Tarigan (2011), dengan judul penelitian Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan. Populasi penelitian ini adalah seluruh Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Kesimpulan pada penelitian ini adalah secara simultan pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan secara parsial pengalaman kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD. Ayuningtyas (2012), mengenai Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil 20

31 Audit, Studi Kasus Pada Auditor Inspektorat Kota/Kabupaten di Jawa Tengah. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa objektifitas, integritas dan kompetensi berpengaruh siginifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan, sedangkan variabel pengalaman kerja dan independensi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hasil audit. Linting (2013) mengenai Pengaruh Kompetensi, Objektivitas, Independensi, dan Kinerja Auditor Internal Terhadap Kualitas Audit, Studi Kasus Pada BRI Inspektorat Makassar. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kompetensi, independensi, dan kinerja auditor internal berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Objektivitas auditor internal tidak berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Saputri (2013) mengenai Analisis Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit di Lingkungan Pemerintah Daerah, Studi Kasus Pada Inspektorat Tingkat Kabupaten/Kota di Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor Independensi, objektivitas, pengalaman kerja, pengetahuan dan integritas berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit. Faktor independensi, objektivitas, pengalaman kerja, pengetahuan serta integritas auditor berpengaruh sebesar 83,5% terhadap kualitas hasil audit di lingkungan pemerintah daerah. Berdasarkan penelitian diatas, tabel 2.1 berikut ini menyajikan beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian yang akan dilaksanakan, yaitu sebagai berikut: 21

32 Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No. Nama Tujuan Metode Hasil 1. Sukriah (2009) 2. Tarigan (2011) 3. Ayuningtyas (2012) 4. Linting (2013) 5. Saputri (2013) Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas dan Kompetensi terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Audit Pengaruh kompetensi, objektivitas, independensi, dan kinerja auditor internal terhadap kualitas audit. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit di Lingkungan Pemerintah Daerah Metode regresi berganda Metode regresi berganda Metode regresi berganda Metode regresi bergadanda Metode regresi berganda Pengalaman kerja, Objektivitas dan Kompetensi mempunyai dampak yang signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Untuk Independensi dan Integritas belum berpengaruh secara signifikan. Independensi, Objektivitas, Integritas dan Kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan pengalaman kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD. Bahwa objektifitas, integritas dan kompetensi berpengaruh siginifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan, sedangkan variabel pengalaman kerja dan independensi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hasil audit. Penelitian menunjukkan Objektivitas auditor internal tidak berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Menunjukkan bahwa faktor Independensi, objektivitas, pengalaman kerja, pengetahuan dan integritas berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit. 2.3 KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan uraian latar belakang dengan teori-teori yang telah dijelaskan pada penelitian ini, maka sebagai kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: 22

33 Pengalaman Kerja (X1) Independensi (X2) Objektivitas (X3) Kualitas Hasil Pemeriksaan (Y) Integritas (X4) Kompetensi (X5) Gambar 2.1 Kerangka Penelitian 2.4 HIPOTESIS PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti mengidentifikasi lima variabel independen yaitu pengalaman kerja (X1), independensi (X2), objektivitas (X3), integritas (X4) dan kompetensi (X5) yang diperkirakan mempengaruhi baik parsial maupun simultan terhadap kualitas hasil pemeriksaan (variabel dependen = Y), maka penulis dapat mengembangkan hipotesis penelitian sebagai berikut: Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Pengalaman auditor akan terus meningkat seiring dengan semakin banyaknya pemeriksaan yang dilakukan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja dan pengalaman yang dimiliki auditor maka akan semakin baik dan meningkat pula kualitas pemeriksaan yang dihasilkan (Alim dkk, 2007). Hasil penelitian Sukriah, dkk (2009) menunjukkan bahwa pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman kerja seorang auditor maka semakin 23

34 meningkat kualitas hasil pemeriksaannya. Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah: H1: Pengalaman kerja APIP berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Independen mengartikan bahwa seseorang tidak dapat dipengaruhi. Seorang auditor dalam melaksanakan tugas pemeriksaan harus didukung dengan sikap independen, dimana seorang auditor tidak boleh dipengaruhi oleh pihak lain, dan tidak dikendalikan oleh pihak lain. Dalam hubungannya dengan auditor, independensi berpengaruh penting sebagai dasar utama agar auditor dipercaya oleh masyarakat umum. Alim, dkk (2007) menemukan bahwa independensinya berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Auditor harus dapat mengumpulkan setiap informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan audit dimana hal tersebut harus didukung dengan sikap independen. Berbeda dengan penelitian Sukriah, dkk (2009) yang membuktikan bahwa independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis yang dibangun adalah: H2: Independensi APIP berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan Pengaruh Objektifitas Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Objektifitas sebagai bebasnya seseorang dari pengaruh pandangan subjektif pihak-pihak lain yang berkepentingan. Hubungan keuangan dengan klien dapat mempengaruhi objektifitas dan dapat mengakibatkan pihak ketiga 24

35 berkesimpulan bahwa objektifitas auditor tidak dapat dipertahankan. Dengan adanya kepentingan keuangan, seorang auditor jelas berkepentingan dengan laporan hasil pemeriksaan yang diterbitkan (Sukriah dkk, 2009). Standar umum dalam Standar Audit APIP menyatakan bahwa dengan prinsip objektifitas mensyaratkan agar auditor melaksanakan pemeriksaan dengan jujur dan tidak mengkompromikan kualitas. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat objektifitas auditor maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya. Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah: H3: Objektifitas APIP berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan Pengaruh Integritas Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan pemeriksaan. Sunarto (2003) dalam Sukriah (2009) menyatakan bahwa integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan prinsip. Pengaruh integritas terhadap kualitas audit dan hasilnya tidak signifikan (Sukriah dkk, 2009). Oleh karena itu penelitian ini mencoba menguji kembali pengaruh integritas terhadap kualitas hasil pemeriksaan dengan hipotesis yang dibangun adalah: H4: Integritas APIP berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. 25

36 2.4.5 Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar. Dalam melaksanakan audit, seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus dibidangnya. Hasil penelitian (Alim dkk,2007) men yatakan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan, jadi semakin tinggi kompetensi auditor akan semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya. Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang dibangun adalah: H5: Kompetensi APIP berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. 26

37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah assosiatif kausal, dimana terjadi hubungan sebab akibat diantara dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel independen yang digunakan yakni pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas, kompetensi dan variabel dependen kualitas hasil pemeriksaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. 3.2 JENIS DAN SUMBER DATA Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berkaitan dengan penelitian ini dan diperoleh secara langsung dari responden. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang akan diantar sendiri oleh penulis dan data sekunder berupa gambaran umum dan struktur organisasi dari inspektorat. Kuesioner diberikan kepada seluruh pegawai Inspektorat Kota Padang yang beralamat di Jalan Prof. M. Yamin Nomor 70 Padang. 3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN Populasi pada penelitian Aparat Pengawas Intern Pemerintah pada Inspektorat Kota Padang ini berjumlah 71 orang. Namun sampel yang digunakan merupakan seluruh pegawai inspektorat berdasarkan bagian yang melakukan pengawasan/ 27

38 pemeriksaan yaitu bagian Struktural (In spektur Pembantu) dan Fungsional Khusus (P2UPD dan Auditor) pada Inspektorat Kota Padang berjumlah 34 orang sebagai responden penelitian. Maka, responden dalam Inspektorat Kota Padang dengan jumlah 34 responden, merupakan populasi pada sampel penelitian tersebut. 3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA Peneliti mengumpulkan data dengan cara memberikan langsung kuesioner kepada responden. Dalam penelitian ini, kuesioner penulis merujuk pada kuesioner dalam penelitian Sukriah dkk., (2009), karena beberapa peneliti terdahulu juga merujuk kepada kuesioner penelitian Sukriah dkk., (2009), dan telah diisi oleh seluruh pegawai yang bertugas sebagai pengawas dan pemeriksa pada Inspektorat Kota Padang. Hasil dari pengumpulan data (kuesioner) adalah, berdasarkan jumlah kuesioner yang dikirim sesuai dengan jumlah populasi yaitu sebanyak 34 responden, total kuesioner yang kembali berjumlah 30 responden. 3.5 DEFINISI OPERASIONAL DAN SKALA PENGUKURAN VARIABEL Semua instrumen menggunakan skala likert dengan 5 skala nilai yaitu Sangat Tidak Setuju (STS) dengan nilai 1, Tidak Setuju (TS) dengan nilai 2, Netral (N) dengan nilai 3, Setuju (S) dengan nilai 4, serta Sangat Setuju (SS) dengan nilai 5. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan acuan yang ditetapkan BPKP kecuali untuk independensi mengadopsi dari Trisnaningsih (2007) dalam Sukriah dkk, (2009). 28

39 a. Variabel Independen: 1. Pengalaman kerja adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit yang dilihat dari segi lamanya bekerja sebagai auditor dan banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan. 2. Independensi adalah kebebasan posisi auditor baik dalam sikap maupun penampilan dalam hubungannya dengan pihak lain yang terkait dengan tugas audit yang dilaksanakannya. Independensi dilihat dari segi penyusunan program, pelaksanaan pekerjaan, dan pelaporan. 3. Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain. 4. Integritas merupakan sikap jujur, berani, bijaksana dan tanggung jawab auditor dalam melaksanakan audit. 5. Kompetensi adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar, yang diukur dengan indikator mutu personal, pengetahuan umum dan keahlian khusus. b. Variabel Dependen: 1. Kualitas hasil pemeriksaan adalah kualitas yang ditunjukkan dengan laporan hasil pemeriksaan yang dapat diandalkan berdasarkan standar yang telah ditetapkan. Definisi operasional dan pengukuran variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini: 29

40 Pengalaman Kerja (X1) Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Definisi Operasional Indikator Pengalaman pengawas/auditor dalam melakukan pemeriksaan. Independensi (X2) Objektivitas (X3) Integritas (X4) Kompetensi (X5) Kualitas Hasil Pemeriksaan (Y) Sumber: Sukriah dkk., (2009) Kebebasan posisi pengawas/ auditor baik dalam sikap maupun penampilan dalam hubungannya dengan pihak lain yang terkait dengan tugas pemeriksaan yang dilaksanakannya. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka. Sikap jujur, berani, bijaksana dan tanggung jawab pengawas/ auditor dalam melaksanakan pemeriksaan. Kualifikasi yang dibutuhkan oleh pengawas/auditor untuk melakukakn pemeriksaan dengan benar, yang diukur dengan indikator mutu personal, pengetahuan umum dan keahlian khusus. Kualitas kerja pengawas/auditor yang ditunjukkan dengan laporan hasil pemeriksaan yang dapat diandalkan berdasarkan standar yang telah ditetapkan. 1. Lamanya bekerja sebagai pengawas/ auditor, 2. Banyaknya tugas pemeriksaan 1. Penyusunan program 2. Pelaksanaan pekerjaan 3. Pelaporan 1. Bebas dari benturan kepentingan 2. Pengungkapan kondisi sesuai fakta 1. Kejujuran 2. Keberanian 3. Bijaksana 4. Tanggung jawab 1. Mutu personal 2. Pengetahuan umum 3. Keahlian khusus 1. Kesesuaian pemeriksaan dengan standar audit kinerja 2. Kualitas laporan hasil pemeriksaan 3.6 METODE ANALISIS Menganalisis data merupakan salah satu proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dengan menggunakan metode kuantitatif, diharapkan akan didapatkan hasil pengukuran yang akurat 30

41 tentang respon yang diberikan, maka akan terbentuk angka yang dapat dioleh dengan menggunakan metode statistik Statistik Deskriptif Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah dikumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud untuk menarik kesimpulan yang berlaku secara generalisasi. Dalam statistik deskriptif, hasil jawaban responden akan dideskripsikan menurut masing-masing variabel penelitian (Sugiyono, 2010). 3.7 UJI KUALITAS DATA Uji Validitas Uji validitas dimaksudkan untuk menilai sejauhmana suatu alat ukur diyakini dapat dipakai sebagai alat untuk mengukur item-item pertanyaan kuesioner dalam penelitian (Ghozali, 2006). Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS ( Stastical Production and Service Solution) versi 20.0 dengan kriteria sebagai berikut: a. Jika rhitung > rtabel, maka butir pernyataan valid. b. Jika rhitung < rtabel, maka butir pertanyaan tersebut tidak valid rhitung dapat dilihat pada kolom Corrected Item Total Correlation. 31

42 3.7.2 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur tingkat konsistensi antara hasil pengamatan dengan instrumen atau alat ukur yang digunakan pada waktu yang berbeda-beda. Teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas pengamatan adalah dengan menggunakan koefisien cronbach alpha. Teknik pengujian reliabilitas menggunakan koefisien korelasi lebih besar dari nilai kritis atau jika nilai cronbach alpha lebih besar daripada 0,6 maka item tersebut dinyatakan reliabel (Ghozali, 2006). 3.8 UJI ASUMSI KLASIK Penggunaan analisis regresi dalam statistik harus bebas dari asumsi-asumsi klasik seperti normalitas data, multikolinearitas dan heteroskedastisitas. Untuk menguji hal tersebut peneliti juga menggunakan program SPSS 20. Berdasarkan hasil output tersebut barulah dilakukan analisis terhadap asumsi-asumsi klasik tersebut Uji Normalitas Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti bentuk lonceng pada diagram histogram. Uji normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Kolmogorov-Smirnov. Kriteria pengujian satu sampel menggunakan pungujian satu sisi yaitu dengan membandingkan probabilitas dengan tingkat signifikansi tertentu yaitu (Ghozali, 2006): 32

43 1. Nilai Signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal. 2. Nilai Signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji, apakah ditemukan atau tidak korelasi diantara variabel independen. Jika terjadi korelasi antar variabel independen maka akan ditemukan adanya masalah multikolinearitas. Suatu model regresi yang baik harus tidak menimbulkan masalah multikolinearitas. Untuk itu diperlukan uji multikolinearitas terhadap setiap data variabel bebas yaitu dengan: 1. Melihat angka collinearity Statistics yang ditunjukkan oleh Nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika angka VIF lebih besar dari 10, maka variabel bebas yang ada memiliki masalah multikolinearitas (Ghozali, 2006). 2. Melihat nilai tolerance pada output penilaian multikolinearitas yang tidak menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,1 akan memberikan kenyataan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas (Ghozali, 2006) Uji Heteroskedastisitas Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Penelitian ini menggunakan metode grafik plot, untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas. Metode grafik plot dilakukan dengan cara mendiagnosa 33

44 diagram residual plot. Residual plot (Studenzized) dibandingkan dengan hasil prodiksi. Jika titik-titik sebar membentuk pola tertentu dan teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006). 3.9 ALAT ANALISIS DATA Analisis Regresi Linear Berganda Analisa ini digunakan untuk mengetahui atau mengukur pengaruh antara variabel pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Disamping itu, metode analisis ini digunakan untuk melihat hubungan antar variabel tersebut. Dikarenakan variabel independen lebih dari satu dengan lima variabel dan variabel dependen dengan satu variabel, maka untuk mencari pengaruh tersebut digunakan formulasi berikut ini (Tarigan, 2013): Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + e Dimana: Y a b1,b2,b3,b4,b5, e X1 X2 = Kualitas Hasil Pemeriksaan = Konstanta = Koefisien arah regresi = Tingkat kesalahan (error) = Pengalaman Kerja = Independensi 34

45 X3 X4 X5 = Objektivitas = Integritas = Kompetensi Dalam menganalisis data, digunakan program SPSS release Uji Adjusted R 2 Pengujian adjusted R 2 dapat digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi dari keseluruhan variabel bebas dan pengaruhnya terhadap variabel terikat. Adjusted R 2 berkisar antara nol sampai dengan 1 (0 adjusted R 2 1). Hal ini berarti bila adjusted R 2 semakin besar mendekati 1 menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan bila adjusted R 2 semakin kecil mendekati 0, maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel bebas yang tidak masuk dalam model (Ghozali, 2006) UJI HIPOTESIS Uji F Uji ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model penelitian mempunyai pegaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengujian dengan uji f variansnya adalah dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel dan signifikan probabilitas pada α = 0,05 apabila hasil perhitungannya menunjukkan: 35

46 a. Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya variasi dari model regresi berhasil menerangkan variasi variabel bebas secara keseluruhan, sejauh mana pengaruhnya terhadap variabel terikat. b. Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya variasi dari model regresi tidak berhasil menerangkan variasi variabel bebas secara keseluruhan, sejauh mana pengaruhnya terhadap variabel terikat. Kriteria pengambilan keputusan: a. Jika signifikan probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. b. Jika signifikan probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak Uji t Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikasi individual. Uji ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Pengujian dengan uji t variansnya adalah dengan membandingkan thitung dengan ttabel dan signifikan probabilitas pada α = 0,05 apabila hasil perhitungannya menunjukkan: Pengujian dengan Uji t adalah dengan membandingkan thitung dengan ttabel pada α = 0,05 apabila hasil perhitungannya menunjukkan: a. thitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya variasi variabel bebas dapat menerangkan variabel tidak bebas dan terdapat pengaruh di antara kedua variabel yang diuji. 36

47 b. thitung < ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya variasi variabel bebas tidak dapat menerangkan variabel tidak bebas dan terdapat pengaruh di antara kedua variabel yang diuji. Kriteria pengambilan keputusan: a. Jika signifikan probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. b. Jika signifikan probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak. 37

48 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 GAMBARAN UMUM INSPEKTORAT KOTA PADANG Tentang Inspektorat Kota Padang Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun 1991 tanggal 30 Nopember 1991 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pengawasan yang menjelaskan bahwa pelaksanaan pengawasan Inspektorat Wilayah Propinsi dan Inspektorat Wilayah Kabupaten/Kotamadya secara operasional bertanggung jawab kepada Walikota dan secara administrasi kepada Gubernur. Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah sesuai amanat Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah serta Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2000 tanggal 17 Nopember 2000 tentang Pedoman Susunan Organisasi Perangkat Daerah dibentuklah Lembaga Teknis Daerah. Mempedomani ketentuan di atas, dibentuklah Badan Pengawasan Daerah Kota Padang dengan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2004 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah dan Keputusan Walikota Padang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Uraian Tugas dan Fungsi Badan Pengawasan Daerah Kota Padang. Selanjutnya, Badan Pengawasan Daerah (Bawasda) yang sesuai bidang tugasnya berfungsi dalam penyelenggaraan pengawasan pemerintahan daerah mengalami perubahan nomenklatur menjadi Inspektorat sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah pasal 1 ayat 11 yang berbunyi : Unsur Pengawasan Daerah adalah Badan Pengawasan 38

49 Daerah yang selanjutnya disebut Inspektorat Provinsi, Inspektorat Kabupaten, dan Inspektorat Kota Dasar Hukum Pembentukan Inspektorat Kota Padang Mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 di atas, Inspektorat Kota Padang dibentuk dengan Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 15 Tahun 2012 tentang Perubahan Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kota Padang. Pada pasal 3 peraturan daerah ini dinyatakan bahwa Inspektorat merupakan unsur pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah yang dipimpin oleh seorang Inspektur yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota dan secara teknis administrasi mendapat pembinaan dari Sekretaris Daerah Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran 1. Visi Inspektorat Kota Padang memiliki visi yaitu: Terwujudnya pengawasan yang profesional, bersih dan terpercaya. Maksudnya adalah pengawasan yang mengutamakan keahlian, berdasarkan kode etik dan standar audit, mampu menjalankan tugas dan fungsi dengan penuh tanggungjawab yang dilaksanakan dengan efektif, efisien, dan bebas dari korupsi kolusi dan nepotisme sesuai ketentuan perundangan yang berlaku. 39

50 2. Misi Untuk mewujudkan visi di atas dilaksanakan beberapa misi berikut : a. Mewujudkan aparatur daerah yang bersih, berwibawa, bermoral dan profesional yang mengabdi pada kepentingan nasional, daerah dan masyarakat. b. Mewujudkan peningkatan sistem pengawasan internal yang efektif. c. Menciptakan pemerintahan yang bersih melalui pengawasan yang profesional dalam rangka mewujudkan peningkatan sistem pengawasan internal yang baik dan tepat. 3. Tujuan Tujuan Inspektorat adalah dapat memberikan pelayanan prima dan profesional sesuai dengan tugas pokok dan fungsi secara proporsional agar tercapai kinerja optimal. 4. Sasaran Sasaran Strategis Inspektorat adalah peningkatan kinerja Unit Kerja dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik ( good governance) melalui pemerintahan yang bersih (clean government) untuk mewujudkan Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) di Kota Padang Struktur Organisasi Berdasarkan bentuk struktur organisasi lokasi penelitian pada prinsipnya mendekati bentuk struktur organisasi lini dan staf karena sesuai tugasnya yakni 40

51 melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di Lingkungan Pemerintah Kota Padang. Tugas pengawasan ini dilaksanakan baik oleh auditor maupun pejabat struktural yang ditempatkan pada masing-masing Inspektur Pembantu sedangkan tugas penunjang lainnya dilaksanakan oleh staf yang ada pada sekretariat. Sesuai Peraturan Daerah Nomor 15 tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Daerah Kota Padang dan Lembaga Teknis Daerah dan Peraturan Walikota Padang Nomor 45 tahun 2009 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Inspektorat dapat digambarkan struktur organisasi Inspektorat Kota Padang berikut: Gambar 4.1 Bagan Struktur Inspektorat Kota Padang Sumber : Peraturan Daerah Kota Padang No: 15 Tahun

52 Berdasarkan bagan struktur organisasi di atas dapat dijelaskan tugas pokok, fungsi dan kewenangan Inspektorat Kota Padang : a. Tugas Pokok Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di lingkungan Pemerintah Kota Padang. b. Fungsi Adapun fungsi Inspektorat Kota Padang antara lain : 1). Melakukan pemeriksaan terhadap penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah tingkat kota, kecamatan dan kelurahan yang meliputi bidang pemerintahan, perekonomian, aparatur, pendapatan, kekayaan dan barang/jasa daerah. 2). Melakukan pengujian serta penilaian terhadap laporan instansi di lingkungan Pemerintah Kota Padang. 3). Melakukan pengusutan kebenaran pengaduan masyarakat terhadap penyalahgunaan dan penyimpangan di bidang pemerintahan, perekonomian, aparatur, pendapatan, kekayaan dan barang/jasa daerah. 4). Melakukan koordinasi pelayanan teknis administrasi dan fungsional. c. Kewenangan Kewenangan yang dimiliki Inspektorat Kota Padang meliputi : 1). Melakukan pemeriksaan terhadap instansi Pemerintah Kota Padang yang meliputi bidang pemerintahan, kesehatan, pendidikan, keuangan, perlengkapan, peralatan, BUMD, pembangunan, kesatuan bangsa, perlindungan masyarakat, penerimaan daerah, dan lain-lain. 42

53 2). Melakukan pengujian dan penilaian atas kebenaran laporan berkala atau sewaktu-waktu dari setiap tugas perangkat daerah. 3). Melakukan pengujian atas kebenaran laporan pengaduan masyarakat tentang perilaku perangkat daerah. 4). Melakukan pembinaan tenaga fungsional pengawasan di lingkungan Inspektorat Kota Padang. 5). Melakukan monitoring, evaluasi dan tindak lanjut hasil pemeriksaan. Tugas pokok, fungsi, dan kewenangan Inspektorat di atas dilaksanakan oleh personil (aparatur) pengawasan sebanyak 71 orang dengan uraian pada tabel 4.1 berikut: Struktural : 1. Inspektur 2. Sekretaris Tabel 4.1 Jumlah Pegawai Inspektorat Kota Padang Jabatan 3. Kasubag (Umum, Keuangan, Evlap) 4. Inspektur Pembantu Fungsional Khusus : 1. Jabatan Fungsional Auditor 2. Jabatan Fungsional Pejabat Pengawas Urusan Pemerintah Daerah (P2UPD) Fungsional Umum : Jumlah (org) 1. Staf (PNS dan Non PNS) Jumlah 71 Sumber: Inspektorat Kota Padang Juni

54 4.2 ANALISIS HASIL PENELITIAN METODE ANALISIS Deskriptif Data Populasi pada Inspektorat Kota Padang ini berjumlah 71 orang, namun sampel yang ditentukan berjumlah 34 orang. Sehingga jumlah kuesioner yang disebar kepada responden adalah sebanyak 34 kuesioner dan dilakukan satu tahap. Kemudian sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, kuesioner dijemput kembali. Dari 34 kuesioner yang dikirim/dibagikan, yang dikembalikan sebanyak 30 kuesioner. Jadi kuesioner yang bisa digunakan untuk melakukan analisis data sebanyak 30 kuesioner, dan 4 kuesioner yang tidak dikembalikan disebabkan dinas di luar kantor. Dengan data yang mengembalikan yaitu Inspektur Pembantu 2 kuesioner, P2UPD 10 kuesioner dan Auditor 18 kuesioner Statistik Deskriptif Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Analisis deskriptif untuk tiap variabel dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban tiap pernyataan dari responden dari skala sangat tidak setuju sampai sangat setuju. 44

55 Tabel 4.2 Statistik Deskriptif N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Pengalaman Kerja Independensi Objektivitas Integritas Kompetensi Kualitas Hasil Pemeriksaan Valid N (listwise) 30 Sumber: pengolahan data SPSS, 2015 Dari hasil olahan data di atas, dapat dilihat bahwa untuk variabel Pengalaman Kerja nilai minimum adalah 12,04 dan nilai maksimum 32,06, sedangkan nilai mean yang diperoleh adalah 20,4321. Untuk variabel Independensi nilai minimum adalah 10,55 dan nilai maksimum 27,21, sedangkan nilai mean adalah 18,8660. Untuk variabel Objektivitas nilai minimum adalah 10,32 dan nilai maksimum 33,73, sedangkan nilai mean adalah 22,3211. Untuk variabel Integritas nilai minimum adalah 25,14 dan nilai maksimum 57,78, sedangkan nilai mean adalah 38,5429. Untuk variabel Kompetensi nilai minimum adalah 14,18 dan nilai maksimum 42,63, sedangkan nilai mean adalah 27,4895. Untuk variabel Kualitas Hasil Pemeriksaan nilai minimum adalah 8,00 dan nilai maksimum 29,71, sedangkan nilai mean adalah 19,0018. Dari hasil olahan data di atas, dapat dilihat bahwa untuk nilai standar deviasi yang lebih kecil dari nilai rata-rata, maka berarti hasil olahan data yang ada memiliki penyimpangan yang rendah. 45

56 4.2.2 UJI KUALITAS DATA Uji Validitas Pengujian validitas instrumen dengan menggunakan software statistik, nilai validitas dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur yang digunakan dapat mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung dengan rtabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Pada penelitian ini sampel berjumlah 30, dengan demikian dapat dihitung df = 30-2 = 28. Berdasarkan tabel r dengan signifikansi 5%, apabila df = 28, maka diperoleh rtabel = 0,3610. Berikut hasil uji validitas dapat dilihat bahwa rhitung lebih besar rtabel : a. Pengalaman Kerja Berdasarkan tabel 4.3, uji validitas menunjukkan semua pertanyaan yang digunakan pada kuesioner pengalaman kerja dinyatakan valid karena rhitung > rtabel. Hal ini berarti bahwa semua pertanyaan teruji validitasnya. Pertanyaan Tabel 4.3 Validitas Instrumen Pengalaman Kerja (X1) Corrected Item- Total Correlation Tabel r Keterangan Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Sumber: pengolahan data SPSS,

57 b. Independensi Berdasarkan tabel 4.4, uji validitas menunjukkan semua pertanyaan yang digunakan pada kuesioner independensi dinyatakan valid karena rhitung > rtabel. Hal ini berarti bahwa semua pertanyaan teruji validitasnya. Pertanyaan Tabel 4.4 Validitas Instrumen Independensi (X2) Corrected Item- Total Correlation Tabel r Keterangan Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Sumber: pengolahan data SPSS, 2015 c. Objektivitas Berdasarkan tabel 4.5, uji validitas menunjukkan semua pertanyaan yang digunakan pada kuesioner objektivitas dinyatakan valid karena rhitung > rtabel. Hal ini berarti bahwa semua pertanyaan teruji validitasnya. 47

58 Pertanyaan Tabel 4.5 Validitas Instrumen Objektivitas (X3) Corrected Item- Total Correlation Tabel r Keterangan Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Sumber: pengolahan data SPSS, 2015 d. Integritas Berdasarkan tabel 4.6, uji validitas menunjukkan semua pertanyaan yang digunakan pada kuesioner integritas dinyatakan valid karena rhitung > rtabel. Hal ini berarti bahwa semua pertanyaan teruji validitasnya. Pertanyaan Tabel 4.6 Validitas Instrumen Integritas (X4) Corrected Item- Total Correlation Tabel r Keterangan Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid 48

59 Pertanyaan Corrected Item- Total Correlation Tabel r Keterangan Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Sumber: pengolahan data SPSS, 2015 e. Kompetensi Berdasarkan tabel 4.7, uji validitas menunjukkan semua pertanyaan yang digunakan pada kuesioner kompetensi dinyatakan valid karena rhitung > rtabel. Hal ini berarti bahwa semua pertanyaan teruji validitasnya. Pertanyaan Tabel 4.7 Validitas Instrumen Kompetensi (X5) Corrected Item- Total Correlation Tabel r Keterangan Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Sumber: pengolahan data SPSS,

60 f. Kualitas Hasil Pemeriksaan Berdasarkan tabel 4.8, uji validitas menunjukkan semua pertanyaan yang digunakan pada kuesioner kualitas hasil pemeriksaan dinyatakan valid karena rhitung > rtabel. Hal ini berarti bahwa semua pertanyaan teruji validitasnya. Tabel 4.8 Validitas Instrumen Kualitas Hasil Pemeriksaan (Y) Pertanyaan Corrected Item- Total Correlation Tabel r Keterangan Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Item Valid Sumber: pengolahan data SPSS, Uji Reliabilitas Setelah dilakukan uji validitas, langkah selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas data yaitu dengan melihat nilai cronbach.s alpha. Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya. Secara umum suatu instrumen dikatakan bagus jika memiliki koefisien Cronbach.s alpha > 0,6 maka kuesioner penelitian tersebut dinyatakan reliabel. Hasil pengujian data menunjukkan bahwa nilai cronbach.s alpha lebih besar dari 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa data penelitian dinyatakan reliabel pada tabel

61 Variabel Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Cronbach's Alpha Batas Reliabilitas Keterangan Pengalaman Kerja (X1) Reliabel Independensi (X2) Reliabel Objektivitas (X3) Reliabel Integritas (X4) Reliabel Kompetensi (X5) Reliabel Kualitas Hasil Pemeriksaan (Y) Reliabel Sumber: pengolahan data SPSS, UJI ASUMSI KLASIK Uji Normalitas Berdasarkan hasil uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov dengan melihat data residualnya apakah berdistribusi normal atau tidak. Jika signifikansi nilai Kolmogorov-Smirnov > 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa data mempunyai distribusi normal. Hal ini dapat diketahui dengan melihat nilai Kolmogorov-Smirnov dengan tingkat signifikansi sebesar 0,987 > 0,05. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel Tabel 4.10 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 30 Normal Parameters a,b Mean 0E-7 Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute.083 Positive.052 Negative Kolmogorov-Smirnov Z.452 Asymp. Sig. (2-tailed).987 Sumber: pengolahan data SPSS,

62 Uji Multikolinearitas Pengujian multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah antara variabel bebas memiliki hubungan atau tidak satu sama lainnya. Batas tolerance value adalah 0,1 dan batas VIF adalah 10. Apabila tolerance value < 0,1 atau VIF > 10 = terjadi multikolinearitas. Apabila tolerance value > 0,1 atau VIF < 10 = tidak terjadi multikolinearitas Hasil uji multikolinearitas pada penelitian ini dapat dilihat tabel Hasil pengujiannya menunjukkan setiap variabel bebas pada tolerance menunjukkan nilai > 0,1 dan untuk VIF menunjukkan nilai < 10. Jadi dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi penelitian ini. Tabel 4.11 Coefficients a Model (Constant) Collinearity Statistics Tolerance VIF Pengalaman Kerja (X1) Independensi (X2) Objektivitas (X3) Integritas (X4) Kompetensi (X5) Sumber: pengolahan data SPSS, Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedatisitas bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pengujian asumsi heteroskedastisitas menyimpulkan bahwa model 52

63 regresi tidak terjadi heteroskedastisitas. Dengan kata lain tidak terjadi kesamaan varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Kesimpulan ini diperoleh dengan melihat penyebaran titik-titik yang menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas pada gambar 4.2. Gambar 4.2 Hasil Grafik Scatterplot Sumber: pengolahan data SPSS, ALAT ANALISIS DATA Analisis Regresi Berganda Regresi berganda ditujukan untuk melihat bagaimana pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen dalam penilitian ini, maka model analisis yang digunakan adalah model regresi linear berganda. 53

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Bab ini akan menjelaskan tinjauan pustaa baik definisi, konsep atau hasil penelitian yang berkaitan dengan kualitas kerja, serta menentukan teori yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan daerah. Pemerintah harus melakukan reformasi dalam segala aspek pengelolaan keuangan daerah. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kualitas audit sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien (De Angelo, 1981). Deis dan Groux

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Atribusi Menurut Fritz Heider sebagai pencetus teori atribusi, teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku seseorang. Teori atribusi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Reformasi pemerintahan yang terjadi di Indonesia sepuluh tahun terakhir

BAB II DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Reformasi pemerintahan yang terjadi di Indonesia sepuluh tahun terakhir BAB II DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Otonomi Daerah Reformasi pemerintahan yang terjadi di Indonesia sepuluh tahun terakhir telah membawa banyak perubahan besar, baik di bidang politik, sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah mengelola Negara yang mencakup dana yang cukup besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan pemerintahan seharusnya didukung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Penelitian Terdahulu Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu: Batubara (2008) melakukan penelitian tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk. penyelenggaraan pemerintahan seharusnya didukung dengan suatu

BAB I PENDAHULUAN. besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk. penyelenggaraan pemerintahan seharusnya didukung dengan suatu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Negara yang dikelola oleh pemerintah mencakup dana yang cukup besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan pemerintahan seharusnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory. BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Agensi Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory. Pihak kepala unit organisasi berperan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 47 TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK APARAT PENGAWAS INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 47 TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK APARAT PENGAWAS INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG SALINAN NOMOR 35/E, 2010 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 47 TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK APARAT PENGAWAS INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah mengelola Negara yang mencakup dana yang cukup besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan pemerintahan seharusnya didukung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan go public harus memberikan informasi berupa laporan keuangan yang sudah diaudit oleh jasa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan go public harus memberikan informasi berupa laporan keuangan yang sudah diaudit oleh jasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan go public harus memberikan informasi berupa laporan keuangan yang sudah diaudit oleh jasa auditor independen, yang umumnya disebut akuntan publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini wajar, karena beberapa penelitian

Lebih terperinci

2 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelengga

2 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelengga BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1041, 2014 KEMENKOPOLHUKAM. Kode Etik. Auditor. Aparat Pengawas Intern Pemerintah. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. berdasarkan standar auditing yang berlaku umum. Berdasarkan definisi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. berdasarkan standar auditing yang berlaku umum. Berdasarkan definisi 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Pengertian Auditing Audit merupakan tugas utama dari seorang akuntan publik, karena dengan fungsi ini seorang akuntan publik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui apakah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil hingga yang besar. Koperasi yang memiliki lingkup usaha yang luas akan

BAB I PENDAHULUAN. kecil hingga yang besar. Koperasi yang memiliki lingkup usaha yang luas akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha-usaha koperasi memiliki lingkup usaha yang bervariasi dari yang kecil hingga yang besar. Koperasi yang memiliki lingkup usaha yang luas akan berdampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu : penyediaan informasi, pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Atribusi Menurut Fritz Heider pencetus teori atribusi, teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersertifikat atau kantor akuntan publik yang melakukan audit atas entitas

BAB I PENDAHULUAN. bersertifikat atau kantor akuntan publik yang melakukan audit atas entitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Auditor independen ialah merupakan suatu akuntan publik yang bersertifikat atau kantor akuntan publik yang melakukan audit atas entitas keuangan komersial maupun non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara yang dikelola oleh pemerintah mencakup dana yang cukup besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan pemerintahan seharusnya

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà - 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia yang semakin meningkat berimplikasi pada sistem pengelolaan keuangan secara akuntabel dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan suatu pengawas intern untuk meminimalisir penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan suatu pengawas intern untuk meminimalisir penyimpangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 (pasal 24) pengawasan terhadap urusan pemerintahan di daerah dilaksanakan oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencapaian sasaran sesuai dengan upaya untuk mewujudkan suatu iklim pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat menjalankan amanah

Lebih terperinci

PENGARUH INDEPENDENSI, KECAKAPAN PROFESIONAL, OBYEKTIVITAS, KOMPETENSI, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP KUALITAS HASIL AUDIT

PENGARUH INDEPENDENSI, KECAKAPAN PROFESIONAL, OBYEKTIVITAS, KOMPETENSI, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP KUALITAS HASIL AUDIT PENGARUH INDEPENDENSI, KECAKAPAN PROFESIONAL, OBYEKTIVITAS, KOMPETENSI, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP KUALITAS HASIL AUDIT (Studi Empiris di Pemerintah Kota Surakarta dan Pemerintah Kabupaten Wonogiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan intern yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan perbaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan bersifat membantu agar sasaran yang ditetapkan organisasi dapat tercapai, dan secara dini menghindari terjadinya penyimpangan pelaksanaan, penyalahgunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pembangunan manusia merupakan salah satu indikator bagi kemajuan suatu negara. Suatu negara dikatakan maju bukan saja dihitung dari pendapatan domestik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jenderal Departemen, Satuan Pengawas Intern (SPI) di lingkungan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Jenderal Departemen, Satuan Pengawas Intern (SPI) di lingkungan lembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah dalam mengelola negara sangat memerlukan biaya atau dana yang sangat besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan dana yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengawasan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan dana yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengawasan bersifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu negara yang dikelola oleh pemerintahan selalu mencakup penggunaan dana yang cukup besar jumlahnya untuk melaksanakan aktivitas pemerintahan. Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam system akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam system akuntansi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut De Angelo (1981) dalam Ardini (2010) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan ( probability) di mana auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana,

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui apakah suatu instansi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. publik sehingga efektivitas dan efisiensi penggunaan dana bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. publik sehingga efektivitas dan efisiensi penggunaan dana bisa BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dana yang dikelola oleh pemerintah mencakup jumlah yang cukup besar. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan pemerintahan seharusnya didukung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan teori 1. Teori agensi (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) adalah teori yang menjelaskan konflik yang terjadi antara pihak manajemen perusahaan selaku agen dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun terakhir, permasalahan hukum terutama berkaitan dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dengan segala praktiknya seperti penyalahgunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien (Deangelo, 1981).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien (Deangelo, 1981). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kualitas Hasil Pemeriksaan Kualitas audit diartikan sebagai probabilitas seorang auditor dalam menentukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien sesuai

BAB1 PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien sesuai BAB1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengawasan Intern Pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui bahwa suatu instansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fenomena mengenai kualifikasi personel pemeriksaan ini memang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fenomena mengenai kualifikasi personel pemeriksaan ini memang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Pendidikan Fenomena mengenai kualifikasi personel pemeriksaan ini memang menjadi masalah dalam Badan Pengawasan Daerah. Seharusnya seorang pemeriksa mempunyai wawasan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 59 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI

Lebih terperinci

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 : Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang : Kuesioner : Hasil Uji Deskriptif : Hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser dari sistem tradisional menjadi sistem yang berbasis kinerja yang dilakukan secara menyeluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin berkembang, dan dengan berkembangnya perusahaan-perusahaan tersebut membuat permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pasar global, tetapi juga merugikan negara serta dalam jangka panjang dapat

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pasar global, tetapi juga merugikan negara serta dalam jangka panjang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berbagai diskusi ilmiah, korupsi diakui sebagai musuh bersama bagi masyarakat Indonesia, karena dampak nyata kegiatan korupsi bukan hanya menimbulkan high cost

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keutamaan atau dikenal dengan istilah virtue ethics theory Ghilyer dalam Soraya

BAB I PENDAHULUAN. keutamaan atau dikenal dengan istilah virtue ethics theory Ghilyer dalam Soraya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintah yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel seharusnya disikapi dengan serius dan sistematis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meyakini kualitas pekerjaannya. Dalam penyelenggaraanya good governance

BAB I PENDAHULUAN. meyakini kualitas pekerjaannya. Dalam penyelenggaraanya good governance BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap profesi harus mampu membangun kepervayaan masyarakat agar martabat dan kualitas jasa professionalnya dapat terjaga. Untuk membangun kepercayaan masyarakat, maka

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk. penggunaan dana bisa dipertanggungjawabkan. Auditor pemerintah terdiri

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk. penggunaan dana bisa dipertanggungjawabkan. Auditor pemerintah terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dana yang dikelola oleh pemerintah mencakup dana yang cukup besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan pemerintahan seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian mengenai kualitas audit penting agar auditor dapat mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian mengenai kualitas audit penting agar auditor dapat mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian mengenai kualitas audit penting agar auditor dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit dan dapat meningkatkan kualitas audit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, organisasi audit pemerintah dibagi menjadi dua, yaitu : Auditor Eksternal

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, organisasi audit pemerintah dibagi menjadi dua, yaitu : Auditor Eksternal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, organisasi audit pemerintah dibagi menjadi dua, yaitu : Auditor Eksternal Pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)

Lebih terperinci

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK salinan BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama semakin strategis dan bergerak mengikuti kebutuhan zaman. APIP diharapkan menjadi agen perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Akuntan publik merupakan auditor yang menyediakan jasa kepada masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai

BAB I PENDAHULUAN. diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja pemerintah saat ini menjadi sorotan masyarakat. Hal tersebut diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai demonstran-demonstran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan penggunaan keuangan negara yang dilakukan pihak-pihak. tertentu. Dengan adanya pengawasan ini, pemerintah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan penggunaan keuangan negara yang dilakukan pihak-pihak. tertentu. Dengan adanya pengawasan ini, pemerintah diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemerintah daerah dalam melaksanakan penatakelolaan keuangan membutuhkan suatu Badan Pengawasan Daerah untuk meminimalisir penyimpangan penggunaan keuangan negara yang

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengawasan intern yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP RI) No.60 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk auditor, kualitas kerja dilihat dari kualitas yang dihasilkan yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. Untuk auditor, kualitas kerja dilihat dari kualitas yang dihasilkan yang dinilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas hasil kerja berhubungan dengan seberapa baik sebuah pekerjaan diselesaikan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Untuk auditor, kualitas kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Banyaknya ditemukan kecurangan-kecurangan yang terjadi saat ini seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme yang membuat kepercayaan masyarakat kepada kinerja aparat

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K O T A M A D I U N

P E M E R I N T A H K O T A M A D I U N P E M E R I N T A H K O T A M A D I U N INSPEKTORAT Jl. Letjend Panjaitan No.17 Madiun, Kode Pos 63137 Jawa Timur Telepon ( 0351 ) 458322 Faximili (0351) 458322 e-mail: inspektorat@madiunkota.go.id KEPUTUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencoba mengatasi masalah ini dengan melakukan reformasi di segala bidang.

BAB I PENDAHULUAN. mencoba mengatasi masalah ini dengan melakukan reformasi di segala bidang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Republik Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan. Semua pihak termasuk pemerintah mencoba mengatasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN, KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN NOMOR : /IJ-DAG/KEP/01/2017 TENTANG KODE ETIK AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Auditing 2.1.1 Pengertian Auditing Menurut Halim (2015), Pengertian Auditing menurut ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts) adalah suatu proses sistematis untuk menghimpun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aparat Inspektorat yang ikut dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aparat Inspektorat yang ikut dalam 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aparat Inspektorat yang ikut dalam tugas pemeriksaan pada Inspektorat di kabupaten/kota yang mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 82 TANGGAL : 2 DESEMBER 2014 TENTANG : PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Auditor independen ialah merupakan suatau akuntan publik yang

BAB I PENDAHULUAN. Auditor independen ialah merupakan suatau akuntan publik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Auditor independen ialah merupakan suatau akuntan publik yang bersertifikat atau kantor akuntan publik yang melakukan audit atas entitas keuangan komersial maupun non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) adalah suatu proses. sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) adalah suatu proses. sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena beberapa

Lebih terperinci

Standar Audit? i Oleh: Revoldi H. Siringoringo

Standar Audit? i Oleh: Revoldi H. Siringoringo 1 Sudahkah APIP melaksanakan Audit sesuai Standar Audit? i Oleh: Revoldi H. Siringoringo Pengantar Pada bagian pendahuluan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 5 tahun 2008 tentang Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. governance dan penyelenggaraan organisasi sektor publik yang efektif, efisien,

BAB I PENDAHULUAN. governance dan penyelenggaraan organisasi sektor publik yang efektif, efisien, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya harapan masyarakat akan terwujudnya good corporate governance dan penyelenggaraan organisasi sektor publik yang efektif, efisien, transparan, akuntabel serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2011:9) adalah suatu proses sistematik

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2011:9) adalah suatu proses sistematik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian audit menurut Mulyadi (2011:9) adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataanpernyataan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pengendalian mutu. Selanjutnya De Angelo (1981) mendefinisikan audit quality

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pengendalian mutu. Selanjutnya De Angelo (1981) mendefinisikan audit quality BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kualitas Audit Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena yang dapat diamati dalam perkembangan sektor publik dewasa ini adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan akuntabilitas publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pengawasan atas penyelenggaran pemerintah daerah di era

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pengawasan atas penyelenggaran pemerintah daerah di era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paradigma pengawasan atas penyelenggaran pemerintah daerah di era otonomi daerah dari perubahan UU No. 5 tahun 1974 sampai dengan UU No. 32 Tahun 2004 telah mengalami

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT - 1 - GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Profesi seorang akuntan publik merupakan salah satu profesi kepercayaan bagi para pihak yang berkepentingan, di antaranya adalah kreditor, investor, pemilik

Lebih terperinci

GUBERNUR MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK APARAT PENGAWASAN INTERNAL PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI MALUKU GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a. bahwa pengawasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini, penelitian melakukan penelitian terhadap pegawai inspektorat provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian akan dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, permasalahan yang sering dihadapi oleh suatu lembaga pemerintahan salah satunya adalah tindakan KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme). Banyaknya

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR AUDIT DAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGI APARAT PENGAWAS INTERN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksekutif, legislatif, dan yudikatif harus memiliki komitmen bersama untuk

BAB I PENDAHULUAN. eksekutif, legislatif, dan yudikatif harus memiliki komitmen bersama untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel harus disikapi dengan serius dan sistematis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah di era

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah di era BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Paradigma pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah di era otonomi daerah dari perubahan UU No. 5 Tahun 1974 sampai dengan UU No. 32 Tahun 2004 telah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. governance dalam hal ini menjadi suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi

BAB I PENDAHULUAN. governance dalam hal ini menjadi suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era Otonomi Daerah seperti sekarang ini, penerapan prinsip-prinsip good governance sangat penting dalam pelaksanaan anggaran belanja pemerintah baik

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1525, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. SPIP. Aparat. Pertahanan. TNI. Kode Etik. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK APARAT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 21 SERI E

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 21 SERI E BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 21 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK APARAT PENGAWASAN INTEREN PEMERINTAH (APIP) DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KOTA BOGOR DENGAN

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 87 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 87 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) KABUPATEN BADUNG 1 BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 87 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kabupaten Grobogan merupakan kabupaten terluas kedua di Jawa Tengah setelah Kabupaten Cilacap, dan berbatasan langsung dengan 9 kabupaten lain. Letak

Lebih terperinci

STANDAR PELAKSANAAN AUDIT KINERJA

STANDAR PELAKSANAAN AUDIT KINERJA LAMPIRAN III PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2014 TENTANG STANDAR AUDIT DAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGI APIP PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT STANDAR PELAKSANAAN AUDIT KINERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara mengelola dana yang sangat besar dalam penyelenggaraan pemerintahannya.

BAB I PENDAHULUAN. Negara mengelola dana yang sangat besar dalam penyelenggaraan pemerintahannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara mengelola dana yang sangat besar dalam penyelenggaraan pemerintahannya. Pengelolaan Keuangan Negara yang baik akan mensukseskan pembangunan dan mencapai tujuan

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 225 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR AUDIT APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Fritz Heiderteori sebagai pencetus teori atribusi berpendapat bahwa atribusi merupakan teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Fritz Heiderteori sebagai pencetus teori atribusi berpendapat bahwa atribusi merupakan teori 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Atribusi Fritz Heiderteori sebagai pencetus teori atribusi berpendapat bahwa atribusi merupakan teori yang menjelaskan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah k ti e g n e m r a d e k es na k u b M, O ZC LI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah k ti e g n e m r a d e k es na k u b M, O ZC LI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi auditor telah menjadi sorotan masyarakat dalam beberapa tahun terakhir, terutama pada perusahaan go public yang harus memberikan informasi berupa laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, keberadaan dan peran auditor yang sangat strategis dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan meningkatkan kompetisi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merupakan suatu gangguan terhadap pemeriksa, bila sikap kebebasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merupakan suatu gangguan terhadap pemeriksa, bila sikap kebebasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Gangguan Pribadi Merupakan suatu gangguan terhadap pemeriksa, bila sikap kebebasan (independen) dalam pemeriksaan dalam melaksanakan tugasnya tidak ada

Lebih terperinci