KEKERASAN PADA ANAK CHILD ABUSE. : Rahmi Putri Rangkuti NIP :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEKERASAN PADA ANAK CHILD ABUSE. : Rahmi Putri Rangkuti NIP :"

Transkripsi

1 KEKERASAN PADA ANAK CHILD ABUSE Nama : Rahmi Putri Rangkuti NIP : FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017

2 KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim Puji syukur saya kehadirat Allah SWT karena hanya dengan ridho-nya saya diberikan kesempatan untuk menyelesaikan artikel ini. Tidak lupa pula salawat beriring salam kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang sekarang ini. Tulisan ini berisi ulasan mengenai maltreatment yang dilakukan pengasuh kepada anak. Artikel ini secara singkat berisi mengenai definisi kekerasan pada anak (child abuse), klasifikasi gangguan, faktor-faktor penyebabnya gangguan serta penanganan yang mungkin dilakukan. Mungkin dalam penulisan dan penjelasan terdapat beberapa kekurangan, namun penulis berharap artikel ini dapat memberikan informasi bagi pembaca. Medan, Agustus 2017 Penulis, Putri Rangkuti Rangkuti i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii Kekerasan pada anak... 1 A. Pendahuluan... 1 B. Pengertian Kekerasan pada Anak atau Child abuse... 2 C. Batasan Usia Korban Child Abuse... 3 D. Klasifikasi kekerasan pada anak... 5 E. Pelaku kekerasan pada anak... 8 F. Faktor penyebab Child Abuse... 8 G. Dampak Child Abuse H. Contoh Kasus DAFTAR PUSTAKA ii

4 DAFTAR TABEL Tabel iii

5 KEKERASAN PADA ANAK A. Pendahuluan Tindakan kekerasan sering kali diterima oleh anak, tanpa sedikitpun anak dapat memberla diri. Tindakan kekerasan kekerasan pada anak merupakan dasar yang telah dibangun generasai sebelumnya sebagai warisan, anak-anak yang menerima kekerasan maka ketika ia menjadi dewasa makan ia juga berpotensi melakukan kekerasan kepada anaknya. Pelaku kekerasan kepada anak biasanya adalah keluarga, tetangga dan teman. Banyak sekali pelaku kekerasan pada anak adalah orang tua, sehingga sering sekalu tidak terjangkau hukum karena orang tu beranggapan bahwa ia adalah pihak yang paling berhak terhadap anak (Manik, 1999). Sampai saat ini kasus kekerasan pada anak masih kurang mendapat perhatian. Hal ini dikarenakan selain data dan laporan tentang kasus ini sedikit, juga karena kasus ini sering kali sering kali masih terbalut oleh kebiasaan masyarakat yang meletakkan masalah ini sebagai masalah intern keluarga, dan karena tidak layak atau tabu untuk diekspos secara terbuka (Suyanto&Hariyadi, 2002). Harkrisnowo (dalam Suyanto&Hariyadi, 2002) juga menyatakan hal yang sama bahwa rendahnya kasus kekerasan pada anak yang diketahui publik salah satunya disebabkan sering terjadinya penyelesaian kasus semacam ini dilakukan secara kekeluargaan dalam tingkat penyelidikan, sehingga kasus-kasus tindak kekerasan yang dialami anak-anak tidak direkam oleh aparat sebagai suatu tindakan pidana. 1

6 Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan (Setiawan, 2015), kekerasan pada anak selalu meningkat setiap tahunnya. KPAI mencatat terjadi pengingakat signifikan antara tahun 2011 sampai Hasil monitoring dan evaluasi KPAI tahun 2012 di 9 provinsi menunjukkan bahwa anak-anak menjadi korban kekerasan di lingkungan keluarga, di lingkungan sekolah dan di lingkungan masyarakat. Berikut data kekerasan terhadap anak di Indonesia pertahun. Tabel 1. Data kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia Tahun Jumlah kasus /Juli 6006 (Sumber : Setiawan, 2015; P2TP2A, 2015) B. Pengertian kekerasan pada anak atau Child Abuse Abuse adalah kata yang biasa diterjemahkan menjadi kekerasan, penganiyaan, penyiksaan, atau perlakukan yang salah. Pada kamus berjudul The Social Work Dictionary, abuse didefinisikan sebagai perilaku tidak layak yang mengakibatkan kerugian atau bahaya secara fisik, psikologis, atau finansial, baik yang dialami individu atau kelompok (dalam Huraerah, 2007). Pada awalnya istilah child abuse dan neglect berasal dan mulai dikenal dari duani kedokteran. Sekitar tahun 1946, Caffey seorang radiologis melaporkan kasus cedera yang berupa gejala-gejala klinik seperti patah tulang panjang yang majemuk 2

7 (multiple fractures) pada anak-anak atau bayi disertai pendarahan subdural tanpa mengetahui penyebabnya (unrecognized taruma). Kasus yang ditemukan Caffey ini semakin menarik publik ketika Henry Kempe menulis masalah ini di Journal of the American Medical Association, dan melaporkan bahwa dari 71 rumah sakit yang ia teliti ternyata terjadi 302 kasus tindakan kekerasan terhadap anak-anak, dimana 33 anak dilaporkan meninggal akibat penganiyayan yang dialaminya, dan 85 anak mengalami kerusakan otak permanen (dalam Suyanto&Hariyadi, 2002). Richard J. Gelles (dalam Huraerah, 2007) mendefinisikan child abuse atau kekerasan terhdap anak sebagai perbuatan yang disengaja yang menimbulkan kerugian atau bahaya terhadap anak-anak secara fisik maupun emosional. Istilah child abuse meliputi berbagai macam bentuk tingkah laku, dari tindakan ancaman fisik secara langsung oleh orang rua atau orang dewasa lainnya sampai kepada penelantaran kebutuhan-kebutuhan dasar anak. C. Batasan Usia Korban Child Abuse Batasan usia adalah penting untuk mengetahu atau memastikan bahwa tindakan kekerasan berobjek pada anak atau tidak. Pada sistem hukum Negara Indonesia tidak ada keseragaman dalam penentuan batas kedewasaan. Hukum perdata dan pidana menentukan seseorang yang masih digolongkan anak atau tidak dengan menggunakan standar umur, sedangkan dalam hukum adapt dan hukum Islma tidak menggunakan standar hukum melainkan didasarkan kepada keadaan biologis anak (dalam Manik, 1999). 3

8 KUHP Perdata Seseorang dinyatakan dewasa apabila sudah mencapai umur 21 tahun, kecuali anak itu sudah kawin sebelum berumur 21 tahun (dalam Manik, 1999). KUHP pidana Anak adalah mereka ysng belum mencapai usia 16 tahun. UU No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa anak yang belum berumur 21 tahun dan belum pernah kawin berada dibawah kekuasaan orang tua atau walinya. Selanjutnya pada UU no.4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, menentukan kriteria seseorang disebut anak adalah mereka yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah (dalam Manik, 1999). Hukum adap dan hukum Islam Berdasarkan hukum Islam seseorang dikatakan dewasa apabila sudah dapat melakukan reproduksi atau haid pada anak perempuan dan sudah pernah mimpi basah pada anak laki-laki. Hukum adat menyatakan bahwa seseorang dikatakan dewasa apabila dapat bekerja sendiri/mandiri, dapat mengurus harta kekayaannya sendiri, dan dapat atau cakap untuk melakukan apa yang diisyaratkan dalam hukum bermasyarakat dan bertanggungjawab (dalam Manik, 1999). 4

9 D. Klasifikasi Kekerasan Anak Child abuse menurut Terry E. Lawson seorang psikiater (dalam Manik, 1999) mengatakan bahwa kekerasan pada anak dapat diklasifikasikan dalam 4 macam yaitu: Emotional abuse Emotional abuse dapat terjadi apabila setelah orang tua mengetahui keinginan anaknya untuk meminta perhatian namun orang tua tidak memberikan apa yang diinginkan anak tetapi justru mengabaikannya. Anak akan mengingat semua kekerasan emosinal tersebut jika hal itu terjadi secara konsisten. Verbal abuse Verbal abuse lahir sebagai akibat dari bentakan, makian orang tua terhadap anak..ketika anak meminta sesuatu, orang tua tudak memberikan tetapi membentak anak. Saat anak mengajak orang tua berbicara, orang tua tidak menanggapinya justru menghardik dengan membentak. Anak akan mengingat kekerasan jenis ini jika semua kekerasan verbal ini berlaku dalam suatu periode. Physical abuse Physical abuse adalah kekerasan yang terjadi pada saat anak menerima pukulan dari orang tua. Kekerasan jenis ini akan diingat anak apalagi akibat kekerasan itu meninggalkan bekas. Sexual abuse Kekerasan seksual adalah ketika anak menerima kekerasn secara seksual dari orang dewasa. 5

10 Suharto (dalam Huraerah, 2007) mengelompokkan child abuse dalam 4 kelompok yaitu: Kekerasan anak secara fisik Kekerasan anak secara fisik adalah penyiksaan, pemukulan, dan penganiyaan terhadap anak, dengan atau tanpa menggunakan benda-benda tertentu, yang meninmbulkan luka-luka fisik atau kematian pada anak. Bentuk luka dapat berbentuk lecet atau memar akibat sentuhan atau kekerasan benda tumpul, seperti bekas gigitan, cubitab, ikat pinggang atau rotan. Dapat pula berupa luka bakar akibat bensin panas, atau berpola akibat sundutan rokok atau setrika. Lokasi luka biasanya ditemukan pada daerah paha, lengan, mulut, pipi, dada, perut, punggung atau daerah bokong. Terjadinya kekerasan terhadap anak secara fisik biasanya dipicu oleh tingkah laku anak yang tidak disukai oleh orang tuanya, seperti anak yang nakal atau rewel, menangis terus, minta jajan, buang air, kencing atau muntah sembarangan, memecahkan barang berharga dan lain-lain. Kekerasan anak secara psikis Kekerasan anak secara psikis meliputi penghardikan, pemyampaian katakata kasar dan kotor, memperlihatkan buku, gambar, dan film porno kepada anak.anak yang mendapatkan kekerasan psikis ini umumnya menunjukkan gejala 6

11 perilaku maladaptif, seperti menarik diri, pemalu, menangis jika didekati, takut keluar rumah dan takut bertemu dengan orang lain. Kekerasan anak secara seksual Kekerasan seksual pada anak dapat berupa perlakuan pra-kontak seksual antara anak dengan orang yang lebih besar (melalui kata, sentuhan, gambar visual, exibitionism), maupun perlakukan kontak seksual secara langsung antara anak dengan orang dewasa (incest, perkosaan, eksploitasi seksual). Kekerasan anak secara sosial Kekerasan pada anak secara sosial dapat mencakup penelantaran anak dan eksploitasi anak. Penelantaran anak adalah sikap adan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadao proses tumbuh kembang anak. Misalnya, anak yang dikucilkan, diasingkan dari keluarga, atau tidak diberikan pendidikan dan perawaran kesehatan yang layak. Eksploitasi anak menunjukkan pada sikap diskriminatif atau perlakuan sewenang-wenang terhadap anak yang dilakukan keluarga atau masyarakat. Misalnya, memaksa anak melakukan sesuatu demi kepentingan ekonomi, sosial atau politik tanpa memperhatikan hak-hak anak untuk mendapat perlindungan sesuai dengan perkembangan fisik, psikis dan status sosialnya Contohnya anak yang dipaksa kerja di pabrik-pabrik yang membahayakan dengan upah rendah dan tanpa perlatan pelindung yang memadai, anak yang dipaksa untuk angkat senjata, atau dipaksa melakukan pekerjaan rumah tangga melebihi batas kemampuannya. 7

12 E. Pelaku Kekerasan pada anak Menurut KPAI (Setiawan, 2015), pelaku kekerasan pada anak bisa dibagi menjadi tiga. Pertama, orang tua, keluarga, atau orang yang dekat di lingkungan rumah. Kedua, tenaga kependidikan yaitu guru dan orang-orang yang ada di lingkungan sekolah seperti cleaning service, petugas kantin, satpam, sopir antar jemput yang disediakan sekolah. Ketiga, orang yang tidak dikenal. Berdasarkan data KPAI, anak-anak menjadi korban kekerasan di lingkungan masyarakat jumlahnya termasuk rendah yaitu 17,9 persen. Hal ini menunjukkan, anak-anak rentan menjadi korban kekerasan justru di lingkungan rumah dan sekolah. Artinya pelaku kekerasan pada anak justru lebih banyak berasal dari kalangan yang dekat dengan anak. F. Faktor Penyebab Child Abuse Siti Fatimah seorang pemerhati masalah anak dari Malaysia (dalam Suyanto&Hariyadi, 2002) mengungkap setidaknya ada 6 kondisi yang menjadi faktor penyebab terjadinya kekerasan atau pelanggaran dalam keluarga yang dilakukan terhadap anak-anak. 8

13 Faktor ekonomi, kemiskinan yang dihadapi sebuah keluarga seringkali membawa keluarga tersebut pada situasi kekecewaan yang menimbulkan kekerasan. Masalah keluarga, mengacu pada situasi keluarga khususnya hubungan dengan orang tua yang kurang harmonis. Seorang ayah akan sanggup melakukan kekerasan terhadap anak semata-mata sebagai pelampiasan atau upaya pelepasan rasa jengkel dan marah kepada istri. Sikap orang tua yang tidak menyukai anak-anak, pemarah dan tidak mampu mengendalikan emosi juga dapat menyebabkan terjadinya kekerasan pada anak-anak. Bagi orang tua yang memiliki anak yang bermasalah seperti cacat fisik atau cacat mental, seringkali mereka merasa terbebanu atas kehadiran anak-anak tersebut dan tidak jarang orang tua menjadi kecewa dan merasa frustasi. Faktor perceraian, perceraian dapat menimbulkan problematika kerumahtanggaan seperti persoalan hak pemeliharaan anak, pemberian kasih sayang, pemberian nafkah dan sebagainya. Akibat perceraian juga dirasakan anak-anak terutama ketika orang tua menikah lagi dan anak harus dirawar oleh ibu atau ayah tiri. Dalam banyak kasus tindakan kekerasan tidak jarang dilakukan oleh ayah atau ibu tiri. Kelahiran anak di luar nikah, tidak jarang sebagai akibat adanya kelahiran anak di luar nikah menimbulkan masalah diantara kedua orang tua anak. belum lagi jika melibatkan pihak keluarga dari pasangan tersebut. Akibatnya anak akan banyak menerima perlakukan yang tidak menguntungkah seperti: anak merasa disingkirkanm harus menerima 9

14 perlakukan diskriminatif, tersisih atau disisihkan oleh keluarga bahkan harus menerima perlakuan yang tidak adil dan bentuk kekerasan lainnya. Menyangkut permasalahan jiwa atau psikologis, Pada berbagai kajian psikologis disebut bahwa orang tua yang melakukan kekerasan terhadap anak-anak adalah mereka yang memiliki masalah psikologis. Mereka senantiasa berada dalam situasi kecemasan dan tertekan akibat mengalami depresi atau stres. Secara tipologi ciri-ciri psikologis yang menandai situasi tersebut antara lain: adanya perasaan rendah diri, harapan terhadap anak yang tidak realistik, harapan yang bertolak belakang dengan kondisinya dan kurang pengetahuan tentang bagaimana mengasuh anak. Pendidikan dan pengetahuan agama. Faktor terjadinya kekerasan atau pelanggaran terhadap hak-hak anak adalah tidak memiliki pendidikan atau pengetahuan religi yang memadai. Pada sebuah model yang disebut The abusive Environment Model, Ismail (dalam Suyanto & Hariyadi, 2002) menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap anak sesungguhnya dapat ditinjau dari 3 aspek yaitu: Aspek kondisi anak Kekerasan dan pelanggaran terhadap hak-hak anak dapat terjadi karena faktor dari anak sendiri, seperti: o Anak yang mengalami kelahiran premature o Anak yang mengalami sakit sehingga mendatangkan masalah o Hubungan yang tidak harmonis sehingga mempengaruhi watak 10

15 o Adanya proses kehamilan atau kelahiran yang sulit o Kehadiran anak yang tidak dikehendaki o Anak yang mengalami cacat mental maupun fisik o Anak yang sulit diatur, dan o Anak yang meminta perhatian khsusus. Apek orang tua Kekerasan dan pelanggaran pada anak juga dapat dikarenakan orang tua si anak, yaitu: o Pernah-tidaknya orang tua mengalami kekerasan atau penganiyaan sewaktu kecil o Menganggur atau karena pendapatan tidak mencukupi o Pecandu narkotik atau pecandu alkohol o Pengasingan sosial atau dikucilkan o Waktu senggang yang terbatas o Karakter pribadi yang belum matang o Mengalami gangguan emosi atau kekacauan saraf o Mengidap penyakit jiwa o Mengalami gangguan kepribadian o Berusia terlalu muda sehingga belum matang, kebanyakan orang tua kelompok ini tidak memahami kebutuhan anak o Pendidikan yang rendah 11

16 Aspek lingkungan sosial Kondisi-kondisi sosial juga dapat menjadi penyebab kekerasan terhadap anak, yaitu: o Kondisi kemiskinan dalam masyarakat dan tekanan nilai materialistis o Kondisi sosial ekonomi yang rendah o Adanya nilai di dalam masyarakat bahwa anak adalah miliki orang tuanya o Status wanita yang rendah o Sistem keluarga patriakhal o Nilai masyarakat yang terlalu individualistik o Dan sebagainya G. Dampak Child Abuse Anak-anak yang mengalami kekerasan selain mendapatkan luka atau memar yang tampak secara fisik juga terlihat menunjukkan dampak pada perilaku mereka (dalam Suyanto&Hariyadi, 2002). Anak-anak yang mengalami kekerasan akan menujukkan perilaku sebagai berikut: Menarik diri Ketakutan Menunjukkan perilaku agresif Emosi yang labil 12

17 Menunjukkan gejala depresi Kecemasan Adanya gangguan tidur Phobia Ketika dewasa bisa menjadi pelaku abuse Menjadi bersifat keras Gangguan trauma Dapat terlibat dalam penggunaan zat adiktif Adapun perilaku lain yang dapat dilihat pada anak-anak korban penganiyaan atau penyiksaan adalah: Menutup-nutupi luka yang mereka derita Bungkan dan merahasiakan pelakunya karena ketakutan akan mendapat balas dendam dari pelakukanya Mengalami keterlambatan dalam tahap-tahap perkembangan Mengalami kesulitan bergaul dengan teman-teman sebayanyanya Mungkin menunjukkan tingkah laku menyakiti diri sendiri atau bahkan bunuh diri. 13

18 H. Contoh Kasus Kasus 1 Ibu Kandung Aniaya Bayi J, Sahabat Bantu Rekam dengan Ponsel KONTRIBUTOR BALI, ROBINSON GAMAR Kompas.com - 03/08/2017, 18:12 WIB DENPASAR, KOMPAS.com - Polisi memeriksa seorang saksi berinisial M, teman dari MD, tersangka kasus penganiayaan terhadap bayi J (11 bulan), anak kandungnya sendiri. Direskrimum Polda Bali Kombespol Sang Made Mahendra Jaya mengatakan, M sempat muncul dalam video kekerasan yang dilakukan MD itu. Dari hasil pemeriksaan diketahui, ponsel milik M digunakan MD untuk merekam aksi tersebut. "Orang yang ada di video sudah kami periksa, HP-nya digunakan untuk merekam," kata Mahendra saat ditemui di Mapolda Bali, Selasa (2/8/2017). Tidak hanya memberikan ponsel, M juga sempat membantu merekam aksi kekerasan tersebut. Proses merekam aksi kekerasan tidak dilakukan sekali dalam sehari, tetapi dilakukan beberapa kali. Dari hasil pemeriksaan, beberapa video juga telah dihapus baik oleh MD maupun M. 14

19 "Tidak terjadi satu kali, tapi beberapa kali. Baru tiga video yang ada tapi beberapa sudah dihapus," ujar Mahendra. M dan MD berteman. MD melakukan kekerasan kemudian direkam agar hasilnya dikirim ke ayah biologis dari J yaitu Otmar Daniel Adelsberger yang berada di Austria. Polisi sendiri belum menetapkan M sebagai tersangka karena masih dilakukan pendalaman. "Untuk M sedang kami dalami, dia sangat kooperatif memberikan keterangan," kata Mahendra. MD menjalani pemeriksaan lanjutan di Mapolda Bali didampingi penasehat hukum Naldi Elvian Saban. MD telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus penganiayaan terhadap anak kandungnya sendiri, bayi J. (sumber: Gamar, 2017) Kasus 2 Berikut merupakan kasus kekerasan pada anak yang cukup menyita perhatian seluruh masyarakat Indonesia. Seorang anak perempuan dikabarkan menghilang dari rumah. Berita menghilangnya anak ini sempat viral dibeberapa media sosial seolah-olah ibunya yang belakangan diketahui merupakan ibu angkat mencari-cari anak keberadaan anak tersebut. Akhirnya mayat anak tersebut ditemukan terkubur dibelakang rumah ibu angkatnya dan diketahui anak mengalami kekerasan. 15

20 Rentetan Kasus Pembunuhan Angeline hingga Vonis Pengadilan Hasan Kurniawan Senin, 29 Februari :19 WIB JAKARTA - Kasus pembunuhan Engeline Margriet Megawe (Angeline) di Bali menyita perhatian masyarakat dalam dan luar negeri. Pembunuhan yang berlangsung sangat sadis ini, akhirnya berakhir di Pengadilan Negeri (PN) Denpasar. Semasa Hidup Angeline merupakan putri dari pasangan Rosidik dan Hamidah. Dia diadopsi oleh keluarga Margareta sejak bayi. Orangtua Angeline menyerahkan anaknya kepada Margareta lantaran tidak memiliki uang untuk menebus biaya klinik. Saat Angeline lahir, penghasilan Rosidik waktu itu hanya Rp30 ribu perhari. Warga Banyuwangi ini hanya bekerja sebagai kuli. Sementara biaya bersalin Hamidah saat itu mencapai Rp600 ribu. Ketika dalam kondisi sulit itulah orangtua Angeline diperkenalkan oleh Margareta melalui tetangga kosnya. Saat itu, Margareta berjanji akan menjaga, serta merawat Angeline dengan baik dan mereka percaya. Setelah dipertemukan dengan Margareta di sebuah klinik di daerah Canggu, Kuta, Badung, dia mengaku diajak ke notaris membuat perjanjian hitam di atas putih. Rosidik lalu diberi uang Rp1,8 juta oleh Margareta. 16

21 Bersama Margareta Janji Margareta untuk merawat Angeline dengan baik ternyata diingkarinya. Selama di rumah Margareta, Angeline diperlakukan seperti budak kecil. Dia harus memberi makan ratusan ayam ternak milik Margareta. Sebelum selesai memberi makan ayam, Angeline dilarang makan dan berangkat sekolah. Kegiatan ini dilakukan Angeline setiap hari sebelum berangkat sekolah. Untuk itu, Angeline harus bangun sejak subuh. Bahkan, ketika makanan dan minuman ayam kurang Angeline selalu diteriaki dan dimarahi oleh Margareta. Dengan nada menghina tanpa belas kasihan, Margareta menyebut Angeline sebagai anak yang tidak tahu diri. Tidak jarang, Angeline menjadi korban penganiayaan Margareta jika telat memberi makan ayam. Pernah suatu ketika ada anak ayam Margareta yang hilang satu ekor dan tidak ketemu. Kesal anak ayamnya hilang, Margareta lalu memukuli Angeline. Margareta juga kerap menjambak rambut Angeline yang panjang. Tindakan kasar ini diterima Angeline hampir setiap hari. Wali Kelas II SDN 12 Sanur Putu Sri Wijayanti mengatakan, setiap hari Angeline terlihat kusut, pakaiannya kotor, rambutnya berantakan dan bau kotoran ayam. Karena itu, sering kali dia yang mengkramasinya. "Ya, saya pernah cuci rambutnya dia. Waktu itu anaknya kotor banget, mulai dari rambut, telingga, dan lehernya itu berkerak semuanya," terang Sri, saat ditemui wartawan. 17

22 Dia juga mengaku sering melihat luka lebam pada tubuh Angeline. Pernah suatu hari, Margareta menemuinya dan mengatakan terim kasih telah memberikan perhatian kepada anaknya. Namun begitu, dia tidak menanyakan sebabnya karena takut. Angeline Hilang Sebelum ditemukan tewas dibunuh ibu angkatnya sendiri, Angeline (8) dikabarkan menghilang dari rumah, kawasan Denpasar, Bali. Kabar menghilangnya Angeline mulai diberitakan, pada Sabtu 16 Mei Saat menghilang, bocah cilik berparas cantik ini mengenakan daster panjang warna biru muda, sandal jepit warna kuning, rambut dikuncir dan berbadan kurus. Angeline terakhir kelihatan saat tengah bermain di halaman depan rumahnya, di Jalan Sedap Malam. Pihak keluarga Margareta awalnya membangun opini Angelina hilang dibawa lari orang yang tidak dikenal. Kabar menghilangnya Angeline juga sempat disebar ke jejaring sosial Facebook. Namun saat wartawan mengonfirmasi hal ini kepada Kapolsek Denpasar Selatan Kompol Nanang Prihasmoko, kabar hilangnya Angeline dibantah. Ditemukan Tewas Setelah kabar hilangnya Angeline tersebar luas, perhatian masyarakat langsung tertuju kepada pencarian bocah malang ini. Petugas kepolisian pun didesak untuk lebih keras mencari keberadaan Angeline. 18

23 Upaya petugas akhirnya membuahkan hasil. Angeline ditemukan pada Rabu 10 Juni Saat ditemukan, Angeline sudah tidak bernyawa. Mayatnya ternyata terkubur bersama boneka berbie di rumah Margareta, Jalan Sedap Malam, Sanur, Denpasar. Mayat Angeline ditemukan oleh Tim Gabungan Polda Bali yang terdiri dari Polsek Denpasar Timur dan Polresta Denpasar di belakang kandang ayam, tepatnya dekat pohon pisang yang di depannya ada tumpukan sampah. Sumber : Kurniawan,

24 DAFTAR PUSTAKA Gamar, R. (2017). Ibu Kandung Aniaya Bayi J, Sahabat Bantu Rekam dengan Ponsel. Kompas.com. Dikutip dari Hurairah, Abu. (2007). Child abuse (kekerasan terhadap anak): edisi revisi. Bandung: Penerbit Nuansa Kurniawan, Hasan. (2016). Rentetan Kasus Pembunuhan Angeline hingga Vonis Pengadilan. Sindonews.com. dikutip dari Manik, S.Z. (editor). (1999). Kekerasan terhadap anak dalam wacana dan realita. Medan: Pusat Kajian Dan Perlindungan Anak. Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak. (2015). Indonesia Darurat Kekerasan Anak. Dikutip dari Setiawan, D. (2015). KPAI: Pelaku Kekerasan Terhadap Anak Tiap Tahun Meningkat. Dikutip dari Suyanto, Bagong., & Hariyadi, S.S. (2002). Krisis & child abuse: kajian sosiologis tentang kasus pelanggaran hak anak dan anak-anak yang membutuhkan perlindungan khsusus (child in need of special protection). Surabaya: Penerbit Airlangga University Press 20

25 Pembunuhan Sadis Penemuan Angeline sempat menggemparkan warga Bali. Bocah yang tadinya dikabarkan hilang dan diculik, ternyata tewas dihabisi oleh Margareta, ibu angkatnya sendiri. Menurut polisi yang mengangkat jenazah Angeline, pada lehernya ditemukan luka goresan-goresan bekas jeratan. Diduga, Angeline dijerat dengan tali. Polisi juga menemukan banyak luka memar di tubuh siswi kelas II SDN 12 Sanur itu. Tidak hanya itu, kepala Angeline juga dibenturkan ke lantai dan tembok. Benturan keras inilah yang diduga menyebabkan Angeline meninggal dunia. Setelah tewas, mayat Angeline bahkan dilecehkan. Pelaku Pembunuhan Ditemukannya mayat Angeline disusul dengan penetapan tersangka pembunuhan. Tersangka pertama yang ditetapkan polisi sebagai tersangka adalah pembantu rumah tangga Margareta, Agus Tae Hamda May. Saat pembunuhan terjadi, Agus baru satu minggu bekerja dengan Margareta. Penetapan tersangka ini baru diketahui pada Rabu 10 Juni Dalam prarekonstruksi kejadian, terungkap Agus membunuh Angeline. Agus membunuh Angeline pada adegan ke-7 dengan cara membenturkan kepala Angeline ke tembok dan lantai berkali-kali. Agus juga mencekik leher Angeline dengan tangannya hingga tubuh bocah malang itu lemas. 21

26 Saat Angeline tidak berdaya, Agus sempat diminta untuk memperkosa Angeline. Namun Agus menolaknya. Setelah Angeline tewas, dia langsung menguburnya bersama boneka berbie kesayangan Angeline. Kepada polisi, Agus mengaku melakukan pembunuhan keji itu tidak sendiri. Dia disuruh majikannya, yakni Margereta. Keterangan Agus dijadikan dasar untuk menjadikan Margareta sebagai tersangka kedua. Pada awalnya, Margareta ditetapkan sebagai pelaku penganiayaan Angeline. Baru kemudian menjadi tersangka pembunuhan Angeline. Dalam sidang, terungkap bahwa Margareta adalah pelaku utama pembunuhan itu. Vonis Pengadilan Sidang kasus pembunuhan Angeline berjalan sangat alot hingga berlangsung empat bulan. Selain karena adanya dugaan praktik kecurangan pada majelis hakim, juga adanya permainan di kepolisian. Sidang yang awalnya dipimpin Hakim Ketua I Gede Ketut Wanugraha, Made Sukreni, dan Ahmad Paten Silly dipindakan ke Ambon. Penyebabnya karena sidang berlangsung langsung lambat dan berlarut-larut. Pada pihak kepolisian, kecugiaan akan adanya permainan terjadi saat video pemeriksaan Agus berhasil diperoleh Tim Pengacara Margareta. Video itu merupakan dokumentasi Polri yang sifatnya rahasia. Setelah melewati proses yang melelahkan, pengadilan akhirnya menjatuhkan vonis 10 tahun penjara terhadap Agus dan penjara seumur hidup terhadap Margareta. 22

27 23

KASUS ETIKA PROFESI KASUS ANGELINE. Pembunuhan Berencana Angeline

KASUS ETIKA PROFESI KASUS ANGELINE. Pembunuhan Berencana Angeline KASUS ETIKA PROFESI KASUS ANGELINE Pembunuhan Berencana Angeline A. IDENTIFIKASI ISU 1. ISU FAKTUAL - APA YANG TERJADI? Pembunuhan berencana Angeline yang dilakukan oleh ibu angkat dan pembantunya. - DIMANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa. dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa. dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Anak.

Lebih terperinci

CENDEKIA Jurnal Ilmu Administrasi Negara

CENDEKIA Jurnal Ilmu Administrasi Negara DAMPAK YANG TERJADI DI MASYARAKAT AKIBAT DARI KEKERASAN TERHADAP ANAK OLEH YENI NURAENI, S.H.,M.H. (Dosen Fakultas Hukum UNMA) Kasus kekerasaan terhadap anak sekarang ini menjadi pembicaraan yang hangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Status dan kondisi anak Indonesia adalah paradoks. Secara ideal, anak adalah pewaris dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik, BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik, dilakukan secara aktif maupun dengan cara pasif (tidak berbuat), dikehendaki oleh pelaku, dan ada akibat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak salah jika pasangan yang telah berumah tangga belum merasa sempurna jika belum dikaruniai

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil Penelitian ini dilakukan di SDN 01 Palebon Semarang, ditampilkan pada tabel di bawah ini : 1. Karakteristik Responden a. Umur Tabel 2.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun. Pada usia ini anak mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak, dan mengabungkan diri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta merupakan bentuk diskriminasi. Tindak kekerasan (violence)

Lebih terperinci

Lex Et Societatis Vol. V/No. 9/Nov/2017

Lex Et Societatis Vol. V/No. 9/Nov/2017 ASPEK HUKUM KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA BERDASARKAN UU NO.23 TAHUN 2004 1 Oleh : Ollij A. Kereh 2 ; Friend H. Anis 3 Abstrak Perkembangan kehidupan sosial dewasa ini menunjukkan menurunnya nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua kalangan. Problematika anak dapat disebut juga sebagai unfinished agenda,

BAB I PENDAHULUAN. semua kalangan. Problematika anak dapat disebut juga sebagai unfinished agenda, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika berbicara mengenai masalah sosial di Indonesia, anak merupakan kajian permasalahan yang sensitif dibahas dan selalu mendapat perhatian khusus oleh semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sikap orang tua mempengaruhi cara mereka memperlakukan anak, dan perlakuan mereka terhadap anak sebaliknya mempengaruhi sikap anak terhadap mereka dan perilaku mereka.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari ketidakpuasan seseorang terhadap kondisi hidupnya sehingga melihat anak yang tidak berdaya sebagai

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Identitas Responden Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjung Karang Pusat Bandar Lampung, yang melaporkan

Lebih terperinci

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004) BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004) A. Landasan Undang-Undang R.I. Nomor 23 Tahun 2004 Salah satu tujuan dibentuknya Undang-Undang R.I.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perlindungan anak yang tertuang dalam Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan,

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tugas Perkembangan Masa Kanak-Kanak. anak akhir (late childhood), yaitu usia tahun.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tugas Perkembangan Masa Kanak-Kanak. anak akhir (late childhood), yaitu usia tahun. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kekerasan terhadap Anak 1. Tugas Perkembangan Masa Kanak-Kanak Menurut Papalia, Olds & Feldman, 2001 (Kartono, 2007), membagi perkembangan anak dalam tiga bagian, yaitu pertama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak merupakan harta yang tak ternilai bagi suatu keluarga, dan menjadi aset yang berharga bagi suatu bangsa. Tak dapat dipungkiri bahwa kondisi anak saat ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang namanya seorang anak. Status seorang anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN TERHADAP KELOMPOK RENTAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEKS HAK ASASI MANUSIA

PERLINDUNGAN TERHADAP KELOMPOK RENTAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEKS HAK ASASI MANUSIA Training HAM Lanjutan Bagi Tenaga Pendidik Akpol Perlindungan Terhadap Kelompok Rentan (Vulnerable Groups) Hotel Horison Semarang, 15-17 Januari 2014 MAKALAH PERLINDUNGAN TERHADAP KELOMPOK RENTAN PEREMPUAN

Lebih terperinci

BAB 8. KEKERASAN DALAM RUMAHTANGGA DAN TRAFFICKING DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB 8. KEKERASAN DALAM RUMAHTANGGA DAN TRAFFICKING DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati BAB 8. KEKERASAN DALAM RUMAHTANGGA DAN TRAFFICKING DI INDONESIA Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati PERLINDUNGAN ANAK Anak UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak: Seseorang yang belum berusia

Lebih terperinci

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang 5 Perbedaan dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Apa perbedaan dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan

Lebih terperinci

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018 KAJIAN KRITIS DAN REKOMENDASI KOALISI PEREMPUAN INDONESIA TERHADAP RANCANGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (R-KUHP) YANG MASIH DISKRIMINATIF TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK SERTA MENGABAIKAN KERENTANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dilatarbelakangi oleh masih terjadi kasus kekerasan terhadap anak.

BAB I PENDAHULUAN. ini dilatarbelakangi oleh masih terjadi kasus kekerasan terhadap anak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan yang ingin dicapai dalam tugas akhir ini adalah untuk membuat film pendek tentang kekerasan terhadap anak guna memberitahu kepada masyarakat bahwa anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

BAB II FAKTOR-FAKTOR YANG MEMICU TERJADINYA KEKERASAN TERHADAP ANAK. hari kita masih mendengar rintihan anak-anak yang disiksa dan

BAB II FAKTOR-FAKTOR YANG MEMICU TERJADINYA KEKERASAN TERHADAP ANAK. hari kita masih mendengar rintihan anak-anak yang disiksa dan BAB II FAKTOR-FAKTOR YANG MEMICU TERJADINYA KEKERASAN TERHADAP ANAK 1.1 Pengertian Kekerasan Terhadap Anak Perilaku keji, tidak sewenang-wenang orang tua maupun orang dewasa lainnya masih terjadi dan luput

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk kekerasan fisik, psikis, ekonomi, dan pembatasan ruang gerak. Kedua, publik yaitu

I. PENDAHULUAN. bentuk kekerasan fisik, psikis, ekonomi, dan pembatasan ruang gerak. Kedua, publik yaitu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian kekerasan terhadap perempuan berdasarkan wilayah terjadinya kekerasan terbagi dalam tiga ranah, pertama privat yaitu kekerasan yang terjadi dalam ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru di Indonesia, namun selama ini selalu dirahasiakan atau ditutup-tutupi oleh keluarga maupun

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: 13 Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id KEKERASAN TERHADAP ANAK Kekerasan

Lebih terperinci

MEKANISME PERLINDUNGAN DAN PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK. Grasia Kurniati, S.H, M.H, Wulansari, S.H, M.H. Tim Abdimas Pusat Studi Gender

MEKANISME PERLINDUNGAN DAN PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK. Grasia Kurniati, S.H, M.H, Wulansari, S.H, M.H. Tim Abdimas Pusat Studi Gender MEKANISME PERLINDUNGAN DAN PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK Grasia Kurniati, S.H, M.H, Wulansari, S.H, M.H Tim Abdimas Pusat Studi Gender UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG Abstrak Anak adalah generasi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.293, 2014 POLHUKAM. Saksi. Korban. Perlindungan. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5602) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu hal penting yang telah menjadi perhatian serius oleh pemerintah pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah sekelompok orang yang terhubungkan oleh ikatan pernikahan, darah atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan

Lebih terperinci

Perlakuan Salah Pada Anak (Child Abuse)

Perlakuan Salah Pada Anak (Child Abuse) Perlakuan Salah Pada Anak (Child Abuse) Oleh Kelompok 2 A4-B: 1. AA. SG Mirah Purnamawati (10.321.0731)(A4-B) 2. Desak Made Arista Dewi (10.321.0732)(A4-B) 3. I Gusti Agung Gede Winantara (10.321.0735)

Lebih terperinci

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, SALINAN BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB III TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SUKOHARJO NOMOR: 203/Pid.Sus/2011/PN.Skh

BAB III TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SUKOHARJO NOMOR: 203/Pid.Sus/2011/PN.Skh BAB III TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SUKOHARJO NOMOR: 203/Pid.Sus/2011/PN.Skh A. Deskripsi Kasus tentang Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Berdasarkan Putusan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN POSO PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN, PELAYANAN DAN PEMULIHAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN Oleh I Gusti Ngurah Agung Darmasuara A.A. Ngurah Yusa Darmadi Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract Domestic violence which is affecting

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Banyak orangtua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar. Mereka beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak. Mereka lupa bahwa orangtua

Lebih terperinci

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Perlindungan Anak

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Perlindungan Anak 7 Perbedaan dengan Undang Undang Perlindungan Anak Bagaimana Ketentuan Mengenai dalam Undang Undang Perlindungan Anak? Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak jo. Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindak kekerasan di dalam rumah tangga khususnya yang berkaitan dengan anak.

BAB I PENDAHULUAN. tindak kekerasan di dalam rumah tangga khususnya yang berkaitan dengan anak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peneliti mengusung perancangan buku cerita bergambar kepada anak yang bertujuan sebagai bahan alternatif edukasi anak untuk antisipasi bila menemui tindak kekerasan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (yang telah disahkan dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 18 Juli 2006) RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA A. Batasan Pengaturan Tindak Pidana Kekekerasan Fisik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

BAB III RUANG LINGKUP ANAK JALANAN DI KOTA BANDUNG

BAB III RUANG LINGKUP ANAK JALANAN DI KOTA BANDUNG BAB III RUANG LINGKUP ANAK JALANAN DI KOTA BANDUNG A. ANAK JALANAN DI KOTA BANDUNG Kota Bandung sebagai Ibukota Jawa Barat telah mengalami perkembangan yang signifikan dalam berbagai hal, terutama dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mendengar terjadinya sebuah kekerasan dalam kehidupan sehari-hari

BAB 1 PENDAHULUAN. Mendengar terjadinya sebuah kekerasan dalam kehidupan sehari-hari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mendengar terjadinya sebuah kekerasan dalam kehidupan sehari-hari bukanlah hal yang asing lagi. Akhir-akhir ini media banyak dihebohkan dengan maraknya pemberitaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang pengguguran kandungan atau aborsi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 1, aborsi /abor.si/ berarti

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK (STUDI KASUS POLRESTA SURAKARTA) SKRIPSI

Lebih terperinci

P U T U S A N No. 263/Pid.B/2013/PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N No. 263/Pid.B/2013/PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N No. 263/Pid.B/2013/PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang memeriksa dan mengadili perkara perkara pidana dalam tingkat pertama dengan acara

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. atau kurangnya interaksi antar anggota keluarga yang mengakibatkan

BAB. I PENDAHULUAN. atau kurangnya interaksi antar anggota keluarga yang mengakibatkan 1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai pelanggaran terhadap hak-hak anak terjadi sepanjang abad kehidupan manusia. Hal tersebut tercermin dari masih adanya anak-anak yang mengalami abuse,

Lebih terperinci

#### Selamat Mengerjakan ####

#### Selamat Mengerjakan #### Apakah Anda Mahasiswa Fak. Psikolgi Unika? Ya / Bukan (Lingkari Salah Satu) Apakah Anda tinggal di rumah kos / kontrak? Ya / Tidak (Lingkari Salah Satu) Apakah saat ini Anda memiliki pacar? Ya / Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kekerasan pada anak telah menjadi perhatian dunia, begitu banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s Fund (UNICEF) (2012)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) telah menjadi agenda bersama dalam beberapa dekade terakhir. Fakta menunjukkan bahwa KDRT memberikan efek negatif yang cukup

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS YURIDIS UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (UU PKDRT)

BAB IV ANALISIS YURIDIS UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (UU PKDRT) BAB IV ANALISIS YURIDIS UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (UU PKDRT) A. Penafsiran dan Ruang Lingkup Rumah Tangga Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor 350/Pid.Sus/KDRT/2014/PT.BDG.

P U T U S A N. Nomor 350/Pid.Sus/KDRT/2014/PT.BDG. P U T U S A N Nomor 350/Pid.Sus/KDRT/2014/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI BANDUNG, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dalam tingkat banding

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN Hasil PANJA 12 Juli 2006 Dokumentasi KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI Hasil Tim perumus PANJA, santika 12 Juli

Lebih terperinci

13 MANAJEMEN KASUS TINDAK KEKERASAN ANAK DI PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK P2TP2A PROVINSI DKI JAKARTA

13 MANAJEMEN KASUS TINDAK KEKERASAN ANAK DI PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK P2TP2A PROVINSI DKI JAKARTA 13 MANAJEMEN KASUS TINDAK KEKERASAN ANAK DI PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK P2TP2A PROVINSI DKI JAKARTA Oleh: Sarah Farahdita Tamimi & Sahadi Humaedi Email: sarah.farahdita@gmail.com;sahadi.humaedi@unpad.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode untuk mendisiplinkan anak. Cara ini menjadi bagian penting karena terkadang menolak untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah anugerah yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap orang tua yang harus dijaga, dilindungi dan diberi kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK [LN 2002/109 TLN 4235]

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK [LN 2002/109 TLN 4235] UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK [LN 2002/109 TLN 4235] BAB XII KETENTUAN PIDANA Pasal 77 Setiap orang yang dengan sengaja melakukan tindakan : a. diskriminasi terhadap anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan dari kekerasan dan diskriminatif. Sebaliknya, mereka bukanlah. manusiawi dari pihak siapapun atau pihak manapun.

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan dari kekerasan dan diskriminatif. Sebaliknya, mereka bukanlah. manusiawi dari pihak siapapun atau pihak manapun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 28 B ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua pihak menyetujui bahwasannya peran anak (Role Of The. Child) Anak adalah harapan masa depan. Akan tetapi faktanya anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Semua pihak menyetujui bahwasannya peran anak (Role Of The. Child) Anak adalah harapan masa depan. Akan tetapi faktanya anak-anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak amanah dan karunia Allah SWT yang dalam dirinya telah melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak merupakan tunas, potensi, dan sosok yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan child abuse disebut juga child maltreatment merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan child abuse disebut juga child maltreatment merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan merupakan masalah kesehatan masyarakat di samping menjadi masalah hukum dan sosial. Hal ini sesuai dengan pendapat Jordan (2001) dalam Hastuti (2014) yang

Lebih terperinci

BAB III TINDAK PIDANA JUAL BELI ORGAN TUBUH ANAK DAN BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PELAKU, SERTA UPAYA PENANGGULANGANNYA

BAB III TINDAK PIDANA JUAL BELI ORGAN TUBUH ANAK DAN BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PELAKU, SERTA UPAYA PENANGGULANGANNYA BAB III TINDAK PIDANA JUAL BELI ORGAN TUBUH ANAK DAN BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PELAKU, SERTA UPAYA PENANGGULANGANNYA 1) Kasus Jual Beli Organ Tubuh Anak Semakin tingginya angka keberhasilan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ] UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ] BAB II TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG Pasal 2 (1) Setiap orang yang melakukan perekrutan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelepah dasar terbentuknya kepribadian seorang anak. Kedudukan dan fungsi

I. PENDAHULUAN. pelepah dasar terbentuknya kepribadian seorang anak. Kedudukan dan fungsi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga memegang peran penting dalam membentuk watak dan kepribadian anak. Karena pendidikan dikeluarga menjadi risalah awal sekaligus sebagai pelepah dasar terbentuknya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan; BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uraian Teori 2.1.1.Diversi Diversi adalah pengalihan penanganan kasus-kasus anak yang diduga telah melakukan tindak pidana dari proses formal dengan atau tanpa syarat. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Maka rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Maka rumah tangga BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Rumah adalah tempat untuk membangun keluarga yang bahagia, harmonis dan sejahtera. Tempat pengayom bagi seluruh penghuninya dan juga sebagai tempat berlindung

Lebih terperinci

PERMASALAHAN KESEHATAN WANITA DALAM DIMENSI SOSIAL DAN UPAYA MENGATASINYA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes

PERMASALAHAN KESEHATAN WANITA DALAM DIMENSI SOSIAL DAN UPAYA MENGATASINYA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes PERMASALAHAN KESEHATAN WANITA DALAM DIMENSI SOSIAL DAN UPAYA MENGATASINYA By : Basyariah Lubis, SST, MKes KEKERASAN Defenisi Kekerasan pada Wanita : Kata kekerasan terjemahan dari violence yaitu suatu

Lebih terperinci

Suryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM

Suryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM Suryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM Istilah kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT ) dalam tulisan ini merujuk pada segala bentuk kekerasan berbasis gender yang terjadi dalam konteks kehidupan berkeluarga.

Lebih terperinci

situasi bencana memberikan pendampingan hukum dan pelayanan (UUPA Pasal 3; Perda Kab. Sleman No.18 Tahun 2013, Pasal 3)

situasi bencana memberikan pendampingan hukum dan pelayanan (UUPA Pasal 3; Perda Kab. Sleman No.18 Tahun 2013, Pasal 3) Perlindungan Anak merupakan segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dari penelantaran, diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi dan/atau seksual, kekejaman, kekerasan, penganiayaan, perlakuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

3. Sekitar pukul 18.00, kakak korban meminta Isak untuk tidak tidur di rumahnya karena takut akan didatangi lagi oleh Anggota Yalet.

3. Sekitar pukul 18.00, kakak korban meminta Isak untuk tidak tidur di rumahnya karena takut akan didatangi lagi oleh Anggota Yalet. LAMPIRAN a. Pra Pristiwa 1. Bahwa berdasarkan penuturan adik korban, korban memiliki hubungan pertemanan bersama salah satu pelaku, Abiatar. Mereka seringkali minum sagero 1 bersama. Abiatar kerap meminta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan.

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia saat ini sedang menghadapi berbagai masalah sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan. Permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA A. Undang Undang Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban Undang - undang ini memberikan pengaturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (usia 18 sampai 20 tahun) (WHO, 2013). Remaja merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. (usia 18 sampai 20 tahun) (WHO, 2013). Remaja merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah kelompok umur 10-20 tahun. Masa remaja terdiri dari tiga subfase yang jelas, yaitu masa remaja awal (usia 11 sampai 14 tahun), masa remaja pertengahan

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ibu NN, ibu SS dan ibu HT mendapatkan kekerasan dari suami. lain yaitu kakak kandung dan kakak iparnya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ibu NN, ibu SS dan ibu HT mendapatkan kekerasan dari suami. lain yaitu kakak kandung dan kakak iparnya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Hasil penelitian mengenai pelaku KDRT pada ibu hamil di Kab. TTS menunjukkan bahwa dari kelima orang riset partisipan yang diteliti, empat orang diantaranya yaitu

Lebih terperinci

Ani Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Ani Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Ani Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Persoalan nikah bukanlah persoalan baru yang diperbincangkan publik, tetapi merupakan persoalan klasik yang telah dikaji sejak lama.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Kekerasan Terhadap Anak Wujud Masalah Sosial yang Kronis A. Latar Belakang

Kekerasan Terhadap Anak Wujud Masalah Sosial yang Kronis A. Latar Belakang Kekerasan Terhadap Anak Wujud Masalah Sosial yang Kronis A. Latar Belakang Jika ada ungkapan bahwa anak adalah titipan Tuhan yang harus dijaga tentunya ungkapan tersebut bukanlah ungkapan yang tanpa makna.

Lebih terperinci

(25,5%), di sekolah (10%), tempat umum (22%), tempat kerja (5,8%), dan tempat lainnya (3 6,6%). Sedangkan berdasarkan kategori usia, kekerasan fisik t

(25,5%), di sekolah (10%), tempat umum (22%), tempat kerja (5,8%), dan tempat lainnya (3 6,6%). Sedangkan berdasarkan kategori usia, kekerasan fisik t Dukungan Sosial Terhadap Anak Yang Mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga Risya Handayani Pendahuluan Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat dimana anak belajar dan menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) prestasi belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) prestasi belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan atas keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB XX KETENTUAN PIDANA

BAB XX KETENTUAN PIDANA Undang-undang Kesehatan ini disyahkan dalam sidang Paripurna DPR RI tanggal 14 September 2009 1 PASAL-PASAL PENYIDIKAN DAN HUKUMAN PIDANA KURUNGAN SERTA PIDANA DENDA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...

Lebih terperinci

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat. 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga

Lebih terperinci

13 ayat (1) yang menentukan bahwa :

13 ayat (1) yang menentukan bahwa : A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Anak adalah amanah dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak merupakan tunas-tunas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci