OPSI PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN SIDAT BERDASARKAN DISTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DI SUNGAI-SUNGAI YANG BERMUARA KE TELUK PALABUHANRATU, JAWA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPSI PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN SIDAT BERDASARKAN DISTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DI SUNGAI-SUNGAI YANG BERMUARA KE TELUK PALABUHANRATU, JAWA BARAT"

Transkripsi

1 OPSI PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN SIDAT BERDASARKAN DISTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DI SUNGAI-SUNGAI YANG BERMUARA KE TELUK PALABUHANRATU, JAWA BARAT PANJI ARFIANTO DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Opsi Pengelolaan Sumber Daya Ikan Sidat Berdasarkan Distribusi dan Pertumbuhan di Sungai-sungai yang Bermuara ke Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Mei 2014 Panji Arfianto NIM C

4 ABSTRAK PANJI ARFIANTO. Opsi Pengelolaan Sumber Daya Ikan Sidat Berdasarkan Distribusi dan Pertumbuhan di Sungai-sungai yang Bermuara ke Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat. Dibimbing oleh LUKY ADRIANTO dan M MUKHLIS KAMAL. Sidat merupakan ikan katadromus yang memijah di laut dan juvenilnya tumbuh di perairan tawar dengan beruaya dari tempat pemijahannya. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi penyebaran dan pola pertumbuhan ikan sidat serta menyajikannya dalam bentuk sistem informasi. Sampel ikan sidat dikoleksi dari 7 sungai (Cimandiri, Cipalabuhan, Citepus, Cisukawayana, Cimaja, Citiis, dan Cibareno) selama bulan Juli hingga Oktober Elver dan glass eel disimpan dalam alkohol absolut, selanjutnya digunakan untuk menghitung hubungan panjang bobot dan faktor kondisi. Pembuatan animasi flash mengacu pada siklus pengembangan sistem The Waterfall Model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan sidat terdapat di setiap sungai dengan hasil tangkapan tertinggi di Sungai Cimaja. Pola pertumbuhan juvenile ikan sidat (A. bicolor bicolor dan A. marmorata) adalah allometrik positif, sedangkan glass eel adalah allometrik negatif. Nilai faktor kondisi ikan sidat antara stasiun yang satu dengan stasiun yang lain tidak jauh berbeda. Sungai Cimaja berpotensi untuk dijadikan sebagai daerah konservasi sumber daya ikan sidat. Sistem informasi ruaya ikan sidat telah diimplementasikan dalam bentuk animasi flash. Kata kunci: distribusi, faktor kondisi, hubungan panjang bobot, ruaya, sidat ABSTRACT PANJI ARFIANTO. Eel Resources Management Options Based on the Distribution and Growth in the Rivers Draining to the Bay of Palabuhanratu, West Java. Supervised by LUKY ADRIANTO and M MUKHLIS KAMAL. Freshwater eels are usually considered catadromous because they spawn in marine waters and the juveniles grow in freshwater habitats following a long migration from their offshore spawning area. The objective of this research is to study the distribution, the pattern of growth, and present in system information. Field sampling was conducted in 7 rivers (Cimandiri, Cipalabuhan, Citepus, Cisukawayana, Cimaja, Citiis, and Cibareno) from July to October Glass eel and elver were kept in absolute alcohol, futhermore it used for calculating length weight relationship and condition factor. The making of eel migration flash animation refers to the system development cycle of The Waterfall Model. The result of the research showed that eels is present in each river with the highest catches in Cimaja River. In terms of growth pattern, both A. bicolor bicolor and A. marmorata juvenile have positive allometric, while glass eel have negative allometric. Eel condition factor values between one to another station is not much different. Cimaja River potentially as eel resources conservation area. Additionaly, eel migration information system has been implemented in flash animation. Keywords: condition factor, distribution, eel, length-weight relationship, migration

5 OPSI PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN SIDAT BERDASARKAN DISTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DI SUNGAI-SUNGAI YANG BERMUARA KE TELUK PALABUHANRATU, JAWA BARAT PANJI ARFIANTO Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7 Judul Skripsi : Opsi Pengelolaan Sumber Daya Ikan Sidat Berdasarkan Distribusi dan Pertumbuhan di Sungai-sungai yang Bermuara ke Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat Nama : Panji Arfianto NIM : C Program Studi : Manajemen Sumber Daya Perairan Disetujui oleh Dr Ir Luky Adrianto, MSc Pembimbing I Dr Ir M. Mukhlis Kamal, MSc Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir M. Mukhlis Kamal, MSc Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Alhamdulillahirabbil Alamin, Penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga skripsi yang berjudul Opsi Pengelolaan Sumber Daya Ikan Sidat Berdasarkan Distribusi dan Pertumbuhan di Sungai-sungai yang Bermuara ke Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ungkapan terima kasih Penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada: 1 Institut Pertanian Bogor yang memberikan Penulis kesempatan untuk menempuh pendidikan. 2 Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan atas biaya penelitian melalui Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN), Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), DIPA IPB Tahun Ajaran 2013, kode Mak : , Penelitian Dasar untuk Bagian, Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitan dan Pengabdian kepada Masyarakat, IPB dengan judul Upaya Penentuan Daerah Perlindungan Larva Ikan Sidat (Anguilla spp.) Berbasis Analisis Konektivitas Laut Muara Sungai di Teluk Palabuhanratu Jawa Barat yang dilaksanakan oleh Dr Ir Mohammad Mukhlis Kamal, MSc. 3 Dr Ir Sulistiono, MSc selaku pembimbing akademik. 4 Dr Ir Luky Adrianto, MSc dan Dr Ir Mohammad Mukhlis Kamal, MSc selaku pembimbing skripsi. 5 Dr Ir Ridwan Affandi, DEA selaku penguji skripsi dan Dr Ir Niken Tunjung Murti Pratiwi, MSi selaku ketua komisi pendidikan Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan. 6 Kedua orang tua tercinta yang menjadi alasan terbesar Penulis untuk menyelesaikan studi. 7 Kang Agus yang telah membantu selama pengumpulan data. 8 Bapak Ruslan dan Bang Aries yang telah membimbing di laboratorium. 9 Teman-teman yang selalu mendukung dan memberikan semangat. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Mei 2014 Panji Arfianto

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan dan Manfaat Penelitian 2 METODE 2 Kegiatan di Lapangan 2 Kegiatan di Laboratorium 4 Analisis Data 4 Pembuatan Animasi Flash Ruaya Ikan Sidat 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Hasil 7 Pembahasan 14 KESIMPULAN DAN SARAN 17 Kesimpulan 17 Saran 18 DAFTAR PUSTAKA 18 LAMPIRAN 20 RIWAYAT HIDUP 28

10 DAFTAR TABEL 1 Hubungan panjang bobot ikan sidat di sungai-sungai yang bermuara ke Teluk Palabuhanratu 9 DAFTAR GAMBAR 1 Lokasi pengamatan habitat sungai dan wawancara 3 2 Prosedur pembuatan animasi flash 6 3 Ikan sidat jenis Anguilla bicolor bicolor 7 4 Ikan sidat jenis Anguilla marmorata 7 5 Hasil tangkapan ikan sidat berdasarkan lokasi 8 6 Hasil tangkapan ikan sidat berdasarkan waktu 8 7 Nilai K ikan sidat pada setiap sungai 10 8 Tampilan pembuatan peta perairan Palabuhanratu 12 9 Tampilan pembuatan objek animasi Tampilan pembuatan animasi flash Tampilan animasi flash ruaya ikan sidat 13 DAFTAR LAMPIRAN 1 Foto lokasi pengamatan sungai 20 2 Data hasil pengamatan sungai dan wawancara 21 3 Parameter fisika-kimia air 24 4 Kandungan logam berat di air 24 5 Kandungan logam berat di sedimen 25 6 Matriks rencana kawasan perlindungan sidat 26 7 Penentuan lokasi suaka perikanan 27

11 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan sidat dari genus Anguilla merupakan ikan katadromus yang memijah di perairan laut dalam dan juvenilnya tumbuh hingga dewasa di perairan tawar dengan beruaya dari tempat pemijahannya (Arai et al. 2013). Ikan ini banyak ditemukan di daerah tropis, subtropis, dan temperate kecuali di Samudera Atlantik Selatan dan pesisir barat benua Amerika (Ege 1939 in Aoyama 2009). Ikan sidat terdiri dari 19 spesies atau subspesies yang tersebar di seluruh dunia. Terdapat tujuh spesies atau subspesies di Indonesia, yaitu Anguilla celebesensis Kaup 1856, Anguilla interioris Whitely 1938, Anguilla nebulosa nebulosa McClelland 1844, Anguilla marmorata Quoy & Gaimard 1824, Anguilla borneensis Popta 1824, Anguilla bicolor bicolor McClelland 1844 and Anguilla bicolor pacifica Schmidt 1928 (Ege 1939 in Arai et al. 1999). Perairan Palabuhanratu merupakan daerah yang sudah dikenal sebagai daerah penangkapan ikan sidat. Perairan ini memiliki hubungan langsung dengan Samudera Hindia, sehingga wilayah ini menjadi daerah tujuan ruaya oleh jenis-jenis ikan sidat yang ada di perairan Samudera Hindia, yaitu A. bicolor bicolor dan A. marmorata (Fahmi dan Hirnawati 2010). Terdapat tujuh sungai yang bermuara ke Teluk Palabuhanratu, yang menjadi daerah ruaya ikan sidat, yaitu Sungai Cimandiri, Cipalabuhan, Citepus, Cisukawayana, Cimaja, Citiis, dan Cibareno. Informasi mengenai ruaya, baik secara spasial maupun temporal sangat diperlukan dalam pengelolaan perikanan. Tanpa adanya informasi mengenai ruaya, ancaman seperti degradasi habitat, pembuatan bendungan, dan penangkapan ikan yang berlebihan tanpa disadari dapat menyebabkan penurunan populasi dan kepunahan suatu spesies. Di seluruh dunia, terdapat lebih dari 100 jenis ikan peruaya yang telah punah akibat pengelolaan yang buruk, penangkapan yang berlebihan, pembangunan bendungan, dan degradasi habitat (Leidy dan Moyle 1998 in Hogan et al. 2007). Selain itu, ikan sidat juga mengalami tekanan eksploitasi yang tinggi, yaitu pada fase glass eel. Belakangan hasil tangkapan ikan sidat sudah mulai menurun dan ukuran ikan yang tertangkap juga semakin kecil (Utomo 2011). Adanya permintaan pasar ekspor yang tinggi telah memicu aktivitas penangkapan benih ikan sidat secara tidak terkontrol. Eksploitasi yang berlebihan dikhawatirkan akan memicu penurunan populasi ikan sidat secara drastis. Selain itu, adanya penurunan stok alamiah spesies ikan sidat di wilayah Asia Timur, membuat Jepang, Korea, Taiwan, China, dan Hongkong bersaing untuk mendapatkan ikan sidat dari Indonesia (Larasati 2013). Hal tersebut menunjukkan bahwa kajian mengenai sumber daya ikan sidat yang didasarkan pada informasi bioekologi, diantaranya meliputi distribusi, pertumbuhan, dan ruaya ikan sidat perlu dilakukan. Dengan berkembangnya teknologi informasi, maka terbuka kesempatan untuk mengembangkan sistem informasi mengenai sumber daya ikan sidat. Proses ruaya ikan sidat dapat dibuat menjadi suatu sistem informasi dalam bentuk animasi flash. Animasi flash ruaya ikan sidat diharapkan dapat memberikan gambaran serta mempermudah pemahaman mengenai ruaya ikan sidat sebagai informasi dasar dalam pengelolaan ikan sidat. Informasi mengenai biologi-ekologi dan sistem

12 2 informasi sangat dibutuhkan untuk tujuan pengelolaan agar sumber daya ikan sidat dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan. Perumusan Masalah Besarnya permintaan ikan sidat menyebabkan terjadinya eksploitasi ikan sidat yang tinggi, terutama eksploitasi pada fase glass eel yang semakin mengancam kelestariannya. Hingga saat ini ikan sidat belum berhasil dipijahkan di kolam, sehingga pembesaran ikan sidat masih mengandalkan pasokan benih dari alam. Selain itu, terdapat kegiatan antropogenik yang menyebabkan perubahan habitat yang berdampak pada keberlangsungan hidup ikan sidat. Untuk mempertahankan kelestarian ikan sidat akibat penangkapan dan degradasi lingkungan, diperlukan suatu informasi biologi-ekologi mengenai sumber daya ikan sidat yang dapat menunjang kelestarian serta pemanfaatannya secara optimal. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebaran dan pola pertumbuhan ikan sidat serta menyajikannya dalam bentuk sistem informasi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi mengenai distribusi, pertumbuhan, dan ruaya ikan sidat yang ada di perairan Palabuhanratu. Informasi ini dapat menjadi salah satu dasar pertimbangan dalam upaya pengelolaan sumber daya ikan sidat yang optimal dan berkelanjutan, salah satunya untuk menentukan daerah perlindungan larva sidat. METODE Kegiatan di Lapangan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perairan Palabuhanratu dengan tujuh sungai yang ditentukan sebagai lokasi penelitian, yaitu Sungai Cimandiri, Cipalabuhan, Citepus, Cisukawayana, Citiis, Cimaja, dan Cibareno (Gambar 1). Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan, mulai dari bulan Juli hingga Oktober Protokol Penelitian A. Penentuan Stasiun Terdapat tujuh sungai yang menjadi lokasi pengamatan dan wawancara. Penentuan stasiun di setiap sungai berada pada sungai bagian hulu, tengah, dan hilir. Stasiun yang dipilih ditentukan berdasarkan kegiatan-kegiatan manusia di sekitar sungai yang dapat mempengaruhi kondisi lingkungan habitat ikan sidat.

13 3 Gambar 1 Lokasi pengamatan habitat sungai dan wawancara B. Pengambilan Sampel Pengambilan sampel ikan dikaitkan dengan waktu banyaknya tertangkap glass eel dan elver, yaitu saat bulan gelap. Pengumpulan sampel dilakukan setiap 1 bulan selama 4 bulan. Glass eel dan elver sidat didapatkan dari hasil tangkapan nelayan di setiap sungai. Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan adalah larva net dan skup net untuk wilayah muara sungai, serta setrum (electric fishing) untuk wilayah sungai. Glass eel dan elver sidat yang telah didapatkan, disimpan dalam alkohol absolut. C. Pengamatan Habitat Sungai Pengamatan habitat ikan sidat di sungai dilakukan dengan menelusuri sungai ke arah hulu. Penelusuran sungai dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana ikan sidat melakukan ruaya. Selain itu, dilakukan pengumpulan data dan informasi di lapangan mengenai kondisi habitat sungai. Parameter yang diamati, yaitu lebar sungai, arus, substrat, kekeruhan, dan keberadaan lubuk serta dilakukan pengamatan terhadap kegiatan masyarakat di sekitar sungai. D. Wawancara Wawancara dilakukan bersamaan dengan pengamatan habitat sungai untuk mendapatkan informasi mengenai stadia, ukuran, waktu kemunculan, dan alat tangkap ikan sidat. Di samping itu, untuk mendapatkan informasi kegiatan masyarakat di sekitar sungai yang dapat mempengaruhi pergerakan ruaya ikan sidat. Responden yang dituju adalah masyarakat yang tinggal atau berada di sekitar sungai.

14 4 Kegiatan di Laboratorium Penentuan Jenis Sidat Antarspesies ikan sidat dibedakan berdasarkan beberapa karakter, antara lain perbandingan antara panjang preanal dan predorsal. Perbedaan karakter morfologi ini hanya digunakan pada ikan sidat yang berukuran dewasa dan berada pada stadia yang sama. Berdasarkan perbedaan karakter morfologi tersebut, ikan sidat dikelompokan menjadi 2 kelompok besar, yaitu short fin dan long fin. Pada tipe sirip short fin, panjang preanal dan predorsalnya hampir sama. Tipe seperti ini dimiliki oleh ikan sidat jenis Anguilla bicolor bicolor. Di samping itu, tipe long fin memiliki panjang predorsal lebih pendek dibandingkan dengan panjang preanalnya. Tipe seperti ini dimiliki oleh ikan sidat jenis Anguilla marmorata (Tabeta 1996 in Fahmi dan Hirnawati 2010). Pengukuran Panjang dan Bobot Sampel ikan sidat yang didapat dikelompokkan berdasarkan jenis, sungai, dan waktu pengambilan sampel. Panjang sampel ikan diukur menggunakan penggaris (nst = 1 mm) dan bobotnya ditimbang dengan timbangan digital (nst = g). Panjang ikan yang diukur adalah panjang total, yaitu jarak antara ujung kepala yang terdepan dengan ujung sirip ekor yang paling belakang. Bobot ikan yang ditimbang adalah bobot basah total, yaitu bobot total jaringan tubuh ikan dan air yang terdapat di dalamnya (Effendie 1979). Data ini selanjutnya digunakan untuk menghitung hubungan panjang bobot, mencari nilai b dan menghitung faktor kondisi (Effendie 1979). Analisis Data Hubungan Panjang Bobot Hubungan panjang bobot digambarkan dalam dua bentuk, yaitu isometrik dan allometrik (Hile in Effendie 1979). Untuk kedua pola ini berlaku persamaan: W = al b Jika dilinearkan melalui transformasi logaritma, maka diperoleh persamaan: Log W = Log a + b Log L W adalah bobot (g), L adalah panjang (mm), a adalah konstanta dan b adalah dugaan pola pertumbuhan ikan (isometrik dan allometrik). Untuk mendapatkan parameter a dan b, digunakan analisis regresi linear sederhana. Untuk menguji nilai b=3 atau b 3 dilakukan uji-t (Walpole 1995) dengan hipotesis: H0 : b = 3, hubungan panjang dengan bobot adalah isometrik : b 3, hubungan panjang dengan bobot adalah allometrik H1

15 5 Allometrik positif, jika b>3 (pertambahan bobot lebih dari pada pertambahan panjang) dan allometrik negatif, jika b<3 (pertumbuhan panjang lebih cepat dari pada pertambahan bobot). t hitung = b 1-b 0 Sb 1 b1 adalah nilai konstanta b (hubungan dari panjang bobot), b0 adalah nilai 3, dan Sb1 adalah simpangan koefisien b. Selanjutnya, nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel pada selang kepercayaan 95%. Kemudian untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan, kaidah keputusan yang diambil (Walpole 1995) adalah thitung > ttabel : tolak hipotesis nol (H0) thitung < ttabel : gagal tolak hipotesis nol (H0) Faktor Kondisi Faktor kondisi merupakan indikator untuk melihat adanya pengaruh lingkungan terhadap kondisi fisik ikan yang dirumuskan dalam fungsi bobot tubuh berbanding panjang tubuh ikan. Secara teoritis nilai faktor kondisi berbanding lurus dengan bobot tubuh ikan. Apabila terjadi penurunan mutu lingkungan, maka bobot tubuh ikan akan menurun pula. Kemontokan ikan dinyatakan dalam angka yang dihitung sesuai dengan rumus yang dikemukakan Effendie (2002) sebagai berikut. Pada pola pertumbuhan allometrik menggunakan rumus K= W al b Pada pola pertumbuhan isometrik menggunakan rumus K= W x 10 5 L 3 K adalah faktor kondisi relatif, W adalah bobot (g), L adalah panjang (mm), serta a dan b adalah konstanta. Analisis Pola Migrasi Ikan Sidat Analisis pola migrasi ikan sidat merupakan hasil interpretasi dari hasil penelusuran habitat sungai dan wawancara di setiap stasiun. Hasil wawancara tersebut terdiri dari stadia, ukuran, waktu kemunculan, alat tangkap, dan kegiatan manusia di sekitar sungai. Selanjutnya dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui pola migrasi ikan sidat di perairan Palabuhanratu. Pembuatan Animasi Flash Ruaya Ikan Sidat Pembuatan animasi flash ruaya ikan sidat dilakukan menggunakan seperangkat komputer dengan sistem operasi Windows 7 Ultimate. Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil wawancara seperti stadia, lokasi, dan ukuran, sedangkan data sekunder terdiri dari

16 6 umur rekruitmen glass eel dan umur ikan sidat saat matang gonad atau pada fase silver eel. Prosedur pembuatan animasi flash (Gambar 2) terdiri dari lima tahap yang mengacu pada siklus pengembangan sistem The Waterfall Model (Mulyanto 2008), yaitu tahap investigasi, analisis, desain, implementasi, dan perawatan, yang diuraikan sebagai berikut. 1 Tahap investigasi Tahap ini dilakukan untuk menentukan apakah terdapat peluang untuk mengembangkan suatu sistem informasi. Sistem informasi yang akan dikembangkan adalah animasi flash ruaya ikan sidat. 2 Tahap analisis Tahap ini menganalisis data yang dibutuhkan sebagai dasar untuk membangun sebuah animasi flash. Data yang dibutuhkan adalah umur rekruitmen glass eel dan umur ikan sidat saat matang gonad. 3 Tahap desain Tahap ini bertujuan untuk membuat rancangan animasi flash pergerakan ruaya ikan sidat dari fase glass eel hingga silver eel. Pada perancangan animasi flash dilakukan pembuatan peta perairan Palabuhanratu dan objek yang akan digunakan pada animasi. Peta dibuat dengan menggunakan aplikasi pembuat peta sedangkan objek animasi dibuat dengan aplikasi pengolah gambar. 4 Tahap implementasi Tahap ini mengimplementasikan sistem informasi yang akan dibuat dalam bentuk animasi flash. Animasi flash ruaya ikan sidat dibuat dengan menggunakan aplikasi pembuat animasi flash. Peta dan objek animasi yang telah dibuat dijadikan sebagai masukan pada lembar kerja. Animasi pergerakan ruaya ikan sidat diintegrasikan dengan data yang ada. Selanjutnya, animasi flash ruaya ikan sidat diuji untuk mengetahui ada tidaknya kesalahan dalam animasi flash yang telah dibuat. 5 Tahap perawatan Tahap ini dilakukan ketika sistem informasi animasi flash ruaya ikan sidat telah berhasil dibuat. Pada tahap ini dilakukan pemeliharaan dan perubahan apabila terdapat data pendukung sistem informasi animasi flash ruaya ikan sidat yang terbaru. Mulai Kajian terhadap permasalahan Penentuan kebutuhan informasi Pembuatan desain animasi flash Penyusunan objek animasi Pembuatan animasi flash Evaluasi Selesai Gambar 2 Prosedur pembuatan animasi flash

17 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil Tangkapan dan Keragaman Ikan Sidat Perairan Palabuhanratu memiliki hubungan langsung dengan Samudera Hindia, sehingga wilayah ini disinggahi oleh jenis-jenis ikan sidat yang ada di perairan Samudera Hindia. Hasil tangkapan menunjukkan bahwa di sungai-sungai yang bermuara ke Teluk Palabuhanratu terdapat dua jenis ikan sidat, yaitu Anguilla bicolor bicolor dan Anguilla marmorata dengan ciri-ciri sebagai berikut (Kottelat et al. 1993). a Anguilla bicolor bicolor Bentuk tubuh seperti ular. Warna kulit bagian punggung coklat polos. Sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur menyatu. Bersirip dada. Permulaan sirip punggung di atas dubur (Gambar 3). Gambar 3 Ikan sidat jenis Anguilla bicolor bicolor b Anguilla marmorata Bentuk tubuh seperti ular. Kulit bagian punggung berwarna kehitaman seperti marmer. Sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur menyatu. Bersirip dada. Permulaan sirip punggung di depan dubur (Gambar 4). Gambar 4 Ikan sidat jenis Anguilla marmorata

18 8 Hasil tangkapan ikan sidat berbeda antar waktu dan lokasi. Hasil tangkapan selama bulan Juli hingga Oktober 2013 di tujuh sungai yang ditentukan sebagai lokasi pengamatan adalah ikan sidat Anguilla bicolor bicolor (221 ekor) lebih banyak dibandingkan dengan ikan sidat Anguilla marmorata (22 ekor). Selanjutnya, hasil tangkapan glass eel sebanyak 836 ekor (Gambar 5). Hal ini menunjukkan bahwa di perairan Palabuhanratu ikan sidat jenis Anguilla bicolor bicolor lebih dominan dari jenis Anguilla marmorata. Hasil tangkapan ikan sidat berdasarkan lokasi penelitian ditunjukkan pada Gambar 5. Hasil tangkapan ikan sidat di Sungai Cimaja adalah yang tertinggi, sedangkan hasil tangkapan terendah berada di Sungai Cibareno. Ikan sidat A. bicolor bicolor paling banyak didapatkan di Sungai Cimaja, A. marmorata paling banyak didapatkan di Sungai Citiis, dan glass eel paling banyak didapatkan di Sungai Cimandiri. Ekor Cimandiri Cipalabuhan Citepus Cisukawayana Cimaja Citiis Cibareno Sungai A. bicolor bicolor A. marmorata Glass eel Gambar 5 Hasil tangkapan ikan sidat berdasarkan lokasi 25 Hasil tangkapan ikan sidat berdasarkan waktu selama bulan Juli hingga Oktober 2013 ditunjukkan pada Gambar 6. Hasil tangkapan paling banyak terdapat pada bulan Agustus, sedangkan hasil tangkapan terendah terdapat pada bulan Oktober. Ikan sidat Anguilla bicolor bicolor banyak tertangkap pada bulan Juli. Di samping itu, ikan sidat Anguilla marmorata dan glass eel paling banyak tertangkap pada bulan Agustus. Data tangkapan tersebut menggambarkan adanya kecenderungan terjadinya puncak musim sidat, khususnya pada stadia glass eel, saat Musim Timur (Juni hingga Oktober) di perairan Palabuhanratu. Ekor Juli Agustus September Oktober Bulan A. bicolor bicolor A. marmorata Glass eel Gambar 6 Hasil tangkapan ikan sidat berdasarkan waktu

19 9 Pertumbuhan dan Faktor Kondisi Analisis hubungan panjang bobot dimanfaatkan untuk mengetahui aspek pertumbuhan, seperti mengetahui bobot ikan melalui panjangnya dan menjelaskan pola pertumbuhan ikan pada saat tertentu. Data mengenai hubungan panjang bobot dan pola pertumbuhan ikan sidat di setiap sungai disajikan pada Tabel 1. Nilai b pada ikan A. bicolor bicolor berkisar antara , A. marmorata berkisar antara , dan glass eel berkisar antara Data tersebut menunjukkan bahwa pola pertumbuhan A. bicolor bicolor adalah allometrik positif kecuali pada Sungai Cimandiri dan Sungai Cisukawayana. Pola pertumbuhan A. marmorata adalah allometrik positif, pola pertumbuhan glass eel adalah allometrik negatif. Tabel 1 Hubungan panjang bobot ikan sidat di sungai-sungai yang bermuara ke Teluk Palabuhanratu Sungai Jenis Ikan Sidat Persamaan Regresi Pola Pertumbuhan Cimaja A. bicolor bicolor W = L Allometrik positif A. marmorata W = L Allometrik positif Glass eel W = L Allometrik negatif Cimandiri A. bicolor bicolor W = L Allometrik negatif A. marmorata - - Glass eel W = L Allometrik negatif Cisukawayana A. bicolor bicolor W = L Allometrik negatif A. marmorata W = L Allometrik positif Glass eel W = L Allometrik negatif Citepus A. bicolor bicolor W = L Allometrik positif A. marmorata W = L Allometrik positif Glass eel W = L Allometrik negatif Cibareno A. bicolor bicolor - - A. marmorata - - Glass eel W = L Allometrik negatif Citiis A. bicolor bicolor W = L Allometrik positif A. marmorata W = L Allometrik positif Glass eel W = L Allometrik negatif Cipalabuhan A. bicolor bicolor W = L Allometrik positif A. marmorata - - Glass eel W = 0.003L Allometrik negatif Faktor kondisi menurut Lagler (1961) in Effendie (1979) merupakan suatu keadaan yang menyatakan kemontokan ikan atau disebut juga dengan indeks ponderal. Nilai faktor kondisi (K) ikan sidat pada setiap sungai disajikan pada Gambar 7. Nilai faktor kondisi di setiap sungai relatif sama, yaitu berkisar Nilai faktor kondisi ikan sidat jenis A. bicolor bicolor adalah , sidat jenis A. marmorata adalah , dan glass eel adalah Nilai faktor kondisi terbesar pada jenis A. bicolor bicolor terdapat pada Sungai Citepus dan Cipalabuhan, yaitu sebesar 1.07, A. marmorata pada Sungai Citiis, yaitu sebesar 1.08, dan pada glass eel di Sungai Citepus, yaitu sebesar 1.17.

20 10 Nilai K Cimandiri Cipalabuhan Citepus Cisukawayana Cimaja Citiis Cibareno Sungai A. bicolor bicolor A. marmorata Glass eel Gambar 7 Nilai K ikan sidat pada setiap sungai Pola Pergerakan Ikan Sidat di Sungai Pola migrasi ikan sidat diketahui berdasarkan hasil pengamatan sungai dan wawancara mengenai keberadaan, stadia, dan waktu kemunculan ikan sidat. Pada bagian hilir sungai terdapat ikan sidat dalam stadia glass eel, di bagian tengah terdapat ikan sidat yang telah berpigmen, dan di bagian hulu terdapat ikan sidat dengan ukuran jari hingga ukuran besar (yellow eel). Hal ini menunjukkan bahwa semakin ke arah hulu ukuran ikan sidat semakin besar. Selain itu, diketahui bahwa ikan sidat lebih mudah ditemukan pada malam hari, terutama pada bulan gelap. Animasi Flash Ruaya Ikan Sidat di Sungai Sistem informasi perikanan yang dibangun merupakan sebuah animasi flash yang menggambarkan ruaya ikan sidat jenis Anguilla bicolor bicolor di Sungai Cimandiri, Palabuhanratu. Flash merupakan salah satu perangkat lunak komputer yang biasa digunakan untuk membuat animasi, hiburan, dan berbagai komponen web, diintegrasikan dengan video dalam halaman web sehingga dapat menjadi aplikasi multimedia yang kaya (Rich Internet Application) (Sunyoto 2010). Animasi ini dibuat dengan menggunakan aplikasi pembuat animasi flash. Tahap pengembangan animasi flash ruaya ikan sidat terdiri dari tahap investigasi, analisis, desain, implementasi dan perawatan. Tahap Investigasi Tahap ini dilakukan untuk menentukan apakah terdapat peluang suatu sistem informasi untuk dikembangkan. Informasi terkait ruaya ikan sidat di perairan Palabuhanratu masih terpisah-pisah, sehingga terbuka kesempatan untuk mengembangkan suatu sistem informasi. Sistem informasi yang akan dikembangkan adalah animasi flash mengenai ruaya ikan sidat. Tahap Analisis Tahap ini bertujuan untuk menganalisis data yang terkait mengenai ruaya ikan sidat. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer berupa hasil wawancara, sedangkan data sekunder berupa umur ikan sidat (glass eel) saat mencapai muara, dan umur ikan sidat saat matang gonad. Hasil penelitian Arai et

21 11 al. (1999) di muara Sungai Cimandiri, umur glass eel A. bicolor bicolor saat rekruitmen berkisar antara hari. Selain itu, hasil penelitian Setiawan et al. (2001) in Aoyama (2009) di muara Sungai Cimandiri menunjukkan bahwa umur glass eel A. bicolor bicolor saat rekruitmen berkisar antara hari. Ikan sidat A. bicolor bicolor mengalami matang gonad atau fase silver eel saat berumur 4-6 tahun (Arai et al. 2011). Tahap Desain Tahap ini bertujuan untuk membuat bahan-bahan penyusun animasi flash mengenai ruaya ikan sidat. Tampilan animasi flash terdiri dari peta perairan Palabuhanratu dan objek-objek berbentuk gambar ikan sidat dari fase glass eel hingga fase silver eel, serta gambar-gambar pendukung animasi. Peta dibuat dengan menggunakan aplikasi pembuat peta dengan sistem koordinat geografis bersumber dari WGS 1984 (Gambar 8). Objek-objek pendukung animasi dibuat menggunakan aplikasi pengolah gambar (Gambar 9). Untuk perhitungan waktu digunakan perbandingan 1:2, yang berarti bahwa satu frame pada lembar kerja menandakan rentang waktu dua hari. Tahap Implementasi Animasi flash dibuat dengan menggunakan aplikasi untuk membuat animasi flash. Aplikasi ini digunakan untuk membuat gambar-gambar animasi yang interaktif, salah satunya adalah ruaya ikan sidat. Peta dan objek animasi yang telah dibuat dijadikan sebagai masukan pada lembar kerja. Peta digunakan sebagai latar belakang animasi. Selanjutnya posisi objek animasi diatur sesuai dengan tempatnya. Objek animasi ikan sidat diletakkan pada sungai-sungai yang ada pada peta. Selain itu, juga dibuat pergerakan hari yang menyatakan rentang waktu ikan sidat melakukan ruaya. Selanjutnya, dilakukan integrasi antara pergerakan ruaya ikan sidat dengan data yang ada. Tampilan diatur sedemikian rupa sehingga tersajikan antarmuka yang mudah dipahami dan efisien (Gambar 10). Selanjutnya, setelah desain dan perancangan animasi selesai, dilakukan uji coba untuk melihat ada tidaknya kesalahan dalam animasi flash yang telah dibuat. Proses uji coba dilakukan dengan menggunakan aplikasi flash player (Gambar 11). Tahap Perawatan Tahap perawatan dilakukan ketika animasi flash sudah berhasil dioperasikan. Pada tahap ini dilakukan pemeliharaan dan perubahan apabila terdapat data pendukung sistem informasi animasi flash ruaya ikan sidat yang terbaru. Hal ini dilakukan agar informasi dalam animasi flash selalu terkini (up to date). Dalam melakukan perawatan perlu diperhatikan berkas-berkas (file) yang telah disimpan. Berkas-berkas tersebut merupakan berkas yang berekstensi *.fla.

22 12 Gambar 8 Tampilan pembuatan peta perairan Palabuhanratu Gambar 9 Tampilan pembuatan objek animasi

23 13 Gambar 10 Tampilan pembuatan animasi flash Gambar 11 Tampilan animasi flash ruaya ikan sidat

24 14 Pembahasan Hasil Tangkapan dan Keragaman Ikan Sidat Hasil tangkapan menunjukkan bahwa di sungai-sungai yang bermuara ke Teluk Palabuhanratu terdapat dua jenis ikan sidat, yaitu Anguilla bicolor bicolor dan Anguilla marmorata. Menurut Jespersen (1942) in Arai et al. (2012), populasi A. bicolor bicolor yang terdistribusi di Jawa dan Sumatera diperkirakan memiliki daerah pemijahan yang terletak di lepas pantai barat daya pulau Sumatera. Di samping itu, menurut Miller (2003) in Aoyama (2009), daerah pemijahan A. bicolor bicolor yang terdistribusi di daerah yang berbatasan dengan Samudera Hindia diperkirakan berada di sebelah barat pulau Sumatera. Tabeta et al. (1976) melaporkan bahwa spesies yang berhasil ditemukan di Sumatera adalah A. marmorata, A. nebulosa nebulosa, dan A. bicolor bicolor. Hasil ini sesuai dengan yang dilaporkan Watanabe (2005) bahwa sidat jenis A. bicolor bicolor dan A. marmorata ditemukan di Samudera Hindia. Bila dikaitkan dengan temuan-temuan tersebut, maka dapat diduga bahwa ikan sidat yang masuk ke perairan Teluk Palabuhanratu adalah hasil pemijahan di perairan sebelah barat Sumatra. Hasil tangkapan menunjukkan bahwa glass eel paling banyak tertangkap di Sungai Cimandiri. Tingginya hasil tangkapan glass eel di Sungai Cimandiri disebabkan karena Sungai Cimandiri merupakan salah satu sungai besar sehingga volume air di bagian muara mendukung masuknya glass eel ke dalam sungai. Walau demikian, hal tersebut tidak diikuti dengan tingginya hasil tangkapan elver sidat. Kondisi ekologis sungai yang mendukung bagi kehidupan ikan sidat ditandai dengan adanya ikan sidat berukuran besar. Kegiatan masyarakat di bagian hulu mempengaruhi kondisi habitat ikan sidat, yaitu pendangkalan sungai akibat sedimentasi. Sedimentasi menyebabkan celah-celah di bebatuan tidak dapat digunakan sebagai tempat berlindung ikan sidat. Di sungai lain yang masih terdapat lubuk dengan kedalaman air yang cukup dalam (Lampiran 2), ikan sidat dapat hidup dengan nyaman sehingga masih banyak ditemukan ikan sidat. Apabila dikaitkan dengan data kandungan logam berat di air dan sedimen (Lampiran 4 dan 5) diketahui bahwa kandungan logam berat Hg di Sungai Cimandiri telah melewati batas baku mutu. Menurut Palar (1994) in Lestari dan Edward (2004) kadar Hg sebesar ppm dapat mematikan ikan pada pemaparan 96 jam. Dengan demikian, berdasarkan Lampiran 4 dan 5 dapat diketahui bahwa kandungan logam berat Hg merupakan salah satu penyebab rendahnya hasil tangkapan elver di Sungai Cimandiri. Rendahnya hasil tangkapan di Sungai Cibareno disebabkan oleh adanya degradasi lingkungan yang berasal dari kegiatan tambang emas di bagian tengah sungai. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa kegiatan tambang emas ini melakukan ekstrasi emas dengan logam berat cianida (CN). Kegiatan ini menghasilkan limbah yang kemudian dibuang ke Sungai Cibareno. Limbah tersebut dapat menimbulkan rusaknya habitat sidat, pencemaran, serta kematian berbagai jenis biota, termasuk ikan sidat. Sulistiono (2001) menyatakan bahwa keberadaan ikan dipengaruhi oleh tekanan psikologis dan kerusakan fisik, blooming alga dan racun, polusi, penyakit dan pencemaran, serta pemangsaan. Tingginya hasil tangkapan di Sungai Cimaja disebabkan oleh lebar badan sungai yang cukup besar. Hal tersebut mempengaruhi banyaknya volume air yang dapat masuk ke sungai saat terjadi pasang, sehingga mendukung masuknya glass

25 15 eel ke sungai. Tipe habitat, luas area yang terendam pada saat pasang tinggi, ketinggian air saat musim hujan, pergerakan pasang surut air laut, dan musim sangat berpengaruh terhadap kelimpahan ikan sidat (Tabeta et al in Sriati 1998). Apabila dikaitkan dengan parameter fisika kimia perairan, maka Sungai Cimaja memiliki kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan sungai lainnya (Lampiran 3, 4, dan 5). Hal ini berarti bahwa kondisi ekologis di Sungai Cimaja dapat memberikan dukungan yang lebih baik terhadap kelangsungan hidup ikan sidat. Di samping itu, terdapat faktor lingkungan yang mendukung kehidupan ikan sidat, seperti masih terdapatnya lubuk dan batu-batu di sungai sebagai tempat berlindung. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya hasil tangkapan di Sungai Cimaja. Hasil tangkapan menunjukkan bahwa Sungai Cimaja, Citepus, Cimandiri, dan Cisukawayana merupakan daerah penangkapan ikan sidat yang cukup potensial. Bila dikaitkan dengan data hasil tangkapan di setiap sungai yang menjadi lokasi penelitian, data hasil tangkapan tersebut menunjukkan bahwa ikan sidat menyebar hampir merata di seluruh wilayah perairan Palabuhanratu. Musim Timur merupakan musim panen ikan yang terjadi pada bulan Juni hingga Oktober yang ditandai dengan angin yang lemah, laut tenang, dan curah hujan rendah. Sebaliknya, Musim Barat merupakan musim kurang ikan yang terjadi pada bulan November hingga April yang ditandai dengan angin yang kencang, curah hujan tinggi, dan tingginya gelombang laut (Sanusi 1994). Fluktuasi hasil tangkapan glass eel di muara sangat dipengaruhi durasi pemijahan, arus laut, perbedaan umur saat metamorphosis dan umur saat rekruitmen, fase bulan, pasang surut, dan temperature perairan (Wang dan Tzeng 2000 in Leander et al. 2012). Pada pulau yang sama, yaitu Pulau Jawa, Affandi et al. (1995) menemukan bahwa selama bulan Februari hingga September 1993, juvenile Anguilla bicolor bicolor di Segara Anakan, Cilacap paling banyak tertangkap pada bulan Agustus. Selain itu, pada penelitian Fahmi dan Hirnawati (2010) di Sungai Cimandiri, Palabuhanratu selama bulan Agustus hingga November 2009 ikan sidat Anguilla marmorata (glass eel) paling banyak tertangkap pada bulan Agustus dan Anguilla bicolor bicolor (glass eel) paling banyak tertangkap pada bulan November. Pertumbuhan dan Faktor Kondisi Pola pertumbuhan A. bicolor bicolor adalah allometrik positif kecuali pada sungai Cimandiri dan Cisukawayana, pola pertumbuhan A. marmorata adalah allometrik positif, dan pola pertumbuhan glass eel adalah allometrik negatif. Perbedaan pola pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah faktor perbedaan kondisi lingkungan dan ketersediaan makanan (Effendie 1979). Tipe pertumbuhan allometrik positif menunjukkan bahwa keadaan lingkungan tempat biota tinggal sangat mendukung bagi pertumbuhan ikan, khususnya dalam hal ketersediaan makanan (Effendie 2002). Pola pertumbuhan glass eel adalah allometrik negatif. Hal ini juga didukung oleh penelitian Affandi et al. (1995) bahwa pola pertumbuhan yang sama juga ditemukan pada juvenil A. bicolor bicolor di perairan Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah. Nilai faktor kondisi di setiap sungai relatif sama. Sungai Cimaja, Citepus, dan Citiis merupakan tempat yang paling mendukung kehidupan sidat dengan tingginya nilai faktor kondisi. Tingginya nilai faktor kondisi menunjukkan bahwa ikan sidat di lokasi tersebut memiliki kemampuan yang cukup baik dalam mempertahankan hidup dan memanfaatkan makanan di lingkungannya. Hal ini juga didukung dari

26 16 tingginya hasil tangkapan di lokasi-lokasi tersebut. Perbedaan nilai faktor kondisi disebabkan oleh ketersediaan makanan, umur, jenis kelamin, dan kematangan gonad (Effendie 2002). Lagler (1972) in Sriati (1998) menyatakan bahwa faktor kondisi dipengaruhi oleh habitat dan pakan. Perbedaan kualitas dan kuantitas habitat dan pakan di setiap sungai menyebabkan perbedaan nilai faktor kondisi. Ikan sidat tergolong ikan yang tidak gemuk atau pipih karena faktor kondisinya berkisar antara Menurut Effendie (2002), ikan yang memiliki nilai faktor kondisi 0-1, maka ikan tersebut tergolong ikan yang tidak gemuk atau pipih. Pola Pergerakan Ikan Sidat di Sungai Migrasi atau dalam dunia perikanan lebih dikenal dengan istilah ruaya merupakan pergerakan suatu spesies pada stadia tertentu dalam jumlah besar ke suatu wilayah yang merupakan salah satu bagian dari siklus hidupnya (Lucas dan Baras 2001). Waktu kemunculan ikan sidat terjadi pada saat malam hari karena ikan sidat merupakan ikan yang aktif pada malam hari. Glass eel banyak tertangkap pada saat fase bulan gelap. Di samping itu, ikan sidat dewasa banyak tertangkap pada saat air sungai meluap ketika musim hujan. Hal ini didukung oleh pernyataan Tesch (2003) bahwa ruaya glass eel terjadi pada malam hari dan pada bulan gelap. Sidat dewasa (silver eel) beruaya mengikuti aliran air sungai (reotaksis negatif) menuju ke laut melalui muara. Menurut Arai et al. (2001) musim pemijahan ikan sidat tropis terjadi sepanjang tahun saat terjadi maturasi pada stadia silver eel. Pengelolaan Sumber Daya Ikan Sidat Berdasarkan UU No 45 tahun 2009 tentang perikanan, pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundangundangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati. Upaya pengelolaan sumber daya ikan sidat perlu dilakukan agar dapat dimanfaatkan secara optimal dengan tetap terjaga kelestariannya. Tingginya permintaan ikan sidat menyebabkan terjadinya eksploitasi yang dikhawatirkan dapat mengancam kelestarian sumber daya ikan sidat. Berdasarkan wawancara dengan penduduk setempat diperoleh informasi bahwa pada setiap lokasi pengambilan sampel di bagian hulu sungai tidak terdapat upaya penangkapan ikan sidat secara intensif. Penangkapan ikan sidat dilakukan bukan untuk diperjualbelikan tetapi hanya untuk konsumsi. Walau demikian, ancaman terhadap sumber daya ikan sidat di bagian hulu sungai lebih diakibatkan oleh kerusakan lingkungan, seperti kegiatan penebangan hutan, pertambangan emas, dan pengambilan batu sungai. Seperti halnya di bagian hulu sungai, sumber daya ikan sidat di bagian hilir sungai juga mengalami ancaman terhadap kelestariannya. Penangkapan glass eel dilakukan secara intensif untuk diperjualbelikan. Hal ini akan berpengaruh terhadap kelimpahan dan ketersediaan ikan di masa mendatang. Selain itu, kualitas air sungai-sungai yang bermuara ke Teluk Palabuhanratu, semakin ke arah hilir semakin menurun (Kamal MM 6 Februari 2014, komunikasi pribadi). Sungai-sungai yang melewati daerah pemukiman penduduk (Cimandiri, Cipalabuhan, dan Citepus) memiliki nilai kandungan logam berat yang telah

27 17 melewati ambang batas baku mutu. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan manusia juga mengakibatkan penurunan kualitas habitat ikan sidat. Pendekatan pengelolaan dilakukan melalui pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan distribusi dan pertumbuhan ikan sidat. Ikan sidat diperoleh dari setiap sungai yang menjadi lokasi penelitian dengan hasil tangkapan tertinggi berada di Sungai Cimaja. Tingginya nilai faktor kondisi di Sungai Cimaja menunjukkan bahwa kondisi ekologis di perairan Sungai Cimaja mendukung kehidupan ikan sidat. Selain itu, kandungan logam berat dalam air dan sedimen di sungai-sungai yang bermuara ke Teluk Palabuhanratu menunjukkan bahwa Sungai Cimaja memiliki nilai kandungan logam berat yang paling rendah (Kamal MM 6 Februari 2014, komunikasi pribadi). Berdasarkan hasil penilaian terhadap kesesuaian calon lokasi suaka perikanan di lokasi penelitian (Lampiran 6 dan 7), diperoleh nilai yang berkisar antara 5-7 yang berarti kategori suaka yang berfungsi sedang dan cukup efektif. Nilai kesesuaian calon lokasi suaka perikanan yang paling tinggi adalah Sungai Cimaja. Hal tersebut menunjukkan bahwa Sungai Cimaja berpotensi untuk dijadikan sebagai kawasan perlindungan larva sidat. Selain itu, hal yang harus dilakukan agar sumber daya ikan sidat tetap lestari adalah pembatasan jumlah tangkapan di bagian hilir dan pelarangan pembuangan limbah ke sungai, khususnya di sungai yang melintasi pemukiman penduduk. Protokol penyusunan kawasan suaka perikanan sidat didasarkan pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per.02/MEN/2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan. Usulan suaka perikanan dapat diajukan oleh orang perseorangan, kelompok masyarakat, lembaga penelitian, lembaga pendidikan, lembaga pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat. Usulan ini disampaikan kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota dengan dilengkapi kajian awal dan peta lokasi atau tanpa dilengkapi kajian awal maupun peta lokasi dengan beberapa persyaratan. Rencana untuk menjadikan Sungai Cimaja sebagai kawasan suaka perikanan, ditetapkan berdasarkan tujuannya sebagai daerah perlindungan sumber daya ikan sidat. Kriteria suaka perikanan bagi ikan sidat meliputi tempat hidup, memiliki ekosistem sebagai habitat bagi ikan sidat yang relatif masih alami, dan memiliki luas perairan yang mendukung keberlangsungan proses ekologis secara alami sebagai habitat ikan sidat serta dapat dikelola secara efektif. Penetapan kawasan konservasi perairan dilakukan melalui tahapan usulan inisiatif, identifikasi dan inventarisasi, pencadangan, penetapan, dan penataan batas kawasan konservasi perairan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Ikan sidat terdistribusi di setiap sungai dengan lokasi hasil tangkapan tertinggi di Sungai Cimaja. Pola pertumbuhan juvenile ikan sidat adalah allometrik positif, sedangkan glass eel adalah allometrik negatif. Sistem informasi ruaya ikan sidat telah dirancang dan diimplementasikan dalam bentuk animasi flash yang mengacu pada siklus pengembangan sistem The Waterfall Model.

28 18 Saran Sungai Cimaja dapat dipertimbangkan untuk dijadikan sebagai daerah perlindungan larva sidat. Penyusunan kawasan suaka perikanan sidat didasarkan pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per.02/MEN/2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan. DAFTAR PUSTAKA Affandi R, Rahardjo MF. Sulistiono Distribusi juvenil ikan sidat, Anguilla spp. di perairan Segara Anakan, Cilacap. Jawa Tengah. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 3(1): Aoyama J Life history and evolution of migration in catadromous eels (Genus Anguilla). Aqua-BioSci. Monogr. (ABSM). 2(1):1-42. Arai T, Limbong D, Otake T, Tsukamoto K Metamorphosis and inshore migration of tropical eels Anguilla spp. In the Indo-Pacific. Mar. Ecol. Prog. Ser. 182: Arai T, Limbong D, Otake T, Tsukamoto K Recruitment mechanisms of tropical eels, Anguilla spp., and implications for the evolution of oceanic migration in the genus Anguilla. Mar. Ecol. Prog. Ser. 216: Arai T, Chino N, Zulkifli SZ, Ismail A Age at maturation of a tropical eel Anguilla bicolor bicolor in Peninsular Malaysia, Malaysia [catatan penelitian]. Malays Appl Biol. 40(1): Arai T, Chino N, Zulkifli SZ, Ismail A Notes on the occurrence of the tropical eel Anguilla bicolor bicolor in Peninsular Malaysia, Malaysia. Journal of Fish Biology. 80: doi: /j x. Arai T, Chino N, Le DQ Migration and habitat use of the tropical eels Anguilla marmorata and A. bicolor pacifica in Vietnam. Aquat Ecol. 47: doi: /s x. Effendie MI Metoda Biologi Perikanan. Bogor (ID): Yayasan Dewi Sri. Effendie MI Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusantara. Fahmi MR dan Hirnawati R Keragaman ikan sidat tropis (Anguilla sp.) di perairan Sungai Cimandiri, Palabuhan Ratu, Sukabumi. Di dalam: Fahmi MR, editor. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Depok (ID): Balai Riset Budidaya Ikan Hias. Hlm 1-8; [diunduh 2013 Mei 7]. Tersedia pada: id/index.php/searchkatalog/byid/2116. Hogan Z, Baird IG, Radtke R, Vander Zanden MJ Long distance migration and marine habitation in the tropical Asian catfish, Pangasius krempfi. Journal of Fish Biology. 71: doi:10.111/j x. Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN, Wirjoatmodjo S Freshwater fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Jakarta (ID): Periplus Editions Larasati SB Tiga spesies ikan sidat terancam punah. [Internet]. [diunduh 2014 Jan 22]. Tersedia pada: http//metrotvnews.com/read/news/2013/11/14/194

29 511/Tiga-Spesies-Sidat-Terancam-Punah. Leander NJ, Shen KN, Chen RT, Tzeng WN Species composition and seasonal occurrence of recruiting glass eels (Anguilla spp.) in the Hsiukuluan River, Eastern Taiwan. Zoological Studies. 51(1): Lestari dan Edward Dampak pencemaran logam berat terhadap kualitas air laut dan sumberdaya perikanan (studi kasus kematian massal ikan-ikan di Teluk Jakarta). Makara, Sains. 8(2): Lucas MC and Baras E Migration of freshwater fishes. Oxford (GB): Blackwell Science Ltd. Mulyanto AR Rekayasa perangkat lunak jilid 1 untuk SMK. Jakarta (ID): Departemen Pendidikan Nasional. Nurfiarini A, Krismono ASN, Kartamiharja ES, Penilaian kesesuaian lokasi calon suaka perikanan di Waduk Koto Panjang. BAWAL. 2(5): [Permen KP] Kementrian Kelautan dan Perikanan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 02 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan. Jakarta (ID): Permen KP. [PP] Pemerintah Republik Indonesia Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan. Jakarta (ID): PP. Sanusi HS Karakteristik kimia dan kesuburan perairan Teluk Pelabuhan Ratu (tahap II Musim Timur). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sriati Telaah struktur dan kelimpahan populasi benih ikan sidat, Anguilla bicolor bicolor, di muara Sungai Cimandiri, Palabuhan Ratu, Jawa Barat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sulistiono, Rahardjo MF, Effendie MI Pengantar iktioplankton. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sunyoto A Adobe Flash + XML = Rich Multimedia Application. Yogyakarta (ID): Andi Offset. Tabeta O, Takai T. Matsui I The sectional counts of vertebrae in the Anguillid Elvers. Japanese Journal of Ichthyology. 22 (4). Tesch FW The Eel. White RJ, penerjemah; Thorpe JE, editor. Oxford (GB): Blackwell Science Ltd. Terjemahan dari: Der Aal. Ed ke-3. Utomo YW Tangkapan ikan sidat mulai menurun. [Internet]. [diunduh 2014 Jan 22]. Tersedia pada: http//bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/06/17/ /Tangkapan.Ikan.Sidat.Mulai.Menurun. Walpole, RE Pengantar Statistika. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Ed ke-3. Watanabe S, Aoyama J, Nishida M, Tsukamoto K A molecular genetic evaluation of the taxonomy of eels of the genus Anguilla (Pisces: Anguilliformes). Bulletin of Marine Science. 76(3):

30 20 LAMPIRAN Lampiran 1 Foto lokasi pengamatan sungai Hilir Sungai Cimandiri Hulu Sungai Cimandiri Hilir Sungai Cipalabuhan Hulu Sungai Cipalabuhan Hilir Sungai Citepus Hulu Sungai Citepus Hilir Sungai Cisukawayana Hulu Sungai Cisukawayana

31 21 Lampiran 1 Foto lokasi pengamatan sungai (Lanjutan) Hilir Sungai Cimaja Hulu Sungai Cimaja Hilir Sungai Cibareno Hulu Sungai Cibareno Hilir Sungai Citiis Hulu Sungai Citiis Lampiran 2 Data hasil pengamatan sungai dan wawancara No Sungai Kondisi Sungai 1 Cimandiri (hulu) Lebar sungai 2 m Arus deras Berbatu Jernih Tidak terdapat lubuk Kegiatan Sekitar Sungai Pertanian Aktivitas pengambilan batu Pemukiman Kegiatan MCK Wawancara Tentang Sidat Terdapat sidat sepanjang waktu Alat tangkap dengan setrum Ukuran jari hingga ukuran besar 2 Cimandiri (tengah) Lebar sungai 5 m Terdapat lubuk Berbatu Arus deras Pertanian Pariwisata Ukuran sidat jari hingga ukuran besar

32 22 Lampiran 2 Data hasil pengamatan sungai dan wawancara (Lanjutan) No Sungai Kondisi Sungai 3 Cimandiri (hilir) 4 Cipalabuhan (hulu) 5 Cipalabuhan (tengah) 6 Cipalabuhan (Hilir) 7 Citepus (hulu) 8 Citepus (tengah) 9 Citepus (hilir) 10 Cisukawayana (hulu) 11 Cisukawayana (hilir) 12 Cimaja (hulu) Lebar sungai 200 m Arus lemah Keruh Perairan cukup dalam Tidak terdapat lubuk Lebar sungai 1 m Arus lemah Perairan dangkal Jernih Terdapat lubuk Lebar sungai 2 m Arus lemah Bebatuan Perairan dangkal Agak keruh Tidak terdapat lubuk Lebar sungai 3 m Arus lemah Berlumpur Agak keruh Perairan dangkal Tidak terdapat lubuk Lebar sungai 5m Arus deras Berbatu Jernih Terdapat lubuk Lebar sungai 5 m Arus deras Berbatu Jernih Terdapat lubuk Lebar sungai 8 m Arus lemah Berlumpur Tidak ada lubuk Lebar sungai 4 m Arus deras Berbatu Jernih Tidak ada lubuk Lebar sungai 6 m Arus lemah Berpasir & berbatu Jernih Tidak ada lubuk Lebar sungai 4 m Arus deras Berbatu Jernih Terdapat lubuk Kegiatan Sekitar Sungai Pertanian penambangan pasir pembangkit listrik tenaga uap. Kawasan hutan lindung Pertanian Pemukiman penduduk Pemukiman penduduk Pelabuhan perikanan Perkebunan Pemukiman penduduk Pertanian Pertanian Pemukiman penduduk Pertanian Perkebunan Kegiataan wisata Kegiatan MCK wisatawan Kegiatan pertanian Wawancara Tentang Sidat Alat tangkap seser Ukuran sidat glass eel Ikan sidat sudah mulai sedikit Sungai kering saat kemarau dan meluap ketika musim hujan Ukuran glass eel Sungai surut dan kering ketika musim kemarau Banyak sekali sampah penduduk dan air telihat kotor tercemar. Penuh sampah dan cukup berbau. Sidat terkadang terdapat di sungai ini. Alat tangkap berupa pancing Penangkapan dilakukan soremalam hari Ukuran kecil-besar (elver yellow eel) Alat tangkap berupa setrum Ukuran besar Alat tangkap berupa pasir dan seser (skup net) Ukuran kecil (glass eel) hingga besar 2 jenis sidat(a. marmorata dan A. bicolor) Ukuran sidat (0,1-2 kg) Tidak ada penangkapan Masyarakat Tidak mengetahui harga sidat. 2 jenis sidat (A. marmorata dan A. bicolor) Pengambilan glass eel & impun dengan sudu (15 gr) Ikan sidat berukuran besar Banyak tertangkap saat musim hujan Muncul saat malam hari dan air keruh

33 23 Lampiran 2 Data hasil pengamatan sungai dan wawancara (Lanjutan) No Sungai Kondisi Sungai 13 Cimaja (hilir) 14 Citiis (hulu) 15 Citiis (tengah) 16 Citiis (hilir) 17 Cibareno (hulu) 18 Cibareno (tengah) 19 Cibareno (hilir) Lebar sungai 50 m Berarus lemah Berbatu Jernih Terdapat lubuk Lebar sungai 2 m Arus tidak terlalu deras Berbatu Jernih Terdapat lubuk Lebar sungai 2 m Berbatu Jernih Terdapat lubuk Lebar sungai 4 m Arus lemah Berbatu Jernih Tidak terdapat lubuk Lebar sungai 3 m Arus deras Berpasir dan berbatu Keruh Terdapat lubuk Lebar sungai 20 m Arus deras Keruh Berbatu Terdapat lubuk Lebar sungai 50 m Berarus lemah Berbatu Agak keruh Tidak terdapat lubuk Kegiatan Sekitar Sungai Kegiatan pengambilan batu. Pemukiman Petanian Penebangan pohon Pertanian Pertanian (sawah) Pemukiman Kawasan hutan lindung G. Halimun Pertambangan emas (liar) Pemukiman penduduk Pertanian (sawah) Wawancara Tentang Sidat Ukuran kecil besar Banyak tertangkap saat air keruh, malam hari, dan musim hujan Alat tangkap seser dan pancing Ukuran ikan kecil-elver Ukuran ikan kecil-elver Banyak tertangkap saat air keruh, malam hari, dan musim hujan Ukuran glass eel besar Banyak terdapat saat musim hujan Alat tangkap pancing Tidak ditemukan sidat Tidak ada penangkapan sidat Dulu banyak terdapat ikan sidat, sekarang sudah jarang Ukuran ikan kecil (glass eel) Muncul pada sore - malam hari

34 24 Lampiran 3 Parameter fisika-kimia air a Parameter Satuan Bagian Cimandiri Cipalabuhan Citepus Cisukawayana Cimaja Citiis Cibareno Batas yang disarankan Hulu Suhu ºC > 24 Hilir ,5 Hulu DO ppm > 4 Hilir Hulu ph Hilir Hulu PO4 mg/l - Hilir Hulu NO3-N mg/l < 1.0 Hilir 0,846 0, a Sumber: (Kamal MM 6 Februari 2014, komunikasi pribadi) Lampiran 4 Kandungan logam berat di air a Parameter Satuan Bagian Cimandiri Cipalabuhan Citepus Cisukawayana Cimaja Citiis Cibareno Batas yang disarankan Hulu < < < < < < < Cd mg/l < Hilir < < < < < < < Hulu < 0.02 < < Pb mg/l < 0.02 Hilir < 0,02 < < 0, < Hulu < 2.00 < 2.00 < 2.00 < 2.00 Hg µg/l < 0.2 Hilir < 2.00 < 2.00 < 2.00 < 2.00 a Sumber: (Kamal MM 6 Februari 2014, komunikasi pribadi)

35 Lampiran 5 Kandungan logam berat di sedimen a Parameter Satuan Bagian Cimandiri Cipalabuhan Citepus Cisukawayana Cimaja Citiis Cibareno Batas yang disarankan Cd mg/kg Hulu < 0.10 < 0.10 < 0.10 < 0.10 < 0.10 < 0.10 < 0.10 Hilir < 0.10 < 0.10 < 0.10 < 0.10 < 0.10 < 0.10 < 0.10 < Pb mg/kg Hulu < Hilir < < 0.02 Hg µg/kg Hulu < <2.00 Hilir <2.00 <2.00 < < 0.2 a Sumber: (Kamal MM 6 Februari 2014, komunikasi pribadi) 25

36 26 Lampiran 6 Matriks rencana kawasan perlindungan sidat Parameter Sungai Cimandiri Cipalabuhan Citepus Hasil Tangkapan Hasil tangkapan glass eel paling banyak dibandingkan sungai lain, namun sidat berukuran besar, sedikit yang tertangkap Ikan sidat yang tertangkap cukup banyak Ikan sidat yang tertangkap cukup banyak Cisukawayana Ikan sidat yang tertangkap cukup banyak Cimaja Citiis Cibareno Elver dan glass eel yang tertangkap, paling banyak dibandingkan sungai lain Ikan sidat yang tertangkap cukup banyak Ikan sidat sudah jarang, hanya didapatkan sedikit glass eel saja Faktor Kondisi Fisika-Kimia Perairan Kandungan logam Pb dan Hg telah melewati batas baku mutu, namun kandungan logam Pb paling rendah dibandingkan sungai lainnya Kandungan logam Pb dan Hg telah melewati batas baku mutu Kandungan logam Pb dan Hg telah melewati batas baku mutu Kandungan logam Pb dan Hg telah melewati batas baku mutu Kandungan logam Pb dan Hg telah melewati batas baku mutu, namun kandungan logam Hg paling rendah dibandingkan sungai lainnya Kandungan logam Pb dan Hg telah melewati batas baku mutu 0.98 Kandungan logam Pb dan Hg telah melewati batas baku mutu Antropogenik Pertanian Pengambilan batu Pariwisata Pemukiman Pertambangan pasir Pembangkit listrik tenaga uap Kawasan hutan lindung Pertanian Pemukiman penduduk Kegiatan Pelabuhan Perkebunan karet Pemukiman penduduk Pertanian Pertanian Perkebunan Pariwisata Pertanian Pengambilan batu Pemukiman Pertanian Penebangan pohon Kawasan hutan lindung Gunung Halimun Pertambangan emas liar Pemukiman Pertanian

37 Lampiran 7 Penentuan lokasi suaka perikanan Kriteria kesesuaian lokasi calon suaka perikanan a Parameter Suaka yang berfungsi rendah skor Nilai Skor Suaka yang berfungsi sedang dan cukup efektif skor Suaka yang berfungsi baik dan sangat efektif Rata-rata kedalaman air (m) < Kualitas air buruk 1 sedang 2 Baik 3 Kelimpahan stok kecil 1 sedang 2 tinggi 3 Keterlindungan Perairan terbuka 1 Daerah teluk terbuka 2 Daerah teluk 3 Total skor a Sumber: Nurfiarini et al. (2009) 27 skor Penilaian kesesuaian lokasi calon suaka perikanan sidat Parameter Kesesuaian Rata-rata kedalaman air (m) Kelimpahan stok Lokasi Calon Suaka Perikanan Sidat Cimandiri Cipalabuhan Citepus Cisukawayana Cimaja Citiis Cibareno Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor <2 1 <2 1 <2 1 <2 1 < Keterlindungan Perairan Perairan Perairan Perairan Perairan Perairan Perairan terbuka terbuka terbuka terbuka terbuka terbuka terbuka 1 Kualitas air Buruk 1 Buruk 1 Buruk 1 Buruk 1 Sedang 2 Buruk 1 Buruk 1 Total Nilai

38 28 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 Juni 1991 dari bapak Muji Hastono dan ibu Ismiati. Penulis adalah putra pertama dari empat bersaudara. Pendidikan formal ditempuh di TK Gelatik Pertiwi ( ), SD Negeri Jatiasih 1 Bekasi ( ), SMP Negeri 9 Bekasi ( ), dan SMA Negeri 11 Bekasi ( ). Pada tahun 2009 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Masuk IPB dan diterima di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Iktiologi pada tahun ajaran 2011/2012, asisten praktikum Sistem Informasi Sumber Daya Perikanan tahun ajaran 2011/2012, asisten praktikum Ekotoksikologi Perairan tahun ajaran 2012/2013, dan asisten praktikum Iktiologi Fungsional tahun ajaran 2013/2014. Penulis juga aktif sebagai staf Departemen Komunikasi dan Informasi dan staf Biro Coorporation BEM FPIK IPB. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan IPB Goes to Field di Pekalongan pada bulan Juli Penulis juga aktif mengikuti lomba desain grafis di lingkungan kampus. Prestasi yang pernah diraih antara lain ialah Juara III Lomba Design Grafis Asrama TPB IPB tahun 2010 dan Juara I Desain Poster PORIKAN tahun Penulis juga mendapatkan Sertifikasi Internasional Microsoft Office Specialist (MOS) aplikasi Microsoft Power Point 2010 pada tahun 2013.

Pemetaan Potensi Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) pada Perairan Sungai di Kabupaten Purworejo

Pemetaan Potensi Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) pada Perairan Sungai di Kabupaten Purworejo F2 08 Pemetaan Potensi Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) pada Perairan Sungai di Kabupaten Purworejo Ayuningtyas Indrawati *, Sutrisno Anggoro, Suradi, W.S * Pascasarjana Manajemen Sumberdaya Pantai

Lebih terperinci

KERAGAMAN IKAN SIDAT TROPIS (Anguilla sp.) DI PERAIRAN SUNGAI CIMANDIRI, PELABUHAN RATU, SUKABUMI

KERAGAMAN IKAN SIDAT TROPIS (Anguilla sp.) DI PERAIRAN SUNGAI CIMANDIRI, PELABUHAN RATU, SUKABUMI 1 Keragaman ikan sidat tropis... (Melta Rini Fahmi) KERAGAMAN IKAN SIDAT TROPIS (Anguilla sp.) DI PERAIRAN SUNGAI CIMANDIRI, PELABUHAN RATU, SUKABUMI ABSTRAK Melta Rini Fahmi dan Rina Hirnawati Balai Riset

Lebih terperinci

PENGENDALIAN SUMBERDAYA IKAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM PENANGKAPAN DAN PENGUMPULAN GLASS ELL (SIDAT) DI MUARA SUNGAI CIMANDIRI

PENGENDALIAN SUMBERDAYA IKAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM PENANGKAPAN DAN PENGUMPULAN GLASS ELL (SIDAT) DI MUARA SUNGAI CIMANDIRI PENGENDALIAN SUMBERDAYA IKAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM PENANGKAPAN DAN PENGUMPULAN GLASS ELL (SIDAT) DI MUARA SUNGAI CIMANDIRI Oleh : Tedi Koswara, SP., MM. I. PENDAHULUAN Dalam Peraturan Bupati Nomor 71

Lebih terperinci

KONDISI PERAIRAN DI BEBERAPA SUNGAI YANG BERMUARA DI TELUK PALABUHAN RATU, JAWA BARAT SEBAGAI HABITAT IKAN SIDAT (Anguilla spp.

KONDISI PERAIRAN DI BEBERAPA SUNGAI YANG BERMUARA DI TELUK PALABUHAN RATU, JAWA BARAT SEBAGAI HABITAT IKAN SIDAT (Anguilla spp. KONDISI PERAIRAN DI BEBERAPA SUNGAI YANG BERMUARA DI TELUK PALABUHAN RATU, JAWA BARAT SEBAGAI HABITAT IKAN SIDAT (Anguilla spp.) AJENG VAMELLIA DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT Hesti Wahyuningsih Abstract A study on the population density of fish of Jurung (Tor sp.) at Bahorok River in Langkat, North

Lebih terperinci

PENGARUH FASE BULAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN GLASS EEL DI MUARA SUNGAI CIBUNI TEUGAL BULEUD, KABUPATEN SUKABUMI

PENGARUH FASE BULAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN GLASS EEL DI MUARA SUNGAI CIBUNI TEUGAL BULEUD, KABUPATEN SUKABUMI Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 7 No. 1 Mei 2016: 39-46 ISSN 2087-4871 PENGARUH FASE BULAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN GLASS EEL DI MUARA SUNGAI CIBUNI TEUGAL BULEUD, KABUPATEN SUKABUMI MOON

Lebih terperinci

KOMPOSISI SPESIES IKAN SIDAT (Anguilla spp.) DI DELAPAN SUNGAI YANG BERMUARA KE TELUK PALABUHANRATU, SUKABUMI, INDONESIA

KOMPOSISI SPESIES IKAN SIDAT (Anguilla spp.) DI DELAPAN SUNGAI YANG BERMUARA KE TELUK PALABUHANRATU, SUKABUMI, INDONESIA Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 2, Hlm. 573-585, Desember 2015 KOMPOSISI SPESIES IKAN SIDAT (Anguilla spp.) DI DELAPAN SUNGAI YANG BERMUARA KE TELUK PALABUHANRATU, SUKABUMI, INDONESIA

Lebih terperinci

b) Bentuk Muara Sungai Cimandiri Tahun 2009

b) Bentuk Muara Sungai Cimandiri Tahun 2009 32 6 PEMBAHASAN Penangkapan elver sidat di daerah muara sungai Cimandiri dilakukan pada malam hari. Hal ini sesuai dengan sifat ikan sidat yang aktivitasnya meningkat pada malam hari (nokturnal). Penangkapan

Lebih terperinci

KOMPOSISI JENIS LARVA SIDAT (Anguilla spp.) YANG BERMIGRASI KE MUARA SUNGAI PROGO, YOGYAKARTA

KOMPOSISI JENIS LARVA SIDAT (Anguilla spp.) YANG BERMIGRASI KE MUARA SUNGAI PROGO, YOGYAKARTA KOMPOSISI JENIS LARVA SIDAT (Anguilla spp.) YANG BERMIGRASI KE MUARA SUNGAI PROGO, YOGYAKARTA Species Composition of Glass Eel (Anguilla spp.) that Migrated to The Estuary of The Progo River, Yogyakarta

Lebih terperinci

KONDISI KUALITAS AIR SUNGAI, AKTIVITAS PENANGKAPAN, DAN PEMANGKU KEPENTINGAN (STAKEHOLDERS) PADA PERIKANAN SIDAT DI DAS CIMANDIRI, JAWA BARAT

KONDISI KUALITAS AIR SUNGAI, AKTIVITAS PENANGKAPAN, DAN PEMANGKU KEPENTINGAN (STAKEHOLDERS) PADA PERIKANAN SIDAT DI DAS CIMANDIRI, JAWA BARAT KONDISI KUALITAS AIR SUNGAI, AKTIVITAS PENANGKAPAN, DAN PEMANGKU KEPENTINGAN (STAKEHOLDERS) PADA PERIKANAN SIDAT DI DAS CIMANDIRI, JAWA BARAT Agus Alim Hakim a *, Mohammad Mukhlis Kamal b, Nurlisa Alias

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA PERAIRAN DAN KAITANNYA DENGAN DISTRIBUSI SERTA KELIMPAHAN LARVA IKAN DI TELUK PALABUHAN RATU NURMILA ANWAR

KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA PERAIRAN DAN KAITANNYA DENGAN DISTRIBUSI SERTA KELIMPAHAN LARVA IKAN DI TELUK PALABUHAN RATU NURMILA ANWAR KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA PERAIRAN DAN KAITANNYA DENGAN DISTRIBUSI SERTA KELIMPAHAN LARVA IKAN DI TELUK PALABUHAN RATU NURMILA ANWAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 0 I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN: BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN BERONANG (Siganus vermiculatus) DI PERAIRAN ARAKAN KECAMATAN TATAPAAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN 1 Suleiman Tuegeh 2, Ferdinand F Tilaar 3, Gaspar D Manu 3 ABSTRACT One of the

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove merupakan ekosistem pesisir yang terdapat di sepanjang pantai tropis dan sub tropis atau muara sungai. Ekosistem ini didominasi oleh berbagai jenis

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Ekosistem mangrove tergolong ekosistem yang unik. Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem dengan keanekaragaman hayati tertinggi di daerah tropis. Selain itu, mangrove

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Kondisi umum perairan selat sunda Selat Sunda merupakan selat yang membujur dari arah Timur Laut menuju Barat Daya di ujung Barat Pulau Jawa atau Ujung Selatan

Lebih terperinci

Pertumbuhan berbagai jenis ikan sidat (Anguilla spp.) yang dipelihara pada kolam budi daya

Pertumbuhan berbagai jenis ikan sidat (Anguilla spp.) yang dipelihara pada kolam budi daya Pertumbuhan berbagai jenis ikan sidat (Anguilla spp.) yang dipelihara pada kolam budi daya Agung Budiharjo Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret. Jl.

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Sidat ( Glass ell Klasifikasi sidat

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Sidat ( Glass ell Klasifikasi sidat 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. Perikanan Sidat (Glass ell) Ikan sidat (Anguilla sp.) merupakan ikan yang unik, mengawali hidup (menetas dari telur) di laut, tumbuh menjadi dewasa di perairan tawar seperti sungai

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PERMEN-KP/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika dan Kimiawi Perairan Berdasarkan hasil penelitian di perairan Kepulauan Seribu yaitu Pulau Pramuka dan Pulau Semak Daun, diperoleh nilai-nilai parameter

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi Cumi-Cumi Sirip Besar 4.1.1. Distribusi spasial Distribusi spasial cumi-cumi sirip besar di perairan Karang Congkak, Karang Lebar, dan Semak Daun yang tertangkap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam 10 tahun terakhir, jumlah kebutuhan ikan di pasar dunia semakin meningkat, untuk konsumsi dibutuhkan 119,6 juta ton/tahun. Jumlah tersebut hanya sekitar 40 %

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Octinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Osteochilus vittatus ( Valenciennes, 1842)

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Octinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Osteochilus vittatus ( Valenciennes, 1842) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Palau Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Octinopterygii Ordo : Cypriniformes Famili : Cyprinidae Genus : Osteochilus Spesies : Osteochilus vittatus

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 14 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perairan dangkal Karang Congkak, Kepulauan Seribu, Jakarta. Pengambilan contoh ikan dilakukan terbatas pada daerah

Lebih terperinci

DISTRIBUSI SPASIAL DAN TEMPORAL IKAN SIDAT (Anguilla sp.) YANG BERMIGRASI KEHULU DI SUNGAI TINOMBO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

DISTRIBUSI SPASIAL DAN TEMPORAL IKAN SIDAT (Anguilla sp.) YANG BERMIGRASI KEHULU DI SUNGAI TINOMBO KABUPATEN PARIGI MOUTONG DISTRIBUSI SPASIAL DAN TEMPORAL IKAN SIDAT (Anguilla sp.) YANG BERMIGRASI KEHULU DI SUNGAI TINOMBO KABUPATEN PARIGI MOUTONG Mohamad Syahril 1, Fadly Y Tantu dan Samliok Ndobe 2 Syahril_moh@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

Migrasi Ikan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya

Migrasi Ikan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Migrasi Ikan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Migrasi ikan adalah adalah pergerakan perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain yang mempunyai arti penyesuaian terhadap kondisi alam yang menguntungkan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 15 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di muara Sungai Citepus, Kecamatan Palabuhanratu dan muara Sungai Sukawayana, Kecamatan Cikakak, Teluk Palabuhanratu, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tujuh jenis ikan sidat dari total 18 jenis di dunia, ketujuh jenis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tujuh jenis ikan sidat dari total 18 jenis di dunia, ketujuh jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan salah satu sumber protein, memiliki kandungan asam lemak tak jenuh dan omega 3 yang bermanfaat bagi kesehatan jantung, kecerdasan otak dan pembulu darah.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah teritorial Indonesia yang sebagian besar merupakan wilayah pesisir dan laut kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam ini berpotensi untuk dimanfaatkan bagi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Common property & open acces. Ekonomis & Ekologis Penting. Dieksploitasi tanpa batas

PENDAHULUAN. Common property & open acces. Ekonomis & Ekologis Penting. Dieksploitasi tanpa batas 30 mm 60 mm PENDAHULUAN Ekonomis & Ekologis Penting R. kanagurta (kembung lelaki) ~ Genus Rastrelliger spp. produksi tertinggi di Provinsi Banten, 4.856,7 ton pada tahun 2013, menurun 2.5% dari tahun 2010-2013

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Elver ikan sidat (Anguilla Sp.)

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Elver ikan sidat (Anguilla Sp.) 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Sidat 2.1.1 Klasifikasi dan morfologi ikan sidat Sidat adalah ikan yang ketika dewasa hidup di air tawar, tetapi setelah matang gonad akan beruaya atau pindah ke laut dalam

Lebih terperinci

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti Sebuah lagu berjudul Nenek moyangku seorang pelaut membuat saya teringat akan kekayaan laut Indonesia. Tapi beberapa waktu lalu, beberapa nelayan Kepulauan

Lebih terperinci

UMUR GLAS EEL (Anguilla spp.) YANG MASUK MUARA SUNGAI PROGO, YOGYAKARTA

UMUR GLAS EEL (Anguilla spp.) YANG MASUK MUARA SUNGAI PROGO, YOGYAKARTA Berk. Penel. Hayati: 14 (179 183), 2009 UMUR GLAS EEL (Anguilla spp.) YANG MASUK MUARA SUNGAI PROGO, YOGYAKARTA Agung Budiharjo*, Tjut Sugandawaty Djohan**, Djumanto***, dan Jusup Subagja** * Department

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 12 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Juli 2011 dalam selang waktu 1 bulan sekali. Pengambilan contoh dilakukan sebanyak 5 kali (19 Maret

Lebih terperinci

2.1. Ikan Kurau. Klasiflkasi ikan kurau (Eleutheronema tetradactylum) menurut. Saanin (1984) termasuk Phylum chordata, Class Actinopterygii, Genus

2.1. Ikan Kurau. Klasiflkasi ikan kurau (Eleutheronema tetradactylum) menurut. Saanin (1984) termasuk Phylum chordata, Class Actinopterygii, Genus 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Kurau Klasiflkasi ikan kurau (Eleutheronema tetradactylum) menurut Saanin (1984) termasuk Phylum chordata, Class Actinopterygii, Genus eleutheronema dan Species Eleutheronema

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman hayati laut yang sangat tinggi dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan bahan industri. Salah satu sumberdaya tersebut adalah

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di PPN Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat (Gambar 2). Pengambilan data primer dilakukan selama tiga bulan dari tanggal

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perairan Teluk Jakarta Pesisir Teluk Jakarta terletak di Pantai Utara Jakarta dibatasi oleh garis bujur 106⁰33 00 BT hingga 107⁰03 00 BT dan garis lintang 5⁰48

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelompok Umur Pertumbuhan populasi tiram dapat dilihat berdasarkan sebaran kelompok umur. Analisis sebaran kelompok umur dilakukan dengan menggunakan FISAT II metode NORMSEP.

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perairan Teluk Jakarta Perairan Teluk Jakarta merupakan sebuah teluk di perairan Laut Jawa yang terletak di sebelah utara provinsi DKI Jakarta, Indonesia. Terletak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat I. PENDAHULUAN Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat dengan cara membendung aliran sungai sehingga aliran air sungai menjadi terhalang (Thohir, 1985). Wibowo (2004) menyatakan

Lebih terperinci

5 HASIL 5.1 Kegiatan Penangkapan Juvenil Sidat Alat tangkap (1) Anco / sirib / tangkul

5 HASIL 5.1 Kegiatan Penangkapan Juvenil Sidat Alat tangkap (1) Anco / sirib / tangkul 5 HASIL 5.1 Kegiatan Penangkapan Juvenil Sidat Juvenil sidat merupakan fase awal pertumbuhan ikan sidat. Penangkapan juvenil sidat dilakukan di perairan umum tepatnya di sungai. Muara sungai merupakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai dingin dan

Lebih terperinci

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

RUAYA IKAN Macam-macam Ruaya a. Ruaya Pemijahan

RUAYA IKAN Macam-macam Ruaya a. Ruaya Pemijahan RUAYA IKAN Ruaya merupakan satu mata rantai daur hidup bagi ikan untuk menentukan habitat dengan kondisi yang sesuai bagi keberlangsungan suatu tahapan kehidupan ikan. Studi mengenai ruaya ikan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prospek perikanan dan budidaya sidat memiliki peluang baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Prospek perikanan dan budidaya sidat memiliki peluang baik untuk 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Prospek perikanan dan budidaya sidat memiliki peluang baik untuk dikembangkan. Negara kita memiliki sumberdaya ikan sidat yang beraneka jenis, memiliki banyak lahan

Lebih terperinci

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T No.714, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN KP. Larangan. Pengeluaran. Ikan. Ke Luar. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2014 TENTANG LARANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2009 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2009 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2009 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Organ reproduksi Jenis kelamin ikan ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap gonad ikan dan selanjutnya ditentukan tingkat kematangan gonad pada tiap-tiap

Lebih terperinci

Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan, Jatiluhur-Purwakarta 2)

Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan, Jatiluhur-Purwakarta 2) Optimasi Pemanfaatan dan Konservasi.. di DAS Poso, Sulawesi Tengah (Krismono, et al.) OPTIMASI PEMANFAATAN DAN KONSERVASI STOK IKAN SIDAT (Anguilla spp) DI DAS POSO, SULAWESI TENGAH OPTIMAL UTILISATION

Lebih terperinci

KATAKUNCI : Ukuran, sebaran tangkapan, Sidat (Anguilla marmorata), Sungai Poso, Sulawesi Tengah

KATAKUNCI : Ukuran, sebaran tangkapan, Sidat (Anguilla marmorata), Sungai Poso, Sulawesi Tengah Variasi Ukuran dan Sebaran.. di Sungai Poso, Sulawesi Tengah (Krismono, et al.) VARIASI UKURAN DAN SEBARAN TANGKAPAN IKAN SIDAT (Anguilla marmorata) DI SUNGAI POSO, SULAWESI TENGAH SIZE VARIATION AND CATCH

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem terumbu karang adalah salah satu ekosistem yang paling kompleks dan khas di daerah tropis yang memiliki produktivitas dan keanekaragaman yang tinggi. Ekosistem

Lebih terperinci

MIGRASI ELVER SIDAT, Anguilla sp. MEMASUKI MUARA SUNGAI POSO, SULAWESI TENGAH

MIGRASI ELVER SIDAT, Anguilla sp. MEMASUKI MUARA SUNGAI POSO, SULAWESI TENGAH MIGRASI ELVER SIDAT, Anguilla sp. MEMASUKI MUARA SUNGAI POSO, SULAWESI TENGAH OLEH: HARYUNI PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2002 ABSTRAK HARYUNI. Migrasi Elver Sidat, Anguilla sp. Memasuki

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN SIDAT DENGAN MENGGUNAKAN BUBU DI DAERAH ALIRAN SUNGAI POSO SULAWESI TENGAH

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN SIDAT DENGAN MENGGUNAKAN BUBU DI DAERAH ALIRAN SUNGAI POSO SULAWESI TENGAH Teknik Penangkapan Ikan Sidat..di Daerah Aliran Sungai Poso Sulawesi Tengah (Muryanto, T & D. Sumarno) TEKNIK PENANGKAPAN IKAN SIDAT DENGAN MENGGUNAKAN BUBU DI DAERAH ALIRAN SUNGAI POSO SULAWESI TENGAH

Lebih terperinci

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010 KRITERIA KAWASAN KONSERVASI Fredinan Yulianda, 2010 PENETAPAN FUNGSI KAWASAN Tiga kriteria konservasi bagi perlindungan jenis dan komunitas: Kekhasan Perlindungan, Pengawetan & Pemanfaatan Keterancaman

Lebih terperinci

IKAN DUI DUI (Dermogenys megarrhamphus) IKAN ENDEMIK DI DANAU TOWUTI SULAWESI SELATAN

IKAN DUI DUI (Dermogenys megarrhamphus) IKAN ENDEMIK DI DANAU TOWUTI SULAWESI SELATAN Ikan Dui Dui... di Danau Towuti Sulawesi Selatan (Makmur, S., et al.) IKAN DUI DUI (Dermogenys megarrhamphus) IKAN ENDEMIK DI DANAU TOWUTI SULAWESI SELATAN Safran Makmur 1), Husnah 1), dan Samuel 1) 1)

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL PENGEMBANGAN USAHA IKAN SIDAT (Anguilla sp.) DI KOTA PALU

ANALISIS FAKTOR LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL PENGEMBANGAN USAHA IKAN SIDAT (Anguilla sp.) DI KOTA PALU Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan (STPL) Palu Kauderni : Journal : of Fisheries, of Fisheries, Marine Marine and Aquatic and Science Aquatic Science Volume 1, Nomor 1, (2016) ISSN 2541-0571 ANALISIS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam pesisir merupakan suatu himpunan integral dari komponen hayati (biotik) dan komponen nir-hayati (abiotik) yang dibutuhkan oleh manusia untuk hidup dan

Lebih terperinci

SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)

SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *) Swamp Eels (Synbranchus sp.) Jenis... di Danau Matano Sulawesi Selatan (Makmur, S., et al.) SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Kondisi perairan Teluk Jakarta Teluk Jakarta, terletak di sebelah utara kota Jakarta, dengan luas teluk 285 km 2, dengan garis pantai sepanjang 33 km, dan rata-rata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan pesisir Pulau Pramuka dan Pulau Semak Daun, Kepulauan Seribu DKI Jakarta (Lampiran 2 dan Lampiran 3). Penelitian

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 15 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TPI Cilincing, Jakarta Utara. Pengambilan data primer berupa pengukuran panjang dan bobot ikan contoh yang ditangkap

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 21 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Situ IPB yang terletak di dalam Kampus IPB Dramaga, Bogor. Situ IPB secara geografis terletak pada koordinat 106 0 34-106 0 44 BT dan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian. 14 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di PPI Labuan, Provinsi Banten. Ikan contoh yang diperoleh dari PPI Labuan merupakan hasil tangkapan nelayan disekitar perairan Selat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN UMUM 1 BAB I PENDAHULUAN UMUM A. Latar Belakang Mollusca sebagai salah satu hasil perairan Indonesia sampai saat ini belum mendapatkan perhatian yang layak. Pemanfaatan Pelecypoda masih terbatas yaitu di daerah-daerah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. : Actinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Barbichthys laevis (Froese and Pauly, 2012)

TINJAUAN PUSTAKA. : Actinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Barbichthys laevis (Froese and Pauly, 2012) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ulubatu (Barbichthys laevis) Kelas Filum Kerajaan : Chordata : Actinopterygii : Animalia Genus Famili Ordo : Cyprinidae : Barbichthys : Cypriniformes Spesies : Barbichthys laevis

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem perikanan pantai di Indonesia merupakan salah satu bagian dari sistem perikanan secara umum yang berkontribusi cukup besar dalam produksi perikanan selain dari perikanan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH 1,2) Urip Rahmani 1, Imam Hanafi 2, Suwarso 3 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih 50.000 km 2 (Moosa et al dalam

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 14 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 010 di daerah pantai berlumpur Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi. Udang contoh yang

Lebih terperinci

Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda

Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda Nikè:Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 215 Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda Mulis mulis.gorontalo@gmail.com Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai dinamika stok ikan peperek (Leiognathus spp.) dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN UMUM 1.1. Latar belakang

1. PENDAHULUAN UMUM 1.1. Latar belakang 1. PENDAHULUAN UMUM 1.1. Latar belakang Estuari merupakan daerah pantai semi tertutup yang penting bagi kehidupan ikan. Berbagai fungsinya bagi kehidupan ikan seperti sebagai daerah pemijahan, daerah pengasuhan,

Lebih terperinci

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT Martono Divisi Pemodelan Iklim, Pusat Penerapan Ilmu Atmosfir dan Iklim LAPAN-Bandung, Jl. DR. Junjunan 133 Bandung Abstract: The continuously

Lebih terperinci

STUDI ASPEK PERTUMBUHAN UDANG NENEK (Harpiosquilla raphidea) DI PERAIRAN JUATA LAUT KOTA TARAKAN

STUDI ASPEK PERTUMBUHAN UDANG NENEK (Harpiosquilla raphidea) DI PERAIRAN JUATA LAUT KOTA TARAKAN Jurnal Harpodon Borneo Vol.7. No.2. Oktober. 2014 ISSN : 2087-121X STUDI ASPEK PERTUMBUHAN UDANG NENEK (Harpiosquilla raphidea) DI PERAIRAN JUATA LAUT KOTA TARAKAN Tomy Chandra 1), Adil Abdul Latif 1),

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2006, Agustus 2006 Januari 2007 dan Juli 2007 di Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi dengan sumber air berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Seribu merupakan kabupaten administratif yang terletak di sebelah utara Provinsi DKI Jakarta, memiliki luas daratan mencapai 897,71 Ha dan luas perairan mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0 1.266 m di atas permukaan laut serta terletak pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 88 I. PENDAHULUAN Kawasan pesisir memerlukan perlindungan dan pengelolaan yang tepat dan terarah. Keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup menjadi tujuan akhir yang berkelanjutan. Telah

Lebih terperinci

KAJIAN FAKTOR LINGKUNGAN HABITAT KERANG MUTIARA (STADIA SPAT ) DI PULAU LOMBOK, NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN FAKTOR LINGKUNGAN HABITAT KERANG MUTIARA (STADIA SPAT ) DI PULAU LOMBOK, NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN FAKTOR LINGKUNGAN HABITAT KERANG MUTIARA (STADIA SPAT ) DI PULAU LOMBOK, NUSA TENGGARA BARAT Oleh : H. M. Eric Harramain Y C64102053 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan selama empat bulan dari Oktober 2011 hingga Januari 2012 di Waduk Ir. H. Djuanda, Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat (Gambar 3). Pengambilan

Lebih terperinci

TINGKAT BIOAKUMULASI LOGAM BERAT PB (TIMBAL) PADA JARINGAN LUNAK Polymesoda erosa (MOLUSKA, BIVALVE)

TINGKAT BIOAKUMULASI LOGAM BERAT PB (TIMBAL) PADA JARINGAN LUNAK Polymesoda erosa (MOLUSKA, BIVALVE) Abstrak TINGKAT BIOAKUMULASI LOGAM BERAT PB (TIMBAL) PADA JARINGAN LUNAK Polymesoda erosa (MOLUSKA, BIVALVE) Johan Danu Prasetya, Ita Widowati dan Jusup Suprijanto Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN PERIKANAN DI BIDANG PENANGKAPAN IKAN UNTUK PERAIRAN DARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KAJIAN POLA PERTUMBUHAN DAN CIRI MORFOMETRIK-MERISTIK BEBERAPA SPESIES IKAN LAYUR

KAJIAN POLA PERTUMBUHAN DAN CIRI MORFOMETRIK-MERISTIK BEBERAPA SPESIES IKAN LAYUR KAJIAN POLA PERTUMBUHAN DAN CIRI MORFOMETRIK-MERISTIK BEBERAPA SPESIES IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT Oleh : IRWAN NUR WIDIYANTO C24104077 SKRIPSI

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Karang Congkak, Karang Lebar, dan Semak Daun Kepulauan Seribu (Gambar 2). Lokasi pengambilan contoh dilakukan di perairan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hutan bakau / mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut (pesisir). Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al., I. PENDAHULUAN Segara Anakan merupakan perairan estuaria yang terletak di pantai selatan Pulau Jawa, termasuk dalam wilayah Kabupaten Cilacap, dan memiliki mangroveestuaria terbesar di Pulau Jawa (7 o

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999, bahwa mangrove merupakan ekosistem hutan, dengan definisi hutan adalah suatu ekosistem hamparan lahan berisi sumber daya

Lebih terperinci

HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2

HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2 HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2 1) Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan Balik Diwa 2) Politeknik

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 30 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Kondisi perairan Teluk Jakarta Teluk Jakarta terletak di utara kota Jakarta dengan luas teluk 285 km 2, dengan garis pantai sepanjang 33 km, dan rata-rata kedalaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menampung, menyimpan dan mengalirkan air menuju ke laut melalui sungai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menampung, menyimpan dan mengalirkan air menuju ke laut melalui sungai 21 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Serayu merupakan salah satu kawasan atau wilayah daratan yang membentuk satu kesatuan wilayah tata air yang menampung, menyimpan dan

Lebih terperinci

DIVERSITAS, DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN GLASS EEL DI MUARA SUNGAI PALU

DIVERSITAS, DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN GLASS EEL DI MUARA SUNGAI PALU DIVERSITAS, DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN GLASS EEL DI MUARA SUNGAI PALU Deddy Wahyudi 1, Fadly Y. Tantu dan Jusri Nilawati 2 deddywahyudi24@yahoo.co.id/handphone: 085241012035 1 (Mahasiswa Program Studi Magister

Lebih terperinci

Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (3) Desember 2009: 160 165 ISSN: 0853-4489

Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (3) Desember 2009: 160 165 ISSN: 0853-4489 HUBUNGAN PANJANG-BOBOT DAN FAKTOR KONDISI IKAN BUTANA Acanthurus mata (Cuvier, 1829) YANG TERTANGKAP DI SEKITAR PERAIRAN PANTAI DESA MATTIRO DECENG, KABUPATEN PANGKAJENE KEPULAUAN, PROVINSI SULAWESI SELATAN

Lebih terperinci

PENENTUAN KAWASAN PERIKANAN REFUGIA IKAN SIDAT (Anguilla spp.) DARI BEBERAPA SUNGAI YANG BERMUARA KE TELUK PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT

PENENTUAN KAWASAN PERIKANAN REFUGIA IKAN SIDAT (Anguilla spp.) DARI BEBERAPA SUNGAI YANG BERMUARA KE TELUK PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT PENENTUAN KAWASAN PERIKANAN REFUGIA IKAN SIDAT (Anguilla spp.) DARI BEBERAPA SUNGAI YANG BERMUARA KE TELUK PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AGUS ALIM HAKIM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Indeks Gonad Somatik Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr.) Yang Masuk Ke Muara Sungai Sekitar Danau Singkarak

Indeks Gonad Somatik Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr.) Yang Masuk Ke Muara Sungai Sekitar Danau Singkarak Indeks Gonad Somatik Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr.) Yang Masuk Ke Muara Sungai Sekitar Danau Singkarak ENDRI JUNAIDI, ENGGAR PATRIONO, FIFI SASTRA Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Sriwijaya,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir dan laut Indonesia merupakan wilayah dengan potensi keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Sumberdaya pesisir berperan penting dalam mendukung pembangunan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Oktober 2012, pengumpulan data dilakukan selama 2 minggu pada bulan Juli 2012. Lokasi penelitian

Lebih terperinci