SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi"

Transkripsi

1 PERBEDAAN KEKASARAN PERMUKAAN ENAMEL GIGI PADA PENGGUNAAN KARBAMID PEROKSIDA 16% DENGAN JUS BUAH TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill,var.commune) SEBAGAI BAHAN PEMUTIH GIGI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Disusun oleh: Venosha Rajen NIM : FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

2 Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Konservasi Gigi Tahun 2017 Venosha Rajen Perbedaan Kekasaran Permukaan Enamel Gigi Pada Penggunaan Karbamid Peroksida 16% Dan Jus Buah Tomat (Lycopersicum esculentum Mill,var.commune) sebagai Bahan Pemutih Gigi xi + 64 halaman Penggunaan karbamid peroksida 16% sebagai bahan pemutih gigi menimbulkan efek samping pada enamel gigi. Salah satu efek samping yang terjadi adalah meningkatkanya kekasaran enamel. Permukaan enamel yang kasar akan menjadi tempat perlekatan dan kolinisasi bakteri yang akhirnya akan meningkatkan demineralisasi. Salah satu bahan alami yang mempunyai kemampuan untuk mencerahkan warna gigi adalah buah tomat yang mempunyai kandungan hidrogen peroksida.tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kekasaran permukaan enamel gigi pada pengunaan karbamid peroksida 16% dengan jus buah tomat sebagai bahan pemutih gigi. Penelitian dilakukan dengan 30 sampel (15 sampel gigi molar tiga dibagi menjadi 2 bagian) gigi post-ekstraksi, kemudian dilakukan pengukuran kekasaran permukaan enamel gigi menggunakan profilometer. Seluruh akar diolesi dengan cat kuku bening dan direndam dalam saliva buatan. Sampel dibagi menjadi tiga kelompok, kelompok 1 direndam dalam jus tomat 100% yang pembuatannya dengan 200 gram buah tomat dihaluskan tanpa air, kelompok 2 direndam dalam jus tomat 50% dengan 200 gram buah tomat dihaluskan tanpa air kemudian diencerkan menggunakan rumus V1C1=V2C2. Perendaman selama 5 menit setiap 6 jam 3 kali sehari selama 2 minggu. Kelompok 3 diaplikasikan gel karbamid peroksida 16% selama 6 jam setiap hari selama 2 minggu. Setelah 2 minggu dilakukan pengukuran kekasaran kembali.

3 Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kekasaran permukaan enamel pada masing-masing kelompok. Uji normalitas dengan menggunakan Shapiro-Wilk menunjukkan data hasil penelitian tidak memenuhi asumsi normalitas. Pada uji Kruskall-Wallis didapat p = 0,068 yang menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara penggunaan karbamid peroksida 16% dan jus buah tomat dengan konsentrasi 50% dan 100%. Maka dapat disimpulkan bahwa baik karabamid peroksida 16% maupun jus buah tomat dengan konsentrasi 50% dan 100% dapat menyebabkan peningkatan kekasaran permukaan enamel gigi. Kata kunci : jus buah tomat, kekasaran permukaan gigi, pemutihan gigi Daftar rujukan : 42 ( )

4 PERBEDAAN KEKASARAN PERMUKAAN ENAMEL GIGI PADA PENGGUNAAN KARBAMID PEROKSIDA 16% DENGAN JUS BUAH TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill,var.commune) SEBAGAI BAHAN PEMUTIH GIGI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Disusun oleh: Venosha Rajen NIM : FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

5 PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi Medan, 11 Oktober 2017 Pembimbing: Tanda tangan 1. Bakri Soeyono, drg. NIP Widi Prasetia, drg. NIP

6 TIM PENGUJI SKRIPSI Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 11 Oktober 2017 TIM PENGUJI KETUA ANGGOTA : Bakri Soeyono, drg : 1. Cut Nurliza,drg.,M.Kes.,Sp.KG

7 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua, Bapak Rajen dan Ibu Sathiavany sebagai tanda hormat, rasa sayang dan terima kasih yang tak terhingga atas kasih sayang, perhatian, dukungan, kesabaran, semangat, kerja keras dan doanya selama ini. Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dan bimbimgan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Dr. Trelia Boel, M.Kes Sp.RKG selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi. 2. Cut Nurliza, drg., M.Kes.,Sp.KG selaku Ketua Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi. 3. Bakri Soeyono, drg., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, pemikiran, dukungan, kesabaran, bimbingan dan semangat kepada penulis. 4. Widi Prasetia, drg., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, pemikiran, dukungan, kesabaran, bimbingan dan semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Cut Nurliza,drg.,M.Kes.,Sp.KG selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu, memberi ide dan saran kepada penulis. 6. Siti Salmiah.,drg.,Sp.KGA selaku dosen penasehat akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi.

8 7. Seluruh staf pengajar dan tenaga administrasi FKG USU terutama Departemen Ilmu Konservasi Gigi yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan saran kepada penulis. 8. Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD.,Sp.JP(K) selaku Ketua Komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. 9. Idham Kami, ST, MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Politeknik Negeri Medan dan Drs. Moch. Agus Zaenuri, MT selaku Dosen Pembimbing Laboratorium CNC Politeknik Negeri Medan atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan selama penulis melaksanakan penelitian. 10. Maya Fitria, SKM., M.Kes., selaku staf pengajar di Departemen Kependudukan dan Biostatistik FKM USU yang telah memberikan bimbingan mengenai analisa statistika kepada penulis. 11. Sahabat terbaik penulis, Jeevitha Dewi serta teman-teman skripsi di Departmen Konservasi Gigi yang telah memberikan dukungan, semangat, doa, harapan dan kebersamaan selama penulis mendapatkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi. 12. Semua pihak yang telah banyak membantu penulisan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu diharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan bermanfaat bagi masyarakat. Medan, 11 Oktober 2017 Penulis ( Venosha ) NIM

9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... iv vi ix x xi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Enamel Demineralisasi Perubahan Warna Gigi Pemutihan Gigi Mekanisme Pemutihan Gigi Bahan Pemutih Gigi Hidrogen Peroksida Karbamid Peroksida Indikasi dan Kontraindikasi Bleaching Efek Samping Bleaching Tomat Morfologi Tomat Kandungan Tomat Potensi buah tomat sebagai bahan pemutih gigi Kekasaran Permukaan Enamel Gigi... 20

10 2.11 Metode Pengukuran Kekasaran Permukaan Gigi Kerangka Teori BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep Hipotesis Penelitian BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Populasi Sampel Besar Sampel Variabel Penelitian Variabel Bebas Variabel Tergantung Variabel Terkendali Variabel Tidak Terkendali Identifikasi Variabel Penelitian Definisi Operasional Alat dan Bahan Penelitian Alat Penelitian Bahan Peneltian Metode Pengumpulan Data/Prosedur Penelitian Persiapan Sampel Perlakuan Terhadap Sampel Pengukuran Kekasaran Permukaan Gigi Analisis Data BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian Kekasaran Permukaan Sampel Kelompok Kekasaran Permukaan Sampel Kelompok Kekasaran Permukaan Sampel Kelompok Analisis Hasil Penelitian Uji Kruskal-Wallis Uji Mann--Whitney BAB 6 PEMBAHASAN... 40

11 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Saran 46 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

12 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Kandungan Gizi Buah tomat 18 Tabel 2. Definisi Operasional 28 Tabel 3. Nilai kekasaran permukaan kelompok 1 36 Tabel 4. Nilai kekasaran permukaan kelompok 2 37 Tabel 5. Nilai kekasaran permukaan kelompok 3 38 Tabel 6. Hasil uji Kruskall-Wallis 38 Tabel 7. Hasil uji Mann-Whitney 39

13 10 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Struktur enamel 8 Gambar 2 Mekanisme pemutihan gigi 12 Gambar 3 Buah tomat 17 Gambar 4 Stylus profilometer 23 Gambar 5 Gambar alat dan bahan 32 Gambar 6 Gigi dipotong 33 Gambar 7 Sampel gigi dibagi 2 bagian 33 Gambar 8 Buah tomat ditimbang 34 Gambar 9 Jus buah tomat 34 Gambar 10 Perendaman sampel gigi 35 Gambar 11 Aplikasi Karbamid Peroksida 16% 35

14 11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Alur penelitian Lampiran 2 Biaya Penelitian Lampiran 3 Gants Chart Lampiran 4 Surat LIPI Bogor Lampiran 5 Ethical Clearance Lampiran 6 Surat Keterangan Politeknik Negeri Medan Lampiran 7 Lembar Hasil Uji Statistik

15 12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Keinginan masyarakat masa kini terhadap kualitas tampilan gigi mereka sudah semakin meningkat. 1 Gigi tidak cukup terlihat rapi tetapi juga harus putih. 1 Perubahan warna pada satu atau sekelompok gigi akan terus memberikan sebuah dampak negatif pada keharmonisan senyum seseorang. 2 Meskipun warna gigi hanya merupakan salah satu aspek yang terlibat dalam keharmonian wajah, namun tetapi memainkan sebuah peran yang penting karena perubahan pada warna gigi dapat segara dilihat dibandingkan aspekaspek lain. 2 Warna gigi seseorang itu ditentukan oleh warna dentin dan enamelnya. Selain itu, dapat juga dipengaruhi oleh kombinasi dari warna intrinsik dan adanya stain ekstrinsik yang menempel pada pemukaan gigi. 1,2,3 Setiap perubahan pada enamel, dentin atau struktur pulpa koronal dapat menyebabkan perubahan transmisi cahaya pada warna gigi. 3 Penyebab utama perubahan warna secara ekstrinsik pada gigi adalah kromogen yang berasal dari asupan sumber diet, seperti, kopi, teh, wortel,coklat, atau dari tembakau, larutan kumur, atau plak pada permukaan gigi. Penyebab perubahan warna gigi secara intrinsik antara lain, yaitu : penyebab sistemik, metabolisme,genetik, serta lokal. 1,3 Beberapa metode dan pendekatan dapat dilakukan untuk meningkatkan warna gigi menjadi lebih putih yaitu dengan pasta gigi pemutih, bleaching internal pada gigi non vital, bleaching eksternal pada gigi vital dan scalling. 1,3-4 Prosedur bleaching merupakan suatu proses pemutihan gigi yang berubah

16 warna sampai mendekati warna gigi asli dengan proses perbaikan secara kimiawi. 3,5 Ada dua metode penggunaan pemutihan gigi, yaitu pemutihan gigi sendiri di rumah (home bleaching) dan pemutihan gigi yang dilakukan dokter gigi (office bleaching). 2,5 Bahan pemutih gigi yang biasa digunakan adalah hidrogen peroksida dan karbamid peroksida. 5-6 Kedua bahan ini sama-sama menggunakan hidrogen peroksida yang akan terurai menjadi H2O dan O Hidrogen peroksida pada konsentrasi sangat tinggi dapat bersifat mutagenik dan agen pengoksidasi yang kuat melalui pembentukan radikal bebas. Karbamid peroksida merupakan kombinasi hidrogen peroksida dan urea. 5-7 Pemutihan gigi dengan menggunakan karbamid peroksida terdapat dua macam yaitu home bleaching dengan karbamid peroksida 10-22% karena bahan aman dan efektif yang disetujui oleh American Dental Association (ADA) dan office bleaching yang pemutihannya dilakukan oleh dokter gigi di ruang praktek dengan menggunakan karbamid peroksida 30-37% yang diperlukan aktivasi cahaya (seperti halogen, LED, laser) untuk mempercepat proses pemutihan gigi serta mendapatkan hasil yang efektif. 1,5-6 Bahan pemutih gigi yang digunakan pada saat perawatan pemutihan gigi memang masih tergolong aman untuk digunakan. Namun ternyata penggunaan bahan pemutih gigi senyawa kimia masih diperdebatkan karena menimbulkan efek samping pada jaringan gigi dan mulut. Beberapa penelitian menyimpulkan tidak ada efek samping dari penggunaan bahan pemutih gigi pada permukaan gigi, namun ada juga penelitian yang menyimpulkan sebaliknya. Salah satu efek samping yang terjadi adalah perubahan morfologi permukaan enamel seperti meningkatnya porositas enamel, berkurangnya kekerasan enamel dan meningkatnya kekasaran enamel Penggunaan bahan pemutih gigi dapat menyebabkan terjadinya

17 demineralisasi pada permukaan enamel gigi. Larutnya prisma-prisma enamel akibat berkontak dengan bahan pemutih gigi akan menyebabkan perubahan kekasaran permukaan enamel. Penggunaan karbamid peroksida 16% dapat menyebabkan terbentuknya porus dan hilangnya komponen kalsium dan fosfor dari permukaan enamel. 8 Kekasaran permukaan enamel menjadi suatu studi yang penting, karena permukaan enamel yang kasar akan menjadi tempat perlekatan dan kolonisasi bakteri yang akhirnya akan meningkatkan demineralisasi dan infeksi gingiva. 9 Penelitian Soares DG dkk, menyatakan bahan pemutih gigi karbamid peroksida 16% menyebabkan demineralisasi serta meningkatnya kekasaran permukaan enamel. 10 Bistey dkk, dalam penelitiannya juga menyimpulkan bahan pemutih gigi baik dengan teknik home bleaching maupun in-office bleaching dapat menyebabkan perubahan morfologi enamel. 11 Penelitian Cavalli V dkk, menunjukkan bahwa penggunaan karbamid peroksida dengan konsentrasi rendah yang berbeda telah mengakibatkan peningkatan yang signifikan terhadap kekasaran permukaan enamel gigi dan evaluasi SEM mengungkapkan bahwa produk pemutih gigi memiliki potensi efek demineralisasi pada permukaan enamel gigi. 12 Adapun kerugian ini membuat para peneliti mencari bahan pemutih gigi alami yang lebih aman. 3,7 Bahan alami yang saat ini dapat digunakan untuk memutihkan gigi yang telah berubah warna adalah hidrogen peroksida yang dapat diperoleh dari buah-buahan. Hidrogen peroksida mempunyai kemampuan untuk mencerahkan warna gigi. Hidrogen peroksida akan berdifusi melalui enamel ke dentin dan bertindak sebagai oksidator kuat yang menghasilkan radikal bebas yang cukup reaktif. Radikal bebas ini akan menyerang molekul organik di gigi untuk mencapai stabilitas. Hidrogen peroksida juga mampu mengoksidasi berbagai senyawa organik dan anorganik berwarna,sehingga 14

18 menyebabkan perubahan warna. 13 Hidrogen peroksida dapat terkandung dalam bahan alami seperti pir dan madu. Penelitian yang dilakukan oleh Utami DR dkk menyimpulkan buah pir yang mengandung hidrogen peroksida dapat digunakan sebagai bahan alternatif yang aman pada proses pemutihan gigi. 14 Istanti SF dkk dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan warna gigi setelah dilakukan perendaman gigi di dalam madu. 15 Buah lain yang mengandung hidrogen peroksida adalah buah tomat. Buah tomat (Lycopersicum Esculentum Mill.) merupakan salah satu tanaman yang sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia. Hidrogen peroksida dapat ditemukan pada pericarp buah tomat sebanyak 4000nmol. 13 Penelitian Pratiwi SA telah membuktikan adanya efektivitas jus buah tomat terhadap perubahan warna gigi pada proses pemutihan gigi secara in vitro dengan metode perendaman selama 3 hari. 16 Penelitian Anggarawati dkk, telah dilakukan dengan metode perendaman gigi dalam ekstrak tomat dengan konsentrasi 50%, 75% dan 100% selama 4 hari dan menunjukan adanya perubahan warna gigi. 17 Penelitian Mulky dkk, telah membuktikan efek bleaching dari buah tomat dengan metode smear dan inkubasi selama 3 hari. 13 Semakin lama waktu perendaman diduga akan menyebabkan meningkatkan porositas pada gigi. Meningkatnya porositas enamel terjadi karena adanya proses dimineralisasi oleh asam yang dapat menembus enamel. Dimineralisasi enamel dapat terjadi apabila enamel berada pada lingkungan ph dibawah 5,5 Nilai ph berperan dalam dimineralisasi karena ph yang rendah akan meningkatkan konsentrasi ion hidrogen dan ion ini akan merusak hidroksiapatit enamel gigi serta kemungkinan mempengaruhi kekasaran permukaan enamel dengan sifatnya yang asam Baik tomat maupun karbamid peroksida mempunyai sifat asam yang

19 16 dapat menyebabkan perubahan kekasaran permukaan enamel. Penurunan kadar kalsium dan fosfor pada enamel yang signifīkan dapat dilihat pada gigi setelah aplikasi karbamid peroksida 16%. Pada penelitian ini penulis tertarik untuk membandingkan bagaimana perubahan kekasaran permukaan enamel yang terjadi setelahnya. Dalam penelitian ini digunakan jus buah tomat dan karbamid peroksida 16%. 1.2.Rumusan Masalah Apakah ada perbedaan kekasaran permukaan enamel gigi pada penggunaan karbamid peroksida 16% dan jus buah tomat (Lycopersicum esculentum Mill,var.commune) dengan konsentrasi 50% dan 100% sebagai bahan pemutih gigi. 1.3.Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekasaran permukaan enamel gigi pada penggunaan karbamid peroksida 16% dan jus buah tomat (Lycopersicum esculentum Mill,var.commune) dengan konsentrasi 50% dan 100% sebagai bahan pemutih gigi Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis 1. Sebagai wawasan tambahan dan pengetahuan bagi peneliti, dokter gigi dan masyarakat tentang manfaat buah tomat bagi kesehatan gigi dan mulut. 2. Sebagai pengetahuan bagi peneliti, dokter gigi dan masyarakat tentang perubahan kekasaran permukan enamel gigi setelah aplikasi karbamid peroksida dan jus buah tomat.

20 17 3. Sebagai dasar penelitian lebih lanjut tentang efek samping buah tomat terhadap permukaan enamel gigi dan penanggulangnya sebagai alternatif bahan pemutih gigi Manfaat Praktis Memperoleh bahan pemutih alami dengan tingkat kekasaran yang masih dapat ditolerir gigi sebagai alternatif bahan pemutih gigi yang bermanfaat bagi masyarakat luas Manfaat Klinis Memperoleh bahan pemutih gigi alami yang dapat menggantikan bahan kimia sehingga efek samping penggunaanya dapat dihindari.

21 18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gigi terdiri dari enamel, dentin dan rongga pulpa. Enamel merupakan struktur keras dalam tubuh. Komposisi enamel terdiri atas bahan anorganik dan bahan organik Struktur Enamel Enamel gigi merupakan jaringan terluar gigi yang menutupi anatomis mahkota gigi manusia dan memiliki ketebalan yang berbeda pada setiap area gigi. Bila dibandingkan dengan jaringan gigi yang lain, enamel adalah jaringan yang paling keras dan paling kuat. 18 Oleh karena itu enamel merupakan pelindung yang paling kuat bagi gigi terhadap rangsangan-rangsangan. 18 Enamel terdiri dari 96%-98% bahan anorganik serta 2%-8% air dan bahan organik. 19 Bahan-bahan anorganik dari enamel mengandung komponenkomponen mineral antara lain: PO 4 55,5%, Ca 37%, CO 3 3,5%, Na 0,5% dan lain-lain. 19 Bahan-bahan mineral ini biasanya tersusun dalam kristal hidroxiapatit dengan rumus kimia Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) atau flouroapatit (Ca 10 (PO 4 )6F 2 ) dengan struktur heksagonal. 19 Bagian dari enamel meliputi enamel rod dan rod sheath. 19 Enamel rod atau prisma enamel merupakan struktur utama dari enamel yang terbentuk dari kristal-kristal hidroksiapatit. 19 Rod sheath merupakan bagian luar enamel rod yang sebagian besar merupakan substansi fibrosa organik. 19 Enamel pada gigi mempunyai ketebalan yang berbeda pada tiap bagian dan bervariasi diantara jenis gigi, maksimum 2,5 mm. 19 Dilihat dari sifat fisiknya, enamel memiliki sifat yang sangat keras karena bahan mineralnya. 11 Meskipun demikian, enamel bersifat permeabel terhadap ion-ion dan molekul yang dapat mengalami penetrasi sebagian atau

22 19 kompleks. Enamel dapat larut ketika berkontak dengan asam, sehingga larutnya sebagian atau keseluruhan mineral enamel akan mempengaruhi 11 permukaan enamel. Gambar 1. (a) Gigi dengan struktur pendukung. (b) Struktur enamel gigi. (c) Struktur Rod Demineralisasi Enamel Demineralisasi merupakan proses hilangnya kandungan mineral pada enamel. Kandungan mineral yang tinggi pada enamel membuat enamel menjadi rentan terhadap proses demineralisasi oleh asam. Demineralisasi akan terjadi bila ph dari rongga mulut berada di bawah ph kritis hidroksiapatit (ph= 5,5). ph berperan pada proses demineralisasi karena ph yang rendah akan meningkatkan konsentrasi ion hidrogen dan ion ini akan

23 merusak hidroksiapatit enamel gigi yang menyebabkan terurainya ion kalsium dan fosfat. Selain dipengaruhi oleh ph, proses demineralisasi juga tergantung pada substansi gigi (enamel dan dentin), konsentrasi asam, frekuensi dan durasi gigi terpapar oleh asam. 20,21 Proses demineralisasi akan dimulai pada saat rongga mulut dalam keadaan asam. Hidroksiapatit (Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2 ) dan Flouroapatit (Ca 10 (PO 4 ) 6 F 2 ) yang merupakan mineral dari enamel gigi akan larut menjadi Ca 2+, PO 4-9, dan F atau OH -. Ion H + akan bereaksi dengan gugus PO 4-9, dan F - atau OH - yang akan membentuk HSO 4 -, H 2 SO 4 -, HF atau H 2 O, sedangkan yang kompleks terbentuk CaHSO 4, CaPO 4 dan CaHPO 4. Mengingat bahwa kalsium merupakan komponen utama dalam struktur gigi dan demineralisasi enamel terjadi akibat lepasnya ion kalsium dari enamel gigi, maka pengaruh asam pada enamel gigi merupakan reaksi penguraian. Demineralisasi yang terus-menerus akan membentuk porositas pada permukaan enamel yang sebelumnya tidak ada. Saliva yang mengandung kalsium dan fosfat dengan konsentrasi yang cukup dapat melindungi enamel dari proses demineralisasi. 20, Perubahan warna gigi Perubahan warna dapat berlangsung secara fisiologi maupun patologi. 1 Perubahan warna fisiologi terjadi seiring dengan bertambahnya usia, karena dentin lebih tebal, akibat pembentukan dentin sekunder. 1 Perubahan warna secara patologis dapat secara ekstrinsik dan intrinsik. 1 Perubahan warna secara ektrinsik dapat disebabkan oleh deposit yang terjadi pada permukaan gigi. 1 Sementara perubahan warna gigi secara intrinsik disebabkan oleh faktor dari dalam jaringan pulpa. 1 Perubahan warna gigi disebabkan bermacam-macam alasan yang

24 umumnya dapat digolongkan dalam dua macam faktor penyebab pewarnaan, yaitu pewarnaan karena faktor dari luar (ekstrinsik) dan pewarnaan karena faktor dari dalam (intrinsik): 1 1. Diskolorisasi yang disebabkan faktor ekstrinsik Perubahan warna secara ekstrinsik dapat disebabkan oleh adanya deposit yang melekat atau pada permukaan gigi.biasanya terjadi karena perlekatan warna makanan, minuman ataupun rokok yang meninggalkan tar berwarna kecoklatan pada gigi, yang terjadi secara perlahan-lahan dalam jangka waktu yang cukup panjang. Selain itu keadaan kebersihan mulut yang buruk, dimana plak mengandung produk bakteri kromogenik yang dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi, misalnya pada pengguna alat ortodontik. Diskolorisasi karena faktor-faktor tersebut dapat dihilangkan dengan skeling dan pemolesan pada saat melakukan tindakan profilaksis tanpa harus melakukan prosedur bleaching. Jenis lain diskolorisasi ekstrinsik adalah noda nitrat perak yang sukar dihilangkan dengan bahan-bahan kimiawi karena stain memasuki permukaan mahkota gigi. Noda dapat dihilangkan dengan proses bleaching. 2. Diskolorisasi yang disebabkan faktor intrinsik Perubahan warna secara intrinsik disebabkan oleh faktor dari dalam jaringan gigi atau jaringan pulpa.pewarnaan dari dalam disebabkan oleh bahan-bahan restorasi gigi (amalgam), karies, trauma, infeksi, obat-obatan (pemakaian tetracycline dan fluorida dalam dosis besar selama beberapa tahun), gangguan selama kehamilan faktor genetik dan penyakit herediter yang memengaruhi perkembangan dan pematangan enamel dan dentin, penyakit sistemik pada periode pembentukan gigi. 21

25 2.4 Pemutihan gigi (bleaching) Pemutihan gigi atau yang lebih dikenal dengan istilah bleaching adalah suatu cara pemutihan kembali gigi yang berubah warna sampai mendekati warna alami gigi dengan proses perbaikan secara kimiawi, yang tujuan utamanya adalah mengembalikan fungsi estetika manusia. 21 Ada berbagai macam prosedur untuk pemutihan. 1 Pemutihan gigi dapat dikerjakan di klinik oleh dokter gigi secara langsung atau dilakukan di rumah dengan pantauan dokter gigi. 1 Terdapat 2 macam teknik pemutihan gigi: 1,2,22 1. Teknik eksternal Teknik eksternal ini terdapat dua macam yaitu office bleaching dan home bleaching 22 Office bleaching dilakukan langsung dipraktek oleh dokter gigi. Digunakan untuk menghilangkan stein pada gigi (contoh : stein tetrasiklin atau karena penuaan). Home bleaching merupakan teknik yang sangat mudah, setelah konsultasi awal dengan dokter gigi, tray yang dibuat untuk pasien untuk memutihkan gigi dirumah. Pasien mengaplikasikan bahan pemutih gigi pada tray. Tray dipakai selama beberapa jam selama 1 hari. 2. Teknik internal Teknik internal terdapat dua macam yaitu teknik termokatalik (peletakan bahan oksidator di dalam kamar pulpa dan penggunaan panas) dan teknik walking bleach (dipakai dalam semua keadaan yang memerlukan teknik pemutihan secara internal dan teknik ini dapat dilakukan pada kunjungan yang sama pada obturasi).

26 Mekanisme pemutihan gigi Proses perubahan warna gigi dengan menggunakan teknik bleaching apapun dan dengan konsentrasi peroksida yang berbeda merupakan proses reaksi kimia oksidasi dan reduksi. Pada proses ini terjadi reaksi antara zat pewarna pada gigi (sebagai pereduksi) dengan molekul bahan bleaching (sebagai oksidator). 23 Pada awal proses pemutihan, cincin karbon yang terpigmentasi akan terbuka menjadi ikatan tidak jenuh. Kemudian cincin karbon yang terbuka akan berikatan dengan radikal bebas dari bahan pemutih. Radikal bebas merupakan elektron yang tidak berpasangan dan akan terus bereaksi sampai staining terurai menjadi molekul- molekul sederhana yang bersifat sedikit merefleksikan cahaya spesifik dari stain, yaitu terjadi pengurangan atau elimination discoloration. Sampai suatu saat akan dicapai suatu titik dimana molekul-molekul sederhana yang terbentuk maksimum, keadaan ini disebut dengan saturation point (titik jenuh). Pada titik ini kerusakan struktur gigi dimulai, kehilangan menjadi lebih cepat. Oleh karena itu pemutihan gigi harus segera dihentikan ketika titik jenuh dicapai untuk meminimalkan kerapuhan gigi dan meningkatnya porositas. Selanjutnya reaksi kimia bahan-bahan organik yang diakhir reaksinya akan menghasilkan CO2 dan air (gambar 2). 24

27 24 Gambar 2. Mekanisme pemutihan gigi. Diskolorosasi yang disebabkan kromofor makanan atau minuman, peroksida mengoksidasi kromofor, pemecahan kromofor sehingga menjadi molekul sederhana Bahan pemutih gigi Bahan pemutih dapat berperan sebagai oksidator atau reduktor dan kebanyakan adalah oksidator. Oksidator yang makin kuat akan meningkatkan daya pemutihan gigi. 6 Kandungan utama bahan pemutih gigi tergantung dari produsen pembuatnya, diantaranya hidrogen peroksida, karbamid peroksida atau urea peroksida atau sistem non-hidrogen peroksida yang mengandung sodium klorida, oksigen dan natrium fluorida. Beberapa produk mengandung bahan tambahan potasium nitrat dan fluoride untuk membantu mengurangi sensitivitas gigi Hidrogen peroksida Hidrogen Peroksida merupakan suatu senyawa kimia jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mudah terbakar yang umumnya digunakan

28 25 untuk memutihkan gigi pada konsentrasi 30%. 25 Hidrogen peroksida merupakan bahan radikal yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan, dan merupakan bahan yang tidak stabil yang akan menyerang molekul organik lainnya yang akan mencapai kestabilan, kemudian menghasilkan radikal yang lain. Radikal ini mampu bereaksi dengan ikatan yang tak jenuh, kemudian terjadi perpecahan konjugasi elektron dan terjadinya perubahan absorbsi energi molekul organik pada enamel gigi. 26 Radikal bebas ini akan bereaksi dengan ikatan tidak jenuh dan menyebabkan gangguan konjugasi elektron dan perubahan penyerapan energi pada molekul organik dalam struktur gigi (enamel, dentin). Molekul gigi berubah struktur kimianya dengan tambahan oksigen dan akan membentuk molekul organik yang lebih kecil dengan warna yang lebih terang sehingga menghasilkan efek pemutihan dan gigi menjadi lebih bercahaya Karbamid peroksida Karbamid peroksida adalah senyawa perpaduan antara hidrogen peroksida dan urea. Konsentrasi hidrogen peroksida yang terdapat dalam karbamid peroksida adalah 1/3 dari total konsentrasi karbamid peroksida. Konsentrasi karbamid peroksida yang umum digunakan untuk memutihkan gigi berkisar 10%- 22%. 25 Bahan oksidasi yang sering digunakan mengandung karbamid peroksida 10%dengan rata-rata ph antara 5-6,5. Karbamid peroksida mengandung gliserin atau propylene glycol, sodium stannate, phosphoric atau asam sitrat serta memiliki bau yang khas. Karbamid peroksida mempunyai sifat tidak stabil dan dapat langung pecah menajadi urea, amoniak, karbon monoksida dan hidrogen peroksida 3%-5%. Karbamid peroksida

29 26 digunakan untuk bleaching ekstra koronal dan pemakaiannya harus dengan pengawasan dari dokter gigi. Karbamid peroksida (CH 6 N 2 O 3 ) juga dikenal sebagai hidrogen peroksida urea, yang terdiri dari kristal putih atau bubuk yang mengkristal yang berisi sekitar 35% H 2 O 2. Terbentuk dari H 2 O 2 dan urea yang menyatu menjadi larutan yang encer. Bahan ini merupakan bahan yang paling sering digunakan dalam teknik home-bleaching dengan konsentrasi kisaran 10% sampai 30%, tapi dari keseluruhan konsentrasi 10% adalah konsentrasi yang paling sering digunakan. 22 Reaksi dari karbamid peroksida dalam proses pemutihan sebagai berikut: 23 Karbamid peroksida Hidrogen peroksida + Urea CH2N2OH2O2 H2O2 CH2N2O Hidrogen peroksida Air + Oksigen H2O2 H2O O2 Urea Amonia + Karbon dioksida CH2N2O NH3 CO2

30 27 Urea dalam karbamid peroksida berperan sebagai penstabil agar efek bahan tersebut lebih panjang dan berperan memperlambat proses pelepasan hidrogen peroksida. Agar efek karbamid peroksida maksimal, dibutuhkan waktu yang lama untuk berkontak dengan gigi. Urea dalam karbamid peroksida dengan berat molekul yang rendah dapat bergerak bebas ke dalam dan dentin pada saat proses degradasi ammonia, dan karbondioksida akan dilepas sehingga akan meningkatkan ph. Proses buffer dapat meningkatkan efek pemutihan karena produksi ion perhidrol meningkat sehingga proses oksidasi juga akan bertambah. Selain itu, urea juga mempunyai efek pembersih untuk menetralkan asam dan menghilangkan noda-noda pada gigi Indikasi dan kontraindikasi bleaching Indikasi perawatannya untuk penderita dengan perubahan warna yang disebabkan proses penuaan, konsumsi makanan, minuman, obat antara lain tetrasiklin, serta fluorosis. 1 Kontra indikasi penggunaan bahan pemutih gigi adalah penderita yang alergi terhadap komponen bahan pemutih gigi atau bahan sendok cetak, penderita dengan gigi sangat sensitif, wanita hamil Efek samping bleaching Pemakaian bahan pemutih gigi dapat menyebabkan terjadinya efek samping, yaitu pada jaringan keras, mukosa, dan sensitifitas gigi. 22 Antara efek samping yang ditimbulkan dari bleaching: Gigi yang sensitif Gigi sensitif yang timbul akibat proses pemutihan gigi, umumnya dalam

31 28 waktu singkat, ditanggulangi dengan memendekkan waktu proses pemutihan setiap harinya, pengulasan fluor, potasium nitrat atau bahan desentizing lain. Iritasi pada mukosa Iritasi pada mukosa gingival dan tenggorokan biasanya disebabkan bahan pemutih yang berlebihan, keluar dari sendok cetak sehingga mengiritasi mukosa atau kemungkinan tertelan. Perubahan morfologi enamel Perendaman sampel gigi dalam karbamid peroksida dan hidrogen peroksida menunjukkan adanya perubahan gambaran enamel menjadi lebih kasar, berpori- pori dan adanya bercak putih akibat penggunaan bahan tersebut dilihat secara mikroskopis. 2.9 Tomat Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) merupakan sayuran buah yang tergolong tanaman semusim berbentuk perdu dan termasuk ke dalam famili Solanaceae. 27 Tomat (Lycopersico esculentum Mill.) adalah sangat bermanfaat bagi tubuh karena mengandung vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan. Buah tomat juga mengandung karbohidrat, protein, lemak dan kalori. Buah tomat merupakan komoditas multiguna yang berfungsi sebagai sayuran, bumbu masak, buah meja, penambah nafsu makan, bahan pewarna makanan, sampai kepada bahan kosmetik dan obat-obatan. 28 Klasifikasi botani tanaman tomat adalah sebagai berikut: 29 Kingdom Devisi Subdevisi : Plantae (Tumbuh-tumbuhan) : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji) : Angiospermae (Berbiji tertutup)

32 29 Kelas Ordo Famili Genus : Tubiflorae : Solanaceae : Lycopersicum : Lycopersicum esculentum Mill Gambar 3. Buah tomat Morfologi tomat Tanaman tomat terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan biji. Tinggi tanaman tomat mencapai 2-3 meter Batang Sewaktu masih muda, batang tanaman tomat berbentuk bulat dan teksturnya lunak, tapi setelah tua batangnya berubah jadi bersudut dan bertekstur keras berkayu. Ciri khas batang tomat adalah tumbuhnya bulubulu halus diseluruh permukaannya.

33 30 2. Akar Berbentuk serabut yang menyebar kesegala arah. Kemampuannya menembus lapisan tanah terbatas terbatas yakni pada kedalaman cm. 3. Daun Berwarna hijau dan berbulu mempunyai panjang sekitar cm dan lebar cm. Daun tomat tumbuh didekat dahan atau cabang. Sementara tangkai daunnya berbentuk bulat memanjang sekitar 7-10 cm dan ketebalan 0-3-0,5 cm. 4. Bunga Berwarna kuning dan tersusun dalam dompalan dengan jumlah 5-10 bunga bunga per dompalan atau tergantung dari varietasnya. Kuntum bunganya terdiri dari lima helai mahkota. Bunga tomat dapat melakukan penyerbukan sendiri karena tipe bunganya berumah satu. Tapi tidak menutup kemungkinan terjadi penyerbukan silang. 5. Biji Berbentuk pipih, berbulu, dan diselimuti daging buah. Warna bijinya ada yang putih, putih kekuningan, serta kecoklatan. Biji inilah yang digunakan untuk perbanyakan tanaman. 6. Buah Buah tomat berbentuk bulat, bulat lonjong, bulat pipih atau oval. Buah yang masih muda berwarna hijau muda sampai hijau tua. Sementara itu, buah yang sudah tua berwarna merah cerah atau gelap, merah kekuningkuningan atau merah kehitaman. Selain itu ada juga tomat yang berwarna kuning.

34 Kandungan tomat : Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang mempunyai prospek cukup cerah untuk dibudidayakan.buah tomat mengandung serat makanan alami yang sangat baik bagi pencernaan manusia dan juga adanya protein dalam buah tomat menjadikannya buah yang sangat sarat gizi.asam sitrat adalah asam utama dalam jus tomat. 32 Sebagai sumber vitamin, buah tomat sangat baik untuk mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit, seperti sariawan karena kekurangan vitamin C, xeropthalmia pada mata akibat kekurangan vitamin A, beri-beri, radang syaraf, lemahnya otot-otot, dermatitis, bibir menjadi merah dan radang lidah akibat kekurangan vitamin B. Sebagai sumber mineral, buah tomat dapat bermanfaat untuk pembentukan tulang dan gigi (zat kapur dan fosfor), sedangkan zat besi (Fe) yang terkandung didalam buah tomat dapat berfungsi untuk pembentukan sel darah merah atau hemoglobin. Buah tomat juga mengandung serat yang berfungsi memperlancar proses pencernaan makanan didalam perut dan membantu memudahkan buang kotoran. Selain itu, tomat mengandung zat potassium yang sangat bermanfaat untuk menurunkan gejala tekanan darah tinggi. 31 Salah satu agen untuk memutihkan gigi juga dapat ditemukan dalam buah tomat iaitu hidrogen peroksida sebanyak 4000 nmol. Enzim ini terdapat pada pericarp buah tomat dan berfungsi sebagai agen oksidasi dan senyawa tersebut mampu merusak molekul-molekul zat warna sehingga warna menjadi netral dan menyebabkan efek pemutihan. 8

35 32 Tabel 2. Kandungan gizi buah tomat segar (matang) tiap 180 gram bahan Potensi buah tomat sebagai bahan pemutih gigi Buah tomat mengandung hidrogen peroksida yang diperoleh dari reaksi oksidasi 8 Selain itu, buah tomat mengandung enzim peroksidase, dimana enzim ini dapat diidentifikasi di dalam pericarp buah tomat. 8 Proses pemutih gigi melalui hidrogen peroksida yang merupakan senyawa yang bersifat oksidator kuat dimana dalam penelitian ini sifat oksidator ini akan dimanfaatkan untuk mendegradasi agen penghasil warna atau kromofor yang menyebabkan gigi mengalami diskolorisasi. 9 Proses dalam mendegradasi kromofor tersebut terjadi setelah hidrogen peroksida diubah menjadi radikal bebas atau diubah menjadi molekul oksigen yang reaktif. 9 Radikal bebas atau molekul oksigen yang reaktif ini akan menembus lapisan struktur enamel dan masuk ke dalam tubuli dentin dan akan rusak ikatan ikatan konjungasi yang telah terbentuk antara zat pewarna dengan struktur gigi 9. Sehingga akibatnya gigi menjadi terbebas dari ikatan zat pewarna dan menjadi tampak lebih putih. 8

36 Terdapat penelitian sebelumnya yang membuktikan efektivitas buah tomat sebagai bahan pemutih gigi antaranya penelitian Pratiwi SA telah membuktikan adanya efektivitas jus buah tomat terhadap perubahan warna gigi pada proses pemutihan gigi secara in vitro dengan metode perendaman selama 3 hari. 10 Penelitian Anggarawati dkk telah dilakukan dengan metode perendaman gigi dalam ekstrak tomat dengan konsentrasi 50%,75% dan 100% selama 4 hari dan menunjukan adanya perubahan warna gigi. 11 Penelitian Mulky dkk telah membuktikan efek bleaching dari buah tomat dengan metode smear dan inkubasi selama 3 hari Kekasaran permukaan enamel gigi Enamel terdiri atas kristal hidroksit apatit yang tersusun rapat dan beraturan membentuk prisma . Kristal ini saling melekat erat satu sama lain, namun sebenarnya masing-masing kristal dipisahkan satu dengan lainnya oleh daerah intercrystalline yang sangat tipis dan disebut dengan enamelins. Daerah ini banyak mengandung air dan material organik. Ketika terpapar oleh asam baik karena hasil produksi mikrobial biofilm ataupun karena konsumsi oral, mineral yang ada di permukaan kristal akan mengalami reaksi demineralisasi yang kemudian akan larut dan mengecilkan ukuran kristal, sehingga hal ini dapat memperbesar jarak intercrystalline dan pada akhirnya jaringan menjadi porus. 33 Peningkatan porositas permukaan enamel secara klinis dapat dilihat dengan adanya white spot. Pola kelarutan enamel tergantung dari arah kristal hidroksiapatit sebagai penyusun enamel. Kristal dengan arah sumbu panjang tegak lurus pada garis permukaan akan mengalami kelarutan lebih cepat dibandingkan dengan kristal yang arah sumbu panjangnya sejajar dengan garis permukaan enamel. Perbedaan kecepatan kelarutan ini akan menyebabkan

37 34 timbulnya permukaan enamel yang tidak merata. Jaringan enamel yang porus dan permukaan yang tidak rata akan menghasilkan permukaan enamel yang kasar. 33 Selain itu, ditemukan bahwa demineralisasi awal ditandai dengan pelunakan permukaan dengan adanya pelarutan tepi prisma tanpa terbentuk lesi dibawahnya. 34 Kemudian bila proses berlanjut terus, maka akan terjadi kekasaran permukaan enamel. Kekasaran permukaan enamel mempunyai peran penting dalam adhesi enamel. Pada permukaan kasar bakteri dilindungi terhadap gaya geser, sehingga perubahan dari perlekatan reversibel menjadi ireversibel lebih mudah dan lebih sering terjadi. Kontak antara permukaan yang kasar dengan gingiva dapat menimbulkan rasa tidak nyaman. Selain itu, permukaan yang kasar dapat memudahkan perlekatan bakteri dan menyulitkan pengangkatannya dengan cara alami atau bahkan dengan metode-metode pembersihan rongga mulut. Kekasaran permukaan juga mempengaruhi penampilan estetik, stabilitas warna, dan pembentukan biofilm. 13,35 Kekasaran permukaan adalah ukuran ketidakteraturan dari permukaan dan diukur dengan satuan mikrometer (μm). Nilai ini merupakan ukuran deviasi vertikal suatu permukaan dari bentuk idealnya. Apabila deviasi ini besar, maka permukaan tersebut kasar apabila deviasi ini kecil, maka permukaan tersebut halus. Kekasaran dianggap sebagai komponen dari permukaan yang telah diukur dengan frekuensi yang tinggi dan panjang gelombang yang pendek. 36,37 Kekasaran enamel yang normal pada bagian oklusal akibat adanya kontak dengan gigi anatagonis yaitu sekitar 0,64±0.25 µm. 38 Penelitian yang dilakukan pada permukaan gigi insisivus mandibular,bagaian labial mendapatkan rerata kekasaran 1,64±0.62 µm. 39 Penelitian lain yang

38 35 melakukan uji kekasaran pada permukaan enamel gigi molar mendapatkan rerata 1,72±0,56 µm Metode pengukuran kekasaran permukaan gigi Gambar 4 : Profilometer Mahr Surftest Kekasaran permukaan dapat diukur dengan dua metode, antara lain metode sentuhan (contact method) dan metode tanpa sentuhan (non-contact method). Metode sentuhan dilakukan dengan menarik suatu stylus pengukuran sepanjang permukaan. Alat untuk metode sentuhan ini disebut profilometer.permukaan adalah suatu batas yang memisahkan benda padat dengan sekitarnya, Profil yaitu garis hasil pemotongan secara normal atau serong dari suatu penampang permukaan. Dengan melihat profil maka bentuk dari suatu permukaan pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu permukaan yang kasar (roughness) dan permukaan yang bergelombang (waviness). Untuk memperoleh profil suatu permukaan, digunakan suatu alat ukur yang disebut surface tester, dimana jarum peraba (Stylus) dari alat ukur akan bergerak mengikuti lintasan yang berupa garis lurus dengan jarak yang ditentukan terlebih dahulu. Bagian dari panjang ukuran yang dilakukan analisa profil permukaan disebut sebagai panjang sampel. 38

39 Parameter kekasaran yang biasa dipakai dalam proses produksi untuk mengukur kekasaran permukaan benda adalah kekasaran rata-rata (Ra) nilai satuan µm. 39 Salah satu alat Surface Roughness Tester yang portable dan telah digunakan secara luas adalah Mahr Surftest, Japan. Dengan komponen di dalamnya yaitu standar detector dengan stylus, drive unit yang berisi menu sistem operasi, display unit yang akan menampilkan hasil pengukuran, builtin thermal printer untuk mencetak hasil pengukuran dan sensor head

40 2.12 Kerangka Teori Enamel gigi Perubahan warna gigi (Diskolorisasi) Pemutihan gigi (Bleaching) Bahan pemutih gigi Bahan alami Bahan Kimia Karbamid Peroksida Urea ( CH 2 N 2 O ) Stabilisator Hidrogen Peroksida ( H 2 O 2) Efek Pemutihan H 2 O 2 H 2 O + O + H2O H + + HO - ( H + ) Suasana Asam Hidrogen Demineralisasi

41 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

42 Kerangka Konsep - Jus buah tomat 100% Kekasaran permukaan - Jus buah tomat 50% enamel gigi - Karbamid peroksida 16% 3.2 Hipotesis Penelitian Ada perbedaan kekasaran permukaan enamel gigi pada penggunaan karbamid peroksida 16% dengan jus buah tomat (Lycopersicon esculentum Mill) sebagai bahan pemutih gigi.

43 39 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis penelitian : Eksperimental laboratorium in vitro Rancangan penelitian : Pre and Post test group design 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Laboratorium Politeknik USU Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2016 Juli Populasi dan Sampel Populasi Populasi yang digunakan adalah gigi molar tiga Sampel Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah permukaan bagian bukal dan lingual/palatal gigi molar tiga dengan kriteria inklusi sebagai berikut: Kriteria inklusi: a. Mahkota masih utuh dan akar sudah terbentuk sempurna b. Tidak karies c. Tidak tambalan a. Gigi yang fraktur. b. Gigi yang terdapat anomali pada struktur seperti hypoplasia enamel.

44 Besar Sampel Jumlah besar sampel pada penelitian eksperimen secara sederhana dapat dihitung dengan rumus Federer sebagai berikut : ( t 1 ) ( r 1 ) 15 Dimana ; t = jumlah perlakuan dalam penelitian r = jumlah sampel Dalam penelitian ini terdapat 4 kelompok sampel yang diberi perlakuan. Berdasarkan rumus diatas, maka jumlah sampel tiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut : ( 3 1 ) ( r 1 ) 15 ( 2 ) ( r 1 ) 15 r 8.5 Jumlah sampel (r) yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 sampel. Kelompok 1 : sampel direndam dalam jus tomat 100% Kelompok 2 : sampel direndam dalam jus tomat 50% Kelompok 3 : sampel direndam dalam karbamid peroksida 16% = 10 sampel = 10 sampel = 10 sampel Jadi, total jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 sampel (15 gigi molar yang dibagi menjadi 2 bagian). 4.4 Variabel Penelitian Variabel bebas Jus buah tomat 100% Jus buah tomat 50% Karbamid peroksida 16%

45 Variabel tergantung Kekasaran permukaan enamel gigi Variabel terkendali Gigi molar tiga Lama perendaman gigi dalam jus buah tomat yaitu 2 menit. Dilakukan 3 kali dalam sehari dengan selang waktu 6 jam selama 2 minggu (14 hari). Konsentrasi jus buah tomat 100% dan 50% Karbamid peroksida 16% Media penyimpanan menggunakan saliva buatan Suhu ruangan Masa/jangka waktu pencabutan gigi molar, kurang dari 3 bulan Lama waktu penghalusan jus tomat Keadaan buah tomat Variabel tidak terkendali Perlakuan terhadap buah tomat selama tumbuh Ketebalan enamel / struktur enamel Penetrasi bahan pemutih gigi ke dalam permukaan enamel

46 Definisi Operasional Tabel 1 Definisi operasional No Variabel Definisi Skala Ukur Alat Ukur Operasional Variabel Bebas 1 Jus buah tomat 200 g buah tomat 100% yang dihaluskan tanpa air. Nominal Gelas Ukur 2 Jus buah tomat 200 g buah tomat 50% yang dihaluskan Nominal Gelas Ukur tanpa air. Setelah didapatkan jus tomat maka dicampur dengan air matang yang rumus V1.C1=V2.C2 3 Karbamid peroksida Bahan pemutih gigi 16% yang digunakan Nominal Sesuai dalam metode home petunjuk bleaching yang telah pabrik disetujui oleh American Dental Association No Variabel Definisi Skala Ukur Alat Ukur Operasional Variabel Tergantung 1 Kekasaran Suatu permukaan enamel ketidakteraturan Ratio Profilometer gigi pada permukaan enamel gigi yang diukur dengan alat ukur surface roughness tester.

47 Alat dan Bahan Penelitian Alat penelitian 1. Surface Roughness tester (Mahr Surf, Amerika) 2. Wadah plastic (Tupperware,Malaysia) 3. Alat penghalus (National, Japan) 4. Gelas ukur (Pyrex,Germany) 5. Pinset (Dentica,Indonesia) 6. Alarm (Casio,Malaysia) 7. Mikromotor (Strong, China) 8. Carborundum (Dia Bur,China) 9. Tisu (Premier,Indonesia) 10. Alat tulis (Pilot,Indonesia) 11. Spidol (Artline 100,Indonesia) Bahan penelitian 1. Jus buah tomat 100% & 50% (Berastagi,Medan) 2. Karbamid peroksida 16% (Zoom Nite White,Philips,USA) 3. Air (Aqua,Indonesia) 4. Saliva buatan (UGM,Indonesia) 5. Cat kuku (Elianto,Indonesia)

48 45 A B C D E F Gambar 5. A. Carborundum (Dia Bur,China); B. Profilometer (Mahr Surf,Amerika); C. Gelas ukur (Pyrex,Germany); D. Alat penghalus (Miyako,Indonesia); E. Mikromotor (Strong,China); F. Karbamid Peroksida 16% ( Zoom Nite White,Philips)

49 Metode pengumpulan data / pelaksanaan penelitian Persiapan sampel/bahan coba Sampel yang digunakan adalah gigi molar tiga yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Pertama-tama semua sampel gigi dibersihkan, lalu gigi dibagi menjadi 2 bagian (bagian bukal dan lingual/palatal). Setiap gigi bagian akar sampel ditutup dengan cat kuku untuk mencegah masuknya karbamid peroksida serta jus buah tomat melalui tubulus dentin dan bagian apikal gigi. Kemudian lakukan pengukuran dan pencatatan kekasaran permukaan enamel sebelum gigi direndam/diberikan perlakuan. Gambar 6.Gigi dipotong dua bagian Gambar 7. Sampel gigi yang dipotong dua bagian Perlakuan terhadap sampel Bahan alami pemutih gigi yang digunakan untuk membuat jus adalah buah tomat (Lycopersicon esculentum Mill) yang diperoleh dari P a s a r a ya Pondok Buah, Medan. Buah tomat yang dipilih adalah buah tomat yang masih segar dan sudah masak. Dimana dalam buah tomat terdapat kandungan hidrogen peroksida yang memutihkan gigi. Setiap perlakuan diperlukan

50 47 buah tomat sebanyak 400 gram yang dimanfaatkan menjadi jus dengan cara 200 gram tomat dihaluskan tanpa air dan dihasilkan jus buah tomat dengan konsentrasi 100% yang digunakan untuk sampel Kelompok 1. Kemudian, 200 gram tomat dihaluskan tanpa air lagi lalu dilakukan pengenceran menggunakan air matang dengan menggunakan rumus pengenceran yang digunakan untuk sampel kelompok 2 yaitu sebagai berikut: V1. C1 = V2. C2 Setiap hari jus tomat dalam wadah percobaan tersebut harus diganti. Proses aplikasi bahan pemutih gigi pada kelompok 1 dan 2 yaitu dengan cara gigi setiap kelompok perlakuan dikeluarkan dari wadahnya masing-masing yang berisi saliva buatan, dicuci di bawah air mengalir dan dikeringkan dengan tisu. Lalu gigi direndam dalam wadah yang sesuai dengan kelompok perlakuannya masing- masing. Kelompok sampel terbagi menjadi kelompok 1 : 10 sampel direndam dalam jus buah tomat 100%, kelompok 2 : 10 sampel direndam dalam jus buah tomat 50%. Gigi kemudian dicuci dibawah air mengalir, keringkan dengan tisu dan direndam kembali dalam saliva buatan. Setiap hari saliva buatan dalam wadah tersebut harus diganti. Prosedur ini diulang 3 kali sehari dengan selang 6 jam selama 2 menit dalam waktu 2 minggu/ 14 hari. Pada kelompok 3 diaplikasikan karbamid peroksida 16% sesuai dengan petunjuk pabrik, setelah itu dicuci kembali dibawah air mengalir, keringkan dengan tisu dan rendam dalam saliva buatan. Pengaplikasian dilakukan selama 2 minggu.

51 48 Gambar 8. Penimbangan buah tomat Gambar 9. Jus buah tomat Pengukuran kekasaran permukaan gigi Setelah 2 minggu/ 14 hari, gigi dikeluarkan dari wadahnya masingmasing, dicuci dibawah air mengalir dan dikeringkan dengan tisu lalu dilakukan pengukuran kekasaran permukaan enamel dengan menggunakan profilometer. Hasil pengukuran pada masing-masing gigi dicatat kemudian didapatkan hasil tingkat kekasaran permukaan dari masing-masing kelompok perlakuan yang akan dibandingkan dengan uji Kruskall-Wallis. Gambar 10. Sebagian sampel gigi yang direndam dalam jus buah tomat 50% dan 100% Gambar 11. Gigi diaplikasi gel karbamid peroksida 16%

52 Analisa Data Data yang telah terkumpul dari hasil pengukuran kekasaran permukaan enamel gigi dianalisis secara uji Kruskall -Wallis yang menunjukkan perbedaan maka dilanjutkan uji analisis Mann Whitney untuk melihat perbedaan antar kelompok.

PENGARUH JUS BUAH STROBERI (FRAGARIA X ANANASSA) TERHADAP DISKOLORASI GIGI YANG DISEBABKAN OLEH KOPI

PENGARUH JUS BUAH STROBERI (FRAGARIA X ANANASSA) TERHADAP DISKOLORASI GIGI YANG DISEBABKAN OLEH KOPI 1 PENGARUH JUS BUAH STROBERI (FRAGARIA X ANANASSA) TERHADAP DISKOLORASI GIGI YANG DISEBABKAN OLEH KOPI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Gigi a. Anatomi gigi Struktur gigi terdiri dari mahkota dan akar. Mahkota merupakan struktur yang terdapat di atas gingiva dan akar gigi merupakan strukur yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. putih akan membuat orang lebih percaya diri dengan penampilannya (Ibiyemi et

BAB 1 PENDAHULUAN. putih akan membuat orang lebih percaya diri dengan penampilannya (Ibiyemi et BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gigi merupakan salah satu bagian tubuh terpenting yang harus dijaga keindahannya. Dalam bidang kedokteran gigi terdapat berbagai macam perawatan, salah satunya bertujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang (Herdiyati, 2006 dalam Syafriadi dan Noh, 2014). Diskolorasi gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang (Herdiyati, 2006 dalam Syafriadi dan Noh, 2014). Diskolorasi gigi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gigi yang mengalami perubahan warna, atau dikenal dengan diskolorasi merupakan salah satu alasan pasien datang ke klinik dokter gigi (Perdigȃo, 2010 dalam Torres dkk.,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan warna yang terjadi pada gigi sering menimbulkan masalah estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan karena banyak orang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penampilan gigi berpengaruh dalam interaksi sosial manusia karena

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penampilan gigi berpengaruh dalam interaksi sosial manusia karena I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penampilan gigi berpengaruh dalam interaksi sosial manusia karena menjadi penentu daya tarik seseorang dan merupakan bagian dari estetika. Faktor yang mempengaruhi penampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang bidang pekerjaannya sangat menuntut penampilan seperti pramugari

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang bidang pekerjaannya sangat menuntut penampilan seperti pramugari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Estetika adalah salah satu hal yang diperhatikan masyarakat terutama mereka yang berkecimpung di bidang hiburan seperti bintang film, model, penyanyi, serta mereka

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Jaringan keras gigi terdiri dari enamel, dentin, dan sementum. 11 Jaringan keras tersebut pada dasarnya sama dengan jaringan tulang yang sebagian besar terdiri atas zat anorganik.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan perubahan warna email gigi pada sampel yang diberi bahan pemutih gigi yaitu hidrogen peroksida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lebih percaya diri karena memiliki nilai estetika yang tinggi.perubahan warna gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lebih percaya diri karena memiliki nilai estetika yang tinggi.perubahan warna gigi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi yang sehat, putih dan rapi adalah keinginan setiap orang, karena adalah salah satu elemen penting penunjang estetika.gigi yang putih membuat seseorang lebih percaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erosi merupakan suatu proses kimia dimana terjadi kehilangan mineral gigi yang umumnya disebabkan oleh zat asam. Asam penyebab erosi berbeda dengan asam penyebab karies

Lebih terperinci

PENGARUH SISTEM DAN WAKTU POLISHING TERHADAP KEBOCORAN MIKRO PADA RESTORASI KLAS V RESIN KOMPOSIT NANOHYBRID

PENGARUH SISTEM DAN WAKTU POLISHING TERHADAP KEBOCORAN MIKRO PADA RESTORASI KLAS V RESIN KOMPOSIT NANOHYBRID PENGARUH SISTEM DAN WAKTU POLISHING TERHADAP KEBOCORAN MIKRO PADA RESTORASI KLAS V RESIN KOMPOSIT NANOHYBRID SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada jaman sekarang banyak produk-produk yang menawarkan makanan dan minuman secara instant. Promosi dari masing-masing produk tersebut telah menarik pembeli terutama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penampilan gigi merupakan salah satu aspek yang penting dalam menentukan keindahan senyum seseorang, selain memainkan peran kunci dalam interaksi sosial manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Warna gigi normal manusia adalah kuning keabu-abuan, putih

BAB I PENDAHULUAN. Warna gigi normal manusia adalah kuning keabu-abuan, putih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Warna gigi normal manusia adalah kuning keabu-abuan, putih keabuabuan, dan putih kekuning-kuningan yang ditentukan oleh transluensi dan ketebalan email, ketebalan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keindahan dari penampilan dari diri seseorang (Istianah et al, 2015). Terutama

BAB I PENDAHULUAN. keindahan dari penampilan dari diri seseorang (Istianah et al, 2015). Terutama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan warna pada gigi merupakan masalah estetik pertama bagi sebagian besar masyarakat yang dapat menurunkan kepercayaan diri dan dapat mengurangi keindahan dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Gigi a. Struktur gigi Gigi secara anatomis, dibagi menjadi mahkota dan akar mahkota dilapisi oleh enamel, yang terdiri dari 95% volume dari Kristal hydroxyapathite.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi PERBEDAAN KEKASARAN PERMUKAAN ENAMEL GIGI PADA PENGGUNAAN KARBAMID PEROKSIDA 16% DAN GEL LEMON (Citrus limon) 30% SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN HOME BLEACHING (IN VITRO) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji ) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Durian 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian Menurut Rahmat Rukmana ( 1996 ) klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Diskolorisasi Gigi a. Warna gigi Warna normal gigi permanen adalah kuning keabu-abuan, putih keabu-abuan, atau putih kekuning-kuningan yang ditentukan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan warna gigi dapat diperbaiki dengan dua cara yaitu dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan warna gigi dapat diperbaiki dengan dua cara yaitu dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan warna gigi dapat diperbaiki dengan dua cara yaitu dengan pemutihan gigi (bleaching) dan cara restoratif yaitu pembuatan mahkota jaket / pelapisan (veneer).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi yang populer belakangan ini adalah perawatan bleaching yaitu suatu cara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi yang populer belakangan ini adalah perawatan bleaching yaitu suatu cara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran masyarakat akan penampilan terus meningkat saat ini, tuntutan pasien akan penampilan gigi yang baik juga sangat tinggi. Salah satu perawatan gigi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lain dan merupakan aspek penting dari komunikasi non verbal (Graham dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lain dan merupakan aspek penting dari komunikasi non verbal (Graham dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estetika sudah menjadi kebutuhan utama, terutama bagi orang yang bidang pekerjaannya membutuhkan penampilan wajah menarik. Dalam hal ini, kerapian susunan serta warna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Struktur email dan dentin pada gigi merupakan faktor penting terjadinya karies. Hal ini dipengaruhi oleh morfologi dan kandungan mineral penyusun gigi (Samaranayake,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen laboratories murni in

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen laboratories murni in BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian vitro. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen laboratories murni in B. Tempat dan Waktu 1. Tempat: a. Pembuatan ekstrak buah semangka dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gigi tersusun atas enamel, dentin, sementum, rongga pulpa, lubang gigi, serta jaringan pendukung gigi. Rongga mulut merupakan batas antara lingkungan luar dan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. minuman yang sehat bagi tubuh untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. minuman yang sehat bagi tubuh untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan gaya hidup sehat semakin meningkat. Salah satunya adalah adanya kecenderungan masyarakat untuk mengonsumsi makanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perubahan derajat warna gigi sebelum dan sesudah direndam ekstrak belimbing manis 100%. Gigi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin Semen ionomer kaca telah digunakan secara luas dibidang kedokteran gigi. Sejak diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971. Ionomer

Lebih terperinci

PERUBAHAN WARNA GIGI PERMANEN MANUSIA SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK KULIT PISANG RAJA 100% (secara in-vitro)

PERUBAHAN WARNA GIGI PERMANEN MANUSIA SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK KULIT PISANG RAJA 100% (secara in-vitro) PERUBAHAN WARNA GIGI PERMANEN MANUSIA SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK KULIT PISANG RAJA 100% (secara in-vitro) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berperan dalam interaksi sosial manusia (Tin-Oo dkk., 2011). Sebuah survei yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berperan dalam interaksi sosial manusia (Tin-Oo dkk., 2011). Sebuah survei yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penampilan merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh masyarakat di zaman modern ini. Penampilan gigi merupakan aspek penting yang berperan dalam interaksi sosial

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susunan gigi yang rapi serta warna gigi yang putih merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Susunan gigi yang rapi serta warna gigi yang putih merupakan faktor yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estetika menjadi faktor terpenting dalam mendukung kepercayaan diri. Susunan gigi yang rapi serta warna gigi yang putih merupakan faktor yang berpengaruh terdadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estetika sudah menjadi kebutuhan utama, terutama bagi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estetika sudah menjadi kebutuhan utama, terutama bagi orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estetika sudah menjadi kebutuhan utama, terutama bagi orang yang bidang pekerjaannya membutuhkan penampilan wajah yang menarik. Dalam hal ini, kerapian rangkaian serta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Pengukuran Nilai Kekerasan Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui besar nilai kekerasan gigi desidui sebelum dan sesudah perendaman pada beberapa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin. 1 Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pulpa. Gigi manusia dapat berubah warna, itu dinamakan diskolorisasi gigi. (perubahan warna) (Grossman dkk, 1995)

BAB I PENDAHULUAN. pulpa. Gigi manusia dapat berubah warna, itu dinamakan diskolorisasi gigi. (perubahan warna) (Grossman dkk, 1995) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Warna gigi normal manusia adalah kuning keabu-abuan, putih keabuabuan, dan putih kekuning-kuningan. Warna gigi ditentukan oleh ketebalan email, ketebalan dentin, warna

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium teknik tekstil Universitas Islam Indonesia.

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium teknik tekstil Universitas Islam Indonesia. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian secara in vitro. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni laboratoris B. Tempat dan Waktu 1. Tempat Penelitian ini dilakukan di LPTT Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah estetika yang berpengaruh terhadap penampilan dan menimbulkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah estetika yang berpengaruh terhadap penampilan dan menimbulkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan warna yang terjadi pada gigi depan seringkali menimbulkan masalah estetika yang berpengaruh terhadap penampilan dan menimbulkan dampak psikologis berupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penampilannya (Ibiyemi, dkk. 2011). Alasan tersebut menjadi satu dari berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. penampilannya (Ibiyemi, dkk. 2011). Alasan tersebut menjadi satu dari berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gigi merupakan jaringan keras di dalam mulut yang menjadi faktor estetika penting yang perlu ditonjolkan terutama warna Gigi yang bersih dan warna yang tampak lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan karena adanya aktivitas suatu jasad renik yang ditandai dengan demineralisasi atau hilangnya mineral

Lebih terperinci

PENGARUH PERASAN BUAH LEMON TERHADAP PENINGKATAN WARNA GIGI

PENGARUH PERASAN BUAH LEMON TERHADAP PENINGKATAN WARNA GIGI PENGARUH PERASAN BUAH LEMON TERHADAP PENINGKATAN WARNA GIGI ABSTRAK Perubahan warna pada gigi salah satunya disebabkan oleh adanya faktor ekstrinsik. Salah satu cara untuk menghilangkan perubahan warna

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prevalensi yang terus meningkat akibat fenomena perubahan diet (Roberson dkk.,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prevalensi yang terus meningkat akibat fenomena perubahan diet (Roberson dkk., I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan penyakit kronis paling umum di dunia dengan prevalensi yang terus meningkat akibat fenomena perubahan diet (Roberson dkk., 2002). Di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut dengan asupan nutrisi (Iacopino, 2008). Diet yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut dengan asupan nutrisi (Iacopino, 2008). Diet yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan penanganan secara komprehensif dikarenakan latar belakangnya yang berdimensi

Lebih terperinci

PENYERAPAN CAIRAN OBAT KUMUR KLORHEKSIDIN 0,12% PADA SEMEN IONOMER KACA TIPE II SETELAH PERENDAMAN 1, 3, 5 DAN 7 HARI

PENYERAPAN CAIRAN OBAT KUMUR KLORHEKSIDIN 0,12% PADA SEMEN IONOMER KACA TIPE II SETELAH PERENDAMAN 1, 3, 5 DAN 7 HARI PENYERAPAN CAIRAN OBAT KUMUR KLORHEKSIDIN 0,12% PADA SEMEN IONOMER KACA TIPE II SETELAH PERENDAMAN 1, 3, 5 DAN 7 HARI Oleh: Hemaasvini Chandran 110600190 Dosen Pembimbing: 1. Lasminda Syafiar, drg, Mkes

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karies Gigi dan S-ECC Karies gigi merupakan penyakit infeksi pada jaringan keras gigi yang menyebabkan demineralisasi. Demineralisasi terjadi akibat kerusakan jaringan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan warna gigi dapat menimbulkan suatu problem estetika bagi penderitanya (Walton dan Torabijenad, 1996). Perubahan warna gigi dapat diklasifikasikan menjadi

Lebih terperinci

KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH APLIKASI KARBAMID PEROKSIDA 35% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA

KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH APLIKASI KARBAMID PEROKSIDA 35% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH APLIKASI KARBAMID PEROKSIDA 35% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian Pengumpulan data klinis dilakukan mulai tanggal 10 November 2008 sampai dengan tanggal 27 November 2008 di klinik orthodonti FKG UI dan di lingkungan FK UI.

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Alur Pikir

LAMPIRAN 1. Alur Pikir LAMPIRAN 1 Alur Pikir - Masa sekarang estetika menjadi pertimbangan utama dalam segala aspek kehidupan. Salah satu aplikasi estetika di kedokteran gigi adalah dental bleaching. (Subhaini, 2009). - Dental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 23,5%. Menurut hasil RISKESDAS tahun 2013, terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kerusakan tanaman akibat serangan hama menjadi bagian budidaya pertanian sejak manusia mengusahakan pertanian ribuan tahun yang lalu. Mula-mula manusia membunuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipersensitivitas dentin merupakan salah satu masalah gigi yang paling sering dijumpai. Hipersensitivitas dentin ditandai sebagai nyeri akibat dentin yang terbuka jika

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan.

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan. 1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara agaris yang memiliki iklim tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan perkebunan. Hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan putih kekuning-kuningan. Warna gigi ditentukan oleh ketebalan ,

BAB I PENDAHULUAN. dan putih kekuning-kuningan. Warna gigi ditentukan oleh ketebalan  , BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Warna gigi normal manusia adalah kuning keabu-abuan, putih keabu-abuan, dan putih kekuning-kuningan. Warna gigi ditentukan oleh ketebalan email, ketebalan dentin, warna

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Estetik gigi geligi dewasa ini sangat diperhatikan dalam menunjang penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek yang diperhatikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Gigi a. Email Email atau email adalah jaringan keras terluar dari anatomi mahkota gigi. Komposisi email manusia (menurut berat) mengandung 95% zat anorganik,

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH KONSENTRASI JUS BUAH TOMAT. (Lycopersicon esculentum Mill) TERHADAP PERUBAHAN WARNA GIGI

LAPORAN AKHIR KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH KONSENTRASI JUS BUAH TOMAT. (Lycopersicon esculentum Mill) TERHADAP PERUBAHAN WARNA GIGI LAPORAN AKHIR KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH KONSENTRASI JUS BUAH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill) TERHADAP PERUBAHAN WARNA GIGI DALAM PROSES PEMUTIHAN GIGI SECARA IN VITRO Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan zaman, keinginan pasien untuk meningkatkan estetika semakin tinggi. Bagi kebanyakan orang, gigi yang putih dan bersih menjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris secara in-vitro.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris secara in-vitro. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris secara in-vitro. B. Tempat dan waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Permasalahan Saat ini konsumsi minuman ringan pada anak maupun remaja mengalami peningkatan hingga mencapai tahap yang mengkhawatirkan. Minuman ringan yang telah beredar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Resin Komposit Istilah komposit adalah kombinasi dua bahan atau lebih yang memiliki sifat berbeda untuk mendapatkan sifat yang lebih baik 7. Contoh bahan komposit alamiah adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih bervariasi. Peristiwa ini dapat dilihat dengan konsumsi pada makanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih bervariasi. Peristiwa ini dapat dilihat dengan konsumsi pada makanan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut menjadi salah satu hal paling penting bagi kesehatan setiap masyarakat. Pada era modern seperti saat ini, masyarakat memiliki gaya hidup yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Erosi gigi adalah luruhnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Erosi gigi adalah luruhnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erosi gigi adalah luruhnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam ekstrinsik maupun intrinsik yang tidak diproduksi oleh bakteri (Balogh dan Fehrenbach,

Lebih terperinci

KEKASARAN PERMUKAAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN CUKA APEL SELAMA 45, 90, 135 MENIT

KEKASARAN PERMUKAAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN CUKA APEL SELAMA 45, 90, 135 MENIT KEKASARAN PERMUKAAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN CUKA APEL SELAMA 45, 90, 135 MENIT SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh Sarjana

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah estetik pada gigi banyak ditemukan saat ini. Diskolorasi gigi merupakan salah satu masalah estetik yang membuat pasien terdorong untuk memutihkan gigi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi yang ditandai dengan melarutnya bahan anorganik, dan diikuti kerusakan pada matriks organik pada gigi. Penyebab karies adalah

Lebih terperinci

PERUBAHAN WARNA PADA LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI 30%

PERUBAHAN WARNA PADA LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI 30% PERUBAHAN WARNA PADA LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI 30% SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi karies gigi dan penyakit periodontal pada anak usia 12-15 tahun di Indonesia cenderung meningkat dari 76,25% pada tahun 1998 menjadi 78,65% pada tahun

Lebih terperinci

KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH APLIKASI HIDROGEN PEROKSIDA 35% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA

KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH APLIKASI HIDROGEN PEROKSIDA 35% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH APLIKASI HIDROGEN PEROKSIDA 35% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di Indonesia. 1 Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, menunjukkan prevalensi

Lebih terperinci

PERBEDAAN STATUS ANTIOKSIDAN TOTAL PADA PASIEN PERIODONTITIS KRONIS PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI INSTALASI PERIODONSIA RSGM FKG USU

PERBEDAAN STATUS ANTIOKSIDAN TOTAL PADA PASIEN PERIODONTITIS KRONIS PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI INSTALASI PERIODONSIA RSGM FKG USU PERBEDAAN STATUS ANTIOKSIDAN TOTAL PADA PASIEN PERIODONTITIS KRONIS PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI INSTALASI PERIODONSIA RSGM FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh

Lebih terperinci

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan oleh faktor etiologi yang kompleks. Karies gigi tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi dapat

Lebih terperinci

EFEK ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL PEGAGAN

EFEK ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL PEGAGAN 1 EFEK ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban) SEBAGAI ALTERNATIF MEDIKAMEN SALURAN AKAR TERHADAP Fusobacterium nucleatum (SECARA In-Vitro) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin

I. PENDAHULUAN. kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pemutihan gigi adalah prosedur yang telah digunakan pada bidang kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin banyak dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh manusia jauh sebelum mengenal gula. Madu baik dikonsumsi saat perut kosong (Suranto, Adji :

Lebih terperinci

Ubah Plastik Jadi Bahan Bakar

Ubah Plastik Jadi Bahan Bakar Ubah Plastik Jadi Bahan Bakar Sampah plastik sangat banyak dijumpai di Indonesia. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah sudah dijejali plastik, bahkan hingga ditimbun dalam tanah. Sampah plastik juga terbawa

Lebih terperinci

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor II. TINJAUAN PUSTAKA A. TALAS Talas Bogor (Colocasia esculenta (L.) Schott) termasuk famili dari Araceae yang dapat tumbuh di daerah beriklim tropis, subtropis, dan sedang. Beberapa kultivarnya dapat beradaptasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Radish Radish (Raphanus sativus L.) merupakan tanaman semusim atau setahun (annual) yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi terjadinya karies di Indonesia masih menunjukkan angka yang cukup tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, indeks DMF-T Indonesia sebesar 4,6, yang memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L)

KARAKTERISTIK  GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L) KARAKTERISTIK EMAIL GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L) Latar Belakang Provinsi Aceh merupakan penghasil asam sunti yang merupakan bumbu masakan seperti kuah asam keueng, tumeh eungkot sure,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman tomat menghasilkan buah yang mengandung banyak zat-zat penting

I. PENDAHULUAN. Tanaman tomat menghasilkan buah yang mengandung banyak zat-zat penting 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman tomat menghasilkan buah yang mengandung banyak zat-zat penting seperti protein, lemak, gula (glukosa dan fruktosa), kholoin, tomatin, mineral (Ca, Mg, P, K, Na,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Departemen Kesehatan RI tahun

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian pretest and posttest control group design. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan randomized pre post test control

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan randomized pre post test control 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan eksperimental dengan randomized pre post test control group

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran segar adalah bahan pangan yang banyak mengandung vitamin dan mineral yang penting untuk tubuh (Ayu, 2002). Di samping sebagai sumber gizi, vitamin dan mineral,

Lebih terperinci

Gambar 1. Cara penggunaan alat pemeras madu. Gambar 2. Alat Pemeras madu. Gambar 3. Alat Penyaring madu Gambar 4. Ruang pengolahan madu 70 %

Gambar 1. Cara penggunaan alat pemeras madu. Gambar 2. Alat Pemeras madu. Gambar 3. Alat Penyaring madu Gambar 4. Ruang pengolahan madu 70 % BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian yang telah dilakukan yaitu pembuatan alat pemeras madu (Gambar 1 & 2) dan penyaring madu (Gambar 3). Pelaksanaan pembuatan ruang khusus pengolahan madu (Gambar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Perubahan warna gigi diukur menggunakan spektrofotometer untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Perubahan warna gigi diukur menggunakan spektrofotometer untuk BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui perubahan warna gigi setelah perendaman jus stroberi 100% dan karbamid peroksida 35%. Waktu perendaman

Lebih terperinci

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN EKSTRAK DAUN LIDAH BUAYA 25% (Aloe vera L.)

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN EKSTRAK DAUN LIDAH BUAYA 25% (Aloe vera L.) PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN EKSTRAK DAUN LIDAH BUAYA 25% (Aloe vera L.) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena selain dapat menghasilkan senyum yang indah juga sangat membantu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena selain dapat menghasilkan senyum yang indah juga sangat membantu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Senyum yang sehat adalah senyum yang terbentuk dari jaringan mulut yang sehat. Setiap orang mendambakan memiliki gigi yang sehat dan putih berseri karena selain

Lebih terperinci