Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 3(1), ANALISIS PROFIL PENGOBATAN, BIAYA DAN CLINICAL OUTCOMES PASIEN DM KARTU JAKARTA SEHAT DAN UMUM DI RSUD TARAKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 3(1), ANALISIS PROFIL PENGOBATAN, BIAYA DAN CLINICAL OUTCOMES PASIEN DM KARTU JAKARTA SEHAT DAN UMUM DI RSUD TARAKAN"

Transkripsi

1 ANALISIS PROFIL PENGOBATAN, BIAYA DAN CLINICAL OUTCOMES PASIEN DM KARTU JAKARTA SEHAT DAN UMUM DI RSUD TARAKAN Nanang Erlana 1, Yusi Anggriani 2, Briliana P. Sabirin 3 1 Magister Farmasi Rumah Sakit, Universitas Pancasila 2 Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila 3 Departemen Penyakit Dalam, RSUD Tarakan Jakarta Universitas Pancasila erlana17sept@gmail.com ABSTRAK Pemerintah provinsi DKI Jakarta telah menerapkan UU Nomor 23/1992 berupa pembiayaan kesehatan yaitu dengan menetapkan penjaminan kesehatan melalui Kartu Jakarta Sehat (KJS). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak dari pelaksanaan JKN terhadap pofil pengobatan, biaya dan clinical outcomes pasien DM tipe 2 yang beralih menjadi BPJS serta mengetahui gambaran HRQoL pasien KJS dan pasien Umum. Penelitian ini dilakukan secara longitudinal time dengan mengambil data secara restrospektif dari rekam medik, dokumen/kuitansi dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan dokumen/kuitansi dari bagian keuangan periode Juli 2013 sampai Desember 2014 untuk pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Subjek penelitian adalah pasien diabetes mellitus tipe 2 rawat jalan di RSUD Tarakan Jakarta sebanyak 108 pasien KJS dan 20 pasien Umum yang menjadi sampel penelitian. Penelitian ini merupakan analisis korelasi untuk mengetahui hubungan antara karakteristik penduduk dengan frekuensi masalah kesehatan. Populasi yang digunakan sama, namun pada waktu yang berbeda yaitu sebelum JKN dan sesudah JKN. Analisa data dilakukan dengan tahapan analisa secara deskriptif untuk mengetahui persentase setiap variabel yang diuji. Secara deskriptif terdiri dari 4 (empat) variabel yaitu demografi pasien, profil pengobatan, biaya dan clinical outcomes. Analisa perbedaan profil pengobatan dan biaya sebelum dan sesudah JKN menggunakan uji statistik Wilcoxon. Kuesioner yang dibuat dan diberikan kepada pasien bertujuan untuk menilai Health Related Quality of life (HRQoL) yang digunakan adalah Diabetes Quality of Life Clinical Trial Questionanaire (DQLCTQ) yang telah divalidasi versi Indonesia. Kueisoner ini disusun oleh United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS). Hasil penelitian secara statistik pada profil pengobatan tidak ada perbedaan bermakna antara pasien KJS dengan pasien Umum pada obat DM dan obat Non DM. Secara statistik pada biaya tidak ada perbedaan bermakna antara pasien KJS dengan pasien Umum pada biaya obat Non DM. Sedangkan secara statistik ada perbedaan bermakna antara pasien KJS dengan pasien Umum pada biaya pengobatan, biaya total obat dan rata-rata biaya obat DM. Pada pengukuran clinical outcomes pasien KJS dan pasien Umum menunjukkan perbedaan pada jumlah pasien dengan GDP dan HBA1c membaik, stabil dan memburuk. Pada pengukuran kualitas hidup (DQLCTQ) tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok pasien KJS dan pasien Umum pada semua domain. Kata Kunci: Profil pengobatan, Clinical outcomes, Diabetes Mellitus tipe 2, Kartu Jakarta Sehat dan Umum. Artikel diterima: 6 Februari 2018 Diterima untuk diterbitkan: 22 Februari 2018 Diterbitkan: 12 Maret

2 ABSTRACT The provincial government of DKI Jakarta has implemented Act No. 23/1992 in the form of health financing by determining health insurance through Kartu Jakarta Sehat (KJS). The purpose of this study is to determine the impact of the implementation of JKN on treatment piles, cost and clinical outcomes of patients with type 2 diabetes who turned into BPJS and know the description HRQoL KJS patients and general patients. This study was conducted in a longitudinal time restrospectively from medical records, documents / receipts from Hospital Pharmacy Installation and documents / receipts from the financial section of the period July 2013 to December 2014 for patients who meet the inclusion criteria. The subjects of this study were patients of type 2 diabetes outpatient in Tarakan Hospital Jakarta as many as 108 KJS patients and 20 General patients who became the research sample. This study is a correlation analysis to determine the relationship between population characteristics with the frequency of health problems. The population used the same, but at different times before JKN and after JKN. Data analysis is done by descriptive analysis to know the percentage of each tested variable. Descriptively consists of 4 (four) variables: patient demography, treatment profile, cost and clinical outcomes. Analysis of medication profile differences and costs before and after JKN using the Wilcoxon statistical test. The questionnaire created and administered to patients aimed at assessing the Health Related Quality of Life (HRQoL) used was the validated version of the validity of the validity of the validity of the validity of the validity of the Indonesian version of the validity of the validity of the validity of the validity of Life Clinical Trial Questionanaire (DQLCTQ). This cake was prepared by the United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS). Results of statistical research on the treatment profile there was no significant difference between KJS patients with General patients on DM drugs and Non DM drugs. Statistically on cost there was no significant difference between KJS patients and General patients on Non DM drug costs. While there were statistically significant differences between KJS patients and General patients on medical expenses, total drug cost and median DM drug cost. On clinical outcomes measurements of KJS patients and General patients showed differences in the number of patients with GDP and HBA1c improved, stable and worsening. In the quality of life measurement (DQLCTQ) there was no significant difference between the two groups of KJS patients and General patients in all domains. Keywords: Profile of treatment, Clinical outcomes, Diabetes Mellitus type 2, Kartu Jakarta Sehat dan Umum. PENDAHULUAN Pemerintah provinsi DKI Jakarta telah menerapkan UU No. 23/1992 berupa pembiayaan kesehatan yaitu dengan memantapkan penjaminan kesehatan melalui Kartu Jakarta Sehat (KJS). Kartu Jakarta Sehat merupakan suatu program jaminan pemeliharaan kesehatan yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui UP Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah) Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta kepada masyarakat dalam bentuk bantuan pengobatan menggunakan metode Paket Pelayanan Esensial/PPE. Program ini telah dicanangkan oleh pemprov DKI Jakarta sejak bulan November 2012 yang telah dikuatkan dengan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 187 tahun 2012 tentang Pembebasan Biaya Pelayanan Kesehatan yang telah diubah dengan Peraturan Gubernur Nomor 14 tahun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, telah melebur Kartu Jakarta Sehat (KJS) dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang sudah resmi diberlakukan per 1 Januari

3 Pemilik kartu JAMKESDA DKI/Kartu Jakarta Sehat yang merupakan program kesehatan gratis untuk orang miskin, secara langsung menjadi anggota BPJS Kesehatan. Langkah tersebut akan mempercepat peningkatan cakupan JKN secara keseluruhan. Setelah tergabung ke dalam BPJS/JKN, pasien KJS dan pasien umum akan diperhitungkan biaya pengobatan berdasarkan paket sesuai dengan diagnosa pasien atau disebut juga dengan metode INA-CBGs (Indonesian Case Base Groups). Perbedaan sistem pembiayaan dapat mempengaruhi pula efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan terapi sehingga JKN sebagai asuransi nasional yang baru diaplikasikan, sangat perlu untuk dilakukan evaluasi dalam pelaksanaannya. Untuk menilai efektivitas dan efisiensi tersebut dapat dilihat dari profil pengobatan, biaya dan clinical outcomes. Selain itu Health Related Quality quality of life (HRQoL) pasien dalam menjalani pengobatan di era JKN perlu dievaluasi karena merupakan hasil klinis yang ditunjukkan oleh pasien setelah mendapatkan perawatan dan sebagai penentu keberhasilan suatu terapi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementerian Kesehatan tahun 2013, menunjukkan prevalensi Diabetes Mellitus Tipe 2 berdasarkan jawaban pernah didiagnosis dokter sebesar 1,5 persen sedangkan Diabetes Mellitus Tipe 2 berdasarkan diagnosis atau gejala sebesar 2,1 persen jumlah tersebut mengalami peningkatan yang awalnya 1,1 persen dari hasil Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan, Pada Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), prevalensi Diabetes Mellitus tipe 2 di Daerah Khusus Ibukota Jakarta mengalami peningkatan dari 2,6 persen tahun 2007 menjadi 3,0 persen tahun 2013 (6). Berdasarkan data prevalensi Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan Jakarta berdasarkan data Rekam Medik pasien, pada tahun 2013 jumlah pasien yang didiagnosa menderita Diabetes Mellitus tipe 2 sebesar 982 pasien, jumlah tersebut meningkat pada tahun 2014 menjadi 1229 pasien. Artinya dalam kurun waktu satu tahun ada penambahan 247 pasien baru. Rumah sakit berkepentingan dan memandang perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut pada pasien yang dahulu dengan jaminan KJS/JAMKESDA dan Umum. Menjadi harapan klinisi juga dalam mengevaluasi pengobatan pasien DM jaminan KJS/Umum terutama dalam mencapai tujuan terapi dengan sistem JKN. METODE Penelitian ini dilakukan secara longitudinal time series. Pengumpulan data secara restrospektif dari rekam medik, dokumen/kuitansi dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan dokumen/kuitansi dari bagian keuangan periode Juli 2013 sampai Desember 2014 untuk pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian kuesioner secara prospektif pada pasien yang memenuhi kriteria inklusi untuk melihat quality of life dan 147

4 kemudian dilakukan analisa data secara deskriptif dan statistik. Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen (variabel bebas) yaitu sistem pembayaran, sedangkan variabel dependen (variabel terikat) yaitu profil pengobatan pasien, biaya pengobatan, clinical outcomes dan HRQoL. Populasi yang digunakan sama, namun pada waktu yang berbeda yaitu sebelum JKN dan sesudah JKN (design times series). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien Diabetes Mellitus tipe 2 rawat jalan dengan jaminan Kartu Jakarta Sehat dan Umum di RSUD Tarakan Jakarta periode Juli 2013 Desember Alat yang digunakan adalah Diabetes Quality of Life Clinical Trial Questionanaire (DQLCTQ) yang telah divalidasi versi Indonesia. Kuesioner yang dibuat dan diberikan kepada pasien bertujuan untuk menilai Health Related Quality of life (HRQoL). Analisa data dilakukan dengan tahapan analisa secara deskriptif untuk mengetahui persentase setiap variabel yang diuji. Secara deskriptif terdiri dari 4 (empat) variabel yaitu demografi pasien, profil pengobatan, biaya dan clinical outcomes. Analisa perbedaan profil pengobatan dan biaya sebelum dan sesudah JKN menggunakan uji statistik Wilcoxon. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Demografi Pasien Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi penderita DM tipe 2 terbanyak pada kelompok umur tahun sebesar 50.9% (pasien KJS) dan terendah pada umur 75 tahun sebesar 1.9% (pasien KJS) sedangkan terbanyak pada kelompok umur tahun sebesar 35,0% (pasien Umum) dan terendah pada umur 75 tahun sebesar 10,0% (pasien Umum). Prevalensi DM pada perempuan lebih banyak sebesar 66,7% (KJS 72 pasien) dan pada lakilaki sebesar 33,3% (KJS 36 pasien) sedangkan pada pasien Umum ( perempuan sebesar 50,0% (10 pasien) dan laki-laki sebanyak 50,0% (10 pasien). B. Profil Pengobatan 1. Obat DM Menurut PERKENI 2011 yang termasuk kedalam guideline terapi DM adalah golongan sulfonilurea, golongan biguanid, golongan thiazolidindion, golongan inhibitor α-glukosidase, golongan DPP-IV inhibitor, agonis GLP-1 dan golongan insulin. a. Pasien KJS-JKN Berdasarkan Tabel 1. menunjukkan bahwa penggunaan sebelum JKN lebih banyak digunakam obat golongan α-glucosidase inhibitor 25,3%, sulphonylurea 23,3%, insulin 22,7%, biguanide 21,6% dan glitazone sebesar 7,1%. Sesudah JKN penggunaan obat masih sama α- glucosidase inhibitor lebih banyak sebesar 25,1%, sulphonylurea 24,0%, insulin 23,3% lebih meningkat, biguanide 22,6% dan glitozone menurun menjadi 5,1%. Tabel 1. Obat DM yang di Resepkan pada pasien KJS-JKN di RSUD Tarakan (Juli Desember 2014) 148

5 sulphonylurea meningkat menjadi 23,1%, golongan α-glucosidase penggunaan tetap 19,8%, golongan biguanide meningkat menjadi 19,8% dan penurunan terjadi pada penggunaan golongan glitazone menjadi 10,8%. Tabel 3. Obat DM yang di Resepkan pada pasien Umum-JKN di RSUD Tarakan (Juli Desember 2014) Penggunaan insulin pada pasien KJS - JKN terbanyak yaitu long acting Insulin (Kerja Panjang) sebesar 51,8% sebelum pelaksanaan JKN dan sebesar 59,2% sesudah pelaksanaan JKN. Insulin Rapid Acting (Prandial Insulin) 40,5% sebelum pelaksnaan JKN dan sebesar 36,4% sesudah pelaksanaan JKN. Insulin campuran (Analog) sebelum dan sesudah JKN sama pemakaiannya. Tabel 2. Jumlah Pemakaian/Penggunaan Insulin pasien KJS JKN b. Pasien Umum-JKN Berdasarkan Tabel 3. menunjukkan bahwa obat yang digunakan di RSUD Tarakan pada pasien umum JKN. Pada penggunaan sebelum JKN lebih banyak di gunakan obat golongan insulin 28,5 %, golongan sulphonylurea 21,2%, golongan α-glucosidase inhibitor 19,6%, golongan bigunide 16,8% dan glitazone sebesar 14,0%, sedangkan sesudah JKN penggunaan obat insulin berkurang menjadi 26,4%, golongan Penggunaan insulin pada pasien Umum JKN terbanyak yaitu pada long active insulin ( kerja panjang) sebesar 60,8% sebelum JKN dan meningkat menjadi 64,3% sesudah JKN. Penggunaan insulin Rapid Acting ( Prandial Insulin ) sebesar 29,4% sebelum JKN dan menurun sedikit menjadi 28,6%. Sedangkan penggunaan insulin campuran saat sebelum JKN sebesar 7,8% dan menurun menjadi 7,1% sesudah JKN. Tabel 4. Jumlah Pemakaian/Penggunaan Insulin pasien Umum JKN 2. Obat Non DM 149

6 Penggunaan obat non DM terbanyak merupakan obat golongan kardiovaskuler, obat untuk saluran pencernaan dan metabolisme, serta obat pencegah pembekuan darah yang berdasarkan pada penggolongan ATC level 1, digunakan sebelum dan sesudah JKN dari kedua variabel yaitu pada pasien KJS JKN maupun pasien Umum-JKN. Penyakit penyerta yang yang berkembang diantaranya penyakit Hipertensi dan Dislipedemia sehingga penggunaan obat yang berhubungan dengan penyakit jantung lebih banyak. Obat yang berhubungan dengan saluran pencernaan dan metabolisme karena pasien banyak yang mengeluh adanya gangguan pada lambung. Dalam penlitian ini, ditemukan penyakit penyerta pasien diantaranya hipertensi, dislipidemia, CKD, CHF, CAD dan TB. Bila dihubungkan dengan penggunaan obat non DM, ternyata terdapat kesesuaian karena obat non DM yang digunakan adalah obat untuk mengobati kondisi penyakit komplikasi yang diderita oleh pasien. Penyakit penyerta yang lebih banyak terjadi pada pasien DM tipe 2 umumnya adalah penyakit jantung koroner (Coronary Heart Disease), penyakit pembuluh darah di otak dan penyakit pembuluh darah (Pheripheral Vascular Disease). C. Biaya 1. Biaya Pengobatan Biaya pengobatan yang dihitung yaitu biaya adminitrasi, biaya konsultasi, biaya laboratorium, biaya pemeriksaan penunjang lain dan biaya obat 7 hari. a. Pasien KJS-JKN Gambar 1. menunjukkan biaya pengobatan tertinggi sebelum JKN pada bulan Juli 2013 sebesar Rp ,- dan biaya pengobatan terendah pada bulan Oktober 2015 sebesar Rp ,-. Sesudah pelaksaan JKN Trend penggunaan biaya pengobatan sedikit menurun dibandingkan saat sebelum pelaksaan JKN. Trend terendah terjadi pada bulan Oktober 2014 sebesar Rp ,- dan tertinggi pada bulan Maret 2014 sebesar Rp ,-. Terjadi penurunan terkait adanya pembatasan pada biaya obat 7 hari sehingga pihak rumah sakit lebih leluasa membebankan biaya obat untuk 23 hari berikutnya. Gambar 1. Biaya Pengobatan pasien KJS JKN b. Pasien Umum-JKN Gambar 2. menunjukkan biaya pengobatan tertinggi sebelum JKN pada bulan Juli 2013 sebesar Rp ,- dan biaya pengobatan terendah pada bulan Oktober 2013 sebesar Rp ,- sesudah pelaksanaan JKN Trend penggunaan biaya pengobatan sedikit menurun, terendah pada bulan Oktober 2014 sebesar Rp ,- dan tertinggi pada bulan Maret 2014 sebesar Rp ,-. Trend ini sama dengan pada pasien KJS-JKN. 150

7 Gambar 2. Biaya Pengobatan pasien Umum JKN Berdasarkan uji statistik Mann-Whitney menunjukkan perbedaan biaya pengobatan antara pasien KJS dan pasien Umum, didapatkan bahwa ada perbedaan bermakna dengan nilai signifikansi 0,000 (Sig < 0,05). Biaya pengobatan mencakup seluruh komponen sumber daya rumah sakit yang di gunakan oleh pasien untuk kebutuhan pengobatan penyakit pasien. Setelah pasien mendapat pelayanan kesehatan barulah dibuatkan pengkodingan diagnosa menggunakan software INA-CBGs. Hasil penghitungan coverage ratio pada pasien KJS didapatkan sebesar 86,6% sedangkan pada pasien Umum didapatkan sebesar 84,0%. 2. Biaya Total Obat Biaya obat terdiri dari biaya total obat, biaya total obat antidiabetik dan biaya obat bukan antidiabetik. Adanya perubahan sistem klaim dengan menggunakan paket INA CBGs dan berlakunya pelayanan obat kronik dengan sistem 7-23 merubah cara dan pembatasan kunjungan pasien. a. Pasien KJS-JKN Gambar 3. menunjukkan bahwa sebelum JKN biaya total tertinggi pada bulan Juli 2013 sebesar Rp ,- dan biaya total terendah pada bulan Oktober 2013 sebesar Rp ,-. Pada total biaya sebelum JKN dipengaruhi oleh banyaknya kunjungan pasien ke poliklinik penyakit dalam dan tidak adanya pembatasan plavon biaya obat. Trend biaya sesudah JKN biaya obat total cenderung menurun di awal pelaksanaan JKN bulan Januari terendah sebesar Rp ,- dan tertinggi biaya total obat pada bulan Maret 2014 sebesar Rp 28,724,80,-. Penurunan biaya obat total dipengaruhi oleh berkurangnya kunjungan atau cara kunjungan pasien dengan diagnosa DM oleh adanya program obat kronik dengan sistem 7-23 hari. Gambar 3. Biaya Obat Total pasien KJS JKN b. Pasien Umum-JKN Gambar 4. menunjukkan bahwa sebelum JKN biaya total tertinggi pada bulan Juli 2013 sebesar Rp ,- dan biaya total terendah pada bulan Oktober 2013 sebesar Rp ,-. Trend biaya sesudah JKN biaya total cenderung menurun di bulan Januari 2014 Rp ,- dan tertinggi pada bulan Maret 2014 sebesar Rp ,-. Penurunan biaya obat total dipengaruhi oleh berkurangnya kunjungan atau cara kunjungan pasien dengang 151

8 diagnosa DM dan trend ini sama dengan pasien KJS JKN. Gambar 4. Biaya Obat Total pasien Umum JKN Berdasarkan uji statistik Mann-Whitney menunjukkan perbedaan biaya obat total antara pasien KJS dan pasien Umum, didapatkan bahwa ada perbedaan bermakna dengan nilai signifikansi 0,000 (Sig < 0,05). Perbedaan status pasien tidak berpengaruh terhadap penghitungan komponen biaya obat tetapi memberikan pengaruh terhadap keseluruhan obat yang digunakan oleh pasien sesuai dengan kebutuhan terapi apalagi bagi pasien yang sudah mempunyai penyakit penyerta/komplikasi. 3. Biaya Obat DM dan Non DM Biaya obat DM adalah biaya total dari obat antidiabetik, biaya obat non DM adalah biaya obat bukan antidiabetik yang diresepkan pada pasien DM. a. Pasien KJS-JKN Gambar 5. menunjukkan ratarata biaya obat DM sebelum JKN lebih tinggi dan sesudah JKN mengalami penurunan, namun terlihat adanya peningkatan di bulan Juli dan November yang signifikan. Hasil uji statistik pada biaya obat DM dengan nilai signifikasi 0,365 (sig > 0,05) yang berarti tidak perbedaan bermakna pada biaya obat DM sebelum dan sesudah JKN. Hasil uji statistik pada biaya obat non DM dengan nilai signifikansi 0,010 (sig < 0,05) artinya terdapat perbedaan biaya obat non DM sebelum dan sesudah JKN, biaya obat Non DM sebelum dan sesudah JKN, biaya obat Non DM sesudah JKN mengalami penurunan. Gambar 5. Biaya Obat DM Non DM pasien KJS JKN b. Pasien Umum-JKN Gambar 6. menunjukkan ratarata biaya obat DM sebelum JKN lebih rendah dan sesudah JKN mengalami kenaikan, terlihat kenaikan sangat signifikan pada bulan Juli Kenaikan signifikan pada bulan Juli 2014 disebabkan karena jumlah kunjungan DM yang lebih sedikit sehingga jumlah pembagi kecil. Hasil uji statistik pada biaya obat DM dengan nilai signifikan 0,249 (sig > 0,05) yang berarti tidak ada perbedaan bemakna pada biaya obat DM sebelum dan sesudah JKN, biaya obat DM mengalami peningkatan sesudah JKN. Hasil uji statistik pada biaya obat Non DM dengan nilai signifikasi 0,092 (sig > 0,05) artinya tidak ada perbedaan biaya obat Non DM sebelum dan sesudah JKN. 152

9 Gmbar 6. Biaya Obat DM Non DM pasien Umum - JKN Hasil uji statistik Mann- Whitney menunjukkan perbedaan ratarata biaya obat DM antara pasien KJS dan pasien Umum, didapatkan bahwa ada perbedaan bermakna dengan nilai signifikansi 0,037 (Sig < 0,05). Hasil uji statistik independent sample T-Test menunjukkan perbedaan rata-rata biaya obat Non DM antara pasien KJS dan pasien Umum, didapatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna dengan nilai signifikansi 0,140 (Sig < 0,05). Tidak ada perbedaan bermakna pada rata-rata biaya obat Non DM karena pada kedua kelompok pasien ini tidak ada peningkatan pemakaian obat Non DM yang signifikan akibat peningkatan penyakit penyerta/komplikasi pada pasien DM tipe Proporsi Biaya Insulin Proporsi biaya insulin merupakan perbandingan dari biaya insulin dengan biaya total obat terhadap perbandingan dari biaya insulin dengan biaya obat DM. a. Pasien KJS-JKN Gambar 7. menunjukkan menunjukkan proporsi biaya insulin dengan biaya total obat sebelum JKN tertinggi pada bulan Agustus sebesar 44,7% dan menurun signifikan pada bulan November sebesar 33,5%. Sesudah JKN terjadi penurunan di bulan Januari sebesar 42,9% dan semakin menurun paling rendah di bulan Februari sebesar 33,5% dari bulan Maret hingga bulan Desember cenderung stabil. Trend proporsi biaya insulin dengan biaya obat DM sebelum JKN terlihat kurva yang sebanding dengan proporsi biaya insulin dengan biaya total obat tetapi sesudah JKN tidak sebanding melainkan terjadi fluktuasi ada peningkatan dan penurunan. Kondisi ini dimungkinkan terjadi disebabkab oleh ketersediaan obat yang tersedia di Instalasi Farmasi sering terjadi kekosongan akibat mekanisme pengadaan, dan perkembangan penyakit penyerta pasien. Gambar 7. Proporsi Biaya Insulin pasien KJS JKN b. Pasien Umum-JKN Gambar 8. menunjukkan proporsi biaya insulin dengan biaya total obat sebelum JKN tertinggi pada bulan Agustus sebesar 47,0% dan menurun signifikan pada bulan November sebesar 34,0%. Sesudah JKN proporsi biaya cenderung stabil dengan kurva mendatar hanya tejadi peningkatan sedikit di bulan Januari, September, dan Oktober sebesar 153

10 56,7%, 47,0% dan 46,7%. Trend proporsi biaya, insulin dengan biaya obat DM sebelum JKN terlihat kurva yang sebanding dengan proporsi biaya insulin dengan biaya total obat, sesudah JKN pada bulan Januari tertinggi sebesar 59,2% karena berfluktuasi ada penurunan di bulan April, Agustus dan Desember. Terjadi peningkatan di bulan Juni dan November sebesar 57,5% dan 56,8% sama hal nya kondisi terjadi disebabkan oleh ketersediaan obat di Instalasi Farmasi dan adanya perkembangan penyakit penyerta pada pasien Gambar 8. Proporsi Biaya Insulin pasien Umum JKN D. Clinical Outcomes Pada penelitian ini penilaian terhadap clinical outcomes pasien menggunakan parameter kadar glukosa darah puasa dan HBA1c dari aspek klinik, dan dari aspek non klinis dinilai berdasarkan pada sudut pandang pasien itu sendiri dengan menggunakan quesioner HRQOL. Penelusuran data dilakukan berdasarkan nomor rekam medis pasien, selanjutnya nilai glukosa darah puasa dan HBA1c dicatat setiap kali kunjungan dan pemeriksaan laboratorium selama periode Juli 2013 sampai Desember Glukosa Darah Puasa (GDP) Penilaian GDP merupakan penilaian yang dilakukan pada pemeriksaan hasil pemeriksaan 3 bulan terakhir pada periode sebelum JKN ( Oktober Desember 2013 ) dan periode sesudah JKN ( Oktober Desember 2014). Hasil GDP dikatakan membaik apabila terdapat penurunan pada pemeriksaan terakhir dari range buruk hingga range baik, dimana pada pasien < 60 tahun dan tanpa penyakit penyerta, glukosa darah puasa harus 100 mg/dl, sedangkan pada pasien lansia dengan umur > 60 tahun dengan penyerta mg/dl masih dianggap normal. Hasil GDP dikatakan stabil jika pada tiga bulan terakhir tidak mengalami peningkatan dan perburukan. Berarti kadar glukosa darah pasien tetap berada pada range buruk ( disebut stabil buruk ) atau kadar gula darh pasien tetap berada pada range baik ( stabil baik ). Untuk hasil memburuk jika pada pemeriksaan terakhir menunjukkan peningkatan nilai GDP mencapai range ( > 100 mg/dl untuk usia < 60 tahun dan mg/dl untuk usia > 60 tahun disertai penyakit penyerta. a. Pasien KJS-JKN Sebelum program JKN jumlah pasien yang mengalami perbaikan nilai GDP katagori baik adalah sebesar 14,8% ( 16 pasien ) untuk penilaian stabil baik dan sebesar 8,3% ( 9 pasien ) untuk penilaian membaik pada katagori buruk adalah sebesar 49,1% ( 53 pasien ) untuk penilaian stabil buruk dan sebesar 6,5 % ( 7 pasien ) untuk penilaian 154

11 memburuk. Sedangkan sesudah pelaksanaan program JKN tampak mengalami penurunan jumlah pasien untuk penilaian kadar gula darah puasa katagori baik maupun katagori buruk yang masing-masing stabil baik sebesar 10,2% ( 11 pasien ), membaik 6,5 % ( 7 pasien ) dan stabil buruk 25% (27 pasien), memburuk 11,1% (12 pasien). Untuk pemeriksaan < 3 kali terjadi peningkatan sesudah program JKN menjadi 13% yang sebelum pelaksanaan program JKN hanya 6,5%, demikian juga pada pasien yang tidak memenuhi syarat penilaian sebanyak 26,9%, sebelum proram JKN jumlah pasien yang tidak ada pemeriksaan lebih banyak sekitarn 14,8% dibandingkan sesudah JKN sebesar 7,4% hal ini menunjukkan bahwa sejak pelaksanaan JKN pemeriksaan laboratorium untuk menegakan diagnosa dan dasar terapi sebagai clinical pathway. Tabel 5. Penilaian GDP pasien KJS-JKN untuk penilaian stabil buruk dan sebesar 5% (1 pasien) untuk penilaian memburuk.sedangkan sesudah pelaksanaan program JKN tampak mengalami penurunan jumlah pasien untuk penilaian kadar gula darah puasa katagori baik maupun buruk yang masing- masing stabil baik adalah 10% ( 2 pasien ), membaik 5% ( 1 pasien ) dan stabil buruk 20% ( 4 pasien ), memburuk 10% (2 pasien). Jumlah pemeriksaan 3 bulan terakhir yang tidak memenuhi syarat penilaian sebesar 45% ( 9 pasien ) sebelum program JKN, jumlah pasien yang tidak ada pemeriksaan lebih banyak sebesar 10% dibandingkan sesudah program JKN yaitu sebesar 5%. Tabel 6. Penilaian GDP pasien Umum-JKN b. Pasien Umum-JKN Sebelum program JKN jumlah pasien yang mengalami perbaikan nilai gula darah puasa katagori baik adalah sebesar 25% ( 5 pasien ) untuk penilaian stabil baik dan sebesar 10% (2 pasien ) untuk penilaian membaik. Pada katagori buruk adalah sebesar 45% ( pasien ) 2. HBA1c Hasil HBA1c dapat dikatakan membaik jika terdapat penurunan pada pemeriksaan terakhir (3 bulan terakhir Oktober Desember). Hasil HBA1c dikatakan membaik jika terdapat penurunan pada pemeriksaan terakhir dimana range buruk (> 8%) turun menjadi < 8%). Hasil HBA1c dikatakan stabil dan tetap berada pada range <6,5% sementara stabil baik jika tidak mengalami peningkatan/perburukan. Stabil sedang 155

12 apabila kadar HBA1c berada pada range 7-8%, stabil buruk jika kadar HBA1c berada pada range > 8% dan HBA1c dikatakan memburuk jika pada pemeriksaan terakhir ( 1 kali pemeriksaan pada 3 bulan terakhir ) terjadi peningkatan > 8 %. a. Pasien KJS-JKN Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum JKN dari katagori stabil sedang sampai membaik sebesar 0,8 % 1,7 % hanya mengalami sedikit peningkatan sebesar 1,7 % - 2,5 % sesudah program JKN. Berbeda dengan katagori stabil buruk dan memburuk pada saat sebelum program JKN sebesar 1,7% terjadi penurunan sesudah program JKN sebesar 0,8% - 1,7%. Jumlah pemeriksaan yang tidak memenuhi syarat penilaian sebelum JKN sebanyak 34 pasien. Jumlah pasien yang tidak melakukan pemeriksaan HBA1c terlihat menurun sesudah pelaksanaan JKN, hal ini berkaitan dengan besarnya biaya pemeriksaan HBA1c sehingga kemungkinan tidak semua pasien dilakukan pemeriksaan HBA1c. Tabel 7. Penilaian HBA1c pasien KJS-JKN baik sebesar 5% dan hanya mengalami sedikit peningkatan sebesar 10% sesudah program JKN. Berbeda dengan katagori stabil buruk dam memburuk pada saat sebelum program JKN sebesar 10% dan 5% namun sesudah program JKN katagori stabil buruk mengalami penurunan menjadi 5% sementara itu katagori memburuk terjadi peningkatan menjadi 10%. Jumlah pemeriksaan yang tidak memenuhi syarat penilaian lebih banyak saat sebelum JKN sebesar 25% dibandingkan sesudah JKN sebesar 15%. Jumlah pasien yang tidak melakukan pemeriksaan HBA1c terlihat meningkat sesudah program JKN, hal ini juga berkaitan dengan besarnya biaya pemeriksaan HBA1c sehingga tidak semua pasien dilakukan pemeriksaan HBA1c. Tabel 8. Penilaian HBA1c pasien Umum-JKN b. Pasien Umum-JKN Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum JKN katagori stabil 3. Health Related Quality of Life (HRQoL) Pengukuran kualitas hidup pasien di ukur dengan menggunakan kuesioner Diabetes Quality of Life Clinical Trial Quessionnare (DQLCTQ) pada pasien yang berobat ke poliklinik penyakit dalam pasien KJS dan Umum yang beralih menjadi BPJS, pengukuran dilakukan pada 156

13 periode sesudah JKN dengan cara menemui pasien yang termasuk dalam daftar inklusi sampel. Kuesioner HRQoL mengukur kualitas hidup pasien setelah memperoleh pengobatan berdasarkan 8 domain yaitu : fungsi fisik, energi, tekanan kesehatan, kesehatan mental, kesehatan pribadi, kepuasan pengobatan, efek pengobatan dan frekuensi gejala. Skor keseluruhan (total) antara 0 (kualitas hidup terendah) sampai 100 (kualitas hidup tertinggi). Kualitas hidup dikatakan baik apabila skor 80 dan dikatakan kurang baik apabila skor < 80. Angka 80 ini didapat dari rerata total nilai akhir. Pada tabel 9. menunjukan perbedaan kualitas hidup dilihat dari kelompok pasien KJS dan Umum. Kelompok pasien Umum rata-rata skor kualitas hidupnya lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok pasien KJS, namun setelah data dianalisis secara statistik dengan uji Mann Whitney tidak terdapat perbedaan bermakna p > 0,05 ( 0,241). Tabel 9. Kualitas Hidup berdasarkan tipe pasien KJS dan Umum Pada domain fungsi fisik, kelompok pasien Umum merasa tidak terbatas dalam melakukan aktivitas atau pekerjaan sehari-hari bila dibandingkan kelompok pasien KJS. Perbedaan ini dinilai tidak bermakna secara statistik dengan nilai signifikansi (sig > 0,05). Pada domain energi, kelompok pasien Umum mengatakan jarang merasa lelah atau capek, pasien merasa lebih bersemangat dan berenergi dibandingkan dengan kelompok pasien KJS, tetapi tidak bermakna secara statistik dengan nilai signifikansi 0,553 ( sig > 0,05). Pada domain tekanan kesehatan kelompok pasien Umum lebih berbesar hati menerima kondisi kesehatannya sehingga dalam arti tidak mudah berkecil hati, tidak putus asa dan tidak takut dalam menghadapi penyakit DM tipe 2 dibandingkan kelompok pasien KJS. Walaupun perbedaan rata-rata skor domain tekanan kesehatan pasien Umum dibandingkan pasien KJS tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik dengan nilai signifikansi 0,135 (sig > 0,05). Pada domain kesehatan mental, kelompok pasien Umum dibandingkan dengan kelompok pasien KJS lebih merasa tenang, damai dan bahagia serta tidak merasa cemas dan tidak merasa sedih dalam menghadapi penyakit DM tipe 2, tetapi ini juga tidak bermakna secara secara statistik dengan nilai signifikansi 0,414 (sig> 0,05). Pada domain kepuasan pribadi, kelompok pasien Umum merasa lebih puas terhadap kadar gula darahnya, pengobatan pada fasilitas kesehatan dan variasi menu dalam makanannya. Serta pasien juga tidak merasa terganggu dalam waktunya untuk mengatur waktu periksa ke sarana kesehatan. Mengenai pengetahuan tentang DM rata-rata juga lebih bagus 157

14 pada kelompok pasien Umum dan keluarga pasien juga tidak merasa terbebani dibandingkan kelompok pasien KJS. Namun secara statistik tidak bermakna dengan nilai signifikansi 0,303 (sig >0,05). Pada domain kepuasan pengobatan, kelompok pasien KJS merasa lebih terkontrol terapi DM-nya, merasa puas dengan pengobatan yang selama ini di jalaninya dan pasien masih berharap terhadap pengobatan dengan antidiabetik oral, karena pasien mengatakan enggan memakai obat suntik insulin. Dibandingkan dengan kelompok pasien Umum tetapi secara uji statsitik tidak bermakna dengan nilai signifikansi 0,687 ( sig >0,05). Pada domain efek pengobatan, kelompok pasien Umum lebih bisa menikmati makanannya, pola pengaturan dietnya lebih bagus dan sering melakukan kegiatan sosial dibandingkan kelompok pasien KJS. Perbedaan skor rata-rata domain efek pengobatan kelompok pasien Umum dengan kelompok pasiem KJS dinilai oleh Mann Whitney tidak bermakna secara signifikan dengan nilai signifikansi 0,129 (sig > 0,05). Pada domain frekuensi gejala penyakit, kelompok pasien Umum lebih jarang mengalami gejala pandangan kabur, mual, lesu/badan lemah, mulut kering, sangat lapar, terlalu sering BAK dan merasa kesemutan dibandingkan kelompok pasien KJS. Gejala tersebut merupakan gejala yang umum terjadi pada pasien DM. Perbedaan skor ratarata domain frekuensi gejala penyakit pada kelompok pasien Umum dan kelompok pasien KJS dinilai oleh Mann Whitney tidak bermakna dengan nilai signifikansi 0,513 (sig > 0,05). KESIMPULAN Hasil penelitian secara statistik pada profil pengobatan adalah tidak ada perbedaan bermakna antara pasien KJS dengan pasien Umum pada obat DM dan obat Non DM. Hasil penelitian secara statistik pada biaya tidak ada perbedaan bermakna antara pasien KJS dengan pasien Umum pada biaya obat Non DM. Sedangkan secara statistik ada perbedaan bermakna antara pasien KJS dengan pasien Umum pada biaya pengobatan, biaya total obat dan rata-rata biaya obat DM. Pada pengukuran clinical outcomes pasien KJS dan pasien Umum menunjukkan perbedaan pada jumlah pasien dengan GDP dan HBA1c membaik, stabil dan memburuk. Pada pengukuran kualitas hidup (DQLCTQ) tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok pasien KJS dan pasien Umum pada semua domain. DAFTAR PUSTAKA Association Diabetic American. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care, Volume 37, Supplement 1, January 2014, hal. S14-27 Andayani TM, Ibrahim MIM, Asdie AH. The Association of Diabetes Related Factor and Quality of Life in Type 2 Diabetes Mellitus, International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 2(1) Food and Drug Administration (FDA). Clinical Outcome Assessment 158

15 Qualification Program. 2013; diakses pada 5 Februari Diakses dari Cantrill, JA., Wood, J. Diabetes Mellitus, in walker, R., Clinical Pharmacy and Therapeutics, 3 rd edition, Churcill Livingstone, UK Kalda, R., Ratsep, A., & Lamber, M. Predictors of quality of life of patients with type 2 diabetes. Journal Article, 2, page Rubin, RR., dan Peyrot, M. Quality of Life and Diabetes. Diabetes Metab Res Rev., 1999, 15 (3) : Sari RM., Thobari Jarir, Andayani TM. Evaluasi Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 yang Diterapi Rawat Jalan dengan Anti Diabetik Oral di RSUP Dr. Sardjito. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi, Vol.1 No.1, Maret Triplitt, CL, Reasner, CA and Isley, W. Diabetes Mellitus dalam Dipiro, JT, Talbert Yee, GC, Matzke GR, Wells BG, dan Posey LM. Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, 6 th., New York: Aplleton & Lange, pp

HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013

HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013 HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013 Wahyudi 1, Aditya Maulana P.P, S.Farm.M.Sc., Apt.

Lebih terperinci

PENGUKURAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG MENDAPAT ANTIDIABETIK ORAL DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA

PENGUKURAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG MENDAPAT ANTIDIABETIK ORAL DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA PENGUKURAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG MENDAPAT ANTIDIABETIK ORAL DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA QUALITY OF LIFE MEASUREMENT OF TYPE 2 DIABETIC MELLITUS PATIENTS

Lebih terperinci

SELISIH LAMA RAWAT INAP PASIEN JAMKESMAS DIABETES MELLITUS TIPE 2 ANTARA RILL DAN PAKET INA-CBG

SELISIH LAMA RAWAT INAP PASIEN JAMKESMAS DIABETES MELLITUS TIPE 2 ANTARA RILL DAN PAKET INA-CBG INTISARI SELISIH LAMA RAWAT INAP PASIEN JAMKESMAS DIABETES MELLITUS TIPE 2 ANTARA RILL DAN PAKET INA-CBG s SERTA HUBUNGAN BIAYA RAWAT INAP TERHADAP BIAYA RILL DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013 Ary Kurniawan

Lebih terperinci

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN Herlyanie 1, Riza Alfian 1, Luluk Purwatini 2 Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIDIABETES PADA RESEP PASIEN DI APOTEK RAHMAT BANJARMASIN

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIDIABETES PADA RESEP PASIEN DI APOTEK RAHMAT BANJARMASIN INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIDIABETES PADA RESEP PASIEN DI APOTEK RAHMAT BANJARMASIN Salah satu penyakit degeneratif terbesar adalah Diabetes Mellitus. Diabetes Meliitus yang tidak

Lebih terperinci

EVALUASI KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DITERAPI RAWAT JALAN DENGAN ANTI DIABETIK ORAL DI RSUP Dr. SARDJITO

EVALUASI KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DITERAPI RAWAT JALAN DENGAN ANTI DIABETIK ORAL DI RSUP Dr. SARDJITO EVALUASI KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DITERAPI RAWAT JALAN DENGAN ANTI DIABETIK ORAL DI RSUP Dr. SARDJITO EVALUATION QUALITY OF LIFE OF TYPE 2 DIABETIC PATIENTS WITH ORAL ANTIDIABETIC

Lebih terperinci

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak EVALUASI KESESUAIAN DOSIS DAN KESESUAIAN PEMILIHAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi

Lebih terperinci

PASIEN JAMKESMAS DIABETES MELITUS RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULIN BANJARMASIN TAHUN

PASIEN JAMKESMAS DIABETES MELITUS RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULIN BANJARMASIN TAHUN INTISARI PERBANDINGAN BIAYA RIIL DENGAN TARIF INA-CBG`s PADA PASIEN JAMKESMAS DIABETES MELITUS RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013 Yulli Yanti 1 ; Aditya Maulana Perdana P 2

Lebih terperinci

PENERAPAN PELAYANAN KEFARMASIAN RESIDENSIAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI KOTA CILACAP

PENERAPAN PELAYANAN KEFARMASIAN RESIDENSIAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI KOTA CILACAP Ikatan Apoteker Indonesia 201 PENERAPAN PELAYANAN KEFARMASIAN RESIDENSIAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI KOTA CILACAP Yuhansyah Nurfauzi 1*, Maria Immaculata Iwo 2,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian... DAFTAR ISI Sampul Dalam... i Lembar Persetujuan... ii Penetapan Panitia Penguji... iii Kata Pengantar... iv Pernyataan Keaslian Penelitian... v Abstrak... vi Abstract...... vii Ringkasan.... viii Summary...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gaya hidup, mental, emosional dan lingkungan. Dimana perubahan tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gaya hidup, mental, emosional dan lingkungan. Dimana perubahan tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia yang semakin modern mengakibatkan perubahan gaya hidup, mental, emosional dan lingkungan. Dimana perubahan tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan

Lebih terperinci

GAMBARAN BIAYA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN TERAPI ANTIDIABETIK ORAL DI RSUD ULIN BANJARMASIN

GAMBARAN BIAYA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN TERAPI ANTIDIABETIK ORAL DI RSUD ULIN BANJARMASIN GAMBARAN BIAYA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN TERAPI ANTIDIABETIK ORAL DI RSUD ULIN BANJARMASIN 1, Tuty Mulyani 1 Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Email: ddyhart27@gmail.com ABSTRAK Diabetes

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005 ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005 Ahmad Taqwin, 2007 Pembimbing I : Agustian L.K, dr., Sp.PD. Pembimbing

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) YANG POTENSIAL MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS TERAPI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II RAWAT INAP DI RSUD TUGUREJO SEMARANG PERIODE 2007-2008 Sri Susilowati ), Wiwit

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Diabetes melitus tipe 2 didefinisikan sebagai sekumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi mengakibatkan terjadinya pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab timbulnya penyakit

Lebih terperinci

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No.

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No. PENGARUH LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN PERIODE 10 APRIL 30 MEI 2015 Halisah 1, Riza Alfian

Lebih terperinci

PERUBAHAN KEPATUHAN KONSUMSI OBAT PASEIN DM TIPE 2 SETELAH PEMBERIAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DI PUSKESMAS MELATI KABUPATEN KAPUAS

PERUBAHAN KEPATUHAN KONSUMSI OBAT PASEIN DM TIPE 2 SETELAH PEMBERIAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DI PUSKESMAS MELATI KABUPATEN KAPUAS INTISARI PERUBAHAN KEPATUHAN KONSUMSI OBAT PASEIN DM TIPE 2 SETELAH PEMBERIAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DI PUSKESMAS MELATI KABUPATEN KAPUAS Rinidha Riana 1 ; Yugo Susanto 2 ; Ibna Rusmana 3 Diabetes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat, kerja

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sekarang ini, puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dituntut untuk menjadi gate keeper pelayanan

Lebih terperinci

ULFA KUMALASARI K

ULFA KUMALASARI K HUBUNGAN TINGKAT SELF CARE DAN KEPATUHAN TERHADAP OUTCOME TERAPI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 RAWAT JALAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA FEBRUARI-MARET 2017 SKRIPSI Oleh: ULFA KUMALASARI K100130115

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA

KAJIAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA KAJIAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA Adam M. Ramadhan, Laode Rijai, Jeny Maryani Liu Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA

Lebih terperinci

BIAYA RIIL DAN ANALISIS KOMPONEN BIAYA YANG MEMPENGARUHI BIAYA RIIL PADA KASUS SKIZOFRENIA RAWAT INAP DI RSJ SAMBANG LIHUM

BIAYA RIIL DAN ANALISIS KOMPONEN BIAYA YANG MEMPENGARUHI BIAYA RIIL PADA KASUS SKIZOFRENIA RAWAT INAP DI RSJ SAMBANG LIHUM INTISARI SELISIH TARIF PAKET INA-CBGs DENGAN BIAYA RIIL DAN ANALISIS KOMPONEN BIAYA YANG MEMPENGARUHI BIAYA RIIL PADA KASUS SKIZOFRENIA RAWAT INAP DI RSJ SAMBANG LIHUM Noormila Sari 1 ; Ratih Pratiwi Sari

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI KOMBINASI INSULIN METFORMIN TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

PENGARUH TERAPI KOMBINASI INSULIN METFORMIN TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PENGARUH TERAPI KOMBINASI INSULIN METFORMIN TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 EFFECT OF COMBINATION THERAPY OF INSULIN METFORMIN ON LIFE QUALITY OF DIABETES MELLITUS PATIENT IN TYPE

Lebih terperinci

Analisis biaya terapi Diabetes mellitus di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta

Analisis biaya terapi Diabetes mellitus di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta Majalah Tri Murti Farmasi Andayani Indonesia, 17(3), 130 135, 2006 Analisis biaya terapi Diabetes mellitus di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta Cost analysis of Diabetes mellitus therapy in Dr. Sardjito

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRACT... i ii

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi pada tanggal 10 oktober- 12 november 2012. Data merupakan data sekunder yang diambil dari rekam medis

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian jenis non-eksperimental dimana pengambilan data dilakukan dengan pendekatan cross sectional dan dianalisa secara analitik

Lebih terperinci

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan Naskah Publikasi, November 008 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Hubungan Antara Sikap, Perilaku dan Partisipasi Keluarga Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe di RS PKU

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Fitri Maulidia 1 ; Yugo Susanto 2 ; Roseyana

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA Jurnal ISSN Farmasetis : Cetak 2252-9721 Volume 2 No 1, Hal 13-18, Mei 2013 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA Itsna Diah Kusumaningrum

Lebih terperinci

POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK

POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK 1 POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK Robiyanto*, Nur Afifah, Eka Kartika Untari Prodi Farmasi, Fakultas Kedokteran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan kesehatan yang merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah (glukosa) akibat kekurangan atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005; I. PENDAHULUAN Diabetes melitus tipe II merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia dimana penyakit ini dapat menimbulkan gangguan ke organ-organ tubuh lainnya karena terjadi defisiensi

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN KOTA BANDUNG PERIODE

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN KOTA BANDUNG PERIODE ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN KOTA BANDUNG PERIODE 2016 Jones Vita Galuh Syailendra, 2014 Pembimbing 1 : Dani, dr., M.Kes. Pembimbing 2 : Budi Widyarto, dr.,

Lebih terperinci

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan masalah kesehatan dunia karena di berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya peningkatan angka insidensi dan prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari gangguan produksi insulin atau gangguan

Lebih terperinci

Pengetahuan Mengenai Insulin dan Keterampilan Pasien dalam Terapi

Pengetahuan Mengenai Insulin dan Keterampilan Pasien dalam Terapi Pengetahuan Mengenai Insulin dan Keterampilan Pasien dalam Terapi Komala Appalanaidu Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (ria_not_alone@yahoo.com) Diterima: 15 Maret

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Yogyakarta atau Rumah Sakit Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota

Lebih terperinci

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA Faisal Ramdani, Nur Mita, Rolan Rusli* Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Farmaka Tropis Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Samarinda

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE Evan Anggalimanto, 2015 Pembimbing 1 : Dani, dr., M.Kes Pembimbing 2 : dr Rokihyati.Sp.P.D

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Diabetes melitus didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan kemakmuran di negara berkembang banyak disoroti. Peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan penyebab kematian ketiga (10%) di dunia setelah penyakit jantung koroner (13%) dan kanker (12%) dengan

Lebih terperinci

Jumlah Pemenuhan dan Pola Penggunaan Obat Program Rujuk Balik di Apotek Wilayah Gedebage Kota Bandung

Jumlah Pemenuhan dan Pola Penggunaan Obat Program Rujuk Balik di Apotek Wilayah Gedebage Kota Bandung Jumlah Pemenuhan dan Pola Penggunaan Obat Program Rujuk Balik di Apotek Wilayah Gedebage Surya Dwi Sembada 1, Kuswinarti 2, Nita Arisanti 3 1 Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 2 Departemen Farmakologi

Lebih terperinci

DENGAN KOMBINASI PADA PASIEN DM TIPE 2 DI UPT. PUSKESMAS DAWAN II KABUPATEN KLUNGKUNG PERIODE NOVEMBER 2015-PEBRUARI 2016

DENGAN KOMBINASI PADA PASIEN DM TIPE 2 DI UPT. PUSKESMAS DAWAN II KABUPATEN KLUNGKUNG PERIODE NOVEMBER 2015-PEBRUARI 2016 PERBEDAAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIK ORAL TUNGGAL PERBEDAAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIK ORAL TUNGGAL DENGAN KOMBINASI PADA PASIEN DM TIPE 2 DI UPT. PUSKESMAS DAWAN II KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis, disebut juga penyakit gula merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang ada di dunia (Soegondo, 2008). DM ditandai

Lebih terperinci

JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014

JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014 JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014 Vanesha Sefannya Gunawan 1, Johan Arifin 2, Akhmad Ismail 3 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

PENGARUH STATUS GIZI DAN FREKUENSI SENAM DIABETES TERHADAP PROFIL LIPID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 TESIS

PENGARUH STATUS GIZI DAN FREKUENSI SENAM DIABETES TERHADAP PROFIL LIPID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 TESIS PENGARUH STATUS GIZI DAN FREKUENSI SENAM DIABETES TERHADAP PROFIL LIPID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kronik didefinisikan sebagai kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit dengan gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat

Lebih terperinci

Evaluasi Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul

Evaluasi Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul Evaluasi Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul Adikusuma, W 1., Perwitasari, D.A 1., Supadmi, W. 1 1 Faculty of Pharmacy, Ahmad Dahlan University, Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFF ECTIVENESS ANALYSIS) PADA PASIEN GASTRITIS KRONIK RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFF ECTIVENESS ANALYSIS) PADA PASIEN GASTRITIS KRONIK RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 6 No. AGUSTUS 017 ISSN 0-49 ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFF ECTIVENESS ANALYSIS) PADA PASIEN GASTRITIS KRONIK RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

Lebih terperinci

PENGARUH KONSELING OBAT DALAM HOME CARE TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI HIPERTENSI

PENGARUH KONSELING OBAT DALAM HOME CARE TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI HIPERTENSI PENGARUH KONSELING OBAT DALAM HOME CARE TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI HIPERTENSI Suryani, N.M 1, Wirasuta, I.M.A.G 1, Susanti, N.M.P 1 1 Jurusan Farmasi - Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA ANTIDIABETIK ORAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 RAWAT JALAN PESERTA BPJS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA ANTIDIABETIK ORAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 RAWAT JALAN PESERTA BPJS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA ANTIDIABETIK ORAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 RAWAT JALAN PESERTA BPJS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI TAHUN 2014 SKRIPSI Oleh : ALISA PRIHARSI K 100110045

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. oral yang digunakan pada pasien Prolanis di Puskesmas Karangpandan Kabupaten

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. oral yang digunakan pada pasien Prolanis di Puskesmas Karangpandan Kabupaten BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan pendekatan deskriptif untuk memperoleh gambaran mengenai obat antidiabetik oral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan diwajibkan melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatannya dalam bentuk Sistem Informasi Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multietiologi yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah disertai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian gagal jantung di Amerika Serikat mempunyai insidensi yang besar dan tetap stabil selama beberapa dekade terakhir, yaitu >650.000 kasus baru didiagnosis setiap

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep DIABETES MELITUS TIPE 2 KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL Indeks CPITN Kadar Gula Darah Oral Higiene Lama menderita diabetes melitus tipe 2 3.2 Hipotesis

Lebih terperinci

INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA RESEP PASIEN UMUM DI UNIT RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. H.

INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA RESEP PASIEN UMUM DI UNIT RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. H. INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA RESEP PASIEN UMUM DI UNIT RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2013 Nidayanti 1 ; Aditya Maulana.P.P

Lebih terperinci

Stara I pada K

Stara I pada K ANALISIS EFEKTIFITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIDIABETIK METFORMIN DAN GLIMEPIRID PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI RSUD X TAHUN 2016 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Stara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, keberhasilan pembangunan ekonomi di Indonesia telah membuat kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping berhasilnya pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup berdampak terhadap perubahan pola penyakit yang terjadi di masyarakat. Masalah kesehatan yang berhubungan dengan gaya hidup dan merupakan masalah

Lebih terperinci

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 I Made Mertha I Made Widastra I Gusti Ayu Ketut Purnamawati Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar Email: mertha_69@yahoo.co.id Abstract

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Umum Penelitian Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota Yogyakarta pada tanggal 9 Agustus - 1 September 2016. Data dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani pengobatan

Lebih terperinci

yudi hardi AKFAR ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan III NO. 7B Telp Fax KAYU TANGI BANJARMASIN 70123)

yudi hardi AKFAR ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan III NO. 7B Telp Fax KAYU TANGI BANJARMASIN 70123) IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-DIABETIK ORAL PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATANNASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Rahmi Azkia 1, Eka Kumalasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara berkembang, hipertensi telah menggeser penyakit menular sebagai penyebab terbesar mortalitas dan morbiditas. Hal ini dibuktikan hasil Riset Kesehatan Dasar

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2012-31 DESEMBER 2012 Erfina Saumiandiani, 2013 : Pembimbing I : dr. Dani,M.Kes.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 90 mmhg.penyakit hipertensi telah menjadi masalah utama dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 90 mmhg.penyakit hipertensi telah menjadi masalah utama dalam masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan silent killer yang secara luas dikenal sebagai penyakit kardiovaskular yang sangat umum.hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah

Lebih terperinci

ANALISIS LAMA RAWAT DAN BIAYA PELAYANAN KESEHATAN PADA SISTEM PEMBAYARAN INA DRG DAN NON INA DRG DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

ANALISIS LAMA RAWAT DAN BIAYA PELAYANAN KESEHATAN PADA SISTEM PEMBAYARAN INA DRG DAN NON INA DRG DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA ANALISIS LAMA RAWAT DAN BIAYA PELAYANAN KESEHATAN PADA SISTEM PEMBAYARAN INA DRG DAN NON INA DRG DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengutamakan kepentingan pasien. Rumah sakit sebagai institusi. pelayanan kesehatan harus memberikan pelayanan yang bermutu kepada

BAB I PENDAHULUAN. mengutamakan kepentingan pasien. Rumah sakit sebagai institusi. pelayanan kesehatan harus memberikan pelayanan yang bermutu kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU RI No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 1 ayat (1) Rumah Sakit merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data statistik organisasi WHO tahun 2011 menyebutkan Indonesia menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak setelah Amerika Serikat, China, India.

Lebih terperinci

PROFIL GULA DARAH SEWAKTU (GDS) DAN GULA DARAH PUASA (GDP) PASIEN STROKE DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG DI RAWAT INAP DI BAGIAN NEUROLOGI

PROFIL GULA DARAH SEWAKTU (GDS) DAN GULA DARAH PUASA (GDP) PASIEN STROKE DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG DI RAWAT INAP DI BAGIAN NEUROLOGI PROFIL GULA DARAH SEWAKTU (GDS) DAN GULA DARAH PUASA (GDP) PASIEN STROKE DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG DI RAWAT INAP DI BAGIAN NEUROLOGI Prof. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR. R. D. KANDOU MANADO Yosprinto T. Sarampang 1), Heedy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) tipe 2 yang dahulu dikenal dengan nama non insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan penyakit gangguan metabolik

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 7 No. 1 FEBRUARI 2018 ISSN 2302-2493 ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO Lilis

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN OBAT GLIBENKLAMID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN OBAT GLIBENKLAMID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN OBAT GLIBENKLAMID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN Muhammad Yusuf¹; Aditya Maulana Perdana Putra² ; Maria Ulfah³

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akhir-akhir ini prevalensinya meningkat. Beberapa penelitian epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akhir-akhir ini prevalensinya meningkat. Beberapa penelitian epidemiologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan 90% dari semua kasus DM, yang akhir-akhir ini prevalensinya meningkat. Beberapa penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh gangguan sekresi insulin, penggunaan insulin atau keduanya(ada,

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh gangguan sekresi insulin, penggunaan insulin atau keduanya(ada, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan golongan penyakit metabolik yang dicirikan dengan kadar glukosa dalam darah meningkat, yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin,

Lebih terperinci

EFEK PENGGUNAAN SIMVASTATIN TERHADAP KENAIKAN GULA DARAH PUASA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

EFEK PENGGUNAAN SIMVASTATIN TERHADAP KENAIKAN GULA DARAH PUASA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 58 Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research 2016, 01, 58-65 EFEK PENGGUNAAN SIMVASTATIN TERHADAP KENAIKAN GULA DARAH PUASA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 Yeni Farida 1* dan Claudia Putri

Lebih terperinci

INTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PERILAKU PENGOBATAN DENGAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD DR.

INTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PERILAKU PENGOBATAN DENGAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD DR. 1 INTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PERILAKU PENGOBATAN DENGAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN Jamalianti S 1 ; Riza Alfian 2 ; Hilda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke masih menjadi pusat perhatian dalam bidang kesehatan dan kedokteran oleh karena kejadian stroke yang semakin meningkat dengan berbagai penyebab yang semakin

Lebih terperinci

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya Yessy Mardianti Sulistria Farmasi /Universitas Surabaya yessy.mardianti@yahoo.co.id Abstrak Diabetes mellitus

Lebih terperinci

4. Tiazolidindion Insulin VI. Komplikasi Diabetes B. Landasan Teori C. Hipotesis BAB III Metodologi Penelitian...

4. Tiazolidindion Insulin VI. Komplikasi Diabetes B. Landasan Teori C. Hipotesis BAB III Metodologi Penelitian... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara cross sectional retrospektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi penyakit tidak menular (non communicable diseases) diprediksi akan terus mengalami peningkatan di beberapa negara berkembang. Peningkatan penderita penyakit

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER ABSTRAK PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2010 Shiela Stefani, 2011 Pembimbing 1 Pembimbing

Lebih terperinci

PENGARUH PENGETAHUAN TERHADAP KUALITAS HIDUP DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT SEBAGAI VARIABEL ANTARA PADA PASIEN DM

PENGARUH PENGETAHUAN TERHADAP KUALITAS HIDUP DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT SEBAGAI VARIABEL ANTARA PADA PASIEN DM p-issn: 2088-8139 e-issn: 2443-2946 Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi PENGARUH PENGETAHUAN TERHADAP KUALITAS HIDUP DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT SEBAGAI VARIABEL ANTARA PADA PASIEN DM THE INFLUENCE

Lebih terperinci

POLA DISLIPIDEMIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN JENIS KELAMIN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

POLA DISLIPIDEMIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN JENIS KELAMIN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG POLA DISLIPIDEMIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN JENIS KELAMIN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DAN TEKANAN DARAH ANTARA PENGGUNAAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DAN APLIKASI DIGITAL PILLBOX REMINDER

PERBANDINGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DAN TEKANAN DARAH ANTARA PENGGUNAAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DAN APLIKASI DIGITAL PILLBOX REMINDER PERBANDINGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DAN TEKANAN DARAH ANTARA PENGGUNAAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DAN APLIKASI DIGITAL PILLBOX REMINDER PADA PASIEN HIPERTENSI DI RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Lebih terperinci

PROFIL PENDERITA DIABETES RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP RSUD MANDAU DURI TAHUN 2015 E R M A N F A U Z I S P. P D

PROFIL PENDERITA DIABETES RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP RSUD MANDAU DURI TAHUN 2015 E R M A N F A U Z I S P. P D PROFIL PENDERITA DIABETES RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP RSUD MANDAU DURI TAHUN 2015 E R M A N F A U Z I S P. P D DIABETES MELITUS (DM) Penyakit gangguan metabolik menahun Pankreas tidak memproduksi cukup

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD ABSTRAK IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Alfisah Fatrianoor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan dunia dimana morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG JUWANA PERIODE JANUARI DESEMBER 2015

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG JUWANA PERIODE JANUARI DESEMBER 2015 ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG JUWANA PERIODE JANUARI DESEMBER 2015 Veronica Shinta Setiadi, 2016. Pembimbing I : Budi Widyarto L., dr., MH Pembimbing II :

Lebih terperinci