PENGARUH PENERAPAN METODE PETUGAS PENGAWAS PEROKOK TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PEROKOK

Transkripsi

1 PENGARUH PENERAPAN METODE PETUGAS PENGAWAS PEROKOK TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PEROKOK (Studi Quasi Eksperimental pada Perokok di Desa Kelampaian Ilir) THE EFFECT OF PETUGAS PENGAWAS PEROKOK METHOD TO INCREASE KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND BEHAVIOR OF SMOKER (Quasi Experimental Study in Kelampaian Ilir Village) Ellisa Rahmawati 1, Husaini 2, Nita Pujianti 3 1 Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat 2 Departemen Kesehatan Lingkungan 3 Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan Program Studi kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Univeritas Lambung Mangkurat ellisarahmawati165@gmail.com Abstrak Merokok merupakan kegiatan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh karena rokok mengandung lebih dari 4000 jenis bahan kimia. Berdasarkan data survei pengalaman belajar lapangan mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Lambung Mangkurat tahun 2016, menunjukkan bahwa penduduk merokok atau mengunyah tembakau setiap hari selama 1 bulan terakhir di Desa Kelampaian Ilir merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan 15 desa lain yaitu sebesar 38,4%. Dari 38,4% penduduk tersebut 37,1% memiliki kebiasaan merokok di dalam rumah bersama dengan anggota keluarga lain. Upaya mengatasi permasalahan merokok salah satu dengan memberikan pendampingan terhadap perokok aktif menggunakan metode petugas pengawas perokok. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh penerapan metode petugas pengawas perokok terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku perokok di Desa Kelampaian Ilir. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan metode quasi eksperimental dengan pre and post test nonequivalent control group design. Populasi adalah seluruh perokok aktif di Desa Kelampaian Ilir. Sampel yang diteliti berjumlah 65 orang yang diambil menggunakan teknik purposive sampling Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan blangko isian. Hasil peneltian menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan ada perbedaan nilai pre-test dan post-test pengetahuan (p-value=0,000), sikap (p-value=0,028) dan perilaku (p-value=0,001) setelah penerapan metode pengawas perokok. Terdapat perbedaan post-test pengetahuan (p-value=0,006), sikap (0,035) dan perilaku (pvalue=0,035) pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh penerapan metode petugas pengawas perokok terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku perokok. Kata-kata kunci: rokok, pengetahuan, sikap, perilaku, metode petugas pengawas perokok Abstrak Smoking is a dangerous activity for the healthy condition of the body because cigarette contains more than 4000 different types of chemicals. Based on survey data of field learning experiences students of Public Health, Lambung Mangkurat University 2016, showed that the population who smoked or chewed tobacco every day for the last 1 month in Kelampaian Ilir Village is the highest compared to 15 other villages which equals up to 38.4%. From the 38.4% of the population who smoked, a partial of it which is 37.1% had a habit of smoking in the house along with other family members. One of the efforts to overcome the smoking problem is to provide assistance and guidance to active smokers using the petugas pengawas perokok method. The study aims to explain the effect of the petugas pengawas perokok method to increase knowledge, attitudes, and behavior of smokers in the Kelampaian Ilir Village. This study was analyzed using quantitative method with pre and posttest nonequivalent control group design through quasi-experimental. The population is all active smokers in Kelampaian Ilir Village. The sample was 65 active smokers taken using purposive sampling technique. The research instrument used questionnaires and blank fields. The results showed there 1

2 were different result of pre-test and posttest to the group which experienced the petugas pengawas perokok method with knowledge (p-value = 0,000), attitude (p-value = 0,028), and behavior (0.001). There were different post-test of knowledge (p-value = 0,006), attitude (0,035), and behavior (p-value = 0,035) in control group and experimental group. The conclusion of this research there is influence of application of petugas pengawas perokok method to increase knowledge, attitude and behavior of smoker. Keywords: cigarette, knowledge, attitude, behavior, petugas pengawas perokok method PENDAHULUAN Merokok merupakan kegiatan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh karena rokok mengandung lebih dari 400 jenis bahan kimia (1). Merokok merupakan faktor risiko dari beberapa penyakit antara lain penyakit kardiovaskular, penyakit serebrovaskuler, impotensi, berbagai jenis kanker yang diseabkan oleh berbagai bahan kimia atau partikel yang ada di dalam asap roko tersebut (2). The Global Adult Tobacco Survey (GATS) Atlas tahun 2015 menunjukkan jumlah perokok usia di atas 15 tahun di Indonesia menduduki peringkat pertama pada perokok laki-laki yaitu 57% sedangkan prevalensi perokok dewasa perempuan usia di atas 15 tahun sebesar 3% tertinggi ketiga di Asia Tenggara setelah Filipina dan Thailand (3). Hasil Riskesdas 2013 menujukkan penduduk merokok Kalimantan Selatan usia 10 tahun adalah sebesar 22,1%. Sementara itu rata-rata jumlah konsumsi batang rokok penduduk usia 10 tahun Kalimantan Selatan menempati urutan kedua setelah Bangka Belitung yaitu sebesar 16,7 (4). Sebesar 77,9% perokok di Kabupaten Banjar merokok di dalam rumah bersama anggota rumah tangga. Menurut data survei pengalaman belajar lapangan mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Lambung Mangkurat tahun 2016, menunjukkan bahwa jumlah perokok di Desa Kelampaian Ilir merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan 15 desa lain yaitu sebesar 38,4% penduduk merokok atau menguyah tembakau setiap hari selama 1 bulan terakhir. Dari 38,4% penduduk yang merokok tersebut 37,1% memiliki kebiasaan merokok di dalam rumah bersama dengan anggota keluarga lain (5). Upaya mengatasi permasalahan merokok tersebut salah satunya dengan memberikan pendampingan terhadap perokok aktif menggunakan metode petugas pengawas perokok yang merujuk kepada pengawas menelan obat (PMO) pada penderita TBC (6). Pembentukan pengawas merokok di dalam rumah tangga dalam kegiatan pengalaman belajar lapangan mahasiswa kesehatan masyarakat tahun 2016 di Desa Tajau Mulya Kabupaten Tanah Laut Kecamatan Batu Ampar Kalimantan Selatan menunjukkan terjadi penurunah jumlah perokok yang merokok di dalam rumah tangga dengan persentase sebesar 74,5%. Sebelum pengawasan diketahui perokok yang merokok di dalam rumah sebesar 55 orang (100%), sedangkan setelah pengawasan jumlah perokok yang merokok dalam rumah berkurang menjadi 14 orang (25,5%) (7). Berdasarkan hal di atas maka dilakukan penelitan untuk mengetahui pengaruh metode petugas pegawas perokok terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku perokok di Desa Kelampaian Ilir. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental dengan pre and post test nonequevalent control group design. Populasi dalam penelitan ini adalah seluruh perokok aktif di Desa Kelampaian Ilir. Sampel yang diteliti berjumlah 65 orang perokok aktif yang dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon dan uji Mann Whitney dengan derajat kepercayaan 95%. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Univariat Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh distribusi frekuensi pengetahuan, sikap dan perilaku perok pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol disajikan pada tabel 1 berikut ini. 2

3 Tabel 1. Distribusi frekuensi data pengetahuan, sikap dan perilaku perokok di Desa Kelamapaian Ilir Kelompok Perlakuan Kategori Pre-test Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%) Baik 15 46,9% 24 75,0% Kurang 17 53,1% 8 25,0% Baik 15 46,9% 21 65,6% Kurang 17 53,1% 11 34,4% Baik 13 40,6% 25 78,1% Kurang 19 59,4% 7 21,9% Kelompok Kontrol Baik 16 48,5% 17 51,5% Kurang 17 51,5% 16 48,5% Baik 14 42,4% 14 42,4% Kurang 19 57,6% 19 57,6% Baik 17 51,5% 17 51,5% Kurang 16 48,5% 16 48,5% Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2017 Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa dari 32 responden kelompok perlakuan sebelum (pre-test) penerapan metode petugas pengawas perokok terdapat 15 responden (46,9%) memiliki pengetahuan baik dan 17 responden (53,1%) memiliki pengetahuan kurang. Kemudian sesudah (post-test) penerapan metode petugas pengawas perokok meningkat menjadi 24 responden (75,0%) memiliki pengetahuan baik dan 8 responden (25,0%) memiliki pengetahuan kurang. Sedangkan pada kelompok kontrol dari 33 responden, sebelum (pre-test) penelitian terdapat 16 orang (48,5%) memiliki tingkat pengetahuan baik dan 17 orang memiliki tingkat pengetahuan kurang. Kemudian sesudah (post-test) dilakukan penelitian diketahui 17 responden (51,5%) memiliki tingkat pengetahuan baik dan 16 responden (48,5%) memiliki tingkat pengetahuan kurang. Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa dari 32 responden pada kelompok perlakuan pada saat sebelum (pre-test) penerapan metode petugas pengawas perokok terdapat 15 responden (46,9%) memiliki sikap baik dan 17 responden (53,1%) memiliki sikap kurang. Sesudah (post-test) penerapan metode petugas pengawas perokok sikap perokok meningkat menjadi 21 responden (65,6%) memiliki sikap baik dan 11 responden (34,4%) memiliki sikap kurang. Sedangkan pada kelompok kontrol dari 33 responden sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) penelitian sikap perokok tidak mengalami peningkatan yaitu 14 responden (42,4%) memiliki sikap baik dan 19 responden (57,6%) memiliki sikap kurang. Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa dari 32 responden pada kelompok perlakuan sebelum (pre-test) penerapan metode petugas pengawas perokok terdapat 13 responden (40,6%) memiliki perilaku baik dan 19 responden (59,4%) memiliki perilaku kurang. Sesudah (posttest) penerapan metode petugas pengawas perokok perilaku perokok meningkat menjadi 25 responden (78,1%) memiliki perilaku baik dan 7 responden (21,9%) memiliki perilaku kurang. Sedangkan pada kelompok kontrol dari 33 responden sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) penelitian tidak mengalami perubahan yaitu 17 responden (51,5%) memiliki perilaku baik dan 16 responden (48,5%) memiliki perilaku kurang. Selama 6 bulan masa penelitian, jumlah konsumsi rokok responden setiap hari pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dilakukan pendataan dengan mengisi blanko isian. Hasil pendataan konsumsi rokok per hari kemudian dijumlahkan setiap bulan, dan dirata-ratakan. Arah perubahan perilaku positif jika terjadi penurunan rata-rata konsumsi rokok per bulan. Berdasarkan analisis blangko isian didapatkan bahwa arah perubahan perilaku responden pada kelompok perlakuan positif hal ini dapat dilihat dari penurunan rata-rata batang rokok yang dihisap oleh 32 responden pada kelompok perlakuan yaitu 418,0 batang pada bulan pertama, 353,0 batang pada bulan kedua, 327,4 batang pada bulan ketiga, 288,6 batang pada bulan keempat, 247,3 pada bulan kelima dan 200,4 batang pada bulan keenam. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak terjadi penurunan jumlah konsumsi rokok. Adapun rata-rata konsumsi rokok pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol disajikan pada gambar 1 berikut. 3

4 Rata-rata Konsumsi Rokok Perlakuan Kontrol Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Gambar 1. Rata-rata Konsumsi Rokok Responden B. Analisis Bivariat 1. Pengaruh metode petugas pengawas perokok terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku perokok Analisis ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap varibel dependen yaitu pengetahuan, sikap dan perilaku perokok. Uji yang digunakan adalah uji Wilcoxon karena jenis data tidak berdistribusi normal. Hasil uji Wilcoxon antara metode petugas pengawas perokok dengan pengetahuan, sikap dan perilaku perokok dapat dilihat pada tabel 2 berikut. Tabel 2. Hasil Uji Wilcoxon variabel pengetahuan, sikap dan perilaku perokok setelah penerapan metode petugas pengawas perokok Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol Tes Normality Uji Wilcoxon Tes Normality Uji Wilcoxon Pre-test 0,323 0,009 0,000 0,005 0,020 0,317 Pre-test 0,012 0,001 0,028 0,092 0,001 0,102 Pre-test 0,002 0,057 0,000 0,100 0,044 0,317 Sumber: Data primer penelitian tahun 2017 Berdasarkan tabel 2 hasil uji Wilcoxon pada kelompok perlakuan menunjukkan bahwa Ho ditolak (sig<0,05) artinya terdapat perbedaan pengetahuan sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) penerapan metode petugas pengawas perokok. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Putri (2014), bahwa terdapat perbedaan tingkat pengetahuan perokok sebelum dan sesudah penerapan metode petugas pengawas perokok (p-value=0,000) (8). Peningkatan pengetahuan dan pemahaman perokok tentang rokok dapat terjadi akibat proses pemberian informasi melalui pendidikan kesehatan. Salah satu tugas dari petugas pengawas perokok adalah memberikan pendidikan kesehatan kepada perokok sesuai informasi yang terdapat pada buku panduan petugas pengawas perokok. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Nrarumaya (2013), dari 40 responden terdapat 33 responden (82,5%) yang mengalami peningkatan pengetahuan setelah mendapatkan pendidikan (9). Sedangkan hasil uji Wilcoxon pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa Ho diterima (sig>0,05) artinya tidak terdapat perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan penelitian. Hal ini disebabkan kelompok kontrol tidak diberikan intervensi sehingga tidak ada pengaruh sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) penelitian dilakukan (10). 4

5 Berdasarkan tabel 2 hasil uji Wilcoxon pada kelompok perlakuan menunjukkan bahwa Ho ditolak (sig<0,05) artinya terdapat perbedaan sikap sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) penerapan metode petugas pengawas perokok pada kelompok perlakuan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Putri (2014), bahwa terdapat perbedaan sikap perokok sebelum dan sesudah penerapan metode petugas pengawas perokok (p-value=0,025) (8). yang semakin baik dapat mempengaruhi sikap menjadi lebih baik. Adanya perubahan pengetahun perokok turut mengubah sikap perokok. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Santi (2013), terdapat hubungan antara pengetahuan tentang rokok dengan sikap terhadap bahaya merokok pada siswa SMK Batik 1 Surakarta. yang positif terhadap perilaku merokok akan cenderung membuat niat perokok untuk berhenti merokok rendah. Sebaliknya sikap negatif terhadap perilaku merokok akan cenderung membuat niat seseorang untuk berhenti merokok tinggi (11). Sedangkan pada kelompok kontrol hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa Ho diterima (sig>0,05) artinnya tidak terdapat perbedaan sikap sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) penerapan metode petugas pengawas perokok pada kelompok perlakuan. Berdasarkan tabel 2 hasil uji Wilcoxon pada kelompok perlakuan menunjukkan bahwa Ho ditolak (sig<0,05) artinya terdapat perbedaan perilaku sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) penerapan metode petugas pengawas perokok pada kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol hasil uji Wilcoxon menujukkan bahwa Ho diterima (sig>0,05) artinya tidak ada perbedaan perilaku sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) dilakukan penelitian metode petugas pengawas perokok. Salah satu indikator perubahan perilaku positif pada responden adalah tidak merokok di dalam rumah bersama anggota keluarga. Berdasarkan analisis hasil kuesioner sebelum penerapan metode petugas pengawas perokok pada kelompok perlakuan terdapat 24 responden (87,5%) merokok di dalam rumah bersama anggota keluarga. Setelah penerapan metode petugas pengawas perokok hanya terdapat 10 responden (31,3%) merokok di dalam rumah bersama anggota keluarga lain. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perubahan perilaku perokok ke arah positif pada kelompok perlakuan setelah penerapan metode petugas pengawas perokok. Penyebab perubahan perilaku positif adalah karena perokok mendapatkan tambahan pengetahuan melalui pemberian pesan-pesan kesehatan dari petugas pengawas rokok setiap harinya. Teori perubahan perilaku menyatakan bahwa perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru mengikuti tahap-tahap perubahan pengetahuan (knowledge) sikap (attitude) praktek (practice). Adopsi perilaku yang didasari pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif terhadap stimulus akan membentuk perilaku baru yang mampu bertahan lama (12). 2. Perbedaan mean pengetahuan, sikap dan perilaku perokok pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol Analisis bivariat ini dilakukan untuk melihat perbedaan rata-rata post-test kelompok perlakuan terhadap post-test kelompok kontrol. Uji yang digunakan adalah uji Mann Whitney karena jenis data tidak berdistribusi normal. Hasil uji Man Whitney antara post-test pengetahuan, sikap dan perilaku kelompok perlakuan dengan post-test pengetahuan, sikap dan perilaku kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 3 berikut. Tabel 3. Hasil Uji Mann Whitney perbedaan post-test pengetahuan, sikap dan perilaku perokok pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol Variabel Kelompok Mean Perlakuan Kontrol 39,48 26,71 Perlakuan 37,98 Kontrol 28,17 Perlakuan 37,89 Kontrol 28,26 Sumber: Data primer penelitian tahun 2017 Tes Normality Uji Mann Whitney 0,002 0,006 0,001 0,035 0,006 0,035 Berdasarkan tabel 3 hasil uji Mann Whitney menujukkan bahwa Ho diterima (sig<0,05) artinya terdapat perbedaan hasil post-test tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku antara kelompok 5

6 perlakuan dan kelompok kontrol. Dari hasil analisa tersebut dapat menjelaskan bahwa metode petugas pengawas perokok efektif untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku perokok. Penelitian ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Rafi I dkk (2013), bahwa metode pendampingan lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang pola asuh pada balitanya. Metode petugas pengawas perokok merupakan sebuah metode pendampingan kepada perokok yang dilakukan oleh orang yang dikenal, dipercaya dan disetujui oleh perokok. Selain memiliki tugas mengawasi konsumsi rokok perhari petugas pengawas perokok juga bertugas memberikan pendidikan kesehatan kepada perokok. SIMPULAN 1. Ada pengaruh metode petugas pengawas perokok terhadap peningkatan pengetahuan perokok (p-value=0,000). 2. Ada pengaruh metode petugas pengawas perokok terhadap peningkatan sikap perokok (pvalue=0,028). 3. Ada pengaruh metode petugas pengawas perokok terhadap peningkatan perilaku perokok (pvalue=0,000). SARAN 1. Bagi peneliti selanjutnya disarankan kedua kelompok diberikan intervensi namun terdapat perbedaan dari segi metodenya. Salah satunya dengan pemberian pesan kesehatan melalui sms reminder untuk mengetahui metode mana yang lebih efektif terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku perokok. 2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar dan Puskesmas Astambul sekiranya dapat menerapkan program intervensi ini sebagai upaya promotif dan preventif untuk mengatasi permasalahan perilaku merokok serta mengurangi jumlah perokok aktif di wilayah Kabupaten Banjar. DAFTAR PUSTAKA 1. Cahyono JBSB. Gaya dan penyakit modern. Yogyakarta: Kanisius, Isnawati dan Ernawati D. Assertivitas stakeholder terhadap fatwa haram merokok di SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan 2012; 8 (2): Badan Penelitian Dan Pengembanga Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar Jakarta: Badan Litbangkes Depkes, Badan Penelitian dan Pengemangan Kesehatan. Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat Jakarta: Badan Litbangkes Depkes, Soehartono E, Nurvira GA, Khotimah K, dkk. Implementasi program Zero Wasting But Surplus berbasis Triad System di Desa Kelampaian Ilir tahun Laporan Pelaksanaan Belajar Lapangan. Banjarbaru: Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Lambung Mangkurat. 6. Widyaningsih N. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi praktik pengawas menelan obat (PMO) dalam pengawasan penderita tuberkulosis paru di Kota Semarang. Tesis. Semarang: Program Pascasarjana UNDIP, Selamat, Riadi I, Nisa A dkk. Penanggulangan perilaku merokok di dalam rumah melalui pengawasan merokok di dalam rumah (PMDR) oleh ibu rumah tangga di Desa Tajau Mulya Tahun Laporan Pelaksanaan Belajar Lapangan II. Banjarbaru: Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Lambung Mangkurat, Putri AO. Perbedaan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pada perokok sebelum dan sesudah penerapan metode petugas pengawas perokok. Karya Tulis Ilmiah Kesehatan Masyarakat. Banjarbaru: Universitas Lambung Mangkurat, Ndarumaya T. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan merokok pada anak usia sekolah di RW 07 Kelurahan Sawah Besar Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang, Sugiyono. Statistik untuk penelitian. Bandung: Alfabeta, Santi. Hubungan pengetahuan tentang rokok dengan sikap terhadap bahaya merokok pada siswa SMK Batik 1 Surakarta. Naskah Publikasi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, Azwar S. dan perilaku. manusia teori dan pengukurannya (Edisi 2). Yogyakarta: Pustaka Pelajar,