Prosiding Kongres Obstetri dan Ginekologi Indonesia XVI Bandung BUKU II

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Prosiding Kongres Obstetri dan Ginekologi Indonesia XVI Bandung BUKU II"

Transkripsi

1

2 Prosiding Kongres Obstetri dan Ginekologi Indonesia XVI Bandung BUKU II Editor: Tono Djuwantono Wiryawan Permadi Dian Tjahyadi Yudi Mulyana Hidayat. Hartanto Bayuaji Anita Deborah Anwar Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) 2015

3 Prosiding Kongres Obstetri dan Ginekologi Indonesia XVI Bandung BUKU II Penerbit: Dep./SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Unpad RSUPDr. Hasan Sadikin Bandung - Bekerja sama dengan POGI JI. Pasteur No. 38 Bandung Telp: , , Pes.3240 Fax Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa ijin tertulis dari penerbit Penata Isi: David Halim, Edwin Kurniawan, Yanni Melliandari Achmad Design Cover: Tono Djuwantono, Wiryawan Permadi, Stanislaus Adiwibowo Widjanarko Copyright 2015 ISBN Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang - Undang No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp ,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp ,00 (lima miliar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp ,00(lima ratus juta rupiah)

4 RISIKO KLINIS MOLA HIDATIDOSA KOMPLET SEBAGAI FAKTOR RISIKO MOLA PERSISTEN Yudi M. Hidayat, Sofie R Krisnadi, Supriadi Gandamihardja, Mieke H Satari, Bethy S. Hernowo, Bambang Sutrisna Pendahuluan Trofoblas adalah sel utama pembentuk plasenta. Penyakit yang berasal dari sel-sel ini disebut penyakit trofoblas gestasional (PTG). Mola hidatidosa komplet (MHK) adalah salah satu bentuk penyakit sel trofoblas yang patologis dan memiliki potensi berubah ke arah keganasan. Insidensi penyakit trofoblas, baik yang jinak maupun ganas, di Indonesia dan negara berkembang lainnya masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara rnaju'" World Health Organization (WHO), melaporkan penelitian di negara barat angka kejadian mola hidatidosa (MH) sekitar 1:1.450 hingga 1:2.000 kehamilan dan angka kejadian koriokarsinoma 1: hingga 1:40.000,2 sedangkan pada penelitian di Indonesia insidensi MH 1:51 sampai 141 kehamilan, dan di Jawa Barat 1:28 sampai 1:105 kehamilan sedangkan di Kotamadya Bandung dan sekitarnya adalah 1:427 kehamilan dengan insidensi tumor trofoblas gestational (TTG) 1:822 keharnilan.v' Hal yang perlu diwaspadai adalah terjadinya keganasan (TTG), salah satunya adalah mola persisten pascaevakuasi MH yang insidensinya antara 20% sampai 30%. Keganasan ini berkembang sangat cepat dengan mortalitas tinggi yaitu 31-51%.2,6,7 Faktor risiko klinis yang diduga berperan terhadap keganasan pascamola yang diketahui sampai saat ini, yaitu: usia ~35 tahun, paritas ~4, besar uterus ~20 minggu, adanya kista lutein, gambaran histopatologi proliferasi trofoblas berlebih, dan kadar ~hcg serum praevakuasi diatas miu/ml, namun deteksi keganasan dengan variabel klinis yang diketahui belum memberikan hasil yang optirnal.s? Martaadisoebrata" melaporkan bahwa kejadian koriokarsinoma setelah 351

5 352 I Kongres Obstetri dan Ginekologi Indonesia (KOG!) XVI 2015 MH pada usia ~35 tahun lebih tinggi (23,1%) dibandingkan dengan <35 tahun (17,9%). Begitu pula Jayarnasa'' melaporkan bahwa penderita MH usia ~35 tahun mempunyai risiko keganasan 2,1-3,8 kali lebih besar dibandingkan dengan usia <35 tahun.2,3,5-8 Salah satu bentuk keganasan (TIG) paling awal adalah mola persisten atau persistent trophoblastic disease (PTD) menurut Federation International of Gynecology and Obstetrics (FIGO). Dilaporkan sebagian besar wanita dengan TIG berusia tahun dan 82,7% berusia kurang dari 40 tahun.? Penelitian Perbawati dkk-? di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung pada tahun 2010 melaporkan bahwa penderita TIG pada tahun sebagian besar berusia muda (25-29 tahun), dengan paritas rendah dan sebagian besar didahului penyakit MHK. Di Indonesia, upaya menurunkan insidensi TIG dan deteksi dini keganasan pascaevakuasi MH masih belum optimal yang dapat dilihat dari masih tingginya angka kejadian keganasan pasca MH, baik pada kelompok risiko tinggi atau rendah. Di RSHS pada tahun , Sismawan dan Hidayat-' melaporkan angka kejadian TIG sebesar 38,2% dari penderita MH risiko rendah dan 61,8% dari penderita MH risiko tinggi, yang menunjukkan bahwa usaha pencegahan keganasan atas dasar faktor risiko klinis yang telah dilakukan belum optimal dan masih harus terus diperbaiki. Telah diketahui bahwa cye/in D1 berperan pada proses proliferasi sel dan cye/in D2, cye/in D3 pada perubahan sel menjadi matur (diferensiasi sel). Gangguan ekspresi cye/in D1, D2, dan D3 ditemukan pada keganasan seperti kanker payudara, duktus pankreas, karsinoma sel skuamosa kepala dan leher, serta karsinoma esofagus. Saat ini diketahui bahwa terdapat peranan protein penekan tumor (tumor supresor protein) retinoblastoma (Rb) yang berperan mengontrol ekspresi melalui kelompok protein E2F, sehingga kerjasama Rb dengan E2F akan menghambat transkripsi proses pembentukan protein yang diperlukan untuk sintesis DNA.!2-20 Proses molekuler di atas diduga sebagai penyebab perubahan keganasan pasca MH, dan perlu dilakukan penelitian untuk membuktikan kebenaranya. Materials and Methods Subjek penelitian ini adalah seluruh penderita MHK dari tahun 2007 sampai 2011 yang dirawat di RSHS Bandung. Penelitian ini menggunakan desain retrospective

6 Risika Klinis Mala Hidatidasa Kamplet sebagai Faktar Risika Mala Persisten I 353 cohort untuk mengetahui hubungan faktor risiko demografi, klinis, laboratoris dan molekuler subjek penelitian pasien MHK dengan terjadinya keganasan (mola persisten/mp atau TTG) pascaevakuasi, dari pemantauan ~hcg. Dari rekam medis, dicatat variabel faktor risiko klinis, histopatologi, laboratoris, dan ekspresi gen yang diduga berperan dalarn kejadian mola persisten dengan penerapan konsep biologi molekuler yang akan didapatkan dari gambaran imunoekspresi eye/in D1, D3, dan Rb pada plasenta MHK. Penderita MHK pascaevakuasi dipantau selama minimal 6 bulan (untuk yang sudah kembali normal) atau sampai 1 tahun untuk mengetahui perkembangan ke arah M P atau keganasan melalui parameter kurva regresi ~hcg dari Mochizuki. Immunohistochemistry (IHC) The samples of primary tumors were fixed In 10% (vjv) formalin, embedded in paraffin, and 4 urn sections were processed with hematoxylin eosin (H&E). Tissue was evaluated by histological examination under light microscopy. Tissue sections were treated with monoclonal anti eye/in D1, D3, dan Rb mutant antibodies for immunohistochemical analysis. The sections were examined using light microscopy to establish the presence or absence of immunostaining and its distribution. Statistik Hasil penelitian dianalisis secara statistik untuk menguji hipotesis dengan menggunakan analisis uji chi-kuadrat atau uji-t yang tidak berpasangan untuk membandingkan antara dua kelompok pascaevakuasi mola yang menjadi MP atau keganasan dan yang kembali menjadi normal berdasarkan penilaian kurva regresi Mochizuki. Statistical analysis was performed by SPSs, version P < 0.05 was considered to be significant Hasil Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui peranan imunoekspresi eye/in D1, D3, Rb mutant dan faktor-faktor risiko klinis pada kejadian mola persisten atau keganasan penderita pasca evakuasi mola. Telah dikumpulkan 146 subjek penelitian penderita MHK yang dilakukan tindakan kuretase di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSHS Bandung yang didiagnosis sebagai MHK. Dari 68 kasus yang

7 354 I Kongres Obstetri dan Ginekologi Indonesia (KOGI) XVI 2015 memenuhi syarat, jumlah kasus MHK yang menjadi MP adalah 20 kasus (29%) dan kasus MHK yang kembali menjadi normal sebagai kontrol adalah 48 kasus (71%). Berdasarkan klasifikasi imunoekspresi eye/in 01, 03 dan Rb mutant terdapat perbedaan nilai histoskor tampak pada kasus MHK yang berkembang menjadi mola persisten lebih tinggi eye/in 01. (5,4 vs 3,8), eye/in 03 (10,9 vs 7,7), prb mutant (10,3 vs 5,8) (Tabel 2). Imunoekspresi eye/in 01, 03 dan prb mutant padamhk yang menjadi MP lebih tinggi dibandingkan MHK yang kembali normal (regresi) (Tabel 3). Nilai rasio Cye/in 01 yaitu 1,42, Cye/in 03 1,41, dan prb mutant sebesar 1,77. Uji statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna pada proporsi eye/in 01 (p=0,021) dan Rb (0,024), sedangkan pada eye/in 03 tidak didapatkan perbedaan bermakna (p>0,05). Hubungan antara variabel klinis dan kejadian MP (Tabel 4) dengan menggunakan uji chi-square. Analisis bivariat terhadap variabel paritas, kista lutein dan besar uterus secara statistik tidak berbeda bermakna (p>0,05), sedangkan pada variabel usia (p=0,04), gambaran histopatologi proliferasi sel trofoblas berlebih pascaevakuasi (p=o,oo), begitu juga pada variabel kadar ~hcg serum (p=o,ol), secara statistik didapatkan perbedaan yang sangat bermakna dengan p<0,05. Perhitungan tabulasi silang antara variabel klinis dan imunoekspresi (Tabel 5) yang memberikan nilai signifikan terhadap kejadian MP dengan p<0,05 pada uji sebelumnya, secara statistik juga menunjukkan hubungan yang bermakna antara varia bel klinis ~hcg dan gambaran histopatologi dengan imunoekspresi eye/in 01 dan prb mutant, dengan nilai p<0,05. Perhitungan analisis multivariat dengan logistic regression menunjukkan hasil tiga variabel klinis (usia, gambaran histopatologi, kadar ~hcg serum dan dua variabel imunoekspresi (eye/in 01 dan Rb mutant) berhubungan bermakna secara statistik terhadap terjadinya mola persisten (nilai p<0,05), sedangkan variabel klinis paritas, besar uterus, kista lutein, dan imunoekspresi eye/in 03 tidak menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik (nilai p>0,05) (Table 6). Oari analisis multivariat tersebut didapatkan nilai z yang dijadikan sebagai patokan dasar untuk menghitung peranan setiap variabel dengan sistem pembobotan yang berpengaruh (faktor risiko) terhadap kejadian MP. Oidapatkan nilai bobot setiap varia bel (Tabel 7), yakni pada nilai z terendah Kadar ~hcg z =

8 Risika Klinis Mala Hidatidasa Kamplet sebagai Faktar Risika Mala Persisten I 355 0,50 diberikan bobot 1 (0,5x2x10), sedangkan variabel risiko lainnya merupakan kelipatan nilai z dari masing-masing variabel terhadap nilai z kadar ~hcg serum, \ misanya bobot nilai usia dengan nilai z=2,02 (2,02/0,50 = 4 kali kadar ~hcg serum x10) didapatkan skor 40, bobot nilai paritas z = -1,46/0,5 = -2,9 kali x10 = - 29 dan seterusnya, sehinqqe didapatkan nilai bobot setiap variabel seperti tercantum pada Tabel7. Perhitungan varibel faktor risiko klinis dan imunoekspresi yang dimiliki penderita MHK dikalikan dengan bobot masing-masing variabel (Table 7), sehingga didapatkan skor total prediksi untuk kemungkinan terjadinya MP pada kasus MHK pada penelitian ini. Cara perhitungan model skor, misalnya: Sampel no. RM = Usia (36x40) + Paritas (2x-29) + Besar Uterus (19x32) + PA (lx65) + Kadar ~hcg serum (1 x 10) + Histoskor D1 (12x47) + Histoskor Rb (12x34) = 2963, maka sampel tersebut termasuk dalam MHK risiko tinggi. Perhitungan model sistem skoring yang dibuat (Tabel 8) terhadap setiap sampel penelitian MHK, didapatkan nilai total skor, cuff-off point, sensitivitas, dan spesifisitas sistem skoring prediksi MP yang dibuat pada penelitian ini. Dari perhitungan tersebut, didapatkan cut-off point pada nilai skor dengan sensitivitas 75,0% dan spesifisitas 75,0%. Pembahasan Hasil analisis beberapa variabel demografi, klinis, dan ekspresi dalam penelitian ini mendapatkan hasil sebagai berikut: Kadar phcg serum ~ mu/ml. Proliferasi sel trofoblas terutama sinsitiotrofoblas akan meningkatkan produksi ~hcg, sehingga kadarnya di dalam serum meningkat. Kadar ~hcg serum ~ rnu/rnl, merupakan variabel faktor risiko yang mempunyai hubungan bermakna dengan keja:dian MP (p=o,ol). Pada perhitungan bobot kadar ~hcg sebagai salah satu faktor risiko keganasan, didapatkan nilai z=0,5 yang merupakan nilai z paling rendah yang berarti variabel yang sangat penting yang berkaitan dengan variabel lainnya, sehingga kadar ~hcg serum dipakai sebagai patokan untuk menghitung bobot skor variabel faktor risiko yang lain, yakni jika nilai z kadar ~hcg serum 1 (artinya 2 x 0,5), maka variabel risiko lain dikali 2.

9 356 I Kongres Obstetri Usia saat dan Ginekoiogi hamil Indonesia ~35 signifikan terhadap penelitian ini secara statistik (KOGI) XVI 2015 tahun. kejadian VariabeJ MP dengan usia nilai disimpulkan mempunyai (p=0,04) efek positif dan usia hubungan yang nilai z 2,02. Pada d5 tahun dengan kejadian MP dengan nilai z + 2,02. Hal ini berarti MHK pada usia ~35 mempunyai risiko 4 kali dibandingkan lebih dengan besar _untuk variabel terjadinya faktor keganasan pascaevakuasi risiko kadar ~hcg serum ~ mala rnu/rnl, Usia juga berperan sebagai faktor risiko kejadian atau insidensi kehamilan MHK. Paritas ~4. Variabel paritas tidak kejadian MP. Paritas lebih berperan (p>0,05), dan nilai z=-1,46). proteksi tingginya mempunyai sebagai faktor Pada penelitian terhadap bermakna didapatkan paritas (~4) dengan kejadian MP yag ditunjukkan kejadian keganasan pasca dengan risiko kejadian kehamilan ini secara statistik negatif 1,46. Hal ini berarti paritas ~4 mempunyai kali hubungan pengaruh evakuasi mala MHK efek dengan nilai z proteksi 2,9 (1,46/0,5) dibandingkan dengan variabel faktor risiko kadar ~hcg serum ~ mu/rnl, Besar uterus ~20 minggu. risiko prediksi MP, walaupun Variabel statistik multivariat tidak terdapat mendapatkan 3,2 (2xl,59) hubungan trofoblas terbentuk karena tidak akan membuat didapatkan waktu yang dilakukan lama korionik gonadotropin gejala sekunder terhadap (hcg) kejadian di dalam kavum uteri, semakin banyak sel kista lutein tidak bermakna yang terbentuk untuk efek posit if besar uterus semakin membesar. hubungan adalah kista di ovarium ini karena (p=0,23;z= + 1,59). Analisis secara statistik kadar harmon yang berlebihan Kista lutein. Variabel faktor risiko kejadian keganasan pasca evakuasi mala adalah kali lebih besar dibanding sel trofoblas variabel memakai variabel bermakna pasien MHK. Varia bel besar uterus ini merupakan proliferasi dijadikan besar uterus yang sebenarnya, dan pada nilai Z= + 1,59 sehingga uterus ~20 minggu terhadap dapat harus lebih berhati-hati tidak semua pasien MHK datang dengan analisis uterus terjadinya akibat kista dijadikan variabel dengan kejadian stimulasi lutein. faktor risiko MP, MP. Kicsta lutein hcg dan membutuhkan Pada kasus MHK yang cepat evakuasi di RS, stimulasi hcg akan segera hilang, sehingga tidak sempat terbentuk kista lutein; analisis statistik tidak menunjukkan hubungan bermakna (p>0,05). Gambaran histopatologi histopatologi proliferasi trofoblas. proliferasi berlebih trofolas adalah berlebih. manifestasi klinis Gambaran proses yang

10 Risiko Klinis Mola Hidatidosa Komplet sebagai Faktor Risiko Mola Persisten I 35 terjadi pada tingkat molekuler akibat siklus sel yang tidak terkontrol sehingga terjad proliferasi sel yang tidak terkendali. Pada penelitian ini didapat hubungan bermakna antara gambaran histopatologi proliferasi berlebih dan kejadian MP (p=o,oo) dan z+3,23. Hal ini berarti gambaran histopatologis proliferasi trofoblas berlebih secara statistik mempunyai efek risiko positif 6,5 x lebih besar dibandingkan dengan kadar hcg terhadap kejadian keganasan pasca evakuasi mola. Imunoekspresi eye/in D1. Dalam penelitian ini tampak imunoekspresi eye/in D1 mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian MP secara statistik (p=o,02 s.d 0,03), dan terdapat perbedaan rasio kadar imunoekspresi pada histoskor eye/in \ D1 lebih tinggi pada MHK yang berkembang menjadi MP dibanding MHK yang kembali menjadi normal (5,40:3,77; 1,43 kali). Peningkatan imunoekspresi eye/in D1 berpengaruh pad a kecepatan siklus sel yang berlangsung pada MHK, menyebabkan proses fase G1jS pada siklus sel berlangsung terlalu cepat sehingga fungsi kontrol siklus sel tidak bekerja dengan baik. Pada perhitungan analisis multivariat didapatkan nilai z untuk eye/in D1 sebesar +2,34, artinya imunoekspresi cyclin D1 pada MHK mempunyai pengaruh 5 kali lebih besar dibandingkan dengan kadar hcg pada kejadian MP pada penderita pasca evakuasi MHK. Imunoekspresi eye/in D3. Dalam penelitian ini tampak imunoekspresi eye/in D3 tidak mempunyai hubungan dengan MP secara statistik (p>o,05), akan tetapi terdapat perbedaan rasio kadar ekspresi histoskor eye/in D3 lebih tinggi pada MHK yang berkembang menjadi MP dibandingkan dengan MHK yang kembali menjadi normal (10,85:9,93; l,09x). Imunoekspresi Cyclin D3 tidak didapatkan perbedaan yang bermakna kemungkinan disebabkan waktu pemantauan pada penelitian terlalu singkat 1 tahun, seperti diketahui Cyclin D3 berperan pada proses diferensiasi sel dan diferensiasi sel trofoblas pada mola yang akan rneniadi koriokarsinoma, mola invasif dan PSTT membutuhkan waktu yang cukup lama. Peningkatan imunoekspresi eye/in D3 bersama-sama dengan eye/in D1 memengaruhi kecepatan siklus sel yang berlangsung pada MHK, menyebabkan proses fase G1jS pada siklus sel berlangsung terlalu cepat sehingga fungsi kontrol siklus sel dan diferensiasi sel tidak bekerja dengan baik. Pada penelitian ini imunoekspresi eye/in D3 tidak dimasukkan ke dalam varia bel faktor prediksi keganasan karena tidak didapatkan hubungan bermakna secara statistik.

11 358 I Kongres Obstetri dan Ginekologi Indonesia (KOGI) XVI 2015 Imunoekspresi Rb mutant. Dari hasil penelitian tampak telah terjadi peningkatan ekspresi prb mutant yang bermakna dan terdapat hubungan sangat bermakna dengan kejadian keganasan (p=0,03). Imunoekspresi Rb mutant sangat penting diketahui karena merupakan kunci penyimpangan dalam siklus sel terutama pada fase siklus G1/S. Pada, analisis multivariat didapatkan nilai z+1,68 berarti imunoekspresi mutant protein Rb mempunyai pengaruh pada kejadian mola persisten atau keganasan pascaevakuai MHK 3 kali lebih besar dibandingkan dengan hcg. Dari kesemua variabel yang berpengaruh pada proses terjadinya MP pascaevakuasi MHK pada penelitian ini, dapat dibuat suatu model tabel prediksi risiko MP sesuai tabel 4.9, dengan model seperti di bawah ini: Perhitungan faktor risiko = A, data pasien = B, bobot setiap variabel = C, skor D = B x C, dan ditemukan total skor dari setiap variabel. Contoh: Faktor risiko usia 40=(2,02/0,5x10), paritas -29=(-1,46/0,5x10), besar uterus 32=(1,59/0,5x10), gambaran histopatologi 65=(3,23/0,5x10), kadar ~hcg 10=(0,5/0,5x 10), Histoskor D1 47 = (2,34/0,5x10), Histoskor Rb 34=(1,68/0,5x10). Dari model tersebut didapatkan nilai cut-off point pada skor 2.384, sehingga didapatkan interpretasi hasil skoring prediksi risiko mola persisten adalah sebagai berikut: 1. Total skor <2.384 : pasien penderita mola hidatidosa komplit (MHK) risiko rendah 2. Total skor ~2.384 : pasen penderita mola hidatidosa komplit (MHK) risiko tinggi Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan sebagai berikut: Imunoekspresi eye/in D1 lebih kuat pada pasien MHK yang berkembang menjadi MP dibanding pasien MHK yang kembali menjadi normal (regresi). Tidak didapatkan hubungan faktor risiko peningkatan imunoekspresi eye/in D3 pada MP pasca evakuasi MHK. Imunoekspresi Rb mutant lebih kuat pada pasien MHK yang berkembang menjadi MP dibanding pasien MHK yang kembali menjadi normal (regresi). Terdapat hubungan faktor risiko klinis usia, gambaran histopatologi proliferasi berlebih, kadar ~hcg serum ~ miu/ml, imunoekspresi eye/in D1 dan imunoekspresi prb mutant yang kuat terhadap kejadian MP. Didapatkan variabel klinis: usia d5 tahun dengan bobot (40), ~hcg ~ miu/ml (10), gambaran histopatologi proliferasi

12 Risiko Klinis Mola Hidatidosa Komplet sebagai Faktor Risiko Mola Persisten I sel trofoblas berlebih (65), dan variabel imunoekspresi: eye/in D1 (47) dan Rb mu (34) yang berpengaruh pada kejadan MP. Masih terdapat wanita di Indonesia dengan kehamilan pada usia tua 21 tahun yang akan meningkatkan kehamilan patologis yang salah satunya ada kehamilan MHK. I?roses molekuler peningkatan imunoekspresi eye/in D1 ya berpengaruh pada kecepatan siklus sel (terutama fase G1/S) dan gangguan funq tumor supresor gen (mutasi Rb) sebagai kunci dalam memahami patogene terjadinya mola persisten. Didapatkan model aplikasi skor prediksi risiko mo persisten dari variabel-variabel klinis dan imunoekspresi yang berpengaruh terhada kejadian mola persisten dengan nilai cut-off point Dihasilkan model aplika] skor prediksi risiko mola persisten Bandung Trophoblastic Centre untuk dijadikat acuan memilah penderita MHK risiko tinggi dan risiko rendah. References 1. Martaadisoebrata D. Perkembangan penyakit trofoblas gestasional di Jawa Barat dan peranan RSHS dalam upaya penanggulangannya. Bandung: Risalah seminar sehari penyakit trofoblas gestasional; WHO. Gestational trophoblastic diseases, Report of WHO Scientific Group. ed. Geneva; Irianti S, Martaadisoebrata D, Anwar AD. Studi epidemiologi penyakit trofoblas gestasional di kotamadya Bandung dan sekitarnya. Bali: KOGI XI; Benjamin E. Pathology of gestasional trophoblastic disease. Edisi ke-1. Turkey: GUNES Publishing; Martaadisoebrata D. Problematik penyakit trofoblas ditinjau dari segi epidemiologi serta pengelolaan [Disertasi]. Bandung: Universitas Padjadjaran; Ober WB. Choriocarcinoma: historical notes. Dalam: Szulman AE, Buchsbaum HJ, penyunting. Gestational trophoblastic disease. Edisi ke-l New York: Springer- Verlag; him Hernandez E, Huh W. Gestational trophoblastic neoplasia [diunduh 26 Januari 2011]. Tersed ia dari: overview. 8. Jayamasa, Kurnen A, Dasuki D. Hubungan antara umur dan paritas terhadap degenerasi maligna molahidatidosa. Bandung: PIT VIII POGI; 1992.

13 360 I Kongres Obstetri dan Ginekologi Indonesia (KOGI) XVI Tse KY, Ngan HY. Gestational trophoblastic disease. Best Pract Res Clin Obstet Gynaecol. 2012;26(3): Perbawati RI. Gambaran epidemiologi klinik tumor trofoblas gestasional di Rumah Sakit Hasan Sadikin periode tahun Bandung. Tesis. Bandung: Universitas Padjadjaran; 201). 11. Sismawan HB, Hidayat YM. Kejadian tumor trofoblas gestasional (TTG) pada pasien pasca evakuasi molahidatidosa dan faktor risiko yang mempengaruhinya di RSHS Bandung periode Bandung: Universitas Padjadjaran; Andreeff M, Goodrich DW, Koeffer HP. Cell proliferation and differentiation. Dalam: Kufe DW, Pollock RE, Weichselbaum RR, penyunting. Holland-Frei cancer medicine. Edisi ke-7. USA: BC Decker Inc; him Arnold A, Papanikolaou A. Cyclin D1 in breast cancer pathogenesis. J Clin One. 2005;23: Jiang W, Zhang YJ, Khan SM. Altered expression of the cyclin D1 and retinoblastoma genes in human esophageal cancer. Proc Natl Acad Sci USA. 1993;90: Cheung AN, Srivastava G, Pittaluga S, Man TK, Ngan H, Collins RJ. Expression of c-myc and c-frns oncogenes in trophoblastic cells in hydatidiform mole and normal human placenta. J Clin Pathol. 1993;46(3): Capparuccia L, Marzioni D, Giordano A, Fazioli F, De Nictolis M, Busso N, dkk. PPARy expression in normal human placenta, hydatidiform mole and choriocarcinoma. Mol Hum Reprod. 2002;8(6): Bartkova J, Lukas J, Strauss M, Bartek J. Cyclin D3: requirement for G1/S transition and high abundance in quiescent tissues suggest a dual role in proliferation and differentiation. Oncogene. 1998;17(8): Liu JH, Mu ZM, Chang KS. PML suppresses oncogenic transformation of NIH/3T3 cells by activated neu. J Exp Med. 1995;181: Fagan R, Flint KJ, Jones N. Phosphorylation of E2F-1 modulates its interaction with the Retinoblastoma gene product and the adenoviral E4 19 kda protein. Cell. 1994;78(5): Nevins JR. E2F: a link between the Rb tumor suppressor protein and viral oncoproteins. Science. 1992;258(5081):424-9.

Abstrak. Abstract. Kata kunci: Gambaran histopatologi, kadar βhcg, kista lutein, mola hidatidosa komplit, PTG

Abstrak. Abstract. Kata kunci: Gambaran histopatologi, kadar βhcg, kista lutein, mola hidatidosa komplit, PTG Hubungan Kadar βhcg Praevakuasi, Gambaran Histopatologi, dan Kista Lutein dengan Performa βhcg pada Penderita Mola Hidatidosa yang Berkembang Menjadi PTG dan Kembali Normal Abstrak Yudi Mulyana Hidayat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan proliferasi selular dari trofoblas plasenta meliputi :

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan proliferasi selular dari trofoblas plasenta meliputi : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit trofoblas gestasional merupakan kelompok penyakit dengan peningkatan proliferasi selular dari trofoblas plasenta meliputi : Molahidatidosa (komplit dan parsial)

Lebih terperinci

eissn X Korespondesi: Kemala Isnainiasih Mantilidewi,

eissn X Korespondesi: Kemala Isnainiasih Mantilidewi, eissn 2615-496X Apakah Kadar β-hcg Praevakuasi dan Gambaran Proliferasi Sel Trofoblas secara Mikroskopik dapat digunakan untuk Prediksi Transformasi Keganasan pada Mola Hidatidosa? Kemala Isnainiasih Mantilidewi,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MOLA HIDATIDOSA DI RSUP Dr.KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

KARAKTERISTIK MOLA HIDATIDOSA DI RSUP Dr.KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH KARAKTERISTIK MOLA HIDATIDOSA DI RSUP Dr.KARIADI SEMARANG HALAMAN JUDUL LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa program strata-1

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN GENETIK PADA MOLA HIDATIDOSA DAN KORIOKARSINOMA

ABSTRAK GAMBARAN GENETIK PADA MOLA HIDATIDOSA DAN KORIOKARSINOMA ABSTRAK GAMBARAN GENETIK PADA MOLA HIDATIDOSA DAN KORIOKARSINOMA Inga Mulyani Dewi Santoso, 2007 Andries, Pembimbing Utama : Freddy Tumewu dr., MS Mola hidatidosa dan koriokarsinoma merupakan jenis Penyakit

Lebih terperinci

Mola Hidatidosa. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Mola Hidatidosa. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Mola Hidatidosa Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Mola hidatidosa adalah bagian dari penyakit trofoblastik gestasional, yang disebabkan oleh kelainan pada vili koriales

Lebih terperinci

Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari

Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari Editor: Hanom Husni Syam Anita Rachmawati Cover dan layout: Edwin Kurniawan Diterbitkan oleh: Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RSUP dr. Hasan Sadikin Jl.

Lebih terperinci

Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari

Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari Editor: Hanom Husni Syam Anita Rachmawati Cover dan layout: Edwin Kurniawan Diterbitkan oleh: Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RSUP dr. Hasan Sadikin Jl.

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan

Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan Prosiding SNaPP011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:089-358 HUBUNGAN KARAKTERISTIK PASIEN DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS YANG DIRAWAT INAP DI BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal atau terus menerus dan tak terkendali, dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat menjalar ke tempat yang jauh dari

Lebih terperinci

KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA

KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA PERBANDINGAN KADAR SOLUBLE fms-like TYROSINE KINASE 1 (sflt1) SERUM KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA Amillia Siddiq, Johanes C.Mose,

Lebih terperinci

Hubungan antara Karakteristik Klinis Pasien Mola Hidatidosa dengan Performa Reproduksi Pascaevakuasi di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung

Hubungan antara Karakteristik Klinis Pasien Mola Hidatidosa dengan Performa Reproduksi Pascaevakuasi di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Hubungan antara Karakteristik Klinis Pasien Mola Hidatidosa dengan Performa Reproduksi Pascaevakuasi Vanessa Natasha Harjito 1, Yudi Mulyana Hidayat 2, Indah Amelia 3 1 Fakultas Kedokteran, Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma serviks uteri merupakan masalah penting dalam onkologi ginekologi di

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma serviks uteri merupakan masalah penting dalam onkologi ginekologi di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Karsinoma serviks uteri merupakan masalah penting dalam onkologi ginekologi di Indonesia. Penyakit ini merupakan tumor ganas yang paling banyak dijumpai

Lebih terperinci

Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari

Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari 2nd Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari Editor Wiryawan Permadi Hartanto Bayuaji Hanom Husni Syam Dian Tjahyadi Edwin Kurniawan Cover dan layout Edwin Kurniawan ii Diterbitkan oleh Departemen/SMF

Lebih terperinci

Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari

Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari 2nd Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari Editor Wiryawan Permadi Hartanto Bayuaji Hanom Husni Syam Dian Tjahyadi Edwin Kurniawan Cover dan layout Edwin Kurniawan ii Diterbitkan oleh Departemen/SMF

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi dan poliklinik/bangsal

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi dan poliklinik/bangsal 66 BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi dan poliklinik/bangsal Radioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RS dr. Kariadi Semarang sejak bulan Juli

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mola Hidatidosa Mola hidatidosa merupakan penyakit trofoblas gestational yang ditandai dengan abnormalitas vili korialis yang mengalami degenerasi hidropik sehingga terlihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia kanker serviks atau kanker leher rahim menempati urutan ketujuh dari seluruh kejadian keganasan pada manusia (Cancer Research United Kingdom, 2010).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Al Baqarah ayat 233: "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Al Baqarah ayat 233: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki kedudukan istimewa baik secara lahir dan batin. Selain memiliki nilai estetika, bagian tubuh

Lebih terperinci

ABSTRAK INSIDENSI DAN GAMBARAN PENDERITA KANKER SERVIKS DI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG TAHUN 2014

ABSTRAK INSIDENSI DAN GAMBARAN PENDERITA KANKER SERVIKS DI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG TAHUN 2014 ABSTRAK INSIDENSI DAN GAMBARAN PENDERITA KANKER SERVIKS DI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG TAHUN 2014 Gizella Amanagapa, 2015 Pembimbing : Dr. Hana Ratnawati, dr., M.kes., PA(K) Dr. Teresa L.W., S.Si., M.kes.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menanggulangi masalah angka kematian ibu yang masih tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menanggulangi masalah angka kematian ibu yang masih tinggi di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam menanggulangi masalah angka kematian ibu yang masih tinggi di Indonesia, pemerintah mencanangkan program Millineum Development Goals (MDGs) namun pada kenyataannya,

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBEDAAN KADAR CANCER ANTIGEN 125 DAN HUMAN EPIDIDIMIS PROTEIN 4 PADA PASIEN KANKER OVARIUM EPITELIAL TIPE I DAN TIPE II

ABSTRAK PERBEDAAN KADAR CANCER ANTIGEN 125 DAN HUMAN EPIDIDIMIS PROTEIN 4 PADA PASIEN KANKER OVARIUM EPITELIAL TIPE I DAN TIPE II ABSTRAK PERBEDAAN KADAR CANCER ANTIGEN 125 DAN HUMAN EPIDIDIMIS PROTEIN 4 PADA PASIEN KANKER OVARIUM EPITELIAL TIPE I DAN TIPE II Pande Made Angger Parameswara Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari

Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari Editor: Hanom Husni Syam Anita Rachmawati Cover dan layout: Edwin Kurniawan Diterbitkan oleh: Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RSUP dr. Hasan Sadikin Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat dan bentuk berbeda dari sel asalnya.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. adanya heterogenitas pada perubahan genetik. Kanker payudara menjadi penyebab

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. adanya heterogenitas pada perubahan genetik. Kanker payudara menjadi penyebab BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kanker payudara merupakan penyakit kompleks yang ditandai dengan adanya heterogenitas pada perubahan genetik. Kanker payudara menjadi penyebab utama kematian di dunia.

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri 78 BAB 6 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri stadium lanjut yaitu stadium IIB dan IIIB. Pada penelitian dijumpai penderita dengan stadium IIIB adalah

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Kanker rahim tergolong penyakit kanker yang terbanyak diderita kaum

BAB I. Pendahuluan. Kanker rahim tergolong penyakit kanker yang terbanyak diderita kaum 1 BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Kanker rahim tergolong penyakit kanker yang terbanyak diderita kaum perempuan. Penyakit tersebut bahkan sangat mematikan. Biasanya beragam jenis kanker, termasuk

Lebih terperinci

Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari

Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari 2nd Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari Editor Wiryawan Permadi Hartanto Bayuaji Hanom Husni Syam Dian Tjahyadi Edwin Kurniawan Cover dan layout Edwin Kurniawan ii Diterbitkan oleh Departemen/SMF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. 1 Pada saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kanker ovarium adalah kanker ginekologi yang dijumpai hampir 30% dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada perempuan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah utama bagi masyarakat karena menjadi salah

I. PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah utama bagi masyarakat karena menjadi salah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker merupakan masalah utama bagi masyarakat karena menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Salah satu jenis kanker yang memiliki potensi kematian terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan proliferasi maligna dari sel epitel pada duktus atau lobulus payudara (Fauci, 2008). Menurut data WHO, kanker payudara menempati posisi kedua

Lebih terperinci

Gambaran Karakteristik Penderita Rawat Inap Karsinoma Serviks di RSUD Karawang Periode 1 Januari Desember 2011

Gambaran Karakteristik Penderita Rawat Inap Karsinoma Serviks di RSUD Karawang Periode 1 Januari Desember 2011 Gambaran Karakteristik Penderita Rawat Inap Karsinoma Serviks di RSUD Karawang Periode Januari 0 3 Desember 0 Eveline Febrina, Dani.Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Bagian Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Retinoblastoma merupakan keganasan intraokular paling sering pada anak, yang timbul dari retinoblas immature pada perkembangan retina. Keganasan ini adalah keganasan

Lebih terperinci

Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari

Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari 2nd Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari Editor Wiryawan Permadi Hartanto Bayuaji Hanom Husni Syam Dian Tjahyadi Edwin Kurniawan Cover dan layout Edwin Kurniawan ii Diterbitkan oleh Departemen/SMF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tumor ganas ovarium adalah penyebab kematian akibat tumor ginekologi yang menduduki urutan ke empat di Amerika Serikat. (1-10) Laporan statistik kanker Amerika Serikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) yang. terakhir dilaksanakan pada tahun 2007, walaupun menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) yang. terakhir dilaksanakan pada tahun 2007, walaupun menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) yang terakhir dilaksanakan pada tahun 2007, walaupun menunjukkan kecenderungan yang terus menurun (390 kematian/100.000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks adalah penyakit keganasan serviks akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya. Kanker serviks

Lebih terperinci

Tinjauan Histopatologik Penyakit Trofoblastik Gestasional di Sumatera Utara pada Tahun

Tinjauan Histopatologik Penyakit Trofoblastik Gestasional di Sumatera Utara pada Tahun di Sumatera Utara pada Tahun 2010-2013 ABSTRAK Departemen Patologi Anatomik, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara Medan Latar belakang Penyakit Trofoblastik Gestasional (PTG) adalah sekelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control. Penelitian ini merupakan penelitian observasional karena peneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. RUANG LINGKUP PENELITIAN 1. Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini mencakup bidang ilmu Obstetrik dan Ginekologi. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN OVEREKSPRESI HUMAN EPIDERMAL GROWTH FACTOR RECEPTOR 2 (HER-2) DENGAN USIA PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN OVEREKSPRESI HUMAN EPIDERMAL GROWTH FACTOR RECEPTOR 2 (HER-2) DENGAN USIA PADA PASIEN KANKER PAYUDARA KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN OVEREKSPRESI HUMAN EPIDERMAL GROWTH FACTOR RECEPTOR 2 (HER-2) DENGAN USIA PADA PASIEN KANKER PAYUDARA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini memiliki fokus pada kanker payudara usia muda pada wanita

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini memiliki fokus pada kanker payudara usia muda pada wanita 36 BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini memiliki fokus pada kanker payudara usia muda pada wanita dengan paritas nulipara dengan beberapa faktor risiko lain. Hal ini di teliti karena belum adanya penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering dijumpai pada wanita dan penyebab kematian terbanyak. Pengobatannya sangat tergantung dari stadium

Lebih terperinci

PENDAHULUAN METODE HASIL

PENDAHULUAN METODE HASIL PENDAHULUAN Karsinoma payudara merupakan karsinoma yang umum terjadi pada wanita dengan jumlah kasus lebih dari satu juta setiap tahunnya di seluruh dunia. Karsinoma payudara menduduki peringkat kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for

BAB I PENDAHULUAN. pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for Reasearch on Cancer (IARC)

Lebih terperinci

MENCARI NILAI THRESHOLD YANG TEPAT UNTUK PERANCANGAN PENDETEKSI KANKER TROFOBLAS

MENCARI NILAI THRESHOLD YANG TEPAT UNTUK PERANCANGAN PENDETEKSI KANKER TROFOBLAS MENCARI NILAI THRESHOLD YANG TEPAT UNTUK PERANCANGAN PENDETEKSI KANKER TROFOBLAS Marvin Chandra Wijaya 1, Semuil Tjiharjadi 2 1 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas Teknik,Universitas Kristen Maranatha Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai 85-90% adalah kanker ovarium epitel.

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN KTI HUBUNGAN OVEREKSPRESI HUMAN EPIDERMAL GROWTH FACTOR RECEPTOR 2 (HER-2) DENGAN GRADE HISTOLOGI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

HALAMAN PENGESAHAN KTI HUBUNGAN OVEREKSPRESI HUMAN EPIDERMAL GROWTH FACTOR RECEPTOR 2 (HER-2) DENGAN GRADE HISTOLOGI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA HALAMAN PENGESAHAN KTI HUBUNGAN OVEREKSPRESI HUMAN EPIDERMAL GROWTH FACTOR RECEPTOR 2 (HER-2) DENGAN GRADE HISTOLOGI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA Disusun Oleh: AFIF ARIYANWAR 20130310063 Telah disetujui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. KHS terjadi di negara berkembang. Karsinoma hepatoseluler merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. KHS terjadi di negara berkembang. Karsinoma hepatoseluler merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan Masalah Karsinoma hepatoseluler (KHS) merupakan kanker terbanyak kelima pada laki-laki (7,9%) dan ketujuh pada wanita 6,5%) di dunia, sebanyak

Lebih terperinci

TESIS OLEH JUHRIYANI M. LUBIS

TESIS OLEH JUHRIYANI M. LUBIS KURVA REGRESI β - HUMAN CHORIONIC GONADOTROPIN SERUM PADA PENDERITA PENYAKIT TROFOBLAS GANAS RESIKO RENDAH YANG MENDAPAT KEMOTERAPI METOTREXAT TUNGGAL DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN TESIS OLEH JUHRIYANI

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. morbiditas dan mortalitas. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. morbiditas dan mortalitas. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kanker merupakan salah satu penyakit yang banyak menimbulkan morbiditas dan mortalitas. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab kematian nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kanker payudara merupakan lesi yang sering ditemukan pada wanita dan berbahaya, serta merupakan penyebab kematian kedua setelah kanker leher rahim. Kanker payudara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan dan penyebaran sel secara tidak terkendali, sering menyerang jaringan sekitar dan dapat bermetastasis atau menyebar ke organ lain (World Health

Lebih terperinci

PERBEDAAN EKSPRESI VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA RETINOBLASTOMA STADIUM KLINIS INTRAOKULAR DAN INVASI LOKAL.

PERBEDAAN EKSPRESI VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA RETINOBLASTOMA STADIUM KLINIS INTRAOKULAR DAN INVASI LOKAL. i PERBEDAAN EKSPRESI VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA RETINOBLASTOMA STADIUM KLINIS INTRAOKULAR DAN INVASI LOKAL Tesis Program Pendidikan Dokter Spesialis Bidang Studi Ilmu Kesehatan Mata

Lebih terperinci

Hubungan Ekspresi Reseptor Progesteron dengan Derajat Diferensiasi Carsinoma Mammae

Hubungan Ekspresi Reseptor Progesteron dengan Derajat Diferensiasi Carsinoma Mammae 1 Hubungan Ekspresi Reseptor Progesteron dengan Derajat Diferensiasi Carsinoma Mammae Noor Yazid, Afiana Rohmani, Vina Noviyanti Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang ABSTRAK Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia terdapat banyak kasus yang berkaitan dengan kesehatan, salah satunya adalah munculnya penyakit, baik menular

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia BAB 4 HASIL 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM pada tahun 2007. Data yang didapatkan adalah sebanyak 675 kasus. Setelah disaring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks uteri merupakan salah satu masalah penting pada wanita di dunia. Karsinoma serviks uteri adalah keganasan kedua yang paling sering terjadi dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker Ovarium merupakan penyebab utama kematian dari kanker ginekologi. Selama tahun 2012 terdapat 239.000 kasus baru di seluruh dunia dengan insiden yang bervariasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda memiliki jenis histopatologi berbeda dan karsinoma sel skuamosa paling

BAB I PENDAHULUAN. berbeda memiliki jenis histopatologi berbeda dan karsinoma sel skuamosa paling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker kepala dan leher adalah berbagai tumor ganas yang berasal dari saluran aerodigestive atas (UADT), meliputi rongga mulut, nasofaring, orofaring, hipofaring dan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Gambaran Riwayat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Pasien Kanker Payudara Sebagai Langkah Deteksi Dini

ABSTRAK. Gambaran Riwayat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Pasien Kanker Payudara Sebagai Langkah Deteksi Dini ABSTRAK Gambaran Riwayat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Pasien Kanker Payudara Sebagai Langkah Deteksi Dini Stephen Iskandar, 2010; Pembimbing pertama : Freddy T. Andries,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Endometriosis adalah kelainan ginekologi dengan karakteristik. adanya implantasi jaringan endometrium di lokasi ektopik, misal:

BAB I PENDAHULUAN. Endometriosis adalah kelainan ginekologi dengan karakteristik. adanya implantasi jaringan endometrium di lokasi ektopik, misal: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Endometriosis adalah kelainan ginekologi dengan karakteristik adanya implantasi jaringan endometrium di lokasi ektopik, misal: peritoneum panggul, ovarium

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014 Herlina 1, *Resli 2 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain Hospital Based Case Control Study. Prinsip yang mendasari studi ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kasus diantaranya menyebabkan kematian (Li et al., 2012; Hamdi and Saleem,

BAB 1 PENDAHULUAN. kasus diantaranya menyebabkan kematian (Li et al., 2012; Hamdi and Saleem, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker ovarium merupakan peringkat keenam keganasan terbanyak di dunia, dan merupakan penyebab kematian ketujuh akibat kanker. Kanker ovarium didiagnosis pada 225.500

Lebih terperinci

PETANDA TUMOR (Tumor marker) ELLYZA NASRUL Bagian Patologi Klinik FK Unand/RS.dr.M.Djamil Padang

PETANDA TUMOR (Tumor marker) ELLYZA NASRUL Bagian Patologi Klinik FK Unand/RS.dr.M.Djamil Padang PETANDA TUMOR (Tumor marker) ELLYZA NASRUL Bagian Patologi Klinik FK Unand/RS.dr.M.Djamil Padang IMUNOLOGI TUMOR INNATE IMMUNITY CELLULAR HUMORAL PHAGOCYTES NK CELLS COMPLEMENT CYTOKINES PHAGOCYTOSIS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdarahan uterus abnormal (PUA) menjadi masalah yang sering dialami oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan mengeluh menoragia,

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBEDAAN EKSPRESI PROTEIN 53 (p53) PADA STADIUM I, II DAN III KANKER SERVIKS TIPE SEL SKUAMOSA

ABSTRAK PERBEDAAN EKSPRESI PROTEIN 53 (p53) PADA STADIUM I, II DAN III KANKER SERVIKS TIPE SEL SKUAMOSA ABSTRAK PERBEDAAN EKSPRESI PROTEIN 53 (p53) PADA STADIUM I, II DAN III KANKER SERVIKS TIPE SEL SKUAMOSA Kanker serviks merupakan keganasan yang paling banyak ditemukan dan merupakan penyebab kematian utama

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MOLA HIDATIDOSA DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

KARAKTERISTIK MOLA HIDATIDOSA DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG KARAKTERISTIK MOLA HIDATIDOSA DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG Arlitta Intan Kusuma 1, Besari Adi Pramono 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Karsinoma ovarium adalah keganasan yang berasal. dari jaringan ovarium. Ovarian Cancer Report mencatat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Karsinoma ovarium adalah keganasan yang berasal. dari jaringan ovarium. Ovarian Cancer Report mencatat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma ovarium adalah keganasan yang berasal dari jaringan ovarium. Ovarian Cancer Report mencatat pada tahun 2014 karsinoma ovarium adalah karsinoma peringkat tujuh

Lebih terperinci

D. Kerangka Teori E. Kerangka Konsep F. Hipotesis... 36

D. Kerangka Teori E. Kerangka Konsep F. Hipotesis... 36 vi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR SINGKATAN... x INTISARI... xi ABSTRACT...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologi yang menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologi yang menempati urutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologi yang menempati urutan keempat dari semua jenis kanker ginekologi yang paling sering terjadi diseluruh dunia dan merupakan

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mioma uteri adalah tumor jinak daerah rahim atau lebih tepatnya otot rahim dan jaringan ikat di sekitarnya. Tumor ini pertama kali ditemukan oleh Virchow pada tahun

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI KANKER PAYUDARA DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN, BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2009

ABSTRAK PREVALENSI KANKER PAYUDARA DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN, BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2009 ABSTRAK PREVALENSI KANKER PAYUDARA DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN, BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2009 Ervina, 2011 Pembimbing I : dr. July Ivone, MKK, Mpd Ked Pembimbing II : dr. Sri Nadya Saanin M.Kes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanker yang paling sering ditemukan pada wanita, setelah kanker mulut

BAB I PENDAHULUAN. kanker yang paling sering ditemukan pada wanita, setelah kanker mulut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan pada jaringan payudara yang berasal dari epitel duktus atau lobulus. 1 Di Indonesia kanker payudara berada di urutan kedua sebagai

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA Neni Rusnita*, Estu Lovita.P Akademi Kebidanan Betang Asi Raya, Jln.Ir.Soekarno No.7 Palangka Raya ABSTRAK Mioma Uteri

Lebih terperinci

Diabetes Melitus Gestasional. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Diabetes Melitus Gestasional. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Diabetes Melitus Gestasional Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Diabetes melitus gestasional adalah keadaan intoleransi karbohidrat yang memiliki awitan atau pertama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control yang dilakukan dengan menggunakan desain studi observasional analitik. B. Lokasi dan

Lebih terperinci

Gambaran kadar HSAP pada Karsinoma serviks

Gambaran kadar HSAP pada Karsinoma serviks 12 ABSTRACT The aim of the study was evalude the incidence, charackteristik and HSAP level in women with carsinoma of the servix.it s a prospektive-deskriptive study about the profile of carsinoma servic

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan studi kasus-kontrol (case control) yaitu suatu penelitian untuk menelaah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah suatu keganasan yang terjadi karena adanya sel dalam tubuh yang berkembang secara tidak terkendali sehingga menyebabkan kerusakan bentuk dan fungsi dari

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN MOLA HIDATIDOSA DI RSUD BANJARNEGARA TAHUN

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN MOLA HIDATIDOSA DI RSUD BANJARNEGARA TAHUN HUBUNGAN STATUS GIZI DAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN MOLA HIDATIDOSA DI RSUD BANJARNEGARA TAHUN 2011 2013 Tri Anasari Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto Jalan KH. Wahid Hasyim no. 274A, telp: (0281) 641655

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan 125.000

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT KANKER OVARIUM DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2011-DESEMBER 2011

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT KANKER OVARIUM DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2011-DESEMBER 2011 ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT KANKER OVARIUM DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2011-DESEMBER 2011 Adindha, 2012; Pembimbing I : Laella K. Liana, dr., Sp. PA., M. Kes. Pembimbing II : Rimonta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Selama masa perkembangan tubuh, payudara juga mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Selama masa perkembangan tubuh, payudara juga mengalami 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama masa perkembangan tubuh, payudara juga mengalami pertumbuhan, yang biasanya akan mencapai perkembangan maksimal ketika mencapai usia 16-18 tahun. Dalam masa

Lebih terperinci

SUHARTO WIJANARKO PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN (PIT) KE-21 TAHUN 2016 PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIA (IKABI) MEDAN, 12 AGUSTUS 2016

SUHARTO WIJANARKO PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN (PIT) KE-21 TAHUN 2016 PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIA (IKABI) MEDAN, 12 AGUSTUS 2016 SUHARTO WIJANARKO PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN (PIT) KE-21 TAHUN 2016 PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIA (IKABI) MEDAN, 12 AGUSTUS 2016 BSK sudah lama diketahui diderita manusia terbukti ditemukan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita di negara berkembang berisiko meninggal sekitar 23 kali lebih tinggi dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas dibandingkan dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014 Ida Ayu Komang Trisna Bulan, 2015 Pembimbing I : Dr. Hana Ratnawati, dr., M.Kes., PA (K). Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Pertumbuhan sel tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama tiga dasawarsa terakhir, kanker ovarium masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Selama tiga dasawarsa terakhir, kanker ovarium masih merupakan masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama tiga dasawarsa terakhir, kanker ovarium masih merupakan masalah kesehatan perempuan di dunia, termasuk Indonesia. Hal ini terkait dengan tingginya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benjolan pada payudara merupakan keluhan yang paling sering ditemui pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang bersifat jinak mengalami peningkatan

Lebih terperinci

PERBEDAAN RERATA KADAR VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA KANKER OVARIUM EPITELIAL DERAJAT DIFERENSIASI BAIK DENGAN SEDANG-BURUK

PERBEDAAN RERATA KADAR VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA KANKER OVARIUM EPITELIAL DERAJAT DIFERENSIASI BAIK DENGAN SEDANG-BURUK PERBEDAAN RERATA KADAR VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA KANKER OVARIUM EPITELIAL DERAJAT DIFERENSIASI BAIK DENGAN SEDANG-BURUK TESIS Universitas Andalas Oleh: Reno Muhatiah 1250305210 Pembimbing:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar

I. PENDAHULUAN. terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks adalah keganasan yang berasal dari epitel pada serviks terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar kanker serviks adalah epidermoid

Lebih terperinci

Penyakit Trofoblast Ganas

Penyakit Trofoblast Ganas Penyakit Trofoblast Ganas Soekimin Fakultas Kedokteran Bagian Patologi Anatomi Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Penyakit trofoblas ganas (PTG) adalah suatu tumor ganas yang berasal dari sito dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Selama periode penelitian mulai Januari 2013 sampai September 2013

BAB V HASIL PENELITIAN. Selama periode penelitian mulai Januari 2013 sampai September 2013 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik subjek Selama periode penelitian mulai Januari 2013 sampai September 2013 berdasarkan data pasien yang sampelnya diperiksa di Laboratorium Patologi Anatomi FK UNUD/RSUP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kanker leher rahim menduduki urutan pertama kejadian kanker ginekologis pada wanita secara keseluruhan di dunia. Di seluruh dunia kanker leher rahim menempati urutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahunnya, angka kehamilan dunia semakin meningkat. Pada tahun 1995 terjadi 209,5 juta kehamilan di dunia, yang kemudian meningkat menjadi 210,9 juta pada 2008

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat maka pola penyakit pun mengalami perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 75 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 21

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 75 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 21 50 BAB 6 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 75 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 21 25 minggu yang dilakukan pemeriksaan kadar aktivin A serum. Selama perjalanan kehamilan didapatkan 11 subyek

Lebih terperinci