PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul
|
|
- Sugiarto Budiono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Untuk memahami apa yang penulis ingin sampaikan dalam tulisan Lembaga Pemasyarakatan Narkotika dengan Pendekatan Konsep Rehabilitasi, maka penulis perlu menjabarkan secara terpisah-pisah, apa yang dimaksud dengan Lembaga Pemasyarakatan, apa yang dimaksud dengan Narkotika dan apa yang dimaksud dengan Konsep Rehabilitasi. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan Narkotika dengan Pendekatan Konsep Rehabilitasi jika di uraikan kata per-kata adalah sebagai berikut: Lembaga Pemasyarakatan (disingkat LP atau LAPAS), Dalam UU No. 12 Tahun 1995 dalam pasal pemasyarakatan, adalah tempat untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan di Indonesia. Konsep dari pemasyarakatan menurut Sahardjo (1962) adalah bukan hanya untuk melaksanakan hukuman, namun bertugas untuk mengembalikan orang-orang yang dijatuhi pidana ke dalam masyarakat. Pembinaan ini bisa dilakukan dalam pendekatan sosial dan mental. Narkotika menurut Undang Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika Pasal 1, yaitu zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Sedangkan yang dimaksud ketergantungan narkotika menurut UU tersebut adalah gejala dorongan untuk menggunakan narkotika secara terus menerus, toleransi dan gejala putus narkotika apabila penggunaan dihentikan.
2 Rehabilitasi adalah sebuah tindakan represif yang dilakukan bagi pencandu narkoba. Tindakan rehabilitasi ditujukan kepada korban dari penyalahgunaan narkoba untuk memulihkan atau mengembangkan kemampuan fisik, mental, dan sosial penderita yang bersangkutan. Selain untuk memulihkan, rehabilitasi juga sebagai pengobatan atau perawatan bagi para pecandu narkotika, agar para pecandu dapat sembuh dari kecanduannya terhadap narkotika (Penafsiran dari UU Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika) Dari pengertian dan konsepsi diatas, bisa disimpulkan bahwa judul tulisan Lembaga Pemasyarakatan Narkotika dengan Pendekatan Rehabilitasi adalah sebuah tempat untuk melakukan masa hukuman sekaligus pembinaan terhadap narapidana narkotika dan menuntun mereka untuk meninggalkan narkotika agar bisa kembali lagi ke dalam masyarakat melalui penerapan konsep rehabilitasi. 1.2 Latar Belakang Latar Belakang Umum Menurut buku Advokasi Pencegahan Penyalahgunaan narkoba oleh BNN- RI 2009, Penyalahgunaan dalam penggunaan narkoba adalah pemakaian obatobatan atau zat-zat berbahaya dengan tujuan bukan untuk pengobatan dan penelitian serta digunakan tanpa mengikuti aturan atau dosis yang benar. Penggunaan narkoba secara terus-menerus akan mengakibatkan ketergantungan, depedensi, adiksi atau kecanduan Tingkat penyalahgunaan narkoba di Indonesia bisa dibilang cukup tinggi, Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia Komjen Anang Iskandar menyebutkan, jumlah pengguna narkoba di Indonesia sudah mencapai 4,9 juta lebih, meningkat dari data yang di dapat pada tahun 2009 oleh BNN RI yaitu total manusia, itu pun hanya berdasarkan yang sudah berstatus tersangka.
3 Tabel 1. 1 Data Kasus TP Narkoba (Sumber: BNN RI, 2009) Penyalahgunaan narkoba adalah masalah yang kompleks dan sangat sulit untuk dikontrol karena penggunaanya berpengaruh pada tubuh dan mentalemosional para pemakainya. Jika semakin sering dikonsumsi, apalagi dalam jumlah berlebih maka akan merusak kesehatan tubuh, kejiwaan dan fungsi sosial di dalam masyarakat. Pengaruh narkoba pada remaja bahkan dapat berakibat lebih fatal, karena menghambat perkembangan kepribadiannya. Penyalahgunaan narkoba menurut Kasubsi Bidang Kemasyarakatan dan Perawatan Lapas Narkotika Kelas IIA Yogyakarta, Marjianto (2013) harus diberhentikan secara total penggunaanya dengan cara rehabilitasi, tidak dengan menahannya saja. Menurut Marjianto, lapas tetap dibutuhkan untuk membina dan membimbing narapidana dengan pendekatan mental dan sosial, akan tetapi perlu ditambah dengan pendekatan rehabilitasi agar memberhentikan sifat kecanduan dari para narapidana. Efek yang dihasilkan adalah sesuai dengan proses pemasyarakatan yang berkelanjutan, yaitu, narapidana narkoba diharap tidak lagi kecanduan dan menggunakan narkoba setelah keluar dari lapas.
4 1.2.2 Latar Belakang Khusus Keputusan Menteri Kehakiman RI Tahun 1990 menyatakan bahwa system pemasyarakatan yang berlaku dewasa ini, secara konseptual dan historis sangatlah berbeda dengan apa yang berlaku dalam sistem Kepenjaraan. Asas yang dianut adalah system Pemasyarakatan, yaitu menempatkan tahanan, narapidana, anak negara dan klien pemasyarakatan sebagai subyek dan dipandang sebagai pribadi dan warganegara biasa serta dihadapi bukan dengan latar belakang pembalasan tetapi dengan pembinaan dan bimbingan. Pembinaan dan bimbingan yang mereka dapatkan, diharap dapat membuat mereka berhasil berubah dan mengintegrasikan diri mereka di dalam masyarakat agar menjadi pribadi yang berguna bagi bangsa. Menurut Kasubsi Bidang Kemasyarakatan dan Perawatan Lapas Narkotika kelas IIA Yogyakarta, Marjianto, Lembaga Pemasyarakatan saat ini sangat didiskriminasikan oleh pemerintah karena dianggap tidak menghasilkan profit. Kurangnya perhatian pemerintah selain dari pengurangan dana bisa dilihat dalam bidang arsitektur. Untuk mengurangi dana, desain yang digunakan di seluruh lapas baru adalah sama, padahal berada pada konteks yang berbeda dengan tipe kejahatan yang berbeda. Sebagai contoh, Lapas Narkotika Kelas IIA Yogyakarta memiliki template desain yang persis sama dengan desain Lapas Cipinang di Jakarta, padahal kedua lapas itu terletak di lokasi yang berbeda dan merupakan jenis lapas yang berbeda juga. Lapas Narkotika di Yogya adalah khusus untuk Narkotika, sedangkan Lapas Cipinang adalah lapas yang diperuntukan bagi kriminal umum. Gambar 1. 1 Perbandingan Lapas Umum Cipinang dengan Lapas Narkotika Yogyakarta (Sumber LP Cipinang: Kompasiana Sumber LP Narkotika Yogyakarta: Republika)
5 Subyek kriminal umum dan narkotika memiliki dasar karakteristik yang berbeda. Subyek Pemasyarakatan kriminal adalah mereka yang melanggar hukum dengan sebuah/banyak tindak kejahatan. Pelaku kriminalitas disebut seorang kriminal. Dalam mendefinisikan kriminalitas menurut Muhammad Mustafa (2007) Secara kriminologi yang berbasis sosiologis kriminalitas merupakan suatu pola tingkah laku yang merugikan masyarakat. Biasanya yang dianggap kriminal adalah seorang pencuri, pembunuh, perampok, atau teroris (teroris agak berbeda dari kriminal karena melakukan tindak kejahatannya berdasarkan motif politik atau paham). Pelaku kriminal memerlukan pembinaan secara mental dan sosial dalam pemasyarakatannya. Subyek Pemasyarakatan narkoba adalah mereka secara sengaja menggunakan, mengedarkan, membuatkan narkoba, atau gabungan dari itu semua. Penyalahgunaan narkoba adalah masalah yang kompleks dan sangat sulit untuk dikontrol karena penggunaanya berpengaruh pada tubuh dan mentalemosional para pemakaianya. Jika semakin sering dikonsumsi, apalagi dalam jumlah berlebih make akan merusak kesehatan tubuh, kejiwaan dan fungsi sosial di dalam masyarakat. Pelaku penyalahgunaan narkoba memerlukan rehabilitasi narkoba untuk menghilangkan ketergantungannya tidak hanya dengan pembimbingan mental dan sosial. Tabel 1. 2 Perbandingan pembimbingan pelaku kriminal dan pelaku narkoba Pelaku Kriminal membutuhkan pembimbingan secara mental membutuhkan pembibingan secara sosial Pelaku Narkoba membutuhkan pembimbingan secara mental membutuhkan pembibingan secara sosial membutuhkan pembimbingan medis Sumber: Wawancara dengan Kasubsi Bidang Kemasyarakatan dan Perawatan Lapas Narkotika kelas IIA Yogyakarta, Marjianto, 2013 Dari data yang disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya perbedaan subyek pemasyarakatan, maka perlu dilakukan dua pendekatan
6 yang berbeda untuk memasyarakatkannya. Perlunya untuk melakukan pendekatan yang berbeda demi keberlanjutan dari sistem pemasyarakatan membuat perlunya desain lapas yang berbeda-beda pula. 1.3 Permasalahan Permasalahan Umum 1. Tidak adanya ketersediaan Lapas khusus Narkotika di kota-kota besar sehingga membuat keterpaksaan para tahanan narkotika ditempatkan bersama para tahanan biasa. Hal itu kemudian membuat Lapas menjadi kelebihan kapasitas. Salah satu yang memiliki masalah dengan tingkat penggunaan narkotika yang tinggi adalah Pulau Bali. Pulau Bali disebut Pulau Dewata terkenal dengan seribu puranya, masuk dalam 10 pulau terbaik di dunia versi TripAdvisor. Dengan pemandangan alam yang menakjubkan, pantai yang eksotis, serta keramahan budayanya menduduki peringkat kedua sebagai pulau terbaik di dunia. Potensi wisata yang tinggi membuat turis-turis mancanegara menjadi banyak berdatang ke pulau ini. Selain membuka banyak jendela ekonomi untuk Negara, Bali juga membuka banyak potensi untuk masuknya narkotika. sebagai tempat peredaran. Terbukti dari hasil penelitian Badan Narkotika Nasional dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia menunjukkan bahwa tingkat prevalensi penyalahgunaan narkotika di Bali mencapai 1,8 persen dari jumlah penduduk atau mencapai orang. Menurut Detik News (April 2013) Masalah narkotika juga menyebar sampai ke lapas-lapas di Bali, jumlah tahanan dan narapidana narkotika mendominasi penghuni lapas di seluruh Bali. Kelebihan kapasitas mencapai 200 persen.
7 Gambar dari 9 Lapas di Bali ditandai overcapacity menurut Data Sistem Database Pemasyarakatan (Sumber: Diakses 2014) Lapas Kerobokan, misalnya, daya tampung sebanyak 323 napi dan tahanan, namun dihuni orang. Menurut Kepala Lapas Kerobokan Gusti Ngurah Wiratna, 50,5% dari total tersebut atau sejumlah 516 orang adalah napi dan tahanan kasus narkotika. Menurut berita yang dilansir oleh antara news, Efek dari overcapacity tersebut sangat besar, Lapas Kerobokan mengalami kerugian miliaran. Oleh karena itu, Bali adalah salah satu daerah di Indonesia yang membutuhkan lapas narkotika. 2. Belum dianutnya konsep rehabilitasi di Lapas Narkotika, padahal diperlukan untuk keberlangsungan sistem pemasayarakatan Permasalahan Khusus 1. Desain lapas khusus narkotika hampir selalu sama dan tipikal dengan lapas kriminal umum, padahal memiliki konteks lingkungan, dan subyek yang berbeda (lihat tabel 1.2). Permasalahnnya adalah bagaimana cara mendesain lapas narkotika yang sesuai dengan subyeknya. 2. Kesalahan konsep bahwa pengguna narkotika hanya harus ditahan saja tanpa melakukan proses rehabilitasi, sehingga desain bangunan tidak disesuaikan dengan fungsi tersebut. Permasalahnnya adalah bagaimana mendesain lapas yang menunjang proses rehabilitasi.
8 1.4 Tujuan Tujuan Umum Menciptakan sebuah desain lembaga pemasyarakatan narkotika yang sesuai dengan fungsi pemasyarakatan yaitu dengan menambah fungsi rehabilitasi di dalam lembaga pemasyarakatan khusus narkotika Tujuan Khusus Menciptakan sebuah desain yang memfasilitasi aktivitas yang berguna untuk proses rehabilitasi secara mental, sosial serta medis. 1.5 Sasaran Merumuskan konsep perencanaan dan perancangan bangunan lapas khusus narkotika yang memiliki fasilitas yang membantu dalam rehabilitasi secara mental, social dan medis sehingga bermanfaat bagi semua pihak-pihak terkait, yaitu: Pemerintah. Pencapaian agenda pemerintahan dalam penyediaan lapas yang sesuai dengan pendekatan community based correction Narapidana Narkotika 1. Menjadi media terapi mental, social dan medis untuk narapidana narkotika agar menjadi pribadi yang disiplin, dekat dengan Tuhan dan bertanggung jawab Masyarakat Umum. Masyarakat secara langsung dan tidak langsung akan ikut merasakan pengaruh dari hasil pemasyarakatan. 1.6 Lingkup Pembahasan Lingkup dari pembahasan meliputi bahasan Arsitektural dan Non Arsitektural. 1 Pada konteks tulisan ini, Lembaga Pemasyarakatan khusus narkotika adalah lapas dengan tingkat keamanan medium security, sehingga Narapidana yang ditahan disini adalah narapidana yang memiliki masa tahanan dibawah 10 tahun penjara, yaitu: pengguna narkoba yang tertangkap dan tidak bisa membayar pusat rehabilitasi dan/ atau pengguna yang sekaligus pengedar kelas kecil bukan gembong besar
9 Arsitektural a. Tata Ruang Zonasi landscape Kebutuhan ruang Sirkulasi ruang Program ruang Fasilitas-fasilitas penunjang yang akan dihadirkan b. Prinsip bangunan sehat yang berguna untuk rehabilitasi Strategi pengaturan bukaan pada bangunan Strategi pemanfaatan udara bersih untuk penghawaan dalam ruangan Strategi pemilihan & penempatan vegetasi Strategi pencahayaan alami Non Arsitektural a. Identifikasi konsep pemasyarakatan dan proses rehabilitasi b. Kajian terhadap kegiatan-kegiatan pembimbingan dan pengembangan potensi dalam lapas narkotika 1.7 Metodologi Pembahasan Studi Literatur Studi literatur dilakukan dengan mencari lalu mempelajari data-data tentang lembaga pemasyarakatan, mempelajari pola pemasyarakatan dan kegiatan di dalamnya, mempelajari standar-standar ruang lembaga pemasyarakatana melalui buku referensi, internet, dan asistensi dengan pembimbing Studi Kasus Studi kasus dilakukan dengan membandingkan lembaga pemasyrakatan umum dan lembaga pemasyrakatan narkotika melalui survey preseden, buku referensi, internet, dan asistensi dengan pembimbing mengenai tinjauan
10 1.7.3 Observasi Lapangan Observasi lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi site dan kondisi site preseden Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA Yogyakarta untuk mempelajari kebutuhan dan efektivitas desain Analisis Mengelompokkan dan mengolah data-data yang telah didapat dari studi literatur, studi kasus yang sejenis, dan observasi lapangan di preseden Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA Yogyakarta, yang kemudian akan ditarik prinsip-prinsip perancangan, persyaratan bangunan, standar, dan kesimpulan Sintesis Menarik kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan sebelumnya untuk mendapatkan prinsip-prinsip pendekatan yang akan digunakan untuk menetapkan konsep perancangan Lembaga Pemasyarakatan Narkotika yang sesuai dengan judul laporan Merumuskan konsep Perencanaan dan Perancangan Dari kesimpulan-kesimpulan yang telah didapat kemudian dirumuskan ke dalam konsep perencanaan dan perancangan berdasarkan prinsip-prinsip yang telah didapat.
11 1.8 Kerangka Berpikir Gambar 1. 3 Kerangka Berpikir (Sumber: Analisa Penulis) 1.9. Sistematika Penulisan Bab I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, lingkup pembahasan, metode pembahasan, kerangka berfikir dan keaslian penulis. Bab II KAJIAN TEORITIS DAN FAKTUAL
12 Berisikan kajian dan prinsip- prinsip perancangan lembaga pemasyarakatan pada umumnya dan lembaga pemasyarakatan narkotika pada khususnya, penjelasan mengenai teori teori tentang rehabilitasi dan metode metode yang dapat diterapkan dalam perancangan lembaga serta analisis preseden Bab III ANALISA Berisi penjelasan tentang tipologi site yang cocok dan analisis site terpilih Disertai dengan analisa pelaku, kebutuhan ruang dan hubungannya dengan bangunan yang akan dibuat yaitu Lembaga Pemasyarakatan Narkotika dengan pendekatan Rehabilitasi. Bab IV KONSEP Konsep perancangan Lembaga Pemasyarakatan Narkotika dengan Pendekatan Rehabilitasi Keaslian Penulisan Selama penulisan belum ditemukan adanya penulisan yang sama berdasarkan digilib ugm. Namun berdasarkan tipologi bangunan yang serupa yaitu lembaga pemasyarakatan ditemukan 16 tulisan (lihat lampiran) yang bertemakan Lembaga Pemasyarakatan, diantaranya adalah: No Nama Penulis Judul Kode Kesamaan 1 Hendriansyah LP Anak Pria Yogyakarta 2 Lafenra Lembaga Pemasyarakatan anak di Yogyakarta 3171 S Dasar Teori & Tipologi bangunan 2302-S Tipologi bangunan Tabel 1. 3 Daftar Tulisan yang mirip secara tipologi bangunan (sumber: Digilib Archiplan, diakses 27 Desember 2013)
13 Berbeda dengan tulisan tentang lembaga pemasyarakatan lain di digilib, penulisan ini memiliki tema Lembaga Pemasyarakatan khusus Narkotika. Perbedaan subyek pemasyarakatan menghasilkan analisa dan perancangan yang berbeda dengan tulisan- tulisan lainnya.
BAB II PEMAHAMAN PUSAT REHABILITASI NARKOBA DENGAN METODE THERAPEUTIC COMMUNITY
DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Gambar... v Daftar Tabel... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 3 1.3. Tujuan... 3 1.4. Metode Penelitian...
Lebih terperincipersepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Narkotika adalah zat adiktif yang menyebabkan kehilangan kesadaran dan ketergantungan bagi penggunanya. Narkotika meningkatkan daya imajinasi manusia dengan merangsang
Lebih terperinci2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Korban dari penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) atau yang biasa dikenal sebagai NARKOBA (Narkotika dan Obat berbahaya)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak pada kehidupan sosial ekonomi individu, masyarakat, bahkan negara. Gagal dalam studi,gagal dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya yang adil dan makmur, sejahtera, tertib dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan atau perbuatan jahat dapat diartikan secara yuridis atau kriminologis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial dimana mereka tinggal.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Pemasyarakatan adalah merupakan tempat dan sekaligus rumah bagi narapidana yang melakukan tindak kejahatan serta menjalani hukuman atau pidana yang dijatuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1.a Peta jalur peredaran narkoba Sumber :
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Denpasar Bali merupakan salah satu tempat tujuan wisata yang ramai dikunjungi wisatawan, baik wisatawan domestik maupun manca negara. Sebagai tempat wisata, Bali merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945. Hal Itu berarti bahwa penegakan hukum menjadi yang utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba mengancam kehidupan kita. Narkoba merupakan singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan narkotika sebagai bentuk tindakan yang melanggar hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hukum Pidana Sebagaimana yang telah diuraikan oleh banyak pakar hukum mengenai hukum pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam bidang pengobatan dan studi ilmiah sehingga diperlukan suatu produksi narkotika yang terus menerus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional, tetapi sekarang sudah menjadi masalah global (dunia). Pada era
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia banyak melakukan pelanggaran, salah satunya adalah penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba tidak hanya menjadi masalah lokal maupun nasional,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,
1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan narkotika dapat mengakibatkan sindroma ketergantungan apabila penggunaannya tidak di bawah pengawasan dan petunjuk tenaga kesehatan yang mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan narkoba merupakan kejahatan yang bersifat merusak, baik merusak mental maupun moral dari para pelakunya, terlebih korban yang menjadi sasaran peredaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena peredarannya melingkupi disemua lapisan masyarakat baik miskin, kaya, tua, muda, dan bahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penyalahgunaan narkoba terus menjadi permasalahan global. Permasalahan ini semakin lama semakin mewabah, bahkan menyentuh hampir semua bangsa di dunia ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit kronik (sulit disembuhkan) yang berulang kali kambuh yang hingga
BAB I PENDAHULUAN Permasalahan penyalahgunaan narkoba mempunyai dimensi yang luas dan kompleks, dari sudut medik psikiatrik, kesehatan jiwa, maupun psiko sosial (ekonomi politik, sosial budaya, kriminalitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Fenomena Narkoba di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Fenomena Narkoba di Indonesia Indonesia sebagai negara dengan kondisi geografis yang strategis dengan mudah menjadi sasaran empuk para mafia narkoba dunia. Selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyebutkan bahwa salah tujuan dari pengaturan narkotika adalah untuk menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis. Zat tersebut menyebabkan penurunan atau perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat- zat adiktif lainnya (NAPZA)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat- zat adiktif lainnya (NAPZA) yang selanjutnya di sebut narkoba merupakan masalah yang perkembangannya di Indonesia sudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejak tahun 2700 tahun sebelum masehi. Orang-orang kuno telah menggunakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sudah sejak zaman pra sejarah orang mengenal zat psiko aktif baik berupa tanaman/tumbuhan maupun berupa semi sintesis. Ada yang berupa dedaunan, buah, bunga maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepanjang tercatat dalam sejarah manusia, NAPZA dipuja karena manfaatnya bagi manusia tetapi sekaligus dikutuk karena efek buruk yang diakibatkannya. NAPZA alami sudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat- zat adiktif lainnya (NAPZA)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat- zat adiktif lainnya (NAPZA) yang selanjutnya di sebut narkoba merupakan masalah yang perkembangannya di Indonesia sudah
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tam
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.970, 2017 KEMENKUMHAM. Layanan Rehabilitasi Narkotika. Tahanan dan WBP. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman seperti sekarang ini, semakin banyak saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam masyarakat. Diantara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Sebagai Negara Hukum yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Sebagai Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, Hukum merupakan salah satu pranata yang dibutuhkan untuk mengantisipasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. JUDUL LEMBAGA PEMASYARAKATAN Yang Berorientasi Kepada Pembentukan Suasana Pendukung Proses Rehabilitasi Narapidana
BAB I PENDAHULUAN I.1. JUDUL LEMBAGA PEMASYARAKATAN Yang Berorientasi Kepada Pembentukan Suasana Pendukung Proses Rehabilitasi Narapidana I.2. PENGERTIAN JUDUL I.2.1. Pengertian Judul dari Terminologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari semakin memprihatinkan terlebih di Indonesia. Narkotika seakan sudah menjadi barang yang sangat mudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya kecenderungan yang terus meningkat. Hal ini merupakan ancaman yang serius bukan saja terhadap kelangsungan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.465, 2014 PERATURAN BERSAMA. Penanganan. Pencandu. Penyalahgunaan. Narkotika. Lembaga Rehabilitasi. PERATURAN BERSAMA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harapan-harapan dari orang tua dan negara ini berada. Dapat dikatakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak-anak merupakan harta yang berharga baik bagi orang tua maupun negara dimasa mendatang. Anak adalah salah satu sumber daya manusia yang merupakan generasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rancangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rancangan Peredaran dan penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang saat ini menjadi persoalan yang memprihatinkan. Peningkatan jumlah pengguna dari tahun ke tahun
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak Pidana Narkotika merupakan salah satu tindak pidana yang cukup banyak terjadi di Indonesia. Tersebarnya peredaran gelap Narkotika sudah sangat banyak memakan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.844, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Rehabilitasi. Penyalahgunaan. Pencandu. Narkotika. Penanganan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG
PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENANGANAN TERSANGKA DAN/ATAU TERDAKWA PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA KE DALAM LEMBAGA REHABILITASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga Pemasyarakatan atau yang biasa di singkat Lapas merupakan tempat untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan. Penghuni Lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai negara hukum. Negara hukum yang dimaksud adalah negara yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan Narkotika dan Psikotrapika, merupakan kejahatan kemanusiaan yang berat, yang mempunyai dampak luar biasa, terutama pada generasi muda suatu bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan masyarakat secara wajar. Istilah narkoba muncul sekitar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program rehabilitasi narkotika merupakan serangkaian upaya yang terkoordinasi dan terpadu, terdiri atas upaya-upaya medik, bimbingan mental, psikososial, keagamaan,
Lebih terperinciPELAKSANAAN TUGAS INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR DI PUSKESMAS PERKOTAAN RASIMAH AHMAD BUKITTINGGI
1 PELAKSANAAN TUGAS INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR DI PUSKESMAS PERKOTAAN RASIMAH AHMAD BUKITTINGGI (Studi Di Puskesmas Perkotaan Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi) Disusun Oleh : Agus Darmawan Pane, 10.10.002.74201.020,
Lebih terperinciPERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG
PERATURAN BERSAMA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK
Lebih terperinciLEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA DI YOGYAKARTA (Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular)
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA DI YOGYAKARTA (Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini peredaran dan penggunaan narkoba di kalangan masyarakat Indonesia nampaknya sudah sangat mengkhawatirkan dan meningkat tiap tahunnya. Kepala Badan Narkotika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara yang sangat menentang tindak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu Negara yang sangat menentang tindak kejahatan narkotika. Hal tersebut dapat dilihat dengan dibentuknya Undangundang Nomor 35 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan semakin meningkat. Dapat kita amati dari pemberitaan-pemberitaan baik di media cetak maupun elektronika
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya narkotika digunakan untuk kepentingan umat manusia, khususnya untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika
Lebih terperinciREHABILITASI MEDIS DAN SOSIAL TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 22/PID.B/2014/PN.
REHABILITASI MEDIS DAN SOSIAL TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 22/PID.B/2014/PN.GSK) Oleh : Arkisman ABSTRAK Narkotika adalah obat/ bahan berbahaya, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NAPZA merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan keselamatan manusia, tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Alinea Ke Empat yang menyebutkan bahwa tujuan pembentukan Negara Indonesia adalah melindungi segenap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepentingan pengobatan manusia, yaitu sebagai obat untuk mengobati suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah narkotika pada mulanya adalah zat yang dipergunakan untuk kepentingan pengobatan manusia, yaitu sebagai obat untuk mengobati suatu penyakit, danreaksi dari zat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum, setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama di hadapan hukum serta setiap individu dalam kehidupan bermasyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan alasan pemilihan judul dalam latar belakang yang dilengkapi juga dengan fakta-fakta pendukungnya, rumusan masalah, tujuan, metode penelitian yang digunakan
Lebih terperinciBAB III PENERAPAN REHABILITASI BAGI PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. 3.1 Penempatan Rehabilitasi Melalui Proses Peradilan
BAB III PENERAPAN REHABILITASI BAGI PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA 3.1 Penempatan Rehabilitasi Melalui Proses Peradilan Penyalahgunaan Narkotika merupakan suatu bentuk kejahatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mudah dengan berbagai macam kepentingan. Kecepatan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu, sehingga segala aspek kehidupan manusia tidak memiliki batas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia dikenal dengan Negara Hukum, sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bertujuan mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba baik ditingkat global, regional dan nasional, sejak lama telah merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara suatu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peredaran narkoba secara tidak bertanggungjawab sudah semakin meluas dikalangan masyarakat. Hal ini tentunya akan semakin mengkhawatirkan, apalagi kita mengetahui yang
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Penyalahguna magic mushroom dapat dikualifikasikan sebagai. golongan I sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan kajian-kajian per bab yang telah Penulis uraiakan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Mengenai Kualifikasi Tindak Pidana terhadap Penyalahguna Narkotika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalangunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permasalahan penyalangunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman nasional yang perlu mendapatkan perhatian yang serius oleh segenap element bangsa. Ancaman
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal yang dalam kepustakaan asing sering dikenal dengan berbagai istilah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peradilan negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hakim adalah aparat penegak hukum yang paling dominan dalam melaksanakan penegakan hukum. Hakimlah yang pada akhirnya menentukan putusan terhadap suatu perkara disandarkan
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMBINAAN BAGI NARAPIDANA NARKOTIKA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A KEROBOKAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMBINAAN BAGI NARAPIDANA NARKOTIKA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A KEROBOKAN Oleh: I Nyoman Ganda Gunawan Sarjana I Ketut Rai Setiabudhi A.A.Ngr.Yusa Darmadi Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkotika pada hakekatnya sangat bermanfaat untuk keperluan medis dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada umumnya mengatur secara
Lebih terperinciDwi Gita Arianti Panti Rehabilitasi Narkoba di Samarinda BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Narkoba atau yang kini dikenal juga dengan sebutan NAPZA, adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Bahan/ zat adiktif. Narkoba merupakan bahan/ zat
Lebih terperinciKEBIJAKAN NARKOTIKA, PECANDU DALAM SISTEM HUKUM DI INDONESIA
KEBIJAKAN NARKOTIKA, PECANDU DALAM SISTEM HUKUM DI INDONESIA S. Dimas Aryo K., S.Psi. Program Manager Rumah Damping Siloam Yogyakarta 2016 APA SIH HUKUM ITU? KEADILAN KEPASTIAN BAGAIMANA PERATURAN DIBENTUK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dewasa ini sedang berlangsung proses pembaharuan hukum pidana. Pembaharuan hukum pidana meliputi pembaharuan terhadap hukum pidana formal, hukum pidana
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN MEDIS TAHANAN DAN NARAPIDANA KORBAN PENYALAHGUNAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi tolak ukur segala hal mengenai harapan dan tujuan dari bangsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum yang segala bentuk pemerintahan negara ini telah diatur dalam undang-undang dasar 1945, UUD 45 menjadi tolak ukur segala hal mengenai harapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk dilaksanakan bagi pengguna narkoba. Zat yang terkandung dalam obat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Say no to drug adalah suatu istilah yang mudah diucapkan tetapi susah untuk dilaksanakan bagi pengguna narkoba. Zat yang terkandung dalam obat tersebut ternyata
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mengisi kemerdekaan dengan berpedoman pada tujuan bangsa yakni menciptakan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan peninggalan yang tidak ternilai harga dari para pejuang terdahulu. Sebagai generasi penerus bangsa selayaknya jika kita mengisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komnas Perlindungan Anak, yaitu Arist Merdeka Sirait dalam wawancara dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena memprihatinkan yang terjadi pada bangsa ini adalah meningkatnya angka kejahatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Ketua Komnas Perlindungan Anak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial, dan politik dalam dunia internasional, Indonesia telah ikut berpatisipasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ancaman bahaya narkoba telah melanda sebagian besar negara dan bangsa di dunia. Kecenderungan peredaran narkoba sebagai salah satu cara mudah memperoleh keuntungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ribu orang di seluruh Indonesia, hingga Oktober 2015 jumlah narapidana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya tindak kejahatan yang terjadi di wilayah negara Indonesia menyebabkan semakin banyak pula jumlah pelaku kejahatan yang diputus oleh hakim untuk
Lebih terperincikesepakatan dalam masyarakat terhadap penyalahgunaan NAPZA perbuatan jahat yang harus diberantas dengan pendekatan hukum (saja) ;
kesepakatan dalam masyarakat terhadap penyalahgunaan NAPZA perbuatan jahat yang harus diberantas dengan pendekatan hukum (saja) ; Semangat pemberantasan penyalahgunaan dengan mengkriminalisasi ( berikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN TA- 100
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah narkoba mulai dikenal pada sekitar tahun 1998, akibat maraknya kasus penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat aditif terlarang. Agar lebih mudah dalam
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V A. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Rehabilitasi Kepada Pengguna Narkotika, maka penulis dapat memberikan kesimpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Namun tidak semua orang beruntung memiliki jiwa yang. sehat, adapula sebagian orang yang jiwanya terganggu atau dapat
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Memiliki tubuh dan jiwa yang sehat merupakan dambaan setiap orang. Namun tidak semua orang beruntung memiliki jiwa yang sehat, adapula sebagian orang yang jiwanya
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. penulis membuat kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah.
344 BAB VI PENUTUP A. KESIMPULAN Setelah penulis menguraikan pembahasan ini bab demi bab, berikut ini penulis membuat kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah. 1. Dalam Hukum Islam narkoba (al-mukhaddirat)
Lebih terperinciGedung Rehabilitasi Narkoba Provinsi Jawa Tengah di Kota Semarang BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang sangat memperihatinkan, bahkan menjadi permasalahan global yang sudah menjadi ancaman serius dalam kehidupan berbangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu masalah pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran tertentu 2. Topik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara tegas menuliskan bahwa negara Indonesia adalah Negara Hukum. Salah satu prinsip penting negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum, hal tersebut tercermin dalam UUD
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia adalah negara hukum, hal tersebut tercermin dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 ayat (3) yang berbunyi Negara Indonesia adalah negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan Narkotika merupakan masalah yang kompleksitasnya memerlukan upaya penanggulangan secara menyeluruh. Upaya penanggulangan tersebut dilakukan dengan melibatkan
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, kasus peredaran dan penyalahgunaan narkoba saat ini semakin marak terjadi di Indonesia. Indonesia merupakan negara yang berpenduduk sekitar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk didapat, melainkan barang yang amat mudah didapat karena kebutuhan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Narkoba sendiri merupakan barang yang tidak lagi dikatakan barang haram yang susah untuk didapat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini narapidana tidak lagi dipandang sebagai objek melainkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini narapidana tidak lagi dipandang sebagai objek melainkan menjadi subjek yang dihormati dan dihargai oleh sesamanya. Pada dasarnya yang harus diberantas ialah
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA
PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN REHABILITASI SOSIAL YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH/ PEMERINTAH
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting, penyalahgunaan narkotika dapat berdampak negatif, merusak dan mengancam berbagai aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini peredaran narkotika semakin merajalela dikarenakan Indonesia bukan lagi tempat transit, tetapi menjadi sasaran pemasaran, dan bahkan tempat produksi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang apabila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga bilamana disalahgunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem pemidanaan di Indonesia secara berangsur mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pemidanaan di Indonesia secara berangsur mengalami peralihan dari sistem kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan. Sistem kepenjaraan yang menekan pada
Lebih terperincioleh : Herwin Sulistyowati,SH.,MH
1 TINJAUAN TENTANG KUALITAS PELAYANAN REHABILITASI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN oleh : Herwin Sulistyowati,SH.,MH A. Latar Belakang Upaya mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang United Nation Office on Drugs and Crime memperkirakan penyalahguna narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64 tahun (UNODC, 2014).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Afrika Selatan), D joma (Afrika Tengah), Kif (Aljazair), Liamba (Brazil) dan Napza
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di beberapa negara ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukkan jenis obat-obatan terlarang yaitu, seperti Dadah (Malaysia/Brunei), Drugs (Inggris), Shabu-shabu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Perkembangan peredaran narkoba di Indonesia sangatlah pesat. Banyak hal yang sudah dilakukan orang dalam memerangi narkoba, khususnya di Indonesia.
Lebih terperinciREHABILITASI BAGI PENYALAHGUNA TINDAK PIDANA NARKOTIKA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA
REHABILITASI BAGI PENYALAHGUNA TINDAK PIDANA NARKOTIKA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA Oleh : Made Ana Wirastuti I Ketut Suardita Hukum Pidana, Fakultas Hukum Program Ekstensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Usia remaja merupakan masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan tingkah laku
Lebih terperinci2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan
No.1942, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Standar Pelayanan Rehabilitasi. PERATURAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PELAYANAN REHABILTASI BAGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini modus kejahatan semakin berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Dalam perkembangannya kita dihadapkan untuk bisa lebih maju dan lebih siap dalam
Lebih terperinci