MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI NUSA TENGGARA BARAT KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
|
|
- Adi Hadian Kurniawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Petunjuk ISBN Teknis M-KRPL Petunjuk Teknis MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI NUSA TENGGARA BARAT KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN i
2 BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NTB 2012 ii
3 Kata Pengantar Lahan pekarangan memiliki fungsi multiguna, karena dari lahan yang relatif sempit bisa menghasilkan bahan pangan seperti umbi-umbian, sayuran, buah-buahan; bahan tanaman rempah dan obat, bahan kerajinan tangan; serta bahan pangan hewani yang berasal dari unggas, ternak kecil maupun ikan. Manfaat yang diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran harian rumah tangga, dan memberikan tambahan pendapatan. Manfaat tersebut akan dapat diperoleh apabila pekarangan dirancang, direncanakan dan dikelola dengan baik. Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian mengharapkan agar potensi lahan pekarangan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu pilar yang dapat diupayakan untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, baik bagi rumah tangga di perdesaan maupun di perkotaan dengan mengembangkan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) secara nasional. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nusa Tenggara Barat sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian di NTB, memiliki peran strategis dalam mendukung pengembangan M-KRPL di NTB. Penerbitan Petunjuk Teknis M-KRPL ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam pemanfaatan pekarangan dengan mendayagunakan teknologi hasil penelitian dan kearifan lokal secara optimal dan lestari di NTB. Mataram, Mei 2012 Kepala Balai, Dr. Ir. Dwi Praptomo S, MS NIP iii
4 Tim Penyusun Penanggung Jawab/Kepala BPTP NTB: Dr. Ir. Dwi Praptomo S, MS Ketua: Dr. Moh. Nazam Anggota: Dr. K. Puspadi Dr. Ahmad Suriadi Baiq Tri Ratna Erawati, SP.MSi Ir. Ahmad Muzani Ir. Prisdiminggo Lay out: Muliadi Rosidi Raba ISBN Jl. Raya Peninjauan Narmada Kotak Pos 1017 Mataram Telp : (0370) Faks : (0370) bptp-ntb@litbang.deptan.go.id iv
5 Daftar Isi Halaman Kata Pengantar... iii Tim Penyusun... iv Daftar Isi... v 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Sasaran KONSEP DAN BATASAN RUANG LINGKUP KEGIATAN Pemilihan Lokasi Penyusunan Opsi M-KRPL Peningkatan Kapasitas SDM Implementasi M-KRPL Peningkatan kinerja M-KRPL Pengembangan jejaring M-KRPL Replikasi M-KRPL TAHAPAN KEGIATAN Persiapan Pembentukan Kelompok Sosialisasi Penguatan Kelembagaan Kelompok Perencanaan Kegiatan Pelatihan Monitoring dan Evaluasi ORGANISASI PELAKSANA IMPLEMENTASI M-KRPL Pemilihan Komoditas Teknologi Budidaya Media tanam Benih/Bibit Pemeliharaan UPAYA MENUJU LESTARI Pemberdayaan pendamping Penguatan partisipasi masyarakat v
6 7.3. Dukungan teknologi dan penyediaan benih Kelembagaan pemasaran dan pengolahan hasil Pengembangan jejaring KRPL Diseminasi dan eskalasi KRPL PENUTUP LAMPIRAN vi
7 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan sektor strategis, karena memberikan lapangan kerja dan sumber penghidupan bagi lebih dari 45% penduduk Nusa Tenggara Barat (NTB). Ketersediaan pangan yang "cukup" merupakan hak azasi manusia yang harus selalu dijamin oleh negara bersama masyarakat. Ketahanan pangan ditentukan oleh dua determinan kunci, yaitu ketersediaan pangan (food availability) dan akses pangan (food access). Agar masyarakat dapat mengakses pangan, ada dua kunci yang perlu diperhatikan, yaitu akses fisik dan akses ekonomi. Masyarakat yang memiliki lahan dan memproduksi aneka ragam pangan, maka akses fisik akan lebih mudah. Tantangan utama dalam penyediaan pangan dihadapkan pada ketersediaan sumber daya lahan yang semakin langka (lack of resources), baik luas maupun kualitas serta konflik kepentingan (conflict of interest). Kelangkaan tersebut disebabkan semakin meningkatnya penggunaan lahan pertanian ke non pertanian yang bersifat permanen (irreversible) dan multiplikasi. Presiden RI pada acara Konferensi Dewan Ketahanan Pangan di Jakarta International Convention Center (JICC) bulan Oktober 2010, menyatakan bahwa ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga. Salah satu satu sumber daya yang belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah lahan pekarangan. Luas lahan pekarangan di NTB tercatat ha atau 3,96% dari keseluruhan luas lahan pertanian. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga. Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) yang dibangun dari Rumah Pangan Lestari (RPL) 1
8 dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Petunjuk teknis ini disusun untuk memberikan acuan dalam penataan, pengelolaan dan peningkatan nilai tambah lahan pekarangan untuk pangan, pemenuhan gizi dan perolehan tambahan pendapatan keluarga Tujuan Pengembangan M-KRPL bertujuan: (1) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah-buahan, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga; (2) Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari dalam suatu kawasan; (3) Memelihara sumberdaya genetik/plasma nutfah lokal; (4) Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dari M-KRPL adalah berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial, dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang mandiri dan sejahtera. 2
9 2. Konsep dan Batasan (1) Model adalah suatu penggambaran abstrak dari sistem dunia riil atau nyata yang akan bertindak seperti sistem dunia nyata untuk aspek-aspek tertentu. Menurut Eriyatno (1999), model merupakan suatu abstraksi dari realitas yang akan memperlihatkan hubungan langsung maupun tidak langsung serta timbal balik atau hubungan sebab akibat. (2) Sistem adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri atas bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha untuk mencapai suatu tujuan dalam suatu lingkungan kompleks. (3) Pekarangan adalah lahan terbuka yang terdapat di sekitar rumah tinggal. (4) Pemanfaatan Pekarangan adalah pekarangan yang dikelola melalui pendekatan terpadu berbagai jenis tanaman, ternak dan ikan, sehingga akan menjamin ketersediaan bahan pangan yang beraneka ragam secara terus menerus guna pemenuhan gizi keluarga. (5) Pengelolaan pekarangan adalah upaya pemanfaatan pekarangan secara optimal, melalui kegiatan perencanaan, penataan, pemeliharaan, pemanfaatan hasil pekarangan, sehingga tercapai sasaran yang diharapkan secara lestari. (6) Penataan pekarangan adalah pengaturan berbagai jenis tanaman baik tanaman semusim, tanaman tahunan, budidaya ternak dan ikan di lahan pekarangan yang disesuaikan dengan potensi pekarangan guna memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya melalui pengelolaan lahan pekarangan secara intensif dengan tata letak sesuai dengan pemilihan komoditas. 3
10 (7) Vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Vertikultur diambil dari istilah verticulture dalam bahasa lnggris (vertical and culture). (8) Rumah Pangan Lestari adalah rumah yang memanfaatkan pekarangan secara intensif melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal secara bijaksana, yang menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas, nilai dan keanekaragamannya. (9) Pengelompokan Lahan Pekarangan, yaitu mengelompokkan lahan pekarangan yang dibedakan atas pekarangan perkotaan dan perdesaan, masingmasing memiliki spesifikasi baik untuk menetapkan komoditas yang akan ditanam, besarnya skala usaha pekarangan, maupun cara menata tanaman, ternak, dan ikan. a. Pekarangan Perkotaan dikelompokkan menjadi 4, yaitu: (1) Perumahan Tipe 21, dengan total luas lahan sekitar 36 m 2 ; (2) Perumahan Tipe 36, luas lahan sekitar 72 m 2 ; (3) Perumahan Tipe 45, luas lahan sekitar 90 m 2 ; dan (4) Perumahan Tipe 54 atau 60, luas lahan sekitar 120 m 2. b. Pekarangan Perdesaan dikelompokkan menjadi 4, yaitu (1) pekarangan sangat sempit (tanpa halaman), (2) pekarangan sempit (<120 m 2 ), (3) pekarangan sedang ( m 2 ), dan (4) pekarangan luas (>400 m 2 ). (10) Pemilihan Komoditas adalah menentukan jenis komoditas yang paling sesuai untuk dibudidayakan di lahan pekarangan baik diperkotaan maupun perdesaan, pada lahan sempit maupun luas. Pertimbangan dalam penentuan komoditas antara lain: (a) kesesuaian komoditas dengan kondisi biofisik dan agroklimat setempat, (b) biasa dikonsumsi oleh rumah tangga dan masyarakat, (c) pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, 4
11 dan (d) peluang pengembangannya secara komersial. Komoditas sesuai untuk pekarangan adalah tanaman sayuran, tanaman buah-buahan, tanaman obat dan rempah keluarga, dan tanaman hias. Pada pekarangan yang lebih luas dapat ditambahkan kolam ikan dan ternak. (11) Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M- KRPL) adalah model pemanfaatan pekarangan yang diwujudkan dalam satu kawasan (kelompok, RT, dusun, desa, dst) dengan menerapkan prinsip RPL dengan menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dll), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Suatu kawasan harus menentukan komoditas pilihan yang dapat dikembangkan secara komersial, dilengkapi dengan kebun bibit desa. 5
12 3. Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup kegiatan dalam membangun M-KRPL, meliputi: 3.1. Pemilihan Lokasi Pemilihan lokasi yang tepat merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dan tercapainya sasaran yang diharapkan. Pemilihan lokasi yang tepat dilakukan melalui tahapan, sebagai berikut: (a) pengumpulan data dan informasi mengenai kondisi biofisik dan agroklimat, sosial budaya dan ekonomi masyarakat setempat; (b) konsultasi dan koordinasi dengan Dinas/Instansi terkait di tingkat provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa; (c) observasi lapangan terkait dengan potensi sumberdaya (fisik dan agroklimat, tenaga, teknologi, sosial dan ekonomi) calon lokasi; (d) respon dan kemungkinan partisipasi masyarakat setempat, (e) dianjurkan lokasi M-KRPL sinergis dengan lokasi KRPL lembaga terkait Penyusunan Opsi M-KRPL Penyusunan opsi M-KRPL dilakukan melalui tahapan berikut: (a) pengumpulan data dasar rumah tangga (baseline study); (b) workshop perencanaan partisipatif; (c) analisis kebutuhan dan peran stakeholders; (d) pertemuan/workshop penentuan opsi model dan pengembangan keswadayaan/ kemandirian peserta M-KRPL. Secara skematis opsi model yang dapat dikembangkan, ditunjukkan pada Gambar 1. 6
13 Gambar 1. Opsi Model KRPL 3.3. Peningkatan Kapasitas SDM (capacity building) Peningkatan kapasitas SDM adalah upaya penguatan sebuah komunitas/kelompok dengan bertolak dari kekayaan tata nilai dan prioritas kebutuhan kelompok serta mengorganisasikan kelompok untuk melakukannya sendiri. Pada hakekatnya capacity building adalah tentang dukungan pihak luar terhadap kelompok sasaran. Dukungan terhadap M- KRPL dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk yang dikaitkan dengan kebutuhan kelompok dalam membangun M-KRPL antara lain dapat ditentukan melalui workshop stakeholders dan petani Implementasi M-KRPL Implementasi M-KRPL dilakukan melalui kegiatankegiatan sebagai berikut: Dukungan terhadap M-KRPL, mencakup dua hal, yaitu (a) penilaian jenis dan level dukungan yang paling tepat yang sesungguhnya dibutuhkan peserta M-KRPL, (b) memonitor dan memodifikasi berbagai dampak negatif yang mungkin timbul dari dukungan tersebut; 7
14 Peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta melalui kegiatan sekolah lapang, pengawalan/ pendampingan teknologi, temu lapang, kunjungan lapang media publikasi dan monitoring dan evaluasi Peningkatan Kinerja M-KRPL Peningkatan kinerja model dilakukan melalui kegiatan pengawalan teknologi, temu lapang/usaha, monitoring dan evaluasi. Kegiatan monitoring dan evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan, dan menilai kesesuaian kegiatan yang telah dilaksanakan dengan perencanaan. Evaluator adalah Tim pengkaji M-KRPL dan atau pejabat yang ditugaskan. Evaluator dapat juga berfungsi sebagai motivator bagi petani untuk mempercepat tercapainya sasaran M-KRPL yang ditargetkan. Monitoring dan evaluasi juga dikembangkan berbasis outcome secara partisipatif melibatkan tokoh wanita dan para ahli (PKK, ahli gizi, pengolahan pangan) Pengembangan Jejaring M-KRPL Pengembangan jejaring usaha dilakukan melalui pertemuan/workshop, koordinasi, konsultasi, kerjasama kemitraan dan pengembangan kelembagaan (input, produksi, pemasaran hasil, pengolahan hasil, permodalan, dan lainlain) Replikasi M-KRPL Replikasi M-KRPL diupayakan melalui integrasi M-KRPL dengan daerah (Pemda), Badan Ketahanan Pangan (BKP), SIKIB, Salimah, Haryono Suyono Center (HSC) atau Yayasan Damandiri, Lembaga Pemasyarakatan (LP), Sekolah/Pontren, Badan Narkotika Nasional (BNN), Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan mengembangkan model exit strategy. 8
15 4. Tahapan Kegiatan Tahapan kegiatan dalam pengembangan M-KRPL meliputi: 4.1. Persiapan Kegiatan persiapan meliputi: (1) pengumpulan informasi awal tentang potensi sumberdaya dan kelompok sasaran, (2) pertemuan dengan dinas/instansi terkait untuk mencari kesepakatan dalam penentuan calon kelompok sasaran dan lokasi, (3) koordinasi dengan Badan Ketahanan Pangan dan Dinas/Instansi Terkait lainnya di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, (4) memilih pendamping yang menguasai teknik pemberdayaan masyarakat Pembentukan Kelompok Kelompok sasaran adalah rumah tangga atau kelompok rumah tangga dalam satu kelompok tani, RT, RW atau satu dusun/kampung. Pendekatan yang digunakan adalah partisipatif, dengan melibatkan kelompok sasaran, tokoh masyarakat, dan perangkat desa. Kelompok dibentuk dari, oleh, dan untuk kepentingan para anggota kelompok itu sendiri. Dengan cara berkelompok akan tumbuh kekuatan gerak dari para anggota dengan prinsip keserasian, kebersamaan dan kepemimpinan dari mereka sendiri Sosialisasi Menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan dan membuat kesepakatan awal untuk rencana tindak lanjut yang akan dilakukan. Kegiatan sosialisasi dilakukan terhadap kelompok sasaran dan pemuka masyarakat serta petugas pelaksana instansi terkait Penguatan Kelembagaan Kelompok Penguatan kelompok dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kelompok: (1) mampu mengambil keputusan bersama melalui musyawarah; (2) mampu menaati keputusan yang telah ditetapkan bersama; (3) mampu memperoleh dan memanfaatkan informasi; (4) mampu untuk bekerjasama dalam kelompok (sifat kegotong-royongan); dan (5) mampu 9
16 untuk bekerjasama dengan aparat maupun dengan kelompokkelompok masyarakat lainnya Perencanaan Kegiatan Melakukan perencanaan/ rancangbangun pemanfaatan lahan pekarangan dengan menanam berbagai tanaman pangan, sayuran dan obat keluarga, ikan dan ternak, serta pengelolaan limbah rumah tangga. Selain itu dilakukan penyusunan rencana kerja untuk satu tahun. Kegiatan tersebut dilakukan bersama-sama dengan kelompok dan dinas instansi terkait Pelatihan Pelatihan dilakukan sebelum pelaksanaan di lapang. Jenis pelatihan yang dilakukan diantaranya: teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya ikan dan ternak, pengolahan hasil dan pemasaran serta teknologi pengelolaan limbah rumah tangga. Jenis pelatihan lainnya adalah tentang penguatan kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan, dan menilai kesesuaian kegiatan yang telah dilaksanakan dengan perencanaan. Evaluator dapat dibentuk oleh kelompok. Evaluator dapat juga berfungsi sebagai motivator bagi pengurus, anggota kelompok dalam meningkatkan pemahaman yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya yang tersedia di lingkungannya agar berlangsung lestari. 10
17 5. Organisasi Pelaksana M-KRPL dilaksanakan dengan pendekatan sistem yang melibatkan berbagai elemen masyarakat dan instansi terkait pusat dan daerah, yang masing-masing memiliki tugas dan tanggung jawab sesuai dengan tupoksinya untuk tercapainya sasaran yang diharapkan secara lestari. Secara rinci, peran setiap elemen dalam pengembangan M-KRPL disajikan pada Tabel 1. Peran stakeholder dalam pengembangan M-KRPL No Pelaksana Tugas/peran dalam kegiatan 1. Badan Litbang Pertanian - Narasumber inovasi teknologi M- KRPL - Dukungan tenaga dan dana 2. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) 3. Masyarakat - Kelompok sasaran - Pamong Desa, Penyuluh Pertanian Lapangan 4. Pemerintah Provinsi (SKPD Pertanian dan Hortikultura, Peternakan, Kelautan dan Perikanan, Ketahanan Pangan, Penyuluhan) 5. Pemerintah Kabupateni (SKPD Pertanian, Peternakan, Kelautan dan Perikanan, Ketahanan Pangan, Penyuluhan) 6. Kecamatan, UPTD Pertanian, Penyuluhan, Desa/Kelurahan dan lembaga terkait lainnya) - Penaggung jawab M-KRPL di daerah - Perencanaan, sosialisasi, implementasi M-KRPL - Pengawalan teknologi - Monitoring dan evaluasi - Pelaku utama - Pendamping - Monitoring dan Evaluasi - Dukungan kebijakan dan pembinaan KRPL sesuai dengan tupoksi - Replikasi KRPL ke lokasi lainnya - Dukungan kebijakan dan pembinaan KRPL sesuai dengan tupoksi - Replikasi KRPL ke lokasi lainnya - Dukungan kebijakan dan pembinaan KRPL - Replikasi KRPL ke lokasi lainnya 7. Perguruan Tinggi/Swasta/LSM - Dukungan dan pengawalan pengembangan KRPL - Monitoring dan evaluasi 11
18 Untuk mempercepat eskalasi M-KRPL, dibentuk Posko Penggerak dan Pengelola KRPL sesuai Surat Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian No. 64/OT.160/1/3/2012, tanggal 12 Maret 2012, tentang Pembentukan Posko Penggerak dan Pengelola KRPL, terdiri atas Tim Pengarah, Pelaksana Pusat dan Pelaksana Provinsi, sebagai berikut: Tim Pengarah: Ketua : Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Sekretaris : Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Anggota : Pejabat Eselon II, Lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pelaksana Pusat: Ketua : Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Sekretaris : 1. Kepala BPTP DKI Jakarta 2. Kepala Bagian Kerjasama, Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat, Sekretariat Badan Litbang Pertanian Bidang : 1. Logistik : Kepala Bidang KSPHP BB Padi, BB Veteriner, BB SDP dan BB Mektan 2. Pengembangan : Kepala Bidang KSPHP Puslitbangtan, Puslitbangbun, Puslitbangnak, dan BBP2TP 3. Publikasi dan dokumentasi 4. Evaluasi dan penghargaan : Kepala Bidang Penyebaran Teknologi Pertanian Pustaka, Kepala Bidang KSPHP BB Pasca Panen, dan BB Biotek. : Kepala Bidang KSPHP PSEKP dan Puslit Hortikultura. Tim Teknis : 1. Dr. Ir. Sudarmadi Purnomo, MS 12
19 2. Ir. Sulusi Prabawati, MS 3. Ir. Maesti Mardiharini, MSi 4. Dr. Ir. Erliana Ginting 5. Dr. Ir. Sri Widowati, M.AppSc. 6. Prof. Dr. Irsal Las, MS 7. Dr. Hermanto, MS 8. Prof. Dr. Kedi Suradisastra, MS Pelaksana Provinsi : Ketua : Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat Sekretaris : Kepala Seksi KSPP BPTP NTB Anggota : 1. Penanggung Jawab Kegiatan M-KRPL BPTP 2. Liaison Officer (LO) Kabupaten/Kota Posko Penggerak dan Pengelola KRPL mempunyai tugas: a. Melaksanakan koordinasi secara internal bersama Unit Kerja/Unit Pelaksana Teknis lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian maupun lintas instansi terkait b. Melakukan pengelolaan implementasi KRPL c. Menyiapkan materi publikasi dan mendokumentasikan kegiatan KRPL d. Melakukan evaluasi dan penilaian serta mengusulkan pemberian penghargaan dalam implementasi KRPL e. Merumuskan reknomendasi kebijakan danlangkah-langkah operasional untuk percepatan dan perluasan KRPL. 13
20 6.Implementasi M-KRPL 6.1. Pemilihan Komoditas Komoditas yang akan dikembangkan disesuaikan dengan persyaratan tumbuh tanaman, terutama ketinggian tempat dari permukaan laut dan temperatur. Tanaman yang sesuai di dataran tinggi belum tentu sesuai atau pertumbuhannya kurang optimal apabila ditanam di dataran rendah. Pada pekarangan yang sempit, komoditas yang dapat diusahakan sangat terbatas terutama tanaman sayuran semusim. Sedangkan pada lahan pekarangan yang luas selain dapat diusahakan tanaman sayuran, juga dapat diusahakan tanaman buah-buahan, tanaman pangan, ternak (unggas, kambing) dan ikan Teknik Budidaya Teknik budidaya yang dapat diterapkan juga dipengaruhi oleh kondisi pekarangan. Pada lahan pekarangan sempit teknik budidaya yang diterapkan adalah sistem vertikultur atau bertingkat. Sedangkan pada pekarangan yang luas dapat diterapkan kombinasi vertikultur dan horizontal. Apabila diusahakan ternak, sebaiknya dikandangkan agar tidak mengganggu tanaman pekarangan. Terutama jenis ayam bangkok atau entok sangat rakus terhadap tanaman sayuran, seperti kangkung, bayam dan lain-lain Media Tanam Media tanam dapat ditempat dalam wadah polibag, pot, karung bekas atau wadah buatan lainnya, dan dapat pula tanpa wadah yaitu langsung pada tanah yang dipersiapkan terutama pada pekarangan yang lebih luas. Media tanam yang baik adalah campuran pupuk kompos/pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 1: Benih/Bibit Keberhasilan M-KRPL sangat tergantung dari kesiapan dan kontinyuitas penyediaan benih/bibit yang berkualitas. Penyediaan benih dapat dilakukan oleh petani melalui hasil seleksi buah/biji yang berkualitas baik. Gunakan benih komposit dari varietas unggul hasil Litbang Pertanian. Apabila 14
21 menggunakan benih hibrida, turunannya tidak dapat dijadikan benih kembali. Bibit ternak dapat dipilih bibit lokal atau introduksi bibit unggul, seperti ayam arab, itik MA (unggas), dan introduksi kambing pejantan dari Peranakan Ettawah (PE) Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman meliputi pemberian pupuk, penyiraman dan pengendalian hama/penyakit. Pada ternak meliputi pemberian pakan, air minum dan vaksinasi. Uraian lebih rinci mengenai teknik budidaya tanaman dan ternak dapat dilihat pada Lampiran. 15
22 7. Upaya Menuju Lestari 7.1. Pemberdayaan pendamping Di setiap lokasi M-KRPL ditempatkan satu orang petugas lapangan yang bertugas sebagai pendamping kelompok, pengawalan teknologi dan pengamatan kegiatan lapangan. Petugas pendamping M-KRPL dapat berasal dari tenaga BPTP, penyuluh pertanian lapangan setempat atau tenaga outsourching yang berpengalaman. Tenaga PPL dan PKK setempat dapat dilibatkan dalam kegiatan M-KRPL yang berperan mendiseminasikan/mengembangkan M-KRPL kepada masyarakat di wilayahnya. Komunikasi antara petugas lapangan dan Tim M-KRPL terus dibina secara baik untuk mempercepat penyampaian informasi yang diperlukan dari BPTP ke kelompok sasaran atau sebaliknya dari kelompok ke BPTP Penguatan partisipasi masyarakat Penguatan partisipasi masyarakat dilakukan melalui kegiatan sosialisasi dan workshop perencanaan partisipatif, an sekolah lapang. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan di setiap kelompok sasaran. Sosialisasi dan workshop perencanaan partisipatif ditujukan untuk memperkenalkan M-KRPL dan membangun opsi-opsi yang menjadi dasar implementasi M-KRPL di masingmasing lokasi. Pada kegiatan sosialisasi dan workshop juga dikumpulkan kebutuhan komoditas dan bahan yang diperlukan di masing-masing rumah tangga serta potensi ketersediaan bahan-bahan lokal yang dapat dimanfaatkan untuk membangun M-KRPL (Gambar 2). 16
23 Gambar 2. Sosialisasi dan workshop perencanaan kebutuhan kelompok M-KRPL. Sekolah lapang dilakukan di setiap lokasi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kelompok M-KRPL terhadap berbagai teknologi yang diperlukan dalam mendukung implementasi M-KRPL. Penguatan partisipasi masyarakat juga dapat dilakukan melalui kunjungan lapang ke M-KRPL yang sudah berhasil dengan prinsip petani belajar dari petani. Kunjungan lapang merupakan salah satu metode yang efektif mempercepat transfer teknologi dan membuka wawasan petani terhadap teknologi yang akan dikembangkan (Gambar 3). Penguatan kelembagaan dimaksudkan agar kelompok sasaran memiliki kemampuan dalam hal: (1) mengambil keputusan bersama melalui musyawarah; (2) menaati keputusan yang telah ditetapkan bersama; (3) memperoleh dan memanfaatkan informasi; (4) bekerjasama dalam kelompok (sifat kegotong-royongan); dan (5) bekerjasama dengan aparat maupun dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya. Penguatan kelembagaan juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kelompok tani atau kelompok wanita tani dalam mengkases teknologi dan informasi dari sumbernya, akses terhadap pasar, baik pasar input maupun output dan akses terhadap permodalan. 17
24 Gambar 3. Sekolah Lapang peserta M-KRPL dilakukan di setiap lokasi. Keberadaan M-KRPL mampu meningkatkan partisipasi masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari semakin menguatnya kelembagaan Kelompok M-KRPL. M-KRPL Karya Harum bidang usahanya semakin dipeluas antara lain produksi kompos, perbenihan dan perbibitan serta peningkatan kapasitas kios sarana produksi yang dikelolanya. M-KRPL Melet Maju, Lombok Utara semakin meningkat kemampuannya dalam mengakses informasi dan teknologi, serta meningkatnya hubungan kelompok dengan Dinas/Instansi terkait di Kabupaten Lombok Utara Dukungan teknologi dan penyediaan benih Dukungan teknologi terhadap implementasi model M- KRPL mencakup: a) peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM); b) bimbingan inovasi pembangunan fisik, meliputi pembuatan media tanam, pembuatan greenhouse, pembuatan rak-rak untuk tanaman sistem vertikultur, pembuatan kandang ternak dan kolam ikan; c) bimbingan penerapan teknologi pembibitan dan budidaya tanaman, ternak dan ikan; d) bimbingan penerapan inovasi pemeliharaan tanaman dan ternak; e) bimbingan penerapan inovasi pembuatan kompos; f) bimbingan inovasi pasca panen dan pengolahan hasil; dan g) bimbingan penguatan 18
25 kelembagaan M-KRPL mencakup kemampuan akses teknologi, pasar, modal dan kominikasi dengan kelembagaan formal seperti dinas/instansi dan lembaga yang terkait. Teknologi yang dikembangkan bersifat komplementer antara teknofarming dan ekofarming (eko-teknofarming). Ekoteknofarming dianggap sebagai skenario yang tepat untuk mencapai RPL bervisikan pertanian berkelanjutan yang berbasis ilmu pengetahuan dan sumber daya lokal. Integrasi tanaman, ternak dan ikan secara terpadu memungkinkan aliran energi/rantai makanan dapat berlangsung secara seimbang, harmonis dan nir limbah (zero waste). Dengan demikian akan terbangun model KRPL dengan penggunaan input luar rendah atau Low External Input and Sustainable Agricultura (LEISA), sehingga tercapai tingkat efisiensi yang tinggi. Dukungan penyediaan benih/bibit dalam model M-KRPL akan dikembangkan melalui jejaring kerjasama antara kebun bibit inti/induk (KBI) dan kebun bibit desa (KBD), sebagai berikut: (1) BPTP membangun KBI/KBD yang menjadi bagian dari Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) BPTP untuk memperbanyak benih/bibit yang bersumber dari Balai Penelitian Komoditas, Badan Litbang Pertanian atau dari sumber lain atau dari hasil pemurnian varietas unggul lokal yang telah berkembang di kawasan RPL. (2) Dalam memproduksi benih/bibit di KBI/KBD, BPTP akan berkoordinasi dengan petugas sertifikasi benih setempat. (3) Untuk memenuhi kebutuhan benih/bibit dan pengelolaan KBI/KBD, perlu disusun perencanaan kebutuhan dan alokasi anggaran yang memadai. (4) KBI dikelola oleh UPBS, sedangkan KBD dikelola oleh kelompok tani/kelompok wanita tani setempat. Pengelola KBI/KBD selain melayani kebutuhan anggotanya dalam kawasan juga dapat melayani kebutuhan benih/bibit masyarakat di luar kawasan dengan memperhitungkan penggantian biaya produksi dan pengelolaan. 19
26 Untuk menunjang keberlanjutan penyediaan benih untuk memenuhi kebutuhan M-KRPL maka di setiap lokasi M- KRPL dibangun kebun bibit desa (KBD). KBD berfungsi sebagai tempat pembibitan untuk memenuhi kebutuhan bibit kelompok maupun masyarakat sekitar kawasan. Di setiap KBD dibangun greenhouse sederhana dengan luas m 2. Teknologi greenhouse atau rumah tanaman merupakan sebuah alternatif solusi untuk mengendalikan kondisi iklim mikro pada tanaman, terutama bibit tanaman, seperti pengaruh langsung hujan, angin, serta menghindari gangguan ternak seperti ayam dan itik yang biasa dilepas di pekarangan. Hal ini sangat penting sebagai upaya menjaga kontinyuitas penyediaan bibit tanaman. Jenis pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan antara lain: teknologi budidaya tanaman (sayuran, tanaman pangan, buah-buahan, tanaman obat), teknologi budidaya ternak (ternak besar, ternak unggas), teknologi pasca panen (penyimpanan, pengemasan, pengolahan), teknologi pengolahan kompos untuk media tanam dan pengelolaan limbah rumah tangga Kelembagaan pemasaran dan pengolahan hasil Penumbuhan/pengembangan/pelembagaan unit pemasaran hasil di setiap kawasan diperlukan untuk menanggulangi kelebihan hasil. BPTP membantu penumbuhan jejaring pemasaran hasil, baik antar kawasan dalam maupun antar Kabupaten/Kota. Puslit/BB dan Balit terkait (PSE-KP dan BBP2TP) diharapkan dapat membantu penumbuhan jejaring pemasaran hasil antar kawasan antar provinsi Pengembangan jejaring M-KRPL M-KRPL dikembangkan dengan pendekatan sistem, dengan unsur terkecil adalah rumah tangga dan dalam satu kawasan (RT, RW, Dusun, Kelompok). Pendekatan rumah tangga dalam M-KRPL adalah menempatkan rumah tangga sebagai pusat alokasi sumber daya, produksi dan konsumsi. Sedangkan pendekatan kawasan ditujukan untuk 20
27 meningkatkan efisiensi usahatani baik dalam pasar input dan output serta meningkatkan kemampuan penetrasi pasar yang lebih berdaya saing dan memenuhi kuota tertentu. Pengembangan jejaring M-KRPL dilakukan melalui pertemuan/workshop, koordinasi, konsultasi, kerjasama kemitraan dan pengembangan kelembagaan (input, produksi, pemasaran, dan lain-lain) Diseminasi dan eskalasi KRPL Guna mempercepat diseminasi dan eskalasi M-KRPL maka pelaksanaan M-KRPL perlu diintegrasikan dengan program/kegiatan Pemerintah Daerah, Badan Ketahanan Pangan (BKP), SIKIB, Salimah, Haryono Suyono Center (HSC) atau Yayasan Damandiri, Lembaga Pemasyarakatan (LP), Sekolah/Pontren, Badan Narkotika Nasional (BNN), Tentara Nasional Indonesia (TNI), antara lain: Lokasi M-KRPL dianjurkan menyatu dengan lokasi kegiatan KRPL lembaga terkait. Sinergitas kegiatan M-KRPL/KRPL dengan BKP melalui program pengembangan RPL dalam kawasan P2KP dan kampanye diversifikasi pangan. Sinergitas kegiatan M-KRPL/KRPL dengan SIKIB melalui program Indonesia Hijau (GPTP), Rumah Pintar, dan Desa Sejahtera. Sinergitas kegiatan M-KRPL/KRPL dengan BNN melalui program Indonesia sehat. Sinergitas kegiatan M-KRPL/KRPL dengan TNI melalui program Rumah Hijau. 21
28 8. Penutup Petunjuk teknis M-KRPL ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para petani, peneliti dan para petugas lapangan serta pihak lain yang berkepentingan dalam pengembangan M-KRPL di Nusa Tenggara Barat. 22
29 Lampiran 1. Basis komoditas dan contoh model budidaya rumah pangan lestrasi menurut kelompok lahan pekarangan di perkotaan. Kelompok No Lahan 1. Perumahan Tipe 21 (Total lahan sekitar 36 m 2 ) 2. Perumahan Tipe 36 (Total lahan sekitar 72 m 2 ) 3. Perumahan Tipe 45 (Total lahan sekitar 90 m 2 ) Model Budidaya Vertikultur (model gantung, dan tempel) Pot/ polibag Vertikultur (model gantung, dan tempel) Pot/ polibag Tanaman buah dalam pot: jeruk, mangga, jambu, belimbing Vertikultur (model gantung, dan tempel) Basis Komoditas Sayuran : Sawi, Kucai, Pakcoi, Kangkung, Bayam, Kemangi, Caisim, Seledri, Selada Bokor, Bawang daun Toga: Kencur, Antanan, Gempur Batu, Daun Jinten, Sambiloto, Jahe merah, Binahong Sayuran: Cabai, Terong, Tomat, Buncis tegak Toga : Jahe, Kencur, Kunyit, Temu Lawak, Kumis kucing Sayuran : Sawi, Kucai, Pakcoi, Kangkung, Bayam, Kemangi, Caisim, Seledri, Selada Bokor, Bawang daun Toga: Kencur, Antanan, Gempur Batu, Daun Jinten, Sambiloto, Jahe merah, Binahong Sayuran: Cabai, Terong, Tomat, Kecipir, Kacang panjang, Mentimun, Kenikir, Bayam, Kangkung Toga : Jahe, Kencur, Kunyit, Sirih Hijau/Merah, Pegagan, Lidah Buaya. Sayuran : Sawi, Kucai, Pakcoi, Caisim, Bayam, Kangkung, Kemangi, Seledri, Selada Bokor Toga: Kencur, Antanan, Gempur Batu, Daun Jinten, Sambiloto, Jahe merah, Binahong 23
30 No Kelompok Lahan 4. Perumahan Tipe 54 (Total lahan sekitar 120 m 2 ) 5 Lahan terbuka hijau Model Budidaya Pot/ polibag / tanam langsung Kolam mini Vertikultur (model gantung, dan tempel) Pot/ polibag/ tanam langsung Kolam mini Ternak unggas dalam kandang Tanaman buah Intensifikasi pagar Basis Komoditas Sayuran: Cabai, Terong, Tomat, Kecipir, Kacang panjang, Mentimun, Kenikir, Bayam, Kangkung Toga: Jahe, Kencur, Kunyit, Kumis Kucing, Sirih Hijau/Merah, Pegagan, Lidah Buaya, Sambiloto, Temulawak, Gempur batu. Tanaman buah semusim: Pepaya, Jambu biji, Srikaya, Sirsak, Belimbing, Jeruk Nipis/Limau Pemeliharaan ikan : Lele/Nila/Gurame Sayuran: Sawi, Kucai, Pakcoi, Bayam, Kangkung, Kemangi, Caisim, Seledri, Selada Bokor Toga: Kencur, Antana Gempur Batu, Daun Jinten, Sambiloto, Jahe merah, Binahongn. Sayuran: Cabai, Terong, Tomat, Kecipir, Kacang panjang, Mentimun, Kenikir, Buncis Tegak dan Buncis Rambat Toga : Jahe, Kencur, Kunyit, Temulawak, Sirih Hijau/Merah, Pegagan, Lidah Buaya, Sambiloto, Kumis Kucing. Buah semusim: Pepaya, Jambu biji, Srikaya, Sirsak, Belimbing, Jeruk Nipis/Limau Pemeliharaan ikan : Lele/Nila/Gurame Ayam buras Mangga, Rambutan, Pohon Salam, Belimbing sayur, Tanaman khas daerah/ tanaman langka Katuk, Daun mangkokan, Beluntas, Daun Pandan, Sereh 24
31 Lampiran 2. Basis komoditas dan contoh model budidaya rumah pangan lestari menurut kelompok lahan pekarangan di perdesaan Kelompok No Lahan 1. Pekarangan Sangat Sempit (tanpa halaman) 2. Pekarangan sempit (<120 m 2 ) Model Budidaya Vertikultur (model gantung, dan tempel) Pot/ polibag Vertikultur (model gantung, dan tempel) Pot/ polibag / tanam langsung Kandang Kolam terpal Basis Komoditas Sayuran : Sawi, Kucai, Pakcoi, Kangkung, Bayam, Kemangi, Caisim, Seledri, Selada Bokor, Bawang daun Toga: Kencur, Antanan, Gempur Batu, Daun Jinten, Sambiloto, Jahe merah, Binahong. Sayuran: Cabai, Terong, Tomat, Mentimun Toga: Jahe, Kencur, Kunyit, Temulawak, Kumis Kucing, Sirih Hijau/Merah, Pegagan, Lidah Buaya, Sambiloto Sayuran : Sawi, Kucai, Pakcoi, Kangkung, Bayam, Kemangi, Caisin, Seledri, Selada Bokor Toga: Kencur, Antanan, Gempur Batu, Daun Jinten, Sambiloto, Jahe merah, Binahong. Sayuran: Cabai, Kenikir, Terong, Tomat, Kecipir, Kacang panjang, Buncis Tegak, Buncis Rambat Toga: Jahe, Kencur, Kunyit, Temulawak, Kumis Kucing, Sirih Hijau/Merah, Pegagan, Lidah Buaya, Sambiloto Buah: Pepaya, Jeruk Nipis, Jambu Ternak ayam buras Pemeliharaan ikan 25
32 Kelompok No Lahan 3. Pekarangan sedang ( m 2 ) 4. Pekarangan luas (>400 m 2 ) Model Budidaya Pot/polibag/ tanam langsung Kandang Kolam Bedengan, Surjan, Multistrata Multistrata Bedengan, Pot/ polibag Bedengan, Pot/ polibag Kandang Kolam Bedengan, Surjan, Multistrata Multistrata Basis Komoditas Sayuran : Cabai, Sawi, Kenikir, Terong, Tomat, Bayam, Kangkung, Kacang panjang, Kecipir Toga : Jahe, Kencur, Lengkuas, Kunyit, Temulawak, Sirih, Ternak Kambing, Domba dan/atau ayam buras Pemeliharaan ikan atau lele: Lele/Nila/Gurame Intensifikasi pekarangan: Sayuran/Buah/Umbi/ Kacangkacangan Intensifikasi pagar : Kaliandra, Dadap, Gliriside, Rumput, Garut, Talas, Pisang, Nenas, Melinjo, Ganyong, Garut Sayuran : Cabai, Sawi, Kenikir, Terong, Tomat, Bayam, Kangkung, Kacang panjang, Kecipir, Buncis Tegak & Rambat Toga : Jahe, Kencur, Lengkuas, Kunyit, Temulawak, Sirih, Lidah Buaya Ternak Kambing, Domba dan/atau ayam buras Pemeliharaan ikan atau lele: Lele/Nila/Gurame Intensifikasi pekarangan: Sayuran/Buah/Umbi/ Kacangkacangan Intensifikasi pagar : Kaliandra, Dadap, Gliriside, Rumput, Garut, Talas, Pisang, Nenas, Melinjo, Ganyong, Garut 26
33 Lampiran 3. Petunjuk teknis budidaya tanaman dominan di pekarangan 1. Budidaya Cabe Cabe (Capsicum sp) merupakan tanaman perdu dari famili terongterongan (solanaceae). Cabe berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Indonesia. Penyiapan Benih Pilih buah cabe yang matang (merah), bentuk sempurna, segar, tidak cacat dan tidak terserang penyakit. Keluarkan bijinya dengan mengiris buah secara memanjang. Cuci biji lalu dikeringkan. Pilih biji yang bentuk, ukuran dan warna seragam, permukaan kulit bersih, tidak keriput dan tidak cacat. Benih yang akan ditanam diseleksi dengan cara merendam dalam air, biji yang terapung dibuang. Bila kesulitan membuat sendiri, benih cabe dapat dibeli di toko pertanian setempat. Persemaian Sebelum tanam di tempat permanen (polybag), sebaiknya benih disemai dulu dalam wadah semai yang dapat berupa bak plastik atau kayu dengan ketebalan sekitar 10 cm yang dilubangi bagian dasarnya untuk pengaturan air(drainase). Persiapannya sbb : Isikan dalam wadah semai media berupa tanah pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Untuk menghilangkan gangguan hama berikan Curater 3 G 27
34 takaran gr/m 2. Media ini disiapkan 1 minggu sebelum penyemaian benih. Benih yang akan ditanam, sebelumnya direndam dalam air hangat (50 derajat Celcius) semalam. Lebih baik lagi bila diberi zat pengatur tumbuh seperti Atonik. Tebarkan benih secara merata di media persemaian, bila mungkin beri jarak antar benih 5 x 5 cm sehingga waktu tanaman dipindah/dicabut, akarnya tidak rusak. Usahakan waktu benih ditanam diatasnya ditutup selapis tipis tanah. Kemudian letakkan wadah semai tersebut di tempat teduh dan lakukan penyiraman secukupnya agar media semai tetap lembab. Pembibitan Benih yang telah berkecambah atau bibit cabe umur hari (biasanya telah tumbuh sepasang daun) sudah dapat dipindahkan ke tempat pembibitan. Siapkan tempat pembibitan berupa polybag ukuran 8 x 9 cm atau bumbungan dari bahan daun pisang sehingga lebih murah harganya. Masukkan ke dalamnya campuran tanah, pasir dan pupuk kandang serta tambahkan Curater 3 G. Pindahkan bibit cabe ke wadah pembibitan dengan hatihati. Pada saat bibit ditanam di bumbungan, tanah di sekitar akar tanaman ditekan-tekan agar sedikit padat dan bibit berdiri tegak. Letakkan bibit di tempat teduh dan sirami secukupnya untuk menjaga kelembabannya. Pembibitan ini untuk meningkatkan daya adaptasi dan daya tumbuh bibit pada saat pemindahan di tempat terbuka. Bibit bisa ditanam di polybag setelah berumur hari. Persiapan Media Tanam Polybag Siapkan polybag tempat penanaman yang berlubang kiri kanannya untuk pengaturan air. 28
35 Masukkan media tanam ke dalamnya berupa campuran tanah dengan pupuk kandang 2 : 1 sebanyak 1/3 volume polybag. Tambahkan Furadan atau Curater 3 G 2-4 gr/tanaman untuk mematikan hama pengganggu dalam media tanah. Masukkan campuran tanah dan pupuk kandang ke dalam polybag setinggi 1/3 nya Tambahkan pupuk buatan sebagai pupuk dasar yaitu 10 gr SP 36, 5 gr KCl dan 1/3 bagian dari campuran 10 gr Urea + 20 gr ZA per tanaman (2/3 bagiannya untuk pupuk susulan). Kemudian siram dengan air agar pupuk laur dalam tanah. Penanaman Pilih bibit cabe yang baik yaitu pertumbuhannya tegar, warna daun hijau, tidak cacat/terkena hama penyakit. Tanam bibit tersebut di polybag penanaman. Wadah media bibit harus dibuka dulu sebelum ditanam. Hati-hati supaya tanah yang menggumpal akar tidak lepas. Bila wadah bibit memakai bumbungan pisang langsung ditanam karena daun tersebut akan hancur sendiri. Tanam bibit bibit tepat di bagian tengah, tambahkan media tanahnya hingga mencapai sekitar 2 cm bibir polybag. Padatkan permukaan media tanah dan siram dengan air lalu letakkan di tempat terbuka yang terkena sinar matahari langsung. Pemeliharaan 1. Lakukan penyiraman secukupnya untuk menjaga kelembaban media tanah polybag. 2. Lakukan pemupukan susulan : a. Umur 30 hari setelah tanam (HST): 5 gr KCl per tanaman. 29
36 b. Umur 30 dan 60 HST: masing-masing 1/3 bagian dari sisa campuran Urea dan ZA pada pemupukan dasar. 3. Lakukan perompesan/pembuangan cabang daun di bawah cabang utama dan buang bunga yang pertama kali muncul. 4. Untuk mengendalikan hama lalat buah penyebab busuk buah, pasang jebakan yang diberi Antraxtan. Sedang untuk mengendalikan serangga pengisap daun seperti Thrips, Aphid dengan insektisida seperti Curacron. Untuk penyakit busuk buah kering (Antraknosa) yang disebabkan cendawan, gunawan fungisida seperti Antracol. Dosis dan aplikasi masing-masing obat tersebut dapat dilihat pada labelnya. Panen Cabai merah dapat dipanen umur sekitar 80 HST. Pemetikan cabe dapat dilakukan 1-2 kali seminggu disesuaikan dengan kebutuhan. Pemetikan dilakukan dengan hati-hati agar percabangan/tangkai tanaman tidak patah. Sumber: Disarikan dari 30
37 2. Budidaya Mentimun Pembibitan Syarat Tumbuh Mentimun (Cucumis sativus L.) tumbuh baik pada wilayah beriklim kering, cukup mendapat sinar matahari, temperatur 21,1-26,7 C dan tidak banyak hujan. Ketinggian optimum m dpl. Tumbuh baik pada tanah gembur, banyak mengandung humus, tata air baik, tanah mudah meresapkan air, ph tanah 6-7. Siapkan tanah halus yang dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 7:3 kemudian masukkan polybag. Rendam benih dalam air hangat selama 30 menit. Peram selama 12 jam, setiap benih yang berkecambah ditanam pada polibag sedalam 0,5-1 cm. Polybag dinaungi plastik bening dan bibit disiram dua kali sehari. Semprotkan pupuk organik pada 7 hss. Setelah berumur 12 hari atau berdaun 3-4 helai, bibit dipindahkan ke kebun. Pengolahan Tanah Bersihkan lahan dari gulma, rumput, pohon yang tidak diperlukan. Berikan kalsit/dolomit (ph tanah <6>3.3). Penanaman Siram bibit dalam polibag dengan air Keluarkan bibit bersama medianya dari polibag. 31
38 Tanamkan bibit di lubang tanam dan padatkan tanah di sekitar batang. Pemasangan lanjaran Pemasangan media perambatan/panjatan dilakukan setelah bibit mulai tumbuh akar rambatnya. Lanjaran dapat dibuat dari bambu dalam bentuk lanjaran atau para-para. Pemeliharaan Tanaman yang rusak atau mati dicabut dan segera disulam dengan tanaman yang baik. Bersihkan gulma (bisa bersama waktu pemupukan). Pasang ajir pada 5 hst (hari setelah tanam) untuk merambatkan tanaman. Daun yang terlalu lebat dipangkas, dilakukan 3 minggu setelah tanam pada pagi atau sore hari. Pengairan dan penyiraman rutin dilakukan setiap pagi dan sore hari dengan cara di siram atau menggenangi lahan selama menit. Selanjutnya pengairan hanya dilakukan jika diperlukan dan diintensifkan kembali pada masa pembungaan dan pembuahan. Pemupukan Pupuk dasar per ha: 150 kg TSP kg Urea kg KCl + 20 ton pupuk kandang Umur 3-5 HST: 100 kg TSP kg Urea kg KCl Umur 10 HST: 250 kg TSP kg Urea kg KCl Setelah berbunga: 250 kg Urea kg KCL Setelah panen pertama: 100 kg Urea kg KCl Mulai umur 2-10 minggu disemprotkan pupuk cair 4 kali dengan interval 2 minggu sekali atau 8 kali dengan interval 1 minggu sekali. Pengendalian Hama dan Penyakit Dilakukan dengan prinsip pengendalian terpadu. Hama yang sering menyerang antara lain: 32
39 a. Oteng-oteng atau kutu kuya (Aulocophora similis Oliver); kumbang daun berukuran 1 cm dengan sayap kuning polos. Gejala: merusak dan memakan daging daun sehingga daun bolong; pada serangan berat, daun tinggal tulangnya. b. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon), ulat berwarna hitam dan menyerang terutama tanaman yang masih muda. Gejala: batang tanaman dipotong disekitar leher akar. c. Lalat buah (Dacus cucurbitae Coq.), lalat dewasa berukuran 1-2 mm. Lalat menyerang mentimun muda untuk bertelur, Gejala: memakan daging buah sehingga buah abnormal dan membusuk. d. Kutu daun (Aphis gossypii Clover), kutu berukuran 1-2 mm, berwarna kuning atau kuning kemerahan atau hijau gelap sampai hitam. Gejala: menyerang pucuk tanaman sehingga daun keriput, kerititing dan menggulung. Kutu ini juga penyebar virus. Penyakit yang sering menyerang antara lain: a. Busuk daun (Downy mildew), penyebab: Pseudoperonospora cubensis Berk et Curt. Menginfeksi kulit daun pada kelembaban udara tinggi, temperatur C dan berembun atau berkabut. Gejala: daun berbercak kuning dan berjamur, warna daun akan menjadi coklat dan busuk. b. Penyakit tepung (Powdery mildew). penyebab: Erysiphe cichoracearum. Berkembang jika tanah kering di musim kemarau dengan kelembaban tinggi. Gejala: permukaan daun dan batang muda ditutupi tepung putih, kemudian berubah menjadi kuning dan mengering. c. Antraknose, penyebab: cendawan Colletotrichum lagenarium Pass. Gejala: bercak-bercak coklat pada daun. Bentuk bercak agak bulat atau bersudut-sudut dan menyebabkan daun mati; gejala bercak dapat meluas ke batang, tangkai dan buah. Bila udara lembab, di tengah bercak terbentuk massa spora berwarna merah jambu. d. Bercak daun bersudut, penyebab: cendawan Pseudomonas lachrymans. Menyebar pada saat musim hujan. Gejala : daun berbercak kecil kuning dan bersudut; 33
40 pada serangan berat seluruh daun yang berbercak berubah menjadi coklat muda kelabu, mengering dan berlubang. e. Virus, penyebab: Cucumber Mosaic Virus, CMV, Potato virus mosaic, PVM; Tobacco Etch Virus, TEV; otato Bushy Stunt Virus (TBSV); Serangga vektor adalah kutu daun Myzus persicae Sulz dan Aphis gossypii Glov. Gejala : daun menjadi belang hijau tua dan hijau muda, daun berkerut, tepi daun menggulung, tanaman kerdil. Pengendalian: dengan mengendalikan serangga vektor, mengurangi kerusakan mekanis, mencabut tanaman sakit dan rotasi dengan famili bukan Cucurbitaceae. f. Kudis (Scab), penyebab: cendawan Cladosporium cucumerinum Ell.et Arth. Terjadi pada buah mentimun muda. Gejala: ada bercak basah yang mengeluarkan cairan yang jika mengering akan seperti karet; bila menyerang buah tua, terbentuk kudis yang bergabus. g. Busuk buah, penyebab: cendawan (1) Phytium aphinadermatum (Edson) Fizt.; (2) Phytopthora sp., Fusarium sp.; (3) Rhizophus sp., (4) Erwinia carotovora pv. Infeksi terjadi di kebun atau di tempat penyimpanan. Gejala : (1) Phytium aphinadermatum: buah busuk basah dan jika ditekan, buah pecah; (2) Phytopthora: bercak agak basah yang akan menjadi lunak dan berwarna coklat dan berkerut; (3) Rhizophus: bercak agak besar, kulit buah lunak ditumbuhi jamur, buah mudah pecah; (4) Erwinia carotovora: buah membusuk, hancur dan berbau busuk. Pengendalian: dengan menghindari luka mekanis, penanganan pasca panen yang hati-hati, penyimpanan dalam wadah bersih dengan suhu antara 5 7 o C. Panen Buah mentimun muda lokal untuk sayuran, asinan atau acar umumnya dipetik 2-3 bulan setelah tanam. Mentimun hibrida dipanen 42 hari setelah tanam. Mentimun Suri dipanen setelah matang. Buah dipanen di pagi hari sebelum jam 9.00 dengan cara memotong tangkai buah dengan pisau tajam. 34
41 Mentimun sayur dipanen 5-10 hari sekali tergantung dari varietas dan ukuran/umur buah yang dikehendaki. 35
42 3. Budidaya Terong Persemaian Syarat Tumbuh Terong (Solanum melongena) Dapat tumbuh di dataran rendah dan tinggi, suhu udara o C, jenis tanah yang paling baik adalah lempung berpasir, subur, kaya bahan organik, aerasi dan drainase baik dan ph antara 6,8-7,3, sinar matahari cukup, cocok ditanam pada musim kemarau. Benih terong yang akan ditanam dapat berasal dari benih komposit atau dapat berasal dari benih hibrida yang berkualitas. Media semai terdiri atas campuran tanah dan pukan (pupuk kandang) dengan perbandingan 2 : 1. Penggunaan pestisida bahan aktif metalaksil sebagai pencegah jamur dapat menghindarkan bibit dari penyakit dumping off. Hasil campuran media tersebut dimasukkan ke dalam polybag dengan tinggi ± 8 cm dan diameter 5 cm. Perlakuan Benih Benih direndam dalam air hangat kuku selama menit Benih dibungkus dengan gulungan kain basah kemudian diperam selama + 24 jam hingga nampak mulai berkecambah. Setelah 24 jam benih tersebut melalui proses pemeraman yang dicirikan dengan munculnya radikula (calon akar), maka benih tadi siap dipindahkan ke media semai (polibag) menggunakan pinset dengan posisi radikula dibawah, kemudian ditutup dengan tanah tipis 36
43 Jika persemaian dalam bedengan, maka benih disebar di atas bedengan menurut barisan, jarak antar barisan cm. Tutup benih tersebut dengan tanah tipis. Permukaan bedengan yang telah disemai benih ditutup dengan daun pisang/ penutup lainnya. Setelah benih tampak berkecambah muncul, buka penutupnya. Siram persemaian pagi dan sore hari (perhatikan kelembabannya). Perhatikan serangan hama dan penyakit sejak di pembibitan jika di perlukan semprot dengan pestisida. Setelah bibit berumur 1-1,5 bulan atau berdaun empat helai bibit siap dipindahkan ke polibag yang lebih besar atau ke lahan penanaman. Penanaman Benih yang telah berumur 25 hari setelah semai (HSS) dapat ditanam pada lubang tanam yang telah disediakan atau polibag yang besar diameter 30 cm. Ciri dari bibit yang siap tanam adalah munculnya 3 lembar helai daun sempurna atau mencapai tinggi ± 7,5 cm. Sebaiknya penanaman dilakukan pada sore hari setelah dilakukan penggenangan untuk mempermudah pemindahan dan masa adaptasi pertumbuhan awal. Sistem tanam yang digunakan untuk terong adalah sistem single row, dengan jarak antara tanaman 75 cm. Bibit yang siap tanam dimasukkan kedalam lubang tanam yang ditugal sedalam cm kemudian ditekan ke bawah sambil ditimbun dengan tanah yang berada di sekitar lubang mulsa sebatas leher akar (pangkal batang). Untuk menjaga dari serangan hama dapat diberikan insektisida bahan aktif carbofuran. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman terong tidak berbeda dari tanaman lainnya, yaitu penyiraman, pemupukan, perempelan dan pengendalian hama dan penyakit. 37
44 Penyiraman dapat dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari selama seminggu pertama setelah tanam. Pupuk susulan pertama diberikan pada tanaman umur 21 HST antara lain: ZA dosis gram/tanaman, SP gram/tanaman, KCl sebanyak gram/tanaman. Pupuk diberikan dipinggir tanaman dengan jarak 10 cm dari pangkal batang. Pupuk susulan kedua dilakukan pada umur 50 HST dengan pupuk NPK dengan dosis 8-10 gram/tanaman. Pemupukan yang terakhir yaitu NPK pada saat panen yang kedua dilakukan dengan dosis sebanyak 10 gram/tanaman. Disamping penyiraman dan pemupukan, pencegahan hama dan penyakit dapat dilakukan dengan menyemprotkan pestisida sesuai dengan hama atau penyakit yang menyerang. Sedangkan konsentrasinya disesuaikan dengan anjuran dan interval penyemprotan disesuaikan dengan intensitas serangan dan kondisi lingkungan. Pangkas tunas-tunas liar yang tumbuh mulai dari ketiak daun pertama hingga bunga pertama juga dirempel untuk merangsang agar tunas-tunas baru dan bunga yang lebih produktif segera tumbuh. Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang dan pengendaliannya: 1. Kumbang Daun (Epilachna spp): Gejala serangan adanya bekas gigitan pada permukaan daun sebelah bawah. Bila serangan berat dapat merusak semua jaringan daun dan tinggal tulang-tulang daun saja. Cara pengendalian: kumpulkan dan musnahkan kumbang, atur waktu tanam, jika diperlukan lakukan penyemprotan dengan Insektisida adapun merek bermacam-macam dapat di tanyakan ke toko pertanian terdekat. 2. Kutu Daun (Aphis spp): Menyerang dengan cara mengisap cairan sel, terutama pada bagian pucuk atau daun-daun masih muda, akibatnya daun tidak normal, keriput atau 38
45 keriting atau menggulung. Aphis spp sebagai vektor atau perantara virus. Cara pengendalian; mengatur waktu tanam dan pergiliran tanaman, jika populasi Aphis banyak dapat di gunakan Insektisida dengan tipe "Racun Contak", tetapi disarankan menggunakan Insektisida dengan tipe "Racun Sistemik" Jika ingin lebih aman gunakan Insektisida botani ' misalnya menggungkan Ekstrak Bawang putih, Aroma bawang putih tidak disukai oleh Aphis, tetapi penyemprotan ke-2 dst tidak terlalu berpengaruh terhadap Aphis. 3. Tungau (Tetranynichus spp): Serangan hebat musim kemarau. Menyerang dengan cara mengisap cairan sel tanaman, sehingga menimbulkan gejala bintik-bintik merah sampai kecoklat-coklatan atau hitam pada permukaan daun sebelah atas ataupun bawah. Cara pengendalian sama seperti pada pengen dalian kutu daun, disarankan menggunakan Insektisida dengan tipe "Racun Sistemik" 4. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon Hufn.): Bersifat polifag, aktif senja atau malam hari. Menyerang dengan cara memotong titik tumbuh tanaman yang masih muda, sehingga terkulai dan roboh, pada siang hari ulat bersembunyi, sehingga sangat sulit menemukan ulat Agritus ipsilon pada siang hari. Cara pengendalian; kumpulkan dan musnahkan ulat, Lakukan penyemprotan dengan insektisida pada sore ( ) atau pagi kurang dari 05.00, gunakan insektisida dengan tipe "Racun perut", jika menggukanan racun kontak semprot pada malam hari ketika ulat mulai muncul, tetapi perlu di pertimbangkan penyemprotan pada malam hari akan terkendala oleh penerangan. 5. Ulat Grayak (Spodoptera litura, F): Bersifat polifag. Menyerang dengan cara merusak (memakan) daun hingga berlubang-lubang. Cara pengendalian; mengatur waktu tanam dan pergiliran tanaman, mengumpulkan ulat, jika perlu gunakan Insektisida 6. Ulat Buah (Helicoverpa armigera Hubn.): Bersifat polifag, menyerang buah dengan cara menggigit dan melubanginya, sehingga bentuk buah tidak normal, dan 39
46 mudah terserang penyakit busuk buah. Cara pengendalian kumpulkan dan musnahkan buah terserang, lakukan pergiliran tanaman dan waktu tanam sanitasi kebun. Penyakit yang sering menyerang dan : 1. Layu Bakteri, penyebabnya adalah bakteri Pseudomonas solanacearum. Bakteri ini bisa bertahan hidup lama dalam tanah. Serangan hebat terjadi pada temperatur yang cukup tinggi. Gejala serangan terjadi kelayuan seluruh tanaman secara mendadak. Sebenarnya serangan layu bakteri bersifat lokal, seperti pembuluh xylem/pembuluh angkut, tetapi karena menyerangnya pada akar atau leher akar sehingga pasokan air dan hara tanaman dari tanah ke daun terhambat sehingga gejala yang muncul adalah kelayuan yang bersifat sistemik. Cara pengendalian antara lain: mengatur jarak tanam, sehingga kelembaban tidak terlalu tinggi, lakukan pergiliran tanaman, jangan menanam tanaman yang berjenis Solanaceae seperti tomat, tembakau, karena akan memperparah serangan. Penyemprotan menggunakan Bakterisida 2. Busuk Buah, penyebabnya adalah jamur Phytophthora sp., Phomopsis vexans, Phytium sp. Gejala serangan terlihat adanya bercak-bercak coklat kebasahan pada buah sehingga buah menjadi busuk. Pengendalian menggunakan Fungisida. 3. Bercak Daun, penyebabnya adalah jamur Cercospora sp, Alternaria solani, Botrytis cinerea. Gejala serangan terlihat bercak-bercak kelabu-kecoklatan atau hitam pada daun. 4. Antraknose, penyebabnya adalah jamur Gloesporium melongena. Gejala serangan terlihat bercak-bercak melekuk dan bulat pada buah lalu membesar berwarna coklat dengan titik-titik hitam. 5. Busuk Leher akar, penyebabnya adalah Sclerotium rolfsii Gejala pangkal batang membusuk berwarna coklat. 6. Rebah Semai, penyebabnya adalah Jamur Rhizoctonia solani dan Pythium spp. Gejala serangan terlihat pada batang bibit muda kebasah-basahan, mengkerut dan akhirnya roboh dan mati. Cara pengendalian antara lain: tanam varietas tahan, atur jarak tanam dan pergiliran 40
47 Panen Petunjuk Teknis M-KRPL tanaman, perbaikan drainase, atur kelembaban dengan jarak tanam agak lebar, cabut tanman yang sakit. Panen pertama terong dapat dilakukan saat tanaman berumur 30 HST atau sekitar HST setelah munculnya bunga. Kriteria buah terong layak panen adalah daging belum keras, warna buah mengkilat, ukuran tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil. Sedangkan untuk terong jenis bulat kecil panen buah dapat dilakukan pada umur hari setelah muncul bunga dengan ciri: buah kelihatan segar, warnanya cerah bagi terong tipe hijau dan belum berwarna kecoklatan bagi terong berwarna ungu, bila dipotong belum tampak biji yang berwarna kuning keemasan dan warna daging masih putih bersih. Pemanenan dapat dilakukan seminggu dua kali sehingga total dalam satu musim dapat dilakukan 8 kali panen dengan potensi jumlah buah per tanaman bisa mencapai 21 buah. Setelah pemanenan yang ke delapan biasanya produksi mulai menurun baik kualitas maupun kuantitasnya. 41
48 4. Budidaya Bayam Bayam (Amaranthus spp.) merupakan sayuran yang banyak mengandung vitamin dan mineral, dapat tumbuh sepanjang tahun pada ketinggian sampai dengan 1000 m dpl dengan pengairan secukupnya. Terdapat 3 jenis bayam, yaitu: (1) bayam cabut, batangnya berwarna merah juga ada berwarna hijau keputih-putihan, (2) bayam petik, pertumbuhan nya lebih tegak serta berdaun lebar, warna daun hijau tua dan ada yang berwarna kemerahmerahan, (3) bayam yang biasa dicabut dan juga dapat dipetik. Jenis bayam ini tumbuh tegak, berdaun besar berwarna hijau keabu-abuan. Cara Budidaya Bayam 1. Benih bayam diperbanyak melalui biji. Biji bayam yang dijadikan benih harus cukup tua (+ 3 bulan). Benih yang muda, daya simpannya tidak lama dan tingkat perkecambahannya rendah. Benih bayam yang tua dapat disimpan selama satu tahun. Benih bayam tidak memiliki masa dormansi dan kebutuhan benih adalah sebanyak 5-10 kg tiap hektar atau 0,5-1 gram/m 2. Varietas yang dianjurkan adalah Giti Hijau, Giti Merah, Kakap Hijau, Bangkok dan Cimangkok. 2. Persiapan lahan dengan cara dicangkul sedalam cm supaya gembur. Selanjutnya buat bedengan dengan arah membujur dari Barat ke Timur agar mendapatkan cahaya penuh. Lebar bedengan sebaiknya 100 cm, tinggi 30 cm dan panjang sesuai kondisi lahan. Jarak antar bedengan 30 cm. 42
49 3. Pemupukan. Setelah bedengan diratakan, 3 hari sebelum tanam berikan pupuk dasar (pupuk kandang kotoran ayam) dengan dosis kg/ha atau pupuk kompos organik hasil fermentasi (kotoran ayam yang telah difermentasi) dengan dosis 4 kg/m 2. Sebagai starter tambahkan Urea 150 kg/ha (15 gr/m 2 ) diaduk dengan air dan disiramkan pada tanaman pada sore hari 10 hari setelah penaburan benih, jika perlu berikan pupuk cair 3 liter/ha (0,3 ml/m 2 ) pada umur 2 minggu setelah penaburan benih. 4. Penanaman/penaburan benih dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: (a) ditebar langsung di atas bedengan, yaitu biji dicampur dengan pupuk kandang yang telah dihancurkan dan ditebar secara merata di atas bedengan. (b) ditebar pada larikan/barisan dengan jarak cm, kemudian ditutup dengan lapisan tanah. (c) disemai setelah tumbuh (sekitar 10 hari) bibit dibumbun dan dipelihara selama + 3 minggu. Selanjutnya dipindahkan ke bedengan dengan jarak tanam 50 x 30 cm. Cara semai biasanya dilakukan untuk bayam petik. 5. Pemeliharaan. Bayam yang jarang terserang penyakit (yang ditularkan melalui tanah), adalah bayam cabut. Bayam dapat berproduksi dengan baik asalkan kesuburan tanahnya selalu dipertahankan, misalnya dengan pemupukan organik yang teratur dan kecukupan air, untuk tanaman muda (sampai satu minggu setelah tanam) membutuhkan air 4 l/m 2 /hari dan menjelang dewasa tanaman ini membutuhkan air sekitar 8 l/m 2 /hari. 6. Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Jenis hama yang sering menyerang tanaman bayam diantaranya adalah ulat daun, kutu daun, penggorok daun dan belalang. Penyakit yang sering dijumpai adalah rebah kecambah (Rhizoctonia solani) dan penyakit karat putih (Albugo sp.). Untuk pengendalian OPT gunakan pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya. 43
50 7. Panen. Bayam cabut biasanya dipanen apabila tinggi tanaman kira-kira 20 cm, yaitu pada umur 3 sampai dengan 4 minggu setelah tanam. Tanaman ini dapat dicabut dengan akarnya ataupun dipotong pangkalnya. Sedangkan bayam petik biasanya mulai dapat dipanen pada umur 1 sampai dengan 1,5 bulan dengan interval pemetikan seminggu sekali. 8. Pasca Panen. Tempatkan bayam yang baru dipanen pada tempat yang teduh atau merendamkan bagian akar dalam air dan pengiriman produk secepat mungkin untuk menjaga kesegarannya. (Sumber: 44
51 5. Budidaya Kacang Panjang Syarat Tumbuh Tanaman tumbuh baik pada tanah latosol/lempung berpasir, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan drainasenya baik, ph sekitar 5,5-6,5. Suhu antara o C, iklim kering dengan sinar matahari penuh, curah hujan antara mm/tahun dan ketinggian optimum <800 m dpl. Kacang panjang sangat cocok ditanam pada dataran rendah dan medium. Bila ditanam di dataran tinggi pertumbuhannya lambat dan berbuah kurang baik. Penanaman dilakukan ditempat terbuka dan ditanam pada awal atau akhir musim hujan. Pembibitan Benih kacang panjang yang baik dan bermutu, sebagai berikut: penampilan bernas/kusam, daya kecambah tinggi di atas 85%, tidak rusak/cacat, tidak mengandung hama dan penyakit. Keperluan benih antara 2-3 gram/m 2. Benih tidak perlu disemaikan, tetapi langsung ditanam pada lubang tanam yang sudah disiapkan. Pengolahan Tanah dan Penanaman Lahan diolah dengan baik sampai gembur, diratakan dan dibersihkan dari gulma/rumput-rumput liar. Setelah diolah dibuat bedengan, lebar cm dan lubang tanaman dibuat dengan tugal sedalam 3-5 cm, dengan jarak tanam 20x40x(60-90 cm), sebaiknya setiap lubang dimasukkan 2-3 biji benih, kemudian ditutup dengan tanah. Pengapuran dan Pemupukan Pengapuran sangat dianjurkan pada tanah dengan ph rendah (<5,5) yaitu dengan menggunakan dolomite/kaptan sebanyak 1,5 kg/m 2, 3-4 minggu sebelum tanam. Pupuk yang diberikan untuk tanaman kacang panjang adalah pupuk 45
52 kandang 5-10 kg/m 2 atau 0,5-1 kg/lubang tanaman dengan campuran pupuk Urea, KCl, TSP dengan perbandingan 1:1:2 dengan dosis 20 gram/m 2 atau sekitar 2 gram/lubang tanam yang diberikan sebelum tanam. Seluruh dosis pupuk buatan diberikan bersamaan dengan waktu tanam, keculai Urea diberikan lagi sebagai pupuk susulan sebanyak 5 gram/m 2 atau 0,5 gram/rumpun tanaman pada waktu tanaman berumur 3 minggu. Pemeliharaan Penyiraman dilakukan setiap hari sampai benih tumbuh. Setelah tinggi tanaman mencapai 25 cm, dipasang turus/ lanjaran dari bambu yang tingginya sekitar 2 m. Untuk menjaga agar tanaman tidak roboh, tiap empat buah turus, ujungnya di ikat jadi satu. Bila tanaman terlalu subur dapat dilakukan pemangkasan daun. Setelah dilakukan pemupukan susulan dilakukan pengguludan tanaman dengan tinggi lebih kurang 20 cm. Penyiangan dilakukan pada umur 3-5 minggu. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Hama yang menyerang kacang panjang antara lain: Lalat bibit, ulat tanah, ulat grayak, kutu daun, kutu kebul, dan ulat penggerek polong. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan jalan menanam pada awal dan dilakukan secara serentak, pergiliran tanaman dengan tanaman bukan kacang-kacangan, penggunaan mulsa jerami, penggunaan musuh alami, dan pengendalian kimiawi menggunakan insektisida secara selektif. Penyakit yang sering menyerang kacang panjang antara lain antraknose, bercak daun sarkospora, karat, layu Fusarium, busuk daun dan mosaik. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memusnahkan tanaman sakit, menggunakan benih sehat dari varietas tahan, pergiliran tanaman dan pengendalian kimiawi. Panen dan Pasca Penen Kacang panjang dapat di panen setelah berumur HST. Pemanenan dapat dilakukan setiap minggu, selama 1-2 bulan. Panen polong muda jangan sampai terlambat dilakukan karena akan menyebabkan polong berserat dan liat. Segera 46
53 setelah panen, kacang panjang langsung dijual karena umur simpan kacang panjang relatif pendek, karena tingginya laju respirasi sehingga cepat layu. Produktivitas kacang panjang dapat mencapai 30 kg/m 2. 47
54 6. Budidaya Sawi Sawi adalah salah satu jenis sayur yang mudah dibudidayakan di lahan pekarangan, baik langsung maupun dengan wadah pot atau polibag. Sayuran berdaun hijau ini termasuk tanaman yang tahan terhadap air hujan, dan dapat dipanen sepanjang tahun tidak tergantung dengan musim. Panen dapat dilakukan setelah 40 hari setelah tanam. sawi hijau biasa. Beberapa jenis sawi yang banyak dikonsumsi masyarakat, antara lain sawi hijau, sawi putih dan sawi pakcoy atau caisim. Dari ketiga jenis sawi tersebut, pakcoy termasuk jenis yang banyak dibudidayakan petani saat ini karena batang dan daunnya lebih lebar dari Sawi pakcoy cocok ditanam di daerah dengan suhu C, dan memiliki curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, sehingga cukup tahan dibudidayakan di dataran rendah. Pemilihan bibit Bibit merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha budidaya. Ciri-ciri bibit yang baik antara lain berbentuk bulat, kecil-kecil, permukaannya licin mengkilap dan agak keras, warna kulit bibit cokelat kehitaman. Siapkan media tanam berupa bedengan dengan ukuran 1 m 2, Berikan pupuk kandang sebanyak 10 kg, pupuk Urea 20 gram, TSP 10 gram, dan KCL sebanyak 7,5 gram. Benih ditabur merata pada permukaan media sebanyak 0,075 gram/m 2 (750 gram/ha). Setelah ditebari benih, media ditutupi tanah kembali. Penyiraman dilakukan setiap hari dengan menggunakan penyemprotan. Selanjutnya sawi dapat dipindahkan ke lahan tanam, setelah berumur 3 minggu. Jarak tanam antar bibit 20 cm x 20 cm. 48
55 Persiapan lahan (bedengan) Petunjuk Teknis M-KRPL Seminggu sebelumnya lahan digemburkan, kemudian diberikan pupuk kandang 20 ton/ha, Urea 100 kg/ha, dan TSP 75 kg/ha. Bedengan dibuat selebar 120 cm, panjang 100 m dan tinggi 40 cm. Jarak antar bedengan 30 cm dan dibuat parit yang diisi air setinggi 20 cm untuk penyediaan air bagi tanaman. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penjarangan (mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat), penyulaman (penggantian tanaman yang mati atau rusak), pembersihan gulma, dan pemberian pupuk tambahan pada umur 3 minggu setalah tanam. Penyiraman dilakukan setiap hari, sebaiknya pagi atau sore hari. Disamping itu tanaman dipelihara dari serangan hama dan penyakit. Hama penyakit yang biasa menyerang tanaman sawi adalah ulat dan karat daun. Panen Setelah berumur 40 hari, tanaman sawi pakcoy sudah dapat dipanen. Caranya dengan mencabut tanaman hingga akarnya. Panen bisa dilakukan setiap minggu sekali, dengan mengatur waktu tanam satu bendengan dengan bendengan lainnya. 49
56 7. Budidaya Paria atau Pare Paria atau pare (Momordica charantia L.) merupakan tanaman sayuran setahun atau tahunan, termasuk dalam famili Cucurbitaceae. Ada dua tipe kultivar yang penting, yaitu kultivar yang menghasilkan buah yang meruncing pada ujungnya, dan kultivar yang menghasilkan buah yang tidak meruncing. Buah paria merupakan sumber vitamin C yang baik, vitamin A, fosfor, dan besi. Ujung batang paria merupakan sumber pro-vit A yang baik, protein, tiamin dan vitamin C. Persyaratan Tumbuh Paria cocok dibudidayakan di daerah dengan ketinggian m dpl dengan ph optimal 5-6. Tanaman ini dapat beradaptasi dengan baik pada tanah lempung berpasir dengan drainase baik dan kaya bahan organik. Suhu optimum untuk pertumbuhan berkisar antara C. Benih Kebutuhan benih 5-7 kg/ha diperlukan untuk mencapai populasi tanaman tanaman per hektar. Persiapan Lahan Paria biasanya ditanam di atas bedengan. Bedengan berukuran lebar 1,5-2,5 m, panjang sesuai dengan kondisi lahan, tinggi 20 ccm pada musim kemarau dan 30 cm pada hujan. Jarak tanam yang umum digunakan 0,75 cm x 0,75 m, 1 m x 1 m, atau cm dalam barisan dan cm antar barisan. Dalam satu bedengan terdapat dua baris tanaman. Jarak tanam yang lebar digunakan untuk tempat para-para rambatan. 50
57 Pupuk kandang diberikan bersamaan dengan pengolahan lahan sebanyak ton/ha dengan cara dicampur merata dengan tanah atau dengan menempatkan pupuk di lubang tanam yang telah ditentukan. Penanaman Penanaman dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan ditanam langsung dan dengan disemai terlebih dahulu. Penanaman langsung lebih umum digunakan, terutama pada musim hujan. Lubang tanam dibuat sesuai jarak tanam yang digunakan. Benih ditanam 2 atau 3 biji per lubang sedalam 2-3 cm. Kecambah umumnya muncul dalam waktu sekitar 1 minggu. Setelah tanaman mempunyai 4 daun sejati, maka sisakan satu tanaman yang sehat pada tiap lubang tanam. Penanaman tidak langsung atau dengan disemai dahulu digunakan bila penanaman dilakukan pada musim kemarau atau jumlah benih yang dimiliki terbatas. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi kematian bibit di lahan. Media semai berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Benih ditanam dengan jarak 2 cm x 2 cm. Setelah berumur 10 hari, bibit dipindahkkan ke bumbunan. Bibit sibit siap dipindah tanam ke lapangan setelah berumur 3 minggu setelah semai atau mempunyai 3 4 daun. Agar tanaman yang dipindah tanam dapat tumbuh dengan baik, sistem perakaran bibit tidak boleh terganggu. Bibit cabutan tidak dapat bertahan dengan baik. Tanaman yang mati atau tidak tumbuh di lapangan harus segera disulam. Pemeliharaan Pemeliharaan yang umum dilakukan berupa penyiangan, pengairan, pemupukan, pemberian para para, prunning (pemangkasan) dan pengendalian hama dan penyakit. 51
58 Penyiangan dilakukan rutin, paling tidak seminggu sekali bersamaan dengan pembumbunan. Untuk mengendalikan gulma dapat juga digunakan mulsa. Tanaman paria tidak tahan kekeringan, sehingga pada musim kemarau penyiraman sebaiknya dilakukan setiap hari. Pembuatan parit di sekeliling guludan sangat diperlukan untuk mengurangi genangan air, hal ini dilakukan pada musim penghujan. Pemupukan susulan pertama diberikan pada saat tanaman berumur 3 minggu. Sedangkan pemupukan susulan berikutnya dilakukan dengan interval 2 minggu sampai tanaman berumur 4 bulan. Pupuk susulan berupa NPK (15:15:15) 5-10 g/tanaman diberikan dengan cara memasukkannya ke dalam lubang berjarak 10 cm dari tanaman. Paria memerlukan penopang, atau rambatan untuk meningkatkan produksi buah, mengurangi busuk buah serta memudahkan pengendalian OPT dan pemanenan. Rambatan diberikan saat tanaman berumur 3 minggu. Rambatan dapat berupa ajir, teralis, dan tunnel setinggi 1,5-2 m. Pemangkasan dilakukan untuk membuang cabang samping yang tidak produktif, dilakukan pada saat tanaman berumur 3 dan 6 minggu. Pengendalian hama dan penyakit Serangan hama dan penyakit jarang ditemukan apabila kondisi tanaman terawat. Hama yang banyak ditemukan adalah lalat buah, Epilachna sp., kutu daun, trips, tungau dan siput. Pengendalian lalat buah dilakukan dengan pembungkusan buah menggunakan kertas saat buah masih kecil (panjang 2-3 cm) dan peggunaan perangkap. Penyakit yang umum ditemukan berupa embun tepung, layu bakteri, layu fusarium, serkospora, dan virus (CMV). Pengendalian dilakukan dengan sanitasi dan menggunakan fungisida secara selektif. Panen dan Pascapanen Panen buah konsumsi dilakukan saat buah masih belum terlalu tua, bintil dan keriputnya masih rapat. Panen sebaiknya menggunakan pisau yang tajam. Panen untuk 52
59 benih dilakukan pada buah yang sudah matang, berwarna kuning dan pembungkus bijinya berwarna merah. Paria dapat dipanen pada umur sekitar 55 hari setelah tanam. Panen dapat dilakukan berkali-kali untuk merangsang pembentukan buah baru. Adanya buah cenderung dapat menghambat pembungaan. Produksi buah dapat mencapai buah per tanaman atau ton/ha. Sortasi untuk memisahkan buah yang rusak dan berpenyakit sangat diperlukan untuk menjaga kualitas panenan. Buah paria tidak tahan lama sehingga sebaiknya segera dipasarkan setelah panen. Penyimpanan pada suhu C dan kelembaban 85-90% dapat menjaga kualitas buah salama 2-3 minggu. (Sumber: TIM PRIMA TANI, Balai Penelitian Tanaman Sayuran, 2007) 53
60 8. Budidaya Selada Selada (Lactuca sativa L.) merupakan sayuran daun berumur semusim dan termasuk dalam famili compositae. Selada tumbuh baik di dataran tinggi, pertumbuhan optimal di lahan subur yang banyak mengandung humus, pasir atau lumpur.dengan ph tanah 5-6,5 Di dataran rendah kropnya kecil-kecil dan cepat berbunga. Waktu tanam terbaik pada akhir musim hujan, walaupun demikian dapat ditanam pada musim kemarau dengan pengairan atau penyiraman yang cukup. Tanaman selada dapat ditanam langsung pada lahan ataupun pada media tanam seperti polibag. Teknologi Budidaya Benih Jenis selada yang banyak dibudidayakan : a) Selada mentega disebut juga dengan selada bokor atau selada daun, bentuk kropnya bulat tapi lepas. b) Selada (heading lettuce) atau selada krop, bentuk kropnya bulat dan lonjong, kropnya padat atau kompak. c) Kebutuhan benih g biji /hektar. Persiapan lahan atau media tanam Lahan terlebih dahulu dicangkul sedalam cm supaya gembur. Buat bedengan membujur dari Barat ke Timur, untuk mendapatkan cahaya penuh. Lebar bedengan 100 cm, tinggi 30 cm dan panjang sesuai lahan. Jarak antar bedeng 30 cm. Lahan yang asam (ph rendah) perlu dilakukan pengapuran dengan kapur kalsit atau dolomit. 54
61 Persemaian Petunjuk Teknis M-KRPL a) Biji dapat langsung ditanam di lapangan, tetapi lebih baik disemaikan. b) Sebelumnya, benih direndam dalam air hangat (50ºC) selama satu malam atau dalam larutan Previcur N (0,1 %) selama + 2 jam kemudian dikeringkan. c) Benih disebar merata pada bedengan persemaian dengan media campuran tanah dan pupuk kandang/kompos (1:1), kemudian ditutup dengan daun pisang selama 2-3 hari dan diberi naungan/atap d) Setelah berumur 7-8 hari, bibit dipindahkan ke dalam bumbunan yang terbuat dari daun pisang/pot plastik dengan media yang sama. Penanaman Setelah berumur 3-4 minggu atau sudah memiliki 4-5 helai daun, tanaman dapat dipindahkan ke bedengan yang sudah dipersiapkan dengan jarak tanam 20 x 20 cm atau 25 x 25 cm. Dapat pula dipindahkan ke polibag. Pemupukan a) 3 hari sebelum tanam berikan pupuk kandang kotoran ayam 20 t/ha atau pupuk kompos organik hasil fermentasi (kotoran ayam yang telah difermentasi) dengan takaran 4 kg/m 2 atau gr/tanaman. b) Pada umur 2 minggu setelah tanam lakukan pemupukan susulan Urea 150 kg/ha (15 gr/m 2 ). Agar pemberian pupuk lebih merata pupuk Urea diaduk dengan pupuk organik kemudian diberikan secara larikan disamping barisan tanaman. c) Selanjutnya dapat ditambahkan pupuk cair 3 l/ha (0,3 ml/m 2 ) pada umur 10 dan 20 hari setelah tanam. 55
62 Pemeliharaan Penyiraman dilakukan tiap hari sampai selada tumbuh normal, kemudian diulang sesuai kebutuhan. Jika ada tanaman yang mati, segera disulam sebelum tanaman berumur 15 hari. Penyiangan dan pendangiran dilakukan bersamaan dengan waktu pemupukan pertama dan kedua. Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering ditemui adalah ulat daun, belalang, dan nyamuk kecil bila keadaan lembab. Pengendalian hama dapat dilakukan secara mekanik yaitu dipungut dengan tangan, jika terpaksa gunakan pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, takaran, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya. Penyakit yang sering menyerang tanaman selada yaitu bercak hitam daun dan cacar daun. Panen Selada dapat dipanen setelah berumur + 2 bulan, dengan mencabut batang tanaman atau memotong pangkal batang. Tanaman yang baik dapat menghasilkan + 15 t/ha. Pasca Panen Untuk menjaga kualitasnya, dengan cara merendam bagian akar tanaman dalam air dan pengiriman produk secepat mungkin. (Sumber : Prima Tani Kota Jambi, 2009) 56
63 9. Budidaya Buah Naga Buah naga (Hylocereus undatus), sebagian kalangan menyebutnya buah dewa, dragon fruit. Buah naga beasal dari Taiwan dengan bentuk fisik mirip buah nanas yang memiliki sulur /jumbai di sekujur kulitnya. Buah naga berwarna merah jambu (pink) dengan daging buah berwarna putih, kuning atau merah dengan biji kecil berwarna hitam yang sangat lembut dan lunak. Persyaratan Tumbuh Buah naga cocok ditanam di dataran rendah pada ketinggian m dpl. Kondisi tanah gembur, porous, banyak mengandung bahan organik dan unsur hara, ph tanah 5 7. Tanaman buah naga peka terhadap kekeringan dan akan membusuk bila kelebihan air. Tanaman ini membutuhkan penyinaran cahaya matahari penuh, untuk mempercepat proses pembungaan. Persiapan Lahan Buat parit untuk saluran drainase di areal kebun. Persiapkan tiang penopang untuk tegakan tanaman, karena tanaman ini tidak mempunyai batang primer yang kokoh. Tiang penyangga dapat menggunakan ajir/tiang penyangga dari kayu atau beton berukuran 10 cm x 10 cm x 150 cm. Tiang penyangga di tancapkan ke dalam tanah sedalam 50 cm dengan jarak 2,5m x 2m. Ujung bagian atas dari tiang penyangga diberi besi yang berbentuk lingkaran untuk penopang cabang tanaman. Untuk 1 ha dibutuhkan 2000 tiang penyangga dan 8000 bibit tanaman buah naga. Setiap tiang/pohon penyangga dibuat 3-4 lubang tanarn dengan jarak sekitar 30 cm dari tiang penyangga. 57
64 Lubang tanam diberi pupuk kandang sebanyak 5-10 kg dicampur dengan tanah. Persiapan bibit dan penanaman Buah naga dapat diperbanyak dengan stek atau biji. Pada umumnya ditanam dengan stek dari batang tanaman dengan panjang cm yang ditanam dalam polybag dengan media tanam berupa campuran tanah, pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Setelah bibit berumur 3 bulan bibit siap dipindah/ditanam di lahan. Pemeliharaan Pada awal perturnbuhan, tanaman memerlukan pengairan yang diberikan 1-2 hari sekali. Pemberian air yang berlebihan dapat menyebabkan pembusukan. Tanaman diberikan pupuk kandang sebanyak 5-10 kg dengan interval pemberian 3 bulan sekali. Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), dilakukan apabila ditemukan adanya serangan hama dan penyakit yang potensial. Pembersihan lahan atau pengendalian gulma perlu dilakukan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Batang utama (primer) perlu dipangkas setelah tingginya mencapai tiang penyangga (sekitar 2 m), dan ditumbuhkan 2 cabang sekunder, kemudian dari masing-masing cabang sekunder dipangkas lagi dan ditumbuhkan 2 cabang tersier yang berfungsi sebagai cabang produksi. Panen Setelah tanaman berumur 1,5-2 tahun, tanaman mulai berbunga dan berbuah. Buah naga dapat dipanen apabila kulit buah berwarna merah mengkilap, jumbai/sisik 58
Mengenal KRPL. Kawasan Rumah Pangan Lestari
1 Mengenal KRPL Ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu merupakan keniscayaan yang tidak terbantahkan. Hal ini menjadi prioritas pembangunan pertanian nasional dari waktu ke waktu.
Lebih terperinciWALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI
SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pekarangan. Pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu,
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Pekarangan Menurut Hartono, dkk. (1985) dalam Rahayu dan Prawiroatmaja (2005), Pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu, yang diatasnya terdapat
Lebih terperinciPerkembangan m-krpl Di Kabupaten Dompu Dan Dukungan Penyuluh Pertanian Lapangan
Prinsip Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yaitu dibangun dari kumpulan rumah tangga agar mampu mewujudkan kemandirian pangan melalui pemanfaatan pekarangan dengan berbagai jenis tanaman pangan, sayuran,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) SI KIB. Soli,loilo Ll* Xak"d hdrmi4&m1{
PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) SI KIB Soli,loilo Ll* Xak"d hdrmi4&m1{ KATA PENGANTAR Dalam berbagai kesempatan Presiden selalu mengingatkan kepada kita untuk berupaya meningkatkan ketahanan
Lebih terperinciMODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN LUWU TIMUR
MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN LUWU TIMUR Ir. PETER TANDISAU, MS., dkk. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) menjadi focus perhatian pemerintah saat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjaun Pustaka 2.1.1 Pekarangan Pekarangan adalah sebidang tanah di sekitar rumah yang mudah diusahakan dengan tujuan untuk meningkatkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan untuk membeli pangan sesuai kebutuhan rumah tangga.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketahanan Pangan Menurut FAO (1997) menyatakan bahwa ketahanan pangan merupakan situasi dimana semua rumah tangga mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI ACEH
LAPORAN AKHIR KEGIATAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI ACEH Oleh: M. Ferizal Nazariah M. Nasir Cut Hilda Rahmi Rini Andarini Ahmad BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH
Lebih terperinciPETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU
PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL)
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita
PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan
Lebih terperinciBudidaya Cabai. Potensi hasil 9 ton/ha. Warna buah merah Panjang buah 10 cm Cocok untuk dataran rendah Toleran terhadap hama pengisap daun
Budidaya Cabai Pendahuluan Cabe (Capsicum Annum varlongum) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Cabe merupakan tanaman perdu dari famili terong
Lebih terperinciPETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU
PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013 1 PETUNJUK PELAKSANAAN
Lebih terperinciKEGIATAN M-KRPL KABUPATEN BARRU
KEGIATAN M-KRPL KABUPATEN BARRU Ir. Abdul Fattah, MP, dkk I.Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Presiden RI pada acara Konferensi Dewan Ketahanan Pangan di Jakarta International Convention Center (JICC) bulan
Lebih terperincioleh : Haryono Kepala Badan Litbang Kementerian Pertanian
PERAN NYATA HORTIKULTURA, AGRONOMI DAN PEMULIAAN TANAMAN TERHADAP KONTINYUITAS KETAHANAN PANGAN SERTA PENGEMBANGAN PERTANIAN PERKOTAAN MELALUI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI oleh : Haryono Kepala Badan
Lebih terperinciPeluang Usaha Budidaya Cabai?
Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai
Lebih terperinciDAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Ruang Lingkup Penelitian... 9
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... ii ABSTRACT... iii ABSTRAK... iv RINGKASAN... v HALAMAN PERSETUJUAN... viii RIWAYAT HIDUP... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii
Lebih terperinciPenganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap bermacam-macam bahan pangan. TUJUAN PEMANFAATAN PEKARANGAN 10.3
Lebih terperinciPOLA PENATAAN LAHAN PEKARANGAN BAGI KELESTARIAN PANGAN DI DESA SEBORO KRAPYAK, KABUPATEN PURWOREJO
POLA PENATAAN LAHAN PEKARANGAN BAGI KELESTARIAN PANGAN DI DESA SEBORO KRAPYAK, KABUPATEN PURWOREJO Cahyati Setiani, Iswanto, dan Endang Iriani Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Email: cahyati_setiani@yahoo.com
Lebih terperinciM-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN
M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN Menghias rumah tinggal dengan tanaman hias? Itu sudah biasa. Lain halnya yang dilakukan para ibu anggota Kelompok Wanita Tani
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2012 dilaksanakan di Kebun Kelompok Wanita Tani Ilomata Desa Huntu
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut
Lebih terperinciMenanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur
Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. Menyempitnya lahan-lahan pertanian ternyata bukan suatu halangan untuk mengusahakan budidaya tanaman sayuran. Sistem vertikultur
Lebih terperinciBercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO)
Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO) Menanam tomat dalam pot atau polybag dapat menjadi salah satu solusi pemanfaatan lahan sempit
Lebih terperinciPOTENSI PERTANIAN PEKARANGAN*
POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* Muhammad Fauzan, S.P., M.Sc Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) I. PENDAHULUAN Pertanian pekarangan (atau budidaya tanaman
Lebih terperinciKAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL): Sebagai Solusi Pemantapan Ketahanan Pangan 1 Oleh: Handewi Purwati Saliem 2
KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL): Sebagai Solusi Pemantapan Ketahanan Pangan 1 Oleh: Handewi Purwati Saliem 2 PENDAHULUAN Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade
Lebih terperinciBAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR
13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan
Lebih terperinciCara Menanam Cabe di Polybag
Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat
Lebih terperinciPOLA KONSUMSI PANGAN B2SA
POLA KONSUMSI PANGAN B2SA aret Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 1 LATAR BELAKANG Upaya peningkatan ketahanan pangan: masalah seluruh bangsa
Lebih terperinciTeknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur
Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur Oleh Liferdi Lukman Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban Perahu No. 517 Lembang Bandung 40391 E-mail: liferdilukman@yahoo.co.id Sesuai dengan
Lebih terperinciBUDIDAYA SAYURAN. Paramita Cahyaningrum Kuswandi Program Pengabdian Masyarakat Jur. Pend. Biologi FMIPA UNY 2014
BUDIDAYA SAYURAN Paramita Cahyaningrum Kuswandi Email : paramita@uny.ac.id Program Pengabdian Masyarakat Jur. Pend. Biologi FMIPA UNY 2014 Budidaya Tanaman Sayuran Langkah-langkah yang perlu dilakukan
Lebih terperinciCara Menanam Tomat Dalam Polybag
Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,
Lebih terperinciBUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai
Lebih terperinciPEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1
PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan
Lebih terperinciKONTRIBUSI PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DALAM MENDUKUNG KESEJAHTERAAN MASYARAKAT:
KONTRIBUSI PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DALAM MENDUKUNG KESEJAHTERAAN MASYARAKAT: Studi Kasus Desa Banjarsari, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur SITI FATIMATUS ZAHRO DEPARTEMEN
Lebih terperinciBUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI
BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT Oleh: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Tanaman cabai (Capsicum annum) dalam klasifikasi tumbuhan termasuk ke dalam family Solanaceae. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah
Lebih terperinciMENTIMUN. (Cucucmis sativus L.)
MENTIMUN (Cucucmis sativus L.) I. UMUM 1.1. Sejarah Singkat Mentimum adalah salah satu jenis sayur-sayuran yang dikenal di hampir setiap negara. Tanaman ini berasal dari Himalaya di Asia Utara. Saat ini,
Lebih terperinciPROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KELURAHAN PAAL V KOTA JAMBI MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI PENDAHULUAN
PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KELURAHAN PAAL V KOTA JAMBI MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI Widya Sari Murni dan Rima Purnamayani Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi
Lebih terperinciPETUNJUK PELAKSANAAN GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA TOMAT
PETUNJUK PELAKSANAAN GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA TOMAT Ir.. SISWANI DWI DALIANI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2012 PETUNJUK PELAKSANAAN NOMOR : 26/1801.18/011/A/JUKLAK/2012 1. JUDUL RDHP :
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis
KATA PENGANTAR Buah terung ini cukup populer di masyarakat, bisa di dapatkan di warung, pasar tradisional, penjual pinggir jalan hingga swalayan. Cara pembudidayaan buah terung dari menanam bibit terung
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH Pusat Kajian Hortikultura Tropika INSTITUT PERTANIAN BOGOR PROLOG SOP PEPAYA PEMBIBITAN TIPE BUAH PENYIAPAN LAHAN PENANAMAN PEMELIHARAAN PENGENDALIAN
Lebih terperinciTEKNIK BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN
TEKNIK BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN Bunaiyah Hnrita Balai Pengkajian Teknlgi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Pembanguanan ketahanan pangan mempunyai ciri
Lebih terperinciTEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi
TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi Benih cabai hibrida sebenarnya dapat saja disemaikan dengan
Lebih terperinciIII. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR
16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu
Lebih terperinciKAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DAN PERKEMBANGANNYA DI SULAWESI TENGAH BPTP Sulawesi Tengah
KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DAN PERKEMBANGANNYA DI SULAWESI TENGAH BPTP Sulawesi Tengah Pendahuluan Indonesia memiliki potensi sumber daya lahan hayati yang sangat kaya dengan berbagai jenis tanaman pangan,
Lebih terperinciTeknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat
Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman
Lebih terperinciOleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09
Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran
Lebih terperinciOptimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui M-KRPL di Kabupaten Cianjur
Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui M-KRPL di Kabupaten Cianjur Arti Djatiharti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat E-mail: artidjatiharti@gmail.com Abstrak Model Kawasan Rumah Pangan
Lebih terperinciPeluang Usaha Budidaya Cabe Merah
KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS Peluang Usaha Budidaya Cabe Merah NAMA : HERRY WICOYO NIM : 11.12.5939 KELAS : 11-SI-SI-08 STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT
Lebih terperinciCara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag
Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempatdan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, JalanH.R. Soebrantas No.155
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,
Lebih terperinciTEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK OPTIMALISASI PEKARANGAN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TENGAH BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK OPTIMALISASI PEKARANGAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK OPTIMALISASI
Lebih terperinciI. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.
I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar
Lebih terperinciAgroteknologi Tanaman Rempah dan Obat
Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg
Lebih terperinciMODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN TORAJA UTARA PENDAHULUAN
MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN TORAJA UTARA Dr. Ir. Jermia Limbongan, MS, dkk PENDAHULUAN Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang pangan mengartikan ketahanan pangan adalah kondisi
Lebih terperinciBudidaya Tanaman Obat. Elvira Syamsir
Budidaya Tanaman Obat Elvira Syamsir Budidaya Tanaman Obat untuk Murid Sekolah Dasar Pengarang: Elvira Syamsir ilustrator: yanu indaryanto Penerbit: Seafast Center IPB DISCLAIMER This publication is made
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.
III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. 3.2 Bahan dan alat Bahan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan
Lebih terperinciSayuran Daun. BPTP Jakarta TEKNIS BUDIDAYA
TEKNIS BUDIDAYA Sayuran Daun Mendukung Tercipt anya Kawasan Rumah Pangan Lest ar i (KRPL) di Per kot aan BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA BADAN PENELITIAN DAN PENG EMBANG AN PERTANIAN KEMENTERIAN
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI Kelurahan Tegalgede merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember yang berjarak sekitar 2 km dari kampus UNEJ. Batas-Batas wilayah Kelurahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk
Lebih terperinciBUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )
BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) PENDAHULUAN Blimbing manis dikenal dalam bahasa latin dengan nama Averhoa carambola L. berasal dari keluarga Oralidaceae, marga Averhoa. Blimbing manis
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,
Lebih terperinciPekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali
Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali Pendahuluan Sri Murtiati dan Nur Fitriana Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Jln. BPTP No. 40 Sidomulyo, Ungaran
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan prosedur budidaya kumis kucing di Klaster Biofarmaka
Lebih terperinciIII. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR
20 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Kenteng Rt 08 Rw 02, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Lebih terperinciI. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten
Lebih terperincisebelumnya berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan dan Dinas Pertanian, dan Peternakan berkunjung ke Desa Marga Kaya.
1 ngin segar perubahan muncul ketika tim BPTP Lampung yang A sebelumnya berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan dan Dinas Pertanian, dan Peternakan berkunjung ke Desa Marga Kaya.
Lebih terperinciTUGAS LINGKUNGAN BISNIS
TUGAS LINGKUNGAN BISNIS Budiaya Cabai Rawit Disususn Oleh: Nama : Fitri Umayasari NIM : 11.12.6231 Prodi dan Jurusan : S1 SISTEM INFORMASI 11-S1SI-12 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kawasan Rumah Pangan Lestari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Pengertian Kawasan Rumah Pangan Lestari Kementerian Pertanian menginisiasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep Rumah Pangan Lestari (RPL).
Lebih terperinciPENYIAPAN BIBIT UBIKAYU
PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA A.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Pakcoy Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah dibudidayakan
Lebih terperinciPRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9
PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9 Benih Inovasi IPB Teknik Penanaman Benih Pepaya - Sebelum benih disemai, rendam dahulu benih selama 24 jam mengunakan air hangat. - Media tanam untuk pembibitan adalah
Lebih terperinciTEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135
TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 PUPUK ORGANIK POWDER 135 adalah Pupuk untuk segala jenis tanaman yang dibuat dari bahan
Lebih terperinciPerkembangbiakan Tanaman
SERI LEMBARAN FAKTA TENTANG Penyimpanan Benih & Perkembangbiakan Tanaman Dikembangkan oleh Yayasan IDEP Dengan dukungan dari the Seed Savers Network Apakah Anda ingin menanam tanaman yang lebih sehat sambil
Lebih terperinciPupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)
Penggunaan pupuk kimia atau bahan kimia pada tanaman, tanpa kita sadari dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti terlihat pada gambar di atas. Oleh karena itu beralihlah ke penggunaan pupuk organik
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT
Lebih terperinciBUDIDAYA SUKUN 1. Benih
BUDIDAYA SUKUN Sukun merupakan tanaman tropis sehingga hampir disemua daerah di Indonesia ini dapat tumbuh. Sukun dapat tumbuh di dataran rendah (0 m) hingga dataran tinggi (700 m dpl). Pertumbuhan optimal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan
Lebih terperinciSELAYANG PANDANG. KILAS BALIK MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (m-krpl) PROVINSI BENGKULU
SELAYANG PANDANG KILAS BALIK MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (m-krpl) PROVINSI BENGKULU KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
Lebih terperinciIII. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR
16 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Desa Sidoharjo Rt 5 Rw 10 Kelurahan Banaran Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali Jawa Tengah.
Lebih terperinciLAPORAN SPEKTRUM DISEMINASI MULTI CHANEL (SDMC) MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) BPTP BENGKULU
LAPORAN SPEKTRUM DISEMINASI MULTI CHANEL (SDMC) MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) BPTP BENGKULU Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Bengkulu dilaksanakan melalui pendekatan partisipatif
Lebih terperinciVI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN
VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR TAHUN PENELITI UTAMA. IR. M. FERIZAL, M.Sc.
LAPORAN AKHIR TAHUN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI PROVINSI ACEH PENELITI UTAMA IR. M. FERIZAL, M.Sc. BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Desa Kalimulyo
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Desa Kalimulyo Masyarakat di Desa Kalimulyo sebagian besar menggantungkan hidupnya pada usaha pertanian. Hasil penelitian menunjukkan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jl. Kolam No.1 Medan Estate Kecamatan Medan Percut
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area, Jalan Kolam No.1 Medan Estate kecamatan Percut Sei
Lebih terperinciTeknologi Produksi Ubi Jalar
Teknologi Produksi Ubi Jalar Selain mengandung karbohidrat, ubi jalar juga mengandung vitamin A, C dan mineral. Bahkan, ubi jalar yang daging umbinya berwarna oranye atau kuning, mengandung beta karoten
Lebih terperinciUPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda
UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG Oleh : Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda A. PENDAHULUAN Tanaman nilam merupakan kelompok tanaman penghasil
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian.
31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini jenis penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya
Lebih terperinciOleh: Misran Khaidir Ahmadi Zarwan Aguswarman AN BALAI BESAR
LAPORAN AKHIR TAHUN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN DHARMASRAYA Oleh: Misran Khaidir Ahmadi Zarwan Aguswarman Syamsurizal KEMENTERIAN PERTANIA AN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Lebih terperinciPERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA. Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR
PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR LATAR BELAKANG Lebih dari 50 % dari total penduduk indonesia adalah wanita (BPS,
Lebih terperinci