SKRIPSI. Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Oleh. Anggi Dwi Jayanti NIM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI. Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Oleh. Anggi Dwi Jayanti NIM"

Transkripsi

1 ANALISIS INTERTEKSTUALITAS SASTRA NOVEL SUJUD CINTA DI MASJID NABAWI KARYA PUTRI INDAH WULANDARI DAN NOVEL SUJUD HATI DI UJUNG SUBUH KARYA INDAH EL-HAFIDZ DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Anggi Dwi Jayanti NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2014

2 ANALISIS INTERTEKSTUALITAS SASTRA NOVEL SUJUD CINTA DI MASJID NABAWI KARYA PUTRI INDAH WULANDARI DAN NOVEL SUJUD HATI DI UJUNG SUBUH KARYA INDAH EL-HAFIDZ DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Anggi Dwi Jayanti NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2014 i

3

4

5 MOTO DAN PERSEMBAHAN MOTO أطلب وا العل م ول و بالص ین, ف ا ن طل ب العل م فریض ة عل ى ك ل مس لم, إن الملاي ك ة تض ع أجنحتھ ا لطال ب العل م رض اء بم ا یطل ب Tuntutlah ilmu walaupun di Negeri Cina karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayapsayap mereka pada penuntut ilmu karena ridha terhadap ilmu yang dituntutnya (HR Ibnu Abdi Al-barr). PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. Ayah dan Ibunda tercinta, berkat doa dan dukungan beliau berdua saya senantiasa tidak mudah putus asa dan semangat dalam menyelesaikan skripsi. 2. Kakak tersayang Eko Sisworo dan adik tersayang Mega Tri Lestari yang selalu memberikan motivasi dan semangat. 3. Mas Yuyun yang telah membantu dan memberi semangat. 4. Teman-teman yang selalu saling memberi dukungan dan bertukar pikiran 5. Semua pihak yang telah membantu dalam skripsi ini. iv

6

7 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Intertekstualitas Sastra Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi Karya Putri Indah Wulandari dan Novel Sujud Hati di Ujung Subuh Karya Indah el-hafidz dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA. Skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan studi sastra Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo. Dalam penulisan skripsi ini banyak kesulitan yang penulis hadapi. Namun, atas bantuan berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sehubungan dengan hal tersebut penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Drs. H. Supriyono, M.Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan kesempatan penulis menuntut ilmu di Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2. Drs. H. Hartono. M.M., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan kesempatan penulis menuntut ilmu pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo. 3. Drs. H. Bagiya, M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan kesempatan menuntut ilmu pada vii

8 vii

9 ABSTRAK Jayanti, Anggi Dwi Analisis Intertekstualitas Sastra Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi Karya Putri Indah Wulandari dan Novel Sujud Hati di Ujung Subuh Karya Indah el-hafidz dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. FKIP, Universitas Muhammadiyah Purworejo. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz, (2) intertekstualitas sastra meliputi persamaan, perbedaan, dan hipogram yang terdapat dalam unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh, (3) skenario pembelajaran novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh di kelas XI SMA. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan intertekstual Riffaterre. Pendekatan tersebut bertujuan untuk mencari hubungan intertekstualitas antara novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh. Sumber data penelitian ini adalah novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah studi pustaka. Teknik analisis data dengan teknik analisis isi dan teknik penyajian hasil analisis menggunakan metode informal. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa (1) unsur intrinsik SCMN terdiri dari: (a) te-ma: cinta abadi karena Allah, (b) alur: lurus, (c) tokoh utama: Shabrina Lailatun Nida, tokoh tambahan: Maryam, Najmi, Ustadz Alfash, Ammah, tokoh protagonis: Abi, Azhar, dan Muhammad Muhsin, tokoh antagonis: Aziz dan Aisyah, (d) latar tempat: Pesantren Husnul Khotimah, Kufah, Kairo, Universitas Aleksandria Kairo, Belanda, Mekah, Madinah, dan Masjid Nabawi, latar waktu: pagi, siang, sore, malam, dan 15 Maret 2010, latar sosial: lingkungan religius, (e) sudut pandang: campuran, (f) gaya bahasa: hiperbola, asosiasi, personifikasi, dan metafora. Unsur intrinsik SHUS: (a) tema: cinta abadi karena Allah, (b) alur: lurus, (c) tokoh utama: Hanifa asy-syadzily, tokoh tambahan: Maryam, Kevina, Tata, dan Naiya, tokoh protagonis: Ayah, Hanafi, Bunda Laras, Kevina, dan Hasan, dan tokoh antagonis: Sakura, Reihan, dan Dekka, (d) latar tempat: Ngawi, UMS, Asy Syadzily Cafe, RSU Ngawi, latar waktu: pagi, siang, sore, malam, 10 Mei 1996, dan 26 September 2008, dan latar sosial: lingkungan religius, (e) sudut pandang: persona pertama, (f) gaya bahasa: ironi, hiperbola, asosiasi, personifikasi, dan metafora, (2) intertekstualitas sastra meliputi persamaan unsur intrinsik (a) tema: cinta abadi karena Allah, terjadi ekspansi, (b) beralur lurus, mengalami modifikasi, (c) tokoh utama: gadis berakhlak baik, mengalami modifikasi, (d) latar tempat: universitas, latar waktu: pagi, siang, sore, malam, dan latar sosial: lingkungan religius, mengalami ekspansi dan modifikasi, (e) gaya bahasa: hiperbola, asosiasi, dan personifikasi, terjadi konversi, dan perbedaan: (a) tema: cerita, terjadi ekspansi, (b) latar tempat SCMN: luar negeri, SHUS: Indonesia, terjadi ekspansi dan modifikasi, (c) sudut pandang SCMN: campuran, SHUS: persona pertama, menimbulkan ekspansi, (d) gaya bahasa SCMN: metafora, SHUS: ironi, paradoks, dan repetisi, menimbulkan konversi dan modifikasi, (3) skenario pembelajaran novel SCMN dan novel SHUS di kelas XI SMA terdiri dari: (a) guru menyampaikan materi unsur intrinsik dan intertekstualitas novel, (b) guru menyuruh siswa menganalisis unsur intrinsik, (c) siswa mempresentasikan hasil belajarnya, (d) guru memberi tugas menganalisis intertekstualitas pada persaman dan perbedaan unsur intrinsik, (e) guru merefleksi hasil belajar siswa. Kata kunci: intertekstualitas sastra, novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi, novel Sujud Hati di Ujung Subuh, skenario pembelajaran viii

10 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERSETUJUAN... ii PENGESAHAN... iii MOTO DAN PERSEMBAHAN... iv SURAT PERNYATAAN... v PRAKATA... vi ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.. 1 B. Penegasan Istilah... 5 C. Identifikasi Masalah 6 D. Batasan Masalah... 7 E. Rumusan Masalah... 7 F. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 8 G. Sistematika Skripsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS A. Tinjauan Pustaka B. Kajian Teoretis Pengertian Novel Unsur Intrinsik Novel Intertekstualitas Skenario Pembelajaran Sastra di Kelas XI SMA BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian B. Fokus Penelitian ix

11 BAB IV C. Sumber Data D. Teknik Pengumpulan Data E. Instrumen Penelitian F. Teknik Analisis Data G. Teknik Penyajian Hasil Analisis PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA A. Penyajian Data B. Pembahasan Data Unsur Intrinsik Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi Karya Putri Indah Wulandari dan Novel Sujud Hati di Ujung Subuh Karya Idah el-hafidz Intertekstualitas Sastra Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi Karya Putri Indah Wulandari dan Novel Sujud Hati di Ujung Subuh Karya Idah el-hafidz Pembelajaran Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi Karya Putri Indah Wulandari dan Novel Sujud Hati di Ujung Subuh Karya Idah el-hafidz di Kelas XI SMA BAB V PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

12 DAFTAR TABEL Tabel 1: Unsur Intrinsik Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi Karya Putri Indah Wulandari.. 52 Tabel 2: Unsur Intrinsik Novel Sujud Hati di Ujung Subuh Karya Indah el-hafidz. 62 Tabel 3: Persamaan antara Novel Sujud Cinta di Masjid dan Novel Sujud Hati di Ujung Subuh 70 Tabel 4: Perbedaan antara Novel Sujud Cinta di Masjid dan Novel Sujud Hati di Ujung Subuh 72 Tabel 5: Hipogram. 75 xi

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Silabus Lampiran 2: Perangkat Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran 3: Sinopsis Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi Karya Putri Indah Wulandari Lampiran 4: Sinopsis Novel Sujud Hati di Ujung Subuh Karya Indah el-hafidz Lampiran 5: Biografi Pengarang Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi (Putri Indah Wulandari) Lampiran 6: Biografi Pengarang Novel Sujud Hati di Ujung Subuh (Indah el- Hafidz) Lampiran 7: Kartu Bimbingan Skripsi xii

14 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini dibahas latar belakang masalah, penegasan istilah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,dan sistematika skripsi. A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir dari dorongan manusia untuk mengungkapkan kehidupan seseorang lewat bahasa. Menurut Wellek dan Warren, sastra diterapkan pada seni sastra, yaitu dipandang sebagai karya sastra imajinatif (Wiyatmi, 2009:15). Dari definisi tersebut dapat memahami sastra dengan terlebih dahulu melihat aspek bahasa. Terciptanya sebuah karya sastra sangat dipengaruhi oleh masalahmasalah kehidupan, seperti sosial, budaya, pandangan hidup, dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Berbagai masalah kehidupan tersebut dapat diangkat menjadi karya sastra. Karya sastra merupakan reproduksi dari deretan karya sebelumnya (Endraswara, 2011: 21-22). Oleh karena itu, sebuah karya sastra teks tertulis atau teks lisan tidak dapat dilepaskan dari teks lain. Prosa fiksi merupakan karya sastra yang sangat diminati oleh masyarakat. Bentuk karya fiksi tersebut di antaranya novel. Dalam memahami karya fiksi diperlukan kegiatan analisis. Baribin (1989:50) mengatakan bahwa karya sastra merupakan suatu sistem norma, oleh karena itu dalam menilai 1

15 2 suatu karya haruslah melakukan analisis atau menguraikan karya sastra itu ke dalam unsur-unsurnya atau sistem normanya. Analisis intertekstualitas merupakan salah satu jenis kegiatan analisis sastra yang berusaha mengkaji adanya hubungan antarsejumlah teks. Ratna (2010: 172) mendefinisikan secara luas bahwa interteks adalah hubungan antara satu teks dengan teks yang lain. Teks secara etimologis berarti tenunan, anyaman, penggabungan, susunan, dan jalinan. Penelitian ini dilakukan dengan cara menemukan hubungan-hubungan bermakna di antara dua teks atau lebih. Bakhtin dalam Endraswara (2011: 200) mengatakan bahwa dalam setiap karya sastra selalu terjadi dialog antarteks dalaman, yakni unsur-unsur yang membangun karya sastra (intrinsik), dan teks luaran, yakni teks kemasyarakatan (sosial), atau unsur-unsur yang ada kaitannya dengan kehidupan pengarang. Dengan demikian, studi intertekstualitas mempelajari keseimbangan antara unsur intrinsik dan ekstrinsik teks yang disesuaikan dengan fungsi teks di masyarakat. Prinsip dasar intertekstual dapat dipahami maknanya secara utuh dalam kaitannya dengan teks lain yang menjadi hipogram. Hipogram adalah karya sastra terdahulu yang dijadikan sandaran berkarya (Pradopo dalam Endraswara, 2013:133). Hipogram tersebut meliputi ekspansi, konversi, modifikasi, dan eskerp (Endraswara, 2013: 132). Karya sastra sesungguhnya tidak berdiri sendiri. Karya sastra yang lahir terlebih dahulu akan mewarnai karya sastra yang baru. Karya sastra yang baru ini dinamakan karya

16 3 transformasi. Menurut Junus, terdapat dua macam transformasi teks, yaitu transformasi formal dan transformasi abstrak (Faruk, 2012: 51). Analisis intertekstualitas dapat dilakukan dengan membandingkan karya sastra dan karya sastra. Misalnya antara novel dan novel, novel dan puisi, puisi dan puisi, novel dan mitos. Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis intertekstualitas antara novel dan novel. Penulis akan mencari hubungan bermakna yang terdapat dalam dua teks (novel) tersebut yaitu persamaan, perbedaan, dan hipogram. Penulis menganalisis novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari yang diterbitkan oleh Sabil di Yogyakarta tahun 2011 dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz diterbitkan oleh DIVA Press di Yogyakarta tahun 2012 dan skenario pembelajarannya di kelas XI SMA. Kedua novel yang bertemakan cinta yang abadi karena Allah, memiliki hubungan intertekstualitas pada unsur intrinsik. Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Cinta di Ujung Subuh memiliki kemiripan pada tema yaitu cinta abadi karena Allah, tokoh utama yang diperankan oleh tokoh perempuan yang shalihah, beriman, berhati lembut, dan cerdas. Kedua novel tersebut menggunakan alur lurus. Kemiripan juga terletak pada setting yang berada di universitas dan keluarga tokoh yang religius. Kedua novel tersebut menggunakan gaya bahasa yang sama, yaitu hiperbola, asosiasi, dan personofikasi. Oleh karena itu, dengan adanya titik persamaan dan perbedaan kedua novel tersebut oleh penulis dijadikan sebagai penelitian intertekstualitas.

17 4 Novel tersebut dapat pula dijadikan sebagai bahan pembelajaran. Pada umumnya siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang kehidupan yang sedang dialami mereka pada masa remaja. Dengan demikian, secara umum guru sastra hendaknya dapat memilih skenario pembelajaran yang mudah dipahami oleh siswa dan mengandung nilai pendidikan. Pada umumnya pembelajaran sastra selalu mengacu pada menemukan unsur struktur. Supaya pembelajaran sastra dapat menarik, guru harus berkreatif dalam mengajar. Misalnya, pembelajaran sastra tidak hanya menemukan unsur struktur saja, tetapi dapat dikaitkan dengan intertekstualitas. Siswa dapat disuruh mencari persamaan dan perbedaan pada unsur intrinsik sastra yang telah dianalisis. Dari permasalahan tersebut penulis tertarik untuk menganalisis novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz dan mengkaitkan dengan skenario pembelajarannya pada siswa kelas XI SMA. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah menengah atas terdapat salah satu aspek yang berkaitan dengan masalah unsur instrinsik novel, yaitu pada pembelajaran kelas XI semester I untuk aspek membaca. Standar Kompetensi 7, memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan, dan Kompetensi Dasar 7.2 menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh dapat digunakan untuk memberikan

18 5 pembelajaran menemukan unsur instrinsik novel Indonesia/terjemahan yang lebih variatif dengan menggunakan analisis intertekstualitas sastra. B. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian judul Analisis Intertekstualitas Sastra Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi Karya Putri Indah Wulandari dan Novel Sujud Hati di Ujung Subuh Karya Indah el-hafidz dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA, penulis merasa perlu menjelaskan istilah-istilah tersebut. Istilah-istilah dalam judul skripsi ini penulis tegaskan dalam uraian berikut ini. 1. Analisis adalah penilaian terhadap suatu masalah atau peristiwa untuk mengetahui data atau keadaan yang sebenarnya dengan cara pengumpulan data (KBBI,2008: 59). 2. Intertekstualitas adalah sebagai jaringan hubungan antara satu teks dengan teks yang lain (Ratna, 2010:172). Menurut Pradopo, prinsip dasar intertekstualitas adalah karya hanya dapat dipahami maknanya secara utuh dalam kaitannya dengan teks lain yang menjadi hipogram (Endraswara, 2013:133). 3. Sujud Cinta di Masjid Nabawi adalah judul novel karya Putri Indah Wulandari yang diterbitkan oleh Sabil di Jogjakarta tahun Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz diterbitkan oleh DIVA Press di Jogjakarta tahun 2012.

19 6 5. Skenario pembelajaran adalah skenario yang dibuat oleh pendidik dalam proses interaksi dengan peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Narwanti dan Somadi, 2012: 105). 6. Kelas XI SMA adalah jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas. Berdasarkan penjelasan dari istilah-istilah tersebut, dapat diketahui bahwa maksud dan tujuan dari penelitian yang berjudul Analisis Intertekstualitas Sastra Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi Karya Putri Indah Wulandari dan Novel Sujud Hati di Ujung Subuh Karya Indah el-hafidz dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA adalah sebagai referensi pembelajaran untuk membandingkan unsur intrinsik pada karya sastra. C. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat diidentifikasikan permasalahan dari penelitian ini sebagai berikut. 1. Dengan menggunakan analisis intertekstualitas sastra, akan dianalisis persamaan, perbedaan, dan hipogram yang terdapat dalam unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dengan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz. 2. Dalam pembelajaran sastra, banyak siswa kurang tertarik untuk mengikutinya. Dengan hal tersebut, penulis akan menggunakan media sastra seperti novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz sebagai bahan pembelajaran di kelas XI SMA.

20 7 D. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, batasan masalah dalam menganalisis novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz terfokus pada intertekstualitas sastra yang meliputi persamaan, perbedaan, dan hipogram unsur intrinsik novel dan skenario pembelajarannya di kelas XI SMA. E. Rumusan Masalah Dalam menganalisis novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz, disusun beberapa rumusan masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini diantaranya: 1. Bagaimanakah unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el- Hafidz? 2. Bagaimanakah intertekstualitas sastra yang meliputi persamaan, perbedaan, dan hipogram yang terdapat dalam unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz? 3. Bagaimanakah skenario pembelajaran novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh di kelas XI SMA?

21 8 F. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan salah satu faktor yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian. Adapun tujuan dalam penulisan skripsi ini untuk mendeskripsikan: a. unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz. b. intertekstualitas sastra yang meliputi persamaan, perbedaan, dan hipogram yang terdapat dalam unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz. c. skenario pembelajaran novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh di kelas XI SMA. 2. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el- Hafidz dibagi menjadi dua, yaitu manfaat secara teoretis dan praktis. a. Segi Teoretis Dari segi teoretis penelitian ini diharapkan bermanfaat antara lain: 1) menambah wawasan dan pengetahuan kepada pembaca mengenai intertekstualitas.

22 9 2) mengembangkan dan memantapkan pemahaman siswa tentang intertekstualitas yang terdapat pada novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh. 3) menambah penelitian sastra terutama dalam bidang penelitian novel Indonesia yang memanfaatkan teori sastra intertekstualitas. b. Segi Praktis Dari segi praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru, dan peneliti. 1) Siswa Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan siswa dalam memahami karya sastra khususnya novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el- Hafidz. 2) Guru Penelitin ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan pertimbangan guru bahasa Indonesia dalam mengajarkan novel di kelas XI SMA. 3) Peneliti Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengalaman praktis dalam melaksanakan penelitian selanjutnya atau penelitian serupa di masa yang akan datang.

23 10 G. Sistematika Skripsi Skripsi yang berjudul Analisis Intertekstualitas Sastra Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi Karya Putri Indah Wulandari dan Novel Sujud Hati di Ujung Subuh Karya Indah el-hafidz dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Pada bagian awal skripsi, penulis menyajikan judul skripsi, persetujuan pembimbing, pengesahan, moto dan persembahan, pernyataan, kata pengantar, daftar isi, abstrak, daftar tabel, dan daftar lampiran. Pada bagian isi, penulis menyajikan isi skripsi yang terdiri dari lima bab, yang tersusun sebagai berikut. Bab I berisi latar belakang, penegasan istilah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika skripsi. Bab II berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis yang berisi teori-teori yang dijadikan landasan penulis sebelum melaksanakan penelitian dan pembahasan data hasil penelitian. Bab III berisi metode penelitian. Metode ini berisi tentang objek penelitian, fokus penelitian, sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik penyajian hasil analisis. Bab IV berisi penyajian dan pembahasan data. Dalam bab ini, penulis menganalisis intertekstualitas sastra yang memfokuskan pada persamaan dan perbedaan unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi Karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh Karya Indah el-hafidz.

24 11 Bab V berisi penutup. Pada bab ini penulis menguraikan secara singkat pembahasan pada bab IV dan memberikan saran. Pada bagian akhir, penulis menyajikan daftar pustaka, melampirkan Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP), sinopsis novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz, biografi pengarang, dan kartu bimbingan.

25 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS Pada bagian ini dibahas mengenai tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tijauan pustaka berisi uraian tentang penelitian-penelitian sebelumnya yang sejenis untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Kajian teoretis berisi uraian dan pendapat pakar yang memiliki kesesuaian dengan penelitian ini guna membantu proses pemahaman dan penjelasan tentang intertekstualitas sastra dan pembelajarannya. A. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka adalah kajian secara kritis terhadap kajian terdahulu hingga diketahui perbedaan yang khas antara kajian terdahulu dengan kajian yang akan penulis lakukan. Penelitian yang mengkaji novel dengan teori intertekstualitas dan perbandingan sastra telah banyak dilakukan antara lain sebagai berikut: (1) Rahayuni (2013) menulis skripsi yang berjudul Semangat Feminis dalam Novel Saman Karya Ayu Utami dan Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu: Kajian Intertekstual,dan (2) Tarbiyati (2011) menulis skripsi yang berjudul Analisis Sastra Perbandingan Novel Pisungsung Kang Wingit dengan Novel Trah Karya Atas S. Danusubroto (Tinjauan Struktural Objektif dan Ekspresif). Rahayuni (2013) menyimpulkan bahwa bentuk semangat feminis dalam novel tersebut adalah pantang menyerah, tidak bergantung pada orang lain, dan berperilaku menyimpang. Faktor yang melatarbelakangi semangat feminis dalam novel Saman adalah didikan keras orang tua, sedangkan 12

26 13 faktor yang melatarbelakangi semangat feminis dalam novel Nayla adalah trauma dan didikan keras orang tua. Bentuk hubungan intertekstual yaitu terdapat persamaan pada semangat feminis dan faktor yang melatarbelakangi semangat feminis dalam novel Saman dan Nayla. Kemudian, perbedaannya terletak pada faktor latar belakang, yaitu trauma yang terdapat dalam novel Nayla. Dari penelitian yang dilakukan oleh Rahayuni, terdapat persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu menggunakan kajian intertekstual. Adapun perbedaannya yaitu Rahayuni mengkaji intertekstual pada bentuk dan faktor yang melatarbelakangi semangat feminis dalam novel Saman karya Ayu Utami dan novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu, sedangkan penulis menganalisis intertekstualitas pada unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz dan skenario pembelajarannya di kelas XI SMA. Selain Rahayuni juga dikaji oleh Tarbiyati. Tarbiyati (2011) menyimpulkan bahwa perbandingan unsur pembangun novel berupa persamaan dan perbedaan. Dalam kedua novel tersebut terdapat persamaan pada tema, yaitu percintaan dan kesetiaan. Persamaan lainnya terdapat pada alur, dan latar. Kemudian, perbedaannya pada tema dan latar tempat. Dalam novel Trah terdapat tema keturunan. Penelitian yang dilakukan Firdaus Tarbiyati memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, yaitu penelitian tersebut

27 14 membandingkan struktur/unsur intrinsik novel. Adapun perbedaannya yaitu Tarbiyati menggunakan tinjauan ekspresif, sedangkan penulis tidak menggunakan tinjauan ekspresif dan penulis mengaitkan dengan skenario pembelajarannya di kelas XI SMA. B. Kajian Teoretis Kajian teoretis merupakan penjabaran kerangka teori yang memuat beberapa kumpulan materi terpilih dari berbagai sumber untuk dijadikan sebagai acuan pokok dalam membahas masalah yang diteliti. Suatu karya ilmiah agar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah harus menggunakan dasar analisis tertentu yaitu sebuah teori. Kajian teoretis dalam penelitian ini meliputi pengertian novel, intertekstualitas, unsur intrinsik novel, dan pembelajaran sastra di kelas XI SMA. 1. Pengertian Novel Secara etimologis kata novel berasal dari novellus yang berarti baru. Novel adalah bentuk karya sastra cerita fiksi yang paling baru (Waluyo, 2011 : 5). Dalam KBBI (2008: 1079), novel merupakan karangan prosa yang panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Novel dapat menemukan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak

28 15 melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks (Nurgiyantoro, 1998: 11). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa novel merupakan uraian cerita sebagian besar kehidupan manusia yang ditokohkan dan didalamnya terdapat berbagai jenis masalah yang harus dihadapi oleh tokoh tersebut. 2. Unsur Intrinsik Novel Dalam sebuah karya sastra novel terdapat unsur pembangun cerita, salah satunya unsurk intrinsik. Nurgiyantoro, (1998: 23) menyatakan bahwa unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun sebuah cerita. Menurut Waluyo (2011: 6), unsur-unsur pembangun fiksi meliputi: tema cerita, plot atau kerangka cerita, penokohan dan perwatakan, setting atau tempat kejadian cerita atau disebut juga latar, sudut pandang pengarang atau point of view, latar belakang atau background, dialog atau percakapan, gaya bahasa, waktu cerita dan waktu penceritaan, dan amanat. Unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz yaitu: a. Tema Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. Tema selalu berkaitan dengan berbagai pengalaman kehidupan, seperti masalah

29 16 cinta, kasih, rindu, takut, maut, religius, dan sebagainya. Tema dapat disinonimkan dengan ide atau tujuan utama cerita (Nurgiyantoro, 1998: 25). Menurut Waluyo (2009: 43), tema adalah gagasan pokok dalam cerita fiksi. Sayuti berpendapat bahwa tema dapat ditafsirkan melalui caracara berikut: 1) penafsiran hendaknya mempertimbangkan tiap detail cerita yang dikedepankan, 2) penafsiran tema hendaknya tidak bertentangan dengan tiap detail cerita, 3) penafsiran tema hendaknya tidak mendasarkan diri pada buktibukti yang tidak dinyatakan baik secara langsung maupun tidak langsung, 4) penafsiran tema haruslah mendasarkan pada bukti yang secara langsung ada atau yang diisyaratkan dalam cerita (Wiyatmi, 2009: 43). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tema merupakan gagasan, ide, pikiran utama yang terdapat dalam cerita. b. Alur atau Plot Alur atau plot adalah rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan hubungan kausalitas (Wiyatmi, 2009: 36). Stanton menyatakan plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab

30 17 akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain (Nurgiyantoro, 1998: 113). Tasrif mengemukakan bahwa tahapan plot dibedakan menjadi lima bagian, yaitu: 1) Tahap Situation (Tahap Penyituasian) Tahap penyituasian merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi, awal, dan lain-lain, yang terutama berfungsi untuk melandastumpui cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya. 2) Tahap Generating Circumstances (Tahap Pemunculan Konflik) Tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya. 3) Tahap Rising Action (Tahap Peningkatan Konflik) Pada tahap ini konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya makin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. 4) Tahap Climax (Tahap klimaks) Pada tahap ini konflik atau pertentangan-pertentangan yang terjadi, yang diakui dan ditimpakan kepada para tokoh cerita menjadi titik intensitas puncak.

31 18 5) Tahap Denouement (Tahap Penyelesaian) Konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan. Tahap ini berkesesuaian dengan tahap akhir (Nurgiyantoro, 1998: 149). Alur (plot) dibedakan berdasarkan kriteria urutan waktu ada tiga macam, yaitu: 1) Plot Lurus (Progresif) Plot ini berisi peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa pertama diikuti oleh peristiwa selanjutnya atau secara runtut cerita dimulai dari tahap awal sampai akhir. 2) Plot Sorot-balik (Flash-back atau Regresif) Pada plot ini uraian kejadian yang dikisahkan dalam karya fiksi tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dari tahap awal, melainkan dari tahap tengah atau tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan. 3) Plot Campuran Plot ini berisi peristiwa-periatiwa gabungan dari plot progresif dan plot regresif (Nurgiyantoro, 1998: ). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa alur merupakan rangkaian peristiwa yang berbentuk tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjadi suatu cerita.

32 19 c. Tokoh dan Penokohan Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi. Tokoh dalam fiksi merupakan ciptaan pengarang, meskipun dapat juga merupakan gambaran dari orang-orang yang hidup di alam nyata (Wiyatmi, 2009: 30). Tokoh dalam fiksi dibedakan menjadi beberapa jenis. Sesuai dengan keterlibatannya dalam cerita, dibedakan antara tokoh utama (sentral) dan tokoh tambahan (periferal) (Sayuti dalam Wiyatmi, 2009: 31). Tokoh utama adalah tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita, sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita (Nurgiyantoro, 1998: 176). Berdasarkan fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero, tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilainilai, yang ideal bagi kita (Altenbernd & Lewis dalam Nurgiyantoro, 1998: 178). Tokoh penyebab terjadinya konflik disebut tokoh antagonis. Jones menyatakan bahwa penokohan adalah gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 1998: 165).

33 20 Teknik pelukisan tokoh dalam karya fiksi terdapat dua macam, yaitu: 1) Teknik Ekspositori (Teknik Analitis) Pada teknik ini pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberi deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. 2) Teknik Dramatik Pada teknik ini pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita untuk untuk menunjukkan dirinya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi. Wujud penggambaran teknik dramatik dapat dilakukan dengan cara: (1) teknik cakapan, (2) teknik tingkah laku, (3) teknik pikiran dan perasaan, (4) teknik arus kesadaran, (5) teknik reaksi tokoh, (6) teknik reaksi tokoh lain, (7) teknik pelukisan latar, (8) teknik pelukisan fisik (Nurgiyantoro, 1998: ). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh dan penokohan merupakan pelaku cerita yang hadir untuk menampilkan suatu karakter/watak tertentu. d. Latar atau Setting Setting adalah tempat kejadian cerita (Waluyo, 2011: 23). Menurut Abrams, latar atau setting adalah sebagai landas tumpu,

34 21 menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan (Nurgiyantoro, 1998: 216). Sayuti menyatakan bahwa latar dibedakan dalam tiga macam, yaitu latar tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat berkaitan dengan masalah geografis. Latar waktu berkaitan dengan masalah waktu, hari, jam, maupun historis. Latar sosial berkaitan dengan kehidupan masyarakat (Wiyatmi, 2009: 40). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa latar merupakan lantas tumpu terjadinya peristiwa dalam cerita yang mengacu pada tempat, waktu, dan keadaan sosial. e. Sudut Pandang atau Point of View Point of view dinyatakan sebagai sudut pandang pengarang, yaitu teknik yang digunakan oleh pengarang untuk berperan dalam cerita (Waluyo, 2011; 25). Nurgiyantoro (1998: 256) membedakan macam-macam sudut pandang berdasarkan pembedaan sudut pandang yang telah umum di lakukan orang antara lain sebagai berikut. 1) Sudut Pandang Persona Ketiga Dia Sudut pandang persona ketiga, narator adalah seseorang yang berada di luar dan hanya menyebutkan tokoh cerita dengan nama atau ia, dia, mereka. Narator hanya sebagai pengarang saja tidak ada di dalam cerita.

35 22 2) Sudut Pandang Persona Pertama Aku Sudut pandang persona pertama aku berarti narator bertindak sebagai seseorang yang ikut terlibat di dalam cerita. Narator mengisahkan dirinya sendiri, peristiwa, tempat yang ia dengar, lihat, rasakan, dan dialaminya. 3) Sudut Pandang Campuran Campuran antara sudut pandang persona ketiga dan sudut pandang persona pertama. Narator dapat berada di luar cerita bahkan bisa sebagai tokoh aku tergantung narator bercerita sesuai dengan kehendak hatinya dan kreativitasnya dalam mengarang cerita. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sudut pandang merupakan cara pengarang menyebutkan kata ganti nama untuk tokoh-tokoh dalam cerita. f. Gaya Bahasa Gaya bahasa merupakan cara pengungkapan seorang yang khas bagi seorang pengarang (Wiyatmi, 2009: 42). Abrams menyatakan bahwa gaya bahasa adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa, atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukannya (Nurgiyantoro, 1998: 276). Menurut KBBI (2008: 449), gaya bahasa adalah cara yang khas dalam menyatakan sesuatu dengan bahasa.

36 23 Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan gaya bahasa adalah cara pengarang melukiskan watak para pelaku dengan bahasa yang sesuai dengan pengarangnya. 3. Intertekstualitas Paham intertekstualitas berasal dari Perancis dan bersumber pada aliran dalam strukturalisme Perancis yang dipengaruhi oleh pemikiran filsuf Perancis Jaques Derrida dan dikembangkan oleh Julia Kristeva. Prinsip ini berarti bahwa setiap teks sastra dibaca dan harus dengan latar belakang teks-teks lain (Jabrohim, 2014: 172). Secara luas interteks diartikan sebagai jaringan hubungan antara satu teks dengan teks yang lain. Teks itu sendiri secara etimologis (textus, bahasa latin) berarti tenunan, anyaman, penggabungan, susunan, dan jalinan (Ratna, 2010: 172). Riffaterre menjelaskan bahwa intertekstualitas merupakan mekanisme yang bekerja di dalam teks itu sendiri, atau setidaknya yang ada dalam diri pembaca sebagai pemberi makna terhadap teks (Faruk, 2012: 53). Penelitian interteks dilakukan dengan cara menemukan hubungan-hubungan bermakna di antara dua teks atau lebih. Hubungan itu dapat berupa persamaan dan pertentangan. Sebuah karya sastra, baik puisi maupun prosa mempunyai hubungan sejarah antara karya sezaman yang mendahuluinya atau yang kemudian. Hubungan sejarah ini baik berupa persamaan atau pertentangan (Pradopo, 2013: 167).

37 24 Penelitian intertekstual hanya berlaku antara karya sastra dan karya sastra. Misalnya, novel dengan novel, novel dengan cerpen, puisi dengan puisi, dll. Intertekstual ini dapat membandingkan antara dua karya atau lebih yang mungkin berbeda wilayah, genre, konteks, dan sebagainya. Nurgiyantoro (1998: 50) menyatakan bahwa kajian intertekstual sebagai kajian terhadap sejumlah teks, yang diduga mempunyai bentukbentuk hubungan tertentu, misalnya untuk menemukan adanya hubungan unsur-unsur intrinsik seperti ide, gagasan, peristiwa, plot, penokohan, (gaya) bahasa, dan lain-lain, di antara teks-teks yang dikaji. Secara lebih khusus dapat dikatakan bahwa kajian interteks berusaha menemukan aspek-aspek tertentu yang telah ada pada karya-karya sebelumnya pada karya yang muncul lebih kemudian. Karya sastra tidak lahir dari kekosongan budaya, sehingga penelitian interteks ini memungkinkan penulis untuk menemukan hiprogram. Pradopo menyatakan bahwa prinsip dasar intertekstualitas adalah karya hanya dapat dipahami maknanya secara utuh dalam kaitannya dengan teks lain yang menjadi hipogram (Endraswara, 2013: 132). Menurut Riffarterre, hipogram adalah modal utama dalam sastra yang akan melahirkan karya berikutnya (Endraswara, 2013: 132). Selanjutnya, karya berikutnya dinamakan karya transformasi. Hipogram karya sastra meliputi ekspansi, konversi, modifikasi, dan ekserp.

38 25 a) Ekspansi Ekspansi adalah perluasan atau pengembangan karya. Ekspansi tidak sekadar repetisi, tetapi termasuk perubahan gramatikal dan perubahan jenis kata. b) Konversi Konversi adalah pemutarbalikan hipogram atau matriknya. Penulis akan memodifikasi kalimat ke dalam karya barunya. c) Modifikasi Modifikasi adalah perubahan tataran linguistik, manipulasi urutan kata dan kalimat. Misal, pengarang hanya mengganti nama tokoh, padahal tema dan jalan ceritanya sama. d) Ekserp Ekserp adalah semacam intisari dari unsur atau episode dalam hipogram yang disadap oleh pengarang. Ekserp biasanya lebih halus dan sangat sulit dikenali, jika peneliti belum terbiasa membandingkan karya (Endraswara, 2013: 132). Menurut Junus, terdapat dua macam transformasi teks, yaitu transformasi formal dan transformasi abstrak (Faruk, 2012: 51). Transformasi formal merupakan pemindahan unsur-unsur karya sastra dengan jelas, sedangkan transformasi abstrak merupakan pemindahan ide yang tidak terlalu jelas. Transformasi itu dapat berupa pengubahan, penyesuaian, perbaikan, dan perlengkapan terhadap teks hipogram.

39 26 Dalam setiap karya sastra selalu terjadi dialog antara teks dalaman, yakni unsur-unsur yang membangun karya sastra (intrinsik), dan teks luaran, yakni teks kemasyarakatan (sosial), atau unsur-unsur yang ada kaitannya dengan kehidupan pengarang (Bakhtin dalam Endraswara, 2011: 200). Menurut Kristeva, teori intertekstualitas mempunyai kaidah dan prinsip, yaitu: a) pada hakikatnya sebuah teks itu mengandung berbagai teks, b) studi intertekstualitas berarti menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik teks, c) studi intertekstualitas memberi keseimbangan antara unsur intrinsik dan ekstrinsik teks yang disesuaikan dengan fungsi teks di masyarakat, d) dalam kaitan proses kreatif pengarang, kehadiran sebuah teks merupakan hasil yang diperoleh dari teks-teks lain, e) dalam kaitan studi intertekstualitas, pengertian teks (sastra) jangan ditafsir hanya atas bahan sastra, tetapi harus mencakup seluruh unsur teks, termasuk juga unsur bahasa (Endraswara, 2011: 201). Menurut Endraswara (2013: ), secara garis besar penelitian intertekstual memiliki dua fokus, yaitu: a) meminta perhatian kita tentang pentingnya teks yang terdahulu (prior texs),

40 27 b) intertekstual akan membimbing peneliti untuk mempertimbangkan teks terdahulu sebagai penyumbang kode yang memungkinkan lahirnya berbagai efek signifikansi. Dari dua fokus tersebut bahwa karya sastra sebelumnya banyak berperan dalam sebuah penciptaan. Barthos dalam Endraswara (2013: 134), menyatakan bahwa karya sastra yang anonim sekalipun kadangkadang akan mewarnai penciptaan karya selanjutnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebuah karya sastra ditulis berdasarkan karya sastra yang lain. Supaya dapat memahami karya sastra yang bersangkutan secara lebih baik, maka dapat dilakukan penelitian intertekstualitas, yaitu menganalisis dengan membandingkan unsur intrinsik dan ekstrinsik teks. 4. Skenario Pembelajaran Sastra di Kelas XI SMA Pada bagian ini berisi pengertian pembelajaran sastra, fungsi pembelajaran sastra, tujuan pembelajaran sastra, materi pembelajaran sastra, metode pembelajaran, model pembelajaran, skenario pembelajaran sastra, sumber belajar, alokasi waktu, dan evaluasi. a) Pengertian Pembelajaran Sastra Pembelajaran adalah bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik (Narwanti dan Somadi, 2012:105).

41 28 Salah satunya pembelajaran sastra adalah novel. Kehadiran novel sebagai salah satu sastra sangat memungkinkan untuk diajarkan di kelas XI SMA, karena novel mengandung banyak pengalaman yang bernilai pendidikan dan moral yang positif. Selain itu, novel dapat membina minat membaca siswa secara pribadi dan lebih lanjut dapat meningkatkan semangat siswa untuk menekuni bacaan secara lebih mendalam. b) Fungsi Pembelajaran Sastra Menurut Lazar, sastra dapat berfungsi sebagai berikut: 1) memotivasi siswa dalam menyerap ekspresi bahasa, 2) alat simulatif dan language acquisition, 3) media dalam memahami budaya masyarakat, 4) alat dalam pengembangan kemampuan interpretative, 5) sarana pendidikan manusia seutuhnya (Steinhauer, 2009: 385). Melalui pembelajaran sastra yang apresiatif, diharapkan guru dapat membentuk pengembangan imajinasi pada siswa (Frey dalam Steinhauer, 2009: 385). Moody menyatakan bahwa pembelajaran sastra itu memiliki empat manfaat, yaitu: 1) pembelajaran sastra membantu penguasaan keterampilan berbahasa, 2) pembelajaran sastra meningkatkan wawasan pengetahuan budaya, 3) pembelajaran sastra mengembangkan cipta dan rasa,

42 29 4) pembelajaran sastra menunjang pembentukan watak siswa (Steinhauer, 2009: 385). Berdasarkan pendapat tersebut, pembelajaran sastra diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan siswa terhadap nilainilai kehidupan, siswa tumbuh menjadi manusia yang dewasa dapat mengekspresikan diri dengan pikiran dan perasaan dengan baik. c) Tujuan Pembelajaran Sastra Hakikat pembelajaran sastra ialah memperkenalkan kepada siswa nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra dan mengajak siswa ikut menghayati pengalaman-pengalaman yang disajikan itu. Secara khusus, pengajaran sastra bertujuan mengembangkan kepekaan siswa terhadap nilai-nilai indrawi, nilai akali, nilai afektif, nilai keagamaan, dan nilai sosial, secara sendiri-sendiri atau gabungan dari keseluruhan itu, sebagaimana yang tercermin dalam karya sastra (Purwo, 1991: 61). Dengan memberikan pembelajaran sastra di SMA diharapkan dapat melatih kemampuan kebahasaan siswa, menambah pengetahuan dan menambah pengalaman siswa melalui novel yang diapresiasi. Karya sastra dapat digunakan sebagai media mengembangkan kepribadian dan membentuk watak, menikmati karya sastra dengan kegiatan apresiasi mampu menimbulkan rasa senang dan emosi tertentu.

43 30 Standar kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan atau semester pada suatu mata pelajaran (Narwati dan Somadi, 2012: 34). Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran (Narwati dan Somadi, 2012: 35). Indikator adalah perilaku yang dapat dilakukan dan atau diobservasikan untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran (Narwati dan Somadi, 2012: 345). d) Materi Pembelajaran Sastra Materi pembelajaran menempati posisi sangat penting dalam kurikulum, sehingga dalam menentukan materi pembelajaran sastra harus sesuai dengan standar kompetensi, dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Menurut Narwanti dan Somadi (2012: 35), komponen materi ajar ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. Materi ajar dapat berupa fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang relevan. Guru hendaknya dapat memilih materi atau bahan pembelajaran yang sesuai dengan indikator yang akan dicapai.

44 31 Pembelajaran sastra di SMA dapat menggunakan novel, dengan cara menganalisis unsur intrinsik novel dan mengaitkan dengan intertekstualitas. e) Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara, strategi, atau pendekatan yang digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan (Narwanti dan Somadi, 2012: 35). Guru dapat memilih metode yang dianggap tepat dan sesuai dengan tujuan, bahan, dan keadan siswa. Agar pembelajaran sastra menjadi kegiatan prioritas di sekolah, maka guru harus menciptaan pembelajaran yang penuh makna dan menyenangkan dengan menggunakan metode beragam. 1) Metode Ceramah Metode ceramah adalah suatu cara yang digunakan mengembangkan proses pembelajaran melalui cara penuturan (lecturer) (Majid, 2013: 194). Kelebihan metode ceramah adalah praktis dari sisi persiapan dan media yang digunakan, efisien dari sisi waktu dan biaya, guru dapat menyampaikan materi yang banyak, dan peserta didik dapat langsung menerima ilmu pengetahuan.

45 32 2) Metode Tanya Jawab Tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat twowaytraffic karena pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa dengan memberikan pertanyaan dan menjawab pertanyaan (Majid, 2013: 210). Pertanyaan dapat diajukan oleh guru maupun siswa. Kelebihan dari metode tanya jawab adalah mengecek pemahaman siswa, membangkitkan respon siswa, mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, dan menyegarkan kembali pengetahuan siswa. 3) Metode Diskusi Menurut Killen, metode diskusi bertujuan untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (Majid, 2013: 200). Pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi dapat membantu siswa belajar berpikir, berpendapat, dan bersikap tentang materi yang didiskusikan. 4) Metode Penugasan Metode penugasan adalah suatu cara dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan memberikan tugas tertentu dan siswa mengerjakannya (Majid, 2013: 208). Penugasan

46 33 dapat merangsang siswa untuk aktif belajar baik secara individual maupun kelompok. f) Model Pembelajaran Model pembelajaran digunakan guru untuk mengatasi berbagai masalah dalam pelaksanaan pembelajaran dan juga dapat membantu kesulitan belajar siswa. Kemp menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu kegiatan yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Supriyadi, dkk., 2012: 71). Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) sebagai alternatif pembelajaran sastra di kelas XI SMA. 1) Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen) (Supriyadi, dkk., 2012: 89). Pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada kerja sama dan kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penugasan materi ajar.

47 34 Di dalam pembelajaran kooperatif terdapat terdapat empat prisnsip, yaitu prinsip ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi tatap muka, dan partisipasi dan komunikasi. (a) Prinsip Ketergantungan Positif Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. (b) Tanggung Jawab Perseorangan Keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. (c) Interaksi Tatap Muka Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masingmasing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing. (d) Partisipasi dan Komunikasi Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Prosedur pembelajarn kooperatif terdiri atas empat tahap, yaitu penjelasan materi, belajar dalam kelompok, penilaian, dan pengakuan kelompok.

48 35 (a) Pejelasan Materi Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok. Pada tahap ini guru menggunakan metode ceramah, tanya jawab. (b) Belajar dalam Kelompok Pada tahap ini siswa belajar diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. (c) Penilaian Penilaian dalam model pembelajaran kooperatif dapat dilakukan dengan tes atau kuis baik secara individu maupun kelompok. (d) Pengakuan Kelompok Pengakuan kelompok adalah penetapan kelompok yang dianggap paling menonjol atau kelompok paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. 2) Metode Team Games Tournament (TGT) Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung

49 36 unsur permainan dan reinforcement (Narwanti dan Somadi, 2012: 81). Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah penyajian kelas, kelompok (team), game, turnamen, dan teamrecognize (penghargaan kelompok). (a) Penyajian Kelas Guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas. Siswa harus memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan oleh guru. (b) Kelompok (Team) Guru membagi kelompok yang terdiri dari empat sampai lima orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. (c) Game Guru menyiapkan kartu berwarna-warni yang dibaliknya telah berisi pertanyaan. Salah satu anggota kelompok ke depan mengambil kartu tersebut. Siswa mendiskusikan terlebih dahulu dengan anggota kelompoknya. Setelah selesai salah satu wakil

50 37 tim yang dianggap mampu ke depan kelas untuk menjelaskan hasil diskusinya terhadap pertanyaan yang ada dalam kartu. (d) Turnamen Turnamen dilakukan pada akhir pembelajaran. Guru memberikan skor dari hasil diskusi, kerja tim, dan tugas. (e) Team Recognize (Penghargaan Kelompok) Guru mengumumkan kelompok yang menang, masingmasing tim akan mendapat hadiah apabila skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Kelompok dengan skor tertinggi mendapat julukan Super Team, tertinggi kedua Great Team, dan tertinggi ketiga Good Team. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam implementasi model pembelajaran TGT, yaitu: (a) pembelajaran terpusat pada siswa, (b) proses pembelajaran dengan suasana berkompetisi, (c) pembelajaran bersifat aktif (siswa berlomba untuk dapat menyelesaikan persoalan), (d) pembelajaran diterapkan dengan mengelompokkan siswa menjadi tim-tim, (e) dalam kompetisi diterapkan sistem poin, (f) dalam kompetisi disesuaikan dengan kemampuan siswa atau dikenal kesetaraan dalam kinerja akademik,

51 38 (g) kemajuan kelompok dapat diikuti oleh seluruh kelas melalui jurnal kelas yang diterbitkan secara mingguan, (h) dalam pemberian bimbingan guru mengacu pada jurnal,adanya sistem penghargaan bagi siswa yang memperoleh poin banyak ( Kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain sebagai berikut: (a) mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain, (b) dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam, (c) proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa, (d) motivasi belajar lebih tinggi, (e) hasil belajar lebih baik, dan (f) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Adapun kelemahan dari pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: (a) sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis, (b) siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya.

52 39 Solusi yang ditawarkan dalam mengatasi kelemahan pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut: (a) guru yang bertindak sebagai pemegang kendali harus teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan, (b) tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain. g) Langkah-langkah Pembelajaran Menurut Narwanti dan Somadi (2012), langkah-langkah pembelajaran terdiri atas tiga kegiatan pokok, yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Berikut disajikan skenario pembelajaran novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan Sujud Hati di Ujung Subuh. Pertemuan ke-i 1) Pendahuluan Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Kegiatan pendahuluan ini dapat diterapkan sebagai berikut. (a) Guru mengucapkan salam pembuka, menciptakan suasana belajar kondusif, memotivasi agar belajar aktif.

53 40 (b) Guru menyampaikan standar kompetensi, dan kompetensi dasar yang akan dicapai. 2) Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. (a) Guru menyampaikan materi unsur intrinsik dan intertekstualitas yang terdapat dalam novel. (b) Tiga minggu sebelumnya guru telah menyuruh siswa membaca novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan Sujud Hati di Ujung Subuh. (c) Guru membentuk kelompok yang terdiri dari empat sampai lima orang siswa. (d) Guru menyiapkan kartu berwarna-warni yang dibaliknya telah berisi pertanyaan tentang unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan Sujud Hati di Ujung Subuh. (e) Salah satu siswa anggota kelompok maju ke depan mengambil kartu tersebut. (f) Siswa mendiskusikan pertanyaan yang terdapat di balik kartu dengan anggota kelompoknya. (g) Siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. (h) Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambahkan materi yang belum diungkapkan para siswa.

54 41 3) Penutup Aktivitas kegiatan pentup adalah sebagai berikut. (a) Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. (b) Guru merefleksi hasil belajar siswa. (c) Guru memberi tugas mandiri pada siswa untuk menganalisis intertekstualitas pada persamaan dan perbedaan unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan Sujud Hati di Ujung Subuh. (d) Guru menutup pelajaran dengan salam. Pertemuan ke-ii 1) Pendahuluan (a) Guru mengucapkan salam pembuka, menciptakan suasana belajar kondusif, memotivasi agar belajar aktif. (b) Guru menyampaikan materi yang akan dicapai. 2) Inti (a) Guru menyampaikan materi intertekstualitas sastra yang berupa persamaan dan perbedaan unsur itrinsik. (b) Guru menanyakan tugas siswa tentang analisis intertekstualitas yang berupa persamaan dan perbedaan unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya. (c) Guru dan siswa mendiskusikan dan membahasnya.

55 42 3) Penutup (a) Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran tentang analisis intertekstualitas sastra pada persamaan dan perbedaan unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh.. (b) Guru guru mengumumkan kelompok yang menang, masingmasing tim akan mendapat hadiah apabila skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Kelompok dengan skor tertinggi mendapat julukan Super Team, tertinggi kedua Great Team, dan tertinggi ketiga Good Team. (c) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. h) Sumber Belajar Penentuan sumber belajar didasarkan pada SK dan KD, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetisi. Sumber belajar dapat berupa buku pelajaran yang diwajibkan, buku pelengkap, media cetak, media elektronik, hasil karya sastra, dll. i) Alokasi Waktu Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar (Narwanti dan Somadi, 2012: 35). Dalam pembelajaran sastra terutama novel membutuhkan waktu yang relatif lebih banyak daripada puisi atau cerpen. Oleh karena itu, guru

56 43 harus mampu mengatur waktu yang tepat dengan keluasan materi, sehingga siswa bisa memperoleh dan mendalami materi dengan baik. j) Evaluasi Evaluasi bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Selain itu, evaluasi juga bertujuan untuk mengetahui keberhasilan guru dalam memberikan atau menjelaskan materi pembelajaran. Alat evaluasi yang menjadi objek penelitian hasil belajar oleh para guru, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan berpikir logis, memahami, mengimplementasikan, menganalisis adalah penilaian kognitif. Penilaian afektif dapat dilakukan disela-sela pembelajaran melalui pengamatan observasi langsung, atau melalui check list yang diisi oleh siswa. Psikomotorik adalah berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Dalam Supriyadi, dkk., (2012: 375) evaluasi mencakup penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik penskoran, dll. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengemukakan penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur hasil belajar peserta didik (Nurgiyantoro, 2012: 9). Menurut Nurgiyantoro (2012: 117), secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga macam bentuk penilaian/tes, yaitu tes uraian, tes objektif, dan tes uraian objektif.

57 44 1) Bentuk Tes Uraian Bentuk tes uraian adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk uraian dengan menggunakan bahasa sendiri. Tes subjektif memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kemampuannya dalam menerapkan pengetahuan, menganalisis, menghubungkan, dan mengevaluasi informasi baru yang dihadapkan kepadanya. Contoh soal tes uraian sebagai berikut. (1) Bagaimanakah penokohan tokoh utama dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz? 2) Bentuk Tes Objektif Bentuk tes objektif disebut juga sebagai tes jawaban singkat. Tes objektif menuntut peserta didik hanya dengan memberikan jawaban singkat, bahkan hanya dengan memilih kodekode tertentu yang mewakili alternatif jawaban yang telah disediakan, misalnya dengan memberikan tanda silang, melingkari, atau menghitamkan opsi jawaban yang dipilih. Contoh soal tes objektif sebagai berikut. (1) Nida, Maryam, Muhammad Muhsin, dan Azhar adalah para pelaku dalam novel... a. Sujud Hati di Ujung Subuh b. Sujud Cinta di Masjid Nabawi

58 45 c. Sujud Nisa di Kaki Tahajjud Subuh d. Dari Sujud ke Sujud e. Berlayar ke Surga 3) Bentuk Tes Uraian Objektif Bentuk tes uraian objektif merupakan perpaduan antara tes uraian dan objektif. Tes ini untuk mengukur kompetensi berpikir proses dan jenjang berpikir tingkat tinggi seperti menganalisis sampai evalusi. Contoh tes uraian objektif sebagai berikut. (1) Uraikan macam alur fiksi dilihat dari segi waktu kejadian! (2) Uraikan alur novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari!

59 46 BAB III METODE PENELITIAN Pada bagian ini akan dibahas mengenai metode yang dilakukan dalam penelitian. Metode adalah cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya (Ratna, 2010: 34). Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian yang terdiri dari objek penelitian, fokus penelitian, sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis data. Rincian dari metode penelitian dijabarkan sebagai berikut. A. Objek Penelitian Objek penelitian merupakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen yaitu place (tempat), actor (pelaku), dan activities (aktivitas) (Sugiyono, 2012: 314). Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian terhadap novel, sehingga objek penelitian dalam skripsi ini adalah novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari yang diterbitkan oleh Sabil di Yogyakarta tahun 2011 dengan tebal 423 halaman dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz diterbitkan oleh DIVA Press di Yogyakarta tahun 2012 dengan tebal 270 halaman. 46

60 47 B. Fokus Penelitian Fokus merupakan batasan masalah atau pokok masalah yang bersifat umum (Sugiyono, 2012: 286). Pada penelitian ini difokuskan pada analisis intertekstualitas novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz yang membahas persamaan, perbedaan, dan hipogram yang terdapat dalam unsur intrinsik novel serta pembelajaran di kelas XI SMA. C. Sumber Data Sumber data merupakan subjek dari mana data penelitian yang diperlukan itu di ambil (Subroto, 1997: 33). Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari objek penelitian, yakni novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz. Data-data tersebut dapat berupa kutipan-kutipan langsung maupun tidak langsung, dan buku-buku sastra yang terkait dengan penelitian. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling dalam penelitian, karena tujuan awal dalam penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara (Sugiyono, 2012: 308). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi pustaka. Teknik pustaka adalah pengambilan data dari sumber-sumber tertulis oleh peneliti sebagai instrumen kunci serta konteks yang mendukung dan

61 48 disertakan pula kode sumber datanya (Subroto, 1997: 35). Langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut: a. membaca referensi, b. menentukan objek penelitian, c. membaca secara kritis keseluruhan teks novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz, d. mengidentifikasikan unsur-unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh, e. mengklasifikasikan data intertekstualitas pada persamaan, perbedaaan, dan hipogram unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan Sujud Hati di Ujung Subuh. E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau cara-cara yang digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data (Sugiyono, 2012: 305). Instrumen yang digunakan dalam skripsi ini adalah kertas pencatat data beserta alat tulisnya. Kertas pencatat data digunakan untuk mencatat data berupa kutipan-kutipan yang berhubungan dengan fokus penelitian intertekstualitas persamaan, perbedaan, dan hipogram yang terdapat dalam unsur-unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz.

62 49 F. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh (Sugiyono, 2012: 335). Analisis data penelitian ini dilakukan dengan teknik content analysis atau analisis isi. Metode analisis isi dilakukan dalam dokumen-dokumen yang padat isi (Ratna, 2010: 49). Penulis meneliti isi novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el- Hafidz berdasarkan analisis intertekstualitas pada persamaan, perbedaan, dan hipogram unsur intrinsik novel. Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. menganalisis data berdasarkan teori intertekstualitas sastra yang difokuskan pada persamaan, perbedaan, dan hipogram unsur intrinsik dalam novel tersebut, b. mendeskripsikan skenario pembelajaran novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz di kelas XI SMA, c. menyimpulkan hasil penelitian. G. Teknik Penyajian Hasil Analisis Teknik penyajian hasil analisis yang penulis gunakan dalam penelitian ini dengan metode informal. Metode informal adalah cara penyajian melalui kata-kata biasa (Ratna, 2010: 50). Dengan demikian, hasil analisis data yang berupa analisis intertekstualitas novel Sujud Cinta di

63 50 Masjid Nabawi dan Sujud Hati di Ujung Subuh dengan menggunakan katakata tanpa tanda dan lambang.

64 51 BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN Pada bagian ini dibahas mengenai penyajian data dan pembahasan data hasil penelitian. Penyajian data berisi tentang data-data dari novel yang akan dianalisis. Pembahasan data berisi uraian dari data hasil penelitian yang telah dilakukan penulis. A. Penyajian Data Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz yang digunakan sebagai objek penelitian, merupakan novel yang terbit pada tahun yang berbeda yaitu tahun 2011 dan tahun Alasan penulis memilih kedua novel tersebut karena kedua karya sastra tersebut menunjukkan adanya persamaan dan perbedaan unsur intrinsik di dalamnya. Sebelum melakukan analisis intertekstualitas sastra, terlebih dahulu penulis sajikan data-data tentang unsur intrinsik novel yang meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa yang terdapat dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz, serta perbandingan dari kedua unsur intrinsik novel tersebut. 51

65 52 1. Unsur Intrinsik Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan Novel Sujud Hati di Ujung Subuh Karya Indah el-hafidz Data hasil penelitian unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh disajikan dalam bentuk Tabel 1 dan 2 di bawah ini. No Unsur Intrinsik Tabel 1 Unsur Intrinsik Novel Sujud Cinta di Masjid Nabaw ikarya Putri Indah Wulandari Data Penyajian Data dalam Novel 1 Tema 18, 64, 367 Walaupun aku belum pernah melihat sosok Muhammad, tetapi cerita Maryam tentang sosok dirinya cukup untuk kujadikan alasan bahwa aku mencintainya. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 18) Tiba-tiba aku merasa takut, mungkinkah aku bertemu dngan seseorang yang pernah singgah dalam hatiku, dan mungkinkah kini bayangan Muhammad Muhsin benar-benar nyata di dalam kehidupanku? (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 64) Ya.., itu cukup membuktikan bahwa yang kau cintai bukan parasnya, bukan ketamanannya, bukan keelokan rupanya, tapi yang kau cintai adalah kebaikannya, keimanannya, dan keshalihannya. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 367) 2 Alur 17, 18, 32, 43, 58, 71, 105, 108, 162, 216, 317, 361, Dan semenjak saat itu, Maryam mulai sering bercerita tentang keluarganya dan saudara kembarnya itu. Tapi, ada yang aneh dalam hatiku, aku merasakan ada getaran yang lain saat Maryam menyebut nama Muhammad Muhsin saudara kembarnya, hati ini merasakan kekaguman pada bayangan Muhammad Muhsin. Walaupun aku belum pernah melihat sosok Muhammad, tapi cerita Maryam tentang sosok dirinya cukup untuk kujadikan alasan

66 53 368, 414, 415 bahwa aku mencintainya. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 17-18) Aku bertekad menjaga cinta itu selamanya, cinta kepada sosok bayangan yang baik akhlaknya, santun sikapnya, hafalan Qur annya yang banyak, cerdas, dan menurut Maryam, Muhammad adalah sosok yang tampan.(sujud Cinta di Masjid Nabawi: 18) Ummi telah pergi meninggalkan kita satu tahun yang lalu. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 32) Bagai tersambar petir aku mendengar hal ini. Seorang yang paling kucintai kini sudah pergi meninggalkanku.(sujud Cinta di Masjid Nabawi: 32) Tak terasa, satu bulan telah berlalu, hari ini aku harus berangkat ke Kairo untuk melanjutkan studiku, dan itu berarti aku akan meninggalkan abi, kenangan di tempat peristirahatan ummi, Sungai Tigris beserta gubuk kecil di tepiannya yang biasa aku kunjungi saat hatiku merindukan ummi, dan teman-temanku semasa kecil dulu. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 43) Hari ini adalah hari pertamaku belajar di Universitas Aleksandria Kairo. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 58) Surat? Aneh surat dari siapa ini? Sudah tiga tahun aku tinggal dan melanjutkan studiku di Kairo dan selama itu juga aku belum pernah menerima sepucuk suratpun, tapi kali ini ada seseorang yang mengirimkan surat kepadaku, dan anehnya lagi surat ini tak bertuan, mungkinkah ini adalah surat dari abi? (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 71) Najmi, aku takut jika Azhar memenuhi janjinya yang telah tertulis dalam suratnya, maka hari inilah dia dan kedua orang tuanya akan datang untuk meminangku.(sujud Cinta

67 54 di Masjid Nabawi: 105) Maafkan aku, aku tak bisa menerima pinangan ini, keyakinanku tidak tertanan pada Azhar, tak bisa kubohongiperasaan ini bukan dirimu yang selalu hadir dalam mimpi dan nyataku. Kau pantas mendapatkan yang lebih baik dari diriku. Afwan Azhar. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: ) Ya, Nak, itu maksud abi. Bagaimana jika kau menikah sebelum berangkat ke Amerika Serikat?. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 162) Aku sudah memutuskan untuk membatalkan pernikahanku dengan Aziz, aku sudah memikirkan hal ini dengan matang, semua biaya pernikahan yang telah disiapkan akan kusumbangkan untuk orang-orang yang membutuhkan. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 216) Kau mengidap kanker otak stadium 3. Nida, kondisimu sudah sangat parah. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 317) Tiba-tiba aku merasa takut, mungkinkah aku bertemu dengan seseorang yang pernah singgah dalam hatiku, dan mungkinkah kini bayangan Muhammad Muhsin bisa benarbenar nyata di dalam kehidupanku?.(sujud Cinta di Masjid Nabawi: 361) Tentu saja, kita harus secepatnya pergi ke Pesantren al-firdaus dan secepatnya pula bertemu dengan putra Ustadz Muhsin yang kau cintai itu, dan abi akan melamar Muhammad Muhsin untuk menjadi iman hidup bagi putri abi yang sangat abi cintai. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 368) Hari ini, tepatnya 15 Maret 2010, aku melangsungkan pernikahanku dengan Muhammad Muhsin. (Sujud Cinta di Masjid

68 55 Nabawi: 414) Ijab qabul antara aku dan Muhammad Muhsin dilaksanakan di Masjid Nabawi, di pusat Kota Madinah. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 415) 3 Tokoh dan Penokohan a. Tokoh Utama 13, 14, 15, 21, 115, 156, 157,163, 184, 198, 205, 249, 353. Hari-hari yang dilaluinya tak pernah lepas terurai dari Al-Qur an kecilnya itu. Setelah selesai belajar di pesantren, dia langsung mengisi waktunya dengan pergi ke Masjid al- Muhajirin untuk membaca dan menghafal al- Qur an, itulah sebabnya dia memiliki hafalan yang jauh melebihi kawan-kawanya yang lain.(sujud Cinta di masjid Nabawi: 13-14) Selain itu, gelar santri teladan telah berhasil ia peroleh akhir semester lalu. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 14) Nida., kau muridku yang patuh, tolong janganlah kau mengecewakanku. Aku minta kau menjaga dan menambahkan terus hafalan Al Qur anmu serta mempertahankan prestasimu. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 15) Dan tak terasa pula kesulitanku dalam menghafal Al Qur an telah dapat kulalui dengan baik, dan sungguh tak pernah kupercaya, aku sekarang telah hafal Al Qur an.(sujud Cinta di Masjid Nabawi: 21) Nida, Universitas Aleksandria Kairo dan Universitas Utrecht Amsterdam Belanda akan mengadakan pertukaran mahasiswa, dan kau terpilih menjadi salah satu perwakilan dari Universitas Aleksandria Kairo dalam prodi ilmu kedokteran islam. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 115) Mahasiswa dengan indeks prestasi terbaik adalah: Thomas Sleverined bernedt, Engineering Mollevend University; Fatimah Zahro, Language Medina of Islamic University; Sabrina Lailatun Nida, Medical Faculty Aleksandria university; jenever Arnelyne Bour, Medical Faculty Utrecht

69 56 University; fransisco Louis Arlande, engineering Oxford University. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 156) Ya, aku akan dikirim ke Amerika Serikat untuk mempelajari ilmu kedokteran Barat yang saat ini telah mengalami kemajuan yang amat pesat. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 157) Aku jadi bingung, aku tak ingin mengecewakan dan membuat abi khawatir. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi:163) Abi adalah orang tua terbaik yang pernah aku temui, sosok abi begitu aku kagumi, terima kasih abi telah mendidikku hingga aku dapat menjadi seorang yang baik, yang dihormati orang lain. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 184) Aku membaca Al-Qur an. Aku yakin, dengan bacaab Kalam Ilahi ini, pertolongan Allah akan hadir, dan tak berapa lama, jemari Aisyah bergerak. Ya Allah Alhamdulillah. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 198) Ya Rahman ya Rahim, jika dengan ini Kau ridha kepadaku, aku ikhlas, jika dengan ini Kau tinggikan derajat keimananku, maka aku mohon kuatkan aku, ya Robb... (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 205). Selesai kurasakan nikmatnya berwudhu, kucari lagi kenikmatan yang pastinya jauh lebih tinggi, kudirikan shalat istikharah dan shalat taubat, kulakukan gerakan demi gerakan shalat dengan sebaik mungkin (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 249). Kumulai menjalankan ibadah umrah dengan sungguh-sungguh, seakan tak rela kubuang waktu dengan percuma di tanah suci ini. (Sujud Cinta di masjid Nabawi: 353). Maryam adalah sahabat yang baik, ia selalu

70 57 b. Tokoh Tambahan c. Tokoh Protagonis 16, , 27, 124 mendukungku di setiap langkahku, dan kali ini aku menemukan sosok seorang sahabat sejati karena Allah. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 16) Najmi adalah seorang mahasiswa Universitas Aleksandria yang cerdas. Nama lengkapnya Najmi Hazrina, dia berasal dari Indonesia. Aku kagum pada Najmi, semangat belajarnya besar sekali, padahal dia dilahirkan oleh keluarga yang berkecukupan, tapi sedikitpun dia tidak bersikap sombong dan membanggakan harta kekayaan orang tuanya, bahkan kehidupannya sangat sederhana. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 63-64) Aku bertekad menjaga cinta itu selamanya, cinta kepada sesosok bayangan yang baik akhlaknya, santun sikapnya, dan menurut Maryam, Muhammad adalah sosok yang tampan.(sujud Cinta di Masjid Nabawi: 18). Ya abi menyarankan kepadamu untuk melanjutkan studimu. Bagaimana jika di Universitas al-azhar Kairo?.(Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 27) Ilmu adalah harta yang paling berharga, anakku. Kejarlah ilmu selagi Allah masih memberimu kesempatan janganlah kau siasiakan waktumu. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 27) Aku hanya ingin kau merasakan kebahagiaan yang sebenarnya, meskipun hatiku yang harus tersayat melihatnya, tapi setidaknya aku bisa membuktikan kepadamu dan kepada semua orang bahwa aku mencintaimu bukan karena paras dan kecerdasanmu semata, tapi karena Dzat yang menciptakanmu, menciptakanku, Dzat yang telah menciptakan cinta dihatiku. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 124) Dia hanya menatapku, tajam dan dalam

71 58 d. Tokoh Antagonis 4 Latar atau Setting a. Latar Tempat 176, 223, 224, ,24,29,4 4,58,138,1 39,149, 347, 357, 358, 414 sekali, tapi tak mengatakan sepatah apa pun, matanya sembab, tubuhnya gemetar, pakaiannya basah, jilbabnya tak beraturan. Aku jadi yakin hatinya pasti sedang kacau. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: ) Maafkan aku Nida, aku tahu aku telah menyakiti hati dan perasaanmu, aku telah menyakiti hati wanita sebelum ia sah menjadi istriku, sungguh aku tak mengharapkan kejadian ini bisa terjadi, tak ada sedikitpun niat dihatiku untuk membuatmu menangis. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 223) Bukan maksudku untuk menggagalkan rencana pernikahanmu dengan suamiku. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 224) Aku merasa bersalah padamu Nida, aku telah menghancurkan hatimu. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 225) Lembayung senja yang mewarnai langit Pesantren Husnul Khotimah membuat para santrinya semakin merasakan kedamaian yang mendalam pada lubuk hatinya, sementara langit sore yang dihiasi siluet senja berwarna merah marun semakin menambah kehangatan murni, jiwa, dan pribadi setiap insan. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 13) Aku dilahirkan di Indonesia, di kediaman ummi, lalu kami semua pindah ke Kufah, karena bisnis abi berapa di Kufah, jadi semenjak kecil aku telah dibesarkan di Kufah. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 24) Kebun kurma yang terhampar luas, bangunan-bangunan indah yang tersusun rapi, jalan-jalan yang bersih, ditambah lagi dengan keindahan Sungai Eufrat dan Tigris yang menambah suburnya Kota Kufah. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 29) Selain itu, kaki langit Kairo yang dipenuhi dengan bangunan tinggi, menara, dan kubah masjid semakin menambah kemegahan Kota

72 59 kairo. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 44-45) Hari ini adalah hari pertamaku belajar di Universitas Aleksandria Kairo. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 58) Belanda, negara baru yang akan kujadikan kediaman sementaraku salama aku menuntut ilmu di sini,... (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 138) Perlahan tapi pasti, kumasuki pintu gerbang Utrecht University, ternyata unversitas terbaik di Belanda itu tidak kalah megahnya dengan Unversitas al-azhar Kairo. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 139) Akhirnya usai makan, kami bertiga pergi ke Pasar De Bazaar, Beverwijk. Tempat ini adalah suatu wahana khusus Timur Tengah yang berada di Belanda, namanya adalah Zwarte Markt (pasar hitam. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: ) Hangat sekali tubuh ini, Makkah memang memberikan energi positif bagi siapapun yang berziarah ke tempat ini. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 347) Kumulai menjalankan ibadah umrah dengan sungguh-sungguh, seakan takrela kubuang waktu dengan percuma selama di tempat suci ini. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 358) Tak lama kemudian, aku dan abi tiba di Madinah. Subhanallah. Madinah adalah kota yang sangat maju, terletakdigunung dataran tinggi, di per-simpangan tiga lembah, yaitu Lembah Aql, Lembah Aqiq, dan Lembah Himd. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 357) Saat tiba di pusat kota madinah, berdirilah bangunan yang sungguh indah dan kokoh, bangunan itu adalah Masjid Nabawi. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 358) Ijab qabul antara aku dan Muhammad

73 60 Muhsin dilaksanakan di Masjid Nabawi, di pusat Kota Madinah. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 415) b. Latar waktu 13, 35, 48, 56, 58, 98, 346, 414 Lembayung senja yang mewarnai langit Pesantren Husnul Khotimah membuat para santri semakin merasakan kedamaian yang mendalam pada lubuk hatinya, sementara langit sore yang dihiasi siluet senja berwarna merah marun semakin menambah kehangatan nurani, jiwa, dan pribadi setiap insan. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 13) Setelah shalat subuh, aku pergi ke pemakaman ummi. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 35) Pagi yang cerah, secerah perasaanku hari ini, tapi sayang, hari ini abi akan kembali ke Kufah, dan sebelum kembali ke Kufah, abi mengajakku untuk melihat keindahan Sungai Nil yang termasyur di seluruh negeri ini. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 48) Sudah pukul empat sore, sebentar lagi abi akan kembali ke Kufah, dan aku harus tinggal sendiri di Kairo. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 56) Seusai shalat zhuhur, aku duduk di serambi Masjid Agung al-azhar dan menatap gedunggedung tinggi di Kairo yang hampir menyapa langit. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 58) Seusai shalat isya, dokter memeriksa Aisyah tiba, beliau memeriksa keadaan Aisyah, dan menyampaikan kepadaku bahwa kondisi Aisyah mulai berangsur-angsur membaik, semoga Aisyah segera sadar. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 198) Hari ini, tepatnya hari Ahad, 3 Oktober 2010 aku dan abi berangkat ke tanah suci, tempat kelahiran Raslullah, tempat bersejarah umat Islam, tempat bercokolnya peradaban umat

74 61 Islam, tempat di mana ditetapkannya Islam sebagai sebenar-benarnya agama. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 346) Hari ini, tepatnya 15 Maret 2010, aku melangsungkan pernikahanku dengan Muhammad Muhsin. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 415) c. Latar Sosial 13, 16. Tampak di serambi Masjid al-muhajirin, seorang santri memandang teduh al-qur an kecilnya, membuka lembar demi lembar ayatayat suci seraya menghafal kalam Ilahi tersebut. (Sujud Cnta di Masjid Nabawi: 13) Assalamu alaikum, perkenalkan namaku Nida, selamat datang di Pesantren Husnul Khotimah. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 16) 5 Sudut Pandang atau Point of View 13, 14, 27. Setelah selesai belajar di pesantren, dia langsung mengisi waktunya dengan pergi ke Masjid al-muhajirin untuk membaca dan menghafal al-qur an, itulah sebabnya dia memiliki hafalan yang jauh melebihi kawannya yang lain. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 13-14) Rabbi, sesungguhnya hanya karena-mu aku hidup, hanya dengan nama-mu aku kuat menghadapi hidup ini. tak kuasa diri ini terlepas dari jalan-mu, dan sesungguhnya beribu nikmat telah Engkau berikan padaku, hanya pada-mu kembali berserah. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 14) Ilmu adalah harta yang paling berharga, anakku.(sujud Cinta di Masjid Nabawi: 27) 6 Gaya Bahasa 20, 28, 30, 39, 57. Tangisku semakin pecah dan air mataku mengalir deras saat namanya terucap dari lisanku. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 20) Aku bagaikan semut kecil yang ingin pergi ke bulan, memang semua itu dapat terjadi dengan izin Allah, tetapi ada saatnya aku dapat

75 62 melakukan hal itu, dan akan kutunggu sampai Allah memberiku kesempatan untuk mencapainya. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 28 Sungai Tigris juga masih terlihat jelas dari kamarku, guratan langit senja seakan terlukis indah di perairan Tigris, burung-burung masih beterbagan seraya menyanyikan lagu indah. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 30-31) Mendengar kata-kata abi, air mataku justru mengalir lebih deras, bahkan sebesar riak ombak di samudra.(sujud Cinta di Masjid Nabawi: 39) Hidup di dunia, laksana sesuatu tanaman, terkadang ia membuat kita teduh karena rerimbunan daunnya, tetapi terkadang pula ia membiarkan kulit kita disengat oleh sang raja siang lantaran daunnya yang meranggas,... (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 57) Tabel 2 Unsur Intrinsik Novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz No Unsur Data Penyajian Data dalam Novel Intrinsik 1 Tema 111, 159. Aku merasa melihat seorang pria sejati dari jawaban tersebut. Ia sama sekali tidak mau menyentuhku sebab aku bukan mahramnya. Bukan perasaan benci yang menghampiriku, melainkan bangga dan kagum pada sifatnya. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 111) Mas Zacky jatuh cinta padamu sejak Mas Hanafi cerita tentangmu. Ia mencintaimu karena akhlakmu, bukan karena kecantikanmu. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 159) 2 Alur 11, 18, 19, 22, 36, 39, Ayah seorang yang dapat membuatku merasa aman, nyaman, dan tenteram jika berada di sampingnya. Pahlawanku adalah ayahku. (Sujud Hati di Ujung Subuh:11)

76 63 105, 106, 263, 265. Sejak peristiwa itu, aku dan masku benarbenar kapok dan berjanji tidak akan membuat kenakalan lagi. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 18) Hatiku seperti tertusuk menyaksikan hembusan napas terakhir bunda di pangkuan ayah. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 19) Kesedihan yang kurasakan karena kepergian bunda sangat mendalam. Aku terhanyut dalam kesedihan. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 22) Sudahlah putraku, ayo ikut Abi dan Ummi. Hari ini juga kita harus berangkat ke Malaysia sebab saudara-saudaramu sudah menunggu. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 36) Hatiku hancur berkeping-keping tatkala melihat mobil mewah tersebut membawa masku pergi.(sujud Hati di Ujung Subuh: 39) Ana bukan Hanafi. Ana Zacky, saudara kembarnya. Hanafi telah pergi menghadap Sang Khaliq. (Sujud Hati di Ujung Subuh: ) Tubuhku lemas tak berdaya. Aku tak sanggup berpisah dengan masku. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 106) Pria yang duduk di sampingku dan baru saja mengucapkan ijab qobul adalah Mas Zacky. Seorang pria yang selama ini kukagumi akan kebaikannya. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 263) Pernikahanku memang tak diadakan dengan acara yang mewah, akan tetapi bagiku ini sudah lebih dari cukup.(sujud Hati di Ujung Subuh: 265) 3 Tokoh dan Penokohan a. Tokoh 63, 115, 129, 218 Di usiaku yang ke-21, kini aku telah menjadi mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Aku mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam dan berharap jika sudah lulus nanti bisa menjadiseorang guru agama seperti sosok yang kukagumi, ayahku. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 63)

77 64 Utama Melihat itu, aku berjanji dalam hati bahwa aku akan membahagiakan ayah. Oleh sebab itu, aku harus tetap bersemangat dalam menjalani hidup yang terus berputar ini. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 115) Sebelum shalat seperti biasanya, kupakai pakaian terindahku, wewangian, dan kalung emas karena aku hendak menghadap kekasih hati tertinggi, Allah Swt. Selesai shalat aku berdoa. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 129) Sekarang, aktivitasku setiap pagi adalah mengajar di madrasah ibtidaiyah. Pulang dari mengajar, aku kan langsung melangkahkan kaki menuju panti asuhan. Di sana, aku mengajar anak-anak panti asuhan bersama para ustadz dan ustadzah. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 218) b. Tokoh Tambahan 47, 55, 67, 70, 102, 218 Tata dan Kei adalah dua sahabat dekatku. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 47) Tata yang memang dasar genius sudah khatam Al Qur an dua kali. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 47) Sejak kepergian ayahnya, Tata dan ketiga adiknya terancam putus sekolah. Akhir-akhir ini ibunya juga sakit, mungkin karena terlalu banyak beban yang harus beliau tanggung. Oleh sebab itu, Tata memilih berhenti sekolah dan pergi ke Yogyakarta untuk bekerja. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 55) Seorang juara sejati akan tetap tegak berdiri walau apapun yang terjadi. Gapailah mimpi, genggamlah harapan, jangan berhenti sampai kau temukan apa yang kau cari. Meskipun jatuh, bangkitlah kembali demi menggapai indah impian. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 67) Sebab, di ruang tamu kulihat sekitar 9 anak kecil sedang belajar mengaji di temani seorang

78 65 wanita ayu. Ketika aku memasuki rumah, wanita ayu yang berjalan menggunakan kursi roda tersebut mempersilahkanku duduk dan mengajak anak-anak kecil masuk ke ruang belakang. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 102) c. Tokoh Protagonis 11, 15, 26, 27, 30, 124 Ayah seorang yang dapat membuatku merasa aman, nyaman, dan tenteram jika berada di sampingnya. Pahlawanku adalah ayahku. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 11) Mas Zacky jatuh cinta padamu sejak mas Hanafi sering cerita tentangmu. Ia mencintaimu karena akhlakmu, bukan karena kecantikanmu. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 15) Sekali lagi, silahkan jika Bu Anisa memang ingin mengeluarkanku dari sekolah ini. Sebab, aku rela mati demi dedekku. Aku tidak akan pernah diam melihat dedekku bersedih. Kebahagiaannya adalah kebahagiaanku dan kesedihannya adalah kesedihak. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 26) Setiap hari, ayah tetap berangkat mengajar pendidikan agama Islam di sebuah SMP swasta dengan menggunakan sepeda tua yang dibelinya sewaktu masih bersama Bunda Fatimah. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 27) Walaupun sangat sibuk karena harus mengurus butiknya, Bunda Laras selalu mengutamakan keluarga di atas segalanya. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 27) Kafe ini adalah hadiah Bunda untuk Hanifa. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 30) Tata dan Kei adalah dua sahabatku. Aku kenal mereka saat kami sama-sama mengaji di tempat Kiai Ghozi. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 47) Di UMS ini, Kei memang seorang aktivis. Sehingga, tidak mengherankan jika Kei

79 66 mempunyai banyak kenalan dosen. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 70) Ayah tersayang, beliau sosok yang sederhana. Meskipun, Bunda Laras sering menawari ayah untuk memakai mobil bunda, ayah menolak. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 124) Tepat hari ini, Kak Rafli dan Kei melangsungkan ijab qabul. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 218) d. Tokoh Antagonis 4 Latar atau Setting a. Latar Tempat 75, 137, 206, , 43, 63, 70, 75,180, 249, 263 Aku tidak jadi menikah dengan mas Dekka sebab tiba-tiba keluarganya memutuskan pertunangan kami dan mengusir Mas Dekka (Sujud Hati di Ujung Subuh:75) Seandainya ia mempunyai perasaan yang sama denganku, aku ingin ia menemaniku sebagai seorang suami dalam operasiku nanti. Menemaniku saat aku berjuang melawan penyakit yang terus menggerogoti tubuhku dan terus menelan sisa hiduku. (Sujud Hati di Ujung Subuh: ) Selebar surat tersebut membuatku sakit, benar-benar sakit. Ia mengkhianati janjijanjinya setelah kuberikan hatiku untuknya. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 206) Kuamati foto tersebut dan ternyata benar, wanita yang duduk di samping Kak Reihan adalah Tata sahabat kecilku dulu. Air mataku semakin menjadi-jadi. (Sujud Hati di Ujung Subuh: ) Hari ini usiaku genap 11 tahun. Sebagai hadiah ulang tahun, Bunda mengajakku jalanjalan ke Puncak. Bunda Laras mengadakan peresmian kafe barunya. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 28) Aku dan masku tinggal di sebuah kota kecil, yaitu kota Ngawi yang penuh sensasi. (SujudHati di Ujung Subuh: 43) Di usiaku yang ke-21, kini aku telah menjadi

80 67 b. Latar Waktu 13, 19, 28, 35, 100, 124, 225, 263, 265 mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). (Sujud Hati di Ujung Subuh: 63) Dengan langkah penuh harapan, aku dan Kei menuju Fakultas Ushuludin. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 70) Di lorong rumah sakit umum Ngawi, Bunda menyambutku dengan derai air mata. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 75) Sekitar pukul dini hari, sampailah aku di rumah sakit umum tempat adikku dirawat. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 180) Ngawi, 23 September Di pengadilan ini, kebenaran akan terungkap. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 249) Ngawi, 26 September Kicauan burung menyambut indahnya pagi ini. suara kaset dengan lagu Duhai senangnya pengantin baru, duduk bersanding, me-nyambut kebahagiaan hari itu. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 263) Saat itu bulan Ramadhan. Di bulan yang suci itu, aku dan masku sengaja pergi ke masjid sekitar jam dini hari. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 13) Di malam yang mencekam. Di malam yang hembusan napas terakhir Bunda di pangkuan Ayah. (Sujud Hati di Ujung Subuh:19) 10 Mei (Sujud Hati di Ujung Subuh: 28) 21 April (Sujud Hati di Ujung Subuh: 35) Usai melaksanakan shalat isya, aku kembali mengelar koran di depan gerbang rumah Mas bintang. Malam itu langit cerah, terlihat banyak bintang dan sebuah bulan yang menghiasi langit. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 100) Dua jam perjalanan dari Solo, akhirnya

81 68 sampai juga di terminal Ngawi. Aku menuju masjid untuk shalat ashar. Usai shalat, aku berjalan menuju ke pangkalan tukang angkot. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 124) Tidak lama kemudian, kudengar adzan zhuhur bergema. Aku beranjak mengambil air wudlu. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 255). Ngawi, 26 September Kicauan burung menyambut indahnya pagi ini. Suara kaset dengan lagu Duhai senangnya pengantin baru, duduk bersanding, menyambut kebahagiaan hari itu. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 263) c. Laar Sosial 12, 63 Hukuman dari bunda bukanlah hukuman fisik yang berupa cubitan atau pukulan,melainkan dengan mewajiban menghafal surat-surat di Juz Amma dalam waktu 1 atau 2 hari. Jika dalam waktu yang sudah ditentukan kami belum juga hafal maka bunda akan menambah hukuman itu menulis surat Yasiin hingga selesai sebanyak 3 kali, tergantung tingkat kenakalan yang kami buat. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 12) Sudut Di usiaku yang ke-21, kini aku telah menjadi mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). (Sujud Hati di Ujung Subuh: 63) Suatu hari aku dan masku membuat kenakalan yang benar-benar keterlaluan. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 12) 5 Pandang atau Point of View 12, 131 Kuakhiri doaku malam itu dengan doa keselamatan dan sujud syukur atas segala nikmat yang Allah Swt. Berikan kepadakuselama ini. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 131) 6 Gaya 12, 19, 23, Ayah bangga pada kalian, namun Ayah lebih bangga lagi jika kalian tidak berbuat nakal.

82 69 Bahasa 145, 182, 208, 230, 263 (Sujud Hati di Ujung Subuh: 12) Nasihat Bunda laksana alunan lagu terindah di telingaku. (Sujud Hati di UjungSubuh:19) Malam itu langit cerah, terlihat banyak bintang dan sebuah bulan yang menghiasi langit. Mereka seolah tersenyum dan memberiku semangat. (Sujud Hati di ujung Subuh: 100) Hatiku hancur berkeping-keping. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 145) Air mataku mengalir bagaikan derasnya aliran sungai (Sujud Hati di Ujung Subuh: 182) Air mata yang menetes di pipiku terasa panas laksana air yang mendidih. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 208) Sudah sepantasnya Kak Reihan menikah dengan Tata demi ayahnya, ucapku berusaha tegar meski hatiku robek dan terluka perih. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 208) Dek, tetaplah sabar sebab sabar adalah kunci utama dalam menghadapi cobaan. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 230) Kicauan burung menyambut indahnya pagi ini. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 263) 2. Intrtekstualitas Sastra Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi Karya Putri Indah Wulandari dan Novel Sujud Hati di Ujung Subuh Karya Indah el-hafidz Data hasil penelitian intertekstualitas sastra yang berupa persamaan dan perbedaan unsur intrinsik, serta hipogram novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh disajikan dalam bentuk Tabel 3, 4, dan 5 di bawah ini.

83 70 Tabel 3 Persamaan antara Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan Novel Sujud Hati di Ujung Subuh Penyajian data Persamaan No Unsur Sujud Cinta di Masjid Intrinsik Nabawi 1 Tema Aku bertekad menjaga cinta itu selamanya, cinta kepada sesosok bayangan yang baik akhlaknya, santun sikapnya, hafalan Qur annya yang banyak, cerdas, dan menurut Maryam, Muhammad adalah sosok yang tampan. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 18) Ya.., itu cukup membuktikan bahwa yang kau cintai bukan parasnya, bukan ketamanannya, bukan keelokan rupanya, tapi yang kau cintai adalah kebaikannya, keimanannya, dan kesahalihannya.(sujud Cinta di Masjid Nabawi: 367) 2 Alur Dan semenjak saat itu, Maryam mulai sering bercerita tentang keluarganya dan saudara kembarnya itu. Tapi, ada yang aneh dalam hatiku, aku merasakan ada getaran yang lain saat Maryam menyebut nama Muhammad Muhsin saudara kembarnya, hati ini merasakan kekaguman pada bayangan Muhammad Muhsin. Walaupun aku belum pernah melihat sosok Muhammad, tapi cerita Maryam tentang sosok dirinya cukup untuk kujadikan alasan bahwa aku mencintainya. (Sujud Cinta Sujud Hati di Ujung Subuh Ia sama sekali tidak mau menyentuhku sebab aku bukan mahramnya. Bukan perasaan benci yang menghampiriku, melainkan bangga dan kagum pada sikapnya. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 111) Aku mencintainya tulus karena Sang Khaliq. Aku pun siap jika memang Sang Khaliq hendak memisahkanku dengannya. Karena cinta sejatiku hanya untuk Sang Khaliq. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 261) Ayah seorang yang dapat membuatku merasa aman, nyaman, dan tenteram jika berada di sampingnya. Pahlawanku adalah ayah-ku. (Sujud Hati di Ujung Subuh:11) Pria yang duduk di sampingku dan baru saja mengucapkan ijab qobul adalah Mas Zacky. Seorang pria yang selama ini kukagumi akan kebaikannya. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 263)

84 71 di Masjid Nabawi: 17-18) 3 Tokoh dan Penokohan Tokoh Utama 4 Latar atau Setting a. Latar Tempat Hari ini, tepatnya 15 Maret 2010, aku melangsungkan pernikahanku dengan Muhammad Muhsin. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 414) Nida kau adalah akhwat Ya Rahman, hamba yang shalihah, beriman, dan memohon dengan sepenuh cerdas, tapi mengapa kau hati, selamatkanlah gadis tidak menggunakan akal shalihah tersebut... sebab, sehatmu? (Sujud Cinta di Engkau telah mengizinkan Masjid Nabawi: 123) hamba bertemu dengan sosok Hanifa, gadis berhati lembut yang menjadi kebanggaan saudara hamba, Hanafi. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 114) Hari ini adalah hari pertamaku belajar di Universitas Aleksandria Kairo. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 58) Di Usiaku yang ke-21, kini aku telah menjadi mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). (Sujud Hati di Ujung Subuh: 63) b. Latar Waktu Pagi yang cerah, secerah perasaanku hari ini, tapi sayang, hari ini abi akan kembali ke Kufah, dan sebelum kembali ke Kufah, abi mengajakku untuk melihat keindahan Sungai Nil yang termasyur di seluruh negeri ini. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 48) Seusai shalat zhuhur, aku duduk di serambi Masjid Agung al-azhar dan menatap gedung-gedung tinggi di Kairo yang hampir menyapa langit. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 58) Saat itu bulan ramadhan. Di bulan yang suci itu, aku dan masku sengaja pergi ke masjid sekitar jam dini hari. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 13) Aku menuju masjid untuk shalat ashar. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 124) Tidak lama kemudian, kudengar adzan zhuhur bergema. Aku beranjak mengambil air wudlu. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 255)

85 72 Sudah pukul empat sore sebentar lagi abi akan kembali ke Kufah, dan aku harus tinggal sendiri di Kairo.(Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 56) 6 c. Latar Sosial Gaya Bahasa Hari ini adalah hari pertamaku belajar di Universitas Aleksandria Kairo. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 58) Sungai Tigris juga masih terlihat jelas dari kamarku, guratan langit senja seakan terlukis indah di perairan Tigris, burung-burung masih beterbagan seraya menyanyikan lagu indah. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 30-31) Mendengar kata-kata abi, air mataku justru mengalir lebih deras, bahkan sebesar riak ombak di samudra. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 39) Di Usiaku yang ke-21, kini aku telah menjadi mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) aku mengambil jurusan pendidikan agama Islam dan berharap jika sudah lulus nanti bisa menjadi seorang guru agama seperti sosok yang kukagumi, ayahku. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 63) Air mataku mengalir bagaikan derasnya aliran sungai.(sujud Hati di Ujung Subuh: 182) Kicauan burung menyambut indahnya pagi ini. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 263) Tabel 4 Perbedaan antara Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan Novel Sujud Hati di Ujung Subuh Penyajian Data Perbedaan No Unsur Sujud Cinta di Masjid Intrinsik Nabawi 1 Tema Aku bertekad menjaga cinta itu selamanya, cinta kepada Sujud Hati di Ujung Subuh Mas Zacky jatuh cinta padamu sejak Mas Hanafi

86 73 2 Latar atau Setting a. Latar Tempat sosok bayangan yang baik akhlaknya, santun sikapnya, hafalan Qur annya yang banyak, cerdas, dan menurut Maryam, Muhammad adalah sosok yang tampan. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 18) Ya, bayangan Muhammad Muhsin yang selalu ada dalam hatiku, walaupun ia tak pernah ada dalam nyataku. Tak sadar ternyata sudah tiga tahun aku mencintai seseorang yang belum pernah kukenal. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 68). Hari ini adalah hari pertamaku belajar di Universitas Aleksandria Kairo. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 58) Ijab qabul antara aku dan Muhammad Muhsin dilaksanakan di Masjid Nabawi, di pusat Kota Madinah. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 415) sering cerita tentangmu. Ia mencintaimu karena akhlakmu, bukan karena kecantikanmu. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 159) Namun, bukan kecantikan yang ana cari. ana hendak menikahi seseorang karena keimanan. Sekali lagi karena keimanan, bukan karena kecantikan. Dan gadis itu adalah Ukhti Hanifa. (Sujud hati di Ujung Subuh: 184) Di usiaku yang ke-21, kini aku telah menjadi mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). (Sujud Hati di Ujung Subuh: 63) Ngawi, 26 September Kicauan burung menyambut indahnya pagi ini. suara kaset dengan lagu Duhai senangnya pengantin baru, duduk bersanding, menyambut kebahagiaan hari itu. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 263) b. Latar Waktu Hari ini, tepatnya hari Ahad, 3 Oktober 2010 aku dan abi berangkat ke tanah suci, tempat kelahiran Raslullah, tempat bersejarah umat Islam, tempat bercokolnya peradaban umat Islam, tempat di mana ditetapkannya Islam sebagai sebenar-benarnya agama. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 346) 21 April (Sujud Hati di Ujung Subuh: 35) Ngawi, 26 September Kicauan burung menyambut indahnya pagi ini. suara kaset dengan lagu Duhai senangnya pengantin baru, duduk bersanding, menyambut kebahagiaan hari itu. (Sujud Hati di Ujung

87 74 Hari ini, tepatnya 15 Maret 2010, aku melangsungkan pernikahanku dengan Muhammad Muhsin. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 415) Subuh: 263) 3 Sudut Pandang 2 Gaya Bahasa Setelah selesai belajar di pesantren, dia langsung mengisi waktunya dengan pergi ke Masjid al-muhajirin untuk membaca dan menghafal al-qur an, itulah sebabnya dia memiliki hafalan yang jauh melebihi kawannya yang lain. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 13) Rabbi.., sesungguhnya hanya karena-mu aku hidup, hanya dengan nama-mu aku kuat menghadapi hidup ini. tak kuasa diri ini terlepas dari jalan-mu, dan sesungguhnya beribu nikmat telah Engkau berikan padaku, hanya pada- Mu kembali berserah. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 14) Hidup di dunia, laksana sesuatu tanaman, terkadang ia membuat kita teduh karena rerimbunan daunnya, tetapi terkadang pula ia membiarkan kulit kita disengat oleh sang raja siang lantaran daunnya yang meranggas,... (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 57) Hidupku tiada seindah dulu sejak aku ditinggal mas Bintang tercinta. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 44) Kuakhiri doaku malam itu dengan doa keselamatan dan sujud syukur atas segala nikmat yang Allah Swt. Berikan kepadaku selama ini. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 131) Ayah bangga pada kalian, namun Ayah lebih bangga lagi jika kalian tidak berbuat nakal. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 12) Sudah sepantasnya Kak Reihan menikah dengan Tata demi ayahnya, ucapku berusaha tegar meski hatiku robek dan terluka perih. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 208) Dek, tetaplah sabar sebab sabar adalah kunci utama

88 75 dalam menghadapi cobaan. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 230) Tabel 5 Hipogram Penyajian Data No Hipogram Sujud Cinta di Masjid Sujud Hati di Ujung Subuh Nabawi 1 Ekspansi Aku bertekad menjaga cinta Mas Zacky jatuh cinta itu selamanya, cinta kepada padamu sejak Mas Hanafi sosok bayangan yang baik sering cerita tentangmu. Ia akhlaknya, santun sikapnya, mencintaimu karena akhlakmu, hafalan Qur annya bukan karena kecantikan- yang banyak, cerdas, dan menurut mu. (Sujud Hati di Ujung Maryam, Muhammad adalah Subuh: 159) sosok yang tampan. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 18) 2 Modifikasi Abi, di mana ummi? Apa Ayah, kenapa Bunda diam ummi sedang pergi? Ke saja? Kenapa banyak darah di mana, Abi? Apa ummi ke kaki Bunda? (Sujud Hati di rumah Bibi Zahra? Atau Ujung Subuh: 19) mungkin ke rumah Bibi Salma?. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 30) Hari ini adalah hari pertamaku belajar di Universitas Aleksandria Kairo. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 58) Di usiaku yang ke-21, kini aku telah menjadi mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). (Sujud Hati di Ujung Subuh: 63) 3 Konversi Sungai Tigris juga masih terlihat jelas dari kamarku, guratan langit senja seakan terlukis indah di perairan Tigris, burung-burung masih beterbangan seraya menyanyikan lagu indah. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 30-31). Air mataku mengalir bagaikan derasnya aliran sungai (Sujud Hati di Ujung Subuh: 182) Kicauan burung menyambut indahnya pagi ini. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 263) Mendengar kata-kata abi,

89 76 air mataku justru mengalir lebih deras, bahkan sebesar riak ombak di samudra. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 39) 3. Skenario Pembelajaran novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz di kelas XI SMA Untuk mengimplementasikan hasil analisis intertekstualitas sastra berupa persamaan dan perbedaan unsur intrinsik novel Sujud Cinda di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuhkarya Indah el-hafidz di SMA, penulis memilih kelas XI semester I pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada, yakni standar kompetensi no 7 dan kompetensi dasar no 7.2sebagai targetnya. Berikut ini disajikan data sebagai acuan pembahasan mengenai skenario pembelajaran novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el- Hafidz di kelas XI SMA, yang meliputi: (a) standar kompetensi (SK), (b) kompetensi dasar (KD), (c) indikator, (d) materi/bahan ajar, (e) model pembelajaran, (f) metode pembelajaran, (g) alokasi waktu, (h) langkahlangkah pembelajaran, dan (i) evaluasi. a. Standar Kompetensi Standar kompetensi yang digunakan dalam pembelajaran novel ini adalah standar kompetensi kelas XI semester I SMA adalah no. 7 memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan.

90 77 b. Kompetensi Dasar Kompetensi dasar yang diacu adalah no. 7.2 menganalisis unsurunsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. c. Indikator Indikator yang menjadi tolak ukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz adalah sebagai berikut: 1) mampu mengidentifikasi unsur intrinsik novel Sujud Cintadi Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah e-hafidz, 2) mampu menganalisis unsur intrinsik novel Sujud Cintadi Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah e-hafidz, 3) mampu menganalisis intertekstualitas sastra unsur intrinsik novel Sujud Cintadi Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah e-hafidz. d. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz adalah sebagai berikut:

91 78 1) siswa dapat mengidentifikasi unsur intrinsik novel Sujud Cintadi Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah e-hafidz, 2) siswa dapat menganalisis unsur intrinsik novel Sujud Cintadi Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah e-hafidz, 3) siswa dapat menganalisis intertekstualitas sastra unsur intrinsik novel Sujud Cintadi Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah e-hafidz. e. Bahan/materi Ajar Bahan ajar yang digunakan adalah novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari, novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz, unsur intrinsik novel, dan teori intertekstualitas sastra. f. Metode Pembelajaran Dalam mengimplementasikan model TGT, digunakan metode pembelajaran yang relevan dengan pelaksanaan TGT, antara lain: 1) metode ceramah, 2) metode diskusi, 3) metode tanya jawab, 4) metode penugasan.

92 79 g. Alokasi Waktu Alokasi waktu untuk pembelajaran novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz dengan model TGT dapat disesuaikan dalam dua pertemuan dengan empat jam pelajaran (4x 45 menit). h. Skenario Pembelajaran Secara garis besar skenario pembelajaran terdiri pendahuluan, inti, dan penutup. Pada kegiatan inti, langkah-langkah pembelajaran disesuaikan dengan indikator penerapan model TGT. i. Evaluasi Teknik penilaian adalah tes tertulis dengan bentuk instrumen berupa soal tes objektif dan tes subjektif. B. Pembahasan Data 1. Unsur Intrinsik Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi Karya Indah Putri Wulandari dan Novel Sujud Hati di Ujung Subuh Karya Indah el-hafidz a. Unsur Intrinsik Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi Karya Putri Indah Wulandari 1) Tema Tema berasal dari masalah-masalah yang ada dalam suatu karya sastra. Masalah-masalah yang ada dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi meliputi masalah Nida mencintai sosok bayangan, masalah pinangan Azhar, masalah pembatalan recana pernikahan Nida dengan Aziz, masalah Nida menderita kanker otak, dan masalah pertemuan dengan Muhammad Muhsin.

93 80 a) Masalah Nida Mencintai Sosok Bayangan Nida mencintai sosok bayangan berawal dari cerita Maryam. Maryam merupakan saudara kembar sosok bayangan tersebut. Sosok bayangan itu adalah Muhammad Muhsin. Maryam bercerita pada Nida tentang keluarganya di Madinah dan Muhammad Muhsin seorang baik akhlaknya, santun, cerdas, tampan dan hafal Alquran. Meskipun belum melihat secara langsung sosok Muhammad Muhsin, Nida telah jatuh cinta padanya. Hal tersebut terdapat dalam kutipan di bawah ini. Walaupun aku belum pernah melihat sosok Muhammad, tetapi cerita Maryam tentang sosok dirinya cukup untuk kujadikan alasan bahwa aku mencintainya. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 18) Dari kutipan di atas tersebut dapat diketahui bahwa Nida kagum dan mencintai Muhammad Muhsin dari cerita Maryam. Selain kagum, Nida bertekad akan menjaga perasaan cintanya kepada Muhammad Muhsin. Nida mencintai Muhammad Muhsin bukan karena ketampanan dan keelokan rupanya, tetapi Nida mencintai karena kebaikan, keimanan dan keshalihan yang diharapkan dapat menjadi iman hidupnya. b) Masalah Pinangan Azhar Nida melanjutkan kuliah di Universitas Aleksandria Kairo. Di unversitas inilah Nida mengenal Azhar. Sejak pertama kali bertemu, Azhar kagum terhadap kepribadian Nida. Diam-diam Azhar mengirim surat tanpa nama. Surat demi surat selalu datang

94 81 untuk Nida. Pada surat yang terakhir Azhar mencantumkan namanya dan bermaksud akan meminang Nida. Nida merasa takut dan kesulitan untuk menolak pinangan Azhar. Setelah melaksanakan shalat istikharah Nida memberanikan diri menolak pinangan dari Azhar, karena cinta Nida hanya kepada Muhammad Muhsin. c) Masalah Pembatalan Rencana Pernikahan Nida dengan Aziz Nida terpilih menjadi salah satu perwakilan pertukaran mahasiswa di Universitas Utrecht Amsterdam Belanda. Nida dapat lulus dengan indeks prestasi terbaik, sehingga nida akan dikirim lagi kuliah di Amerika Serikat untuk mempelajari ilmu kedokteran barat. Mengetahui hal tersebut Abi sangat khawatir. Ia mencarikan jodoh Nida yang bernama Aziz. Nida menerima perjodohan tersebut karena tiak ingin mengecewakan Abinya dan Nida harus melupakan Muhammad Muhsin dari bayangannya. Ketika hari perikahan sudah dekat, Nida mengetahui bahwa Aziz telah beristri yang bernama Aisyah. Nida dapat merasakan sakitnya perasaan Aisyah saat ia melangsungan pernikahan. Nida tidak ingin ada kesedihan pada pernikahannya, sehingga ia membatalkan pernikahannya dengan Aziz. d) Masalah Nida Menderita Kanker Otak Berbagai cobaan hidup yang telah menimpa Nida membuat Nida sering sakit kepala. Pada saat menyaksikan Najmi memakai

95 82 gaun pengantin, Nida teringat pada penikahannya dengan Aziz yang gagal. Tiba-tiba kepalanya terasa sakit sekali dan pingsan. Setelah mendapat perawatan di rumah sakit diketahui bahwa ia mengidap kanker otak. Nida sangat tegar dan ikhlas menerima penyakitnya. Berbeda dengan Abi, ia sangat sedih mengetahui putrinya menderita kanker otak stadium 3. Kemudian, Abi mengajak Nida melaksanakan ibadah umrah untuk menyempurnakan ibadahnya. e) Masalah Pertemuan dengan Muhammad Muhsin Setelah melaksanakan ibadah umrah Nida dan Abi berkunjung ke Pesantren al-firdaus, tempat tinggal Ustadz Alfash dan Ammah. Pesantren al-firdaus merupakan pesantren yang didirikan oleh orang tua Muhammad Muhsin. Hati Nida bergetar, bayangan Muhammad Muhsin kembali datang dalam hatinya. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Tiba-tiba aku merasa takut, mungkinkah aku bertemu dngan seseorang yang pernah singgah dalam hatiku, dan mungkinkah kini bayangan Muhammad Muhsin benarbenar nyata di dalam kehidupanku? (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 64) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa makin dekat dengan pesantren al-firdaus Nida merasa takut, karena kemungkinnan akan bertemu dengan Muhammad Muhsin. Sosok yang Nida kagumi dan cintai. Kemudian, Nida menceritakan pada Abi tentang perasaan cinta pada Muhammad Muhsin yang berawal

96 83 dari rasa kagum mendengar cerita dari Maryam Muhsin. Mendengar penuturan Nida, Abi meridhai, karena Nida mencintainya bukan karena ketampanan, tetapi karena akhlaknya yang baik. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Ya.., itu cukup membuktikan bahwa yang kau cintai bukan parasnya, bukan ketamanannya, bukan keelokan rupanya, tapi yang kau cintai adalah kebaikannya, keimanannya, dan keshalihannya. (Sujud Cinta di MasjidNabawi: 367) Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa Nida mencintai Muhammad Muhsin bukan karena ketampanannya, tetapi karena keshalihannya dan akhlak yang baik. Selain keshalihannya, Nida mendapat restu dari orang tua. Setelah mendapat restu dari orang tua, Nida dipinang oleh Muhammad Muhsin. Rasa bahagia memenuhi hati Nida. Ia melaksanakan ijab qabul di Masjid Nabawi yang terletak di pusat kota Madinah. Berdasarkan masalah-masalah di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tema novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi adalah cinta abadi karena Allah. 2) Alur Alur yang digunakan dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari adalah alur lurus (progresif). Adapun tahapan alur lurus sebagai berikut.

97 84 a) Tahap Penyituasian (Situation) Pada tahap ini menceritakan seorang gadis bernama Sabrina Lailatun Nida yang biasa dipanggil dengan nama Nida, ia mengangumi seseorang yang bernama Muhammad Muhsin. Nida mengenal Muhammad Muhsin dari cerita saudara kembarnya yaitu Maryam Muhsin. Nida bertemu dengan Maryam di Pesantren Husnul Khotimah. Semenjak keduanya menjalin persahaban, Maryam menceritakan tentang keluarga dan saudara kembarnya. Perhatikan kutipan di bawah ini. Dan semenjak saat itu, Maryam mulai sering bercerita tentang keluarganya dan saudara kembarnya itu. Tapi, ada yang aneh dalam hatiku, aku merasakan ada getaran yang lain saat Maryam menyebut nama Muhammad Muhsin saudara kembarnya, hati ini merasakan kekaguman pada bayangan Muhammad Muhsin. Walaupun aku belum pernah melihat sosok Muhammad, tapi cerita Maryam tentang sosok dirinya cukup untuk kujadikan alasan bahwa aku mencintainya. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 17-18) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa cerita Maryam menjadikan Nida merasa kagum pada bayangan Muhammad Muhsin yang baik akhlaknya, santun sikapnya, cerdas dan tampan. Namun selain merasa kagum, Nida bertekad menjaga cintanya. Hal tersebut terdapat dalam kutipan di bawah ini. Aku bertekad menjaga cinta itu selamanya, cinta kepada sosok bayangan yang baik akhlaknya, santun sikapnya, hafalan Qur annya yang banyak, cerdas, dan menurut Maryam, Muhammad adalah sosok yang tampan.

98 85 (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 18) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Nida akan menjaga cintanya kepada Muhammad Muhsin, seorang yang berakhlak baik. Nida berharap sosok Muhammad Muhsinlah yang dapat dijadikan imam hidupnya. b) Tahap Pemunculan Konflik (Generating Circumstances) Pada tahap ini menceritakan Nida pulang ke Kufah, sesampai di rumah mendapatkan kabar Umminya telah meninggal dunia. Terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Ummi telah pergi meninggalkan kita satu tahun yang lalu. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 32) Bagai tersambar petir aku mendengar hal ini. Seorang yang paling kucintai kini sudah pergi meninggalkanku. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi:32) Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa ummi telah meninggal satu tahun yang lalu saat Nida berada di pesantren. Nida sangat sedih, orang yang sangat dicintai dan sebagai tempat curhat disaat bahagia dan sedih telah pergi meninggalkannya. Sosok Nida bukanlah gadis yang lemah, ia tetap tabah dan tegar menghadapi cobaan hidup. Nida tidak terlalu berlarutlarut dalam kesedihan, setelah satu bulan di Kufah Nida pergi ke Kairo untuk melanjutkan studinya di Universitas Aleksandria

99 86 Kairo mengambil program studi Ilmu Kedokteran Islam. Hal tersebut terdapat dalam kutipan di bawah ini. Tak terasa, satu bulan telah berlalu, hari ini aku harus berangkat ke Kairo untuk melanjutkan studiku, dan itu berarti aku akan meninggalkan abi, kenangan di tempat peristirahatan ummi, Sungai Tigris beserta gubuk kecil di tepiannya yang biasa aku kunjungi saat hatiku merindukan ummi, dan teman-temanku semasa kecil dulu. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 43) Hari ini adalah hari pertamaku belajar di Universitas Aleksandria Kairo. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 58) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Nida melanjutkan studi di Universitas Aleksandria Kairo. Kemudian, di universitas inilah Nida bertemu dengan Muhammad Azhar Fahrezi. Sejak pertama kali bertemu Azhar kagum terhadap Nida. Diam-diam Azhar mengirim surat tanpa nama. Nida sangat penasaran terhadap pengirim surat yang tidak bertuan tersebut. Selama berada di Kairo baru kali ini Nida menerima surat. Hal ini sesuai dengan kutipan di bawah ini. Surat? Aneh surat dari siapa ini? Sudah tiga tahun aku tinggal dan melanjutkan studiku di Kairo dan selama itu juga aku belum pernah menerima sepucuk suratpun, tapi kali ini ada seseorang yang mengirimkan surat kepadaku, dan anehnya lagi surat ini tak bertuan, mungkinkah ini adalah surat dari abi? (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 71) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Nida mendapat surat yang tidak ada nama pengirimnya. Surat demi surat selalu datang untuk Nida. Pada surat yang terakhir

100 87 pengirim mencantumkan namanya, yaitu Muhammad Azhar. Surat yang terakhir ini membuat Nida sangat gelisah karena Azhar menyampaikan maksudnya akan meminang Nida. c) Tahap Peningkatan Konflik (Rising Action) Pada tahap peningkatan konflik ini dimulai dari Azhar memenuhi janjinya untuk meminang Nida. Azhar datang ke kost Nida bersama kedua orang tuanya. Nida kesulitan untuk menolak pinangan Azhar seorang yang berakhlak baik. Demi cintanya kepada banyangan Muhammad Muhsin akhirnya Nida memberanikan diri untuk menolak pinangan Azhar. Hal ini sesuai dengan kutipan di bawah ini. Najmi, aku takut jika Azhar memenuhi janjinya yang telah tertulis dalam suratnya, maka hari inilah dia dan kedua orang tuanya akan datang untuk meminangku. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 105) Maafkan aku, aku tak bisa menerima pinangan ini, keyakinanku tidak tertanan pada Azhar, tak bisa kubohongiperasaan ini bukan dirimu yang selalu hadir dalam mimpi dan nyataku. Kau pantas mendapatkan yang lebih baik dari diriku. Afwan Azhar. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: ) Dari kutipan tersebt dapat diketahui bahwa Nida menolak pinangan Azhar, karena yang ada dalam mimpi Nida hanyalah Muhammad Muhsin. Setelah peristiwa itu, hari-hari Nida kembali indah seperti dulu. Dalam rangka pertukaran mahasiswa dengan Universitas Utrecht Amsterdam Belanda, Nida terpilih menjadi salah satu perkakilan dari Universitas

101 88 Aleksandria Kairo dalam prodi ilmu kedoteran islam. Ia memperoleh indeks prestasi terbaik, sehingga ia dikirim ke Amerika untuk mempelajari ilmu kedokteran barat. Mengetahui hal ini Abi sangat khawatir. Ia ingin menikahkan Nida dengan Aziz. Ketika hari pernikahan sudah semakin dekat Nida mengetahui bahwa Aziz telah beristri yaitu suaminya Aisyah. Nida tidak dapat melanjutkan rencana pernikahannya. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Ya, Nak, itu maksud abi. Bagaimana jika kau menikah sebelum berangkat ke Amerika Serikat?. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 162) Aku sudah memutuskan untuk membatalkan pernikahanku dengan Aziz, aku sudah memikirkan hal ini dengan matang, semua biaya pernikahan yang telah disiapkan akan kusumbangkan untuk orang-orang yang membutuhkan. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 216) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Nida membatalkan pernikahannya dengan Aziz. Rasa sedih dan sakit hati kembali dialami oleh Nida. Dahulu ia kehilangan Azhar, dan sekarang ia akan kehilangan Aziz yang diharapkan mampu menjadi imam dalam hidupnya.nida berusaha untuk melupakan peristiwa tersebut. Kehidupan Nida penuh dengan cobaan yang datang silih berganti. Nida sering mengalami sakit kepala dan pingsan. Setelah dirawat di rumah sakit penyakit Nida diketahui bahwa ia mengidap kanker otak. Hal itu sesuai dengan kutipan berikut ini.

102 89 Kau mengidap kanker otak stadium 3. Nida, kondisimu sudah sangat parah. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 317) Dari kutipan tersebut dapat diketahi bahwa Nida menderita kanker otak stadium 3. Namun, Nida sangat tegar dan ikhlas menerima ujian hidupnya. Berbeda dengan abinya, ia sangat sedih mengetahui putrinya mengidap kanker otak stadium 3. Ia merasa gagal menjadi orang tua, karena tidak mengetahui yang terjadi pada anaknya. d) Tahap Klimaks (Climax) Pada tahap ini Abi mengajak Nida ke Mekah dan Madinah untuk menjalankan ibadah umrah. Setelah selesai menjalankan ibadah umrah Abi dan Nida berkunjung di pesantren milik keluarga Azhar. Nida sangat kaget ketika mengetahui pesantren tersebut milik Abi Muhammad Muhsin. Hati Nida bergetar, banyangan Muhammad Muhsin kembali datang dalam hatinya. Hal tersebut terdapat dalam kutipan di bawah ini. Tiba-tiba aku merasa takut, mungkinkah aku bertemu dengan seseorang yang pernah singgah dalam hatiku, dan mungkinkah kini bayangan Muhammad Muhsin bisa benar-benar nyata di dalam kehidupanku?. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 361) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Nida merasa takut kemungkinnan akan bertemu dengan Muhammad Muhsin di pesantren tempat tinggal Ammah. Kemudian, Nida

103 90 menceritakan semua perasaannya pada Abi, yaitu perasaan cinta pada Muhammad Muhsin yang berawal dari rasa kagum mendengar cerita dari Maryam Muhsin. Mendengar penuturan dari putrinya Abi meridhainya. Ia akan melamar Muhammad Muhsin untuk Nida. Haltersebut terdapat dalam kutipan di bawah ini. Tentu saja, kita harus secepatnya pergi ke Pesantren al-firdaus dan secepatnya pula bertemu dengan putra Ustadz Muhsin yang kau cintai itu, dan abi akan melamar Muhammad Muhsin untuk menjadi iman hidup bagi putri abi yang sangat abi cintai. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 368) Berdasarkan kutipan tersebut Nida dan abinya pergi ke Pesantren al-firdaus. Nida tinggal di rumah abah dan amah Azhar. Ustadz Muhsin beserta putra dan putrinya berkunjung di kediaman orang tua Azhar. Ia datang meminang Nida untuk putranya, yaitu Muhammad Muhsin. Rasa bahagia memenuhi hati Nida. e) Tahap Penyelesaian (Denouement) Pada tahap ini Nida mulai melakukan pengobatan kanker otak dengan terapi air zamzam. Semua keluarga memberi semangat dan dukungan pada Nida. Selama enam bulan menjalani terapi Nida merasakan kesehatannya telah membaik. Hari pernikahan pun segera ditentukan, yaitu tanggal 15 Maret Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut ini.

104 91 Hari ini, tepatnya 15 Maret 2010, aku melangsungkan pernikahanku dengan Muhammad Muhsin. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 414) Ijab qabul antara aku dan Muhammad Muhsin dilaksanakan di Masjid Nabawi, di pusat Kota Madinah. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 415) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa pernikahan Nida dengan Muhammad Muhsin dilaksanakan pada tanggal 15 Maret 2010 di Masid Nabawi. Nida sangat bahagia telah menikah dengan Muhammad Muhsin di Masjid Nabawi dan keinginan Nida terwujud dalam pernikahannya tidak ada seorang pun bersedih, semua orang tersenyum tulus ikhlas menghadiri pernikahannya. 3) Tokoh dan Penokohan a) Tokoh Utama (1) Sabrina Lailatun Nida Sabrina Lailatun Nida merupakan tokoh utama dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari. Ia seorang gadis yang cerdas, shalihah, menyayangi dan menghormati orang tua, dan mencintai bayangan seorang laki-laki. (a) Cerdas Sabrina Lailatun Nida gadis yang cerdas dan berprestasi. Dalam menuntut ilmu di Pesantren Husnul

105 92 Khotimah ia mampu menghafal Alquran. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut ini: Selain itu, gelar santri teladan telah berhasil ia peroleh akhir semester lalu. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 14) Nida., kau muridku yang patuh, tolong janganlah kau mengecewakanku. Aku minta kau menjaga dan menambahkan terus hafalan Al Qur anmu serta mempertahankan prestasimu. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 15) Dan tak terasa pula kesulitanku dalam menghafal Al Qur an telah dapat kulalui dengan baik, dan sungguh tak pernah kupercaya, aku sekarang telah hafal Al Qur an. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 21) Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa Nida gadis yang cerdas, ia mampu menghafal Alquran dan berprestasi di pesantren. Selain itu, kecerdasan Nida tidak hanya mampu menghafal Alquran, ia melanjutkan kuliah di Universitas Aleksandria Kairo mengambil program studi Ilmu Kedokteran Islam. Nida terpilih menjadi salah satu perwakilan pertukaran mahasiswa di Unversitas Utrecht Amsterdam Belanda. Ia lulus sebagai mahasiswa dengan indeks prestasi terbaik. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut. Nida, Universitas Aleksandria Kairo dan Universitas Utrecht Amsterdam Belanda akan mengadakan pertukaran mahasiswa, dan kau terpilih menjadi salah satu perwakilan dari Universitas Aleksandria Kairo dalam prodi ilmu kedokteran islam.

106 93 (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 115) Mahasiswa dengan indeks prestasi terbaik adalah: Thomas Sleverined bernedt, Engineering Mollevend University; Fatimah Zahro, Language Medina of Islamic University; Sabrina Lailatun Nida, Medical Faculty Aleksandria university; jenever Arnelyne Bour, Medical Faculty Utrecht University; fransisco Louis Arlande, engineering Oxford University. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 156) Ya, aku akan dikirim ke Amerika Serikat untuk mempelajari ilmu kedokteran Barat yang saat ini telah mengalami kemajuan yang amat pesat. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 157) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Nida mahasiswa yang pandai, Nida terpilih belajar di Universitas Utrecht Amsterdam Belanda. Ia memperoleh nilai terbaik, sehingga Nida akan dikirim lagi ke Amerika Serikat untuk mempelajari ilmu kedokteran Barat. (b) Shalihah Tokoh Sabrina Lailatun Nida dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi seorang gadis yang shalihah. Hal ini terlihat dalam beberapa kutipan dibawah ini. Hari-hari yang dilaluinya tak pernah lepas terurai dari Al-Qur an kecilnya itu. Setelah selesai belajar di pesantren, dia langsung mengisi waktunya dengan pergi ke Masjid al-muhajirin untuk membaca dan menghafal al-qur an, itulah sebabnya dia memiliki hafalan yang jauh melebihi kawan-kawanya yang lain. (Sujud Cinta di masjid Nabawi: 13-14) Aku membaca Al-Qur an. Aku yakin, dengan bacaab Kalam Ilahi ini, pertolongan Allah akan

107 94 hadir, dan tak berapa lama, jemari Aisyah bergerak. Ya Allah Alhamdulillah. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 198) Dari kutipan di atas menunjukkan bahwa kegiatan Nida selama di pesantren selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan selalu menbaca Alquran, sehingga ia mampu menghafal Alquran dengan baik. Selain itu, Nida seorang gadis yang baik meski ia telah diperlakukan Aisyah dengan sikap yang tidak baik, Nida tetap mendoakan ketika dia sakit. Keshalihan Nida selalu menuntun ke jalan yang baik. Dalam keadaan sedih dan kesulitan dalam menghadapi masalah hidup, Nida selalu mendekatkan diri kepada Allah. Hal tersebut terdapat dalam kutipan dibawah ini. Ya Rahman ya Rahim, jika dengan ini Kau ridha kepadaku, aku ikhlas, jika dengan ini Kau tinggikan derajat keimananku, maka aku mohon kuatkan aku, ya Robb... (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 205) Selesai kurasakan nikmatnya berwudhu, kucari lagi kenikmatan yang pastinya jauh lebih tinggi, kudirikan shalat istikharah dan shalat taubat, kulakukan gerakan demi gerakan shalat dengan sebaik mungkin. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 249) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Nida selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan selalu melaksanakan shalat lima waktu, shalat sunnah, dan berdoa. Apabila menghadapi masalah yang sulit Nida selalu melaksanakan shalat istikharah supaya diberi kemudahan

108 95 jalan keluar dalam menghadapi masalah dan Nida melaksanakan shalat taubat agar dihilangkan dosa dan kekhilafaan yang selama ini telah diperbuat. Nida melaksanakan ibadah umrah untuk menyempurnakan agamanya. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Kumulai menjalankan ibadah umrah dengan sungguh-sungguh, seakan tak rela kubuang waktu dengan percuma di tanah suci ini. (Sujud Cinta di masjid Nabawi: 353) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Nida dan abinya melaksanakan ibadah umrah. Nida tidak ingin membuang waktu dengan sia-sia di tanah suci, sehingga ia melaksanakan ibadah umrah dengan sungguhsungguh. (c) Menyayangi dan Menghormati Orang Tua Nida sangat menyayangi dan menghormati orang tuanya. Terutama abi, karena ia sebagai orang tua tunggal. Bagi Nida, Abi adalah orang yang terbaik dan dijadikan teladan. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Abi adalah orang tua terbaik yang pernah aku temui, sosok abi begitu aku kagumi, terima kasih abi telah mendidikku hingga aku dapat menjadi seorang yang baik, yang dihormati orang lain. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 184) Aku jadi bingung, aku tak ingin mengecewakan dan membuat abi khawatir. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi:163)

109 96 Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa rasa sayang Nida pada Abi ditunjukkan dengan tidak akan mengecewakan dan membuat khawatir. Demi menghormati orang tua pula Nida rela menerima perjodohan yang dilakukan oleh abi. Ia ingin membahagiakan abi. b) Tokoh Tambahan (1) Maryam Muhsin Maryam Muhsin merupakan tokoh tambahan dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi.Maryam sosok sahabat sejati Nida di Pesantren Husnul Khotimah. Ia seorang yang baik dan ramah. Hal tersebut terdapat dalam kutipan di bawah ini. Maryam adalah sahabat yang baik, ia selalu mendukungku di setiap langkahku, dan kali ini aku menemukan sosok seorang sahabat sejati karena Allah. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 16) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Maryam seorang yang baik, mau membantu teman dan memberikan dukungan. Selain itu, Maryam telah menjalin persahabatan yang erat dengan Nida. Ia pun menceritakan keluarga dan saudara kembarnya, Muhammad Muhsin. Cerita mengenai kebaikan Muhammad Muhsin membuat Nida mencintai sosok bayangan Muhammad Muhsin. Hal tersebut membuat persahabatan menjadi semakin erat.

110 97 Dalam belajar di Pesantren Husnul Khotimah, Maryam Muhsin dapat menghafal Alquran dengan baik, sehingga ia mendapat sebutan Hafizhah. (2) Najmi Hazrina Najmi merupakan sahabat dekat Nida di Kairo. Ia sama-sama menempuh pendidikan di Universitas Aleksandria. Najmi berasal dari Indonesia. Ia seorang yang cerdas dan tidak sombong. Hal tersebut terdapat dalam kutipan di bawah ini. Najmi adalah seorang mahasiswa Universitas Aleksandria yang cerdas. Nama lengkapnya Najmi Hazrina, dia berasal dari Indonesia. Aku kagum pada Najmi, semangat belajarnya besar sekali, padahal dia dilahirkan oleh keluarga yang berkecukupan, tapi sedikitpun dia tidak bersikap sombong dan membanggakan harta kekayaan orang tuanya, bahkan kehidupannya sangat sederhana. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 63-64) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Najmi seorang yang cerdas dengan semangat belajar yang tinggi. Najmi seorang yang ramah, baik tidak pernah menyombongkan harta kekayaan orang tuanya. Ia hidup dengan sederhana. Najmi juga mampu menghibur dan memberikan nasehat kepada temannya di saat sedih. Keberadaan Najmi dapat membantu kesulitan Nida saat di Kairo.

111 98 (3) Ustadz Alfash Ustadz Alfash merupakan orang tua Azhar. Ia pendiri pesantren terbesar di Syria. Ia seorang yang baik dan bijaksana. Meskipun pinangan Azhar telah ditolak oleh Nida, tetapi Ustadz tetap berbaik hati kepada Nida. Ia menganggap Nida seperti anaknya sendiri. (4) Ammah Zakiyyah Amah merupakan Umminya Azhar. Ia menjadi ketua Forum Muslimah Syria. Ammah seorang yang baik, sabar, serta ramah. Semenjak Azhar meninggal, Ammah mengalami putus asa hanya dengan kesabaranlah Ammah dapat melalui ujian yang berat itu. Sejak bertemu dengan Nida, Ammah selalu mengingatnya. Saat pertemuan di Mekkah Ammah telah menganggap Nida sebagai putrinya sendiri. Ia sangat menyayangi Nida. Ammahpun ikut merasakan suka duka yang dialami oleh Nida. c) Tokoh Protagonis (1) Abi Dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi, tokoh Abi merupakan orang tua Nida. Abi berasal dari Kufah dan menetap tinggal di Kufah. Abi seorang yang mengutamakan pendidikan anak. Baik itu pendidikan agama maupun

112 99 pengetahuan umum. Hal tersebut terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Ya abi menyarankan kepadamu untuk melanjutkan studimu. Bagaimana jika di Universitas al- Azhar Kairo?. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 27) Ilmu adalah harta yang paling berharga, anakku. Kejarlah ilmu selagi Allah masih memberimu kesempatan janganlah kau sia-siakan waktumu. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 27) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa selepas dari pesantren Abi sangat menginginkan Nida melanjutkan studinya di Kairo. Abi percaya Nida gadis yang cerdas, shalihah, di hari yang akan datang dapat membanggakan orang tuanya. Sepeninggal istrinya, abi menjadi orang tua tunggal bagi Nida. Ia orang tua yang sangat menyayangi dan mengasihi anak. (2) Muhammad Muhsin Muhammad Muhsin berasal dari Madinah. Ia putra Ustadz Muhsin Abdul Jalil pendiri Pesantren al-firdaus. Muhammad Muhsin merupakan sosok yang sangat dicintai oleh Nida. Kekaguman Nida kepada Muhammad Muhsin berawal dari cerita Maryam tentang kebaikan Muhammad Muhsin. Ia seorang yang shalihah, berbudi baik, tampan dan hafal Alquran. Hal tersebut terdapat dalam kutipan di bawah ini.

113 100 Aku bertekad menjaga cinta itu selamanya, cinta kepada sesosok bayangan yang baik akhlaknya, santun sikapnya, dan menurut Maryam, Muhammad adalah sosok yang tampan. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 18). Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Muhammad Muhsin seorang yang berakhlak baik, santun dan tampan. Ia seorang yang taat agama. Ketika membaca Alquran suaranya sangat indah dan dibaca dengan tartil. (3) Muhammad Azhar Fahrezi Azhar merupakan seorang yang baik, shalih, santun,cerdas, dan hafal Alquran. Ia kagum dan mencintai Nida. Azhar mencintai Nida bukan karena kecantikan dan kecerdasan, tetapi karena Allah. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Aku hanya ingin kau merasakan kebahagiaan yang sebenarnya, meskipun hatiku yang harus tersayat melihatnya, tapi setidaknya aku bisa membuktikan kepadamu dan kepada semua orang bahwa aku mencintaimu bukan karena paras dan kecerdasanmu semata, tapi karena Dzat yang menciptakanmu, menciptakanku, Dzat yang telah menciptakan cinta dihatiku. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 124) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Azhar akan menunjukkan cintanya kepada Nida dengan membantu Nida menemui Muhammad Muhsin. Sebenarnya Azhar mencintai Nida bukan karena kecantikan, tetapi karena Allah. Azhar tetap berbuat baik kepada Nida. Azhar

114 101 merencanakan akan pergi ke Madinah menemui Muhammad Muhsin. Azhar ingin Nida merasa bahagia bukan hanya menunggu harapan kosong. Akan tetapi, Azhar mengalami kecelakaan pesawat saat dalam perjaanan ke Madinah. d) Tokoh Antagonis (1) Aziz Aziz merupakan putra teman abi. Ia seorang pria yang baik, tampan, dan beriman. Ia merupakan tokoh antagonis dalam novel ini. Aziz pernah menyakiti hati dan perasaan Nida. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Maafkan aku Nida, aku tahu aku telah menyakiti hati dan perasaanmu, aku telah menyakiti hati wanita sebelum ia sah menjadi istriku, sungguh aku tak mengharapkan kejadian ini bisa terjadi, tak ada sedikitpun niat dihatiku untuk membuatmu menangis. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 223) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Aziz pernah meminang Nida untuk dijadikan istri kedua. Aziz merupakan pilihan abi, sehingga Nida tidak dapat menolak. Setelah Nida mengetahui bahwa Aziz telah menikah dan menjadi suami Aisyah, Nida tidak dapat melanjutkan pernikahannya. Nida tidak ingin ada kesedihan di dalam pernikahannya.

115 102 (2) Aisyah Aisyah merupakan istri Aziz. Ia seorang yang cantik. Meskipun awalnya ikhlas mengijinkan suaminya menikah lagi, tetapi hati terdalamnya belum bisa ikhlas untuk menerimanya, apalagi setelah bertemu dengan Nida. Aisyah selalu menampakan wajah sedih, marah saat bertemu dengan Nida. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Dia hanya menatapku, tajam dan dalam sekali, tapi tak mengatakan sepatah apa pun, matanya sembab, tubuhnya gemetar, pakaiannya basah, jilbabnya tak beraturan. Aku jadi yakin hatinya pasti sedang kacau. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: ) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Aisyah selalu menunjukkan sikap tidak baik terhadap Nida. Selain itu, Aisyah terlihat sedih. Mendekati hari pernikahan Nida, hati Aisyah semakin kacau. Ia sangat sedih dan sering menangis.perilakunya tidak bersahabat dengan Nida. Aisyah berusaha tabah. Ia tetap membantu menyiapkan keperluan pernikahan Nida dengan Aziz. Ketika dalam perjalanan untuk mengecek kembali gedung resepsi, Aisyah mengalami kecelakaan dan ia harus dirawat di rumah sakit. Saat menunggui Aisyah inilah Nida mengetahui bahwa Aisyah merupakan istri sah Aziz. Mendapat berita tersebut Nida sangat sedih dan terpukul.

116 103 4) Latar atau Setting Nida merencanakan untuk membatalkan pernikahannya. Ia tidak ingin ada kesedihan di dalam pernikahannya. Aisyah tidak bermaksud untuk membatalkan pernikahan Nida. Ia merasa bersalah kepada Nida. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Bukan maksudku untuk menggagalkan rencana pernikahanmu dengan suamiku. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 224) Aku merasa bersalah padamu Nida, akutelah menghancurkan hatimu. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 225) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Aisyah merasa bersalah telah membuat Nida sakit hati dengan gagalnya rencana pernikahan yang sudah dekat. a) Latar tempat Latar tempat pada novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi terjadi di latar tempat, Pesantren Husnul Khotimah, Kufah, Mesir, Universitas Aleksandria Kairo, Belanda, Madinah, dan Masjid Nabawi. (1) Pesantren Husnul Khotimah Pesantren Husnul Khotimah merupakan tempat Nida menuntut ilmu agama. Pelukisan latar tempat tersebut terdapat dalam kutipan di bawah ini. Lembayung senja yang mewarnai langit Pesantren Husnul Khotimah membuat para santrinya semakin

117 104 merasakan kedamaian yang mendalam pada lubuk hatinya, sementara langit sore yang dihiasi siluet senja berwarna merah marun semakin menambah kehangatan murni, jiwa, dan pribadi setiap insan. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 13) Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa latar tempat novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi terdapat di Pesanren Husnul Khotimah tempat para santri menuntut ilmu agama Islam. Di pesantren inilah Nida belajar menghafal Alquran, sehigga ia disebut seorang hafizhah. (2) Kufah Kufah merupakan tempat tinggal Nida bersama abi dan umminya. Hal tersebut terdapat dalam kutipan di bawah ini. Aku dilahirkan di Indonesia, di kediaman ummi, lalu kami semua pindah ke Kufah, karena bisnis abi berapa di Kufah, jadi semenjak kecil aku telah dibesarkan di Kufah. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 24) Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa Kufah merupakan tempat tinggal Nida sejak kecil hingga dewasa ini. Kota Kufah yang indah dihiasi dengan sungai Eufrat dan sungai Tigris. Hal tersebut terdapat dalam kutipan di bawah ini. Kebun kurma yang terhampar luas, bangunanbangunan indah yang tersusun rapi, jalan-jalan yang bersih, ditambah lagi dengan keindahan Sungai Eufrat dan Tigris yang menambah suburnya Kota Kufah. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 29)

118 105 Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa Kufah merupakan kota yang bersih dan indah dengan adanya Sungai Eufrat dan Sungai Tigris. (3) Kairo Kairo merupakan kota tersibuk di Mesir. Kota yang dibangun dengan perpaduan antara bangunan lama yang dibuat dari batu bata dan reruntuhan kuno dan di kelilingi oleh bagunan modern yang terbuat dari kaca dan baja serta menara dan kubah masjid yang tinggi menambah keindahan Kota Kairo. Hai ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Selain itu, kaki langit Kairo yang dipenuhi dengan bangunan tinggi, menara, dan kubah masjid semakin menambah kemegahan Kota kairo. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 44-45) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Kota Kairo dihiasi dengan bangunan yang tinggi, menara dan kubah masjid. Di kota inilah Nida melanjutkan studinya di Universitas Aleksandria Kairo. Di saat hari libur ujian akhir semester, Nida memanfaatkan waktu dengan berkunjung di tempat wisata bersejarah yang ada di Mesir. (4) Universitas Aleksandria Kairo Universitas Aleksandria Kairo merupakan tempat studi Nida. Hal ini sesuai dengan kutipan sebagai berikut. Hari ini adalah hari pertamaku belajar di Universitas Aleksandria Kairo (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 58).

119 106 Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Nida melanjutkan kuliah di Universitas Aleksandria Kairo. Nida mengambil program studi Ilmu Kedokteran Islam. Nida memanfaatkan belajar dengan sungguh-sungguh, sehingga Nida menjadi mahasiswi terbaik di kampusnya. Dalam rangka pertukaran mahasiswa Nida terpilih menjadi salah satu perwakilan untuk belajar di Universitas Utrecht Amsterdam Belanda. (5) Belanda Belanda merupakan negara terkecil yang terletak di bawah permukaan air laut. Di negara inilah tempat Nida menuntut ilmu selama menjadi pertukaran mahasiswa di Universitas Utrecht Amsterdam. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Belanda, negara baru yang akan kujadikan kediaman sementaraku salama aku menuntut ilmu di sini,... (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 138) Perlahan tapi pasti, kumasuki pintu gerbang Utrecht University, ternyata unversitas terbaik di Belanda itu tidak kalah megahnya dengan Unversitas al-azhar Kairo. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 139) Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa Nida menuntut ilmu sebagai perwakilan pertukaran mahasiswa di Universitas Utrecht Amsterdam Belanda. Selain belajar, Nida juga berkunjung ke tempat wisata bersama abi dan

120 107 Farid saudara sepupu sebagai pemandunya. Tempat yang dikunjungi seperti Pasar De Bazaar, Baverwijk, dan Museum Tropen. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Akhirnya usai makan, kami bertiga pergi ke Pasar De Bazaar, Beverwijk. Tempat ini adalah suatu wahana khusus Timur Tengah yang berada di Belanda, namanya adalah Zwarte Markt (pasar hitam. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: ) Berdasarkan penjelas tersebut dapat diketahui bahwa latar tempat pada novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi terjadi di Belanda. Hal ini ditandai dengan adanya Universitas Utrecht Amsterdam tempat Nida menuntut ilmu, Pasar De Bazaar, Baverwijk, dan Museum Tropen (6) Mekah Mekah merupakan tempat Nida bersama abi menjalankan ibadah umrah. Nida merasakan ketenangan, tidak ada rasa takut dan sakit terhadap penyakit kanker otak yang bersarang di tubuhnya. Hal tersebut terdapat dalam kutipan di bawah ini. Hangat sekali tubuh ini, Makkah memang memberikan energi positif bagi siapapun yang berziarah ke tempat ini. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 347) Kumulai menjalankan ibadah umrah dengan sungguh-sungguh, seakan takrela kubuang waktu dengan percuma selama di tempat suci ini. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 358)

121 108 Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa Mekah tempat yang suci dikunjungi umat islam untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Di Mekah inilah Nida melaksanakan ibadah umrah. Ketika menginjakkan kaki di tanah Mekah Nida merasakan mendapat energi positif. Ia merasa lebih tenang dan nyaman. (7) Madinah Madinah terletak di gunung dataran tinggi, di persimpangan tiga lembah, yaitu Lembah Aql, Lembah Aqiq, dan Lembah Himd. Hal ini seperti dalam kutipan dibawah ini. Tak lama kemudian, aku dan abi tiba di Madinah. Subhanallah. Madinah adalah kota yang sangat maju, terletakdigunung dataran tinggi, di persimpangan tiga lembah, yaitu Lembah Aql, Lembah Aqiq, dan Lembah Himd. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 357) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Madinah merupakan kota yang telah maju, berada di antara Lembah Aql, Lembah Aqiq, dan Lembah Himd. Di Madinah Nida berkunjung ke Masjid Nabawi yang di dalamnya terdapat makam Rasulullah. Selain itu, Nida berkunjung ke Pesantren al-firdaus untuk mengunjungi Ustadz Alfash dan Ammah.

122 109 (8) Masjid Nabawi Masjid Nabawi berdiri di pusat Kota Madinah. Masjid Nabawi merupakan masjid yang dibangun oleh Rasulullah dengan sederhana. Sekarang ini Masjid Nabawi telah menjadi indah dan dapat menampung ribuan jamaah. Di Masjid Nabawi inilah Nida dan Muhammad Muhsin melaksanakan ijab qobul pernikahan. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Saat tiba di pusat kota madinah, berdirilah bangunan yang sungguh indah dan kokoh, bangunan itu adalah Masjid Nabawi. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 358) Ijab qabul antara aku dan Muhammad Muhsin dilaksanakan di Masjid Nabawi, di pusat Kota Madinah. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 415). Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Masjid Nabawi terletak di Kota Madinah, tepatnya di berdiri di pusat kota. Di masjid ini Nida melaksanakan ijab qabul dengan Muhammad Muhsin. b) Latar Waktu Latar waktu yang digunakan pada novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari adalah pada waktu pagi, siang, sore, malam, hari Ahad 03 Oktober 2010, dan 15 Maret 2010.

123 110 (1) Pagi (2) Siang Latar waktu dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi terjadi pada pagi hari, seperti terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Setelah shalat subuh, aku pergi ke pemakaman ummi. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 35) Pagi yang cerah, secerah perasaanku hari ini, tapi sayang, hari ini abi akan kembali ke Kufah, dan sebelum kembali ke Kufah, abi mengajakku untuk melihat keindahan Sungai Nil yang termasyur di seluruh negeri ini. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 48) Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa latar waktu terjadi pada pagi hari pada saat Nida melakukan shalat subuh. Setelah melaksanakan shalat ubuh Nida akan ziarah ke makam umminya. Selain itu, waktu pagi terjadi di Kairo dengan suasana pagi yang cerah dan pada hari itu abi akan kembali ke Kufah. Latar waktu dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi terjadi pada siang hari, terdapat dalam kutipan sebagai berikut: Seusai shalat zhuhur, aku duduk di serambi Masjid Agung al-azhar dan menatap gedung-gedung tinggi di Kairo yang hampir menyapa langit. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 58)

124 111 (3) Sore Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa latar waktu terjadi pada siang hari ditandai dengan melaksanakan shalat zuhur di Masjid Agung al-azhar. Latar waktu dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi terjadi pada sore hari, terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Lembayung senja yang mewarnai langit Pesantren Husnul Khotimah membuat para santri semakin merasakan kedamaian yang mendalam pada lubuk hatinya, sementara langit sore yang dihiasi siluet senja berwarna merah marun semakin menambah kehangatan nurani, jiwa, dan pribadi setiap insan. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 13) Sudah pukul empat sore, sebentar lagi abi akan kembali ke Kufah, dan aku harus tinggal sendiri di Kairo. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 56) Dari kutipan di atas dapat diketahui latar waktu terjadi pada sore hari. Waktu sore ditandai dengan lembayung senja mewarnai langit Pesantren Husnul Khotimah. Senja merupakan hari sudah sore menjelang waktu malam. Selain itu waktu sore terjadi pada pukul empat sore (4) Malam Latar waktu dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi terjadi pada malam hari, yaitu setelah shalat isya

125 112 dokter memeriksa kedaan Aisyah. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Seusai shalat isya, dokter memeriksa Aisyah tiba, beliau memeriksa keadaan Aisyah, dan menyampaikan kepadaku bahwa kondisi Aisyah mulai berangsur-angsur membaik, semoga Aisyah segera sadar. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 198) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa latar waktu dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi terjadi pada waktu malam hari, setelah Nida melaksanakan shalat isya. (5) Hari Ahad, 3 Oktober 2010 Latar waktu dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi terjadi pada hari minggu, tanggal 3 Oktober Hal tersebut terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Hari ini, tepatnya hari Ahad, 3 Oktober 2010 aku dan abi berangkat ke tanah suci, tempat kelahiran Raslullah, tempat bersejarah umat Islam, tempat bercokolnya peradaban umat Islam, tempat di mana ditetapkannya Islam sebagai sebenar-benarnya agama. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 346) Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa latar waktu terjadi pada hari Ahad, tanggal 3 Oktober 2010 merupakan hari keberangkatan Nida dan abinya untuk melaksanakan ibadah umrah di tanah suci.

126 113 (6) 15 Maret 2010 c) Latar Sosial Latar waktu dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi terjadi pada tanggal 15 Maret Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Hari ini, tepatnya 15 Maret 2010, aku melangsungkan pernikahanku dengan Muhammad Muhsin. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 415) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa latar waktu terjadi pada tanggal 15 Maret Hari itu merupakan hari pernikahan Nida dan Muhammad Muhsin yang berlangsung di Masjid Nabawi. Latar sosial dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari adalah berada dalam lingkungan yang religius. Hal ini dapat dilukiskan pada tokoh utama yang bernama Nida. Pada awal cerita, Nida diceritakan belajar agama di Pondok Pesantren Husnul Khotimah. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Tampak di serambi Masjid al-muhajirin, seorang santri memandang teduh al-qur an kecilnya, membuka lembar demi lembar ayat-ayat suci seraya menghafal kalam Ilahi tersebut. (Sujud Cnta di Masjid Nabawi: 13) Assalamu alaikum, perkenalkan namaku Nida, selamat datang di Pesantren Husnul Khotimah. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 16)

127 114 Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Nida belajar agama dan menghafal Alquran di Pesantren Khusnul Khotimah. Setelah itu Nida melanjutkan di Universitas Aleksandria Kairo, merupakan universitas Islam yang terkenal. Nida dan abi melaksanakan ibadah umrah di Makkah untuk menyempurnakan ibadahnya. 5) Sudut Pandang (Point of View) Sudut pandang pengarang dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi adalah sudut pandang campuran. Narator berada di luar cerita bertindak sebagai pengamat dia dan terlibat di dalam cerita sebagai aku. Akan tetapi, sudut pandang yng digunakan dalam novel ini lebih dominan pada sudut pandang persona pertama aku. Sudut pandang campuran terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Setelah selesai belajar di pesantren, dia langsung mengisi waktunya dengan pergi ke Masjid al-muhajirin untuk membaca dan menghafal al-qur an, itulah sebabnya dia memiliki hafalan yang jauh melebihi kawannya yang lain. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 14) Rabbi, sesungguhnya hanya karena-mu aku hidup, hanya dengan nama-mu aku kuat menghadapi hidup ini. tak kuasa diri ini terlepas dari jalan-mu, dan sesungguhnya beribu nikmat telah Engkau berikan padaku, hanya pada- Mu kembali berserah. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 14) Ilmu adalah harta yang paling berharga, anakku.(sujud Cinta di Masjid Nabawi: 27)

128 115 Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa sudut pandang yang digunakan dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi adalah sudut pandang campuran. Pada kutipan pertama pengarang pertindak sebagai pengamat dengan menggunakan kata dia. Pada kutipan kedua dan ketiga pengarang terlibat dalam cerita, ia menyebutkan dirinya dengan kata aku. 6) Gaya Bahasa Ada beberapa gaya bahasa yang dilukiskan dalam novel ini, di antaranya ada beberapa kutipan yang menggunakan bentuk pemajasan. Ada beberapa majas yang terdapat dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi adalah majas hiperbola, asosiasi, personifikasi, dan metafora. a) Hiperbola Hiperbola adalah gaya bahasa perbandingan atau perlambangan yang dilebih-lebihkan atau dibesar-besarkan. Beberapa kutipan dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi yang menggunakan majas hiperbola adalah sebagai berikut. Tangisku semakin pecah dan air mataku mengalir deras saat namanya terucap dari lisanku. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 20) Mendengar kata-kata abi, air mataku justru mengalir lebih deras, bahkan sebesar riak ombak di samudra.(sujud Cinta di Masjid Nabawi: 39) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi menggunakan majas

129 116 hiperbola. Majas hiperbola tersebut terdapat pada frasa air mataku semakin deras dan air mataku justru mengalir lebih deras, bahkan sebesar riak ombak di samudra. Hal tersebut sangat berlebih-lebihan. Pada kenyataannya air mata tidak mengalir seperti ombak samudra. b) Asosiasi Asosiasi merupakan majas perbandingan terhadap suatu hal/benda sehingga muncul suatu gambaran/asosiasi terhadap keadaan yang sebenarnya. Beberapa kutipan dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi yang menggunakan majas asosiasi adalah sebagai berikut. Aku bagaikan semut kecil yang ingin pergi ke bulan, memang semua itu dapat terjadi dengan izin Allah, tetapi ada saatnya aku dapat melakukan hal itu, dan akan kutunggu sampai Allah memberiku kesempatan untuk mencapainya. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 28) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi menggunakan majas asosiasi. Pada kutipan tersebut terdapat pada frasa aku bagaikan semut kecil yang ingin pergi kebulan. c) Personifikasi Personifikasi merupakan majas yang mengungkapkan atau mengutarakan sesuatu benda dengan membandingkannya tingkah laku dan kebiasaan manusia. Beberapa kutipan dalam

130 117 novel yang menggunakan majas personifikasi adalah sebagai berikut. Sungai Tigris juga masih terlihat jelas dari kamarku, guratan langit senja seakan terlukis indah di perairan Tigris, burung-burung masih beterbagan seraya menyanyikan lagu indah. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 30-31) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi menggunakan majas personifikasi. Hal itu terdapat pada frasa burung-burung masih beterbangan seraya menyanyikan lagu indah. Perbuatan burung tersebut seperti kegiatan yang biasa dilakukan oleh manusia, yaitu bernyanyi. d) Metafora Metafora merupakan majas yang membandingkan suatu benda dengan benda lainnya karena adanya persamaan sifat, keadaan, dan lain-lain antara keduanya. Di bawah ini merupakan kutipan dalam novel yang menggunakan majas metafora. Hidup di dunia, laksana sesuatu tanaman, terkadang ia membuat kita teduh karena rerimbunan daunnya, tetapi terkadang pula ia membiarkan kulit kita disengat oleh sang raja siang lantaran daunnya yang meranggas,... (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 57) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi menggunakan majas metafora. Hal itu terdapat pada frasa kulit kita disengat oleh sang raja siang. Raja siang tersebut merupakan matahari.

131 118 b. Unsur Intrinsik Novel Sujud Hati di Ujung Subuh Karya Indah el- Hafidz 1) Tema Tema berasal dari masalah-masalah yang ada dalam suatu karya sastra. Masalah-masalah yang ada dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh meliputi masalah kepergian Hanafi al-izaky, masalah pinangan Hasan al-izaky, dan masalah pembunuhan Bunda Laras. a) Masalah kepergian Hanafi al-izacky Tanggal 21 April 1998, Hanafi dijemput orang tua kandungnya yang tinggal di Malaysia. Hanifa sngat sedih harus berpisah dengan kakaknya yang sudah seperti kakak kandung sendiri. Sejak itu Hanifa selalu memikirkan Hanafi. Ia sangat rindu kepada kakaknya. Pada suatu hari Kei memberitahu Hanifa bahwa ia telah bertemu dengan Hanafi di kampusnya. Hanifi berusaha menemui Hanafi, akan tetapi Hanafi tidak mengenali Hanifa. Hanafi sedih dan kecewa tetapi ia tidak putus asa. Ia terus mencoba mendekati Hanafi dengan mengingatkan kenangan masa lalu. Ketika Kei menyebutkan nama lengkap Hanifa, barulah ia mengetahui bahwa Hanifa adalah adik Hanafi di Indonesia. Orang yang dikira Hanafi sesungguhnya Hasan al-izacky saudara kembar Hanafi al-izacky. Sejak pertemuan itu Hanifa mengagumi Zacky. Mengagumi pada akhlaknya yang baik. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Aku merasa melihat seorang pria sejati dari jawaban tersebut. Ia sama sekali tidak mau menyentuhku sebab aku

132 119 bukan mahramnya. Bukan perasaan benci yang menghampiriku, melainkan bangga dan kagum pada sifatnya. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 111) Dari kutipan di atas tersebut dapat diketahui bahwa Hanifa merasa bangga dan kagum atas sikap Zacky yang tidak mau menyentuh wanita yang bukan mahramnya. Sejak saat itu Hanifa selalu terbayang pada Zacky. Begitu juga Zacky telah mengagumi Hanifa sejak mendengar cerita dari saudara kembarnya tentang Hanifa yang berakhlak baik. b) Masalah Pinangan Hasan al-izacky Pada suatu hari Zacky memberi kabar akan melamar Hanifa. Akan tetapi diam-diam Sakura telah mencintai Zacky. Demi rasa sayangnya kepada Sakura dan berharap Sakura segera sembuh dari penyakitnya, Hanifa menolak lamaran Zacky dan mengikhlaskan untuk menikah dengan Sakura. Zacky tidak dapat langsung menikah dengan Sakura, karena Zakcy hanya mencintai Hanifa, dan cinta itu tumbuh bukan karena kecantikan, tetapi Zacky mencintai karena berakhlak baik. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Mas Zacky jatuh cinta padamu sejak Mas Hanafi cerita tentangmu. Ia mencintaimu karena akhlakmu, bukan karena kecantikanmu. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 159) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Zacky mencintai Hanifa karena akhlaknya, bukan karena kecantikannya.meskipun Hanafi dan Zacky telah menjadi kakak adik sepupu, rasa cinta di

133 120 antara keduanya masih ada. Sejak pernikahan adiknya Hanifa jarang bertemu Sakura, karena ia belum bisa menghilangkan bayangan Zacky dari angannya. c) Masalah Pembatalan Rencana Pinangan dari Reihan Hanifa bertemu dengan Reihan ketika dalam perjalanan Ngawi menuju Solo atau dari Solo menuju Ngawi. Reihan selalu memberikan perhatian dan membantu Hanifa saat mengalami kesulitan.reihanmengagumi Hanifa sejak melihat Hanifa melaksanakan shalat dengan memakai wewangian serta memakai perhiasan dan setelah selesai shalat perhiasan tersebut dilepas. Setelah pernikahan Zacky dengan Sakura, Reihan meminta izin akan meminang Hanifa pada ayahnya. Ayah Hanifa memberi restu, ia meminta Reihan datang beserta orang tuanya.akan tetapi, sebelum Reihan menyampaikan kepada orang tuanya. Orang tua Reihan telah menjodohkan Reihan dengan Tata sahabat masa kecil Hanifa. Undangan pernikahanpun telah dibagikan. Reihan tidak dapat melukai hati ayahnya, ia menerima perjodohan tersebut dan membatalkan rencana pertunangannya dengan Hanifa. Mengetahui hal tersebut, Hanifa sakit hati. Seandainya waktu dapat diputar Hanifa tidak ingin mengenal Reihan. d) Masalah Pembunuhan Bunda Laras Ditemukan Bunda Laras terkapar di lantai dapur dengan bibirnya mengeluarkan busa berbau racun. Ketika dilakukan

134 121 penyelidikan ditemukan sebuah bungkusan racun di saku jaket Zacky, sehingga dugaan pelakunya adalah Zacky dibawa ke kantor polisi. Hanifa tidak percaya bahwa Zacky akan melakukan perbuatan seperti itu. Hanifa tetap memberikan dukungan dan perhatian. Hal ini berbeda dengan Sakura. Ia merasa sakit hati dan memintai cerai dari Zacky. Sidang pemutusan perkarapun dilaksanakan di pengadilan. Dengan adanya bukti-bukti yang kuat, Zacky dinyatakan tidak bersalah. Ia bebas dari hukuman. Setelah bebas, Zacky meminang Hanifa, karena selama ini orang yang dicintai dan singgah dihatinya hanya Hanifa. Perasaan bahagiapun menyelimuti hati Hanifa. Pernikahan dilaksanakan pada tanggal 26 September Berdasarkan masalah-masalah yang terjadi di atas dapat ditarik simpulan bahwa tema novel Sujud Hati di Ujung Subuh adalah cinta abadi karena Allah. 2) Alur atau Plot Alur yang digunakan dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz adalah alur lurus (progresif). Adapun tahapan alur lurus sebagai berikut. a) Tahap Penyituasian (Situation) Pada tahap ini menceritakan masa kecil Hanifa. Hanifa sangat dekat dengan ayahnya. Ia dianggap sebagai seorang

135 122 pahlawan. Ketika bundanya marah pada Hanifa, ayahlah yang melindunginya. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Ayah seorang yang dapat membuatku merasa aman, nyaman, dan tenteram jika berada di sampingnya. Pahlawanku adalah ayahku. (Sujud Hati di Ujung Subuh:11) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa ayah merupakan pahlawan bagi Hanifa, ia yang selalu melindungi Hanifa. Pada waktu kecil Hanifa sering berbuat kenakalan. Kenakalan yang sering dibuat menukar sandal jamaah di masjid dan membuat orang banyak panik. Kenakalan Hanifa dan kakaknya ini membuat bunda menangis. Hanifa sangat menyesal ia tidak akan mengulangi lagi. Sejak peristiwa itu, aku dan masku benar-benar kapok dan berjanji tidak akan membuat kenakalan lagi. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 18) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Hanifa tidak akan mengulangi perbuatan nakalnya lagi. Ia tidak ingin membuat bundanya bersedih. b) Tahap Pemunculan Konflik (Generating Circumstances) Pada tahap ini menceritakan bunda Hanifa meninggal dunia. Bunda meninggal karena mengalami pendarahan, ia keguguran. Hanifa sangat sedih kehilangan bunda orang yang sangat dicintainya. Hatiku seperti tertusuk menyaksikan hembusan napas terakhir bunda di pangkuan ayah. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 19)

136 123 Kesedihan yang kurasakan karena kepergian bunda sangat mendalam. Aku terhanyut dalam kesedihan. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 22) Dari kutipan di atas tersebut dapat diketahui bahwa Hanifa menyaksikan bundanya menghembuskan nafas terakhir. Hanifa sangat sedih telah kehilangan bunda. Selain kehilangan bunda, empat tahun kemudian, Hanifa kehilangan lagi orang yang sangat disayangi. Hanafi dijemput oleh orang tuakandungnya untuk kembali ke Malaysia. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Sudahlah putraku, ayo ikut Abi dan Ummi. Hari ini juga kita harus berangkat ke Malaysia sebab saudarasaudaramu sudah menunggu. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 36) Hatiku hancur berkeping-keping tatkala melihat mobil mewah tersebut membawa masku pergi. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 39) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Hanafi kembali ke Malaysia, tinggal bersama kedua orang tua kandung dan saudara-saudaranya. Hanifa sangat sedih harus kehilangan kakaknya. Meskipun Hanafi bukan kakak kandungnya, Hanifa sangat menyayanginya. Ia telah dianggap sebagai kakak kandungnya sendiri. c) Tahap Peningkatan Konflik (Rising Action) Pada tahap ini berbagai konflik mulai meningkat. Hanifa mendapat kabar bahwa di kampus UMS terdapat dosen baru yang wajahnya mirip Hanafi, ia bernama Hasan al-izacky. Hanafi ingin

137 124 bertemu, ia sangat rindu pada kakaknya. Akan tetapi, ketika bertemu langsung dengan Zacky, ia tidak mengenali Hanifa. Setelah disebutkan nama Hanafi al-izacky barulah Zacky mengetahui bahwa gadis itu bernama Hanifa. Zacky menceritakan bahwa dirinya saudara kembar Hanafi dan Hanafi sendiri telah meninggal dunia. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Ana bukan Hanafi. Ana Zacky, saudara kembarnya. Hanafi telah pergi menghadap Sang Khaliq. (Sujud Hati di Ujung Subuh: ) Tubuhku lemas tak berdaya. Aku tak sanggup berpisah dengan masku. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 106) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Hanafi telah meninggal dunia, medengar kabar tersebut Hanifa langsung lemas tidak berdaya. Selain itu, konflik selanjutnya pada tahap ini yaitu Hanifa mendapat lamaran dari Zacky, tetapi Hanifa menolaknya. Ia mengetahui Sakura sangat mencintai Zacky dan pada waktu operasi penyakitnya Sakura sangat berharap dapat ditunggui oleh Zacky sebagai suaminya. Demi kesembuhan adiknya, Hanafi mengiklaskan Zacky menikah dengan Sakura. Berbagai cobaan hidup datang berturut-turut pada Hanafi. Setelah Zacky menikah dengan Sakura. Hanifa menjalin hubungan dengan Reihan. Reihan ingin serius menikahi Hanifa. Akan tetapi, Reihan tidak dapat menolak perintah orang tua, ia

138 125 telah dijodohkan dengan gadis lain. Gadis itu adalah Tata sahabat kecilnya Hanifa. Perasaan Hanifa kembali hancur. d) Tahap Klimaks (Climax) Pada tahap ini menceritakan Bunda Laras meninggal dunia karena keracunan. Dugaan sementara terhadap kasus pembunuhan jatuh pada Zacky. Di saku jaket Zacky ditemukan sebuah racun. Sakura sangat emosi, ia meminta cerai dengan Zacky. Hanafi sedih atas keputusan Sakura. Hanafi percaya bahwa Zacky tidak mungkin melakukan perbuatan jahat tersebut. Hanafi tetap memberikan dukungan dan perhatian. Setelah dilakukan penyelidikan Zacky terbukti tidak bersalah, ia bebas dari hukuman. Setelah bebas, Zacky meminang Hanifa, karena selama ini orang yang dicintai dan singgah di hatinya hanya Hanifa. Perasaan senang bercampur sedih menyelimuti hati Hanifa. e) Tahap Penyelesaian (Denouement) Pada tahap ini menceritakan Hanifa menikah dengan Zacky. Setelah Sakura dapat menenangkan diri, ia merestui Hanifa menikah dengan Zacky. Pernikahanpun dilakukan dengan sederhana. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Pria yang duduk di sampingku dan baru saja mengucapkan ijab qobul adalah Mas Zacky. Seorang pria yang selama ini kukagumi akan kebaikannya. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 263)

139 126 Pernikahanku memang tak diadakan dengan acara yang mewah, akan tetapi bagiku ini sudah lebih dari cukup.(sujud Hati di Ujung Subuh: 265) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Hanifa melangsungkan pernikahan dengan Zacky, orang yang sangat dikaguminya. Pernikahan dilakukan dengan sederhana pada tanggal 26 September 2008 pagi. Hanafi dan Zacky merasa bahagia dapat menikah dengan orang yang dicintai. 3) Tokoh dan Penokohan a) Tokoh Utama (1) Hanifa asy-syadzily Hanifa asy-syadzily merupakan tokoh utama dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuhkarya Indah el-hafidz. Ia seorang gadis yang cerdas, shalihah, menyayangi dan menghormati orang tua, sayang kepada kakak dan adik, diam-diam mencintai seorang laki-laki dan berhati lembut. (a) Cerdas Hanifa seorang gadis yang cerdas. Pada usia 11 tahun Hanifa telah diberi hak atas kepemilikan cafe yang dibangun oleh Bunda Laras. Setelah lulus dari SMA Hanifa melanjutkan kuliah di Universitas Muhammadiyah Surakarta megambil jurusan Pendidikan Agama Islam. Ia berharap setelah lulus dapat menjadi guru agama. Hal tersebut terdapat dalam kutipan sebagai berikut.

140 127 Di usiaku yang ke-21, kini aku telah menjadi mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Aku mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam dan berharap jika sudah lulus nanti bisa menjadiseorang guru agama seperti sosok yang kukagumi, ayahku. (Sujud Hati di Ujung Subuh, 2012: 63) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Hanifa telah menjadi mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Ia mengambil pemdidikan agama Islam. Kemudian, satu tahun sebelum lulus kuliah, Hanifa mendapat tanggung jawab besar menjadi pengasuh Panti Asuhan Al-Zafa. Setelah lulus kuliah kegiatan Hanifa setiap pagi mengajar di madrasah ibtidaiyah. Sehabis dari madrasah ibtidaiyah Hanifa langsung menuju Panti Asuhan Al-Zafa mengajar anak-anak panti asuhan. Sekarang, aktivitasku setiap pagi adalah mengajar di madrasah ibtidaiyah. Pulang dari mengajar, aku kan langsung melangkahkan kaki menuju panti asuhan. Di sana, aku mengajar anak-anak panti asuhan bersama para ustadz dan ustadzah. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 218) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa aktivitas Hanifa setelah selesai kuliah, yaitu mengajar di Madrasah ibtidaiyah, panti asuhan serta mengelolanya. (b) Shalihah Hanifa asy-syadzily seorang gadis yang shalihah. Sejak kecil Hanifa telah belajar ilmu agama. Ia belajar di tempat Pak Kiai Ghozi. Ketika kecil Hanifa sering membuat

141 128 kenakalan, ia mendapat hukuman dari bunda menghafal surat-surat di Juz Amma dan menlis surat Yaasiin. Hanifa selalu mendekatkan diri kepada Allah. Ia rajin melaksanakan shalat lima waktu, shalat sunnah, dan berdoa. Ia memakai perhiasan ketika akan menlaksanakan shalat saja. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Sebelum shalat seperti biasanya, kupakai pakaian terindahku, wewangian, dan kalung emas karena aku hendak menghadap kekasih hati tertinggi, Allah Swt. Selesai shalat aku berdoa (Sujud Hati di Ujung Subuh: 129) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Hanifa selalu berhias ketika melaksanakan shalat. Setelah selesai shalat ia tampil sederhana tanpa mempercantik diri. Perilaku Hanifa tersebut mencerminkan ia seorang gadis yang shalihah taat pada agama. (c) Menyayangi dan Menghomati Orang tua Hanifa merupakan gadis yang berbakti kepada orang tua. Ia sangat menyayangi ayah dan bundanya. Ayahnya telah ia anggap sebagai pahlawan dan bunda orang yang sangat dekat pada Hanifa di saat suka dan duka. Sepeninggal Bunda Fatimah, ayah menikah lagi dengan Bunda Laras. Ia mampu mengobati rindu Hanifa kepada Bunda Fatimah. Meskipun Bunda Laras bukan orang

142 129 tua kandungnya, Hanifa tetap menyayangi dan menghormati. Berbagai cobaan hidup telah menimpa Hanifa, demi orang tuanya Hanifa tetap semangat untuk menjalani hidup ini. Ia ingin membahagiakan orang tuanya. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Melihat itu, aku berjanji dalam hati bahwa aku akan membahagiakan ayah. Oleh sebab itu, aku harus tetap bersemangat dalam menjalani hidup yang terus berputar ini. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 115) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Hanifa sangat menyayangi ayah. Ia ingin membahagiakannya. Selain menyayangi orang tua, Hanifa juga menyayangi kakak dan adiknya. Ketika kakak dan adiknya mengalami kesusahan ia sangat sedih. Apapun ia lakukan demi kebaikan kakak dan adiknya. Ia juga mengikhlaskan Zacky menikah dengan adiknya Sakura, dengan harapan Sakura dapat sembuh dari penyakitnya. (d) Diam-diamMencintai Seorang Laki-laki Hanifa mencintai seorang laki-laki yang bernama Hasan al-izacky. Rasa cinta itu berawal dari kagum atas sikap Zacky yang beriman dan berakhlak baik. Ketika mendapat lamaran dari Zacky, Hanifa tidak dapat menerima. Ia ingin menyelamatkan adiknya. Ia menyuruh Zacky untuk

143 130 menikahi Sakura. Meskipun telah menikah perasaan cinta hanifa tidak pernah hilang, begitu juga dengan Zacky ia tetap mengagumi Hanifa. Pada suatu ketika Zacky dituduh meracuni Bunda Laras. Semua orang menuduh kecuali Hanifa dan Kei yang member dukungan. Setelah tuduhannya tidak terbukti Zaky dapat bebas dan hukuman. Kemudian ia meminang Hanifa dan dapat hidup bahagia dengan orang yang dicintainya. b) Tokoh Tambahan (1) Maryam Maryam merupakan tokoh tambahan. Ia adik perempuan Hasan al-izacky. Ia sebagai pengasuh panti asuhan dan mengamalkan ilmunya sebagai dokter. Maryam gadis yang cantik, baik, dan shalihah. Maryam pernah mengalami kecelakaan, ia mengalami cacat pada kakinya, sehingga melaksanakan aktivitasnya menggunakan kursi roda. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Sebab, di ruang tamu kulihat sekitar 9 anak kecil sedang belajar mengaji di temani seorang wanita ayu. Ketika aku memasuki rumah, wanita ayu yang berjalan menggunakan kursi roda tersebut mempersilahkanku duduk dan mengajak anak-anak kecil masuk ke ruang belakang. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 102) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui Maryam gadis yang mengalami cacat pada kaki. Ia tinggal bersama

144 131 anak panti asuhan. Ia mengajari anak-anak mengaji. Ia mendidik anak-anak dengan dasar yang kuat. (2) Tata Tata merupakan sahabat Hanifa di waktu kecil. Ia gadis yang yang cantik dan pandai. Ia harus meninggalkan sekolah untuk membantu ibunya memenuhi kebutuhan keluarganya. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Tata dan Kei adalah dua sahabat dekatku. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 47) Tata yang memang dasar genius sudah khatam Al Qur an dua kali. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 47) Sejak kepergian ayahnya, Tata dan ketiga adiknya terancam putus sekolah. Akhir-akhir ini ibunya juga sakit, mungkin karena terlalu banyak beban yang harus beliau tanggung. Oleh sebab itu, Tata memilih berhenti sekolah dan pergi ke Yogyakarta untuk bekerja. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 55) Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa Tata merupakan gadis yang pandai dan rajin. Sejak kepergian ayahnya, ia dan adiknya putus sekolah. Tata meninggalkan rumah untuk bekerja di Yogyakarta. Sejak itu ia tidak pernah bertemu dengan Hanifa. (3) Naiya Naiya dalan novel Sujud Hati di Ujung Subuh merupakan tokoh tambahan. Ia sahabat dekat Hanifa di kost. Naiya berusia 27 tahun dan berpendidikan lebih tinggi dari

145 132 Hanifa, sehingga ia telah dianggap sebagai kakak oleh Hanifa. Saat ini ia mengambil S2 jurusan hukum. Naiya pekerja keras, sehingga ia dapat kuliah dengan biaya sendiri dan mendapatkan beasiswa. Ia seorang wanita yang rajin belajar, ulet, penuh mimpi dan selalu memberi semangat kepada Hanifa untuk meraih mimpinya. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Seorang juara sejati akan tetap tegak berdiri walau apapun yang terjadi. Gapailah mimpi, genggamlah harapan, jangan berhenti sampai kau temukan apa yang kau cari. Meskipun jatuh, bangkitlah kembali demi menggapai indah impian. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 67) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Naiya selalu memberikan nasihat kepada Hanifa agar bersemangat dalam menggapai impian atau cita-citanya. c) Tokoh Protagonis (1) Ayah Ayah merupakan tokoh protagonis dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh. Ayah seorang yang baik hati, sayang pada anak, bijksana, dan sederhana. Ia bekerja sebagai guru pendidika agama Islam di SMP. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Ayah seorang yang dapat membuatku merasa aman, nyaman, dan tenteram jika berada di sampingnya. Pahlawanku adalah ayahku. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 11)

146 133 Setiap hari, ayah tetap berangkat mengajar pendidikan agama Islam di sebuah SMP swasta dengan menggunakan sepeda tua yang dibelinya sewaktu masih bersama Bunda Fatimah. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 27). Ayah tersayang, beliau sosok yang sederhana. Meskipun, Bunda Laras sering menawari ayah untuk memakai mobil bunda, ayah menolak. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 124) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa ayah merupakan sosok yang mampu membuat keluarga harmonis, ia dapat menciptakan ketenangan dan kenyamanan bagi anak. Ia bertanggungjawab atas kewajibannya sebagai seorang ayah dalam keluarga. Ia bersifat sederhana dan rendah hati. Sifat ini terlukis dengan kegiatan ayah yang pergi ke sekolah dengan menggunakan sepeda tua dan ia menolak mobil dan rumah baru yang ditawari oleh Bunda Fatimah. Sifat kesederhanaan inilah yang dijadikan teladan bagi Hanifa. (2) Hanafi al-izacky Hanafi merupakan anak angkat ayah. Ia diasuh keluarga ayah sejak berusia sepuluh bulan. Ia sudah seperti anak sendiri dan kakak bagi Hanifa. Hanafi sangat sayang pada keluarga, terutama pada adiknya, Hanifa. Ia selalu menjaga dan melindungi Hanifa. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut.

147 134 Sekali lagi, silahkan jika Bu Anisa memang ingin mengeluarkanku dari sekolah ini. Sebab, aku rela mati demi dedekku. Aku tidak akan pernah diam melihat dedekku bersedih. Kebahagiaannya adalah kebahagiaanku dan kesedihannya adalah kesedihak. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 26) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Hanafi sangat menganyangi dan melindungi Hanifa. Ketika masih SD Hanafi berkelahi dengan Rama karena ia mengejek Hanifa. Hanafi rela dikeluarkan dari sekolah demi adiknya. Bagi Hanafi kesedihan dan kebahagiaan Hanifa merupkan kesedihan dan kebahagiaan bagi dirinya. Keakraban antara kakak dan adik tersebut tidak berlangsung lama. Dua tahun kemudian Hanafi dijemput orang tua kandungnya untuk tinggal di Malaysia. Pada usia Hanifa ke-18, Hanafi berencana datang ke Indonsia untuk menemui Hanifa. Akan tetapi di jalan, Hanafi mengalami kecelakaan, ia meninggal dunia. (3) Bunda Laras Bunda laras merupakan istri kedua ayah setelah Bunda Fatimah meninggal dunia. Ia seorang baik, dapat menerima Hanifa seperti anak kandung sendiri dan mengutamakan keluarga. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Walaupun sangat sibuk karena harus mengurus butiknya, Bunda Laras selalu mengutamakan keluarga di atas segalanya. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 27)

148 135 Kafe ini adalah hadiah Bunda untuk Hanifa. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 30) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Bunda Laras orang yang sayang pada keluarga, meskipun sibuk dengan pekerjaan Bunda Laras tetap mengutamakan keluarga. Bunda Laras juga menyayangi Hanifa seperti anak sendiri. Pada hari ulang tahun Hanifa ke-11 Bunda Laras memberi hadiah sebuah kafe yang baru dibangun. Bunda Laras seorang yang shaleh, selalu mendekatkan diri pada Allah. Ketika melantunkan ayat suci Alquran suaranya sangat merdu dan dapat menenangkan jiwa. (4) Kevina Kevina merupakan sahabat Hanifa sejak kecil hingga dewasa. Ia sahabat yang baik dan suka membantu Hanifa ketika mengalami kesulitan. Suka duka Hanifa juga dirasakan oleh Kei. Ketika dewasa Kei menjadi kakak sepupu Hanifa, karena ia menikah dengan Kak Rafli. Hal tersebut terdapat dalam kutipan di bawah ini. Tata dan Kei adalah dua sahabatku. Aku kenal mereka saat kami sama-sama mengaji di tempat Kiai Ghozi. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 47) Di UMS ini, Kei memang seorang aktivis. Sehingga, tidak mengherankan jika Kei mempunyai banyak kenalan dosen. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 70)

149 136 Tepat hari ini, Kak Rafli dan Kei melangsungkan ijab Kabul. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 218) Berdasarkan kutipan di atas dapat di ketahui bahwa Kevina yang biasa dipanggil dengan nama Kei merupakan sahabat dekat Hanifa. Ia berteman dengan Hanifa sejak mengaji di Kiai Ghozi. Kevina melanjutkan di Universitas yang sama dengan Hanifa. Kei seorang aktivis di kampusnya sehingga banyak dosen yang mengenalnya. Sejak belajar mengaji di tempat Kiai Ghozi, Kei kagum pada cucu Kiai Ghozi yang bernama Razif. Sampai dewasapun Kei tetap mengaguminya dan berharap dapat menikah dengannya. Akan tetapi ketika bertemu Maryam dan mengetahui bahwa Razif telah menikah dengan Maryam, Kei langsung bersedih. Kemudian ia menikah dengan Kak Rafli yang sama-sama mengalami cinta bertepuk sebelah tangan. (5) Hasan al-izacky Zacky merupkan seorang ikhwan yang baik dan karismatik. Ia bekerja sebagai dosen, pendakwah, dan mempunyai panti asuhan. Ia seorang yang kagum dan mencintai Nida. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Mas Zacky jatuh cinta padamu sejak mas Hanafi sering cerita tentangmu. Ia mencintaimu karena akhlakmu, bukan karena kecantikanmu. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 15)

150 137 Berdasarkkan kutipan tersebut dapat dkiketahui bahwa Zacky mencintai Hanafi karena akhlaknya yang baik. Meskipun Zacky harus menikahi Sakura, cinta Zacky pada Hanafi tidak pernah luntur. Setelah kasus pembunuhan Bunda Laras terselesaikan Zacky meminang Hanifa. Ia dapat menikah dengan bahagia. d) Tokoh Antagonis (1) Sakura Alfiano Sakura merupakan tokoh antagonis dalam novel ini. Sakura berharap dapat menikah dengan Zacky orang yang mencintai dan meminang Hanifa. Sakura adalah adik Hanifa dari anak Bunda Laras. Usia Sakura lebih muda satu tahun dari Hanifa. Ia seorang gadis cantik, dan baik hati. Sakura menderita tumor otak. Pada operasi ketiga Sakura berharap dapat ditemani Zacky sebagai suamiya. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Seandainya ia mempunyai perasaan yang sama denganku, aku ingin ia menemaniku sebagai seorang suami dalam operasiku nanti. Menemaniku saat aku berjuang melawan penyakit yang terus menggerogoti tubuhku dan terus menelan sisa hiduku. (Sujud Hati di Ujung Subuh: ) Dari kutipan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Sakura berharap dapat ditemani Zacky sebagai suami saat melakukan operasi penyakit tumor otak. Ketika Nida mengetahui keinginan Sakura yang berharap dapat menikah

151 138 dengan Zacky, ia menolak pinangan Zacky dan membujuknya agar mau menikah dengan Sakura. (2) Reihan Prayoga. Reihan seorang TNI yang kagum pada Hanifa karena akhlaknya yang baik. Ia selalu mendekati dan menolong Hanifa. Reihan berencana meminang Hanifa. Akan tetapi, Reihan telah dijodohkan oleh orang tuanya dengan Tata teman Hanifa semasa kecil. Reihan tidak dapat melukai ayahnya, ia menerima perjodohan tersebut dan melukai hati Hanifa. Selebar surat tersebut membuatku sakit, benarbenar sakit. Ia mengkhianati janji-janjinya setelah kuberikan hatiku untuknya. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 206) Kuamati foto tersebut dan ternyata benar, wanita yang duduk di samping Kak Reihan adalah Tata sahabat kecilku dulu. Air mataku semakin menjadijadi. (Sujud Hati di Ujung Subuh: ) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Reihan telah menikah dengan Tata sahabat kecil hanifa. Mendapati hal tersebut Hanifa merasa sakit hati. Seandainya waktu bisa diputar Hanifa tidak ingin mengenal Reihan. Hanya karena Allah Hanifa dapat kuat dan tabah dalam menjalani cobaan hidup.

152 139 (3) Dekka Dekka merupakan tokoh antagonis dalam novel ini. Ia seorang laki-laki yang kasar, mempemainkan wanita karena kekayaannya, dan tidak bertanggugjawab. Dekka pernah berencana menikahi Sakura karena ia mengharapkan harta orang tuanya. Pernikahan itupun gagal karena Moressa melaporkan kepada orang tuanya. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Aku tidak jadi menikah dengan mas Dekka sebab tiba-tiba keluarganya memutuskan pertunangan kami dan mengusir Mas Dekka (Sujud Hati di Ujung Subuh:75) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Sakura gagal menikah dengan Dekka dan diusir dari rumah oleh keluarganya. Setelah tidak diakui oleh keluarganya, kejahaan Dekka makin bertambah. Dekka meracuni Bunda Laras hingga meninggal dunia. Dengan adanya bukti-bukti yang kuat akhirnya Dekka ditahan di penjara. 4) Latar atau Setting a) Latar Tempat Latar tempat pada novel Sujud Hati di Ujung Subuh terjadi di Ngawi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Asy Syadzily Cafe, dan Rumah Sakit Umum Ngawi.

153 140 (1) Ngawi Ngawi merupakan kota kelahiran Hanifa dan tempat tinggal keluarganya. Aku dan masku tinggal di sebuah kota kecil, yaitu kota Ngawi yang penuh sensasi. (SujudHati di Ujung Subuh: 43) Ngawi, 23 September Di pengadilan ini, kebenaran akan terungkap. (SujudHati di Ujung Subuh: 249) Ngawi, 26 September Kicauan burung menyambut indahnya pagi ini. suara kaset dengan lagu Duhai senangnya pengantin baru, duduk bersanding, me-nyambut kebahagiaan hari itu. (SujudHati di Ujung Subuh: 263) Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa Ngawi merupakan kota kecil sebagai tempat tinggal Hanifa beserta keluarganya. Dilain waktu Ngawi merupakan tempat terjadinya peristiwa pada novel Sujud Hati di Ujung Subuh tepatnya terletak di Pengadilan. Di pengadilan terjadi peristiwa persidangan kasus pembunuhan Bunda Laras. Latar tempat Kota Ngawi ini dijadikan sebagai kota tempat pernikahan Hanifa dan Zacky. Letaknya di rumah orang tua Hanifa. (2) Universitas Muhammadiyah Surakarta Universitas Muhammadiyah Surakarta merupakan tempat Hanifa menuntut ilmu. Hanifa mengambil program

154 141 studi Pendidikan Agama Islam. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Di usiaku yang ke-21, kini aku telah menjadi mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) (Sujud Hati di Ujung Subuh: 63) Dengan langkah penuh harapan, aku dan Kei menuju Fakultas Ushuludin. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 70) Berdasarkan kutipn tersebut dapat diketahui bahwa latar tempat terjadi di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pada usia dua puluh satu tahun Hanifa telah menjadi mahasiswa. Salah satu fakultas yang terdapat di UMS yaitu Fakultas Ushuludin. (3) Asy Syadzily Cafe Asy-Syadzily Cafemerupakan kafe milik Hanifa hadiah ulang tahun ke-11 dari Bunda Laras. Kafe ini terletak di puncak gunung, tepatnya disamping Telaga Sarangan, Kota Magetan. Kafe ini dibangun dengan nuansa timur Tengah. Ruangan kafe terdapat hiasan dinding yang berupa kaligrafi, potongan hadist, dan kata mutiara yang ditulis dengan huruf Arab. Asy-Syadzily Café diresmikan pada hari ulang tahun Hanifa yang ke-11, yaitu tanggal 10 Mei Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Hari ini usiaku genap 11 tahun. Sebagai hadiah ulang tahun, Bunda mengajakku jalan-jalan ke

155 142 Puncak. Bunda Laras mengadakan peresmian kafe barunya. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 28) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa pada ulang tahun Hanifa ke-11, Bunda Laras meresmikan kafenya yang berada di puncak. Kafe tersebut diatasnamakan Hanifa sebagai hadiah ulang tahunnya dan kelak ketika Hanifa sudah besar kafe itu dikelola sendiri oleh Hanifa. Berdasarkan hal tersebut Asy Syadzily Café merupakan tempat terjadinya peristiwa dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh. (4) Rumah Sakit Umum Ngawi Rumah sakit umum Ngawi merupakan tempat Sakura dirawat dan menjalani operasi tumor otak. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Di lorong rumah sakit umum Ngawi, Bunda menyambutku dengan derai air mata. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 75) Sekitar pukul dini hari, sampailah aku di rumah sakit umum tempat adikku dirawat. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 180) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa latar tempat dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh terjadi di rumah sakit umum, dilukiskan Hanifa berkunjung menjenguk Sakura. Hanifa disambut bunda yang terlihat sedih.

156 143 b) Latar Waktu Latar waktu pada novel Sujud Hati di Ujung Subuh terjadi pada saat pagi hari, siang hari, sore hari, malam hari, 10 Mei 1996, 21 April 1998, dan 26 September (1) Pagi Latar waktu dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh terjadi pada pagi hari. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Saat itu bulan Ramadhan. Di bulan yang suci itu, aku dan masku sengaja pergi ke masjid sekitar jam dini hari. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 13) Ngawi, 26 September Kicauan burung menyambut indahnya pagi ini. Suara kaset dengan lagu Duhai senangnya pengantin baru, duduk bersanding, menyambut kebahagiaan hari itu (SujudHati di Ujung Subuh: 263) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa latar waktu terjadi pada pagi hari, yaitu pada saat bulan Ramadhan pukul pagi Hanifa dan Hanafi pergi ke masjid. Kemudian, tanggal 26 September 2008 pada pagi hari merupakan hari pernikahan Hanifa dengan Zacky. (2) Siang Latar waktu dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh terjadi pada siang hari. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut.

157 144 Tidak lama kemudian, kudengar adzan zhuhur bergema. Aku beranjak mengambil air wudlu (Sujud Hati di Ujung Subuh, 2012: 255). Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa latar waktu terjadi pada siang hari dengan ditandai terdengarnya adzan zuhur. Ketika mendengar adzan zuhur Hanifa langsung mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat zuhur. (3) Sore Latar waktu dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh terjadi pada sore hari. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Dua jam perjalanan dari Solo, akhirnya sampai juga di terminal Ngawi. Aku menuju masjid untuk shalat ashar. Usai shalat, aku berjalan menuju ke pangkalan tukang angkot. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 124) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa latar waktu terjadi pada sore hari. Hal ini terdapat pada peristiwa Hanifa melaksanakan shalat ashar di terminal bus Ngawi. (4) Malam Latar waktu dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh terjadi pada malam hari. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Ngawi dingin hingga menusuk tulang sumsum. Haiku seperti tertusuk menyaksikan, 07 April 1994.

158 145 Di malam yang mencekam. Di malam yang hembusan napas terakhir Bunda di pangkuan Ayah (Sujud Hati di Ujung Subuh:19) Usai melaksanakan shalat isya, aku kembali mengelar koran di depan gerbang rumah Mas bintang. Malam itu langit cerah, terlihat banyak bintang dan sebuah bulan yang menghiasi langit (Sujud Hati di Ujung Subuh: 100) Berdasarkan kutipan tersebut dapat di ketahui bahwa latar waktu terjadi pada malam hari tanggal 07 April Hal ini terjadi pada peristiwa Bunda Fatimah meninggal dunia di pangkuan ayah. Selain itu, latar waktu terjadi pada saat Hanifa melaksanakan shalat isya di masjid depan rumah Mas Bintang. Akan tetapi, setelah diketahui rumah tersebut milik Zacky saudara kembar Hanafi. (5) 10 Mei 1996 Latar waktu dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh terjadi pada tanggal 10 Mei Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. 10 Mei (Sujud Hati di Ujung Subuh: 28) Berdaarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa latar waktu terjadi pada tanggal 10 Mei Hari itu merupakan hari ulang tahun Hanifa yang ke-11. Bunda Laras mengajak jalan-jalan ke puncak. Ia mengadakan peresmian kafe barunya. Kafe tersebut di atas namakan Asy-Syadzily Cafe sebagai hadiah ulang tahun dari Bunda Laras.

159 146 (6) 21 April 1998 Latar waktu dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh terjadi pada tanggal 28 April Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut 21 April (Sujud Hati di Ujung Subuh: 35) Dari kutipan di atas tersebut dapat diketahui bahwa latar waktu terjadi pada tanggal 21 April Hari itu merupakan hari Hanafi meninggalkan keluarga di kota Ngawi. Hanafi dijemput orang tua kandungnya untuk tinggal di Malaysia. Hanifa sangat sedih harus berpisah dengan kakaknya, Hanafi. (7) 26 September 2008 Latar waktu dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh terjadi pada tanggal 26 September Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Ngawi, 26 September (Sujud Hati di Ujung Subuh: 263) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa latar waktu terjadi pada tanggal 26 September Tanggal tersebut merupakan terjadi peristiwa pernikahan Hanifa dengan Zacky.

160 147 c) Latar Sosial Latar sosial dalam novel Sujud Hati diujung Subuh karya Indah el-hafidz adalah berada dalam lingkungan yang religius. Hal ini dapat dilukiskan pada tokoh utama yang bernama Hanifa beserta keluarga dan lingkungannya. Lingkungan tempat tinggal Hanifa menganut agama Islam. Sejak kecil Hanifa telah dididik oleh orang tuanya dengan agama yang kuat dan belajar mengaji di tempat Kiai Ghozi.Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Hukuman dari bunda bukanlah hukuman fisik yang berupa cubitan atau pukulan,melainkan dengan mewajiban menghafal surat-surat di Juz Amma dalam waktu 1 atau 2 hari. Jika dalam waktu yang sudah ditentukan kami belum juga hafal maka bunda akan menambah hukuman itu menulis surat Yasiin hingga selesai sebanyak 3 kali, tergantung tingkat kenakalan yang kami buat. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 12) Dari kutipan di atas tersebut dapat diketahui bahwa Hanifa telah mendapat pendidikan agama sejak kecil. Pendidikan tersebut berupa hukuman menghafal surat-surat di Juz Amma dan menulis surat Yasiin. Selain keriligiusan lingkungan tempat tinggal, juga terjadi di lingkungan pendidikan formal. Pada saat dewasa Hanifa melanjutkan di Universitas Muhammadiyah Surakarta yang merupakan universitas berbasis Islam. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut.

161 148 Di usiaku yang ke-21, kini aku telah menjadi mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). (Sujud Hati di Ujung Subuh: 63) Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa Universitas Muhammadiyah Surakarta merupakan tempat Hanifa menuntut ilmu. Ia mengambil program studi Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu, dalam novel ini lebih berdominan pada latar sosial yang religius. 5) Sudut Pandang (Point of View) Sudut pandang pengarang dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz adalah sudut pandang persona pertama (aku). Narator bertindak sebagai orang yang terlibat di dalam cerita. Ia mengisahkan pengalamannya sendiri. Sudut pandang ini menempatkan pengarang sebagai aku dalam cerita. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Suatu hari aku dan masku membuat kenakalan yang benarbenar keterlaluan. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 12) Kuakhiri doaku malam itu dengan doa keselamatan dan sujud syukur atas segala nikmat yang Allah Swt. Berikan kepadakuselama ini. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 131) Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui sudut pandang yang digunakan dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh adalah sudut pandang persona pertama dengan ditandai tokoh Hanifa menyebutkan dirinya dengan kata aku.

162 149 6) Gaya Bahasa Ada beberapa gaya bahasa yang dilukiskan dalam novel ini, di antaranya ada beberapa kutipan yang menggunakan bentuk pemajasan. Ada beberapa majas yang terdapat dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz adalah majas ironi, asosiasi, personifikasi, hiperbola, paradoks, dan repetisi. a) Ironi Ironi merupakan majas sindiran dengan mengungkapkan kebalikan dari keadaan yang sebenarnya. Di bawah ini merupakan kutipan dalam novel yang menggunakan majas ironi. Ayah bangga pada kalian, namun Ayah lebih bangga lagi jika kalian tidak berbuat nakal. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 12) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh menggunakan majas ironi yang berupa sindiran. Perbuatan nakal Hanifa dan Hanafi tidak mendapat amarah ayahnya, tetapi dengan ucapan sindiran seperti kutipan tersebut Hanifa dan Hanafi akan menyadari kesalahannya. b) Asosiasi Asosiasi merupakan majas perbandingan terhadap suatu hal/benda sehingga muncul suatu gambaran/asosiasi terhadap keadaan yang sebenarnya. Di bawah ini merupakan kutipan dalam novel yang menggunakan majas asosiasi.

163 150 Nasihat Bunda laksana alunan lagu terindah di telingaku. (Sujud Hati di UjungSubuh:19) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh menggunakan majas asosiasi yang berupa perbandingan nasihat bunda terhadap lagu, sehingga nasihat bunda dapat diresapi seperti lagu yang indah. c) Personifikasi Personifikasi merupakan majas yang mengungkap atau mengutarakan sesuatu benda dengan membandingkannya dengan tingkah dan kebiasaan manusia. Beberapa kutipan dalam novel yang menggunakan majas personifikasi adalah sebagai berikut. Malam itu langit cerah, terlihat banyak bintang dan sebuah bulan yang menghiasi langit. Mereka seolah tersenyum dan memberiku semangat. (Sujud Hati di ujung Subuh: 100) Kicauan burung menyambut indahnya pagi ini. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 263) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh menggunakan majas personifikasi. Hal ini terletak pada frasa mereka (bintang dan bulan) seolah tersenyum dan memberiku semangat. Tersenyum dan memberi semangat merupakan perilaku yang dilakukan oleh manusia.

164 151 d) Hiperbola Hiperbola merupakan majas perbandingan atau perlambangan yang dilebih-lebihkan atau dibesar-besarkan. Di bawah ini terdapat kutipan dalam novel yang menggunakan majas hiperbola adalah sebagai berikut. Hatiku hancur berkeping-keping. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 145) Air mataku mengalir bagaikan derasnya aliran sungai (Sujud Hati di Ujung Subuh: 182) Air mata yang menetes di pipiku terasa panas laksana air yang mendidih. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 208) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh menggunakan majas hiperbola. Pada kutipan di atas sangat berlebih-lebihan. Pada kenyataannya sakit hati tidak pernah sampai hancur berkepingkeping dan air mata tidak mengalir seperti derasnya aliran sungai. e) Paradoks Paradoks merupakan kata-kata yang diucapkan berlawanan artinya dengan yang dimaksudkan untuk menghaluskan tutrannya. Di bawah ini adalah kutipan dalam novel yang menggunakan majas paradoks sebagai berikut. Sudah sepantasnya Kak Reihan menikah dengan Tata demi ayahnya, ucapku berusaha tegar meski hatiku robek dan terluka perih. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 208)

165 152 Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa novel Sujud Hati di Ujung Subuh menggunakan majas paradoks, yaitu Hanifa berusaha berbicara bijak dan tegar meskipun sebenarnya merasa sakit hati. f) Repetisi Repetisi merupakan pengulangan kata-kata yang sudah disebut atau menggantinya dengan sinonimnya dengan maksud memberi tekanan dan menegaskan arti. Di bawah ini adalah kutipan dalam novel yang menggunakan majas paradoks sebagai berikut. Dek, tetaplah sabar sebab sabar adalah kunci utama dalam menghadapi cobaan. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 230) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh menggunakan majas repetisi yang berupa perulangan kata sabar. 2. Intertekstualitas Sastra Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi Karya Putri Indah Wulandari dan Novel Sujud Hati di Ujung Subuh Karya Indah el-hafidz Kajian intertekstual merupakan kajian terhadap sejumlah teks, yang diduga mempunyai bentuk-bentuk hubungan tertentu, misalnya untuk menemukan adanya hubungan unsur-unsur intrinsik seperti ide, gagasan, peristiwa, plot, penokohan, (gaya) bahasa, dan lain-lain di antara teks-teks yang dikaji. Berikut ini merupakan penjabaran terkait hubungan

166 153 intertekstualitas yang terdapat dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh. a. Persamaan antara Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi Karya Putri Indah Wulandari dan Novel Sujud Hati di Ujung Subuh Karya Indah el-hafidz Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh memiliki persamaan pada beberapa aspek. Aspek tersebut meliputi tema, alur, penokohan tokoh utama, alur, latar, dan gaya bahasa (majas). Berikut rincian persamaan antara kedua novel ini. 1) Tema Tema yang diangkat dalam kedua novel ini mempunyai persamaan, yaitu cinta abadi karena Allah. Dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi tema cinta abadi karena Allah dilukiskan pada tokoh utama yang bernama Sabrina Lailatun Nida. Cinta Nida berawal dari cerita Maryam mengenai Muhammad Muhsin. Nida sangat kagum pada Muhammad Muhsin seorang yang baik akhlaknya, santun, cerdas, tampan dan hafal Alquran. Meskipun belum melihat secara langsung sosok Muhammad Muhsin, Nida telah jatuh cinta padanya. Cinta Nida bukan karena ketampanan tetapi karena akhlaknya yang baik diharapkan dapat menjadi imam dalam hidupnya. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Aku bertekad menjaga cinta itu selamanya, cinta kepada sesosok bayangan yang baik akhlaknya, santun sikapnya, hafalan Qur annya yang banyak, cerdas, dan menurut Maryam, Muhammad adalah sosok yang tampan.

167 154 (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 18) Ya.., itu cukup membuktikan bahwa yang kau cintai bukan parasnya, bukan ketamanannya, bukan kelokan rupanya, tapi yang kau cintai adalah kebaikannya, keimanannya, dan keshalihannya. (Sujud Cinta di MasjidNabawi: 367) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Nida mencintai Muhammad Muhsin bukan karena ketampanannya, tetapi karena kebaikan, keimanan dan keshalihannya. Begitu juga dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh tema cinta abadi karena Allah dilukiskan ada tokoh utama yang bernama Hanifa asy-syadzily. Hanifa mencintai Hasan al-izacky berawal dari rasa kagum atas sifat dan perbuatan Zacky yang baik dan taat pada agama. Hanifa berharap Zacky dapat menjadi imam untuk mendekatkan diri kepada Allah. Cinta tersebut tidak berjalan dengan lancar berbagai cobaan telah menghalanginya. Akan tetapi, cinta yang timbul merupakan cinta yang tulus dan karena Allah, keduanya dapat menikah dengan bahagia. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Ia sama sekali tidak mau menyentuhku sebab aku bukan mahramnya. Bukan perasaan benci yang menghampiriku, melainkan bangga dan kagum pada sikapnya. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 111) Aku mencintainya tulus karena Sang Khaliq. Aku pun siap jika memang Sang Khaliq hendak memisahkanku dengannya. Karena cinta sejatiku hanya untuk Sang Khaliq (Sujud Hati di Ujung Subuh: 261) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Hanifa mencintai Zacky secara tulus karena Allah. Dari penjelasan tersebut

168 155 dapat disimpulkan bahwa kedua novel tersebut memiliki persamaan tema walaupun cerita dikembangkan secara berbeda, namun pada intinya kedua novel tersebut bertemakan sama. Terjadinya pengembangan cerita tersebut sehingga dalam kedua novel ini terjadi hubungan intertekstualitas secara ekspansi. 2) Alur Alur yang digunakan dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz adalah sama-sama menggunakan alur lurus (progresif), karena peristiwa-peristiwa yang dikisahkan dalam novel bersifat kronologis. Alur dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi diawali dari Nida mengagumi sosok bayangan Muhammad Muhsin dan berakhir dengan peristiwa Nida menikah dengan Muhammad Muhsin. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Dan semenjak saat itu, Maryam mulai sering bercerita tentang keluarganya dan saudara kembarnya itu. Tapi, ada yang aneh dalam hatiku, aku merasakan ada getaran yang lain saat Maryam menyebut nama Muhammad Muhsin saudara kembarnya, hati ini merasakan kekaguman pada bayangan Muhammad Muhsin. Walaupun aku belum pernah melihat sosok Muhammad, tapi cerita Maryam tentang sosok dirinya cukup untuk kujadikan alasan bahwa aku mencintainya. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 17-18) Hari ini, tepatnya 15 Maret 2010, aku melangsungkan pernikahanku dengan Muhammad Muhsin. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 414) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Nida menikah dengan Muhammad Muhsin pada tanggal 15 Maret Begitu

169 156 juga dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh cerita berakhir dengan peristiwa Hanifa menikah dengan Zacky yang terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Pria yang duduk di sampingku dan baru saja mengucapkan ijab qobul adalah Mas Zacky. Seorang pria yang selama ini kukagumi akan kebaikannya. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 263) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Hanifa telah menikah dengan Zacky orang yang sangat dikaguminya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kedua novel ini memiliki persamaan pada alur, yaitu menggunakan alur lurus dengan nama tokoh, dan tempat yang berbeda. Dengan adanya persamaan tersebut dan terdapat perubahan pada nama tokoh dan tempat sehingga terjadi hubungan intertekstualitas secara modifikasi. 3) Penokohan Tokoh Utama Penokohan tokoh utama dalam kedua novel ini memiliki kesamaan, yaitu diperankan oleh tokoh wanita dan memiliki sifat yang hampir sama. Dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi tokoh utama diperankan oleh Sabrina Lailatun Nida. Nida seorang gadis yang cerdas, shalihah, menyayangi dan menghormati orang tua, dan mencintai bayangan seorang laki-laki. Hal ini seperti terdapat dalam kutipan di bawah ini. Nida kau adalah akhwat yang shalihah, beriman, dan cerdas,tapi mengapa kau tidak menggunakan akal sehatmu? (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 123)

170 157 Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Nida merupakan gadis yang shalih, beriman, dan cerdas. Begitu juga dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh tokoh utama diperankan oleh seorang gadis yang bernama Hanifa asy-syadzily. Ia seorang gadis yang cerdas, shalihah, menyayangi dan menghormati orang tua, sayang kepada kakak dan adik, diam-diam mencintai seorang laki-laki dan berhati lembut. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Ya Rahman, hamba memohon dengan sepenuh hati, selamatkanlah gadis shalihah tersebut... sebab, Engkau telah mengizinkan hamba bertemu dengan sosok Hanifa, gadis berhati lembut yang menjadi kebanggaan saudara hamba, Hanafi. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 114) Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa kedua novel ini memiliki persamaan pada penokohan tokoh utama, yaitu di perankan oleh tokoh wanita yang memiliki akhlak baik. Dengan adanya persamaan tokoh utama yang berbeda nama sehingga kedua novel ini terjadi hubungan intertekstualitas secara modifikasi. 4) Latar atau Setting Latar dalam kedua novel ini memiliki kesamaan, yaitu pada latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Berikut persamaan latar dalam kedua novel ini. a) Latar tempat Latar tempat kedua novel ini mempunyai kesamaan, yaitu berlatar di universitas. Dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi berlatar di Universitas Aleksandria Kairo. Universitas

171 158 tersebut merupakan tempat Nida menuntut ilmu. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Hari ini adalah hari pertamaku belajar di Universitas Aleksandria Kairo. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 58) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Nida menuntut ilmu di Universitas Aleksandria Kairo. Begitu juga dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh berlatar di sebuah Universitas, yaitu Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang merupakan tempat menuntut ilmu. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Di Usiaku yang ke-21, kini aku telah menjadi mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). (Sujud Hati di Ujung Subuh: 63) Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa kedua novel ini memiliki persamaan latar tempat, yaitu terjadi di sebuah universitas. Dengan nama universitas yang berbeda, sehingga kedua novel ini memiliki hubungan intertekstualitas secara modifikasi. b) Latar Waktu Latar waktu kedua novel ini memiliki persamaan, yaitu terjadi pada waktu pagi, siang, sore, dan malam hari. Latar waktu pagi, siang, dan sore hari dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi terdapat dalam kutipan sebagai berikut.

172 159 Pagi yang cerah, secerah perasaanku hari ini, tapi sayang, hari ini abi akan kembali ke Kufah, dan sebelum kembali ke Kufah, abi mengajakku untuk melihat keindahan Sungai Nil yang termasyur di seluruh negeri ini. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 48) Seusai shalat zhuhur, aku duduk di serambi Masjid Agung al-azhar dan menatap gedung-gedung tinggi di Kairo yang hampir menyapa langit. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi:58) Sudah pukul empat sore sebentar lagi abi akan kembali ke Kufah, dan aku harus tinggal sendiri di Kairo.(Sujud Cinta di Masjid Nabawi:56) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa latar waktu terjadi pada saat pagi hari terjadi di Kairo, siang hari terjadi seusai shalat zuhur, dan sore hari terjadi pada pukul empat sore. Begitu juga dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh terdapat latar waktu pada pagi, siang, sore hari terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Saat itu bulan ramadhan. Di bulan yang suci itu, aku dan masku sengaja pergi ke masjid sekitar jam dini hari. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 13) Tidak lama kemudian, kudengar adzan zhuhur bergema. Aku beranjak mengambil air wudlu. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 255) Aku menuju masjid untuk shalat ashar. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 124) Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa latar waktu terjadi pada pagi hari saat bulan ramadhan pukul pagi, siang hari terjadi saat akan melaksanakan shalat zuhur, dan sore

173 160 hari terjadi saat akan melaksanakan shalat ashar. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh memiliki persamaan pada latar waktu, yaitu pada waktu pagi, siang, sore, dan malam hari. c) Latar Sosial Kedua novel ini memiliki persamaan pada latar sosial, yaitu berada pada lingkungan religius. Dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi lingkungan religius terlukis pada kehidupan Nida. Nida sejak kecil telah dididik dengan agama Islam. Ia belajar di Pesantren Husnul Khotimah hingga menjadi hafizhah. Setelah itu Nida melanjutkan di Universitas Aleksandria Kairo. Universitas berbasis Islam. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Hari ini adalah hari pertamaku belajar di Universitas Aleksandria Kairo. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 58) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Nida melanjutkan kuliah di Universitas Aleksandria Kairo, yaitu universitas Islam. Begitu juga dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh lingkungan religius terlukis pada kehidupan tokoh Hanifa. Hanifa sejak kecil telah menerima pendidikan agama Islam dari orang tuanya. Ia belajar mengaji di tempat Kiai Ghozi. Setelah lulus SMA Hanifa melanjutkan di Univesitas Muhammadiyah

174 161 Surakarta mengambil program studi Pendidikan Agama Islam. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Di Usiaku yang ke-21, kini aku telah menjadi mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) aku mengambil jurusan pendidikan agama Islam dan berharap jika sudah lulus nanti bisa menjadi seorang guru agama seperti sosok yang kukagumi, ayahku. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 63) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Hanifa melanjutkan kuliah di Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang merupakan universitas Islam. Berdasarkan penjelasan dan kutipan di atas dapat diketahui bahwa novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh memiliki persamaan pada latar sosial, yaitu lingkungan yang religius. Persamaan yang terdapat pada latar tempat, waktu, dan sosial memungkinkan terjadinya hubungan intertekstualitas secara ekspansi dan modifikasi, karena terjadi pengembangan cerita dan perbedaan nama tokoh dan latar pada novel Sujud Hati di Ujung Subuh. 5) Gaya Bahasa Gaya bahasa dalam kedua ini memilik persamaan, yaitu menggunakan gaya bahasa hiperbola, asosiasi, dan personifikasi. Berikut ini contoh gaya bahasa personifikasi yang terdapat dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan Sujud Hati di Ujung Subuh. Majas personifikasi Sungai Tigris juga masih terlihat jelas dari kamarku, guratan langit senja seakan terlukis indah di perairan Tigris,

175 162 burung-burung masih beterbagan seraya menyanyikan lagu indah. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 30-31) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi menggunakan majas personifikasi. Kegiatan burung menyanyikan lagu indah seperti sifat manusia yang suka bernyanyi. Begitu juga dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh juga menggunakan majas personifikasi. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Kicauan burung menyambut indahnya pagi ini. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 263) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa novel Sujud Hati di Ujung Subuh menggunakan majas personifikasi. Tersenyum dan memberi semangat merupakan perilaku yang dilakukan oleh manusia. Majas hiperbola Mendengar kata-kata abi, air mataku justru mengalir lebih deras, bahkan sebesar riak ombak di samudra. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 39) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi menggunakan majas hiperbola, yaitu terdapat pernyataan yang berlebih-lebihan. Pada kenyataannya air mata tidak mengalir seperti ombak samudra. Begitu juga dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh juga menggunakan majas hiperbola. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut.

176 163 Air mataku mengalir bagaikan derasnya aliran sungai.(sujud Hati di Ujung Subuh: 182) Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa novel Sujud Hati di Ujung Subuh menggunakan majas hiperrbola. Pada kenyataannya air mata tidak mengalir seperti derasnya air sungai. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh memiliki persamaan pada gaya bahasa, yang meliputi majas hiperbola, majas personifikasi, dan majas asosiasi. Dengan adaya persamaan pada majas tersebut, sehingga terjadi hubungan intertekstualitas secara konversi, yaitu terdapat modifkasi kalimat majas pada novel Sujud Hati di Ujung Subuh. b. Perbedaan antara Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi Karya Putri Indah Wulandari dan Novel Sujud Hati di Ujung Subuh Karya Indah el-hafidz Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh memiliki perbedaan pada beberapa aspek. Aspek tersebut meliputi tema, latar, dan gaya bahasa (majas). Berikut rincian perbedaan antara kedua novel ini. 1) Tema Tema dalam kedua novel ini terdapat perbedaan pada cerita. Pada novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi orang yang pertama mengagumi sosok bayangan yang berakhlak baik adalah tokoh Nida, sedangkan dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh orang yang pertama

177 164 mengagumi sosok bayangan yang berakhlak baik adalah tokoh Zacky. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Aku bertekad menjaga cinta itu selamanya, cinta kepada sosok bayangan yang baik akhlaknya, santun sikapnya, hafalan Qur annya yang banyak, cerdas, dan menurut Maryam, Muhammad adalah sosok yang tampan. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi, 2011: 18) Ya, bayangan Muhammad Muhsin yang selalu ada dalam hatiku, walaupun ia tak pernah ada dalam nyataku. Tak sadar ternyata sudah tiga tahun aku mencintai seseorang yang belum pernah kukenal. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 68). Dari kutipan di atas tersebut dapat diketahui bahwa tokoh utama Nida yang pertama mengagumi dan mencintai sosok Muhammad Muhsin. Hal ini berbeda dengan novel Sujud Hati di Ujung Subuh. Dalam novel ini tokoh protagonis Zacky yang pertama mengagumi dan mencintai tokoh utama Hanifa. Mas Zacky jatuh cinta padamu sejak Mas hanafi sering cerita tentangmu. Ia mencintaimu karena akhlakmu, bukan karena kecantikanmua. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 159) Namun, bukan kecantikan yang ana cari. ana hendak menikahi seseorang karena keimanan. Sekali lagi karena keimanan, bukan karena kecantikan. Dan gadis itu adalah Ukhti Hanifa. (Sujud hati di Ujung Subuh: 184) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa tokoh Zacky yang terlebih dahulu mengagumi tokoh utama, Hanifa. Zacky mengagumi Hanifa dari cerita Hanafi, saudara kembarnya.

178 165 Perbedaan yang terdapat dalam tema merupakan terjadi pengembangan karya sastra, sehingga kedua novel ini terjadi ekspansi pada tema. 2) Latar atau Setting Latar dalam kedua novel ini memiliki beberapa perbedaannya, yaitu pada latar tempat dan waktu. Berikut perbedaan latar dalam kedua novel ini. a) Latar Tempat Latar tempat dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi lebih banyak terjadi di luar negri. Latar tempat tersebut terjadi di Kufah, Kairo, Belanda, Makah, dan Madinah. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Hari ini adalah hari pertamaku belajar di Universitas Aleksandria Kairo. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 58) Ijab qabul antara aku dan Muhammad Muhsin dilaksanakan di Masjid Nabawi, di pusat Kota Madinah. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 415) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa latar tempat novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi terjadi di Kairo dan Madinah. Sementara itu novel Sujud Hati di Ujung Subuh terjadi di Indonesia, seperti Kota Ngawi, Solo, Surakarta. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Di usiaku yang ke-21, kini aku telah menjadi mahasiswa di Universitas Muham-madiyah Surakarta (UMS). (Sujud Hati di Ujung Subuh: 63)

179 166 Ngawi, 26 September Kicauan burung menyambut indahnya pagi ini. suara kaset dengan lagu Duhai senangnya pengantin baru, duduk bersanding, menyambut kebahagiaan hari itu. (SujudHati di Ujung Subuh: 263) Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa kedua novel ini terdapat perbedaannya, yaitu pada latar tempat. Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi lebih banyak terjadi di luar negeri, sedangkan novel Sujud Hati di Ujung Subuh terjadi di Indonesia. b) Latar Waktu Latar waktu dalam kedua novel ini memiliki perbedaan. Dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi latar waktu terjadi pada tanggal 03 Oktober 2010 dan 15 Maret Hal ini terdapat dalam kuipan sebagai berikut. Hari ini, tepatnya hari Ahad, 3 Oktober 2010 aku dan abi berangkat ke tanah suci, tempat kelahiran Raslullah, tempat bersejarah umat Islam, tempat bercokolnya peradaban umat Islam, tempat di mana ditetapkannya Islam sebagai sebenar-benarnya agama. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 346) Hari ini, tepatnya 15 Maret 2010, aku melangsungkan pernikahanku dengan Muhammad Muhsin. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 415) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa latar waktu terjadi pada hari Ahad, 3 Oktober 2010 dan tanggal 15 Maret Sementara itu, latar waktu dalam novel Sujud Hati d Ujung Subuh terjadi lebih awal, yaitu pada tanggal 10 Mei 1996, 21

180 167 April 1998, dan 26 September Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. 21 April (Sujud Hati di Ujung Subuh: 35) Ngawi, 26 September Kicauan burung menyambut indahnya pagi ini. suara kaset dengan lagu Duhai senangnya pengantin baru, duduk bersanding, menyambut kebahagiaan hari itu. (SujudHati di Ujung Subuh: 263) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa kedua novel ini terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada latar waktu. Latar waktu pada novel Sujud Hati di Ujung Subuh peristiwa-peristiwanya terjadi lebih dahulu dari pada novel Sujud Cinta dimasjid Nabawi. Perbedaan yang terdapat pada latar tempat dan waktu memungkinkan terjadinya hubungan intertekstualitas secara ekspansi dan modifikasi, karena terjadi pengembangan cerita dan latar yang berbeda pada novel Sujud Hati di Ujung Subuh. 3) Sudut Pandang (Point of View) Kedua novel ini terdapat perbedaan sudut pandang. Pada novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi menggunakan sudut pandang campuran yang lebih dominan pada penggunaan sudut pandang persona pertama. Hal ini terdapat pada kutipan sebagai berikut. Setelah selesai belajar di pesantren, dia langsung mengisi waktunya dengan pergi ke Masjid al-muhajirin untuk membaca dan menghafal al-qur an, itulah sebabnya dia memiliki hafalan yang jauh melebihi kawannya yang lain. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 14)

181 168 Rabbi, sesungguhnya hanya karena-mu aku hidup, hanya dengan nama-mu aku kuat menghadapi hidup ini. tak kuasa diri ini terlepas dari jalan-mu, dan sesungguhnya beribu nikmat telah Engkau berikan padaku, hanya pada-mu kembali berserah. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 14) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi menggunakan sudut pandang campuran. Pengarang menggunakan kata dia dan aku. Selanjutnya pada novel Sujud Hati di Ujung Subuh menggunakan sudut pandang persona pertama. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Hidupku tiada seindah dulu sejak aku ditinggal mas Bintang tercinta. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 44) Kuakhiri doaku malam itu dengan doa keselamatan dan sujud syukur atas segala nikmat yang Allah Swt. Berikan kepadaku selama ini. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 131) Brdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa kedua novel ini mnggunakan sudut pandang yang berbeda. Dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi pengarang berperan sebagai dia dan aku, sedangkan dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh pengarang berperan sebagai aku. Dengan adanya perbedaan sudut pandang antara kedua novel ini menimbulkan hubungan intertekstualitas secara ekspansi. 4) Gaya Bahasa Kedua novel ini terdapat perbedaan gaya bahasa. Perbedaan tersebut yaitu pada novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi terdapat

182 169 majas metafora dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh terdapat majas Ironi, paradoks, dan repetisi. Majas tersebut terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Majas metafora Hidup di dunia, laksana sesuatu tanaman, terkadang ia membuat kita teduh karena rerimbunan daunnya, tetapi terkadang pula ia membiarkan kulit kita disengat oleh sang raja siang lantaran daunnya yang meranggas,... (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 57) Majas Ironi dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh. Ayah bangga pada kalian, namun Ayah lebih bangga lagi jika kalian tidak berbuat nakal. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 12) Majas paradoks dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh. Sudah sepantasnya Kak Reihan menikah dengan Tata demi ayahnya, ucapku berusaha tegar meski hatiku robek dan terluka perih. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 208) Majas repetisi dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh. Dek, tetaplah sabar sebab sabar adalah kunci utama dalam menghadapi cobaan. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 230) Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa dalam kedua novel ini terdapat perbedaan pada majas, yaitu dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi menggunakan majas metafora, sedangkan dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh tidak terdapat majas metafora. Perbedaan selanjutnya, pada novel Sujud Hati di Ujung Subuh menggunakan majas ironi, paradoks, dan repetisi,

183 170 sedangkan dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi tidak terdapat majas tersebut. Perbedaan yang terdapat dalam majas tersebut menimbulkan hubungan intertekstualitas secara ekspansi dan konversi. Dari novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi terjadi pengembangan cerita dan modifikasi kalimat pada novel Sujud Hati di Ujung Subuh. c. Hipogram Hipogram merupakan modal utama yang akan menghasilkan karya-karya baru ini dapat diidentifikasi dengan membandingkan antara modal utama dengan karya baru. Jika dilihat dari tahun penerbitannya, novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi lebih dahulu diterbitkan yaitu tahun 2011, sedangkan novel Sujud Hati di Ujung Subuh diterbitkan tahun Berdasarkan penerbitannya novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi merupakan hipogram dari novel Sujud Hati di Ujung Subuh. Dilihat dari pendeskripsian diatas terdapat banyak persamaan. Persamaan-persamaan yang terdapat di antara kedua novel ini menunjukkan adanya hubungan intertekstualitas. Selanjutnya, perbedaan-perbedaan yang terdapat di dalamnya menunjukkan bahwa pada karya sastra sesudahnya terdapat pengembangan yang sifatnya berupa kreativitas pengarang dari karya sastra sebelumnya. Oleh karena itu, tidak ada karya sastra yang sama, karena terdapat perbedaannya. Ekspansi atau pengembangan karya sastra yang terdapat dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh dapat dilukiskan pada tema, latar,

184 171 sudut pandang, dan majas. Misal, meskipun temanya memiliki persamaan, tetapi terdapat perbedaan cerita. Dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi orang yang pertama mengagumi sosok bayangan yang berakhlak baik adalah tokoh Nida, sedangkan dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh orang yang pertama mengagumi sosok bayangan yang berakhlak baik adalah tokoh Zacky. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Aku bertekad menjaga cinta itu selamanya, cinta kepada sosok bayangan yang baik akhlaknya, santun sikapnya, hafalan Qur annya yang banyak, cerdas, dan menurut Maryam, Muhammad adalah sosok yang tampan. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi, 2011: 18) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa tokoh Nida yang pertama mengagumi dan mencintai Muhammad Muhsin. Akan tetapi, dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh tokoh Zacky yang lebih dulu mengagumi dan mencintai Hanifa. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Mas Zacky jatuh cinta padamu sejak Mas Hanafi sering cerita tentangmu. Ia mencintaimu karena akhlakmu, bukan karena kecantikanmua. (Sujud Hati di Ujung Subuh, 2011: 159) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Zacky yang lebih dahulu mengagumi dan mencintai Hanifa dari cerita Hanafi. Keduanya menjadi pengagum rahasia berawal dari cerita saudaranya. Kemudian, ekspansi selanjutnya terdapat pada majas. Dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh terdapat majas Ironi,paradoks, dan repetisi, sedangkan

185 172 dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi tidak menggunakan majas tersebut. Hipogram selanjutnya berupa modifikasi atau perubahan tataran linguistik yang terdapat pada nama tokoh. Dalam kedua novel ini tokoh utama adalah seorang wanita dengan nama yang berbeda. Pada novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi tokoh utama diperankan oleh seorang gadis yang bernama Sabrina Lailatun Nida, sedangkan dalan novel Sujud Hati di Ujung Subuh tokoh utama diperankan oleh seorang gadis yang bernama Hanifa asy-syadzily. Latar tempat dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi terjadi di Universitas Aleksandria kairo, sedangkan dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh terjadi di Universitas Muhammadiyah Suakarta. Selanjutnya, dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi nama orang tua disebut dengan abi dan ummi, sedangkan dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh nama orang tua disebut dengan ayah dan bunda. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Hari ini adalah hari pertamaku belajar di Universitas Aleksandria Kairo. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 58) Abi, di mana ummi? Apa ummi sedang pergi? Ke mana, Abi? Apa ummi ke rumah Bibi Zahra? Atau mungkin ke rumah Bibi Salma?. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 30) Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Nida belajar di Universitas Aleksandria Kairo dan menyebut orang tuanya dengan nama abi dan ummi. Hal ini berbeda dengan novel Sujud Hati di Ujung

186 173 Subuh Hanifa belajar di Universitas Muhammadiyah Surakarta dan menyebut orang tuanya dengan nama ayah dan bunda. Perhatikan kutipan di bawah ini. Di usiaku yang ke-21, kini aku telah menjadi mahasiswa di Universitas Muham-madiyah Surakarta (UMS). (Sujud Hati di Ujung Subuh: 63) Ayah, kenapa Bunda diam saja? Kenapa banyak darah di kaki Bunda? (Sujud Hati di Ujung Subuh: 19) Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat modifikasi pada novel Sujud Hati di Ujung Subuh dengan perubahan nama Universitas dan orang tua yang menggunakan nama ayah dan bunda. Selain modifikasi dalam nama tokoh orang tua, terdapat pula konversi atau memodifikasi kalimat ke dalam karya baru yang terdapat pada majas personifikasi dan hiperbola. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut. Sungai Tigris juga masih terlihat jelas dari kamarku, guratan langit senja seakan terlukis indah di perairan Tigris, burung-burung masih beterbangan seraya menyanyikan lagu indah. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 30-31). Mendengar kata-kata abi, air mataku justru mengalir lebih deras, bahkan sebesar riak ombak di samudra. (Sujud Cinta di Masjid Nabawi: 39) Majas dalan novel Sujud Hati di Ujung Subuh sebagai berikut. Kicauan burung menyambut indahnya pagi ini. (Sujud Hati di Ujung Subuh: 263) Air mataku mengalir bagaikan derasnya aliran sungai (Sujud Hati di Ujung Subuh: 182)

187 174 Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui terdapat konversi dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh. Dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi pengarang menggunakan majas hiperbola dengan kalimat air mataku justru mengalir lebih deras, bahkan sebesar riak ombak di samudra. Kemudian, dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh telah mengalami modifikasi kalimat menjadi air mataku mengalir bagaikan derasnya aliran sungai. 3. Skenario Pembelajaran Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan Sujud Hatidi Ujung Subuh di Kelas XI SMA a. Pembelajaran Sastra Pembelajaran novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh di SMA sama dengan jenis prosa lain sepeti cerpen, drama, yaitu menemukan unsur-unsur struktur yang tedapat dalam novel. Dalam hal ini, pembelajaran difokuskan pada unsur intrisik novel dengan analisis intertekstualitas sastra. Untuk mengimplementasikan hasil analisis intertekstualitas sastra berupa persamaan dan perbedaan unsur intrinsik novel Sujud Cinda di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuhkarya Indah el-hafidz di SMA penulis memilih kelas XI semester I sebagai targetnya. b. Tujuan Pembelajaran Sastra Pembelajaran novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh bertujuan melatih siswa menemukan unsurunsur intrinsik dan menganalisis dengan kajian intertekstualitas sastra.

188 175 Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran unsur intrinsik novel kelas XI SMA terdapat pada nomor SK dan KD sebagai berikut. 1) Standar Kompetensi Standar kompetensi dalam pembelajaran sastra adalah no. 7 memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan. 2) Kompetensi Dasar Kompetensi dasar dalam pembelajaran adalah no. 7.2 menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/ terjemahan. 3) Indikator Hasil Belajar Indikator hasil belajar untuk mengajarkan unsur intrnsik dan analisis intertekstualitas sastra di kelas XI SMA, yaitu: (a) mampu mengidentifikasi unsur intrinsik novel Sujud Cintadi Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah e-hafidz, (b) mampu menganalisis usnur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah e-hafidz, (c) mampu menganalisis intertekstualitas sastra unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah e-hafidz.

189 176 4) Tujuan Pembelajaran (a) siswa dapat mengidentifikasi unsur intrinsik novel Sujud Cintadi Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah e-hafidz, (b) siswa dapat menganalisis usnur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah e-hafidz, (c) siswa dapat menganalisis intertekstualitas sastra unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah e-hafidz. c. Materi Pembelajaran Sastra Dalam pembelajaran sastra, novel dapat digunakan sebagai materi pembelajaran sastra, unsur intrinik, dan ditambah dengan intertekstualitas sastra. Pemilihan novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh sebagai materi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat dilihat dari beberapa segi, antara lain 1) segi bahasa, 2) segi latar belakang, 3) segi kematangan jiwa (psikologi). 1) Segi Bahasa Dari segi bahasa, novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh disusun dengan menggunakan bahasa Indonesia, campuran bahasa Arab, Belanda, dan bahasa Inggris. Pemunculan kosakata bahasa asing dalam novel menambah perbendaharaan kosakata baru bagi pembaca. Kemampuan siswa

190 177 dalam berbahasa akan semakin bertambah karena mencoba memahami bahasa asing tersebut. Oleh karena itu novel tersebut dapat diajaran di kelas XI SMA karena dapat menambah ragam bahasa siswa. 2) Segi Latar Belakang Budaya Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh menghadirkan cerita yang kisahnya hampir sama dengan peristiwa yang terjadi pada kehidupan sesungguhnya, yaitu nilai moral, nilai pendidikan, nilai agama, dan cinta kasih. Dengan demikian, siswa dapat mengambil nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. 3) Segi Kematangan Jiwa (Psikologi) Tingkat perkembangan jiwa siswa dapat mempengaruhi proses belajar dalam kelas. Melalui novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh, diharapkan guru dapat meningkatkan kemampuan dasar siswa daam apresiasi sastra. d. Metode Pembelajaran Pembelajaran sastra mengutamakan apresiasi sastra sebagai kegiatan mengajar. Di dalam proses belajar mengajar apresiasi sastra guru menggunakan metode yang beragam, yaitu 1) ceramah, 2) tanya jawab, 3) diskusi, 4) penugasan, 5) Team Game Tournament (TGT). Dalam skripsi ini penulis akan memaparkan metode Team Game Tournament (TGT) dalam pembelajaran novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuhdi kelas XI SMA.

191 178 Metode Team Games Tournament (TGT) Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement (Narwanti dan Somadi, 2012: 81). Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut. 1) Penyajian Kelas Guru menyampaikan materi tentang unsur intrinsik novel dan tambahan materi intetekstualitas sastra. Siswa harus memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan oleh guru. 2) Kelompok (Team) Guru membagi kelompok yang terdiri dari empat sampai lima orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. 3) Game Guru menyiapkan kartu berwarna-warni yang dibaliknya telah berisi pertanyaan. Contoh pertanyaan, jelaskan tema yang terkandung dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el- Hafidz! Salah satu anggota kelompok ke depan mengambil kartu tersebut. Siswa mendiskusikan terlebih dahulu dengan anggota

192 179 kelompoknya. Setelah selesai salah satu wakil tim yang dianggap mampu ke depan kelas untuk menjelaskan hasil diskusinya tentang tema novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh. 4) Turnamen Turnamen dilakukan pada akhir pembelajaran. Guru memberikan skor dari hasil diskusi yang disampaikan oleh wakil kelompok, kerja tim dapat berupa kekompakan dalam mengerjakan, dan tugas rumah berupa analisis intertekstualitas berupa persamaan dan perbedaan unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjd Nabawi dan novel Sujud Hatidi Ujung Subuh. 5) Team Recognize (Penghargaan Kelompok) Pada akhir pembelajaran pertemuan kedua guru mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim akan mendapat hadiah apabila skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Kelompok dengan skor tertinggi mendapat julukan Super Team, tertinggi kedua Great Team, dan tertinggi ketiga Good Team. e. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan ke-i 1) Pendahuluan (a) Guru mengucapkan salam pembuka, menciptakan suasana belajar kondusif, memotivasi agar belajar aktif.

193 180 (b) Guru menyampaikan standar kompetensi, dan kompetensi dasar yang akan dicapai. 2) Inti (a) Guru menyampaikan materi unsur intrinsik yang terdapat dalam novel. (b) Tiga minggu sebelumnya guru telah menyuruh siswa membaca novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh (c) Guru membentuk kelompok yang terdiri dari empat sampai lima orang siswa. (d) Guru menyiapkan kartu berwarna-warni yang dibaliknya telah berisi pertanyaan tentang unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan Sujud Hati di Ujung Subuh. (e) Salah satu siswa anggota kelompok maju ke depan mengambil kartu tersebut. (f) Siswa mendiskusikan pertanyaan yang terdapat di balik kartu dengan anggota kelomoknya. (g) Siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. (h) Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambahkan materi yang belum diungkapkan para siswa. 3) Penutup (a) Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. (b) Guru merefleksi hasil belajar siswa.

194 181 (c) Guru memberi tugas mandiri pada siswa untuk menganalisis intertekstualitas pada persamaan dan perbedaan unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan Sujud Hati di Ujung Subuh. (d) Guru menutup pelajaran dengan salam. Pertemuan ke-ii 1) Pendahuluan (a) Guru mengucapkan salam pembuka, menciptakan suasana belajar kondusif, memotivasi agar belajar aktif. (b) Guru menyampaikan materi yang akan dicapai. 2) Inti (a) Guru menyampaikan materi intertekstualitas sastra yang berupa persamaan dan perbedaan unsur itrinsik. (b) Guru menanyakan tugas siswa tentang analisis intertekstualitas yang berupa persamaan dan perbedaan unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya. (c) Guru dan siswa mendiskusikan da membahasnya. 3) Penutup (a) Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran tentang analisis intertekstualitas sastra pada persamaan dan perbedaan unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh..

195 182 (b) Guru mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim akan mendapat hadiah apabila skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Kelompok dengan skor tertinggi mendapat julukan Super Team, tertinggi kedua Great Team, dan tertinggi ketiga Good Team. (c) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. f. Sumber Belajar Sumber belajar atau media dalam pembelajaran apresiasi sastra khususnya novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh yaitu sebagai berikut. 1) Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Buku pembelajaran Bahasa Indonesia SMA yang terkait dengan unsur-unsur intrinsik, yaitu buku Mahir Berbahasa Indonesia SMA Kelas XI karangan P. Tukan, S.Pd. yang diterbitkan oleh penerbit Yudhistira di Jakarta tahun ) Buku Pelengkap Buku pelengkap berfungsi sebagai pendukung buku acuan materi belajar. Adapun buku pelengkap yang dapat digunakan antara lain: (a) buku Teori Pengkajian Fiksi karangan Burhan Nurgiyantoro, (b) buku Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi karangan Herman J. Waluyo, (c) buku Pengantar Kajian Sastra karangan Wiyatmi,

196 183 (d) LKS Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMA. g. Alokasi Waktu Waktu yang digunakan dalam pembelajaran sastra diatur sesuai dengan keluasan dan kedalaman materi. Dalam pembelajaran analisis intertekstualitas sastra pada persamaan dan perbedaan unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh adalah dua pertemuan (4x45 menit). Untuk menyampaikan materi yang panjang dan mendalam perlu waktu yang lebih lama. Dalam pembelajaran ini sebaiknya tiga minggu sebelum dimulai pembelajaran siswa diminta untuk membaca novel terlebih dahulu. h. Evaluasi Alat evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran analisis intertekstualitas sastra pada unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuhadalah menggunakan bentuk testertulis berupa tes objektif dan tesuraian. Contoh soal tes objektifantara lain: 1. Nida, Maryam, Muhammad Muhsin, dan Azhar adalah para pelaku dalam novel... a. Sujud Hati di Ujung Subuh b. Sujud Cinta di Masjid Nabawi c. Sujud Nisa di Kaki Tahajjud Subuh d. Dari Sujud ke Sujud e. Berlayar ke Surga

197 184 Contoh soal tes subjektif antara lain: 1. jelaskan tema yang terkandung dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz! 2. bagaimanakah penokohan tokoh utama dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz?

198 185 BAB V PENUTUP Pada bagian ini dibahas mengenai simpulan dan saran. Simpulan merupakan pernyataan singkat hasil analisis penelitian. Saran dalam penelitian ini merupakan usulan yang ditujukan kepada guru, peneliti lain, dan pembaca. A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis intertekstualias sastra novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh dan skenarionya pembelajarannya di kelas XI SMA, dapat penulis simpulkan hal-hal sebagai berikut. 1. a. Unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari terdiri dari: 1) tema: cinta abadi karena Allah, 2) alur: lurus (Progresif), 3) tokoh: (a) tokoh utama: Shabrina Lailatun Nida, (b) tokoh tambahan: Maryam Muhsin, Najmi Hazrina, Ustadz Alfash, Ammah Zakiyyah, (c) tokoh protagonis: Abi, Azhar, dan Muhammad Muhsin, (d) tokoh antagonis: Aziz dan Aisyah, 4) latar: (a) latar tempat: Pesantren Husnul Khotimah, Kufah, Kairo, Universitas Aleksandria Kairo, Belanda, Makah, Madinah, dan Masjid Nabawi, (b) latar waktu: pagi hari, siang hari, sore hari, malam hari, hari Ahad 03 Oktober 2010 dan 15 Maret 2010, (c) latar sosial: lingkungan religius, 5) sudut pandang: campuran, 6) gaya bahasa: majas hiperbola, asosiasi, personifikasi, dan metafora. b.unsur intrinsik novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz terdiri dari: 1) tema: cinta abadi karena Allah, 2) alur: lurus (Progresif), 3) tokoh: (a) tokoh utama: Hanifa asy-syadzily, (b) tokoh tambahan: 185

199 186 Maryam, Kevina, tata, dan Naiya, (c) tokoh protagonis: Ayah, Hanafi al- Izacky, Bunda Laras, Kevina, dan Hasan al-izacky, dan (d) tokoh antagonis Sakura Alfiano, Reihan Prayoga, dan Dekka, 4) latar: (a) latar tempat: Ngawi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Asy Syadzily Cafe, Rumah Sakit Umum Ngawi, (b) latar waktu: pagi hari, siang hari, sore hari, malam hari, 10 Mei 1996, 21 April 1998, dan 26 September 2008, dan (c) latar sosial: lingkungan religius, 5) sudut pandang: persona pertama aku, 6) gaya bahasa: majas ironi, hiperbola, asosiasi, personifikasi, dan metafora. 2. Intertekstualitas sastra novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el- Hafidz meliputi persamaan dan perbedaan. Adapun persamaan terletak pada aspek: a) tema: cinta abadi karena Allah dan terjadi ekspansi, b) beralur lurus dan mengalami modifikasi, c) tokoh utama: seorang gadis yang berakhlak baik dan mengalami modifikasi, d) latar: (1) latar tempat: universitas, (2) latar waktu: pagi, siang, sore, dan malam hari, (3) latar sosial: lingkungan religious, mengalami ekspansi dan modifikasi, e) gaya bahasa: majas hiperbola, asosiasi, dan personfikasi sehingga terjadi konversi. Perbedaan kedua novel terletak pada aspek: a) tema: cerita sehingga menimbulkan ekspansi, b) latar: (1) latar tempat: novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi di luar negeri, sedangkan novel Sujud Hati di Ujung Subuh terjadi di Indonesia, sehingga terjadi ekspansi dan modifikasi, c) sudut pandang: novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi

200 187 menggunakan sudut pandang campuran, sedangkan novel Sujud Hati di Ujung Subuh menggunakan sudut pandang persona pertama sehingga menimbulkan ekspansi, d) gaya bahasa: novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi terdapat majas metafora, sedangkan dalam novel Sujud Hati di Ujung Subuh terdapat majas ironi, paradoks, dan repetisi sehingga menimbulkan konversi dan modifikasi. 3. Skenario pembelajaran novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh di kelas XI SMA pada standar kompetensi no. 7 memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan kompetensi dasar no. 7.2 menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan terdiri dari: a) guru menyampaikan unsur intrinsik dan intertekstualitas novel, b) guru menyuruh siswa menganalisis unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh kaya Indah el-hafidz, c) siswa mempresentasikan hasil belajarnya, d) guru memberi tugas untuk menganalisis intertekstualitas pada persaman dan perbedaan unsur intrinsik, 5) guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran, 6) guru merefleksi hasil belajar siswa. B. Saran Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz, penulis memberi saran sebagai berikut.

201 Kepada guru bahasa dan sastra Indonesia hendaknya dalam pembelajaran apresiasi sastra dapat memilih bahan pembelajaran yang mengandung nilai moral, religi, dan pendidikan agar dapat membentuk akhlak siswa yang baik. Guru harus mampu meningkatkan minat siswa dalam belajar, misalnya pembelajaran sastra dengan mengaitkan intertekstualitas sastra dan menggunakan metode yang bervariatif. 2. Kepada peneliti lain hendaknya mengkaji dan meneliti cakupan permaslahan yang lebih luas lagi, agar kajian peneliti lebih mendalam dan berarti bagi pendidikan. 3. Kepada pembaca hendaknya dapat meningkatkan rasa cinta terhadap karya sastra Indonesia dan mengambil nilai positif yang terdapat dalam novel.

202 DAFTAR PUSTAKA Baribin, Raminah Teori dan Apresiasi Prosa Fiksi. Semarang: IKIP Semarang Press Kritik dan Penilaian Sastra. Semarang: IKIP Semarang Press. Depdiknas Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. Ekocin Model Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT). Diunduh dari pada tanggal 14 April El-Hafidz, Indah Sujud Hati di Ujung Subuh. Jogjakarta: Diva Press. Endraswara, Suwardi Metodologi Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: bukupop Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS. Faruk Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Jabrohim Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Majid, Abdul Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Narwanti, Sri dan Somadi Panduan Menyusun Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Yogyakarta: Familia. Nurgiyantoro, Burhan Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pradopo, Rachmat Djoko Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Purwo, Bambang Kaswanti Bulir-Bulir Sastra dan Bahasa Pembaharuan Pengajaran. Yogyakarta: Kanisius. Rahayuni, Annisa Semangat Feminis dalam Novel Saman Karya Ayu Utami dan Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu: Kajian Intertekstual.

203 Universitas Negeri Semarang. Diunduh dari lib.unnes.ac.id /184111/1/ pdf. pada tanggal 10 Juli Rahmanto, B Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Ratna, Nyoman Kuntha Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Rohmadi, Muhammad dan Slamet Subiyantoro Bunga Rampai Model-Model Pembelajaran Bahasa, Sastra, dan Seni. Surakarta: Yuma Pustaka. Steinhauer, Hein, dkk Panorama Pengkajian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya. Surakarta: UNS. Subroto, Edi, dkk Telaah Linguistik atas Novel Tirai Menurun Karya N.H. Dini. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D. Bandung: Alfabeta. Tarbiyati, Firdaus Analisis Sastra Perbandingan Novel Pisungsung Kang Wingit dengan Novel Trah Karya Atas. S. Danusubroto (Tinjauan Struktural Objektif dan Ekspresif). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purworejo. Tim Penyusun Naskah PLPG PBS UNJ Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Sekolah Menengah Atas. Jakarta: UNJ. Waluyo, Herman J Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: UNS Press. Wiyatmi Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher. Wulandari, Putri Indah Sujud Cinta di Masjid Nabawi. Jogjakarta: Sabil. Zaini, Hisyam, dkk Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

204 LAMPIRAN

205 Lampiran 1 SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Program Semester Standar Kompetensi : SMA : Bahasa Indonesia : XI : 1 (Gasal) : Membaca 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan Kompetensi Dasar Materi / Pokok Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Teknik penilaian Bentuk Instrumen Alokasi Waktu Sumber Belajar 7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/ terjemahan Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh Pengertian novel Unsur-unsur intrinsik (tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa) Intertekstualitas sastra (persamaan dan perbedaan unsur intrinsik) Membaca novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh yang telah dilakukan tiga minggu sebelumnya Mendengarkan penjelasan tentang unsurunsur instrinsik dan intertekstualitas sastra Berdiskusi menganalisis Mampu mengidentifikasi unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el- Hafidz Mampu menganalisis unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati Tes tertulis Praktik Penugasan Soal objektif, Soal subjektif, Tugas rumah 4x45 menit Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari Novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz Mahir berbahasa Indonesia SMA kelas XI karangan P. Tukan, S.Pd.

206 unsur intrinsik novel Mempresentasi kan hasil analisis unsur intrinsik novel Menganalisis unsur intrinsik berdasarkan intertekstualitas sastra Membahas hasil analisis intertekstualitas sastra di Ujung Subuh karya Indah el- Hafidz Mampu menganalisis intertekstualitas sastra unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el- Hafidz. Buku pelengkap Mengetahui, Kepala Sekolah Purworejo, Agustus 2014 Guru Mata Pelajaran Anggi Dwi Jayanti NIM

207

208 Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas Semester Alokasi Waktu Aspek : SMA : Bahasa Indonesia : XI : 1 (Gasal) : 4 x 45menit (2 X pertemuan) : Membaca A. STANDAR KOMPETENSI 7. Memahami berbagai hikayat, novel indonesia/ novel terjemahan. B. KOMPETENSI DASAR 7.2 Menganalis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel indonesia/ terjemahan C. INDIKATOR 1. Mampu mengidentifikasi unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah e-hafidz. 2. Mampu menganalisis unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah e-hafidz. 3. Mampu menganalisis intertekstualitas sastra unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah e-hafidz. D. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Siswa dapat mengidentifikasi unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah e-hafidz.

209 2. Siswa dapat menganalisis unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah e-hafidz. 3. Siswa dapat menganalisis intertekstualitas sastra unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah e-hafidz. E. MATERI PEMBELAJARAN 1. Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah e-hafidz. 2. Unsur intrinsik novel 3. Intertekstualitas sastra (persamaan dan perbedaan unsur intrinsik) F. METODE PEMBELAJARAN Pendekatan : Kooperatif Model : Team Game Taurnament (TGT) Metode : Ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan. G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN Pertemuan ke-i (2 x 45 menit) 1. Pendahuluan a. Guru mengucapkan salam pembuka, menciptakan suasana belajar kondusif, memotivasi agar belajar aktif. b. Guru menyampaikan standar kompetensi, dan kompetensi dasar yang akan dicapai. 2. Inti a. Guru menyampaikan materi unsur intrinsik yang terdapat dalam novel. b. Tiga minggu sebelumnya guru menyuruh siswa membaca novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh. c. Guru membentuk kelompok yang terdiri dari empat sampai lima orang siswa. d. Guru menyiapkan kartu berwarna-warni yang dibaliknya telah berisi pertanyaan tentang unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh.

210 e. Salah satu siswa anggota kelompok maju ke depan mengambil kartu tersebut. f. Siswa mendiskusikan pertanyaan yang terdapat di balik kartu dengan anggota kelomoknya. g. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. h. Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambahkan materi yang belum diungkapkan para siswa. 3. Penutup a. Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. b. Guru merefleksi hasil belajar siswa. c. Guru memberi tugas mandiri pada siswa untuk menganalisis intertekstualitas pada persamaan dan perbedaan unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan Sujud Hati di Ujung Subuh. d. Guru menutup pelajaran dengan salam. Pertemuan ke-ii (2x 45 menit) 1. Pendahuluan a. Guru mengucapkan salam pembuka, menciptakan suasana belajar kondusif, memotivasi agar belajar aktif. b. Guru menyampaikan materi yang akan dicapai. 2. Inti a. Guru menyampaikan materi intertekstualitas sastra yang berupa persamaan dan perbedaan unsur itrinsik. b. Guru menanyakan tugas siswa tentang analisis intertekstualitas yang berupa persamaan dan perbedaan unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya. c. Guru dan siswa mendiskusikan dan membahasnya. 3. Penutup a. Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran tentang analisis intertekstualitas sastra pada persamaan dan perbedaan unsur intrinsik

211 novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh.. b. Guru guru mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim akan mendapat hadiah apabila skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Kelompok dengan skor tertinggi mendapat julukan Super Team, tertinggi kedua Great Team, dan tertinggi ketiga Good Team. c. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. H. SUMBER BELAJAR a. Novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi karya Putri Indah Wulandari b. Novel Sujud Hati di Ujung Subuh karya Indah el-hafidz c. Buku Mahir Berbahasa Indonesia SMA Kelas XI karya P. Tukan, S.Pd. d. Buku pelengkap yang terkait dengan unsur-unsur intrinsik novel I. EVALUSI a. Teknik penilaian :Tes tertulis, praktik, penugasan b. Bentuk instrumen : Soal objektif, subjektif, tugas rumah Jenis tagihan: a. tugas individu b. tugas kelompok Skor Penilaian a. Penilaian Kognitif No. Aspek yang Dinilai Skor 1. Menganalisis unsur intrinsik novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud hati di Ujung Subuh 2. Menganalisis intertekstualitas sastra novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dengan novel Sujud Hati di Ujung Subuh Kriteria Skor : terlampir

212 b. Penilaian Psikomotor No. Aspek yang Dinilai Skor 1. Menyampaikan hasil analisis unsur intrinsik dalam forum presentasi kelas 2. Menyampaikan hasil analisis intertekstualitas secara lisan Skor: 4 = sangat tepat 2 = kurang tepat 3 = tepat 1 = tidak tepat c. Aspek Afektif : No. Nama Siswa Indikator Sikap Ketekunan Kerajinan Kedisiplinan Kerja sama Tanggung jawab Keterangan : 1= sangat kurang 4= baik 2= kurang 5= amat baik 3= cukup Purworejo, Agustus 2014 Mengetahui, Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran Anggi Dwi Jayanti NIM

213 RUBRIK PENILAIAN ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL SUJUD CINTA DI MASJJID NABAWI DAN NOVEL SUJUD HATI DI UJUNG SUBUH Kelompok : Kelas/No. Absen : Tanggal Penilaian : Kompetensi Dasar : Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan SKOR UNSUR YANG DINILAI Analisis Unsur Intrinsik 1 Ketepatan analisis 2 Kelengkapan unsur yang dianalisis 3 Penunjukan bukti pendukung 4 Ketepatan kata dan kalimat 5 Sistematika penyajian hasil analisis Jumlah skor (Maksimal 100)

214 RUBRIK PENILAIAN ANALISIS INTERTEKSTUALITAS UNSUR INTRINSIK NOVEL SUJUD CINTA DI MASJJID NABAWI DAN NOVEL SUJUD HATI DI UJUNG SUBUH Nama Siswa : Kelas/No. Absen : Tanggal Penilaian : Kompetensi Dasar : Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan SKOR UNSUR YANG DINILAI Analisis Unsur Intrinsik 1 Ketajaman analisis 2 Kelengkapan unsur yang dianalisis 3 Keruntutan penyajian hasil analisis 4 Sistematika penyajian hasil analisis 5 Bahasa penyajian hasil analisis Analisis persamaan antara unsur intrinsik 6 novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh 7 Pengungkapan argumen analisis persamaan Analisis perbedaan antara unsur intrinsik 8 novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi dan novel Sujud Hati di Ujung Subuh 9 Pengungkapan argumen analisis perbedaan 10 Kesimpulan hasil pembandingan unsur intrinsic Jumlah skor (Maksimal 100)

215 Lampiran 3 SINOPSIS NOVEL SUJUD CINTA DI MASJID NABAWI Shabrina Lailatun Nida biasa dipanggil dengan nama Nida. Nida seorang gadis yang shalihah. Ia belajar di Pesantren Husnul Khotimah. Hari-harinya ia lalui dengan selalu membaca Alquran. Di Pesantren Husnul Khotimah, Nida berteman baik dengan Maryam. Maryam putri dari seorang ulama terpandang di Madinah, yaitu Ustadz Muhsin Abdul Jalil. Maryam menceritakan keluarga dan saudara kembarnya, yaitu Muhammad Muhsin yang sedang belajar di Pesantren Ma had al-multazam, letaknya tidak jauh dari Pesantren Husnul Khotimah. Cerita Maryam mengenai Muhammad Muhsin membuat Nida merasa kagum pada bayangan Muhammad Muhsin. Sejak saat itu, Nida bertekad akan menyembunyikan perasaan cintanya kepada Muhammad. Tiga tahun Nida belajar di Pesantren Husnul Khotimah, sekarang ia telah hafal Alquran. Abinya menjemput Nida untuk pulang ke Kufah. Sesampai di rumah, Nida mencari Ummi. Nida sudah tidak sabar ingin memeluk ummi dan menceritakan semua tentang dirinya. Akan tetapi, Ummi tidak ditemukan di rumah. Abi memberitahu kalau ummi telah meninggal dunia setahun yang lalu. Bagai tersambar petir, Nida sangat sedih kehilangan orang yang sangat dicintai. Satu bulan sudah berlalu, Nida berangkat ke Kairo untuk melanjutkan studi di Universitas Aleksandria Kairo. Setelah hari pertama belajar, Nida melihat kemegahan Masjid Agung al-azar. Di serambi masjid inilah Nida disapa oleh seorang pemuda bernamamuhammad Azar Fahrezi. Pertemuan kedua dengan Azar terjadi di Perpustakaan Aleksandria. Sosok Azar yang tutur katanya lemah lembut, sopan dalam bertingkah laku, dan berwibawa tidak dapat menggantikan bayangan Muhammad Muhsin pada diri Nida. Hari-hari selanjutnya Nida selalu menerima surat tanpa tuan. Surat yang berisi ungkapan cinta pada Nida. Surat tersebut selalu diletakkan di bawah pintu

216 rumah. Pada surat terakhir tertulis identitas Muhammad Azar yang menyatakan akan meminang Nida. Pernyataan ini membuat Nida mengalami kesulitan untuk memilih insan yang shalih dan bayangan yang shalih. Kesulitan Nida terselesaikan setelah melaksanakan shalat istikharah, bahwa ia akan menolak pinangan Azar. Kebaikan Azar atas penolakan pinangan tidak ada rasa dendam dan benci terhadap Nida. Azar masih menyapa Nida dan ia akan membantu Nida untuk menemui Muhammad Muhsin di Madinah. Akan tetapi, dalam perjalanan ke Madinah Azhar mengalami kecelakaan pesawat. Ia meninggal dunia. Mengetahui kabar tersebut Nida sangat menyesal. Satu minggu setelah kepergian Azhar, Nida berangkat ke Amsterdam dalam rangka pertukaran mahasiswa dengan Universitas Utrecht Amsterdam. Nida belajar dengan sungguh-sungguh, sehingga ia mendapatkan indeks prestasi terbaik. Dengan keberhasilannya ini, Nida akan di kirim ke Amerika Serikat untuk mempelajari ilmu kedokteran barat. Mengetahui hal tersebut abi sangat khawatir. Kemudian, Abi mencarikan jodoh untuk Nida yang bernama Aziz. Aziz seorang yang baik, beriman, shalih, dan tampan. Nida berusaha menerima perjodohan ini, karena tidak ingin mengecewakan abinya. Pernikahan rencana akan dilaksanakan di Belanda. Abi, Aziz serta keluarga Aziz berkunjung ke Belanda. Setelah mengenal keluarga Azizi, Nida penasaran dengan sikap Aisyah yang kurang bersahabat dengannya. Ketika Aisyah kecelakaan dan di rawat di rumah sakit, Nida baru mengetahui bahwa Aisyah sebenarnya istri sah Aziz. Kemudian, Nida membatalkan pernikahannya, ia tidak ingin ada kesedihan dalam pernikahannya. Setelah peristiwa itu, hari-hari Nida di lalui dengan mempelajari ilmu psikologi. Hingga suatu hari Nida menggantikan Anna untuk mengisi training tentang aspek kejiwaan. Training yang dilakukan Nida mampu membuat seorang biarawati ingin masuk Islam. Pada hari berikutnya Nida mengisi training for kids

217 yang pesertanya anak-anak. Setelah mendengar cerita Nida, salah satu peserta menyatakan mengidolakan Rasulullah dan ia merindukan Allah. Nida mendapatkankan surat dari Najmi. Ia mengabarkan akan menikah. Nida datang ke Kairo untuk menghadiri acara pernikan Najmi. Begitu melihat Najmi memakai gaun pengantin tiba-tiba kepala Nida terasa sakit hingga ia pingsan. Setelah melakukan perawatan diketahui bahwa Nida menderita kanker otak stadium 3. Nida berusaha tegar, dan ikhlas terhadap nasibnya, ia menyerahkannya kepada Allah. Nida kembali ke Belanda. Ia mendapatkan surat pemberitahuan keberangkatan ke Amerika. Akan tetapi, sebelumnya Nida harus melakukan berbagai ter terlebih dahulu. Salah satunya tes kesehatan. Setelah hasilnya diterima, Nida gagal untuk berangkat ke Amerika Serikat. Hari Minggu tanggal 3 Oktober 2010, abi mengajak Nida melaksanakan ibadah umrah. Nida melaksanakan ibadah umrah dengan sungguh-sungguh. Setelah selesai Nida dan abi berkunjung ke Pesantren al-firdaus tempat tinggal Ammah dan Ustad Alfash. Di pesantren al-firdaus, Nida dipertemukan dengan Muhammad Muhsin. Kemudian, melaksanakan ijab qabul di Masjid Nabawi Madinah. Nida sangat bahagia karena pernikahannya tanpa ada kesedihan.

218 Lampiran 4 SINOPSIS NOVEL SUJUD HATI DI UJUNG SUBUH Masa kecil Hanifa dilalui dengan kebahagiaan. Kasih sayang orang tua dan kakaknya selalu tercurah untuknya. Akan tetapi, kebahagiaan Hanifa harus terenggut saat Bunda Fatimah yang begitu menyayanginya meninggal dunia. Hanifa sedih sekali kehilangan orang tercinta. Dua tahun setelah kepergian Bunda Fatimah, ayah menikah lagi dengan Bunda Laras. Kehadiran Bunda Laras mampu mengobati rindu Hanifa kepada Bunda Fatimah. Pada ulang tahun Hanifa yang ke-11, Bunda Laras meresmikan kafe barunya. Kafe tersebut diberi nama Asy- Syadzily Cafe sebagai hadiah ulang tahun Hanifa. Dua tahun kemudian, kesedihan kembali menimpa Hanifa. Ia mendapatkan fakta yang mengejutkan bahwa ternyata kakaknya, Hanafi, bukanlah saudara kandungnya. Hanifa harus merelakan sang kakak pergi bersama orang tua kandungnya di Malaysia. Hanifa sangat merindukan kakaknya. Ia mempunyai impian ingin bertemu dengan kakaknya. Sejak itu, Hanifa bertekad mengumpulkan uang agar dapat kembali menemui kakaknya, Hanafi. Ketika Hanifa telah menjadi mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta mengambil program studi pendidikan agama Islam, ia mendapat kabar dari Kei bahwa di kampusnya ada dosen baru yang mirip Hanafi. Hanifa ditemani Kei berusaha menemui Hanafi. Sungguh perasaan kecewa yang timbul ketika Hanafi tidak mengenali dirinya. Hanifa terus berusaha mendekati Hanafi dengan

219 menceritakan keluarga dan masa kecilnya. Ketika mengetahui Hanifa adalah adik Hanafi, orang yang dikira Hanafi itu menceritahan yang sesungguhnya bahwa dirinya bukan Hanafi tetapi Hasan al-izacky, saudara kembar Hanafi. Zacky memberi kabar bahwa Hanafi telah meninggal dunia. Ia mengalami kecelakaan saat menuju Indonesia untuk menemui Hanifa. Mengetahui hal tersebut Hanifa tidak dapat menahan air mata dan pingsan. Zacky tidak berani menyentuh Hanifa, karena ia bukan mahramnya. Ia menyuruh pembantunya untuk mengangkat Hanifa ke dalam mobil. Mengetahui sikap Zacky terhadap dirinya menimbulkan kekaguman pada diri Hanifa. Ia menjadi terbayang pada Zacky. Pada suatu hari Zacky meminang Hanifa. Sebelum acara pinangan, Hanifa mengetahui bahwa adiknya mencintai Zacky. Ia mengharapkan pada operasi penyakitnya dapat ditemani Zacky sebagai suaminya. Mengetahi hal tersebut demi kesembuhan Sakura, Hanifa menolak pinangan dari Zacky. Ia menyuruh Zacky untuk menikah dengan Sakura. Meski hatinya hancur, Hanifa berusaha mengikhlaskannya. Setelah pernikahan Zacky dengan Sakura, Reihan meminta izin akan meminang Hanifa pada ayahnya. Hanifa bertemu dengan Reihan ketika dalam perjalanan Ngawi menuju Solo atau dari Solo menuju Ngawi. Reihan selalu memberikan perhatian dan membantu Hanifa saat mengalami kesulitan. Reihan mengagumi Hanifa sejak melihat Hanifa melaksanakan shalat dengan memakai wewangian serta memakai perhiasan dan setelah selesai shalat perhiasan tersebut dilepas.

220 Reihan mendapat restu dari Ayah Hanifa. Ayah meminta Reihan datang beserta orang tuanya. Akan tetapi, sebelum Reihan menyampaikan kepada orang tuanya. Orang tua Reihan telah menjodohkan Reihan dengan Tata sahabat masa kecil Hanifa. Undangan pernikahanpun telah dibagikan. Reihan tidak dapat melukai hati ayahnya, ia menerima perjodohan tersebut dan membatalkan rencana pertunangannya dengan Hanifa. Mengetahui hal tersebut, Hanifa sakit hati. Seandainya waktu dapat diputar Hanifa tidak ingin mengenal Reihan. Setelah peristiwa itu Hanifa menyibukkan diri dengan megajar di madrasah ibtidaiyah dan mengurus panti asuhan. Pada suatu hari Hanifa menemukan Bunda Laras terkapar di lantai dapur dengan bibirnya mengeluarkan busa berbau racun. Ketika dilakukan penyelidikan ditemukan sebuah bungkusan racun di saku jaket Zacky, sehingga dugaan pelakunya adalah Zacky dibawa ke kantor polisi. Hanifa tidak percaya bahwa Zacky akan melakukan perbuatan seperti itu. Hanifa tetap memberikan dukungan dan perhatian. Hal ini berbeda dengan Sakura. Ia merasa sakit hati dan memintai cerai dari Zacky. Sidang pemutusan perkarapun dilaksanakan di pengadilan. Dengan adanya bukti-bukti yang kuat, Zacky dinyatakan tidak bersalah. Ia bebas dari hukuman. Setelah bebas, Zacky meminang Hanifa, karena selama ini orang yang dicintai dan singgah dihatinya hanya Hanifa. Perasaan bahagiapun menyelimuti hati Hanifa. Pernikahan dilaksanakan pada tanggal 26 September 2008.

221 Lampiran 5 BIOGRAFI PUTRI INDAH WULANDARI Putri Indah Wulandari lahir di Cirebon, pada tangga 15 Maret Putri pernah menempuh pendidikan formal di MTs. Husnul Khotimah Kuningan, Jawa Barat dan SMA Islam al-azhar 5 Cirebon. Kemudian, Putri melanjutkan di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung (UNISULLA) Semarang. Putri mempunyai moto hidup berusaha terus hingga aku memenangkan hidup ini. Hobi yang kini ditekuninya adalah menulis novel. Salah satu hasil karyanya adalah novel Sujud Cinta di Masjid Nabawi. Selain menulis novel, Putri sibuk belajar untuk mencapai cita-citanya, yaitu menjadi dokter kandungan.

222 Lampiran 6 BIOGRAFI INDAH EL-HAFIDZ Indah el-hafidz itulah nama populernya. Nama aslinya adalah Indah Hartini. Indah merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Subur Haryono dan Darti. Ia lahir di Kota Ngawi, 05 Oktober Tepatnya di sebuah desa kecil bernama Desa Jeblogan. Ijazah SD didapatnya dari SDN Sirigan 2, berlanjut di SMP 1 Paron, dan menempuh pendidikan di SMAN 1 Jogorogo. Selanjutnya, Indah melanjutkan S1 di Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan mengambil jurusan PGSD. Indah merupakan pecinta dunia anak-anak. Ia memiliki cita-cita menjadi bagian dari anak-anak dan membantu anak-anak meraih mimpinya. Bahkan sejak duduk di bangku SMA, ia begitu dekat dengan anak-anak kecil di kampungnya dengan menjadi pengajar di sebuah taman pendidikan Alquran. Novel Sujud Hati di Ujung Subuh merupakan karya keduanya setelah menulis kumcer wanita yang berjudul Bidadariku Anisa (GIP).

223

224

225

226

227

228

Oleh: Anggi Dwi Jayanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Anggi Dwi Jayanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo ANALISIS INTERTEKSTUALITAS SASTRA NOVEL SUJUD CINTA DI MASJID NABAWI KARYA PUTRI INDAH WULANDARI DAN NOVEL SUJUD HATI DI UJUNG SUBUH KARYA INDAH EL-HAFIDZ DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori BAB II LANDASAN TEORI Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori pendukungnya antara lain; hakekat pendekatan struktural, pangertian novel, tema, amanat, tokoh dan penokohan,

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Ady Wicaksono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Adywicaksono77@yahoo.com Abstrak: Tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian

Lebih terperinci

NILAI MORAL NOVEL KUTITIPKAN AZEL KEPADAMU KARYA ZAYYADI ALWY DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI MORAL NOVEL KUTITIPKAN AZEL KEPADAMU KARYA ZAYYADI ALWY DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI MORAL NOVEL KUTITIPKAN AZEL KEPADAMU KARYA ZAYYADI ALWY DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Febri Rizki Ananda Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sejenis Penelitian lain yang membahas tentang Citra Perempuan adalah penelitian yang pertama dilakukan oleh Fitri Yuliastuti (2005) dalam penelitian yang berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Mei Arisman Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA.

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA. NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA. Oleh : Gilang Ratnasari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP-Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA Oleh: Intani Nurkasanah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA Oleh: Tati Mulyani Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI MORAL NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS NILAI MORAL NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS NILAI MORAL NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Eka Damayanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Anifah Restyana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL TAHAJUD CINTA DI KOTA NEW YORK KARYA ARUMI EKOWATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL TAHAJUD CINTA DI KOTA NEW YORK KARYA ARUMI EKOWATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA 1 ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL TAHAJUD CINTA DI KOTA NEW YORK KARYA ARUMI EKOWATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Hidayatik, Sukirno, Bagiya Program Studi PendidikanBahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada diri pembaca. Karya juga merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

NILAI MORAL DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI MORAL DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI MORAL DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Ari Handayani Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tetapi penelitian yang di fokuskan pada plot masih jarang dilakukan. Adapun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tetapi penelitian yang di fokuskan pada plot masih jarang dilakukan. Adapun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Yang Relevan Penulusuran pustaka yang telah dilakukan, diketahui bahwa penelitian tentang perbandingan dalam novel sudah ada, antara lain tokoh, latar dalam novel. Tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan pengungkapan realitas kehidupan masyarakat secara imajiner. Dalam hal ini, pengarang mengemukakan realitas dalam karyanya berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan kajian terhadap penelitian yang ada sebelumnya dan ada kaitannya dengan masalah

Lebih terperinci

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA TOKOH UTAMA NOVEL KUBAH DI ATAS PASIR KARYA ZHAENAL FANANI DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA TOKOH UTAMA NOVEL KUBAH DI ATAS PASIR KARYA ZHAENAL FANANI DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA TOKOH UTAMA NOVEL KUBAH DI ATAS PASIR KARYA ZHAENAL FANANI DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA Oleh: Riris Karisma Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA SMA Negeri 1 Wonogiri Mata Pelajaran/Tema : Bahasa Indonesia/ Kelas/Semester Waktu : XI / Ganjil : 1 x Pertemuan (2 x 45 menit) Hari : Kamis, 23 Desember

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan aspek penting dalam penelitian. Konsep berfungsi untuk menghindari kegiatan penelitian dari subjektifitas peneliti serta mengendalikan

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL GURU PARA PEMIMPI KARYA HADI SURYA DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DI SMA

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL GURU PARA PEMIMPI KARYA HADI SURYA DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DI SMA NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL GURU PARA PEMIMPI KARYA HADI SURYA DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Wahyu Kartikasari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Umi Fatonah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING! KARYA ASMA NADIA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING! KARYA ASMA NADIA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING! KARYA ASMA NADIA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Laeli Nur Rakhmawati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra yang lahir di tengah-tengah masyarakat merupakan hasil imajinasi atau ungkapan jiwa sastrawan, baik tentang kehidupan, peristiwa, maupun pengalaman

Lebih terperinci

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL 99 HARI DI PRANCIS KARYA WIWID PRASETIYO DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL 99 HARI DI PRANCIS KARYA WIWID PRASETIYO DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL 99 HARI DI PRANCIS KARYA WIWID PRASETIYO DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Evi Tri Purwanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan SastraIndonesia Universitas

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang II. LANDASAN TEORI 2.1.Kemampuan Mengapresiasi Cerpen 2.1.1 Pengertian Apresiasi Secara leksikal, appreciation apresiasi mengacu pada pengertian pemahaman dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI MORAL PADA NOVEL BUMI BIDADARI KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS NILAI MORAL PADA NOVEL BUMI BIDADARI KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS NILAI MORAL PADA NOVEL BUMI BIDADARI KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh : Basuseno Sugeng Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik.

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil cipta, kreasi, imajinasi manusia yang berbentuk tulisan, yang dibangun berdasarkan unsur ekstrinsik dan unsur instrinsik. Menurut Semi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan telah diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. dan telah diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP merupakan hasil penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya dan telah diatur

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL MOGA BUNDA DISAYANG ALLAH KARYA TERE-LIYE DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL MOGA BUNDA DISAYANG ALLAH KARYA TERE-LIYE DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL MOGA BUNDA DISAYANG ALLAH KARYA TERE-LIYE DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Heni Purwatiningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTERNOVEL BURLIANKARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBALAJARANNYA DI SMA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTERNOVEL BURLIANKARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBALAJARANNYA DI SMA NILAI PENDIDIKAN KARAKTERNOVEL BURLIANKARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBALAJARANNYA DI SMA Oleh: Dwi Erfiana Kurniawati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia erfiana@ymail.com ABSTRAKPenelitian ini bertujuanuntuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual,

Lebih terperinci

NILAI RELIGIUS NOVEL RAMBUT ANNISA KARYA ZAYNUR RIDWAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI RELIGIUS NOVEL RAMBUT ANNISA KARYA ZAYNUR RIDWAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI RELIGIUS NOVEL RAMBUT ANNISA KARYA ZAYNUR RIDWAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Eka Suwandi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian sastra sampai saat ini dipandang masih terbatas pada teks sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian sastra sampai saat ini dipandang masih terbatas pada teks sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra sampai saat ini dipandang masih terbatas pada teks sastra. Orientasi penelitian sastra yang masih terbatas menghasilkan hasil penelitian

Lebih terperinci

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN ENCEP KUSUMAH MENU UTAMA PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN UNSUR PROSA FIKSI CERPEN NOVELET NOVEL GENRE SASTRA SASTRA nonimajinatif Puisi - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI MORAL NOVEL HADIAH KECIL DARI TUHAN KARYA ADI RUSTANDI DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS NILAI MORAL NOVEL HADIAH KECIL DARI TUHAN KARYA ADI RUSTANDI DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS NILAI MORAL NOVEL HADIAH KECIL DARI TUHAN KARYA ADI RUSTANDI DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Ika Chandra Deviana Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI Ma mur Saadie SASTRA GENRE SASTRA nonimajinatif - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan harian Puisi imajinatif Prosa Fiksi Drama GENRE SASTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

Oleh: Puji Watmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Puji Watmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo TRANSFORMASI CERPEN DI ATAS SAJADAH CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY MENJADI NASKAH DRAMA PANGGUNG DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI KELAS X SMA Oleh: Puji Watmi Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

NILAI MORAL NOVEL PENGANTIN HAMAS KARYA VANNY CHRISMA W. DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI MORAL NOVEL PENGANTIN HAMAS KARYA VANNY CHRISMA W. DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI MORAL NOVEL PENGANTIN HAMAS KARYA VANNY CHRISMA W. DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Patria Endah Safitri Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian mengenai karakterisasi dalam novel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran menjadi salah satu kegiatan yang bernilai edukatif, hal ini terjadi karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang mengekspresikan pikiran, gagasan maupun perasaannya sendiri tentang kehidupan dengan menggunakan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

ANALISIS PERWATAKAN TOKOH UTAMA NOVEL NI WUNGKUK KARYA ANY ASMARA

ANALISIS PERWATAKAN TOKOH UTAMA NOVEL NI WUNGKUK KARYA ANY ASMARA ANALISIS PERWATAKAN TOKOH UTAMA NOVEL NI WUNGKUK KARYA ANY ASMARA Oleh: Meiti Susanti program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Macun.meti@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI SOSIOLOGI NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS IX SMA

ANALISIS NILAI SOSIOLOGI NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS IX SMA ANALISIS NILAI SOSIOLOGI NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS IX SMA Oleh: Wisanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembelajaran sastra merupakan bagian dari pembelajaran bahasa yang harus dilaksanakan oleh guru. Guru harus dapat melaksanakan pembelajaran sastra dengan menarik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh Felly Mandasari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan dinikmati oleh pembaca pada khususnya dan oleh masyarakat pada umumnya. Hal-hal yang diungkap oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebuah karya sastra itu diciptakan pengarang untuk dibaca, dinikmati, ataupun dimaknai. Dalam memaknai karya sastra, di samping diperlukan analisis unsur

Lebih terperinci

NILAI MORAL NOVEL BULAN KARYA TERE LIYE DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION DI KELAS XI SMA

NILAI MORAL NOVEL BULAN KARYA TERE LIYE DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION DI KELAS XI SMA NILAI MORAL NOVEL BULAN KARYA TERE LIYE DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION DI KELAS XI SMA Oleh: Nur Panca Pramudiyanto Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA TOKOH UTAMA NOVEL HANIF: ZIKIR DAN PIKIR KARYA REZA NUFA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA

TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA TOKOH UTAMA NOVEL HANIF: ZIKIR DAN PIKIR KARYA REZA NUFA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA TOKOH UTAMA NOVEL HANIF: ZIKIR DAN PIKIR KARYA REZA NUFA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA Oleh: Dewi Pujawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekpresif. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara

Lebih terperinci

NILAI-NILAI EDUKASI DALAM NOVEL AKAR KARYA DEWI LESTARI: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA SKRIPSI

NILAI-NILAI EDUKASI DALAM NOVEL AKAR KARYA DEWI LESTARI: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA SKRIPSI NILAI-NILAI EDUKASI DALAM NOVEL AKAR KARYA DEWI LESTARI: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

NILAI MORAL NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI MORAL NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI MORAL NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Meyin Mulyanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Sigit Prasetyo Nugroho Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

NILAI RELIGIUS NOVEL KERLING SI JANDA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

NILAI RELIGIUS NOVEL KERLING SI JANDA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA NILAI RELIGIUS NOVEL KERLING SI JANDA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Diah Retnosari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA

NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA Oleh: Eka Destiani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo Ekadestiani0@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang dialaminya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah karya kreatif dan imajinatif dengan fenomena hidup dan kehidupan manusia sebagai bahan bakunya. Sebagai karya yang kreatif dan imajinatif

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER BAB I PENDAHULUAN A. Latar Bekalang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang akan senantiasa memerlukan interaksi dengan manusia lainnya. Oleh karena itu, manusia membutuhkan media untuk berinteraksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang mengandung konsep atau gagasan tertentu. Dalam kegiatan komunikasi, katakata dijalin satukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah hasil ciptaan manusia yang mengandung nilai keindahan yang estetik. Sebuah karya sastra menjadi cermin kehidupan yang terjadi pada

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI

IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI Oleh: Ariyadi Kusuma Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS TOKOH UTAMA NOVEL BATAS KARYA AKMAL NASERY BASRAL, RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER, DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS TOKOH UTAMA NOVEL BATAS KARYA AKMAL NASERY BASRAL, RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER, DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS TOKOH UTAMA NOVEL BATAS KARYA AKMAL NASERY BASRAL, RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER, DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Heri Sutrisno Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI MORAL NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN KARYA ASMA NADIA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS NILAI MORAL NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN KARYA ASMA NADIA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS NILAI MORAL NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN KARYA ASMA NADIA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Dwi Widiasih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Yang Relevan Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy sesuai dengan tinjauan terhadap penelitian sebelumnya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan hasil kebudayaan yang

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN NOVEL PAK GURU KARYA AWANG SURYA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN NOVEL PAK GURU KARYA AWANG SURYA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN NOVEL PAK GURU KARYA AWANG SURYA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Rahmat Hidayat Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Dayattwins@gmail.com ABSTRAK: Tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI BAWAH LANGIT JAKARTA KARYA GUNTUR ALAM DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA

ANALISIS NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI BAWAH LANGIT JAKARTA KARYA GUNTUR ALAM DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA ANALISIS NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI BAWAH LANGIT JAKARTA KARYA GUNTUR ALAM DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA Oleh: Beni Purna Indarta Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi dua subbab, sub bab pertama berisi tentang tinjauan pustaka berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi dua subbab, sub bab pertama berisi tentang tinjauan pustaka berupa BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi dua subbab, sub bab pertama berisi tentang tinjauan pustaka berupa penelitian-penelitian sebelumnya. Sub bab ke dua berisi tentang teori struktural meliputi unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan perasaan yang dimilikinya. Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang mengambil kehidupan

Lebih terperinci