BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Al-Janadi et al. (2013) dengan judul penelitian Corporate Governance

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Al-Janadi et al. (2013) dengan judul penelitian Corporate Governance"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Tinjauan penelitian terdahulu Al-Janadi et al. (2013) dengan judul penelitian Corporate Governance Mechanisms and Voluntary Disclosure in Saudi Arabia dalam menganalisis menggunakan descriptive statistic dan multivariate regression analysis dengan menggunakan sampel terdiri dari 87 perusahaan dari pasar bursa Saudi membuktikan bahwa mekanisme pemerintahan, direktur terutama noneksekutif, ukuran dewan komisaris, CEO dualitas, kualitas audit, dan kepemilikan pemerintah berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela. Hidalgo et al. (2010) dengan judul penelitian Corporate Governance and Intellectual Capital Disclosure dalam menganalisis menggunakan analisis regresi dengan hasilnya menunjukkan kepemilikan saham investor dan jumlah anggota dewan direksi tidak berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual. Zulkarnaen dan Mahmud (2013) dengan judul penelitian Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Luas Pengungkapan Intellectual Capital dalam menganalisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi linear dengan pemilihan sampel berjumlah 37 perusahaan hasilnya menunjukkan komisaris independen, direksi independen dan komite audit tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan Intellectual Capital. 9

2 10 Cerbioni dan Parbonetti (2007) dengan judul penelitian Exploring the Effects of Corporate Governance on Intellectual Capital Disclosure: An Analysis of European Biotechnology Companies dalam menganalisis menggunakan descriptive statistic dan multivariate regression analysis hasil menunjukkan bahwa (1) proporsi direksi independen berhubungan positif dengan pengungkapan struktur internal, (2) CEO dualitas secara negatif terkait dengan pengungkapan maju mencari informasi, dan (3) struktur dewan membantu untuk meningkatkan laporan tahunan ini dibaca secara keseluruhan. Li et al. (2007) dengan judul penelitian Intellectual Capital Disclosure in Knowledge Rich Firms: The Impact of Market and Corporate Governance Factors dalam menganalisis menggunakan descriptive statistics dan regression analysis hasil analisis berdasarkan tiga langkah menunjukkan hubungan yang signifikan dengan nilai tersembunyi, menggunakan rasio market-to-book sebagai indikator, dan usia listing. Kami lanjut menemukan ukuran perusahaan, volatilitas harga saham, direktur kepemilikan saham, audit ukuran komite, dan konsentrasi kepemilikan dikaitkan dengan ICD secara konsisten dengan harapan teoritis. Implikasi dari temuan ini, sampai sekarang sebagian besar belum teruji, yang dieksplorasi dari sejumlah teoritis perspektif.

3 11 No Peneliti (Tahun) Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Judul Metode analisis Hasil penelitian 1. Al-Janadi et Corporate Descriptive Mekanisme pemerintahan, al. (2013) Governance Statistic dan direktur terutama non- Mechanisms Multivariate eksekutif, ukuran dewan and Voluntary Regression komisaris, CEO dualitas, Disclosure in Analysis kualitas audit, dan Saudi Arabia kepemilikan berpengaruh pemerintah terhadap 2. Hidalgo et al. (2010) Corporate Governance and Intellectual pengungkapan sukarela. Analisis regresi Kepemilikan saham investor dan jumlah anggota dewan direksi Capital Disclosure tidak terhadap berpengaruh pengungkapan modal intelektual. 3. Zulkarnaen Pengaruh Good Analisis Komisaris independen, dan Corporate deskriptif dan direksi independen dan Mahmud Governance analisis regresi komite audit tidak (2013) Terhadap Luas linear berpengaruh terhadap luas

4 12 Pengungkapan Intellectual pengungkapan Intellectual Capital. Capital 4. Cerbioni dan Exploring the Descriptive Hasil menunjukkan Parbonetti Effects of Statistic dan bahwa (1) proporsi direksi (2007) Corporate Multivariate independen berhubungan Governance on Regression positif dengan Intellectual Analysis pengungkapan struktur Capital Disclosure: An internal, (2) CEO dualitas secara negatif terkait Analysis of dengan pengungkapan European Biotechnology maju mencari informasi, dan (3) struktur dewan Companies membantu meningkatkan untuk laporan tahunan ini dibaca secara keseluruhan. 5. Li et al. Intellectual Descriptive Hasil analisis berdasarkan (2007) Capital Statistics tiga langkah menunjukkan Disclosure in dan hubungan yang signifikan Knowledge dengan nilai tersembunyi,

5 13 Rich Firms: The Regression menggunakan rasio Impact of analysis market-to-book sebagai Market and Corporate indikator, dan usia listing. Kami lanjut menemukan Governance ukuran perusahaan, Factors volatilitas harga saham, direktur kepemilikan saham, Audit ukuran komite, dan konsentrasi kepemilikan dikaitkan dengan ICD secara konsisten dengan harapan teoritis. Implikasi dari temuan ini, sampai sekarang sebagian besar belum teruji, yang dieksplorasi dari sejumlah teoritis perspektif.

6 14 B. Teori dan Kajian Pustaka 1. Teori Pensinyalan (Signaling Theory) Signaling theory pada dasarnya concern dengan penurunan asimetri informasi di antara dua pihak (Spence, 2002). Teori pensinyalan berkaitan dengan bagaimana mengatasi masalah yang timbul dari asimetri informasi dalam seting sosial. Hal ini menunjukkan bahwa asimetri informasi dapat dikurangi jika pihak yang memiliki informasi dapat mengirim sinyal kepada pihak terkait. Sebuah sinyal dapat menjadi suatu tindakan yang dapat diamati, atau struktur yang diamati, yang digunakan untuk menunjukkan karakteristik tersembunyi (atau kualitas) dari signaler tersebut. Pengiriman sinyal biasanya didasarkan pada asumsi bahwa itu harus menguntungkan bagi signaler (misalnya menunjukkan kualitas yang lebih tinggi dari produk dibandingkan dengan pesaingnya) (An et al., 2011). Teori penyisalan menyatakan bahwa perusahaan berkualitas tinggi akan cenderung memberikan sinyal keunggulan mereka kepada pasar. Pada suatu sisi, sinyal akan membuat investor dan pemangku kepentingan yang lain menaikkan nilai perusahaan, dan kemudian membuat keputusan yang lebih menguntungkan bagi perusahaan (Whiting dan Miller, 2008). Sebaliknya, perusahaanperusahaan dengan kapasitas tidak terlalu bagus akan cenderung untuk mengungkapkan informasi yang sifatnya memang mandatory. Pengungkapan sukarela informasi IC akan menjadi media yang sangat efektif bagi perusahaan untuk menyampaikan sinyal kualitas superior yang mereka

7 15 miliki terkait kepemilikan IC yang signifikan untuk penciptaan kesejahteraan di masa yang akan datang (Guthrie dan Petty, 2000; Whiting dan Miller, 2008). Sering kali di yakini bahwa pemberian sinyal tentang atribut IC, misalnya pengungkapan melalui laporan tahunan, akan menghasilkan beberapa keuntungan bagi perusahaan. 2. Modal Intelektual (Intellectual Capital) Modal intelektual didefinisikan sebagai sumber daya pengetahuan dalam bentuk karyawan, pelanggan, proses, atau teknologi yang dapat digunakan untuk membantu menciptakan nilai dan meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan (Bukh et al., 2005). Solikhah et al. (2010) menjelaskan bahwa istilah intellectual capital pertama kali dikemukakan oleh ekonom John Kenneth Galbraith yang menulis surat untuk teman sejawatnya, Michal Kalecki. Selanjutnya intellectual capital yang dikemukakan Galbraith tersebut mendorong para peneliti untuk menjelaskan lebih lanjut secara rinci mengenai intellectual capital. Secara konsep, intellectual capital merujuk pada modal non fisik atau modal tidak berwujud (intangible assets) atau tidak kasat mata (invisible) seperti pengetahuan dan pengalaman manusia serta teknologi yang digunakan. Menurut Solikhah et al. (2010) modal intelektual merupakan pengetahuan yang memberikan informasi tentang nilai tak berwujud perusahaan yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Roos et al. (1997) menyatakan bahwa IC meliputi seluruh proses dan aset yang tidak secara normal nampak di neraca dan semua intangible assets (trademarks, patent dan brands) yang menjadi perhatian metode akuntansi

8 16 modern. Bontis et al (2000) menyatakan bahwa secara umum, para peneliti mengidentifikasi tiga konstruk utama dari IC, yaitu: human capital (HC), structural capital (SC), dan customer capital (CC). a. Human Capital (Modal Manusia), merupakan keahlian dan kompetensi yang dimiliki karyawan dalam memproduksi barang dan jasa serta kemampuannya untuk dapat berhubungan baik dengan pelanggan. human capital digolongkan atas pendidikan, pengalaman, keterampilan, kreatifitas dan attitude. b. Structural Capital (SC) adalah infrastruktur yang dimiliki oleh suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pasar. Structural capital yaitu sistem teknologi, sistem operasional perusahaan, paten, merk dagang dan kursus pelatihan. c. Customer Capital (CC) adalah orang-orang yang berhubungan dengan perusahaan yang menerima pelayanan yang diberikan oleh perusahaan tersebut. 3. Intellectual Capital Disclosure Sejak tahun 2000an, para akademisi dan praktisi mulai fokus pada persoalan pengungkapan IC (intellectual capital disclosure - ICD) perusahaan di dalam laporan tahunannya (lihat misalnya: Guthrie et al., 1999; Guthrie dan Petty, 2000; Goh dan Lim, 2004). Definisi ICD adalah jumlah pengungkapan banyak diperdebatkan diantara para ahli dalam berbagai literatur (Ulum, 2015a). Mouritsen et al. (2001) menyatakan bahwa IC disclosure dalam suatu laporan keuangan sebagai suatu cara untuk mengungkapkan bahwa laporan tersebut

9 17 menggambarkan aktifitas perusahaan yang kredibel, terpadu (kohesif) serta true and fair. Mereka merujuk pada laporan IC yang menunjukkan bahwa banyak dari literatur pengungkapan IC berdasar pada analisis tekstual atas laporan keuangan. Sangat sedikit perusahaan yang membuat laporan IC secara terpisah. Dalam hal ini Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) telah menerbitkan peraturan nomor X.K.6 lampiran keputusan ketua Bapepam dan LK nomor: Kep-431/BL/2012 tentang penyampaian laporan tahunan emiten atau perusahaan publik tanggal 1 agustus (Bapepam-LK, 2012). Ulum (2015a) menyatakan penyempurnaan peraturan seperti diatas dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas keterbukaan informasi dalam laporan tahunan Emiten dan perusahaan public sebagai sumber informasi yang penting bagi pemegang saham dan masyarakat dalam membuat keputusan investasi. Menurut peraturan ini, Emiten atau perusahaan publik yang pernyataan pendaftaranya telah menjadi efektif wajib menyampaikan laporan tahunan kepada Bapepam dan LK paling lama 4 (empat) bulan setelah tahun buku berakhir dan laporan tersebut harus bisa diakses oleh publik yang dimuat di halaman website masing masing perusahaan. Ulum (2015a) meneliti pada industri perbankan di Indonesia selama tiga tahun pengamatan, yaitu 2006, 2009, dan Jumlah total sampel adalah 84 perusahaan (data panel 3 tahun pengamatan), terdiri dari 23 bank terdaftar sampai dengan tahun 2006, 29 bank terdaftar sampai dengan tahun 2009, dan 32 bank terdaftar sampai dengan tahun Bank-bank yang baru IPO pada tahun

10 tidak masuk dalam sampel penelitian (misalnya NAGA, NOBU, dan BMAS). Salah satu variabel yang diteliti dalam disertasi (Ulum, 2015) adalah pengungkapan Modal Intellectual Capital (ICD). 4. Corporate Governance (CG) Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan (Pemegang Saham, Pemilik Modal, Komisaris/ Dewan Pengawas dan Direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika (Sutedi, 2011). Corporate governance (CG) menjadi salah satu isu yang terjadi antara kepemilikan modal (investor) dengan keagenan (manajer). Permasalahan keagenan erat hubungannya antara pemilik modal (investor) dengan manajer. Pemilik modal (investor) belum sepenuhnya mempercayai pihak keagenenan dalam memastikan bahwa dana yang ditanam oleh pemilik modal (investor) benar di gunakan untuk aktivitas perusahaan tidak di investasikan pada proyek yang menguntungkan perusahaan. Ada empat komponen utama yang diperlakukan dalam konsep corporate governance ini, yaitu fairness, transparancy, accountability, dan responsibility. Keempat komponen tersebut karena penerapan prinsip corporarate governance secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan (Sutedi, 2011).

11 19 Dari beberapa definisi mengenai corporate governance merupakan suatu struktur (sistem atau mekanisme) yang baik untuk mengendalikan dan mengelola suatu perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai pemegang saham serta mengakomodasi berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan seperti kreditur, pemasok, asosiasi bisnis, konsumen, karyawan dan masyarakat luas (Agustina, 2011). 5. Unsur-unsur Corporate Governance a. Corporate Governance-Internal Perusahaan Sutedi (2011) menyatakan bahwa unsur yang berasal dari dalam perusahaan dan unsur yang selalu diperlukan di dalam perusahaan, kita namakan Corporate Governance-Internal Perusahaan. Unsur-unsur yang berasal dari dalam perusahaan adalah: 1) Pemegang saham; 2) Direksi; 3) Dewan komisaris; 4) Manajer; 5) Karyawan/serikat pekerja; 6) System remunerasi berdasar kinerja; 7) Komite audit; Unsur-unsur yang diperlukan di dalam perusahaan, antara lain meliputi; 1) Keterbukaan dan kerahasiaan (disclosure); 2) Transparansi; 3) Accountability;

12 20 4) Fairness; 5) Aturan dari code of conduct. b. Corporate Governance-Eksternal Perusahaan Sutedi (2011) menyatakan unsur yang berasal dari luar perusahaan dan unsur yang selalu diperlukan di luar perusahaan, dinamakan Corporate Governance-External Perusahaan. Unsur yang berasal dari luar perusahaan adalah; 1) Kecukupan undang-undang dan perangkat hukum; 2) Investor; 3) Institusi penyedia informasi; 4) Akuntan publik; 5) Institusi yang memihak kepentingan public bukan golongan; 6) Pemberi pinjaman; 7) Lembaga yang mengesahkan legalitas. Unsur yang selalu diperlukan di luar perusahaan antara lain meliputi: 1) Aturan dari code of conduct; 2) Fairness; 3) Accountability; 4) Jaminan hukum. 6. Perbankan Perkembangan perbankan menunjukkan dinamika dalam kehidupan ekonomi. Sebelum sampai pada praktik-praktik yang terjadi saat ini, ada

13 21 banyak permasalahan yang terkait dengan masalah-masalah perbankan saat ini. Masalah utama yang muncul dalam praktik perbankan ini adalah pengaturan sistem keuangan yang berkaitan dengan mekanisme penentuan volume uang yang beredar dalam perekonomian. Sistem perbankan di Indonesia dibedakan berdasarkan fungsinya yang terdiri dari Bank Sentral, Bank Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Umum, dapat menghimpun dana dari masyarakat secara langsung dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito berjangka, lalu menyalurkan kepada masyarakat terutama dalam bentuk kredit atau bentukbentuk lainnya. Bank umum dalam kegiatannya memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sementara itu, Bank Perkreditan Rakyat, berdasarkan peraturan perundang-undangan, dalam pelaksanaan kegiatannya menghimpun dana, dapat menerima tabungan dan deposito berjangka, namun tidak diperkenankan menerima simpanan giro dan tidak diperkenankan member jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran. Perkembangan perbankan yang semakin dinamis dan kompleks membuat otoritas moneter berusaha membuat Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Dengan adanya API, diharapkan bank nasional mampu bersaing tidak hanya pada segmen pasar domestik tetapi juga pada pasar internasional. Perbankan syariah di Indonesia diproyeksikan akan meningkat pesat seiring meningkatnya laju ekspansi kelembagaan dan akselerasi pertumbuhan aset perbankan syariah yang sangat tinggi dan ditambah lagi dengan volume

14 22 penerbitan sukuk yang terus meningkat berdasarkan data yang diperoleh dari Islemic Finance Country Index ( IFCI). Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah di Indonesia dijelaskan bahwa bank syariah dibagi menjadi 3 Jenis: a. Bank Umum Syariah (BUS) adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan Jasa dalam lalu lintas pembayaran. b. Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara

15 23 konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah. c. BPRS adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yaitu Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 7. Hubungan corporate governance terhadap luas pengungkapan modal intelektual Dikaitkan dengan disclosure, corporate governance dapat meningkatkan disclosure. Mekanisme corporate governance dapat digunakan untuk memonitoring tindakan manajemen perusahaan yang melakukan tindakan kecurangan. Perusahaan yang menerapkan asas good corporate governance dalam kegiatan bisnisnya akan lebih transparan terhadap pelaksanaan intellectual capital disclosure dan bertanggung jawab dalam menyediakan informasi yang tidak hanya sekedar mematuhi peraturan atau undang-undang yang ada. Prinsip-prinsip atau pedoman pelaksanaan corporate governance menunjukkan adanya perlindungan hak-hak para pemegang saham. Penerapan prinsip tersebut secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan laporan tahunan suatu perusahaan. Kualitas laporan tahunan dapat dikatakan meningkat jika perusahaan melakukan voluntary disclosure, yaitu salah satunya adalah intellectual capital disclosure. Agar laporan tahunan di percaya oleh stakeholders dan dapat dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan harus memiliki kualitas yang tinggi dengan mengungkapkan seluas-luasnya informasi yang di miliki

16 24 perusahaan sehingga corporate governance dapat meningkatkan disclosure. Hubungan antara corporate governance dengan pengungkapan yang dilakukan perusahaan dapat bersifat substitusi maupun komplementer (Cerbioni dan Parbonetti, 2007). Penjelasan substitusi yaitu salah satu mekanisme akuntabilitas yang dapat menggantikan, sebagai konsekuensinya perusahaan tidak akan meningkat baik pengungkapan sukarela dan tata kelola mekanisme pada waktu yang sama tetapi akan strategis memilih untuk meningkatkan satu dengan mengorbankan yang lain. Karena biaya yang terkait dengan informasi asimetri dapat dikurangi dengan menggunakan paket pengawasan internal yang ada. Sedangkan, penjelasan untuk komplementer atau pelengkap, pengungkapan meningkat karena penerapan mekanisme tata kelola yang lebih akan memperkuat pengendalian internal perusahaan dan memberikan paket monitoring intensif untuk mengurangi perilaku oportunistik dan asimetri informasi (Leftwich et al., 1981). Manajer tidak akan mungkin melakukan tindakan untuk menahan informasi yang mempunyai nilai manfaat seperti dalam lingkungan pemantauan intensif yang mengarah ke perbaikan di kelengkapan pengungkapan dan kualitas laporan tahunan. C. Perumusan Hipotesis Pengaruh mekanisme corporate governance terhadap luas pengungkapan modal intelektual di perusahaan sektor perbankan. Menurut Sutedi (2011) kerangka kerja corporate governance harus memastikan diungkapkannya informasi materiil perusahaan yang akurat dan

17 25 tepat waktu, antara lain meliputi situasi keuangan, kinerja perusahaan, pemegang saham, dan manjemen perusahaan serta faktor risiko yang mungkin timbul. Informasi material yang perlu diungkapkan meliputi antara lain hasil keuangan dan usaha perusahaan, pemegang saham utama, anggota board of directors dan esekutif, risiko yang mungkin dihadapi, struktur dan kebijakan perusahaan serta target yang ingin dicapai. Di dalam mekanisme corporate governance peneliti memilih tiga indikator berdasarkan penelitian terdahulu yaitu ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit, dan frekuensi pertemuan komite audit. Dewan komisaris bertugas untuk melakukan monitoring terhadap tindakan manajer. Tindakan monitoring yang dilakukan dapat mengurangi biaya agensi melalui pengawasan yang ketat bagi manajer untuk melakukan pengungkapan informasi mengenai modal intelektual secara relevan dan akurat. Hal tersebut bertujuan untuk meminimalisasi masalah antara pihak agen dengan pihak prinsipal. Dengan semakin besarnya ukuran dewan komisaris suatu perusahaan, maka kinerja pengawasan dan pengendalian menjadi lebih baik dan efektif sehingga akan meningkatkan pengungkapan modal intelektual. Abeysekera (2009) dan Sembiring (2006), penelitian keduanya yang mengambil objek perusahaan pada negara berkembang mendapatkan hasil bahwa ukuran dewan yang lebih besar akan melakukan pengungkapan yang lebih besar karena adanya tekanan dewan dalam jumlah besar terhadap pihak manajemen. Selain itu, Coller dan Gregory (1999) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris maka akan semakin mudah untuk

18 26 mengendalikan manajemen dan monitoring yang dilakukan juga akan semakin efektif sehingga akan meminimalisasi agency cost. Pengendalian dan monitoring dewan komisaris dilakukan melalui komite-komite yang membantunya mengawasi secara langsung aktivitas perusahaan. Albitar (2015) menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan, leverage, umur perusahaan, profitabilitas, likuiditas, ukuran dewan komisaris dan ukuran komite audit berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela dan direktur independen dan struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela. Pengendalian dan monitoring dewan komisaris dilakukan melalui komite-komite yang membantunya mengawasi secara langsung aktivitas perusahaan. Al-Janadi et al. (2013) menyatakan hasil penelitiannya bahwa mekanisme pemerintahan, direktur terutama noneksekutif, ukuran dewan komisaris, CEO dualitas, kualitas audit, dan kepemilikan pemerintah, memiliki kontribusi yang signifikan dalam memberikan pengungkapan sukarela kualitas Menurut Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-29/PM/2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. Suatu komite audit terdiri dari mayoritas komisaris independen yang dapat meningkatkan kualitas informasi keuangan untuk memberikan suatu penilaian yang lebih akurat dari keputusan dan kinerja manajemen puncak (Cerbioni dan Parbonetti, 2007). Menurut Prabowo (2010) komite audit merupakan komite operasional dewan yang memiliki tanggung jawab atas fungsi pengawasan dari pelaporan

19 27 dan pengungkapan keuangan. Komite audit yang efektif harus meningkatkan pengendalian internal dan bertindak untuk mengurangi agency cost (Ho dan Wong, 2001) dan sebagai alat pengendalian yang kuat untuk meningkatkan pengungkapan modal intelektual yang memiliki nilai bagi perusahaan. Munculnya komite audit dihubungkan dengan pelaporan keuangan yang lebih terpercaya, peningkatan kualitas dan pengungkapan. Penelitian yang telah dilakukan (Ho dan Wong, 2001) menghasilkan kesimpulan hubungan positif antara keberadaan komite audit dan praktik pengungkapan perusahaan. Li et al. (2008) yang menyatakan bahwa keberadaan komite audit menjadi penting karena komite audit dapat mempengaruhi praktik intellectual capital. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Li et al. (2007) bahwa semakin besar jumlah komite audit maka semakin luas pula pengungkapan IC, Menurut Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-29/PM/2004, komite audit mengadakan rapat sekurang-kurangnya sama dengan ketentuan minimal rapat dewan komisaris yang ditetapkan dalam anggaran dasar. Koordinasi dalam rapat komite audit membahas mengenai strategi dan evaluasi pelaksanaan tugas seperti pengawasan laporan keuangan, pengendalian internal, serta pengawasan terhadap tata kelola perusahaan yang baik. Dengan semakin seringnya frekuensi rapat komite audit dilakukan, maka dapat meningkatkan koordinasi dan meningkatkan pelaksanaan pengawasan menjadi lebih baik dan efektif sehingga dapat mempengaruhi pengungkapan informasi modal intelektual, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

20 28 Li et al. (2008) membuktikan bahwa ada hubungan positif antara frekuensi pertemuan komite audit dan tingkat pengungkapan IC. Taliyang dan Jusop (2011) menyimpulkan bahwa frekuensi pertemuan audit berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual dan komposisi dewan komisaris, peran dualitas, dan ukuran komite audit tidak berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual. H1 : Semakin baik mekanisme corporate governance suatu perusahaan maka semakin banyak luas pengungkapan modal intelektualnya pada perusahaan sektor perbankan. D. Kerangka Pemikiran Teoritis Ukuran Dewan Komisaris Ukuran Komite Audit Corporate Governance (CG) Intellectual Capital Disclosure (ICD) Frekuensi Pertemuan Komite Audit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelaporan intellectual capital (IC) merupakan salah satu unsur dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelaporan intellectual capital (IC) merupakan salah satu unsur dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaporan intellectual capital (IC) merupakan salah satu unsur dari pelaporan sukarela. Meskipun bukan termasuk laporan yang cukup mendasar dalam sebuah laporan tahunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah berkembang dengan pesat dan persaingan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah berkembang dengan pesat dan persaingan bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian dunia telah berkembang dengan pesat dan persaingan bisnis yang ketat pada abad ini mengharuskan perusahaan-perusahaan untuk mengubah cara mereka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang setelah munculnya PSAK No.19 (Revisi 2000) tentang aset

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang setelah munculnya PSAK No.19 (Revisi 2000) tentang aset BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena mengenai modal intelektual di Indonesia mulai berkembang setelah munculnya PSAK No.19 (Revisi 2000) tentang aset tidak berwujud (Ulum, 2009:3). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk melihat kinerja suatu perusahaan, para stakeholder akan menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk melihat kinerja suatu perusahaan, para stakeholder akan menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan perkembangan zaman yang kaya akan teknologi informasi memacu perusahaan-perusahaan untuk dapat menyajikan informasi secara lebih baik lagi. Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. intellectual capital dianggap penting untuk. diungkap dan diperbincangkan, karena mengandung intangible asset yang

BAB 1 PENDAHULUAN. intellectual capital dianggap penting untuk. diungkap dan diperbincangkan, karena mengandung intangible asset yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam dekade terakhir ini intellectual capital dianggap penting untuk diungkap dan diperbincangkan, karena mengandung intangible asset yang digunakan menentukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan. informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam

BAB II LANDASAN TEORI Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan. informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan Informasi yang diungkap di dalam laporan tahunan berisi pengungkapan informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk menyampaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk menyampaikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pada era persaingan yang semakin ketat serta kondisi ekonomi yang tidak menentu, suatu perusahaan dihadapkan pada kondisi yang mendorong mereka untuk lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aspek dan implikasi hubungan keagenan dalam praktik bisnis perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aspek dan implikasi hubungan keagenan dalam praktik bisnis perusahaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Teori keagenan merupakan sebuah teori yang mendasari atas berbagai aspek dan implikasi hubungan keagenan dalam praktik bisnis perusahaan. Hubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan tahunan mengkomunikasikan informasi keuangan dan informasi lainnya kepada pemegang saham, kreditor dan stakeholders. Laporan tersebut juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan jasa, perusahaan manufaktur maupun perusahaan perbankan yang telah go public memanfaatkan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Perusahaan dapat mencapai keunggulan kompetitif apabila dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Perusahaan dapat mencapai keunggulan kompetitif apabila dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi informasi mengalami kemajuan yang amat pesat. Hal ini berdampak pada semakin ketatnya persaingan bisnis antar perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Adapun Teori yang dapat mendukung berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti: 1. Teori Keagenan(Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) merupakan teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan produk perusahaan yang merupakan jendela informasi bagi pihak-pihak diluar manajemen suatu perusahaan yang memungkinkan mereka untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis tahun , perusahaan perusahaan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis tahun , perusahaan perusahaan Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat krisis tahun 1997 1998, perusahaan perusahaan Indonesia mendapatkan nilai CGPI (Corporate Governance Perception Index) paling rendah di tingkat Asia (McKinsey

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: a. Untuk mencapai keuntungan yang maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. b.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara kepada pihak luar maupun pihak di dalam negara itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. negara kepada pihak luar maupun pihak di dalam negara itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki posisi penting dalam perekonomian nasional karena pasar modal memberikan gambaran mengenai kondisi perekonomian sebuah negara kepada pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dunia usaha yang semakin berkembang dengan pesatnya pada setiap perusahaan baik yang bergerak dibidang jasa, perdagangan, maupun manufaktur selalu berhadapan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis antar perusahaan menjadi semakin ketat. Kondisi ini

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis antar perusahaan menjadi semakin ketat. Kondisi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perdagangan bebas yang terjadi pada Indonesia dewasa ini menyebabkan persaingan bisnis antar perusahaan menjadi semakin ketat. Kondisi ini mengharuskan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan seperti manajemen, investor, kreditor, pemerintah, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan seperti manajemen, investor, kreditor, pemerintah, dan lain-lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan mempunyai peran penting dalam proses pengukuran dan penilaian kinerja perusahaan serta bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Banyak pihak-pihak yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jensen and Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jensen and Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Agency Theory Jensen and Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak di mana satu orang atau lebih (prinsipal) melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya ditandai dengan meningkatnya inflasi, dimana terjadi kenaikan harga barang dan jasa secara terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang semakin berubah. Perusahaan menyampaikan informasi melalui

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang semakin berubah. Perusahaan menyampaikan informasi melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi banyak berpengaruh pada dunia usaha. Untuk dapat bersaing, perusahaan dihadapkan pada kondisi untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Informasi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan adalah kebutuhan yang sangat diperlukan oleh investor di pasar modal untuk pengambilan keputusan apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran konsumsi sangat mempengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran konsumsi sangat mempengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama 10 tahun terakhir, pengeluaran konsumsi rumah tangga meliputi sekitar 55% produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Angka ini jauh lebih besar ketimbang pengeluaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Agency Theory Agency theory menjelaskan permasalahan yang mungkin timbul ketika kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Agency Theory Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan kontrak di antara faktor-faktor produksi dan hubungan di antara prinsipal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan industri keuangan salah satu industri yang berkembang secara pesat dan memiliki kompleksitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan-perusahaan pada masa kini mengalami pergeseran paradigma. Perusahaan tidak satu-satunya mempunyai tujuan utama dalam menghasilkan laba, namun perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitiaan. Bagian 1.1 menjelaskan mengenai latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia merupakan negara berkembang yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Dengan tingginya pertumbuhan ekonomi di Indonesia membuat para investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, karena berfungsi sebagai intermediary institusion yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, karena berfungsi sebagai intermediary institusion yaitu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perbankan merupakan sebagai lembaga yang penting dalam perekonomian, karena berfungsi sebagai intermediary institusion yaitu lembaga yang mampu menyalurkan kembali dana-dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era persaingan yang semakin ketat serta kondisi ekonomi yang tidak menentu, suatu perusahaan dihadapkan pada kondisi yang mendorong mereka untuk lebih transparan

Lebih terperinci

BAB 1 1. PENDAHULUAN. Pengungkapan sukarela corporate governance merupakan penyampaian informasi

BAB 1 1. PENDAHULUAN. Pengungkapan sukarela corporate governance merupakan penyampaian informasi 1 BAB 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengungkapan sukarela corporate governance merupakan penyampaian informasi yang diberikan secara sukarela oleh perusahaan di luar pengungkapan wajib mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap pelaku usaha atas usaha yang dijalankannya atau perusahaan yang telah didirikannya pasti memiliki harapan agar perusahaan tersebut dapat mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik ( principle)

Lebih terperinci

Lina Natalia I Soukotta Program Studi Akuntansi Universitas Pelita Harapan Surabaya Surabaya, Indonesia

Lina Natalia I Soukotta Program Studi Akuntansi Universitas Pelita Harapan Surabaya Surabaya, Indonesia Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Intellectual Capital (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2010) Lina Natalia I Soukotta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi yang disajikan harus dapat dipahami, dapat dipercaya, relevan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Informasi yang disajikan harus dapat dipahami, dapat dipercaya, relevan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan suatu kegiatan yang mengandung risiko dan ketidakpastian. Risiko yang melekat pada suatu kegiatan investasi menyebabkan pentingnya penyajian informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien agar bisa bersaing dengan perusahaan lain di dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien agar bisa bersaing dengan perusahaan lain di dalam negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan ekonomi era globalisasi saat ini, indonesia mengalami perkembangan ekonomi dengan cepat dan kondisi perekonomian nasional yang semakin membaik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyesuaikan diri serta beradaptasi dalam menghadapi perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyesuaikan diri serta beradaptasi dalam menghadapi perubahan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era global seperti sekarang ini telah mengalami banyak kemajuan yang cukup pesat disegala bidang tak terkecuali dalam dunia usaha. Tentu kondisi ini menjadi sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan dibuatnya laporan keuangan oleh perusahaan adalah untuk memberikan informasi secara lengkap mengenai aktifitas ekonomi suatu perusahaan. Bagi perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak 1 A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Penerapan corporate governance pada industri perbankan memerlukan perhatian tersendiri, karena karakter dan kompleksitas industri perbankan berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mesin-mesin industri, tetapi lebih pada inovasi, informasi, dan knowledge sumber

BAB I PENDAHULUAN. mesin-mesin industri, tetapi lebih pada inovasi, informasi, dan knowledge sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi yang semakin pesat dan persaingan bisnis yang semakin ketat memaksa perusahaan untuk mengubah cara berbisnis supaya perusahaan terus

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. dengan perkembangan perusahaan. Pendirian perusahaan-perusahaan ini tentunya

BAB I. Pendahuluan. dengan perkembangan perusahaan. Pendirian perusahaan-perusahaan ini tentunya BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan dunia bisnis di Indonesia berjalan beriringan dengan perkembangan perusahaan. Pendirian perusahaan-perusahaan ini tentunya memiliki tujuan utama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Mangkunegara di dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai berikut Kinerja adalah hasil kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Good Corporate Governance 2.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Istilah corporate governance pertama sekali diperkenalkan oleh Cadbury Comitee

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) sangat penting artinya, karena tujuan dalam mendirikan sebuah perusahaan selain untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance sebagai sistem yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance sebagai sistem yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance sebagai sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure pada

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure pada perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi merupakan hal penting dalam persaingan di dunia bisnis pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi merupakan hal penting dalam persaingan di dunia bisnis pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi merupakan hal penting dalam persaingan di dunia bisnis pada masa seperti sekarang ini. Untuk itu para pengambil keputusan membutuhkan informasi-informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Umumnya dalam pengelolaan perusahaan, laporan keuangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Umumnya dalam pengelolaan perusahaan, laporan keuangan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Umumnya dalam pengelolaan perusahaan, laporan keuangan merupakan produk akhir sistem akuntansi dan media utama penyampaian informasi oleh manajemen kepada

Lebih terperinci

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH UMUM Seiring dengan perkembangan industri perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transparan. Oleh karena itu, baik perusahaan publik maupun tertutup harus memandang good

BAB I PENDAHULUAN. transparan. Oleh karena itu, baik perusahaan publik maupun tertutup harus memandang good BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Good corporate governance merupakan sebuah konsep yang menekankan pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar, akurat, dan tepat waktu. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan menyusun dan menerbitkan laporan keuangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan menyusun dan menerbitkan laporan keuangan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan menyusun dan menerbitkan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan stakeholder. Laporan keuangan tersebut menyediakan informasi sebagai dasar

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Teori Agensi Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer sebagai agent. Teori agensi menggambarkan bahwa agent memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Penelitian ini menggunakan teori keagenan, dimana teori ini sering kali digunakan sebagai landasan dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan manufaktur yang sangat pesat menciptakan persaingan usaha yang semakin ketat di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting bagi perusahaan publik. Hal ini dilakukan sebagai wujud

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting bagi perusahaan publik. Hal ini dilakukan sebagai wujud BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengungkapan informasi yang terbuka mengenai perusahaan sangatlah penting bagi perusahaan publik. Hal ini dilakukan sebagai wujud transparansi dan akuntabilitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak adanya gerakan reformasi tahun 1998, muncul banyak tekanan dari publik yang menghendaki agar Pemerintah maupun swasta dapat menghapuskan praktek-praktek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury

BAB I PENDAHULUAN. Istilah corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Istilah corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee, di Inggris tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang melakukan penawaran melalui publik ( go public) di

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang melakukan penawaran melalui publik ( go public) di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan yang melakukan penawaran melalui publik ( go public) di Indonesia, wajib menyampaikan laporan perusahaannya kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Agensi Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam memahami corporate governance (Aditya, 2012). Hubungan keagenan diartikan sebagai hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis dan ekonomi di era globalisasi saat ini sudah berkembang semakin pesat, sehingga mengakibatkan persaingan dalam dunia usaha menjadi semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian tentang Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, dan Leverage Terhadap Pengungkapan Modal Intelektual membutuhkan kajian sebagai berikut: 1. Teori

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen dan auditor. Terkuaknya skandal Enron Corporation dan WorldCom

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen dan auditor. Terkuaknya skandal Enron Corporation dan WorldCom BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peranan komite audit menjadi perhatian penting dalam menciptakan tata kelola perusahaan yang baik. Komite audit dapat bertindak sebagai penghubung antara manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada manajemen menjadi lebih besar sehingga menimbulkan konflik. pembentukan komite audit. Sesuai dengan peraturan BAPEPAM, Kep-

BAB I PENDAHULUAN. pada manajemen menjadi lebih besar sehingga menimbulkan konflik. pembentukan komite audit. Sesuai dengan peraturan BAPEPAM, Kep- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Good corporate governance (GCG) merupakan isu sentral di kalangan masyarakat bisnis terkini. Isu ini mulai muncul dengan adanya krisis ekonomi pada tahun 1997.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaporan merupakan komponen penting dalam setiap kegiatan, baik sebagai media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring bagi perusahaan terbuka.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai 1 BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Masalah Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, tuntutan untuk mengelola suatu entitas adalah dengan akuntabilitas dan transparansi sangat diperlukan. Akuntabilitas dan transparansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini isu mengenai good corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini isu mengenai good corporate governance BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini isu mengenai good corporate governance (GCG) semakin hangat. Dampak dari penerapan good corporate governance ini banyak dirasakan manfaatnya

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan), merupakan industri yang cukup berbeda dengan industri lainnya. Dari segi aktivitas, perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemisahan antara pengelola perusahaan (pihak manajemen atau

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemisahan antara pengelola perusahaan (pihak manajemen atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini pemisahan antara pengelola perusahaan (pihak manajemen atau agent) dengan pemilik perusahaan (pemegang saham atau principal) seringkali terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi keuangan dikomunikasikan kepada pihak di luar perusahaan. Laporan keuangan mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan pemegang saham. Dengan prinsip ini beberapa perusahaan mengabaikan pihak-pihak lain yang berkepentingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lemahnya good corporate governance (GCG) yang ada di negara-negara di

BAB 1 PENDAHULUAN. Lemahnya good corporate governance (GCG) yang ada di negara-negara di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lemahnya good corporate governance (GCG) yang ada di negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan negara lain seperti lemahnya hukum, standar akuntansi dan pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perkembangan pesat dunia bisnis di Indonesia saat ini telah membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perkembangan pesat dunia bisnis di Indonesia saat ini telah membuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pesat dunia bisnis di Indonesia saat ini telah membuat setiap perusahaan wajib untuk memiliki keunggulan kompetitif dalam menghadapi persaingan. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian efisien pasar modal dan merupakan sarana akuntabilitas publik. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian efisien pasar modal dan merupakan sarana akuntabilitas publik. Setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengungkapan laporan keuangan merupakan faktor yang signifikan dalam pencapaian efisien pasar modal dan merupakan sarana akuntabilitas publik. Setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Corporate Governance II.1.1 Pengertian Corporate Governance Kata governance berasal dari bahasa Perancis gubernance yang berarti pengendalian. Selanjutnya kata tersebut dipergunakan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No.

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No. KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No. COM/001/01/1215 Tanggal Efektif 1 Desember 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Namun terkadang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam bidang ekonomi membawa dampak perubahan yang cukup signifikan terhadap pengelolaan suatu bisnis dan penentuan strategi bersaing. Para pelaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja keuangan bank adalah suatu gambaran sampai mana tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja keuangan bank adalah suatu gambaran sampai mana tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja keuangan bank adalah suatu gambaran sampai mana tingkat keberhasilan yang dicapai oleh bank dalam kegiatan operasionalnya. Kinerja keuangan perbankan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan kontrak dimana satu atau lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan ekonomi masyarakat pada era saat ini tidak terlepas dari dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan ekonomi masyarakat pada era saat ini tidak terlepas dari dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehidupan ekonomi masyarakat pada era saat ini tidak terlepas dari dunia perbankan. Sejatinya perbankan merupakan mitra masyarakat untuk memenuhi segala kebutuhan

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT. CS L3 Rincian Administratif dari Kebijakan. Piagam Komite Audit CS L3. RAHASIA Hal 1/11

PIAGAM KOMITE AUDIT. CS L3 Rincian Administratif dari Kebijakan. Piagam Komite Audit CS L3. RAHASIA Hal 1/11 PIAGAM KOMITE AUDIT Rincian Administratif dari Kebijakan Nama Kebijakan Piagam Komite Audit Pemilik Kebijakan Fungsi Corporate Secretary Penyimpan Kebijakan - Fungsi Corporate Secretary - Enterprise Policy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bagi Manajer maupun Stakeholder. Sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bagi Manajer maupun Stakeholder. Sehingga pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang didapatkan dari suatu perusahaan. Laporan keuangan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan bagi Manajer

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT. CS L3 Rincian Administratif dari Kebijakan. Piagam Komite Audit CS L3

PIAGAM KOMITE AUDIT. CS L3 Rincian Administratif dari Kebijakan. Piagam Komite Audit CS L3 PIAGAM KOMITE AUDIT Rincian Administratif dari Kebijakan Pemilik Kebijakan Penyimpan Kebijakan Fungsi Corporate Secretary - Fungsi Corporate Secretary - Enterprise Policy & Portfolio Management Division

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi perusahaan dalam perkembangan bisnis disemua perusahaan. Salah satu tujuan utama didirikannya perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, perusahaan tidak bisa hanya dengan mengandalkan kekayaan fisiknya saja.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, perusahaan tidak bisa hanya dengan mengandalkan kekayaan fisiknya saja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi informasi, dan peningkatan dalam ilmu pengetahuan turut mengubah cara pandang perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pula pada negara Indonesia. Perkembangan tersebut membuat intensitas

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pula pada negara Indonesia. Perkembangan tersebut membuat intensitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perekonomian dunia telah berkembang dengan begitu pesatnya ditandai dengan kemajuan di bidang teknologi informasi dan pertumbuhan inovasi yang luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap lingkungan dan stakeholder,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya semua faktor produksi. Terdapat perusahaan yang terdaftar di pemerintah dan ada pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, pertumbuhan ekonomi berkembang sangat pesat seiring dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, pertumbuhan ekonomi berkembang sangat pesat seiring dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, pertumbuhan ekonomi berkembang sangat pesat seiring dengan berjalannya waktu. Perkembangan laju ekonomi yang pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan risiko tersebut kepada pihak lain. terdiri dari pengungkapan kuantitatif dan kualitatif. Untuk pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan risiko tersebut kepada pihak lain. terdiri dari pengungkapan kuantitatif dan kualitatif. Untuk pengungkapan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di dalam dunia bisnis selalu terdapat risiko yang timbul dari aktivitas bisnis yang dilakukan oleh perusahaan. Risiko perusahaan adalah suatu kondisi dimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesimpulan bahwa sistem corporate governance yang buruk dalam. menimpa negara-negara ASEAN. Praktik-praktik corporate governance

BAB 1 PENDAHULUAN. kesimpulan bahwa sistem corporate governance yang buruk dalam. menimpa negara-negara ASEAN. Praktik-praktik corporate governance BAB 1 A. Latar Belakang PENDAHULUAN Menurut laporan world bank dalam Sutedi (2012), pada tahun 1999 penyebab terjadinya krisis ekonomi di asia timur dikarenakan oleh kegagalan dalam penerapan corporate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Selain itu, bank juga dikenal

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Selain itu, bank juga dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Selain itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan pengembangan usaha dan perluasan jaringan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan pengembangan usaha dan perluasan jaringan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam melakukan pengembangan usaha dan perluasan jaringan suatu perusahaan dibutuhkan banyak dana. Melalui pembenahan struktur modal inilah yang pada akhirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan

Lebih terperinci