Jurnal SAINSTECH Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : Volume 4 Nomer 2 Desember 2017

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal SAINSTECH Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : Volume 4 Nomer 2 Desember 2017"

Transkripsi

1 IMPLIKASI PENGGUNAAN DANA DESA TERHADAP KETAHANAN SOSIAL, EKONOMI, DAN EKOLOGI DESA TERTINGGAL DI KABUPATEN KARANGANYAR Riyanto., Junaedi Politeknik Indonusa Surakarta ABSTRAK Untuk mendukung pembangunan di desa, pemerintah telah menyalurkan dana desa kepada pemerintahan desa. Dana desa tersebut telah disalurkan oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Setelah disalurkan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT) bertugas mengawal prioritas penggunaan dana desa agar sesuai dengan Peraturan Menteri yang telah ditetapkan. Penggunaan dana desa untuk pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan masyarakat desa, sehingga ketahanan sosial, ekonomi dan ekologi masyarakat desa semakin baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan dana desa dan pengaruhnya terhadap ketahanan sosial, ekonomi dan ekologi desa tertinggal di Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah desa-desa tertinggal di Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Sumber data berasal dari data primer dan sekunder dan metode analisis data mennggunakan analisis kualitatif dan paired samples t-test. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan dana desa di desa-desa tertinggal sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku dengan prioritas pembangunan infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa penggunaan dana desa berimplikasi positif terhadap ketahanan sosial, ekonomi dan ekologi desa. Kesepuluh desa tertinggal di Kabupaten Karanganyar saat ini statusnya sudah meningkat menjadi desa berkembang. Kata kunci: penggunaan dana desa, ketahanan sosial, ketahanan ekonomi, ketahanan ekologi I. PENDAHULUAN Paradigma pembangunan nasional telah mengalami perubahan radikal sejak lahirnya Undang-undang Nomor 6/2014 tentang Desa, kemudian diikuti komitmen penuh Pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla untuk menjadikan desa sebagai bagian utama dalam sembilan program prioritas pemerintah (Nawacita). Oleh karena itu dalam kabinet kerja dibentuk kementeria khusus yang menangani masalah desa yaitu Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Menteri Desa, PDT, dan Transmigrasi Marwan Jafar menegaskan membangun Indonesia dari pinggiran, daerah terpencil, dan desa-desa sudah menjadi komitmen kerja pemerintah Jokowi-Jusuf Kalla yang tertuang dalam nawacita ketiga. Kementerian Desa pun menjalankan tugas ini dengan kerja keras, karena saat ini desa dijadikan fokus utama untuk pembangunan nasional. Menurut Menteri Desa, PDT, dan Transmigrasi Marwan Jafar membangun Indonesia dari desa sangat tepat karena jumlah penduduk Indonesia lebih banyak bertempat tinggal di desa. Kemudian potensi-potensi sumber daya alam di desa masih belum dimanfaatkan dengan maksimal. Berdasarkan data BPS tahun 2015 dari jumlah desa di seluruh Indonesia, terdapat 27,23 persen berkategori desa tertinggal, 68,85 persen desa berkembang, dan hanya 3,91% desa maju. Problemnya lagi, pembangunan antara Indonesai Timur dan Indonesia Barat, khususnya Jawa terjadi ketimpangan. Persoalan kemiskinan di perdesaan menjadi penyebab utama perpindahan penduduk dari desa ke kota. Untuk mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi di desa pemerintah meluncurkan program Indeks Desa Membangun (IDM). Penerapan Indeks Desa Membangun (IDM) untuk memberikan perspektif yang komperhensif dalam mengatasi persoalan yang muncul di pedesaan. Dengan begitu, hal ini dapat dijadikan rujukan dalam menjalankan program pembangunan nasional yang dimulai dari desa. IDM ini bertujuan memperkuat pencapaian kinerja pemerintah, utamanya terkait pembangunan desa dan kawasan perdesaan sebagaimana yang tertuang 1

2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Dengan merujuk IDM, upaya mengentaskan desa tertinggal dan meningkatkan jumlah desa mandiri semakin terarah dan terencana. IDM meletakkan prakarsa dan penguatan kapasitas masyarakat sebagai basis utama dalam proses kemajuan dan pemberdayaan desa. Indeks desa tersebut, mengedepankan pendekatan yang bertumpu kepada kekuatan sosial, ekonomi dan ekologi, tanpa melupakan kekuatan politik, budaya, sejarah, dan kearifan lokal. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi juga meluncurkan tiga program untuk meminimalisasi angka urbanisasi yang diperkirakan naik di kisaran 65 persen pada Program unggulan ini akan dijadikan acuan utama dalam merumuskan kegiatankegiatan prioritas setiap tahun. Program unggulan akan menghasilkan dampak terukur bagi peningkatan kemajuan dan kesejahteraan, dan kemandirian masyarakat desa. Adapun program yang dijadikan andalan atasi kemiskinan, yaitu Jaring Komunitas Wiradesa (JKWD), Lumbung Ekonomi Desa (LED), dan Lingkar Budaya Desa (LBD). Program Jaring Komunitas Wiradesa, diarahkan untuk mengutamakan penguatan kapabilitas manusia sebagai inti pembangunan desa. Dengan demikian, mereka menjadi subjek berdaulat atas pilihan-pilihan yang diambil. Sementara Program Lumbung Ekonomi Desa didesain untuk mendorong muncul dan berkembangnya geliat ekonomi yang menempatkan rakyat sebagai pemilik dan partisipan gerakan ekonomi di desa. Sedangkan Lingkar Budaya Desa sebagai program yang bertujuan untuk mempromosikan pembangunan yang meletakkan partisipasi warga dan komunitas sebagai akar gerakan sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain, Program Unggulan tersebut, menurut Marwan, dikembangkan dengan kerangka kerja yang didasarkan pada penegasan atas lokus pencapaian sasaran pembangunan Desa. Penegasan lokus dimaksudkan adalah pada Desa yang ditetapkan berdasar Indeks Desa Membangun. Di dalam lokus Desa itu terdapat Desa perbatasan, dan kesemuanya ditujukan mencapai target sesuai sasaran dalam RPJMN Untuk mendukung pembangunan di desa, pemerintah telah menyalurkan dana desa kepada pemerintahan desa. Dana desa tersebut telah disalurkan oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Setelah disalurkan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT) bertugas mengawal prioritas penggunaan dana desa agar sesuai dengan Peraturan Menteri yang telah ditetapkan. Berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa, dana desa di tahun 2016 ini digunakan untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan berskala lokal desa bidang Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. Penggunaan dana desa untuk pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan masyarakat desa, sehingga ketahanan sosial, ekonomi dan ekologi masyarakat desa semakin baik. Namun beberapa penelitian menyimpulkan bahwa alokasi dana desa berjalan kurang optimal, hal ini berdasarkan temuan penelitian yang dilakukan oleh Putra, Pratiwi dan Suwondo (2013). Penelitian Azwardi dan Sukanto (2014) menemukan bahwa penyaluran alokasi dana desa belum sesuai dengan peraturan yang berlaku dan tidak mampu mengurangi kemiskinan. Penelitian Darmiasih, Sulindawati, Darmawan (2015) menyimpulkan bahwa alokasi dana desa yang bertahap menyebabkan keterlambatan dalam pelaksanaan program dan faktor penghambat dalam pelaksanaan alokasi dana desa adalah lemahnya sumber daya manusia dan peran partisipasi masyarakat dalam mengawasi dana desa. Pada saat ini sumber dana, penyaluran dan prioritas penggunaan desa, serta pengawasan telah diatur sedemikian rupa oleh pemerintah pusat, sehingga potensi untuk penyalahgunaan dana desa dapat diminimalisir sekecil mungkin. Pada penelitian ini fokus penelitian adalah pada pemanfaatan dana desa di desa tertinggal yang memiliki potensi desa, namun kurang maksimal dalam pengelolaannya sehingga berdampak pada kesejahteraan masyarakat desa yang kurang baik. Desa tertinggal yang menjadi obyek penelitian ini adalah yang berada di Kabupaten Karanganyar, yaitu: 2

3 Tabel 1. Data Desa Tertinggal No Desa IDM Kategori 1 Sukosari 0,4747 Sangat Tertinggal 2 Karangturi 0,4625 Sangat Tertinggal 3 Karangsari 0,5979 Tertinggal 4 Kaliboto 0,5969 Tertinggal 5 Bandardawung 0,5951 Tertinggal 6 Wonolopo 0,5949 Tertinggal 7 Paseban 0,5931 Tertinggal 8 Karangmojo 0,5930 Tertinggal 9 Jatikuwung 0,5897 Tertinggal 10 Plesungan 0,5856 Tertinggal Kesepuluh desa tersebut masuk kategori desa sangat tertinggal dan tertinggal, berdasarkan nilai IDM pada tahun 2015 yang dikeluarkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang penggunaan dana desa yang dialokasikan secara optimal untuk pembangunan sosial, ekonomi dan ekologi masyarakat desa. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah penggunaan dana desa sesuai dengan prioritas penggunaan dana desa tertinggal? 2. Apakah penggunaan dana desa di desa tertinggal dapat meningkatkan ketahanan sosial masyarakat desa tertinggal? 3. Apakah penggunaan dana desa di desa tertinggal dapat meningkatkan ketahanan ekonomi masyarakat desa tertinggal? 4. Apakah penggunaan dana desa di desa tertinggal dapat meningkatkan ketahanan ekologi desa tertinggal? II. KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Penelitian tentang penggunaan dana desa telah dilakukan oleh beberapa peneliti yaitu Putra, Pratiwi dan Suwondo (2013), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sebagian dari dana ADD untuk pemberdayaan masyarakat digunakan untuk biaya operasional pemerintah desa dan BPD sehingga penggunaan ADD tidak sesuai dengan peruntukannya. Faktor pendukung dalam pengelolaan ADD adalah partisipasi masyarakat. Faktor penghambat, kualitas sumber daya manusia dan kurangnya pengawasan langsung oleh masyarakat. Penelitian Azwardi dan Sukanto (2014) menemukan beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini yaitu: penyaluran dana ADD belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Bila dilihat dari jumlah yang disalurkan hingga tahun 2012 belum satu pun yang memenuhi ketentuan yang berlaku (minimal 10% dari dana bagi hasil ditambah pajak dikurangi belanja pegawai). Namun, daerah yang telah melakukan penyaluran ADD menunjukkan peningkatkan, bila tahun 2006 sebesar 35,71%, meningkat menjadi 90% ditahun Alasan yang mengemuka, peraturan tersebut tidak memberikan sanksi terhadap daerah yang tidak menyalurkan ADD. Bila suatu daerah merasa belum mampu untuk menganggarkan ADD pemerintah provinsi maupun pusat tidak bisa melakukan tindakan (sanksi). Hasil regresi sederhana menunjukkan adanya pengaruh yang negatif antara ADD terhadap tingkat kemiskinan, demkian juga hasil simulasi ADD minal 10% terhadap terhadap kemiskinan pun menunjukkan hubungan yang negatif. Penelitian Darmiasih, Sulindawati, Darmawan (2015) menunjukkan bahwa mekanisme penyaluran Alokasi dana Desa (ADD) dalam APBDesa dilakukan secara bertahap yaitu tahap I, II, III, dan IV. Namun terdapat keterlambatan pencapaian program yang direncanakan oleh desa karena dalam pencairan Alokasi Dana Desa (ADD) dilakukan secara bertahap dan faktor penghambat lemahnya pelaksanaan Alokasi dana Desa (ADD) karena kualitas sumber daya manusia dan peran masyarakat serta pengawasaan pengelolaan Alokasi dana Desa (ADD) dilakukan oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai pengawas controling. Artinya untuk menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa. Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) terhadap pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) telah dilaksanankan semaksimal mungkin sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang di tandai dengan pembangunan infrastuktur desa Tri Eka Buana yang bersumber dari Alokasi Dana Desa (ADD) Desa Tri Eka Buana. Ahmad (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat beda porsi realisasi belanja pembangunan bidang kesehatan di APBD kota/kabupaten di Sumatera Barat antara sebelum dan sesudah desentralisasi fiskal. Terdapat peningkatan 3

4 porsi belanja pembangunan dalam realisasi APBD Kabupaten/Kota di Sumatera Barat setelah diterapkannya desentralisasi fiskal dan desentralisasi bidang kesehatan pada tahun 2001 dan hanya variabel PDRB yang secara statistis berpengaruh negatif secara signifikan terhadap angka kematian bayi. Sedangkan variabel desentralisasi fiskal bidang kesehatan dan jumlah tenaga medis secara statistis tidak berpengaruh signifikan terhadap angka kematian bayi. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa alokasi dana desa berjalan kurang optimal, penyaluran alokasi dana desa belum sesuai dengan peraturan yang berlaku dan tidak mampu mengurangi kemiskinan, alokasi dana desa yang bertahap menyebabkan keterlambatan dalam pelaksanaan program dan faktor penghambat dalam pelaksanaan alokasi dana desa adalah lemahnya sumber daya manusia dan peran partisipasi masyarakat dalam mengawasi dana desa. Perbedaan penelitian ini dengan ketiga penelitian di atas adalah pada pemerintahan yang berbeda, sehingga dasar hukum, mekanisme, prosedur penyaluran dan penggunaan juga berbeda. Kemudian pada penelitian ini metode dan variabel yang diteliti juga berbeda sehingga dapat lebih terperinci dalam menemukan permasalahan yang terjadi dalam penggunaan dana desa serta implikasi terhadap pembangunan desa, baik dari segi sosial, ekonomi maupun ekologi desa. Indeks Desa Membangun Indeks Desa Membangun (IDM) merupakan ukuran untuk tingkat perkembangan desa yang dikembangkan oleh Ditjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PPMD), Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. IDM dikembangkan dalam kaitan penajaman fokus dan lokus dalam pengembangan program prioritas (program unggulan dan kegiatan prioritas) yang berdasarkan 3 pendekatan yang disebut sebagai pilar Desa Membangun Indonesia, yaitu: 1. Jaring Komunitas Wiradesa, untuk memperkuat kualitas manusia dengan memperbanyak kesempatan dan pilihan dalam upaya penduduk desa menegakkan hak dan martabatnya, serta peningkatan memajukan kesejahteraan mereka, baik sebagai individu, keluarga, maupun kolektivitas warga desa. 2. Lumbung Ekonomi Desa, potensi sumber daya di desa bias dikonversi menjadi ekonomi yang di dalamnya melibatkan adanya modal, organisasi ekonomi, ada nilai tambah yang mensejahterakan secara ekonomi. 3. Lingkar Budaya Desa, gerakan pembangunan desa haruslah dilakukan secara kolektivisme, di dalamnya terdapat kebersamaan, persaudaraan, dan kesadaran mau melakukan perubahan melampaui panggilan pribadi. Sebagai basis data, IDM disusun dengan menggunakan data Podes tahun 2015 yang terdiri dari 3 (tiga) dimensi yaitu: 1) sosial, 2) ekonomi, dan 3) ekologi/budaya. Ketiga dimensi terdiri dari variabel, dan setiap variable diturunkan menjadi indikator operasional. Jumlah variabel dalam IDM sebanyak 22 variabel dan indikator sebanyak 52 indikator. IDM mengklasifikasi Desa dalam lima (5) status, yakni: 1. Desa Sangat Tertinggal (nilai IDM < 0,491), 2. Desa Tertinggal (nilai 0,491< IDM < 0,599), 3. Desa Berkembang (nilai 0,599 < IDM < 0,707), 4. Desa Maju (nilai 0,707 < IDM < 0,815), dan 5. Desa Mandiri (nilai IDM > 0,815). Berdasarkan tinjauan atas aturan hukum di atas penggunaan dana desa sudah diatur sedemikian rupa untuk meningkatkan pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat, namun penggunaan dana memerlukan pengawasan baik dari BPD maupun warga desa, sehingga penggunaannya dapat memberikan manfaat nyata bagi seluruh warga desa, baik dari segi social kemasyarakatan, kesejahteraan ekonomi, maupun perbaikan ekologi atau lingkungan desa. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H 1 = Penggunaan dana desa berpengaruh terhadap ketahanan sosial masyarakat desa tertinggal 4

5 H 2 = Penggunaan dana desa berpengaruh terhadap ketahanan ekonomi masyarakat desa tertinggal H 3 = Penggunaan dana desa berpengaruh terhadap ketahanan ekologi desa tertinggal III. METODE PENELITIAN Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah desa-desa tertinggal di Kabupaten Karanganyar. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Sugiyono, 2009). Sampling adalah cara yang digunakan dalam mengumpulkan sampel penelitian. Sampling dalam penelitian ini dengan menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kritera yaitu desa-desa di Kabupaten Karanganyar yang masuk kategori: 1. Desa sangat tertinggal dan desa tertinggal berdasarkan IDM yang dikeluarkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. 2. Telah menyerahkan dokumen Peraturan Desa tentang APB Desa tahun 2015 dan Telah menerima dana desa dari pemerintah pusat tahun 2015 dan Telah menyerahkan laporan realisasi penggunaan dana desa 2015 dan 2016 Data dan Sumber data Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah data hasil wawancara dengan para informan yang mengetahui penggunaan dana desa. Adapun informan dalam penelitian ini adalah kepala desa, bendahara desa, pendamping desa dan perwakilan warga desa. Data sekunder dalam penelitian ini digunakan menjawab perumusan permasalahan dalam penelitian ini meliputi: 1. Perda tentang APBD tahun 2015 dan 2016; 2. Peraturan Bupati/ Walikota tentang tata cara pembagian dan penetapan rincian Dana Desa; 3. Laporan realisasi penyaluran dan konsolidasi penggunaan Dana Desa tahun 2015 dan 2016; 4. Peraturan Desa tentang APB Desa tahun 2015 dan 2016; 5. Laporan realisasi penggunaan Dana Desa tahun 2015 dan Indeks Desa Membangun Tahun 2015 dan Tahun Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Untuk memperjelas arah penelitian, variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan di definisikan dan dijelaskan pengukurannya. Adapun definisi dan pengukuran variabelnya adalah sebagai berikut: 1. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Untuk menganalisis penggunaan dana desa dilakukan dengan membandingkan antara peraturan desa tentang APB desa dengan realisasi penggunaan dana desa pada desa tertinggal di Kabupaten Karanganyar. 2. Indeks Desa Membangun, merupakan indeks komposit yang dibentuk dari Indeks Ketahanan Sosial, Indeks Ketahanan Ekonomi dan Indeks Ketahanan Ekologi Desa. a. Indeks Ketahanan Sosial (IKS) terdiri dari 4 dimensi yaitu dimensi modal sosial, kesehatan, pendidikan dan permukiman, yang terdiri dari 14 indikator dan diukur dengan skala 0 sampai 5, semakin tinggi skor mencerminkan tingkat keberartian. b. Indeks Ketahanan Ekonomi (IKE) terdiri dari satu dimensi yaitu dimensi ekonomi yang terdiri dari 6 indikator dan diukur dengan skala 0 sampai 5, semakin tinggi skor mencerminkan tingkat keberartian. c. Indeks Ketahanan Ekologi (IKL) terdiri dari satu dimensi yaitu dimensi ekologi yang terdiri dari 2 indikator dan diukur dengan skala 0 sampai 5, semakin tinggi skor mencerminkan tingkat keberartian. Penghitungan Indeks Desa Membangun dihasilkan dari rata-rata Indeks Ketahanan Sosial, Indeks Ketahanan Ekonomi dan Indeks 5

6 Ketahanan Lingkungan yang dihitung dengan rumus: IDM = (IKS + IKE + IKL) Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Untuk menjawab perumusan masalah pertama dengan teknik kualitatif yaitu dengan membandingkan realisasi penggunaan dana desa di desa tertinggal dengan peraturan menteri, peraturan bupati dan peraturan tentang penggunaan dana desa. Untuk menjawab perumusan masalah kedua, ketiga, dan keempat dengan analisis kuantitatif dengan metode komparatif menggunakan teknik statistic uji beda dua rata-rata untuk sampel berpasangan. Teknik ini menguji penggunaan dana desa terhadap indeks ketahanan sosial (IKS), indeks ketahanan ekonomi (IKE) dan indeks ketahanan ekologi/lingkungan (IKL). IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Peraturan tentang penggunaan dana desa Penggunaan dana desa saat ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN, Pasal 1, ayat 2 : Dana Desa adalah Dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Selanjutnya dalam pasal 6 disebutkan bahwa Dana Desa tersebut ditransfer melalui APBD kabupaten/kota untuk selanjutnya ditransfer ke APB Desa. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 pasal 19, ayat 1, Dana Desa digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat dan kemasyarakatan. Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diprioritaskan untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Pada pasal 20, Penggunaan Dana Desa mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana Kerja Pemerintah Desa. Berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa. Dana desa di tahun 2016 ini digunakan untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan berskala lokal desa bidang Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. Pada bidang pembangunan desa ditujukan untuk untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan, prioritas penggunaan dana desa diarahkan untuk pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan desa, meliputi : a. Pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan infrasruktur atau sarana dan prasarana fisik untuk penghidupan, termasuk ketahanan pangan dan permukiman; b. pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kesehatan masyarakat; c. Pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan, sosial dan kebudayaan; d. Pengembangan usaha ekonomi masyarakat, meliputi pembangunan dan pemeliharaan sarana prasarana produksi dan distribusi; atau e. Pembangunan dan pengembangan saranaprasarana energi terbarukan serta kegiatan pelestarian lingkungan hidup. Berdasarkan peraturan dari Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa di tahun Pedoman pengelolaan dana transfer kepada desa di Kabupaten Karanganyar di atur melalui Peraturan Bupati (Perbup) Kabupaten Karanganyar. Adanya peraturan bupati ini sebagai pedoman bagi desa dalam menyusun APB Desa. 2. Realisasi Peyaluran dan Penggunaan Dana Desa Pada bagian ini akan mejelaskan penggunaan dana desa yang dilakukan oleh desa-desa sangat tertinggal dan desa tertinggal. Penggunaan dana desa pada tahun 2015 sebagian besar dimanfaatkan untuk pelaksanaan pembangunan infrastruktur, kecuali desa Kaliboto dan desa Plesungan lebih banyak digunakan untuk bidang 6

7 penyelenggaraan pemerintahan. Pembangunan infrastruktur yang dilakukan dengan menggunakan dana desa meliputi betonisasi jalan, pembangunan talud, pembangunan drainase, pembangunan saluran air, perbaikan aspal, pembangunan RTLH dan pembangunan jamban serta lain sebagainya. Pelaksanaan pembangunan di 10 desa mencapai Rp ; kemudian disusul bidang penyelenggaraan pemerintah dengan menggunakan dana desa sebesar Rp , diikuti bidang pemberdayaan masyarakat sebesar Rp dan bidang pembinaan kemasyarakatan sebesar Rp Realisasi penggunaan dana desa pada tahun 2015 yang dilakukan oleh desa-desa kategori tertinggal sudah sesuai dengan prioritas penggunaan dana desa yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu untuk Pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan infrasruktur atau sarana dan prasarana fisik untuk penghidupan, termasuk ketahanan pangan dan permukiman. Penggunaan dana desa pada tahun 2016 sebagian besar masih dimanfaatkan untuk pelaksanaan pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur yang dilakukan dengan menggunakan dana desa pada tahun meliputi betonisasi jalan, pembangunan talud, pembangunan drainase, pembangunan saluran air, perbaikan aspal, pembangunan RTLH, pembangunan jamban dan lain sebagainya. Pelaksanaan pembangunan di 10 desa mencapai Rp ; kemudian disusul bidang pemberdayaan masyarakat sebesar Rp , diikuti bidang pembinaan kemasyarakatan sebesar Rp dan yang paling sedikit bidang penyelenggaraan pemerintah dengan menggunakan dana desa sebesar Rp Berdasarkan data menunjukkan bahwa penerimaan dana desa dari tahun 2015 ke tahun 2016 mengalami peningkatan. penyaluran dana desa yang diterima oleh desa-desa tertinggal di Kabupaten Karanganyar dari tahun 2015 ke tahun 2016 dengan rata-rata kenaikan sebesar 124,64%. Peningkatan penyaluran tertinggi dari dana desa diterima oleh desa Karangsari dari Kecamatan Jatiyoso yaitu sebesar 126,47% atau dari dana desa yang diterima tahun 2015 sebesar Rp menjadi Rp pada tahun Sedangkan peningkatan terendah diterima desa Bandardawung Kecamatan Tawangmangu yaitu 123,57% dari Rp pada tahun 2015 meningkat menjadi Rp pada tahun Indeks Desa Membangun Indeks Desa Membangun (IDM) merupakan ukuran untuk tingkat perkembangan desa yang dikembangkan oleh Ditjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PPMD), Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. IDM dikembangkan dalam kaitan penajaman fokus dan lokus dalam pengembangan program prioritas (program unggulan dan kegiatan prioritas) yang berdasarkan 3 pendekatan yang disebut sebagai pilar Desa Membangun Indonesia, yaitu jaring komunitas wiradesa, lumbung ekonomi desa dan lingkar budaya desa. Indeks Desa Membangun pada tahun 2015 dan 2016 desa-desa dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2. IDM Tahun 2015 Pada tahun 2015 menunjukkan bahwa IDM dua desa yaitu desa Sukosari dan Karangturi di bawah 0,491, sehingga masuk kategori desa Sangat Tertinggal dan delapan desa mempunyai IDM di bawah 0,599 berarti masuk daerah Tertinggal yaitu desa Karangsari, Kaliboto, Bandardawung, Wonolopo, Paseban, Karangmojo, Jatikuwung dan Plesungan. Pada tahun 2016 setelah ada peningkatan rata-rata dana desa sebesar 124,64% dan dialokasikan pembangunan infrastruktur dengan proporsi terbesar maka ada peningkatan IDM dan status desa seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3 IDM Tahun

8 Pada tabel 3 menunjukkan bahwa berdasarkan nilai IDM pada tahun 2016 desa-desa yang selama ini masuk desa tertinggal sudah meningkat statusnya menjadi desa Berkembang, hal ini dikarenakan adanya peningkatan infrastruktur desa yang telah dikerjakan dengan menggunakan dana desa. Berdasarkan pada data-data tersebut terlihat bahwa perubahan terbesar terjadi pada Indeks Ketahanan Sosial (IKS) yaitu sebesar 12,42% dari 0,648 pada tahun 2015 naik menjadi 0,728 pada tahun 2016, kemudian diikuti Indeks Ketahanan Lingkungan (IKL) atau ekologi sebesar 11,31% dari 0,593 tahun 2015 naik menjadi 0,660 pada tahun 2016, sedangkan Indeks Ketahanan Ekonomi mengalami kenaikan terendah yaitu sebesar 7,34% dari 0,464 pada tahun 2015 menjadi 0,498 pada tahun Hal ini dikarenakan selama dua tahun terakhir alokasi dana desa diprioritaskan untuk pembangunan infrastruktur dan sarana dan prasarana lingkungan di desa. 4. Hasil Uji Hipotesis Pada data diatas menunjukkan bahwa ada peningkatan indeks desa membangun dari tahun 2015 ke tahun Peningkatan tersebut menyebabkan pada peningkatan status desa, dari desa tertinggal menjadi desa berkembang. Untuk mengetahui apakah peningkatan tersebut signifikan secara statistic, akan diuji menggunakan uji Paired Sample T-Test. Hasil Uji Paired Sample t-test dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4. Hasil Uji T Test Variabel Mean Difference t sign Kesimpulan IKS 0,0806 3,851 0,004 H 1 diterima IKE 0,0341 6,161 0,000 H 2 diterima IKL 0,0669 2,859 0,019 H 3 diterima IDM 0,0607 4,351 0,002 Sumber: data diolah, Pembahasan a. Penggunaan Dana Desa Dasar hukum Penggunaan dana desa di Kabupaten Karanganyar mengacu pada peraturan-peraturan yang berlaku diantaranya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa; Peraturan dari Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa di tahun 2016; Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 132 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 133 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Transfer Kepada Desa. Berdasarkan dasar hukum tersebut penggunaan dana desa tahun 2015 dan 2016 diprioritas pada pembangunan infrastruktur dan sarana dan prasarana desa. Ada empat aspek alokasi penggunaan dana desa yaitu Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan, Bidang Pelaksanaan Pembangunan, Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Bidang Pembinaan Kemasyarakatan. Berdasarkan data-data di atas menunjukkan bahwa bahwa penggunaan dana desa pada tahun 2015 dan 2016 sebagian besar dimanfaatkan untuk pelaksanaan pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur yang dilakukan dengan menggunakan dana desa meliputi betonisasi jalan, pembangunan talud, pembangunan drainase, pembangunan saluran air, perbaikan aspal, pembangunan RTLH dan pembangunan jamban dan lain sebagainya. Hal ini berarti penggunaan dana desa di desa-desa tertinggal telah dilakukan berdasarkan peraturan yang berlaku. b. Implikasi Penggunaan Dana Desa Terhadap Ketahanan Sosial, Ekonomi dan Ekologi Desa Implikasi penggunaan dana desa pada desa-desa tertinggal di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2015 dan 2016 dianalisis dengan menggunakan uji beda. Hasil analisis dengan menggunakan uji beda pada Indeks Ketahanan Sosial (IKS) menunjukkan bahwa penggunaan dana berpengaruh signifikan pada Ketahanan Sosial masyarakat desa. Ketahanan sosial meliputi dimensi modal sosial, kesehatan, pendidikan 8

9 dan permukiman. Hal ini berarti penggunaan dana desa mampu meningkatkan ketahanan sosial masyarakat desa, karena alokasi penggunaan dana desa pada tahun 2016 semakin besar dibandingkan tahun 2015 dan di prioritaskan pada pembangunan infrastruktur seperti betonisasi jalan, perbaikan sarana kesehatan, pendidikan dan permukiman. Hasil analisis terhadap Indeks Ketahanan Ekonomi juga menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada tahun 2015 dan Hal ini berarti penggunaan dana desa berpengaruh positif terhadap ketahanan ekonomi masyarakat desa. Pembangunan insfrastruktur jalan seperti betonisasi dan pengaspalan jalan memudahkan akses bagi kegiatan ekonomi masyarakat desa seperti ke pusat perbelanjaan, angkutan umum dan lembaga keuangan. Hasil analisis terhadap indeks Ketahanan Ekologi menunjukkan ada pengaruh positif dari penggunaan dana desa, hal ini ditunjukkan dari hasil uji beda yang signifikan secara statistik. Hal ini disebabkan penggunaan dana desa yang dialokasikan untuk perbaikan drainase maupun saluran air limbah, pembuatan jamban telah mengurangi pencemaran lingkungan. Adanya pembangunan drainase, saluran air dan limbah serta pembuatan jamban membuat masyarakat lebih mudah dalam membuang limbah rumah tangganya maupun limbah produksi yang ada di sekitar desa. V. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penggunaan dana desa pada desa-desa tertinggal tahun 2015 dan 2016 di alokasikan sesuai dengan prioritas penggunaan berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa. Dana desa pada desa-desa tertinggal digunakan untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan berskala lokal desa bidang Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. Di Bidang pembangunan sebagian besar dimanfaatkan untuk pelaksanaan pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur yang dilakukan dengan menggunakan dana desa meliputi betonisasi jalan, pembangunan talud, pembangunan drainase, pembangunan saluran air, perbaikan aspal, pembangunan RTLH dan pembangunan jamban dan lain sebagainya. 2. Hasil uji hipotesis pertama menunjukkan bahwa penggunaan dana desa berimplikasi atau berpengaruh positif pada peningkatan ketahanan sosial masyarakat desa. 3. Hasil uji hipotesis kedua menunjukkan bahwa penggunaan dana desa berimplikasi atau berpengaruh positif pada peningkatan ketahanan ekonomi desa. 4. Hasil uji hipotesis ketiga menunjukkan bahwa penggunaan dana desa berimplikasi atau berpengaruh positif pada peningkatan ketahanan ekologi desa. Saran Berdasarkan hasil penelitian di atas diajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Dana desa sangat bermanfaat bagi pembangunan desa, baik dari bidang sosial, ekonomi maupun ekologi desa. Oleh karena itu pemerintah harus mempertahankan dan meningkatkan alokasi dana desa, khususnya pada desadesa tertinggal dan umumnya ke semua desa di Indonesia. 2. Dana desa sebagian besar masih digunakan untuk pembangunan infrastruktur desa, selanjutnya dana desa harus di alokasikan pada bidang ekonomi dan pemberdayaan masyarakat sebagai prioritas untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 3. Pengawasan dana desa sangat penting dilakukan, mengingat masih terbatasnya sumber daya manusia di desa yang memiliki kemampuan untuk mengelola keuangan desa, agar dana desa dapat dimanfaatkan secara optimal. DAFTAR PUSTAKA 9

10 Ahmad, Afridian Wirahadi Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Outcomes Bidang Kesehatan: Studi empiris di Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Barat. SNA XIII. Purwokerto. Azwardi dan Sukanto Efektifitas Alokasi Dana Desa (Add) dan Kemiskinan di Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Ekonomi Pembangunan,Volume 12, No.1 hal: Darmiasih, Ni Kadek, Ni Luh Gd Erni Sulindawati, Nyoman Ari Surya Darmawan Analisis Mekanisme Penyaluran Alokasi Dana Desa (Add) Pada Pemerintah Desa (Studi Kasus Desa Tri Buana, Kec.Sidemen, Kab.Karangasem). e- Journal. Universitas Pendidikan Ganesha. Volume 1 No: 3. Laporan realisasi penyaluran dan konsolidasi penggunaan Dana Desa tahun 2015 dan 2016; Peraturan Bupati Karanganyar No 133 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Transfer Kepada Desa Tahun 2017 Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 132 Tahun 2016 Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2017 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun Tentang Indeks Desa Membangun. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2015 Tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN. Putra Chandra Kusuma, Ratih Nur Pratiwi, Suwondo Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa (Studi pada Desa Wonorejo Kecamatan Singosari Kabupaten Malang). Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 6. Hal Subroto, Agus Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa ( Studi Kasus Pengelolaan Alokasi Dana Desa Di Desa-Desa Dalam Wilayah Kecamatan Tlogomulyo Kabupaten Temanggung Tahun 2008 ). Tesis. UNDIP Sugiyono Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. 10

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ! SAMBUTAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA Pada Peluncuran Indeks Desa Membangun Jakarta, 19 Oktober 2015 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengesahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa oleh mantan

BAB I PENDAHULUAN. pengesahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa oleh mantan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Awal tahun 2014 lalu, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan adanya pengesahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa oleh mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Lebih terperinci

-2- No.1934, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tenta

-2- No.1934, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tenta No.1934, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. Dana Desa. Penggunaan. Tahun 2016. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

Prioritas Penggunaan Dana Desa

Prioritas Penggunaan Dana Desa Prioritas Penggunaan Dana Desa Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia OUTLINE A. KERANGKA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA SEMINAR INTERNASIONAL TEMU ILMIAH NASIONAL XV FOSSEI JOGJAKARTA, 4 MARET 2015 DR HANIBAL HAMIDI, M.Kes DIREKTUR PELAYANAN SOSIAL

Lebih terperinci

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA POKOK-POKOK KEBIJAKAN PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA OUT LINE 1. FILOSOFI DANA DESA 2. DASAR HUKUM 3. PENJELASAN PERMENDES No.

Lebih terperinci

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Berdasarkan Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa Buku Bantu

Lebih terperinci

BUPATI KAMPAR PROPINSI RIAU

BUPATI KAMPAR PROPINSI RIAU BUPATI KAMPAR PROPINSI RIAU PERATURAN BUPATI KAMPAR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA DI KABUPATEN KAMPAR TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Membangun Generasi Sehat dan Cerdas

Membangun Generasi Sehat dan Cerdas Membangun Generasi Sehat dan Cerdas Melalui Peningkatan Akses dan Keterjangkauan Pelayanan Sosial Dasar Disampaikan oleh: dr. Hanibal Hamidi, M.Kes Direktur Pelayanan Sosial Dasar, Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

2016, No b. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan

2016, No b. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.786, 2016 KEMEN-DPDTT. Penggunaan Dana. Tahun 2016. Penetapan. Perubahan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa Edisi Desember 2016 PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Lebih terperinci

SALINAN WALIKOTA BATU

SALINAN WALIKOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PRIORITAS PENGGUNAAN DAN PEMBAGIAN BESARAN DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Lebih terperinci

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata No.1359, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. Dana Desa. Penetapan. Tahun 2018. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 3 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN, TATA CARA PEMBAGIAN, DAN PENETAPAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA TAHUN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. klikkabar.com

PENGGUNAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. klikkabar.com PENGGUNAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA klikkabar.com I. PENDAHULUAN Dialokasikannya Dana Desa sejak tahun 2015 merupakan pelaksanaan amanat dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Dana

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com

TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA Sumber : id.wordpress.com I. PENDAHULUAN Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

Lebih terperinci

Perspektif Kemendes No. 3 Tahun 2015

Perspektif Kemendes No. 3 Tahun 2015 KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA Perspektif Kemendes No. 3 Tahun 2015 Disampaikan dalam Acara : Sosialisasi Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Lebih terperinci

Taufik Madjid, S.Sos, MSi. Direktur Pemberdayaan Masyarkat Desa

Taufik Madjid, S.Sos, MSi. Direktur Pemberdayaan Masyarkat Desa Taufik Madjid, S.Sos, MSi. Direktur Pemberdayaan Masyarkat Desa Meningkatkan kesejahteraan Mayarakat dan pemerataan pembangunan desa melalui: 1. peningkatan pelayanan publik di desa, 2. memajukan perekonomian

Lebih terperinci

Kerangka Fikir Alat Ukur; "Pilihan sebuah alat ukur sangat ditentukan oleh kepentingan tujuan pengguna alat ukur itu sendiri (otoritas)"

Kerangka Fikir Alat Ukur; Pilihan sebuah alat ukur sangat ditentukan oleh kepentingan tujuan pengguna alat ukur itu sendiri (otoritas) INDEKS DESA MEMBANGUN (IDM) Alat Ukur Tingkat Perkembangan Kemandirian Desa Dalam Aspek Sosial, Ekonomi dan Ekologi Bagi Pencapaian Sasaran Strategis Agenda Nawa Cita Bidang Pembangunan Desa Tahun 2019;

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI KAPUAS HULU NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN BESARAN DANA DESA SETIAP DESA SE-KABUPATEN KAPUAS HULU TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

Sektor Infrastruktur Prioritas Penggunaan Dana Desa 2016

Sektor Infrastruktur Prioritas Penggunaan Dana Desa 2016 Sektor Infrastruktur Prioritas Penggunaan Dana Desa 2016 Jakarta - Pemerintah pusat telah merealisasikan penyaluran dana desa tahap pertama kepada pemerintah desa. Dana desa tersebut telah disalurkan oleh

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBAGIAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA SERTA PENGGUNAAN DANA DESA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK, BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 68

Lebih terperinci

KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG

KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKP-Desa) DESA CABAK TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 60 TAHUN 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 60 TAHUN 2014 MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH 60 TAHUN 2014, PERATURAN PEMERINTAH 22 TAHUN 2015 dan PERATURAN PEMERINTAH NO. 8 TAHUN 2016 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN PERATURAN DAERAH KOTA TIDORE KEPULAUAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA DESA DAN ALOKASI ANGGARAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka melaksanakan pembangunan desa, pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka melaksanakan pembangunan desa, pembinaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan, penyelenggaraan pemerintahan, serta pemberdayaan masyarakat desa oleh Pemerintah Desa, Pemerintah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERDESAAN SEHAT SEBAGAI KONSEP DAN STRATEGI PEMBANGUNAN BERWAWASAN KESEHATAN BERBASIS DESA BAGI PELAKSANAAN KEGIATAN

Lebih terperinci

PENGAKUAN DAN PENGUATAN PERAN PEREMPUAN DALAM IMPLEMENTASI UU DESA NO 6 TAHUN 2014

PENGAKUAN DAN PENGUATAN PERAN PEREMPUAN DALAM IMPLEMENTASI UU DESA NO 6 TAHUN 2014 PENGAKUAN DAN PENGUATAN PERAN PEREMPUAN DALAM IMPLEMENTASI UU DESA NO 6 TAHUN 2014 Oleh: LILI ROMLI STAF AHLI MENTERI BIDANG HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

Lebih terperinci

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PENETAPAN PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN DIREKTORAT PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DITJEN PPMD Jakarta, Oktober 2017

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PENETAPAN PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN DIREKTORAT PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DITJEN PPMD Jakarta, Oktober 2017 POKOK-POKOK KEBIJAKAN PENETAPAN PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN 2018 DIREKTORAT PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DITJEN PPMD Jakarta, Oktober 2017 Meningkatkan kesejahteraan Masyarakat dan pemerataan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

Lebih terperinci

LAPORAN EKSEKUTIF. Kolaborasi Pemangku Kepentingan Desa Menuju Gerakan Nasional Desa Membangun Indonesia

LAPORAN EKSEKUTIF. Kolaborasi Pemangku Kepentingan Desa Menuju Gerakan Nasional Desa Membangun Indonesia LAPORAN EKSEKUTIF Kolaborasi Pemangku Kepentingan Desa Menuju Gerakan Nasional Desa Membangun Indonesia KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004, daerah diberi kewenangan yang luas dalam mengurus dan mengelola

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SUSUNAN DALAM SATU NASKAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2014 SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 22 TAHUN 2015 DAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 8 TAHUN 2016

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN RINCIAN ALOKASI DANA DESA SETIAP DESA KABUPATEN BINTAN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

mm BUPATI TIMOR TENGAH UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

mm BUPATI TIMOR TENGAH UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR mm BUPATI TIMOR TENGAH UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI TIMOR TENGAH UTARA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN, PENGGUNAAN, PENYALURAN DAN PELAPORAN DANA DESA TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memasuki era baru tata pemerintahan sejak tahun 2001 yang ditandai dengan pelaksanaan otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah ini didasarkan pada UU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi yang dimulai beberapa tahun lalu telah merambah ke seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah aspek pemerintahan yaitu

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 15

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 15 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 15 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGALOKASIAN ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

A. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

A. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA 8 Bab Pembinaan dan Pengawasan 97 Dalam Permendesa PDTT Nomor 22 Tahun 2016 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2017 telah diatur tentang pelaksanaan fungsi pembinaan, monitoring, evaluasi

Lebih terperinci

Perspektif Kemendes No. 2 dan 4 Tahun 2015

Perspektif Kemendes No. 2 dan 4 Tahun 2015 KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA Perspektif Kemendes No. 2 dan 4 Tahun 2015 Disampaikan dalam Acara : Sosialisasi Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang

Lebih terperinci

PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN

PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN soloraya.net Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat 15 Agustus 2014, menyatakan bahwa selain dialokasikan

Lebih terperinci

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DESA, REGULASI YANG MEMBEBANI DESA.

UNDANG-UNDANG DESA, REGULASI YANG MEMBEBANI DESA. UNDANG-UNDANG DESA, REGULASI YANG MEMBEBANI DESA www.cipeujeuhkulon.cirebonkab.go.id Pembagian kewenangan dalam mengurus desa antara Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan Kementerian Desa, Pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN ALOKASI DANA DESA, BAGIAN DARI HASIL PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH KEPADA DESA, DAN BANTUAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk Republik. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk Republik. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia lahir pada 17 Agustus 1945 adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah Indonesia terdiri atas beberapa

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PERATURAN BUPATI NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Bab8 Pembinaan dan Pengawasan

Bab8 Pembinaan dan Pengawasan Bab8 Pembinaan dan Pengawasan 97 Dalam Permendesa PDTT Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2016 telah diatur tentang pelaksanaan fungsi pembinaan, monitoring, evaluasi

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH SALINAN BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN DANA DESA SETIAP DESA KABUPATEN TOLITOLI TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dialami oleh hampir atau keseluruhan negara di dunia. Indonesia, salah satu dari sekian negara di dunia,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI PADANG LAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PADANG LAWAS UTARA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PADANG LAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PADANG LAWAS UTARA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI PADANG LAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PADANG LAWAS UTARA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN, PENETAPAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA, PENYALURAN DAN PENGGUNAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.160.2015 KEMENDESA-PDT-TRANS. Desa. Pendampingan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

GERAKAN PEMBANGUNAN DESA SEMESTA (GERAKAN DESA) BERBASIS KAWASAN UNTUK PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

GERAKAN PEMBANGUNAN DESA SEMESTA (GERAKAN DESA) BERBASIS KAWASAN UNTUK PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia GERAKAN PEMBANGUNAN DESA SEMESTA (GERAKAN DESA) BERBASIS KAWASAN UNTUK PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN Jakarta, 28

Lebih terperinci

Lex Et Societatis Vol. V/No. 9/Nov/2017

Lex Et Societatis Vol. V/No. 9/Nov/2017 PENGELOLAAN DANA DESA BERDASARKAN UU NO.6 TAHUN 2014 TENTANG DESA 1 Oleh : Roosje M.S. Sarapun 2 ; Audi H. Pondaag 3 ; Noldy Mohede 4. ABSTRAK Dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional untuk terciptanya

Lebih terperinci

2016, No Dana Desa, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, per

2016, No Dana Desa, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, per No.478, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana. Desa. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49/PMK.07/2016 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN, PENYALURAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan diberlakukannya UU Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah yang kemudian direvisi dengan UU Nomor 32 tahun 2004, memberikan wewenang seluasnya kepada

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2006 NOMOR : 9 SERI : E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2006 NOMOR : 9 SERI : E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2006 NOMOR : 9 SERI : E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Belanja Langsung Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Pasal 36 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, belanja langsung merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Hal ini berdasarkan dikeluarkannya Undang Undang No. 22 tahun 1999

BAB 1 PENDAHULUAN Hal ini berdasarkan dikeluarkannya Undang Undang No. 22 tahun 1999 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kebijakan otonomi daerah mulai dilaksanakan secara penuh pada Januari 2001. Hal ini berdasarkan dikeluarkannya Undang Undang No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA I. UMUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 6/Juni/2016

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 6/Juni/2016 KAJIAN YURIDIS MENGENAI PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN 1 Oleh : Chrisye Mongilala 2 ABSTRAK Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa makin memantapkan fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola daerahnya sendiri. Namun dalam pelaksanaannya, desentralisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola daerahnya sendiri. Namun dalam pelaksanaannya, desentralisasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan di Indonesia saat ini semakin pesat seiring dengan adanya era reformasi. Negara Indonesia yang awalnya menggunakan sistem sentralisasi dalam pemerintahannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi birokrasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi birokrasi termasuk di bidang keuangan negara. Semangat reformasi keuangan ini telah menjadi sebuah kewajiban dalam

Lebih terperinci

KEPALA DESA GADUNG KECAMATAN TOBOALI KABUPATEN BANGKA SELATAN

KEPALA DESA GADUNG KECAMATAN TOBOALI KABUPATEN BANGKA SELATAN KEPALA DESA GADUNG KECAMATAN TOBOALI KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DESA GADUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKP-Desa) TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

Indikator Pelayanan Sosial Dasar di Desa

Indikator Pelayanan Sosial Dasar di Desa SASARAN STRATEGIS TAHUN 2019 AGENDA NAWA CITA 3 "PENGENTASAN 5000 DESA TERTINGGAL, MEWUJUDKAN 2000 DESA MANDIR" PermenDesa PDTT No 2 Tahun 2016 INDEKS DESA MEMBANGUN (Sosial, Ekonomi, Ekologi) Indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputusan politik pemberlakuan otonomi daerah yang dimulai sejak tanggal 1 Januari 2001, telah membawa implikasi yang luas dan serius. Otonomi daerah merupakan fenomena

Lebih terperinci

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Berdasarkan Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa Buku Bantu

Lebih terperinci

2 atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; Mengingat : 1. Pasal 5 a

2 atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; Mengingat : 1. Pasal 5 a No.88, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. APBN. Desa. Dana. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5694). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI

Lebih terperinci

Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia

Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia Pelatihan Dan Pendampingan Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Serta Laporan Keuangan Desa Untuk Pertanggungjawaban Dan Pelaporan Perangkat Desa Pada Desa Di Kecamatan Busungbiu Ni Luh Gede Erni

Lebih terperinci

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN DANA DESA; PENGALOKASIAN, PENYALURAN, MONITORING DAN PENGAWASAN

INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN DANA DESA; PENGALOKASIAN, PENYALURAN, MONITORING DAN PENGAWASAN INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN DANA DESA; PENGALOKASIAN, PENYALURAN, MONITORING DAN PENGAWASAN 1 O U T L I N E 1 2 3 4 DASAR HUKUM, FILOSOFI DAN TUJUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada penyelenggaraan pemerintahan desa banyak mengalami. kendala khususnya dalam hal keuangan. Untuk mengatasi perihal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pada penyelenggaraan pemerintahan desa banyak mengalami. kendala khususnya dalam hal keuangan. Untuk mengatasi perihal tersebut BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada penyelenggaraan pemerintahan desa banyak mengalami kendala khususnya dalam hal keuangan. Untuk mengatasi perihal tersebut pemerintah membuat program yang

Lebih terperinci

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 18 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAGIAN DAN PENETAPAN RINCIAN DANA PEKON SETIAP PEKON DI KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Lebih terperinci

KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT

KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT KABUPATEN BANDUNG BARAT PERATURAN DESA CINTAKARYA NOMOR: 4 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDESA) TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2000 TENTANG DANA PERIMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2000 TENTANG DANA PERIMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2000 TENTANG DANA PERIMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN BESARAN DANA DESA SETIAP DESA DI KABUPATEN BELITUNG TAHUN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG SALINAN NOMOR : 2 TAHUN 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA PERIMBANGAN DESA DI KABUPATEN BANDUNG BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENETAPAN BESARAN DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA BAGI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi daerah adalah salah satu indikator untuk mengevaluasi perkembangan/kemajuan pembangunan ekonomi di suatu daerah pada periode tertentu (Nuni

Lebih terperinci

PERATURAN DESA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN ANGGARAN 2017

PERATURAN DESA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN ANGGARAN 2017 PERATURAN DESA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN ANGGARAN 2017 DESA SIDOREJO KECAMATAN PURWOHARJO KABUPATEN BANYUWANGI 2016 KEPALA DESA SIDOREJO KECAMATAN PURWOHARJO KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB III PENGAWASAN TERHADAP PENGGUNAAN DANA DESA

BAB III PENGAWASAN TERHADAP PENGGUNAAN DANA DESA 39 BAB III PENGAWASAN TERHADAP PENGGUNAAN DANA DESA A. Dana Desa Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2016 memberikan definisi dana desa sebagai berikut: Dana Desa adalah dana yang bersumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era perdagangan bebas atau globalisasi, setiap negara terus melakukan upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang mampu menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perubahan kepemimpinan nasional dari Orde Baru menuju Orde Reformasi, pola hubungan antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Pusat mengalami

Lebih terperinci

RINGKASAN PENERAPAN PENGANGGARAN PARTISIPATIF DI TINGKAT DESA

RINGKASAN PENERAPAN PENGANGGARAN PARTISIPATIF DI TINGKAT DESA PENERAPAN PENGANGGARAN PARTISIPATIF DI TINGKAT DESA Pengalihan kewenangan pemerintah pusat ke daerah yang membawa konsekuensi derasnya alokasi anggaran transfer ke daerah kepada pemerintah daerah sudah

Lebih terperinci

BUPATI BOGOR. Cibinong, Desember 2017

BUPATI BOGOR. Cibinong, Desember 2017 BUPATI BOGOR Cibinong, Desember 2017 Nomor : / -DPMD Kepada Sifat : Penting Yth. Camat Se-Kabupaten Bogor Lampiran : 1 (satu) Berkas Perihal : Penganggaran, Pelaksanaan, Pelaporan, Pertanggungjawaban,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (IPM), pembangunan manusia didefinisikan sebagai a process

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (IPM), pembangunan manusia didefinisikan sebagai a process BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH UNDP (United Nations Development Programme) melalui Human Development Report tahun 1996 tentang Konsep Indeks Pembangunan Manusia (IPM), pembangunan manusia

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 11 Tahun 2007 Seri E Nomor 11 Tahun 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 11 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 11 Tahun 2007 Seri E Nomor 11 Tahun 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 11 TAHUN 2007 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT Nomor 11 Tahun 2007 Seri E Nomor 11 Tahun 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SELAYAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SELAYAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SELAYAR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan pembangunan desa menuju

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK - 1 - PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK, Menimbang : a. bahwa dalam rangka percepatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR : 6 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR : 6 TAHUN 2008 Menimbang Mengingat : : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR : 6 TAHUN 2008 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PINRANG, a. bahwa kedudukan Keuangan Desa merupakan salah

Lebih terperinci