ARAHAN LOKASI PENGEMBANGAN KARAMBA JARING APUNG DI DANAU TOBA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ARAHAN LOKASI PENGEMBANGAN KARAMBA JARING APUNG DI DANAU TOBA"

Transkripsi

1 ARAHAN LOKASI PENGEMBANGAN KARAMBA JARING APUNG DI DANAU TOBA Lukman, Syahroma H. Nasution, dan I. Ridwansyah Pusat Penelitian Limnologi LIPI ABSTRAK Konsepsi penataan ruang perairan danau adalah upaya untuk menjamin keberlangsungan pembangunan dan kelestarian lingkungan danau dan kawasan sekitarnya, yaitu melalui peningkatan kualitas ruang meliputi kegiatan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang serta pengendalian pemanfaatannya. Kegiatan budiaya ikan pada karamba jaring apung (KJA) di perairan Danau Toba yang pertama kali dicoba pada tahun 1988, pada saat ini telah cukup meluas dan melibatkan berbagai kelompok masyarakat. Tercatat 50 desa/dusun yang memiliki KJA, yaitu milik masyarakat unit, milik Perusahaan Modal Asing (PMA) 4 lokasi dengan KJA berukuran besar dan satu lokasi dengan 72 unit berukuran kecil. Karena kecenderungan aktivitas KJA yang terus meningkat, pengendalian pemanfaatan ruang perairan untuk pengembangannya perlu dilakukan baik melalui penetapan daya dukung perairan untuk budidaya maupun penetapan ruang-ruang yang dapat dimanfaatan untuk KJA tersebut. Telah dilakukan pengamatan wilayah-wilayah perairan di sekeliling Danau Toba, untuk menetapkan alokasi ruang untuk pengembangan KJA dihubungkan dengan faktor-faktor yang menjadi kriteria pembatasnya. Penetapan daya dukung untuk setiap wilayah dan kriteria pembatas pengembangan KJA mengacu pada dokumen-dokumen terdahulu. Pengamatan dilakukan pada bulan Agustus dan Oktober 2013 terhadap 19 perairan teluk di Danau Toba, dengan melakukan pengukuran beberapa parameter kualitas air yaitu suhu, kecerahan, DO, ph, kelimpahan klorofil a, kadar hara dan kadar bahan organik. Kata kunci: Danau Toba, karamba jaring apung (KJA), arahan ruang, kualitas air PENDAHULUAN Konsepsi penataan ruang perairan danau adalah upaya untuk menjamin keberlangsungan pembangunan dan kelestarian lingkungan danau dan kawasan sekitarnya, yaitu melalui peningkatan kualitas ruang meliputi kegiatan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang serta pengendalian pemanfaatannya (Haeruman, 1999). Penetapan bahwa kawasan sekitar danau sebagai kawasan perlindungan setempat adalah untuk melindungi danau dari berbagai usaha dan/atau kegiatan yang dapat mengganggu kelestarian fungsi danau (PP No. 47 Tahun 1997). Kegiatan budidaya ikan pada karamba jaring apung (KJA) di perairan Danau Toba yang pertama kali dicoba pada tahun 1988 (Dharma, 1988), pada saat ini telah cukup meluas dan melibatkan berbagai kelompok masyarakat. Karamba jaring apung merupakan suatu cara budidaya ikan yang dilakukan di badan air tergenang, yaitu membesarkan ikan di dalam wadah-wadah yang dilayangkan di dalam air yang diselubungi semua sisi dan dasarnya oleh suatu bahan jaring yang mana pertukaran air relatif bebas dan limbah dari aktivitas budidaya dapat lepas ke perairan sekitarnya (Asmawi, 1986; Schmitttou, 1991). 373

2 Intensitas pengembangan KJA di perairan Danau Toba saat ini sudah cukup tinggi, dan tersebar di seluruh wilayah perairan. Dokumen dari Badan Pelaksana Badan Koordinasi Pengelolaan Kawasan Ekosistem Danau Toba (Sitompul dkk., 2007) mengemukakan bahwa lokasi-lokasi KJA telah tersebar di 50 desa/dusun, yaitu milik masyarakat unit, milik Perusahaan Modal Asing (PMA) 4 lokasi dengan KJA berukuran besar dan satu lokasi dengan 72 unit KJA berukuran kecil. Produksi ikan dari KJA ini untuk tahun 2010 tercatat mencapai ton, yang terdiri dari ikan nila ( ton) dan ikan mas (2.041 ton) dengan nilai produksi secara keseluruhan mencapai Rp. 722,5 milyar (Anonim, 2011). Kontroversi pengembangan KJA di Danau Toba banyak menyita perhatian masyarakat, terkait pertimbangan antara kebutuhan sosial ekonomi dan kelestarian lingkungan, antara pencapaian produksi dan daya dukung perairan, serta antara kepentingan budidaya dan keindahan perairan. Namun suatu hal yang pasti, pengembangan KJA di suatu perairan akan bernilai positif selama memperhatikan aspek keseimbangan ekologisnya, berada dalam batas kapasitas dayadukungnya dan memperhatikan pula kepentingan masyarakat yang ada. Peningkatan KJA yang berlebihan akan menimbulkan dampak yang buruk pada masa yang akan datang. Kebijakan pemanfaatan perairan Danau Toba untuk pengembangan budidaya ikan dengan KJA harus memperhatikan daya dukungnya dengan penetapan lokasi dan luasan yang tidak mengancam kegiatan yang telah ada yaitu aktivitas pariwisata. Untuk itu diperlukan arahan penetapan lokasi KJA untuk setiap kabupaten di wilayah Toba dengan memperhatikan aspek-aspek kondisi kualitas air serta kondisi pemanfaatan lain di wilayah itu. Arahan penetapan lokasi KJA juga merujuk pada kriteria yang dikemukakan oleh Lukman (2013). METODOLOGI Kegiatan survey dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 (Stasiun [(Sta] 1.s.d Sta 3; Sta. 16 s.d Sta. 19) dan pada bulan Oktober 2013 (Sta. 4 s.d Sta. 15) yang tersebar di tepian perairan Danau Toba (Gambar 1). Lokasi-lokasi tersebut mewakili perairan kabupaten-kabupaten Simalungun (6 lokasi), Toba Samosir (5 lokasi), Tapanuli Utara (1 lokasi), Humbang Hasundutan (1 lokasi), Samosir (4 lokasi), dan Dairi (2 lokasi). (Tabel 1). 374

3 Gambar 1. Peta stasiun pengukuran kualitas air di Danau Toba Parameter oksigen terlarut (DO; Dissolved Oxygen), suhu dan ph diukur secara langsung (in situ), untuk parameter Total Nitrogen (TN), Total Fosfor (TP), kebutuhan oksigen kimiawi (COD; Chemical Oxygen Demand), dan klorofil a dilakukan dengan pengambilan contoh air untuk kemudian dianalisis di laboratorium (Tabel 2). Parameter suhu, ph dan DO dan suhu diukur dengan WQC (Water Quality Checker) [HORIBA] tipe U-10, sedangkan analisis TN, TP, dan COD menggunakan spektrofotometer (Greenberg dkk., 1992). Parameter penunjang lainnya adalah tingkat kecerahan yang diukur dengan keping Sechi. Pengambilan air untuk menggunakan Van Dorn Sampler. Untuk analisis klorofil, contoh air sebanyak 250 ml disaring dengan Whatman Glass Microfiber Filter (GFF) dan diawet dengan MgCO 3. Total Fosfor ditetapkan melalui dektruksi contoh air dengan K 2 S 2 O 8 dalam keadaan asam, senyawaan Nitrogen (TN), ditetapkan dengan dektruksi contoh air menggunakan asam borat dalam keadaan basa dengan metode brucin. Kadar COD dianalisis dengan menggunakan metode dekstruksi dikromat. Analisis klorofil a menggunakan spektrofotometri (Greenberg dkk.,.1992). Tabel 1. Posisi geografis stasiun-stasiun pengambilan contoh Stasiun Lokasi Koordinat Kabupaten Sta. 1 Ujung Saribu 02 o 54,147' LU Simalungun 98 o 33,452' BT Sta. 2 Gaol 02 o 52,861' LU Simalungun 98 o 37,463' BT Sta. 3 Halaotan 02 o 50,534' LU Simalungun 98 o 43,565' BT 375

4 Sta. 4 Tanjung Unta 02 o 46,154' LU Simalungun 98 o 48,419 BT Sta. 5 Sipolha 02 o 44 08,5 LU Simalungun 98 o 51,447 BT Sta. 6 Panahatan 02 o 42,192' LU Simalungun 98 o 54,913' BT Sta. 7 Sigapiton 02 o 35,973' LU Toba Samosir 98 o 55,662' BT Sta. 8 Sirungkungan 02 o 34,037' LU Toba Samosir 98 o 57,198' BT Sta. 9 Pangaloan 02 o 33,492' LU Toba Samosir 98 o 58,908' BT Sta. 10 Jonggi Nihuta 02 o 32,890' LU Toba Samosir 98 o 29,626' BT Sta. 11 Hinalang 02 o 19,337' LU Toba Samosir 99 o 00,017' BT Sta. 12 Muara Nauli 02 o 20,416' LU Tapanuli Utara 98 o 54,266' BT Sta. 13 Timpar 02 o 21,147' LU Humbang Hasundutan 98 o 49,391' BT Sta. 14 Holbung 02 o 23,999' LU Samosir 98 o 48,463' BT Sta. 15 Lumbannahor 02 o 26,163' LU Samosir 98 o 47,113' BT Sta. 16 Boho 02 o 33,035' LU Samosir 98 o 40,063' BT Sta. 17 Tulas 02 o 38,131' LU Samosir 98 o 38,064' BT Sta. 18 Binagara 02 o ' LU Dairi 98 o 34,667' BT Sta. 19 Paropo 02 o ' LU Dairi 98 o 31,467' BT HASIL Pada Tabel 2 memperlihatkan kondisi kualitas air penciri alami pada lokasi pengembangan Karamba Jaring Apung (KJA), sedangkan untuk mengetahui kondisi kualitas air penciri karena pengaruh antrofogenik pada lokasi yang diamati dapat dilihat pada Tabel 4. Luasan teluk, luas areal KJA di Danau Toba dan alokasi jumlah KJA yang dapat ditanam dapat dilihat pada Tabel

5 Tabel 2. Kondisi kualitas air penciri alami pada lokasi yang diamati Stasiun Lokasi Suhu ( o C) ph DO (mg/l) Kecerahan (m) Sta. 1 Ujung Saribu 26,1 8,21 7,10 7,4 Sta. 2 Gaol 25,4 7,86 7,03 8,8 Sta. 3 Halaotan 25,2 8,61 7,03 8,0 Sta. 4 Tanjung Unta 24,9 7,45 6,31 9,5 Sta. 5 Sipolha 25,2 7,84 6,57 8,2 Sta. 6 Panahatan 25,6 8,00 7,12 6,3 Sta. 7 Sigapiton 25,6 8,12 7,36 7,1 Sta. 8 Sirungkungan 25,2 8,19 7,17 9,0 Sta. 9 Pangaloan 25,9 8,17 7,01 9,5 Sta. 10 Jongginihuta 26,0 8,18 7,07 8,7 Sta. 11 Hinalang 24,9 7,72 6,66 9,0 Sta. 12 Muara Nauli 25,2 7,93 6,63 8,4 Sta. 13 Timpar 25,3 7,89 7,44 8,0 Sta. 14 Holbung 25,6 8,42 6,50 11,5 Sta. 15 Lumbannahor 26,4 8,44 7,30 9,5 Sta. 16 Boho 25,0 7,70 5,86 3,5 Sta. 17 Tulas 26,9 8,60 7,52 7,0 Sta. 18 Binagara 26,4 8,45 7,30 7,7 Sta. 19 Paropo 26,3 8,34 7,15 7,4 Tabel 4. Kondisi kualitas air penciri pengaruh antrofogenik pada lokasi yang diamati Stasiun Lokasi TN (mg/l) TP (mg/l) COD (mg/l) Klorofil a (mg/m 3 ) 1 Ujung Saribu 0,102 0,022 35,454 0,916 2 Gaol 0,122 0,041 32,424 1,010 3 Halaotan 0,154 0,018 30,909 2,047 4 Tanjung Unta 0,329 0, ,788 1,407 5 Sipolha 0,270 0,013 80,909 2,378 6 Panahatan 0,238 0, ,121 1,620 7 Sigapiton 0,302 0,015 86,970 1,010 8 Sirungkungan 0,374 0, ,182 0,583 9 Pangaloan 0,250 0,013 91,515 0, Jongginihuta 0,257 0, ,212 0, Hinalang 0,275 0,013 97,576 2, Muara Nauli 0,303 0, ,667 0, Timpar 0,263 0,013 91,515 1, Holbung 0,080 0,031 29,394 1, Lumbannahor 0,075 0,022 30,909 0, Boho 0,173 0,012 40,000 2, Tulas 0,127 0,025 29,394 1, Binagara 0,133 0,038 33,939 0, Paropo 0,092 0,018 38,485 1,

6 Tabel 5. Luasan teluk, luas areal KJA di Danau Toba dan alokasi jumlah KJA yang dapat ditanam No Teluk Luas Teluk (ha) Luas Area untuk KJA * (ha) Proporsi (%) Alokasi KJA** DISKUSI *) Pertimbangan dengan luasan littoral yang tidak boleh dimanfaatkan KJA **) Pertimbangan berdasarkan dayadukung untuk KJA (Lukman & Hamdani, 2011) Kondisi Kualitas Air Kondisi kualitas air Danau Toba menunjukkan suhu air pada stasiun-stasiun yang diamati berkisar antara 24,9 26,9 o C, ph antara 7,45-8,61, oksigen terlarut antara 5,86-7,53 mg/l, dan kecerahan perairan antara 3,5 11,5 m (Tabel 2). Kisaran suhu pada umumnya sejalan dengan kondisi atmosfir, dan kadang-kadang dipengaruhi oleh waktu pengukuran. Kondisi suhu di perairan Danau Toba relatif tidak menunjukan perubahan yang signifikan. Berdasarkan laporan 378

7 Lukman (2011), di wilayah littoral Danau Toba kondisi suhu pada pengukuran Oktober 2009 di permukaan perairan berada pada kisaran 25,5 26,0 o C dan pada kedalaman 40 m suhu hanya menurun hingga 24,5-25,0 o C. Karakteristik ph perairan Danau Toba yang cenderung alkalin tampaknya terkait dengan daerah tangkapan(dta) Danau Toba yang beberapa dintaranya merupakan wilayah batuan karst (kapur). Pada umumnya perairan alkalin berada di daerah karst, yang aliran airnya banyak melarutkan komponen kalsium (Ca), sebagaimana sungai-sungai pada kawasan karst di Barat Laut Slovenia yang memiliki ph bervariasai antara 7,7 8,0 (Mori & Bracelj, 2006). Sementara itu kadar oksigen terlarut yang terukur menunjukkan kondisi sangat layak untuk kehidupan biota perairan, terutama ikan (>3,0 mg/l) (Alabaster & Lloyd, 1981), dan menunjukkan kondisi alami dalam arti belum menunjukkan adanya pengaruh dari pencemaran organik. Mengacu pada Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, kondisi perairan berdasarkan kadar oksigen terlarutnya (> 6 mg/l), kecuali di Stasiun 16 wilayah Boho, menunjukkan mutu air kelas I. Sebagai acuan status tropik teluk-teluk Danau Toba yang diamati adalah mengikuti Peraturan Menteri (Permen) Lingkungan Hidup No. 28/2009 dalam Anonim (2009), sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3. Tingkat kecerahan perairan (> 4 m), pada umumnya menunjukkan perairan dengan status trofik mesotrof, bahkan di Stasiun 14 memiliki tingkat kecerahan yang tinggi (> 10 m) yang mencirikan status perairan oligotrof. Tingkat kecerahan terendah (3,5 m) tercatat di Stasiun 16 yang tampaknya terkait dengan adanya komponen humus yang masuk melalui aliran sungai. Parameter kualitas air yang menjadi ciri pengaruh antrofogenik (Tabel 4) merupakan kondisi sebagai dampak adanya pengaruh manusia, seperti kadar TN, TP, COD dan kelimpahan klorofil. Parameter tersebut dapat menujukkan tingkat status tropik dan kelas kualitas airnya. Tabel 3. Kriteria status trofik perairan danau berdasarkan beberapa parameter kualitas air Status Trofik Kadar rata-rata Total N (mg/l) Kadar rata-rata Total P (mg/l) Kadar rata-rata Chlorofil (mg/l) Kecerahan ratarata (m) Kisaran kadar TP (mg/m 3 )* Oligotrof < 0,650 < 0,010 < 0,002 > 10 3,0 17,7 Mesotrof > 0,750 < 0,030 < 0,005 > 4 10,9 95,6 Eutrof < 1,900 < 0,100 < 0,015 > 2,5 16,2 386 Hipereutrof > 1,900 > 0,100 > 0,200 < 2, Sumber: Peraturan Menteri LH No. 28/2009 dalam Anonim (2009); *) Vollenweider & Kerekes (1980) Berdasarkan kriteria kadar TN pada umumnya lokasi-lokasi yang diamati mencirikan perairan oligotrof (< 0,650 mg/l), sedangkan berdasarkan kadar TP sebagian lokasi berada pada kondisi mesotrof (0,01 0,03 mg/l), tiga lokasi menunjukkan kondisi eutrof (0,03 0,1 mg/l) yaitu Sta. 2, Sta. 15 dan Sta. 18. Sementara itu lokasi Sta. 8 dan Sta. 16 berada pada kondisi mesotrof ringan atau sedikit di atas kondisi oligotrof (Pertimbangan penulis). Berdasarkan kadar klorofil, sebagian besar stasiun yang diamati berada pada kondisi oligotrof (< 0,002 mg/l atau <2 mg/m 3 ), hanya empat stasiun yang berada pada kondisi mesotrof (> 0,002 mg/l atau > 2 mg/m 3 ). Berdasarkan tingkat COD, sebagian besar stasiun yang diamati memiliki kualitas air kelas III (kadar COD mg/l) dan kelas IV (kadar COD antara mg/l). 379

8 Skenario Penetapan Lokasi-lokasi KJA di Danau Toba Terdapat dua skenario penetapan lokasi KJA di Danau Toba: i) Memperhatikan teluk-teluk yang tersebar di seluruh tepian danau, dengan ketentuan bahwa yang mengembangkan KJA adalah masyarakat setempat (Gambar 2; Tabel 5) (Lukman 2012); ii) Mempertimbangkan karakteristik ekologis dan pemanfaatan ruang danau, baik yang telah ada maupun potensi yang dapat dikembangkan (Lukman, 2013), dan iii) Memperhatikan kondisi kualitas air saat ini. Alokasi jumlah KJA tersebut berbasis pada proporsi luasan perairan teluk, dengan tanpa memperhatikan faktor lain seperti pemanfaatan yang telah ada maupun kondisi lingkungannya. Gambar 2. Sebaran teluk-teluk di Danau Toba (Sumber: Lukman, 2012) Beberapa faktor ekologis dan penggunaan ruang perairan menjadi kriteria untuk penetapan lokasi KJA (Lukman, 2013), adalah: i) Faktor hidromorfometri dan pola aliran massa air di perairan Danau Toba; ii) Di luar wilayah littoral danau; iii) Pertimbangan panjang garis pantai setiap kabupaten; iv) Luas lahan pertanian setiap kabupaten; v) Mempertimbangkan jumlah penduduk lokal; vi) Di luar wilayah in take air minum utama; vii) Di luar wilayah aktivitas bisnis dan pelabuhan; viii) Di luar wilayah/kawasan wisata dan potensi wisata; dan ix) Di luar wilayah reservat ikan. Pada makalah ini, tidak semua kriteria tersebut diperhatikan. Faktor Pertimbangan dalam Penetapan Lokasi KJA Mengingat yang menjadi pencemar utama dari kegiatan KJA dan yang sangat menentukan status tropik perairan adalah komponen TP, maka pada makalah ini status tropik yang menjadi pertimbangan adalah berdasarkan TP (Gambar 3). 380

9 Telah dikemukakan sebelumnya bahwa, sebagian besar status tropik teluk-teluk yang diamati pada kondisi mesotrofik, kecuali stasiun 2, 14 dan 18 dengan status eutropik dan stasiun 8 dan 16 dengan kriteria oligotrof (mesotrofik rendah). Sementara itu satu faktor yang menjadi pembatas pengembangan KJA adalah kawasan wisata (Gambar 4), baik yang sudah berlangsung maupun wilayah yang memiliki potensi. Lokasi-lokasi kawasan wisata ini merupakan pembatas utama karena dampak dari kegiatan KJA akan merusak sistem perairan, terutama dampak penyuburan perairan yang dapat mendorong terjadinya blooming plankton. Gambar 3. Status tropik teluk-teluk yang diamati berbasis kadar TP. 381

10 Gambar 4. Peta sebaran kawasan wisata dan potensi wisata di Danau Toba Sumber: Lukman (2013) basis data Sitompul dkk., (2007) Penatapan Kelas-kelas lokasi untuk Pengembangan KJA Memperhatikan faktor-faktor kualitas air, perkiraan sirkulasi massa air dan pemanfaatan kawasan baik yang sudah ada saat ini maupun potensi pemanfaatan di masa yang akan datang, maka telah disusun kelas (grading) dari stasiun-stasiun yang diteliti untuk kawasan pengembangan KJA (Tabel 6). Beberapa lokasi memiliki potensi yang cukup baik seperti Sta. 3 (Halaotan) dan Sta. 4 (Tanjung Unta), tetapi karena merupakan wilayah pariwisata maka kelas potensinya menjadi rendah atau dihindari (III). Sementara itu untuk perairan-perairan dengan status eutrofik, seperti Stasiun 2 (Gaol) dan Stasiun 14 (Holbung) pengembangan KJA harus sangat dibatasi (II). Pengembangan KJA ini sebaiknya mengelompok, dengan lokasi yang ditetapkan oleh setiap pemerintah kabupaten di wilayah Danau Toba, sehingga dalam pengelolaan perairan maupun pengendaliannya lebih mudah. Tabel 6. Penetapan kelas-kelas lokasi potensi pengembangan KJA di Danau Toba Sta. Lokasi Kondisi Perairan Pemanfaatan di sekitar lokasi Status Tropik 1) Kelas Air 2) Perkiraan sirkulasi massa air Saat ini 3) Potensi 4) Kelas Lokasi KJA 1 Ujung Saribu Mesotrofik III Rendah Ta Wisata III 2 Gaol Eutrofik III Baik Ta Ta II 3 Halaotan Mesotrofik III Baik Wisata Ta III 4 Tanjung Unta Mesotrofik IV Baik Wisata; Ta III KJA 5 Sipolha Mesotrofik IV Baik Ta Ta I 382

11 1) 6 Panahatan Mesotrofik IV Baik Wisata Ta IV 7 Sigapiton Mesotrofik IV Rendah Ta Ta II 8 Sirungkungan Oligotrof IV Baik KJA Ta I 9 Pangaloan Mesotrofik IV Rendah Ta Reservat III 10 Jongginihuta Mesotrofik IV Rendah Ta Ta II 11 Hinalang Mesotrofik IV Baik Wisata Reservat III 12 Muara Nauli Mesotrofik IV Baik Wisata Ta IV 13 Timpar Mesotrofik IV Baik KJA Ta I 14 Holbung Eutrofik III Baik Ta Ta II 15 Lumbannahor Mesotrofik III Baik Ta Ta I 16 Boho Oligotrof III Rendah Ta Ta IV 17 Tulas Mesotrofik III Baik Ta Reservat III 18 Binagara Eutrofik III Baik Wisata Reservat III 19 Paropo Mesotrofik III Baik Ta Reservat III Berdasarkan kadar TP; 2) Berdasarkan tingkat COD; 3) Keberadaan wisata mengacu pada Gambar 4; 4) Kriteria reservat terdapat aliran sungai (Pada saat ini belum ditetapkan wilayah reservat di perairan Danau Toba); Ta : Tidak ada data/informasi Kriteria kelas lokasi KJA: I = Layak; II = Terbatas; III = Dihindari; IV = Tidak layak Salah satu pertimbangan pengembangan KJA di Danau Toba menurut Lukman (2013) adalah penduduk lokal terkait dengan sangat terbatasnya potensi sumber daya alam di kawasan Danau Toba, seperti sempitnya ketersediaan lahan pertanian dan rendahnya potensi sumberdaya alam lainnya. Dengan demikian fokusi pengembangan ekonomi masyarakat akan tertuju kepada potensi perairan, diantaranya pengembangan KJA. Masyarakat lokal yang kemampuan aksesibilitas kepada pemanfaatan sumberdaya lain sangat rendah, harus mendapat prioritas dalam pengembangan KJA. Diluar desa/dusun yang memiliki aktivitas bisnis/wisata dan potensi wisata di wilayah Danau Toba, terdapat 120 desa/dusun yang tidak memiliki dan tidak berpotensi aktivitas wisata. Untuk memberikan peluang masyarakat memiliki mata pencaharian, maka desa/dusun tersebut yang harus dipertimbangkan menjadi lokasi-lokasi untuk pengembangan KJA. Desa/dusun tersebut dapat menjadi acuan untuk penetapan lokasi-lokasi pengembangan KJA, dengan tetap memperhatikan kriteria dan batasan-batasan lainnya. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia sebagai lembaga pelaksana kegiatan penelitian. Terima kasih juga Penulis ucapkan kepada Kepala Pusat Penelitian Limnologi-LIPI yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan penelitian ini. Terima kasih kepada Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi-LIPI dimana kegiatan penelitian ini masuk ke dalam kegiatan Tematik di Puslit ini. Tak lupa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan penelitian dan pembuatan makalah ini. 383

12 DAFTAR PUSTAKA Alabaster, J. S. and R. Lloyd, 1981, Water Quality Criteria for Freshwater Fish, FAO, Butterworth, London, 361 p Anonim, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2009, tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air danau dan/atau Waduk. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 22 hal. Anonim, Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Sumatera Utara Tahun Laporan Tahunan. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara. 148 hal. Asmawi, S Pemeliharaan Ikan Dalam Karamba. PT Gramedia Jakarta. 82 hal. Dharma, L Percobaan Pemeliharaan Ikan Mas dalam Jaring Terapung di Ambarita-Danau Toba, Sumatera Utara. Bull. Penel. Perik. Darat, 7(2): Greenberg, A. E., L. S. Clesceri, and A. D. Eaton (ed.) Standard methods for the examination of water and waste water, 18 th edition. APHA-AWWA-WEF. Haeruman, H. J Kebijakan Pengelolaan Danau dan Waduk Ditinjau dari Aspek Tata Ruang. Prosiding Semiloka Nasional Pengelolaan dan Pemanfaatan Danau dan Waduk. PPLH-IPB, Ditjen Bangda Depdagri, Ditjen Pengairan, Kantor Meneg. Lingkungan Hidup. Hal.I:1-9. Lukman, Ciri Wilayah Eufotik Perairan Danau Toba. Prosiding Seminar Nasional Hari Lingkungan Hidup Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup berbasis Kearifan Lokal. PPLH LPPM Unsoed, Ikatan Ahli Lingkungan Hidup Indonesia. Tema II. Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Hal Lukman dan A. Hamdani, Estimasi Daya Dukung Perairan Danau Toba Sumatera Utara untuk Pengembangan Budidaya Ikan dengan Karamba Jaring Apung. Limnotek, 18(2): Lukman, Pertimbangan-pertimbangan dalam Pengembangan Karamba Jaring Apung di Danau Toba (Bahan Presentasi) (Tidak dipublikasikan) Lukman, Danau Toba. Karakteristik Limnologis dan Mitigasi Ancaman Lingkungan dari Pengembangan Karamba Jaring Apung. LIPI Press Mori, N., and A. Bracelj, Macroinvertebrate Communities of Karst Springs of Two Rivers Catchments in the Southern Limestone Alps (the Julian Alps, NW Slovenia). Aquatic Ecology, Vol. 40: Schmittou, H. R Budidaya Keramba. Suatu Metode Produksi Ikan di Indonesia. Proyek Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Indonesia Auburn University International Center for Aquaculture. 126 hal. Sitompul, R., L.U. Sitanggang, H.D. Putra, Roswita, R. Sagala, dan D. Y. Mulyati, Profil Pantai dan Perairan Danau Toba. BPBPEKDT, Medan. Vollenweider, R.A and J. Kerekes The Loading Concept as Basis for Controlling Eutrophication Phylosophy and Preliminary Result of the OECD Programme on Eutrophication. Eutrophication of Deep Lakes. Proceedings of a Seminar held in Gjovic, Norway, June Pergamon Press, Oxford, New York. p

PENELUSURAN ULANG POTENSI SUAKA PERIKANAN DI DANAU TOBA

PENELUSURAN ULANG POTENSI SUAKA PERIKANAN DI DANAU TOBA PENELUSURAN ULANG POTENSI SUAKA PERIKANAN DI DANAU TOBA Syahroma Husni Nasution 1, Lukman 1, dan I. Ridwansyah 1 1 Pusat Penelitian Limnologi LIPI Email: syahromanasution@yahoo.com ABSTRAK Pemanfaatan

Lebih terperinci

INTRODUKSI KERAMBA JARING APUNG BERLAPIS SEBAGAI ALATERNATIF SISTEM PEMELIHARAAN IKAN DALAM KERAMBA RAMAH LINGKUNGAN DI DANAU MANINJAU SUMATERA BARAT

INTRODUKSI KERAMBA JARING APUNG BERLAPIS SEBAGAI ALATERNATIF SISTEM PEMELIHARAAN IKAN DALAM KERAMBA RAMAH LINGKUNGAN DI DANAU MANINJAU SUMATERA BARAT LIMNOTEK, 2005, Vol, XII, No, 2, p. 61-67 INTRODUKSI KERAMBA JARING APUNG BERLAPIS SEBAGAI ALATERNATIF SISTEM PEMELIHARAAN IKAN DALAM KERAMBA RAMAH LINGKUNGAN DI DANAU MANINJAU SUMATERA BARAT Triyanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan tawar, dan berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai, mata air maupun air hujan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara maritim karena sebagian besar wilayahnya didominasi oleh perairan. Perairan ini meliputi perairan laut, payau, maupun perairan

Lebih terperinci

PEMBEBANAN DAN DISTRIBUSI BAHAN ORGANIK DI WADUK CIRATA

PEMBEBANAN DAN DISTRIBUSI BAHAN ORGANIK DI WADUK CIRATA PEMBEBANAN DAN DISTRIBUSI BAHAN ORGANIK DI WADUK CIRATA Oleh: Lukman dan Hidayat *) Abstrak Pemanfaatan Waduk Cirata untuk pengembangan budidaya ikan sistem karamba jaring apung (KJA) cenderung berlebihan,

Lebih terperinci

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON OLEH : CAROLUS NIRAHUA NRP : 000 PROGRAM PASCASARJANA BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan Perikanan, terlebih bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan Perikanan, terlebih bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan ikan yang meningkat tentunya memiliki makna positif bagi pengembangan Perikanan, terlebih bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang memiliki potensi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN AIR DANAU DAN/ATAU WADUK

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN AIR DANAU DAN/ATAU WADUK SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN AIR DANAU DAN/ATAU WADUK MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2011 di kawasan KJA Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar di Danau Lido, Bogor, Jawa Barat (Lampiran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hal yang penting dan harus tetap dijaga kestabilannya (Effendi, 2003).

PENDAHULUAN. hal yang penting dan harus tetap dijaga kestabilannya (Effendi, 2003). PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan sebagai hajat hidup orang banyak. Semua makhluk hidup membutuhkan air untuk kehidupannya sehingga sumberdaya air perlu dilindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran luas 100 km x 30 km di Sumatera Utara, Indonesia. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September 2014. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian terdiri dari peninjauan lokasi penelitian pada

Lebih terperinci

KONDISI KUALITAS AIR BEBERAPA DAERAH PEMELIHARAAN IKAN KARAMBA JARING APUNG DI DANAU MANINJAU

KONDISI KUALITAS AIR BEBERAPA DAERAH PEMELIHARAAN IKAN KARAMBA JARING APUNG DI DANAU MANINJAU Fachmijany Sulawesty, LIMNOTEK et al., (11) / LIMNOTEK 1 (1) : 3-7 (11) 1 (1) : 3-7 KONDISI KUALITAS AIR BEBERAPA DAERAH PEMELIHARAAN IKAN KARAMBA JARING APUNG DI DANAU MANINJAU Fachmijany Sulawesty, Sutrisno,

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 11 3. METODE PENELITIAN 3. 1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Danau Lido, Bogor, Jawa Barat. Danau Lido berada pada koordinat 106 48 26-106 48 50 BT dan 6 44 30-6 44 58 LS (Gambar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini III METODE PENELITIAN.. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.

Lebih terperinci

FLUKTUASI OKSIGEN TERLARUT DI KAWASAN KARAMBA JARING APUNG DI DANAU MANINJAU DAN HUBUNGANNYA DENGAN KETERSEDIAAN KLOROFIL DAN BAHAN ORGANIK

FLUKTUASI OKSIGEN TERLARUT DI KAWASAN KARAMBA JARING APUNG DI DANAU MANINJAU DAN HUBUNGANNYA DENGAN KETERSEDIAAN KLOROFIL DAN BAHAN ORGANIK Lukman, LIMNOTEK et al., / LIMNOTEK (2014) 21 2014 (1) : 30 21 (1) 40 : 30 40 FLUKTUASI OKSIGEN TERLARUT DI KAWASAN KARAMBA JARING APUNG DI DANAU MANINJAU DAN HUBUNGANNYA DENGAN KETERSEDIAAN KLOROFIL DAN

Lebih terperinci

CIRI WILAYAH EUFOTIK PERAIRAN DANAU TOBA

CIRI WILAYAH EUFOTIK PERAIRAN DANAU TOBA CIRI WILAYAH EUFOTIK PERAIRAN DANAU TOBA Oleh: Lukman Pusat Penelitian Limnologi-LIPI e-mail: lukman@limnologi.lipi.go.id ABSTRAK Danau Toba adalah danau di Indonesia dengan tingkat pemanfaatan beragam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan

I. PENDAHULUAN. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan dan berbentuk pelebaran alur atau badan atau palung sungai (PerMen LH No 28 Tahun 2009). Waduk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Pelaksanaan Penelitian Penentuan stasiun

METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Pelaksanaan Penelitian Penentuan stasiun 15 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2011 di Danau Lido, Bogor, Jawa Barat. Danau Lido terletak pada koordinat posisi 106 48 26-106 48

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memonitor kualitas perairan (Leitão, 2012), melalui pemahaman terhadap siklus

BAB I PENDAHULUAN. memonitor kualitas perairan (Leitão, 2012), melalui pemahaman terhadap siklus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status trofik merupakan indikator tingkat kesuburan suatu perairan yang dapat ditentukan oleh faktor-faktor yang meliputi nutrien perairan, produktivitas fitoplankton

Lebih terperinci

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG F1 05 1), Sigit Febrianto, Nurul Latifah 1) Muhammad Zainuri 2), Jusup Suprijanto 3) 1) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK UNDIP

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam

I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plankton merupakan salah satu jenis biota yang penting dan mempunyai peranan besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam air atau

Lebih terperinci

Kadar Salinitas, Oksigen Terlarut,..Kepulauan Seribu-Provinsi DKI Jakarta (Dumarno, D & T. Muryanto)

Kadar Salinitas, Oksigen Terlarut,..Kepulauan Seribu-Provinsi DKI Jakarta (Dumarno, D & T. Muryanto) Kadar Salinitas, Oksigen Terlarut,..Kepulauan Seribu-Provinsi DKI Jakarta (Dumarno, D & T. Muryanto) KADAR SALINITAS, OKSIGEN TERLARUT, DAN SUHU AIR DI UNIT TERUMBU KARANG BUATAN (TKB) PULAU KOTOK KECIL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu dari luar sistem perairannya sehingga dapat dinetralkan atau distabilkan kembali dalam jangka waktu

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilakukan di kawasan perairan Pulau Biawak, Kabupaten Indramayu. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan, dimulai dari bulan

Lebih terperinci

PENGAMATAN POLA STRATIFIKASI DI DANAU MANINJAU SEBAGAI POTENSI TUBO BELERANG. Lukman, Sutrisno, dan Agus Hamdani

PENGAMATAN POLA STRATIFIKASI DI DANAU MANINJAU SEBAGAI POTENSI TUBO BELERANG. Lukman, Sutrisno, dan Agus Hamdani LIMNOTEK (2013) 20 (2) : 129 140 PENGAMATAN POLA STRATIFIKASI DI DANAU MANINJAU SEBAGAI POTENSI TUBO BELERANG Lukman, Sutrisno, dan Agus Hamdani Pusat Penelitian Limnologi, LIPI E-mail : lukman@limnologi.lipi.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Sibolga yang terletak di pantai barat Pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli,

Lebih terperinci

DISTRIBUSI OKSIGEN TERLARUT DAN BEBERAPA FAKTOR FISIKA DAN KIMIA PERAIRAN PENTING DI DANAU LINDU SULAWESI TENGAH 1. Vipen Adiansyah 2 & Samuel 2

DISTRIBUSI OKSIGEN TERLARUT DAN BEBERAPA FAKTOR FISIKA DAN KIMIA PERAIRAN PENTING DI DANAU LINDU SULAWESI TENGAH 1. Vipen Adiansyah 2 & Samuel 2 DISTRIBUSI OKSIGEN TERLARUT DAN BEBERAPA FAKTOR FISIKA DAN KIMIA PERAIRAN PENTING DI DANAU LINDU SULAWESI TENGAH 1 ABSTRAK Vipen Adiansyah 2 & Samuel 2 Air berfungsi sebagai habitat tempat berlangsungnya

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. termasuk situ dan wadah air sejenis dengan sebutan istilah lokal (Permen LH No.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. termasuk situ dan wadah air sejenis dengan sebutan istilah lokal (Permen LH No. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Danau Danau adalah wadah air dan ekosistemnya yang terbentuk secara alamiah termasuk situ dan wadah air sejenis dengan sebutan istilah lokal (Permen LH No. 28 Tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan

Lebih terperinci

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03"LU '6.72" BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km.

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03LU '6.72 BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km. 8 menyebabkan kematian biota tersebut. Selain itu, keberadaan predator juga menjadi faktor lainnya yang mempengaruhi hilangnya atau menurunnya jumlah makrozoobentos. 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 13) mengatakan bahwa, Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB 2 BAHAN DAN METODE BAB 2 BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Mei 2011 pada 4 lokasi di Sungai Bah Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara (peta lokasi penelitian

Lebih terperinci

STUDI KELIMPAHAN DAN SEBARAN PHYTOPLANKTON SECARA HORIZONTAL (KASUS SUNGAI KURI LOMPO KABUPATEN MAROS) Abdul Malik dan Saiful ABSTRAK

STUDI KELIMPAHAN DAN SEBARAN PHYTOPLANKTON SECARA HORIZONTAL (KASUS SUNGAI KURI LOMPO KABUPATEN MAROS) Abdul Malik dan Saiful ABSTRAK STUDI KELIMPAHAN DAN SEBARAN PHYTOPLANKTON SECARA HORIZONTAL (KASUS SUNGAI KURI LOMPO KABUPATEN MAROS) Abdul Malik dan Saiful Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENGARUH KANDUNGAN OKSIGEN TERLARUT (DO) TERHADAP STATUS EUTROFIKASI DI WADUK CIWAKA, KOTA SERANG

PENGARUH KANDUNGAN OKSIGEN TERLARUT (DO) TERHADAP STATUS EUTROFIKASI DI WADUK CIWAKA, KOTA SERANG PENGARUH KANDUNGAN OKSIGEN TERLARUT (DO) TERHADAP STATUS EUTROFIKASI DI WADUK CIWAKA, KOTA SERANG Nida Nur Faridah Z (1), Qurrotul Aeni (2) (1,2) Jurusan Perikanan FAPERTA Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2010 pada 3 (tiga) lokasi di Kawasan Perairan Pulau Kampai, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat,

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Umar Ode Hasani Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan UHO Email : umarodehasani@gmail.com Ecogreen Vol. 2 No. 2, Oktober

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Maksud dari penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh berkembangnya aktivitas kolam jaring apung di Waduk Cirata terhadap kualitas air Waduk Cirata. IV.1 KERANGKA PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan oleh makhluk hidup baik itu manusia, hewan maupun tumbuhan sebagai penunjang kebutuhan dasar. Oleh karena itu, keberadaan

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - April 2011 di Perairan Kuala Tanjung Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara, dan laboratorium Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2010 di Danau Lut Tawar Kecamatan Lut Tawar Kota Takengon Kabupaten Aceh Tengah, dan Laboratorium Pengelolaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2005 - Agustus 2006 dengan lokasi penelitian di Pelabuhan Sunda Kelapa, DKI Jakarta. Pengambilan contoh air dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran, III. METODOLOGI PENELITIAN.. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran, Lampung. Penelitian ini secara umum mencakup tahapan yaitu survei lapangan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian tingkat kesesuaian lahan dilakukan di Teluk Cikunyinyi,

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian tingkat kesesuaian lahan dilakukan di Teluk Cikunyinyi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian tingkat kesesuaian lahan dilakukan di Teluk Cikunyinyi, Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Analisis parameter kimia air laut

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS AIR DI PERAIRAN TIGARAS KECAMATAN DOLOK PARDAMEAN KABUPATEN SIMALUNGUN

PENENTUAN KUALITAS AIR DI PERAIRAN TIGARAS KECAMATAN DOLOK PARDAMEAN KABUPATEN SIMALUNGUN 1 PENENTUAN KUALITAS AIR DI PERAIRAN TIGARAS KECAMATAN DOLOK PARDAMEAN KABUPATEN SIMALUNGUN (Determination of Water Quality in Waters Tigaras of District Dolok of Pardamean, Simalungun) Luly Nanda Arista

Lebih terperinci

The Vertical Profile Of Nitrate and Orthophosphate in Pinang Luar Oxbow Lake Buluh China Village Siak Hulu Sub District Kampar District Riau Province

The Vertical Profile Of Nitrate and Orthophosphate in Pinang Luar Oxbow Lake Buluh China Village Siak Hulu Sub District Kampar District Riau Province 1 The Vertical Profile Of Nitrate and Orthophosphate in Pinang Luar Oxbow Lake Buluh China Village Siak Hulu Sub District Kampar District Riau Province By : Cristy A D Sinurat 1, Madju Siagian 2, Asmika

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR NITRAT DAN KLASIFIKASI TINGKAT KESUBURAN DI PERAIRAN WADUK IR. H. DJUANDA, JATILUHUR, PURWAKARTA

ANALISIS KADAR NITRAT DAN KLASIFIKASI TINGKAT KESUBURAN DI PERAIRAN WADUK IR. H. DJUANDA, JATILUHUR, PURWAKARTA Analisis Kadar Nitrat dan... Ir. H. Djuanda, Jatiluhur, Purwakarta (Kusumaningtyas, D.I.) ANALISIS KADAR NITRAT DAN KLASIFIKASI TINGKAT KESUBURAN DI PERAIRAN WADUK IR. H. DJUANDA, JATILUHUR, PURWAKARTA

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2009 berlokasi di Danau Lido, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Danau Lido berada pada koordinat 106 0 48

Lebih terperinci

Profil Vertikal Fosfat di Waduk Bandar Kayangan Lembah Sari Kelurahan Lembah Sari Kabupaten Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru.

Profil Vertikal Fosfat di Waduk Bandar Kayangan Lembah Sari Kelurahan Lembah Sari Kabupaten Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru. Profil Vertikal Fosfat di Waduk Bandar Kayangan Lembah Sari Kelurahan Lembah Sari Kabupaten Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru By: Nursaida Sitompul 1, Asmika Harnalin Simarmata 2, Madju Siagian 2 Abstract

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waduk Mulur Sukoharjo merupakan objek wisata alam yang terletak di provinsi Jawa Tengah.Tepatnya berada di daerah Kabupaten Sukoharjo, Kecamatan Bendosari, Kelurahan

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta lokasi pengamatan.

Gambar 2. Peta lokasi pengamatan. 3. METODOLOGI 3.1. Rancangan penelitian Penelitian yang dilakukan berupa percobaan lapangan dan laboratorium yang dirancang sesuai tujuan penelitian, yaitu mengkaji struktur komunitas makrozoobenthos yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan 29 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan literatur baik berupa buku buku, artikel, jurnal jurnal dan penelitian tentang hidrologi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia terdiri atas 13.667 pulau tetapi baru sekitar 6.000 pulau yang telah mempunyai nama, sedangkan yang berpenghuni sekitar 1000 pulau. Jumlah panjang garis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kecamatan

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kecamatan III METODE PENELITIAN.. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Lokasi dan objek penelitian ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 21 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Situ IPB yang terletak di dalam Kampus IPB Dramaga, Bogor. Situ IPB secara geografis terletak pada koordinat 106 0 34-106 0 44 BT dan

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PRIMER PERIFITON DI SUNGAI NABORSAHAN SUMATERA UTARA

PRODUKTIVITAS PRIMER PERIFITON DI SUNGAI NABORSAHAN SUMATERA UTARA PRODUKTIVITAS PRIMER PERIFITON DI SUNGAI NABORSAHAN SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh: BETZY VICTOR TELAUMBANUA 090302053 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Lingkungan Waduk Koto Panjang 4.1.1. Suhu air Suhu air perairan pada setiap stasiun, kedalaman, dan waktu pengamatan berkisar antara 25,0 32,7 o C, pada bulan Maret

Lebih terperinci

The Vertical Profile of Nitrate in the Lacustrine and Transition Zone Koto Panjang Reservoir Kampar District Riau Province ABSTRACT

The Vertical Profile of Nitrate in the Lacustrine and Transition Zone Koto Panjang Reservoir Kampar District Riau Province ABSTRACT 1 The Vertical Profile of Nitrate in the Lacustrine and Transition Zone Koto Panjang Reservoir Kampar District Riau Province Simon D. Sihotang 1, Asmika H. Simarmata 2, Clemens Sihotang 2 ABSTRACT This

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enceng gondok (Eichhornia Crassipes) merupakan salah satu jenis tanaman air yang memiliki kemampuan untuk menyerap dan mengakumulasi logam berat (Ingole, 2003). Tumbuhan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan 25 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Sawangan-Bojongsari, Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian adalah 5

Lebih terperinci

STATUS KUALITAS AIR WADUK CIRATA DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN BUDIDAYA

STATUS KUALITAS AIR WADUK CIRATA DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN BUDIDAYA STATUS KUALITAS AIR WADUK CIRATA DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN BUDIDAYA ) Wage Komarawidjaja ), Sutrisno Sukimin ) dan Entang Arman ) Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan (PTL)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Pulau Panggang Kepulauan Seribu DKI Jakarta pada bulan Maret 2013. Identifikasi makrozoobentos dan pengukuran

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Keterangan : Peta Lokasi Danau Lido. Danau Lido. Inset. 0 km 40 km 6 40' 42" ' 47" Gambar 2. Peta lokasi Danau Lido, Bogor

3. METODE PENELITIAN. Keterangan : Peta Lokasi Danau Lido. Danau Lido. Inset. 0 km 40 km 6 40' 42 ' 47 Gambar 2. Peta lokasi Danau Lido, Bogor 3. METODE PENELITIAN 5.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2009, berlokasi di Danau Lido, Bogor, Jawa Barat. Sampel yang didapat dianalisis di Laboratorium Biologi

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April-Mei 2013 di perairan Pantai Balongan, Kabupaten Indramayu. Pengambilan sampel dilakukan dengan

Lebih terperinci

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian BAB III BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di daerah Teluk Hurun, Lampung. Teluk Hurun merupakan bagian dari Teluk Lampung yang terletak di Desa Hanura Kec. Padang Cermin Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB 2 BAHAN DAN METODE BAB 2 BAHAN DAN METODE 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 pada beberapa lokasi di hilir Sungai Padang, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air merupakan zat yang paling banyak terdapat dalam protoplasma dan merupakan zat yang sangat esensial bagi kehidupan, karena itu dapat disebut kehidupan adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. keseimbangan ekologi dan tata air. Dari sudut ekologi, waduk dan danau

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. keseimbangan ekologi dan tata air. Dari sudut ekologi, waduk dan danau 1. Profil Waduk Cengklik Boyolali BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Keberadaan waduk dan danau sangat penting dalam turut menciptakan keseimbangan ekologi dan tata air. Dari sudut ekologi, waduk

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL KAJIAN HUBUNGAN ANTARA KUALITAS AIR DAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA IKAN NILA DI DANAU LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL KAJIAN HUBUNGAN ANTARA KUALITAS AIR DAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA IKAN NILA DI DANAU LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL KAJIAN HUBUNGAN ANTARA KUALITAS AIR DAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA IKAN NILA DI DANAU LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO OLEH: RIVAL S. NAKI NIM. 631409029 1 KAJIAN HUBUNGAN ANTARA

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan perikanan keramba jaring apung (KJA) di Waduk Ir. H. Juanda Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat (Gambar 4). Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang memiliki luas 240 ha. Pemanfaatan lahan di sekitar Waduk Cengklik sebagian besar adalah

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983) 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waduk Waduk merupakan badan air tergenang yang dibuat dengan cara membendung sungai, umumnya berbentuk memanjang mengikuti bentuk dasar sungai sebelum dijadikan waduk. Terdapat

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Air Laut Terhadap Air Tanah Di Wilayah Pesisir Surabaya Timur

Studi Pengaruh Air Laut Terhadap Air Tanah Di Wilayah Pesisir Surabaya Timur Presentasi Tugas Akhir-MO091336 Bidang Studi Teknik Pantai Studi Pengaruh Air Laut Terhadap Air Tanah Di Wilayah Pesisir Surabaya Timur Nico Adi Purnomo 4308100111 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Wahyudi, M.Sc

Lebih terperinci

Chlorophyll-a concentration in the Tajwid Lake, Langgam Sub-district, Pelalawan District, Riau Province. By:

Chlorophyll-a concentration in the Tajwid Lake, Langgam Sub-district, Pelalawan District, Riau Province. By: Chlorophyll-a concentration in the Tajwid Lake, Langgam Sub-district, Pelalawan District, Riau Province By: Libra T Situmorang 1), Clemens Sihotang ), Asmika H. Simarmata ) Email: libra_msp@yahoo.com Abstract

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi dua

TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi dua TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Danau Perairan disebut danau apabila perairan itu dalam dengan tepi yang umumnya curam.air danau biasanya bersifat jernih dan keberadaan tumbuhan air terbatas hanya pada daerah

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB 2 BAHAN DAN METODE BAB 2 BAHAN DAN METODE 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2009- Juli 2010 di Danau Lut Tawar. Metode yang digunakan dalam penentuan stasiun adalah dengan metode Purposive

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Maret- 20 Juli 2011 di Perairan Kuala Tanjung Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara, dan laboratorium Pengelolaan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme, atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS AIR

MANAJEMEN KUALITAS AIR MANAJEMEN KUALITAS AIR Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya,

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang.

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. I.1 Latar Belakang. Bab I PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki potensi wisata alam yang melimpah. Terletak di garis khatulistiwa dengan iklim tropis yang mendapat sinar matahari yang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danau Maninjau merupakan danau yang terdapat di Sumatera Barat, Kabupaten Agam. Secara geografis wilayah ini terletak pada ketinggian 461,5 m di atas permukaan laut

Lebih terperinci

BAB I. Kegiatan manusia di sekitar perairan dapat mengakibatkan masuknya

BAB I. Kegiatan manusia di sekitar perairan dapat mengakibatkan masuknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan manusia di sekitar perairan dapat mengakibatkan masuknya bermacam substansi ke dalam sistem perairan. Sebagian dari substansi ini secara tidak langsung

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR R Rodlyan Ghufrona, Deviyanti, dan Syampadzi Nurroh Fakultas Kehutanan - Institut Pertanian Bogor ABSTRAK Situ

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Proses ini yang memungkinkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam 10 tahun terakhir, jumlah kebutuhan ikan di pasar dunia semakin meningkat, untuk konsumsi dibutuhkan 119,6 juta ton/tahun. Jumlah tersebut hanya sekitar 40 %

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berdampak buruk bagi lingkungan budidaya. Hal ini erat kaitannya dengan

I. PENDAHULUAN. berdampak buruk bagi lingkungan budidaya. Hal ini erat kaitannya dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya ikan merupakan kegiatan pemeliharaan ikan dalam lingkungan yang terkontrol. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan salah satunya adalah pemberian pakan.manajemen

Lebih terperinci

ABSTRACT THE IMPACT OF AGRICULTURAL ACTIVITIES IN THE VARIOUS LEVELS OF EUTROPHICATION AND DIVERSITY OF PHYTOPLANKTON IN BUYAN LAKE BULELENG BALI

ABSTRACT THE IMPACT OF AGRICULTURAL ACTIVITIES IN THE VARIOUS LEVELS OF EUTROPHICATION AND DIVERSITY OF PHYTOPLANKTON IN BUYAN LAKE BULELENG BALI ABSTRACT THE IMPACT OF AGRICULTURAL ACTIVITIES IN THE VARIOUS LEVELS OF EUTROPHICATION AND DIVERSITY OF PHYTOPLANKTON IN BUYAN LAKE BULELENG BALI This research was conducted to find out the impact of agricultural

Lebih terperinci

Amonia (N-NH3) Nitrat (N-NO2) Orthophosphat (PO4) mg/l 3 Ekosistem

Amonia (N-NH3) Nitrat (N-NO2) Orthophosphat (PO4) mg/l 3 Ekosistem Tabel Parameter Klasifikasi Basis Data SIG Untuk Pemanfaatan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Kelautan No Parameter Satuan 1 Parameter Fisika Suhu ºC Kecerahan M Kedalaman M Kecepatan Arus m/det Tekstur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produktivitas Primer Fitoplankton Berdasarkan hasil penelitian di Situ Cileunca didapatkan nilai rata-rata produktivitas primer (PP) fitoplankton pada Tabel 6. Nilai PP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air laut merupakan suatu medium yang unik. Sebagai suatu sistem, terdapat hubungan erat antara faktor biotik dan faktor abiotik, karena satu komponen dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perairan merupakan perpaduan antara komponen fisika, kimia dan biologi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perairan merupakan perpaduan antara komponen fisika, kimia dan biologi PENDAHULUAN Latar Belakang Perairan merupakan perpaduan antara komponen fisika, kimia dan biologi dalam suatu media air pada wilayah tertentu. Ketiga komponen tersebut saling berinteraksi, jika terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telaga merupakan wilayah tampungan air yang sangat vital bagi kelestarian lingkungan. Telaga merupakan salah satu penyedia sumber air bagi kehidupan organisme atau makhluk

Lebih terperinci

Hubungan panjang berat ikan belanak (Mugil cephalus) di tiga muara sungai di Teluk Banten

Hubungan panjang berat ikan belanak (Mugil cephalus) di tiga muara sungai di Teluk Banten Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8 Hubungan panjang berat ikan belanak (Mugil cephalus) di tiga muara sungai di Teluk Banten Sugiarti 1,2*, Sigid Hariyadi 1, Syahroma Husni Nasution 2 1 Departemen Manajemen

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015 PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015 A. PEMANTAUAN KUALITAS AIR DANAU LIMBOTO Pemantauan kualitas air ditujukan untuk mengetahui pengaruh kegiatan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Pengambilan Contoh Penentuan lokasi

3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Pengambilan Contoh Penentuan lokasi 17 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan contoh air dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2012. Lokasi penelitian di Way Perigi, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Juli 2014 untuk

III. METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Juli 2014 untuk III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Juli 2014 untuk mengetahui kondisi awal daerah penelitian dan mempersiapkan perlengkapan untuk pengambilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN km dengan luas perairan pantai yang mencapai 5,8 km 2 dari 3,1 juta km 2

I. PENDAHULUAN km dengan luas perairan pantai yang mencapai 5,8 km 2 dari 3,1 juta km 2 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai garis pantai sepanjang 81.000 km dengan luas perairan pantai yang mencapai 5,8 km 2 dari 3,1 juta km 2 keseluruhan

Lebih terperinci