Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. Lokasi. Lam pira n Jalu r Pen gam atan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. Lokasi. Lam pira n Jalu r Pen gam atan"

Transkripsi

1 100 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Lokasi Lam pira n Jalu r Pen gam atan

2 101 Lampiran 3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 Tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 201 TAHUN 2004 TENTANG KRITERIA BAKU DAN PEDOMAN PENENTUAN KERUSAKAN MANGROVE 45 MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a bahwa mangrove merupakan sumber daya alam yang mempunyai berbagai fungsi sebagai habitat tempat berkembang biak dan berlindung bagi sumber daya hayati laut dan harus tetap dipelihara kelestariannya; b bahwa dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan dapat menimbulkan dampak terhadap kerusakan mangrove, oleh karena itu perlu dilakukan upaya pengendaliannya; c bahwa salah satu upaya pengendalian untuk melindungi mangrove dari kerusakan adalah dengan mengetahui adanya tingkat kerusakan berdasarkan kriteria baku kerusakannya; d bahwa mengingat hal seperti tersebut pada huruf a, b dan c, perlu ditetapkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove; Mengingat : 1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419); 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi PBB Mengenai Keanekaragaman Hayati) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 41, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3556); 3 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); 4 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

3 102 5 Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888); 6 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan 46 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3294); 7 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau Perusakan Laut (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3816); 8 Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 34, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952); 9 Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; 10 Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 101 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Menteri Negara; MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG KRITERIA BAKU DAN PEDOMAN PENENTUAN KERUSAKAN MANGROVE. Pasal 1 Kerusakan Mangrove, dengan kriteria sebagai berikut: 1 Mangrove adalah sekumpulan tumbuh-tumbuhan Dicotyledoneae dan atau Monocotyledoneae terdiri atas jenis tumbuhan yang mempunyai hubungan taksonomi sampai dengan taksa kelas (unrelated families) tetapi mempunyai persamaan adaptasi morfologi dan fisiologi terhadap habitat yang dipengaruhi oleh pasang surut; 2 Kriteria Baku Kerusakan Mangrove adalah ukuran batas perubahan fisik dan atau hayati mangrove yang dapat ditenggang; 3 Status kondisi mangrove adalah tingkatan kondisi mangrove pada suatu lokasi tertentu dalam waktu tertentu yang dinilai berdasarkan kriteria baku kerusakan mangrove; 4 Kawasan konservasi adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya; 5 Sempadan Pantai Mangrove adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai (ditumbuhi) mangrove yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai; 6 Sempadan Sungai Mangrove adalah kawasan tertentu sepanjang sungai yang mempunyai (ditumbuhi) mangrove yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai; 7 Metode Transek Garis dan Petak Contoh (Transect Line Plot) adalah metode

4 103 pencuplikan contoh populasi suatu ekosistem dengan pendekatan petak contoh yangberada pada garis yang ditarik melewati wilayah ekosistem tersebut. Pasal 2 Penetapan Kriteria Baku Kerusakan Mangrove ini diterapkan untuk Sempadan Pantai Mangrove dan Sempadan Sungai Mangrove di luar kawasan konservasi. Pasal 3 Kriteria Baku Kerusakan Mangrove ditetapkan berdasarkan prosentase luas tutupan dan kerapatan mangrove yang hidup sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I Keputusan ini. Pasal 4 Kriteria Baku Kerusakan Mangrove sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 merupakan cara untuk menentukan status kondisi mangrove yang diklasifikasikan dalam: a) Baik (Sangat Padat); b) Baik (Sedang); c) Rusak. Pasal 5 Metode penentuan Kriteria Baku Kerusakan Mangrove didasarkan pada penggunaan metode Transek Garis dan Petak Contoh (Transect Line Plot). Pasal 6 Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove apabila dipandang perlu, dapat ditinjau kembali sekurang-kurangnya 5 tahun. Pasal 7 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : 13 Oktober 2004 Menteri Negara Lingkungan Hidup,

5 104 Lampiran 4. Kriteria Baku Kerusakan Mangrove Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 201 Tahun 2004 Tanggal: 13 Oktober 2004 KRITERIA BAKU KERUSAKAN MANGROVE Kriteria Penutupan (%) Kerapatan (pohon/ha) No Kriteria Penutupan Kerapatan Pohon / Ha 1 Baik (padat) > 75 % > 1500 Pohon / Ha 2 Sedang > 50 % - 75 % > < 1500 Pohon / Ha 3 Rusak < 50% < 1000 Pohon / Ha Untuk memperoleh nilai penutupan dan kerapatan pohon/ha berdasarkan kriteria baku tersebut, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 3. Penutupan adalah perbandingan antara luas areal penutupan jenis I (Ci) dan luas total area penutupan seluruh jenis ( C), atau : RCi = (Ci/ C) X 100 Ci = BA/A BA = µ DBH 2 /4 Keterangan : RCi = Penutupan (%) A = Luas Total Area Pengambilan Sampel (contoh) BA = Basal Area µ = 3,1416 (konstanta) DBH 2 = CBH/µ (lingkar pohon setinggi dada) 4. Kerapatan Pohon adalah perbandingan antara jumlah tegakan jenis I (ni) dan jumlah total seluruh tegakan jenis ( n), atau : Rdi = (ni/ n) X100, Keterangan : Rdi = Kerapatan pohon/ha Ni = Jumlah tegakan jenis I n = Jumlah total seluruh jenis tegakan 49

6 105 Lampiran 5. Deskripsi Jenis 1. Excoecaria agallocha L. (Euphorbiaceae) Sketsa Excoecaria agallocha (a) Bunga, (b) Buah/Hipokotil, (c) Daun (d) Pohon Excoecaria agallocha Deskripsi Daun : Pohon merangas kecil dengan ketinggian mencapai 15 m. Kulit kayu berwarna abu-abu, halus, tetapi memiliki bintil. Akar menjalar di sepanjang permukaan tanah, seringkali berbentuk kusut dan ditutupi oleh lentisel. Batang, dahan dan daun memiliki getah (warna putih dan lengket) yang dapat mengganggu kulit dan mata. : Hijau tua dan akan berubah menjadi merah bata sebelum rontok, pinggiran bergerigi halus, ada 2 kelenjar pada pangkal daun. Unit & Letak: sederhana, bersilangan. Bentuk: elips. Ujung: meruncing. Ukuran: 6,5-10,5 x 3,5-5 cm.

7 106 Bunga Buah Ekologi Penyebaran Manfaat : Memiliki bunga jantan atau betina saja, tidak pernah keduanya. Bunga jantan (tanpa gagang) lebih kecil dari betina, dan menyebar di sepanjang tandan. Tandan bunga jantan berbau, tersebar, berwarna hijau dan panjangnya mencapai 11 cm. 50 : Bentuk seperti bola dengan 3 tonjolan, warna hijau, permukaan seperti kulit, berisi biji berwarna coklat tua. Ukuran: diameter 5-7mm. : Tumbuhan ini sepanjang tahun memerlukan masukan air tawar dalam jumlah besar. Umumnya ditemukan pada bagian pinggir mangrove di bagian daratan, atau kadang-kadang di atas batas air pasang. Jenis ini juga ditemukan tumbuh di sepanjang pinggiran danau asin (90% air laut) di pulau vulkanis Satonda, sebelah utara Sumbawa. Mereka umum ditemukan sebagai jenis yang tumbuh kemudian pada beberapa hutan yang telah ditebang, misalnya di Suaka Margasatwa. Penyerbukan dilakukan oleh serangga, khususnya lebah. Hal ini terutama diperkirakan terjadi karena adanya serbuk sari yang tebal serta kehadiran nektar yang memproduksi kelenjar pada ujung pinak daun di bawah bunga. : Tumbuh di sebagian besar wilayah Asia Tropis, termasuk di Indonesia, dan di Australia. : Akar dapat digunakan untuk mengobati sakit gigi dan pembengkakan. Kayu digunakan untuk bahan ukiran. Kayu tidak bisa digunakan sebagai kayu bakar karena bau wanginya tidak sedap bagi masakan. Kayu dapat digunakan sebagai bahan pembuat kertas yang bermutu baik. Getah digunakan untuk membunuh ikan. Kayunya kadang-kadang dijual karena wanginya, akan tetapi wanginya akan hilang beberapa tahun kemudian. 2. Calophllum sp. (Guttiferae)

8 107 Sketsa Calophyllum sp. (a) Bunga, (b) Buah/Hipokotil, (c) Daun (d) Bentuk Urat Daun Calophyllum sp. Deskripsi : Pohon berwarna gelap, berdaun rimbun, ketinggian m. Memiliki getah lekat berwarna putih atau kuning. Daun : Memiliki banyak urat dengan posisi lateral paralel dan halus. Bagian atas daun berwarna hijau tua dan mengkilap, bagian bawahnya hijau agak kekuningan Bunga : Biseksual, tandan bunga panjangnya hingga 15 cm serta memiliki 5-15 bunga per tandan. Letak: di ketiak. Formasi: bergerombol, menggantung seperti payung. Daun mahkota: 4, putih dan kuning, harum, ukuran diameter 2-3 cm. Kelopak bunga: 4, dua dari kelopak bunga berwarna putih. Benangsari: banyak. Buah : Berbentuk bulat seperti bola pingpong kecil, memiliki tempurung kuat dan di dalamnya terdapat 1 biji. Ukuran: diameter buah 2,5-4 cm Ekologi : Tumbuh pada habitat pantai berpasir, hingga ketinggian 200 m. Kadang-kadang tumbuh pada lokasi mangrove, biasanya pada habitat transisi. Perbungaan nampaknya terjadi terus menerus sepanjang tahun, dengan satu atau lebih saat puncaknya. Penyerbukan hampir pasti dilakukan oleh serangga. Buah disebarkan melalui arus laut, atau oleh kelelawar yang memakan bagian luar buah yang berdaging. Penyebaran : Dari Afrika Timur hingga Polinesia, dan dimasukan ke Pasifik. Kemungkinan terdapat di seluruh Indonesia, tercatat di Sumatera, Bali, Jawa, Kalimantan dan Irian Jaya. Manfaat : Buah mudanya digarami untuk makanan. Dapat digunakan sebagai bahan pewarna, minyak, kayu dan obat-obatan. Di Bali, buahnya yang sudah tua dipakai bermain oleh anak-anak sebagai kelereng atau bola pingpong kecil. Di Australia,

9 108 Malaysia dan Indonesia (Bali) sering ditanam sebagai pohon peneduh. 3. Avicennia alba Blume. Sketsa Avicennia alba (a) Bunga, (b) Buah/Hipokotil, (c) Daun, (d) Pohon Avicennia alba Deskripsi : Pohon yang tumbuh menyebar dengan ketinggian mencapai 25 m. Kumpulan pohon membentuk sistem perakaran horizontal dan akar nafas yang rumit. Kulit kayu luar berwarna keabuabuan atau gelap kecoklatan, beberapa ditumbuhi tonjolan kecil, sementara yang lain kadangkadang memiliki permukaan yang halus. Pada bagian batang yang tua, kadangkadang ditemukan serbuk tipis. Daun : Permukaan halus, bagian atas hijau mengkilat, bawahnya pucat. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: lanset (seperti daun akasia) kadang elips. Ujung: meruncing. Ukuran: 16 x 5

10 109 cm. Bunga : Seperti trisula dengan gerombolan bunga (kuning) hampir di sepanjang ruas tandan. Letak: di ujung/pada tangkai bunga. Formasi: bulir (ada bunga per tandan). Daun Mahkota: 4, kuning cerah, 3-4 mm. Kelopak Bunga: 5. Benang sari: 4. Buah : Seperti kerucut/cabe/mente. Hijau muda kekuningan. Ukuran: 4 x 2 cm. Ekologi : Merupakan jenis pionir pada habitat rawa mangrove di lokasi pantai yang terlindung, juga di bagian yang lebih asin di sepanjang pinggiran sungai yang dipengaruhi pasang surut, serta di sepanjang garis pantai. Mereka umumnya menyukai bagian muka teluk. Akarnya dilaporkan dapat membantu pengikatan sedimen dan mempercepat proses pembentukan daratan. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Genus ini kadangkadang bersifat vivipar, dimana sebagian buah berbiak ketika masih menempel di pohon. Penyebaran : Ditemukan di seluruh Indonesia. Dari India sampai Indo Cina, melalui Malaysia dan Indonesia hingga ke Filipina, PNG dan Australia tropis. Manfaat : Kayu bakar dan bahan bangunan bermutu rendah. Getah dapat digunakan untuk mencegah kehamilan. Buah dapat dimakan. 4. Scyphiphora hydrophyllacea (Rubiaceae) Scyphiphora hydrophyllacea. Deskripsi Daun Buah Ekologi Penyebaran : Belukar atau pohon yang tumbuh menyebar dengan ketinggian mencapai 25 m.. : Permukaan halus, bagian atas hijau mengkilat, bawahnya pucat. : Buah bulat diameter 3-4 cm, berwarna hijau kilat : Menyukai habitat yang kering, tidak menyukai genangan air secara permanen. : Ditemukan di seluruh Indonesia. Dari India sampai Indo Cina,

11 110 Manfaat melalui Malaysia dan Indonesia hingga ke Filipina, PNG dan Australia tropis. : Kayu bakar dan bahan. 5. Heritiera litolaris Dryand. Sketsa Heritiera litolaris Heritiera litolaris Deskripsi : Pohon selalu hijau dan tumbuh tersebar, ketinggian pohon dapat mencapai 25 m

12 111 Daun Ekologi Penyebaran Manfaat : Daun agak tebal berdaging, keras/kaku, dan berumpun pada ujung dahan. Panjang tangkai daun mencapai 5 mm. : Suka pada habitat yang tidak tergenang air secara permanen. Mereka juga terdapat pada jalur : Daerah tropis Asia, Indonesia, Australia Utara dan Polinesia. : Kayunya kuat dan sangat tahan terhadap air. Dengan penampilannya yang menarik dan memiliki wangi seperti mawar, maka kayunya sangat cocok untuk dijadikan sebagai bahan pembuatan lemari dan furnitur lainnya. Sayangnya, kayu berukuran besar sangat jarang ditemukan. 6. Xylocarpus granatun Koning Sketsa Xylocarpus granatun (a) Daun, (b) Akar Lutut Xylocarpus granatun Deskripsi Daun : Pohon tingginya dapat mencapai 6 m. Memiliki akar udara tapi tidak jelas. Kulit kayu kasar berwarna coklat dan mengelupas seperti guratan-guratan kecil dan sempit. : Susunan daun berpasangan (umumnya 3-4 pasang pertangkai) dan ada pula yang menyendiri. Warna hijau tua. Bentuk: bulat

13 112 Bunga Buah Ekologi Penyebaran Manfaat telur-bulat memanjang. Ujung: meruncing. Ukuran: 7 x 12 cm. : Terdiri dari dua jenis kelamin atau betina saja. Letak: di ketiak. bergerombol acak. Daun mahkota: 4; berwarna krem-putih kehijauan. Kelopak bunga: 4 cuping; hijau kekuningan. : Warna hijau, bulat seperti jambu bangkok, permukaan licin berkilauan dan di dalamnya terdapat 4-10 kepingan biji berbentuk tetrahedral. Ukuran: buah: diameter 8 cm (lebih kecil dari X. granatum). : Jenis mangrove sejati. Terdapat di pantai berpasir atau berbatu, di belakang atau sedikit di atas garis pasang tinggi. : Tersebar di seluruh Indonesia : Kayu dipakai untuk kayu bakar, membuat rumah dan perahu.

14 113 Lampiran 6. Tingkat Kerusakan Vegetasi Mangrove di Hutan Mangrove Kuala Indah, Kabupaten Batubara 1. Heritiera littolaris Dryand. No Jenis Lingkar Pohon (d) BA (3,14DBH2/4) 1 Heritiera littolaris Dryand. 0,20 0,16 2 Heritiera littolaris Dryand. 0,14 0,11 3 Heritiera littolaris Dryand. 0,11 0,09 4 Heritiera littolaris Dryand. 0,11 0,09 5 Heritiera littolaris Dryand. 0,12 0,09 6 Heritiera littolaris Dryand. 0,11 0,09 7 Heritiera littolaris Dryand. 0,10 0,08 8 Heritiera littolaris Dryand. 0,11 0,09 9 Heritiera littolaris Dryand. 0,10 0,08 10 Heritiera littolaris Dryand. 0,11 0,09 11 Heritiera littolaris Dryand. 0,11 0,09 12 Heritiera littolaris Dryand. 0,12 0,09 13 Heritiera littolaris Dryand. 0,13 0,10 14 Heritiera littolaris Dryand. 0,03 0,02 15 Heritiera littolaris Dryand. 0,02 0,02 16 Heritiera littolaris Dryand. 0,02 0,02 17 Heritiera littolaris Dryand. 0,04 0,03 18 Heritiera littolaris Dryand. 0,03 0,02 19 Heritiera littolaris Dryand. 0,05 0,04 20 Heritiera littolaris Dryand. 0,02 0,02 21 Heritiera littolaris Dryand. 0,03 0,02 22 Heritiera littolaris Dryand. 0,02 0,02 23 Heritiera littolaris Dryand. 0,04 0,03 24 Heritiera littolaris Dryand. 0,02 0,02 25 Heritiera littolaris Dryand. 0,03 0,02 26 Heritiera littolaris Dryand. 0,07 0,05 27 Heritiera littolaris Dryand. 0,05 0,04 28 Heritiera littolaris Dryand. 0,04 0,03 29 Heritiera littolaris Dryand. 0,02 0,02 30 Heritiera littolaris Dryand. 0,02 0,02 31 Heritiera littolaris Dryand. 0,06 0,05 32 Heritiera littolaris Dryand. 0,04 0,03 33 Heritiera littolaris Dryand. 0,04 0,03 34 Heritiera littolaris Dryand. 0,04 0,03 35 Heritiera littolaris Dryand. 0,02 0,02 36 Heritiera littolaris Dryand. 0,01 0,01 37 Heritiera littolaris Dryand. 0,01 0,01 38 Heritiera littolaris Dryand. 0,02 0,02 39 Heritiera littolaris Dryand. 0,08 0,06 40 Heritiera littolaris Dryand. 0,01 0,01 Jumlah 1, Excoecaria agallocha L. 57

15 No Jenis Lingkar Pohon (d) BA (3,14DBH2/4) 1 Excoecaria agallocha L 0,11 0,09 2 Excoecaria agallocha L 0,11 0,09 3 Excoecaria agallocha L 0,15 0,12 4 Excoecaria agallocha L 0,12 0,09 5 Excoecaria agallocha L 0,11 0,09 6 Excoecaria agallocha L 0,11 0,09 7 Excoecaria agallocha L 0,11 0,09 8 Excoecaria agallocha L 0,12 0,09 9 Excoecaria agallocha L 0,10 0,08 10 Excoecaria agallocha L 0,11 0,09 11 Excoecaria agallocha L 0,15 0,12 12 Excoecaria agallocha L 0,12 0,09 13 Excoecaria agallocha L 0,11 0,09 14 Excoecaria agallocha L 0,12 0,09 15 Excoecaria agallocha L 0,11 0,09 16 Excoecaria agallocha L 0,04 0,03 17 Excoecaria agallocha L 0,06 0,05 18 Excoecaria agallocha L 0,04 0,03 19 Excoecaria agallocha L 0,03 0,02 20 Excoecaria agallocha L 0,03 0,02 21 Excoecaria agallocha L 0,02 0,02 22 Excoecaria agallocha L 0,03 0,02 23 Excoecaria agallocha L 0,02 0,02 24 Excoecaria agallocha L 0,03 0,02 25 Excoecaria agallocha L 0,03 0,02 26 Excoecaria agallocha L 0,04 0,03 27 Excoecaria agallocha L 0,03 0,02 28 Excoecaria agallocha L 0,02 0,02 29 Excoecaria agallocha L 0,02 0,02 30 Excoecaria agallocha L 0,07 0,05 31 Excoecaria agallocha L 0,04 0,03 32 Excoecaria agallocha L 0,03 0,02 33 Excoecaria agallocha L 0,05 0,04 34 Excoecaria agallocha L 0,05 0,04 35 Excoecaria agallocha L 0,02 0,02 36 Excoecaria agallocha L 0,04 0,03 37 Excoecaria agallocha L 0,05 0,04 38 Excoecaria agallocha L 0,07 0,05 39 Excoecaria agallocha L 0,03 0,02 40 Excoecaria agallocha L 0,03 0,02 41 Excoecaria agallocha L 0,03 0,02 42 Excoecaria agallocha L 0,03 0,02 43 Excoecaria agallocha L 0,04 0,03 44 Excoecaria agallocha L 0,03 0,02 45 Excoecaria agallocha L 0,03 0,02 46 Excoecaria agallocha L 0,04 0,03 47 Excoecaria agallocha L 0,06 0,05 114

16 Excoecaria agallocha L 0,03 0,02 49 Excoecaria agallocha L 0,04 0,03 50 Excoecaria agallocha L 0,01 0,01 51 Excoecaria agallocha L 0,01 0,01 52 Excoecaria agallocha L 0,03 0,02 53 Excoecaria agallocha L 0,07 0,05 54 Excoecaria agallocha L 0,04 0,03 55 Excoecaria agallocha L 0,04 0,03 56 Excoecaria agallocha L 0,04 0,03 57 Excoecaria agallocha L 0,05 0,04 58 Excoecaria agallocha L 0,09 0,07 59 Excoecaria agallocha L 0,02 0,02 60 Excoecaria agallocha L 0,02 0,02 61 Excoecaria agallocha L 0,04 0,03 62 Excoecaria agallocha L 0,04 0,03 63 Excoecaria agallocha L 0,03 0,02 64 Excoecaria agallocha L 0,02 0,02 65 Excoecaria agallocha L 0,03 0,02 Jumlah 2, Calophyllum sp. No Jenis Lingkar Pohon (d) BA (3,14DBH2/4) 1 Calophyllum sp 0,11 0,09 2 Calophyllum sp 0,12 0,09 3 Calophyllum sp 0,11 0,09 4 Calophyllum sp 0,11 0,09 5 Calophyllum sp 0,10 0,08 6 Calophyllum sp 0,12 0,09 7 Calophyllum sp 0,16 0,13 8 Calophyllum sp 0,10 0,08 9 Calophyllum sp 0,10 0,08 10 Calophyllum sp 0,10 0,08 11 Calophyllum sp 0,17 0,13 12 Calophyllum sp 0,12 0,09 13 Calophyllum sp 0,14 0,11 14 Calophyllum sp 0,11 0,09 15 Calophyllum sp 0,11 0,09 16 Calophyllum sp, 0,11 0,09 17 Calophyllum sp 0,11 0,09 18 Calophyllum sp 0,11 0,09 19 Calophyllum sp 0,12 0,09 20 Calophyllum sp 0,12 0,09 21 Calophyllum sp 0,12 0,09 22 Calophyllum sp 0,11 0,09 23 Calophyllum sp 0,12 0,09 24 Calophyllum sp 0,03 0,02 25 Calophyllum sp 0,02 0,02 26 Calophyllum sp 0,04 0,03

17 Calophyllum sp 0,07 0,05 28 Calophyllum sp 0,04 0,03 29 Calophyllum sp 0,04 0,03 30 Calophyllum sp 0,04 0,03 31 Calophyllum sp 0,01 0,01 32 Calophyllum sp 0,03 0,02 33 Calophyllum sp 0,01 0,01 34 Calophyllum sp 0,01 0,01 35 Calophyllum sp 0,01 0,01 36 Calophyllum sp 0,04 0,03 37 Calophyllum sp 0,05 0,04 38 Calophyllum sp 0,04 0,03 39 Calophyllum sp 0,03 0,02 40 Calophyllum sp 0,03 0,02 41 Calophyllum sp 0,04 0,03 42 Calophyllum sp 0,01 0,01 43 Calophyllum sp 0,03 0,02 44 Calophyllum sp 0,04 0,03 45 Calophyllum sp 0,02 0,02 46 Calophyllum sp 0,03 0,02 47 Calophyllum sp 0,03 0,02 48 Calophyllum sp 0,03 0,02 49 Calophyllum sp 0,03 0,02 50 Calophyllum sp 0,04 0,03 51 Calophyllum sp 0,03 0,02 52 Calophyllum sp 0,03 0,02 53 Calophyllum sp 0,03 0,02 54 Calophyllum sp 0,04 0,03 55 Calophyllum sp 0,02 0,02 56 Calophyllum sp 0,03 0,02 57 Calophyllum sp 0,03 0,02 58 Calophyllum sp 0,04 0,03 59 Calophyllum sp 0,04 0,03 60 Calophyllum sp 0,03 0,02 61 Calophyllum sp 0,03 0,02 62 Calophyllum sp 0,04 0,03 63 Calophyllum sp 0,03 0,02 64 Calophyllum sp 0,03 0,02 65 Calophyllum sp 0,03 0,02 66 Calophyllum sp 0,03 0,02 67 Calophyllum sp 0,02 0,02 68 Calophyllum sp 0,02 0,02 69 Calophyllum sp 0,11 0,09 70 Calophyllum sp 0,02 0,02 71 Calophyllum sp 0,04 0,03 72 Calophyllum sp 0,01 0,01 73 Calophyllum sp 0,01 0,01 74 Calophyllum sp 0,05 0,04

18 Calophyllum sp 0,01 0,01 76 Calophyllum sp 0,03 0,02 77 Calophyllum sp 0,03 0,02 78 Calophyllum sp 0,05 0,04 79 Calophyllum sp 0,04 0,03 80 Calophyllum sp 0,02 0,02 81 Calophyllum sp 0,05 0,04 82 Calophyllum sp 0,01 0,01 83 Calophyllum sp 0,02 0,02 84 Calophyllum sp 0,02 0,02 85 Calophyllum sp 0,01 0,01 86 Calophyllum sp 0,02 0,02 87 Calophyllum sp 0,02 0,02 88 Calophyllum sp 0,02 0,02 89 Calophyllum sp 0,02 0,02 90 Calophyllum sp 0,02 0,02 91 Calophyllum sp 0,02 0,02 92 Calophyllum sp 0,01 0,01 93 Calophyllum sp 0,03 0,02 94 Calophyllum sp 0,03 0,02 95 Calophyllum sp 0,03 0,02 96 Calophyllum sp 0,01 0,01 97 Calophyllum sp 0,01 0,01 98 Calophyllum sp 0,02 0,02 99 Calophyllum sp 0,06 0, Calophyllum sp 0,03 0, Calophyllum sp 0,03 0, Calophyllum sp 0,05 0, Calophyllum sp 0,03 0, Calophyllum sp 0,01 0, Calophyllum sp 0,02 0, Calophyllum sp 0,03 0, Calophyllum sp 0,04 0, Calophyllum sp 0,02 0, Calophyllum sp 0,02 0, Calophyllum sp 0,03 0, Calophyllum sp 0,01 0, Calophyllum sp 0,04 0, Calophyllum sp 0,03 0, Calophyllum sp 0,04 0, Calophyllum sp 0,03 0, Calophyllum sp 0,01 0, Calophyllum sp 0,04 0, Calophyllum sp 0,02 0, Calophyllum sp 0,03 0, Calophyllum sp 0,02 0, Calophyllum sp 0,01 0, Calophyllum sp 0,01 0,01

19 Calophyllum sp 0,02 0, Calophyllum sp 0,02 0, Calophyllum sp 0,06 0,05 Jumlah 4,47 4. Xylocarpus granatum Koning No Jenis Lingkar Pohon (d) BA (3,14DBH2/4) 1 Xylocarpus granatum Koning 0,10 0,08 2 Xylocarpus granatum Koning 0,12 0,09 3 Xylocarpus granatum Koning 0,12 0,09 4 Xylocarpus granatum Koning 0,11 0,09 5 Xylocarpus granatum Koning 0,11 0,09 6 Xylocarpus granatum Koning 0,11 0,09 7 Xylocarpus granatum Koning 0,12 0,09 8 Xylocarpus granatum Koning 0,10 0,08 9 Xylocarpus granatum Koning 0,11 0,09 10 Xylocarpus granatum Koning 0,03 0,02 11 Xylocarpus granatum Koning 0,02 0,02 12 Xylocarpus granatum Koning 0,02 0,02 13 Xylocarpus granatum Koning 0,05 0,04 14 Xylocarpus granatum Koning 0,03 0,02 15 Xylocarpus granatum Koning 0,03 0,02 16 Xylocarpus granatum Koning 0,01 0,01 17 Xylocarpus granatum Koning 0,03 0,02 18 Xylocarpus granatum Koning 0,02 0,02 19 Xylocarpus granatum Koning 0,01 0,01 20 Xylocarpus granatum Koning 0,05 0,04 21 Xylocarpus granatum Koning 0,02 0,02 22 Xylocarpus granatum Koning 0,02 0,02 23 Xylocarpus granatum Koning 0,03 0,02 24 Xylocarpus granatum Koning 0,02 0,02 Jumlah 1, Scyphipora hydrophyllaceae Gaertn No Jenis Lingkar Pohon (d) BA (3,14DBH2/4) 1 Scyphipora hydrophyllaceae Gaertn 0,03 0,02 2 Scyphipora hydrophyllaceae Gaertn 0,06 0,05 3 Scyphipora hydrophyllaceae Gaertn 0,02 0,02 4 Scyphipora hydrophyllaceae Gaertn 0,03 0,02 5 Scyphipora hydrophyllaceae Gaertn 0,04 0,03 6 Scyphipora hydrophyllaceae Gaertn 0,03 0,02 7 Scyphipora hydrophyllaceae Gaertn 0,03 0,02 8 Scyphipora hydrophyllaceae Gaertn 0,03 0,02 9 Scyphipora hydrophyllaceae Gaertn 0,04 0,03 10 Scyphipora hydrophyllaceae Gaertn 0,02 0,02 Jumlah 0, 26

20 6. Avicennia alba Blume No Jenis Lingkar Pohon (d) BA (3,14DBH2/4) 1 Avicennia alba Blume 0,12 0,09 2 Avicennia alba Blume 0,11 0,09 3 Avicennia alba Blume 0,14 0,11 4 Avicennia alba Blume 0,11 0,09 5 Avicennia alba Blume 0,11 0,09 6 Avicennia alba Blume 0,11 0,09 7 Avicennia alba Blume 0,11 0,09 8 Avicennia alba Blume 0,11 0,09 9 Avicennia alba Blume 0,11 0,09 10 Avicennia alba Blume 0,03 0,02 11 Avicennia alba Blume 0,02 0,02 12 Avicennia alba Blume 0,05 0,04 13 Avicennia alba Blume 0,05 0,04 14 Avicennia alba Blume 0,04 0,03 15 Avicennia alba Blume 0,03 0,02 16 Avicennia alba Blume 0,04 0,03 17 Avicennia alba Blume 0,04 0,03 18 Avicennia alba Blume 0,02 0,02 19 Avicennia alba Blume 0,01 0,01 Jumlah 1,

21 52 Lampiran 7. Hasil Analisis Vegetasi Mangrove di Hutan Mangrove Kuala Indah, Kabupaten Batubara 1. Pohon No Jenis Plot Jlh 1 Heritiera littolaris Dryand Excoecaria agallocha L Calophyllum sp Xylocarpus granatun Koning Avicennia alba Blume Pancang (anakan pohon) No Jenis Plot Jlh 1 Heritiera littolaris Dryand Excoecaria agallocha L Calophyllum sp Xylocarpus granatun Koning Scyphipora hydrophyllaceae Gaertn Avicennia alba Blume

22 65 Lampiran 8. Data Karbon Tersimpan a. Pohon Plot Nama Latin Tgg TBC Keliling (m) Diameter (cm) Berat Jenis (kg cm-3) Berat Jenis (g cm-3) BK Biomassa (Mgha -1 ) BK-biomassa (Mgha -1 ) Karbon Tersimpan (Mgha -1 ) 1 Heritiera littolaris ,42 45, , ,798 1,243 0,572 Excoecaria agallocha 18 2,5 1,40 44, , ,765 0,679 0,313 Xylocarpus granatun ,30 41, , ,152 0,787 0,362 2 Heritiera littolaris ,50 79, , ,407 5,471 2,517 Heritiera littolaris 8 2,5 1,80 57, , ,838 2,313 1,064 Heritiera littolaris ,34 42, , ,428 1,068 0,491 Heritiera littolaris ,40 44, , ,112 1,198 0,551 Heritiera littolaris ,56 49, , ,217 1,590 0,731 3 Heritiera littolaris 5,5 5 1,31 41, , ,432 1,006 0,463 Heritiera littolaris 8 5 1,41 44, , ,194 1,220 0,561 Excoecaria agallocha 6 5 1,40 44, , ,765 0,679 0,313 Excoecaria agallocha 6 2 1,89 60, , ,764 1,491 0,686 4 Heritiera littolaris 4,5 3 1,30 41, , ,431 0,986 0,454 Heritiera littolaris 3 4,5 1,32 42, , ,930 1,026 0,472 Excoecaria agallocha ,51 48, , ,566 0,828 0,381 Excoecaria agallocha ,32 42, , ,643 0,582 0,268 Xylocarpus granatun ,46 46, , ,632 1,067 0,491 5 Excoecaria agallocha ,32 42, , ,643 0,582 0,268 Excoecaria agallocha 12,5 3,2 1,35 42, , ,275 0,618 0,284 Calophyllum sp, ,40 44, , ,693 1,036 0,477 Xylocarpus granatun 8 4,5 1,37 43, , ,022 0,903 0,415

23 66 Xylocarpus granatun 7 5 1,80 57, , ,573 1,846 0,849 Xylocarpus granatun 10 5,2 1,39 44, , ,918 0,938 0,431 6 Heritiera littolaris 5,6 3,2 1,32 42, , ,930 1,026 0,472 Excoecaria agallocha 12 2,5 1,50 47, , ,976 0,814 0,374 Calophyllum sp 15 2,5 1,49 47, , ,212 1,220 0, Xylocarpus granatun ,45 46, , ,556 1,048 0,482 7 Calophyllum sp 9,5 9,5 1,35 42, , ,317 0,942 0,433 Calophyllum sp 7,5 8 1,34 42, , ,966 0,924 0,425 8 Excoecaria agallocha 5,5 4,5 1,27 40, , ,579 0,526 0,242 Excoecaria agallocha ,35 42, , ,275 0,618 0,284 Excoecaria agallocha 11 5,25 1,76 56, , ,755 1,237 0,569 Calophyllum sp 3,2 4,3 1,30 41, , ,912 0,853 0,393 Xylocarpus granatun 4 2,2 1,45 46, , ,556 1,048 0,482 Xylocarpus granatun ,39 44, , ,918 0,938 0,431 9 Excoecaria agallocha ,83 58, , ,012 1,371 0,630 Calophyllum sp 14,5 2 1,52 48, , ,045 1,286 0, Excoecaria agallocha 7,4 2,1 1,49 47, , ,694 0,800 0,368 Excoecaria agallocha 9 3,5 1,37 43, , ,799 0,642 0,295 Calophyllum sp 5 2,7 2,05 65, , ,562 2,815 1, Calophyllum sp 7 2,3 1,31 41, , ,527 0,871 0,401 Calophyllum sp ,30 41, , ,912 0,853 0, Calophyllum sp 7 3 1,30 41, , ,912 0,853 0,393 Calophyllum sp ,15 68, , ,762 3,189 1,467 Xylocarpus granatun ,41 44, , ,463 0,974 0,448 Xylocarpus granatun ,39 44, , ,918 0,938 0, Calophyllum sp 4 1,3 1,45 46, , ,290 1,136 0,523 Xylocarpus moluccensis ,47 46, , ,644 1,125 0,518

24 67 14 Xylocarpus moluccensis 16 1,6 1,64 52, , ,963 1,499 0,690 Calophyllum sp ,79 57, , ,976 1,973 0,908 Xylocarpus granatun ,35 42, , ,759 0,869 0,400 Xylocarpus granatun ,40 44, , ,483 0,956 0, Excoecaria agallocha ,46 46, , ,678 0,758 0,349 Calophyllum sp ,39 44, , ,128 1,017 0,468 Calophyllum sp ,34 42, , ,966 0,924 0,425 Xylocarpus granatun ,42 45, , ,858 0,992 0, Calophyllum sp 8 1,5 1,33 42, , ,053 0,906 0,417 Calophyllum sp ,40 44, , ,693 1,036 0, Calophyllum sp 16 16,5 1,40 44, , ,693 1,036 0,477 Xylocarpus granatun 6 2,5 1,39 44, , ,918 0,938 0, Calophyllum sp ,49 47, , ,212 1,220 0,561 Calophyllum sp 18 2,5 1,48 47, , ,536 1,199 0, Calophyllum sp 7 2 1,48 47, , ,536 1,199 0,551 Heritiera littolaris ,52 48, , ,986 1,485 0, Calophyllum sp ,38 43, , ,010 0,998 0,459 Calophyllum sp ,45 46, , ,290 1,136 0,523 Heritiera littolaris ,26 40, , ,361 0,909 0,418 Heritiera littolaris ,35 42, , ,433 1,089 0,501 Jumlah 36,499

25 68 b. Pancang (Anakan Pohon) Plot Nama Latin Tgg TBC Keliling (cm) Keliling (m) diameter (cm) Berat Jenis (kg cm-3) Berat Jenis (g cm-3) BK Biomassa (Mgha -1 ) BK Biomassa (Mgha -1 ) Karbon Tersimpan (Mgha -1 ) 1 Heritiera littolaris ,33 10, ,040 54,322 0,109 0,050 Heritiera littolaris 4 1,8 21 0,21 10, ,040 54,322 0,109 0,050 Heritiera littolaris 5 1,9 25 0,25 6, ,040 16,622 0,033 0,015 Heritiera littolaris 4 60 cm 46 0,46 7, ,040 26,247 0,052 0,024 Heritiera littolaris ,8 0,32 14, , ,687 0,259 0,119 Heritiera littolaris ,5 0,58 10, ,040 49,298 0,099 0,045 Heritiera littolaris 4 2,5 27 0,27 18, , ,702 0,465 0,214 Excoecaria agallocha ,49 8, ,040 32,110 0,064 0,030 Excoecaria agallocha 10 1,7 71,5 0,72 15, ,590 86,817 0,174 0,080 Excoecaria agallocha 6 30 cm 48 0,48 22, , ,653 0,467 0,215 Calophyllum sp 6 1,7 34 0,34 15, ,590 82,251 0,165 0,076 Avicennia alba 8 1,7 34 0,34 10, ,900 50,834 0,102 0,047 2 Heritiera littolaris cm 43 0,43 10, ,790 44,621 0,089 0,041 Heritiera littolaris ,23 13, , ,682 0,217 0,100 Heritiera littolaris ,45 7, ,040 21,096 0,042 0,019 Excoecaria agallocha ,34 14, , ,430 0,245 0,113 Excoecaria agallocha 5 1,7 38 0,38 10, ,590 33,325 0,067 0,031 Excoecaria agallocha 10 5,5 23 0,23 12, ,590 44,599 0,089 0,041 Xylocarpus granatun ,36 7, ,590 11,968 0,024 0,011 3 Heritiera littolaris 5,5 2 30,5 0,31 11, ,830 54,454 0,109 0,050 Heritiera littolaris ,41 9, ,040 44,191 0,088 0,041 Excoecaria agallocha ,40 13, ,040 95,932 0,192 0,088

26 69 Excoecaria agallocha ,5 0,20 12, ,590 51,014 0,102 0,047 4 Heritiera littolaris ,94 6, ,590 7,766 0,016 0,007 Heritiera littolaris 3 2,5 66 0,66 29, , ,462 1,687 0,776 Heritiera littolaris ,49 21, , ,945 0,668 0,307 Excoecaria agallocha ,38 15, , ,033 0,306 0,141 Excoecaria agallocha ,42 12, ,590 44,599 0,089 0,041 Excoecaria agallocha 11 1,5 44 0,44 13, ,590 57,970 0,116 0,053 Xylocarpus granatun ,24 14, ,590 65,484 0,131 0,060 Xylocarpus granatun ,31 7, ,830 18,822 0,038 0,017 Xylocarpus granatun 4 2,3 64 0,64 9, ,830 36,803 0,074 0,034 Scyphipora hydrophyllaceae ,39 20, , ,871 0,492 0,226 Scyphipora hydrophyllaceae 5 2,5 72,5 0,73 12, ,560 45,312 0,091 0,042 Scyphipora hydrophyllaceae ,20 23, , ,991 0,460 0,212 Scyphipora hydrophyllaceae 3,5 1,5 35 0,35 6, ,560 7,876 0,016 0,007 Avicennia alba 5 4,5 25 0,25 11, ,560 34,126 0,068 0,031 Avicennia alba ,62 7, ,790 19,937 0,040 0,018 Avicennia alba ,67 19, , ,343 0,431 0,198 5 Heritiera littolaris ,6 0,21 21, , ,864 0,528 0,243 Excoecaria agallocha ,34 6, ,040 15,805 0,032 0,015 Excoecaria agallocha 6, ,26 10, ,590 33,325 0,067 0,031 Calophyllum sp ,28 8, ,590 16,501 0,033 0,015 Xylocarpus granatun ,37 8, ,900 30,566 0,061 0,028 6 Heritiera littolaris ,24 11, ,830 58,506 0,117 0,054 Heritiera littolaris ,74 7, ,040 23,584 0,047 0,022 Heritiera littolaris 10,5 3,7 46 0,46 23, , ,669 0,901 0,415

27 70 Heritiera littolaris 3, ,49 14, , ,687 0,259 0,119 Heritiera littolaris ,50 15, , ,033 0,306 0,141 Heritiera littolaris ,25 15, , ,351 0,323 0,148 Excoecaria agallocha 13 2,5 91 0,91 7, ,040 26,247 0,052 0,024 Excoecaria agallocha ,51 28, , ,519 0,879 0,404 Excoecaria agallocha ,38 16, ,590 96,410 0,193 0,089 Excoecaria agallocha ,67 12, ,590 44,599 0,089 0,041 Excoecaria agallocha 20 3,7 65 0,65 21, , ,063 0,394 0,181 Excoecaria agallocha ,25 20, , ,021 0,364 0,167 Excoecaria agallocha 10 2,5 46 0,46 7, ,590 14,890 0,030 0,014 Xylocarpus granatun 10 2,5 35 0,35 14, ,590 73,572 0,147 0,068 7 Excoecaria agallocha ,48 11, ,830 50,579 0,101 0,047 Calophyllum sp ,49 15, ,590 82,251 0,165 0,076 Calophyllum sp 10, ,93 15, , ,432 0,265 0,122 Calophyllum sp ,46 29, , ,749 1,419 0,653 Calophyllum sp 9, ,47 14, , ,229 0,224 0,103 Calophyllum sp ,48 14, , ,734 0,237 0,109 Calophyllum sp 11 4,7 17 0,17 15, , ,468 0,251 0,115 8 Excoecaria agallocha 12,5 5,2 67,5 0,68 5, ,900 8,269 0,017 0,008 Excoecaria agallocha 25 1,5 87 0,87 21, , ,939 0,402 0,185 Excoecaria agallocha ,34 27, , ,687 0,781 0,359 Excoecaria agallocha 8,5 5,3 34 0,34 10, ,590 33,325 0,067 0,031 Excoecaria agallocha ,32 10, ,590 33,325 0,067 0,031 Excoecaria agallocha ,41 10, ,590 28,430 0,057 0,026 Excoecaria agallocha ,51 13, ,590 54,423 0,109 0,050 Excoecaria agallocha 9, ,39 16, ,590 96,410 0,193 0,089 Excoecaria agallocha 15 1,2 35 0,35 12, ,590 47,740 0,095 0,044

28 71 Calophyllum sp 7, ,41 11, ,590 35,954 0,072 0,033 Calophyllum sp ,18 13, ,900 83,018 0,166 0,076 Xylocarpus granatun ,17 5, ,900 9,605 0,019 0,009 Xylocarpus granatun 7 1,9 39 0,39 5, ,830 7,626 0,015 0,007 9 Heritiera littolaris 2, ,14 12, ,830 67,159 0,134 0,062 Heritiera littolaris 3 2,5 8 0,08 4, ,040 5,745 0,011 0,005 Heritiera littolaris 3,5 2,5 23 0,23 2, ,040 1,326 0,003 0,001 Excoecaria agallocha ,56 7, ,040 21,096 0,042 0,019 Excoecaria agallocha ,72 17, , ,180 0,246 0,113 Excoecaria agallocha ,32 22, , ,958 0,476 0,219 Excoecaria agallocha ,48 10, ,590 28,430 0,057 0,026 Excoecaria agallocha 5 2,5 16 0,16 15, ,590 82,251 0,165 0,076 Excoecaria agallocha 2, ,13 5, ,590 4,625 0,009 0,004 Calophyllum sp ,12 4, ,590 2,684 0,005 0,002 Calophyllum sp 3, ,15 3, ,900 3,320 0,007 0,003 Xylocarpus granatun ,25 4, ,900 5,957 0,012 0, Excoecaria agallocha 7 3,5 40 0,40 7, ,830 20,947 0,042 0,019 Excoecaria agallocha 11,7 3,2 84 0,84 12, ,590 51,014 0,102 0,047 Excoecaria agallocha ,50 26, , ,370 0,713 0,328 Excoecaria agallocha 9 2,5 47 0,47 15, ,590 91,536 0,183 0,084 Excoecaria agallocha 7, ,46 14, ,590 77,837 0,156 0,072 Excoecaria agallocha 10,5 4,5 57 0,57 14, ,590 73,572 0,147 0,068 Calophyllum sp 10,7 4,7 56 0,56 18, , ,027 0,258 0,119 Calophyllum sp ,62 17, , ,902 0,376 0,173 Calophyllum sp 10, ,50 19, , ,327 0,491 0,226 Calophyllum sp 6, ,42 15, , ,631 0,279 0,128 Calophyllum sp ,34 13, ,900 88,429 0,177 0,081

29 72 11 Calophyllum sp ,56 10, ,900 50,834 0,102 0,047 Calophyllum sp 5, ,13 17, , ,902 0,376 0,173 Calophyllum sp ,43 4, ,900 4,095 0,008 0,004 Calophyllum sp cm 47 0,47 13, ,900 94,052 0,188 0,087 Calophyllum sp 4, ,24 14, , ,734 0,237 0,109 Calophyllum sp 7 1,6 40 0,40 7, ,900 20,410 0,041 0,019 Calophyllum sp 7, ,34 12, ,900 77,817 0,156 0,072 Calophyllum sp 7, ,32 10, ,900 50,834 0,102 0,047 Calophyllum sp ,34 10, ,900 43,368 0,087 0,040 Calophyllum sp 8 2,5 49 0,49 10, ,900 50,834 0,102 0,047 Calophyllum sp 7 2,5 33 0,33 15, , ,432 0,265 0,122 Calophyllum sp 6, ,38 10, ,900 47,010 0,094 0,043 Calophyllum sp ,37 12, ,900 68,032 0,136 0,063 Calophyllum sp ,50 11, ,900 63,441 0,127 0,058 Excoecaria agallocha 8 2,5 32 0,32 15, , ,631 0,279 0, Calophyllum sp ,31 10, ,590 28,430 0,057 0,026 Calophyllum sp 6,5 2,5 32,5 0,33 9, ,900 39,907 0,080 0,037 Calophyllum sp 6 2,4 37,5 0,38 10, ,900 45,166 0,090 0,042 Calophyllum sp 5 1,3 52 0,52 11, ,900 65,712 0,131 0,060 Calophyllum sp 7, ,56 16, , ,742 0,309 0,142 Calophyllum sp 4,7 1,9 36,5 0,37 17, , ,902 0,376 0,173 Calophyllum sp ,33 11, ,900 61,219 0,122 0,056 Calophyllum sp 7 1,7 48 0,48 10, ,900 47,010 0,094 0,043 Calophyllum sp ,5 0,34 15, , ,468 0,251 0,115 Calophyllum sp 5,7 1,8 31,5 0,32 10, ,900 48,899 0,098 0,045 Calophyllum sp 7,2 3,3 39,5 0,40 10, ,900 41,615 0,083 0,038 Calophyllum sp 8 2,5 38,15 0,38 12, ,900 75,295 0,151 0,069

30 73 Calophyllum sp 2, ,19 12, ,900 68,738 0,137 0,063 Calophyllum sp 3 3,9 23,5 0,24 6, ,900 11,067 0,022 0,010 Calophyllum sp ,34 7, ,900 19,314 0,039 0,018 Calophyllum sp ,24 42, , ,966 3,696 1,700 Calophyllum sp ,56 7, ,900 20,410 0,041 0,019 Xylocarpus granatun ,45 17, , ,902 0,376 0,173 Xylocarpus granatun ,32 14, ,830 97,708 0,195 0,090 Xylocarpus granatun ,56 10, ,830 39,995 0,080 0,037 Xylocarpus granatun 4 2,5 56 0,56 17, , ,288 0,347 0,159 Xylocarpus granatun 5 2,5 24 0,24 17, , ,288 0,347 0,159 Xylocarpus granatun ,13 7, ,830 18,822 0,038 0, Heritiera littolaris ,05 4, ,830 3,776 0,008 0,003 Heritiera littolaris ,18 33, , ,162 2,254 1,037 Excoecaria agallocha 3 2, ,18 5, ,040 11,099 0,022 0,010 Excoecaria agallocha 9 3,1 29,5 0,295 37, , ,200 1,736 0,799 Excoecaria agallocha 7 1,7 26 0,26 9, ,590 22,973 0,046 0,021 Calophyllum sp 5 1,4 14 0,14 8, ,590 16,501 0,033 0,015 Calophyllum sp 4,6 1,4 15 0,15 4, ,900 4,972 0,010 0,005 Calophyllum sp 3,6 2,5 65 0,65 4, ,900 5,957 0,012 0,005 Calophyllum sp 4,1 1,2 16 0,16 20, , ,659 0,555 0,255 Calophyllum sp 5 2,5 42,5 0,425 5, ,900 7,055 0,014 0, Calophyllum sp ,35 13, ,900 91,213 0,182 0,084 Calophyllum sp 8 1,5 60 0,60 11, ,900 54,845 0,110 0,050 Calophyllum sp 5 1,2 50 0,50 19, , ,131 0,450 0,207 Calophyllum sp 4,5 1,6 30 0,30 15, , ,631 0,279 0,128 Calophyllum sp 3, ,64 9, ,900 36,622 0,073 0,034 Calophyllum sp 6,8 1,6 14 0,14 20, , ,607 0,533 0,245

31 74 Calophyllum sp 3 1,6 28 0,28 4, ,900 4,972 0,010 0,005 Calophyllum sp 3 1,1 22 0,22 8, ,900 30,566 0,061 0,028 Calophyllum sp ,18 7, ,900 16,249 0,032 0,015 Calophyllum sp ,21 5, ,900 9,605 0,019 0, Excoecaria agallocha ,47 6, ,900 14,384 0,029 0,013 Excoecaria agallocha ,45 14, ,590 77,837 0,156 0,072 Excoecaria agallocha 6,5 1,6 43 0,43 14, ,590 69,455 0,139 0,064 Calophyllum sp ,28 13, ,590 61,656 0,123 0,057 Calophyllum sp ,21 8, ,900 30,566 0,061 0,028 Calophyllum sp ,24 6, ,900 14,384 0,029 0,013 Calophyllum sp ,25 7, ,900 20,410 0,041 0,019 Calophyllum sp ,29 7, ,900 22,713 0,045 0,021 Calophyllum sp ,16 9, ,900 33,509 0,067 0,031 Xylocarpus granatun ,17 5, ,900 7,055 0,014 0, Calophyllum sp 6, ,40 5, ,830 7,626 0,015 0,007 Calophyllum sp ,41 12, ,900 77,817 0,156 0,072 Calophyllum sp 3 1,4 32 0,32 13, ,900 83,018 0,166 0,076 Calophyllum sp 4 2,5 11 0,11 10, ,900 43,368 0,087 0,040 Calophyllum sp 6,6 1,4 11,5 0,12 3, ,900 2,643 0,005 0,002 Calophyllum sp ,29 3, ,900 2,970 0,006 0,003 Calophyllum sp 5 2,7 74 0,74 9, ,900 33,509 0,067 0,031 Calophyllum sp 6, ,32 23, , ,002 0,780 0, Calophyllum sp ,41 10, ,900 43,368 0,087 0,040 Calophyllum sp 2 1,2 63 0,63 13, ,900 83,018 0,166 0,076 Calophyllum sp 3 1,7 36,5 0,37 20, , ,830 0,512 0,235 Calophyllum sp 6 1,4 12 0,12 11, ,900 61,219 0,122 0,056 Calophyllum sp 6 1,9 23 0,23 3, ,900 3,320 0,007 0,003

32 75 Xylocarpus granatun 4 1,7 58 0,58 7, ,900 18,256 0,037 0,017 Xylocarpus granatun 5 1,6 29 0,29 18, , ,975 0,380 0,175 Xylocarpus granatun 4, ,22 9, ,830 30,903 0,062 0,028 Xylocarpus granatun ,39 7, ,830 14,985 0,030 0,014 Xylocarpus granatun 7 1,5 23 0,23 12, ,830 67,159 0,134 0,062 Scyphipora hydrophyllaceae 7 1,7 45 0,45 7, ,830 16,836 0,034 0,015 Scyphipora hydrophyllaceae 5 1,5 35 0,35 14, ,560 65,924 0,132 0,061 Scyphipora hydrophyllaceae 7 1,7 40 0,40 11, ,560 34,126 0,068 0,031 Scyphipora hydrophyllaceae ,43 12, ,560 48,420 0,097 0, Calophyllum sp 7 1,6 39 0,39 13, ,560 58,521 0,117 0,054 Calophyllum sp 5 1,7 45 0,45 12, ,900 72,823 0,146 0,067 Calophyllum sp 6 2,5 31 0,31 14, , ,949 0,212 0,097 Calophyllum sp 7 3,4 23 0,23 9, ,900 39,907 0,080 0,037 Calophyllum sp 2 1,5 32 0,32 7, ,900 18,256 0,037 0,017 Calophyllum sp 3 1,2 11 0,11 10, ,900 43,368 0,087 0,040 Calophyllum sp 7 2,5 50 0,50 3, ,900 2,643 0,005 0, Calophyllum sp 7 1,5 32 0,32 15, , ,631 0,279 0,128 Calophyllum sp 7 1,5 49 0,49 10, ,900 43,368 0,087 0,040 Calophyllum sp 7 1,6 36 0,36 15, , ,432 0,265 0,122 Calophyllum sp 5 2,1 16 0,16 11, ,900 59,046 0,118 0,054 Calophyllum sp 8 1,8 51 0,51 5, ,900 7,055 0,014 0,006 Calophyllum sp 8 1,5 21 0,21 16, , ,066 0,294 0,135 Scyphipora hydrophyllaceae 7 1,5 49 0,49 6, ,900 14,384 0,029 0,013 Scyphipora hydrophyllaceae 5 2,1 26 0,26 15, ,560 82,402 0,165 0, Excoecaria agallocha ,28 8, ,560 15,662 0,031 0,014

33 76 Excoecaria agallocha ,42 8, ,590 20,037 0,040 0,018 Calophyllum sp 4 2,5 32 0,32 13, ,590 57,970 0,116 0,053 Calophyllum sp ,21 10, ,900 43,368 0,087 0,040 Calophyllum sp ,16 6, ,900 14,384 0,029 0,013 Calophyllum sp 4 2,5 17 0,17 5, ,900 7,055 0,014 0,006 Calophyllum sp ,24 5, ,900 8,269 0,017 0,008 Calophyllum sp 5 2,5 24 0,24 7, ,900 20,410 0,041 0,019 Calophyllum sp 8 2,5 74 0,74 7, ,900 20,410 0,041 0,019 23, , ,002 0,780 0,359 Jumlah 20,466

34 Lampiran 9. Foto-Foto Penelitian Jalur Masuk Kawasan Hutan Mangrove Kuala Indah Kec, Sei Suka Kab. Batubara Keadaan Hutan Mangrove di Pinggir Pantai yang Mengalami Kerusakan Keadaan dalam Hutan Mangrove Kuala Indah Kec. Sei Suka Kab. Batubara 77

35 78 Transek Penelitian dan Plot Penelitian Daerah Pinggir Pantai yang Berubah Fungsi Menjadi Tempat Wisata Pengukuran Diameter Pohon

36 79 Pengukuran Tinggi Bebas Cabang dan Penyusunan Spesimen Basah Substrat di Lokasi penelitian Pencatatan Data di Lapangan

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, NOMOR : 201 TAHUN 2004 TENTANG KRITERIA BAKU DAN PEDOMAN PENENTUAN KERUSAKAN MANGROVE

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, NOMOR : 201 TAHUN 2004 TENTANG KRITERIA BAKU DAN PEDOMAN PENENTUAN KERUSAKAN MANGROVE SALINAN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 201 TAHUN 2004 TENTANG KRITERIA BAKU DAN PEDOMAN PENENTUAN KERUSAKAN MANGROVE MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa mangrove merupakan

Lebih terperinci

Petunjuk Mengenali Jenis Flora Ekosistem Mangrove Di Kawasan Kramat, Bedil, Dan Temudong (KABETE)

Petunjuk Mengenali Jenis Flora Ekosistem Mangrove Di Kawasan Kramat, Bedil, Dan Temudong (KABETE) KABETE EDUCATION CENTER Petunjuk Mengenali Jenis Flora Ekosistem Mangrove Di Kawasan Kramat, Bedil, Dan Temudong (KABETE) Pulau Temudong, Mei 2015 Pulau Kramat, Mei 2015 Buku ini disusun oleh Kabete Education

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Mangrove yang Diperoleh di Pantai Kecamatan Panggungrejo Kota Pasuruan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Mangrove yang Diperoleh di Pantai Kecamatan Panggungrejo Kota Pasuruan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Jenis Mangrove yang Diperoleh di Pantai Kecamatan Panggungrejo Kota Pasuruan Hasil penelitian menunjukkan, terdapat 9 spesies yang termasuk dalam 7 genus dan 5 famili yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan pantai, penyerap polutan, habitat burung (Bismark, 1986). Kemampuan mangrove untuk mengembangkan wilayahnya ke arah laut

TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan pantai, penyerap polutan, habitat burung (Bismark, 1986). Kemampuan mangrove untuk mengembangkan wilayahnya ke arah laut 4 TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Umum Hutan Mangrove Hutan mangrove merupakan ekosistem hutan dengan faktor fisik yang ekstrim, seperti habitat tergenang air dengan salinitas tinggi di pantai dan sungai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan mangrove Rhizophora stylosa 2.1.1 Klasifikasi Rhizophora stylosa Menurut Cronquist (1981), taksonomi tumbuhan mangrove Rhizophora stylosa sebagai berikut : Kingdom

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Anggrek 2.1.1 Deskripsi Anggrek Anggrek merupakan famili terbesar dalam tumbuhan biji, seluruhnya meliputi 20.000 jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas pasang surut air disebut tumbuhan mangrove.

BAB I PENDAHULUAN. batas pasang surut air disebut tumbuhan mangrove. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata mangrove dipakai sebagai pengganti istilah kata bakau untuk menghindari salah pengertian dengan hutan yang melulu terdiri atas Rhizophora spp., (Soeroyo.1992:

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun II.TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun demikian burung adalah satwa yang dapat ditemui dimana saja sehingga keberadaanya sangat sulit dipisahkan

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN VEGETASI DAN PERHITUNGAN KARBON TERSIMPAN PADA VEGETASI MANGROVE DI HUTAN MANGROVE KUALA INDAH KABUPATEN BATUBARA T E S I S.

KEANEKARAGAMAN VEGETASI DAN PERHITUNGAN KARBON TERSIMPAN PADA VEGETASI MANGROVE DI HUTAN MANGROVE KUALA INDAH KABUPATEN BATUBARA T E S I S. KEANEKARAGAMAN VEGETASI DAN PERHITUNGAN KARBON TERSIMPAN PADA VEGETASI MANGROVE DI HUTAN MANGROVE KUALA INDAH KABUPATEN BATUBARA T E S I S Oleh ROSMAWATI HARAHAP 087004025/PSL S E K O L A H PA S C A S

Lebih terperinci

KEKAYAAN NYAMPLUNG DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Oleh : Aris Budi Pamungkas & Amila Nugraheni

KEKAYAAN NYAMPLUNG DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Oleh : Aris Budi Pamungkas & Amila Nugraheni KEKAYAAN NYAMPLUNG DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Oleh : Aris Budi Pamungkas & Amila Nugraheni Nyamplung tentu tanaman itu kini tak asing lagi di telinga para rimbawan kehutanan. Buah yang berbentuk bulat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamplung Nyamplung memiliki sebaran yang luas di dunia, dari Afrika, India, Asia Tenggara, Australia Utara, dan lain-lain. Karakteristik pohon nyamplung bertajuk rimbun-menghijau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mengenai Pendugaan Biomassa Brown (1997) mendefinisikan biomassa sebagai jumlah total berat kering bahan-bahan organik hidup yang terdapat di atas dan juga di bawah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Keragaman Vegetasi Mangrove Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada 20 plot yang masing-masing petak ukur 5x5 m, 10x10 m dan 20x20 m diketahui bahwa vegetasi mangrove

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Mangrove Excoecaria agallocha 2.1.1 Klasifikasi Excoecaria agallocha Klasifikasi tumbuhan mangrove Excoecaria agallocha menurut Cronquist (1981) adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Rotan adalah salah satu jenis tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) yang memiliki peranan ekonomi yang sangat penting (FAO 1997). Sampai saat ini rotan telah dimanfaatkan sebagai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 200 TAHUN 2004 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN DAN PEDOMAN PENENTUAN STATUS PADANG LAMUN

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 200 TAHUN 2004 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN DAN PEDOMAN PENENTUAN STATUS PADANG LAMUN SALINAN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 200 TAHUN 2004 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN DAN PEDOMAN PENENTUAN STATUS PADANG LAMUN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Teknologi penanaman jenis mangrove dan tumbuhan pantai pada tapak khusus

Teknologi penanaman jenis mangrove dan tumbuhan pantai pada tapak khusus Teknologi penanaman jenis mangrove dan tumbuhan pantai pada tapak khusus TEKNIK PENANAMAN MANGROVE PADA DELTA TERDEGRADASI DI SUMSEL Teknik Penanaman Mangrove Pada Delta Terdegradasi di Sumsel Teknik Penanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. Tumbuhan Bakau (Rhizophora Muncronata) merupakan tanaman dalam

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. Tumbuhan Bakau (Rhizophora Muncronata) merupakan tanaman dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mangrove Tumbuhan Bakau (Rhizophora Muncronata) merupakan tanaman dalam Kindom Plantae dengan kelas Mangnolipsida, ordo Mystales, Famili Rhizophoraceae, bergenus Rhizophora, dan

Lebih terperinci

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU EDY HENDRAS WAHYONO Penerbitan ini didukung oleh : 2 BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU Ceritera oleh Edy Hendras Wahyono Illustrasi Indra Foto-foto Dokumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu pengambilan data di lapangan dilakukan di sempadan muara Kali Lamong dan Pulau Galang, serta pengolahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Singkat Merbau Menurut Merbau (Instia spp) merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan dan mempunyai nilai yang ekonomi yang tinggi karena sudah

Lebih terperinci

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang. berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang. berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini II. TINJAIJAN PliSTAKA Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur.

Lebih terperinci

DESKRIPSI TANAMAN. Acriopsis javanica Reinw.

DESKRIPSI TANAMAN. Acriopsis javanica Reinw. DESKRIPSI TANAMAN Acriopsis javanica Reinw. Marga : Acriopsis Jenis : Acriopsis javanica Reinw Batang : Bulat mirip bawang Daun : Daun 2-3 helai, tipis berbentuk pita, menyempit ke arah pangkal Bunga :

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta lokasi penelitian

Gambar 3. Peta lokasi penelitian 15 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2009 di kawasan pesisir Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten, lokasi penelitian mempunyai

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541 Asal : Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Silsilah : Gondok x

Lebih terperinci

SUMBERDAYA ALAM WILAYAH PESISIR

SUMBERDAYA ALAM WILAYAH PESISIR SUMBERDAYA ALAM WILAYAH PESISIR EDI RUDI FMIPA UNIVERSITAS SYIAH KUALA Ekosistem Hutan Mangrove komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu untuk tumbuh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Mangrove yang di Peroleh Dari Taman Hutan Raya Ngurah Rai Denpasar Bali

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Mangrove yang di Peroleh Dari Taman Hutan Raya Ngurah Rai Denpasar Bali 4.1 Hasil Pengamatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Identifikasi Mangrove yang di Peroleh Dari Taman Hutan Raya Ngurah Rai Denpasar Bali Diskripsi dari masing-masing tumbuhan mangrove yang ditemukan

Lebih terperinci

PROPOSAL PENELITIAN PENYIAPAN PENYUSUNAN BAKU KERUSAKAN MANGROVE KEPULAUAN KARIMUNJAWA

PROPOSAL PENELITIAN PENYIAPAN PENYUSUNAN BAKU KERUSAKAN MANGROVE KEPULAUAN KARIMUNJAWA PROPOSAL PENELITIAN PENYIAPAN PENYUSUNAN BAKU KERUSAKAN MANGROVE KEPULAUAN KARIMUNJAWA TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mangrove Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup di antara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat mangrove seringkali ditemukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi ,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi , II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi Degradasi lahan adalah proses menurunnya kapasitas dan kualitas lahan untuk mendukung suatu kehidupan (FAO 1993). Degradasi lahan mengakibatkan hilang atau

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil 1. Keanekaragaman vegetasi mangrove Berdasarkan hasil penelitian Flora Mangrove di pantai Sungai Gamta terdapat 10 jenis mangrove. Kesepuluh jenis mangrove tersebut adalah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Asam Gelugur. Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Asam Gelugur. Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara 66 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Asam Gelugur Kabupaten Deli Serdang 67 Kabupaten Langkat Kabupaten Serdang Berdagai 68 Lampiran 2. Panduan Identifikasi Karakter Tanaman Parameter deskripsi tanaman

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 496/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN SAWO ASAHAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 496/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN SAWO ASAHAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 496/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN SAWO ASAHAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas berbagai BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas berbagai tumbuhan, hewan, dan mikrobia yang berinteraksi dengan lingkungan di habitat mangrove (Strategi Nasional

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data 16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 s/d Januari 2016. Lokasi penelitian berada di Desa Giriharjo, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi,

Lebih terperinci

Struktur Dan Komposisi Vegetasi Mangrove Di Pulau Mantehage

Struktur Dan Komposisi Vegetasi Mangrove Di Pulau Mantehage Struktur Dan Komposisi Vegetasi Mangrove Di Pulau Mantehage Elok Swasono Putro (1), J. S. Tasirin (1), M. T. Lasut (1), M. A. Langi (1) 1 Program Studi Ilmu Kehutanan, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir dan laut merupakan sebuah ekosistem yang terpadu dan saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi pertukaran materi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove adalah suatu lingkungan yang memiliki ciri khusus yaitu lantai hutannya selalu digenangi air, dimana air tersebut sangat dipengaruhi oleh pasang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 491/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SALISUN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 491/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SALISUN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 491/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SALISUN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Mahkota Dewa 1. Klasifikasi dan Ciri Morfologi Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., dengan nama sinonim Phaleria papuana. Nama umum dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dibandingkan daratan, oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mengatakan bahwa istilah tersebut kemungkinan merupakan kombinasi dari

TINJAUAN PUSTAKA. mengatakan bahwa istilah tersebut kemungkinan merupakan kombinasi dari TINJAUAN PUSTAKA Hutan Mangrove dan Karakteristiknya Istilah mangrove tidak diketahui secara pasti asal usulnya. Ada yang mengatakan bahwa istilah tersebut kemungkinan merupakan kombinasi dari bahasa Portugis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari atas 17.508 pulau, dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Luas laut Indonesia sekitar 3,1

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat. Selain keunikannya, terdapat beragam fungsi yang dapat dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat. Selain keunikannya, terdapat beragam fungsi yang dapat dihasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik karena terdapat pada daerah peralihan (ekoton) antara ekosistem darat dan laut yang keduanya saling berkaitan erat. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. kesempatan untuk tumbuhan mangrove beradaptasi (Noor dkk, 2006). Hutan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. kesempatan untuk tumbuhan mangrove beradaptasi (Noor dkk, 2006). Hutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi lingkungan yang ekstrim seperti tanah yang tergenang akibat pasang surut laut, kadar garam yang tinggi, dan tanah yang kurang stabil memberikan kesempatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan salah satu peran penting mangrove dalam pembentukan lahan baru. Akar mangrove mampu mengikat dan menstabilkan substrat

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan salah satu peran penting mangrove dalam pembentukan lahan baru. Akar mangrove mampu mengikat dan menstabilkan substrat TINJAUAN PUSTAKA Hutan mangrove Kemampuan mangrove untuk mengembangkan wilayahnya ke arah laut merupakan salah satu peran penting mangrove dalam pembentukan lahan baru. Akar mangrove mampu mengikat dan

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010 PENGARUH AKTIVITAS EKONOMI PENDUDUK TERHADAP KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI KELURAHAN BAGAN DELI KECAMATAN MEDAN BELAWAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyarataan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap sumberdaya alam memiliki fungsi penting terhadap lingkungan. Sumberdaya alam berupa vegetasi pada suatu ekosistem hutan mangrove dapat berfungsi dalam menstabilkan

Lebih terperinci

BAGIAN-BAGIAN BUNGA DAN FUNGSINYA

BAGIAN-BAGIAN BUNGA DAN FUNGSINYA BAGIAN-BAGIAN BUNGA DAN FUNGSINYA Bunga sangat penting untuk perkembangbiakkan tumbuhan karena pada bunga terdapat alat-alat reproduksi, yaitu putik dan benangsari. 1. Bagian-bagian Bunga Meskipun bentuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan 23 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan Hutan Lindung Batutegi Blok Kali Jernih (Gambar 3), bekerjasama dan di bawah

Lebih terperinci

4 KERUSAKAN EKOSISTEM

4 KERUSAKAN EKOSISTEM 4 KERUSAKAN EKOSISTEM 4.1 Hasil Pengamatan Lapangan Ekosistem Mangrove Pulau Weh secara genetik merupakan pulau komposit yang terbentuk karena proses pengangkatan dan vulkanik. Proses pengangkatan ditandai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 80/Kpts/SR.120/3/2005 TENTANG PELEPASAN CABE BESAR HIBRIDA DEWARENGKU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 80/Kpts/SR.120/3/2005 TENTANG PELEPASAN CABE BESAR HIBRIDA DEWARENGKU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN, KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 80/Kpts/SR.120/3/2005 TENTANG PELEPASAN CABE BESAR HIBRIDA DEWARENGKU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang ( Musa spp.) 2.2. Tanaman Pisang ( Musa spp.)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang ( Musa spp.) 2.2. Tanaman Pisang ( Musa spp.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang (Musa spp.) Indonesia pisang merupakan tanaman yang sangat penting karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Pisang adalah tanaman herba yang berasal

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN 135 VI. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Komposisi spesies mangrove di Pulau Kaledupa, Derawa, dan Pulau Hoga Taman Nasional Wakatobi sebanyak 20 spesies mangrove sejati dan tersebar tidak merata antar pulau.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIRAN. Asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff) berasal dari kawasan Asia yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIRAN. Asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff) berasal dari kawasan Asia yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff) berasal dari kawasan Asia yaitu semenanjung Malaysia, Thailand, Myanmar dan

Lebih terperinci

Flora Mangrove Berhabitus Pohon di Hutan Lindung Angke-Kapuk

Flora Mangrove Berhabitus Pohon di Hutan Lindung Angke-Kapuk B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X Volume 6, Nomor 1 Januari 2005 Halaman: 34-39 Flora Mangrove Berhabitus Pohon di Hutan Lindung Angke-Kapuk Floristics of mangrove tree species in Angke-Kapuk Protected

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan dan terletak di daerah beriklim tropis. Laut tropis memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Mangrove 2.1.1. Pengertian mangrove Hutan mangrove secara umum didefinisikan sebagai hutan yang terdapat di daerah-daerah yang selalu atau secara teratur tergenang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penyebarannya tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian ± 500 m dpl.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penyebarannya tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian ± 500 m dpl. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Buah Maja Buah maja merupakan tanaman dari famili Rutaceae, yang penyebarannya tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian ± 500 m dpl. Tumbuhan ini terdapat di negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Hutan Mangrove Ekosistem hutan mangrove adalah suatu sistem di alam tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan pada bulan Agustus sampai November 2011 yang berada di dua tempat yaitu, daerah hutan mangrove Wonorejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup yang berada di suatu lingkungan akan saling berinteraksi, interaksi terjadi antara makhluk hidup dengan makhluk hidup itu sendiri maupun makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerusakan fisik habitat wilayah pesisir dan lautan di Indonesia mengakibatkan penurunan kualitas ekosistem. Salah satunya terjadi pada ekosistem mangrove. Hutan mangrove

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae,

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman: Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Euphorbiales, Famili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini

BAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau sekitar 17.508 pulau dan panjang pantai kurang lebih 81.000 km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat besar,

Lebih terperinci

ANALISIS VEGETASI MANGROVE DAN PEMANFAATANNYA OLEH MASYARAKAT KAMPUNG ISENEBUAI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA SKRIPSI YAN FRET AGUS AURI

ANALISIS VEGETASI MANGROVE DAN PEMANFAATANNYA OLEH MASYARAKAT KAMPUNG ISENEBUAI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA SKRIPSI YAN FRET AGUS AURI ANALISIS VEGETASI MANGROVE DAN PEMANFAATANNYA OLEH MASYARAKAT KAMPUNG ISENEBUAI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA SKRIPSI YAN FRET AGUS AURI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2) PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di Kabupaten Gorontalo. Cagar Alam ini terbagi menjadi dua kawasan yaitu

Lebih terperinci

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali. B III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi, yaitu melakukan pengamatan langsung pada mangrove yang ada

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan 29 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan ekosistem laut. Mangrove diketahui mempunyai fungsi ganda

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun LAMPIRAN Lampiran 1. Skoring sifat dan karakter tanaman cabai 1. Tinggi tanaman : Tinggi tanaman diukur mulai dari atas permukaan tanah hingga ujung tanaman yang paling tinggi dan dinyatakan dengan cm.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hutan bakau / mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut (pesisir). Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan

Lebih terperinci

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi I. Keanekaragaman hayati UU No. 5, 1990 Pasal 21 PP No. 68, 1998 UU No. 41, 1999 Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pengawetan keanekaragaman hayati serta ekosistemnya melalui Cagar Alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cengkeh adalah tumbuhan asli Maluku, Indonesia. Cengkeh dikenal dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman asli Indonesia ini tergolong

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU

LAMPIRAN. 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU LAMPIRAN 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU 1. Agrostophyllum longifolium Habitat : herba, panjang keseluruhan ± 60 cm, pola pertumbuhan monopdodial Batang : bentuk pipih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakang Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang 95.181 km terdiri dari sumber daya alam laut dan pantai yang beragam. Dengan kondisi iklim dan substrat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Dalam peninggalan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 68/Kpts/SR.120/3/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SIMEMANG SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 68/Kpts/SR.120/3/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SIMEMANG SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN, KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 68/Kpts/SR.120/3/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SIMEMANG SEBAGAI VARIETAS UNGGUL Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan produksi durian, varietas unggul

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

Struktur dan Komposisi Mangrove di Pulau Hoga Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara Jamili

Struktur dan Komposisi Mangrove di Pulau Hoga Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara Jamili Struktur dan Komposisi Mangrove di Pulau Hoga Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara Jamili Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi UHO jamili66@yahoo.com 2012. BNPB, 2012 1 bencana tsunami 15 gelombang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

Program Kunjungan Sekolah Kampanye Bangga Hutan Geumpang

Program Kunjungan Sekolah Kampanye Bangga Hutan Geumpang PENGETAHUAN MENGENAI ALAM DAN LINGKUNGAN DI SEKITAR KITA Nama Sekolah: Kelas : Nama Siswa : Berilah tanda silang ( x ) pada pernyataan - pernyataan di bawah ini: No. Pernyataan Benar Salah 1. 2. 3. 4.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam siklus karbon global, akan tetapi hutan juga dapat menghasilkan emisi

TINJAUAN PUSTAKA. dalam siklus karbon global, akan tetapi hutan juga dapat menghasilkan emisi 16 TINJAUAN PUSTAKA Karbon Hutan Hutan merupakan penyerap karbon (sink) terbesar dan berperan penting dalam siklus karbon global, akan tetapi hutan juga dapat menghasilkan emisi karbon (source). Hutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut. Ekosistem mangrove

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Biomassa Biomassa merupakan bahan organik dalam vegetasi yang masih hidup maupun yang sudah mati, misalnya pada pohon (daun, ranting, cabang, dan batang utama) dan biomassa

Lebih terperinci

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV N A M A : JHONI N I M : 111134267 ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV I Ayo Belajar IPA A. StandarKompetensi 2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya B. KompetensiDasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif karena penelitian ini hanya

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif karena penelitian ini hanya BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif karena penelitian ini hanya memberikan deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam 3 zona berdasarkan perbedaan rona lingkungannya. Zona 1 merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam 3 zona berdasarkan perbedaan rona lingkungannya. Zona 1 merupakan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lingkungan Penelitian Pada penelitian ini, lokasi hutan mangrove Leuweung Sancang dibagi ke dalam 3 zona berdasarkan perbedaan rona lingkungannya.

Lebih terperinci

Keanekaragaman Jenis dan Indeks Nilai Penting Mangrove di Desa Tabulo Selatan Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo

Keanekaragaman Jenis dan Indeks Nilai Penting Mangrove di Desa Tabulo Selatan Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo Keanekaragaman Jenis dan Indeks Nilai Penting Mangrove di Desa Tabulo Selatan Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo 1,2 Yulinda R.Antu, 2 Femy M. Sahami, 2 Sri Nuryatin Hamzah 1 yulindaantu@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif, dengan objek penelitian tumbuhan mangrove di Pantai Bama hingga Dermaga Lama, Taman Nasional Baluran, Jawa

Lebih terperinci