FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA UPAYA PENINGKATAN PEMBINAAN NARAPIDANA

Transkripsi

1 UPAYA PENINGKATAN PEMBINAAN NARAPIDANA SUTRISNI Dosen Fakultas Hukum Universitas Wiraraja Sumenep ABSTRAK Sistem pembinaan bagi narapidana telah berubah dari sistem kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan, perusahaan dari rumah penjara menjadi Lembaga Pemasyarakatan, bukan semata-mata hanya secara fisik merubah atau mendirikan bangunannya saja, melainkan yang lebih penting menerapkan konsep pemasyarakatan. Upaya pendidikan untuk semua lapisan masyarakat dari usia dini sampai lanjut usia, termasuk kecakapan hidup bagi narapidana yang sedang menjalani hukuman lembaga permasyarakatan. Pengembangan pendidikan kecakapan hidup merupakan tugas dan wewenangan pendidikan luar sekolah sebagai upaya pengembangan sumber daya manusia yang dirasakan kepada sumber daya manusia yang didasarkan kepada sumber daya manusia pengembangan pendidikan tersebut sangat penting bagi narapidana, karena jumlah narapidana di lembaga pemasyarakatan. Khususnya di lembaga pemasyarakatan kelas II B Kab. Sumenep. Narapidana adalah orang yang telah melanggar norma kehidupan, mereka tidak tahan kondisi kehidupan yang serba sulit sehingga menimbulkan sifat frustasi, kehilangan pekerjaan dan masalah-masalah lain seperti tidak terpenuhi kebutuhan dasar (sandang, pangan dan papan) di satu pihak, dan di pihak lain tidak sedikit pula narapidana yang berasal dari lapisan masyarakat yang tergolong mampu dari segi ekonomi bahkan dari kalangan elit, seperti pengusaha, politikus dan birokrat. Sehingga seseorang nekat melakukan perkosaan terhadap korbannya karena telah memaksa seorang wanita untuk melakukan hubungan suami istri di luar pernikahan yang sah tanpa keinginan wanita yang jadi korban perkosaan tersebut, membuat lembaga pemasyarakatan kelas II B Kab. Sumenep dituntut berperan aktif dalam upaya pembinaan narapidana agar kembali ke jalan yang benar dan diterima oleh Masyarakat, sehingga tidak lagi melakukan/mengulangi kejahatan. Penelitian Upaya Peningkatan Pembinaan Narapidana. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini agar dapat memberikan Masukan bagi pihak Lembaga Pemasyarakatan Kab. Sumenep untuk mengevaluasi pelaksanaan sistem pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Berbeda dengan berpedoman Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan sehingga mantan narapidana akan benar-benar menyadari kesalahannya yang pada akhirnya akan menjadi anggota masyarakat berguna bagi agama, bangsa, dan negara. Masukan bagi pihak Lembaga Pemasyarakatan Kab. Sumenep dan instansi terkait untuk dapat mencari upaya penyelesaian dalam menghadapi kendala dalam pelaksanaan sistem pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Kab. Sumenep. Kata Kunci : Peningkatan, Pembinaan, Narapidana. 8

2 A. PENDAHULUAN Lembaga Pemasyarakatan (disingkat LP atau Lapas) adalah tempat tuntuk melakukan pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan di Indonesia, tempat tersebut disebut dengan istilah penjara. Lembaga Pemasyarakatan merupakan unit pelaksana teknis di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (dahulu Depertamen Kehakiman). Penghuni Lembaga Pemasyarakatan bisa narapidana (Napi) atau warga Binaan Pemasyarakatan tahanan (WBP) bisa juga yang statusnya masih tahanan, maksudnya yang statusnya masih berada dalam proses peradilan dan belum ditentukan bersalah atau tidak oleh hakim. Pegawai Negeri Sipil yang menangani pembinaan narapidana dan tahanan di lembaga pemasyarakatan di sebut dengan petugas pemasyarakatan, atau dahulu lebih dikenal dengan istilah sipir penjara. Konsep pemasyarakatan pertama kali digagas oleh Menteri Kehakiman Dr. Sahardjo pada tahun 1964, dimana disebutkan bahwa tugas jawatan kepenjaraan bukan hanya melaksanakan hukuman, namun tugas yang jauh lebih berat adalah mengembalikan orang-orang yang dijatuhi pidana ke dalam masyarakat. Lembaga pemasyarakatan yang tadinya disebut penjara, bukan saja dihuni oleh pencuri, perampok, penipu, pembunuh atau perkosaan, tetapi juga ditempati oleh pemakai, kurir, pengedar dan Bandar narkoba, serta penjudi dan Bandar judi, beragam lainnya seperti Korupsi dan lainlain. Sistem pembinaan bagi narapidana telah berubah dari sistem kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan, perusahaan dari rumah penjara menjadi Lembaga Pemasyarakatan, bukan sematamata hanya secara fisik merubah atau mendirikan bangunannya saja, melainkan yang lebih penting menerapkan konsep pemasyarakatan. Upaya pendidikan untuk semua lapisan masyarakat dari usia dini sampai lanjut usia, termasuk kecakapan hidup bagi narapidana yang sedang menjalani hukuman lembaga permasyarakatan. Pengembangan pendidikan kecakapan hidup merupakan tugas dan wewenangan pendidikan luar sekolah sebagai upaya pengembangan sumber daya manusia yang dirasakan kepada sumber daya manusia yang didasarkan kepada sumber daya manusia pengembangan pendidikan tersebut sangat penting bagi narapidana, karena jumlah narapidana di lembaga pemasyarakatan. Khususnya di lembaga pemaasyarakatan kelas II B Kab. Sumenep. Narapidana adalah orang yang telah melanggar norma kehidupan, 9

3 mereka tidak tahan kondisi kehidupan mengembangkan kecakapan hidupnya, yang serba sulit sehingga menimbulkan sifat frustasi, kehilangan pekerjaan dan sebagai modal dalam upaya mengawali hidup baru di tengah masyarakat. masalah-masalah lain seperti tidak Permasalahan yang akan dibahas terpenuhi kebutuhan dasar (sandang, pada penelitian ini, yaitu : Bagaimana pangan dan papan) di satu pihak, dan di pihak lain tidak sedikit pula narapidana yang berasal dari lapisan masyarakat yang tergolong mampu dari segi ekonomi Upaya Peningkatan Pembinaan Narapidana di lembaga pemasyarakatan? Tujuan dalam penelitian ini untuk meningkatkan pembinaaan narapidana di bahkan dari kalangan elit, lembaga pemasyarakatan. seperti pengusaha, politikus dan birokrat. Metode penelitian yang digunakan Sehingga seseorang nekat melakukan dalam penelititan ini yaitu, yuridis perkosaan terhadap korbannya karena telah memaksa seorang wanita untuk melakukan normatif adalah menelaah norma-norma, kaidah-kaidah, dan aturan-aturan yang hubungan suami istri di luar pernikahan berlaku seperti hukum positif yang yang sah tanpa keinginan wanita yang jadi berkaitan dengan penalitian yang diangkat. korban perkosaan tersebut, membuat lembaga pemasyarakatan kelas II B Kab. Sumenep dituntut berperan aktif dalam B. PEMBAHASAN Penjatuhan hukuman terhadap upaya pembinaan narapidana agar kembali sipelaku tindak pidana (offender) bukanlah ke jalan yang benar dan diterima oleh semata-mata sebagai suatu tindakan Masyarakat, sehingga tidak lagi balasan atas kejahatan yang dilakukan oleh melakukan/mengulangi kejahatan. Seorang narapidana perkosaan untuk sipelaku, Filosofi pembinaan pelanggar hukum yang dianut oleh Indonesia adalah dapat diterima hidup di tengah-tengah mengintegrasikan kembali pelaku masyrakat harus mampu menyesuaikan dan membuktikan bahwa dirinya benarbenar sadar, insaf dan menunjukkan sikap serta perilaku yang baik. Untuk mengatasi pelanggar hukum ke masyarakat, atau lebih dikenal sebagai pemasyarakatan. Akan tetapi dalam realitas, mantan narapidana secara sistematis justru dihambat untuk dan mengantarkan narapidana ke jalan dapat berintegrasi kembali dalam yang benar,maka pendidikan agama Islam kehidupan alamiah di masyarakat. Banyak merupakan peran sangat penting dan peraturan-perundangan dan kebijakan yang sangat menentukan bagi terbentuknya dibuat justru untuk menghambat manusia yang beriman dan bertakwa terintegrasinya kembali mantan napi kepada Allah SWT. Serta mampu dengan masyarakat. Dengan demikian 10

4 maka filosofi pemasyarakatan napi hanya sekedar slogan kosong, yang dalam realitas menghasilkan pelaku pelanggar ulang, dapat dijatuhkan kepada pelaku (pelaku kejahatan dan pelanggaran) (Hs. Harsono, 1995:35). yang bolak-balik kembali ke bangunan Sanksi dalam hukum pidana penjara.masyarakat dan struktur sosial merupakan derita yang harus diterima (politik) telah melakukan stigmatisasi sebagai imbalan dari perbuatan nya yang mantan napi yang sesungguhnya tidak telah merugikan orang lain atau selaras dengan filosofi pemasyarakatan masyarakat. Akan tetapi kenyataannya si napi. terpidana setelah menjalani hukuman Pada dasarnya terdapat tiga pokok pemikiran tentang tujuan yang ingin di penjara misalnya, bukan jera, tapi malah mengulangi tindak pidana (resedivis).maka capai dengan suatu pemidanaa yaitu: a. dalam hal ini perlu dipertanyakan untuk memperbaiki pribadi dari efektifitas pemidanaan dimaksud.pidana penjahatnya itu sendiri b. untuk membuat orang menjadi jera untuk melakukan dan sistem pemidanaan sangat mempunyai peranan penting dalam mempertahankan kejahatan-kejahatan dan c.untuk membuat pidana materiil yang pada dasarnya penjahat-penjahat tertentu menjadi tidak bertujuan untuk menciptakan keamanan mampu untuk melakukan kejahatankejahatan dan ketertiban ditengah-tengah pergaulan yang lain, yakni penjahat- masyarakat (Muladi, 1986:56). penjahat yang dengan cara lain sudah tidak Pembinaan narapidana ini di dapat diperbaiki lagi. Karena kejahatan merupakan bagian tak terpisahkan dari Indonesia diterapkan dengan sistem yang dinamakan dengan sistem pemasyarakatan, kehidupan manusia di dunia.segala sistem pemasyarakatan telah dicetuskan aktifitas manusia baik politik, sosial dan dan diaplikasikan sejaktahun 1964, namun ekonomi dapat menjadi kausa kejahatan. pengaturan mengenai sistem tersebut Sehingga keberadaan kejahatan tidak perlu secara sistematisdalam bentuk undangundang disesali, tapi harus dicari upaya bagaimana dan perangkat aturan cara menanganinya. Berusaha menekan pendukungnya barudapat diwujudkan pada kualitas dan kuantitas nya serendah tahun 1995, melalui Undang-Undang mungkin, maksimal sesuai dengan situasi Nomor 12 Tahun 1995 tentang dan kondisi yang ada. Penanggulangan Pemasyarakatan. Mengenai tujuan sistem kejahatan melalui hukum pidana, pemasyarakatan, dalam Pasal 2 undangundang merupakan kegiatan yang didahului tersebut ditegaskan, bahwa: dengan penentuan tindak pidana Sistem pemasyarakatan diselenggarakan (Kriminalisasi) dan penentuan sanksi yang dalam rangka membentuk warga binaan 11

5 pemasyarakatan agar menjadi ketrampilan. manusiaseutuhnya, menyadari kesalahan, Dengan bekal mental dan memperbaiki diri dan tidak ketrampilan yang mereka miliki, mengulangtindak pidana sehingga dapat diharapkan mereka dapat berhasil diterima kembali oleh lingkungan mengintegrasikan dirinya di dalam masyarakat,dapat aktif berperan dalam masyarakat. Semua usaha ini dilakukan pembangunan, dan dapat hidup secara dengan berencana dan sistematis agar wajarsebagai warga yang baik dan selama mereka dalam pembinaan dapat bertanggung jawab. bertobat menyadari kesalahannya dan Mengenai Pola yang akan bertekad untuk menjadi manusia yang diterapkan dalam pembinaan narapida ini di Indonesia diatur dalam keputusan berguna bagi masyarakat, negara dan bangsa. menteri kehakiman Republik Indonesia Sedangkan kenyataan yang ada Nomor : M. 02-PK tahun 1990 tentang pola pembinaan narapidana atau didalam masyarakat seseorang narapidana sekali saja dia dipidana karena melakukan tahanan, didalam BAB I alinea kedua tindak pidana tertentu, lalu ia di masukan Kepmen ini sudah dilihatkan arahan yang ke suatu lembaga pemesyarakatan untuk hendak dicapai dalam pembinaan beberapa waktu yang telah di tentukan oleh narapidana dilembaga pemasyarakatan, undang-undang, maka yang terjadi di dijelaskan bahwa : Secara umum dapatlah masyarakat dia akan selalu di cap sebagai dikatakan bahwa pembinaan dan seorang penjahat, dalam sistem bimbingan pemasyarakatan haruslah penerimaan tenaga kerja misalnya, sudah ditingkatkan melalui pendekatan lazim dijadikan sebagai salah satu syarat pembinaan mental (agama, Pancasila dan sebagainya) meliputi pemulihan harga diri untuk memperoleh pekerjaan, tidak pernah melakukan suatu tindak pidana, sehingga sebagai pribadi maupun sebagai walaupun dia bebas dari suatu lembaga warganegara yang meyakini dirinya masih pemasyarakatan dengan kepribadian yang memiliki potensi produktif bagi baik, begitu juga memperoleh pembangunan bangsa dan oleh karena itu keterampilan dibidang pekerjaan tetentu, mereka dididik (dilatih) juga untuk namun kondisi sosiologis dimasyarakat menguasai ketrampilan tertentu guna dapat yang demikian, juga akan membuat hidup mandiri dan berguna bagi narapidana mau tidak mau akan pembangunan. lni berarti, bahwa mengulangi lagi kejahatannya, karena pembinaan dan bimbingan yangdiberikan faktanya juga tidak akan mendapatkan mencakup bidang mental dan penerimaan yang layak dari masyarakat 12

6 (Kurtines dan William M. 1992). kumulatif (kumulasi) dimana hakim dapat Upaya Peningkatan Pembinaan menjatuhkan dua jenis pidana pokok Narapidana dengan memberikan sekaligus terhadap terdakwa yang terbukti pemahaman warga binaan Rutan Kab. Sumenep agar saling memperhatikan Rule melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan kepadanya, misalnya of Law pada hakekatnya adalah pidana penjara dengan pidana denda, memposisikan hukum sebagai landasan pidana kurungan dengan pidana denda. bertindak dari seluruh elemen bangsa Kalau mengikuti dalil evolusi dalam sebuah negara. Rule of Law dapat dilakasanakan dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia karena salah satu ciri dari Rule of Law (negara hukum) adalah terlindunginya Hak Asasi Manusia di penghukuman dari Durkheim tersebut, dapat dikatakan bahwa perlakuan tidak adil terhadap mantan napi menunjukkan bahwa masyarakat dan kekuasaan pusat (struktur sosial poilitik) yang cenderung absolut negara yang bersangkutan. merupakan ciri masyarakat primitif. Pemidanaan merupakan suatu Padahal sesungguhnya ciri umum proses. Sebelum proses ini berjalan, masyarakat Indonesia yang merupakan peranan Hakim penting sekali. la bangsa timur, dalam menyikapi mengkonkritkan sanksi pidana yang pelanggaran hukum pidana cenderung terdapat dalam suatu peraturan dengan mencari solusi perdamaian atau pemulihan menjatuhkan pidana kepada terdakwa hubungan antara pelaku dengan korban dalam kasus tertentu. Sistem pemidanaan dan masyarakat. Pelanggaran hukum yang dianut dalam KUHP bersifat pidana dilihat tidak semata-mata sebagai alternatif artinya hakim hanya boleh konflik antar pribadi (micro cosmos), tetapi menjatuhkan satu jenis pidana pokok merupakan keadaan yang dapat terhadap terdakwa yang terbukti mengganggu kesetablian alam semesta melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan kepadanya, misalnya (macro cosmos). Oleh karena itu ketidak seimbangan yang dihasilkan harus disikapi pidana penjara digabungkan dengan pidana dengan mengembalikan kesetabilan kurungan atau denda. Dengan demikian hubungan para pihak yang berkonflik. tidak dikenal adanya kumulasi sanksi Filosofi penghukuman bangsabangsa pidana pokok. timur ini telah digali oleh ilmuwan Berbeda halnya dengan sistem barat John Braithwaite menjadi pemidanaan yang dianut dalam Tindak konsep restorative justice. Restorative Pidana khusus, seperti Korupsi dan lain sebagai. Tindak pidana khusus menganut justice adalah cara penyelesaian konflik pidana melalui cara-cara informal yang 13

7 dilakukan oleh komunitas dengan tujuan dengan pembinaan dan bimbingan. memulihkan hubungan antara pelaku Perbedaan kedua sistem tersebut, memberi dengan korbannya dan yang direstui masyarakat, dengan tetap menyatakan bahwa pelanggaran hukum adalah tindakan yang tidak benar. Melalui mekanisme ini implikasi pada perbedaan dalam cara-cara pembinaan dan bimbingan yang dilakukan, disebabkan perbedaan tujuan yang ingin dicapai. ada upacara untuk menyatakan bahwa Lembaga pemasyarakata merupakan pelanggaran hukum adalah salah, tetapi tempat kegiatan untuk melakukan melalui proses restorasi, pelanggar hukum pembinaan masyarakat berdasarkan sistem, diterima kembali menjadi warga kelembagaan dan cara pembinaan yang masyarakat. merupakan bagian akhir dari sistem Masalah pidana dan pemidanaan pemidanaan dalam tata cara peradilan dalam sejarah selalu mengalami pidana. Karena mereka telah melakukan perubahan. Keberadaannya banyak kejahatan atau pelanggaran. diperdebatkan oleh para ahli. Bila disimak Pemikiran Bangsa Indonesia dari sudut perkembangan masyarakat mengenai fungsi pemidanaan tidak sekedar manusia perubahan itu adalah wajar, pada aspek penjeraan saja tetapi juga karena manusia akan selalu berupaya merupakan suatu rehabilitasi dan untuk memperbaharui tentang suatu hal reinteragrasi sosial telah melahirkan suatu demi meningkatkan kesejahteraannya sistem pembinaan terhadap pelanggar dengan mendasarkan diri pada hukum yang dikenai sebagai sistem pengalamannya di masa lampau. pemasyarakatan. Secara filosofi Sebagaimana diketahui bahwa Sistem pemasyarakatan adalah suatu sistem Pemasyarakatan sebagai bagian pemidanaan yang sudah jauh meniggalkan pemidanaan yang dahulu dinamakan sistem pembalasan, penjeraan dan pemenjaraan yang berlaku dewasa ini, secara konseptual dan historis sangatlah resosialisasi. Dengan kata lain pemidanaan tidak ditujukan untuk membuat derita berbeda dengan apa yang berlaku dalam sebagai bentuk pembalasan, tidak sistem Kepenjaraan. Asas yang dianut ditujukan untuk membuat jera dengan system Pemasyarakatan dewasa ini penderitaan, juga tidak mengamsusikan menempatkan tahanan, narapidana, anak negara dan klien pemasyarakatan sebagai terpidana sebagai seseorang yang kurang sosialisasinya. subyek dan dipandang sebagai pribadi dan Pemasyarakatan sejalan dengan warga negara biasa serta dihadapi bukan dengan latar belakang pembalasan tetapi filosofi reintergrasi sosial yang beramsusi kejahatan adalah konflik yang terjadi antar 14

8 terpidana dengan masyarakat. Sehingga 1964 (Abdulmundzir, www. lapaslangsa. pemidanaan ditujukan untuk memulihkan co. cc. diunduh 6 Januari 2013). Di sisi konflik atau menyatukan kembali terpidana lain semua petugas mempunyai dengan masyarakatnya (reintragrasi). keterbatasan SDM dan kemampuan yang Tujuan narapidana dimasukan ke terbatas maka mereka bekerjasama dengan lembaga pemasyarakatan, disamping Pondok Pesantren, DIKNAS, dan lembagalembaga memberikan rasa lega terhadap korban juga memberikan rasa lega di masyarakat, caranya yaitu dengan memberikan mereka lain yang bersangkutan dengan pemasyarakatan. Secara garis besar tugas pemidanaan pembinaan kemandirian maupun 2 ada dua faktor yaitu : pemberian hukuman kepribadian. Selama mengalami (punishment) dan pemberian pembinaan pemidanaan narapidana harus dikenalkan (treatment). Artinya di dalam suatu dengan masyarakat dan tidak boleh pemberian pembinaan tersirat suatu diasingkan. Narapidana diayomi dengan pemberian hukuman, sistem memberikan bekal hidup sebagai warga pemasyarakatan yang baik tidak negara yang berguna dalam masyarakat. meninggalkan kedua unsur tersebut. Tujuan diberikan pemidanaan adalah satu Tindakan kriminal adalah salah satu bagian dari rehabilitasi watak dan perilaku fenomena yang komplek dan sering para narapidana, selama mengalami ditemui 3 didalam kehidupan masyarakat. hukumannya narapidana mendapatkan Oleh sebab itu dapat ditemukan bimbingan dan didikan yang berdasarkan Pancasila. Narapidana harus kembali ke masyarakat sebagai warga negara yang berbagai jenis kejahatan, motif maupun perilaku kejahatan itu sendiri. Kejahatan dapat dibagi dari jenis yang ringan berguna dan sebisa mungkin tidak (Tipiring) misalnya pelanggaran lalu lintas terbelakang, perlu diusahakan agar sampai dengan jenis kejahatan yang berat narapidana mempunyai mata pencaharian. misalnya perampokan dengan Dalam pelaksanaan pembinaan perilaku penganiyaan, pemerkosaan, dan narapidana di lembaga pemasyarakatan pembunuhan. Selain jenis kejahatan yang memiliki tantang bagi petugas beragam motif yang melatar belakangi pemasyarakatan di Kabupaten Sumenep, mereka memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk menjadikan cita-cita beragam pula. Motif kejahatan dilatar belakangi faktor kemiskinan, seseorang melakukan pemasyarakatan sebagai perwujudan kejahatan karena adanya dorongan untuk keadilan dan pengadilan sebagaimana memenuhi kebutuhan sehari-hari, sampai dicanangkan dalam konfrensi Lembang kejahatan yang teorganisir yaitu 15

9 sekelompok orang yang melakukan kejahatan secara profesional misalnya korupsi kelas kakap, sindikat pengedar narkoba, penyeludupan barang mewah dan lain sebagainya, kejahatan dapat dilakukan oleh siapa saja bisa pria wanita maupun anak-anak dengan berbagai latar belakang. Di sinilah peran-peran petugas lembaga pemasyarakatan dibutuhkan untuk membimbing para narapidana agar tidak kembali mengulangi perbuatan yang sama, maka peran aktif petugas pemasyarakatan sangatlah dibutuhkan bagi para narapidana agar tidak menjadi residivis, mereka kembali ke masyarakat agar menjadi manusia yang lebih baik dan diterima kembali ke masyarakat. Dari masalah-masalah di atas maka peneliti bermaksud untuk melakukan sosialisasi dengan judul Pelaksanaan Pembinaan Narapidana di Rumah Tahanan Negara Klas IIB Kabupaten Sumenep. Selain permasalahan di atas sosialisasi ini juga dilatarbelakangi oleh dua alasan yaitu: alasan subjektif, dimana lokasi sosialisasi ini dekat dengan tempat tinggal penulis sehingga bisa menghemat biaya dan alasan objektif, yaitu dimana biasanya pembinaan narapidana dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan tapi kali ini dilaksanakan di Rumah Tahanan, oleh karena itulah peneliti ingin mengkaji lebih dalam hal tersebut. C. PENUTUP Sistem pemasyarakatan bertujuan mengembalikan narapidana kedalam lingkungan masyarakat sebagai warga yang baik.. Pelaksanaan kegiatan kerja dilaksanakan dengan membaurkan narapidana dengan lingkungan masyarakat. Kegiatan pembinaan diupayakan dengan memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakat dalam pembinaan (metode community based corrections). Hal ini terlihat melalui pelaksanaan program pembinaan serta adanya pembinaan dengan metode community based corrections yang dapat diterima dengan baik dan memberikan manfaat kepada narapidana. Lembaga pemasyarakatan perlu berbenah diri mengenai sistemnya DAFTAR PUSTAKA Cipta. Daroeso, Bambang Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang. Aneka Ilmu. Harsono Hs Sistem Baru Pembinaan Narapidana. Jakarta. Djambatan. Kurtines dan William M Moralitas Perilaku Moral dan Perkembangan Moral. Jakarta. UI Muladi Teori-Teori Dan Kebijakan Pidana. Bandung. PT. Alumni. Moeljatno Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta. Rineka Cipta. Moleong, Lexy j Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. 16

10 Peraturan Perundang-undangan : Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan keputusan menteri kehakiman Republik Indonesia Nomor : M. 02- PK tahun 1990 tentang pola pembinaan narapidana atau tahanan 17